dd torsio testis

Upload: indah-purnama-sari

Post on 31-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

DD Skenario 3 blok urologi

TRANSCRIPT

DD:Orhitis dan trauma epididimis1. OrchitisOrchitis adalah peradangan testis yang jika bersama dengan epididimis menjadi epididimoorkitis dan merupakan komplikasi yang serius dari epididmitis. Orkitis berbeda dari infeksi traktus genitalia lain dalam dua hal : jalur utama infeksi adalah hematogen, dan virus adalah organism penyebab orkitis yang paling sering. Infeksinya diklasifikasikan sebagai orkitis viral, orkitis bacterial piogenik, atau orkitis granulomatosa.Virus adalah penyebab orkitis yang paling sering. Orkitis parotiditis adalah infeksi virus yang paling sering terlihat walaupun imunisasi untuk mencegah parotiditis pada masa anak-anak telah menurunkan insidens. Dua puluh hingga tiga puluh persen kasus parotiditis pada orang dewasa terjadi bersamaan dengan orkitis, terjadi bilateral pada sekitar 15% pria dengan orkitis parotiditis. Pada laki-laki pubertas atau dewasa, biasanya terdapat kerusakan tubulus seminiferus dengan risiko infertilitas, pada beberapa kasus, terdapat kerusakan sel-sel leydig yang mengakibatkan hipogonadisme defisiensi testosterone. Orkitis parotiditis jarang terjadi pada laki-laki prapubertas, namun bila ada, dapat diharapkan kesembuhan yang sempurna tanpa disfungsi testiskular sesudahnya.Tanda dan gejala berkisar dari ketidaknymanan ringan pada testiskular dan edema hingga nyeri testiskular yang parah dan terbentuknya edema dalam waktu sekitar 4 hingga 6 hari setelah awitan penyakit dengan demam tinggi, mual, dan muntah. Epididimitis dan funikulitis (infeksi vas deferens) adalah komplikasi yang mungkin terjadi.Pengobatan untuk orkitis perotiditis adalah tirah baring, penyangga skrotum dan evaluasi. Kasus yang ringan akan sembuh dalam 4 hingga 5 hari, sedangkan kasus berat akan sembuh dalam 3 hingga 4 minggu.Virus lain yang dapat menyebabkan orkitis dan memberikan gambaran klinis yang sama adalah virus coxsakie B, varisela, dan mononucleosis.Orkitis bacterial piogenik disebabkan oleh bakteri (Escherichia Coli, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa) dan infeksi parasitic (malaria, filariasis, skistosomiasis, amebiasis) atau kadang-kadang infeksi riketsia yang ditularkan dari epididimitis. Penyakit sistemik seperti difteri, demam tifoid, demam paratifoid, dan demam scarlet mungkin ditularkan melalui aliran darah. Seseorang dengan orkitis parotiditis terlihat sakit akut dengan demam tinggi, edema, peradangan hidrokel akut, dan terdapat nyeri skrotum yang menyebar ke kanalis inguinalis. Komplikasinya termasuk infark testis, abses, dan terdapatnya pus dalam skrotum.Orkitis granulomatosa dapat disebabkan oleh sifilis, penyakit mikobakterial, aktinomikosis, penyakit jamur, Mycobacterium tuberculosis dan mucobacterium leprae. Tuberkulosis genital yang menyebar dengan hematogen biasanya dimulai secara unilateral pada bagian bawah epididimis. Infeksi dapat menyebar melalui funikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran selanjutnya melibatkan epididimis dan testis, kandung kemih, dan ginjal.Dilakukan biakan urine dan darah serta biakan langsung dari testis yang terinfeksi untuk mengidentifikasikan organime penyebab. Pengobatan untuk infeksi ini adalah antibiotic spesifik untuk organism penyebab infeksi tersebut. Tindakan yang memberikan kenyamanan seperti tirah baring, penyangga skrotum, kantong es, dan analgesic juga dapat dilakukan.Penyebab jarang dari pembesaran testikulat unilateral yang timbul secara pradominan pada laki-laki usia pertengahan adalah nontuberkulosis, orkitis granulomatosa (autoimun) kronik. Asalnya tidak jelas, walaupun diperkirakan asalnya adalah dasar autoimun. Seringkali dibutuhkan riwayat trauma sebelumya, namun tidak diketahui apakah trauma tersebut merupakan penyabab yang berkaitan dengan peradangan testicular. Orkitis granulomatosa kronik ditandai nodul, serinkali tanpa nyeri, dan pembesaran testis yang teraba keras. Penemuan gejala fisik penting karena bentuk orkitis harus dibedakan dengan tumor testicular yang mirip. Secara histologist, orkitis dibedakan dengan adanya granulomatosa epiteloid, yang terlihat pada pusat tubulus seminiferus.