data diare internet

Upload: peaty-husna-all

Post on 18-Jul-2015

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Penatalaksanaan Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang pada Anak Berusia 10 tahunDibuat oleh: Hera Hapsari,Modifikasi terakhir pada Tue 20 of Sep, 2011 [17:35 UTC]

ABSTRAK Anak laki-laki 10 tahun diare dan panas sejak 2 hari yang lalu. Buang air besar 5-8 kali sehari, cair, kuning berampas tanpa lendir dan darah. Buang air kecil sedikit, nafsu makan dan minum berkurang. Kesan umum anak tampak lemas. Nadi : 92 x/menit, regular, isi tegangan cukup, Respirasi : 24 x/menit, regular, suhu : 36,6C (axilla). Kelopak mata cekung, bibir kering, peristaltik usus meningkat. Kata kunci : diare akut, dehidrasi sedang

ISI Anak laki-laki berumur 10 tahun dibawa ke IGD RSUD Temanggung dengan keluhan diare dan panas sejak 2 hari yang lalu. BAB (buang air besar) cair, kuning berampas tanpa lendir dan darah. Anak BAB 5-8 kali sehari. Anak merasa mual, tidak muntah, perut terasa nyeri. BAK (buang air kecil) sedikit, nafsu makan dan minum berkurang. Kesan umum anak tampak lemas. Tanda Utama Nadi RR Suhu : 92 x/menit, regular, isi tegangan cukup : 24 x/menit, reguler : 36,6C (axilla)

Kelopak mata cekung, bibir kering, peristaltik usus meningkat. DIAGNOSIS : diare akut dehidrasi sedang

TERAPI : infus KAEN 3A 15 tpm, Ranitidin kalau perlu, Sanmol 3 x 1 tab bila panas, metronidazole tab 3 x 500 mg, dialac 3 x 1 sachet

DISKUSI Dalam kasus ini pasien anak laki-laki berusia 10 tahun didiagnosis diare akut dengan dehidrasi sedang. Diagnosis ini diperoleh berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Dari anamnesis didapatkan keluhan utama berupa anak demam dan diare sejak 2 hari lalu. BAB cair, kuning berampas tanpa lendir dan darah. Anak BAB 5-8 kali sehari dan BAK sedikit. Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Anak dinyatakan diare apabila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 3 kali. Dikatakan akut bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu. Penilaian derajat dehidrasi menurut Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak tahun 2004: 1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan) Keadaan umum baik, sadar Tanda vital dalam batas normal Turgor kulit baik Akral hangat

Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir basah 2. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan) Keadaan umum gelisah, cengeng Turgor kulit kurang Akral hangat

Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering

3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan) Keadaan umum lemah, letargi, koma Turgor kulit buruk Akral dingin

Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering. Anak pada kasus ini kesan umum lemas, mata cekung dan mukosa bibir kering, sedangkan akral hangat dan turgor kulit kurang anak ini termasuk dalam kategori dehidrasi ringan sampai sedang.

Penatalaksanaan diare akut dengan dehidrasi sedang: 1. Rehidrasi Rehidrasi dengan oralit 75cc/kgBB dalam 3 jam pertama, kemudian berikan 200ml tiap kali BAB. 2. Dukungan nutrisi Anak tidak boleh dipuasakan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering ( 6 kali sehari), rendah serat. 3. Suplementasi Zinc Zinc diberikan untuk mengurangi lama dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Zinc diberikan 10-14 hari berturut-turut : 20 mg (1 tablet) / hari. 4. Antibiotik selektif Antibiotic tidak diberikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan indikasi yaitu pada diare berdarah dan kolera. 5. Edukasi orang tua Nasehat pada orang tua untuk kembali segera bila anak demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sediki, sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.

KESIMPULAN Dalam kasus ini pasien anak laki-laki berusia 10 tahun didiagnosis diare akut dengan dehidrasi sedang. Diagnosis ini diperoleh berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Penatalaksanaan yang tepat berupa rehidrasi, dukungan nutrisi, pemberian suplemen zinc, antibiotik selektif dan edukasi kepada orang tua pasien

Patofisiologi, Gejala Klinik dan Penatalaksanaan DiareDiare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada anak-anak. Diperkirakan pada anak setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena diare atau gastroenteritis. Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak-anak atau usia lanjut, di mana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang sampai berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasukIndonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju. Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat diIndonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan puskesmas atau balai pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200 400 kejadian diare dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah lima tahun ( 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami kejadian lebih dari satu kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 5060% diantaranya dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 500.000 anak dibawahlimatahun meninggal setiap tahunnya. Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5 2 juta penderita penyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10% dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survei rumah tangga di antara 8 penyakit utama, ternyata penyakit diare mempunyai presentase berobat yang sangat tinggi, yaitu 72% dibandingkan untuk rata-rata penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan.

