data 1 ayam kampung

Upload: gusti-bagus-oka-supartha

Post on 13-Jul-2015

1.084 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

AYAM KAMPUNG BAB 1 Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Galliformes Famili: Phasianidae Genus: Gallus Spesies: G. gallus Upaspesies: G. g. domesticus PEMBAHASAN AYAM KAMPUNG Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Sejak kecil kita setiap hari bisa melihatnya. Walau saat ini ayam kampung dikota-kota besar sudah jarang terlihat berkeliaran bebas, bukan berarti keberadaannya punah. Di pinggiran kota masih banyak orang memelihara ayam kampung. Baik dibudidayakan secara sungguh-sungguh maupun hanya sekedar peliharaan untuk memanfaatkan sisa-sisa makanan.Ayam kampung mempunyai nilai gizi yang baik. Selain itu juga mempunyai rasa yang lebih khas dan nikmat dibanding dengan jenis ayam pedaging maupun petelur. Ayam kampung mempunyai keistimewaan dibanding yang lain, diantaranya : Ayam kampung lebih tahan terhadap penyakit. Tahan dan mudah menyesuaikan dengan cuaca di Indonesia. Makanannya mudah, bahkan bila di pelihara ala kadarnya cukup diberi makanan sisasisa. Dapat dilepas secara bebas. Tujuan utama orang memlihara ayam kampung adalah untuk diambil telur, daging, dan untuk dikembang biakkan. Ayam kampung juga siap membesarkan anak-anaknya sendiri bila dilepas bebas. Ada dua cara memelihara ayam kampung, yaitu dipelihara dengan dilepas bebas atau istilahnya diliarkan dan yang kedua dibudidayakan. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya mempunyai tingkat kekebalan yang tinggi. Kita bisa menghemat biaya makanan. Karena ayam cukup diberi makan pagi hari saat akan dilepas berupa sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul secukupnya. Selebihnya ayam akan mencari makan sendiri disekitar rumah. Namun cara ini juga ada kelemahannya. Ayam lambat untuk berkembang lebih banyak, karena tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih tinggi. Waktu mengasuh terlalu lama yang berarti mengurangi produktifitas. Kita kurang bisa mengontrol keberadaan ayam. Sehingga kemungkinan dimangsa predator maupun hilang lebih tinggi. Sedang bila kita membudidayakan dengan cara dikandangkan tentu lebih banyak keunggulanya. Walau tentu masih juga ada kekurangannya. Ayam yang dikandangkan lebih mudah dikontrol keberadaannya. Kita bisa mempercepat populasinya dengan cara setiap ayam yang bertelur kita ambil dan kumpulkan untuk ditetaskan secara bersama dalam satu indukan atau mesin penetas.

PENGERTIAN AYAM KAMPUNG Ayam kampung atau yang dikenaldengan sebutan Ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Di Indonesia, ayam kampung merupakan unggas yang tidak berasal-usul atau memiliki ras . Bagi masyarakat indonesia, Ayam kampung sudah bukan hal yang asing lagi . Nama ilmiah untuk ayam kampung adalah Gallus domesticus.

SEJARAH PERKEMBANGAN AYAM KAMPUNG Jenis ayam kampung sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Kutai . Pada saat itu, ayam kampung merupakan salah satu jenis persembahan untuk kerajaan sebagai upeti dari masyarakat setempat. Sejarah ayam kampung dimulai dari generasi pertama ayam kampung yaitu dari keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus)

VARIETAS Ayam kampung mempunyai banyak varietas dan spesies, beberapa di antaranya yang penting yaitu : 1. Ayam Kedu Ayam kedu merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Magelang dan Temanggung atau eks. Kersidenan Kedu (Jawa Tengah). Berdasarkan penampilan warnanya, ayam kedu dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut : a. Ayam Kedu Hitam Ayam kedu hitam mempunyai penampilan fisik hamper hitam semua, tetapi kalau diamati secara teliti warnanya tidak terlalu hitam Penampilan kulit pantat dan jengger masih mengandung warna kemerah-merahan Bobot ayam kedu hitam jantan dewasa antara 2 Kg 2,5 Kg, sedangkan yang betinanya hanya 1,5 Kg Ayam ini sering disamakan dengan ayam cemani karena tampak serba hitam . b. Ayam Kedu Cemani Ayam kedu cemani memiliki penampilan sosok tubuh hitam mulus, termasuk paruh, kuku, telapak kaki, lidah, telak (langit-langit mulut), bahkan daging dan tulangnya juga

