data fakta analisa sukhoi versi 2data

Upload: erwin-nur-cahyanto

Post on 14-Oct-2015

102 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

data

TRANSCRIPT

  • Mengungkap Analisa dari data dan fakta jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 versi Turangga

    Seta, dimana kami melihat adanya kejanggalan-kejanggalan dalam laporan INVESTIGASI

    kecelakaan pesawat tersebut; sehingga mendorong Kami untuk melakukan riset di lapangan yang

    memungkinkan bisa menjawab anomali pada peristiwa tersebut;

    1. Kenapa peringatan dini (TAWS) cuma punya waktu 38 detik?, sebelum pesawat menabrak

    tebing gunung Salak (Sapto Argo). Saat posisi pesawat masih 1 menit, 2 menit, atau 3 menit,

    atau lebih ekstrim lagi 5 menit sampai 10 menit sebelum titik tumbukan : radar detection yang

    memberikan input alarm TAWS kenapa tidak bekerja? tidak memberikan peringatan adanya

    dinding gunung?_____why ?

    2. Kenapa transkrip percakapan pilot dan petugas pemandu di ATC bandara Soekarno Hatta

    terlihat normal?, percakapan yang sangat standar dan tidak menunjukan adanya antisipasi

    situasi yang sangat berbahaya, ada apa?

  • BAB 1 Pendahuluan

    Perkenalan, Sekilas Tentang Turangga Seta

    Kami, Turangga Seta adalah sekelompok anak muda Indonesia yang

    gelisah dengan fakta dan data-data sejarah nasional, maupun sejarah

    dunia; yang kemudian kegelisahan tersebut mendorong kami terjun

    langsung ke lapangan untuk melakukan riset dan kajian sendiri tentang

    berbagai hal yang terkait masa lalu; bukan hanya sejarah, tetapi juga ilmu

    pengetahuan dan teknologi serta kultur budaya sosial di masa lalu.

    Seiring dengan waktu pergulatan Kami di lapangan, 15 tahun terakhir

    ini ternyata Kami banyak menemukan bukti-bukti dan data-data menarik terkait peradaban

    yang Luar Biasa Amat Sangat Maju yang berkuasa di Nuswantara, dan literatur sejarah resmi

    yang dikeluarkan oleh pemerintah sangat fatal melakukan kesalahan dengan menganggap masa

    lalu adalah primitif dan tertinggal, dengan menganggap masa lalu adalah peradaban megalitik

    (jaman batu) yang pemahaman ilmu dan teknologinya masih sangat terbatas.

    Literatur sejarah resmi menurut Kami sudah melakukan kesalahan besar, karena faktanya kami

    menemukan/mendapatkan data-data yang mencengangkan dan mendorong kesimpulan yang

    sebaliknya; bahwa Leluhur bangsa ini adalah manusia-manusia berperadaban tinggi, dengan

    pemahaman ilmu teknologinya yang luar biasa sangat maju, jauh melebihi pencapaian kemajuan

    ilmu dan teknologi yang di klaim canggih saat ini oleh manusia yang mengaku modern.

    Beberapa hal temuan Kami di lapangan yang kemudian pada akhirnya menuntun Kami pada

    pembuktian bahwa nenek moyang bangsa ini membangun peradaban PURBA RAYA dengan

    amat sangat maju, diantaranya adalah :

    Bukti-bukti sejarah berupa peninggalan yang oleh arkeolog dianggap tinggalan jaman

    batu (megalitik) bagi kami sangat mudah untuk menemukannya, banyak sekali berserak

    di lapangan, bisa jutaan jumlahnya kalau mau dikumpulkan; menhir, sarcopagus,

    dolmen, punden berundak, dan lain-lain bagi kami adalah petunjuk DECOY dengan

    kualitas : KW-100 ke atas

    Serpihan bangunan seperti batu bata kuno, batu penyusun candi, gerabah, dan

    sejenisnya juga bisa didapatkan dengan mudah, karena bagi kami itu sebetulnya

    petunjuk DECOY dengan kualitas : KW-90an ke atas

    Candi-candi kecil dan jejak-jejak seperti kerajaan kuno yang biasanya terdiri dari

    benteng keraton, gapura bentar, lingga yoni, rontal kuno, prasasti, relief, dan sejenisnya

    juga masih bisa ditemui dengan sangat mudah dan banyak, karena bagi kami perangkat-

