data terbaru 2015
DESCRIPTION
Penjelasan tentang kesehatan data terbaru 2015TRANSCRIPT
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 238
PELAKSANAAN GERAKAN MEMBANGUN MASYARAKAT SEHAT
(GERBANGMAS SIAGA) SEBAGAI INOVASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN
DI KELURAHAN CITRODIWANGSAN KECAMATAN LUMAJANG KABUPATEN
LUMAJANG
Nazarus Sururi, Heru Ribawanto, Mochammad Rozikin Jurusan Administrasi Publik, FIA, Universitas Brawijaya,Malang.
email: [email protected]
Abstrak: The program was created by the Regional Government Lumajang the object of which is
community and neighborhood health center as the prime mover. The purpose of this program is
also related to the target Lumajang Healthy 2014 and also supports the acceleration of the
achievement of the MDG's by 2015. Researchers discuss the extent to which the program is
running and supporting and inhibiting factors. Using descriptive research method with a
qualitative approach to data analysis an interactive model Miles and Huberman. Results from the
study showed that the implementation of the program has been running gerbangmas siaga better
and improved. Judging from the results of program achievements through LP3S and PWS KIA in
relation to MDGs. Several factors support the program nets relationship between the parties and
participation, while inhibiting the low level of human resources and quality cadre needs to be
improved. Advice from researchers that revitalize the neighborhood health center as the prime
mover and improving the quality of cadres who carry out more enhanced. The promotion of
community empowerment programs that positively impact the economic level of the population
and an increase in the degree of quality of life.
Keywords: Gerbangmas Siaga, Public Services of Health, Empowerment
Abstrak: Program ini dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang yang objeknya adalah
masyarakat dan posyandu sebagai penggerak utama. Tujuan program ini juga menyangkut target
Lumajang Sehat tahun 2014 dan juga mendukung percepatan pencapaian MDG’s 2015. Peneliti
membahas sejauh mana program ini berjalan dan faktor pendukung dan penghambatnya. Dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan analisis data
model interaktif Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
program gerbangmas siaga sudah berjalan dengan baik dan perlu ditingkatkan. Melihat dari hasil
capaian program melalui LP3S dan PWS KIA dalam kaitannya dengan MDG’s. Beberapa faktor
pendukung jalanya program yaitu keterkaitan antar pihak dan partisipasi masyarakat, sedangkan
penghambatnya yaitu tingkat SDM yang masih rendah serta kualitas kader yang perlu
ditingkatkan. Saran dari peneliti yaitu merevitalisasi posyandu sebagai penggerak utama dan
peningkatan kualitas kader selaku pelaksana lebih ditingkatkan. Penggalakan program
pemberdayaan masyarakat agar berdampak positif terhadap tingkat ekonomi penduduk dan
peningkatan derajat kualitas hidup masyarakat.
Kata kunci: gerbangmas siaga, pelayanan kesehatan, pemberdayaan.
Pendahuluan
Persaingan masyarakat dalam era globalisasi
saat ini semakin tinggi, sehingga dituntut
bagi bangsa kita untuk mampu memainkan
perannya dalam kancah pergaulan
internasional. Menjawab tuntutan persaingan
global tersebut, bangsa kita harus berbenah
diri untuk mewujudkan daya saing yang
tinggi melalui pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya. Pembangunan manusia
Indonesia merupakan salah satu dari tujuan
nasional yang tertuang dalam UUD 1945,
yaitu memajukan kesejahtraan umum, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sadar
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 239
akan kondisi kehidupan masyarakat kita
yang ditandai masih rendahnya kualitas
hidup dengan tingkat kesejahtraan yang
rendah, dan rendahnya kualitas sumber daya
manusia yang ditandai dengan tingkat
pendidikan dan kesehatan yang masih
rendah, maka merupakan kewajiban kita
untuk mendorong percepatan pencapaian ke
dua tujuan nasional tersebut di atas.
Kesatuan visi nasional, keterpaduan
langkah dan kesamaan tekad dapat
menjawab tantangan dalam pembangunan
sektor kesehatan dan dilakukan melalui
perencanaan pembangunan yang matang
dari pusat hingga daerah, yaitu perencanaan
pembangunan yang dilaksanakan dalam
tahapan-tahapan rencana pembangunan baik
terdiri dari tahapan pembangunan jangka
panjang, tahapan pembangunan jangka
menengah, maupun pembangunan yang
dilakukan dalam kurun waktu setahun.
Tahapan pembangunan tersebut akan
dilakukan berkesinambungan melalui
mekanisme pergantian kepemimpinan dalam
pemerintahan setiap lima tahun sekali.
Pergantian kepemimpinan tersebut
membawa pengaruh pada sistem
perencanaan pembangunan utamanya terkait
dengan rencana pembangunan lima tahunan.
