darah

42
A. DARAH Darah adalah bentuk khusus jaringan ikat yang terdiri atas tiga jenis sel utama eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit. Sel-sel ini juga disebut unsur bentukan (formed elements) darah, beredar di dalam medium cair yaitu plasma. Sel darah mengangkat gas, nutrien, produk limbah, hormon, antibodi, sel, berbagai bahan kimia, ion, dan substansi lain di dalam plasma ke sel- sel berbagai jaringan tubuh. Sel darah memiliki rentang usia terbatas, dan sebagai akibatnya mereka secara terus-menerus diganti di tubuh oleh proses yang disebut hemopoiesis. Pada proses ini semua sel darah berasal dari sel induk di sumsum tulang merah (medulla ossium rubra). Karena sel induk dapat menghasilkan semua jenis sel darah, sel ini disebut sel induk hemopoietik pluripoten (cellula haematopoietica precursoria pluripotens). Sel-sel ini berproliferasi, berkembang dan menjadi berbagai bentuk sel darah matang khusus di dalam sm-sum tulang dan organ limfoid. 1 1 Eroschenko, Victor P. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2014. p.105-106.

Upload: riri

Post on 09-Jul-2016

10 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

blood

TRANSCRIPT

Page 1: Darah

A. DARAH

Darah adalah bentuk khusus jaringan ikat yang terdiri atas tiga jenis sel utama

eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit. Sel-sel ini juga

disebut unsur bentukan (formed elements) darah, beredar di dalam medium cair yaitu

plasma. Sel darah mengangkat gas, nutrien, produk limbah, hormon, antibodi, sel,

berbagai bahan kimia, ion, dan substansi lain di dalam plasma ke sel-sel berbagai jaringan

tubuh. Sel darah memiliki rentang usia terbatas, dan sebagai akibatnya mereka secara

terus-menerus diganti di tubuh oleh proses yang disebut hemopoiesis. Pada proses ini

semua sel darah berasal dari sel induk di sumsum tulang merah (medulla ossium rubra).

Karena sel induk dapat menghasilkan semua jenis sel darah, sel ini disebut sel induk

hemopoietik pluripoten (cellula haematopoietica precursoria pluripotens). Sel-sel ini

berproliferasi, berkembang dan menjadi berbagai bentuk sel darah matang khusus di

dalam sm-sum tulang dan organ limfoid.1

Hemopiesis terjadi pada berbagia jaringan tubuh, bergantung pada tahap

perkembangan. Pada embrio, hemopiesis terjadi di dalam kantong kuning telur (yolk sac)

dan pada tahap perkembangan lebih lanjut, terjadi di hati, limpa, dan limfo nodus. Setelah

lahir, hemopiesis hampir seluruhnya berlangsung di dalam sum-sum merah berbagai

tulang (pada neonatus, semua sum-sum tulang adalah merah). Pada orang dewasa, sum-

sum merah ditemukan terutama pada tuang pipih tengkorak, sternum dan iga, vertebrata,

dan tulang pelvis. Tulang lainnya, biasanya tulang panjang, secara berangsur menimbun

lemak, sumsumnya menjadi kuning dan tak dapat lagi melakukan fungsi hemopoiesis

1 Eroschenko, Victor P. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2014. p.105-106.

Page 2: Darah
Page 3: Darah

Gambar 1. Asal dan tahap diferensiasi sel darah (Sumber: Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2012. p.211).

Pemeriksaan mikroskopik sediaan apus darah memperlihatkan jenis-jenis sel

darah utama. Eritrosit atau sel darah merah tidak mempunyai inti dan jumlahnya paling

banyak. Leukosit mempunyai inti dan terbagi menjadi granulosit dan agranulosit,

bergantung pada ada atau tidak adanya granula di dalam sitoplasmanya. Granulosit

adalah neutrofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit adalah monosit dan limfosit. Leukosit

melakukan fungsi utamanya di luar pembuluh darah. Sel ini bermigrasi keluar pembuluh

darah melalui dinding kapiler dan masuk ke jaringan ikat, jaringan limfoid, dan sumsum

tulang. Leukosit terutama berfungsi sebagai system pertahanan terhadap invasi bakteri

Page 4: Darah

atau terhadap benda asing di dalam tubuh. Akibatnya, leukosit paling banyak

terkonsentrasi di dalam jaringan ikat.2

Gambar 2. Pembuatan sediaan apusan darah (Sumber: Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2012. p.200).

Trombosit adalah unsur berbentuk paling kecil di dalam darah. Trombosit

merupakan fragmen atau sisa sitoplasma megakariosit, sel terbesar di sumsum tulang.

2 Ibid., p. 106.

Page 5: Darah

Trombosit terbentuk melalui pelepasan sebagian sitoplasma atau fragmen dari tepi

megakariosit yang kemudia disalurkan dalam aliran darah. Fungsi utama trombosit adalah

memantau secara terus-menerus sistem vaskular dan mendeteksi setiap kerusakan di

lapisan endotel pembuluh darah. Bila lapisan endotel rusak, trombosit menempel pada

tempat yang cedera dan memulai proses kimiawi yang sangat komplek yang

menghasilkan bekuan darah.

