danang vidri aditya - digilib.uns.ac.id · m o t t o kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang...

102
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BUPATI SUKOHARJO DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH TINGKAT II SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 1993 TENTANG KEBERSIHAN, KETERTIBAN DAN KEINDAHAN TERHADAP PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN SUKOHARJO Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : DANANG VIDRI ADITYA NIM. E.0003125 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2007

Upload: vothuan

Post on 10-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BUPATI SUKOHARJO DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH TINGKAT II SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 1993 TENTANG KEBERSIHAN, KETERTIBAN DAN KEINDAHAN TERHADAP

PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN SUKOHARJO

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : DANANG VIDRI ADITYA

NIM. E.0003125

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2007

Page 2: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

PERSETUJUAN

Penulisan Hukum (Skripsi) ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan

Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dosen Pembimbing Skripsi

Pembimbing I

Waluyo, S.H. M.Si. NIP. 132 092 859

Pembimbing II

Asianto Nugroho, S.H. M.Si. NIP. 132 206 608

Page 3: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

P E N G E S A H A N

Penulisan Hukum (Skripsi) ini telah diterima dan dipertahankan oleh

Dewan Penguji Penulian Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada

Hari : ………………………….

Tanggal : ………………………….

DEWAN PENGUJI

1. ................................................................... ( ) Ketua 2. ................................................................... ( ) Sekretaris 3. ................................................................... ( ) Anggota

Mengetahui

Dekan

Mohammad Jamin, S.H. M.Hum. NIP. 131 793 333

Page 4: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

M O T T O

Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri tidak dapat menyelesaikan kesulitan. Jadi janganlah cemas dalam menghadapi sesuatu kesulitan

karena kecemasan tidak akan menyelesaikan kesulitan. (Dalai Lama)

Mengetahui kekurangan diri sendiri adalah tangga untuk mencapai cita-cita dan berusaha mengisi kekurangan tersebut adalah keberanian luar biasa.

(Hamka)

Kemenangan bukan segalanya, tapi cara untuk mendapatkan kemenangan adalah segalanya. (Vince Lombardi)

Kebahagiaan terbesar dalam hidup ini adalah bila kita berhasil melakukan apa yang menurut orang lain tidak dapat kita lakukan.

(Walter Beganhot)

Page 5: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Alloh SWT, Sang Pencipta Alam Semesta, Yang Maha

Berkehendak atas segala sesuatu, pemilik segala rahasia.

2. Teruntuk orang tuaku Drs.R.Adriyatno, M.Hum.dan

Wahyu Widayati, S.Pd. tercinta atas segala bimbingan,

doa dan cinta yang senantiasa diberikan untukku.

3. Teruntuk Nenek-nenekku Hj. Wiryodiharjo, Sriniwati

dan adikku Dian Vidri Aryo Seto tercinta atas segala

dukungan, dan segala pengorbanan yang senantiasa

tercurah untukku.

4. Dian Novitas Sari

Page 6: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, pembawa terang di alam nyata

dan sumber dari segalaNya. Pemilik segala cinta yang senantiasa melimpahkan rahmat

dan karunia kepada kita. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW. Pembawa risalah peradaban beserta keluarga, sahabat serta orang-

orang yang selalu istiqomah di jalan-Nya, Amin.

Alhamdulillah atas terselesainya Penulisan Hukum (Skripsi) dengan judul

”IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BUPATI SUKOHARJO DALAM PENEGAKAN

PERATURAN DAERAH TINGKAT II SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 1993

TENTANG KEBERSIHAN, KETERTIBAN, DAN KEINDAHAN TERHADAP

PEMBINAAN DAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN

SUKOHARJO.”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Derajat

Sarjana (Strata I) dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penulisan Hukum ini membahas tentang Implementasi Kebijakan Bupati

Sukoharjo dalam penegakan Perda Tingkat II Sukoharjo Nomor 6 Tahun 1993 terhadap

Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima, Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo, dan Proses Pembinaan dan Penataan

Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo. Atas dasar itulah penulis tertarik untuk

mengkaji lebih dalam tentang konsep Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo dalam

Penegakan Perda Tingkat II Sukoharjo Nomor 6 tahun 1993 terhadap penanganan

Pedagang Kaki Lima untuk diberdayakan secara optimal, tanpa mencederai, tindakan

kekerasan yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja, sehingga termotivasi untuk

menjadi Usaha Mikro Kecil dan Menengah akhirnya sebagai pengusaha yang sukses.

Dalam penyusunan Penulisan Hukum ini penulis berusaha mengumpulkan informasi dari

berbagai sumber, terutama melakukan penelitian di Seksi Penegakan Perda dan Seksi

Ketentraman dan Keamanan, Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sukoharjo.

Page 7: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Keberhasilan dan kesuksesan bukan hanya berasal dari kerja keras semata,

melainkan kekuatan serta dukungan dari berbagai pihak. Selanjutnya dengan segala

kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Mohammad. Jamin, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Widodo Tresna Novianto, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Akademik di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membimbing dan

memberikan arahan kepada penulis, sehingga dapat menjadi bekal dalam penulisan

skripsi ini.

3. Bapak Waluyo, S.H., M.Si., selaku pembimbing utama dalam penyusunan skripsi

yang telah memberikan waktu, tenaga, pemikiran, motivasi dan bimbingannya

kepada penulis, hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Asianto Nugroho, S.H., M.Si., selaku pembimbing pembantu yang telah

memberikan bimbingan, ide-ide, gagasan awal penulisan dan pengetahuan dengan

penuh kesabaran dan kekeluargaan kepada penulis, hingga terselesainya penulisan

skripsi ini

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan ilmu kepada penulis, sehingga dapat menjadi bekal dalam penulisan

skripsi ini.

6. Bapak Drs. R. Adriyatno, M.Hum, selaku Kepala Satuan Polisi Pamong Praja,

Bapak Sunarto, S.H., selaku Kasi Ketentraman dan Ketertiban, Bapak Slamet SE,

selaku Kepala Seksi Penegakan Perda di Kantor Satpol PP Kabupaten Sukoharjo,

atas sambutan, bimbingan, bantuan, waktu, tenaga, pikiran dan pelayanan

terbaiknya, dalam memberikan informasi yang penulis butuhkan, sehingga dapat

mempermudah dalam penulisan skripsi ini.

7. Ayahanda Drs. R. Adriyatno, M.Hum, Ibunda Wahyu Widayati, S.Pd yang telah

mendidik sebagai hamba-Nya, tiada pengorbanan lebih besar dari yang pernah

beliau berikan selama ini, doa, cinta, kasih sayang dan ridho kalian menjadi

kekuatan dan bekal dalam menjalankan kehidupan ini.

Page 8: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

8. Nenek Hj. Wiryodiharjo, Nenek Sriniwati, Dian Vidri Aryo Seto dan Mbok Pariyem,

terima kasih atas perhatian, nasehat, dukungan, doa, dan pengorbanannya selama ini.

9. Dita Ayu Candrakinasih, Maria Sanjaya, Anna Yuliani, Meynar Intan, Cristina

Wiwit, Fitri Arianti, Annisa Tribonciwati, Brigita Suryani, Heydi Rosiana S,

Prabaranipalma Pramitta, Bonifacius, Bayu Adityo, Erik Susanto, Faris Danar,

Hendro Rosano, Cahyo Iksan, Hafit Riyadi, Ganarenaldi, Anggono Cahyo, Topik

Muhthar, Nova Andana, Ayuk Larasati, Cucuk Saputro, Betra Nugroho dan teman-

teman sepermainan Sigit Nugroho, Bimo Cahyo Hutomo, Yanu Priyanto, Ari Hono,

Koko Indra Baroto, Ika Ratna Sari, Dian Kuncoro, Iwan Setiawan terima kasih atas

bantuan dan dukungannya selama ini, sehingga membantu terselesainya skripsi ini.

10. Dhamar Ikasari, Bobby Kurniawan, Daniar Safitri, Devi Fortuna, Dini Niriana, Doni

Wibowo, Widyastuti, Mittayani, Agus Setiawan, Dias Mardiyanto, Petong Hadi,

Mohammad Rizal, Ucin S, Remana Wicaksono, Budi Prokoso, Rio Joko Susilo,

terima kasih atas inspirasi dan pemikiran positif yang kalian berikan, sehingga

menjadikan skripsi ini semakin mendekati sempurna.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan penulisan hukum ini,

dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini belum sempurna, kritik dan saran

membangun atas penulisan hukum ini senantiasa penulis harapkan demi perbaikan dan

kemajuan penulis di masa datang. Penulis berharap penulisan hukum ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang membacanya.

Surakarta, Juli 2007

Penulis

Page 9: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

DAFTAR ISI Hal.

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

MOTTO .............................................................................................................. iv

PERSEMBAHAN............................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii

ABSTRAK.......................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Perumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

E. Metode Penelitian........................................................................ 7

1. Jenis Penelitian..................................................................... 8

2. Lokasi Penelitian .................................................................. 9

3. Jenis Data ............................................................................. 9

4. Sumber Data......................................................................... 9

5. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 10

6. Teknik Analisis Data............................................................ 10

F. Sistematika Penulisan Hukum .................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis........................................................................ 15

1. Tinjauan Umum tentang Implementasi Kebijakan .............. 15

a. Definisi Implementasi Kebijakan.................................. 15

b. Konsep atau Model Implementasi Kebijakan ............... 15

c. Pendekatan Implementasi.............................................. 16

Page 10: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

2. Tinjauan Umum tentang Pedagang Kaki Lima.................... 18

a. Penjelasan tentang Pedagang Kaki Lima ...................... 18

b. Tinjauan Sosiologis tentang Pedagang Kaki Lima ....... 20

c. Kondisi dan Masalah Pedagang Kaki Lima di Kota Besar

21

3. TinjauanUmum tentang Otonomi Daerah............................ 23

4. Tinjauan Umum tentang Aparat Ketertiban Umum............. 28

5. Tinjauan Umum tentang Penegakan Hukum ....................... 31

B. Kerangka Pemikiran.................................................................... 36

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian......................................................... 39

1. Sejarah Berdirinya Satuan Polisi Pamong Praja .................. 39

2. Kedudukan dan Struktur Organisasi Kantor Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Sukoharjo.................................... 41

3. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Sukoharjo ........................................................... 45

4. Keadaan Personel/Pegawai Anggota Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Sukoharjo ........................................................... 48

B. Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo Dalam Penegakan

Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan, Ketertiban

dan Keindahan Terhadap Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki

Lima di Kabupaten Suhokarjo .................................................... 49

1. Dasar Hukum Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pertahanan,

Ketertiban Masayarakat ....................................................... 49

2. Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo Melandasi Tugas

Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pembinaan dan Penataan

Pedagang Kaki Lima ............................................................ 50

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Bupati

Sukoharjo Dalam Penegakan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993

Terhadap Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima di

Kabupaten Sukoharjo .................................................................. 54

Page 11: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

1. Faktor Struktur Hukum ......................................................... 54

2. Faktor Substansi .................................................................... 60

3. Faktor Kultur......................................................................... 63

D. Proses Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten

Sukoharjo Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 1993 ....................... 71

1. Gambaran Pedagang Kali Lima Menurut Lokasi Penelitian. 71

a. Pedagang Kaki Lima Wilayah Kecamatan Kartasura di Jalan

Slamet Riyadi.................................................................. 71

b. Pedagang Kaki Lima Wilayah Kecamatan Baki di Jalan

Songgo Langit ................................................................. 72

c. Pedagang Kaki Lima Wilayah Kecamatan Grogol di Jaln

Grogol ............................................................................. 73

d. Pedagang Kaki Lima Wilayah Kecamatan Sukoharjo di Jalan

Jendral Sudirman ............................................................ 74

e. Pedagang Kali Lima di Kecamatan Bekonang, Tawangsari

dan Nguter....................................................................... 75

2. Proses Pembinaan dan Penataan Terhadap Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993................ 82

3. Pendekatan Penataan Pedagang Kaki Lima yang Manusiawi

85

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 89

B. Saran-saran.................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

DAFTAR TABEL

Hal.

1 Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sukoharjo

Menurut Tingkat Jabatan, Pangkat dan Golongan Keadaan per 1 April 2007

48

2 Jumlah Pegawai Pada Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Sukoharjo Menurut Jenis Kelamin Keadaan per 1 April 2007.................. 49

3. Jumlah Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Profesi dan 7 Lokasi Kecamatan

Terpadat di Kabupaten Sukoharjo ............................................................. 52

4. Lokasi Pedagang Kaki Lima Dengan Status Bongkar Aatau Diperingatkan

70

5. Data Pedagang kaki Lima Kecamatan Grogol .......................................... 76

6. Data Pedagang kaki Lima Kecamatan Baki .............................................. 77

7. Data Pedagang kaki Lima Kecamatan Sukoharjo ..................................... 77

8. Data Pedagang kaki Lima Kecamatan Kartasura ...................................... 78

9. Data Pedagang kaki Lima Kecamatan Bekonang ..................................... 79

10. Data Pedagang kaki Lima Kecamatan Tawangsari ................................... 80

11. Data Pedagang kaki Lima Kecamatan Nguter........................................... 80

Page 13: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

DAFTAR GAMBAR

Hal.

1. Teknik Analisis Data ................................................................................. 12

2. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 37

3. Bagan Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja ........................... 44

4. Sosialisasi Larangan Mendirikan Kios atau Warung di Bahu Jalan di Trotoar

................................................................................................................... 68

5. Pedagang Kaki Lima Wilayah Kecamatan Kartasura di Jl. Slamet Riyadi

71

6. Pedagang Kaki Lima di Jl. Ahmad Yani ................................................... 72

7. Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Baki.................................................. 72

8. Pedagang Kaki Lima di Jl. Grogol ............................................................ 73

9. Pedagang Kaki Lima di Jl. Jendral Sudirman ........................................... 74

10. Pedagang Kaki Lima Jl. Songgo Rungi Kec. Nguter ................................ 75

11. Pedagang Kaki Lima Jl. raya Tawangsari Kec. Tawangsari ..................... 75

12. Pedagang Kaki Lima di Jl. Perintis Kemerdekaan Kec. Bekonang .......... 76

Page 14: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

ABSTRAK

DANANG VIDRI ADITYA. E. 0003135. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BUPATI SUKOHARJO DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH TINGKAT II SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 1993 TENTANG KEBERSIHAN, KETERTIBAN, DAN KEINDAHAN TERHADAP PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN SUKOHARJO. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, Penulisan Hukum (Skripsi). 2007.

Penulisan Hukum ini bertujuan mengetahui implementasi kebijakan Bupati Sukoharjo dalam penegakan Peraturan Daerah Tingkat II Sukoharjo No. 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan terhadap pembinaan dan penataan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembinaan dan penataan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan Peraturan Daerah.

Penelitian Hukum ini merupakan penelitian hukum empiris bersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah kolaborasi antara metode kualitatif dan kuantitatif. Lokasi penelitian di Kabupaten Sukoharjo yaitu 7 Kecamatan beroperasinya Pedagang Kaki Lima dan Kantor Satpol PP. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu melalui observasi, wawancara dan penelitian kepustakaan baik berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen, jurnal dan sebagainya. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dengan model interaktif.