(Sukarno,2009)
Kesehatan merupakan tanggung
jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah, dan swasta. Apa
pun program yang dibuat pemerintah dalam
sektor kesehatan, tanpa partisipasi
masyarakat dalam prosesnya, keberhasilan
program yang diharapkan tidak akan
tercapai. Dengan kata lain, partisipasi
masyarakat dalam memelihara kesehatannya
merupakan salah satu indikator yang
menentukan keberhasilan pembangunan
kesehatan. Kesadaran akan pentingnya peran
masyarakat ini dituangkan dalam misi
pembangunan kesehatan yang dirumuskan
untuk mencapai visi Indonesia Sehat, yakni:
(1) Menggerakkan pembangunan nasional
berwawasan kesehatan, (2) Mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,
(3) Memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau, (4) Memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat termasuk lingkungannya.
Indonesia dengan visinya “ Indonesia
Sehat 2010” menggambarkan bahwa
masyarakat Indonesia di masa depan yang
penduduknya hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Hal ini sesuai
dengan tujuan Nasional Bangsa dan untuk
memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Pembangunan kesehatan
adalah bagian dari pembangunan nasional
yang bertujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Menyadari bahwa partisipasi masyarakat
dalam wujud memelihara dan meningkatkan
kesehatannya melalui perilaku sehat
merupakan indikator berhasilnya
pembangunan kesehatan, konsep
pemberdayaan dengan berbagai bentuk
hendaknya lebih banyak dikembangkan dan
diimplementasikan dalam mencapai
Indonesia Sehat yang dicita-citakan,
termasuk dalam memenuhi komitmen global
bangsa kita dengan negara-negara lainnya,
yakni Millineum Development Goals.
Program Millenium Development
Goals (MDGs) merupakan Rencana
Strategis Menteri Kesehatan (2009)
dikatakan sebagai satu set tujuan
pembangunan, Deputi Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional (2011) memaparkan
bahwa, hal ini karena MDGs berisi delapan
target pembangunan yang harus dicapai oleh
negara yang menyepakatinya pada tahun
2015. Delapan target pembangunan tersebut
adalah: (1) Memberantas kelaparan dan
kemiskinan yang ekstrim (2) Memperoleh
pendidikan dasar (3) Mempromosikan
persamaan gender dan pemberdayaan
perempuan (4) Mengurangi jumlah kematian
anak (5) Meningkatkan kesehatan maternal
(kesehatan ibu) (6) Memerangi infeksi HIV
atau AIDS, malaria dan penyakit menular
lainnya (7) Menjamin kelangsungan
lingkungan hidup (8) Mengembangkan
kerjasama global untuk pembangunan.
Indonesia juga ikut serta berpartisipasi
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 240
melaksanakan program Millenium
Development Goals (MDG’s) dalam rangka
mensejahterakan masyarakat. Indonesia
sebagai negara berkembang merupakan
negara yang mengalami tingkat kemajuan
yang signifikan dalam rangka memenuhi
target MDGs tahun 2015.
Terkait hal tersebut, sebagai negara
berkembang Indonesia juga merupakan
negara kesatuan sebagaimana diatur dalam
pasal 1 ayat 1 UUD Negara Republik
Indonesia 1945, negara Indonesia
menjalankan asas desentralisasi. Bentuk dari
pelaksanaan asas desentralisasi adalah
terselenggaranya otonomi daerah
sebagaimana diatur dalam UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Penyelenggaraan otonomi daerah harus
diartikan sebagai upaya mendekatkan
fungsi-fungsi pelayanan umum pemerintah
terhadap masyarakat dan bermuara pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat
dalam segala bidang kehidupan, termasuk
dalam bidang kesehatan. Berkaitan dengan
penyelenggaraan otonomi daerah serta
bergulirnya era millenium saat ini,
pemerintah daerah dituntut agar memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat daerah
dengan penyediaan pelayanan publik yang
dibutuhkan, terutama dalam menjamin
kesehatan masyarakat.
Hal ini diwujudkan dalam bentuk
suatu program yang dibuat oleh pemerintah
daerah kabupaten Lumajang yang bernama
Gerbangmas (Gerakan Membangun
Masyarakat Sehat) seperti yang disampaikan
oleh Menteri Dalam Negeri (2005)
mengenai penyelenggaraan kabupaten/kota
sehat. Gerbangmas adalah suatu tindakan
yang terprogram dan terencana dalam
rangka membangkitkan kemauan dan
semangat dari, oleh dan untuk masyarakat
agar terjadi perubahan kearah yang lebih
baik dan lebih sehat. Dapat diketahui bahwa
Gerbangmas adalah sebuah organisasi yang
dibentuk oleh pemerintah kabupaten
Lumajang sebagai upaya untuk melakukan
pembangunan masyarakat, melalui program
yang terencana. Hal ini terdapat fungsi dan
tujuan pembangunan sebagai suatu proses
perubahan yang lebih baik secara berencana
dan berkesinambungan untuk kesejahteraan
masyarakat. Organisasi Gerbangmas pada
dasarnya adalah pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat
pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat. Pengembangan dan
pengorganisasian masyarakat adalah suatu
proses ketika suatu masyarakat berusaha
menentukan kebutuhan-kebutuhan atau
tujuannya, mengatur atau menyusun,
mengembangkan kepercayaan dan hasrat
untuk memenuhinya, menentukan sumber-
sumber (dari dalam atau dari luar
masyarakat) mengambil tindakan yang
diperlukan sehubungan dengan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhannya ini dan dalam
pelaksanaan keseluruhannya, memperluas
dan mengembangkan sikap-sikap dan
praktik-praktik kooperatif dan kolaboratif
didalam masyarakat. Dimana melalui
pembangunan, masyarakat di Kabupaten
Lumajang dapat diberdayakan secara
maksimal. Berdasarkan hal yang melatar
belakangi diatas, maka peneliti mengambil
rumusan masalah antara lain
1. Pelaksanaan Gerbangmas Siaga di
Kabupaten Lumajang sehingga dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan.
