data data

27
52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Hasil Uji Instrumen Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen yang telah dibuat oleh peneliti diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa yang telah mempelajari materi Algoritma dan Pemrograman yakni di kelas XI di sekolah berbeda yang bukan merupakan subjek penelitian. Tujuan dari dilakukannya uji coba instrumen ini adalah untuk mengetahui kelayakan soal yang digunakan dalam penelitian, yang ditinjau dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran soal. Instrumen yang diujicobakan merupakan tes hasil belajar yaitu terdiri dari 15 soal pilihan ganda dan 4 essay, dimana untuk soal bertipe pilihan ganda setiap jawaban yang benar akan mendapat skor 1 dan jika jawaban salah atau tidak menjawab maka akan mendapat skor 0. Sedangkan jika menjawab dengan benar untuk soal berbentuk essay, soal nomor 1 mendapat skor 10, soal nomor 2 mendapat skor 5, soal nomor 3 mendapat skor 15, dan nomor 4 mendapat skor 20. Nilai total untuk pilihan ganda jika menjawab seluruh soal dengan benar maka akan memperoleh skor 15. Nilai total essay secara keseluruhan jika menjawab dengan benar maka akan mendapat skor 50. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan pada instrumen penelitian, didapat koefisien reliabilitas soal pretes pilihan ganda 0,78 yang berarti memiliki

Upload: listy-vermana

Post on 02-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Data Data

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data Hasil Uji Instrumen

Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen

yang telah dibuat oleh peneliti diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa yang

telah mempelajari materi Algoritma dan Pemrograman yakni di kelas XI di

sekolah berbeda yang bukan merupakan subjek penelitian. Tujuan dari

dilakukannya uji coba instrumen ini adalah untuk mengetahui kelayakan soal yang

digunakan dalam penelitian, yang ditinjau dari segi validitas, reliabilitas, daya

pembeda, dan taraf kesukaran soal.

Instrumen yang diujicobakan merupakan tes hasil belajar yaitu terdiri

dari 15 soal pilihan ganda dan 4 essay, dimana untuk soal bertipe pilihan ganda

setiap jawaban yang benar akan mendapat skor 1 dan jika jawaban salah atau tidak

menjawab maka akan mendapat skor 0. Sedangkan jika menjawab dengan benar

untuk soal berbentuk essay, soal nomor 1 mendapat skor 10, soal nomor 2

mendapat skor 5, soal nomor 3 mendapat skor 15, dan nomor 4 mendapat skor 20.

Nilai total untuk pilihan ganda jika menjawab seluruh soal dengan benar maka

akan memperoleh skor 15. Nilai total essay secara keseluruhan jika menjawab

dengan benar maka akan mendapat skor 50.

Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan pada instrumen penelitian,

didapat koefisien reliabilitas soal pretes pilihan ganda 0,78 yang berarti memiliki

Page 2: Data Data

53

interpretasi reliabilitas tinggi. Untuk koefisien reliabilitas soal postes pilihan

ganda diperoleh 0,76 yang berarti memiliki interpretasi reliabilitas tinggi. Untuk

koefisien reliabilitas soal pretes essay diperoleh 0,94 yang berarti memiliki

interpretasi reliabilitas sangat tinggi. Sedangkan untuk koefisien reliabilitas soal

postes essay diperoleh 0,93 yang berarti memiliki interpretasi reliabilitas sangat

tinggi. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua instrumen

layak digunakan dalam penelitian.

Perhitungan selengkapnya hasil uji instrumen untuk uji validitas dapat

dilihat pada Lampiran C.1 halaman 179. Untuk penghitungan reliabilitas dapat

dilihat pada Lampiran C.2 halaman 183. Untuk penghitungan taraf kesukaran

dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 184. Untuk penghitungan daya pembeda

dapat dilihat pada Lampiran C.4 halaman 186.

