darah
DESCRIPTION
bloodTRANSCRIPT
A. DARAH
Darah adalah bentuk khusus jaringan ikat yang terdiri atas tiga jenis sel utama
eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit. Sel-sel ini juga
disebut unsur bentukan (formed elements) darah, beredar di dalam medium cair yaitu
plasma. Sel darah mengangkat gas, nutrien, produk limbah, hormon, antibodi, sel,
berbagai bahan kimia, ion, dan substansi lain di dalam plasma ke sel-sel berbagai jaringan
tubuh. Sel darah memiliki rentang usia terbatas, dan sebagai akibatnya mereka secara
terus-menerus diganti di tubuh oleh proses yang disebut hemopoiesis. Pada proses ini
semua sel darah berasal dari sel induk di sumsum tulang merah (medulla ossium rubra).
Karena sel induk dapat menghasilkan semua jenis sel darah, sel ini disebut sel induk
hemopoietik pluripoten (cellula haematopoietica precursoria pluripotens). Sel-sel ini
berproliferasi, berkembang dan menjadi berbagai bentuk sel darah matang khusus di
dalam sm-sum tulang dan organ limfoid.1
Hemopiesis terjadi pada berbagia jaringan tubuh, bergantung pada tahap
perkembangan. Pada embrio, hemopiesis terjadi di dalam kantong kuning telur (yolk sac)
dan pada tahap perkembangan lebih lanjut, terjadi di hati, limpa, dan limfo nodus. Setelah
lahir, hemopiesis hampir seluruhnya berlangsung di dalam sum-sum merah berbagai
tulang (pada neonatus, semua sum-sum tulang adalah merah). Pada orang dewasa, sum-
sum merah ditemukan terutama pada tuang pipih tengkorak, sternum dan iga, vertebrata,
dan tulang pelvis. Tulang lainnya, biasanya tulang panjang, secara berangsur menimbun
lemak, sumsumnya menjadi kuning dan tak dapat lagi melakukan fungsi hemopoiesis
1 Eroschenko, Victor P. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2014. p.105-106.
Gambar 1. Asal dan tahap diferensiasi sel darah (Sumber: Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2012. p.211).
Pemeriksaan mikroskopik sediaan apus darah memperlihatkan jenis-jenis sel
darah utama. Eritrosit atau sel darah merah tidak mempunyai inti dan jumlahnya paling
banyak. Leukosit mempunyai inti dan terbagi menjadi granulosit dan agranulosit,
bergantung pada ada atau tidak adanya granula di dalam sitoplasmanya. Granulosit
adalah neutrofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit adalah monosit dan limfosit. Leukosit
melakukan fungsi utamanya di luar pembuluh darah. Sel ini bermigrasi keluar pembuluh
darah melalui dinding kapiler dan masuk ke jaringan ikat, jaringan limfoid, dan sumsum
tulang. Leukosit terutama berfungsi sebagai system pertahanan terhadap invasi bakteri
atau terhadap benda asing di dalam tubuh. Akibatnya, leukosit paling banyak
terkonsentrasi di dalam jaringan ikat.2
Gambar 2. Pembuatan sediaan apusan darah (Sumber: Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2012. p.200).
Trombosit adalah unsur berbentuk paling kecil di dalam darah. Trombosit
merupakan fragmen atau sisa sitoplasma megakariosit, sel terbesar di sumsum tulang.
2 Ibid., p. 106.
Trombosit terbentuk melalui pelepasan sebagian sitoplasma atau fragmen dari tepi
megakariosit yang kemudia disalurkan dalam aliran darah. Fungsi utama trombosit adalah
memantau secara terus-menerus sistem vaskular dan mendeteksi setiap kerusakan di
lapisan endotel pembuluh darah. Bila lapisan endotel rusak, trombosit menempel pada
tempat yang cedera dan memulai proses kimiawi yang sangat komplek yang
menghasilkan bekuan darah.
Korelasi fungsional- Eritrosit dan Trombosit
Eritrosit matang sangat dikhususkan untuk mengangkut oksigen dan
karbondioksida. Kesanggupan mengangkut gas-gas pernapasan tergantung pada
hemoglobin protein di dalam eritrosit. Molekul besi pada hemoglobin mengikat molekul
oksigen, dan kebanyakan oksigen di dalam darah diangkut ke jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin. Karbondioksida dari sel-sel dan jaringan dibawa ke paru, sebagian
terlarut di dalam darah dan sebagian terikat pada hemoglobin sebagai
karbaminohemoglobin. Selama proses deferensiasi dan maturasi, eritrosit membuat
banyak hemoglobin. Sebelum eritrosit dibebaskan ke dalam sirkulasi sistemik, intinya
dikeluarkan dari sitoplasma, dan eritrosit matang tampak berbentuk bikonkaf. Bentuk ini
menyediakan luas permukaan lebih banyak untuk membawa gas pernapasan. Karena itu,
erotrosit mamalia matang di dalam sirkulasi adalah cakram bikonkaf tidak berinti yang
dibungkus membran dan mengandung hemoglobin dan beberapa enzim.3
Fungsi utama trombosit adalah untuk membantu pembekuan darah. Bila dinding
pembuluh darah pecah atau cidera, trombosit melekat pada daerah dinding pembuluh
darah yang cidera itu. Trombosit teraktivasi dan membentuk sumbat untuk menambal
tempat yang cedera. Trombosit dalam sumbat mengeluarkan berbagai glikoprotein
3 Ibid., p. 108.
adhesif yang meningkatkan ukuran sumbat, yang kemudian diperkuat oleh polimer fibrin
yang terbentuk dari banyak protein plasma. Fibrin membentuk anyaman di sekitar
sumbat, menangkap trombosit dan sel darah lainnya untuk membentuk bekuan darah.
