data dan analisis aspek kesejarahan kawasan · candi muara takus memiliki struktur bangunan yang...

46
DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan Penelusuran Bentuk dan Fungsi Arsitektural Situs Muara Takus berasal dari nama sebuah anak sungai bernama Takus yang bermuara di Batang Sungai Kampar Kanan. Nama Muara Takus berasal dari kata “Muara” dan “Takus”, dimana, kata “Muara” berarti suatu tempat dimana sebuah sungai mengakhiri alirannya ke laut atau ke sungai yang lebih besar, sedangkan “Takus” berasal dari bahasa Cina “takuse” yang artinya “TA”= besar, “KU”= tua, dan “SE”= candi. Jadi pengertian keseluruhan dari nama “Muara Takus” adalah candi tua besar yang terletak di muara sungai. Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa bertahta oleh komunitas Budhis. Ciri utama yang menunjukkan bahwa Candi Muara Takus merupakan bangunan suci dalam agama Budha adalah dari keberadaan stupanya. Arsitektur bangunan stupa yang ada pada Candi Muara Takus sangat unik karena tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia. Bentuk stupa tersebut yaitu ornamen sebuah roda dan kepala singa. Bentuk stupa memiliki kesamaan dengan stupa Budha di Myanmar, stupa di Vietnam, Sri Lanka atau stupa kuno di India pada periode Asoka. Berdasarkan hasil penelitian arkeologi tahun 1994, peninggalan arkeologi di kawasan Candi Muara Takus terdiri atas pagar keliling, Candi Tua, Candi Bungsu, Candi Mahligai, Candi Palangka, Bangunan I, Bangunan II, Bangunan III, Bangunan IV, Bangunan VII, dan Tanggul kuno. Selain bangunan, benda- benda bersejarah lain juga ditemukan di dalam kawasan Candi Muara Takus yaitu berupa fragmen arca singa, fragmen arca gajah pada puncak candi Mahligai, inskripsi mantra dan pahatan vajra, serta gulungan daun emas yang juga dipahat mantra dan gambar vajra pada bagian permukaannya. Posisi dari peninggalan arkeologi Candi Muara Takus dapat dilihat pada Gambar 6 dengan denah bangunan utama candi pada Gambar 7.

Upload: lyngoc

Post on 17-Sep-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

41

DATA DAN ANALISIS

Aspek Kesejarahan Kawasan

Penelusuran Bentuk dan Fungsi Arsitektural Situs

Muara Takus berasal dari nama sebuah anak sungai bernama Takus yang

bermuara di Batang Sungai Kampar Kanan. Nama Muara Takus berasal dari kata

“Muara” dan “Takus”, dimana, kata “Muara” berarti suatu tempat dimana

sebuah sungai mengakhiri alirannya ke laut atau ke sungai yang lebih besar,

sedangkan “Takus” berasal dari bahasa Cina “takuse” yang artinya “TA”= besar,

“KU”= tua, dan “SE”= candi. Jadi pengertian keseluruhan dari nama “Muara

Takus” adalah candi tua besar yang terletak di muara sungai.

Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan

batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa bertahta oleh

komunitas Budhis. Ciri utama yang menunjukkan bahwa Candi Muara Takus

merupakan bangunan suci dalam agama Budha adalah dari keberadaan stupanya.

Arsitektur bangunan stupa yang ada pada Candi Muara Takus sangat unik karena

tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia. Bentuk stupa tersebut yaitu ornamen

sebuah roda dan kepala singa. Bentuk stupa memiliki kesamaan dengan stupa

Budha di Myanmar, stupa di Vietnam, Sri Lanka atau stupa kuno di India pada

periode Asoka.

Berdasarkan hasil penelitian arkeologi tahun 1994, peninggalan arkeologi

di kawasan Candi Muara Takus terdiri atas pagar keliling, Candi Tua, Candi

Bungsu, Candi Mahligai, Candi Palangka, Bangunan I, Bangunan II, Bangunan

III, Bangunan IV, Bangunan VII, dan Tanggul kuno. Selain bangunan, benda-

benda bersejarah lain juga ditemukan di dalam kawasan Candi Muara Takus yaitu

berupa fragmen arca singa, fragmen arca gajah pada puncak candi Mahligai,

inskripsi mantra dan pahatan vajra, serta gulungan daun emas yang juga dipahat

mantra dan gambar vajra pada bagian permukaannya. Posisi dari peninggalan

arkeologi Candi Muara Takus dapat dilihat pada Gambar 6 dengan denah

bangunan utama candi pada Gambar 7.

Page 2: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

42

Gambar 6. Lokasi Peninggalan Arkeologi di Kawasan Candi Muara Takus.

(Sumber: Digambar ulang dari Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni Budaya Kampar, 2007)

Gambar 7. Denah Bangunan Utama Candi Muara Takus.

(Sumber: Digambar ulang dari Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni Budaya Kampar, 2007)

Page 3: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

43

Peninggalan arkeologis yang ada dalam kawasan Candi Muara Takus tidak

semua dapat diidentifikasi fungsinya. Hal ini dikarenakan sebagian bangunan saja

tidak memiliki kelengkapan struktur. Peninggalan-peninggalan yang masih dapat

diketahui fungsinya adalah pagar keliling, Candi Tua, Candi Bungsu, Candi

Mahligai, Candi Palangka, bangunan I dan II, bangunan III, bangunan IV,

bangunan V dan VI, bangunan VII, dan Tanggul Kuno (Arden Wall). Deskripsi

tiap-tiap bangunan dijelaskan sebagai berikut.

1. Pagar Keliling

Pagar terbuat dari balok-balok batu pasir berbentuk bujur sangkar dengan

ukuran 74 m x 74 m dan berorientasi Barat Laut – Tenggara. Pagar tersebut

mengelilingi bangunan Candi Muara Takus, dengan ketinggian 1 meter dan

lebar + 1,20 meter (Gambar 8). Pada bagian utara pagar terdapat pintu masuk

menuju kawasan utama Candi Muara Takus. Keberadaan pagar keliling dalam

bangunan berperan sebagai batas pemisah sektor dalam suatu kawasan

percandian yang memiliki beberapa kadar kesakralan atau kesucian yang

berbeda dan bertingkat. Area di dalam batas pagar batu keliling merupakan

bagian paling penting dan suci. Hal ini didukung pula dengan penemuan sisa

stupa terbesar pada kawasan tersebut.

Gambar 8. Pagar Keliling Kawasan Candi Muara Takus

(Sumber : Survei Lapangan, 2010)

2. Candi Tua

Candi Tua merupakan candi yang terbesar di kawasan Candi Muara Takus.

Bangunan ini terbuat dari batu bata cetak dan batu pasir (tuff) dan terletak

U

Page 4: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

44

sebelah utara Candi Bungsu. Candi Tua berukuran 32,80 m x 21,80 m dengan

tinggi 8,50 m (Gambar 9). Pada sisi timur dan barat terdapat tangga yang

menurut perkiraan dihiasi stupa, sedangkan pada bagian bawah dihiasi patung

singa dalam posisi duduk. Bangunan ini mempunyai 36 sisi dan terdiri dari

bagian kaki I, bagian kaki II, bagian tubuh dan puncak. Namun, bagian

puncaknya telah rusak dan batu-batunya banyak yang hilang. Volume Candi

Tua adalah 2.235 m3 yang terdiri dari 2.028 m

3 bagian kaki, 150 m

3 bagian

tubuh, dan 57 m3 bagian puncak.

Berdasarkan sejarah kawasan, pada bagian atas candi diperkirakan berdiri

sebuah stupa yang sangat besar. Namun, saat ini yang tersisa hanya bagian

dasarnya saja sehingga tidak dapat memberi petunjuk yang berkaitan dengan

bentuk dari stupa tersebut. Dilihat dari bentuk denah candi yang bertingkat

dan memiliki ragam segi, susunan ini mengingatkan pada struktur sebuah

“yantra”. Yantra adalah alat pembantu dalam ritual Tantrayana.

Jenis “yantra” yang menjadi patokan dalam pembangunan candi ini belum

dapat dipastikan. Tetapi, Ciri utama bangunan berupa ukuran yang sangat

besar, adanya dua tangga masuk di sisi barat dan timur serta keberadaan

selasar yang cukup memadai untuk melakukan ritual pradaksina menandakan

bahwa bangunan candi tua adalah candi utama dalam kawasan ini. Pradaksina

adalah ritual Buddhist yang dilakukan dengan cara berjalan mengelilingi stupa

dengan mengikuti arah jarum jam.