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian

Data yang diambil dari lapangan merupakan data yang masih mentah,

agar data tersebut dapat lebih bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata

mengenai permasalahan yang diteliti, maka data harus diolah terlebih dahulu

sehingga dapat memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut yaitu menganalisis

data hasil penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh didapatkan berdasar nilai tes

pretes dan postes hasil belajar ranah kognitif dan nilai tes ranah psikomotor

(praktikum) dengan menggunakan instrumen penelitian. Kemudian dilakukan

pengujian hipotesis berdasar data nilai yang didapat.

Page 3: Data Data

54

4.2.1 Analisis Data Pretes

Adapun tujuan dilakukan pretes ini adalah untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan dan pengetahuan awal siswa pada masing-masing kelas yakni

kelas kontrol dan kelas eksperimen mengenai materi yang akan diberikan, serta

untuk mengetahui sejauh mana kesiapan siswa dalam menerima materi yang akan

diberikan oleh peneliti. Pretes dilakukan kepada masing-masing kelas sebelum

diberikan perlakuan (treatment). Setelah dilakukan pengolahan data maka

diperoleh hasil statistik deskriptif data nilai pretes kelas kontrol dan eksperimen,

yang tergambar pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Pretes

Kelas N Nilai Total

Xmin Xmax Rerata S2 SD

Eksperimen 33 243 2 15 7,45 10,19 3,19 Kontrol 33 297 3 17 8,55 12,07 3,48

Berdasarkan data Tabel 4.1, diketahui bahwa rata-rata nilai siswa kelas

kontrol adalah 8,55 dan kelas eksperimen adalah 7,45. Sedangkan standar deviasi

(simpangan baku) untuk kelas kontrol adalah 3,48 dan untuk kelas eksperimen

adalah 3,19. Dilihat dari nilai rata-rata dan standar deviasi dapat disimpulkan

bahwa saat pretes dilakukan kelas kontrol memiliki kemampuan yang lebih tinggi

dibandingkan kelas eksperimen atau kemampuan awal siswa kelas kontrol lebih

tinggi daripada kelas eksperimen. Berikut ini data perbandingan nilai rata-rata

pretes siswa kelas kontrol dan eksperimen yang digambarkan melalui grafik :

Page 4: Data Data

55

Diagram 4.1 Grafik Rata-Rata Pretes

Di bawah ini merupakan grafik perbandingan nilai pretes siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol :

Diagram 4.2 Grafik Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol

Page 5: Data Data

56

a. Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data yang kita

gunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan metode chi-kuadrat, sehingga diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes

Kelas Rerata SD χ2hitung χ2tabel Kesimpulan Eksperimen 7,45 3,19 2,46

7,815 Terdistribusi Normal

Kontrol 8,55 3,48 2,67 Terdistribusi Normal

Berdasarkan perhitungan uji normalitas maka pada kelas kontrol

diperoleh χ2hitung = 2,67 dan pada kelas eksperimen diperoleh χ2hitung = 2,46.

Dengan membandingkan χ2hitung pada χ2tabel pada taraf signifikansi α = 0,05

diketahui χ2tabel = 7,815 maka diperoleh χ2hitung < χ2tabel, sehingga dapat

disimpulkan bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menentukan apakah kedua kelas

memiliki penguasaan yang sama atau homogen, atau mempunyai varians yang

sama. Berikut ini adalah data uji homogenitas berdasarkan perhitungan yang

dilakukan :

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes

Kelas SD S2 Fhitung Ftabel Kesimpulan Eksperimen 3,19 10,19

1,18 1,81 Homogen Kontrol 3,47 12,07

Page 6: Data Data

57

Berdasarkan data Tabel 4.3 diketahui bahwa pada taraf signifikansi α =

0,05 diperoleh Fhitung < Ftabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut

berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen).

c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji-t.

Hipotesis dalam pengujian perbedaan dua rata-rata dirumuskan sebagai berikut:

H0 : Tidak ada perbedaan nilai pretes antara kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic

dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

H1 : Terdapat perbedaan nilai pretes kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic

dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran

konvensional.