hitam. Sosok tubuh ayam kedu jantan dewasa tinggi besar dan bobotnya antara 3 Kg- 3,5 Kg, sedangkan yang betina dewasa berbobot antara 2 Kg- 2,5 Kg. c. Ayam Kedu Putih Ayam kedu putih ditandai dengan warna bulu putih mulus, jengger dan kulit mukanya berwarna merah, sedangkan kakinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Jenggernya tegak berbentuk wilah. Bobot ayam jantan kedu putih dewasa mencapai 2,5 Kg. Sedangkan bobot ayam kedu putih betina 1,2 Kg 1,5 Kg. d. Ayam Kedu Merah Ayam kedu merah ditandai dengan warna bulu hitam mulus, tetapi kulit muka dan jengger berwarna merah, sedangkan kulit badannya berwarna putih. Sosok tubuh ayam kedu merah tinggi besar dengan bobot ayam jantan dewasa 3 Kg-3,5 Kg, Sedangkan bobot ayam betina 2 Kg-2,5Kg. 2. Ayam Nunukan Ayam nunukan disebut juga ayam Tawao. Ayam ini merupakan ayam lokal yang berkembang dipulau Tarakan, Kalimantan Timur. Ayam nunukan diperkirakan berasal dari Cina. Karakteristik ayam nunukan adalah warna bulunya merah cerah atau merah kekuning-kuningan, bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna Sementara paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan dengan jengger dan pial berwarna merah cerah. Jenggernya berbentuk wilah dan bergerigi delapan Stadium anak ayam sampai umur 45 hari cenderung berbulu kapas. Berat badan ayam nunukan jantan dewasa 3,4 Kg 4,2 Kg, sedangkan yang betina 1,6 Kg 1,9 Kg 3. Ayam Pelung Ayam pelung merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat)[ . Ayam pelung memiliki sosok tubuh besar dan tegap, temboloknya tampak menonjol. Kakinya panjang, kuat, dan pahanya berdaging tebal Ayam pelung jantan memiliki Jengger berbentuk wilah yang besar, tegak, bergerigi nyata dan berwarna merah cerah. Ayam pelung betina mempunyai jengger, tetapi jengger terseebut tidak berkembang dengan baik. Ayam pelung jantan dewasa mempunyai bobot badan berkisar antara 3,5 Kg 5,5 Kg, sedangkan yang betina 2,5 Kg 3,5 Kg 4. Ayam Sumatra Ayam Sumatra merupakan ayam lokal dari Sumatra Barat. Penampilan perawakannya tegap, gagah ,tetapi ukuran tubuhnya kecil. Ayam Sumatra jantan berkepala kecil, tetapi tengkoraknya lebar. Pipinya penuh (padat), keningnya tebal, dan pialnya menggantung ke bawah. Paruh ayam Sumatra umumnya pendek dan kukuh berwarna hitam, dengan cuping kecil dan berwarna hitam. Ayam Sumatra memiliki jengger berbentuk wilah dan

berwarna merah. Kulit muka juga berwarna merah atau hitam, ditumbuhi bulu halus yang jarang Bobot ayam Sumatra jantan dewasa 2 Kg, sedangkan yang betina 1,5 Kg 5. Ayam Belenggek Ayam belenggek berasal dari Sumatra Barat, tepatnya dipedalaman Kabupaten Solok. Ayam ini pandai berkokok dengan suara yang merdu dan iramanya bersusun-susun, panjang sampai terdiri atas 6-12 suku kata. 6. Ayam Gaok Ayam gaok bersal dari madura dan Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep. Keistimewaan ayam gaok yaitu kokoknya memiliki suara panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di Cianjur (Jawa Barat) Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot badan mencapai 4 Kg, sedangkan yang betina 2 - 2,5 Kg. Ayam Gaok jantan memiliki tampilan tubuh besar, tegap dan gagah. Jenggernya besar berbentuk wilah dan berwarna merah, dengan pial yang besar dan warnanya merah Kakinya berwarna kuning. Bulunya didominasi oleh warna kuning kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang berwarna lain, seperti merah dan hitam.

Pemeliharaan Ayam Kampung Ada dua cara memelihara ayam kampung, yaitu dipelihara dengan dilepas bebas atau istilahnya diliarkan dan yang kedua dibudidayakan.. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan. : Diliarkan Cara pemeliharaan ini pada umumnya dilakukan oleh masyarakat pedesaan, cara ini disebut sebagai cara tradisional. yaitu dilepas bebas berkeliaran di kebun-kebun sekitar rumah. Keunggulan : Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya mempunyai tingkat kekebalan yang tinggi dan menghemat biaya makanan Umumnya ayam cukup diberi makan pagi hari saat akan dilepas berupa sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul secukupnya. Selebihnya ayam dianggap dapat mencari makan sendiri disekitar rumah Kelemahan : Kelemahannya di antaranya yaitu ayam lambat untuk berkembang lebih banyak, karena tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih tinggi. Waktu mengasuh terlalu lama yang berarti mengurangi produktifitas.. Kendali akan keberadaan ayam kurang, sehingga kemungkinan dimangsa predator maupun hilang lebih tinggi.. Cara pemeliharan ini kurang produktif.