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)Indonesia, pada 2001 penyakit diare menempati urutan kedua penyakit mematikan yang berasal dari penyakit infeksi. Jumlah penderita diare diIndonesia pada tahun itu mencapai 4% dan angka kematiannya mencapai 3,8%. Pada bayi, diare menempati urutan tertinggi sebagai penyebab kematian dengan angka mencapai 9,4% dari seluruh kematian bayi. Angka kejadian diare, disebagian besar wilayahIndonesiahingga saat ini masih tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, utamanya disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. Menurut Murad, sekitar 3,3 juta kematian akibat diare terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia. Dan angka ini paling tinggi terjadi pada anak-anak di bawah satu tahun dengan perkiraan 20 kematian per 1.000 anak. Pada anak usia 1-5 tahun, angka kematiannya menurun atau hanya sekitar limadari 1.000 anak. Di negara berkembang, angka kejadian diare sangat bervariasi sesuai umur penderita. Tapi umumnya angka kejadiannya pada usia dua tahun pertama dan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia anak. Namun, puncak angka kejadian adalah pada anak usia antara enam sampai tujuh bulan. Di samping itu diare juga merupakan merupakan penyebab kematian yang penting di negara berkembang. Keputusan Menkes RI No.1216/Menkes/SK/XI/2001 tentang pedoman pemberantasan penyakit diare dinyatakan bahwa penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan angka kematian serta kejadian luar biasa (KLB) yang ditimbulkan. Penyebab utama kematian pada penyakit diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolitnya melalui tinjanya. Di negara berkembang prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.Definisi Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut dapat disertai lendir dan darah. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak terus menerus dan dapat disertai penyakit lain. Diare

persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari dan berlangsung terus menerus.Etiologi Diare

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus), malabsorpsi, alergi. Faktor infeksi Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, ini meliputi infeksi bakteri (E. coli, Salmonella, Vibrio cholera), virus (enterovirus, adenovirus, rotavirus), parasit (cacing, protozoa). Infeksi parenteral yaitu infeksi yang berasal dari bagian tubuh yang lain diluar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia. Keadaan ini terutama pada bayi berumur dibawah 2 tahun. Faktor malabsorbsi Gangguan penyerapan makanan akibat malabsorbsi karbohidrat, pada bayi dan anak tersering karena intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan protein.

Faktor malabsorbsi Gangguan penyerapan makanan akibat malabsorbsi karbohidrat, pada bayi dan anak tersering karena intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan protein.Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.

Patofisiologi Diare

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah: a) Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. b) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. c) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Patogenesis diare akut yaitu masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad renik itu berkembang biak di dalam usus halus. Kemudian jasad renik mengeluarkan toksin. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Patogenesis diare kronik lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain. Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan elektronik (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemi, dan sebagainya), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah.Gejala Klinik Diare

Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun cekung, tonus dan turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.Penataksanaan Diare

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak. Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal. Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman. Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik. Pencegahan Diare Upaya pencegahan diare yang sudah terbukti, efektif, yang berupa :

Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang. Menjaga kebersihan dengan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan kebersihan dari makanan yang kita makan. Penggunaan jamban yang benar. Imunisasi campak.

Faktor Resiko Terjadinya Diare

1. Umur Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan. 2. Jenis Kelamin Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi. 3. Musim Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan. 4. Status Gizi Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi. 5. Lingkungan Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun. 6. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal ini

nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.

. Kerangka Konsep Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi. Contoh: Sehat adalah konsep; istilah ini mengungkap sejumlah observasi tentang halhal atau gejala-gejala yang mencerminkan kerangka keragaman kondisi kesehatan seseorang. Untuk mengetahui apakah seseorang itu sehat atau tidak sehat maka pengetahuan konsep sehat tersebut harus melalui konstruk atau variabel-variabel misalnya: tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, dan sebagainya. Tekanan darah, denyut nadi, Hb darah dan sebagainya ini variabel-variabel yang digunakan untuk mengobservasi atau mengukur apakah seseorang itu sehat atau tidak sehat. Sosial-ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial ekonomi keluarga misalnya, harus melalui variabel-variabel: tinggi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga itu. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsepkonsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Contoh sederhara:

Dari contoh kerangka konsep penelitian tersebut di atas dapat dilihat bahwa di sana ada 4 konsep yaitu konsep tentang faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor pendorong terhadap terjadinya perilaku, dan konsep faktor perilaku pemberian ASI itu sendiri. Tiap konsep, masing-masing mempunyai variabel-variabel sebagai indikasi pengukuran masing-masing konsep tersebut. Misalnya untuk mengukur faktor predisposisi maka dapat melalui variabel pengetahuan, pendidikan, sikap, dan persepsi. Konsep perilaku pemberian ASI sebagai variabel dependen (vanabel tergantung) di sini dapat diukur melalui variabel praktek menyusui. Artinya perilaku pemberian ASI oleh ibu-ibu dapat diobservasi atau diukur dari praktek ibu-ibu dalam memberikan (Air Susu Ibu) kepada anak atau bayi mereka. Apakah mereka memberikan ASI kepada bayi-bayi mereka atau tidak, bila memberikan bagaimana frekuensinya, caranya dan sebagainya. A. VARIABEL Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimilikinya oleh anggotaanggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentangsesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya.

