data pasien baru
DESCRIPTION
5TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS PASIEN DENGAN OSTEOATRITIS
Disusun oleh :
Dewa Ayu Cindy Febriani 08700110
Raihatul Ambar 08700215
Pembimbing :
Dr. Farid Al Hasan, Sp. PD
Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya
RSUD Dr. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO
BOJONEGORO
(2013)
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS DENGAN DIAGNOSA OSTEOATRITIS
RSUD Dr. R.SOSODORO DJATIKOESOEMO BOJONEGORO
SMF. ILMU PENYAKIT DALAM
Mengesahkan,
Dokter Pembimbing
(Dr. Farid Al Hasan, Sp. PD)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
laporan kasus pasien dengan judul “Osteoatritis” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
dari Tuhan Yang Maha Esa serta tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna baik dalam segi materi maupun cara penulisannya. Namun penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini dapat selesai
dengan baik. Tim penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan, saran, dan
usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Bojonegoro,
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................I
Daftar isi .............................................................................................II
Bab I
1.1 Laporan kasus .............................................................................................
1.2 Follow up .............................................................................................
1.3 Hasil laboratorium .............................................................................................
1.4 Hasil foto roncent .............................................................................................
1.5 Hasil USG .............................................................................................
Bab II
2.1 Pendahuluan ............................................................................................
Bab III
3.1 Tinjauan Teori ...........................................................................................
Bab IV
4.1 Pembahasan ...........................................................................................
Bab V
5.1 Penutup ...........................................................................................
BAB I
LAPORAN KASUS
RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
Fakultas kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
I. Identitas pasien
Nama : Tn. Mulyano
Kelamin : Laki-laki
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
RM : 342896
Alamat : Sidodadi Kecamatan sukosene
Status pasien : JAMKESDA
Tanggal MRS : 3 januari 2013 pukul 22.00 WIB
Tanggal KRS : 11 januari 2013 pukul 11.00 WIB
II. KELUHAN UTAMA
Lutut kiri terasa nyeri
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (tanggal 3 januari 2013)
- Nyeri pada lutut kiri sejak 1 tahun
- Nyeri hanya didaerah lutut
- Lutut kiri bengkak sejak 1 bulan lalu
- Terasa kemeng
- Linu terus-terusan
- Tidak bisa berjalan
- Sesak (+)
- Mual (-), muntah (-),pusing (-), dada ndredeg (-) , panas (-)
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- HT disangkal
- DM disangkal
- Sakit jantung disangkal
V. RIWAYAT SOSIAL
- Diberikan obat linu dari apotek (pasien lupa)
- Pernah berobat ke dokter saraf tapi tidak ada perubahan
- Pernah disuntik
- Rokok disangkal
- Alkohol disangkal
- Jamu disangkal
- Kopi disangkal
VI. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
- Hipertensi disangkal
- Kencing manis disangkal
- Tidak ada yang menderita seperti keluhan pasien
VII. TINJAUAN SISTEM
- Makan menurun,
- Minum biasa
- BAB (+)
- BAK (+)
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
keadaan umum : Baik
kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/90
Respirasi rate : 24 x/ menit
Nadi : 80x/ menit
Suhu : 37,8
Kepala leher : A/I/C/D +/-/-/+
- Bentuk wajah simetris
- Full moon face (-)
- Rambut normal, tidak mudah dicabut
- Benjolan di kepala (-)
- Nyeri tekan kepala (-)
Mata :
- Alis normal
- Bola mata normal, exoptalmus (-), nystagmus (-)
- Kelopak mata : odema (-), ptosis (-), xantelasma (-)
- Konjunctiva : anemis (+/+), hiperemi (-/-)
- Sclera : icterus (-/-)
- Pupil : bulat (+), isokor (+), reflek cahaya (+/+)
- Lensa : katarak (-/-)
Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), pendengaran normal
Hidung : bentuk hidung simetris, deviasi septum (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-),
pernafasan cuping hidung (+/+)
Mulut : bibir cyanosis (-), pigmentasi (-), sariawan (-)
Gigi : caries (+),gigi goyang (-) warna gigi kuning
Gusi : hiperemis (-), perdarahan (-), odema (-)
Lidah : normal
Faring : hiperemis (-)
Palatum : anemis (-), ikterus (-)
Leher : simetris, kaku kuduk (-), JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-), masa (-)
Thorak
Payudara : ginecomasti (-)
Pulmo :
- Inspeksi : pergerakan nafas simetris, bentuk dada normal, retraksi sela iga (-), jejas
(-)
- Palpasi : simetris, fremitus raba normal, fremitus suara (+)
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : wheezing (-), Rhonki (-)
Cor :
- Inspeksi : JVP tidak meningkat
- Palpasi : Ictus cordis nampak pada ICS V MCL Sinistra
- Perkusi : Batas jantung
- Auskultasi : S1S2 tunggal reguler , ES (-), G(-), M (-)
Abdomen :
- Inspeksi : Distended (-), Vena kolateral (-), Asites (-), Jejas (-)
- Auskultasi : Bising usus (+)
- Perkusi : Meteorismus (-)
- Palpasi : Hepar/Lien dalam batas normal, ginjal tidak teraba, nyeri tekan (-)
Extremitas :
Extremitas atas :
- CRT < 2 detik
- Akral hangat (+)
- Odema (-)
- Erytema palmaris (-)
Extremitas bawah :
- CRT < 2 detik
- Akral hangat (+)
- Odema -/+
- Nyeri tekan -/+
- ROM terbatas
- Jejas (-)
IX. PROBLEM LIST :
Lutut kiri nyeri, linu, bengkak
Tidak bisa berjalan
Anemis
Sesak
X. ASSESMENT :
Osteoatritis dengan anemia gravis
Diagnosa differential : Susp ca R. Genu sinistra
XI. USUL PEMERIKSAAN PENUNJANG :
- Darah Lengkap
- USG
- Roncent
XII. PLANNING DOKTER MUDA :
Farmakologi :
- O2 3lpm
- Infus PZ 20 tpm
- Injeksi antrain 3x1 ampul
- Tablet amlodipin 10 mg 1x1
- Pro tranfusi 2 kolf/hr
- PRC 1 kolf
Nonfarmakologi :
a. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
b. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
c. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
d. Dukungan psikososial
e. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
f. Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
1.2 FOLLOW UP
N
o
Tangg
al
Data subyektif dan obyektif Terapi
1. 05/01/1
3 S
O
Kaki kiri terasa sakit, sulit tidur karena sakit,
makan (+), minum (+) BAB (-) sejak 2 hari lalu
BAK (-)
Ku : Lemah
Kesadaran : CM
TD : 130/90
RR : 24 x / menit
HR : 84 x / menit S : 36
Thorax : Cor : S1S2 tunggal reguler
m(-) G (-) ES (-)
- Infus PZ 20 tpm
- Injeksi antrain 3x1 ampul
- Tablet Amlodipin 1x1
- PRC 1 kolf
Hasil USG :
Soft tissue
swelling
didekat sendi
genu sisi medial
sinistra
Tidak tampak
Pulmo : RH – WH –
Abdomen :
- BU(+)
- Soepel
- Nyeri tekan (–)
- Distended (-)
- Meteorismus (-)
- Buli-buli penuh
Extremitas :
- Odema --/--
- Akral hangat
- Crt < 2 dtk
A : Osteoatritis Regio Genu Sinistra
tanda-tanda
joint efusi
Foto genu sinistra AP/Lateral :
- Sublaxia os
tibia sinistra
terhadap femur
sinistra kearah
lateral
- Osteo artritis
genu sinistra
2. 07/01/1
3 S
O
Kaki kiri sakit berkurang, sudah bisa di
gerakkan. Perut terasa sebah, mual (+)
muntah( –) makan (+) sedikit, minum (+)
sedikit.