Setelah bekuan darah terbentuk dan perdarahan berhenti, agregat trombosit membantu
retraksi bekuan, yang kemudian dibersihkan melalui kerja enzim.
Gambar 3. Konsentrasi rerata eritrosit, trombosit dan leukosit dalam darah normal (Sumber: Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2012. p.199).
Eritrosit
Eritrosit (sel darah merah) mengalami diferensiasi terminal, tidak memiliki inti,
dan dipenuhi oleh protein hemoglobin pembawa O2. Dalam keadaan normal, sel-sel ini
tidak pernah meninggalkan sistem sirkulasi. Seperti kebanyakan sel darah mamalia,
eritrosit manusia yang tertahan dalam suatu medium isotonik merupakan cakram
bikonkaf yang fleksibel. Sel-sel tersebut berdiameter sekitar 7,5 um, dengan tebal 2,6 um
di bagian tepi, dan tebal hanya 0,75 um di bagian tengah. Bentuk bikonkaf memberikan
rasio yang lebih besar untuk luas permukaan terhadap volume dan mempermudah
pertukaran gas. Konsentrasi eritrosit normal dalam darah sekitar 3,9-5,5 juta per
mikroliter pada wanita dan 4,1-6 juta per mikroliter pada pria.4
Eritrosit cukup fleksibel, yang memungkinkannya beradaptasi dengan ketidak-
teraturan bentuk kapiler dan diameter kapiler yang kecil. Pengamatan secara in vivo
menunjukkan bahwa saat melewati sudut percabangan kapiler, eritrosit dengan
hemoglobin dewasa (HbA) berubah bentuk dengan mudah dan sering berbentuk mirip
mangkuk. Sitoplasma eritroslt dipenuhi dengan hemoglobin, protein tetramer pembawa
O2, yang menimbulkan sifat asidofilia sel. Bila dikombinasi dengan O2, atau CO2,
hemoglobin, masing-masing, membentuk oksihemoglobin atau karbaminohemoglobin.
Reversibilitas kombinasi tersebut merupakan dasar untuk kapabilitas pengangkutan gas
oleh hemoglobin. Kombinasi hemoglobin dengan karbon monoksida (CO2) bersifat
ireversibel, yang mengurangi kapasitas sel dalam mengangkut O2.
Gambar 4. (a). Eritrosit normal bentuk konkaf (3000x). (b). Diagram eritrosit membentuk dimensi sel (Sumber: Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2012. p.201).
Leukosit bermigrasi ke jaringan tempat leukosit menjadi fungsional dan
melakukan berbagai aktivitas. Sesuai jenis granul dalam sitoplasma dan bentuk
4 Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2012. p.199-200.
intinya, leukosit terbagi menjadi dua kelompok: granulosit polimorfonuklear dan
agranulosit mononuklear. Granulosit dan agranulosit berbentuk sferis saat kedua sel
tersebut berada dalam plasma darah, tetapi menjadi ameboid setelah keluar dari
pembuluh darah dan memasuki jaringan. Perkiraan ukuran kedua sel tersebut mengacu
pada pengamatamya di sediaan apus darah, yaitu sel-sel tersebut tampak lebih besar dan
tersebar dibandingkan keadaannya di dalam darah. Granulosit memiliki dua jenis granul:
granul spesifik, yang mengikat komponen netral, basa, atau asam dari campuran pewarna
dan memiliki fungsi khusus, dan granul azlorotilik, yang merupakan lisosom khusus,
terpulas gelap, dan terdapat dalam tingkatan tertentu di semua leukosit. Bila sel
memfagositosis mikroorganisme, sejumlah protein granula azurofilik bekerja secara
kolektif untuk membunuh dan kemudian mencemanya. Protein bakterisidal mencakup
mieloperoksidase, yang menghasilkan hipokiorit dan agen reaktif lain yang bersifat toksik
terhadap bakteri; polipeptida kationik yang disebut defensin yang mengikat dan
menghasilkan lubang pada membran sel mikroorganisme; dan lisozim, yang melarutkan
komponen dinding sel bakteri.5
Granulosit memiliki inti polimorfik dengan 2 atau lebih lobus dan mencakup
neutrofil, eosinofil, dan basofil. Semua granulosit adalah sel yang sudah berdiferensiasi
terminal dengan jangka hidup beberapa hari. Kompleks Golgi dan RE kasarnya kurang
berkembang. Granulosit memiliki sedikit mitokondria dan lebih banyak berganfung pada
glikolisis untuk kebutuhan energinya yang rendah dan memungkinkannya berfungsi pada
jaringan dengan sedikit O2, seperti area peradangan. Granulosit biasanya mati melalui
apoptosis pada jaringan ikat dan milyaran neutrofil mati akibat apoptosis setiap harinya
5 Ibid., p. 200-201.
pada orang dewasa. Debris sel yang terbentuk dibuang oleh makrofag dan, seperti sel
yang mengalami apoptosis, tidak memicu terjadinya respons peradangan.
Gambar 5. Lima tipe leukosit manusia (Sumber: Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2012. p.203).