Hasil pengujian terhadap tiga permasalahan diketahui bahwa, Pertama, implementasi kebijakan Bupati Sukoharjo terinspirasi dalam Pasal 5 huruf f, g dan h penegakan Perda Tingkat II Sukoharjo Nomor 6 Tahun 1993. Diketahui hasil survey terbukti jumlah Pedagang Kaki Lima yang berada di 7 wilayah Kecamatan Sukoharjo sebesar 805 dengan keragaman kegiatan 45 jenis, sehingga terdapat 1.610 orang termasuk tenaga kerja aktif dan lowongan pekerjaan yang terdata tersedia 45 jenis. Keuntungan munculnya Pedagang Kaki Lima, maka pengangguran dapat teratasi 50% dari ketersediaan pekerjaan diluar program Pemerintah yang diketemukan dalam penelitian melalui keberadaan Pedagang Kakai Lima. Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo tersebut, antara lain : faktor hukum, penegak hukum, sarana dan fasilitas, masyarakat, ekonomi, sosial, dan politik. Ketiga, proses penataan letak dan bentuk dasaran Pedagang Kaki Lima sesuai Perda Tingkat II Sukoharjo No. 6 Tahun 1993 membuktikan hasil operasi yang dilakukan Satpol PP jumlah keseluruhan Pedagang Kaki Lima sebesar 805 rincian hasil penataan yang diperingatkan 49,7 % dan pembongkaran rerata 24 %, selanjutnya diklasifikasikan menjadi kategori Pedagang Kaki Lima tertib 274, kategori Pedagang Kaki Lima dibina 357dan kategori Pedagang Kaki Lima liar 174. Akhirnya kinerja Satpol PP dalam penataan representatif belum optimal karena masih 23,98 % Pedagang Kaki Lima liar, menjadi program kerja tahun anggaran 2008 kategori yang belum ditangani 212 Pedagang Kaki Lima. Penataan terhadap Pedagang kaki Lima oleh Satuan Polisi Pamong Praja akan mewujudkan Kota Sukoharjo yang bersih, indah, tertib dan sejahtera.

Page 15: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi membawa dampak sangat besar pada perekonomian di

Indonesia, dampak itu makin terlihat dengan maraknya kasus pemutusan hubungan

kerja baik secara sukarela maupun sepihak. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja

masih dianggap salah satu faktor produksi dan bukan merupakan aset perusahaan

yang berarti mitra kerja perusahaan. Dampak pemutusan hubungan kerja tersebut,

sebagian besar penduduk tidak dapat memperoleh mata pencaharian secara memadai

dan stabil akibat keterbatasan lapangan kerja yang tersedia di perusahaan-perusahaan

dan instansi pemerintah. Sebagian besar penduduk terpaksa harus menciptakan

sumber pendapatan mereka sendiri. Upaya masyarakat untuk menghidupi dirinya

dengan menciptakan usaha mikro kecil dan menengah jalanan yang tumbuh dengan

cepat disebut Pedagang Kaki Lima.

Keadaan Pedagang Kaki Lima ibarat cendawan di musim hujan, menghasilkan

beraneka ragam dan jasa dengan harga murah yang esensial bagi perekonomian kota,

bisnismen dan konsumen. Pedagang Kaki Lima. seringkali dianggap sebagai sektor

yang mempunyai kemampuan untuk menyerap angkatan kerja tanpa banyak menuntut

jenjang pendidikan formal, maupun tenaga kerja yang datang dari daerah pedesaan

akibat derasnya perpindahan angkatan muda ke kota (migrasi intern). Banyak terjadi

di kota-kota yang paling banyak memilih profesi di bidang perdagangan. Keberadaan

Pedagang Kaki Lima di perkotaan memiliki dampak negatif, seperti gangguan lalu

lintas, pencemaran lingkungan, gangguan lingkungan dan ketertiban umum. Dampak

positif dari keberadaan Pedagang Kaki Lima, seperti pembukaan lapangan kerja baru,

penyaluran tenaga kerja terutama yang kurang terdidik, menjual barang-barang

dengan harga terjangkau oleh daya beli masyarakat luas, penambahan pendapatan

daerah melalui pungutan retribusi, seperti retribusi kebersihan, retribusi usaha di tepi

jalan, dan pajak pembangunan dapat dikenakan khusus kepada pedagang kaki lima 1

Page 16: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

yang berjualan makanan dan minuman atau barang-barang (termasuk barang bekas),

elektronik dan barang keperluan lainya.

Guna mengantisipasi percepatan perkembangan Pedagang Kaki Lima,

diperlukan pijakan yang mendasari kebijakan publik bagi pemerintah daerah.

Pedagang Kaki Lima.sebetulnya dapat diberdayakan secara optimal, dengan

mempertimbangkan alternatif penyediaan lokasi, lingkungan usaha, sarana dan

prasarana penunjangnya. Pemerintah daerah akan dapat memastikan bahwa

kebutuhan, kebiasaan, tata ruang perkotaan, prioritas sosial dan kondisi lingkungan

daerah setempat, lebih dahulu diketahui dan dievaluasi sebagai pertimbangan pada

perencanaan daerah. Hubungan antara pembangunan kota, dengan penerapan teknik

dan lembaga penyedia dana/permodalan.

Pemerintah daerah dapat memastikan tentang masalah kebutuhan, kebiasaan

hidup masyarakat, bentuk perkotaaan, prioritas sosial dan kondisi lingkungan daerah

setempat, semuanya telah diketahui dan dievaluasi untuk mempertimbangkan dalam

perencanaan pembangunan perkotaan, dan memerlukan bantuan teknik dari lembaga

pusat.

Sektor informal sering dijadikan kambing hitam berdalih ketertiban,

kesemrawutan lalu lintas maupun kebersihan lingkungan. Keberadaan sektor informal

sangat membantu kepentingan masyarakat dalam menyediakan lapangan pekerjaan

dengan penyerapan tenaga kerja secara mandiri atau menjadi safety belt bagi tenaga

kerja yang memasuki pasar kerja.

Pedagang Kaki Lima adalah usaha mikro kecil dan menengah jalanan , yakni

salah satu usaha dari wujud sektor informal. Para PKL kebanyakan adalah orang-

orang yang memiliki modal relatif kecil dalam membuka usaha memperjualkan

barang dan jasa. Usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat dianggap strategis

dan dalam suasana lingkungan informal.

Tempat berdagang bagi Pedagang Kaki Lima berpengaruh terhadap

perkembangan, kelangsungan usaha, mempengaruhi volume penjualan dan

keuntungannya. Pada Umumnya Pedagang Kaki Lima kurang memperhatikan

masalah penataan lingkungan dan kesehatan sebagai produk sampingan yang negatif.

Page 17: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Masalah penataan Pedagang Kaki Lima berkaitan dengan kepadatan, sehingga

beralihnya fungsi trotoar untuk tempat berdagang yang seharusnya untuk pejalan kaki

dan taman kota, misalnya terhambat jalur dan arus lalu lintas jalan raya maupun

kepadatan tempat.

Berdasarkan fakta yang ada di atas, maka Pemerintah Kabupaten Sukoharjo

diharapkan mengambil kebijaksanaan untuk menindak secara tegas terhadap

Pedagang Kaki Lima yang melanggar. Kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten

Sukoharjo dalam hal penataan Pedagang Kaki Lima perlu memperhatikan Rencana

Umum Tata Ruang Kota. Rencana Umum Tata Ruang Kota (selanjutnya disingkat

RUTRK) adalah rencana pemanfaatan tata ruang kota disusun untuk menjaga

keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka pelaksanaan program-program

pembangunan di Kabupaten Sukoharjo.

Pemerintah Daerah khususnya Kabupaten Sukoharjo dalam penyelenggaraan

Otonomi Daerah belum sesuai dengan peraturan pemerintah tentang petunjuk teknis

pelaksanaan yang cepat dan tepat, sehingga masih menyisakan banyak masalah.

Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan kebijakan Otonomi Daerah cenderung

tidak menganggap sebagai amanat konstitusi, sehingga proses desentralisasi menjadi

terhambat. Reformasi kebijakan Otonomi Daerah memberikan keleluasaan dan

kewenangan yang besar kepada eksekutif dan legislatif daerah untuk memberdayakan

daerah, sehingga akan menimbulkan disintegrasi akibat terkotak-kotaknya daerah

tanpa adanya kontrol.

Otonomi Daerah mempunyai tujuan untuk mencapai penyelenggaraan

pemerintahan yang baik (good governance) dengan landasan demokrasi yang

menitikberatkan pada peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta

memperhatikan keanekaragaman asset sosial, ekonomi, budaya di aras lokal.

Penyelenggaraan Otonomi Daerah lebih banyak bertumpu pada kekuatan rakyat,

sedangkan rakyat merasa terbebani dengan adanya Otonomi Daerah. Perasaan

terbebani tersebut akan memunculkan pimpinan-pimpinan baru yang bersifat otoriter.

Kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah masih tergantung pada Pemerintah Pusat, sehingga mengakibatkan kreativitas masyarakat lokal berserta seluruh perangkat daerah dan kota menjadi terberdayakan, sedangkan kebijakan yang represif menutup aspirasi daerah dalam menuntut keadilan atas

Page 18: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

kekayaan alam yang dimilikinya. Pemerintah Pusat menghadapi masalah intern yaitu kesulitan dalam meningkatkan sumber pendapatan daerah. Cara-cara yang ditempuh oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) salah satunya diperoleh dari sektor pembayaran retribusi pedagang.

Pemerintah Pusat memberikan kewenangan penuh kepada Pemerintah Dearah Kabupaten Sukoharjo untuk mengatur pemerintahannya sendiri, oleh karena itu diperlukan suatu keterpaduan konsep antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah. Pemerintah pusat tidak diperkenankan ikut campur dalam mengurusi urusan rumah tangga daerah. Hasil dari keterpaduan itu diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat pada saat membuat suatu peraturan khususnya mengenai Pedagang Kaki Lima. Pembuatan peraturan daerah tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima mengalami proses yang lama, sebab di satu sisi keberadaan PKL sangat membantu kelangsungan hidup masyarakat dalam berwiraswasta dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari hasil penarikan retribusi, tetapi disisi lain bagi sebagian masyarakat keberadaan Pedagang Kaki Lima cenderungi mengganggu ketertiban umum dan membuat tata ruang kota menjadi kurang nyaman.

Pelaksanaan ketentuan perencanaan tata ruang di Kabupaten Sukoharjo belum terlaksana dengan baik, khususnya mengenai penataan Pedagang Kaki Lima di sepanjang trotoar jalan protokol dan tempat-tempat umum yang disebabkan oleh banyaknya Pedagang Kaki Lima. Implementasi Peraturan Daerah Tingkat II Sukoharjo Nomor 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan di Kabupaten Sukoharjo belum sesuai dengan apa yang telah ditetapkan didalam peraturan daerah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan

Daerah yang menyebutkan bahwa seluruh kewenangan daerah sudah berada pada

Pemerintah Daerah, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo memiliki

kewenangan terhadap daerahnya sendiri seperti penanganan Rencana Umum Tata

Ruang Kabupaten Sukoharjo hubungannya dengan penataan Pedagang Kaki Lima.

Kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo adalah

implementasi kebijakan pembinaan dan penataan Pedagang Kaki Lima untuk

diberdayakan secara optimal tanpa melakukan kekerasan, merasia,, mencederai,

sehingga termotivasi menjadi usaha mikro kecil dan menengah jalanan menuju

Page 19: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

pengusaha sukses, sehingga tercipta kondisi Kota Sukoharjo makmur yang bersih,

sehat indah dan sejahtera. Berdasarkan pemasalahan di atas, maka penulis tertarik

untuk mengangkat ke dalam suatu permasalahan dengan judul: IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN BUPATI SUKOHARJO DALAM PENEGAKAN PERATURAN

DAERAH TINGKAT II SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 1993 TENTANG

KEBERSIHAN, KETERTIBAN, DAN KEINDAHAN TERHADAP PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN

SUKOHARJO.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan

permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo Dalam Penegakan

Peraturan Daerah Tingkat II Sukoharjo No. 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan,

Ketertiban, dan Keindahan terhadap Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki

Lima

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi kebijakan Bupati Sukoharjo

dalam penegakan Peraturan Daerah Tingkat II Sukoharjo No. 6 Tahun 1993

terhadap penataan dan pembinaan PKL di Kabupaten Sukoharjo ?

3. Bagaimana Proses Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima di kabupaten

Sukoharjo berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat II Sukoharjo No. 6 Tahun 1993

?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

a. Mengetahui Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo Dalam Penegakan

Peraturan Daerah Tingkat II Sukoharjo No. 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan,

Ketertiban, dan Keindahan terhadap Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki

Lima.

Page 20: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

b. Mengetahui Faktorr-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Bupati Sukoharjo dalam Penegakan Peraturan Daerah Tingkat II Sukoharjo

No. 6 Tahun 1993 terhadap Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima di

Kabupaten Sukoharjo.

c. Mengetahui Proses Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima di

kabupaten Sukoharjo berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat II Sukoharjo No.

6 Tahun 1993.

2. Tujuan Subyektif

a. Menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis terhadap

penerapan teori-teori yang penulis terima selama menempuh kuliah dalam

mengatasi masalah hukum yang terjadi dalam masyarakat.

b. Memperoleh data-data yang penulis pergunakan dalam penyusunan skripsi

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini mempunyai tujuan yang jelas, setiap penelitian tidak

lepas dari manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu

hukum pada khususnya.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penelitian berikutnya.

c. Memberikan sumbangan pemikiran di bidang Hukum Administrasi Negara

yang berkaitan dengan Penegakan Peraturan Daerah terhadap Penataan dan

Pembinaan Pedagang Kaki Lima.

d. Memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai proses penataan dan

pembinaan pedagang kaki lima dan tindakan yang dilakukan pemerintah

daerah dalam melaksanakan penertiban pedagang kaki lima.

2. Manfaat Praktik

a. Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis serta

pengembangan ilmu pengetahuan penulis dalam menerapkan ilmu yang

Page 21: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

diperoleh.

b. Mengetahui permasalahan yang timbul serta berusaha untuk dapat

memberikan sumbangan pemikiran mengenai cara mengatasi masalah

penertiban, penataan dan pembinaan PKL.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta tambahan

ilmu pengetahuan mengenai proses penataan dan pembinaan PKL serta

tindakan yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo dalam

melaksanakan penertiban PKL.

E. Metode Penelitian Suatu penelitian dikatakan sebagai penelitian ilmiah apabila dapat dipercaya

dan dapat teruji kebenarannya, maka penelitian ini disusun berdasarkan metode

penelitian yang tepat. Metode penelitian digunakan harus sesuai dengan tujuan dan

sasaran yang hendak dicapai, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran dan tujuan dari suatu ilmu pengetahuan (Bambang Waluyo, 1991: 7). Penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 1994: 24).

Pengertian metode ilmiah adalah cara yang teratur dan berpikir sebagai suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Seorang peneliti akan dapat menemukan, merumuskan, menganalisis, maupun memecahkan masalah-masalah yang dibahas dan mengungkapkan tentang kebenarannya. Apabila menggunakan suatu metode atau metodologi. Metode penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah berdasarkan pada metode sistematika dan pemikiran yang bertujuan untuk mempelajari gejala hukum dengan jalan menganalisis suatu permasalahan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, gejala-

Page 22: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

gejala lainnya (Soerjono Soekanto, 1986: 10). Sifat-sifat tertentu dalam metode deskriptif yang dapat dipandang sebagai suatu ciri yaitu: a. Memusatkan diri dari pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang,

mengenai masalah-masalah aktual. b. Data yang mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis, sehingga

metode ini sering disebut metode analitik (Winarno Surakhmad, 1994: 140). Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan pelaksanaan penertiban Pedagang Kaki Lima, proses penataan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima, serta tindakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan penertiban terhadap Pedagang Kaki Lima.

