data pasien baru

81
LAPORAN KASUS PASIEN DENGAN OSTEOATRITIS Disusun oleh : Dewa Ayu Cindy Febriani 08700110 Raihatul Ambar 08700215 Pembimbing : Dr. Farid Al Hasan, Sp. PD Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Upload: dewa-ayu-cindy-febriani

Post on 02-Jan-2016

84 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

5

TRANSCRIPT

Page 1: Data Pasien Baru

LAPORAN KASUS PASIEN DENGAN OSTEOATRITIS

Disusun oleh :

Dewa Ayu Cindy Febriani 08700110

Raihatul Ambar 08700215

Pembimbing :

Dr. Farid Al Hasan, Sp. PD

Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma

Surabaya

RSUD Dr. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO

BOJONEGORO

(2013)

Page 2: Data Pasien Baru

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS DENGAN DIAGNOSA OSTEOATRITIS

RSUD Dr. R.SOSODORO DJATIKOESOEMO BOJONEGORO

SMF. ILMU PENYAKIT DALAM

Mengesahkan,

Dokter Pembimbing

(Dr. Farid Al Hasan, Sp. PD)

Page 3: Data Pasien Baru

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

laporan kasus pasien dengan judul “Osteoatritis” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan

dari Tuhan Yang Maha Esa serta tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

telah membantu kami.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari

sempurna baik dalam segi materi maupun cara penulisannya. Namun penulis telah berupaya

dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini dapat selesai

dengan baik. Tim penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan, saran, dan

usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Bojonegoro,

Penulis

Page 4: Data Pasien Baru

DAFTAR ISI

Kata pengantar .............................................................................................I

Daftar isi .............................................................................................II

Bab I

1.1 Laporan kasus .............................................................................................

1.2 Follow up .............................................................................................

1.3 Hasil laboratorium .............................................................................................

1.4 Hasil foto roncent .............................................................................................

1.5 Hasil USG .............................................................................................

Bab II

2.1 Pendahuluan ............................................................................................

Bab III

3.1 Tinjauan Teori ...........................................................................................

Bab IV

4.1 Pembahasan ...........................................................................................

Bab V

Page 5: Data Pasien Baru

5.1 Penutup ...........................................................................................

BAB I

LAPORAN KASUS

RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo

Fakultas kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

I. Identitas pasien

Nama : Tn. Mulyano

Kelamin : Laki-laki

Umur : 62 tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : Petani

Status : Menikah

RM : 342896

Alamat : Sidodadi Kecamatan sukosene

Status pasien : JAMKESDA

Tanggal MRS : 3 januari 2013 pukul 22.00 WIB

Page 6: Data Pasien Baru

Tanggal KRS : 11 januari 2013 pukul 11.00 WIB

II. KELUHAN UTAMA

Lutut kiri terasa nyeri

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (tanggal 3 januari 2013)

- Nyeri pada lutut kiri sejak 1 tahun

- Nyeri hanya didaerah lutut

- Lutut kiri bengkak sejak 1 bulan lalu

- Terasa kemeng

- Linu terus-terusan

- Tidak bisa berjalan

- Sesak (+)

- Mual (-), muntah (-),pusing (-), dada ndredeg (-) , panas (-)

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- HT disangkal

- DM disangkal

- Sakit jantung disangkal

V. RIWAYAT SOSIAL

- Diberikan obat linu dari apotek (pasien lupa)

- Pernah berobat ke dokter saraf tapi tidak ada perubahan

- Pernah disuntik

- Rokok disangkal

- Alkohol disangkal

- Jamu disangkal

- Kopi disangkal

Page 7: Data Pasien Baru

VI. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

- Hipertensi disangkal

- Kencing manis disangkal

- Tidak ada yang menderita seperti keluhan pasien

VII. TINJAUAN SISTEM

- Makan menurun,

- Minum biasa

- BAB (+)

- BAK (+)

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

keadaan umum : Baik

kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 130/90

Respirasi rate : 24 x/ menit

Nadi : 80x/ menit

Suhu : 37,8

Kepala leher : A/I/C/D +/-/-/+

- Bentuk wajah simetris

- Full moon face (-)

- Rambut normal, tidak mudah dicabut

Page 8: Data Pasien Baru

- Benjolan di kepala (-)

- Nyeri tekan kepala (-)

Mata :

- Alis normal

- Bola mata normal, exoptalmus (-), nystagmus (-)

- Kelopak mata : odema (-), ptosis (-), xantelasma (-)

- Konjunctiva : anemis (+/+), hiperemi (-/-)

- Sclera : icterus (-/-)

- Pupil : bulat (+), isokor (+), reflek cahaya (+/+)

- Lensa : katarak (-/-)

Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), pendengaran normal

Hidung : bentuk hidung simetris, deviasi septum (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-),

pernafasan cuping hidung (+/+)

Mulut : bibir cyanosis (-), pigmentasi (-), sariawan (-)

Gigi : caries (+),gigi goyang (-) warna gigi kuning

Gusi : hiperemis (-), perdarahan (-), odema (-)

Lidah : normal

Faring : hiperemis (-)

Palatum : anemis (-), ikterus (-)

Leher : simetris, kaku kuduk (-), JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar tiroid (-),

pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-), masa (-)

Page 9: Data Pasien Baru

Thorak

Payudara : ginecomasti (-)

Pulmo :

- Inspeksi : pergerakan nafas simetris, bentuk dada normal, retraksi sela iga (-), jejas

(-)

- Palpasi : simetris, fremitus raba normal, fremitus suara (+)

- Perkusi : sonor

- Auskultasi : wheezing (-), Rhonki (-)

Cor :

- Inspeksi : JVP tidak meningkat

- Palpasi : Ictus cordis nampak pada ICS V MCL Sinistra

- Perkusi : Batas jantung

- Auskultasi : S1S2 tunggal reguler , ES (-), G(-), M (-)

Abdomen :

- Inspeksi : Distended (-), Vena kolateral (-), Asites (-), Jejas (-)

- Auskultasi : Bising usus (+)

- Perkusi : Meteorismus (-)

- Palpasi : Hepar/Lien dalam batas normal, ginjal tidak teraba, nyeri tekan (-)

Extremitas :

Extremitas atas :

- CRT < 2 detik

- Akral hangat (+)

- Odema (-)

- Erytema palmaris (-)

Page 10: Data Pasien Baru

Extremitas bawah :

- CRT < 2 detik

- Akral hangat (+)

- Odema -/+

- Nyeri tekan -/+

- ROM terbatas

- Jejas (-)

IX. PROBLEM LIST :

Lutut kiri nyeri, linu, bengkak

Tidak bisa berjalan

Anemis

Sesak

X. ASSESMENT :

Osteoatritis dengan anemia gravis

Diagnosa differential : Susp ca R. Genu sinistra

XI. USUL PEMERIKSAAN PENUNJANG :

- Darah Lengkap

- USG

- Roncent

XII. PLANNING DOKTER MUDA :

Farmakologi :

- O2 3lpm

- Infus PZ 20 tpm

- Injeksi antrain 3x1 ampul

Page 11: Data Pasien Baru

- Tablet amlodipin 10 mg 1x1

- Pro tranfusi 2 kolf/hr

- PRC 1 kolf

Nonfarmakologi :

a. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.

b. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

c. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

d. Dukungan psikososial

e. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat

f. Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan

1.2 FOLLOW UP

N

o

Tangg

al

Data subyektif dan obyektif Terapi

1. 05/01/1

3 S

O

Kaki kiri terasa sakit, sulit tidur karena sakit,

makan (+), minum (+) BAB (-) sejak 2 hari lalu

BAK (-)

Ku : Lemah

Kesadaran : CM

TD : 130/90

RR : 24 x / menit

HR : 84 x / menit S : 36

Thorax : Cor : S1S2 tunggal reguler

m(-) G (-) ES (-)

- Infus PZ 20 tpm

- Injeksi antrain 3x1 ampul

- Tablet Amlodipin 1x1

- PRC 1 kolf

Hasil USG :

Soft tissue

swelling

didekat sendi

genu sisi medial

sinistra

Tidak tampak

Page 12: Data Pasien Baru

Pulmo : RH – WH –

Abdomen :

- BU(+)

- Soepel

- Nyeri tekan (–)

- Distended (-)

- Meteorismus (-)

- Buli-buli penuh

Extremitas :

- Odema --/--

- Akral hangat

- Crt < 2 dtk

A : Osteoatritis Regio Genu Sinistra

tanda-tanda

joint efusi

Foto genu sinistra AP/Lateral :

- Sublaxia os

tibia sinistra

terhadap femur

sinistra kearah

lateral

- Osteo artritis

genu sinistra

2. 07/01/1

3 S

O

Kaki kiri sakit berkurang, sudah bisa di

gerakkan. Perut terasa sebah, mual (+)

muntah( –) makan (+) sedikit, minum (+)

sedikit.

BAB (–) sejak 3 hari, BAK (+)

Ku : lemah

Kesadaran : CM

TD : 110/70

RR : 24x/menit

HR : 80x/menit

S : 36

K/L a/i/c/d : +/-/-/-

Thorax : Cor : S1S2 tunggal reguler

M(-) G (-) ES (-)

Pulmo : RH (-) WH (-)

- infus PZ : RL 2:1

- injeksi ceftriaxon 2x1 ampul

IV

- injeksi metilprednisolon

2x1/2 ampul IV

- tablet meloxicam 2x15 mg

Page 13: Data Pasien Baru

Abdomen :

- BU (+)

- Soepel

- Nyeri tekan –

- Distended (-)

- Meteorismus (-)

- Buli-buli penuh

Extremitas :

- Odema --/-+

- Akral hangat

- Crt < 2 dtk

A : Osteoatritis Regio Genu Sinistra + erasi

intraatritis Genu

3 08/01/1

3 S

O

Batuk (+), dahak (+) kaki kiri masih terasa

nyeri, Sudah bisa di gerakkan sedikit-sedikit.

mual (-) muntah (-) makan (+) sedikit, minum

(+) sedikit

BAB (-)sejak 4 hari, BAK (+)\

Ku : lemah

kesadaran : CM

TD : 120/80

RR : 21x/menit

HR : 82x/menit

S : 36

K/L a/i/c/d : -/-/-/-

Thorax : Cor : s1s2 tunggal reguler

m (-) G(-) ES (-)

Pulmo : RH – WH –

Abdomen :

- infus PZ : RL 2:1

- injeksi ceftriaxon 2x1 ampul

IV

- injeksi metilprednisolon

2x1/2 ampul IV

- tablet meloxicam 2x15 mg

- tablet DMP 3x1

Ptx : Lavement glycerin,

Planning monitoring:

DL ulang

Page 14: Data Pasien Baru

- BU (+)

- Soepel

- Nyeri tekan –

- Distended (-)

- Meteorismus (-)

Extremitas :

- Odema --/-+

- Akral hangat

- Crt < 2 dtk

A : Osteoatritis Regio Genu Sinistra +

efusi aurikula genu

4 09/01/1

3 S

O

kaki kiri sakit cekot-cekot, Sudah bisa di

gerakkan, Panas (+), sesak (+), semalam

kesadaran menurun, perut terasa sebah, mual (+)

muntah (–) makan (+) sedikit, minum (+)

sedikit, batuk (+), dahak

BAB (+), BAK (+)

Ku : lemah

Kesadaran : CM

TD : 110/80

RR : 20x/menit

HR : 82x/menit

S : 39

K/L a/i/c/d : -/-/-/+

Thorax : Cor : S1S2 tunggal reguler

m(-) G (-) ES (-)

Pulmo : RH – WH ++/+-

Abdomen :

- BU (+)

- infus PZ : RL 2:1

- injeksi ceftriaxon 2x1 ampul

IV

- injeksi metilprednisolon

2x1/2 ampul IV

- tablet meloxicam 2x15 mg

- tab DMP 3x1

- tab paracetamol 3x1 (KP)

- PRC 1 kolf

Page 15: Data Pasien Baru

- Soepel

- Nyeri tekan (-)

- Distended (-)

- Meteorismus (-)

Extremitas :

- Odema --/--

- Akral hangat

- Crt < 2 dtk

A : Osteoatritis Regio Genu Sinistra +

efusi aurikula genu

- ISPA

5 10/01/1

3 S

O

kaki kiri sakit berkurang, sudah bisa di

gerakkan, batuk (+), dahak (+) Panas (+)

makan (+), minum (+)

BAB (+), BAK (+)

Ku : lemah

kesadaran : CM

TD : 120/80

RR : 24x/menit

HR : 82x/menit

S : 36

K/L a/i/c/d : -/-/-/-

Thorax : Cor : s1s2 tunggal reguler

m (-) G (-) ES (-)

Pulmo : RH ++/-- WH ++/++

Abdomen :

- BU (+)

- Soepel

- tranfusi 3 kolf (HB 9,9)

- infus PZ : RL 2:1

- injeksi ceftriaxon 2x1 ampul

IV

- injeksi metilprednisolon

2x1/2 ampul IV

- tablet meloxicam 2x15 mg

- tablet codein 3x1

- tablet paracetamol 3x1 (kp)

Page 16: Data Pasien Baru

- Nyeri tekan –

- Distended (-)

- Meteorismus (-)

Extremitas :

- Odema --/--

- Akral hangat

- Crt < 2 dtk

A : ISPA + osteoatritis genu

6 11/1/13

S

O

kaki kiri sakit berkurang, sudah bisa di gerakkan

batuk (+), dahak (+) Panas (-), mual muntah (-)

Perut terasa sebah, mual (+) muntah (– ),makan

(+) sedikit, minum (+) sedikit

BAB (+), BAK (+)

Ku : lemah

kesadaran : CM

TD : 110/70

RR : 20x/menit

HR : 82x/menit

S : 36

K/L a/i/c/d : -/-/-/-

Thorax : Cor : s1s2 tunggal reguler m (-) G

(-) ES (-)

Pulmo : RH ++/-- WH –

Abdomen :

- BU (+)

- Soepel

- Nyeri tekan –

- Distended (–)

- infus PZ : RL 2:1 (1,5 lt/h)

- injeksi ceftriaxon 2x1 ampul

IV

- tab metilprednisolon 2x1/2

- tablet meloxicam 2x15 mg

- tab codein 3x1

Page 17: Data Pasien Baru

- Meteorismus ( –)

Extremitas :

- Odema -- /-+

- Akral hangat

- Crt < 2 dtk

A : ISPA + Osteoatritis Regio Genu

Sinistra

1.3 HASIL LABORATORIUM

Page 18: Data Pasien Baru

1.4 HASIL FOTO RONCENT

Page 19: Data Pasien Baru
Page 20: Data Pasien Baru
Page 21: Data Pasien Baru

1.5 HASIL USG

Page 22: Data Pasien Baru
Page 23: Data Pasien Baru
Page 24: Data Pasien Baru
Page 25: Data Pasien Baru
Page 26: Data Pasien Baru

BAB II

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan yang dilakukan di Indonesia, termasuk pembangunan bidang kesehatan

membawa perubahan pada kondisi masyarakat di Indonesia. Perubahan yang terjadi antara lain

adanya transisi demografi dan transisi epidemiologi. Transisi demografi merupakan perubahan

pola / struktur penduduk yang ditandai dengan semakin banyaknya warga lanjut usia (lansia)

karena meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Angka UHH di Indonesia yang pada tahun

1995 – 2000 sebesar 64,71 tahun meningkat menjadi 67,68 tahun pada tahun 2000 – 2005.