Pengujian dilakukan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dengan

kriteria pengujian sebagai berikut :

Ho = - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel

H1 = - ttabel > thitung > ttabel

Berdasarkan pengujian statistik dengan menggunakan uji-t diperoleh

thitung = 1,33 dan ttabel = 1,69. Ini berarti bahwa H0 diterima. Sehingga dapat

diambil suatu kesimpulan dari uji hipotesis di atas bahwa tidak ada perbedaan

nilai pretes kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum

Learning tipe Kinesthetic dengan kelas kontrol yang menggunakan model

Page 7: Data Data

58

pembelajaran konvensional. Dapat dikatakan pula bahwa kemampuan awal kelas

eksperimen dengan kelas kontrol adalah sama.

4.2.2 Analisis Data Postes

Postes dilakukan untuk mengetahui hasil akhir nilai siswa setelah

diberikan perlakuan (treatment) baik itu pada kelas eksperimen maupun pada

kelas kontrol. Berikut ini adalah data analisis statistik deskriptif data nilai postes

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Data Postes

Kelas N Nilai Total Xmin Xmax Rerata S2 SD

Eksperimen 33 2472 43 94 75,18 182,40 13,51 Kontrol 33 946 14 54 28,67 72,48 8,51

Dari data Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa terdapat kenaikan pada nilai

postes baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol jika dibandingkan dengan

nilai pretes. Rata-rata nilai postes kelas eksperimen adalah 75,18 dan kelas kontrol

28,67. Begitu juga dengan standar deviasi pada kelas eksperimen yakni sebesar

13,51 dan kelas kontrol 8,51. Berdasarkan tabel di atas pula dapat diketahui

bahwa kelas eksperimen mengalami kenaikan rata-rata yang cukup besar dari nilai

pretes jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Berikut ini adalah grafik rerata

nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol:

Page 8: Data Data

59

Diagram 4.3 Grafik Rata-Rata Postes

Di bawah ini merupakan grafik perbandingan nilai postes siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol:

Diagram 4.4 Grafik Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Page 9: Data Data

60

a. Uji Normalitas

Pada postes juga dilakukan uji normalitas terhadap nilai siswa di kelas

kontrol dan eksperimen. Berikut ini adalah analisis data yang diperoleh:

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Postes

Kelas Rerata SD χ2hitung χ2tabel Kesimpulan Eksperimen 75,18 13,51 6,87

7,815 Terdistribusi Normal

Kontrol 28,67 8,51 6,40 Terdistribusi Normal

Dari data di atas diketahui χ2hitung kelas kontrol adalah 6,40 dan χ2hitung

kelas eksperimen adalah 6,87. Dengan membandingkan χ2hitung pada χ2tabel pada

taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh χ2hitung < χ2tabel sehingga dapat disimpulkan

bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Pada penghitungan uji homogenitas nilai postes siswa kelas eksperimen

dan kelas kontrol diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Data Postes

Kelas SD S2 Fhitung Ftabel Kesimpulan Eksperimen 13,51 182,40

0,40 1,81 Homogen Kontrol 8,51 72,48

Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai Fhitung adalah 0,40 dan nilai Ftabel

adalah 1,81. Pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh Fhitung < Ftabel. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan varians yang

sama (homogen).

Page 10: Data Data

61

c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji-t.

Hipotesis dalam pengujian perbedaan dua rata-rata dirumuskan sebagai berikut:

H0 : Hasil belajar antara kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic tidak lebih baik

dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model

pembelajaran konvensional.

H1 : Hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic lebih baik dibandingkan

dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran

konvensional.