Agranulosit tidak memiliki granul spesifik, tetapi sel ini mengandung granul
azurofilik (lisosom). Inti tersebut berbentuk bulat atau berlekuk. Kelompok sel ini
meliputi limfosit dan monosit. Semua leukosit terlibat dalam pertahanan terhadap
mikroorganisme, dan pada perbaikan jaringan yang cedera. Pada suatu proses yang
disebut diapedesis, leukosit cepat membentuk juluran ke dalam celah antarsel baru,
bermigrasi keluar dari venula ke dalam ruang jaringan sekitar dan langsung mengarah ke
sel bakteri. Penarikan neutrofil ke bakteri melibatkan mediator kimiawi pada suatu proses
kemotaksis, yang menyebabkan leukosit berkumpul dengan cepat di daerah yang
membutuhkan kerja pertahanannya. Jumlah leukosit dalam darah bervariasi sesuai umur,
jenis kelamin, dan keadaan fisiologis. Pada orang dewasa normal, terdapat sekitar 6000-
10.000 leukosit per mikroliter darah.
Neutrofil merupakan 60-70% leukosit yang beredar. Diameternya l2-15 um pada
sediaan apus darah dengan inti yang terdiri atas 2-5 lobus yang dihubungkan oleh
jembatan inti yang halus. Neutrofil tidak aktif dan berbentuk sferis saat berada dalam
sirkulasi tetapi menjadi aktif dan ameboid selama diapedesis dan saat melekat pada
substrat solid seperti kolagen pada matriks ekstrasel. Sitoplasma neutrofil mengandung
dua jenis granul utama. Granul yang lebih banyak adalah granul spesifik, yang sangat
kecil dan di dekat ambang batas resolusi mikroskop cahaya dan granul azurofil, yang
merupakan lisosom khusus dengan komponen untuk membunuh bakteri yang ditelan.
Neutrofil adalah fagosit aktif untuk bakteri dan partikel kecil lain dan biasanya
merupakan leukosit pertama yang tiba di tempat infeksi, tempat sel-sel ini aktif mengejar
sel bakteri dengan menggunakan kemotaksis. Neutrofil juga mengandung glikogen, yang
dirombak menjadi glukosa untuk menghasilkan energi melalui jalur glikolisis.
Kesanggupan neutrofil bertahan hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan
karena sel-sel tersebut dapat mematikan bakteri dan membantu membersihkan debris di
daerah yang miskin-oksigen misalnya jaringan peradangan atau jaringan nekrosis.
Neutrofil adalah sel berumur-pendek, dengan wakfu paruh 6-7 jam dalam darah dan
memiliki rentang hidup selama 1-4 hari dalam jaringan ikat sebelum leukosit menemui
ajalnya melalui apoptosis.6
6 Ibid., p. 201-202.
Eosinofil jauh lebih sedikit daripada neutrofil, dan merupakan 2-4% leukosit
dalam darah normal. Pada sediaan apus darah, sel ini berukuran kurang lebih sama
dengan neutrofil dan mengandung inti bilobus yang khas. Ciri utama untuk mengenalinya
adalah sejumlah besar granul spesifik berukuran besar dan lonjong (sekitar 200 per sel)
yang terpulas dengan eosin. Secara ultrastrukturaf granul spesifik eosinofil tampak
berbentuk oval, dengan banyak inti kristalin pipih yang mengandung protein basa utama,
yaitu faktor yang kaya akan arginin dan menimbulkan sifat asidofilia yang intens pada
granul tersebut. Protein ini merupakan 50% dari total protein granul. Protein basa utama,
bersama-sama dengan peroksidase eosinofilik, enzim dan toksin lairy memiliki efek
sitotoksik terhadap parasit seperti cacing helmintik dan protozoa. Eosinofil juga
memfagosit kompleks antigenantibodi dan memodulasi respons inflamatorik dengan
banyak cara. Sel-sel tersebut merupakan sumber penting faktor yang memperantarai
reaksi alergi dan asma.7
Basofil juga berdiameter sekitar 12-15 um, tetapi membentukkurang dari 1%
leukosit darah sehingga basofil sukar ditemukan pada apusan darah normal. Intinya
terbagi menjadi dua atau lebih lobuli iregular, tetapi granul-granul spesifik besar yang
berada di atasnya biasanya mengaburkan bentuk inti tersebut. Granul spesifik azurofilik
(berdiameter 0,5 um) terpulas biru gelap atau secara metakromatik dengan pewarna basa
dari pulasan apusan darah dan berjumlah lebih sedikit dengan ukuran serta benfuk granul
yang lebih iregular ketimbang granul granulosit lainnya. Granul spesifik basofil
mengandung banyak histamin dan berbagai mediator peradangan, termasuk faktor
pengaktivasi trombosi! faktor kemotaktik eosinofil, dan fosfolipase A yang menghasilkan
faktor dengan berat molekul rendah yang disebut leukotrien. Basofil dapat melengkapi
7 Ibid., p. 202-204.
fungsi sel mast pada reaksi hipersensitivitas cepat, dengan cara bermigrasi ke dalam
jaringan ikat. Basofil dan sel mast memiliki granul metakromatik yang mengandung
heparin dan histamiry memiliki IgE yang terikat pada reseptor permukaan, dan
menyekresi komponen granulanya sebagai respons terhadap antigen tertentu.