Korelasi fungsional- Eritrosit dan Trombosit

Eritrosit matang sangat dikhususkan untuk mengangkut oksigen dan

karbondioksida. Kesanggupan mengangkut gas-gas pernapasan tergantung pada

hemoglobin protein di dalam eritrosit. Molekul besi pada hemoglobin mengikat molekul

oksigen, dan kebanyakan oksigen di dalam darah diangkut ke jaringan dalam bentuk

oksihemoglobin. Karbondioksida dari sel-sel dan jaringan dibawa ke paru, sebagian

terlarut di dalam darah dan sebagian terikat pada hemoglobin sebagai

karbaminohemoglobin. Selama proses deferensiasi dan maturasi, eritrosit membuat

banyak hemoglobin. Sebelum eritrosit dibebaskan ke dalam sirkulasi sistemik, intinya

dikeluarkan dari sitoplasma, dan eritrosit matang tampak berbentuk bikonkaf. Bentuk ini

menyediakan luas permukaan lebih banyak untuk membawa gas pernapasan. Karena itu,

erotrosit mamalia matang di dalam sirkulasi adalah cakram bikonkaf tidak berinti yang

dibungkus membran dan mengandung hemoglobin dan beberapa enzim.3

Fungsi utama trombosit adalah untuk membantu pembekuan darah. Bila dinding

pembuluh darah pecah atau cidera, trombosit melekat pada daerah dinding pembuluh

darah yang cidera itu. Trombosit teraktivasi dan membentuk sumbat untuk menambal

tempat yang cedera. Trombosit dalam sumbat mengeluarkan berbagai glikoprotein

3 Ibid., p. 108.

Page 6: Darah

adhesif yang meningkatkan ukuran sumbat, yang kemudian diperkuat oleh polimer fibrin

yang terbentuk dari banyak protein plasma. Fibrin membentuk anyaman di sekitar

sumbat, menangkap trombosit dan sel darah lainnya untuk membentuk bekuan darah.

Setelah bekuan darah terbentuk dan perdarahan berhenti, agregat trombosit membantu

retraksi bekuan, yang kemudian dibersihkan melalui kerja enzim.

Gambar 3. Konsentrasi rerata eritrosit, trombosit dan leukosit dalam darah normal (Sumber: Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2012. p.199).

Eritrosit

Eritrosit (sel darah merah) mengalami diferensiasi terminal, tidak memiliki inti,

dan dipenuhi oleh protein hemoglobin pembawa O2. Dalam keadaan normal, sel-sel ini

tidak pernah meninggalkan sistem sirkulasi. Seperti kebanyakan sel darah mamalia,

eritrosit manusia yang tertahan dalam suatu medium isotonik merupakan cakram

bikonkaf yang fleksibel. Sel-sel tersebut berdiameter sekitar 7,5 um, dengan tebal 2,6 um

di bagian tepi, dan tebal hanya 0,75 um di bagian tengah. Bentuk bikonkaf memberikan

rasio yang lebih besar untuk luas permukaan terhadap volume dan mempermudah

Page 7: Darah

pertukaran gas. Konsentrasi eritrosit normal dalam darah sekitar 3,9-5,5 juta per

mikroliter pada wanita dan 4,1-6 juta per mikroliter pada pria.4

Eritrosit cukup fleksibel, yang memungkinkannya beradaptasi dengan ketidak-

teraturan bentuk kapiler dan diameter kapiler yang kecil. Pengamatan secara in vivo

menunjukkan bahwa saat melewati sudut percabangan kapiler, eritrosit dengan

hemoglobin dewasa (HbA) berubah bentuk dengan mudah dan sering berbentuk mirip

mangkuk. Sitoplasma eritroslt dipenuhi dengan hemoglobin, protein tetramer pembawa

O2, yang menimbulkan sifat asidofilia sel. Bila dikombinasi dengan O2, atau CO2,

hemoglobin, masing-masing, membentuk oksihemoglobin atau karbaminohemoglobin.

Reversibilitas kombinasi tersebut merupakan dasar untuk kapabilitas pengangkutan gas

oleh hemoglobin. Kombinasi hemoglobin dengan karbon monoksida (CO2) bersifat

ireversibel, yang mengurangi kapasitas sel dalam mengangkut O2.

Gambar 4. (a). Eritrosit normal bentuk konkaf (3000x). (b). Diagram eritrosit membentuk dimensi sel (Sumber: Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2012. p.201).

Leukosit bermigrasi ke jaringan tempat leukosit menjadi fungsional dan

melakukan berbagai aktivitas. Sesuai jenis granul dalam sitoplasma dan bentuk

4 Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2012. p.199-200.

Page 8: Darah

intinya, leukosit terbagi menjadi dua kelompok: granulosit polimorfonuklear dan

agranulosit mononuklear. Granulosit dan agranulosit berbentuk sferis saat kedua sel

tersebut berada dalam plasma darah, tetapi menjadi ameboid setelah keluar dari

pembuluh darah dan memasuki jaringan. Perkiraan ukuran kedua sel tersebut mengacu

pada pengamatamya di sediaan apus darah, yaitu sel-sel tersebut tampak lebih besar dan

tersebar dibandingkan keadaannya di dalam darah. Granulosit memiliki dua jenis granul:

granul spesifik, yang mengikat komponen netral, basa, atau asam dari campuran pewarna

dan memiliki fungsi khusus, dan granul azlorotilik, yang merupakan lisosom khusus,

terpulas gelap, dan terdapat dalam tingkatan tertentu di semua leukosit. Bila sel

memfagositosis mikroorganisme, sejumlah protein granula azurofilik bekerja secara

kolektif untuk membunuh dan kemudian mencemanya. Protein bakterisidal mencakup

mieloperoksidase, yang menghasilkan hipokiorit dan agen reaktif lain yang bersifat toksik

terhadap bakteri; polipeptida kationik yang disebut defensin yang mengikat dan

menghasilkan lubang pada membran sel mikroorganisme; dan lisozim, yang melarutkan

komponen dinding sel bakteri.5

Granulosit memiliki inti polimorfik dengan 2 atau lebih lobus dan mencakup

neutrofil, eosinofil, dan basofil. Semua granulosit adalah sel yang sudah berdiferensiasi

terminal dengan jangka hidup beberapa hari. Kompleks Golgi dan RE kasarnya kurang

berkembang. Granulosit memiliki sedikit mitokondria dan lebih banyak berganfung pada

glikolisis untuk kebutuhan energinya yang rendah dan memungkinkannya berfungsi pada

jaringan dengan sedikit O2, seperti area peradangan. Granulosit biasanya mati melalui

apoptosis pada jaringan ikat dan milyaran neutrofil mati akibat apoptosis setiap harinya

5 Ibid., p. 200-201.

Page 9: Darah

pada orang dewasa. Debris sel yang terbentuk dibuang oleh makrofag dan, seperti sel

yang mengalami apoptosis, tidak memicu terjadinya respons peradangan.