Dikandangkan Ayam yang dipelihara dengan cara dikandangkan . Semula hewan yang kini dipelihara hidup bebas di alam, di hutan, di pegunungan dan lautan lepas. Jumlah hewan-hewan ini beraneka ragam, dan sifat-sifat kehidupannya pun bermacam-macam. Jumlah yang banyak dan beragam itu tidak seimbang dengan jumlah manusia yang masih sedikit dan hidup di gua-gua terpencil untuk melindungi diri dari serangan binatang buas Kebutuhan untuk hidup mendorong manusia memanfaatkan tanaman dan binatang yang dapat ditangkap atau dibunuhnya . Dari kegiatan itulah manusia mengalami proses belajar untuk mengenal hewan yang enak dimakan dan mudah ditangkap atau dibunuh. Perbendaharaan manusia akan hewan konsumsi mulai bertambah. Di antara hewan yang digemari, adalah hewan-hewan kecil yang mudah ditangkap atau dibunuh . Proses terus berkembang dan kegemaran akan hewan-hewan konsumsi mulai meningkat pada usaha untuk dengan mudah memperoleh tanpa harus mencari-cari di hutan. Inilah penyebab timbulnya keinginan untuk memelihara hewan dengan cara dikandangkan. Cara pemeliharan ini kurang produktif. Keunggulan : Ayam yang dikandangkan lebih mudah dikontrol keberadaannya, dapat mempercepat populasinya dengan cara setiap ayam yang bertelur diambil dan dikumpulkan untuk ditetaskan secara bersama dalam satu indukan atau mesin penetas. Anak ayam tidak harus mengikuti induknya. Namun dapat dipisah dan ditempatkan dengan pemberian panas cahaya listrik (untuk penghangat) dan makanan yang sesuai. Kelemahan : Apabila kondisi kandang tidak diperhatikan dan tidak sesuai syarat, maka kondisi hewan peliharaan jstru akan memburuk, hal ini disebabkan kondisi yang telah membuat hewan ternak memiliki ketergantungan terhadap pemeliharanya, sehingga memerlukan perhatian yang lebih dibandingkan dengan cara diliarkan. Oleh karena itu kondisi kandang merupakan hal yang sangat penting dalam cara pemeliharaan ini, misalnya pada saat pembuatan kandang harus diperhatikan beberapa faktor, di antaranya yaitu masalah biologis ayam yang akan menempatinya, teknik pembuatan kandang yang berhubungan langsung dengan masalah bentuk dan kualitas bahan, serta masalah iklim, suhu, pergerakan angin dan pengaturan udara yang berhubungan langsung dengan temperatur dan kelembaban kandang serta ventilasi udara. Kebiasaan atau sifat ayam kampung yang merugikan Beberapa kebiasaan atau sifat yang kampung yang meugikan, di antaranya yaitu : 1. Kanibalisme Kanibalisme pada ayam kampung adalah mematuk bahkan memakan kawan sendiri Kanibalisme pada ayam kampung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ayam kekurangan zat makanan, misalnya protein, mineral dan air minum; jumlah ayam dalam satu kandang terlalu padat, sehingga ayam saling berebut tempat yang paling

menyenangkan; udara dalam kandang terlalu panas, karena sistem ventilasi kandang kurang baik; ayam kekurangan grit 2. Memakan telur Peristiwa ayam memakan telur (egg eating) sering dijumpai pada pemeliharaan ayam sistem kandang litter. Untuk menghindari ayam memakan telurnya sendiri, zat-zat mineral (NaCl dan Ca)dan air minum yang dibutuhkan ayam harus dipenuhi 3. Rontok Bulu Rontok bulu merupakan peristiwa alami yang wajar bagi ayam. Tetapi bila hal ini terjadi terlalu cepat, jelas akan merugikan peternak ayam

Pemilihan bibit unggul Dalam pengembangannya, ditemukan berbagai hambatan untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung yang relatif rendah Hal ini terkait dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional, pakan yang diberikan masih seadanya, dan belum terlaksananya sistem pengendalian penyakit dengan baik Hambatan-hambatan ini menjadi kendala dalam pengembangan ternak ayam kampung di pedesaan Dalam pembudidayaan ayam kampung, permasalahan yang sering ditemui adalah penyediaan bibit ayam kampung unggul Dalam pencarian calon bibit unggul, selain didasarkan dari tampilan luarnya, juga seleksi ayam kampung yang berbasis konsep pemuliaan ternak, sehingga diperoleh bibit unggul, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas ternak Ciri-ciri bibit unggul ayam, yaitu : 1. Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat, misalnya kaki utuh dan leher lurus. 2. Otot gempal dan kuat, terutama di bagian paha dan dada. Tulangnya juga kuat. 3. Susunan bulu teratur, saling menghimpit dan tampak mengkilat. Kondisi bulu yang baik mencerminkan kondisi kulit yang baik pula. 4. Mata cerah dan pandangannya tampak tajam. 5. Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang. 6. Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk. 7. Induk jantan mempunyai jengger yang berwarna merah cerah, kepala tampak kokoh, paruh pendek, tajam dan kuat. 8. Jarak ujung tulang dada dengan dubur berjarak minimal tiga jari tangan.