Berdasarkan hubungan fungsional antara variabei-variabel dengan yang lainnya, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu terganiung, akibat, terpengaruh atau variabel dependen, dan bebas, sebab, mempengaruhi atau variabel independen. Disebut variabel tergantung atau dependen karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel independen. Misalnya, variabel jenis pekerjaan (dependen) dipengaruhi oleh variabel pendidikan (independen), variabel pendapatan (dependen) dipengaruhi oleh variasi pekerjaan (independen), dan sebagainya. Pengukuran Variabel Pengukuran variabel dikelompokkan menjadi 4 skala pengukuran, yakni: a) skala nominal, b) skala ordinal, c) skala interval dan d) skala ratio. 1. Skala nominal, adalah suatu himpunan yang terdiri dari anggota-anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain. Misalnya, jenis kelamin dibedakan antara laki-laki dan perempuan; pekerjaan, dapat dibedakan petani, pegawai, dan pedagang; suku bangsa, dapat dibedakan antara Jawa, Sunda, Batak, Ambon, dan sebagainya. Pada skala nominal, kita menghitung banyaknya subjek dari setiap kategori gejala, misalnya jumlah wanita dan pria. masing-masing sekian orang, jumlah pegawai dan bukan pegawai sekian orang, dan sebagainva. Masingmasing anggota himpunan tersebut tidak ada perbedaan nilai. 2. Skala ordinal, adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat, atau jabatan. Dalam skala ordinal tiap himpunan tidak hanya dikategorikan kepada persamaan atau perbedaan dengan himpunan yang lain, tetapi juga berangkat dari pertanyaan lebih besar atau lebih kecil. Misalnya, variabel pendidikan dikategorikan SD, SLP, dan SLTA, variabel pendapatan dikategorikan tinggi, sedang, dan rendah, variabel umur dikategorikan anak-anak, muda, dan tua, dan sebagainya. 3. Skala interval, seperti pada skala ordinal, tetapi himpunan tersebut dapat memberikan nilai interval atau jarak antar urutan kelas yang bersangkutan. Kelebihan dari skala ini adalah bahwa jarak nomor yang sama menunjukkan juga jarak yang sama dari sifat yang diukur.

Contoh

Interval a sampai d adalah 4 1 = 3 interval d dan c adalah 5 4 = 1. Dalam hal ini tiap anggota dalam kelas mempunyai persamaan nilai interval. Contoh lain adalah tentang skala pengukuran suhu dengan Fahrenheit dan Celsius, di mana masing-masing mempunyai aturan skala yang berbeda letak dan jaraknya, meskipun masing-masing memulainya dari nol. Contoh lain lagi adalah skala waktu tahun Masehi dan tahun Hijriah, meskipun masmg-masing memulai dari bilangan 1.

4. Skala ratio, adalah variabel yang mempunyai perbandingan yang sama, lebih besar atau lebih kecil. Variabel seperti panjang berat dan angka agregasi adalah variabel rasio. Misalnya, apabila sekarang beras beratnya 1 kuintal. maka 5 karung beras beratnva 5 kuintal.

B. Hipotesis

Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian ini dalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini. Jawaban sementara dari suatu penelitian ini biasanya disebut hipotesis. Jadi hipotesis di dalam suatu penelitianr berarti jawaban sementara penelitian, patokan juga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak.

Kesimpulan yang diperoleh dari pembuktian atau analisis dari dalam menguji rumusan jawaban sementara atau hipotesis itulah akhir suatu penelitian. Hasil akhir penelitian ini disebut juga kesimpulan penelitian, generalisasi atau dalil yang berlaku umum, walaupun pada taraf tertentu hal tersebut mempunyai perbedaan tingkatan sesuai dengan tingkat kemaknaan (significantcy) dari hasil analisis statistik. Hasil pembuktian hipotesis atau hasil akhir penelitian ini juga sering disebut thesis.

Hipotesis ditarik dari serangkaian fakta yang muncul sehuhubungan dengan masalah yang diteliti. Dari fakta dirumuskan hubungan antara satu dengan yang lain dan membentuk suatu konsep yang merupakan abstraksi dari hubungan antara berbagai fakta.