Pengujian dilakukan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dengan

kriteria pengujian sebagai berikut :

Ho = - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel

H1 = - ttabel > thitung > ttabel

Berdasarkan pengujian statistik dengan menggunakan uji-t diperoleh

thitung = 16,74 dan ttabel = 1,69. Ini berarti bahwa H1 diterima. Sehingga dapat

diambil suatu kesimpulan dari uji hipotesis di atas bahwa terdapat perbedaan nilai

postes kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum

Learning tipe Kinesthetic dengan kelas kontrol yang menggunakan model

pembelajaran konvensional. Dapat dikatakan pula bahwa hasil belajar kelas

eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe

Page 11: Data Data

62

Kinesthetic lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan

model pembelajaran konvensional.

4.2.3 Analisis Data Praktikum

Data praktikum yang diambil dari lapangan berdasarkan penskoran dan

interpretasi hasil belajar berupa rubrik yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti.

Poin penilaian psikomotor terdiri dari 10 poin. Setiap poin penilaiannya memiliki

bobot yang berbeda sesuai dengan tingkat kesukaran tes. poin 1 sampai 3

memiliki bobot 15%, Poin 4 sampai 6 memiliki bobot 25%, poin 7 sampai 10

memiliki bobot 60%. Untuk mengetahui kriteria penilaian lebih lanjut dapat

dilihat pada Lampiran B.4 halaman 159. Agar penilaian lebih objektif, peneliti

membuat kriteria penilaian berdasarkan bobot. Berikut ini skor penilaian rubrik

beserta interpretasinya :

Tabel 4.7 Interpretasi Rata-rata Bobot 15%

Rentang Bobot 15% Interpretasi 1,00 ≤ R ≤ 1,50 Sangat Tidak Tepat 1,50 < R ≤ 2,50 Tidak Tepat 2,50 < R ≤ 3,50 Agak Tepat 3,50 < R ≤ 4,50 Tepat 4,50 ≤ R ≤ 5,00 Sangat Tepat

Tabel 4.8 Interpretasi Rata-rata Bobot 25%

Rentang Bobot 25% Interpretasi 1,70 ≤ R ≤ 2,50 Sangat Tidak Tepat 2,50 < R ≤ 3,60 Tidak Tepat 3,70 < R ≤ 5,30 Agak Tepat 5,40 < R ≤ 7,00 Tepat 7,00 ≤ R ≤ 8,30 Sangat Tepat

Page 12: Data Data

63

Tabel 4.9 Interpretasi Rata-rata Bobot 60%

Rentang Bobot 60% Interpretasi 3,00 ≤ R ≤ 4,50 Sangat Tidak Tepat 4,50 < R ≤ 7,50 Tidak Tepat 7,50 < R ≤ 10,50 Agak Tepat 10,50 < R ≤ 13,50 Tepat 13,50 ≤ R ≤ 15,00 Sangat Tepat

Sedangkan pada Tabel 4.10 digambarkan lebih lanjut mengenai

penyebaran jumlah siswa pada masing-masing skor rubrik penilaian pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.10 Persentase Penyebaran Skala Penilaian Psikomotor Siswa

Skala 1 2 3 4 5 Eksperimen (N) 0 0 0 17 16

Persentase 0% 0% 0% 51,52% 48,48%

Kontrol (N) 0 7 24 2 0

Persentase 0% 21,21% 72,73% 6,06% 0%

Berikut ini adalah diagram penyebaran kemampuan psikomotor:

Diagram 4.5 Grafik Penyebaran Kemampuan Psikomotor Siswa

Page 13: Data Data

64

Berdasarkan perhitungan rubrik penilaian masing-masing kemampuan

psikomotor siswa baik pada kelas ekperimen maupun kelas kontrol maka didapat

rata-rata kemampuan psikomotor kelas eksperimen sebesar 4,51 yang masuk

dalam kategori sangat tepat dan kemampuan psikomotor kelas kontrol sebesar

2,73 yang masuk dalam kategori agak tepat.