2. Hal-hal yang menjadi pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaanya untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan.
Tinjauan Pustaka
1. Millenium Development Goals (MDG’s)
Millenium Development Goals (MDGs)
merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan
global untuk memperbaiki kesejahteraan
masyarakat ditunjukkan oleh paket berisi
tujuan yang mempunyai batas waktu dan
target terukur. Berdasarkan Paparan Deputi
Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional (2011) bahwa Pemerintah
Indonesia telah mengarusutamakan
(mainstreaming) MDGs dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2004-2009 dan RPJMN 2010-
2014, Rencana Pembangunan Tahunan
Nasional (RPTN), serta dokumen APBN.
Kesepakatan tentang Millenium
Development Goals (MDGs) tersebut
merupakan komitmen 189 negara untuk
mewujudkannya. Kesepakatan tersebut
tertuang dalam delapan tujuan yang terkait
dengan kemiskinan atau kelaparan,
pendidikan, kesetaraan gender, kesehatan
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 241
dan lingkungan hidup. Dari delapan target
tersebut, terlihat jelas bahwa MDG’s
merupakan target pembangunan yang wajar
dan tidak problematis. Bahkan sudah
menjadi kewajaran ketika hampir seluruh
negara menyepakatinya termasuk Indonesia.
Dalam pendekatanya ini terdapat suatu
tujuan yaitu memberdayakan masyarakat
untuk menuju Millenium Development
Goal’s (MDGs), adapun pemberdayaaan
masyarakat merupakan proses penguatan
masyarakat dengan cara memberikan
motivasi dan dorongan agar masyarakat
mampu menggali potensi diri dan berani
bertindak untuk memperbaiki kualitas
hidupnya.
2. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya
adalah nilai kolektif dari pemberdayaan
individual. Konsep empowerment sebagai
suatu konsep alternatif pembangunan pada
intinya memberikan tekanan pada otonomi
pengambilan keputusan dari suatu kelompok
masyarakat yang berdasarkan pada sumber
daya pribadi, langsung (melalui partisipasi),
demokrasi dan pembelajaran sosial melalui
pengalaman langsung. Konsep
empowerment merupakan hasil kerja dari
proses interaksi baik ditingkat ideologis
maupun praktis. Ditingkat ideologis konsep
empowerment merupakan hasil interaksi
antara konsep up-down dan bottom-up antara
“growth strategy dan people centered
strategy” sedangkan ditingkat praktis
interaksi akan terjadi lewat pertarungan
otonomi.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari
pemberdayaan adalah untuk membentuk
suatu individu dan masyarakat menjadi
mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berfikir, bertindak dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan
tersebut. Maka, upaya pemberdayaan
masyarakat adalah kemampuan dan
kebebasan untuk membuat pilihan baik
untuk menentukan atau memperbaiki
kehidupannya sehingga dapat memberikan
kontribusi pada terciptanya kemandirian
dalam aspek kognitif, konatif, psikomotorik
dan afektif serta tujuan masyarakat yang
dicita-citakan. (Sulistyani,2004:80)
Proses pemberdayaan masyarakat
dapat dilakukan yang dapat disingkat
menjadi 5p, yaitu: Pemungkinan, Penguatan,
Perlindungan, Penyokongan dan
Pemeliharaan. Untuk itu diperlukan
peningkatan kesadaran tentang pemahaman
masyarakat dalam arti luas dan struktur
penindasan, mengajarkan pada masyarakat
tentang pengertian dan ketrampilan untuk
perubahan yang efektif. Dengan demikian
upaya dan strategi dalam pemberdayaan
masyarakat haruslah dapat menggerakkan
kemampuan masyarakat dalam berfikir,
bertindak dan terlibat langsung dalam
pembangunan. Idealnya dalam proses
pemberdayaan dapat terjadi sinergi dari
kelompok pemberi dan penerima
pemberdayaan itu sendiri. Memang sangat
sulit untuk merencanakan ataupun
merancang strategi seperti ini, akan tetapi
setidaknya kita dapat menawarkan alternatif
agar strategi pemberdayaan bisa mencapai
tujuan.