Limfosit merupakan suatu famili leukosit dengan inti berbenfuk sferis. Limfosit
dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan molekul-molekul permukaan yang
khas (penanda), yang dapat dikenali dengan metode imunositokimia, terutama limfosit T,
limfosit B, dan sel pembunuh alami (NK, natural killer). Limfosit memiliki berbagai
peran fungsional yang berhubungan dengan reaksi imun dalam pertahanan terhadap
serangan mikroorganisme, antigen abnormal atau asing, dan sel-sel kanker. Kebanyakan
limfosit dalam darah berukuran kecil dengan diameter 6-8 um; limfosit berukuran
medium dan besar berdiameter dari 9 hingga 18 um. Limfosit kecil yang mendominasi
dalam darah ditandai dengan inti sferis, kadang-kadang berlekuk dengan kromatin yang
berkondensasi dan sangat basofilik, yang membuat sel ini mudah dibedakan dari
granulosit. Sitoplasma limfosit kecil sangat sedikit dan pada sediaan apus darah, tampak
sebagai tepian tipis di sekitar inti. Jangka hidup limfosit bervariasi, sebagian hanya hidup
beberapa hari dan yang lain bertahan dalam sirkulasi darah atau jaringan lain bertahun-
tahun lamanya. Limfosit adalah satu-satunya jenis leukosit yang dapat kembali ke darah
dari jaringan setelah mengalami diapedesis.8
Monosit adalah agranulosit yang berasal dari sumsum tulang, dengan variasi
diameter antara T2 sampai 20 um. Intinya besar, dapat berbentuk lonjong, berbentuk
ginjal atau berbentuk seperti huruf U. Kromatirurya kurang padat ketimbang pada
limfosit dan terpulas lebih terang ketimbang kromatin limfosit besar. Sitoplasma monosit
8 Ibid., p. 204.
bersifat basofilik dan sering mengandung granul azurofilik yang sangat halus (lisosom),
dan beberapa di antaranya mendekati batas resolusi mikroskop cahaya. Granul ini
tersebar di seluruh sitoplasma, dan memberinya warna abu-abu-kebiruan pada sediaan
terpulas. Setelah menerobos dinding venula pascakapiler, monosit berdiferensiasi
menjadi makrofag dalam jaringan ikat, mikroglia dalam SSP, osteoklas dalam tulang dan
lain-lain.9
Trombosit
Platelet darah (trombosit) adalah fragmen sel mirip-cakram, dan tak berinti,
dengan diameter 2-4 um. Trombosit berasal dari fragmentasi di ujung prosessus
sitoplasma yang terjulur dari sel poliploid raksasa yang disebut megakariosit dalam
sumsum tulang. Trombosit mempermudah pembekuan darah dan membantu memperbaiki
robekan atau kebocoran di dinding pembuluh darah, yang mencegah kehilangan darah.
Nilai hitung trombosit normal berkisar dari 200.000 sampai 400.000 per mikroliter darah.
Angka hidup trombosit dalam darah lebih kurang l0 hari. Pada sediaan apus darah,
trombosit sering tampak bergumpal. Peran trombosit dalam mengendalikan perdarahan
yaitu dengan agregasi primera, agregasi sekunder, koagulasi darah, retraksi bekuan, dan
penghancuran bekuan.
Darah Sebagai Barang Bukti Medik
Darah merupakan bagian tubuh manusia yang dapat memberikan informasi
penting bagi pengungkapan peristiwa pidana, baik yang ditemukan sebagai bercak,
diambil dari tubuh manusia yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Pada peristiwa
pidana, bercak darah sering kali ditemukan pada tubuh korban, lantai disekitar tubuh
9 Ibid., p. 204-207.
korban, dinding, alat-alat rumah tangga, senjata tajam, pakaian, kendaraan bermotor pada
kecelakaan lalu lintas.
Hampir semua korban mati dengan luka-luka dapat ditemukan genangan darah,
kecuali tubuh korban sudah dipindahkan dari tempatnya semula. Sebagian dari genangan
itu terkumpul ketika korban masih hidup dan sebagian lagi sesudah mati. Apabila
ditemukan bercak darah, maka perlu diperhatikan letak bercak darah untuk mengetahui
bagaimana posisi korban saat menerima luka dan untuk mengetahui dari mana darah
berasal. Kedua perlu diperhatikan bentuk atau gambaran bercak darah untuk mengetahui
bagaimana cara darah menempel pada obyek dan dari mana darah berasal.10
Bercak yang ditemukan di kaki dan di lantai pada korban tusukan di dada
memberi petunjuk bahwa korban dalam keadaan berdiri ketika menerima tusukan. Bentuk
bercak darah juga dapat memberikan informasi tentang bagaimana cara darah menempel
pada objek, yaitu jatuh secara pasif, menyemprot dari artei atau karena senjata yang
berlumuran darah di kibas-kibaskan oleh pembunuh. Letak ditemukannya bercak dapat
memeberi petunjuk dari mana daerah berasal. Bercak-bercak linier yang ditemukan di
langit-langit kemungkinan besar berasal dari senjata tajam yang dikibas-kibaskan oleh
pelakunya. Bercak di lantai atau perabotan rumah tangga kemungkinan besar berasal dari
tubuh korban.
Ada berbagai cara di mana bercak darah dapat diklasifikasikan. Bercak darah
yang terbentuk di bawah pengaruh gravitasi dideskripsikan sebagai bercak darah pasif.
Gambaran tersebut merupakan hasil kontak antara dua permukaan yang setidaknya satu
memiliki darah di atasnya. Gambaran seperti rintik-rintik hujan termasuk percikan yang
10 Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. 2007. p. 165-166.
dihasilkan dari peristiwa aktif seperti tembakan, serta cipratan yang disebabkan oleh,
misalnya benda yang diayunkan.11
Tabel 1. Bentuk dari bercak darah (Sumber: Idries, Abdul Munim, Agung L. Tjiptamartono. Pemeriksaan Darah. Dalam: Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Sagung Seto: Jakarta. 2008. p.21.