Gambar 5. Lima tipe leukosit manusia (Sumber: Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2012. p.203).

Agranulosit tidak memiliki granul spesifik, tetapi sel ini mengandung granul

azurofilik (lisosom). Inti tersebut berbentuk bulat atau berlekuk. Kelompok sel ini

meliputi limfosit dan monosit. Semua leukosit terlibat dalam pertahanan terhadap

mikroorganisme, dan pada perbaikan jaringan yang cedera. Pada suatu proses yang

disebut diapedesis, leukosit cepat membentuk juluran ke dalam celah antarsel baru,

bermigrasi keluar dari venula ke dalam ruang jaringan sekitar dan langsung mengarah ke

sel bakteri. Penarikan neutrofil ke bakteri melibatkan mediator kimiawi pada suatu proses

Page 10: Darah

kemotaksis, yang menyebabkan leukosit berkumpul dengan cepat di daerah yang

membutuhkan kerja pertahanannya. Jumlah leukosit dalam darah bervariasi sesuai umur,

jenis kelamin, dan keadaan fisiologis. Pada orang dewasa normal, terdapat sekitar 6000-

10.000 leukosit per mikroliter darah.

Neutrofil merupakan 60-70% leukosit yang beredar. Diameternya l2-15 um pada

sediaan apus darah dengan inti yang terdiri atas 2-5 lobus yang dihubungkan oleh

jembatan inti yang halus. Neutrofil tidak aktif dan berbentuk sferis saat berada dalam

sirkulasi tetapi menjadi aktif dan ameboid selama diapedesis dan saat melekat pada

substrat solid seperti kolagen pada matriks ekstrasel. Sitoplasma neutrofil mengandung

dua jenis granul utama. Granul yang lebih banyak adalah granul spesifik, yang sangat

kecil dan di dekat ambang batas resolusi mikroskop cahaya dan granul azurofil, yang

merupakan lisosom khusus dengan komponen untuk membunuh bakteri yang ditelan.

Neutrofil adalah fagosit aktif untuk bakteri dan partikel kecil lain dan biasanya

merupakan leukosit pertama yang tiba di tempat infeksi, tempat sel-sel ini aktif mengejar

sel bakteri dengan menggunakan kemotaksis. Neutrofil juga mengandung glikogen, yang

dirombak menjadi glukosa untuk menghasilkan energi melalui jalur glikolisis.

Kesanggupan neutrofil bertahan hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan

karena sel-sel tersebut dapat mematikan bakteri dan membantu membersihkan debris di

daerah yang miskin-oksigen misalnya jaringan peradangan atau jaringan nekrosis.

Neutrofil adalah sel berumur-pendek, dengan wakfu paruh 6-7 jam dalam darah dan

memiliki rentang hidup selama 1-4 hari dalam jaringan ikat sebelum leukosit menemui

ajalnya melalui apoptosis.6

6 Ibid., p. 201-202.

Page 11: Darah

Eosinofil jauh lebih sedikit daripada neutrofil, dan merupakan 2-4% leukosit

dalam darah normal. Pada sediaan apus darah, sel ini berukuran kurang lebih sama

dengan neutrofil dan mengandung inti bilobus yang khas. Ciri utama untuk mengenalinya

adalah sejumlah besar granul spesifik berukuran besar dan lonjong (sekitar 200 per sel)

yang terpulas dengan eosin. Secara ultrastrukturaf granul spesifik eosinofil tampak

berbentuk oval, dengan banyak inti kristalin pipih yang mengandung protein basa utama,

yaitu faktor yang kaya akan arginin dan menimbulkan sifat asidofilia yang intens pada

granul tersebut. Protein ini merupakan 50% dari total protein granul. Protein basa utama,

bersama-sama dengan peroksidase eosinofilik, enzim dan toksin lairy memiliki efek

sitotoksik terhadap parasit seperti cacing helmintik dan protozoa. Eosinofil juga

memfagosit kompleks antigenantibodi dan memodulasi respons inflamatorik dengan

banyak cara. Sel-sel tersebut merupakan sumber penting faktor yang memperantarai

reaksi alergi dan asma.7

Basofil juga berdiameter sekitar 12-15 um, tetapi membentukkurang dari 1%

leukosit darah sehingga basofil sukar ditemukan pada apusan darah normal. Intinya

terbagi menjadi dua atau lebih lobuli iregular, tetapi granul-granul spesifik besar yang

berada di atasnya biasanya mengaburkan bentuk inti tersebut. Granul spesifik azurofilik

(berdiameter 0,5 um) terpulas biru gelap atau secara metakromatik dengan pewarna basa

dari pulasan apusan darah dan berjumlah lebih sedikit dengan ukuran serta benfuk granul

yang lebih iregular ketimbang granul granulosit lainnya. Granul spesifik basofil

mengandung banyak histamin dan berbagai mediator peradangan, termasuk faktor

pengaktivasi trombosi! faktor kemotaktik eosinofil, dan fosfolipase A yang menghasilkan

faktor dengan berat molekul rendah yang disebut leukotrien. Basofil dapat melengkapi

7 Ibid., p. 202-204.

Page 12: Darah

fungsi sel mast pada reaksi hipersensitivitas cepat, dengan cara bermigrasi ke dalam

jaringan ikat. Basofil dan sel mast memiliki granul metakromatik yang mengandung

heparin dan histamiry memiliki IgE yang terikat pada reseptor permukaan, dan

menyekresi komponen granulanya sebagai respons terhadap antigen tertentu.