Hipotesis sangat penting bagi suatu penelitian karena hipotesis ini maka penelitian diarahkan. Hipotesis dapat membimbing (mengarahkan) dalam pengumpulan data. Secara garis besar hipotesis dalam penelitian mempunyai peranan sebagai berikut:

1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian. 2. Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data. 3. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau data. 4. Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati).

Dari hipotesis peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk yang masih sementara dan harus dibuktikan kebenarannya (hipotesis) sebagai titik tolak atau arah dari pelaksanaan penelitian. Memperoleh fakta untuk perumusan hipotesis dapat dilakukan antara lain dengan:

1. Memperoleh sendiri dari sumber aslinya, yaitu dari pengalaman langsung di lapangan, rumah sakit, Puskesmas, atau labotarium. Dalam mengemukakan fakta ini kita tidak berusaha untuk melakukan perubahan atau penafsiran dari keaslian fakta yang diperoleh. 2. Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan atau menafsirkannya dari sumber yang asli, tetapi masih berada di tangan orang yang mengidentifikasi tersebut, sehingga masih dalam bentuknya yang asli. 3. Fakta yang diperoleh dari orang yang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya dalam bentuk penalaran abstrak, yang sudah merupakan simbol berpikir sebagai generalisas; dari hubungan antara berbagai fakta atau variabel.

Fakta adalah sangat penting dalam penelitian, terutama dalam perumusan hipotesis. Sebab, hipotesis merupakan kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta yang ditemukan. Hal ini berarti sangat berguna untuk dijadikan dasar membuat kesimpulan penelitian. Meskipun hipotesis ini sifatnya suatu ramalan, tetapi bukan hanya sekadar ramalan sebab, hipotesis ditarik dari dan berdasarkan suatu hasil serta Problematik yang timbul dari penelitian pendahuluan dan hasil pemikiran yang logis dan rasional. Hipotesis juga dapat dirumuskan dari teori ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

C. Bentuk Rumusan Hipotesis

Pada hakikatnya hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara empiris. Biasanya hipotesis terdiri dan pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat dependent variabel. Variabel bebas ini merupakan variabel penyebapnya atau variabel pengaruh, sedang variabel terikat merupakan variabel akibat atau variabel terpengaruh.

Contoh sederhana : Merokok adalah penyebab penyakit kanker paru-paru paru. Di dalam contoh ini merokok adalah variabel yaitu variabel independen (penyebabnya), sedangkan kanker paruparu merupaksn variabel dependen atau akibatnya.

Seperti telah diuraikan di atas, bahwa hipotesis adalah suatu simpulan sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian sebab itu hipotesis harus mempunyai landasan teoretis, bukan hanya sekadar suatu dugaan yang tidak mempunyai landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan. Ciri-ciri suatu hipotesis antara lain sebagai berikut:

1. Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan dalam bentuk kalimat tanya. 2. Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti bahwa hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang atau akan diteliti. 3. Hipotesis harus dapat diuji, Hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus mengandung atau terdiri dari variabel-variabel yang diukur dan dapat dibanding-bandingkan. Hipotesis yang tidak jelas pengukuran variabelnya akan sulit mencapai hasil yang objektif 4. Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis yang tidak menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.

Agar dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi kriteria tersebut perlu dipertimbangkan berbagai hal antara lain yang terpenting adalah teknik yang akan digunakan dalam menguji

rumusan hipotesis yang dibuat. Apabila suatu teknik tertemu dalam rumusan hipotesis ditetapkan, maka bentuk rumusan hipotesis yang dibuat dapat digunakan dalam penelitian.

D. Jenis-Jenis Rumusan Hipotesis

Berdasarkan bentuk rumusannya, hipotesis dapat digolongkan tiga. yakni:

1. Hipotesis Kerja

Adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang peristiwa yang rerjadi apabila suatu gejala muncul. Hipotesis ini sering juga disebut hipotesis kerja. Biasanya makan rumusan pernyataan: Jika..maka.. Artinya, jika suatu faktor atau variabel terdapat atau terjadi pada suatu situasi, maka ada akibat tertentu yang dapat ditimbulkannya.

Contoh sederhana:

a. Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk, maka penyakit menular di daerah tersebut tinggi.

b. Jika persalinan dilakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka kematian bayi di daerah tersebul tinggi.

c. Jika pendapatan perkapita suatu negara rendah, maka status kesehatan masyarakat di negara tersebut rendah pula.

d. dan lain-lain.

Meskipun pada umumnya rumusan hipotesis seperti tersebut di atas, tetapi hal tersebut bukan saru-satunya rumusan hipotesis kerja. Karena dalam rumusan hipotesis kerja yang paling penting adalah bahwa rumusan hipotesis harus dapat memberi penjelasan tentang kedudukan masalah yang diteliti, sebagai bentuk kesimpulan yang akan diuji. Oleh sebab itu penggunaan rumusan lain seperti di atas masih dapat dibenarkan secara ilmiah.

2. Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik

Hipoiesis Nol biasanya dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kelompok atau lebih mengenai suatu hal yang dipermasalahkan. Bila dinyatakan adanya perbedaan antara dua variabel, disebut hipotesis alternatif.

Contoh sederhana : hipotesis nol

a. Tidak ada perbedaan tentang angka kematian akibat penyakit jantung antara penduduk perkotaan dengan penduduk pedesaan.

b. Tidak ada perbedaan antara status gizi anak balita yang tidak mendapat ASI pada waktu bayi, dengan status gizi anak balita yang mendapat ASI pada waktu bayi.

c. Tidak ada perbedaan angka penderita sakit diare antara kelompok penduduk yang menggunakan air minum dari PAM dengan kelompok penduduk yang menggunakan air minum dari sumur.

d. dan sebagainya.

Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang bersangkutan adalah sama, misalnya status gizi dari balita yang mendapatkan ASI sama dengan status gizi anak balita yang tidak mendapatkan ASI. Bila hal tersebut dirumuskan dengan selisih maka akan menunjukkan

hasil dengan nol, maka disebut hipotesis nol. Bila dirumuskan dengan persamaan maka hasilnya sama, atau tidak ada perbedaan. Oleh sebab itu apabila diuji dengan metode statistika akan tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat disimpulkan sebagaimana hipotesisnya. Tetapi bila rumusannya ditolak, maka hipotesis alternatifhya yang diterima. Itulah sebabnya maka sdperti rumusan hipotesis nol dipertentangkan dengan rumusan hipotesis altematif. Hipotesis nol biasanya menggunakan rumus Ho (misalnya HO : x = y) sedangkan hipotesis alternatif menggunakan simbol Ha (misalnya, Ha : x = > y).

Berdasarkan isinya, suatu hipotesis juga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: pertama, hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis utama, yaitu hipotesis yang menjadi sumber dari hipotesishipotesis yang lain. Kedua, hipotesis minor, hipotesis penunjang, atau anak hipotesis, yaitu hipotesis yang dijabarkan dari hipotesis mayor. Di dalam pengujian statisik hipotesis ini sangat penting, sebab dengan pengujian terhadap tiap hipotesis minor pada hakikatnya adalah menguji hipotesis mayornya.

Contoh tidak sempurna :

Hipotesis mayor: Sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan tingginya penyakit menular. Dari contoh ini dapat diuraikan adanya dua variabel, yakni variabel penyebab (sanitasi lingkungan) dan variabel akibat (penyakit menular). Kita ketahui bahwa penyakit menular itu luas sekali, antara lain mencakup penyakit-penyakit diare, demam berdarah, malaria, TBC, campak, dan sebagainya. Sehubungan dengan banyaknya macam penyakit menular tersebut, kita dapat menyusun hipotesis minor yang banyak sekali, yang masing-masing memperkuat dugaan kita tentang hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan sanitasi lingkungan, misalnya :

a. Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya sanitasi lingkungan

b. Adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya sanitasi lingkungan.

c. Adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi lingkungan.

d. dan sebagainya.

Apabila dalam pengujian statistik hipotesis-hipotesis tersebut terbukti bermakna korelasi antara kedua variabel di dalam masing-masing hipotesis minor tersebut, maka berarti hipotesis mayornya juga diterima. Jadi ada korelasi yang positif antara sanitasi lingkungan dengan penyakit menular.

3. Hipotesis Hubungan dan Hipotesis Perbedaan

Hipotesis dapat juga dibedakan berdasarkan hubungan atau perbedaan 2 variabel alau lebih. Hipotesis hubungan berisi tentang dugaan adanya hubungan antara dua variabel. Misalnya, ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktek pemeriksaan hamil. Hipotesis dapat diperjelas lagi menjadi : Makin tinggi pendidikan ibu, makin sering (teratur) memeriksakan kehamilannya. Sedangkan hipotesis perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan atau perbedaan di antara dua variabel; misalnya. praktek pemberian ASI ibu-ibu de Kelurahan X berbeda dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y. Hipotesis ini lebih dielaborasi menjadi: praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan X lebih tinggi bila dibandingkan dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y.