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi Pedagang Kaki Lima di

Kecamatan Kartasura, Kecamatan Baki, Kecamatan Grogol, Kecamatan

Bekonang, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Tawangsari, Kecamatan Nguter

dan Kantor Satpol PP Kabupaten Sukoharjo. Pertimbangan penulis memilih

lokasi tersebut yaitu karena lokasinya dekat dengan tempat tinggal penulis serta

tertarik untuk mengkaji adanya permasalahan tentang banyaknya Pedagang Kaki

Lima yang tertib, terbina dan liar yang berada di area pusat fasilitas umum, dan

bukan area khusus sebagai daerah PKL.

3. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif, maka data digunakan

adalah data primer dan data sekunder. Data diperoleh berupa keterangan atau

fakta yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan atau dari lokasi

penelitian serta melakukan studi kepustakaan.

4. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan

wawancara secara langsung terhadap pihak-pihak terkait yaitu di Kantor

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Sukoharjo mulai dari

Kepala Kantor Satpol PP, Kepala Seksi Penegak Perda, Kepala Seksi

Ketentraman dan Ketertiban Kantor Satpol PP Kabupaten Sukoharjo serta

para Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Kartasura, Kecamatan Baki,

Page 23: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Kecamatan Grogol, Kecamatan Sukoharjo. Permasalahan yang diteliti berupa

data-data, fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung di lapangan

serta dari PKL mengenai permasalahan yang diteliti.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan

melakukan kajian-kajian pustaka serta mempelajari berbagai literatur, karya

ilmiah, dokumen, jurnal berbagai tulisan yang relevan dengan materi yang

dibahas.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara yaitu suatu metode pengumpulan data dilakukan dengan

cara mengadakan tanya jawab kepada pihak-pihak yang dipandang

mengetahui dan memahami obyek penelitian, yaitu Aparat Kantor Satpol PP

Kabupaten Sukoharjo dan Pedagang Kaki Lima di kawasan Kecamatan

Kartasura, Kecamatan Baki, Kecamatan Grogol, Kecamatan Sukoharjo.

b. Studi Pustaka (library research)

Teknik studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data melalui

membaca, mengkaji dan menganalisis isi serta membuat catatan dari buku-

buku, dokumen, jurnal dan lain-lain yang bertujuan untuk mendapatkan data

sekunder.

6. Teknik Analisis Data

a. Analisis data kuantitatif yaitu teknik analisis dengan penyajian data berupa

bilangan atau angka-angka. Anaisis ini menghasilkan nilai prosentase dari

kategori keberadaan pedagang kaki lima di Kabupaten Sukoharjo dan

fungsinya dalam pengolahan data secara kuantitatif.

b. Analisis kualitatif, teknik ini tepat digunakan bagi penelitian yang

menghasilkan data kualitatif, yaitu data yang tidak bisa dikategorikan secara

statistik. Dalam analisis kualitatif ini akan mengintepretasikan terhadap apa

yang ditemukan dan pengambilan kesimpulan akhir menggunakan logika atau

penalaran sistematis.

Page 24: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif, karena data-data yang

diperoleh berupa informasi dan merupakan sumber data deskriptif mengenai

penjelasan proses yang terjadi di lokasi penelitian. hal ini sesuai pendapat

Soerjono Soekanto bahwa analisis data kualitatif merupakan suatu tata cara

penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang

dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata yang

diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono Soekanto 1986: 6)

Analisis data dalam penelitian kualitatif kebanyakan dilakukan di

lapangan, studi bersama dengan pengumpulan datanya. Dalam penyusunan

penelitian ini penulis menggunakan model analisis interaktif (interactive

analysis), yaitu suatu metode analisis data dimana ketiga komponen analisis

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan aktifitasnya

dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai

suatu proses siklus.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis kualitatif dengan

interaktif model, yaitu komponen reduksi datadan penyajian data dilakukan

bersama dengan pengumpulan data, kemudian setelah data terkumpul, maka

tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan dirasa kurang maka

perlu ada verifikasidan penelitian kembali mengumpulkan data dilapangan.

(H.B. Sutopo,2000:8)

Menurut H.B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah:

1) Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah proses pemilihan perumusan, perhatian pada

penyederhanaan atau menyangkut data dalam bentuk uraian (laporan) yan

terinci dan sistematis, menonjolkan pokok-pokok yang penting agar lebih

mudah dikendalikan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu, yang akan

memberikan gambaran yang lebih terarah tentang hasil pengamatan

danjuga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data itu apabila

diperlukan.

Page 25: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

2) Sajian Data (Data Display)

Sajian data adalah suatu rangkaian informasi yang memungkinkan

kesimpulan riset dapat dilakukan (Bambang Sumardjoko, 2003:30). Sajian

data diperlukan peneliti untuk lebih mudah memahami berbagai hal yang

terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis

ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya. Sajian data dapat

berupa berbagai jenis matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan

kegiatan.

3) Penarikan Simpulan dan Verifikasi (Conclution Drawing)

Sejak awal kegiatan pengumpulan data seorang peneliti sudah

harus memahami arti berbagai hal yang ditemui dengan melakukan

pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan,

konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai

proposisi. Kesimpulan atau verifikasi adalah upaya untuk mencari makna

terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan,

persamaan, hal-hal lain yang sering timbul dan sebagainya.

Hal ini dapat dilihat melalui bagan berikut ini (H.B. Sutopo, 1990: 91-96):

Gambar 1. Teknik Analisis Data

(HB. Sutopo, 1990 : 91-96)

Pengumpulan Data

Kesimpulan atau Verifikasi

Sajian Data Reduksi

Page 26: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Dalam menguji validitas data penelitian menggunakan teknik trianggulasi.

Teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data yang

memanfaatkan sesuatu yang berada diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau pembandingan terhadap data yang sama dari sumber yang

lain.Trianggulasi dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil

wawancara, dengan isi suatu dokumen, serta pendampingan suatu program

kerja untuk mengetahui tingkatan kemajuan/kemunduran suatu program kerja

(LexiJ.Moleong, 2005 : 330-331).

F. Sistematika Penulisan Hukum Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan

hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum, maka sistematika

dalam penelitian ini terdiri dari empat bab, yang tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub

bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan

hasil penelitian. sistematika penulisan hukum tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai alasan pemilihan judul, pokok

permasalahan, maksud dan tujuan, dan manfaat penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan umum tentang implementasi

kebijakan, tinjauan umum tentang Pedagang Kaki Lima, tinjauan umum

tentang area kerja Pedagang Kaki Lima, tinjauan umum tentang

otonomi daerah, tinjauan umum tentang aparat penegak ketertiban

umum dan tinjauan umum tentang penegakan hukum.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai implementasi kebijakan Bupati

Sukoharjo dalam penegakan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993

tentang Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan dalam Wilayah

Kabupaten Sukoharjo terhadap penataan dan pembinaan Pedagang Kaki

Lima di kabupaten Sukoharjo, mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi implementasi kebijakan Bupati Sukoharjo dalam

Page 27: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

penegakan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993 terhadap penataan dan

pembinaan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo, dan

mengenai proses penataan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima di

Kabupaten Sukoharjo berdasarkan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993

dengan lokasi penelitian Pedagang Kaki Lima di kecamatan Kartasura,

Kecamatan Baki, Kecamatan Grogol, Kecamatan Bekonang,

Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Nguter dan Kecamatan Tawangsari.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab penutup ini penulis menarik suatu kesimpulan secara singkat

dan jelas untuk menjawab permasalahan penelitian berdasarkan

pembahasan dan selanjutnya penulis mencoba untuk memberikan saran

sebagai solusi/upaya pemecahan masalah dalam skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 28: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

B. Kerangka Teoritis

1. Tinjauan Umum Tentang Implementasi Kebijakan

a. Definisi Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan

alat administrasi hukum dan berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik

untuk bekerja sama menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan

yang diinginkan (Budi Winarno, 2002 : 101). Menurut Masmanian bahwa

implementasi kebijakan adalah pelaksanaan putusan kebijakan dasar, dalam

bentuk undang-undang atau keputusan-keputusan eksekutif. Keputusan

tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin diatasi, menyebut secara tegas

tujuannya dari berbagai cara untuk mengatur proses implementasinya (Asep

Aan Dahlan, 2004 : 15).

Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier menjelaskan makna

implementasi ini dengan mengatakan bahwa : “memahami apa yang

senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan

merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan yakni kejadian-kejadian

dan kegiatan-kegiatan timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman

kebijakan Negara, mencakup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata

pada masyarakat/kejadian-kejadian” (Solichin Abdul Wahab, 2004 : 65).

b. Konsep atau Model Implementasi Kebijakan

1) Model Meter dan Horn

Implementasi merupakan proses yang dinamis, Van Meter dan Van

Horn membuat ikatan (linkages) yang dibentuk antara sumber-sumber

kebijakan dan tiga komponen lainnya. Menurut mereka tipe dan tingkatan

sumber daya yang disediakan oleh keputusan kebijakan akan

mempengaruhi kegiatan-kegiatan komunikasi dan pelaksanaan. Pada sisi

15

Page 29: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

lain, kecenderungan para pelaksana dapat dipengaruhi secara langsung

oleh tersedianya sumber daya (Budi Winarno, 2002 : 119).

2) Model Grindle

Implementasi kebijakan menurut Grindle (1980) didasarkan oleh isi

kebijakan dan konteksnya. Ide dasar Grindle muncul setelah kebijakan

ditransformasikan menjadi program aksi maupun proyek individual dan

biaya telah disediakan maka implementasi kebijakan dilaksanakan

(Samudra Wiwaha, 1994 : 22).

3) Model Sabatier dan Mazmanian

Menurut Sabatier dan Mazmanian implementasi kebijakan mempunyai

fungsi dari tiga variabel yaitu (1) karakteristik masalah, (2) struktur

manajemen program tercermin dalam berbagai macam peraturan yang

mengoperasionalkan kebijakan dan (3) faktor-faktor diluar aturan.

Implementasi akan efektif apabila dalam pelaksanaannya mematuhi apa

yang sudah digariskan oleh peraturan atau petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis (Samudra Wiwaha, 1994 : 25).

c. Pendekatan Implementasi

Menurut Solichin Abdul Wahab ada empat pendekatan dalam

implementasi kebijakan untuk meningkatkan efektivitas implementasi yaitu :

1) Pendekatan Struktural

Pendekatan ini ada dua bentuk yaitu struktur yang bersifat organis dan

pendekatan struktur matrik.

2) Pendekatan Prosedural dan Manajerial

Perlu dibedakan antara merencanakan perubahan dan merencanakan untuk

melakukan perubahan. Dalam hal pertama, implementasi dipandang

sebagai semata-mata masalah teknis atau masalah manajerial, prosedur-

prosedur yang dimaksud termasuk diantaranya menyangkut penjadwalan

(scheduling), perenacanaan (planning) dan pengawasan (control).

Teknik manajerial merupakan perwujudan dari pendekatan ini ialah

perencanaan jaringan kerja dan pengawasan (network planning and

control-MPC) yang menyajikan suatu kerangka kerja, proyek dapat

Page 30: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

dilaksanakan dan implementasinya dapat diawasi dengan cara identifikasi

tugas-tugas dan urutan-urutan logis, sehingga tugas tersebut dapat

dilaksanakan.

3) Pendekatan Keperilakuan

Ada dua bentuk dalam pendekatan ini : Pertama, OD (organisitional

development/pengembangan organisasi). OD adalah suatu proses untuk

menimbulkan perubahan-perubahan yang diinginkan dalam suatu

organisasi melalui penerapan dalam ilmu-ilmu kepribadian; Kedua, bentuk

management by objectives (MBO). MBO adalah suatu pendekatan

penggabungan unsur-unsur yang terdapat dalam pendekatan

prosedural/manajerial dengan unsur-unsur yang termuat dalam analisis

keperilakuan. Jelasnya MBO berusaha menjembatani antara tujuan yang

telah dirumuskan secara spesifik dengan implementasinya.

4) Pendekatan Politik

Pendekatan politik secara fundamental menentang asumsi yang

diketengahkan oleh ketiga pendekatan terdahulu khususnya pendekatan

perilaku. Keberhasilan suatu kebijakan pada akhirnya akan tergantung

pada kesediaan dan kemampuan kelompok-kelompok

dominan/berpengaruh. Situasi tertentu distribusi kekuasaan kemungkinan

dapat pula menimbulkan kemacetan pada saat implementasi kebijakan,

walaupun sebenarnya kebijakan tersebut secara formal telah disahkan

(Solichin Abdul Wahab, 2004 : 110).

2. Tinjauan Umum Tentang Pedagang Kaki Lima

a. Penjelasan Tentang Pedagang Kaki Lima

Dualisme kota dan desa yang terdapat di Indonesia, seperti negara-

negara berkembang lainnya telah mengakibatkan munculnya sektor formal

dan sektor informal dalam kegiatan perekonomian. Urbanisasi sebagai gejala

yang sangat menonjol di Indonesia, tidak hanya mendatangkan hal-hal positif,

tetapi juga hal-hal negatif. Sebagian para urbanit telah tertampung di sektor

Page 31: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

formal, namun sebagian urbanit lainnya yang tanpa dibekali ketrampilan tidak

dapat tertampung dalam ketersediaan lapangan kerja formal. Para urbanit yang

tidak tertampung di sektor formal pada umumnya tetap berstatus mencari

pekerjaan dan melakukan pekerjaan apa saja untuk menopang hidupnya.

Sektor informal muncul dalam kegiatan perdagangan yang bersifat

kompleks oleh karena menyangkut jenis barang, tata ruang, dan waktu.

Berkebalikan dengan sektor formal yang umumnya menggunakan teknologi

maju, bersifat padat modal, dan mendapat perlindungan pemerintah, sektor

informal lebih banyak ditangani oleh masyarakat golongan bawah. Sektor

informal dikenal juga dengan ”ekonomi bawah tanah” (underground

economy). Sektor ini diartikan sebagai unit-unit usaha yang tidak atau sedikit

sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah. Sektor

informal ini umumnya berupa usaha berskala kecil, dengan modal, ruang

lingkup, dan pengembangan yang terbatas.

Sektor informal sering dijadikan kambing hitam dari penyebab

”kesemrawutan lalu lintas” maupun ”tidak bersihnya lingkungan”, namun

demikian sektor informal sangat membantu kepentingan masyarakat dalam

menyediakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja secara

mandiri atau menjadi safety belt bagi tenaga kerja yang memasuki pasar kerja,

selain untuk menyediakan kebutuhan masyarakat golongan menengah ke

bawah. Umumnya sektor informal sering dianggap lebih mampu bertahan

hidup dibandingkan sektor usaha yang lain, hal ini dapat terjadi karena sektor

informal relatif lebih bebas pada pihak lain, khususnya menyangkut

permodalan dan lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan usahanya.