Limfosit merupakan suatu famili leukosit dengan inti berbenfuk sferis. Limfosit

dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan molekul-molekul permukaan yang

khas (penanda), yang dapat dikenali dengan metode imunositokimia, terutama limfosit T,

limfosit B, dan sel pembunuh alami (NK, natural killer). Limfosit memiliki berbagai

peran fungsional yang berhubungan dengan reaksi imun dalam pertahanan terhadap

serangan mikroorganisme, antigen abnormal atau asing, dan sel-sel kanker. Kebanyakan

limfosit dalam darah berukuran kecil dengan diameter 6-8 um; limfosit berukuran

medium dan besar berdiameter dari 9 hingga 18 um. Limfosit kecil yang mendominasi

dalam darah ditandai dengan inti sferis, kadang-kadang berlekuk dengan kromatin yang

berkondensasi dan sangat basofilik, yang membuat sel ini mudah dibedakan dari

granulosit. Sitoplasma limfosit kecil sangat sedikit dan pada sediaan apus darah, tampak

sebagai tepian tipis di sekitar inti. Jangka hidup limfosit bervariasi, sebagian hanya hidup

beberapa hari dan yang lain bertahan dalam sirkulasi darah atau jaringan lain bertahun-

tahun lamanya. Limfosit adalah satu-satunya jenis leukosit yang dapat kembali ke darah

dari jaringan setelah mengalami diapedesis.8

Monosit adalah agranulosit yang berasal dari sumsum tulang, dengan variasi

diameter antara T2 sampai 20 um. Intinya besar, dapat berbentuk lonjong, berbentuk

ginjal atau berbentuk seperti huruf U. Kromatirurya kurang padat ketimbang pada

limfosit dan terpulas lebih terang ketimbang kromatin limfosit besar. Sitoplasma monosit

8 Ibid., p. 204.

Page 13: Darah

bersifat basofilik dan sering mengandung granul azurofilik yang sangat halus (lisosom),

dan beberapa di antaranya mendekati batas resolusi mikroskop cahaya. Granul ini

tersebar di seluruh sitoplasma, dan memberinya warna abu-abu-kebiruan pada sediaan

terpulas. Setelah menerobos dinding venula pascakapiler, monosit berdiferensiasi

menjadi makrofag dalam jaringan ikat, mikroglia dalam SSP, osteoklas dalam tulang dan

lain-lain.9

Trombosit

Platelet darah (trombosit) adalah fragmen sel mirip-cakram, dan tak berinti,

dengan diameter 2-4 um. Trombosit berasal dari fragmentasi di ujung prosessus

sitoplasma yang terjulur dari sel poliploid raksasa yang disebut megakariosit dalam

sumsum tulang. Trombosit mempermudah pembekuan darah dan membantu memperbaiki

robekan atau kebocoran di dinding pembuluh darah, yang mencegah kehilangan darah.

Nilai hitung trombosit normal berkisar dari 200.000 sampai 400.000 per mikroliter darah.

Angka hidup trombosit dalam darah lebih kurang l0 hari. Pada sediaan apus darah,

trombosit sering tampak bergumpal. Peran trombosit dalam mengendalikan perdarahan

yaitu dengan agregasi primera, agregasi sekunder, koagulasi darah, retraksi bekuan, dan

penghancuran bekuan.

Darah Sebagai Barang Bukti Medik

Darah merupakan bagian tubuh manusia yang dapat memberikan informasi

penting bagi pengungkapan peristiwa pidana, baik yang ditemukan sebagai bercak,

diambil dari tubuh manusia yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Pada peristiwa

pidana, bercak darah sering kali ditemukan pada tubuh korban, lantai disekitar tubuh

9 Ibid., p. 204-207.

Page 14: Darah

korban, dinding, alat-alat rumah tangga, senjata tajam, pakaian, kendaraan bermotor pada

kecelakaan lalu lintas.

Hampir semua korban mati dengan luka-luka dapat ditemukan genangan darah,

kecuali tubuh korban sudah dipindahkan dari tempatnya semula. Sebagian dari genangan

itu terkumpul ketika korban masih hidup dan sebagian lagi sesudah mati. Apabila

ditemukan bercak darah, maka perlu diperhatikan letak bercak darah untuk mengetahui

bagaimana posisi korban saat menerima luka dan untuk mengetahui dari mana darah

berasal. Kedua perlu diperhatikan bentuk atau gambaran bercak darah untuk mengetahui

bagaimana cara darah menempel pada obyek dan dari mana darah berasal.10

Bercak yang ditemukan di kaki dan di lantai pada korban tusukan di dada

memberi petunjuk bahwa korban dalam keadaan berdiri ketika menerima tusukan. Bentuk

bercak darah juga dapat memberikan informasi tentang bagaimana cara darah menempel

pada objek, yaitu jatuh secara pasif, menyemprot dari artei atau karena senjata yang

berlumuran darah di kibas-kibaskan oleh pembunuh. Letak ditemukannya bercak dapat

memeberi petunjuk dari mana daerah berasal. Bercak-bercak linier yang ditemukan di

langit-langit kemungkinan besar berasal dari senjata tajam yang dikibas-kibaskan oleh

pelakunya. Bercak di lantai atau perabotan rumah tangga kemungkinan besar berasal dari

tubuh korban.

Ada berbagai cara di mana bercak darah dapat diklasifikasikan. Bercak darah

yang terbentuk di bawah pengaruh gravitasi dideskripsikan sebagai bercak darah pasif.

Gambaran tersebut merupakan hasil kontak antara dua permukaan yang setidaknya satu

memiliki darah di atasnya. Gambaran seperti rintik-rintik hujan termasuk percikan yang

10 Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. 2007. p. 165-166.