Gambar 9. Candi Utama di Kawasan Percandian Muara Takus

(Sumber: Digambar ulang dari Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni Budaya Kampar, 2007)

(a) Candi Tua (b) Denah Candi Tua

Page 5: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

45

3. Candi Bungsu

Candi Bungsu terletak di sebelah barat Candi Mahligai. Bangunannya

terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) pada bagian depan dan batu

bata pada bagian belakang. Candi Bungsu berbentuk empat persegi panjang

dengan ukuran 7,50 x 16,28 m, dan tinggi (setelah dipugar) 6,20 m dari

permukaan tanah, serta volumenya 365,80 m3. Candi bungsu memiliki

struktur kepurbakalaan yang unik, karena pada bangunan terdapat dua karakter

susunan stupa yang terletak pada satu platform (Gambar 10a). Pada bagian

selatan platform terdapat sisa bangunan menunjukan pada platform tersebut

terdapat sebuah stupa besar yang dikelilingi oleh 8 stupa yang lebih kecil.

Gambaran ini memiliki kesamaan konfigurasi dengan yantra dari India, salah

satu pusat penyebaran agama Budha.

Pada bagian selatan platform Candi Bungsu, terlihat denah stupa tunggal

(Gambar 10b). Bagian kaki yang menopang stupa saat ini sudah tidak terlihat.

Pada platform Candi Bungsu hanya terdapat satu tangga naik, yaitu di bagian

utara candi. Hal ini diperkirakan terkait erat dengan runutan prosesi upacara

ritual keagamaan yang pernah dilakukan dalam kawasan.

Gambar 10. Candi Bungsu Memiliki Struktur Kepurbakalaan yang Unik

(Sumber: Digambar ulang dari Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni Budaya Kampar, 2007)

4. Candi Mahligai

Bangunan Candi Mahligai berbentuk bujur sangkar berukuran 10,44 x

10,60 m. Tingginya sampai ke puncak 14,30 m yang berdiri di atas pondamen

(a) Candi Bungsu (b) Denah Dua Platform Candi

Bungsu

Page 6: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

46

segi delapan (astakomas) dan bersisikan sebanyak 28 buah. Pada alasnya

terdapat teratai berganda. Di tengahnya menjulang menara. Berdasarkan

penelitian Cornet De Groot (1860), pada bagian puncak candi diperkirakan

terdapat makarel tetapi tidak ditemukan. Selain itu, De Groot menemukan

patung singa dalam posisi duduk pada setiap sisi candi. Di sebelah timur

terdapat teras bujur sangkar dengan ukuran 5,10 x 5,10 m dan di depannya

terdapat sebuah tangga. Volume bangunan Candi Mahligai adalah 423,20 m3.

Candi Mahligai adalah candi dengan kelengkapan struktur bangunan

paling baik jika dibandingkan dengan candi-candi lainnya. Keunikan candi

terdapat pada bentuknya yang seperti menara. Ahli sejarah memperkirakan

pada puncak menara terdapat stupa dan kelengkapan lainnya. Sedangkan, pada

bagian dasarnya dengan mengacu pada struktur dasar stupa agama Budha

candi Mahligai memiliki badan menara yang ditopang oleh pelipit berbentuk

kelopak lotus. Candi Mahligai dengan kelengkapan strukturnya dapat dilihat

pada Gambar 11.

Gambar 11. Candi Mahligai dengan Kelengkapan Strukturnya.

(Sumber: Digambar ulang dari Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni Budaya Kampar, 2007)

Bentuk fisik dari struktur Candi Mahligai stupa telah banyak mengalami

perubahan, tetapi konsep yang disimbolkan oleh candi tersebut tidak berubah.

Peran candi Mahligai sebagai stupa membuat tingkat peranan candi cukup

penting tetapi belum sebanding dengan peranan dan fungsi candi utama. Hal

ini didukung oleh fakta penggunaan figur minor dalam ikonografi Budha yang

(b) Tampak Depan

(c) Tampak Atas (a) Candi Mahligai

Page 7: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

47

ditempatkan di bagian puncak candi. Meskipun demikian, penemuan inskripsi

yang berisi mantra berbingkai wajra pada bagian depan candi Mahligai

menyatakan bahwa candi tersebut juga berperan dalam ritual-ritual keagamaan

yang dilakukan masyarakat Budhis pada masa lampau, khususnya aliran

Mahayana-Wajrayana, atau aliran Tantrayan-Mantrayana yang sering

melakukan ritual dengan banyak mantra.

5. Candi Palangka

Bangunan Candi Palangka terletak 3,85 meter sebelah timur Candi

Mahligai dan terbuat dari bata merah. Candi ini adalah candi terkecil di

kawasan Candi Muara Takus. Di bagian sebelah utara terdapat tangga dalam

keadaan rusak, sehingga tidak diketahui bentuk aslinya. Kaki candinya

berbentuk segi delapan dengan sudut banyak berukuran panjang 6,60 m, lebar

5,85 m dan tinggi 1,45 m dari permukaan tanah dengan volume 52,90 m3.

Candi Palangka yang terdiri dari Bagian Kaki dan Tubuh Candi dapat dilihat

pada Gambar 12.

Gambar 12. Candi Palangka yang terdiri dari Bagian Kaki dan Tubuh Candi.

(Sumber: Digambar ulang dari Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni Budaya Kampar, 2007)

Relung-relung penyusunan batu candi ini tidak sama dengan dinding

Candi Mahligai. Sebelum dipugar bagian kaki Candi Palangka terbenam + 1

meter. Candi Palangka mulai dipugar pada tahun 1987 dan selesai tahun 1989.

(a) Candi Palangka (b) Kawasan Bangunan Utama

Page 8: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

48

Pemugaran dilaksanakan hanya pada bagian kaki dan tubuh candi karena

bagian puncaknya waktu ditemukan tahun 1860 sudah tidak ada lagi.

6. Bangunan I dan II

Terdapat disebelah timur Candi Tua. Bangunan terdiri dari gundukan

tanah yang menutup sisa-sisa reruntuhan bangunan. Bangunan I terbuat dari

balok-balok batu pasir dan memiliki dua lubang dalam onggokan tanahnya.

Bangunan ini diperkirakan berfungsi sebagai tempat pembakaran jenazah.

Dimana, lubang pertama berfungsi sebagai pintu masuk bagi jenazah yang

akan di kremasi sementara lubang kedua berfungsi untuk tempat

mengeluarkan abu dari jenazah tersebut.

Bangunan II terletak di sebelah selatan Bangunan I. Bangunan tersebut

merupakan bekas pondasi bangunan yang terbuat batu pasir (tuff) berbentuk

segi empat. Saat ini bangunan tersebut sudah tidak tersisa lagi, yang tampak

hanya gundukan tanah. Kondisi struktur bangunan yang minim membuat

fungsi bangunan sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Gambar 13.

Menunjukan kondisi dari Bangunan I dan Bangunan II saat ini.

Gambar 13. Banguan Bersejarah yang Tidak Berbentuk Candi.

(Sumber : Survei Lapangan, 2010)

7. Bangunan III

Bangunan ini terletak 135 m di sebelah barat Candi Mahligai dan berada di

luar pagar keliling. Bangunan III ini berbentuk segi empat dengan ukuran 3 m

(a) Bangunan I (b) Bangunan II

Page 9: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

49

x 2,40 m, dikelilingi oleh pagar dari batu bata dengan ukuran 4,92 m x 5,94 m,

dan tidak ada pintu masuk. Volume bangunan 12,90 m3 dan volume pagar

3,40 m3. Bagian tubuh bangunan rata, tidak memiliki pelipit. Bagian kaki

mempunyai tonjolan di dua sisi sebelah barat laut dan barat daya. Bangunan

ini selesai dipugar tahun 1983 bersamaan dengan selesainya pemugaran Candi

Mahligai. Berdasarkan penelitian 1994 bangunan III belum diketahui

fungsinya namun diperkirakan berkaitan dengan upacara pengambilan air

yang digunakan dalam upacara keagaman di Candi Muara Takus.

8. Bangunan IV

Bangunan ini terletak 298 m di sebelah barat laut Candi Mahligai dan

berada di tengah hutan karet. Bangunan ini ditemukan pada eskavasi tahun

1983, dan disertai dengan penemuan fragmen tangkai cermin perunggu dan

pecahan keramik Cina di sela-sela struktur lantai Bangunan IV yang terbuat

dari susunan bata. Bangunan IV diduga adalah bekas lantai kolong dari sebuah

rumah panggung yang penghuninya berasal dari kalangan atas. Kemungkinan

bangunan ini adalah sisa permukiman, namun tidak menutup kemungkinan

bahwa cermin perunggu yang ditemukan adalah cermin perunggu yang

dipakai sebagai salah satu ritual pendeta Budha. Bangunan ini telah tertutup

tanah sehingga tidak terlihat lagi.