3. Inovasi Sektor Publik
Inovasi adalah proses menemukan atau
mengimplementasikan sesuatu yang baru ke
dalam situasi yang baru. Konsep kebaruan
ini berbeda bagi kebanyakan orang karena
sifatnya relatif karena apa yang dianggap
baru oleh seseorang atau pada suatu konteks
dapat jadi merupakan sesuatu yang lama
bagi orang lain atau dalam konteks yang lain
(Helmi dan Hadi, 2004). inovasi sektor
publik merupakan salah satu jalan atau
bahkan “breakthrough” untuk mengatasi
kemacetan dan kebuntuan organisasi di
sektor publik. Karakteristik dari sistem di
sektor publik yang statis dan kaku harus
mampu dicairkan melalui penularan budaya
inovasi. Budaya inovasi ini harus dapat
dipertahankan dan dikembangkan lebih baik
lagi. Hal ini tidak terlepas dari dinamika
eksternal dan tuntutan perubahan yang
sedemikian cepat, yang terjadi di luar
organisasi publik. Selain itu perubahan di
masyarakat dengan tingkat literasi yang
lebih baik berdampak munculnya kesadaran
(awarenes) yang lebih baik akan haknya.
Dengan demikian maka sektor publik dapat
menjadi sektor yang dapat mengakomodasi
dan merespon secara cepat setiap perubahan
yang terjadi (Suwarno, 2006).
Inovasi di sektor publik di era ini
menjadi sangat penting karena adanya
peluang kompetisi antar daerah dan antar
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 242
lembaga publik, dan kemungkinan ancaman
kelangsungan hidup organisasi. Inovasi di
sektor publik pernah dan sedang dijalankan
oleh beberapa daerah untuk menyelesaikan
berbagai persoalan pelayanan dan
pembangunan. Inovasi di sektor publik ini
menjadi relevan karena fungsi alternatifnya
untuk mencari solusi baru atas persoalan
lama yang tak kunjung tuntas (new solutions
to old problem). Inovasi juga merupakan
instrumen untuk mengembangkan cara-cara
baru dalam menggunakan sumber daya dan
memenuhi kebutuhan secara lebih efektif.
Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan strategi dan tindakan
dalam pelayanan publik (Muluk,2008).
Dalam hal inovasi sektok publik, pemerintah
mempunyai tiga peranan kebijakan terkait
dengan inovasi, yaitu (1) Inovasi kebijakan
yang arah baru dalam kebijakan dan inisiatif,
(2) Inovasi dalam proses pembuatan
kebijakan dan (3) Kebijakan untuk
mengembangkan inovasi dan penyebaranya
(Muhammad,2007). Dengan demikian inti
dari inovasi adalah mengubah sesuatu hal
menjadi sesuatu yang baru dan perubahan
menuju hal-hal baru.
4. Pelayanan Kesehatan
Dalam menentukan kualitas pelayanan
publik sangat dipengaruhi oleh faktor
struktur organisasi, kemampuan aparat dan
sistem pelayanan. Ketiga faktor ini saling
berkaitan satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan dalam ikut menentukan tinggi
rendahnya dan baik buruknya suatu
pelayanan yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Kualitas pelayanan publik
mempunyai indikator ketepatan waktu,
kemudahan dalam pengajuan, akurasi
pelayanan yang bebas dari kesalahan dan
biaya pelayanan. Hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor struktur organisasi,
kemampuan aparat dan sistem
pelayanan.(Widodo,2001)
Semakin baik faktor struktur
organisasi, kemampuan aparat dan sistem
pelayanan maka kualitas pelayanan publik
akan semakin baik pula dan semakin dapat
memuaskan masyarakat sebagai pengguna
hasil pelayanan.. Pelayanan kesehatan
merupakan suatu bentuk upaya kesehatan
sebagaimana disebutkan dalam Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 1 yaitu
setiap kegiatan dan serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintregasi
dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Sebagai awal untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat, diselenggarakan upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan
melalui kegiatan perbaikan gizi pengamanan
makanan dan minuman, kesehatan
lingkungan, kesehatan jiwa, pemberantasan
penyakit, penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, penyuluhan kesehatan
masyarakat, pengamanan persediaan farmasi
dan alat kesehatan dan sebagainya. Oleh
karena itu pelayanan kesehatan masih perlu
ditingkatkan dengan memikirkan
kesempatan yang lebih bagi setiap penduduk
untuk memperoleh derajat kesehatan yang
optimal. Untuk itu diusahakan adanya
pelayanan kesehatan yang lebih luas, merata
dan terjangkau terutama untuk masyarakat
yang berpenghasilan rendah.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Di
dalam penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis
tertentu, tetapi hanya untuk menggambarkan
apa adanya tentang suatu variabel
gejala/keadaan. Untuk melaksanakan
penelitian dengan pendekatan kualitatif,
seorang peneliti harus memperhatikan ciri-
ciri yang mencakup : latar ilmiah, manusia
sebagai alat atau instrumen, metode
kualitatif, anilisa deskriptif lebih
mementingkan proses daripada hasil, adanya
kriteria khusus untuk keabsahan data, desain
yang bersifat sementara serta hasil penelitian
yang dirundingkan dan disepakati bersama.
Sedangkan data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar dan bukan angka-angka,
hal ini dijabarkan oleh adanya penerapan
metode kualitatif. Selain itu semua yang
dikumpulakn berkemungkinan menjadi
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 243
kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
Dengan demikian laporan penelitian akan
berisi kutipan-kutipan untuk memberikan
gambaran penyajian laporan tersebut
(Moleong, 2002: 4-8). Berdasarkan uraian
analisa diatas maka dalam penyajian data
dan penulisan skripsi nantinya peneliti akan
merujuk pada poin-poin diatas, sehingga
diharapkan dalam proses penulisan skripsi
nantinya bisa lebih terarah.