Situasi krisis ekonomi dewasa ini membuat para usaha di sektor

informal dituntut untuk memiliki daya adaptasi yang tinggi dan usaha

antisipasi perkembangan yang tepat dalam lingkungan usaha, agar dapat

bertahan dalam keadaan yang sulit sekalipun. Era perubahan yang terus-

menerus terjadi memungkinkan peluang usaha yang dapat dimanfaatkan

secara lebih optimal. Usaha di sektor informal diharapkan mampu

mengidentifikasi peluang yang muncul akibat adanya perubahan tersebut.

Page 32: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Pedagang Kaki Lima adalah salah satu usaha dalam Peraturan Daerah

dan salah satu wujud sektor informal. Pedagang Kaki Lima adalah orang

dengan modal relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan

barang-barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di

dalam masyarakat. Usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang

dianggap strategis dalam suasana lingkungan informal. Pedagang Kaki Lima

pada umumnya adalah self-employed, artinya mayoritas Pedagang Kaki Lima

hanya terdiri dari satu tenaga kerja. Modal yang dimiliki relatif tidak terlalu

besar, dan terbagi atas modal tetap, berupa peralatan, dan modal kerja. Dana

tersebut jarang sekali dipenuhi dari lembaga keuangan resmi, biasanya berasal

dari sumber dana ilegal atau dari supplier yang memasok barang dagangan,

sedangkan sumber dana yang berasal dari tabungan sendiri sangat sedikit.

Berarti hanya sedikit dari mereka yang dapat menyisihkan hasil usahanya,

dikarenakan rendahnya tingkat keuntungan dan cara pengelolaan uang,

sehingga kemungkinan untuk mengadakan investasi modal maupun ekspansi

usaha sangat kecil.

Mereka masuk dalam kategori Pedagang Kaki Lima mayoritas berada

dalam usia kerja utama (prime-age). Tingkat pendidikan yang rendah dan

tidak adanya keahlian tertentu menyebabkan mereka sulit menembus sektor

formal. Bidang informal berupa Pedagang Kaki Lima menjadi satu-satunya

pilihan untuk tetap mempertahankan hidup. Walaupun upah yang diterima

dari usaha Pedagang Kaki Lima ini di bawah tingkat minimum, tapi masih

jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan mereka di tempat asalnya.

Lokasi Pedagang Kaki Lima sangat berpengaruh terhadap

perkembangan dan kelangsungan usaha para Pedagang Kaki Lima, yang pada

gilirannya akan mempengaruhi pula volume penjualan dan tingkat

keuntungan. Secara garis besar kesulitan yang dihadapi oleh para Pedagang

Kaki Lima berkisar antara peraturan pemerintah mengenai penataan Pedagang

Kaki Lima belum bersifat membangun/konstruktif, kekurangan modal,

kekurangan fasilitas pemasaran, dan belum adanya bantuan kredit.

Page 33: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Prakteknya Pedagang Kaki Lima sering menawarkan barang-barang

dan jasa dengan harga bersaing atau bahkan relatif tinggi, bahkan terkesan

menjurus ke arah penipuan. Tentu saja menimbulkan citra yang negatif

tentang Pedagang Kaki Lima. Adanya tawar-menawar (bargaining) antara

penjual dan pembeli inilah yang menjadikan situasi unik dalam usaha

Pedagang Kaki Lima. Umumnya Pedagang Kaki Lima kurang memperhatikan

masalah lingkungan dan faktor hygiene sebagai produk sampingan yang

negatif. Masalah lingkungan berkaitan erat dengan kepadatan, misalnya

kepadatan lalu lintas maupun kepadatan tempat (diakses tanggal 6 Juni 2007

dari www.google.com).

b. Tinjauan Sosiologis Terhadap Pedagang Kaki Lima

Sethuraman (dalam Jellinek 1994) yang mengamati persoalan

urbanisasi dan pekerjaan di kota menyebutkan bahwa lima puluh persen atau

lebih tenaga kerja di Jakarta bekerja di sektor informal. Tiga puluh lima

persen (35%) dari tenaga kerja bekerja di sektor informal adalah Pedagang

Kaki Lima atau sekitar 17 persen dari total tenaga kerja. Kegiatan-kegiatan

sektor infomal pada umumnya diabaikan, tidak didukung bahkan ditekan

dengan aturan-aturan yang ketat (Gilbert , 1996 : 66).

Angka-angka statistik dari sektor informal khususnya PKL mudah

dipahami secara rasional karena merupakan jenis mata pencaharian yang

sangat mudah dilakukan dan membantu mengatasi persoalan pengangguran.

Tindakan terhadap PKL tidak pernah dilakukan dengan argumen “untuk

mengatasi pengangguran”, “karena akan disediakan pekerjaan yang lebih

layak”, atau “sebab Pedagang Kaki Lima menimbulkan persoalan yang

bersifat ekonomis”. Bahasa yang spesifik digunakan pihak berwenang dalam

melakukan tindakan adalah: “penertiban” atau “penataan” bukan

“penggusuran”. Penggambaran keberadaan PKL selalu tanpa aturan, tidak

tertib dan menciptakan kesemrawutan di tengah kota atau kabupaten.

Bromley (dalam Manning 1991) mengamati bahwa di Cali (Columbia)

PKL biasanya dianggap sebagai bentuk pengangguran tersembunyi atau

Page 34: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

setengah pengangguran. Para pejabat dan kaum elit lokal menganggap PKL

sama dengan golongan pengemis, pelacur dan pencuri. Persepsi para pejabat

dan kaum elit lokal terhadap keberadaan PKL adalah sebagai gangguan yang

menjadikan kota tidak rapi dan kotor, banyak sampah di sembarang tempat,

agen penyebaran penyakit karena makanan yang dijajakan tidak steril dan

basi, saingan pedagang toko yang tertib dan membayar pajak, menimbulkan

kemacetan lalu lintas serta merampas hak pejalan kaki (Bromley, 1991 : 78).

c. Kondisi dan Masalah Pedagang Kaki Lima di Kota Besar

Masalah Pedagang Kaki Lima di kota besar dengan berbagai

karakteristiknya merupakan permasalahan tersendiri yang cukup rumit

dihadapi oleh pemerintah kota. Kerumitan masalah yang dihadapi berkenaan

dengan berbagai persoalan yang muncul antara lain :

1) Ketidakmampuan Adaptasi Hidup

Pedagang Kaki Lima umumnya kaum migran berasal dari daerah pedesaan

yang sengaja mengadu nasib di kota. Mereka datang bersama dengan

keluarganya tanpa persiapan matang beradaptasi dengan situasi dan nilai

kehidupan kota. Mereka juga datang dengan berbekal pengetahuan dan

keterampilan yang minim. Mereka tertarik hidup sukses dari pengalaman

teman atau saudara yang lebih dahulu mengadu nasib di kota, mereka

mempertahankan hidup sebagai Pedagang Kaki Lima.

2) Budaya Tidak Tertib di Kota

Pedagang Kaki Lima pada umumnya berjualan ditempat-tempat umum

tanpa mengindahkan peraturan daerah yang diberlakukan oleh pemerintah

kota. Akibatnya terjadilah suatu tuntutan situasi yang menyudutkan

mereka. Munculnya sikap bertahan dari para PKL ketika peraturan

penertiban, penataan dan pembinaan disosialisasikan. Sikap bertahan ini

diwujudkan dalam bentuk aksi demo yang mereka ketahui dan menirukan

proses perjuangan para mahasiswa pada tahun 1997 berhasil mereformasi

sistem kepemerintahan era orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun

Page 35: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

lamanya.

3) Antisipasi Pemeritah Kota Terlambat

Fenomena yang sering terjadi adalah pihak pemerintah kota lamban

didalam mengantisipasi masalah urbanisasi, sehingga ecenderung

membiarkan PKL berjualan di tempat-tempat umum. Jumlah PKL

bertambah banyak, mereka dipandang mengganggu keindahan kota dan

mengganggu laju lalu lintas karena mempersempit jalan utama kendaraan

bermotor dan merampas hak pejalan kaki. Pemerintah kota mulai

mengeluarkan peraturan mengenai penataan dan penertiban PKL secara

sepihak tidak melibatkan PKL di dalam proses perumusannya, sehingga

peraturan tersebut tidak mengakomodir aspirasi PKL.

4) Kebijakan Tumpang Tindih

Relokasi PKL berupa pasar resmi, ternyata telah menimbulkan

permasalahan baru, hal ini dialami oleh para pedagang yang sudah lama

berjualan di lokasi pasar tersebut, sebagian besar mereka yang berjualan

merasa tersaingi dan akhirnya pindah ke luar pasar, sehingga menciptakan

Pedagang Kaki Lima baru

5) Kebutuhan Hidup Keluarga Mendesak

Pemasalahan yang dihadapi para PKL adalah persoalan kesejahteraan

hidup dan kelangsungan hidup bagi dirinya dan keluarga, sehingga

akhirnya muncul kecenderungan "main kucing-kucingan" antara petugas

ketertiban kota dengan para PKL.

3. Tinjauan Umum Tentang Otonomi Daerah

Menurut UU No. 32 tahun 2004, otonomi daerah adalah kewenangan

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan

perundang-undangan.

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah daerah dapat

menggunakan wewenangnya untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya,

tetapi dengan batas-batas yang telah ditentukan oleh undang-undang. Tiga teori

Page 36: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

yang mendasari guna mengetahui batas-batas urusan rumah tangga daerah,

diantaranya :

a. Otonomi Materiil

Otonomi materiil mengatur mengenai urusan rumah tangga pemerintah pusat

dengan pemerintah daerah mengenai batas-batas kewenangannya dalam

undang-undang pembentukan daerah.

b. Otonomi Formil

Otonomi ini tidak ada pembatasan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

daerah dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya. Daerah diberikan

kebebasan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya guna memajukan

dan mengembangan daerah sendiri. Daerah tidak dapat mengatur urusan

rumah tangganya jika undang-undang yang ada bertentangan dengan

kepentingan umum.

c. Otonomi Riil

Sistem ini merupakan campuran dari otonomi materiil dan otonomi formil.

Undang-undang pembentukan daerah, pemerintah, pusat menentukan urusan-

urusan yang. dijadikan ketentuan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga

daerahnya. Urusan rumah tangga tersebut disesuaikan dengan kesanggupan

dan kemampuan daerah itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka penyelenggaraan di daerah berasaskan

desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada

daerah otonom dalam kerangka NKRI. Dalam hal ini yang dianut adalah otonomi

formil karena daerah diberikan kebebasan untuk mengatur rumah tangganya,

untuk kepentingan daerahnya, dan kemajuan serta perkembangan daerah.

Dalam penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa

Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan

dengan asas desentralisasi. UU No. 32 tahun 2004 juga menegaskan tentang

Daerah Otonom dan Wilayah Administrasi. Sebagaimana ketentuan Pasal 5 ayat 1

Undang-Undang tersebut di atas bahwa : "Pembentukan daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 harus memenuhi syarat administratif, teknis dan fisik

kewilayahan".

Page 37: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Pemerintah daerah, memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus

rumah tangganya, dalam seluruh bidang kecuali telah dilarang oleh undang-

undang. Berdasarkan uraian di atas maka pemerintah daerah memiliki

kewenangan untuk menetapkan peraturan daerah guna mengatur dan mengurus

rumah tangganya. Kewenangan tersebut sebagaimana tertuang dalam Pasal 140

ayat (1) UU No. 32 tahun 2004 yang berbunyi “rancangan Peraturan Daerah dapat

berasal dari DPRD, Gubernur atau Bupati/Walikota.”

Pasal 146 ayat (1), UU No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa “untuk

melaksanakan Peraturan Daerah dan atas kuasa peraturan perundang-undangan,

kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala

daerah”, maksud dari penjabaran pasal tersebut adalah kepala daerah dalam

menetapkan peraturan daerah atas persetujuan DPRD.

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, maka pemerintah

Kabupaten Sukoharjo menetapkan peraturan daerah yang mengatur tentang

keberadaan Satpol PP dan diundangkan dalam lembaran daerah sebagaimana

ketentuan dalam Pasal 149 ayat (1), (2), (3) seperti dibawah ini :

1) Anggota satuan polisi pamong praja dapat diangkat sebagai penyidik pegawai

negeri sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Penyidik dan penuntutan terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan

Daerah dilakukan oleh pejabat penyidik dan penuntut umum sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

3) Berdasarkan peraturan daerah dapat menunjuk pejabat lain yang diberi tugas

untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan

Daerah.

Kewenangan Pemerintah Daerah sesuai dengan perundang-undangan yang

berlaku salah satunya adalah melaksanakan penertiban terhadap PKL, sekaligus

sebagai dasar dari pembentukan Peraturan Daerah yang mengatur masalah PKL.

Hasil analisis data primer dalam penelitian yang dilakukan di kantor Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Sukoharjo diperoleh hasil bahwa Kabupaten Sukoharjo

mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1993 mengatur tentang

kebersihan, ketertiban dan keindahan dalam wilayah Kabupaten Sukoharjo yang

berkaitan terhadap penataan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima (PKL). Inti

Page 38: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

yang terkandung dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993 diantaranya :

1) Bahwa suasana lingkungan yang bersih, tertib dan indah merupakan pokok

pangkal kesehatan masyarakat pada umumnya, dan masyarakat Sukoharjo

pada khususnya.

2) Bahwa guna mencapai kesehatan masyarakat sebagaimana tersebut diatas dan

dalam rangka mewujudkan semboyan Krida Pembangunan Kabupaten

Sukoharjo berslogan “SUKOHARJO MAKMUR”, maka dipandang perlu

mengadakan penanggulangan polusi/sampah/kotoran yang merupakan

tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat dengan gerakan

kebersihan, ketertiban dan keindahan yang ditetapkan pengaturannya dalam

Peraturan Daerah.

Pertimbangan tersebut diatas, dikeluarkan oleh Kabupaten Sukoharjo

mempunyai tujuan yang khusus. Tujuan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1993

adalah untuk membudayakan pola hidup bersih, sehat, tertib dan indah bermuara

pada kebahagiaan dan kesejahteraan yang serasi dan seimbang dengan

kemampuan daya dukung dan kebutuhan lahir dan batin.

Pengaturan Pedagang Kaki Lima (PKL) dalam Peraturan Daerah Nomor 6

Tahun 1993 tentang kebersihan, ketertiban dan keindahan dalam wilayah

Kabupaten Sukoharjo terhadap penataan dan pembinaan PKL berisi, BAB I

memuat Ketentuan Umum, BAB II memuat Maksud dan Tujuan, BAB III

memuat Kewajiban Penduduk atau Masyarakat Terhadap Kebersihan, Ketertiban

dan Keindahan Dalam Wilayah Kabupaten Sukoharjo, BAB IV memuat

Larangan-larangan, BAB V memuat Pelaksanaan dan Pembinaan, BAB VI

memuat Pengawasan, BAB VII memuat Ketentuan Pidana dan Penyidikan, BAB

VIII memuat Ketentuan Penutup.

Pasal yang mengatur Kebersihan, Ketertiban dan Keindahan Dalam

Wilayah Kabupaten Sukoharjo terhadap penataan dan pembinaan PKL tertuang

dalam Pasal 5 ayat (1) huruf f, g dan h, merumuskan :

1) Pasal 5 ayat (1) huruf f berbunyi “larangan untuk menggunakan trotoar

sebagai tempat berjualan dan usaha.”

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1993 Pasal 5 ayat (1) huruf f melarang bagi

Page 39: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

siapa saja menggunakan trotoar untuk tempat berjualan atau usaha, karena

trotoar merupakan tempat untuk para pejalan kaki, tidak diperbolehkan

menggunakan trotoar untuk tempat berjualan atau tempat usaha.