Page 15: Darah

dihasilkan dari peristiwa aktif seperti tembakan, serta cipratan yang disebabkan oleh,

misalnya benda yang diayunkan.11

Tabel 1. Bentuk dari bercak darah (Sumber: Idries, Abdul Munim, Agung L. Tjiptamartono. Pemeriksaan Darah. Dalam: Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Sagung Seto: Jakarta. 2008. p.21.

Bentuk Bercak Arah Jatuhnyadan Jaraknya Deskripsinya

Vertikalsampai 60 cm

Bercak bundar dengan tepi rata

Bercak bundar dengan tepi terdapat bundaran kecil-kecil

Vertikal60-120 cm

Bercak bundar dengan tepi terdapat tonjolan-tonjolan seperti jarum

Vertikaldi atas 120 cm Bercak bundar dengan tepi

bergerigi seperti roda pedati

MiringBervariasi dengan kecepatan jatuhnya

Bentuk lonjong seperti tanda seru atau seperti bowling

Gambaran bercak yang menyerupai pin bowling atau tanda seru memberikan

petunjuk bahwa darah menyemprot dari arteri ke permukaan objek secara miring, di mana

ujung kecil dari pin bowling itu menunjuk ke arah mana darah menyemprot. Gambaran

bercak besar yang salah satu sisinya bergerigi atau membentuk jari-jari dengan ujung

11 Brodbeck, Silke. Introduction to Bloodstain Pattern Analysis Volume 2. SIAK Journal: Austria. 2012. p.53-57.

Page 16: Darah

runcing seperti gambar ubur-ubur memberi informasi bahwa korban diseret kelain

tempat. Ujung jari-jari menunjuk ke arah korban diseret.12

Banyaknya genangan darah tidak dapat dikorelasikan dengan besarnya luka. Luka

kecilpun jika mengenai bagian pembuluh darah misalnya varises mungkin dapat

menimbulkan genangan darah yang banyak, sebaliknya luka tusuk pada dada mungkin

tidak menimbulkan genangan yang banyak karenan darah berkumpul di rongga dada.

Gambar 6. Pola Bercak Darah (Sumber: Bordner, Pamela., et al. Bloodstain Photography. Australia: IABPA. 2007. p. 4-13.

Pada penyidikan perkara pidana diperlukan pemeriksaan darah baik pada orang

yang masih hidup maupun pemeriksaan darah pada korban mati. Pemeriksaan darah dari

orang yang masih hidup pada penyidikan perkara pidana diperlukan untuk:

Membuktikan adanya alkohol dalam darah pelanggar lalu lintas atau orang-orang

yang diduga melakukan kejahatan.

12 Dahlan, Sofwan. Op.cit., p. 166-170.

Page 17: Darah

Membuktikan adanya morphin dalam darah dari orang-orang yang diduga sebagai

pemakai zat tersebut.

Membuktikan ada tidaknya hubungan paternitas pada kejahatan dibidang imigrasi.

Perlu diketahui bahwa dalam upaya memasuki negara tertentu sering dilakukan

dengan cara-cara yang tak syah, misalnya dengan memalsukan keayahan.

Membuktikan adanya tindakan pidana perzinahan yang mngakibatkan lahirnya anak.

Pemeriksaan darah pada korban mati, pada penyidikan perkara pidana diperlukan

untuk menentukan:

Golongan daranya untuk dicocokam dengan golongan darah yang menempel pada

senjata atau kendaraan yang dicurigai sebagai penyebab kematiannnya.

Untuk menentukan sebab kematiannya, yaitu dengan memeriksa adanya zat atau

racun yang menyebabkan kematiannya.

Gambar 8. Mengukur Bercak Darah (Sumber: Bordner, Pamela., et al. Bloodstain Photography. Australia: IABPA. 2007. p. 4-13.

Untuk menentukan golongan darah tidak perlu dipilih darah dari tempat-tempat

tertentu, tetapi untuk menentukan adanya alkohol perlu diambil dari pembuluh darah

vena perifer (kalau memungkinkan vena femoralis). Bila ada kecurigaan keracunan zat-

zat lain perlu diambil darah dari jantung dan dari vena perifer secara terpisah. Dengan

meneliti kadar obat-obatan dari berbagai tempat akan dapat diperkirakan seberapa jauh

tingkat keracunannya. Kalau mungkin darah yang telah diambil ditempatkan di dalam

refrigator dengan suhu sekitar 4 derajat celcius. Penambahan sedikit sodium fluorida akan

mencegah proses enzymatik dari pembusukan. Semakin banyak darah yang dapat diambil

Page 18: Darah

semakin baik, tetapi pemeriksaan berbagai zat dengan teknik modern sekarang ini tidak

memerlukan banyak darah. Alat dan perlengkapan pengambilan sampel darah adalah

tas kertas, kotak, amplop, swab, wadah penyimpan swab steril, gunting, alat dokumentasi,

pisau skalpel sekali pakai, air bersih (distilled water), duk steril, sarung tangan, skala

ABFO, kaca obyek, kasa steril, benang steril (threads), penjepit kecil (tweezers), test

tube/ rak test tube, laser pointer, spidol permanen.

Page 19: Darah

Petunjuk Pengumpulan Barang Bukti

Sebagai petunjuk dalam pengumpulan barang bukti bagi kepentingan peradilan dapat

dilihat dalam tabel 2.

Tabel 2. Petunjuk pengumpulan barang bukti5

Contoh Jumlah yang dibutuhkan ProsedurKemasan kontrol

Barang bukti

DARAHBercak kering pada tekstil

Kemasan yang kuat 5ml atau dengan druggist fold EDTA dari korban dan tersangka

seluruhnya Pada objek kecil kirim semuanya. Pada objek besar, bercak dikerok dan ditaruh pada kertas yang bersih.

Bercak pada pakaian, tekstil, dll.

