data terbaru 2015

10
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 238 PELAKSANAAN GERAKAN MEMBANGUN MASYARAKAT SEHAT (GERBANGMAS SIAGA) SEBAGAI INOVASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI KELURAHAN CITRODIWANGSAN KECAMATAN LUMAJANG KABUPATEN LUMAJANG Nazarus Sururi, Heru Ribawanto, Mochammad Rozikin Jurusan Administrasi Publik, FIA, Universitas Brawijaya,Malang. email: [email protected] Abstrak: The program was created by the Regional Government Lumajang the object of which is community and neighborhood health center as the prime mover. The purpose of this program is also related to the target Lumajang Healthy 2014 and also supports the acceleration of the achievement of the MDG's by 2015. Researchers discuss the extent to which the program is running and supporting and inhibiting factors. Using descriptive research method with a qualitative approach to data analysis an interactive model Miles and Huberman. Results from the study showed that the implementation of the program has been running gerbangmas siaga better and improved. Judging from the results of program achievements through LP3S and PWS KIA in relation to MDGs. Several factors support the program nets relationship between the parties and participation, while inhibiting the low level of human resources and quality cadre needs to be improved. Advice from researchers that revitalize the neighborhood health center as the prime mover and improving the quality of cadres who carry out more enhanced. The promotion of community empowerment programs that positively impact the economic level of the population and an increase in the degree of quality of life. Keywords: Gerbangmas Siaga, Public Services of Health, Empowerment Abstrak: Program ini dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang yang objeknya adalah masyarakat dan posyandu sebagai penggerak utama. Tujuan program ini juga menyangkut target Lumajang Sehat tahun 2014 dan juga mendukung percepatan pencapaian MDG’s 2015. Peneliti membahas sejauh mana program ini berjalan dan faktor pendukung dan penghambatnya. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan analisis data model interaktif Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program gerbangmas siaga sudah berjalan dengan baik dan perlu ditingkatkan. Melihat dari hasil capaian program melalui LP3S dan PWS KIA dalam kaitannya dengan MDG’s. Beberapa faktor pendukung jalanya program yaitu keterkaitan antar pihak dan partisipasi masyarakat, sedangkan penghambatnya yaitu tingkat SDM yang masih rendah serta kualitas kader yang perlu ditingkatkan. Saran dari peneliti yaitu merevitalisasi posyandu sebagai penggerak utama dan peningkatan kualitas kader selaku pelaksana lebih ditingkatkan. Penggalakan program pemberdayaan masyarakat agar berdampak positif terhadap tingkat ekonomi penduduk dan peningkatan derajat kualitas hidup masyarakat. Kata kunci: gerbangmas siaga, pelayanan kesehatan, pemberdayaan. Pendahuluan Persaingan masyarakat dalam era globalisasi saat ini semakin tinggi, sehingga dituntut bagi bangsa kita untuk mampu memainkan perannya dalam kancah pergaulan internasional. Menjawab tuntutan persaingan global tersebut, bangsa kita harus berbenah diri untuk mewujudkan daya saing yang tinggi melalui pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan manusia Indonesia merupakan salah satu dari tujuan nasional yang tertuang dalam UUD 1945, yaitu memajukan kesejahtraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Sadar

Upload: norita-wichy

Post on 31-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Penjelasan tentang kesehatan data terbaru 2015

TRANSCRIPT

Page 1: Data terbaru 2015

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 238

PELAKSANAAN GERAKAN MEMBANGUN MASYARAKAT SEHAT

(GERBANGMAS SIAGA) SEBAGAI INOVASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN

DI KELURAHAN CITRODIWANGSAN KECAMATAN LUMAJANG KABUPATEN

LUMAJANG

Nazarus Sururi, Heru Ribawanto, Mochammad Rozikin Jurusan Administrasi Publik, FIA, Universitas Brawijaya,Malang.

email: [email protected]

Abstrak: The program was created by the Regional Government Lumajang the object of which is

community and neighborhood health center as the prime mover. The purpose of this program is

also related to the target Lumajang Healthy 2014 and also supports the acceleration of the

achievement of the MDG's by 2015. Researchers discuss the extent to which the program is

running and supporting and inhibiting factors. Using descriptive research method with a

qualitative approach to data analysis an interactive model Miles and Huberman. Results from the

study showed that the implementation of the program has been running gerbangmas siaga better

and improved. Judging from the results of program achievements through LP3S and PWS KIA in

relation to MDGs. Several factors support the program nets relationship between the parties and

participation, while inhibiting the low level of human resources and quality cadre needs to be

improved. Advice from researchers that revitalize the neighborhood health center as the prime

mover and improving the quality of cadres who carry out more enhanced. The promotion of

community empowerment programs that positively impact the economic level of the population

and an increase in the degree of quality of life.

Keywords: Gerbangmas Siaga, Public Services of Health, Empowerment

Abstrak: Program ini dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang yang objeknya adalah

masyarakat dan posyandu sebagai penggerak utama. Tujuan program ini juga menyangkut target

Lumajang Sehat tahun 2014 dan juga mendukung percepatan pencapaian MDG’s 2015. Peneliti

membahas sejauh mana program ini berjalan dan faktor pendukung dan penghambatnya. Dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan analisis data

model interaktif Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan

program gerbangmas siaga sudah berjalan dengan baik dan perlu ditingkatkan. Melihat dari hasil

capaian program melalui LP3S dan PWS KIA dalam kaitannya dengan MDG’s. Beberapa faktor

pendukung jalanya program yaitu keterkaitan antar pihak dan partisipasi masyarakat, sedangkan

penghambatnya yaitu tingkat SDM yang masih rendah serta kualitas kader yang perlu

ditingkatkan. Saran dari peneliti yaitu merevitalisasi posyandu sebagai penggerak utama dan

peningkatan kualitas kader selaku pelaksana lebih ditingkatkan. Penggalakan program

pemberdayaan masyarakat agar berdampak positif terhadap tingkat ekonomi penduduk dan

peningkatan derajat kualitas hidup masyarakat.