Proporsipenduduk lansia (di atas 60 tahun) meningkat dari 16 juta jiwa (7,6%) pada tahun 2000

menjadi 18,4 juta jiwa (8,4%) pada tahun 2005. Sedangkan dari data USA – Bureau of the

Cencus, Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di seluruh

dunia antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%. Umur Harapan Hidup orang Indonesia

diperkirakan mencapai 70 tahun atau lebih pada tahun 2015-2020.1 Transisi epidemiologi terjadi

karena pemerintah berhasil menekan angka penyakit infeksi, namun di sisi lain penyakit yang

berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring dengan semakin banyaknya proporsi

warga lansia di Indonesia. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaan sering disebut

penyakit degeneratif, di antaranya Osteoartritis, yang selanjutnya akan disingkat OA.

Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, ditandai

dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat. Terdapat 2 kelompok OA, yaitu OA

primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer disebabkan faktor genetik, yaitu adanya

abnormalitas kolagen. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan

endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu

lama dan lain-lain. Gambaran patologi kedua kelompok OA tersebut tidak menunjukkan adanya

perbedaan. Kelainan utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi, dapat diikuti dengan

penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan

Page 27: Data Pasien Baru

sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi. Osteoartritis merupakan penyakit

sendi yang paling banyak ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan

nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan

Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami simtom OA. Di Amerika, 1 dari 7

penduduk menderita OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler

sebagai penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat.

Secara keseluruhan, sekitar 10 – 15% orang dewasa lebih dari 60 tahun menderita OA.5 Dampak

ekonomi, psikologi dan sosial dari OA sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga

keluarga dan lingkungan. Di Australia pada tahun 2002, diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1% dari GNP, yaitu mencapai $Aus 2.700/orang/tahun. Dapat dibayangkan begitu

besarnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyakit tulang dan sendi termasuk OA,

sehingga seluruh dunia harus mewaspadainya. Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia. Di Indonesia, OA

merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik

lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami

gangguan OA di Indonesia tercatat 8,1% dari total penduduk. Sebanyak 29% di antaranya

melakukan pemeriksaan dokter, dan sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri. Di

Kabupaten Malang dan Kota Malang ditemukan prevalensi OA sebesar 10% dan 13,5%. Di Jawa

Tengah, kejadian penyakit OA sebesar 5,1% dari semua penduduk. Osteoartritis umumnya

menyerang penderita berusia lanjut pada sendi-sendi penopang berat badan, terutama sendi lutut,

panggul (koksa), lumbal dan servikal. Pada OA primer / generalisata yang pada umumnya

bersifat familial, dapat pula menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang distal

(DIP) dan interfalang proksimal (PIP). Lutut merupakan sendi yang paling sering dijumpai

terserang OA dari sekian banyak sendi yang dapat terserang OA. Osteoartritis lutut merupakan

penyebab utama rasa sakit dan ketidakmampuan dibandingkan OA pada bagian sendi lainnya.8

Di Thailand, prevalensi OA lutut pada para biksu berdasarkan hasil penelitian Tangtrakulwanich

(2006) adalah sebesar 59,4%. Sedangkan berdasarkan data WHO, 40% penduduk dunia yang

berusia lebih dari 70 tahun mengalami OA lutut. Data Arthritis ResearchCampaign tahun 2000

menunjukkan bahwa 2 juta penderita OA lutut berobat ke dokter praktik umum maupun rumah

sakit, sedangkan 550 ribu di antaranya menderita OA lutut yang parah (grade IV). Pada tahun

Page 28: Data Pasien Baru

2000 di Inggris, dilaporkan tindakan operasi replacement sendi lutut pada lebih dari 80 ribu

penderita dengan biaya operasi sebesar 405 juta. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel

pembentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan

antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan

orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, yang menjadikan tulang

rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. Mengingat besarnya kerugian yang

dapat ditimbulkan akibat OA lutut, maka perlu dilakukan upaya pencegahan terjadinya OA lutut.

Salah satu upaya tersebut adalah dengan mendeskripsikan faktor-faktor risiko terjadinya OA

lutut. Faktor-faktor yang telah diteliti sebagai faktor risiko OA lutut antara lain usia lebih dari 50

tahun , enis kelamin perempuan, ras / etnis, genetik, kebiasaan merokok, konsumsi vitamin D,

obesitas4,osteoporosis, diabetes mellitus, hipertensi, hiperurisemi, histerektomi, menisektomi,

riwayat trauma lutut, kelainan anatomis, kebiasaan bekerja dengan beban berat, aktivitas fisik

beratdan kebiasaan olah raga. Program PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit) sudah mulai

dilakukan, dengan memberi penyuluhan kepada pasien osteoartritis lutut supaya menghindari

faktor-faktor risiko osteoartritis lutut, antara lain menjaga berat badan ideal, menghindari

aktivitas fisik berat dan sebagainya.

2. Tujuan

a. Mengetahui anatomi dan fisiologi sendi lutut

b. Mengetahui patogenesis dan etiologi OA

c. Mengetahui faktor resiko dan manifestasi klinis pada OA

d. Mengetahui penatalaksanaan OA

e. Mengetahui pencegahan OA

3. Rumusan Masalah

1. Bagaiman etiologi pada OA?

2. Bagaimana patogenesis pada OA?

3. Bagaimana faktor resiko dan manifestasi klinis padaOA?

4. Bagaimana penatalaksanaan OA?

5. Bagaimana cara pencegahan OA?

Page 29: Data Pasien Baru

4. Manfaat

a. Pelayanan Kesehatan

Memberikan informasi mengenai faktor risiko osteoartritis lutut, sehingga dapat direncanakan

program kesehatan, misalnya upaya sosialisasi osteoartritis lutut dan faktor-faktor risikonya serta

tindakan-tindakan pencegahan timbulnya osteoartritis lutut.

b. Ilmu Pengetahuan

Menambah perbendaharaan referensi mengenai faktor risiko

osteoartritis lutut.

c. Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor risiko osteoartritis lutut, sehingga

masyarakat mengetahui faktor risiko osteoartritis lutut dan dapat melakukan tindakan-tindakan

pencegahan timbulnya osteoartritis lutut.

Page 30: Data Pasien Baru

BAB III

TINJAUAN TEORI

Anatomi Sendi lutut

Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang

dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam terdapat

rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan. Fungsi dari sendi secara

umum adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh. Sendi lutut merupakan bagian dari

extremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah. Fungsi dari

sendi lutut ini adalah untuk mengatur pergerakan dari kaki. Dan untuk menggerakkan kaki ini

juga diperlukan antara lain :

- Otot- otot yang membantu menggerakkan sendi

- Capsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang bersendi supaya jangan

lepas bila bergerak

- Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang mengatur luasnya gerakan.

- Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara tulang

pada permukaan sendi.

- Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang merupakan penghubung kedua

buah tulang yang bersendi sehingga tulang menjadi kuat untuk melakukan gerakan-gerakan

tubuh.

Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel , yaitu pergerakan dua condylus femoris

diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi ini yaitu gerakan fleksi ,

ekstensi dan sedikit rotatio. Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi maka akan dapat

menimbulkan cedera yang antara lain terjadi robekan pada capsul dan ligamentum di sekitar

sendi.

Page 31: Data Pasien Baru

Jenis sendi pada lutut

Persendian pada sendi lutut termasuk dalam jenis sendi synovial (synovial joint ), yaitu

sendi yang mempunyai cairan sinovial yang berfungsi untuk membantu pergerakan antara dua

buah tulang yang bersendi agar lebih leluasa. Secara anatomis persendian ini lebih kompleks

daripada jenis sendi fibrous dan sendi cartilaginosa.

Permukaan tulang yang bersendi pada synovial joint ini ditutupi oleh lapisan hyaline cartilage

yang tipis yang disebut articular cartilage , yang merupakan bantalan pada persambungan tulang.

Pada daerah ini terdapat rongga yang dikelilingi oleh kapsul sendi. Dalam hal ini kapsul sendi

merupakan pengikat kedua tulang yang bersendi agar tulang tetap berada pada tempatnya pada

waktu terjadi gerakan.

Kapsul sendi ini terdiri dari 2 lapisan :

1. Lapisan luar

Disebut juga fibrous capsul , terdiri dari jaringan connective yang kuat yang tidak teratur

Page 32: Data Pasien Baru

Dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari periosteum yang menutupi bagian tulang. Dan

sebagian lagi akan menebal dan membentuk ligamentum.

2. Lapisan dalam

Disebut juga synovial membran, bagian dalam membatasi cavum sendi dan bagian luar

merupakan bagian dari articular cartilage.. Membran ini tipis dan terdiri dari kumpulan jaringan

connective. Membran ini menghasilkan cairan synovial yang terdiri dari serum darah dan cairan

sekresi dari sel synovial. Cairan synovial ini merupakan campuran yang kompleks dari

polisakarida protein , lemak dan sel sel lainnya. Polisakarida ini mengandung hyaluronic acid

yang merupakan penentu kualitas dari cairan synovial dan berfungsi sebagai pelumas dari

permukaan sendi sehingga sendi mudah digerakkan

Ada 2 condylus yang menutupi bagian ujung bawah sendi pada femur dan 2 tibial condylus yang

menutupi meniscus untuk stabilitas artikulasi femorotibial. Patella yang merupakan jenis tulang

sesamoid terletak pada segmen inferior dari tendon quadriceps femoris, bersendi dengan femur,

dimana patella ini terletak diantara 2 condylus femoralis pada permukaan anteroinferior.

Menurut arah gerakannya sendi lutut termasuk dalam sendi engsel ( mono axial joints )yaitu

sendi yang mempunyai arah gerakan pada satu sumbu. Sendi lutut ini terdiri dari bentuk conveks

silinder pada tulang yang satu yang digunakan untuk berhubungan dengan bentuk yang concave

pada tulang lainnya.

Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak pada

kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua

articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang

terkait dan sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies patellaris femoris.

Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel, tetapi sebenarnya terdiri dari

tiga bagian sendi yang kompleks yaitu :

1. condyloid articulatio diantara dua femoral condylus dan meniscus dan berhubungan

dengan condylus tibiae

2. satu articulatio jenis partial arthrodial diantara permukaan dorsal dari patella dan

femur.

Page 33: Data Pasien Baru

Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk bulat, pada bagian

bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago semilunaris. Pada bagian bawah terdapat articulatio

antara ujung bawah femur dengan patella.

Fascies articularis femoris . tibiae dan patella diliputi oleh cartilago hyaline. Fascies articularis

condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik sering disebut sebagai plateau tibialis medialis dan

lateralis.

Ligamentum sendi lutut

A. LIGAMENTUM EXTRACAPSULAR

1. Ligamentum Patellae

Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat pada

tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian

pusat tendon bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi

oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil.

Bursa infra patellaris superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit.

2. Ligamentum Collaterale Fibulare

Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis dan

dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul

sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari

meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei.

3. Ligamentum Collaterale Tibiae

Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas

pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo

infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian

melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis,

ligamentum ini menutupi tendon m. semimembranosus dan a. inferior medialis genu .

4. Ligamentum Popliteum Obliquum

Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya

membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini

Page 34: Data Pasien Baru

berjalan menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi

membelok ke atas menutupi tendon m. semimembranosus.

5. Ligamentum Transversum Genu

Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus , terdiri dari

jaringan connective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya

, sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang.

B. LIGAMENTUM INTRA CAPSULAR

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat, saling

menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan

anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan

pengikat utama antara femur dan tibiae.

1. Ligamentum Cruciata Anterior

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah

atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial

condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan

menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi

untuk mencegah femur

bergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut berada dalam keadaan fleksi

ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.

2. Ligamentum Cruciatum Posterior

Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior dan berjalan

kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral

condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur bila lutut sedang

ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat

posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior

berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam

keadaan fleksi , ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke

posterior.

Page 35: Data Pasien Baru

CARTILAGO SEMILUNARIS (MENISCUS )

Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C , yang pada potongan

melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas

dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas . Permukaan atasnya cekung dan berhubungan

langsung dengan condylus femoris.

Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk menerima

condylus femoris yang cekung.

1) Cartilago Semilunaris Medialis

Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada bagian

depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan

berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut

ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior

tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale sendi.

Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.

2) Cartilago Semilunaris Lateralis

Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada area

intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris.

Page 36: Data Pasien Baru

Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia

intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan

mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis femoris.

Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh tendon m.

popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat pada cartilago ini.

Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada

tempatnya bila di bandingkan dengan cartilago semilunaris medialis.

CAPSULA ARTICULARIS

Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m. quadriceps femoris

dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari femur diatas tubrositas sendi.

Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak

yang tebal dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae menuju

bagian atas tepi dari dua meniscus dan ke bawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior .

Selanjutnya capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut

sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi

medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan , lipatan synovial, plica alares

yang terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi.

Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang mengarah pada bidang

sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian paling bawah dari tepi fossa

intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan sagital yang lebar pada synovial membran.

Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian , berhubungan dengan dua pasang

condylus femoris dan tibiae.

Lipatan capsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga regio

epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi permukaan cartilago , dan bagian

permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh cartilago.

Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit bagian bawah

dari permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing meniscus.

Page 37: Data Pasien Baru

BURSA PADA SENDI LUTUT

Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang terletak di bagian bawah dan

belakang pada sisi lateral didepan dan bawah tendon origo m. popliteus. Bursa ini membuka

kearah sendi melalui celah yang sempit diatas meniscus lateralis dan tendon m. popliteus.

Banyak bursa berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di depan, dan enam terdapat di belakang

sendi. Bursa ini terdapat pada tempat terjadinya gesekan di antara tulang dengan kulit, otot, atau

tendon.