    perangkat peninggalan model seperti itu kami golongkan sebagai petunjuk DECOY

    dengan kualitas : KW-50an ke atas

    Bangunan peninggalan besar dan mandiri seperti candi borobudur, prambanan, sukuh,

    cetho, penataran dan sejenisnya jika memang pemerintah berniat melakukan penelitian

    dengan benar sebetulnya masih ada banyak di beberapa lokasi yang bisa dibuka

    (dieskavasi), karena bagi kami itu bukanlah peninggalan asli dari peradaban masa lalu,

    melainkan sama seperti bukti-bukti sejarah lainnya di atas : itu baru petunjuk DECOY

    dengan kualitas KW-25 ke atas

    Piramida di Nuswantara, terdapat banyak tersebar di beberapa lokasi dengan kondisi

    saat ini masih ditimbun (berupa gunung/bukit); dari hasil uji geolistrik (scanning) dan

    beberapa uji lainnya di lapangan kami menemukan hasil pengujian yang menunjukan

    keberadaan bangunan-bangunan super besar yang saat ini masih berupa gunung/bukit.

  • Sayangnya untuk membuktikan langkah terakhir (eskavasi) tim Kami (Turangga Seta)

    tidak pernah mendapatkan dukungan dari pemangku kewenangan setempat. Bahkan di

    gunung Lalakon Bandung yang selangkah lagi tinggal dikupas, Turangga Seta malah

    mendapatkan surat larangan dari pemerintah setempat tidak boleh melanjutkan riset

    dan penelitian di lokasi tersebut. Selain model jenis piramida bangunan-bangunan besar

    lainnya yang ada di Nuswantara dan kondisinya masih ditimbun ada banyak jenisnya,

    seperti : jenis acropolis, jenis colloseum, jenis menara babelan, dan lain-lain. Pun bagi

    Kami (Turangga Seta) bentuk bangunan-bangunan yang ditimbun ini juga tetap masih

    tergolong petunjuk DECOY dengan kualitas : KW-5 ke atas

    The Hidden Space, petunjuk DECOY selanjutnya yang sudah tergolong pada kualitas :

    KW-1 sampai KW-4 adalah area yang disembunyikan (the hidden space). Area yang

    mendekati peninggalan peradaban asli ini dikondisikan dan dipersepsikan sebagai

    AREA GAIB yang sangat mistis dan misterius dimana dibeberapa tempat DECOY

    biasanya terjadi kasus orang hilang, linglung, berpindah tempat (teleportasi) tanpa

    disadari, kecelakaan fatal, dll. Ambil contoh kejadian yang paling heboh adalah kasus

    tersesatnya mobil bus pahala kencana dan 2 truk tronton molen yang tiba-tiba berada di

    tengah hutan desa kedungbacin, kec todanan, kabupaten blora. Area-area decoy penutup

    peradaban asli yang dibuat (dikondisikan) mistis seperti itu ada di banyak tempat;

    pelibatan teknologi canggih untuk menteleportasikan benda atau manusia merupakan

    petunjuk terdekat pada peninggalan peradaban yang sebenarnya.

    The Real Atlantis, peradaban masa lalu yang dibangun dan sampai saat ini masih terus

    eksis kemudian posisinya tidak diketahui sekaligus tidak disadari oleh manusia jaman

    sekarang adalah keberadaan peradaban Atlantis (Kerajaan Selatan). Adanya peradaban

    besar di selatan pulau jawa (tepatnya ada di samudra hindia) yang dikamuflase

    menggunakan teknologi canggih sehingga mata normal dan teknologi pencitraan

    (radar/scanning) saat ini melihat wilayah tersebut hanya sebagai SAMUDRA (hamparan

    air laut yang sangat luas); padahal di situ ada peradaban yang sangat maju dan masih

    tetap eksis sampai saat ini : itulah the real Atlantis.