Seperti di atas. Dalam kantong kertas. Bungkus secara terpisah.

seluruhnya Jika basah keringkan dahulu, jangan diberi pengawet

Pakaian Dalam kantong kertas. Bungkus secara terpisah.

seluruhnya Seutuhnya, jangan dipotong. Biarkan kering sendiri.

Organ tubuh (hidup)

Tabung reaksi bersih atau botol

5ml untuk pemeriksaan5 ml untuk alkohol

Dokter yang mengambil, dapat diberi pengawet, taruh dalam lemari pendingin sampai dikirim ke laboratorium.

Organ tubuh (mayat)

Tabung reaksi bersih atau botol

25ml untuk obat-obatan, 5ml untuk alkohol.

Beri pengawet dan anti pembeku. Simpan dalam lemari pendingin sampai dikirim ke laboratorium.

18. Idries, AM. Op.cit., halaman 30-34.

Page 20: Darah

Pemeriksaan darah di tempat kejadian perkara kasus kriminal dapat memberikan

informasi yang berguna bagi proses penyidikan. Analisis bercak darah adalah ilmu

forensik yang berkaitan dengan bagaimana bercak darah dapat timbul setelah darah

mengalir dari tubuh manusia. Pemeriksaan yang sederhana dan dapat dilakukan oleh

setiap penyidik adalah: 18,19

1. Dari bentuk dan sifat bercak dapat diketahui

a. Perkiraan jarak antara lantai dengan sumber perdarahan.

b. Arah pergerakan dari sumber perdarahan baik dari korban maupun dari si pelaku

kejahatan.

c. Sumber perdarahan, darah yang berasal dari pembuluh balik (pada luka yang dangkal),

akan berwarna merah gelap sedangkan yang berasal dari pembuluh nadi (pada luka yang

dalam) akan berwarna merah terang. Darah yang berasal dari saluran pernapasan atau

paru-paru berwarna merah terang dan berbuih (jika telah mongering tampak seperti

gambaran sarang tawon). Darah yang berasal dari saluran pencernaan akan berwarna

merah coklat sebagai akibat dari bercampurnya darah dengan asam lambung. Darah dari

pembuluh nadi akan memberikan bercak kecil-kecil menyemprot pada daerah yang lebih

jauh dari daerah perdarahan; sedangkan yang berasal dari pembuluh balik biasanya

membentuk genangan (ini karena tekanan dalam pembuluh nadi lebih tinggi dari tekanan

atmosfer sedangkan tekanan dalam pembuluh balik lebih rendah hingga tidak mungkin

dapat menyemprot).

d. Perkiraan umur/tuanya bercak darah. Darah yang masih baru bentuknya cair dengan bau

amis, dalam waktu 12-36 jam akan mongering sedangkan warna darah akan berubah

menjadi coklat dalam waktu 10-12 hari. Oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi

darah maka di dalam prakteknya hanya disebutkan bahwa darah tersebut “sangat baru”

(beberapa hari), “baru”, “tua”, dan “sangat tua” (beberapa tahun): yaitu berdasarkan

perubahan-perubahan warna serta perbandingan jumlah dengan intensitas reaksi terhadap

uji-uji yang dilakukan di laboratorium.

18. Brodbeck, Silke. Loc.cit., halaman 51-57.

Page 21: Darah

19. Idries, AM, Tjiptomartono AL. Op.cit., halaman 19-27.

2. Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi korban sewaktu

terjadinya perdarahan. Pada orang yang bunuh diri dengan memotong leher pada posisi tegak

atau pada kasus pembunuhan di mana korbannya sedang berdiri, maka bercak/aliran darah

akan tampak berjalan dari atas ke bawah.

3. Dari distribusi darah yang terdapat di lantai dapat diduga apakah kasusnya kasus bunuh diri

(tergenang, setempat), ataukah pembunuhan (bercak dan genangan darah tidak beraturan,

sering tampak tanda-tanda bahwa korban tampak berusaha menghindar atau tampak bekas

diseret).

4. Pada kasus tabrak lari, pemeriksaan bercak darah dalam hal ini golongan darahnya yang

terdapat pada kendaraan yang diduga sebagai penabrak dibandingkan dengan golongan darah

korban akan bermakna dan memudahkan proses penyidik.

Pemeriksaan Bercak Darah yang Telah Kering

Dalam melakukan pemeriksaan bercak darah yang telah kering di tempat kejadian

perkara atau pada barang-barang bukti seperti pisau, palu, tongkat pemukul, dan

sebagainya, penyidik harus memperoleh kejelasan di dalam 3 hal pokok, yaitu:20

- Apakah bercak tersebut memang bercak darah?

- Jika bercak darah, apakah berasal dari manusia?

- Jika berasal dari manusia, apakah golongan darahnya?

Page 22: Darah

20. Ibid., halaman 19-27.

4Tabel 3. Pemeriksaan Laboratorium pada Bercak Darah yang Kering21

Tujuan Pemeriksaan Metode Pemeriksaan* Hasil yang Diharapkan

1. Menentukan bercak

darah

Pendahuluan:

Test Benzidine

Test Luminol

Penentuan:

Test Teichmann

Test Takayama

Terjadinya warna hijau-biru

Bercak bersinar

Kristal hemin-HCl berbentuk

batang, warna coklat

Kristal pyridine-hemochrome-

gen berbentuk bulu, warna

jingga

2. Menentukan darah

manusia

Test Precipitin Terjadinya presipitasi

3. Menentukan golongan

darah

Absorption-Elution Terjadi agglutinasi

*) Keterangan:

a. Dalam perkara kriminal test benzidine yang positif merupa indikasi yang sangat kuat bahwa

bercak yang diperiksa adalah bercak darah. Dasar dari test benzidine ialah hemoglobin darah

dapat mengadakan aktivitas seperti enzim peroxidase, enzim yang mempercepat oksidasi.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Hemoglobin-hidrogen-peroxida H2O-On

Benzidine-On perubahan warna (hijau-biru)

Reagensia benzidine dibuat dari larutan jenuh kristal benzidine dalam asam asetat glasial.