BAB (–) sejak 3 hari, BAK (+)
Ku : lemah
Kesadaran : CM
TD : 110/70
RR : 24x/menit
HR : 80x/menit
S : 36
K/L a/i/c/d : +/-/-/-
Thorax : Cor : S1S2 tunggal reguler
M(-) G (-) ES (-)
Pulmo : RH (-) WH (-)
- infus PZ : RL 2:1
- injeksi ceftriaxon 2x1 ampul
IV
- injeksi metilprednisolon
2x1/2 ampul IV
- tablet meloxicam 2x15 mg
Abdomen :
- BU (+)
- Soepel
- Nyeri tekan –
- Distended (-)
- Meteorismus (-)
- Buli-buli penuh
Extremitas :
- Odema --/-+
- Akral hangat
- Crt < 2 dtk
A : Osteoatritis Regio Genu Sinistra + erasi
intraatritis Genu
3 08/01/1
3 S
O
Batuk (+), dahak (+) kaki kiri masih terasa
nyeri, Sudah bisa di gerakkan sedikit-sedikit.
mual (-) muntah (-) makan (+) sedikit, minum
(+) sedikit
BAB (-)sejak 4 hari, BAK (+)\
Ku : lemah
kesadaran : CM
TD : 120/80
RR : 21x/menit
HR : 82x/menit
S : 36
K/L a/i/c/d : -/-/-/-
Thorax : Cor : s1s2 tunggal reguler
m (-) G(-) ES (-)
Pulmo : RH – WH –
Abdomen :
- infus PZ : RL 2:1
- injeksi ceftriaxon 2x1 ampul
IV
- injeksi metilprednisolon
2x1/2 ampul IV
- tablet meloxicam 2x15 mg
- tablet DMP 3x1
Ptx : Lavement glycerin,
Planning monitoring:
DL ulang
- BU (+)
- Soepel
- Nyeri tekan –
- Distended (-)
- Meteorismus (-)
Extremitas :
- Odema --/-+
- Akral hangat
- Crt < 2 dtk
A : Osteoatritis Regio Genu Sinistra +
efusi aurikula genu
4 09/01/1
3 S
O
kaki kiri sakit cekot-cekot, Sudah bisa di
gerakkan, Panas (+), sesak (+), semalam
kesadaran menurun, perut terasa sebah, mual (+)
muntah (–) makan (+) sedikit, minum (+)
sedikit, batuk (+), dahak
BAB (+), BAK (+)
Ku : lemah
Kesadaran : CM
TD : 110/80
RR : 20x/menit
HR : 82x/menit
S : 39
K/L a/i/c/d : -/-/-/+
Thorax : Cor : S1S2 tunggal reguler
m(-) G (-) ES (-)
Pulmo : RH – WH ++/+-
Abdomen :
- BU (+)
- infus PZ : RL 2:1
- injeksi ceftriaxon 2x1 ampul
IV
- injeksi metilprednisolon
2x1/2 ampul IV
- tablet meloxicam 2x15 mg
- tab DMP 3x1
- tab paracetamol 3x1 (KP)
- PRC 1 kolf
- Soepel
- Nyeri tekan (-)
- Distended (-)
- Meteorismus (-)
Extremitas :
- Odema --/--
- Akral hangat
- Crt < 2 dtk
A : Osteoatritis Regio Genu Sinistra +
efusi aurikula genu
- ISPA
5 10/01/1
3 S
O
kaki kiri sakit berkurang, sudah bisa di
gerakkan, batuk (+), dahak (+) Panas (+)
makan (+), minum (+)
BAB (+), BAK (+)
Ku : lemah
kesadaran : CM
TD : 120/80
RR : 24x/menit
HR : 82x/menit
S : 36
K/L a/i/c/d : -/-/-/-
Thorax : Cor : s1s2 tunggal reguler
m (-) G (-) ES (-)
Pulmo : RH ++/-- WH ++/++
Abdomen :
- BU (+)
- Soepel
- tranfusi 3 kolf (HB 9,9)
- infus PZ : RL 2:1
- injeksi ceftriaxon 2x1 ampul
IV
- injeksi metilprednisolon
2x1/2 ampul IV
- tablet meloxicam 2x15 mg
- tablet codein 3x1
- tablet paracetamol 3x1 (kp)
- Nyeri tekan –
- Distended (-)
- Meteorismus (-)
Extremitas :
- Odema --/--
- Akral hangat
- Crt < 2 dtk
A : ISPA + osteoatritis genu
6 11/1/13
S
O
kaki kiri sakit berkurang, sudah bisa di gerakkan
batuk (+), dahak (+) Panas (-), mual muntah (-)
Perut terasa sebah, mual (+) muntah (– ),makan
(+) sedikit, minum (+) sedikit
BAB (+), BAK (+)
Ku : lemah
kesadaran : CM
TD : 110/70
RR : 20x/menit
HR : 82x/menit
S : 36
K/L a/i/c/d : -/-/-/-
Thorax : Cor : s1s2 tunggal reguler m (-) G
(-) ES (-)
Pulmo : RH ++/-- WH –
Abdomen :
- BU (+)
- Soepel
- Nyeri tekan –
- Distended (–)
- infus PZ : RL 2:1 (1,5 lt/h)
- injeksi ceftriaxon 2x1 ampul
IV
- tab metilprednisolon 2x1/2
- tablet meloxicam 2x15 mg
- tab codein 3x1
- Meteorismus ( –)
Extremitas :
- Odema -- /-+
- Akral hangat
- Crt < 2 dtk
A : ISPA + Osteoatritis Regio Genu
Sinistra
1.3 HASIL LABORATORIUM
1.4 HASIL FOTO RONCENT
1.5 HASIL USG
BAB II
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan yang dilakukan di Indonesia, termasuk pembangunan bidang kesehatan
membawa perubahan pada kondisi masyarakat di Indonesia. Perubahan yang terjadi antara lain
adanya transisi demografi dan transisi epidemiologi. Transisi demografi merupakan perubahan
pola / struktur penduduk yang ditandai dengan semakin banyaknya warga lanjut usia (lansia)
karena meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Angka UHH di Indonesia yang pada tahun
1995 – 2000 sebesar 64,71 tahun meningkat menjadi 67,68 tahun pada tahun 2000 – 2005.