Bentuk Bercak Arah Jatuhnyadan Jaraknya Deskripsinya
Vertikalsampai 60 cm
Bercak bundar dengan tepi rata
Bercak bundar dengan tepi terdapat bundaran kecil-kecil
Vertikal60-120 cm
Bercak bundar dengan tepi terdapat tonjolan-tonjolan seperti jarum
Vertikaldi atas 120 cm Bercak bundar dengan tepi
bergerigi seperti roda pedati
MiringBervariasi dengan kecepatan jatuhnya
Bentuk lonjong seperti tanda seru atau seperti bowling
Gambaran bercak yang menyerupai pin bowling atau tanda seru memberikan
petunjuk bahwa darah menyemprot dari arteri ke permukaan objek secara miring, di mana
ujung kecil dari pin bowling itu menunjuk ke arah mana darah menyemprot. Gambaran
bercak besar yang salah satu sisinya bergerigi atau membentuk jari-jari dengan ujung
11 Brodbeck, Silke. Introduction to Bloodstain Pattern Analysis Volume 2. SIAK Journal: Austria. 2012. p.53-57.
runcing seperti gambar ubur-ubur memberi informasi bahwa korban diseret kelain
tempat. Ujung jari-jari menunjuk ke arah korban diseret.12
Banyaknya genangan darah tidak dapat dikorelasikan dengan besarnya luka. Luka
kecilpun jika mengenai bagian pembuluh darah misalnya varises mungkin dapat
menimbulkan genangan darah yang banyak, sebaliknya luka tusuk pada dada mungkin
tidak menimbulkan genangan yang banyak karenan darah berkumpul di rongga dada.
Gambar 6. Pola Bercak Darah (Sumber: Bordner, Pamela., et al. Bloodstain Photography. Australia: IABPA. 2007. p. 4-13.
Pada penyidikan perkara pidana diperlukan pemeriksaan darah baik pada orang
yang masih hidup maupun pemeriksaan darah pada korban mati. Pemeriksaan darah dari
orang yang masih hidup pada penyidikan perkara pidana diperlukan untuk:
Membuktikan adanya alkohol dalam darah pelanggar lalu lintas atau orang-orang
yang diduga melakukan kejahatan.
12 Dahlan, Sofwan. Op.cit., p. 166-170.
Membuktikan adanya morphin dalam darah dari orang-orang yang diduga sebagai
pemakai zat tersebut.
Membuktikan ada tidaknya hubungan paternitas pada kejahatan dibidang imigrasi.
Perlu diketahui bahwa dalam upaya memasuki negara tertentu sering dilakukan
dengan cara-cara yang tak syah, misalnya dengan memalsukan keayahan.
Membuktikan adanya tindakan pidana perzinahan yang mngakibatkan lahirnya anak.
Pemeriksaan darah pada korban mati, pada penyidikan perkara pidana diperlukan
untuk menentukan:
Golongan daranya untuk dicocokam dengan golongan darah yang menempel pada
senjata atau kendaraan yang dicurigai sebagai penyebab kematiannnya.
Untuk menentukan sebab kematiannya, yaitu dengan memeriksa adanya zat atau
racun yang menyebabkan kematiannya.
Gambar 8. Mengukur Bercak Darah (Sumber: Bordner, Pamela., et al. Bloodstain Photography. Australia: IABPA. 2007. p. 4-13.
Untuk menentukan golongan darah tidak perlu dipilih darah dari tempat-tempat
tertentu, tetapi untuk menentukan adanya alkohol perlu diambil dari pembuluh darah
vena perifer (kalau memungkinkan vena femoralis). Bila ada kecurigaan keracunan zat-
zat lain perlu diambil darah dari jantung dan dari vena perifer secara terpisah. Dengan
meneliti kadar obat-obatan dari berbagai tempat akan dapat diperkirakan seberapa jauh
tingkat keracunannya. Kalau mungkin darah yang telah diambil ditempatkan di dalam
refrigator dengan suhu sekitar 4 derajat celcius. Penambahan sedikit sodium fluorida akan
mencegah proses enzymatik dari pembusukan. Semakin banyak darah yang dapat diambil
semakin baik, tetapi pemeriksaan berbagai zat dengan teknik modern sekarang ini tidak
memerlukan banyak darah. Alat dan perlengkapan pengambilan sampel darah adalah
tas kertas, kotak, amplop, swab, wadah penyimpan swab steril, gunting, alat dokumentasi,
pisau skalpel sekali pakai, air bersih (distilled water), duk steril, sarung tangan, skala
ABFO, kaca obyek, kasa steril, benang steril (threads), penjepit kecil (tweezers), test
tube/ rak test tube, laser pointer, spidol permanen.
Petunjuk Pengumpulan Barang Bukti
Sebagai petunjuk dalam pengumpulan barang bukti bagi kepentingan peradilan dapat
dilihat dalam tabel 2.
Tabel 2. Petunjuk pengumpulan barang bukti5
Contoh Jumlah yang dibutuhkan ProsedurKemasan kontrol
Barang bukti
DARAHBercak kering pada tekstil
Kemasan yang kuat 5ml atau dengan druggist fold EDTA dari korban dan tersangka
seluruhnya Pada objek kecil kirim semuanya. Pada objek besar, bercak dikerok dan ditaruh pada kertas yang bersih.
Bercak pada pakaian, tekstil, dll.
Seperti di atas. Dalam kantong kertas. Bungkus secara terpisah.
seluruhnya Jika basah keringkan dahulu, jangan diberi pengawet
Pakaian Dalam kantong kertas. Bungkus secara terpisah.
seluruhnya Seutuhnya, jangan dipotong. Biarkan kering sendiri.
Organ tubuh (hidup)
Tabung reaksi bersih atau botol
5ml untuk pemeriksaan5 ml untuk alkohol
Dokter yang mengambil, dapat diberi pengawet, taruh dalam lemari pendingin sampai dikirim ke laboratorium.