9. Bangunan V dan VI

Dua bangunan ini terletak 334 meter sebelah barat pusat Candi Mahligai

dan berada di seberang Sungai Kampar. Dua bangunan ini ditemukan ketika

dilakukan penggalian. Keadaannya hanya tinggal pondasi dan tubuh. Bagian

puncak sudah rusak dan roboh.

10. Bangunan VII

Bangunan VII terletak di sebelah utara Sungai Umpamo berupa struktur

lantai bata. Menurut informasi Malik dan Hasmi, staf teknis pemugaran Candi

Tua, di sebelah utara jembatan Sungai Umpamo pernah ditemukan struktur

Page 10: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

50

lantai bata. tetapi tahun 1994 Bangunan VII sudah tidak dapat dilihat lagi

karena rusak akibat kegiatan pembangunan jalan

11. Tanggul Kuno (Arden Wall)

Tanggul kuno berjarak ± 20 m dari tepi timur Sungai Kampar Kanan.

Berdasarkan penelitian tahun 1982, tanggul tersebut diperkirakan adalah pagar

kedua yang melindungi kawasan situs dari luapan Sungai Kampar Kanan di

saat hujan atau saat terkena pasang. Bentuk denah dari tanggul kuno adalah

temu gelang dengan panjang keliling 4,19 Km. Struktur tanggul kuno terbuat

dari gabungan tanah yang dipadatkan dengan rangkaian krikil dan batu bata

(Gambar 14).

Pada awal tahun 1992 Tokyo Electric Power Limited melaksanakan

kegiatan pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air, pembangunan

tersebut merupakan program pemerintah yang bekerja sama dengan

pemerintah Jepang. Dalam pelaksanaannya, dibangun sebuah bendungan

sehingga terbentuk waduk. Waduk tersebut telah menenggelamkan sejumlah

desa di sekitar Muara Takus serta sisi utara tanggul kuno sepanjang 525,5 m.

Gambar 14. Batas Tanggul Kuno yang Terbuat dari Tanah

(Sumber : Survei Lapangan, 2010)

Candi Muara Takus sebagai peninggalan arkeologis dari masa kejayaan

Kerajaan Sriwijaya dapat diklasifikasikan menjadi bangunan utama (major

Page 11: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

51

features), bangunan pendukung (minor features), batas dan ornamen. Identifikasi

feature arsitektur sejarah Candi Muara Takus dapat dilihat pada Tabel 7.

Table 7. Identifikasi Fitur Arsitektur Candi Muara Takus

Objek Sejarah Tipe/Gaya Usia Lokasi

1. Bangunan Utama

Candi Tua Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Sakral

Candi Bungsu Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Sakral

Candi Mahligai Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Sakral

Candi Palangka Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Sakral

Bangunan I Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Sakral

Bangunan II Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Sakral

2. Bangunan Pendukung

Bangunan III Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Sakral

Bangunan IV Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Madya

Bangunan VII Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Profan

3. Batas

Pagar Batu Keliling Vernakular Masa Klasik Madya Ruang Madya

Tangul Kuno Vernakular Masa Klasik Madya Ruang Madya

4. Ornamen

Stupa Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Sakral

Fragmen arca Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Sakral

Inskripsi mantra Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Sakral

Pahatan vajra Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Sakral

Pelataran Arsitektur Klasik Masa Klasik Madya Ruang Profan

Sumber : Hasil Analisis, 2010

Berdasarkan penggolongan fitur arsitekturnya kawasan Candi Muara

Takus memiliki tipe dan gaya arsitektur kalsik dengan pengaruh agama Budha

yang kuat pada arca dan stupanya. Usia bangunan cukup tua karena diperkirakan

dibangun pada masa klasik madya yaitu 900 M -1250 M (Pemerintah Daerah

Kabupaten Kampar, 2010). Berdasarkan gaya arsitektur dan usianya diketahui

bahwa kawasan Candi Muara Takus adalah bangunan suci yang menjadi pusat

penyebaran agama Budha yang pendiriannya berkaitan erat dengan Kerajaan

Sriwijaya. Hal ini juga didukung oleh bukti bahwa selain Candi Muara Takus

tidak ada lagi temuan kepurbakalaan Hindu-Budha di Sumatera yang menghadap

arah timur laut sebagaimana filosofi dalam ajaran Budha. Penggolongan fitur

arsitektur tersebut juga berperan dalam membentuk zona kesakralan dalam

kawasan. Zona tersebut terdiri dari tiga ruang utama dengan tingkatan kesakralan

yang berbeda yaitu ruang sakral, madya dan profan (Gambar 15).

Page 12: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

52

Page 13: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

53

Penelusuran Kesejarahan dan Signifikansi Situs

Candi Muara Takus pertama kali ditemukan oleh Cornet De Groot pada

tahun 1860 yang ditulis dalam buku yang berjudul “Koto Candi”. Buku tersebut

banyak menarik perhatian para ahli sehingga dilakukan beberapa penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa Candi Muara Takus adalah

peninggalan abad XII yang berkaitan erat dengan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan

Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang ibukotanya selalu berpindah-pindah.

Pemilihan suatu ibukota biasanya dikaitkan dengan masalah perdagangan,

keamanan dan lain sebagainya. Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan

besar di Nusantara dan diperkirakan berdiri dari abad 7–13 M. Wilayah kekuasaan

Kerajaan Sriwijaya terbentang dari Thailand Selatan dan Semenanjung Melayu di

utara, sampai ujung Selatan Pulau Sumatera, bahkan menyerang Pulau Jawa.

Sejarah yang terkait dengan Kerajaan Sriwijaya menjadi polemik yang

berkepanjangan diantara ahli sejarah dan arkeolog. Letak ibukotanya telah

menjadi bahan perdebatan sejak awal abad 20 M. Sejarah mengungkapkan bahwa

terdapat beberapa tempat yang memiliki kemungkinan pernah menjadi ibukota

Kerajaan Sriwijaya. Tempat tersebut diantaranya Palembang, Jambi dan Riau.

Alasan ketiga tempat tersebut berpotensi menjadi ibukota Kerajaan Sriwijaya

adalah letak geografis kawasan, keberadaan sungai besar sebagai jalur transportasi

air, serta ditemukannya peninggalan arkeologis yang se-zaman dengan masa

pemerintahan Kerajaan Sriwijaya.

Analisis makna kekhususan dan keunikan pada kawasan Candi Muara

Takus dilakukan untuk menentukan tindakan, perlakuan atau treatment pelestarian

yang akan dilaksanakan (Tabel 8 dan Tabel 9). Semakin tinggi makna kekhususan

sejarah dan tingkat keunikannya maka semakin penting dilakukan suatu tindakan

pelestarian terhadap suatu lanskap budaya. Tindakan pelestarian merupakan upaya

atau cara untuk mempertahankan serta mendukung keutuhan bentuk dan karakter

lanskap budaya. Pelestarian berperan dalam melindungi nilai, warisan atau

peninggalan masa lampau terhadap perubahan dan segala sesuatu yang

membahayakan keberadaan serta kelestarian lanskap budaya.

Suatu wilayah atau kawasan harus memenuhi persyaratan tertentu untuk

dapat dikategorikan memiliki makna kekhususan dan keunikan yang tinggi. Harris

Page 14: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

54

dan Dines (1988), menetapkan beberapa tipikal dasar yang dapat menentukan

tingkat kekhususan dan keunikan suatu lanskap sejarah.

Tabel 8. Hasil Evaluasi Makna Kekhususan Sejarah dari Suatu Lanskap

Tipikal Tinggi Sedang Rendah

Tata guna lahan √

Persepsi terhadap topografi √

Hubungan spasial √

Pola sirkulasi √

Tipe struktur √

Penempatan struktur √

Kualitas estetik √

Sumber : Hasil Analisis, 2010

Keterangan

Tinggi : Memikili karakter yang berbeda dengan lanskap lainnya dan terkait

dengan nilai atau norma dalam ajaran tertentu

Sedang : Memikili karakter yang berbeda dan hanya ada ditempat tersebut

Rendah : Memiliki kesamaan karakter dengan beberapa tempat lainnya

Berdasarkan tipikal makna kekhususannya dapat disimpulkan bahwa

Kawasan Candi Muara Takus memiliki nilai historikal yang tinggi sehingga perlu

dilestarikan keberadaannya. Pada kawasan percandian terdapat suatu aturan

tatanan lanskap yang terkait dengan nilai dan norma dalam ajaran agama Budha.