    The Real Mojopoit, peradaban asli kerajaan Mojopoit sampai saat ini masih tetap eksis,

    kecanggihan teknologi yang mereka miliki saat ini mampu melipat ruang dan waktu

    sehingga keberadaannya saat ini sulit terdeteksi. Peradaban-peradaban masa lalu yang

    dibangun dengan ilmu dan teknologi sangat maju sampai detik ini keberadaannya masih

    aman terkendali, tidak hancur, tidak rusak : hanya disembunyikan dengan melipat

    ruang dan waktu menjadi area-area kecil yang cuma selebar 20 cm sampai dengan 100

    cm yang membentang di beberapa lokasi; ada yang sejajar garis lintang ada yang sejajar

    dengan garis bujur. Padahal area selebar 1 meter tersebut jika dibuka sistem kamuflase

    teleportasinya bisa merupakan area yang sangat luas, dengan perkiraan lebar sekitar

    400 Kilometeran. Area-area yang disembunyikan ini ditandai dengan adanya

    penyimpangan sudut inklinasi sebesar 3,6 derajat. Penjelasan tentang anomali

    pergeseran sudut inklinasi 3,6 derajat silahkan tonton video Nuswantara Code for

    Atlantis di youtube mulai dari video 1 sampai saat ini release baru sampai video 45,

    rencana akan di release sampai sekitar 200 an video.

    Penyimpangan sudut inklinasi sebesar 3,6 derajat yang menandakan adanya keberadaan

    Peradaban Besar dan Sangat Maju yang kemudian melipat diri ke dalam ruang dan

    waktu inilah yang kemudian memberi petunjuk selanjutnya bahwa Peradaban Asli

    Mojopoit masih eksis ada sampai saat ini, juga peradaban-peradaban kerajaan besar

    lainnya sebelum Mojopoit juga sama masih utuh dan aman di area yang dilipat tersebut

    yang kemudian kita sebut dengan istilah AREA 36.

  • Penjelasan Sekilas Tentang Area 36

    Penjelasan lengkap tentang Area 36 adalah pembahasan tentang mencari jejak keberadaan

    sebuah peradaban yang tersembunyi dengan INKLINASI dan DEKLINASI : Lihat VIDEO

    NUSWANTARA CODE FOR ATLANTIS video 31.

    Area 36 dengan teknologi teleportasinya inilah sebetulnya yang menjadi penyebab utama

    kecelakaan jatuhnya pesawat dalam rangka uji penerbangan(Joy Flight) Sukhoi Super Jet 100.

    Untuk contoh kasus lain yang sebetulnya mengalami hal yang sama seperti yang terjadi pada

    pesawat Sukhoi Super Jet 100 ini adalah peristiwa yang menimpa 2 unit tronton pengangkut

    semen (mix) dan sebuah mobil bus pahala kencana yang tiba-tiba ada di tengah hutan.

    Sekitar bulan Juni 2012 media nasional

    dihebohkan dengan adanya peristiwa

    dua mobil tronton pengangkut semen

    cair dan sebuah mobil bus yang tiba-tiba

    nyasar berada di tengah hutan jati, di

    desa kedungbacin, kec todanan,

    kabupaten blora.

    Ilustrasi yang menimpa pesawat sukhoi :

    Kedua peristiwa tersebut model kejadiannya hampir sama, yaitu : kebetulan masuk dari portal

    pertama kemudian dikeluarkan di portal kedua yang lokasinya entah dimana. Apesnya Sukhoi

    dikeluarkan di portal yang sudah mendekati tebing gunung salak (Sapto Argo), sedangkan

    untungnya si bus pahala kencana dan 2 tronton di blora : mereka masih dikeluarkan di area

    yang tidak menyebabkan terjadinya kecelakaan fatal.

  • BAB 2 fakta, data, & analisa jatuhnya sukhoi sj 100

    Sukhoi SJ 100 Pesawat dengan Teknologi Sangat Canggih untuk Saat ini :

    Pesawat Sukhoi Super Jet 100 adalah pesawat

    yang dirancang dengan teknologi terbaik saat ini,

    bahkan latar belakang perusahaan sukhoi sebagai

    pembuat pesawat tempur sudah tidak diragukan

    lagi kehandalannya.

    Teknologi-teknologi canggih kedirgantaraan yang

    mendukung standarisasi keselamatan pe-

    nerbangan tentu menjadi perhatian utama dari

    perusahaan sekelas Sukhoi, bahkan sangat wajar

    jika ada beberapa standar yang biasa dimiliki oleh pesawat tempur kemudian oleh Sukhoi

    disematkan ke dalam pesawat Superjet 100 yang ditujukan untuk penerbangan sipil ini.

    Misalnya untuk sistem pencitraan (radar) dan peringatan dini keselamatan penerbangan.

