data produksi perkebunan rakyat selama kurun waktu 5 tahun.pdf

Upload: dwiisma

Post on 17-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Nama anggota kelompok: 1. Target tahun 2013 mencapai 27 juta tonDwi Ismachatul2. Latifatun N3. Lufi WulandariData produksiperkebunanrakyatselamakurunwaktu 5 tahun(2008-2012)Produksi Perkebunan Rakyat MenurutJenisTanaman (ribu ton), 2008-2012

JenisTanaman20082009201020112012 x

TanamanTahunan

Karet2 148,7 r1 918,02 193,42 359,82 361,0

Kelapa3 176,03 181,63 126,43 132,83 135,5

Minyakkelapasawit6 923,07 517,78 458,78 797,98 973,9

Intisawit1 550,81 623,51 894,81 759,61 794,8

Kopi669,9653,9657,9616,4634,3

Kakao740,7742,0772,8644,7867,9

Teh38,645,250,951,551,5

Kapuk50,052,747,666,564,0

Jambu mete156,4147,3115,0114,6117,4

Pala11,416,015,719,819,0

Kayumanis102,6102,788,190,390,5

Kemiri110,2102,0100,699,5105,6

Pinang59,066,577,976,276,7

Lada80,482,883,787,188,2

Panili3,33,02,62,93,4

Cengkeh68,980,1 r96,570,771,4

TanamanSemusim

GulaTebu1 382,7 r1 326,9 r1 295,3 r1 284,21 450,7

Tembakau165,4172,4132,3212,2223,9

Serehwangi1,71,72,32,42,5

Jarakkepyar2,31,51,72,32,5

Nilam2,12,82,22,93,3

Catatan:

r Angkadiperbaiki

x Angkasementara

Industri Sawit Menopang Perekonomian Nasionaldok / antaraIndustri sawit menjadi kontributor terbesar ekspor nonmigas yang mengalami surplus setiap tahun.Menjelang akhir tahun 2013, kejutan tak terduga terjadi bagi industri sawit nasional. Dalam 9th Indonesian Palm Oil Confererence 2013 di Bandung, Jawa Barat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan tegas dukungan penuh pada pengembangan sawit di Tanah Air. Dukungan ini seolah menjadi jawaban terhadap kampanye negatif para aktivis lingkungan terhadap industri sawit dalam negeri. Saat ini, Indonesia menjadi penghasil minyak sawit terbesar di dunia, dengan produksi nasional mencapai 25,7 juta ton. Targetnya, pada 2013 mencapai 27 juta ton. Itu artinya produksi per hari sekitar 9 juta hektare lahan sawit. Bahkan, jumlah ini telah melampaui hasil produksi kelapa sawit dari negara tetangga, Malaysia. Sebagai sumber pendapatan nasional, sawit berkontribusi terhadap devisa ekspor Rp 200 triliun, dan ekspor dari kumulatif produk Rp 50 triliun. Ini menunjukkan kontribusi besar Indonesia di pasar kelapa sawit dunia, kata Presiden SBY, akhir pekan lalu. Ia mengatakan, industri sawit nasional menghadapi tiga plus satu (3+1) isu atau masalah yang harus dicarikan solusinya. Dengan begitu, Indonesia tidak sekadar menjadi produsen dan eksportir terbesar CPO dan produk turunannya, tetapi dapat juga berjaya. Isu itu mencakup harga, hambatan perdagangan (trade barrier), lingkungan, dan konflik sosial. Ini harus dikelola dan dicarikan solusi konkret serta dijalankan. Kalau policy baik tidak dijalankan, nanti masuk angin, kata SBY. Dalam menghadapi hambatan perdagangan, presiden mengatakan, Indonesia harus terus melakukan negosiasi. Dalam hubungan internasional, aksi balas-membalas dimungkinkan. Indonesia juga harus melakukannya. Bila negosiasi gagal, Indonesia tidak boleh menyerah begitu saja. Terkait isu lingkungan, industri sawit juga sudah terlanjur divonis perusak lingkungan. Untuk itu, industri sawit harus menerapkan praktik perkebunan yang baik secara benar, sesuai pedoman yang diberlakukan. Indonesia sudah memberlakukan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), paling lambat akhir 2014 seluruh perusahaan perkebunan sawit bisa mengantongi sertifikat ISPO. Saya pasang badan, menteri pasang badan. ISPO bagus, tahun depan harus sudah kantongi ISPO semua. Jadi, kalau saya memperjuangkan sawit di kancah internasional, saya punya alasan kuat sawit kita tidak merusak lingkungan, katanya. Secara khusus, SBY juga meminta LSM agar klaim atau tuduhan negatif tidak terbukti atas industri sawit, jangan ada upaya yang direkayasa untuk menghambat industri sawit. Harus diakui, belakangan ini industri sawit kurang diperhatikan. Padahal, kontribusinya sangat besar dan menjadi produk pertanian sebagai sumber bahan bakar paling efektif saat ini. Industri ini menjadi kontributor terbesar ekspor nonmigas yang mengalami surplus setiap tahun. Bahkan, fakta menggembirakan saat ini industri minyak sawit di Tanah Air sangat sehat dan baik. Peran petani menguasi 42 persen dari total area dan 37 persen dari produksi nasional kelapa sawit nasional.Dalam kelompok subsektor pertanian, kelapa sawit dan turunannya juga menjadi penyumbang terbesar. Tahun lalu, seluruh subsektor pertanian membukukan surplus US$ 23,6 miliar, sawit menyumbang US$ 22,45 miliar. Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, nilai ekspor CPO dan turunannya pada periode Januari-Juni 2013 mencapai US$ 9,62 miliar. Tahun sebelumnya, nilai ekspor CPO dan turunannya mencapai US$ 21,29 miliar. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Mahendra Siregar mengungkapkan, investasi di komoditas sawit meningkat cukup baik menyusul adanya sejumlah kebijakan yang turut meningkatkan minat investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia, terutama tax holiday untuk industri pioneer dan kebijakan biodiesel. Dalam empat tahun terakhir, investasi naik 179 persen, dari Rp 6,88 triliun menjadi Rp 19,24 triliun di sektor hulu dan hilir sawit, ujarnya. Berdasarkan data BKPM, investasi di industri sawit pada 2012 mencapai Rp 14,6 triliun, terdiri dari PMA Rp 13,49 triliun (sekitar 92 persen) dari keseluruhan, dan PMDN Rp 66 miliar (sekitar 8 persen). Realisasi investasi tersebut naik 29 persen dibandingkan capaian pada 2011 yang tercatat Rp 11,29 triliun, terdiri dari PMA Rp 10,63 triliun dan PMDN Rp 66 miliar. Di sisi hilir, rasio investasi dalam negeri dan luar negeri mencapai 1:14, ujarnya. Mahendra mengatakan, investor asing yang banyak menanamkan modal di industri turunan sawit mayoritas berasal dari negara-negara Asia. Paling besar negara Asia, mulai dari China, Singapura, Malaysia. Ini memang kesempatan yang baik untuk dimanfaatkan. Tapi komplikasi teknologinya memang jauh lebih tinggi, ia mengungkapkan.