A. BURSA ANTERIOR

1. Bursa Supra Patellaris

Terletak di bawah m. quadriceps femoris dan berhubungan erat dengan rongga sendi.

2. Bursa Prepatellaris

Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah patella dan

bagian atas ligamentum patellae.

3. Bursa Infrapatellaris Superficialis

Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah ligamentum

patellae

4. Bursa Infapatellaris Profunda

Terletak di antara permukaan posterior dari ligamentum patellae dan permukaan anterior tibiae.

Bursa ini terpisah dari cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini

jarang terjadi.

B. BURSA POSTERIOR

1. Recessus Subpopliteus

Ditemukan sehubungan dengan tendon m. popliteus dan berhubungan dengan rongga

sendi.

2. Bursa M. Semimembranosus

Ditemukan sehubungan dengan insertio m. semimembranosus dan sering berhubungan

dengan rongga sendi.

Page 38: Data Pasien Baru

Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan :

1. tendon insertio m. biceps femoris

2. tendon m. sartorius , m. gracilis dan m. semitendinosus sewaktu berjalan ke insertionya

pada tibia.

3. di bawah caput lateral origo m. gastrocnemius

4. di bawah caput medial origo m. gastrocnemius

PERSARAFAN SENDI LUTUT

Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari nervus yang yang

mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk mengatur pergerakan pada sendi lutut.

Sehingga sendi lutut disarafi oleh :

1. N. Femoralis

2. N. Obturatorius

3. N. Peroneus communis

4. N. Tibialis

SUPLAI DARAH

Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar sendi ini.

Dimana sendi lutut menerima darah dari descending genicular arteri femoralis, cabang-cabang

genicular arteri popliteal dan cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang

ascending arteri tibialis anterior.

Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan memasuki vena

femoralis.

SISTEM LYMPH

System limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan fascia subcutaneous.

Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan lymph node sub inguinal superficialis.

Sebagian lagi aliran lymph ini akan memasuki lymph node popliteal, dimana aliran lymph

berjalan sepanjang vena femoralis menuju deep inguinal lymph node

Page 39: Data Pasien Baru

PERGERAKAN SENDI LUTUT

Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi , ekstensi , dan sedikit rotasi.

Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris , semimembranosus, dan semitendinosus,

serta dbantu oleh m.gracilis , m.sartorius dan m. popliteus. Fleksi sendi lutut dibatasi oleh

bertemunya tungkai bawah bagian belakang dengan paha.

Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-mula oleh ligamentum

cruciatum anterior yang menjadi tegang. Ekstensi sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial

dari femur dan tibia serta ligamentum collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum

obliquum menjadi tegang , serat-serat posterior ligamentum cruciatum posterior juga di eratkan.

Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami ekstensi penuh ataupun sedikit hiper-ekstensi , rotasi

medial dari femur mengakibatkan pemutaran dan pengetatan semua ligamentum utama dari

sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis kaku.

Rotasio femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia , dan cartilago semilunaris

dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus femoris dan condylus tibialis. Lutut berada

dalam keadaan hiper-ekstensi dikatakan dalam keadaan terkunci.

Selama tahap awal ekstensi , condylus femoris yang bulat menggelinding ke depan mirip roda di

atas tanah, pada permukaan cartilago semilunaris dan condylus lateralis. Bila sendi lutut di

gerakkan ke depan , femur ditahan oleh ligamentum cruciatum posterior, gerak menggelinding

condylus femoris diubah menjadi gerak memutar. Sewaktu ekstensi berlanjut , bagian yang lebih

rata pada condylus femoris bergerak kebawah dan cartilago semilunaris harus menyesuaikan

bentuknya pada garis bentuk condylus femoris yang berubah.

Selama tahap akhir ekstensi , bila femur mengalami rotasi medial, condylus lateralis femoris

bergerak ke depan, memaksa cartilago semilunaris lateralis ikut bergerak ke depan.

Sebelum fleksi sendi lutut dapat berlangsung , ligamentum-ligamentum utama harus mengurai

kembali dan mengendur untuk memungkinkan terjadinya gerakan diantara permukaan sendi.

Peristiwa mengurai dan terlepas dari keadaan terkunci ini dilaksanakan oleh m. popliteus, yang

memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu condylus lateralis femoris bergerak mundur ,

perlekatan m. popliteus pada cartilago semilunaris lateralis akibatnya tertarik kebelakang. Sekali

Page 40: Data Pasien Baru

lagi cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus yang

berubah.

Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat , maka kemungkinan rotasio sangat luas. Rotasi

medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus. Rotasi lateral dilakukan oleh

m. biceps femoris.

Pada posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat di gerakkan ke depan dan

belakang terhadap femur , hal ini dimungkinkan karena ligamentum utama , terutama

ligamentum cruciatum sedang dalam keadaan kendur.

Jadi disini tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada kekuatan tonus otot yang bekerja

terhadap sendi dan juga oleh kekuatan kigamentum. Dari faktor-faktor ini , tonus otot berperan

sangat penting, dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan otot ini ,

terutama m. quadriceps femoris, setelah terjadi cedera pada sendi lutut.

ASPEK KLINIS SENDI LUTUT

TRAUMA PADA LUTUT

Trauma pada lutut lebih sering terjadi pada sisi medial dibandingkan pada sisi lateral.

Ligamentum collaterale laterale ( fibulare ) lebih kuat mengikat sendi daripada ligamentum

collaterale medial ( fibula ). Kerusakan pada ligamentum collaterale terjadi sebagai akibat dari

pukulan pada lutut pada sisi yang berlawanan. Pukulan yang berat pada sisi medial dari lutut ,

yang mana dapat menimbulkan kerusakan pada ligamentum collaterale fibulare , adalah jarang

terjadi bila di bandingkan dengan pukulan pada sisi lateral lutut. Meniscus medialis melekat kuat

pada ligamentum collaterale tibialis dan frekuensi kerusakan 20 kali lebih sering terjadi di

bandingkan dengan meniscus lateralis.

Meniscus yang robek dapat menimbulkan bunyi “ click “ selama ekstensi dari kaki, bila

kerukan lebih berat potongan sobekan dari cartilago dapat bergerak di antara permukaan

persendian tibia dan femur.. Hal ini menyebabkan lutut menjadi terkunci pada posisi sedikit

fleksi.

Page 41: Data Pasien Baru

Bila lutut di gerakkan ke anterior dengan berlebihan ataupun bila lutut hiper-ekstensi ,

ligamentum cruciatum anterior dapat robek sehingga menyebabkab sendi lutut menjadi tidak

stabil. Dan bila lutut di gerakkan ke posterior dengan berlebihan maka ligamentum cruciatum

posterior dapat robek. Tindakan bedah pada ligamentum cruciatum melalui transplantasi ataupun

artificial ligamentum di gunakan untuk memperbaiki kerusakan.

Jenis trauma yang sering terjadi pada pemain sepak bola adalah melalui blok ataupun tackle pada

sisi lateral lutut yang menyebabkan lutut tertekuk kedalam, membuka sisi medial dari sendi dan

merobek ligamentum collateral mediale. Meniscus medialis sering robek juga, sebab ligamentum

ini melekat erat pada meniscus medialis, pada cedera yang berat ligamentu cruciatum anterior ,

yag juga melekat pada meniscus medialis juga ikut rusak.