2. Fokus Penelitian
Penetapan fokus penelitian sebagai pusat
perhatian penelitian bertujuan memberi
batas untuk mencegah terjadinya pembiasan
dalam mempersepsikan dan membahas
masalah yang sedang diteliti. Fokus yang
diambil adalah pelaksanaan Gerbangmas
Siaga, capaian dalam standar pelayanan
kesehatan dan percepatan MDG’s serta
faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan gerbangmas Siaga.
3. Analisis Data
Menurut Moleong (2004:247) analisis data
dan proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam pola, kategori
dan satuan uraian sehingga dapat
dikemukakan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja yang disarankan oleh data.
Dari pengertian di atas, jelas bahwa data
yang diperoleh dari lapangan tidak
dibuktikan dengan angka-angka tetapi
berisikan uraian-uraian. Sehingga akan
menggambarkan hasil sesuai data yang
dianalisa, kemudian diinterpretasikan
dimana masalah yang dihadapi atau
diuraikan berpatokan pada teori-teori yang
disajikan dalam bab kajian pustaka
kemudian ditarik kesimpulan.
Dalam penelitian dengan pendekatan
kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang
penelitian dan dilakukan secara terus
menerus dari awal sampai akhir penelitian.
Pembahasan
1. Pelaksanaan Gerbangmas Siaga
Dilihat secara teoritis, Gerbangmas Siaga
merupakan salah satu wujud pelayanan
Pemerintah Kabupaten Lumajang, untuk itu
perlu diperhatikan mengenai prinsip-prinsip
pelayanan yang diberikan. Yang mana
menurut Keputusan MenPAn Nomor 81
tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana
Pelayanan Umum yang harus menjadi
pedoman untuk memberikan pelayanan yang
mencerminkan suatu bentuk pelayanan,
harus didasarkan pada prinsip-prinsip antara
lain: Kesederhanaan, Keamanan, Kejelasan
dan kepastian, Keterbukaan, Efisien,
Ekonomis, Ketepatan waktu, Kenyataan.
Melihat beberapa prinsip pelayanan yang
telah ditentukan oleh MenPan diatas sudah
dipenuhi oleh pihak pelaksana Gerbangmas,
maka bisa kita ketahui bahwa pelaksanaan
program Gerbangmas yang mencakup
banyak kegiatan di Kelurahan
Citrodiwangsan sudah berjalan sesuai
standar. Tinggal kedepannya untuk lebih
ditingkatkan lagi pelayanan yang diberikan
agar pencapaian-pencapaiannya jauh lebih
baik dari tahun ke tahun.
2. Pencapaian Gerbangmas Siaga
a) Pencapaian dalam Standar Pelayanan
Kesehatan
Pencapaian Program Gerbangmas Siaga
dapat kita lihat melalui dari pencapaian
ketiga Posyandu yang ada dikelurahan
Citrodiwangsan yaitu Posyandu Mawar,
Wijaya Kusuma, dan Kartika. Dari
pencapaian tersebut dijelaskan, bahwa
posyandu mawar meraih predikat posyandu
biru/mandiri dilihat dari tingkat capaian
LP3S yaitu sebesar 96,8 %. Di dalam
tingkatan pencapaian tersebut bahwa ada
salah satu indikator PUS Akseptor KB
mempunyai nilai 5 yang artinya realisasi
persen kurang dari target. Tingkat
pencapaian akseptor KB aktif diukur dengan
persentase Pasangan Usia Subur (PUS)
pemakai alat kontrasepsi terhadap seluruh
Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada dalam
posyandu wilayah dan waktu tertentu. Hal
ini terjadi karena masih ada beberapa
masyarakat PUS yang beranggapan bahwa
penggunaan alat kontrasepsi itu tidak
penting serta terlalu ribet.
Sementara itu, di Posyandu
Wijayakusuma beda lagi permasalahan yang
muncul. Dari hasil tingkat pencapaian LP3S
diatas diketahui bahwa, Posyandu
Wijayakusuma meraih predikat posyandu
biru/mandiri. Dari hasil pendataan tersebut
diketahui tingkat pencapaian sebesar 90%,
tetapi masih ada beberapa indikator yang
masih belum mencapai target yang terdiri
dari gakin, cakupan D/S dan Asi exclusive.
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 244
Selanjutnya untuk Posyandu Kartika
dilihat dari hasil tingkat pencapaian LP3S
diatas diketahui bahwa, Posyandu Kartika
meraih predikat posyandu hijau/purnama.
Dari hasil pendataan tersebut diperoleh
tingkat pencapaiannya sebesar 78%, ini juga
menunjukkan bahwa posyandu kartika
merupakan poyandu yang paling rendah
tingkat pencapaiannya. Terdapat beberapa
indikator yang belum memenuhi target dari
yang sudah ditentukan antara lain gakin,
PUS akseptor KB, cakupan D/S, Asi
exclusive, balita kurang gizi, paraling dan
PLP.