Kata kunci: gerbangmas siaga, pelayanan kesehatan, pemberdayaan.

Pendahuluan

Persaingan masyarakat dalam era globalisasi

saat ini semakin tinggi, sehingga dituntut

bagi bangsa kita untuk mampu memainkan

perannya dalam kancah pergaulan

internasional. Menjawab tuntutan persaingan

global tersebut, bangsa kita harus berbenah

diri untuk mewujudkan daya saing yang

tinggi melalui pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya. Pembangunan manusia

Indonesia merupakan salah satu dari tujuan

nasional yang tertuang dalam UUD 1945,

yaitu memajukan kesejahtraan umum, dan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Sadar

Page 2: Data terbaru 2015

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 239

akan kondisi kehidupan masyarakat kita

yang ditandai masih rendahnya kualitas

hidup dengan tingkat kesejahtraan yang

rendah, dan rendahnya kualitas sumber daya

manusia yang ditandai dengan tingkat

pendidikan dan kesehatan yang masih

rendah, maka merupakan kewajiban kita

untuk mendorong percepatan pencapaian ke

dua tujuan nasional tersebut di atas.

Kesatuan visi nasional, keterpaduan

langkah dan kesamaan tekad dapat

menjawab tantangan dalam pembangunan

sektor kesehatan dan dilakukan melalui

perencanaan pembangunan yang matang

dari pusat hingga daerah, yaitu perencanaan

pembangunan yang dilaksanakan dalam

tahapan-tahapan rencana pembangunan baik

terdiri dari tahapan pembangunan jangka

panjang, tahapan pembangunan jangka

menengah, maupun pembangunan yang

dilakukan dalam kurun waktu setahun.

Tahapan pembangunan tersebut akan

dilakukan berkesinambungan melalui

mekanisme pergantian kepemimpinan dalam

pemerintahan setiap lima tahun sekali.

Pergantian kepemimpinan tersebut

membawa pengaruh pada sistem

perencanaan pembangunan utamanya terkait

dengan rencana pembangunan lima tahunan.

(Sukarno,2009)

Kesehatan merupakan tanggung

jawab bersama dari setiap individu,

masyarakat, pemerintah, dan swasta. Apa

pun program yang dibuat pemerintah dalam

sektor kesehatan, tanpa partisipasi

masyarakat dalam prosesnya, keberhasilan

program yang diharapkan tidak akan

tercapai. Dengan kata lain, partisipasi

masyarakat dalam memelihara kesehatannya

merupakan salah satu indikator yang

menentukan keberhasilan pembangunan

kesehatan. Kesadaran akan pentingnya peran

masyarakat ini dituangkan dalam misi

pembangunan kesehatan yang dirumuskan

untuk mencapai visi Indonesia Sehat, yakni:

(1) Menggerakkan pembangunan nasional

berwawasan kesehatan, (2) Mendorong

kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,

(3) Memelihara dan meningkatkan

pelayanan kesehatan yang bermutu, merata

dan terjangkau, (4) Memelihara dan

meningkatkan kesehatan individu, keluarga

dan masyarakat termasuk lingkungannya.

Indonesia dengan visinya “ Indonesia

Sehat 2010” menggambarkan bahwa

masyarakat Indonesia di masa depan yang

penduduknya hidup dalam lingkungan dan

perilaku sehat, mampu menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan

merata, serta memiliki derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya. Hal ini sesuai

dengan tujuan Nasional Bangsa dan untuk

memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi

dan keadilan sosial. Pembangunan kesehatan

adalah bagian dari pembangunan nasional

yang bertujuan meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

Menyadari bahwa partisipasi masyarakat

dalam wujud memelihara dan meningkatkan

kesehatannya melalui perilaku sehat

merupakan indikator berhasilnya

pembangunan kesehatan, konsep

pemberdayaan dengan berbagai bentuk

hendaknya lebih banyak dikembangkan dan

diimplementasikan dalam mencapai

Indonesia Sehat yang dicita-citakan,

termasuk dalam memenuhi komitmen global

bangsa kita dengan negara-negara lainnya,

yakni Millineum Development Goals.

Program Millenium Development

Goals (MDGs) merupakan Rencana

Strategis Menteri Kesehatan (2009)

dikatakan sebagai satu set tujuan

pembangunan, Deputi Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional (2011) memaparkan

bahwa, hal ini karena MDGs berisi delapan

target pembangunan yang harus dicapai oleh

negara yang menyepakatinya pada tahun

2015. Delapan target pembangunan tersebut

adalah: (1) Memberantas kelaparan dan

kemiskinan yang ekstrim (2) Memperoleh

pendidikan dasar (3) Mempromosikan

persamaan gender dan pemberdayaan

perempuan (4) Mengurangi jumlah kematian

anak (5) Meningkatkan kesehatan maternal

(kesehatan ibu) (6) Memerangi infeksi HIV

atau AIDS, malaria dan penyakit menular

lainnya (7) Menjamin kelangsungan

lingkungan hidup (8) Mengembangkan

kerjasama global untuk pembangunan.

Indonesia juga ikut serta berpartisipasi

Page 3: Data terbaru 2015

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 240

melaksanakan program Millenium

Development Goals (MDG’s) dalam rangka

mensejahterakan masyarakat. Indonesia

sebagai negara berkembang merupakan

negara yang mengalami tingkat kemajuan

yang signifikan dalam rangka memenuhi

target MDGs tahun 2015.