Proporsipenduduk lansia (di atas 60 tahun) meningkat dari 16 juta jiwa (7,6%) pada tahun 2000
menjadi 18,4 juta jiwa (8,4%) pada tahun 2005. Sedangkan dari data USA – Bureau of the
Cencus, Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di seluruh
dunia antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%. Umur Harapan Hidup orang Indonesia
diperkirakan mencapai 70 tahun atau lebih pada tahun 2015-2020.1 Transisi epidemiologi terjadi
karena pemerintah berhasil menekan angka penyakit infeksi, namun di sisi lain penyakit yang
berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring dengan semakin banyaknya proporsi
warga lansia di Indonesia. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaan sering disebut
penyakit degeneratif, di antaranya Osteoartritis, yang selanjutnya akan disingkat OA.
Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, ditandai
dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat. Terdapat 2 kelompok OA, yaitu OA
primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer disebabkan faktor genetik, yaitu adanya
abnormalitas kolagen. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan
endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu
lama dan lain-lain. Gambaran patologi kedua kelompok OA tersebut tidak menunjukkan adanya
perbedaan. Kelainan utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi, dapat diikuti dengan
penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan
sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi. Osteoartritis merupakan penyakit
sendi yang paling banyak ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan
nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan
Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami simtom OA. Di Amerika, 1 dari 7
penduduk menderita OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler
sebagai penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat.
Secara keseluruhan, sekitar 10 – 15% orang dewasa lebih dari 60 tahun menderita OA.5 Dampak
ekonomi, psikologi dan sosial dari OA sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga
keluarga dan lingkungan. Di Australia pada tahun 2002, diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1% dari GNP, yaitu mencapai $Aus 2.700/orang/tahun. Dapat dibayangkan begitu
besarnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyakit tulang dan sendi termasuk OA,
sehingga seluruh dunia harus mewaspadainya. Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia. Di Indonesia, OA
merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik
lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami
gangguan OA di Indonesia tercatat 8,1% dari total penduduk. Sebanyak 29% di antaranya
melakukan pemeriksaan dokter, dan sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri. Di
Kabupaten Malang dan Kota Malang ditemukan prevalensi OA sebesar 10% dan 13,5%. Di Jawa
Tengah, kejadian penyakit OA sebesar 5,1% dari semua penduduk. Osteoartritis umumnya
menyerang penderita berusia lanjut pada sendi-sendi penopang berat badan, terutama sendi lutut,
panggul (koksa), lumbal dan servikal. Pada OA primer / generalisata yang pada umumnya
bersifat familial, dapat pula menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang distal
(DIP) dan interfalang proksimal (PIP). Lutut merupakan sendi yang paling sering dijumpai
terserang OA dari sekian banyak sendi yang dapat terserang OA. Osteoartritis lutut merupakan
penyebab utama rasa sakit dan ketidakmampuan dibandingkan OA pada bagian sendi lainnya.8
Di Thailand, prevalensi OA lutut pada para biksu berdasarkan hasil penelitian Tangtrakulwanich
(2006) adalah sebesar 59,4%. Sedangkan berdasarkan data WHO, 40% penduduk dunia yang
berusia lebih dari 70 tahun mengalami OA lutut. Data Arthritis ResearchCampaign tahun 2000
menunjukkan bahwa 2 juta penderita OA lutut berobat ke dokter praktik umum maupun rumah
sakit, sedangkan 550 ribu di antaranya menderita OA lutut yang parah (grade IV). Pada tahun
2000 di Inggris, dilaporkan tindakan operasi replacement sendi lutut pada lebih dari 80 ribu
penderita dengan biaya operasi sebesar 405 juta. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel
pembentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan
antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan
orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, yang menjadikan tulang
rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. Mengingat besarnya kerugian yang
dapat ditimbulkan akibat OA lutut, maka perlu dilakukan upaya pencegahan terjadinya OA lutut.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan mendeskripsikan faktor-faktor risiko terjadinya OA
lutut. Faktor-faktor yang telah diteliti sebagai faktor risiko OA lutut antara lain usia lebih dari 50
tahun , enis kelamin perempuan, ras / etnis, genetik, kebiasaan merokok, konsumsi vitamin D,
obesitas4,osteoporosis, diabetes mellitus, hipertensi, hiperurisemi, histerektomi, menisektomi,
riwayat trauma lutut, kelainan anatomis, kebiasaan bekerja dengan beban berat, aktivitas fisik
beratdan kebiasaan olah raga. Program PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit) sudah mulai
dilakukan, dengan memberi penyuluhan kepada pasien osteoartritis lutut supaya menghindari
faktor-faktor risiko osteoartritis lutut, antara lain menjaga berat badan ideal, menghindari
aktivitas fisik berat dan sebagainya.
2. Tujuan
a. Mengetahui anatomi dan fisiologi sendi lutut
b. Mengetahui patogenesis dan etiologi OA
c. Mengetahui faktor resiko dan manifestasi klinis pada OA
d. Mengetahui penatalaksanaan OA
e. Mengetahui pencegahan OA
3. Rumusan Masalah
1. Bagaiman etiologi pada OA?
2. Bagaimana patogenesis pada OA?
3. Bagaimana faktor resiko dan manifestasi klinis padaOA?
4. Bagaimana penatalaksanaan OA?
5. Bagaimana cara pencegahan OA?
4. Manfaat
a. Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi mengenai faktor risiko osteoartritis lutut, sehingga dapat direncanakan
program kesehatan, misalnya upaya sosialisasi osteoartritis lutut dan faktor-faktor risikonya serta
tindakan-tindakan pencegahan timbulnya osteoartritis lutut.
b. Ilmu Pengetahuan
Menambah perbendaharaan referensi mengenai faktor risiko
osteoartritis lutut.
c. Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor risiko osteoartritis lutut, sehingga
masyarakat mengetahui faktor risiko osteoartritis lutut dan dapat melakukan tindakan-tindakan
pencegahan timbulnya osteoartritis lutut.
BAB III
TINJAUAN TEORI
Anatomi Sendi lutut
Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang
dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam terdapat
rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan. Fungsi dari sendi secara
umum adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh. Sendi lutut merupakan bagian dari
extremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah. Fungsi dari
sendi lutut ini adalah untuk mengatur pergerakan dari kaki. Dan untuk menggerakkan kaki ini
juga diperlukan antara lain :
- Otot- otot yang membantu menggerakkan sendi
- Capsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang bersendi supaya jangan
lepas bila bergerak
- Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang mengatur luasnya gerakan.
- Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara tulang
pada permukaan sendi.
- Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang merupakan penghubung kedua
buah tulang yang bersendi sehingga tulang menjadi kuat untuk melakukan gerakan-gerakan
tubuh.
Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel , yaitu pergerakan dua condylus femoris
diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi ini yaitu gerakan fleksi ,
ekstensi dan sedikit rotatio. Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi maka akan dapat
menimbulkan cedera yang antara lain terjadi robekan pada capsul dan ligamentum di sekitar
sendi.
Jenis sendi pada lutut
Persendian pada sendi lutut termasuk dalam jenis sendi synovial (synovial joint ), yaitu
sendi yang mempunyai cairan sinovial yang berfungsi untuk membantu pergerakan antara dua
buah tulang yang bersendi agar lebih leluasa. Secara anatomis persendian ini lebih kompleks
daripada jenis sendi fibrous dan sendi cartilaginosa.
Permukaan tulang yang bersendi pada synovial joint ini ditutupi oleh lapisan hyaline cartilage
yang tipis yang disebut articular cartilage , yang merupakan bantalan pada persambungan tulang.
Pada daerah ini terdapat rongga yang dikelilingi oleh kapsul sendi. Dalam hal ini kapsul sendi
merupakan pengikat kedua tulang yang bersendi agar tulang tetap berada pada tempatnya pada
waktu terjadi gerakan.
Kapsul sendi ini terdiri dari 2 lapisan :
1. Lapisan luar
Disebut juga fibrous capsul , terdiri dari jaringan connective yang kuat yang tidak teratur
Dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari periosteum yang menutupi bagian tulang. Dan
sebagian lagi akan menebal dan membentuk ligamentum.
2. Lapisan dalam
Disebut juga synovial membran, bagian dalam membatasi cavum sendi dan bagian luar
merupakan bagian dari articular cartilage.. Membran ini tipis dan terdiri dari kumpulan jaringan
connective. Membran ini menghasilkan cairan synovial yang terdiri dari serum darah dan cairan
sekresi dari sel synovial. Cairan synovial ini merupakan campuran yang kompleks dari
polisakarida protein , lemak dan sel sel lainnya. Polisakarida ini mengandung hyaluronic acid
yang merupakan penentu kualitas dari cairan synovial dan berfungsi sebagai pelumas dari
permukaan sendi sehingga sendi mudah digerakkan
Ada 2 condylus yang menutupi bagian ujung bawah sendi pada femur dan 2 tibial condylus yang
menutupi meniscus untuk stabilitas artikulasi femorotibial. Patella yang merupakan jenis tulang
sesamoid terletak pada segmen inferior dari tendon quadriceps femoris, bersendi dengan femur,
dimana patella ini terletak diantara 2 condylus femoralis pada permukaan anteroinferior.
Menurut arah gerakannya sendi lutut termasuk dalam sendi engsel ( mono axial joints )yaitu
sendi yang mempunyai arah gerakan pada satu sumbu. Sendi lutut ini terdiri dari bentuk conveks
silinder pada tulang yang satu yang digunakan untuk berhubungan dengan bentuk yang concave
pada tulang lainnya.
Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak pada
kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua
articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang
terkait dan sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies patellaris femoris.
Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel, tetapi sebenarnya terdiri dari
tiga bagian sendi yang kompleks yaitu :
1. condyloid articulatio diantara dua femoral condylus dan meniscus dan berhubungan
dengan condylus tibiae
2. satu articulatio jenis partial arthrodial diantara permukaan dorsal dari patella dan
femur.
Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk bulat, pada bagian
bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago semilunaris. Pada bagian bawah terdapat articulatio
antara ujung bawah femur dengan patella.
Fascies articularis femoris . tibiae dan patella diliputi oleh cartilago hyaline. Fascies articularis
condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik sering disebut sebagai plateau tibialis medialis dan
lateralis.
Ligamentum sendi lutut
A. LIGAMENTUM EXTRACAPSULAR
1. Ligamentum Patellae
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat pada
tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian
pusat tendon bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi
oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil.
Bursa infra patellaris superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit.
2. Ligamentum Collaterale Fibulare
Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis dan
dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul
sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari
meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei.
3. Ligamentum Collaterale Tibiae
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas
pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo
infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian
melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis,
ligamentum ini menutupi tendon m. semimembranosus dan a. inferior medialis genu .
4. Ligamentum Popliteum Obliquum
Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya
membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini
berjalan menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi
membelok ke atas menutupi tendon m. semimembranosus.
5. Ligamentum Transversum Genu
Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus , terdiri dari
jaringan connective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya
, sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang.
B. LIGAMENTUM INTRA CAPSULAR
Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat, saling
menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan
anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan
pengikat utama antara femur dan tibiae.
1. Ligamentum Cruciata Anterior
Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah
atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial
condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan
menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi
untuk mencegah femur
bergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut berada dalam keadaan fleksi
ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.
2. Ligamentum Cruciatum Posterior
Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior dan berjalan
kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral
condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur bila lutut sedang
ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat
posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior
berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam
keadaan fleksi , ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke
posterior.
CARTILAGO SEMILUNARIS (MENISCUS )
Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C , yang pada potongan
melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas
dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas . Permukaan atasnya cekung dan berhubungan
langsung dengan condylus femoris.
Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk menerima
condylus femoris yang cekung.
1) Cartilago Semilunaris Medialis
Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada bagian
depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan
berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut
ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior
tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale sendi.
Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.
2) Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada area
intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris.
Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia
intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan
mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis femoris.
Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh tendon m.
popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat pada cartilago ini.
Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada
tempatnya bila di bandingkan dengan cartilago semilunaris medialis.
CAPSULA ARTICULARIS
Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m. quadriceps femoris
dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari femur diatas tubrositas sendi.
Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak
yang tebal dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae menuju
bagian atas tepi dari dua meniscus dan ke bawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior .
Selanjutnya capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut
sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi
medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan , lipatan synovial, plica alares
yang terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi.
Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang mengarah pada bidang
sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian paling bawah dari tepi fossa
intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan sagital yang lebar pada synovial membran.
Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian , berhubungan dengan dua pasang
condylus femoris dan tibiae.
Lipatan capsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga regio
epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi permukaan cartilago , dan bagian
permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh cartilago.
Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit bagian bawah
dari permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing meniscus.
BURSA PADA SENDI LUTUT
Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang terletak di bagian bawah dan
belakang pada sisi lateral didepan dan bawah tendon origo m. popliteus. Bursa ini membuka
kearah sendi melalui celah yang sempit diatas meniscus lateralis dan tendon m. popliteus.
Banyak bursa berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di depan, dan enam terdapat di belakang
sendi. Bursa ini terdapat pada tempat terjadinya gesekan di antara tulang dengan kulit, otot, atau
tendon.
A. BURSA ANTERIOR
1. Bursa Supra Patellaris
Terletak di bawah m. quadriceps femoris dan berhubungan erat dengan rongga sendi.
2. Bursa Prepatellaris
Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah patella dan
bagian atas ligamentum patellae.