Aturan tersebut diaplikasikan pada perilaku terhadap topografi, tata guna lahan,

pola sirkulasi serta penempatan struktur dalam lanskap sehingga tercipta

hubungan spasial yang khas dan berbeda yaitu berdasarkan tingkat kesucian dan

kepentingannya. Tipe struktur candi serta ornamen-ornamen pendukung yang

dalam kawasan juga memiliki karakter khusus, dimana struktur dan ornamen

dipengaruhi oleh aliran Budha Mahayana serta memiliki kemiripan dengan

kawasan Angkor Wat, Kamboja. Karakter tersebut menyebabkan Candi Muara

Takus berbeda dengan candi-candi lainnya yang ada di nusantara sehingga dilihat

dari kekhususan maknanya Candi Muara Takus juga memiliki nilai kualitas

estetik lanskap yang tinggi.

Page 15: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

55

Tabel 9. Evaluasi Makna Keunikan Sejarah dari Suatu Lanskap

Tipikal Tinggi Sedang Rendah

Kualitas estetik √

Inovasi teknologi √

Asosiasi kesejarahan √

Integritas Kawasan √

Sumber : Hasil Analisis, 2010

Berdasarkan tipikal makna keunikannya dapat disimpulkan bahwa

Kawasan Candi Muara Takus memiliki tingkat keunikan yang tinggi. Bentukan

arsitektur bangunan candi yang kawasan mencirikan bahwa pada masa

pembuatannya masyarakat telah mengenal inovasi teknologi dan nilai estetika

suatu kawasan atau lanskap. Berdasarkan penilaian faktor kekhususan dan

keunikan diketahui bahwa kawasan Candi Muara Takus memiliki nilai yang

tinggi. Oleh karena itu, penting dilakukan suatu tindakan pelestarian terhadap

suatu lanskap sejarah budaya.

Kondisi Peninggalan Situs Candi Muara Takus

Berdasarkan survei lapang (2010), diketahui bahwa jenis, jumlah dan

lokasi struktur yang ditemukan dalam kawasan bangunan utama Candi Muara

Takus sampai saat ini tidak mengalami perubahan dan tetap dipelihara dengan

baik. Namun tidak demikian halnya dengan bangunan yang berada dalam batas

wilayah tanggul kuno. Batas fisik tanggul kuno dan ornamen-ornamen yang ada

dalam kawasan candi mulai mengalami kerusakan. Penyebabnya adalah

pembangunan PLTA Koto Panjang yang telah menenggelamkan 1/3 bagian

kawasan (Gambar 16) dalam batas tanggul kuno. Kondisi feature arsitektur

sejarah yang ada dalam kawasan Candi Muara Takus dapat dilihat pada Tabel 10.

Degradasi fisik peninggalan arkeologis dalam situs Candi Muara Takus tidak

hanya disebabkan oleh PLTA Koto Panjang. Pemindahan fragmen dan arca-arca

serta adanya pembangunan struktur pendukung yang tidak sesuai dengan tema

arkeologis juga berperan dalam menurunkan integritas lanskap dalam kawasan

situs tersebut.

Page 16: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

56

Page 17: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

57

Table 10. Evaluasi Kondisi Arsitektur Sejarah Candi Muara Takus

Objek Sejarah Kondisi

Baik Sedang Rusak

1. Bangunan Utama

Candi Tua √

Candi Bungsu √

Candi Mahligai √

Candi Palangka √

Bangunan I √

Bangunan II √

2. Bangunan Pendukung

Bangunan III √

Bangunan IV √

Bangunan VII √

3. Batas

Pagar Batu Keliling √

Tangul Kuno √

4. Ornamen

Stupa √

Fragmen arca √

Inskripsi mantra √

Pahatan vajra √

Pelataran √

Sumber : Hasil Analisis, 2010

Keterangan

Baik : Struktur bangunan baik dan lanskap kawasan tidak mengalami

perubahan.

Sedang : Sebagian struktur bangunan hilang atau dipindah tempatnya tetapi

bentuk asli banguanan belum berubah.

Rusak : Struktur bangunan mengalami degradasi fisik dan lanskap kawasan

telah berubah dari kondisi aslinya.

Analisis aspek kesejarahan menghasilkan peta kesejarahan kawasan yang

terdiri dari ruang yang harus diproteksi karena nilai dan karakteristik

kesejarahannya tinggi, kawasan yang mendapat perbaikan khususnya pada area

terdapatnya peninggalan situs Candi Muara Takus serta kawasan yang nilai

kesejarahannya rendah (profan) potensial sebagai pendukung wisata. Peta tersebut

(Gambar 17) diperoleh dari overlay peta tingkat kesakralan kawasan dan kondisi

kawasan setelah pembangunan PLTA Koto Panjang.

Page 18: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

58

Page 19: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

59

Aspek Religi pada Situs Candi Muara Takus

Filosofi Terkait Situs Candi Muara Takus

Pada suatu kawasan percandian terdapat suatu aturan tatanan lanskap yang

terkait dengan nilai dan norma dalam ajaran agama. Pada Candi Muara Takus,

aturan tatanan lanskap tersebut diaplikasikan dengan adanya pembagian ruang

berdasarkan tingkat kesucian yang juga mempengaruhi fungsi utama dari ruang

tersebut. Area atau ruang yang dianggap suci biasanya diletakkan pada posisi

paling belakang, posisi tengah atau posisi yang paling tinggi. Berdasarkan analisa

peninggalan arkeologis maka dapat disimpulkan bahwa kawasan percandian

merupakan areal utama dari seluruh kawasan. Hal ini ditandai dengan adanya

pagar keliling yang melindungi kawasan serta bangunan utama yaitu Candi Tua.

Pada kawasan percandian aliran Budha Mahayana biasanya terdapat

bermacam-macam bangunan yaitu mandapa, perpustakaan, wihara, asrama biksu,

stupa tanpa ruang dalam beragam ukuran serta bangunan utama berisai arca

Budha dan Bodhisatwa. Bangunan tersebut menempati sebuah lahan yang dibagi

secara seksama. Namun, saat ini kawasan percandian yang memiliki kelengkapan

struktur tidak ditemukan di nusantara. Refrensi hanya dapat dilihat pada situs-situs

yang menyebar di Asia Daratan.

Pada kawasan Candi Muara Takus, sebagian besar bangunan peribadatan

sudah tidak ditemukan lagi. Perubahan tatanan lanskap tersebut terjadi karena

setelah keruntuhan kerajaan Sriwijaya areal tersebut dikuasai kerajaan-kerajaan

lainnya. Masuk dan menyebarnya agama Islam juga memberi kontribusi dalam

perubahan tatanan lanskap sekitar kawasan. Modernisasi dan status kepemilikan

lahan kawasan oleh masyarakat juga merubah struktur tatanan lanskap kawasan

sehingga keaslian dan integritasnya terdegradasi.

Ritual Keagamaan dan Lokasi Pelaksanaannya

Agama Budha memilki empat perayaan utama yaitu Maghapuja, Asadha,

Khatnia, dan Waisak. Pada saat perayaan utama, para pemeluk agama Budha

biasanya melakukan ritual atau upacara keagamaan di vihara dan candi. Demikian

halnya pada Candi Muara Takus. Saat jatuh tanggal perayaan utama para pemeluk

Page 20: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

60

agama Budha akan datang dan melakukan kegiatan ritual dalam kawasan. Gambar

18 adalah gambaran ritual keagamaan yag dilakukan oleh pemeluk agama Budha

di kawasan Candi Muara Takus.

Gambar 18. Ritual Keagamaan di Candi Tua oleh Komunitas Budhis

(Sumber: Vihara Dharmaloka Pekanbaru Riau, 2010)

Ritual keagamaan dalam kawasan Candi Muara Takus diawali dengan

posesi pengambilan air suci dari sumber mata air murni yang ada pada kawasan

oleh para biksu majelis. Ritual tersebut dikenal sebagai ritual air berkah (Gambar

19). Sebelum melakukan pengambilan air suci para biksu tersebut akan

melakukan puja bakti bersama di altar Candi Muara Takus. Kemudian secara

bergantian para biksu tersebut membawa kendi ke mata air murni untuk diisi air

dengan air suci. Air suci tersebut kemudian dibawa ke candi utama dalam

kawasan Candi Muara Takus yaitu Candi Tua. Air suci akan didoakan dan

dibagikan kepada umat Budha. Dalam agama Budha air adalah unsur alam utama

dalam kehidupan manusia. Unsur alam membantu manusia membersihkan diri

dari kotoran batin yaitu kebodohan, keserakahan, dan kebencian.