    Sukhoi SJ 100 dilengkapi dengan teknologi sistem navigasi yang terbaik saat ini, penyempurnaan

    teknologi dari berbagai peluang dan kemungkinan kesalahan manusia (human error) tentu

    sudah menjadi pertimbangan pihak Sukhoi. Adalah alasan yang kemudian menjadi sangat lucu

    ketika tim investigasi kecelakaan penerbangan menyampaikan bahwa penyebab utama

    terjadinya kecelakaan tersebut lebih dikarenakan faktor manusia (human error); alasan yang

    dibuat dan dipublikasikan sangat tidak masuk akal, tidak bisa diterima akal sehat bagi siapapun

    yang melihat dan memiliki fakta-fakta, serta data-data seputar peristiwa kecelakaan yang

    terjadi.

  • Profile pesawat sukhoi super jet 100 ini memang menggambarkan jika pesawat ini dilengkapi

    dengan teknologi-teknologi canggih untuk mendukung optimasi penerbangan yang

    mengutamakan keselamatan dan kenyamanan penumpangnya. Mulai dari mesin jet yang

    digunakan, perlengkapan navigasi pesawat yang dilengkapi sistem komputerisasi, perlengkapan

    interior dan eksterior yang mendukung, serta prosedur (SOP) yang tentu sudah teruji sebagai

    sebuah perusahaan penghasil pesawat terbang yang mengutamakan keselamatan dan

    kenyamanan penerbangan.

  • Data Rekaman (Transkrip) Percakapan Pilot Sukhoi dan ATC yang NORMAL :

    Begini komunikasi terakhir Sukhoi nahas itu dengan menara Terminal East, Bandar Udara

    Soekarno-Hatta, berdasarkan rekaman yang diperoleh Tempo (sumber tempo) :

    Yablontsev (Y): Tower 36801 good afternoon, establish Radial 200 degrees VOR ten

    thousand feet.

    Petugas menara berinisial N (N): RA-36801 radar contact, maintain ten thousand

    proceed area.

    Y: Maintain level 10.000 feet 36801.

    (Kala itu, jam menunjuk angka 14.24. Sekitar 12 menit setelah Superjet 100 lepas landas

    dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Superjet 100 pun mengarah

    ke Pelabuhan Ratu. Lokasi tujuan yang memang sudah direncanakan sebelumnya.)

    Y: Tower, 36801 request descend 6.000 feet.

    (Superjet sudah dua menit mengudara di ketinggian 10 ribu kaki.)

    N: 36801, say again request.

    (Yablontsev mengulangi permintaannya untuk turun ke 1.828 meter di atas permukaan

    laut.)

    N: OK, 6.000 copied.

    Y: Descend to 6.000 feet, 36801.

    (Setelah itu, N kembali sibuk melayani 13 pilot yang meminta turun, orbit, atau naik.

    Semua dia lakukan sendiri, tanpa asisten.)

    Y: Tower, 36801 request turn right orbit present position.

    (Permintaan belok kanan itu diajukan Yablontsev pukul 14.28.)

    N: RA-36801 approve orbit to the right six thousand.

    (N langsung mengiyakan permintan Yablontsev sebelum menanyakan alasannya.)

    Usai permintaan itu, tak ada lagi komunikasi. Sekitar lima menit usai pembicaraan itu,

    Sukhoi menghantam Gunung Salak. Petugas baru sadar 24 menit kemudian. Tak ada

    Sukhoi pada layar radar.

    N: RA-36801...RA-36801...RA-36801...

    Tiga kali Sukhoi dipanggil, tapi tak ada lagi jawaban. Hening...

    Terlihat dari transkrip yang dilansir ke publik di atas : semua terlihat baik-baik saja, normal.

    Tidak ada komunikasi yang mencurigakan atau menunjukan penerbangan berada pada kondisi

    yang beresiko (berbahaya). Hal ini tentu menjadi sangat bisa dimaklumi JIKALAU sistem radar

    di dalam pesawat maupun di menara ATC bandara Soekarno Hatta tidak menunjukan informasi

    yang membahayakan, atau moment potensial yang berpeluang membahayakan.

    Pilot pesawat tersebut adalah mantan pilot pesawat tempur dengan jam terbang yang sangat

    tinggi, dengan skil dan pengetahuan yang sangat kompenten; adalah alasan yang tidak masuk

    akal jika menyimpulkan sang pilot lalai dalam mengawal penerbangan dan tidak optimal dalam

    memanfaatkan segenap teknologi (resource) yang ada di pesawat guna mendukungnya dalam

    penerbangan yang aman dan nyaman.