Penanganan Diare pada Bayi dan Anak Balita di Tingkat Rumah Tangga Written by dr. Awi Muliadi Wijaya, MKM (Tulisan ini ditujukan bagi kader kesehatan dan orang tua yang memiliki bayi dan anak balita)

Penyakit apakah yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita di Indonesia? Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, penyakit Diare menempati posisi teratas (nomor satu terbanyak) sebagai penyebab kematian bayi (usia 29 hari 11 bulan) dan balita (usia 12 - 59 bulan), sedangkan sebagai penyebab kematian kedua terbanyak pada kelompok bayi dan balita adalah penyakit Pneumonia. Insiden Rate (IR) penyakit diare cenderung meningkat (naik) dari tahun ketahun, pada tahun 2000 IR Diare sebesar 301/1000 penduduk, tahun 2003 IR Diare menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 menjadi 423/1000 penduduk, dan tahun 2010 sebesar 411/1000 penduduk. Catatan: Insiden Rate (IR) adalah jumlah kasus baru suatu penyakit selama jangjka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan jumlah penduduk yang tinggal di wilayah tersebut pada jangka waktu tersebut atau pada pertengahan tahun. Rumus IR: (jumlah penderita baru/jumlah penduduk) x 100 %.

Apakah Diare itu? Pada umumnya kita semua sudah tahu apa itu diare atau yang biasa disebut 'mencret'. Menurut definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering (lebih dari 3 kali sehari) dan bentuk tinja lebih cair dari biasanya.

Penyebab Diare pada Bayi dan Anak Balita Ada beberapa penyebab anak terkena diare, antara lain:

Bayi/balita diberikan makanan dan atau minuman yang tidak bersih sehingga saluran pencernaannya terinfeksi virus, bakteri atau parasit penyebab diare. Alergi susu formula atau susu lainnya. Bayi diberi makanan yang tidak sesuai dengan umurnya. Keracunan makanan.

Sumber/cara penularan diare antara lain:

Penggunaan sumber air yang sudah tercemar mikroba dan tidak memasak air sampai mendidih. Bayi/balita bermain di tempat kotor atau bermain mainan yang kotor, kemudian menghisap jari tangannya atau memasukkan mainan yang kotor kemulutnya. Pencucian alat-alat makan dan minum (piring dan sendok) memakai air yang tidak bersih; botol susu tidak direbus/diseduh sebelum dipakai. Orang yang menyiapkan makanan anak tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun (terutama setelah buang air besar). dan lain-lain.

Tanda-tanda Dehidrasi pada Bayi dan Anak Balita Ketika diare, anak mengalami kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui pembuangan tinja yang cair. Bila hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak mendapat penggantian secara adekuat maka anak akan mengalami kekurangan cairan dan elektrolit yang disebut 'Dehidrasi'. Ada 3 jenis dehidrasi: ringan, sedang dan berat.

Orang tua harus dapat menilai ada tidaknya tanda-tanda dehidrasi pada bayi dan anak balita yang terkena diare. Perhatikan adakah tanda-tanda dehidrasi. Bayi dan anak balita telah mengalami dehidrasi bila menunjukkan adanya dua atau lebih tanda-tanda dehidrasi dibawah ini, yaitu:

Pada dehidrasi ringan sampai sedang: Anak tampak rewel atau gelisah, anak kehausan dan minum dengan lahap, tes cubitan dikulit perut (turgor) kembalinya lambat, mata tampak lebih cekung daripada biasanya. Pada dehidrasi berat: kesadaran berkurang atau anak tidak sadar, mata cekung, anak tampak sangat lesu/lemah, tidak bisa minum atau malas minum, tes cubitan pada kulit perut (turgor) kembalinya sangat lambat (2 detik atau lebih), air kencing sedikit atau anak tidak kunjung kencing. Pada bayi (usia kurang dari 12 bulan), ubun-ubun kepala terlihat/teraba cekung pada dehidrasi berat.

Gambar cara pemeriksaan turgor pada kulit perut anak. Sumber: WHO, 2009, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.

Jenis-jenis diare dan tanda-tandanya yaitu:

Diare cair akut: diare lebih dari 3 kali perhari dan berlangsung kurang dari 14 hari. Kolera: diare dimana tinja yang keluar seperti air cucian beras, berbau busuk, jumlahnya banyak dan sering serta cepat menimbulkan dehidrasi berat. Disentri: diare dimana tinja yang keluar disertai darah dan atau lendir. Diare persisten: diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dengan gizi buruk: diare jenis apapun yang disertai keadaan gizi buruk. Diare terkait antibiotik: diare yang berhubungan/disebabkan oleh pemberian

antibiotik oral spektrum luas. Bagaimana cara mencegah diare pada bayi dan anak balita?

Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah anak berumur 6 bulan, disamping ASI diberikan juga makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara bertahap dalam jumlah maupun kelembutannya. Bayi yang menginjak usia 6 bulan diberikan makanan lembek (setengah cair) dalam jumlah sedikit-sedikit, kemudian ditingkatkan jumlahnya secara bertahap dan kelembutannya juga ditingkatkan secara bertahap minggu demi minggu. Semua ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan pencernaan bayi menyesuaikan diri. Masaklah air untuk diminum sampai mendidih. Biasakan mencuci tangan memakai sabun dan air bersih yang mengalir sebelum menyiapkan makanan bayi dan anak balita, sebelum memegang bayi, setelah buang air besar, dan setelah membersihkan bayi dan anak balita dari buang air besar. Biasakan mencuci alat-alat makan dan minum dengan air bersih serta membilas dengan air matang sebelum dipakai, merebus/menyeduh botol susu bayi dan balita sebelum dipakai. Biasakan buang air besar di WC/jamban. Biasakan membuang sampah pada tempatnya. Membuang air limbah rumah tangga pada sarana/saluran pembuangan limbah yang tersedia. Hindari menghaluskan makanan bayi memakai mulut orang tua seperti banyak terjadi di beberapa provinsi tertentu di Indonesia. Jangan biasakan anak-anak bermain di tempat yang kotor. Ajari dan biasakan anak balita mencuci tangan memakai air bersih dan sabun sebelum makan. Tutup makanan dan minuman dan ditaruh ditempat yang aman dan bersih sehingga terhindar dari berbagai binatang. Hindari memberi makanan yang sudah basi/agak basi/berjamur/bulukan kepada anak. Hangatkan terlebih dahulu lauk-pauk yang s

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daerah Karangnongko merupakan daerah pegunungan, karena terletak di kakiGunung Merapi. Daerah ini terletak di kabupaten Klaten propinsi Jawa Tengah. KarenaKarangnongko merupakan daerah pegunungan, maka tak heran apabila penduduk disinikesulitan untuk mendapatkan air bersih, apalagi saat musim kemarau tiba. Sumur menjadikering dan debu bertebaran dimanamana. Untuk mendapat air penduduk bergantung pada musim penghujan dan air PAM.Pada saat musim penghujan datang, bak-bak penampungan air penuh. Masyarakatmenampung air hujan pada bak penampungan air yang memang sengaja dibuat untuk menampung air hujan. Setiap rumah biasanya mempunyai 1 bak penampungan air yangterbuat dari semen. Bak tersebut biasanya terletak di samping rumah atau belakang rumah penduduk. Air tampungan yang berasal dari air hujan tersebut digunakan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka seperti mandi, memasak, memcucitangan, memandikan ternak dan kebutuhan hidup yang lainnya. Mereka tidak mempedulikan apakah air hujan tersebut hiegenis atau tidak. Padahal air hujan tidak terjamin kebersihannya.di dalam air hujan terkandung banyak bakteri dan berbagai bibit penyakit juga mengandung limbah dan bahan-bahan anorganik yang berbahaya bagikesehatan tubuh. Bakteri E. Coli pun banyak terkandung juga dalam air hujan tersebut.Oleh karena itu diare dapat terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi air tersebut.Bahkan angka penderita diare melonjak pada saat musim penghujan datang. Diare sepertimewabah pada musim ini.Pada saat musim kemarau tiba air bersih sangat sulit didapatkan. Untuk itu penduduk membeli air tangki untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka.Setiap tangki air PAM dihargai sekitar Rp 125.000,00 yang berisikan 5000 liter air.Dikarenakan keadaan yang demikian, PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) sangat.sulit diterapkan dalam kehidupan mereka. PHBS termasuk didalamnya mencuci tangansebelum makan dan mandi 2x sehari jarang sekali dilaksanakan mengingat minimnyaketersediaan air. Mereka sanagt menghemat penggunaan air. Air hanya digunakan untuk hal-hal yang

penting saja seperti memasak dan memandikan ternak, sehingga mandi dancuci tangan dianggap hal yang sepele dan tidak penting.

B.PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusanmasalah dari penelitian ini adalah adakah pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap terjadinya diare di daerah Karangnongko. C.TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah 1.Tujuan umum Untuk memberikan gambaran mengenai diabetes mellitus yang dialami oleh penderitaobesitas, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan kepada penderita diabetesmellitus khususnya yang mengalami obesitas 2.Tujuan khusus a.Untuk memberi gambaran tentang hubungan antara perilaku hidup bersih dansehat terhadap terjadinya diare di daerah Karangnongko b.Untuk melihat gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi diare c.Untuk mengetahui pengobatan dan penatalaksanaan serta pencegahan diare

23 2.Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan Analisa Bivariat untuk mengetahui ada atautidaknya hubungan antara variable bebas dan variabel terikat digunakan korelasi ChiSquare. Korelasi Chi Square digunakan untuk menganalisa hubungan variablekategorik dengan variable kategorik. diterima.I.