2) Pasal 5 ayat (1) huruf g berbunyi “melarang untuk berjualan makanan dan

minuman di sembarang tempat.”

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1993 Pasal 5 ayat (1) huruf g melarang bagi

siapa saja berjualan makanan maupun minuman di sembarang tempat karena

bisa merusak pemandangan umum, sehingga tidak terciptanya suatu

lingkungan yang bersih, sehat, tertib dan indah.

3) Pasal 5 ayat (1) huruf h berbunyi “melarang berjualan makanan dan minuman

secara terbuka/tanpa tenda/tanpa lampu di malam hari.”

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1993 Pasal 5 ayat (1) huruf h melarang bagi

siapa saja untuk berjualan makanan dan minuman secara terbuka/tanpa

tenda/tanpa lampu di malam hari karena bisa menimbulkan suatu suasana

yang tidak teratur, tidak tertata dan akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan

bagi orang yang melihatnya sebagai tempat ‘mesum’ dan rawan terjadi

kejahatan, maka haruslah menggunakan tenda dan dengan penerangan yang

cukup sehingga terlihat dari luar.

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1993 memang tidak mendefinisikan

secara spesifik tentang hal-hal yang menyangkut Pedagang Kaki Lima (PKL),

yang ada hanyalah larangan-larangan dan penegakan Peraturan Daerah tersebut

serta ketentuan pidana dan penyidikan, antara lain :

1) Pelanggaran terhadap Pasal 3, 4 dan 5 dalam Peraturan Daerah Nomor 6

Tahun 1993 diancam hukuman kurungan selama-lamanya 6 bulan atau denda

sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.

Menindaklanjuti Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1993 yang dipakai

sebagai acuan untuk mengatur PKL tersebut, diterbitkan peraturan

pelaksanaannya dengan Surat Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor 300-

500/351/2005 tentang “Pembentukan Tim Pembina, Pengawasan, dan Penertiban

Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Sukoharjo.” Surat keputusan Bupati

Page 40: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Sukoharjo mengandung aturan :

1) Guna meningkatkan kelancaran pelaksanan tugas satuan polisi pamong praja

Kabupaten Sukoharjo dalam rangka pembinaan, pengawasan dan penertiban

Pedagang Kaki Lima (PKL), maka perlu pembentukan tim pembinaan,

pengawasan dan penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten

Sukoharjo.

2) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudkan dalam angka 1 diatas,

perlu ditetapkan dengan keputusan Bupati.

4. Tinjauan Umum Tentang Aparat Ketertiban Umum

Pembentukan Polisi Pamong Praja di Yogyakarta pada 3 Maret 1950 telah

memberikan untaian makna sejarah yang berharga akan sumbangsih dan

peranannya dalam konsolidasi dan stabilitas teritorial pada daerah-daerah yang

baru diamankan angkatan perang. Menjaga struktur keamanan Negara merupakan

tugas-tugas yang berada di luar bidang kepolisian negara merupakan masalah

spesifik yang ditangani oleh Polisi Pamong Praja antara lain menangani bidang

pemerintahan umum, khususnya dalam pembinaan ketenteraman dan ketertiban di

daerah.

Polisi Pamong Praja baik sebagai personel maupun institusi yang

menangani bidang ketenteraman dan ketertiban umum berkembang sejalan

dengan luasnya cakupan tugas dan kewajiban kepala daerah dalam

menyelenggarakan bidang pemerintahan. Pemeliharaan ketenteraman dan

ketertiban merupakan kebutuhan mutlak yang menjadi tugas bersama antara

pemerintah dan masyarakat. Tugas pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban,

sering diartikan menghentikan atau menahan kegiatan atau aktivitas tertentu.

Tugas Polisi Pamong Praja hakikatnya mengikat hubungan antara

anggota/kelompok/lembaga masyarakat dengan pemerintah, pada dasarnya

merupakan tiga pilar tugas yang saling berkait satu dengan yang lain dan tidak

bisa dipisahkan. Ketiga pilar itu adalah :

Pertama, ketenteraman merupakan perasaan jiwa orang (anggota

masyarakat) yang menikmati hidupnya dengan nyaman bebas dari gangguan dan

ancaman baik fisik maupun psikis. Segala aktivitas, kreativitas, dan produktivitas

Page 41: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

warga masyarakat dapat dilakukan tanpa dihantui rasa ketakutan dan

kekhawatiran.

Kedua, ketenteraman adalah suatu tatanan dalam suatu lingkungan

kehidupan yang terwujud oleh adanya perilaku manusia, baik pribadi maupun

sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi kaidah norma agama, norma sosial,

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketiga, tegaknya peraturan-peraturan (termasuk norma dan nilai-nilai)

merupakan sarana penting bagi terwujudnya ketertiban. Tiada rasa tenteram jika

hubungan antara manusia dalam masyarakat tidak tertib. Ketertiban tidak tercipta

jika peraturan-peraturan tidak diupayakan tegak sebagaimana mestinya. Jika

peraturan tidak ditegakkan, maka yang tumbuh subur adalah sikap anarki yang

cenderung menghalalkan segala cara dan tindakan asal kepentingan sendiri

terpenuhi. Ketiga pilar ini perlu dimaknai secara mendalam oleh seluruh aparat

Polisi Pamong Praja dalam mengemban tugasnya yang tidak ringan dan penuh

tantangan ini.

Penegakan peraturan daerah merupakan tugas Polisi Pamong Praja tidak

ringan. Dalam melakukan tugasnya, aparat Polisi Pamong Praja seringkali

berhadapan dengan masyarakat yang memiliki kepentingan tertentu dalam

memperjuangkan kehidupannya. Akhirnya tidak jarang menimbulkan sikap untuk

cenderung melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan peraturan yang

ada.

Polisi Pamong Praja dalam menghadapi situasi yang cenderung konflik

dituntut harus dapat mengambil sikap yang tepat dan bijaksana sesuai dengan

paradigma baru citra Polisi Pamong Praja dan seni kepemimpinan

kepamongprajaan yaitu menjadi aparat yang ramah, bersahabat, dapat

menciptakan suasana batin dan nuansa kesejukan bagi masyarakat. Ketegasan

dalam bertindak demi tegaknya peraturan yang berlaku. Tindakan tegas perlu

dilakukan dengan mempertimbangkan peluang-peluang masyarakat

mengembangkan peran aktifnya dalam berbagai kegiatan, baik kegiatan

kemasyarakatan maupun kegiatan yang membantu lajunya pembangunan.

Page 42: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Era reformasi yang penuh dengan euforia seperti saat ini, dibutuhkan

sosok aparat Polisi Pamong Praja yang memiliki kemampuan dalam mencegah

dan mengurangi timbulnya gangguan ketenteraman, ketertiban dan gejala

pelanggaran peraturan pada tingkat preventif, preemtif dan represif non yustisial.

Melandasi paradigma baru dan seni kepamongprajaan, diharapkan pendekatan

sosiologis, komunikatif, dan legalistis dapat diwujudkan dalam memerankan diri

pada posisi terdepan dalam tugas pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban serta

penegakan peraturan daerah.

Falsafah hidup masyarakat Jawa Barat silih asih, silih asah, dan silih asuh

dan herang caina beunang laukna merupakan fondasi dan nilai yang berharga

dalam memberdayakan masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan tugas

pokok yang diemban oleh Polisi Pamong Praja. Komitmen pemerintah daerah

bersama-sama dengan masyarakat untuk ditegakkannya peraturan merupakan

modal dasar dalam menciptakan suasana batin yang tenteram dan damai, baik di

rumah, di perjalanan, maupun di tempat kerja.

Peringatan hari jadi Polisi Pamong Praja di tahun 2003 lalu mengambil

tema "Dengan Memberdayakan Polisi Pamong Praja sesuai Tugas dan Fungsinya

Akan Memperkuat Otonomi Daerah dan Memperkokoh Negara Kesatuan

Republik Indonesia", oleh karena itu judul tema ini tepat dalam mengisi

peringatan tersebut dengan menggalang seluruh potensi yang dimiliki aparat

Polisi Pamong Praja antara lain:

a. Memantapkan wawasan, keterampilan, dan performance SDM Polisi Pamong

Praja menuju profesionalisasi dalam pelaksanaan tugas;

b. Memantapkan pedoman, arah, kewenangan dan sinergis dengan unsur terkait,

Dinas/Badan/Lembaga Provinsi serta aparat Polisi Pamong Praja, sehingga

terjalin mekanisme operasional yang efektif dalam mewujudkan situasi

kondusif;

c. Menjalin kerja sama dengan seluruh aparat keamanan dan ketertiban serta

aparat penegak hukum lainnya;

d. Menjalin kerja sama dengan seluruh unsur masyarakat dalam upaya-upaya

penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum.

Page 43: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

5. Tinjauan Umum Tentang Penegakan Hukum

Pada hakekatnya hukum mengandung ide atau konsep-konsep

penggolongan pada sesuatu yang abstrak. Satjipto Rahardjo (mengutip pendapat

Redbruch) mengatakan, bahwa hakikat hukum adalah ide atau konsep abstrak

yang bertindak sebagai hakikat hukum tersebut. Penegakan hukum sebenarnya

merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide menjadi suatu fakta atau

kenyataan sebagaimana tertuang dalam peraturan perundang-undangan. Proses

perwujudan inilah merupakan hakikat penegakan hukum.

Penegakan hukum adalah suatu proses logis yang mengikuti kehadiran

suatu peraturan hukum. Peristiwa yang terjadi mengikuti kehadiran peraturan

hukum hampir sepenuhnya terjadi melalui pengelolaan logika yang menjadi acuan

dalam penegakan hukum. Pengertian lain tentang penegakan hukum adalah suatu

proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum dan pikiran badan

pembuat hukum yang dirumuskan dalam peraturan hukum (Satjipto Rahardjo,

1983 : 24).

Penegakan hukum adalah suatu kegiatan menyerasikan hubungan nilai-

nilai terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap, mengejawantah dalam

sikap tindakan sebagai rangkaian penjabaran untuk menciptakan, memelihara, dan

mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Inti dari penegakan hukum adalah

menciptakan kedamaian yaitu menciptakan suatu ketertiban, dalam masyarakat

yang secara konsepsional.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, antara lain :

a. Fakfor hukumnya atau perangkat undang-undang.

b. Faktor fasilitas/sarana sebagai penunjang pelaksanaan hukum.

c. Faktor masyarakat.

Penegakan hukum merupakan pasangan baik dan buruk perlu diserasikan, sebab

sering kali titik tolak dari nilai-nilai tersebut bertolak belakang. Misalnya

pasangan nilai ketertiban dengan nilai ketentraman, nilai ketertiban bertitik tolak

pada keterikatan, sedangkan nilai ketentraman titik tolaknya adalah kebebasan.

Keterikatan bertolak belakang dengan kebebasan, maka perlu adanya penyerasian

antara kedua nilai tersebut, sebab di dalam kehidupan manusia memerlukan

Page 44: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

keterikatan maupun kebebasan di dalam wujud yang serasi (Satjipto Rahardjo,

1983 : 24).

Penjabaran secara konkrit bentuk kaidah-kaidah hukum yang pada

umumnya berisi perintah, larangan atau kebolehan-kebolehan. Kaidah-kaidah

tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan yang dianggap pantas,

sehingga penegakan hukum merupakan suatu proses penyerasian nilai-nilai

kaidah yang mengatur pola perilaku atau sikap tindakan mengarah pada

terciptanya kedamaian dalam pergaulan hidup (Soerjono Soekanto, 2002 : 3).

Sebenarnya tujuan dari penegakan hukum tidak dapat dipisahkan dari

tujuan hukum itu sendiri. Tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup secara

damai. Kedamaian dapat terwujud apabila dalam masyarakat, hukum maupun

aturan yang ada dapat ditaati.

Menurut E.A. Goebel, terdapat empat fungsi dasar hukum di dalam

masyarakat, yaitu :

a. Menetapkan pola hubungan antara anggota-anggota masyarakat dengan cara

menunjukkan jenis-jenis tingkah laku yang diperbolehkan dan yang dilarang.

b. Menentukan alokasi wewenang, merinci siapa yang boleh melakukan

paksaan, siapa yang memilih sanksi yang tepat dan efektif.

c. Menyelesaikan sengketa.

d. Memelihara kemapuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi-

kondisi kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali

hubungan-hubungan esensial antara anggota-anggota masyarakat (Ronny

Hanitijosoemitro, 1980 : 2).

Keempat fungsi dasar hukum di atas, jelas bahwa fungsi dasar dari hukum

itu sendiri adalah menetapkan hubungan tingkah laku yang diperoleh atau

dilarang oleh hukum.

Hukum Tata Usaha Negara yang meliputi keseluruhan aturan yang

menentukan cara bagaimana negara sebagai penguasa itu menjalankan usahanya

untuk memenuhi tugasnya, adapun yang menjadi obyek pengaturan Hukum TUN

sangalah luas. Tujuan Hukum TUN adalah untuk memenuhi kebutuhan

Page 45: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan tersebut penguasa membuat suatu

peraturan untuk mengaturnya. Peraturan tersebut, berisi kebutuhan masyarakat.

Peraturan yang dikeluarkan oleh penguasa sering disebut Keputusan Tata Usaha

Negara (KTUN). KTUN yang telah dikeluarkan oleh penguasa diharapkan dapat

memberikan kedamaian sebagaimana tujuan dari hukum.

Inti dan arti dari penegakan hukum secara konsepsional, terletak pada

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai baik dan buruk yang dijabarkan di

dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah serta sikap tindakan

sebagai rangkaian penjabaran nilai-nilai tahap akhir, untuk menciptakan,

memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan (Soerjono Soekanto, 1979

: 27).

Gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada

ketidakserasian antara “Tritunggal” nilai, kaidah dan pola perilaku. Gangguan

tersebut terjadi apabila terdapat ketidak serasian antara nilai-nilai yang

berpasangan menjelma di dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola

perilaku tidak terarah akan menggangu kedamaian pergaulan hidup.

Pokok dari penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga

dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut, diantaranya

adalah :

a. Faktor hukum (UU, Peraturan Daerah, Surat Keputusan).

b. Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menarapkan hukum.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

d. Faktor masyarakat yakni lingkungan tempat hukum tersebut berlaku atau

diterapkan.

e. Faktor budaya yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada

karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor-faktor tersebut di atas, saling berkaitan dengan eratnya, karena

merupakan esensi dari penegakan hukum.

Definisi undang-undang secara materiil adalah peraturan tertulis yang

Page 46: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah (Purnadi

Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, 1979 : 56). Undang-Undang dalam arti

materiil mencakup :

a. Peraturan pusat yang berlaku untuk semua warga negara atau suatu golongan

tertentu saja maupun yang berlaku umum di sebagian wilayah negara.

b. Peraturan setempat yang hanya berlaku di suatu tempat atau daerah saja.