Cara pemeriksaan: bercak yang diduga bercak darah digosok dengan kertas saring, bercak

yang menempel pada kertas saring kemudian diteteskan dengan 1 tetes Hidrogen-peroxida

20% dan 1 tetes reagensia benzidine.

Page 23: Darah

21. Ibid., halaman 19-27.

b. Test luminol merupakan test yang paling sensitif untuk mendeteksi darah. Bercak darah bila

disemprot dengan reagensia luminol akan bersinar mengeluarkan cahaya (luminescense),

dengan demikian test ini dapat untuk test penyaring, oleh karena dapat dilakukan dengan

cepat. Reagensia luminol dibuat dari campuran 100 mg 3-aminophthalhydrazide dan 5 gram

sodium carbonate dalam 100 ml aquadest sebelum dipakai larutan tersebut ditambah dengan

700 mg sodium perborate. Cara pemeriksaan, objek yang akan diperiksa disemprot dengan

reagensia. Oleh karena yang akan dilihat adalah keluarnya sinar dari bercak, maka

pemeriksaan dilakukan di dalam ruang yang gelap.

c. Uji takayama dan teichmann lebih spesifik akan tetapi sangat mudah dipengaruhi oleh zat-zat

yang mengkontaminasi, hal mana sering terdapat pada bercak darah. Walaupun lebih spesifik

bila dibandingkan dengan test benzidine, tetapi kurang sensitif. Uji takayama dan teichmann

didasarkan pada pembentukan kristal yang khas yang terjadi dari percampuran antara

reagensia dengan derivat hemoglobin. Cara pemeriksaan uji takayama, seujung jarum bercak

kering diletakkan pada gelas objek, teteskan 1 tetes reagensia, tutup dengan kaca penutup

kemudian dipanaskan. Hasil yang positif secara mikroskopis akan tampak kristal pyridine-

hemochromogen yang berbentuk bulu dan berwarna jingga. Reagen takayama dibuat dari 3

ml pyridine redistilled ditambah 3 ml larutan glukosa jenuh, 3 ml NaOH 10% dan 7 ml

aquades. Uji teichmann, seujung jarum bercak diletakkan pada gelas objek ditambahkan 1

butir kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glasial, tutup kaca dengan kaca penutup dan

dipanaskan. Uji yang positif akan terlihat secara mikroskopis adanya kristal-kristal hemin

HCL berbentuk batang dan berwarna coklat.

d. Untuk melakukan uji precipitin terlebih dahulu harus dibuat serum anti manusia (human

antiserum). Darah manusia disuntikkan pada kelinci, dengan demikian kelinci tersebut akan

membentuk antibodidy yang akan bereaksi menetralisir darah manusia. Darah kelinci

kemudian diambil dan serum yang mengandung antibodi diisolir untuk pemeriksaan, serum

tersebut adalah serum anti manusia (human antiserum). Uji precipitin adalah uji yang

spesifik untuk menentukan spesies, apakah bercak yang diperiksa itu berasal dari darah

manusia, anjing, kucing, dan lain-lain. Cara pemeriksaan, satu gram darah kering atau 1 cm2

Page 24: Darah

bercak diekstraksi dengan larutan garam fisiologis (1 ml larutan dengan ph 7). Serum anti

manusia dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan ekstrak yang telah

dibuat. Hasil positif akan diketahui dengan terbentuknya presipitasi di antara serum anti

manusia dan ekstrak, presipitat yang terbentu tampak sebagai daerah yang keruh.

Pemeriksaan dalam tabung tersebut dikenal juga dengan nama reaksi cincin. Uji precipitin

adalah uji yang sangat sensitif, hanya membutuhkan sedikit darah. Darah manusia yang

kering dan berumur 10-15 tahun akan tetap memberikan hasil yang positif, bahkan ekstrak

jaringan yang diambil dari yang berumur 4000-5000 tahun juga memberikan hasil yang

positif. Cara lain yang dapat juga dilakukan untuk menentukan spesies dimana dasarnya

adalah pembentukan presipitasi ialah reaksi precipitin dalam agar dan immuno-

electrophoresis dalam agar.

e. Penentuan golongan darah pada bercak darah yang kering lebih sulit bila dibandingkan

dengan penentuan pada darah yang masih segar, terlebih lagi bila bercak darah tersebut

sangat tua; ini disebabkan oleh karena sel-sel darah telah hancur. Penentuan golongan darah

pada bercak darah yang kering dimungkinkan oleh karena antigen yang terdapat pada

permukaan sel tetap utuh walaupun sel-selnya telah hancur, dengan demikian penentuan

golongan darah tetap dilakukan secara tidak langsung. Teknik yang dipakai untuk penentuan

golongan darah pada bercak darah yang kering ialah absorption-elution; di mana prosedur

pemeriksaan terdiri dari 4 tahap:

- Tahap 1 : antiserum diteteskan pada bercak darah, dibiarkan untuk beberapa saat supaya

antibodi bereaksi mengikat antigen.

- Tahap 2 : serum yang tidak bereaksi dicuci supaya antibodi yang berlebihan dapat

dihilangkan.

- Tahap 3 : dengan terbentuknya ikatan antibodi dengan antigen, maka ikatan tersebut

dapat dilepaskan lagi dengan proses yang dikenal dengan nama elution. Untuk itu bahan

yang diperiksa harus dipanaskan dalam temperatur 55o C, dengan demikian ikatan

antibodi dengan antigen akan terlepas.

- Tahap 4 : antibodi yang terlepas kemudian ditambah dengan sel darah merah yang telah

diketahui golongan darahnya, dengan demikian ada tidaknya agglutinasi dapat dilihat,

golongan darah dari bercak dapat diketahui.