Penyakit dan Cara Penanggulangannya Ayam kampung termasuk jenis unggas yang tahan terhadap penyakit Tetapi tidak berarti bahwa ayam kampung tidak dapat diserang oleh penyakit . Jenis Penyakit Berikut ini beberapa penyakit yang sering menyerang ayam kampung : 1. Tetelo (New Castle Desease:ND) Penyakit tetelo (New Castle Desease:ND)merupakan penyakit ayam yang sangat berbahaya dan sulit ditanggulangi. Penularannya dapat melalui berbagai media, antara lain : Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit; Tamu yang masuk kedalam kompleks peternakan membawa bibit kuman penyakit ini; Tempat makan dan minum yang kurang bersih, sehingga mudah ditempeli oleh virus penyakit ini; Burungburung liar (misalnya burung gereja) yang ikut memakan makanan ayam. Tingkat kematian akibat penyakit ini sangat tinggi, sekitar 10-100%. 2. Pilek (snot) Penyebab penyakit ini adalah bakteri (Hemophilus galiarum). Penularannya dapat melalui berbagai media, antara lain :Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit; Melalui udara, debu, makanan dan alat-alat dalam kandang yang kurang bersih; Tamu yang masuk kedalam kompleks peternakan membawa bibit kuman penyakit ini; Burung-burung liar (misalnya burung gereja) yang ikut memakan makanan ayam. Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit ini juga sangat tinggi 3. Berak darah (Coccidiocis) Berak darah (Coccidiocis) dapat menyerang ayam segala umur. Penularannya dapat terjadi melalui : binatang lain (seperti tikus, burung, ayam liar yang masuk kedalam kandang dan telah membawa bibit penyakit atau empat makan dan minum yang kurang bersih. 4. Sesak napas Sesak napas penyebabnya adalah bakteri (Mycroplasma gallisepticum). Penyakit ini menyerang alat-alat pernapasan, sehingga ayam kesulitan untuk bernapas. 5. Berak Kapur Berak kapur disebabkan oleh bakteri (Salmonella pullorum). Penyakit ini lebihsuka menyerang anak ayam dan ayam dara. Penularannya melalui : Telur; Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit; peralatan penetasan dan peralatan-peralatan kandang yang kurang bersih.

7. Flu Burung Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1.

Cara Menanggulangi Penyakit Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penularan penyakit, peternak harus segera mengakaratina ayam yang dicurigai sakit, melarang atau membatasi tamu yang masuk kekompleks peternakan. Disamping itu kebersihan peralatan kandang, seperti tempat pakan dan minum serta keadaan kandang harus selalu diperhatikan.

Pemberian makanan dan minuman sebaiknya dicampur dengan air panas, sehingga perut ayam hangat, tidak mudah terkena penyakit. Usahakan kandang dalam keadaan kering dan bersih. Berilah minum yang dicampur obat, seminggu sekali. Bila ada ayam yang sakit, cepat dipisahkan agar tidak menular.

REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA 1. Rasyaf M. 1992. Produksi dan Pemberian Pakan Unggas. Hlmn 4250.Yoyakarta: Kanisius. 2. Kurniawan. Mengenal Hewan & Tumbuhan Asli Indonesia. Hlmn 7.ISBN :6028526177. Jakarta :Agromedia Pustaka 3. Sarwono B.1995. Berternak Ayam Buras.halmn 243-244. Jakarta:Penebar Swadaya. 4. Cambridge Scientific Abstracts, Inc. Internet Database Service. 1970. Zoological record, Jilid 104, Terbitan 18-20. London :Zoological Society. 5. Sujionohadi K, Setiawan AI. 1993. Ayam Kampung Petelur. Jakarta :Niaga Swadaya. 6. Rukmana R.2003. Ayam Buras Intensifikasi Dan Kiat Pengembangan. Hlmn 17-25.ISBN:9792106804. Yogyakarta: Kanisius 7. Murtidjo BA. 1994. Mengelolah Ayam Buras.Hlmn:15-16. ISBN 979413-740-5.Yogyakarta: Kanisius. 8. Setyawati D. 2008. 100 Menu Masakan Ayam. hlmn 15.ISBN: 6028260029. Jakarta:Gradien Mediatama. 9. ^ Kamal. 1994. Kontrol Kualitas Pakan dan Menyusun Pakan Ternak.Yogyakarta: UGM Press. 10. ^ Wihandoyo. 1991. Serba Serbi Preatasi Ayam Buras. Yogyakarta: UGM Press.

11. ^ Mansjoer et al. 1990. Pencarian Galur Murni Ayam Kampung, Ayam Pelung dan Ayam Bangkok Dalam Usaha Pelestarian Sumber Genetik Ayam Di Indonesia Laporan Penelitian IPB Bogor. 12. Muslim DA. MEMELIHARA AYAM KAMPUNG, Sistem Battery.Yoyakarta: Kanisius. 13. Rasyaf M.1990. Memelihara ayam buras.ISBN :9794133000. Yogyakarta: Kanisius. 14. Darwati.2000. Produktivitas Ayam Kampung, Pelung dan Resiprokalnya.Jurnal penelitian IPB. 15. Wiharto. 1991. Ilmu Peternakan Umum. Malang: Nuffic Universitas Brawijaya Malang. 16. http : // lubang-kecil.blogspot.com/2010/08/manfaat-memelihara-ayamkampung.html#

SISTEM PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG Sistem pemeliharaan ayam kampong peternak rata-rata secara semi intensif,yaitu pada siang hari ayam di lepas,dibiarkan bebas berkeliaran di pekarangan atau halaman rumah untuk mencari makan. Sore harinya menjelang malam, ayam dikandangkan dalam kandang yang sangat sederahana yang berada disamping atau di belakang rumah, bahkan ada yang meletakkan di dalam rumah. Sebagian besar masyarakat yang memelihara ayam kampong memanfaatkan bamboo untuk membuat kandang ayam, karena selain harganya lebih murah dan terjangkau, juga mudah di dapatkan .