Page 21: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

61

Gambar 19. Ritual Air Berkah

(Sumber: Vihara Dharmaloka Pekanbaru Riau, 2010)

Setelah pengambilan ritual air suci maka dilakukan ritual Pindatapa, yaitu

pemberian bahan makanan kepada para biksu oleh umat. Alansan utama

dilakukannya ritual tesebut adalah para biksu agama Budha mengabdikan hidup

mereka sepenuhnya tanpa memiliki mata pencaharian yang lain. Setelah

pelaksanaan ritual Pindatapa, biksu dan umat bersemadi di pelataran bangunan

utama sampai pada detik-detik bulan purnama. Penentuan bulan purnama

dilakukan berdasarkan pada perhitungan falak. Puncak purnama bisa terjadi pada

siang hari. Selain ketiga ritual pokok tersebut, perayaan utama juga diisi dengan

pradaksina, pawai dan kesenian tradisional. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan

pada ruang terbuka dalam kawasan candi. Lokasi pelaksanaan tiap-tiap ritual pada

kawasan Candi Muara Takus dapat dilihat pada Gambar 20.

Alur ritual keagamaan dan lokasi pelaksanaan ritual dalam analisis aspek

religi berperan dalam memetakan tempat melakukan ritual utama dalam kawasan

Candi Muara Takus. Ruang yang terbentuk terdiri dari ruang memiliki tingkat

kesakralan (kesucian) yang tinggi sehingga perlu diproteksi/dilestarikan dan ruang

yang tidak terkait langsung dengan kegiatan ritual keagamaan. Pengembangan

ruang memiliki tingkat kesakralan tinggi dalam penelitian ini diarahkan untuk

mengakomodasi ritual keagamaan yang dilakukan para pemeluk agama Budha

pada kawasan. Sementara ruang yang tidak terkait dengan ritual keagamaan

pengembangannya diarahkan sebagai area pengembangan wisata budaya. Peta

yang terbentuk adalah peta religi kawasan (Gambar 21).

Page 22: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

62

Page 23: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

63

Page 24: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

64

Aspek Kepariwisataan

Potensi Lanskap Kawasan Candi Muara Takus

1. Topografi dan Kemiringan Lahan

Kawasan situs candi Muara Takus terletak pada ketinggian < 500 meter

dari permukaan laut dengan bentuk lahan relatif datar. Kemiringan lereng di situs

Candi Muara Takus didominasi kategori kemiringan 3-8 %. Sebaran dari kelas

lereng di dalam kawasan dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 22.

Tabel 11. Distribusi Kelas Lereng dalam Kawasan Candi Muara Takus

KELAS KEMIRINGAN (%) LUAS

Ha %

1. Datar 0 – 3 31.20 33.02

2. Landai 3 – 8 35.72 37.80

3. Agak Curam 8 – 15 27.50 29.18

JUMLAH 94.5 100.0

Sumber : Hasil Survei Lapang, 2010

Berdasarkan segi visual tapak, topografi seperti ini biasanya memberikan

kesan yang monoton. Namun, berdasarkan ketinggian topografinya, bangunan

utama candi berada pada titik yang paling tinggi dalam kawasan, sehingga

menjadi fokus utama yang dapat dilihat dari berbagai penjuru. Peletakan posisi

candi tersebut berdasarkan sumber sejarah memiliki makna yaitu untuk

mendekatkan diri dengan tempat para dewa bertahta atau tempat yang suci.

Topografi kawasan erat kaitannya dengan kemiringan lahan. Kemiringan

merupakan bentukan lahan suatu lanskap berdasarkan perbedaan tingkat

ketinggian lahan. Berdasarkan analisis data lapangan diketahui bahwa kawasan

perencanaan memiliki kelas lerengnya cenderung landai. Area yang datar

mendominasi kawasan bangunan utama. Sementara, semakin mendekati muara

sungai Kampar Kanan, lahan daratan semakin landai membentuk cekungan.

Keragaman kemiringan sangat mendukung pengembangan kawasan sebagai

kawasan wisata budaya. Kondisi topografi dan kemiringan lahan penting untuk

diketahui karena menjadi dasar dalam pembangunan akses jalan utama,

penempatan utilitas wisata dan untuk mendapatkan kawasan wisata yang nyaman

bagi pengunjung.

Page 25: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

65

Page 26: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

66

2. Tata` Guna Lahan Kawasan

Luas total dari kawasan Candi Muara Takus adalah berdasarkan survei

lapangan tahun 2010 adalah ± 94,5 Ha. Penggunaan lahan dalam kawasan Candi

Muara Takus terbagi dalam dua bagian utama, yaitu lahan darat ± 56.44 m² dan

danau PLTA Koto Panjang ± 38.06 m². Persentasi dan luasan dari masing-masing

fungsi penggunaan lahan yang terdapat pada kawasan Candi Muara Takus dapat

dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 23.

Tabel 12. Penggunaan Lahan dalam Kawasan Candi Muara Takus

No Peruntukan Luas

(m²) (%)

1. Bangunan Situs Candi 3.26 3.45

2. Hutan Sekunder 34.21 36.21

3. Kebun Sawit dan Karet 17.25 18.25

4. PLTA Koto Panjang 38.06 40.27

6. Fasilitas Wisata Eksisting 1.72 1.82

JUMLAH 94.5 100.0

Sumber : Hasil Survei Lapang, 2010

Berdasarkan penelusuran sejarah diketahui bahwa kawasan adalah pusat

peribadatan agama Budha yang dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan

Sriwijaya. Pusat peribadatan biasanya tata guna lahan kawasan terdiri dari

bangunan candi, pesanggrahan raja ketika berkunjung, kawasan pendeta, tempat

pembakaran mayat, serta tempat penyimpanan harta kerajaan. Namun, sebagian

bangunan yang ada pada kawasan tidak memiliki kelengkapan struktur sehingga

menyulitkan proses identifikasi.

Perkembangan zaman telah menyebabkan perubahan status kepemilikan

lahan kawasan. Sejak keruntuhan kerajaan Sriwijaya kawasan tersebut dikuasai

oleh beberapa kerajaan lain. Masuk dan menyebarnya agama Islam juga memberi

kontribusi dalam perubahan tatanan lanskap dan status kepemilikan kawasan situs.

Status kepemilikan sebagian kawasan situs saat ini dipengang oleh masyarakat

setempat. Hal ini menyebabkan beberapa permasalahan karena beberapa alih

fungsi lahan yang dilakukan masyarakat. Penggunaan lahan yang tidak sesuai

berpotensi merusak integritas lanskap sejarah, menghilangkan ciri khas eksisting

serta mendegradasi nilai budaya dalam kawasan.

Page 27: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

67

Page 28: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

68

Permasalahan yang muncul akibat alih fungsi lahan kawasan tidak hanya

disebabkan perubahan status kepemilikan kawasan yang dipegang masyarakat

setempat. Modernisasi dan komersialisasi kawasan sebagai tempat wisata tanpa

memperhatikan fungsi utama situs sebagai tempat peribadatan bagi pemeluk

agama Budha serta nilai dan norma yang berlaku dalam ajaran Budha juga

berpeluang mendegradasi kondisi lanskap kawasan. Permasalahan yang muncul

akibat alih fungsi lahan kawasan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Permasalahan dan Solusi terkait Tata Guna Lahan Kawasan

No Permasalahan Solusi Perencanaan

1 Dalam kawasan Candi terdapat

beberapa pemukiman dan lahan

perkebunan milik penduduk

Pembebasan lahan sekitar kawasan

candi serta pemberian batas yang

jelas dan area pengangga.

2 Penduduk memanfaatkan lahan

dalam kawasan (area fasilitas

pendukung wisata) sebagai area

pengembalaan ternak

Perbaikan batas fisik (Tanggul

Kuno) pada kawasan untuk

mencegah ternak penduduk masuk

ke dalam kawasan Candi Muara

Takus.

3 Pembangunan infrastruktur wisata

yang tidak memperhatikan nilai

arkeologis pada kawasan

Relokasi beberapa infrastruktur

yang letaknya telalu dekat dengan

situs candi Muara Takus

4 Keberadaan PLTA Koto Kampar

pada sungai Kampar Kanan yang

berpotensi menenggelamkan

kawasan Candi Muara Takus.