OSTEOCHONDRITIS

Sering terjadi pada cartilago pada permukan dorsal dari patella. Dan mengganggu

pergerakan dari sendi lutut dan sering menimbulkan nyeri pada daerah patella bila sendi di

gerakkan. Bagian cartilago dari permukaan dorsal patella sama seperti pada permukaan sendi

femur pada saat

berada dalam rongg sendi. Hal ini dapat menimbulkan nyeri pada sendi lutut dan mengunci sendi

.Penguncian ini menunjukkan ketidakmampuan fungsi dari sendi. Walaupun sendi ini

terkunci tetapi masih dapat di fleksikan lebih dari 90 derajat.

FRAKTUR PATELLA

Tulang patella dapat menjadi fraktur baik secara sendiri ataupun gabungan antara tulang-

tulang pada ekstremitas inferior. Fraktur patella biasanya jenis transversal sederhana, dimana

dapat dikoreksi/perbaiki. Tetapi bila fraktur patella kompleks dan disertai dengan dislokasi

diperlukan tindakan bedah yang berupa pengangkatan patella (patellectomy) , agar dapat

mengembalikan fungsi sendi lutut dengan lebih baik.

DISLOKASI SENDI LUTUT

Dislokasi pada sendi lutut biasanya terjadi pada trauma yang berat , yang langsung

mengenai sendi lutut. Subluksasio dapat terjadi secara sekunder pada penyakit degeneratif

Page 42: Data Pasien Baru

ataupun pada penyakit infeksi yang sudah berlangsung cukup lama. Tulang tibia dapat menjadi

dislokasi ke ventral , dorsal ataupun ke setiap sisi . Dapat juga terjadi rotasi yang abnormal pada

femur.

Mekanisme terjadinya dislokasi pada sendi lutut biasanya melalui hiperekstensi dan torsi pada

sendi lutut. Dislokasi akut pada sendi lutut sering disertai dengan kerusakan pada pembuluh

darah ataupun persarafan pada popliteal space.

Page 43: Data Pasien Baru

BAB IV

PEMBAHASAN

OSTEOATRITIS

Defisini

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria, dan 12,7% pada wanita. Osteoartritis juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif,osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang palingsering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang usia lanjut maupun setengah baya.Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebabtersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yangbervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungandengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanyadirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling seringpada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial manapun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia.

Page 44: Data Pasien Baru

Epidemiologi

Insiden OA lutut di Amerika Serikat mengenai sekitar 240 per 100.000 penduduk

pertahun. Sulit untuk memperkirakan prevalensi dari osteoarthritis karena tidak ada kriteria pasti

untuk menegakkan diagnosis. Berdasarkan usia, OA lutut mengenai 5% populasi yang berusia

lebih dari 26 tahun, 17% usia 45 tahun ke atas, dan 20% usia 60 tahun ke atas. Berdasarkan

penelitian tahun 2004, OA (pada semua sendi) terdiagnosis pada 11,1 juta pasien rawat jalan, dan

diperkirakan pada tahun 2005 9,3 juta orang dewasa mempunyai gejala OA. OA dapat

menyerang semua sendi, namun predileksi yang tersering adalah pada sendi-sendi yang

menanggung beban berat badan seperti panggul, lutut, dan sendi tulang belakang bagian lumbal

bawah.

Etiologi

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut dengan osteoartritis

idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi,

infeksi, atau variasi herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik, yang disebut

Page 45: Data Pasien Baru

dengan osteoartritis sekunder. Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada

penyebabnya, maka dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan

anak-anak, seperti halnya pada orangtua.

Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara osteoartritis primer dengan umur.

Presentasi orang yang memiliki osteoartritis pada 1 atau beberapa sendi meningkatdari dibawah

5% dari orang-orang dengan usia antara 15-44 tahun menjadi 25%-30%pada orang-orang dengan

usia 45-64 tahun, dan 60%-90% pada usia diatas 65 tahun. Selain hubungan erat ini dan

pandangan yang luas bahwa osteoartritis terjadi akibatproses wear & tear yang normal dan

kekakuan sendi pada orang-orang dengan usiadiatas 65 tahun, hubungan antara penggunaan

sendi, penuaan, dan degenerasi sendi masih sulit dijelaskan. Terlebih lagi, penggunaan sendi

selama hidup tidak terbukti menyebabkan degenerasi. Sehingga, osteoartritis bukan merupakan

akibat sederhanadari penggunaan sendi.

Meskipun akhiran –itis menunjukkan bahwa osteoartritis merupakan suatu penyakit

inflamasi dan ada beberapa bukti sering terjadi sinovitis, inflamasi bukan merupakan komponen

utama dari kelainan yang terjadi pada pasien. Tidak seperti kerusakan sendi yang disebabkam

oleh inflamasi sinovial, osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matrik

yang berakibat kerusakan strukturdan fungsi kartilago artikuler, diikuti dengan reaksi perbaikan

dan remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang ini, degenerasi

permukaan artikuler

pada osteoartritis tidak bersifat progresif, dan kecepatan degenerasi sendi bervariasi pada

tiap individu dan sendi. Osteoartritis sering terjadi, tapi pada sebagian besarkasus osteoartritis

berkembang lambat selama bertahun-tahun, meskipun dapat menjadi stabil atau bahkan membaik

dengan spontan dengan restorasi parsial yang minimal dari permukaan sendi dan pengurangan

gejala.

Osteoartritis biasanya melibatkan semua jaringan yang membentuk sendisinovial,

termasuk rawan sendi, tulang subchondral, tulang metafise, synovium,ligamen, kapsul sendi, dan

otot – otot yang bekerja melalui sendi; tetapi perubahan primer meliputi kerusakan rawan sendi,

remodeling tulang subchondral, dan pembentukan osteofit. Perubahan struktur tulang rawan

sendiyang paling dini terlihat pada osteoartritis adalah kerusakan atau fibrilasi zona superfisial

sampai ke zonatransisional dan violasi oleh pembuluh darah tulang subchondral.

Page 46: Data Pasien Baru

Berberapa peneliti memperkirakan bahwa kekakuan tulang subchondral menyebabkan

dan mempercepat degenerasi rawan sendi, dan progresi degenerasi kartilago mengakibatkan

kekakuantulang subchondral, tapi beberapa peneliti lain mengatakan bahwa kerusakan tulang

rawan sendi meningkatkan stress pada tulang subchondral yang menyebabkan remodeling

tulang. Degenerasi kartilago artikuler dan remodeling tulang subchondral muncul padapasien

yang mengeluhkan gejala, dan kerusakan rawan sendilah yang mengakibatkan kerusakan fungsi

sendi. Walaupun insidens OA meningkat dengan bertambahnya usia, ternyata proses OA bukan

sekedar suatu proses wear and tear yang terjadi pada sendi di sepanjang kehidupan. Dikatakan

demikian karena beberapa hal, yaitu perubahan biokimiawi rawan sendi pada tingkat molekuler

yang terjadi akibat proses menua berbeda dengan yang terjadi pada rawan sendi akibat OA.

Perubahan menyerupai OA dapat terjadi pada rawan sendi percobaan berusia muda yang

dirangsang dengan berbagai trauma seperti tekanan mekanik dan zat kimia.

Patogenesis

Page 47: Data Pasien Baru

1. Tulang rawan sendi

Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan dengan peningkatan

konsentrasi air yang mungkin disebabkan gangguanmekanik, degradasi makromolekul matriks,

atau perubahan metabolismekondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi

jaring-jaringkolagen dapat rusak dan konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan

menurun.

Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.Ketika kondrosit

mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrositberespon dengan meningkatkan sintesis

dan degradasi matriks, sertaberproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang

rusak,mempertahankan jaringan, atau meningkatkan volume kartilago. Respon ini dapat

berlangsung selama bertahun-tahun.

Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosituntuk menggantikan

atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakantulang rawan sendidisertai dan

Page 48: Data Pasien Baru

diperparah oleh penurunan respon kondrosit.Penyebab penurunan respon ini belum diketahui,

namun diperkirakan akibatkerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan

downregulasirespon kondrosit terhadap sitokin anabolik.

2. Perubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi tulang rawansendi meliputi

peningkatan densitas tulang subchondral, pembentukan rongga-rongga yang menyerupai

kista yang mengandung jaringan myxoid, fibrous, ataukartilago. Respon ini muncul

paling sering pada tepi sendi tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk

bulan sabit (crescent). Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari pembentukan

lapisan tulang baru padatrabekula biasanya merupakan tanda awal dari penyakit

degenerasi sendi padatulang subchondral, tapi pada beberapa sendi rongga – rongga

terbentuk sebelum peningkatan densitas tulang secara keseluruhan.

Pada stadium akhir dari penyakit, tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga

tulang subchondral yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang "denuded"

dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan tulang sendi rawan mengubah

bentuk sendi dan dapat mengakibatkan shorteningdan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.Pada

sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti denganperubahan tulang rawan sendi

serta tulang subchondral dan metafiseal.Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini

biasanya muncul di tepi-tepisendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada permukaan tulang

rawan, tapidapat muncul juga di sepanjang insersi kapsul sendi (osteofit kapsuler).

Tonjolan tulang intraartikuler yang menonjol dari permukaan sendi yang mengalami

degenerasi disebut osteofit sentral. Sebagian besar osteofit marginalmemiliki pernukaan kartilaginis

yang menyerupai tulang rawan sendi yangnormal dan dapat tampak sebagai perluasan dari permukaan

sendi. Pada sendi superfisial, osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang

gerak,dan terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang khas akan

pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoarthritis biasanyamembentuk cincin di sekitar tepi

acetabulum dan tulang rawan femur.Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan

artikuler os humerusbiasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi glenohumeral.

Osteofit merupakan respon terhadap proses degerasi tulang rawan sendi danremodelling tulang

Page 49: Data Pasien Baru

sudkhondral, termasuk pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan

pembentukan sel tulang dan matrik kartilageneus.

3. Jaringan Periartikuler.Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder

darisynovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang

terlibat.Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta sedang

dandapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.Semakin lama ligamen,kapsul

dan otot menjadi contracted. Kurangnya penggunaan sendi danpenurunan ROM

mengakibatkan atropi otot. Perubahan sekunder ini seringmengakibatkan kekakuan sendi

dan kelemahan tungkai.

Faktor Resiko

Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor

resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :

1. Umur.

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat.

Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan

sering pada umur diatas 60 tahun.

2. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena

osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun

frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi

oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran

hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang

wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering

Page 50: Data Pasien Baru

osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai

tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.

4. Suku.

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan

diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-

orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang –

orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.

Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi

kelainan kongenital dan pertumbuhan.

5. Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya

osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan

dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi

lain (tangan atau sternoklavikula).

6. Penyakit Metabolik

Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan antara OA dan kegemukan juga disokong

oleh adanya kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan

hipertensi. Pasien OA ternyata mempunyai resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi

yang tinggi.

7. Cedera sendi, Pekerjaan, dan Olah raga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus (tukang pahat dan

pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan resiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi

dan olahraga yang sering menimbulkan resiko OA. Peran beban benturan yang berulang pada

timbulnya OA masih menjadi pertentangan. Aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi OA

cedera traumatik (robeknya meniscus, ketidak stabilan ligamen) yang dapat mengenai sendi.

Beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang yang

mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA.

8. Kelainan Pertumbuhan

Page 51: Data Pasien Baru

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (penyakit parthes dan dislikasi kongenital paha)

telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga

berperan pada lebih banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras tertentu.

Faktor lain adalah merokok. Makin berat perokok, maka makin rendah frekuensi osteoartrosis

pada kelompok tersebut. Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian HANES I dan

Framingham. Hubungan antana merokok dan rendahnya prevalensi osteoartrosis sendi lutut,

belum dapat dijelaskan secara pasti. Beberapa faktor metabolik seperti diabetes melitus,

hipertensi, hiperurisemi dan Calcium pyrophosphare deposition  disease dikatakan juga berperan

sebagai faktor predisposisi timbulnya osteoantrosis.

Manifestasi Klinis Osteoartritis

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama

waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian

timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,

kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat

pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai

karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan

warna kemerahan, antara lain;

1. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit

berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa

nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.

2. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan

bertambahnya rasa nyeri.

3. Kaku pagi

Page 52: Data Pasien Baru

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari kursi,

atau setelah bangun dari tidur.

4. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling

sering) secara perlahan-lahan membesar.

6. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang

menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan

ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

Pemeriksaan Fisik

Hambatan gerak

Perubahan ini sering kali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara radiologis).

Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bisa

digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan)

maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja).

Krepitasi

Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya hanya berupa

perasaan akan adanya sesuatu yang patah dan remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.

Dengan bertambah beratnya penyakit, kerepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala

ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan

atau secara pasif dimanipulasi.

Pembengkakan sendi yang sering kali asimetris

Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena fusi pada sendi yang biasanya tak banyak

(<100cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang dapat mengubah permukaan sendi.

Tanda-tanda peradangan

Page 53: Data Pasien Baru

Tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata,

dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-

tanda ini tak menonjol dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki,

dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki.

Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen

Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi,

berbagai kecacatan, dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.

Perubahan gaya berjalan

Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan.

Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha dan OA tulang belakan dengan stenosis spinal.

Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan pergelangan tangan, osteoartritis juga

menimbulkan gangguan fungsi.

Penatalaksanaan Osteoartritis

1. Medikamentosa

Semua obat memiliki efek samping yang berbeda, oleh karena itu, penting bagi pasien

untuk membicarakan dengan dokter untuk mengetahui obat mana yang paling cocok untuk di

konsumsi. Berikut adalah beberapa obat pengontrol rasa sakit untuk penderita osteoarthritis :

a. Acetaminophen

Merupakan obat pertama yang di rekomendasikan oleh dokter karena relatif aman dan efektif

untuk mengurangi rasa sakit.

b. NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)

Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Mempunyai efek samping,

yaitu menyebabkan sakit perut dan gangguan fungsi ginjal.\

c. Topical pain

Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada kulit yang terasa sakit.

d. Tramadol (Ultram)

Tidak mempuyai efek samping seperti yang ada pada acetaminophen dan NSAIDs.

e. Milk narcotic painkillers

Page 54: Data Pasien Baru

Mengandung analgesic seperti codein atau hydrocodone yang efektif mengurangi rasa sakit

pada penderita osteoarthritis.

f. Corticosteroids

Efektif mengurangi rasa sakit.

g. Hyaluronic acid

Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh disaccharides of glucuronic aciddan N-

acetygluosamine. Disebut juga viscosupplementation. Digunakan dalam perawatan pasien

osteoarthritis. Dari hasil penelitian yang dilakukan, 80% pengobatan dengan menggunakan

hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih kecil dibandingkan pengobatan dengan

menggunakan placebo. Makin besar molekul hyaluronic acid yang diberikan, makin besar

efek positif yang di rasakan karena hyaluronic acid efektif mengurangi rasa sakit.

h. Glucosamine dan chondroitin sulfate

Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.