VAKSIN DAN VAKSINASI Vaksin adalah mikroorganisme bibit penyakit yang telah dilemahkan dan apabila di masukkan ke dalam tubuh hewan tidak menimbulkan bahaya penyakit tetapi akan merangsang zat kebal terhadap penyakit tersebut. Vaksin berfungsi sebagai sarana untuk mencegah suatu penyakit, terutama yang sulit diberantas oleh pengobatan baik anti biotika maupun farmasetik lainnya. Terdapat 2 jenis vaksin tetelo , yaitu : vaksin aktif dan vaksin inaktif . Vaksin aktif adalah vaksin yang mengandung virus ND yang aktif atau masih hidup atau virus yang telah dilemahkan tetapi sifatnya tidak ganas lagi bagi ayam yang di vaksinasi . Vaksin inaktif adalah virus yang telah dimatikan dengan bahan-bahan kimia seperti betapropiolactone, formalin dan kristal violet . Umumnya vaksin aktif memberikan kekebalan lebih kuat dan lebih tahan lama sehingga banyak digunakan dalam pencegahan ND terutama dalam vaksinasi missal, karena murah, mudah dan memberikan perlindungan yang baik . Vaksin inaktif merupakan immunogen yang kurang baik tetapi biasanya lebih aman. SISTEM PEMELIHARAAN Diantara pemeliharaan ayam secara tradisional dan semi intensif ditinjau dari perihal peternak, jenis ternak , perkandangan ,pemberian pakan,penetasan , perkawinan dan pencegahan penyakit. Dan pemeliharaan secara semi intensiflah yang lebih baik.

Pemeliharaan ayam kampong di pedesaan tergolong tradisional yakni dimana peternak tidak menyediakan kandang ayam secara khusus. Sebagian peternak mengandangkan ayamnya di sudut-sudut atau di kolong dapur atau di belakang rumah, tanpa memisahkan berdasarkan kelompok umur (anak,muda,dan dewasa) , dan ayam di lepas dari pagi hingga menjelang malam pada malam harinya ayam dikandangkan . PERANAN AYAM KAMPUNG Ditinjau dari aspek ekonomi,social dan budaya peranan ayam kampong cukup besar yaitum sebagai tabungan yang berharga, dapat menunjang kegiatan social seperti hari raya keagamaan atau pesta keluarga dan kebutuhan lainnya. Ayam kampong juga sangat berpotensi dalam memenuhi kebutuhan gizi,baik daging maupun telurnya yang merupakan sumber protein hewani. Peranan ayam kampong juga dapat menjaga dan memelihara ekosistim lingkungan, yaitu : kotorannya menjadi pupuk kandang yang sangat baik bagi kesuburan tanah , sebagai pemakan serangga perusak tanaman yang merusak panen dan pemakan ulat atau binatang-bintang perusak tanaman lainnya. LATAR BELAKANG AYAM KAMPUNGAyam kampung yang juga dikenal dengan sebutan ayam buras, merupakan salah satu jenis ternak yang sangat dekat dengan masyarakat dan para petani-peternak di pedesaan. Meskipun produktivitasnya rendah sebagai penghasil daging dan telur, namun ayam kampung memiliki berbagai keunggulan, antara lain telah menyebar dan populer di tengah kehidupan masyarakat sampai di berbagai pelosok Indonesia, bahkan disebagian suku di Indonesia peran ayam kampung menjadi teramat penting sebagai salah satu persyaratan keabsahan berbagai penyelenggaraan adat istiadat. Daya adaptasinya cukup tinggi, sekalipun terhadap lingkungan yang jelek serta pengembangannya tidak menuntut biaya tinggi dan areal/ lahan luas. Dagingnya tidak amis, bercitarasa sedap dan telurnya diyakini mengandung hormon untuk vitalitas sehingga sangat diminati oleh konsumen, tidak mengherankan jika harganya relatif lebih mahal dibanding dengan daging dan telur dari jenis unggas lainnya termasuk ayam ras dan itik. Ayam kampung di Indonesia awalnya berasal dari ayam hutan merah yang terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, NTB dan Sulawesi dan ayam hutan hijau yang terdapat di Jawa, Bali dan NTB. Namun seiring dengan perjalanan waktu dan kegiatan pengembaraan, perpindahan manusia dari berbagai belahan dunia, maka terjadi pula percampuran ayam kampung dengan ayam Eropa/ Leghorn dan Amerika/ Rhode island red dan Plymouth rock yang diduga nenek moyangnya dari ayam hutan India serta kemungkinan pencampuran dengan ayam hutan lain di Asia. Identifikasi ayam kampung berdasarkan kepemilikan karateristik penampilan yang khas sampai saat ini telah terdapat 27 jenis, antara lain : Nunukan, Pelung, Nagrak, Kokok balenggek, Kedu dan Cemani. Namun demikian masih banyak ayam kampung/lokal di berbagai daerah yang belum jelas ciri-ciri khususnya antara lain ayam Kinantan di Sumatera, Yungkilok gadang dan banyak lainnya.