Pengaturan standar tinggi muka air

pada tanggul PLTA agar tidak

merendam sebagian kawasan

khusunya pada musim penghujan.

5 Pembagian zona dalam kawasan

tidak jelas sehingga beberapa

bangunan candi diluar kawasan

bangunan utama terbengkalai atau

tidak terlindungi.

Penataan zona dalam kawasan serta

pembuatan protect area pada titik

banguanan-banguanan pendukung

kawasan Candi Muara Takus.

6 Konflik kepemilikan lahan Pembebasan lahan kawasan situs

Sumber : Hasil Analisis, 2010

Permasalahan-permasalahan yang sering terjadi pada kawasan sejarah dan

budaya erat kaitannya dengan konflik kepemilikan lahan. Maka, diperlukan suatu

solusi yang dapat mengakomodasikan kepentingan ahli waris (masyarakat lokal

pemilik lahan dalam situs Candi Muara Takus) dan tujuan pemerintah kota dalam

Page 29: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

69

upaya merevitalisasi situs sejarah sehingga tetap lestari dan terjaga. Gambar 24

adalah tata guna lahan yang tidak mendukung situs arkeologis sehingga perlu

ditata kembali guna mendukung ekosistem kawasan dan situs Candi Muara Takus.

Gambar 24. Penyimpangan Tata Guna Lahan Kawasan Candi Muara Takus

(Sumber : Survei Lapangan, 2010)

(a) Kebun Sawit penduduk (b) Warung Semi Permanen

(c) Playground dan Taman (d) Ternak dalam Kawasan Situs

(e) Pembalakan Hutan Kawasan (f) Danau PLTA Koto Panjang

Page 30: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

70

3. Hidrologi

Sungai besar yang terdapat di kawasan Candi Muara Takus adalah sungai

Kampar Kanan. Tahun 1992, pada sungai Kampar Kanan dilakukan pembangunan

bendungan sehingga terbentuk waduk. Proyek ini merupakan proyek pembangkit

Listrik Tenaga Air hasil kerjasama pemerintah kota Kabupaten Kampar dengan

pihak Tokyo Electric Power Limited. Kondisi hidrologis, jumlah serta kualitasnya

air di Situs Candi Muara Takus cukup baik. Sungai Kampar Kanan di bagian barat

situs mengalir sepanjang musim. Pemanfaatan air sungai saat ini adalah untuk

keperluan budidaya pertanian, wisata serta untuk kehidupan sehari-hari bagi

masyarakat lokal. Selain itu, sungai juga dimanfaatkan sebagai sumber energi

listrik dan kegiatan transportasi bagi Kabupaten Kampar. Kondisi hidrologi dapat

dilihat pada Gambar 25.

Gambar 25. Bentukan Hidrologis di Kawasan Candi Muara Takus

(Sumber : Survei Lapangan, 2010)

Untuk melindungi situs Candi Muara Takus dari dampak negatif

hidrologis pada kawasan maka dilakukan beberapa alternatif tindakan yang

mendukung pelestarian, diantaranya yaitu:

Perbaikan dan perkuatan struktur Tanggul Kuno

Revitalisasi bagian Tanggul Kuno yang telah tenggelam

Pengaturan standar tinggi muka air PLTA Koto Panjang agar tidak

melebihi tinggi struktur Tanggul Kuno.

Badan air yang ada dalam kawasan situs Candi Muara Takus juga dapat

dimanfaatkan dalam pengembangan wisata. Badan air berfungsi sebagai akses

Page 31: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

71

penghubung antar objek dan atraksi wisata serta sebagai jalur interpretasi wisata

dalam kawasan.

4. Potensi Visual Tapak

Potensi visual yang ada pada tapak meliputi pemandangan ke arah dalam

bangunan utama Candi Muara Takus (dalam pagar 74x74 m), pemandangan ke

arah luar banguan utama kawasan candi namun masih di dalam tanggul kuno, dan

pemandangan ke luar tanggul kuno. Pemandangan tersebut dapat dikategorikan

sebagai good view dan bad view (Gambar 26).

Pemandangan yang termasuk dalam kategori good view diantaranya yaitu

pemandangan ke arah dalam kawasan Candi Muara Takus, pemandangan kearah

Danau PLTA dan Bukit Suligi serta pemandangan pada area bekas jembatan

Umpamo. Pemandangan ke arah kawasan Candi Muara Takus termasuk kategori

baik karena pengunjung dapat melihat bentuk dan keindahan arsitektural

bangunan utama yang masih terjaga keasliannya. Danau PLTA dan Bukit Suligi

dengan keindahan alaminya serta area bekas jembatan Umpamo tempat

pengunjung dapat menyaksikan aktivitas nelayan dan bongkar muat sawit. Good

view yang ada dalam dikawasan perencanaan akan dikembangkan untuk

mendukung pembangunan kawasan candi sebagai objek wisata budaya.

Pemandangan yang termasuk dalam kategori bad view adalah view ke arah

fasilitas wisata dalam kawasan yaitu warung-warung, toilet, children playground,

taman. Hal ini disebabkan karena desain fasilitas yang bergaya melayu kurang

sesuai dengan tema arkeologis pada kawasan Candi Muara Takus. Selain itu,

posisi fasilitas wisata yang terlalu dekat (dalam radius 100 mater) dengan kawasan

bangunan utama candi juga menjadi faktor pertimbangan dalam penentuan

kategori bad view tersebut. Pemandangan yang termasuk dalam kategori bad view

dalam pengembangan kawasan sebagai objek wisata budaya akan diminimalisasi

dengan merelokasinya ke tempat yang lebih sesuai yaitu ruang pendukung wisata

yang berjarak lebih dari radius 100 meter dari banguanan utama Candi Muara

Takus.

Page 32: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

72

Page 33: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

73

Objek dan Atraksi Wisata

Objek wisata utama yang ada dalam kawasan situs adalah bangunan Candi

Muara Takus dengan karakter yang khas serta bernilai budaya tinggi. Kondisi

bangunan candi saat ini cukup baik dan masih sangat alami. Pada kawasan

tersebut dapat terlihat suatu karya lanskap sejarah dan budaya masa lampau

dengan kekhasan dan keunikannya. Suasana paling menarik dapat dirasakan pada

saat perayaan hari-hari besar dalam agama Budha. Perayaan tersebut adalah

Maghapuja, Asadha, Khatnia, dan Waisak. Saat perayaan hari-hari besar peziarah

lokal maupun internasional dari komunitas Budhis akan datang untuk berdoa dan

melakukan ritual keagamaan di kawasan Candi Muara Takus. Perayaan biasanya

diisi dengan ritual keagamaan, pawai serta kesenian tradisional. Kegiatan tersebut

biasanya dilakukan pada ruang terbuka dalam kawasan candi.

Situs Candi Muara Takus sebagai objek wisata utama telah dilengkapi

fasilitas pendukung wisata yaitu area playground, taman kering, dermaga wisata,

panggung budaya, warung-warung dan toko souvenir. Namun, sebagai objek

wisata utama, situs Candi Muara Takus belum cukup menarik minat pengunjung

untuk datang ke dalam kawasan. Hal ini disebabkan dalam pengembangannya

situs Candi Muara Takus belum memanfaatkan potensi lokal kawasan.

Untuk menunjang kawasan wisata budaya Candi Muara Takus maka perlu

dikembangkan beberapa objek dan atraksi wisata lainnya diluar objek dan atraksi

yang telah ada saat ini. Objek dan atraksi yang akan dikembangkan disesuaikan

dengan potensi lanskap pada kawasan. Objek wisata yang akan dikembangkan

dalam kawasan dikelompokan menjadi objek material dan objek immaterial.

Objek material terdiri dari bangunan utama situs Candi Muara Takus, bangunan

pendukung candi, sumur mata air suci, sungai Kampar Kanan, bukit Suligi dan

hutan sekunder kawasan. Sementara objek immaterial terdiri dari sejarah terkait

kerajaan Sriwijaya, sejarah pendirian situs Candi Muara Takus serta legenda

mengenai desa-desa yang hilang setelah pembanguana PLTA Koto Panjang.

Atraksi wisata yang akan mendukung pengembangan situs candi adalah ritual

keagamaan yang bersifat temporal dan berbagai atraksi khas Kampar yang

dikelola oleh masyarakat setempat. Rincian dari objek dan atraksi yang akan

dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 27.