  • Analisa & Kesimpulan Tim Investigasi KNKT dan Sukhoi yang patut DIPERTANYAKAN :

    Kecelakaan pesawat Sukhoi RRJ-95B-97004 Superjet 100 yang menabrak Gunung Salak pada 9

    Mei lalu diakibatkan oleh faktor manusia. Pernyataan itu disampaikan Ketua KNKT Tatang

    Kurniadi di Jakarta, Selasa (18/12). Menurut Tatang dari sejumlah temuan KNKT mengenai

    penyebab kecelakaan, dua diantaranya adalah awak pesawat tidak menyadari kondisi jalur

    penerbangan di kawasan Gunung Salak dan mengabaikan peringatan dari sistem peringatan

    Terrain Awareness Warning System, TAWS.

    Tatang mengatakan 38 detik sebelum pesawat membentur tebing Gunung Salak, TAWS

    memberikan peringatan. "Peringatan berupa suara, Terrain Ahead Pull Up dan diikuti oleh

    enam kali avoid terrain, PIC ( Pilot In Command) mematikan TAWS tersebut karena berasumsi

    peringatan-peringatan itu diakibatkan oleh database yang bermasalah", jelas Tatang

    Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan setelah kejadian diketahui bahwa TAWS berfungsi

    dengan baik dan memberikan peringatan dengan benar. Simulasi juga menunjukkan bahwa

    benturan dapat dihindari jika pilot melakukan tindakan menghindar hingga 24 detik setelah

    peringatan TAWS yang pertama. Tujuh detik menjelang tabrakan, terdengar peringatan berupa

    suara "Landing Gear Not Down", yang berasal dari sistem peringatan pesawat.

    Menurut Tatang, peringatan itu aktif jika pesawat berada pada ketinggian kurang dari 800 kaki

    di atas permukaan tanah dan roda pendarat belum diturunkan.

    Perhatian teralihkan

    Kesimpulan investigasi ini juga menyimpulkan radar Jakarta belum dilengkapi dengan Minimum

    Safe Altitude Warning (MSAW) yg berfungsi untuk daerah Gunung Salak. Selain itu, Tatang

    menyatakan adanya pengalihan perhatian awak pesawat karena terlibat dalam percakapan yang

    tidak terkait dengan penerbangan yang menyebabkan pilot tidak menyadari pesawat keluar dari

    orbit.

    Menurut ketua Tim investigasi Mardjono, percakapan itu seputar konsumsi bahan bakar antara

    pilot dengan calon pembeli potensial. Dirjen Perhubungan Udara Herry Bakti S. Gumay

    mengatakan akan menindaklanjuti rekomendasi KNKT dari aturan dan pengawasannya.

    Dan mungkin dari Angkasa Pura dan demikian juga yang lainnya. Hasil investigasi ini

    merupakan pelajaran agar tidak terulang kembali.

    Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin mengatakan pesawat Sukhoi sedang diujicoba

    di Rusia dan akan didatangkan ke Indonesia dalam waktu dekat. Kita bicara mengenai

    penyempurnaan selanjutnya sistem keselamatan penerbangan, maupun mengenai

    diperkokohnya kerja sama antara otorita penerbangan Rusia dan Indonesia, kata Galuzin.

    Kecelakaan pesawat purwarupa (prototype) penumpang pertama buatan Sukhoi itu

    menewaskan 45 orang penumpang dan awak berkebangsaan Indonesia dan asing.

    Pertanyaannya :

    1. Kenapa dari sisi ATC Bandara Soekarno Hatta tentang petugas yang berajaga,

    kemampuan dan kapasitas teknologi monitoring yang digunakan, serta dokumentasi

    (record activity) pada saat kejadian kurang di ekspos?

    2. Kenapa dari sisi teknologi pesawat Sukhoi SJ 100 ini juga kurang di ekspos?

    Kesimpulan yang tendensius dengan menjadikan pilot sebagai sasaran tembak kesalahan

    (human error) dengan mengesampingkan fakta-fakta yang terjadi saat itu.