3. Bursa Infrapatellaris Superficialis
Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah ligamentum
patellae
4. Bursa Infapatellaris Profunda
Terletak di antara permukaan posterior dari ligamentum patellae dan permukaan anterior tibiae.
Bursa ini terpisah dari cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini
jarang terjadi.
B. BURSA POSTERIOR
1. Recessus Subpopliteus
Ditemukan sehubungan dengan tendon m. popliteus dan berhubungan dengan rongga
sendi.
2. Bursa M. Semimembranosus
Ditemukan sehubungan dengan insertio m. semimembranosus dan sering berhubungan
dengan rongga sendi.
Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan :
1. tendon insertio m. biceps femoris
2. tendon m. sartorius , m. gracilis dan m. semitendinosus sewaktu berjalan ke insertionya
pada tibia.
3. di bawah caput lateral origo m. gastrocnemius
4. di bawah caput medial origo m. gastrocnemius
PERSARAFAN SENDI LUTUT
Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari nervus yang yang
mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk mengatur pergerakan pada sendi lutut.
Sehingga sendi lutut disarafi oleh :
1. N. Femoralis
2. N. Obturatorius
3. N. Peroneus communis
4. N. Tibialis
SUPLAI DARAH
Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar sendi ini.
Dimana sendi lutut menerima darah dari descending genicular arteri femoralis, cabang-cabang
genicular arteri popliteal dan cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang
ascending arteri tibialis anterior.
Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan memasuki vena
femoralis.
SISTEM LYMPH
System limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan fascia subcutaneous.
Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan lymph node sub inguinal superficialis.
Sebagian lagi aliran lymph ini akan memasuki lymph node popliteal, dimana aliran lymph
berjalan sepanjang vena femoralis menuju deep inguinal lymph node
PERGERAKAN SENDI LUTUT
Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi , ekstensi , dan sedikit rotasi.
Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris , semimembranosus, dan semitendinosus,
serta dbantu oleh m.gracilis , m.sartorius dan m. popliteus. Fleksi sendi lutut dibatasi oleh
bertemunya tungkai bawah bagian belakang dengan paha.
Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-mula oleh ligamentum
cruciatum anterior yang menjadi tegang. Ekstensi sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial
dari femur dan tibia serta ligamentum collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum
obliquum menjadi tegang , serat-serat posterior ligamentum cruciatum posterior juga di eratkan.
Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami ekstensi penuh ataupun sedikit hiper-ekstensi , rotasi
medial dari femur mengakibatkan pemutaran dan pengetatan semua ligamentum utama dari
sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis kaku.
Rotasio femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia , dan cartilago semilunaris
dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus femoris dan condylus tibialis. Lutut berada
dalam keadaan hiper-ekstensi dikatakan dalam keadaan terkunci.
Selama tahap awal ekstensi , condylus femoris yang bulat menggelinding ke depan mirip roda di
atas tanah, pada permukaan cartilago semilunaris dan condylus lateralis. Bila sendi lutut di
gerakkan ke depan , femur ditahan oleh ligamentum cruciatum posterior, gerak menggelinding
condylus femoris diubah menjadi gerak memutar. Sewaktu ekstensi berlanjut , bagian yang lebih
rata pada condylus femoris bergerak kebawah dan cartilago semilunaris harus menyesuaikan
bentuknya pada garis bentuk condylus femoris yang berubah.
Selama tahap akhir ekstensi , bila femur mengalami rotasi medial, condylus lateralis femoris
bergerak ke depan, memaksa cartilago semilunaris lateralis ikut bergerak ke depan.
Sebelum fleksi sendi lutut dapat berlangsung , ligamentum-ligamentum utama harus mengurai
kembali dan mengendur untuk memungkinkan terjadinya gerakan diantara permukaan sendi.
Peristiwa mengurai dan terlepas dari keadaan terkunci ini dilaksanakan oleh m. popliteus, yang
memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu condylus lateralis femoris bergerak mundur ,
perlekatan m. popliteus pada cartilago semilunaris lateralis akibatnya tertarik kebelakang. Sekali
lagi cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus yang
berubah.
Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat , maka kemungkinan rotasio sangat luas. Rotasi
medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus. Rotasi lateral dilakukan oleh
m. biceps femoris.
Pada posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat di gerakkan ke depan dan
belakang terhadap femur , hal ini dimungkinkan karena ligamentum utama , terutama
ligamentum cruciatum sedang dalam keadaan kendur.
Jadi disini tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada kekuatan tonus otot yang bekerja
terhadap sendi dan juga oleh kekuatan kigamentum. Dari faktor-faktor ini , tonus otot berperan
sangat penting, dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan otot ini ,
terutama m. quadriceps femoris, setelah terjadi cedera pada sendi lutut.
ASPEK KLINIS SENDI LUTUT
TRAUMA PADA LUTUT
Trauma pada lutut lebih sering terjadi pada sisi medial dibandingkan pada sisi lateral.
Ligamentum collaterale laterale ( fibulare ) lebih kuat mengikat sendi daripada ligamentum
collaterale medial ( fibula ). Kerusakan pada ligamentum collaterale terjadi sebagai akibat dari
pukulan pada lutut pada sisi yang berlawanan. Pukulan yang berat pada sisi medial dari lutut ,
yang mana dapat menimbulkan kerusakan pada ligamentum collaterale fibulare , adalah jarang
terjadi bila di bandingkan dengan pukulan pada sisi lateral lutut. Meniscus medialis melekat kuat
pada ligamentum collaterale tibialis dan frekuensi kerusakan 20 kali lebih sering terjadi di
bandingkan dengan meniscus lateralis.
Meniscus yang robek dapat menimbulkan bunyi “ click “ selama ekstensi dari kaki, bila
kerukan lebih berat potongan sobekan dari cartilago dapat bergerak di antara permukaan
persendian tibia dan femur.. Hal ini menyebabkan lutut menjadi terkunci pada posisi sedikit
fleksi.
Bila lutut di gerakkan ke anterior dengan berlebihan ataupun bila lutut hiper-ekstensi ,
ligamentum cruciatum anterior dapat robek sehingga menyebabkab sendi lutut menjadi tidak
stabil. Dan bila lutut di gerakkan ke posterior dengan berlebihan maka ligamentum cruciatum
posterior dapat robek. Tindakan bedah pada ligamentum cruciatum melalui transplantasi ataupun
artificial ligamentum di gunakan untuk memperbaiki kerusakan.
Jenis trauma yang sering terjadi pada pemain sepak bola adalah melalui blok ataupun tackle pada
sisi lateral lutut yang menyebabkan lutut tertekuk kedalam, membuka sisi medial dari sendi dan
merobek ligamentum collateral mediale. Meniscus medialis sering robek juga, sebab ligamentum
ini melekat erat pada meniscus medialis, pada cedera yang berat ligamentu cruciatum anterior ,
yag juga melekat pada meniscus medialis juga ikut rusak.