Terkait hal tersebut, sebagai negara

berkembang Indonesia juga merupakan

negara kesatuan sebagaimana diatur dalam

pasal 1 ayat 1 UUD Negara Republik

Indonesia 1945, negara Indonesia

menjalankan asas desentralisasi. Bentuk dari

pelaksanaan asas desentralisasi adalah

terselenggaranya otonomi daerah

sebagaimana diatur dalam UU No. 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Penyelenggaraan otonomi daerah harus

diartikan sebagai upaya mendekatkan

fungsi-fungsi pelayanan umum pemerintah

terhadap masyarakat dan bermuara pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat

dalam segala bidang kehidupan, termasuk

dalam bidang kesehatan. Berkaitan dengan

penyelenggaraan otonomi daerah serta

bergulirnya era millenium saat ini,

pemerintah daerah dituntut agar memberikan

kesejahteraan kepada masyarakat daerah

dengan penyediaan pelayanan publik yang

dibutuhkan, terutama dalam menjamin

kesehatan masyarakat.

Hal ini diwujudkan dalam bentuk

suatu program yang dibuat oleh pemerintah

daerah kabupaten Lumajang yang bernama

Gerbangmas (Gerakan Membangun

Masyarakat Sehat) seperti yang disampaikan

oleh Menteri Dalam Negeri (2005)

mengenai penyelenggaraan kabupaten/kota

sehat. Gerbangmas adalah suatu tindakan

yang terprogram dan terencana dalam

rangka membangkitkan kemauan dan

semangat dari, oleh dan untuk masyarakat

agar terjadi perubahan kearah yang lebih

baik dan lebih sehat. Dapat diketahui bahwa

Gerbangmas adalah sebuah organisasi yang

dibentuk oleh pemerintah kabupaten

Lumajang sebagai upaya untuk melakukan

pembangunan masyarakat, melalui program

yang terencana. Hal ini terdapat fungsi dan

tujuan pembangunan sebagai suatu proses

perubahan yang lebih baik secara berencana

dan berkesinambungan untuk kesejahteraan

masyarakat. Organisasi Gerbangmas pada

dasarnya adalah pengorganisasian dan

pengembangan masyarakat

pengorganisasian dan pengembangan

masyarakat. Pengembangan dan

pengorganisasian masyarakat adalah suatu

proses ketika suatu masyarakat berusaha

menentukan kebutuhan-kebutuhan atau

tujuannya, mengatur atau menyusun,

mengembangkan kepercayaan dan hasrat

untuk memenuhinya, menentukan sumber-

sumber (dari dalam atau dari luar

masyarakat) mengambil tindakan yang

diperlukan sehubungan dengan pemenuhan

kebutuhan-kebutuhannya ini dan dalam

pelaksanaan keseluruhannya, memperluas

dan mengembangkan sikap-sikap dan

praktik-praktik kooperatif dan kolaboratif

didalam masyarakat. Dimana melalui

pembangunan, masyarakat di Kabupaten

Lumajang dapat diberdayakan secara

maksimal. Berdasarkan hal yang melatar

belakangi diatas, maka peneliti mengambil

rumusan masalah antara lain

1. Pelaksanaan Gerbangmas Siaga di

Kabupaten Lumajang sehingga dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan.

2. Hal-hal yang menjadi pendukung dan

penghambat dalam pelaksanaanya untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan.

Tinjauan Pustaka

1. Millenium Development Goals (MDG’s)

Millenium Development Goals (MDGs)

merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan

global untuk memperbaiki kesejahteraan

masyarakat ditunjukkan oleh paket berisi

tujuan yang mempunyai batas waktu dan

target terukur. Berdasarkan Paparan Deputi

Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional (2011) bahwa Pemerintah

Indonesia telah mengarusutamakan

(mainstreaming) MDGs dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2004-2009 dan RPJMN 2010-

2014, Rencana Pembangunan Tahunan

Nasional (RPTN), serta dokumen APBN.

Kesepakatan tentang Millenium

Development Goals (MDGs) tersebut

merupakan komitmen 189 negara untuk

mewujudkannya. Kesepakatan tersebut

tertuang dalam delapan tujuan yang terkait

dengan kemiskinan atau kelaparan,

pendidikan, kesetaraan gender, kesehatan

Page 4: Data terbaru 2015

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 241

dan lingkungan hidup. Dari delapan target

tersebut, terlihat jelas bahwa MDG’s

merupakan target pembangunan yang wajar

dan tidak problematis. Bahkan sudah

menjadi kewajaran ketika hampir seluruh

negara menyepakatinya termasuk Indonesia.

Dalam pendekatanya ini terdapat suatu

tujuan yaitu memberdayakan masyarakat

untuk menuju Millenium Development

Goal’s (MDGs), adapun pemberdayaaan

masyarakat merupakan proses penguatan

masyarakat dengan cara memberikan

motivasi dan dorongan agar masyarakat

mampu menggali potensi diri dan berani

bertindak untuk memperbaiki kualitas

hidupnya.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya

adalah nilai kolektif dari pemberdayaan

individual. Konsep empowerment sebagai

suatu konsep alternatif pembangunan pada

intinya memberikan tekanan pada otonomi

pengambilan keputusan dari suatu kelompok

masyarakat yang berdasarkan pada sumber

daya pribadi, langsung (melalui partisipasi),

demokrasi dan pembelajaran sosial melalui

pengalaman langsung. Konsep

empowerment merupakan hasil kerja dari

proses interaksi baik ditingkat ideologis

maupun praktis. Ditingkat ideologis konsep

empowerment merupakan hasil interaksi

antara konsep up-down dan bottom-up antara

“growth strategy dan people centered

strategy” sedangkan ditingkat praktis

interaksi akan terjadi lewat pertarungan

otonomi.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari

pemberdayaan adalah untuk membentuk

suatu individu dan masyarakat menjadi

mandiri. Kemandirian tersebut meliputi

kemandirian berfikir, bertindak dan

mengendalikan apa yang mereka lakukan

tersebut. Maka, upaya pemberdayaan

masyarakat adalah kemampuan dan

kebebasan untuk membuat pilihan baik

untuk menentukan atau memperbaiki

kehidupannya sehingga dapat memberikan

kontribusi pada terciptanya kemandirian

dalam aspek kognitif, konatif, psikomotorik

dan afektif serta tujuan masyarakat yang

dicita-citakan. (Sulistyani,2004:80)