Mengenai berlakunya Undang-Undang tersebut, terdapat beberapa asas-

asas yang tujuannya agar Undang-Undang tersebut mempunyai dampak positif,

artinya Undang-Undang tersebut mencapai tujuan sehingga dapat efektif. Asas-

asas tersebut antara lain :

a. Undang-Undang tidak berlaku surut; artinya Undang-Undang hanya boleh

diterapkan terhadap peristiwa yang disebut di dalam Undang-Undang tersebut,

serta terjadi setelah Undang-Undang itu dinyatakan berlaku.

b. Undang-Undang dibuat oleh penguasa yang mempunyai kedudukan lebih

tinggi.

c. Undang-Undang bersifat khusus mengesampingkan undang-undang yang

bersifat umum, apabila pembuatnya sama. Artinya, terhadap peristiwa khusus

wajib diberlakukan undang-undang yang menyebutkan peristiwa itu,

walaupun bagi peristiwa khusus tersebut dapat pula diberlakukan undang-

undang menyebutkan peristiwa lebih luas ataupun lebih umum, menyangkut

peristiwa khusus.

d. Undang-Undang yang berlaku belakangan membatalkan Undang-Undang

yang berlaku lebih dahulu. Artinya, Undang-Undang lain yang lebih dulu

berlaku yang mengatur mengenai suatu hal tertentu tidak berlaku lagi apabila

Undang-Undang baru yang berlaku juga mengatur hal tersebut, akan tetapi

makna atau tujuannya berbeda dengan Undang-Undang lama tersebut.

e. Undang-Undang tidak dapat diganggu gugat.

Tujuan proses penegakan hukum adalah agar hukum atau perundang-

undangan diberlakukan dapat berfungsi sesuai yang dikehendaki atau dipatuhi

oleh masyarakat. Proses penegakan hukum tidak dilepaskan dari upaya-upaya

untuk menciptakan kesadaran hukum dalam masyarakat.

Page 47: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Berdasarkan penjelasan tentang penegakan hukum di atas dapat

disimpulkan bahwa penegakan hukum (dalam hal ini penegakan Hukum Tata

Usaha Negara) sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut :

a. Faktor Hukum (UU) Hukum Tata Usaha Negara adalah administrasi negara yang

melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut, badan atau pejabat Tata Usaha Negara mengeluarkan suatu keputusan. Keputusan itu sendiri adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau pejabat TUN.

b. Faktor Penegak Hukum Penegak hukum sangat diperlukan untuk melaksanakan perintah

sebagaimana tertuang dalam peraturan perundang-undangan. Menurut Sudarto, dilihat secara fungsional sistem penegakan hukum itu merupakan “Sistem Acts.” Banyak aktifitas yang dilakukan oleh aparat negara dalam menegakkan hukum yang bertugas dibidang kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kepengacaraan, dan pemasyarakatan (Sudarto, 1999 : 57).

c. Faktor Fasilitas atau Sarana Secara sederhana, fasilitas dapat dirumuskan sebagai sarana dalam

mencapai tujuan. Ruang lingkupnya adalah sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Ketersediaan fasilitas/sarana tertentu, memungkinkan hukum akan berjalan dengan lancar. Fasilitas/sarana tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan memadai dan keuangan yang cukup.

d. Faktor Masyarakat Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk

mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum.

B. Kerangka Pemikiran

Secara singkat dan sederhana, kerangka pemikiran dalam penelitian mengenai

Page 48: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo dalam penegakan Peraturan Daerah Tingkat II Sukoharjo Nomor 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan, Ketertiban dan Keindahan dalam Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo dalam kaitannya terhadap Pembinaan dan Penataan PKL di Kabupaten Sukoharjo. Dapat digambarkan dalam bagan berikut ini :

Otonomi Daerah

Implementasi Perda Tingkat II Sukoharjo No. 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan, Ketertiban dan Keindahan

Dalam Wilayah Kabupaten Sukoharjo

Satpol PP

1. Penataan 2. Pembinaan 3. Penagakan

PKL 1. Perbankan 2. Dinas Pasar 3. Dipenda

Faktor-faktor

Solusi

Kabupaten Sukoharo bersih, indah, tertib

dan sejahtera

Page 49: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Penegakan hukum merupakan suatu proses untuk mewujudkan keinginan-

keinginan hukum dan pikiran-pikiran badan pembuat hukum yang dirumuskan dalam

peraturan hukum. Otonomi Daerah yang dimiliki pemerintah Kabupaten Sukoharjo

salah satunya adalah penataan dan pembinaan para PKL yang diperlukan penegakan

hukum yang berdasarkan pada Peraturan Daerah. Implementasi Perda Tingkat II

Sukoharjo No. 6 Tahun 1993 digunakan dalam upaya penertiban dan pembinaan PKL

di Kabupaten Sukoharjo, namun dalam pelaksanaannya terdapat faktor-faktor

penghambat dan perlu adanya solusi, sehingga dengan penataan dan pembinaan para

PKL diharapkan Kabupaten Sukoharjo menjadi bersih, indah, tertib dan sejahtera.

Masyarakat akan hidup dengan layak, sehat dan nyaman dengan adanya implementasi

perda tersebut.

Page 50: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Satuan Polisi Pamong Praja Secara Umum

Keberadaan polisi pamong praja saat ini, tidak lepas dari permasalahan

pada waktu VOC menduduki tahun 1602 yaitu Gubernur Jenderal VOC

membentuk Bailluw semacam polisi merangkap jaksa atau hakim. Keberadaan

Bailluw berlanjut selama penjajahan Belanda. Zaman penjajahan Jepang

mendapatkan pembelajaran masalah ketertiban administrasi dan sistem

pemerintahan, serta ketahanan bela negara.

Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, merupakan

peristiwa ceremonial bagi kebanggaan bangsa Indonesia, maka tanggal 18

Agustus 1945 BPUPKI mulai menata Pemerintah RI secara resmi dan belajar

kolaborasi dari pemerintahan Belanda dan Jepang. Hansip dan Hanra adalah

embrio dibentuknya Polisi Pamong Praja guna mengantisipasi dan menangani

masalah ketertiban dan ketentraman masyarakat. Selanjutnya peristiwa bersejarah

dengan diterbitkan Surat Jawat Praja di Daerah Istimewa Jogjakarta Nomor 1

Tahun 1948 dibentuklah “Detasemen Polisi Penjaga Keamanan Kapanewon” pada

tanggal 30 Oktober 1948. Detasemen ini berdiri belum satu bulan berubah nama

menjadi “Detasemen Polisi Pamong Praja” berdasarkan surat perintah Jawatan

Page 51: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Praja Daerah Istimewa Jogjakarta Nomor 2 Tahun 1948 tanggal 10 November

1948. Lembaga inilah memperjelas tugas, fungsi dan peran serta dalam

penanganan pertahanan dan ketertiban masyarakat sipil di Indonesia sebagai mitra

Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia.

Tahun 1950 melalui Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor

32/2/20 tanggal 3 Maret 1950, Detasemen Polisi Pamong Praja diubah menjadi

“Kesatuan Polisi Pamong Praja” dan ditetapkan menjadi Hari Jadi Satuan Polisi

Pamong Praja yang diperingati pada setiap tahun sampai sekarang.

Selanjutnya merevisi Surat Keputusan Menteri tersebut di atas,

dikeluarkan Ketetapan Menteri Dalam Negeri Nomor : UP. 32/2/21 Tahun 1950

tentang Pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja di luar Daerah Istimewa

Jogjakarta. Sepuluh tahun kemudian diterbitkan perluasan tugas dan kewenangan

Satuan Polisi Pamong Praja ke wilayah Nusantara dengan Surat Keputusan

Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1960 tentang Kesatuan Polisi Pamong

Praja dibentuk di tiap-tiap daerah tingkat satu. Para Petinggi Militer (Angkatan

Perang RI) mendukung keberadaan Satpol PP, sebagaimana dikatakan oleh

Kolonel Basuki Rahmat. Adanya tim Polisi Pamong Praja di tiap-tiap kawedanan

dan kecamatan dapat mengembalikan kewibawaan Pemerintah Daerah dalam

menciptakan stabilitas Keamanan dan Tata Kelola Pemerintahan di seluruh

wilayah persada Indonesia.

Belakunya Ketetapan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah

Nomor 10 Tahun 1962, tanggal 11 Juni 1962 nama Kesatuan Polisi Pamong Praja

diubah menjadi “Pagar Baya” dengan alasan untuk membedakan dari korps

kepolisian negara sebagaimana dimaksud Undang-Undang Pokok Kepolisian

Negara Nomor 13 Tahun 1961. Reformasi Kebijakan peran dan fungsi Kesatuan

Pagar Baya sesuai dengan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi

Daerah Nomor 1 Tahun 1963, Kesatuan Pagar Baya mengalami perubahan nama

menjadi “Kesatuan Pagar Praja”.

Peraturan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Nomor 10

Tahun 1962, tanggal 10 Juli 1962 aparat Satuan Pamong Praja mulai

diperbantukan di daerah-daerah meringankan beban para pejabat pamong praja,

khususnya di Kecamatan-Kecamatan terpencil antara lain : pelaksanaan ronda

Page 52: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

desa atau kampung, penjagaan perusahaan pengairan, pemungutan pajak,

pelaksanaan usaha penyuntikan cacar, Hantartibmas dan sebagainya. Tugas

khusus adalah usaha-usaha sensus, penjagaan pelanggaran terhadap Peraturan

Daerah dan peran serta yang berhubungan dengan pekerjaan pamong praja.

Akhirnya melalui berbagai proses dalam memantapkan keberadaan Satpol

PP dalam sistem otonomi daerah, kinerjanya diberlakukan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok Pemerintahan di Daerah, maka Kesatuan

Pagar Praja di ubah lagi menjadi “Satuan Polisi Pamong Praja” sebagaimana

perangkat wilayah yang melaksanakan tugas dekonsentrasi sesuai dengan bunyi

Pasal 82 ayat (1). Perjalanan sejarah panjang telah mewarnai kesempurnaan tugas

utama dan kewenangan Polisi Pamong Praja.

Tugas dan wewenang Polisi Pamong Praja saat itu meliputi :

a. Segala pekerjaan yang bersifat vertikal maupun otonom terutama menjadi

mediator Camat kepada para Kepala Desa atau sebaliknya.

b. Melaksanakan kebijakan polisional Kepala Daerah serta melakukan

pengawasan dan pengamanan pelaksanaan peraturan-peraturan pemerintah

pusat.

c. Melakukan tindakan penuntutan atau tugas keprajaksaan terhadap pelanggaran

Peraturan Daerah dan Pusat.

d. Melakukan tugas Intelijen.

Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Otonomi Daerah sesuai dengan Pasal 148, Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan

sebagai perangkat pemerintah daerah dengan tugas pokok menegakan Peraturan

Daerah, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sebagai

pelaksanaan tugas desentralisasi.

2. Kedudukan dan Struktur Organisasi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Sukoharjo

Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sukoharjo merupakan

unsur pelaksana Pemerintahan Kabupaten yang dibentuk melalui Peraturan

Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan,

Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Sukoharjo, dipimpin oleh Seorang Kepala Kantor, dibantu 3

Page 53: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Kepala Seksi dan 1 Kasubag TU (Kepala Sub Bagian Tata Usaha). Ketiga Kepala

Seksi membawahi 58 staf dan 1 Kasubag TU membawahi 6 staf.

Berdasarkan Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Sukoharjo, susunan organisasinya adalah sebagai berikut:

a. Sub Bagian Tata Usaha

Berdasarkan Pasal 4 Keputusan Bupati Nomor 15 Tahun 2001 tugas pokok

dari sub bagian tata usaha adalah melaksanakan tugas sebagian tugas Kantor

Satuan Polisi Pamong Praja dibidang ketatausahaan. Adapun fungsi dari sub

bagian tata usaha adalah sebagai berikut :

1) Koordinasi penyusunan progam kerja.

2) Koordinasi penyusunan daftar usulan proyek.

3) Koordinasi penyusunan daftar usulan kegiatan.

4) Pengelolaan dan pelayanan administrasi kepegawaian.

5) Pengelolaan dan pelayanan administrasi keuangan.

6) Pengelolaan dan pelayanan administrasi umum.

7) Pengelolaan administrasi, pemeliharaan barang inventaris.

8) Pengadaan barang pakai habis.

9) Pengelolaan urusan rumah tangga.

10) Koordinasi kegiatan lain berkaitan dengan ketatausahaan dilaksanankan

oleh seksi-seksi lain dilingkungan kantor Satuan Polisi Pamong Praja.

11) Melaksanankan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

b. Seksi Penegakan Peraturan Daerah

Seksi penegakan Peraturan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Kantor Satpol PP di bidang penegakan Peraturan Daerah

adalah sebagai berikut :

1) Penghimpunan dan perumusan kebijakan/pedoman/petunjuk teknis

penegakkan Peraturan Daerah.

2) Penyusunan rencana/program kerja seksi penegakan Peraturan Daerah.

3) Pengumpulan dan pengolahan data berhubungan dengan Peraturan Daerah

yang mengandung sanksi, menyangkut penerimaan daerah, ketentraman

dan ketertiban umum.

Page 54: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

4) Penyuluhan Peraturan Daerah mengandung sanksi, menyangkut

penerimaan daerah, ketentraman dan ketertiban umum.

5) Pengawasan dan penertiban pelanggaran Peraturan Daerah yang

mengandung sanksi, menyangkut penerimaan daerah, ketentraman dan

ketertiban umum.

6) Pengkoordinasian penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah dengan

Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

7) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Peraturan Daerah yang

mengandung sanksi, menyangkut penerimaan daerah, ketentraman dan

ketertiban umum.

8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

c. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum

Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Kantor Satpol PP di bidang ketentraman dan ketertiban,

adalah sebagai berikut :

1) Penghimpunan dan perumusan kebijakan/pedoman/petunjuk teknis

ketentraman dan ketertiban.

2) Penyusunan rencana/program kerja seksi ketentraman dan ketertiban.

3) Pengumpulan dan pengolahan data yang berhubungan dengan ketentraman

dan ketertiban.

4) Pembinaan ketentraman dan ketertiban umum.

5) Penyelenggaranan dan penertiban perijinan gangguan tempat usaha.

6) Pemantauan dan evaluasi ketentraman dan ketertiban masyarakat.

7) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

d. Seksi Pembinaan Personel dan Sarana Prasarana

Seksi pembimbingan personel dan sarana prasarana mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas kantor Satpol PP di bidang pembinaan personel

dan sarana prasarana. Fungsi dari seksi pembinaan personel dan Sarana

Prasarana adalah sebagai berikut :

1) Penghimpunan dan perumusan kebijakan/pedoman/petunjuk teknis

pembinaan personel dan sarana prasarana.

Page 55: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

2) Penyusunan rencana/program kerja seksi pembinaan personel dan sarana

prasarana.

3) Pembinaan dan pelatihan polisi pamong praja.

4) Evaluasi pelaksanaan pembinaan dan pelatihan Satpol PP

5) Perencanaan dan pengadaan sarana prasarana polisi pamong praja.

6) Pengelolaan sarana prasarana polisi pamong praja.

7) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

e. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas kantor Satpol PP sesuai dengan keahliannya dan beban kerja

dalam melaksanakan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah

sesuai Keputusan Bupati atas prosedur mengenai peraturan Perundang-

Undangan yang berlaku.

Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi Satpol PP (Sumber data : Kantor Satpol PP Kab. Sukoharjo, 2007).

3. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Sukoharjo

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan

Polisi Pamong Praja Presiden Republik Indonesia mengartikan, bahwa Satuan

Kepala

Seksi Penegak Peraturan Daerah

Sub Bagian Tata Usaha

Kelompok Jabatan Fungsional

Seksi Pembinaan Personil dan Sarana

Prasarana

Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum

Page 56: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Polisi Pamong Praja adalah perangkat pemerintah daerah dalam memelihara dan

menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan

Peraturan Daerah. Polisi Pamong Praja sendiri adalah aparatur pemerintah daerah

yang melaksanakan tugas-tugas kepala daerah dalam memelihara dan

menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peratuan

Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Ketentraman dan ketertiban sendiri adalah

suatu keadaan dinamis yang memungkinkan pemerintah daerah dan masyarakat

dapat melakukan kegiatanya dengan tentram, tertib dan teratur. Satuan Polisi

Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala, berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Tugas

Satuan Polisi Pamong Praja yaitu memelihara dan menyelenggarakan ketentraman

dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala

Daerah.

Fungsi dalam pelaksanaan tugas Satuan Polisi Pamong Praja adalah :

a. Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum,

penegakan Peraturan Daerah dan keputusan Kepala Daerah.

b. Pelaksanaan kebijakan, pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum di daerah.

c. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala

Daerah.

d. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala

Daerah dengan aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(PPNS) dan aparatur lainnya.

e. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati Peraturan

Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

Satuan Polisi Pamong Praja berwenang :

a. Menertibkan dan menindak warga masyarakat atau badan hukum yang

mengganggu ketentraman dan ketertiban umum.

b. Melakukan pemeriksaan terhadap warga masyarakat atau badan hukum yang

melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

Page 57: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

c. Melaksanakan tindakan represif non yustisial terhadap warga masyarakat atau

badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan

Keputusan Kepala Daerah.

Polisi Pamong Praja mempunyai hak kepegawaian sebagai Pegawai

Negeri Sipil dan mendapatkan fasilitas lain sesuai tugas dan fungsinya

berdasarkan peraturan Perundang-Undangan. Pelaksanaan tugas Polisi Pamong

Praja mempunyai kewajiban yaitu :

a. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia dan

norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat.

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketentraman dan ketertiban umum.

c. Melaporkan kepada Kepolisian Negara atas ditemukan atau patut diduga

adanya tindak pidana.

d. Menyerahkan kepada PPNS atas ditemukan atau patut diduga adanya

pelanggaran terhadap Peraturan Daerah dan keputusan kepala daerah.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 4 Tahun

2001 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Sukoharjo, bahwa Satuan Polisi Pamong Praja

merupakan perangkat pemerintah daerah dalam memelihara dan

menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan

Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 4 Tahun 2001 sendiri

mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Organisasi Kantor Satuan

Polisi Pamong Praja, antara lain :

a. Kantor Satpol PP merupakan unsur penunjang Pemerintah Kabupaten

Sukoharjo yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

b. Kantor Satpol PP mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang ketentraman dan ketertiban

umum serta untuk menegakkan Peraturan Daerah.

Page 58: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

c. Penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kantor Satpol PP adalah sebagai

berikut :

1) Perumusan kebijakan teknis di bidang ketentraman dan ketertiban umum

serta penegakan Peraturan Daerah.

2) Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah.

d. Penjabaran tugas pokok dan fungsi kantor Satpol PP sebagaimana tertulis

pada b dan c, ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Berdasarkan Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor : 300–05/351/2005

tentang Pembentukan Tim Pembinaan, Pengawasan, dan Penertiban Pedagang

Kaki Lima Kabupaten Sukoharjo, memiliki team work dengani tugas pokok yaitu

:

a. Mengadakan pembinaan kepada para Pedagang Kaki Lima untuk mentaati

Peraturan Daerah/Keputusan Bupati di bidang kebersihan, ketertiban dan

keindahaan.

b. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah/Keputusan

Bupati di bidang kebersihan, ketertiban dan keindahan.

c. Mengidentifikasi para Pedagang Kaki Lima yang tidak mentaati Peraturan

Daerah/ Keputusan Bupati di bidang kebersihan, ketertiban dan keindahan.

d. Melakukan penertiban, penataan dan menindak para Pedagang Kaki Lima

yang sudah 3 (tiga) kali diperingatkan tetap tidak mentaati Peraturan

Daerah/Keputusan Bupati di bidang kebersihan, ketertiban dan keindahan.

e. Membuat Laporan Kejadian Pelanggaran Peraturan Daerah (LKPPD) kepada

PPNS sebagai bahan penyelidikan.

4. Keadaan Personel/Pegawai Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Sukoharjo

Jumlah pegawai pada Kantor Organisasi Satuan Pamong Praja Kabupaten

Sukoharjo seluruhnya terhitung per 1 April 2007 sebanyak 63 orang.

Tabel 1. Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sukoharjo Menurut Tingkat Jabatan, Pangkat dan Golongan Per 1 April 2007

No Nama Jabatan Pangkat/Gol. Ruang 1 2

Drs.Fx.R Adriyatno,M.Hum Dra. Tri Ermawati, M.T.

Kepala Kantor Kasubbag Tu

Pembina K.I (IV/b) Penata Tingkat I (III/d)

Page 59: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Sudadi, B.a Slamet, S.E Sunarto, S.H Ngadiyanto Sutrisno Rewang Suharno Tri Wahyudi, S.H Dwi Jatmiko Setiawan, S.H M. Nur Hidayat, S.Pd. Indarsih Sri Kawuri, S.E Asih Budi Hayati Krismawati Dwi Astuti Agus Eko raharjo Indriyanto Sudino Bagus Saptandi Abdul Karim Bekti Tri Utami Sukino Mahawan Supomo Anom Waluyo Suminto Waluya Bambang Sujarwo Wardiyanto Suyamto Suharto Suparno Suradi Puruhito W., S.T Sriyanto Handayanto Drs. Santoso Suraji Mujiono Karyana Nanang Supriyadi

Kasi Bin Personel Dan Sarpra Kasi Penegakan Perda Kasi Ketentraman & Ketertiban Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP

Penata Tingkat I (III/d) Penata Tingkat I (III/d) Penata Muda TK I (III/b) Penata Muda TK I (III/b) Penata Muda (III/a) Penata Muda T TK I (III/b) Penata Muda TK I (III/b) Penata (III/c) Penata Muda TK I (III/b) Penata Muda TK I (III/b) Penata Muda (III/a) Penata Muda (III/a) Penata Muda (III/a) Penata Muda (III/a) Penata Muda (III/a) Penata Muda (III/a) Pengatur (II/c) Pengatur (II/c) Pengatur (II/c) Pengatur (II/c) Pengatur (II/c) Pengatur (II/c) Pengatur (II/c) Pengatur (II/c) Pengatur Muda TK I (II/b) Pengatur Muda (II/a) Pengatur Muda (II/a) Pengatur Muda (II/a) Pengatur Muda (II/a) Pengatur Muda (II/a) Penata Muda (III/a) Pengatur Muda (II/a) Penata Muda (III/a) Penata Muda TK I (III/b) Pengatur Muda TK I (II/b) Pengatur Muda (II/a) Pengatur (II/c) Penata Muda (III/a)

No Nama Jabatan Pangkat/Gol. Ruang 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56

Sukatman Karseno Fajar Suranto Daliman Wardi Mulyadi Bambang Supriyono Zaenal Abidin Satoto Widi Yuwono Sudiman Suparjan Sartono Sukijo Agus Nartono Tugiyanto

Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP

Penata Muda (III/a) Penata Muda (III/a) Pengatur TK I (II/d) Pengatur Muda (II/a) Penata Muda (III/a) Pengatur Muda (II/a) Penata Muda (III/a) Penata Muda (III/a) Penata Muda TK I (III/b) Penata Muda TK I (III/b) Pengatur (II/c) Pengatur Muda (II/a) Pengatur Muda (II/a) Pengatur (II/c) Pengatur TK I (II/d) Pengatur (II/c)

Page 60: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

57 58 59 60 61 62 63

Sukardi Wagiman Suparjo Sumadi Sukimin Bambang Suprapto Soekadi

Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP Anggota Satpol PP

Penata Muda (III/a) Pengatur TK I (II/d) Pengatur (II/c) Penata Muda TK I (III/b) Pengatur (II/c) Pengatur Muda (II/a) Pengatur (II/c)

Sumber : Data Kepegawaian Organisasi kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sukoharjo per 1 April 2007

Tabel 2. Jumlah Pegawai pada Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Sukoharjo Menurut Jenis Kelamin Per 1 April Tahun 2007

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase 1. 2.

Laki-laki Perempuan

58 5

92 % 8 %

Sumber : Data Kepegawaian Organisasi kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sukoharjo per 1 April 2007

B. Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo Dalam Penegakan Peraturan

Daerah Tingkat II Sukoharjo Nomor 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan,

Ketertiban dan Keindahan Terhadap Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo

1. Dasar Hukum Satuan Polisi Pamong Praja dalam Pertahanan, Ketertiban

Masyarakat a. Undang-Undang Dasar 1945

b. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974

c. Undang-Undang No. 5 Tahun 1986

d. Undang-Undang No. 13 Tahun 1961 tentang Kepolisian Negara RI

e. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

f. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi

Pamong Praja Republik Indonesia

g. Ketetapan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Nomor 10

Tahun 1962

h. Peraturan Daerah No 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan, Ketertiban, dan

Keindahan Kabupaten Sukoharjo

Page 61: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

i. Surat Keputusan Bupati No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan, Kedudukan,

Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Sukoharjo

j. Surat keputusan Bupati Sukoharjo No. 300-05/351/2005 tentang Pembentukan

Tim Pembinaan, Pengawasan, dan Penertiban Pedagang Kaki Lima

Kabupaten Sukoharjo

2. Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo melandasi Tugas Satuan Polisi

Pamong Praja dalam Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima Pertumbuhan perekonomian yang semakin meningkat mengakibatkan

bertambah banyaknya jumlah Pedagang Kaki Lima, mereka berjualan di trotoar,

emperan toko atau tempat kosong di bahu jalan secara liar. Pemerintah Kabupaten

Sukoharjo perlu bertindak dalam upaya menangani dan mengatur mereka.

Pembinaan agar keberadaannya tidak mengganggu dan menimbulkan

permasalahan bagi masyarakat lainnya. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo

mempunyai banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam mengatur dan menata

tata ruang kota/kabupaten dengan melakukan penertiban terhadap Pedagang Kaki

Lima.

Penertiban dilakukan meliputi 7 wilayah Kecamatan Kabupaten Sukoharjo

yang dominan diminati Pedagang Kaki Lima. Penanganan terhadap Pedagang

Kaki Lima telah diagendakan dalam Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten

Sukoharjo sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor 300-

05/351/2005 tentang Pembentukan Tim Pembinaan, Pengawasan dan Penertiban

Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo. Dalam pelaksanaan Pembinaan,

Penataan dan Penertiban Tim Satpol PP secara rutin telah dimasukkan dalam

Rencana Strategis Tahun 2002-2006 mengenai tata kelola perdagangan jalanan,

sasarannya adalah tata kelola kawasan rawan kepadatan arus lalu lintas jalan raya

dan komplek pertokoan, akibat penghunian liar dan berjubelnya Pedagang Kaki

Lima.

Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo perlu mendesain program

penanganan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menegah Jalanan melakukan

tindakan secara manusiawi tanpa kekerasan, dan mencederai, melainkan

Page 62: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

memberdayakan secara optimal dengan harapan dapat menciptakan kawasan

bersih, indah, tertib dan sejahtera.

Penulis mengkaji melalui prospek Hukum Administrasi Negara dengan

berpedoman pada UU No. 5 Tahun 1986, Pasal 1 mengenai fungsi untuk

menyelenggarakan urusan Pemerintah Daerah. Tindakan Pemerintah Kabupaten

Sukoharjo dalam melaksanakan penertiban yaitu dengan menunjuk badan atau

pejabat TUN untuk melaksanakan urusan pemerintah berdasarkan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku. Semua produk Peraturan Perundang-

undangan dan/atau keputusan Badan atau Pejabat TUN mempunyai sifat mengikat

secara umum yang dikeluarkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama

Pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dengan disertai

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Setiap penanganan Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima

keikutsertaan masyarakat perlu dilibatkan, karena pada dasarnya konsep tata

kelola Good Local Governance dan Sustainable Development Programs yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo dengan berasaskan

dari, oleh, dan untuk mensejahterakan masyarakat. Rencana penertiban kawasan

Pedagang Kaki Lima merupakan langkah awal keterlibatan dan tanggungjawab

semua pihak.

Dalam penelitian ini diketahui, bahwa durasi waktu profesi Pedagang Kaki

Lima sudah dijalankan kurang lebih 6 tahun. Profesi ini disebabkan

ketidakmampuan tekanan ekonomi keluarga akibat di PHK, susah mencari kerja

dan penghasilan yang kurang memadai, maka keputusan yang diambil sebagai

alternatif adalah menjadi Pedagang Kaki Lima. Pilihan ini menjadi pertimbangan

karena modal tidak perlu besar, lokasi dapat memilih sesuai selera dan strategis

tanpa membeli atau menyewa pada bahu jalan, trotoar, tanpa bersusah payah

mencari perijinan usaha perdagangan, bebas pajak negara,

Keberadaan Pedagang Kaki Lima merupakan masalah dan tanggungjawab

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo maupun masyarakat lainnya, karena Pedagang

Page 63: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Kaki Lima berjualan menempati ruang publik. Hal ini melalui instansi terkait

yaitu Dinas Pasar dan Pedagang Kaki Lima serta Satpol PP. Program Penertiban

telah diagendakan sesuai jadwal rutinitas, seperti pendataan, sosialisasi,

pendaftaran status dengan memiliki kartu anggota, razia, peringatan, hingga

pembongkaran.