OSTEOCHONDRITIS
Sering terjadi pada cartilago pada permukan dorsal dari patella. Dan mengganggu
pergerakan dari sendi lutut dan sering menimbulkan nyeri pada daerah patella bila sendi di
gerakkan. Bagian cartilago dari permukaan dorsal patella sama seperti pada permukaan sendi
femur pada saat
berada dalam rongg sendi. Hal ini dapat menimbulkan nyeri pada sendi lutut dan mengunci sendi
.Penguncian ini menunjukkan ketidakmampuan fungsi dari sendi. Walaupun sendi ini
terkunci tetapi masih dapat di fleksikan lebih dari 90 derajat.
FRAKTUR PATELLA
Tulang patella dapat menjadi fraktur baik secara sendiri ataupun gabungan antara tulang-
tulang pada ekstremitas inferior. Fraktur patella biasanya jenis transversal sederhana, dimana
dapat dikoreksi/perbaiki. Tetapi bila fraktur patella kompleks dan disertai dengan dislokasi
diperlukan tindakan bedah yang berupa pengangkatan patella (patellectomy) , agar dapat
mengembalikan fungsi sendi lutut dengan lebih baik.
DISLOKASI SENDI LUTUT
Dislokasi pada sendi lutut biasanya terjadi pada trauma yang berat , yang langsung
mengenai sendi lutut. Subluksasio dapat terjadi secara sekunder pada penyakit degeneratif
ataupun pada penyakit infeksi yang sudah berlangsung cukup lama. Tulang tibia dapat menjadi
dislokasi ke ventral , dorsal ataupun ke setiap sisi . Dapat juga terjadi rotasi yang abnormal pada
femur.
Mekanisme terjadinya dislokasi pada sendi lutut biasanya melalui hiperekstensi dan torsi pada
sendi lutut. Dislokasi akut pada sendi lutut sering disertai dengan kerusakan pada pembuluh
darah ataupun persarafan pada popliteal space.
BAB IV
PEMBAHASAN
OSTEOATRITIS
Defisini
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria, dan 12,7% pada wanita. Osteoartritis juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif,osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang palingsering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang usia lanjut maupun setengah baya.Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebabtersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yangbervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungandengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanyadirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling seringpada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial manapun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia.
Epidemiologi
Insiden OA lutut di Amerika Serikat mengenai sekitar 240 per 100.000 penduduk
pertahun. Sulit untuk memperkirakan prevalensi dari osteoarthritis karena tidak ada kriteria pasti
untuk menegakkan diagnosis. Berdasarkan usia, OA lutut mengenai 5% populasi yang berusia
lebih dari 26 tahun, 17% usia 45 tahun ke atas, dan 20% usia 60 tahun ke atas. Berdasarkan
penelitian tahun 2004, OA (pada semua sendi) terdiagnosis pada 11,1 juta pasien rawat jalan, dan
diperkirakan pada tahun 2005 9,3 juta orang dewasa mempunyai gejala OA. OA dapat
menyerang semua sendi, namun predileksi yang tersering adalah pada sendi-sendi yang
menanggung beban berat badan seperti panggul, lutut, dan sendi tulang belakang bagian lumbal
bawah.
Etiologi
Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut dengan osteoartritis
idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi,
infeksi, atau variasi herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik, yang disebut
dengan osteoartritis sekunder. Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada
penyebabnya, maka dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan
anak-anak, seperti halnya pada orangtua.
Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara osteoartritis primer dengan umur.
Presentasi orang yang memiliki osteoartritis pada 1 atau beberapa sendi meningkatdari dibawah
5% dari orang-orang dengan usia antara 15-44 tahun menjadi 25%-30%pada orang-orang dengan
usia 45-64 tahun, dan 60%-90% pada usia diatas 65 tahun. Selain hubungan erat ini dan
pandangan yang luas bahwa osteoartritis terjadi akibatproses wear & tear yang normal dan
kekakuan sendi pada orang-orang dengan usiadiatas 65 tahun, hubungan antara penggunaan
sendi, penuaan, dan degenerasi sendi masih sulit dijelaskan. Terlebih lagi, penggunaan sendi
selama hidup tidak terbukti menyebabkan degenerasi. Sehingga, osteoartritis bukan merupakan
akibat sederhanadari penggunaan sendi.
Meskipun akhiran –itis menunjukkan bahwa osteoartritis merupakan suatu penyakit
inflamasi dan ada beberapa bukti sering terjadi sinovitis, inflamasi bukan merupakan komponen
utama dari kelainan yang terjadi pada pasien. Tidak seperti kerusakan sendi yang disebabkam
oleh inflamasi sinovial, osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matrik
yang berakibat kerusakan strukturdan fungsi kartilago artikuler, diikuti dengan reaksi perbaikan
dan remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang ini, degenerasi
permukaan artikuler
pada osteoartritis tidak bersifat progresif, dan kecepatan degenerasi sendi bervariasi pada
tiap individu dan sendi. Osteoartritis sering terjadi, tapi pada sebagian besarkasus osteoartritis
berkembang lambat selama bertahun-tahun, meskipun dapat menjadi stabil atau bahkan membaik
dengan spontan dengan restorasi parsial yang minimal dari permukaan sendi dan pengurangan
gejala.
Osteoartritis biasanya melibatkan semua jaringan yang membentuk sendisinovial,
termasuk rawan sendi, tulang subchondral, tulang metafise, synovium,ligamen, kapsul sendi, dan
otot – otot yang bekerja melalui sendi; tetapi perubahan primer meliputi kerusakan rawan sendi,
remodeling tulang subchondral, dan pembentukan osteofit. Perubahan struktur tulang rawan
sendiyang paling dini terlihat pada osteoartritis adalah kerusakan atau fibrilasi zona superfisial
sampai ke zonatransisional dan violasi oleh pembuluh darah tulang subchondral.
Berberapa peneliti memperkirakan bahwa kekakuan tulang subchondral menyebabkan
dan mempercepat degenerasi rawan sendi, dan progresi degenerasi kartilago mengakibatkan
kekakuantulang subchondral, tapi beberapa peneliti lain mengatakan bahwa kerusakan tulang
rawan sendi meningkatkan stress pada tulang subchondral yang menyebabkan remodeling
tulang. Degenerasi kartilago artikuler dan remodeling tulang subchondral muncul padapasien
yang mengeluhkan gejala, dan kerusakan rawan sendilah yang mengakibatkan kerusakan fungsi
sendi. Walaupun insidens OA meningkat dengan bertambahnya usia, ternyata proses OA bukan
sekedar suatu proses wear and tear yang terjadi pada sendi di sepanjang kehidupan. Dikatakan
demikian karena beberapa hal, yaitu perubahan biokimiawi rawan sendi pada tingkat molekuler
yang terjadi akibat proses menua berbeda dengan yang terjadi pada rawan sendi akibat OA.
Perubahan menyerupai OA dapat terjadi pada rawan sendi percobaan berusia muda yang
dirangsang dengan berbagai trauma seperti tekanan mekanik dan zat kimia.