Proses pemberdayaan masyarakat

dapat dilakukan yang dapat disingkat

menjadi 5p, yaitu: Pemungkinan, Penguatan,

Perlindungan, Penyokongan dan

Pemeliharaan. Untuk itu diperlukan

peningkatan kesadaran tentang pemahaman

masyarakat dalam arti luas dan struktur

penindasan, mengajarkan pada masyarakat

tentang pengertian dan ketrampilan untuk

perubahan yang efektif. Dengan demikian

upaya dan strategi dalam pemberdayaan

masyarakat haruslah dapat menggerakkan

kemampuan masyarakat dalam berfikir,

bertindak dan terlibat langsung dalam

pembangunan. Idealnya dalam proses

pemberdayaan dapat terjadi sinergi dari

kelompok pemberi dan penerima

pemberdayaan itu sendiri. Memang sangat

sulit untuk merencanakan ataupun

merancang strategi seperti ini, akan tetapi

setidaknya kita dapat menawarkan alternatif

agar strategi pemberdayaan bisa mencapai

tujuan.

3. Inovasi Sektor Publik

Inovasi adalah proses menemukan atau

mengimplementasikan sesuatu yang baru ke

dalam situasi yang baru. Konsep kebaruan

ini berbeda bagi kebanyakan orang karena

sifatnya relatif karena apa yang dianggap

baru oleh seseorang atau pada suatu konteks

dapat jadi merupakan sesuatu yang lama

bagi orang lain atau dalam konteks yang lain

(Helmi dan Hadi, 2004). inovasi sektor

publik merupakan salah satu jalan atau

bahkan “breakthrough” untuk mengatasi

kemacetan dan kebuntuan organisasi di

sektor publik. Karakteristik dari sistem di

sektor publik yang statis dan kaku harus

mampu dicairkan melalui penularan budaya

inovasi. Budaya inovasi ini harus dapat

dipertahankan dan dikembangkan lebih baik

lagi. Hal ini tidak terlepas dari dinamika

eksternal dan tuntutan perubahan yang

sedemikian cepat, yang terjadi di luar

organisasi publik. Selain itu perubahan di

masyarakat dengan tingkat literasi yang

lebih baik berdampak munculnya kesadaran

(awarenes) yang lebih baik akan haknya.

Dengan demikian maka sektor publik dapat

menjadi sektor yang dapat mengakomodasi

dan merespon secara cepat setiap perubahan

yang terjadi (Suwarno, 2006).

Inovasi di sektor publik di era ini

menjadi sangat penting karena adanya

peluang kompetisi antar daerah dan antar

Page 5: Data terbaru 2015

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 242

lembaga publik, dan kemungkinan ancaman

kelangsungan hidup organisasi. Inovasi di

sektor publik pernah dan sedang dijalankan

oleh beberapa daerah untuk menyelesaikan

berbagai persoalan pelayanan dan

pembangunan. Inovasi di sektor publik ini

menjadi relevan karena fungsi alternatifnya

untuk mencari solusi baru atas persoalan

lama yang tak kunjung tuntas (new solutions

to old problem). Inovasi juga merupakan

instrumen untuk mengembangkan cara-cara

baru dalam menggunakan sumber daya dan

memenuhi kebutuhan secara lebih efektif.

Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan strategi dan tindakan

dalam pelayanan publik (Muluk,2008).

Dalam hal inovasi sektok publik, pemerintah

mempunyai tiga peranan kebijakan terkait

dengan inovasi, yaitu (1) Inovasi kebijakan

yang arah baru dalam kebijakan dan inisiatif,

(2) Inovasi dalam proses pembuatan

kebijakan dan (3) Kebijakan untuk

mengembangkan inovasi dan penyebaranya

(Muhammad,2007). Dengan demikian inti

dari inovasi adalah mengubah sesuatu hal

menjadi sesuatu yang baru dan perubahan

menuju hal-hal baru.

4. Pelayanan Kesehatan

Dalam menentukan kualitas pelayanan

publik sangat dipengaruhi oleh faktor

struktur organisasi, kemampuan aparat dan

sistem pelayanan. Ketiga faktor ini saling

berkaitan satu sama lain dan tidak dapat

dipisahkan dalam ikut menentukan tinggi

rendahnya dan baik buruknya suatu

pelayanan yang diselenggarakan oleh

pemerintah. Kualitas pelayanan publik

mempunyai indikator ketepatan waktu,

kemudahan dalam pengajuan, akurasi

pelayanan yang bebas dari kesalahan dan

biaya pelayanan. Hal tersebut sangat

dipengaruhi oleh faktor struktur organisasi,

kemampuan aparat dan sistem

pelayanan.(Widodo,2001)