Page 25: Darah

Tabel 4. Penentuan Golongan Darah Cara Absorption Elution5

Bercak darah di test dengan

Anti –A,

+

Sel –A,

Anti –B,

+

Sel –B,

Antigen yang ada

+

Pada bercak

Golongan darah

+

-

+

-

-

+

+

-

A

B

A dan B

Tidak ada

A

B

AB

O

+ (Terlihat Agglutinasi)

- (Tidak ada Agglutinasi)

Hukum Mandel Untuk Sistem Golongan Darah

Golongan darah pada manusia dapat diturunkan kepada anak-anaknya, penurunan

tersebut menuruti aturan tertentu, yaitu menurut Hukum Mendel; yang menyatakan

sebagai berikut:5

1. Agglutinogen (antigen) tidak mungkin timbul pada anak jika antigen tersebut tidak ada pada

salah satu atau kedua orangtua tersebut.

2. Orangtua yang homozygous harus meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya.

3. Anak yang homozygous harus mendapatkan gen untuk antigen tersebut dari masing-masing

orangtuanya.

Penerapan Hukum Mendel dalam sistem A-B-O, adalah sebagai berikut: 5

a. Agglutinogen A atau B tidak mungkin timbul pada anak bila Agglutinogen tersebut tidak

terdapat pada salah satu atau kedua orangtuanya.

b. Orangtua dengan golongan darah AB tidak mungkin mempunyai anak dengan golongan

darah O.

c. Anak dengan golongan darah O tidak mungkin mempunyai orangtua dengan golongan darah

AB.

Page 26: Darah

Ibid., halaman 19-27.

Hukum Mandel juga berlaku untuk sistem golongan darah lainnya dan

berdasarkan kepada hukum tersebut maka penentuan golongan darah dapat diterapkan

dan membantu penyelesaian perkara-perkara kriminal. 5

Tabel 5. Antigen dan Antibodi yang Terdapat Dalam Darah (Sistem A-B-O) 5

Golongan Darah Antigen

Pada Sel Darah Merah

Antibodi dalam Serum

A

B

AB

O

A

B

AB

Tidak ada

Anti –B

Anti –A

Tidak ada

Anti –A dan anti -B

Tabel 6. Golongan Darah Anak Sebagai Hasil Perkawinan Orangtuanya (Sistem A-B-O) 5

Golongan darah

kedua orangtuanya

Golongan darah yang

mungkin pada anak

Golongan darah yang

tidak mungkin pada anak

O x O

O x A

A x A

O x B

B x B

A x B

O x AB

A x AB

B x AB

AB x AB

O

O, A

O, A

O, B

O, B

O, A, B, AB

A, B

A, B, AB

A, B, AB

A, B, AB

A, B, AB

B, AB

B, AB

A, AB

A, AB

Tidak ada

O, AB

O

O

O

Page 27: Darah

Ibid., halaman 19-27.

AIR LIUR

Air liur merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar liur. Air liur (saliva)

terdiri dari air, enzim ptialin (alfa amilase), protein, lipid, ion-ion anorganik seperti

tiosianat, klorida, dan lain-lain. Dalam bidang kedokteran forensik, pemeriksaan air liur

penting untuk kasus-kasus dengan jejas gigitan untuk menentukan golongan darah

penggigitnya. Golongan darah penggigit yang termasuk dalam golongan sekretor dapat

ditentukan dengan cara absorpsi inhibisi.7

Cara Absorpsi Inhibisi

Basahkan bercak air liur dengan 0,5 ml salin, kemudian peras dan tempatkan air liur atau ekstrak

air liur dalam salin tadi dalam tabung reaksi, lalu dipanaskan dalam air mendidih selama 10

menit. Pusing dan supernatan diambil dan boleh disimpan pada suhu 20 derajat C. Untuk

pemeriksaan perlu dilakukan kontrol dengan air liur yang telah diketahui golongan sekretor atau

non sekretor. Dalam tabung reaksi 1 vol air liur ditambahkan 1 vol antiserum. Campuran tersebut

didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang untuk proses absorpsi. Selama menunggu, tentukan

titer anti A, anti B dan anti H yang digunakan. Setelah 30 menit berlalu, pada campuran tersebut

ditentukan titer anti A, anti B dan anti H dengan cara yang sama. SDM yang digunakan adalah

suspensi 4% yang berumur kurang dari 24 jam. Bandingkan titer antisera yang digunakan dengan

titer campuran antiserum ditambah air liur. Hasil positif bila titer berkurang lebih dari 2 kali.

Reagens anti A dan anti B dapat diperoleh dari laboratorium transfusi darah PMI, demikian pula

dengan anti H. anti H dapat dibuat dari biji-biji Ulex europaeus yang digerus dalam mortir. Tiap

1 gram biji-bijian ditambahkan 10 ml salin. Kemudian campuran dikocok dengan mesin

pengocok selama 1 jam dan dipusing selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Cairan

supernatan disaring dan segera dipergunakan.7

Page 28: Darah

Ibid., halaman 195-196.

1. Eroschenko, Victor P. Darah. Dalam: Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014. p.105-121.

2. Dahlan, S. Barang Bukti Medik. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik, Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007. p.165-170.

3. National Police Commision (2010). Philippine National Police Operational Procedures. Camp Frame. Philipine, p.8-9.

4. Brodbeck, Silke (2012). Introduction to Bloodstain Pattern Analysis. SIAK Journal. Vol.2. Austria, p.51-57.

5. Idries, AM, Tjiptomartono AL. Pemeriksaan Darah. Dalam: Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Sagung Seto; 2008. p.19-27.

6. Bevel, T, Ross MG. Bloodstain pattern analysis with an introduction to crime scene reconstruction. USA: CRC Press; 2008. p.1-35.

7. Budiyanto, A., et al. Pemeriksaan Air Liur. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FKUI.; 1997. p.195-96.