  • BAB 3 TEMUAN & ANALISA TURANGGA SETA

    Adanya AREA 36 disekitar lokasi sebanyak 4 kavling :

    Area 36 adalah sebuah area kamuflase

    yang Turangga Seta temukan di banyak

    lokasi di Indonesia, dengan salah satu

    cirinya adalah adanya penyimpangan

    sudut inklinasi sebesar 3,6 derajat.

    Area 36 ini sebetulnya jarak lebarnya bisa

    mencapai sekitar 400 kilometeran, hanya

    karena kemajuan teknologi yang mereka

    miliki kemudian area seluas itu dilipat

    menjadi sekitar 1 meteran saja, di area

    lipatan ruang dan waktu inilah yang

    ditandai salah satu cirinya oleh adanya

    penyimpangan sudut inklinasi sebesar 3,6 derajat.

    Di sekitar lokasi kejadian jatuhnya pesawat sukhoi SJ 100 ini ada 4 kavling area 36 yang

    Turangga Seta temukan dan sudah dilakukan beberapa pengujian. 4 kavling area 36 ini jika

    dijumlahkan total lebar area aslinya bisa mencapai 400 x 4 = 1600 kilometeran, yang kemudian

    dilipat ke dalam ruang dan waktu : hanya menyisakan 4 meteran saja, sebuah lokasi yang

    memiliki ciri-ciri anomali ketika Turangga Seta melakukan pengujian; dan lokasinya dianggap

    sangat angker oleh penduduk setempat.

    Ilustrasi 4 kavling area 36 disekitar gunung salak (Sapto Argo)

  • Kronologis penerbangan Turangga Seta Gambarkan sebagai berikut :

    Pukul 14.20 WIB, pesawat tinggal landas dari landasan 06. Kemudian berbelok ke kanan, hingga

    mengikuti ke radial 200 HLM VOR, lantas naik ke ketinggian 10.000 kaki.

    Waktu itu Sukhoi terbang dalam ketinggian 10000 feet, dengan pembicaraan antara Pilot

    Sukhoi dan pengawas Bandara Soekarno-Hatta sebagai berikut:

    Yablontsev (Y): Tower 36801 good afternoon, establish Radial 200 degrees VOR ten

    thousand feet.

    Officer tower initials N (N): RA-36801 radar contact, maintain ten thousand proceeed area.

  • Selanjutnya menjelang km 32 dari Jakarta pilot diduga melihat pemandangan aneh yang terlihat

    dari pesawat Sukhoi, dan jarak Jakarta ke gunung Salak (Sapto Argo) yang terlihat mata normal

    (diluar area kamuflase) yaitu sekitar 70 km an, sedangkan karena Sukhoi terbang di atas area

    yang dikamuflase maka gunung Salak (Sapto Argo) menjadi nyata pada jarak sekitar 1670 km

    dari Jakarta, sehingga radar Sukhoi maupun radar ATC Bandara Soekarno Hatta sebetulnya

    tidak bisa melacak keberadaan gunung Salak (Sapto Argo).

    Maka karena tidak melihat adanya gunung dalam jarak yang dekat kemudian pilot meminta ijin

    turun untuk melihat lebih jelas pemandangan aneh yang ada di bawah (namun tentu keanehan

    tersebut tidak diberitakan kepada ATC Soekarno-Hatta), dengan pembicaraan sebagai berikut:

    Y: Maintain level 10.000 feet 36801.

    (Kala itu, jam menunjuk angka 14.24.Sekitar 12 menit setelah Superjet 100 lepas landas dari

    Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.Superjet 100 pun mengarah ke

    Pelabuhan Ratu.Lokasi tujuan yang memang sudah direncanakan sebelumnya.)

    Y: Tower, 36801 request descend 6.000 feet.

    (Superjet sudah dua menit mengudara di ketinggian 10 ribu kaki.)

    N: 36801, say again request.

    (Yablontsev mengulangi permintaannya untuk turun ke 1.828 meter di atas permukaan laut.)

    N: OK, 6.000 copied.

    Y: Descend to 6.000 feet, 36801.

    (Setelah itu, N kembali sibuk melayani 13 pilot yang meminta turun, orbit, atau naik.Semua dia

    lakukan sendiri, tanpa asisten.)

    Y: Tower, 36801 request turn right orbit present position.

    (Permintaan belok kanan itu diajukan Yablontsev pukul 14.28.)

    N: RA-36801 approve orbit to the right six thousand.