Semakin baik faktor struktur

organisasi, kemampuan aparat dan sistem

pelayanan maka kualitas pelayanan publik

akan semakin baik pula dan semakin dapat

memuaskan masyarakat sebagai pengguna

hasil pelayanan.. Pelayanan kesehatan

merupakan suatu bentuk upaya kesehatan

sebagaimana disebutkan dalam Undang-

undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 1 yaitu

setiap kegiatan dan serangkaian kegiatan

yang dilakukan secara terpadu, terintregasi

dan berkesinambungan untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dalam bentuk pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan,

pengobatan penyakit dan pemulihan

kesehatan oleh pemerintah dan/atau

masyarakat. Sebagai awal untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

bagi masyarakat, diselenggarakan upaya

kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit

dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan

melalui kegiatan perbaikan gizi pengamanan

makanan dan minuman, kesehatan

lingkungan, kesehatan jiwa, pemberantasan

penyakit, penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan, penyuluhan kesehatan

masyarakat, pengamanan persediaan farmasi

dan alat kesehatan dan sebagainya. Oleh

karena itu pelayanan kesehatan masih perlu

ditingkatkan dengan memikirkan

kesempatan yang lebih bagi setiap penduduk

untuk memperoleh derajat kesehatan yang

optimal. Untuk itu diusahakan adanya

pelayanan kesehatan yang lebih luas, merata

dan terjangkau terutama untuk masyarakat

yang berpenghasilan rendah.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Di

dalam penelitian deskriptif tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis

tertentu, tetapi hanya untuk menggambarkan

apa adanya tentang suatu variabel

gejala/keadaan. Untuk melaksanakan

penelitian dengan pendekatan kualitatif,

seorang peneliti harus memperhatikan ciri-

ciri yang mencakup : latar ilmiah, manusia

sebagai alat atau instrumen, metode

kualitatif, anilisa deskriptif lebih

mementingkan proses daripada hasil, adanya

kriteria khusus untuk keabsahan data, desain

yang bersifat sementara serta hasil penelitian

yang dirundingkan dan disepakati bersama.

Sedangkan data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, gambar dan bukan angka-angka,

hal ini dijabarkan oleh adanya penerapan

metode kualitatif. Selain itu semua yang

dikumpulakn berkemungkinan menjadi

Page 6: Data terbaru 2015

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 243

kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

Dengan demikian laporan penelitian akan

berisi kutipan-kutipan untuk memberikan

gambaran penyajian laporan tersebut

(Moleong, 2002: 4-8). Berdasarkan uraian

analisa diatas maka dalam penyajian data

dan penulisan skripsi nantinya peneliti akan

merujuk pada poin-poin diatas, sehingga

diharapkan dalam proses penulisan skripsi

nantinya bisa lebih terarah.

2. Fokus Penelitian

Penetapan fokus penelitian sebagai pusat

perhatian penelitian bertujuan memberi

batas untuk mencegah terjadinya pembiasan

dalam mempersepsikan dan membahas

masalah yang sedang diteliti. Fokus yang

diambil adalah pelaksanaan Gerbangmas

Siaga, capaian dalam standar pelayanan

kesehatan dan percepatan MDG’s serta

faktor pendukung dan penghambat

pelaksanaan gerbangmas Siaga.

3. Analisis Data

Menurut Moleong (2004:247) analisis data

dan proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data kedalam pola, kategori

dan satuan uraian sehingga dapat

dikemukakan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja yang disarankan oleh data.

Dari pengertian di atas, jelas bahwa data

yang diperoleh dari lapangan tidak

dibuktikan dengan angka-angka tetapi

berisikan uraian-uraian. Sehingga akan

menggambarkan hasil sesuai data yang

dianalisa, kemudian diinterpretasikan

dimana masalah yang dihadapi atau

diuraikan berpatokan pada teori-teori yang

disajikan dalam bab kajian pustaka

kemudian ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian dengan pendekatan

kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang

penelitian dan dilakukan secara terus

menerus dari awal sampai akhir penelitian.

Pembahasan

1. Pelaksanaan Gerbangmas Siaga

Dilihat secara teoritis, Gerbangmas Siaga

merupakan salah satu wujud pelayanan

Pemerintah Kabupaten Lumajang, untuk itu

perlu diperhatikan mengenai prinsip-prinsip

pelayanan yang diberikan. Yang mana

menurut Keputusan MenPAn Nomor 81

tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana

Pelayanan Umum yang harus menjadi

pedoman untuk memberikan pelayanan yang

mencerminkan suatu bentuk pelayanan,

harus didasarkan pada prinsip-prinsip antara

lain: Kesederhanaan, Keamanan, Kejelasan

dan kepastian, Keterbukaan, Efisien,

Ekonomis, Ketepatan waktu, Kenyataan.

Melihat beberapa prinsip pelayanan yang

telah ditentukan oleh MenPan diatas sudah

dipenuhi oleh pihak pelaksana Gerbangmas,

maka bisa kita ketahui bahwa pelaksanaan

program Gerbangmas yang mencakup

banyak kegiatan di Kelurahan

Citrodiwangsan sudah berjalan sesuai

standar. Tinggal kedepannya untuk lebih

ditingkatkan lagi pelayanan yang diberikan

agar pencapaian-pencapaiannya jauh lebih

baik dari tahun ke tahun.

2. Pencapaian Gerbangmas Siaga

a) Pencapaian dalam Standar Pelayanan

Kesehatan

Pencapaian Program Gerbangmas Siaga

dapat kita lihat melalui dari pencapaian

ketiga Posyandu yang ada dikelurahan

Citrodiwangsan yaitu Posyandu Mawar,

Wijaya Kusuma, dan Kartika. Dari

pencapaian tersebut dijelaskan, bahwa

posyandu mawar meraih predikat posyandu

biru/mandiri dilihat dari tingkat capaian

LP3S yaitu sebesar 96,8 %. Di dalam

tingkatan pencapaian tersebut bahwa ada

salah satu indikator PUS Akseptor KB

mempunyai nilai 5 yang artinya realisasi

persen kurang dari target. Tingkat

pencapaian akseptor KB aktif diukur dengan

persentase Pasangan Usia Subur (PUS)

pemakai alat kontrasepsi terhadap seluruh

Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada dalam

posyandu wilayah dan waktu tertentu. Hal

ini terjadi karena masih ada beberapa

masyarakat PUS yang beranggapan bahwa

penggunaan alat kontrasepsi itu tidak

penting serta terlalu ribet.