DAFTAR PUSTAKA 1. Enarwati, R . 1993. Respon antibody pada ayam dengan maternal antibody yang divaksinasi dengan berbagai cara dan bebagai strain vaksin ND. Media kedokteran hewan. Volume 9. No. 1. Fakultas Kedokteran. Universitas Erlangga 2. Soegiarto dan S. Ibandi .1990. Program Vaksinasi plus untuk kasus mencegah penyakit tetelo (Newcastle disease). Diagnostik veteriner. Informasi penyakit hewan. Balai penyidikan hewan VII. Dirjen Peternakan. Departemen Pertanian . Ujung Pandang 3. Buku Dinas Peternakan . 1990. Laporan Penelitian Dinas Peternakan Kabupaten Bogor 4. USY Repository. 2004. Universitas Sumatera Utara

PRODUKTIVITAS TELOR DAN DAGING AYAM KAMPUNG Produktivitas daging dan telur ayam kampung yang masih rendah dan sangat bervariasi antar individu dapat ditingkatkan melalui: (1) teknologi formulasi pakan (2) optimalisasi penggunaan bahan pakan lokal. 1. Teknologi Formulasi Pakan Sampai saat ini belum tersedia patokan kebutuhan zat-zat nutrisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi ayam kampung, sehingga peternak pada umumnya memberikan pakan berdasarkan patokan kebutuhan untuk ayam ras . Kondisi ini menyebabkan tidak efisien dalam penggunaan pakan, karena produktivitas ayam kampung lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras . Untuk mengatasi hal tersebut telah dihasilkan patokan kebutuhan zat-zat nurisi berdasarkan imbangan protein dan asam amino dengan energi metabolis dalam pakan ayam kampung. Imbangan Protein dan Energi Metabolis Pakan ayam sebaiknya disusun berdasarkan keseimbangan protein dan energi metabolis yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan produksi. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa pertumbuhan dan produktivitas ayam kampung sangat dipengaruhi oleh imbangan protein dan energi metabolis pakan. Pemberian pakan yang mengandung 14 % protein dan energi metabolis 2900 kkal/kg dapat meningkatkan pertambahan bobot badan ayam kampung umur 0-6 minggu yaitu dari 35,9 g menjadi 45,5 g/ ekor/minggu (26,7%), serta memperbaiki konversi pakan dari 6,6 menjadi 4,0(38,6%) . Kebutuhan protein dan energi ayam kampung periode starter (20 %,EM 2800 kkal/kg) dan grower(15 %, EM 2700 kkal/kg). Patokan kebutuhan untuk ayam kampung pedaging adalah 15 % protein (0-6 minggu) dan 19 % (>6-12 minggu) dengan energi metabolis 2900 kkal/kg (Iskandar , 1998). Keadaan ini menggambarkan bahwa kebutuhan imbangan protein dan energi metabolis untuk ayam kampung lebih rendah dari patokan kebutuhan untuk ayam ras . Pakan ayam kampung periode bertelur selama 120 hari yang mengandung protein 16 % dan energi metabolis 2700 kkal/kg menghasilkan produksi telur 20 butir /ekor/120 hari dan konversi pakan 10,3 .Produksi telur dapat ditingkatkan 48,7% dan memperbaiki konversi pakan 33,9% dengan pakan yang mengandung imbangan protein 18% dan energi metabolis 2700 kkal/kg,serta penambahan eggs stimulant .Ayam kampung yang diberi pakan mengandung 14- 24 % protein dan 2900-3200 kkal /kg energi metabolis , dapat meningkatkan bobot telur dari 33,8 g menjadi 37,6 g (10,1%), namun tidak mempengaruhi kualitas telur .Patokan kebutuhan ayam kampung petelur adalah 15 % (012 minggu), 14 % (> 12-22 minggu) dan 15 % (> 22 minggu) dengan energi metabolis 2600 kkal/ kg .Keseimbangan protein dan energi metabolis dalam pakan ayam kampung yang memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan dan produksi telur dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan 10-30 %.

2. Optimalisasi Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal Bahan pakan lokal konvensional maupun inkonvensional terdiri dari sumber protein nabati, protein hewani dan energi. Penggunaan bahan pakan lokal yang berasal dari limbah pertanian dan limbah industri mempunyai kendala antara lain rendahnya kandungan zat nutrisi dan adanya zat anti nutrisi yang dapat menurunkan produktivitas ternak . Pemberian bahan pakan dalam bentuk mentah dapat mengganggu perkembangan dan fungsi organ tubuh, sehingga dapat menghambat proses pencernaan dan menurunkan efisiensi penggunaan pakan. Oleh karena itu telah dikembangkan teknologi pengolahan yang mudah diaplikasikan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan pakan lokal dalam pakan ayam kampung maupun ayam ras, karena diasumsikan bahwa daya toleransi penggunaan bahan pakan untuk ayam ras dapat diaplikasikan pada ayam kampung. Menurut sumbernya bahan pakan di bagi menjadi 3 yaitu : 1. Bahan Pakan Sumber Protein Nabati 2. Bahan Pakan Sumber Protein Hewani 3. Bahan Pakan Sumber Energi