Page 34: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

74

Tabel 14. Objek dan Atraksi yang Akan Dikembangkan

No Objek dan Atraksi Wisata

A. Objek Material

1. Candi Muara Takus

- Candi Tua

- Candi Bungsu

- Candi Mahligai

- Candi Palangka

2. Bangunan pendukung candi

- Bangunan I dan II

- Bangunan III

- Bangunan VII

- Tanggul Kuno

3. Sumur Mata air suci

4. Sungai Kampar Kanan

5. Bukit Suligi

6. Hutan Sekunder Kawasan

B. Objek Immaterial

1. Sejarah Kerajaan Sriwijaya

2. Sejarah Candi Muara Takus

3. Legenda desa-desa yang hilang setelah adanya PLTA Koto Panjang

- Desa Pongkai

- Desa Muara Takus

- Desa Batu Bersurat

C. Atraksi Wisata Budaya

1. Ritual Keagamaan (Budha)

- Maghapuja

- Asadha

- Khatnia

- Waisak

2. Seni musik Calempong

3. Seni tari tradisional Kampar

4. Dzikir gubano (semacam Rebana)

Sumber : Hasil Analisis, 2010

Page 35: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

75

Page 36: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

76

Aksesibilitas

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi jaringan jalan diketahui

bahwa ketersediaan infrastruktur jalan di wilayah sekitar situs candi sudah cukup

memadai. Kawasan Candi Muara Takus dapat dicapai melalui transportasi darat

dan air (sungai Kampar Kanan). Jaringan infrastruktur transportasi darat menuju

kawasan Candi Muara Takus terdiri dari beberapa jaringan jalan berdasarkan

statusnya, yaitu jalan negara, jalan kabupaten dan jalan desa. Fisik jalan negara

telah menggunakan perkerasan aspal dengan kondisi bagus. Sementara kondisi

jalan kabupaten menuju lokasi Candi Muara Takus bisa dikatakan rusak dengan

permukaan berlubang disebabkan oleh truk pengangkut dari perkebunan kelapa

sawit. Jarak ± 300 meter menuju lokasi situs Candi Muara Takus dihubungkan

oleh jalan desa dengan yang kondisi bagus. Gambar 28 adalah gambaran kondisi

jalan menuju kawasan Candi Muara Takus saat ini.

Gambar 28. Kondisi Jalan Menuju Candi Muara Takus.

(Sumber : Survei Lapangan, 2010)

Selain jaringan jalan, transportasi juga menjadi bahan pertimbangan dalam

pengembangan kawasan wisata. Sarana transportasi yang dapat diakses menuju

situs Candi Muara Takus adalah kendaraan umum dan kendaraan pribadi.

Kendaraan umum yang beroperasi di daerah ini adalah jenis minibus. Dalam

sehari, tiap kendaraan umum hanya beroperasi satu trip perjalanan dengan jumlah

armada yang beroperasi berjumlah + 15 armada minibus (Masterplan Kawasan

Agropolitan Kecamatan XIII Koto Kampar, 2009). Sementara, sarana transportasi

air dapat ditempuh melalui Sungai Kampar. Saat ini yang menggunakan jalur

(a) Jalan Negara (c) Jalan Desa (b) Jalan Kabupaten

Page 37: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

77

transportasi air adalah masyarakat nelayan desa setempat dan sekitarnya yang

bertujuan untuk mencari ikan. Jalur transportasi air untuk keperluan wisata

menuju Situs Candi Muara Takus belum dimanfaatkan. Pemandangan alam yang

ditawarkan oleh jalur transportasi air ini tidak kalah indahnya dari jalur

transportasi darat. Bahkan kelebihannya adalah dapat digunakan sebagai jalur

interpretasi wisata untuk “menceritakan” bekas-bekas situs yang saat ini sebagian

telah tenggelam di dalam Danau PLTA Koto Kampar. Oleh karena itu, jalur ini

potensial untuk dikembangkan. Jalur Transpotrasi menuju Kawasan Candi Muara

Takus dapat dilihat pada Gambar 29.

Gambar 29. Jalur Transpotrasi menuju Kawasan Candi Muara Takus.

(Sumber : Survei Lapangan, 2010)

Sirkulasi dalam kawasan Candi Muara Takus dibagi menjadi dua yaitu

jalur sirkulasi primer dan jalur sirkulasi sekunder (Gambar 30). Jalur primer

merupakan jalur yang dapat dilalui oleh kendaraan bermotor dengan kapasitas dua

kendaraan. Sementara jalur sekunder adalah jalan setapak yang melingkar dalam

tapak sebagai penghubung fasilitas-fasilitas wisata eksisting dan hanya bisa

dilewati oleh pejalan kaki.

Kondisi fisik dari jalur sirkulasi primer saat ini cukup baik dan terawat.

Namun, pada sisi bahu jalan dibutuhkan jalur pedestrian untuk mengakomodasi

aktivitas para pejalan kaki saat berada dalam kawasan. Sementara, jalur sirkulasi

sekunder yang permukaannya terbuat dari batuan koral, berdasarkan hasil

pengamatan ternyata tidak cukup nyaman bagi pejalan kaki. Hal ini dikarenakan

(a) Jalur Transpotrasi Darat (b) Jalur Transportasi Air

Page 38: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

78

bebatuannya tidak yang tidak masif sering menyulitkan pengunjung saat berjalan

diatas permukaannya. Selain itu, lebar badan jalannya ± 1 m terlalu kecil untuk

digunakan dua arah sekaligus. Jalur sirkulasi sekunder yang ada pada kawasan

candi saat ini belum dapat menghubungkan tiap objek dalam satu rangkaian

interpretasi sejarah yang tepat. Jalur sirkulasi tersebut hanya berfungsi sebagai

penghubung antar fasilitas pengukung wisata dalam kawasan. Penataan viewing

dan stoping area di area-area yang dilalui jalur sirkulasi sekunder juga belum

terencana dengan baik sehingga waktu kunjungan relatif lebih singkat.

Gambar 30. Sirkulasi Jalan dalam Kawasan Candi Muara Takus.

(Sumber : Survei Lapangan, 2010)

Berdasarkan hasil analisis, sirkulasi primer dan sekunder yang ada pada

kawasan akan mengalami perubahan pola dan struktur. Dimana, jalur sirkulasi

primer yang ada saat ini akan diubah menjadi sirkulasi sekunder bagi pejalan kaki

yaitu jalan pedestrian. Hal ini dikarenakan sirkulasi primer yang ada saat ini

posisinya terlalu rapat dengan zona inti kawasan.

Pemindahan pintu akses tersebut dimaksudkan agar pengunjung masuk

dari jalur darat berada di pintu depan kawasan bukan area samping sebagaimana

eksisting kawasan saat ini. Sementara, jalur sirkulasi sekunder yang berfungsi

menghubungkan fasilitas pendukung wisata eksisting dalam kawasan akan

direlokasi mengikuti jalur interpretasi wisata yang direncanakan pada kawasan.

Rencana perubahan pola dan struktur pada sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder

dalam kawasan Candi Muara Takus dalap dilihat pada Gambar 31.

(a) Jalur primer (b) Jalur sekunder

Page 39: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

79

Page 40: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

80

Infrastruktur Wisata

Selain bangunan situs arkeologis, di luar pagar batu keliling dalam

kawasan Candi Muara Takus telah dibangun beberapa bangunan fasilitas wisata.

Fasilitas tersebut terdiri dari gerbang kawasan, pos jaga, lapangan parkir,

bangunan UPTD, rumah genset, dermaga, musholla, KM, bak air, warung, kios

suvenir, panggung seni, pendopo, pagar keliling tanggul kuno, children play

ground, dan taman candi (Gambar 32). Bangunan-bangunan tersebut dibangun

oleh Pemda Kabupaten Kampar antara tahun 2008–2009. Berikut adalah fasilitas

wisata eksisting yang terdapat dalam kawasan perencanaan.

Gambar 32. Fasilitas Wisata Eksisting dalam Kawasan Candi Muara Takus

(Sumber : Survei Lapangan, 2010)

Berdasarkan pengamatan lapang (2010), faktor perencanaan yang kurang

baik membuat beberapa bangunan tersebut belum difungsikan atau tidak berfungsi

dengan baik (misalnya: bangunan UPTD, KM, kios souvenir), bahkan ada yang

dihentikan pembangunannya oleh pihak BP3 Batusangkar karena potensial

merusak situs sejarah (misalnya: dermaga). Secara arsitektural, fasilitas wisata

yang ada saat ini menggunakan gaya arsitektur Melayu. Hal ini kurang sesuai

(b) Taman

(c) Dermaga (a) Gerbang Kawasan

(e) Play Ground (f) Bangunan UPTD (d) Pos Jaga

Page 41: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

81

dengan konteks tapak sebagai situs arkeologis. Bahan bangunan yang digunakan

pada fasilitas wisata yang ada juga tidak mencerminkan karakter dan tema tapak

perencanaan. Oleh karena itu, untuk menciptakan integritas lanskap dalam

kawasan situs sebaikanya fasilitas-fasilitas pendukung wisata yang tidak sesuai

dengan tema arkeologis sebaiknya direlokasi atau dibongkar dari kawasan.