Sementara itu, di Posyandu

Wijayakusuma beda lagi permasalahan yang

muncul. Dari hasil tingkat pencapaian LP3S

diatas diketahui bahwa, Posyandu

Wijayakusuma meraih predikat posyandu

biru/mandiri. Dari hasil pendataan tersebut

diketahui tingkat pencapaian sebesar 90%,

tetapi masih ada beberapa indikator yang

masih belum mencapai target yang terdiri

dari gakin, cakupan D/S dan Asi exclusive.

Page 7: Data terbaru 2015

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 244

Selanjutnya untuk Posyandu Kartika

dilihat dari hasil tingkat pencapaian LP3S

diatas diketahui bahwa, Posyandu Kartika

meraih predikat posyandu hijau/purnama.

Dari hasil pendataan tersebut diperoleh

tingkat pencapaiannya sebesar 78%, ini juga

menunjukkan bahwa posyandu kartika

merupakan poyandu yang paling rendah

tingkat pencapaiannya. Terdapat beberapa

indikator yang belum memenuhi target dari

yang sudah ditentukan antara lain gakin,

PUS akseptor KB, cakupan D/S, Asi

exclusive, balita kurang gizi, paraling dan

PLP.

Melihat pencapaian ketiga Posyandu

di atas, dapat kita ketahui bahwa setiap

posyandu memiliki masalah-masalah

tersendiri dan cenderung tidak sama

kebutuhan warga di area posyandu tersebut.

Untuk itu, juga perlu diperhatikan solusi

yang bervariasi pula untuk bisa

meningkatkan derajat kesehatan pada suatu

masyarakat. Derajat kesehatan yang

merupakan hasil interaksi dari empat faktor

yaitu:

1) Lingkungan

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Faktor keturunan

Dari keempat faktor tersebut dapat

dikemukakan bahwa dalam upaya

meningkatkan derajat kesehatan, faktor

lingkungan dan perilaku mempunyai

peranan yang besar disamping faktor

pelayanan kesehatan. Untuk itulah,

kerjasama dari masyarakat setempat, kader,

serta aparat dari pemerintah untuk

meningkatkan derajat kesehatan sangat

dibutuhkan.

b) Pencapaian dalam Standar Percepatan

MDG’s

Salah satu komponen dari tujuan target

percepatan MDG’s adalah Memberikan

dukungan kepada Pemerintah Daerah dalam

menyusun inisiatif lokal untuk mendukung

pencapaian MDGs serta kepada kelompok

masyarakat untuk melakukan kegiatan-

kegiatan yang terkait dengan pencapaian

MDGs. Disamping itu, upaya Pemerintah

Kabupaten Lumajang untuk melaksanakan

indikator dalam Gerbangmas siaga

diwujudkan melalui cakupan program

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan

Ibu dan Anak (PWS KIA) yaitu alat

manajemen untuk melakukan pemantauan

program KIA di suatu wilayah kerja secara

terus menerus, agar dapat dilakukan tindak

lanjut yang cepat dan tepat merupakan suatu

upaya positif. hal ini juga merupakan

pencapaian program MDG’s yang telah

disepakati oleh negara-negara global.

Dari beberapa tujuan MDG’s yang

berkaitan dengan Gerbangmas Siaga, masih

terdapat beberapa kondisi yang belum

memenuhi standar MDG’s yaitu tingkat

kesehatan Ibu dan balitanya. Sesuai dengan

tujuan 4 yaitu menurunkan kematian anak

indikatornya menurunkan angka kematian

balita dan melakukan imunisasi campak

pada balita, tingkat dari keduanya masih

rendah melihat hasil pendataan oleh tim

kesehatan. Kemudian nomer 5

meningkatkan kesehatan ibu dengan

indikatornya menyangkut kematian ibu serta

kelahiran yang dibantu tenaga terlatih.

Dengan adanya indikator tujuan tersebut

sangat membantu dalam menangani masalah

yang menyangkut kesehatan ibu dan anak

sesuai dengan tujuan-tujuan MDG’s. Hal itu

terjadi karena tingkat pendapatan dan tingkat

pendidikan masyarakat Kelurahan

Citrodiwangsan khususnya di wilayah

posyandu Kartika dengan tingkat

pendapatan yang masih rendah. Sehingga

berpengaruh terhadap kualitas hidup serta

kesadaran akan arti pentingnya kesehatan

bagi kehidupannya. Sehingga perlu

optimalisasi dari pihak terkait terutama

posyandu untuk meningkatkan kualitas

pelayanan dan kesadaran masyarakat guna

menciptakan kerjasama yang maksimal.

3. Faktor Pendukung dan Faktor

Penghambat

a) Faktor Pendukung

Pertama keterkaitan antar pihak, berdasarkan

hasil wawancara pada penyajian data, bisa

ketahui bahwa program Gerbangmas Siaga

dapat berjalan karena adanya kemitraan

antara aparat serta masyarakat sebagai upaya

untuk memberdayakan masyarakat. Hal ini

merupakan tindakan positif yang harus terus

dikembangkan karena masyarakat sebagai

obyek sasaran juga turut berpartisipasi aktif

untuk mewujudkan lingkungan masyarakat

yang sehat mulai dari perencanaannya,

Page 8: Data terbaru 2015

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 245

pelaksanaan, serta evaluasi yang turut serta

dilibatkan. Hal ini sesuai dengan definisi

mengenai pemberdayaan yaitu

pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya

adalah nilai kolektif dari pemberdayaan

individual. Konsep empowerment sebagai

suatu konsep alternatif pembangunan pada

intinya memberikan tekanan pada otonomi

pengambilan keputusan dari suatu kelompok

masyarakat yang berdasarkan pada sumber

daya pribadi, langsung (melalui partisipasi),

demokrasi dan pembelajaran sosial melalui

pengalaman langsung. Selain itu juga

Penyokongan yaitu memberikan dukungan

dan bimbingan yang dilakukan oleh pihak

legislative yaitu dengan pengesahan APBD

untuk program Gerbangmas Siaga, dari

eksekutif dengan pembangunan sarana dan

prasarana serta fasilitas lainnya berupa

pendampingan, tenaga kesehatan dan

lainnya agar masyarakat mampu

menjalankan peranan dan tugas-tugas

kehidupanya. Pemberdayaan melalui

program Gerbangmas harus mampu

menyokong masyarakat agar tidak terjatuh

kedalam keadaan posisi yang semakin lemah

dan terpinggirkan.