Melihat pencapaian ketiga Posyandu
di atas, dapat kita ketahui bahwa setiap
posyandu memiliki masalah-masalah
tersendiri dan cenderung tidak sama
kebutuhan warga di area posyandu tersebut.
Untuk itu, juga perlu diperhatikan solusi
yang bervariasi pula untuk bisa
meningkatkan derajat kesehatan pada suatu
masyarakat. Derajat kesehatan yang
merupakan hasil interaksi dari empat faktor
yaitu:
1) Lingkungan
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Faktor keturunan
Dari keempat faktor tersebut dapat
dikemukakan bahwa dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan, faktor
lingkungan dan perilaku mempunyai
peranan yang besar disamping faktor
pelayanan kesehatan. Untuk itulah,
kerjasama dari masyarakat setempat, kader,
serta aparat dari pemerintah untuk
meningkatkan derajat kesehatan sangat
dibutuhkan.
b) Pencapaian dalam Standar Percepatan
MDG’s
Salah satu komponen dari tujuan target
percepatan MDG’s adalah Memberikan
dukungan kepada Pemerintah Daerah dalam
menyusun inisiatif lokal untuk mendukung
pencapaian MDGs serta kepada kelompok
masyarakat untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang terkait dengan pencapaian
MDGs. Disamping itu, upaya Pemerintah
Kabupaten Lumajang untuk melaksanakan
indikator dalam Gerbangmas siaga
diwujudkan melalui cakupan program
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan
Ibu dan Anak (PWS KIA) yaitu alat
manajemen untuk melakukan pemantauan
program KIA di suatu wilayah kerja secara
terus menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat merupakan suatu
upaya positif. hal ini juga merupakan
pencapaian program MDG’s yang telah
disepakati oleh negara-negara global.
Dari beberapa tujuan MDG’s yang
berkaitan dengan Gerbangmas Siaga, masih
terdapat beberapa kondisi yang belum
memenuhi standar MDG’s yaitu tingkat
kesehatan Ibu dan balitanya. Sesuai dengan
tujuan 4 yaitu menurunkan kematian anak
indikatornya menurunkan angka kematian
balita dan melakukan imunisasi campak
pada balita, tingkat dari keduanya masih
rendah melihat hasil pendataan oleh tim
kesehatan. Kemudian nomer 5
meningkatkan kesehatan ibu dengan
indikatornya menyangkut kematian ibu serta
kelahiran yang dibantu tenaga terlatih.
Dengan adanya indikator tujuan tersebut
sangat membantu dalam menangani masalah
yang menyangkut kesehatan ibu dan anak
sesuai dengan tujuan-tujuan MDG’s. Hal itu
terjadi karena tingkat pendapatan dan tingkat
pendidikan masyarakat Kelurahan
Citrodiwangsan khususnya di wilayah
posyandu Kartika dengan tingkat
pendapatan yang masih rendah. Sehingga
berpengaruh terhadap kualitas hidup serta
kesadaran akan arti pentingnya kesehatan
bagi kehidupannya. Sehingga perlu
optimalisasi dari pihak terkait terutama
posyandu untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan kesadaran masyarakat guna
menciptakan kerjasama yang maksimal.
3. Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat
a) Faktor Pendukung
Pertama keterkaitan antar pihak, berdasarkan
hasil wawancara pada penyajian data, bisa
ketahui bahwa program Gerbangmas Siaga
dapat berjalan karena adanya kemitraan
antara aparat serta masyarakat sebagai upaya
untuk memberdayakan masyarakat. Hal ini
merupakan tindakan positif yang harus terus
dikembangkan karena masyarakat sebagai
obyek sasaran juga turut berpartisipasi aktif
untuk mewujudkan lingkungan masyarakat
yang sehat mulai dari perencanaannya,
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 245
pelaksanaan, serta evaluasi yang turut serta
dilibatkan. Hal ini sesuai dengan definisi
mengenai pemberdayaan yaitu
pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya
adalah nilai kolektif dari pemberdayaan
individual. Konsep empowerment sebagai
suatu konsep alternatif pembangunan pada
intinya memberikan tekanan pada otonomi
pengambilan keputusan dari suatu kelompok
masyarakat yang berdasarkan pada sumber
daya pribadi, langsung (melalui partisipasi),
demokrasi dan pembelajaran sosial melalui
pengalaman langsung. Selain itu juga
Penyokongan yaitu memberikan dukungan
dan bimbingan yang dilakukan oleh pihak
legislative yaitu dengan pengesahan APBD
untuk program Gerbangmas Siaga, dari
eksekutif dengan pembangunan sarana dan
prasarana serta fasilitas lainnya berupa
pendampingan, tenaga kesehatan dan
lainnya agar masyarakat mampu
menjalankan peranan dan tugas-tugas
kehidupanya. Pemberdayaan melalui
program Gerbangmas harus mampu
menyokong masyarakat agar tidak terjatuh
kedalam keadaan posisi yang semakin lemah
dan terpinggirkan.
Kedua partisipasi masyarakat,
antusias masyarakat dalam mendukung
jalannya program sangat mebantu dan
berdampak positif pada lingkungan sekitar.