Organ tubuh (mayat)
Tabung reaksi bersih atau botol
25ml untuk obat-obatan, 5ml untuk alkohol.
Beri pengawet dan anti pembeku. Simpan dalam lemari pendingin sampai dikirim ke laboratorium.
18. Idries, AM. Op.cit., halaman 30-34.
Pemeriksaan darah di tempat kejadian perkara kasus kriminal dapat memberikan
informasi yang berguna bagi proses penyidikan. Analisis bercak darah adalah ilmu
forensik yang berkaitan dengan bagaimana bercak darah dapat timbul setelah darah
mengalir dari tubuh manusia. Pemeriksaan yang sederhana dan dapat dilakukan oleh
setiap penyidik adalah: 18,19
1. Dari bentuk dan sifat bercak dapat diketahui
a. Perkiraan jarak antara lantai dengan sumber perdarahan.
b. Arah pergerakan dari sumber perdarahan baik dari korban maupun dari si pelaku
kejahatan.
c. Sumber perdarahan, darah yang berasal dari pembuluh balik (pada luka yang dangkal),
akan berwarna merah gelap sedangkan yang berasal dari pembuluh nadi (pada luka yang
dalam) akan berwarna merah terang. Darah yang berasal dari saluran pernapasan atau
paru-paru berwarna merah terang dan berbuih (jika telah mongering tampak seperti
gambaran sarang tawon). Darah yang berasal dari saluran pencernaan akan berwarna
merah coklat sebagai akibat dari bercampurnya darah dengan asam lambung. Darah dari
pembuluh nadi akan memberikan bercak kecil-kecil menyemprot pada daerah yang lebih
jauh dari daerah perdarahan; sedangkan yang berasal dari pembuluh balik biasanya
membentuk genangan (ini karena tekanan dalam pembuluh nadi lebih tinggi dari tekanan
atmosfer sedangkan tekanan dalam pembuluh balik lebih rendah hingga tidak mungkin
dapat menyemprot).
d. Perkiraan umur/tuanya bercak darah. Darah yang masih baru bentuknya cair dengan bau
amis, dalam waktu 12-36 jam akan mongering sedangkan warna darah akan berubah
menjadi coklat dalam waktu 10-12 hari. Oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi
darah maka di dalam prakteknya hanya disebutkan bahwa darah tersebut “sangat baru”
(beberapa hari), “baru”, “tua”, dan “sangat tua” (beberapa tahun): yaitu berdasarkan
perubahan-perubahan warna serta perbandingan jumlah dengan intensitas reaksi terhadap
uji-uji yang dilakukan di laboratorium.
18. Brodbeck, Silke. Loc.cit., halaman 51-57.
19. Idries, AM, Tjiptomartono AL. Op.cit., halaman 19-27.
2. Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi korban sewaktu
terjadinya perdarahan. Pada orang yang bunuh diri dengan memotong leher pada posisi tegak
atau pada kasus pembunuhan di mana korbannya sedang berdiri, maka bercak/aliran darah
akan tampak berjalan dari atas ke bawah.
3. Dari distribusi darah yang terdapat di lantai dapat diduga apakah kasusnya kasus bunuh diri
(tergenang, setempat), ataukah pembunuhan (bercak dan genangan darah tidak beraturan,
sering tampak tanda-tanda bahwa korban tampak berusaha menghindar atau tampak bekas
diseret).
4. Pada kasus tabrak lari, pemeriksaan bercak darah dalam hal ini golongan darahnya yang
terdapat pada kendaraan yang diduga sebagai penabrak dibandingkan dengan golongan darah
korban akan bermakna dan memudahkan proses penyidik.
Pemeriksaan Bercak Darah yang Telah Kering
Dalam melakukan pemeriksaan bercak darah yang telah kering di tempat kejadian
perkara atau pada barang-barang bukti seperti pisau, palu, tongkat pemukul, dan
sebagainya, penyidik harus memperoleh kejelasan di dalam 3 hal pokok, yaitu:20
- Apakah bercak tersebut memang bercak darah?
- Jika bercak darah, apakah berasal dari manusia?
- Jika berasal dari manusia, apakah golongan darahnya?
20. Ibid., halaman 19-27.
4Tabel 3. Pemeriksaan Laboratorium pada Bercak Darah yang Kering21
Tujuan Pemeriksaan Metode Pemeriksaan* Hasil yang Diharapkan
1. Menentukan bercak
darah
Pendahuluan:
Test Benzidine
Test Luminol
Penentuan:
Test Teichmann
Test Takayama
Terjadinya warna hijau-biru
Bercak bersinar
Kristal hemin-HCl berbentuk
batang, warna coklat
Kristal pyridine-hemochrome-
gen berbentuk bulu, warna
jingga
2. Menentukan darah
manusia
Test Precipitin Terjadinya presipitasi
3. Menentukan golongan
darah
Absorption-Elution Terjadi agglutinasi
*) Keterangan:
a. Dalam perkara kriminal test benzidine yang positif merupa indikasi yang sangat kuat bahwa
bercak yang diperiksa adalah bercak darah. Dasar dari test benzidine ialah hemoglobin darah
dapat mengadakan aktivitas seperti enzim peroxidase, enzim yang mempercepat oksidasi.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Hemoglobin-hidrogen-peroxida H2O-On
Benzidine-On perubahan warna (hijau-biru)
Reagensia benzidine dibuat dari larutan jenuh kristal benzidine dalam asam asetat glasial.
Cara pemeriksaan: bercak yang diduga bercak darah digosok dengan kertas saring, bercak
yang menempel pada kertas saring kemudian diteteskan dengan 1 tetes Hidrogen-peroxida
20% dan 1 tetes reagensia benzidine.