Bahan Pakan Sumber Protein Nabati Bahan pakan yang biasa digunakan sebagai sumber protein nabati seperti bungkil kedelai, bungkil kacang tanah dan bungkil kelapa untuk pakan ayam ketersediaannya masih berfluktuatif dan bersaing dengan ternak lainnya serta harganya relatif mahal. Pengujian terhadap beberapa bahan pakan sumber protein nabati alternatif seperti bungkil biji kapuk, bungkil biji kemiri dan bungkil biji karet masing-masing sebanyak 10 % pada ayam kampung, dapat memperbaiki konversi pakan dari 4,6 menjadi 4,1 (11,5%). Teknologi pengolahan dapat meningkatkan daya toleransi ayam terhadap penggunaan bahan pakan lokal . Pemberian tepung biji saga pohon sebanyak 7,5 % dalam pakan ayam kampung dapat meningkatkan bobot badan pada umur 9 minggu dari 677 g menjadi 763 g (11,9 %) dan memperbaiki konversi pakan dari 4,02 menjadi 3,15 (21,7%) (Hau et.al., 2006). Biji saga dan bungkil biji saga yang dimasak baik disangray, direbus maupun dikukus dalam pakan ayam, dapat ditingkatkan penggunaannya dari 5 % menjadi 15-20% dan memperbaiki konversi pakan dari 2,5 menjadi 2,4 (4,5%).

Begitu juga kacang gude yang direbus dapat meningkatkan penggunaannya dalam pakan ayam dari 30% menjadi 40 % serta memperbaiki konversi pakan dari 3,1 menjadi 2,5(18,8%). Ampas tahu yang difermentasi dapat ditingkatkan penggunaannya dari 5 % menjadi 12 % pada pakan ayam pedaging (Nur et al.,1977). Dengan demikian proses pengolahan dapat meningkatkan penggunaan bahan pakan lokal sumber protein nabati dan efisiensi penggunaan pakan (5-15%). Bahan Pakan Sumber Protein Hewani Bahan pakan lokal sumber protein hewani memiliki keunggulan karena kandungan asam-asam aminonya lengkap, sehingga sangat baik untuk pertumbuhan dan produksi ternak. Namun bahan pakan konvensional seperti tepung ikan, tepung daging dan tepung darah harganya mahal dan tidak stabil. Beberapa bahan pakan sumber protein hewani yang dapat digunakan untuk pakan ayam adalah sebagai berikut tepung cacing tanah dapat mensubstitusi tepung ikan dalam pakan ayam pedaging pada umur 0-5 minggu sebanyak 15% ,dan dapat memperbaiki nilai konversi pakan dari 2,1 menjadi 1,9(4,3%) dan persentase bobot karkas dari 68 % menjadi 72 % (5,9%) (Resnawati, 2004; 2005; 2006). Penggunaan tepung cangkang udang kering 5,2 % dalam pakan ayam kampung periode pertumbuhan dapat mencapai bobot badan 669 g pada umur 8 minggu ,sedangkan penggunaan 37,5 % dalam pakan ayam kampung petelur menghasilkan pruduksi telur cukup baik sekitar 50 %. Tepung bekicot diberikan 22,6 % dan silase bekicot 32 % dalam pakan memberikan respon yang baik terhadap produksi ayam ras petelur. Tepung daging keong mas dapat digunakan sebanyak 4 % dalam pakan ayam ras pedaging. Aplikasi dari bahan pakan lokal alternatif sebagai sumber protein hewani, dapat digunakan untuk mensubstitusi tepung ikan dalam formulasi pakan. Bahan Pakan Sumber Energi Sampai saat ini bahan baku pakan yang digunakan sebagai sumber energi antara lain adalah jagung dan dedak padi yang ketersediaan dan harganya masih berfluktuasi. Penggunaan tepung sagu hingga 20 % dalam pakan ayam kampung periode pertumbuhan, menghasilkan nilai konversi pakan yang rendah yaitu 3,1. Pemberian ampas sagu non fermentasi 10% dibandingkan dengan ampas sagu fermentasi 25% dalam pakan ayam kampung, memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan dengan memperbaiki nilai konversi pakan dari 3,3 menjadi 3,1 (5,2%) .Pemberian tepung ubi kayu sebanyak 50% yang ditambah dengan 0,3 % sodium tiosulfat dalam pakan ayam pedaging dapat memperbaiki konversi pakan dari 2,3 menjadi 1,9 (13,2%) .