Ini merupakan salah satu dukungan langsung
dalam pemberdayaan (partisipasi langsung).
Untuk memberdayakan suatu masyarakat,
tentunya harus melewati beberapa tahapan
atau proses. Proses pemberdayaan
masyarakat dapat dilakukan melalui
Pemungkinan yaitu menciptakan suasana
atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang secara optimal.
Disini masyarakat sangat memungkinkan
sekali untuk terlibat secara aktif dalam
pelaksanaan Gerbangmas, yaitu dengan
menjadi kader pada Posyandu yang tersedia
di wilayah Kelurahan Citrodiwangsan. Hal
ini tentunya mampu membebaskan
masyarakat dari sekat-sekat kultural dan
struktural yang menghambat. Kemudian
Penguatan yaitu memperkuat pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki masyarakat
dalam memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Dalam hal ini,
pengetahuan dan kemampuan masyarakat
masih terbatas perlu dibimbing yang
nantinya masyarakat bisa mengambil
keputusan untuk mandiri.
b) Faktor Penghambat
Pertama kualiatas SDM, tingkat kesadaran
masyarakat menjadi salah satu faktor
penghambat dengan masih adanya sikap
acuh dan malu, dari penyajian data fokus
didapatkan bahwa masyarakat kurang bisa
menyadari betapa pentingnya partisipasi
masyarakat dalam mendukung jalannya
program untuk kepentingan bersama.
Khusunya terhadap kesehatan ibu dan anak ,
masih terdapatnya ibu-ibu yang memandang
remehnya kesehatan bayi maupun balitanya
yaitu dengan tidak mengikutsertakan putra -
putrinya pada pemeriksaan rutin yang
diselenggarakan oleh posyandu. Seperti
halnya proses pemberdayaan perlu adanya
Penguatan yaitu memperkuat pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki masyarakat
dalam mempelajari dampak apa yang bisa
berguna bagi semua orang. Sehingga rasa
malu dan acuh tidak lagi membebani
masyarakat dalam bersosialisasi.
Kedua kader, kualitas kader yang
tersedia di wilayah posyandu Kelurahan
Citrodiwangsan masih memiliki kekurangan
dan perlu adannya suatu bimbingan dan
pelatihan guna meningkatkan mutu kader.
Seperti halnya kondisi di lapangan yaitu
pengetahuan dan kemampuan kader masih
terbatas yaitu seperti yang di jelaskan bahwa
mengenai pembuatan proposal masih
monoton, tidak adanya inovasi dan
kreatifitas dari kader-kader Posyandu.
Sehingga cenderung lebih banyak meniru
kader di wilayah posyandu lain. Hal ini juga
menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan berkembang secara optimal.
Kader juga dituntut untuk cepat tanggap
terhadap keluhan-keluhan atau kekurangan
yang terjadi selama pelaksanaan
Gerbangmas Siaga. Hal ini dilakukan untuk
menjamin keselarasan dan keseimbangan
yang memungkinkan setiap orang
memperoleh kesempatan berusaha.
Dari berbagai macam proses di atas,
ternyata terdapat kelemahan pada penguatan
masyarakat terkait dengan pengetahuan,
untuk itu diperlukan peningkatan kapasitas
kemampuan masyarakat yang menyangkut
program Gerbangmas Siaga ini, semisal dari
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 246
pembuatan proposal oleh kader, sosialisasi
ke masyarakat luas, serta menyadarkan ibu-
ibu terkait pentingnya kesehatan bagi dirinya
sendiri, putra-putri, keluarga, maupun
lingkungan sekitar guna tercapainya kualitas
hidup yang lebih baik dan sejahtera.
Kesimpulan
Proses Pelaksanaan Gerbangmas Siaga di
Kelurahan Citrodiwangsan sudah berjalan
baik dan sesuai standar, dimana setiap
kegiatan sudah mencapai target yang sudah
ditetapkan meskipun masih ada beberapa
masalah yang nantinya bisa dipecahkan
bersama-sama aparat terkait yang meliputi
masyarakat, kader, tim PKK dan aparat
kelurahan yang bersangkutan. Dalam aspek
pelayanan sudah sesuai standar sesuai
dengan Keputusan MenPAn Nomor 81
tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana
Pelayanan Umum yang harus menjadi
pedoman untuk memberikan pelayanan yang
mencerminkan suatu bentuk pelayanan yang
menyangkut beberapa prinsip-prinsip dalam
penyelenggaraanya. Sehingga kedepannya
bisa lebih ditingkatkan lagi agar capaian dari
tahun berikutnya lebih baik lagi bagi semua
pihak.