21. Ibid., halaman 19-27.
b. Test luminol merupakan test yang paling sensitif untuk mendeteksi darah. Bercak darah bila
disemprot dengan reagensia luminol akan bersinar mengeluarkan cahaya (luminescense),
dengan demikian test ini dapat untuk test penyaring, oleh karena dapat dilakukan dengan
cepat. Reagensia luminol dibuat dari campuran 100 mg 3-aminophthalhydrazide dan 5 gram
sodium carbonate dalam 100 ml aquadest sebelum dipakai larutan tersebut ditambah dengan
700 mg sodium perborate. Cara pemeriksaan, objek yang akan diperiksa disemprot dengan
reagensia. Oleh karena yang akan dilihat adalah keluarnya sinar dari bercak, maka
pemeriksaan dilakukan di dalam ruang yang gelap.
c. Uji takayama dan teichmann lebih spesifik akan tetapi sangat mudah dipengaruhi oleh zat-zat
yang mengkontaminasi, hal mana sering terdapat pada bercak darah. Walaupun lebih spesifik
bila dibandingkan dengan test benzidine, tetapi kurang sensitif. Uji takayama dan teichmann
didasarkan pada pembentukan kristal yang khas yang terjadi dari percampuran antara
reagensia dengan derivat hemoglobin. Cara pemeriksaan uji takayama, seujung jarum bercak
kering diletakkan pada gelas objek, teteskan 1 tetes reagensia, tutup dengan kaca penutup
kemudian dipanaskan. Hasil yang positif secara mikroskopis akan tampak kristal pyridine-
hemochromogen yang berbentuk bulu dan berwarna jingga. Reagen takayama dibuat dari 3
ml pyridine redistilled ditambah 3 ml larutan glukosa jenuh, 3 ml NaOH 10% dan 7 ml
aquades. Uji teichmann, seujung jarum bercak diletakkan pada gelas objek ditambahkan 1
butir kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glasial, tutup kaca dengan kaca penutup dan
dipanaskan. Uji yang positif akan terlihat secara mikroskopis adanya kristal-kristal hemin
HCL berbentuk batang dan berwarna coklat.
d. Untuk melakukan uji precipitin terlebih dahulu harus dibuat serum anti manusia (human
antiserum). Darah manusia disuntikkan pada kelinci, dengan demikian kelinci tersebut akan
membentuk antibodidy yang akan bereaksi menetralisir darah manusia. Darah kelinci
kemudian diambil dan serum yang mengandung antibodi diisolir untuk pemeriksaan, serum
tersebut adalah serum anti manusia (human antiserum). Uji precipitin adalah uji yang
spesifik untuk menentukan spesies, apakah bercak yang diperiksa itu berasal dari darah
manusia, anjing, kucing, dan lain-lain. Cara pemeriksaan, satu gram darah kering atau 1 cm2
bercak diekstraksi dengan larutan garam fisiologis (1 ml larutan dengan ph 7). Serum anti
manusia dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan ekstrak yang telah
dibuat. Hasil positif akan diketahui dengan terbentuknya presipitasi di antara serum anti
manusia dan ekstrak, presipitat yang terbentu tampak sebagai daerah yang keruh.
Pemeriksaan dalam tabung tersebut dikenal juga dengan nama reaksi cincin. Uji precipitin
adalah uji yang sangat sensitif, hanya membutuhkan sedikit darah. Darah manusia yang
kering dan berumur 10-15 tahun akan tetap memberikan hasil yang positif, bahkan ekstrak
jaringan yang diambil dari yang berumur 4000-5000 tahun juga memberikan hasil yang
positif. Cara lain yang dapat juga dilakukan untuk menentukan spesies dimana dasarnya
adalah pembentukan presipitasi ialah reaksi precipitin dalam agar dan immuno-
electrophoresis dalam agar.
e. Penentuan golongan darah pada bercak darah yang kering lebih sulit bila dibandingkan
dengan penentuan pada darah yang masih segar, terlebih lagi bila bercak darah tersebut
sangat tua; ini disebabkan oleh karena sel-sel darah telah hancur. Penentuan golongan darah
pada bercak darah yang kering dimungkinkan oleh karena antigen yang terdapat pada
permukaan sel tetap utuh walaupun sel-selnya telah hancur, dengan demikian penentuan
golongan darah tetap dilakukan secara tidak langsung. Teknik yang dipakai untuk penentuan
golongan darah pada bercak darah yang kering ialah absorption-elution; di mana prosedur
pemeriksaan terdiri dari 4 tahap:
- Tahap 1 : antiserum diteteskan pada bercak darah, dibiarkan untuk beberapa saat supaya
antibodi bereaksi mengikat antigen.
- Tahap 2 : serum yang tidak bereaksi dicuci supaya antibodi yang berlebihan dapat
dihilangkan.
- Tahap 3 : dengan terbentuknya ikatan antibodi dengan antigen, maka ikatan tersebut
dapat dilepaskan lagi dengan proses yang dikenal dengan nama elution. Untuk itu bahan
yang diperiksa harus dipanaskan dalam temperatur 55o C, dengan demikian ikatan
antibodi dengan antigen akan terlepas.
- Tahap 4 : antibodi yang terlepas kemudian ditambah dengan sel darah merah yang telah
diketahui golongan darahnya, dengan demikian ada tidaknya agglutinasi dapat dilihat,
golongan darah dari bercak dapat diketahui.