Tabel 4.11 Rata-rata Kemampuan Psikomotor Siswa

Kelas Rata-rata Eksperimen 4,51 Kontrol 2,73

Berikut ini digambarkan perbandingan rata-rata kemampuan psikomotor

siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol :

Diagram 4.6 Grafik Rata-Rata Kemampuan Psikomotor

Page 14: Data Data

65

Rubrik skor penilaian selengkapnya untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat lebih lanjut pada Tabel D.1.3 halaman 192 dan Tabel D.2.3

halaman 197.

Sementara itu untuk mengetahui tingkat kemampuan rata-rata kelas

eksperimen dan kelas kontrol pada masing-masing poin penilaian maka dilakukan

penghitungan rata-rata skala yang diperoleh berdasarkan jumlah seluruh nilai per

poin yang diperoleh pada tiap kelas kemudian dibagi banyaknya jumlah siswa

pada masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Untuk lebih jelas mengetahui tingkat interpretasi pada masing-masing

poin penilaian psikomotor pada kelas eksperimen dapat di lihat pada Tabel 4.12

berikut ini :

Tabel 4.12 Rata-rata Skala Tiap Poin Penilaian Pada Kelas Eksperimen

No. Rata-rata Interpretasi

1 4.82 Sangat Tepat

2 4.91 Sangat Tepat

3 4.73 Sangat Tepat

4 7.68 Sangat Tepat

5 7.60 Sangat Tepat

6 7.74 Sangat Tepat

7 13.82 Sangat Tepat

8 13.55 Sangat Tepat

9 13.18 Tepat

10 12.09 Tepat

Pada kelas eksperimen umumnya siswa telah mampu menyelesaikan tes

praktikum dalam skala interpretasi sangat tepat, hal ini juga didukung oleh data

Page 15: Data Data

66

yang telah disajikan sebelumnya yaitu rata-rata kemampuan psikomotor siswa

kelas eksperimen sebesar 4,51 yang masuk dalam kategori sangat tepat.

Pada kelas kontrol juga dilakukan hal yang sama, yakni dilakukan

interpretasi pada masing-masing poin penilaian psikomotor berdasarkan rata-rata

skala yang diperoleh berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan. Hasil

penghitungan tersebut digambarkan pada Tabel 4.13 berikut ini :

Tabel 4.13

Rata-rata Skala Tiap Poin Penilaian Pada Kelas Kontrol

No. Rata-rata Interpretasi

1 4.73 Sangat Tepat

2 4.18 Tepat

3 4.00 Tepat

4 5.63 Tepat

5 5.78 Tepat

6 5.28 Agak Tepat

7 7.18 Tidak Tepat

8 6.09 Tidak Tepat

9 6.00 Tidak Tepat

10 5.73 Tidak Tepat

Berdasarkan data Tabel 4.13 dapat disumpulkan bahwa pada kelas

kontrol umumnya siswa belum mampu menyelesaikan tes praktikum dengan baik,

hal ini juga didukung oleh data yang telah disajikan sebelumnya yaitu rata-rata

kemampuan psikomotor siswa kelas eksperimen sebesar 2,73 yang masuk dalam

kategori tidak tepat. Untuk melihat lebih jelas perbandingan poin penilaian

psikomotor antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Diagram

4.7 di bawah ini :

Page 16: Data Data

67

Diagram 4.7 Grafik Perbandingan Poin Penilaian Psikomotor

Untuk mendukung data yang disajikan berdasarkan skala dan kriteria

melalui rubrik penilaian, maka dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji

perbedaan dua rata-rata pada nilai praktikum yang diperoleh saat penelitian.