Kedua partisipasi masyarakat,

antusias masyarakat dalam mendukung

jalannya program sangat mebantu dan

berdampak positif pada lingkungan sekitar.

Ini merupakan salah satu dukungan langsung

dalam pemberdayaan (partisipasi langsung).

Untuk memberdayakan suatu masyarakat,

tentunya harus melewati beberapa tahapan

atau proses. Proses pemberdayaan

masyarakat dapat dilakukan melalui

Pemungkinan yaitu menciptakan suasana

atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang secara optimal.

Disini masyarakat sangat memungkinkan

sekali untuk terlibat secara aktif dalam

pelaksanaan Gerbangmas, yaitu dengan

menjadi kader pada Posyandu yang tersedia

di wilayah Kelurahan Citrodiwangsan. Hal

ini tentunya mampu membebaskan

masyarakat dari sekat-sekat kultural dan

struktural yang menghambat. Kemudian

Penguatan yaitu memperkuat pengetahuan

dan kemampuan yang dimiliki masyarakat

dalam memecahkan masalah dan memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Dalam hal ini,

pengetahuan dan kemampuan masyarakat

masih terbatas perlu dibimbing yang

nantinya masyarakat bisa mengambil

keputusan untuk mandiri.

b) Faktor Penghambat

Pertama kualiatas SDM, tingkat kesadaran

masyarakat menjadi salah satu faktor

penghambat dengan masih adanya sikap

acuh dan malu, dari penyajian data fokus

didapatkan bahwa masyarakat kurang bisa

menyadari betapa pentingnya partisipasi

masyarakat dalam mendukung jalannya

program untuk kepentingan bersama.

Khusunya terhadap kesehatan ibu dan anak ,

masih terdapatnya ibu-ibu yang memandang

remehnya kesehatan bayi maupun balitanya

yaitu dengan tidak mengikutsertakan putra -

putrinya pada pemeriksaan rutin yang

diselenggarakan oleh posyandu. Seperti

halnya proses pemberdayaan perlu adanya

Penguatan yaitu memperkuat pengetahuan

dan kemampuan yang dimiliki masyarakat

dalam mempelajari dampak apa yang bisa

berguna bagi semua orang. Sehingga rasa

malu dan acuh tidak lagi membebani

masyarakat dalam bersosialisasi.

Kedua kader, kualitas kader yang

tersedia di wilayah posyandu Kelurahan

Citrodiwangsan masih memiliki kekurangan

dan perlu adannya suatu bimbingan dan

pelatihan guna meningkatkan mutu kader.

Seperti halnya kondisi di lapangan yaitu

pengetahuan dan kemampuan kader masih

terbatas yaitu seperti yang di jelaskan bahwa

mengenai pembuatan proposal masih

monoton, tidak adanya inovasi dan

kreatifitas dari kader-kader Posyandu.

Sehingga cenderung lebih banyak meniru

kader di wilayah posyandu lain. Hal ini juga

menciptakan suasana atau iklim yang

memungkinkan berkembang secara optimal.

Kader juga dituntut untuk cepat tanggap

terhadap keluhan-keluhan atau kekurangan

yang terjadi selama pelaksanaan

Gerbangmas Siaga. Hal ini dilakukan untuk

menjamin keselarasan dan keseimbangan

yang memungkinkan setiap orang

memperoleh kesempatan berusaha.

Dari berbagai macam proses di atas,

ternyata terdapat kelemahan pada penguatan

masyarakat terkait dengan pengetahuan,

untuk itu diperlukan peningkatan kapasitas

kemampuan masyarakat yang menyangkut

program Gerbangmas Siaga ini, semisal dari

Page 9: Data terbaru 2015

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 246

pembuatan proposal oleh kader, sosialisasi

ke masyarakat luas, serta menyadarkan ibu-

ibu terkait pentingnya kesehatan bagi dirinya

sendiri, putra-putri, keluarga, maupun

lingkungan sekitar guna tercapainya kualitas

hidup yang lebih baik dan sejahtera.

Kesimpulan

Proses Pelaksanaan Gerbangmas Siaga di

Kelurahan Citrodiwangsan sudah berjalan

baik dan sesuai standar, dimana setiap

kegiatan sudah mencapai target yang sudah

ditetapkan meskipun masih ada beberapa

masalah yang nantinya bisa dipecahkan

bersama-sama aparat terkait yang meliputi

masyarakat, kader, tim PKK dan aparat

kelurahan yang bersangkutan. Dalam aspek

pelayanan sudah sesuai standar sesuai

dengan Keputusan MenPAn Nomor 81

tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana

Pelayanan Umum yang harus menjadi

pedoman untuk memberikan pelayanan yang

mencerminkan suatu bentuk pelayanan yang

menyangkut beberapa prinsip-prinsip dalam

penyelenggaraanya. Sehingga kedepannya

bisa lebih ditingkatkan lagi agar capaian dari

tahun berikutnya lebih baik lagi bagi semua

pihak.