Patogenesis
1. Tulang rawan sendi
Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan dengan peningkatan
konsentrasi air yang mungkin disebabkan gangguanmekanik, degradasi makromolekul matriks,
atau perubahan metabolismekondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi
jaring-jaringkolagen dapat rusak dan konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan
menurun.
Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.Ketika kondrosit
mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrositberespon dengan meningkatkan sintesis
dan degradasi matriks, sertaberproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang
rusak,mempertahankan jaringan, atau meningkatkan volume kartilago. Respon ini dapat
berlangsung selama bertahun-tahun.
Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosituntuk menggantikan
atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakantulang rawan sendidisertai dan
diperparah oleh penurunan respon kondrosit.Penyebab penurunan respon ini belum diketahui,
namun diperkirakan akibatkerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan
downregulasirespon kondrosit terhadap sitokin anabolik.
2. Perubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi tulang rawansendi meliputi
peningkatan densitas tulang subchondral, pembentukan rongga-rongga yang menyerupai
kista yang mengandung jaringan myxoid, fibrous, ataukartilago. Respon ini muncul
paling sering pada tepi sendi tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk
bulan sabit (crescent). Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari pembentukan
lapisan tulang baru padatrabekula biasanya merupakan tanda awal dari penyakit
degenerasi sendi padatulang subchondral, tapi pada beberapa sendi rongga – rongga
terbentuk sebelum peningkatan densitas tulang secara keseluruhan.
Pada stadium akhir dari penyakit, tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga
tulang subchondral yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang "denuded"
dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan tulang sendi rawan mengubah
bentuk sendi dan dapat mengakibatkan shorteningdan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.Pada
sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti denganperubahan tulang rawan sendi
serta tulang subchondral dan metafiseal.Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini
biasanya muncul di tepi-tepisendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada permukaan tulang
rawan, tapidapat muncul juga di sepanjang insersi kapsul sendi (osteofit kapsuler).
Tonjolan tulang intraartikuler yang menonjol dari permukaan sendi yang mengalami
degenerasi disebut osteofit sentral. Sebagian besar osteofit marginalmemiliki pernukaan kartilaginis
yang menyerupai tulang rawan sendi yangnormal dan dapat tampak sebagai perluasan dari permukaan
sendi. Pada sendi superfisial, osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang
gerak,dan terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang khas akan
pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoarthritis biasanyamembentuk cincin di sekitar tepi
acetabulum dan tulang rawan femur.Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan
artikuler os humerusbiasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi glenohumeral.
Osteofit merupakan respon terhadap proses degerasi tulang rawan sendi danremodelling tulang
sudkhondral, termasuk pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan
pembentukan sel tulang dan matrik kartilageneus.
3. Jaringan Periartikuler.Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder
darisynovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang
terlibat.Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta sedang
dandapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.Semakin lama ligamen,kapsul
dan otot menjadi contracted. Kurangnya penggunaan sendi danpenurunan ROM
mengakibatkan atropi otot. Perubahan sekunder ini seringmengakibatkan kekakuan sendi
dan kelemahan tungkai.
Faktor Resiko
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor
resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan
sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang
wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering
osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai
tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-
orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang –
orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan
dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi
lain (tangan atau sternoklavikula).
6. Penyakit Metabolik
Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan antara OA dan kegemukan juga disokong
oleh adanya kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan
hipertensi. Pasien OA ternyata mempunyai resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi
yang tinggi.
7. Cedera sendi, Pekerjaan, dan Olah raga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus (tukang pahat dan
pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan resiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi
dan olahraga yang sering menimbulkan resiko OA. Peran beban benturan yang berulang pada
timbulnya OA masih menjadi pertentangan. Aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi OA
cedera traumatik (robeknya meniscus, ketidak stabilan ligamen) yang dapat mengenai sendi.
Beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang yang
mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA.
8. Kelainan Pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (penyakit parthes dan dislikasi kongenital paha)
telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga
berperan pada lebih banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras tertentu.
Faktor lain adalah merokok. Makin berat perokok, maka makin rendah frekuensi osteoartrosis
pada kelompok tersebut. Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian HANES I dan
Framingham. Hubungan antana merokok dan rendahnya prevalensi osteoartrosis sendi lutut,
belum dapat dijelaskan secara pasti. Beberapa faktor metabolik seperti diabetes melitus,
hipertensi, hiperurisemi dan Calcium pyrophosphare deposition disease dikatakan juga berperan
sebagai faktor predisposisi timbulnya osteoantrosis.
Manifestasi Klinis Osteoartritis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai
karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan
warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit
berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa
nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari kursi,
atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling
sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang
menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
Pemeriksaan Fisik
Hambatan gerak
Perubahan ini sering kali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara radiologis).
Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bisa
digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan)
maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja).
Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah dan remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Dengan bertambah beratnya penyakit, kerepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala
ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan
atau secara pasif dimanipulasi.
Pembengkakan sendi yang sering kali asimetris
Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena fusi pada sendi yang biasanya tak banyak
(<100cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang dapat mengubah permukaan sendi.
Tanda-tanda peradangan
Tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata,
dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-
tanda ini tak menonjol dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki,
dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki.
Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi,
berbagai kecacatan, dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.
Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan.
Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha dan OA tulang belakan dengan stenosis spinal.
Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan pergelangan tangan, osteoartritis juga
menimbulkan gangguan fungsi.
Penatalaksanaan Osteoartritis
1. Medikamentosa
Semua obat memiliki efek samping yang berbeda, oleh karena itu, penting bagi pasien
untuk membicarakan dengan dokter untuk mengetahui obat mana yang paling cocok untuk di
konsumsi. Berikut adalah beberapa obat pengontrol rasa sakit untuk penderita osteoarthritis :
a. Acetaminophen
Merupakan obat pertama yang di rekomendasikan oleh dokter karena relatif aman dan efektif
untuk mengurangi rasa sakit.
b. NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Mempunyai efek samping,
yaitu menyebabkan sakit perut dan gangguan fungsi ginjal.\
c. Topical pain
Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada kulit yang terasa sakit.
d. Tramadol (Ultram)
Tidak mempuyai efek samping seperti yang ada pada acetaminophen dan NSAIDs.
e. Milk narcotic painkillers
Mengandung analgesic seperti codein atau hydrocodone yang efektif mengurangi rasa sakit
pada penderita osteoarthritis.
f. Corticosteroids
Efektif mengurangi rasa sakit.
g. Hyaluronic acid
Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh disaccharides of glucuronic aciddan N-
acetygluosamine. Disebut juga viscosupplementation. Digunakan dalam perawatan pasien
osteoarthritis. Dari hasil penelitian yang dilakukan, 80% pengobatan dengan menggunakan
hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih kecil dibandingkan pengobatan dengan
menggunakan placebo. Makin besar molekul hyaluronic acid yang diberikan, makin besar
efek positif yang di rasakan karena hyaluronic acid efektif mengurangi rasa sakit.
h. Glucosamine dan chondroitin sulfate
Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.