Pencapaian bisa dilihat dari hasil
LP3S yang dipilih oleh peneliti sebagai
perbandingan antara posyandu terbaik dan
terendah, didapatkan berupa permasalahan
yang berbeda-beda melalui indikator dari
masing-masing wilayah posyandu. Maka
untuk menangani beberapa permasalahan
yang berbeda-beda melihat faktor
dilapangan, dari hasil penelitian didapatkan
bahwa faktor lingkungan dan perilaku
mempunyai peranan yang besar disamping
faktor pelayanan kesehatan. Untuk itulah,
kerjasama dari masyarakat setempat, kader,
serta aparat dari pemerintah untuk
meningkatkan derajat kesehatan sangat
dibutuhkan. Upaya yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk
mencapai percepatan MDG’s diwujudkan
melalui capaian cakupan Pemantauan
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS KIA) yaitu alat manajemen untuk
melakukan pemantauan program KIA di
suatu wilayah kerja secara terus menerus,
agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat merupakan suatu upaya
positif. Tujuan-tujuan MDG’s ini memiliki
beberapa poin yang dijadikan standar
pencapaian dalam pelaksanaan program
yang menyangkut kesehatan balitan dan
kesehatan ibu dan anak serta kelestarian
lingkungan. Dari beberapa tujuan MDG’s
yang berkaitan dengan Gerbangmas Siaga,
masih terdapat beberapa kondisi yang belum
memenuhi standar MDG’s yaitu tingkat
kesehatan Ibu dan balitanya. Hal ini terjadi
karena tingkat pendapatan dan tingkat
pendidikan masyarakat Kelurahan
Citrodiwangsan khususnya di wilayah
posyandu Kartika dengan tingkat
pendapatan yang masih rendah. Sehingga
berpengaruh terhadap kualitas hidup serta
kesadaran akan arti pentingnya kesehatan
bagi kehidupannya.
Faktor pendukung dari pelaksanaan
Gerbangmas Siaga di Kelurahan
Citrodiwangsan terdiri dari beberapa hal,
yang pertama keterkaitan antar pihak yaitu
kerjasama untuk menciptakan suatu sistem
yang baik sehingga bisa mencapai tujuan
yang ditetapkan. Perlu disadari bahwa
dampak dari Gerbangmas Siaga adalah
dampak positif dalam peningkatan derajad
dan kualitas kesehatan masyarakat dan
lingkungan dalam rangka mewujudkan
keterpaduan pelaksanaan gerakan maka
pemerintah Kabupaten Lumajang selaku
inisiator dan fasilitator gerakan
membutuhkan dukungan berupa kemitraan
dari berbagai kalangan baik lintas program
dan sektor, tokoh masyarakat, tokoh agama,
media massa, organisasi sosial/keagamaan.
Sehingga berdampak positif dalam
peningkatan derajat dan kualitas kesehatan
masyarakat dan lingkungan dalam rangka
mewujudkan keterpaduan pelaksanaan
program. Kedua, partisipasi masyarakat
sangat berperan positif dalam pelaksanaan
untuk mendukung sukses dan lancarnya
porgram ini berjalan. Sehingga bisa menjadi
contoh dan motivasi bagi semua pihak untuk
terus berperan aktif. Faktor penghambat
pelaksanaan Gerbangmas Siaga di
Kelurahan Citrodiwangsan yang pertama,
sumber daya manusia (SDM) selaku
beberapa masyarakat yang masih kurang
tanggap dan aktif dalam mendukung
jalannya pelaksanaan program. Disebabkan
ada beberapa alasan yaitu adanya sifat malu
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 247
dan kurangnya kesadaran terhadap
lingkungan sekitar untuk bisa merubah
menjadi lebih baik. Kedua, kader yang
masih kurang kreatif dalam melaksanakan
kegiatan seperti pendataan yang masih
kurang bisa berkreasi dalam menangani
permasalahan di lapangan.
Daftar Pustaka
A/RES/55/2. United Nations Millenium Declaration. dari http://daccess-dds-ny.un.org. Diakses tanggal
7 Oktober 2011
Keputusan MenPAn Nomor 81 tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum diakses
pada tanggal 11 Mei 2012 dari http://www.menpan.go.id
Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 331/Menkes/SKIV/2006 Tentang Rencana Strategis
Departemen Kesehatan Tahun 2005-2009 diakses pada tanggal 16 November 2011 dari
http:/www.depkes.go.id
Miles, mattew B dan A Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif (Buku sumber tentang
metode-metode baru). Jakarta. Universitas Indonesia.
Moleong, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Fadel. 2006. Pembangunan Daerah Fokus Pada Keunggulan Daerah.
http//.www.irf4n.wordpress.com diakses pada tanggal 2 Mei 2012.
Muhammad, Fadel. 2007. Signifikasi Kapasitas Manajemen Kewirausahaan dan Kinerja
Pemerintah Daerah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Muluk, Khairul. M. R. 2008. Knowledge Management. Bayumedia Publishing. Malang.
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor : 34 Tahun 2005 Nomor :
1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota sehat diakses pada tanggal
16 November 2011 dari http:/www.depkes.go.id
Sukarno, A. Ahmad. 2009. Perencanaan strategis pemerintah daerah : Penerapan dan permasalahan
terkait kebijakan pembangunan sektor pendidikan dan kesehatan. Jurnal Administrasi Publik. 5
(2): 13-28.
Sulistyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Yogyakarta. Gaya Media
Undang-Undang No. 32 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan diakses pada tanggal 22
Maret 2012dari http://www.depdagri.go.id
Widodo, Joko. 2001. Good Governance : Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi
Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Insan Cendekia, 2001