Analisis data praktikum dilakukan berdasarkan nilai praktikum yang

telah diperoleh siswa baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Analisis ini

dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan psikomotor pada masing-

masing kelas yakni kelas eksperimen dan kontrol. Berikut ini adalah data analisis

statistik deskriptif data nilai praktikum kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Data Praktikum

Kelas N Nilai Total

Xmin Xmax Rerata S2 SD

Eksperimen 33 2974 77 97 89,11 40,12 6,33 Kontrol 33 1802 35 76 53,91 71,27 8,44

Page 17: Data Data

68

Rata-rata nilai praktikum yang diperoleh masing-masing kelas

eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut adalah 89,11dan 53,91. Sedangkan

standar deviasi yang diperoleh masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol

berturut-turut adalah 6,33 dan 8,44. Berdasarkan nilai rerata yang diperoleh

masing-masing kelas maka dapat disimpulkan bahwa nilai praktikum kelas

eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Berikut ini adalah

grafik rerata nilai praktikum kelas eksperimen dan kelas kontrol :

Diagram 4.8 Grafik Rata-Rata Nilai Praktikum

Di bawah ini merupakan grafik perbandingan nilai praktikum siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol :

Page 18: Data Data

69

Diagram 4.9 Grafik Nilai Praktikum Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

a. Uji Normalitas

Pada data praktikum juga dilakukan uji normalitas terhadap nilai siswa di

kelas kontrol dan eksperimen. Berikut ini adalah analisis data yang diperoleh :

Tabel 4.15 Uji Normalitas Data Praktikum

Kelas Rerata SD χ2hitung χ2tabel Kesimpulan Eksperimen 89,11 6,33 6,67

7,815 Terdistribusi Normal

Kontrol 53,91 8,44 6,69 Terdistribusi Normal

Dengan membandingkan χ2hitung pada χ2tabel pada taraf signifikansi α =

0,05 diperoleh χ2hitung < χ2tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data

tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Pada penghitungan uji homogenitas nilai praktikum siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol diperoleh data sebagai berikut :

Page 19: Data Data

70

Tabel 4.16 Uji Homogenitas Data Praktikum

Kelas SD S2 Fhitung Ftabel Kesimpulan Eksperimen 6,33 40,12

1,78 1,81 Homogen Kontrol 8,44 71,27

Berdasarkan Tabel 4.16 di atas diketahui nilai Fhitung adalah 1,78 dan nilai

Ftabel adalah 1,81. Pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh Fhitung < Ftabel.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan

varians yang sama (homogen).

c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji-t.

Hipotesis dalam pengujian perbedaan dua rata-rata dirumuskan sebagai berikut:

H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan psikomotor antara kelas

eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning

tipe Kinesthetic dengan kelas kontrol yang menggunakan model

pembelajaran konvensional.

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan psikomotor kelas eksperimen

yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe

Kinesthetic dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran

konvensional.

Pengujian dilakukan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dengan

kriteria pengujian sebagai berikut :

Ho = - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel

Page 20: Data Data

71

H1 = - ttabel > thitung > ttabel

Berdasarkan pengujian statistik dengan menggunakan uji-t diperoleh

thitung = 19,16 dan ttabel = 1,69. Ini berarti bahwa H1 diterima. Sehingga dapat

diambil suatu kesimpulan dari uji hipotesis di atas bahwa terdapat perbedaan

kemampuan psikomotor kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic dengan kelas kontrol yang

menggunakan metode konvensional. Dapat dikatakan pula bahwa kemampuan

psikomotor kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran

Quantum Learning tipe Kinesthetic lebih baik dibandingkan dengan kelas

kontrol yang menggunakan metode konvensional.

4.2.4 Analisis Indeks Gain Ternormalisasi

Analisis indeks gain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

perbedaan perubahan peningkatan kemampuan pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Berikut ini adalah data rata-rata indeks gain ternormalisasi kelas

eksperimen dan kelas kontrol :

Tabel 4.17 Rata-Rata Indeks Gain Ternormalisasi

Kelas Rata-Rata Gain Kriteria Indeks Kontrol 0,21 Rendah Eksperimen 0,73 Tinggi

Berdasarkan data pada Tabel 4.17 maka dapat disimpulkan bahwa indeks

gain ternormalisasi kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas

kontrol. Berikut ini adalah grafik rerata gain ternormalisasi kelas eksperimen dan

kelas kontrol :