(Price, 2005)2. Trauma EpididimitisA. DefinisiTrauma testis didefinisikan sebagai trauma (dapat berupa tumpul dan tajam) yang menimbulkan pembengkakan pada skrotum disertai hematom pada skrotum dan intratestikular dan berbagai macam derajat ekimosis pada dinding skrotum.B. EtiologiBerbagai macam jenis trauma yang terjadi pada skrotum berupa : Avulsi, dapat disebabkan oleh : Serangan binatang dan orang lain Kecelakaan kendaraan bermotor Mutilasi diri sendiri Trauma tumpul, dapat disebabkan oleh : Aktivitas berolahraga Kecelakaan kendaraan bermotor Diserang oleh orang lain. Trauma tajam (tembus), dapat disebabkan oleh : Diserang oleh orang lain dan binatang Kecelakaan kendaraan bermotor Memutilasi diri sendiri(Corinne, 2007)C. PatofisiologiAdanya trauma tumpul maupun trauma tajam pada daerah skrotum menimbulkan cedera pada skrotum.D. Gejala KlinisPada ananmnesis didapatkan riwayat terjadinya trauma, tidak ada demam, dan segera setelah terjadinya trauma timbul rasa nyeri hebat, disertai mual, muntah dan kadang sinkop.E. Tanda KlinisPada inspeksi tampak ekimosis, hematom, pembesaran skrotum, luka, dan hilangnya sebagian kulit (skin avulsi). Pada palpasi, testis dapat tidak teraba atau testis membesar dan nyeri, didapatkan adanya cairan atau darah di dalam skrotum.F. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan urin penting untuk membedakan dengan penyebab pembesaran intraskrotal lainnya, dan membantu mengetahui ada atau tidaknya hematuria sehingga dapat diketahui adanya trauma pada urethra dan traktus urinarius. Kultur urin dan cairan luka dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi dan kuman penyebab infeksi. Pemeriksaan ini penting terutama pada luka tusuk.G. Pemeriksaan Radiologis Color Doppler Ultrasonografidengan atau tanpa kontras-Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui organ-organ yang terkena saat trauma tumpul terjadi, dilihat dari anatomi organ intraskrotum yang abnormal dan aliran darah testis.-Pemeriksaan ini sangat perlu dilakukan bila didapatkan adanya hematom intratestikular dan ekstratestikular dengan tunika albuginea yang masih utuh.-Tidak adanya aliran darah menuju testis mengindikasikan adanya torsio testis,vascular avulsion, trombosis pada funiculus spermaticus sehingga perlu dilakukan penanganan segera. Retrograde urethrographyPemeriksaan ini dilakukan bila dicurigai adanya suatu trauma pada urethra yang dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda trauma pada urethra seperti hematuria dan prostat yang melayang pada pemeriksaan colok dubur. CT ScanPemeriksaan ini dilakukan untuk melihat lokasi testis yang abnormal, struktur anatomi intratestikular, dan perfusi pada setiap organ. CT scan yang dilakukan adalah CT scan abdominopelvik.H. DiagnosisDiagnosis definitif trauma testis ditentukan dengan melakukan eksplorasi. Ultrasonografi skrotum dapat memberi gambaran akurat kerusakan testis sehingga dapat dihindari eksplorasi yang tidak perlu (Sjamsuhidayat, 1997).I. Diagnosis BandingDengan ananmnesis yang baik mengenai riwayat trauma, pemeriksaan fisik, laboratorium dan ultrasonografi, trauma testis dapat dibedakan dengan torsio testis, tumor testis, epididimitis, maupun hidrokel (Sjamsuhidayat, 1997).J. PenatalaksanaanPenatalaksanaan trauma testis dibedakan menjadi dua macam, yaitu : KonservatifTerapi konservatif dilakukan bila hanya terjadi pembengkakan dan nyeri tekan minimal, atau pada ultrasonografi tidak terbukti terdapat ruptur testis. Terapi konservatif terdiri dari elevasi skrotum, aplikasi kantong es, dan pemberian antibiotik. Antibiotik diberikan terutama pada kasusskinavulsion dan luka tusuk pada daerah skrotum. Tindakan BedahTindakan bedah yang dilakukan tergantung dari jenis trauma, seperti : Trauma tumpul pada skrotumEksplorasi skrotum dilakukan untuk menyelamatkan testis, mencegah infeksi, mengontrol perdarahan, dan mempercepat pemulihan. Bila terjadi ruptur epididimis, maka tindakan yang dilakukan adalah epididimektomi sedangkan bila terjadi torsio testis maka tindakan yang dilakukan adalah orchidopexy. Trauma tusuk (tembus) pada skrotumBila terjadi ruptur total pada pembuluh darah, dapat dilakukan reanastomosis mikrovaskular, sedangkan bila terjadi trombosis pada funikulus spermatikus, maka perlu dilakukan mikroreimplantasi. Skin avulsionPada keadaan ini yang perlu dilakukan pertama kali adalah debridement. Bila hanya kehilangan sebagian besar, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah melakukan penutupan dengan menjahitkan antar bagian luka dengan benang yang diserap dan menggunakan jarum yang atraumatik. Bila kulit yang hilang hampir seluruhnya maka perlu dilakukanskin grafting.(Gerald, 1998).K. KomplikasiKomplikasi yang mungkin timbul akibat terjadinya trauma pada skrotum adalah :Infeksi dan timbulnya jaringan nekrotikFournierssgangrenAtrofi testis(Mevorach, 2007).L. PrognosisViabilitas dari skrotum sangat tergantung pada devaskularisasi jaringan yang baik (Mevorach, 2007).

Sumber pustaka:Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6. Jakarta: EGC.Corinne Deurdulian, et al. US Acute Scrotal Trauma: Optimal Technique, Imaging, Findings and Management, Radiographics 2007;27:357-69Robert A Mevorach, MD. Scrotal Trauma. 2007.http://www.emedicine.comSjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi. 1997, EGC JakartaGerald H. Jordan. Scrotal Trauma in Glenns Urology Surgery 5thed. 1998, h.222-31