Bahan pakan sumber energi lain yang biasa digunakan untuk pakan adalah minyak goreng. Pemberian minyak dapat meningkatkan palatabilitas, daya cerna dan efisiensi penggunaan pakan. Namun penggunaan minyak goreng masih bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia, sehingga harganya relatif mahal. Untuk mengantisipasi hal ini, maka telah diupayakan untuk mendapatkan minyak alternatif . Penambahan 3 % minyak kelapa dan minyak kacang tanah dalam pakan ayam ras pedaging ,nilai konversi pakannya 2,3. Minyak biji saga pohon yang ditambahkan sebanyak 7,5 % dalam pakan ayam ras pedaging dapat memperbaiki nilai konversi pakan dari 2,3 menjadi 2,1 (8,6%). Pemanfaatan bahan pakan sumber energi alternatif dapat mengurangi penggunaan bahan pakan yang bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia. Berdasarkan bahasan dan hasil-hasil penelitian yang diperoleh, maka untuk implementasinya diperlukan strategi pengembangan penggunaan bahan pakan lokal sebagai pakan ayam kampung.

Sumber : Orasi Ilmiah Pengukuhan Profesor Riset : Prof. Dr. Ir. Heti Resnawati, MS

Ayam buras dikatakan mempunyai produktivitas yang baik jika mampu memproduksi telur antara 8-12 butir/periode bertelur, fertilitasnya mencapai 79,2%, dengan daya tetas 66,6% serta bobot DOC 33,35 gram dan memiliki tingkat kematian sekitar 28-34%. Tetapi pada kenyataannya, produktivitas ayam buras masih rendah. Penyebabnya antara lain : adanya sifat mengeram, lambat dewasa kelamin, lamanya waktu selang bertelur akibat mengasuh anak, dan rendahnya mutu genetis. Di samping itu, sistem pemeliharaan, perkawinan dan penetasan telur juga berpengaruh terhadap produksi, fertilitas dan daya tetas telur. Berbagai riset yang bertujuan untuk meningkatkan reproduksi dan produktivitas ayam buras telah dilakukan, antara lain oleh Hastono salah seorang peneliti dari Balai Penelitian Ternak, Bogor. Menurut Hastono, penyebab rendahnya produksi telur ayam kampung diantaranya karena adanya sifat mengeram. Salah satu usaha untuk menghilangkan sifat mengeram tersebut adalah dengan memandikan ayam, yaitu mencelupkan ayam ke dalam air ketika tandatanda mengeram muncul. Cara ini dimaksudkan untuk membuat ayam menjadi stress, sehingga proses hormonal yang terjadi dalam tubuh ayam terganggu terutama sekresi hormon prolaktin. Hormon ini dapat menstimulir tingkah laku maternal (keibuan) seperti sifat mengeram pada ayam kampung. Karenanya, pada ayam yang sedang mengeram hormon prolaktin di dalam kelenjar hipopisa dan plasma darahnya meningkat. Hasil riset menunjukkan, pada ayam buras yang dimandikan setiap 2 hari sekali selama 5 menit pada saat mengeram hormon prolaktinnya menurun dibanding yang tidak dimandikan. Selain dengan memandikan ayam, sistem pemeliharaan secara intensif, sistem perkawinan dengan inseminasi buatan (IB) dan penetasan telur buras dengan menggunakan mesin tetas pun dapat meningkatkan produktivitas telur, karena fertilitas dan daya tetas telur meningkat. Dengan mesin tetas, fertilitas dan daya tetas hasil IB adalah 80,30% dan 66,4%, dibandingkan hasil kawin alam yang hanya mencapai 63,2% dan 68,1%. Cara lain untuk meningkatkan produksi telur adalah dengan pemberian enzym (philazym) sebanyak 0,1% ke dalam ransum. Cara ini dapat meningkatkan produksi telur dari 19,2 menjadi 23,36 butir/periode bertelur. Demikian pula bobot telur, dengan pemberian enzym ini bertambah dari 40,72 gram menjadi 41,86 gram. Hastono juga membuktikan pengaruh tinggi tempat terhadap produktivitas ayam buras. Pada dataran tinggi dengan sistem pemeliharaan secara intensif, produksi telur 60,7 butir/ekor/tahun, dengan bobot telur 42,7 2,6 gram, daya tetas 76,8 11,8% dan mortalitas 20,2 9,3%. Angka tersebut lebih baik dibanding ayam buras yang dipelihara di dataran rendah dengan produksi telur 45,1 butir/ekor/tahun, bobot telur 38,9 0,8 gram, daya tetas 79,2 7,9% dan mortalitas 25,1 7,4%. Sedang untuk menekan tingkat kematian ayam buras, program vaksinasi ND dengan sistem 4 (4 hari, 4 minggu dan setiap 4 bulan,) serta pemeliharaan secara intensif dengan sistem perkandangan menunjukkan hasil yang memuaskan.

Riset tersebut menunjukkan, produktivitas ayam buras dapat ditingkatkan dengan jalan mengurangi waktu dan sifat mengeram melalui seleksi ataupun mencelupkan ayam ke dalam air beberapa saat. Sistem pemeliharaan intensif juga dapat meningkatkan produksi telur, sedang sistem perkawinan secara IB dan penetasan menggunakan mesin tetas mampu meningkatkan fertilitas dan daya tetas.

Sumber : http://www.poultryindonesia.com/modules.php? name=News&file=article&sid=728