Pencapaian bisa dilihat dari hasil

LP3S yang dipilih oleh peneliti sebagai

perbandingan antara posyandu terbaik dan

terendah, didapatkan berupa permasalahan

yang berbeda-beda melalui indikator dari

masing-masing wilayah posyandu. Maka

untuk menangani beberapa permasalahan

yang berbeda-beda melihat faktor

dilapangan, dari hasil penelitian didapatkan

bahwa faktor lingkungan dan perilaku

mempunyai peranan yang besar disamping

faktor pelayanan kesehatan. Untuk itulah,

kerjasama dari masyarakat setempat, kader,

serta aparat dari pemerintah untuk

meningkatkan derajat kesehatan sangat

dibutuhkan. Upaya yang dilakukan

Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk

mencapai percepatan MDG’s diwujudkan

melalui capaian cakupan Pemantauan

Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak

(PWS KIA) yaitu alat manajemen untuk

melakukan pemantauan program KIA di

suatu wilayah kerja secara terus menerus,

agar dapat dilakukan tindak lanjut yang

cepat dan tepat merupakan suatu upaya

positif. Tujuan-tujuan MDG’s ini memiliki

beberapa poin yang dijadikan standar

pencapaian dalam pelaksanaan program

yang menyangkut kesehatan balitan dan

kesehatan ibu dan anak serta kelestarian

lingkungan. Dari beberapa tujuan MDG’s

yang berkaitan dengan Gerbangmas Siaga,

masih terdapat beberapa kondisi yang belum

memenuhi standar MDG’s yaitu tingkat

kesehatan Ibu dan balitanya. Hal ini terjadi

karena tingkat pendapatan dan tingkat

pendidikan masyarakat Kelurahan

Citrodiwangsan khususnya di wilayah

posyandu Kartika dengan tingkat

pendapatan yang masih rendah. Sehingga

berpengaruh terhadap kualitas hidup serta

kesadaran akan arti pentingnya kesehatan

bagi kehidupannya.

Faktor pendukung dari pelaksanaan

Gerbangmas Siaga di Kelurahan

Citrodiwangsan terdiri dari beberapa hal,

yang pertama keterkaitan antar pihak yaitu

kerjasama untuk menciptakan suatu sistem

yang baik sehingga bisa mencapai tujuan

yang ditetapkan. Perlu disadari bahwa

dampak dari Gerbangmas Siaga adalah

dampak positif dalam peningkatan derajad

dan kualitas kesehatan masyarakat dan

lingkungan dalam rangka mewujudkan

keterpaduan pelaksanaan gerakan maka

pemerintah Kabupaten Lumajang selaku

inisiator dan fasilitator gerakan

membutuhkan dukungan berupa kemitraan

dari berbagai kalangan baik lintas program

dan sektor, tokoh masyarakat, tokoh agama,

media massa, organisasi sosial/keagamaan.

Sehingga berdampak positif dalam

peningkatan derajat dan kualitas kesehatan

masyarakat dan lingkungan dalam rangka

mewujudkan keterpaduan pelaksanaan

program. Kedua, partisipasi masyarakat

sangat berperan positif dalam pelaksanaan

untuk mendukung sukses dan lancarnya

porgram ini berjalan. Sehingga bisa menjadi

contoh dan motivasi bagi semua pihak untuk

terus berperan aktif. Faktor penghambat

pelaksanaan Gerbangmas Siaga di

Kelurahan Citrodiwangsan yang pertama,

sumber daya manusia (SDM) selaku

beberapa masyarakat yang masih kurang

tanggap dan aktif dalam mendukung

jalannya pelaksanaan program. Disebabkan

ada beberapa alasan yaitu adanya sifat malu

Page 10: Data terbaru 2015

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 238-247 | 247

dan kurangnya kesadaran terhadap

lingkungan sekitar untuk bisa merubah

menjadi lebih baik. Kedua, kader yang

masih kurang kreatif dalam melaksanakan

kegiatan seperti pendataan yang masih

kurang bisa berkreasi dalam menangani

permasalahan di lapangan.

Daftar Pustaka

A/RES/55/2. United Nations Millenium Declaration. dari http://daccess-dds-ny.un.org. Diakses tanggal

7 Oktober 2011

Keputusan MenPAn Nomor 81 tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum diakses

pada tanggal 11 Mei 2012 dari http://www.menpan.go.id

Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 331/Menkes/SKIV/2006 Tentang Rencana Strategis

Departemen Kesehatan Tahun 2005-2009 diakses pada tanggal 16 November 2011 dari

http:/www.depkes.go.id

Miles, mattew B dan A Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif (Buku sumber tentang

metode-metode baru). Jakarta. Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Muhammad, Fadel. 2006. Pembangunan Daerah Fokus Pada Keunggulan Daerah.

http//.www.irf4n.wordpress.com diakses pada tanggal 2 Mei 2012.

Muhammad, Fadel. 2007. Signifikasi Kapasitas Manajemen Kewirausahaan dan Kinerja

Pemerintah Daerah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Muluk, Khairul. M. R. 2008. Knowledge Management. Bayumedia Publishing. Malang.

Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor : 34 Tahun 2005 Nomor :

1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota sehat diakses pada tanggal

16 November 2011 dari http:/www.depkes.go.id

Sukarno, A. Ahmad. 2009. Perencanaan strategis pemerintah daerah : Penerapan dan permasalahan

terkait kebijakan pembangunan sektor pendidikan dan kesehatan. Jurnal Administrasi Publik. 5

(2): 13-28.

Sulistyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Yogyakarta. Gaya Media

Undang-Undang No. 32 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan diakses pada tanggal 22

Maret 2012dari http://www.depdagri.go.id

Widodo, Joko. 2001. Good Governance : Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi

Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Insan Cendekia, 2001