Page 21: Data Data

72

Diagram 4.10 Grafik Rata-Rata Indeks Gain Ternormalisasi

Di bawah ini merupakan grafik perbandingan indeks gain siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol :

Diagram 4.11 Grafik Indeks Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol

Page 22: Data Data

73

4.2.5 Hasil Analisis Observasi

Observasi yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yang telah

dirancang sebelumnya di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Berdasarkan data yang diperoleh dari observer dapat dilihat bahwa model

pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic mampu meningkatkan

kemampuan siswa baik itu dalam ranah kognitif maupun psikomotor. Agar dapat

melakukan penelitian dengan baik serta sesuai dengan tahapan model

pembelajaran yang digunakan maka peneliti berusaha menyesuaikan diri dengan

kondisi siswa serta lingkungan sekolah. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti

terlebih dahulu menginformasikan kepada siswa mengenai prosedur model

pembelajaran yang akan digunakan. Peneliti telah melakukan tugasnya dengan

baik sesuai dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan,

hal ini dapat dilihat pada Lembar Observasi Guru pada Lampiran B.6 halaman

161 dan Lembar Observasi Siswa yang terdapat pada Lampiran B.7 halaman 163.

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe

Kinesthetic mampu memberikan dampak yang positif bagi diri pribadi siswa

maupun dalam hal kemampuan pemahaman terhadap materi yang diberikan.

Siswa terlihat lebih rileks dan santai dalam belajar, mampu berkomunikasi dan

bekerja sama dengan baik antar sesama teman, lebih mudah bergerak dan tidak

kaku dalam belajar, mampu menyerap informasi dengan baik, cenderung lebih

antusias dalam menyelesaikan suatu tugas, lebih ceria dan semangat dalam

belajar.

Page 23: Data Data

74

4.3 Pembahasan

Observasi awal dilakukan peneliti sebelum dilakukan penelitian di

sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan yaitu SMK Teknik Informatika

Garuda Nusantara Cimahi. Peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan guru

mengenai materi yang akan diberikan, RPP, serta kondisi siswa dan juga

lingkungan sekolah.

Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran Quantum

Learning tipe Kinesthetic pada siswa berdasarkan data mentah pretes, postes, dan

praktikum yang telah diperoleh, kemudian peneliti melakukan analisis

perhitungan yang telah dijelaskan pada Bab III.

Saat penelitian dilakukan, peneliti memberikan soal pretes dan postes

yaitu terdiri dari 15 soal pilihan ganda dan 4 essay. Sedangkan untuk tes

praktikum, kriteria penilaian praktikum dapat di lihat di Lampiran B.5 halaman

160.

Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa siswa,

pemahaman dan kesiapan siswa pada materi yang akan diberikan. Dari hasil

pengujian data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol terbukti bahwa

keduanya merupakan populasi yang berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan

uji homogenitas dan diketahui pula bahwa kedua kelas tersebut berasal dari

populasi yang variansnya homogen. Lalu dilanjutkan dengan uji perbedaan dua

rata-rata dengan taraf signifikansi 0,05 dan diperoleh bahwa H0 diterima dan H1

ditolak yang berarti bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal antara siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Page 24: Data Data

75

Analisis data pretes telah didapatkan, kemudian penelitian dilakukan

dengan memberikan treatment yang sesuai pada masing-masing kelas eksperimen

maupun kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan treatment model pembelajaran

Quantum Learning tipe Kinesthetic sedangkan kelas kontrol diberikan treatment

kegiatan pembelajaran konvensional. Sesuai dengan RPP yang telah dibuat,

treatment yang diberikan sebanyak 3 kali pertemuan.

Selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, siswa kelas eksperimen

tampak lebih rileks dan santai dalam belajar namun dapat memahami dan

memcerna materi yang diberikan dengan baik, lebih ceria dan bebas bergerak,

mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik antar sesama teman, mampu

menyerap informasi dengan baik, cenderung lebih antusias dalam menyelesaikan

suatu tugas, lebih ceria dan semangat dalam belajar.