Tabel 4. Penentuan Golongan Darah Cara Absorption Elution5
Bercak darah di test dengan
Anti –A,
+
Sel –A,
Anti –B,
+
Sel –B,
Antigen yang ada
+
Pada bercak
Golongan darah
+
-
+
-
-
+
+
-
A
B
A dan B
Tidak ada
A
B
AB
O
+ (Terlihat Agglutinasi)
- (Tidak ada Agglutinasi)
Hukum Mandel Untuk Sistem Golongan Darah
Golongan darah pada manusia dapat diturunkan kepada anak-anaknya, penurunan
tersebut menuruti aturan tertentu, yaitu menurut Hukum Mendel; yang menyatakan
sebagai berikut:5
1. Agglutinogen (antigen) tidak mungkin timbul pada anak jika antigen tersebut tidak ada pada
salah satu atau kedua orangtua tersebut.
2. Orangtua yang homozygous harus meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya.
3. Anak yang homozygous harus mendapatkan gen untuk antigen tersebut dari masing-masing
orangtuanya.
Penerapan Hukum Mendel dalam sistem A-B-O, adalah sebagai berikut: 5
a. Agglutinogen A atau B tidak mungkin timbul pada anak bila Agglutinogen tersebut tidak
terdapat pada salah satu atau kedua orangtuanya.
b. Orangtua dengan golongan darah AB tidak mungkin mempunyai anak dengan golongan
darah O.
c. Anak dengan golongan darah O tidak mungkin mempunyai orangtua dengan golongan darah
AB.
Ibid., halaman 19-27.
Hukum Mandel juga berlaku untuk sistem golongan darah lainnya dan
berdasarkan kepada hukum tersebut maka penentuan golongan darah dapat diterapkan
dan membantu penyelesaian perkara-perkara kriminal. 5
Tabel 5. Antigen dan Antibodi yang Terdapat Dalam Darah (Sistem A-B-O) 5
Golongan Darah Antigen
Pada Sel Darah Merah
Antibodi dalam Serum
A
B
AB
O
A
B
AB
Tidak ada
Anti –B
Anti –A
Tidak ada
Anti –A dan anti -B
Tabel 6. Golongan Darah Anak Sebagai Hasil Perkawinan Orangtuanya (Sistem A-B-O) 5
Golongan darah
kedua orangtuanya
Golongan darah yang
mungkin pada anak
Golongan darah yang
tidak mungkin pada anak
O x O
O x A
A x A
O x B
B x B
A x B
O x AB
A x AB
B x AB
AB x AB
O
O, A
O, A
O, B
O, B
O, A, B, AB
A, B
A, B, AB
A, B, AB
A, B, AB
A, B, AB
B, AB
B, AB
A, AB
A, AB
Tidak ada
O, AB
O
O
O
Ibid., halaman 19-27.
AIR LIUR
Air liur merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar liur. Air liur (saliva)
terdiri dari air, enzim ptialin (alfa amilase), protein, lipid, ion-ion anorganik seperti
tiosianat, klorida, dan lain-lain. Dalam bidang kedokteran forensik, pemeriksaan air liur
penting untuk kasus-kasus dengan jejas gigitan untuk menentukan golongan darah
penggigitnya. Golongan darah penggigit yang termasuk dalam golongan sekretor dapat
ditentukan dengan cara absorpsi inhibisi.7
Cara Absorpsi Inhibisi
Basahkan bercak air liur dengan 0,5 ml salin, kemudian peras dan tempatkan air liur atau ekstrak
air liur dalam salin tadi dalam tabung reaksi, lalu dipanaskan dalam air mendidih selama 10
menit. Pusing dan supernatan diambil dan boleh disimpan pada suhu 20 derajat C. Untuk
pemeriksaan perlu dilakukan kontrol dengan air liur yang telah diketahui golongan sekretor atau
non sekretor. Dalam tabung reaksi 1 vol air liur ditambahkan 1 vol antiserum. Campuran tersebut
didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang untuk proses absorpsi. Selama menunggu, tentukan
titer anti A, anti B dan anti H yang digunakan. Setelah 30 menit berlalu, pada campuran tersebut
ditentukan titer anti A, anti B dan anti H dengan cara yang sama. SDM yang digunakan adalah
suspensi 4% yang berumur kurang dari 24 jam. Bandingkan titer antisera yang digunakan dengan
titer campuran antiserum ditambah air liur. Hasil positif bila titer berkurang lebih dari 2 kali.
Reagens anti A dan anti B dapat diperoleh dari laboratorium transfusi darah PMI, demikian pula
dengan anti H. anti H dapat dibuat dari biji-biji Ulex europaeus yang digerus dalam mortir. Tiap
1 gram biji-bijian ditambahkan 10 ml salin. Kemudian campuran dikocok dengan mesin
pengocok selama 1 jam dan dipusing selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Cairan
supernatan disaring dan segera dipergunakan.7
Ibid., halaman 195-196.
1. Eroschenko, Victor P. Darah. Dalam: Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014. p.105-121.
2. Dahlan, S. Barang Bukti Medik. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik, Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007. p.165-170.
3. National Police Commision (2010). Philippine National Police Operational Procedures. Camp Frame. Philipine, p.8-9.
4. Brodbeck, Silke (2012). Introduction to Bloodstain Pattern Analysis. SIAK Journal. Vol.2. Austria, p.51-57.
5. Idries, AM, Tjiptomartono AL. Pemeriksaan Darah. Dalam: Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Sagung Seto; 2008. p.19-27.
6. Bevel, T, Ross MG. Bloodstain pattern analysis with an introduction to crime scene reconstruction. USA: CRC Press; 2008. p.1-35.
7. Budiyanto, A., et al. Pemeriksaan Air Liur. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FKUI.; 1997. p.195-96.