2. Non medikamentosa
1) Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
2) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
3) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
4) Dukungan psikososial
5) Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
6) Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian
panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang
diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang
masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,
ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
7) Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan. Diet rendah
purin. Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan
menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas
normal
8) Olahraga
Olahraga dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu mengontrol berat badan.
Olahraga untuk osteoarthritis misalnya berenang dan jogging.
9) Menjaga sendi
Menggunakan sendi dengan hati-hati dapat menghindari kelebihan stres pada sendi.
10) Panas/dingin
Panas didapat, misalnya dengan mandi air panas. Panas dapat mengurangi rasa sakit pada
sendi dan melancarkan peredaran darah. Dingin dapat mngurangi pembengkakan pada
sendi dan mengurangi rasa sakit. Dapat didapat dengan mengompres daerah yang sakit
dengan air dingin.
11) Viscosupplementation
merupakan perawatan dari Canada untuk orang yang terkena osteoarthritis pada lutut,
berbentuk gel.
12) Pembedahan
Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan dilakukan
pembedahan. Dengan pembedahan, dapat memperbaiki bagian dari tulang.
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement joint
- Realignment osteotomi
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan
merubah sudut dari weightbearing.
Tujuan : Membuat karilago sendi yang sehat menopang sebagian besar
berat tubuh.Dapat pula dikombinasikan dengan ligamen atau meniscus
repair
- Arthroplasty: Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan
sendi yang baru ditanam.Permukaan penunjang biasanya terbuat dari
logam yang berada dalam high-density polyethylene.
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis :
a) Partial replacement/unicompartemental
b) High tibial osteotmy : orang muda
c) Patella &condyle resurfacing
d) Minimally constrained total replacement : stabilitas sendi dilakukan sebagian oleh
ligament asli dan sebagian oelh sendi buatan.
e) Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang hilang&severe instability.
f) Akupuntur
Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi sendi.
g) Pijat
Pemijatan sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya.
h) Vitamin D,C, E, dan beta karotin untuk mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.
i) Teh hijau
Pemeriksaan Penunjang Osteoartritis
Pada pemeriksaan laboratorium darah tepi, imunologi dan cairan sendi umumnya tidak ada
kelainan, kecuali osteoarthritis yang disertai paeradangan.pada pemerikasaan radiology
didapatkan penyempitan rongga sendi disertai sclerosis tepi persendian. Mungkin terjadi
deformitas, osteoarthritis atau pembentukan kista juksta artikular. Kadang-kadang tampak
gambaran taji (spur formation), liping pada tepi-tepi tulang, dan adanya tulang-tulang yang lepas.
Pemeriksaan khusus : radiologi
- adanya penyempitan ruang sendi
- tepi sendi tampak tajam dan hipertrofi
- osteosit, perubahan struktur anatomi sendi
Komplikasi
- deformitas / kaku sendi (disability)
Pencegahan Osteoartritis
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita terhindar dari osteoarthritis :
1. Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka.
2. Mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi ringan.
3. Minum obat untuk mencegah osteoarthritis.
BAB V
PENUTUPI. Kesimpulan
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Paling sering menyerang Vertebra, panggul, lutut, dan
pergelangan kaki. Osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel dan
matrik yang berakibat kerusakan strukturdan fungsi kartilago artikuler, diikuti dengan
reaksi perbaikan dan remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling
tulang ini, degenerasi permukaan artikuler. insidens OA meningkat dengan
bertambahnya usia, ternyata proses OA bukan sekedar suatu proses wear and tear
yang terjadi pada sendi di sepanjang kehidupan. Dikatakan demikian karena beberapa
hal, yaitu perubahan biokimiawi rawan sendi pada tingkat molekuler yang terjadi
akibatproses menua berbeda dengan yang terjadi pada rawan sendi akibat OA.
Berdasarkan usia, OA lutut mengenai 5% populasi yang berusia lebih dari 26
tahun, 17% usia 45 tahun ke atas, dan 20% usia 60 tahun ke atas, dengan keluhan
gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri
intermiten yang berhubungandengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan
nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan
sendi.
Osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi
herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik, yang disebut dengan
osteoartritis sekunder. Adapun beberapa penyebab terjadinya osteoatritis adalah faktor
usia, kegemukan, Jenis Kelamin, Genetik. Suku, Kegemukan, Penyakit Metabolik,
Cedera sendi, Pekerjaan, dan Olah raga, Kelainan Pertumbuhan, Faktor lain adalah
merokok
Gejala dari osteoatritis :
1. Nyeri sendi bila digerakkan, berkurang bila istirahat
2. Nyeri berkurang bila digerakkan lama
3. Waktu bangun pagi jari-jari kaku/nyeri. Jarang lebih dari 15 menit
4. Claudicatio intermitten
Tanda penting :
1. Umur lebih dari 50 tahun
2. Sendi bengkak
3. Krepitasi bila sendi digerakkan
4. Perubahan gaya jalan
5. Ada tanda-tanda peradangan
6. Terbentuk osteofit pada tulang rawan
7. Artropati
8. Deformitas /pembesaran sendi
9. Ruang sendi menyempit
II. Saran
Setelah membaca dan memahami laporan kasus Osteoartritis diharapkan kepada pembaca khususnya dapat melakukan dan melaksanakan perencanaan dengan profesional pada pasien dengan radang sendi maupun osteoartritis, dan juga bagi setiap orang dapat menghindari penyakit osteoartritis dengan selalu menjaga dan membiasakan pola hidup sehat.
Adapun beberapa cara untuk menghindari terjadinya osteoatritis :
1. Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka.
2. Mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi
ringan.
3. Minum obat untuk mencegah osteoarthritis.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Kalim, Handono. 2004. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Prince, Sylvia Anderson. 2009. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi.4.Jakarta : EGC.
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi .2008. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta :
Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.
Harrison’s Principle of Internal Medicine.2001. edit by Faucy AS, Braunwald E et al, 15th edition. McGraw Hill Inc, New York.
Riardi Pramudyo.2003. Patogenesis Gastropati OAINS, Naskah Lengkap Temu Ilmiah Reumatologi, Jakarta
LippincottWilliams & Wilkins. 2005 .USAI bagio, Harry.CDK: Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya padaOsteoartritis.
Muoskowitz, Howell, Altman et all.2003. Osteoarthritis, Diagnosis and Medical/ SurgicalManagement, 3rd editn.
Shaun Ruddy, Edward D.Harris, Clement B.2001.Sledge : Textbook of Rheumatology, 6th edition.
Sjaifullah Noer, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
http://nurwahidahnersuh07.blogspot.com/2009/10/asuhan-keperawatan-osteoartritis.html
prof. Dr. A. Halim Mubin, SpPD, MSc, KPTI. 2007. Panduan praktis ilmu penyakit dalam
edisi 2. Jakarta EGC