Wisatawan

Wisatawan adalah faktor penting dalam pengembangan wisata. Potensi

wisata tidak akan memberikan banyak arti terhadap pengembangan wilayah

apabila tidak ada wisatawan yang berkunjung. Pengembangan wisatawan adalah

pengembangan pariwisata dari sisi permintaan yang melingkup jumlah wisatawan,

kelompok wisatawan (lokal, nusantara, dan mancanegara), lama kunjungan, dan

jumlah pengeluaran. Semakin banyak jumlah wisatawan, makin lama kunjungan,

dan tingkat pengeluaran yang semakin banyak, maka makin berkembang

kepariwisataan di wilayah itu.

Berdasarkan pendataan wisatawan yang datang ke situs Candi Muara

Takus sampai saat ini terdiri dari pelajar dan mahasiswa, masyarakat umum, tamu

dinas serta wisatawan asing. Aktivitas yang biasa dilakukan oleh pengunjung

terbagi dalam 3 kategori yaitu :

1. Kegiatan ritual agama Budha

2. Rekreasi, piknik , bermain, melihat candi dan acara ritual serta berfoto.

3. Penelitian yang umumnya dilakukan oleh arkeolog, mahasiswa UNRI.

Pengunjung yang melakukan ritual keagamaan adalah komunitas Budhis.

Pada pelaksanaan upacara Waisak tahun 2010 terdapat ± 300 orang pengunjung

yang melakukan ritual keagamaan. Sementara, jumlah pengunjung lain yang

datang untuk menyaksikan Waisak ada ± 335 orang. Total pengunjung saat

perayaan Waisak tersebut ± 635 orang. Gambaran tentang jumlah kunjungan dan

kegiatan pengunjung pada kawasan Candi Muara Takus dapat dilihat pada Tabel

15 dan Gambar 33.

Tabel 15. Jumlah Pengunjung Candi Muara Takus Periode Januari – Maret 2010

Page 42: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

82

No. Bulan

Pengunjung

Luas Jumlah Pelajar Mahasiswa Umum Tamu

dinas

Turis

asing

1. Januari 413 433 209 42 - 74x74 1097

2. Februari 503 475 266 36 11 74x74 1291

3. Maret 711 410 371 15 - 74x74 1507

Jumlah 3898

Sumber : Survei Lapangan, 2010

Gambar 33. Kegiatan Pengunjung di Kawasan Candi Muara Takus

(Sumber : Survei Lapangan, 2010)

Berdasarkan pengamatan dan wawancara, jumlah kunjungan wisata pada

kawasan dapat ditingkatkan apabila situs tersebut dikembangkan menjadi objek

wisata yang unik, eksklusif dan kompetitif. Untuk dapat memiliki nilai kompetitif

yang relatif tinggi maka perencanaan dan pengembangan kepariwisataan harus

berbasis pada potensi lokal kawasan yaitu situs budaya, alam yang berbasis air

serta legenda-legenda terkait masa kejayaan kerajaan Sriwijaya.

(a) Ritual Keagamaan Budhis

(b) Bermain (c) Berfoto

Page 43: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

83

Peraturan Terkait Pengembangan Kawasan

Candi Muara Takus telah terdaftar menjadi Benda Cagar Budaya Tahun

2000. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 tahun 2010

tentang Cagar Budaya, pengembangan dan pemanfaatan kawasan cagar budaya

diperbolehkan oleh undang-undang apabila dapat mengakomodasi dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan cagar budaya tentunya

harus tetap mempertahankan aspek kelestariannya. Pelestarian cagar budaya dapat

dilakukan dengan menetapkan sistem zonasi pada kawasan baik secara vertikal

maupun horizontal. Dalam pasal 37 diterangkan bahwa sistem zonasi tersebut

terdiri atas zona inti, zona penyangga, zona pengembangan dan zona penunjang.

Dimana, batas keruangan tiap zona yang disesuaikan dengan kebutuhan dan

mengutamakan peluang peningkatan kesejahteraan rakyat.

Aspek Sosial Masyarakat

Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat

Desa Muara Takus didominasi oleh masyarakat Melayu “Occu” dan

beragama Islam. Pola kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh budaya Islami dan

hukum adat. Kehidupan masyarakat terkait erat dengan kegiatan pertanian, seperti

pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan.

Penerimaan Penduduk

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat, pihak aparatur

desa Muara Takus, dan pengelola kawasan saat ini dapat disimpulkan beberapa

hal, sebagai berikut :

1. Masyarakat setempat sangat mendukung pengembangan Candi Muara Takus

sebagai tempat tujuan wisata. Hal ini berkaitan dengan peningkatan tingkat

perekonomian masyarakat setempat.

2. Masyarakat mendukung dibangunnya fasilitas-fasilitas seperti penginapan,

atau home stay tetapi jangan disalahgunakan ke arah negatif.

Keinginan Pengguna Tapak (Pemeluk Agama Budha)

Keinginan masyarakat Budhis dalam pengembangan Candi Muara Takus :

Page 44: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

84

1. Adanya peraturan yang menjaga kesakralan Candi Muara Takus meskipun

dikembangkan sebagai objek wisata. Aturan tersebut terdiri dari :

a) Ketentuan untuk berpakaian sopan/rapi

b) Larangan untuk mencoret-coret/vandalisme

c) Larangan untuk membuang sampah sembarangan

d) Larangan untuk memanjat sampai atas puncak candi

e) Larangan untuk berbicara tidak sopan di atas candi

2. Perlu dibuat papan larangan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh di

lakukan dalam lokasi situs.

3. Adanya pemandu yang jujur dan mengetahui ajaran Budha untuk mengelola

kawasan Candi Muara Takus sebagai objek wisata.

4. Melibatkan pihak komunitas Budhis dalam merencanakan, mendesain dan

mengelola Candi Muara Takus

5. Penataan lanskap yang nyaman bagi pengunjung dan peziarah, penempatan

infrastruktur wisata yang tepat yang mampu mengakomodasi kegiatan

pengunjung dan peziarah. Fasilitas yang diharapkan adalah penginapan bagi

peziarah yang datang dari tempat yang jauh dari Candi Muara Takus serta

fasilitas semacam pendopo untuk meditasi.

SINTESIS

Analisis data kesejarahan kawasan menyatakan bahwa situs Candi Muara

Takus adalah peninggalan arkeologi yang penting dan harus dilestarikan. Hal ini

dikarenakan makna kekhususan dan keunikan yang dimiliki arsitektur

bangunannya. Tindakan pelestarian yang tepat untuk lanskap Candi Muara Takus

adalah kegiatan restorasi yaitu tindakan pelestarian dengan cara mengembalikan

penampilan lanskap pada kondisi aslinya khususnya pada area yang terdapat

struktur situs sejarah budaya. Teknis pelestarian yang akan dilakukan adalah

penggantian atau pengadaan elemen yang rusak serta menghilangkan elemen

tambahan yang menggangu.

Secara spasial, berdasarkan hasil overlay peta kesejarahan, peta religi

kawasan, dan aspek kepariwisataan maka dihasilkan zona pemanfaatan kawasan

yang terdiri dari ruang wisata budaya dan ruang pendukung wisata budaya

Page 45: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

85

(Gambar 34). Ruang wisata budaya adalah ruang utama dalam kawasan dengan

nilai dan makna sejarah budaya yang tinggi. Ruang ini berfungsi sebagai pusat

peribadatan yang penting dan sakral.

Ruang ruang pendukung wisata budaya merupakan ruang pengembangan.

Ruang tersebut adalah area yang dimanfaatkan untuk penataan dan pengembangan

yang mengakomodasi beragam fungsi dan aktivitas wisata tetapi tetap selaras

dengan prinsip pelestarian situs Candi Muara Takus. Ruang pendukung wisata

juga terdiri dari area diluar batasan Tanggul Kuno yaitu kawasan Bukit Suligi dan

Sungai PLTA Koto Kampar.

Page 46: DATA DAN ANALISIS Aspek Kesejarahan Kawasan · Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa

86