2. Non medikamentosa

1) Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.

2) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

3) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

4) Dukungan psikososial

5) Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat

6) Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian

panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang

diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang

masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum

pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,

ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.

7) Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan. Diet rendah

purin. Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan

menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas

normal

Page 55: Data Pasien Baru

8) Olahraga

Olahraga dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu mengontrol berat badan.

Olahraga untuk osteoarthritis misalnya berenang dan jogging.

9) Menjaga sendi

Menggunakan sendi dengan hati-hati dapat menghindari kelebihan stres pada sendi.

10) Panas/dingin

Panas didapat, misalnya dengan mandi air panas. Panas dapat mengurangi rasa sakit pada

sendi dan melancarkan peredaran darah. Dingin dapat mngurangi pembengkakan pada

sendi dan mengurangi rasa sakit. Dapat didapat dengan mengompres daerah yang sakit

dengan air dingin.

11) Viscosupplementation

merupakan perawatan dari Canada untuk orang yang terkena osteoarthritis pada lutut,

berbentuk gel.

12) Pembedahan

Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan dilakukan

pembedahan. Dengan pembedahan, dapat memperbaiki bagian dari tulang.

Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement joint

- Realignment osteotomi

Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan

merubah sudut dari weightbearing.

Tujuan : Membuat karilago sendi yang sehat menopang sebagian besar

berat tubuh.Dapat pula dikombinasikan dengan ligamen atau meniscus

repair

- Arthroplasty: Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan

sendi yang baru ditanam.Permukaan penunjang biasanya terbuat dari

logam yang berada dalam high-density polyethylene.

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis :

a) Partial replacement/unicompartemental

b) High tibial osteotmy : orang muda

c) Patella &condyle resurfacing

Page 56: Data Pasien Baru

d) Minimally constrained total replacement : stabilitas sendi dilakukan sebagian oleh

ligament asli dan sebagian oelh sendi buatan.

e) Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang hilang&severe instability.

f) Akupuntur

Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi sendi.

g) Pijat

Pemijatan sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya.

h) Vitamin D,C, E, dan beta karotin untuk mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.

i) Teh hijau

Pemeriksaan Penunjang Osteoartritis

Pada pemeriksaan laboratorium darah tepi, imunologi dan cairan sendi umumnya tidak ada

kelainan, kecuali osteoarthritis yang disertai paeradangan.pada pemerikasaan radiology

didapatkan penyempitan rongga sendi disertai sclerosis tepi persendian. Mungkin terjadi

deformitas, osteoarthritis atau pembentukan kista juksta artikular. Kadang-kadang tampak

gambaran taji (spur formation), liping pada tepi-tepi tulang, dan adanya tulang-tulang yang lepas.

Pemeriksaan khusus : radiologi

- adanya penyempitan ruang sendi

- tepi sendi tampak tajam dan hipertrofi

- osteosit, perubahan struktur anatomi sendi

Komplikasi

- deformitas / kaku sendi (disability)

Pencegahan Osteoartritis

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita terhindar dari osteoarthritis :

1. Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka.

2. Mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi ringan.

3. Minum obat untuk mencegah osteoarthritis.

Page 57: Data Pasien Baru

BAB V

PENUTUPI. Kesimpulan

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan

kerusakan kartilago sendi. Paling sering menyerang Vertebra, panggul, lutut, dan

pergelangan kaki. Osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel dan

matrik yang berakibat kerusakan strukturdan fungsi kartilago artikuler, diikuti dengan

reaksi perbaikan dan remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling

tulang ini, degenerasi permukaan artikuler. insidens OA meningkat dengan

bertambahnya usia, ternyata proses OA bukan sekedar suatu proses wear and tear

yang terjadi pada sendi di sepanjang kehidupan. Dikatakan demikian karena beberapa

hal, yaitu perubahan biokimiawi rawan sendi pada tingkat molekuler yang terjadi

akibatproses menua berbeda dengan yang terjadi pada rawan sendi akibat OA.

Berdasarkan usia, OA lutut mengenai 5% populasi yang berusia lebih dari 26

tahun, 17% usia 45 tahun ke atas, dan 20% usia 60 tahun ke atas, dengan keluhan

gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri

intermiten yang berhubungandengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan

nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan

sendi.

Osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi

herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik, yang disebut dengan

osteoartritis sekunder. Adapun beberapa penyebab terjadinya osteoatritis adalah faktor

usia, kegemukan, Jenis Kelamin, Genetik. Suku, Kegemukan, Penyakit Metabolik,

Cedera sendi, Pekerjaan, dan Olah raga, Kelainan Pertumbuhan, Faktor lain adalah

merokok

Page 58: Data Pasien Baru

Gejala dari osteoatritis :

1. Nyeri sendi bila digerakkan, berkurang bila istirahat

2. Nyeri berkurang bila digerakkan lama

3. Waktu bangun pagi jari-jari kaku/nyeri. Jarang lebih dari 15 menit

4. Claudicatio intermitten

Tanda penting :

1. Umur lebih dari 50 tahun

2. Sendi bengkak

3. Krepitasi bila sendi digerakkan

4. Perubahan gaya jalan

5. Ada tanda-tanda peradangan

6. Terbentuk osteofit pada tulang rawan

7. Artropati

8. Deformitas /pembesaran sendi

9. Ruang sendi menyempit

Page 59: Data Pasien Baru

II. Saran

Setelah membaca dan memahami laporan kasus Osteoartritis diharapkan kepada pembaca khususnya dapat melakukan dan melaksanakan perencanaan dengan profesional pada pasien dengan radang sendi maupun osteoartritis, dan juga bagi setiap orang dapat menghindari penyakit osteoartritis dengan selalu menjaga dan membiasakan pola hidup sehat.

Adapun beberapa cara untuk menghindari terjadinya osteoatritis :

1. Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka.

2. Mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi

ringan.

3. Minum obat untuk mencegah osteoarthritis.

Page 60: Data Pasien Baru

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Kalim, Handono. 2004. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Prince, Sylvia Anderson. 2009. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi.4.Jakarta : EGC.

R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi .2008. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta :

Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.

Harrison’s Principle of Internal Medicine.2001. edit by Faucy AS, Braunwald E et al, 15th edition. McGraw Hill Inc, New York.

Riardi Pramudyo.2003. Patogenesis Gastropati OAINS, Naskah Lengkap Temu Ilmiah Reumatologi, Jakarta

LippincottWilliams & Wilkins. 2005 .USAI bagio, Harry.CDK: Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya padaOsteoartritis.

Muoskowitz, Howell, Altman et all.2003. Osteoarthritis, Diagnosis and Medical/ SurgicalManagement, 3rd editn.

Shaun Ruddy, Edward D.Harris, Clement B.2001.Sledge : Textbook of Rheumatology, 6th edition.

Sjaifullah Noer, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

http://nurwahidahnersuh07.blogspot.com/2009/10/asuhan-keperawatan-osteoartritis.html

prof. Dr. A. Halim Mubin, SpPD, MSc, KPTI. 2007. Panduan praktis ilmu penyakit dalam

edisi 2. Jakarta EGC