Soal praktikum diberikan oleh peneliti saat pertemuan terakhir, setiap

siswa mengerjakan masing-masing. Data penilaian tugas praktikum diperoleh

berdasarkan rubrik penilaian yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti, peneliti

menghitung penilaian psikomotor siswa berdasarkan skala nilai dan

interpretasinya, disini dikemukakan penyebaran kemampuan psikomotor siswa

berdasarkan skala nilai beserta rata-rata skala nilai dari masing-masing kelas

yakni kelas eksperimen dan kontrol. Disini juga dikemukakan interpretasi tiap

poin penilaian berdasarkan rata-rata baik pada kelas eksperimen maupun kelas

kontrol. Lalu data interpretasi poin penilaian pada masing-masing kelas

dibandingkan untuk mengetahui perbedaan rata-rata poin penilaian pada kelas

Page 25: Data Data

76

eksperimen dan kontrol yang dapat dilihat melalui Diagram 4.7 halaman 67.

Untuk mendukung data psikomotor berdasarkan skala nilai, peneliti juga

melakukan pengolahan data praktikum. Hasil analisis data praktikum uji

normalitas menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas,

dimaan berdasarkan perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa kedua kelas

mempunyai varians yang sama. Kemudian dilanjutkan dengan uji perbedaan dua

rata-rata dengan taraf signifikansi 0,05 dan berdasarkan pengolahan data diperoleh

bahwa kemampuan psikomotor kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

Dapat ditarik kesimpulan juga bahwa kemampuan psikomotor kelas eksperimen

yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic lebih

baik daripada kemampuan psikomotor kelas kontrol yang kegiatan

pembelajarannya berlangsung secara konvensional.

Kegiatan pembelajaran selama 3 kali pertemuan telah selesai dilaksanakan,

kemudian selanjutnya dilakukan postes untuk mengetahui ada tidaknya

peningkatan kemampuan siswa eksperimen dan kelas kontrol, atau jika ada

peningkatan maka seberapa besar peningkatan yang terjadi pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol serta seberapa besar perbedaan peningkatannya antara kedua

kelas tersebut.

Berdasarkan hasil analisis data postes diketahui bahwa hasil uji normalitas

menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas yang

Page 26: Data Data

77

menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang

sama. Tahap berikutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan taraf

signifikansi 0,05. Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa hasil belajar kelas

eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe

Kinesthetic lebih baik daripada kemampuan kelas kontrol yang kegiatan

pembelajarannya berlangsung secara konvensional.

Terakhir, dilakukan analisis data indeks gain ternormalisasi untuk

mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol, dari pengolahan data gain diketahui bahwa rata-rata nilai gain kelas

eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Dari hasil uji gain diperoleh bahwa

peningkatan hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic lebih baik daripada peningkatan

kemampuan kelas kontrol yang kegiatan pembelajarannya berlangsung secara

konvensional.

Berdasarkan keseluruhan data yang telah analisis, yakni pretes, postes,

praktikum, dan indeks gain dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model

pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic terbukti efektif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Diklat Algoritma dan Pemrograman.

Dapat juga diartikan bahwa model pembelajaran Quantum Learning tipe

Kinesthetic mempunyai pengaruh dan daya guna serta membawa hasil,

maksudnya penggunaan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic

dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang baik dalam kegiatan

Page 27: Data Data

78

belajar-mengajar serta mempunyai pengaruh atau hasil yang baik dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan mengimplementasikan model

pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic dengan baik dan benar dalam

kegiatan pembelajaran adalah keputusan yang tepat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.

Jadi, hipotesis yang dibuat di Bab I terbukti benar dan diterima bahwa :

“Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning

tipe Kinesthetic lebih baik daripada siswa yang mengunakan model pembelajaran

konvensional.”