Etika PenelitianSebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat ijin ke program studi,kemudian mengajukan ijin ke direktur rumah sakit, baru melakukan pengambilan datadengan melakukan observasi terhadap subyak penelitian.Masalah-masalah etika, antara lain :1. I nformed C oncent Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden dengan memberikanlembar persetujuan ( informed concent). I nformed concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya adakah agar responden mengerti maksud dan tujuan peneliti, mengetahui dampaknya, jika responden bersedia maka mereka harusmenandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harusmenghormati hak responden. 24 2 . A nonimily Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur, hanyamencantumkan kode pada alat pengumpulan data.3. C onfidentiality Hasil informasi yang diperoleh dari responden maupun masalah-masalah lainnyadijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yangdilaporkan pada hasil riset dan diketahui oleh pembimbing penelitian.J.

Jadwal PenelitianPenelitian ini akan dilakukan pada tanggal 20 Februari 2010BAB III METODE PENELITIANA. Kerangka Konsep B.Hipotesis Berdasarkan masalah yang telah diuraikan maka perumusan hipotesis dari penelitian ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat mempengaruhi terjadinya diare dikecamatan Karangnongko kabupaten Klaten propinsi Jawa Tengah. C.Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dimana dalam penelitian inimerupakan penelitian observasional. Observasional yang dimaksud adalah dalam penelitian ini peneliti akan mengamati perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat dariseluruh lapisan mulai dari balita hingga tua, kemudian peneliti akan mengambil sampelmasyarakat yang mengalami diare. Dengan begitu peneliti akan mengetahui apakah adahubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat terhadap diare. D.Populasi dan Sampel Penelitian Pupulasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diare yang tercatat padarekam medik tahun 2008 yang dikumpulkan dari data surveilans penyakit menular dikecamatan Karangnongko kabupaten Klaten popinsi Jawa Tengah. Keseluruhan populasitersebut digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.Pola Hidup BersihDan Sehat (PHBS)Diare

E.Tempat penelitianPenelitian ini akan dilakukan di kecamatan Karangnongko kabupaten Klaten propinsi Jawa Tengah. Peneliti memilih lokasi ini dengan mempertimbangkan bahwatempat tersebut memenuhi syarat dan kriteria penelitian, lingkungan dan karakteristik masyarakat yang telah dipahami oleh peneliti. Selain itu lokasi tersebut mudah dijangkauoleh peneliti.F.

Definisi Operasional Variable Penelitian dan Skala Pengukuran1. Definisi OperasionalDefinisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati dalam melakukan pengukuran secara cermatterhadap suatu obyek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas. Definisi operasional dari perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku ataukebiasan menuju hidup sehat dalam hal ini cuci tangan sebelum dan sesudah makan.- Definisi operasional dari diare adalah buang air besar (defaksi) dengan jumlah tinjayang lebih banyak dari biasanya (100 200 ml/jam) dan tinja berbentuk cair atausetengah cair, dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.2. Variabel PenelitianVariabel merupakan gejala yang menjadi focus peneliti untuk diamati. Variabelitu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antarasatu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. Dalam suatu penelitian ada dua variabel,yaitu variabel bebas (independent ) dan variael terikat ( dependent ). Variabel independent yaitu variabel yang mempengaruhi atau menentukan variabel dependent. Sedangkan variabel dependent yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variable independent . Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu :Perilaku hidup bersih dan sehat sebagai variabel independent Diare sebagai variabel dependent 2 1

3. Skala PengukuranSkala pengukuran data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu :Penggunaan skala pengukuran data untuk variabel independent yaitu perilaku hidup bersih dan sehat adalah skala nominal.Penggunaan skala pengukuran data untuk variabel dependen yaitu diare adalah skalanominal. G.Alat penelitian dan Cara Pengumpulan Data1. Alat PenelitianPenelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif, dan dalam penelitian ini alat penelitian yang akan digunakan adalah melalui penyebaran kuisioner. Dengan melalui penyabaran kuisioner diharapkan para responden akan dan dapat memberikan jawaban- jawaban sesuai hati nurani masing-masing. Sehingga hasil dalam pengolahan data kelak dapat maksimal. Dalam penelitin ini diperlukan alat penelitian, yaitu : kertas kuisioner,alat tulis.2. Cara Pengumpulan DataMetode pengumpulan data merupakan cara atau jalan yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Data-data tersebut dikumpulkandengan teknik tertentu yang disebut teknik pengumpulan data. Selanjutnya data-datadianalisis dan disimpulkan secara induktif. Dan akhirnya dapatlah kita memutuskan bahwa hipotesis diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan datadengan menggunakn metode observasi. Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.Selain itu metode pengumpulan data dalam penelitian dibedakan menjadi dua yaitutes dan non test. Dalam penelitian ini menggunakan angket dalam pengumpulan data.Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasidari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.Tujuan digunakan angket dalam penelitian ini adalah agar para responden akan dan dapat