  • Petugas ATC Soekarno-Hatta menuruti permintaan Pilot Sukhoi pasti karena di radar juga tidak

    terlihat keberadaan Gunung Sapto Argo

    Menara pengawas Bandara Soekarno-Hatta

    Gambar Layar Radar di ATC Soekarno-Hatta tidak terlihat keberadaan gunung Sapto Argo

  • Sukhoi sempat berputar di atas area Atang Sanjaya,

    Namun karena peradaban area 36 mengetahui bahwa ada pesawat dari peradaban modern

    melihat Megapolitan mereka, maka peradaban area 36 menteleportasi Sukhoi sehingga

    langsung berhadapan dengan dinding gunung Sapto Argo

    Selanjutnya Sukhoi tidak sempat menghindar dari dinding gunung Sapto Argo dan menabraknya

  • Kesimpulan:

    1. ATC Bandara Soekarno Hatta tidak salah karena memang ada 4 area 36 yang tidak

    terdeteksi oleh sistem pemindaian (radar), petugas ATC normal menjalankan

    kewajibannya dengan benar. Jadi sangat wajar sebetulnya jika sistem radar yang dimiliki

    oleh bandara Soekarno Hatta saat sistem teleportasi area 36 diaktipkan maka radar

    tidak akan mampu menjangkau wilayah gunung salak (Sapto Argo), mengingat jarak

    normal nyata antara jakarta-gunung salak bisa mencapai 1600 kilometer lebih. Saat ini

    kita melihat dan merasakan seperti dekat cuma 67 kilometeran karena adanya area

    yang dikamuflase dilipat ke dalam ruang dan waktu menjadi cuma selebar 1 meteran

    saja.

    2. Pilot sudah sangat berpengalaman dan sangat percaya pada dukungan teknologi yang

    dugunakan oleh pesawat Sukhoi SJ 100, dia terlihat tenang dan santai malah sempat

    mengobrol dengan awak kabin; karena kemungkinan besar sistem monitoring

    keamanan penerbangan tidak menunjukan adanya potensi bahaya di depan mata; hanya

    38 detik menjelang tumbukan, dan itu adalah moment ketika pesawat keluar dari portal

    area 36, terlalu pendek waktu, dan peringatan yang tidak masuk akal jika dalam 38 detik

    ke depan tiba-tiba harus menabrak sesuatu. Kalau iya ada sesuatu; maka seharusnya

    beberapa menit sebelumnya pilot harus sudah diberitahu oleh sistem, pilot tidak faham

    kalau dia sebelumnya ada di area 36 dan radar belum bisa mendeteksi adanya bahaya

    3. Radar Sukhoi Superjet 100 sebenarnya bekerja sempurna namun tidak bisa dan tidak

    disiapkan untuk mengatasi persoalan system teleportasi dari area 36. Radar baru

    mengaktifkan alarm cuma 38 detik menjelang tumbukan; karena memang posisi

    pesawat 1 menit sebelumnya masih berada di area 36, dan sangat jauh dari tebing

    gunung salak, sehingga alarm tidak mungkin bekerja. Jangan berfikir liar tentang cuaca

  • dan kabut yang kemungkinan menghalangi pandangan, karena teknologi pemindai

    (radar) digunakan justru untuk menghadapi persoalan terbatasnya jarak pandang dalam

    situasi seperti itu (cuaca buruk).

    4. Kecanggihan teknologi Sukhoi Super Jet 100 ini : suara mesin dan getarannya

    menyerupai/mendekati pesawat yang ada di area 36 yang sangat maju, sehingga sistem

    monitoring dan autorespon area 36 yang menjaga batas wilayahnya sempat terbuka; dan

    memaksa mereka mengaktifkan sistem teleportasi yang ekstrim.

    5. Informasi adanya area 36 dan sistem teleportasi di sekitar wilayah gunung salak (Sapto

    Argo) semoga menjadi bahan pertimbangan dan info berharga bagi dunia penerbangan,

    agar senantiasa bersiap dan berhati-hati melintasi areal tersebut. Bukan cuma Sukhoi

    yang bisa jatuh di sana, tetapi ada kemungkinan semua jenis pesawat yang tidak bisa

    memungkinkan untuk melakukan manuver dalam waktu sangat cepat (hitungan detik);

    maka siap-siap untuk menabrak dinding gunung Salak.