Tabel 3. Jumlah Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Profesi dan 7 lokasi Kecamatan Terpadat di Kabupaten Sukoharjo

No Profesi Grogol Baki Sukoharjo Kartasura Bekonang Tawang

sari Nguter

1 Warung makan 32 19 33 57 48 34 45 2 Potong rambut 1 1 0 1 2 0 0 3 Afdruk foto 1 0 0 0 0 0 0 4 Bordir/Penjahit 5 0 0 0 2 0 0 5 Klontong 5 1 12 9 7 5 3 6 Pakaian 3 0 1 4 0 3 0 7 Susu segar 6 0 0 1 1 2 3 8 Wedangan/Hik 1 1 3 6 10 4 16 9 Reklame 1 1 0 0 0 0 0

10 Buah-buahan 1 9 14 8 2 5 8 11 Rujak lotis 2 0 0 0 0 0 1 12 Es 20 6 4 6 12 8 9

No Profesi Grogol Baki Sukoharjo Kartasura Bekonang Tawang sari Nguter

13 Srabi/snack 2 0 2 7 0 0 0 14 Bengkel 14 0 0 0 0 0 0 15 Pakan burung 1 0 0 0 1 0 0 16 Toko kaset / CD 3 0 3 1 0 5 3 17 Sport center 2 0 0 0 0 0 0 18 Aksecoris 11 0 3 1 0 0 1 19 Counter HP 5 1 21 16 1 4 0 20 Sol sepatu 1 0 6 0 4 1 0 21 Stiker 1 0 2 0 0 0 0 22 Toko arang 1 0 0 0 0 0 0 23 Kacamata 3 1 2 0 1 2 1 24 Alat tulis/rental 3 0 0 0 0 0 0 25 Helm 4 1 4 0 8 8 4 26 Belut/ikan segar 6 0 0 0 1 0 0 27 Jual kere bambu 0 2 0 0 1 1 1 28 Tambal ban 0 4 7 7 15 11 7

29 Servis sepatu bola 0 2 0 0 0 0 0

30 Bunga 0 2 0 4 0 4 0

Page 64: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

31 Depot koran 0 1 1 7 0 2 0 32 Kusen jendela 0 1 0 0 0 0 0 33 Stempel 0 3 0 11 0 0 34 Tukang kunci 0 0 2 0 2 0 0 35 Jam tangan 0 0 1 0 0 0 1 36 Jamu 0 0 0 4 1 0 0 37 Buku bacaan 0 0 0 1 0 0 0 38 Jok/kursi 0 0 0 0 3 0 1 39 Pijat 0 0 0 0 1 0 0 40 Cat 0 0 0 0 2 0 0 41 Gorengan 0 0 0 0 2 0 0 42 Rokok 0 0 0 0 5 0 0 43 Mainan anak 0 0 0 0 1 2 2 44 Alat pertanian 0 0 0 0 0 0 1

45 Bubur kacang ijo 0 0 0 0 0 0 1

Jumlah 135 53 124 140 144 101 108

Sumber : Hasil Pengamatan tanggal 10 April 2007

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo Dalam Penegakan Perda Nomor 6 Tahun 1993 Terhadap Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo

Friedman dalam Teori Berlakunya Hukum, faktor-faktor yang mempengaruhi berlakunya hukum adalah struktur hukum, substansi dan kultur. Sehubungan dengan hal tersebut di bawah ini penulis kemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam penertiban oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo terhadap Pedagang Kaki Lima. adalah sebagai berikut : 1. Struktur Hukum

a. Faktor Hukum Dalam bidang Hukum belum ada Peraturan Daerah dimiliki Kabupaten Sukoharjo yang menjamin perlindungan Pedagang Kaki Lima. Belum ada penanganan secara khusus Undang-Undang mengenai UMKM Jalanan memberikan perlindungan hukum dan memihak rakyat kecil. Penataan oleh Satpol PP terhadap Padagang Kaki Lima berdasarkan perundang-undangan yang berlaku mengakses langsung sasaran Pembinaan dan Penataan terhadap Pedagang Kaki Lima.

Page 65: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Masalah efektivitas penegak hukum berarti bahwa ketentuan dapat dipaksakan

dan ditaati oleh pejabat atau Badan Hukum TUN. Hal ini dapat dilihat dalam

Penegakan Hukum Perda Nomor 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan, Ketertiban, dan

Keindahan Kota pengaturan ketentuan Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki

Lima. Bab mengatur Pelanggaran disertai sanksi hukumnya berkaitan dengan

larangan bongkar muat dan larangan membuka dapur-dapur di jalan atau di tempat

umum sudah dilanggar oleh Pedagang Kaki Lima, Perda tersebut memang tidak

menyebutkan pengaturan mengenai Pedagang Kaki Lima. Perda Nomor 6 Tahun

1993 di dalamnya terdapat beberapa pertimbangan kebijakan mempengaruhi

terhadap penataan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima yaitu sebagai berikut :

1) Suasana lingkungan yang bersih, tertib, dan indah merupakan pokok pangkal

kesehatan masyarakat pada umumnya dan masyarakat Sukoharjo pada

khususnya.

2) Guna mencapai kesehatan masyarakat sebagaimana terdapat dalam huruf a di

atas, dan dalam rangka semboyan krida Kabupaten Sukoharjo yaitu “Makmur”,

maka dipandang perlu mengadakan penanggulangan polusi/sampah/kotoran

merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat dengan

gerakan kebersihan, ketertiban, dan keindahan yang ditetapkan peraturannya

dengan Peraturan Daerah.

Pertimbangan tersebut di atas, dikeluarkan oleh Kabupaten Sukoharjo

mempunyai tujuan khusus yaitu untuk membudayakan pola hidup yang bersih,

sehat, tertib dan indah demi mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan sesuai

keseimbangan dengan kemampuan yang mendukung dan kebutuhan lahir dan batin.

Peraturan Pedagang Kaki Lima pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun

1993 berisi Bab I Ketentuan Umum, Bab II Maksud dan Tujuan, Bab III Kewajiban

Penduduk/Masyarakat terhadap Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan dalam

Wilayah Kabupaten Sukoharjo, Bab IV Larangan-Larangan, Bab V Pelaksanaan

dan Pembinaan, Bab VI Pengawasan, Bab VII Ketentuan Pidana dan Penyelidikan

dan Bab VIII Ketentuan Penutup.

Pasal-pasal yang mengatur tentang kebersihan, ketertiban, dan keindahan

kota terhadap Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima tertuang dalam Pasal

5 ayat (1) huruf f, g dan h, yang berbunyi :

Page 66: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

1) Pasal 5 ayat 1 huruf f berbunyi larangan untuk “menggunakan trotoar sebagai

tempat berjualan dan usaha”. Dalam Perda ini melarang bagi siapa saja

menggunakan trotoar untuk tempat berjualan atau usaha, karena fungsi trotoar

merupakan tempat para pejalan kaki.

2) Pasal 5 ayat 1 huruf g berbunyi larangan untuk “berjualan makanan dan

minuman di sembarang tempat”. Dalam Perda ini melarang bagi siapa saja

berjualan makanan dan minuman disembarang tempat karena bisa merusak

pandangan umum, sehingga terlihat tidak terciptanya suatu lingkungan yang

bersih, sehat, tertib, dan indah.

3) Pasal 5 ayat 1 huruf h berbunyi larangan untuk “berjualan makanan dan

minuman secara terbuka/tanpa tenda/tanpa lampu di malam hari”. Dalam Perda

ini melarang bagi siapa saja untuk berjualan makanan dan minuman secara

terbuka/tanpa tenda/tanpa lampu di malam hari karena bisa menimbulkan

suasana tidak teratur, tidak tertata, dan akan menimbulkan pertanyaan bagi yang

melihatnya sebagai tempat “mesum” dan rawan akan kejahatan. Apabila

berjualan harus tertutup dengan tenda dan penerangan yang cukup.

Bab III Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993 mengenai kewajiban penduduk

dalam menjaga kebersihan, ketertiban dan keindahan di lingkungan sekitarnya,

diatur dalam Pasal 3 perda ini rumusannya berbunyi :

(1) Penduduk/masyarakat dalam wilayah Kabupaten Sukoharjo berkewajiban :

a. Memerlihara bangunan, pekarangan dan halaman, jalan, trotoar, tanaman

hias yang ada disekitar rumah masing-masing, sehingga lingkungan menjadi

bersih, tertib, indah dan harmonis.

b. Memelihara sumur, kamar mandi, WC dan saluran air, sehingga

pekarangan/halaman dalam keadaan bersih, rapi dan memenuhi syarat-

syarat sanitasi dan higienis.

c. Pembuangan air limbah rumah tangga harus diatur sedemikian rupa,

sehingga air limbah tidak memasuki pekarangan orang lain dan atau

menimbulkan pencemaran lingkungan.

d. Mencegah timbulnya bahaya kebakaran, polusi dan limbah, sehingga tidak

akan mengganggu lingkungan.

e. Mengganti kerusakan tanaman hias yang diakibatkan karena kelalaiannya.

Page 67: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

(2) Pengadaan/pemeliharaan bak sampah berada di depan rumah masing-masing

sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo No. 11 Tahun 1986

tentang Pengaturan Sampah yang Pelaksanaanya diatur oleh Bupati Kepala

Daerah.

Masyarakat yang berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo dituntut untuk

selalu menjaga kebersihan lingkungan, agar lingkungan menjadi bersih, tertib,

indah dan harmonis.

Pasal 4 Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993, isinya menghimbau para

pemilik toko, kios, warung dan penjual jasa yang berada disepanjang jalan negara,

propinsi, kabupaten maupun desa/kelurahan baik sementara maupun permanen

wajib membuat tiang bendera sewaktu-waktu dipergunakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Penentuan aturan, jenis, ukuran dan pemasangannya diatur

lebih lanjut oleh Bupati Kepala Daerah. Pembuatan tiang bendera ini dimaksudkan

untuk pengibaran bendera sewaktu-waktu diperlukan.

Pasal 6 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1993, merumuskan larangan-

larangan bagi penduduk yang berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo, yaitu :

(1) Penduduk/masyarakat di wilayah Kabupaten Sukoharjo dilarang :

a. Membuang sampah/kotoran disungai, saluran, gang, got jalan umum atau

ditempat lain kecuali tempat-tempat yang telah ditentukan.

b. Membuang sampah atau kotoran yang berupa bongkaran bangunan, sampah

pabrik/perusahaan, benda tajam, barang busuk atau bangkai, kotoran

manusia atau hewan dan atau sampah yang membahayakan ke dalam bak

sampah umum.

c. Membuat/memiliki wc/tempat pembuangan hajat yang secara nyata

kelihatan dari luar bahwa seseorang sedang membuang hajat, sehingga

mengganggu pandangan umum.

d. Parkir kendaraan dengan muatan/diisi kotoran yang dapat menimbulkan

gangguan bau busuk di sepanjang jalan umum, kecuali truk sampah petugas.

e. Menggunakan pasar/emperan toko/terminal bus sebagai tempat tinggal dan

atau bermalam.

f. Menggunakan trotoar sebagai tempat berjualan dan usaha.

g. Berjualan makanan dan minuman di sembarang tempat.

Page 68: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

h. Berjualan makanan dan minuman secara terbuka/tanpa tenda/lampu di

malam hari.

i. Memasang reklame tanpa ijin dari pejabat yang berwenang.

j. Menggunakan jalan umum untuk menempatkan kendaraan/garasi dan

mencuci mobil, material bahan bangunan.

k. Membuang air limbah ke tempat pekarangan orang lain dan atau membuang

air limbah tanpa ijin.

l. Membuat corat-coret di bangunan, lereng, jembatan, pohon dan lain-lain.

m. Menebang pohon peneduh tanpa ijin dari Bupati Kepala Daerah.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, akan diatur lebih lanjut oleh

Bupati Kepala Daerah.

Ketidaklengkapan Perda Nomor 6 Tahun 1993 yang dipakai acuan untuk

mengatur Pedagang Kaki Lima sebagai peraturan pelaksanaan dibuatkan Surat

Kerputusan Bupati Nomor 300-500/351/2005 tentang “Pembentukan Tim

Pembinaan, Pengawasan dan Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kabupaten

Sukoharjo” sebagai penegakan hukum melalui penertiban masih banyak menemui

hambatan yang dapat dilihat dan kondisi saat ini, yaitu :

a. Masih dapat dijumpai Pedagang Kaki Lima berjualan di emperan toko di tepi

jalan raya, sehingga mengganggu pejalan kaki dan kendaraan.

b. Masih dapat dilihat Pedagang Kaki Lima yang belum tertata dengan rapi,

sehingga menggangu pemandangan keindahan kota dan belum dapat menjaga

kebersihan khususnya pedagang yang berjualan makanan.

Belum ada peraturan yang mengatur secara tegas mengenai keberadaan

Pedagang Kaki Lima, sehingga dasar hukum seperti diharapkan belum dapat

mengatasi persoalan. Akibatnya ruang gerak aparat atau instansi yang berwenang

sangat terbatas. Surat Keputusan Bupati Nomor 300-500/351/2005 tentang

“Pembentukan Tim Pembinaan, Pengawasan dan Penertiban Pedagang Kaki Lima

di Kabupaten Sukoharjo”, maka penataan dan pembinaan terhadap Pedagang Kaki

Lima diharapkan dapat terlaksana dengan lancar, tertata dengan rapi, sehingga

tercipta lingkungan yang bersih, nyaman, sehat, dan indah.

b. Faktor Penegak Hukum

Page 69: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Aparat penegak hukum dimaksud adalah Satuan Polisi Pamong Praja atau

Satpol PP dalam menegakkan aturan atau ketentuan tidak bisa lepas dari aparat

penegak hukum, karena keberadannya diharapkan bisa dengan segera mengatasi

dan memecahkan masalah dengan cepat tanpa merugikan salah satu pihak. Satuan

Tugas Penertiban Terpadu seharusnya melakukan operasi untuk melakukan

penyuluhan, pembinaan dan penegakan hukum secara berkala nampaknya tidak bisa

berbuat banyak, kemacetan lalu lintas masih terjadi di jalan utama dari 7 wilayah

Kecamatan Kabupaten Sukoharjo, demikian pula beralihnya fungsi trotoar yang

seharusnya untuk pejalan kaki telah terganggu..

Aparat penegak hukum dimaksud adalah Satuan Polisi Pamong Praja atau

Satpol PP yang diberikan mandat untuk menegakkan aturan atau ketentuan tidak

bisa lepas fungsi aparat penegak hukum, karena keberadannya diharapkan bisa

dengan segera mengatasi dan memecahkan masalah dengan cepat tanpa merugikan

salah satu pihak. Satuan Tugas Penertiban Terpadu seharusnya melakukan operasi

untuk melakukan penyuluhan, pembinaan dan penegakan hukum secara berkala

nampaknya tidak bisa berbuat banyak, kemacetan lalu lintas masih nampak di

kawasan keramaian pusat Kota dan Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo.

Pembinaan, dan sosialisasi kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Sukoharjo terkesan bersifat formalitas, insidental, kurang sungguh-

sungguh/setengah hati, misalnya tidak adanya sosialisasi RUTRK/RDTRK kepada

masyarakat utamanya kepada Pedagang Kaki Lima, sehingga berakibat tidak

adanya kejelasan dan pemahaman tentang peruntukan tata ruang, contoh Kasus

keberadaan Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Kartasura yang tidak tertata dengan

rapi, mereka menggelar dagangannya sampai melebihi trotoar, sehingga jalannya

harus bergantian dan mengganggu pengguna jalan. Sudah berulang kali dilakukan

penertiban, tetapi tidak menghiraukannya. Aparat Pemerintah Kabupaten Sukoharjo

kesulitan mengatur mereka, agar patuh, dan tertib, sehingga dalam berjualan tidak

mengganggu ketertiban lalu lintas dan tidak mengurangi keindahan kota. Kesulitan

dalam mengatur disebabkan lemahnya penerapan sanksi dalam Peraturan Daerah

Nomor 6 Tahun 1993 maupun Surat Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor 300-

500/351/2005. Ironisnya kelemahan tidak segera direvisi, pihak Aparat masih saja

Page 70: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

menarik retribusi. Hal inilah yang menjadi pegangan keberadaan mereka dianggap

sebagai salah satu hal yang dilegalkan.

2. Faktor Substansi

a. Faktor Sarana dan Fasilitas Penataan Pedagang Kaki Lima belum satu paket dengan solusinya, sehingga

akan menimbulkan dampak pengangguran yang berlebihan dan pengurangan

lapangan kerja. Sarana operasional Satpol PP meliputi armada dan alat komunikasi

terbatas, dengan perbandingan 1 : 30 di dalam pelaksanaan penataan Pedagang Kaki

Lima .

Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum berikutnya adalah sarana atau

fasilitas, yang termasuk didalamnya adalah :

1) Kondisi Fisik Wilayah

Perkembangan kota/kabupaten sampai saat ini masih menghadapi berbagai

masalah, pada prinsipnya berkaitan dengan penataan Pedagang Kaki Lima

memerlukan suatu kawasan yang khusus (realokasi), kepemilikan shelter,

pengkaplingan kawasan khusus Pedagang Kaki Lima. Pengaturan mengenai

Pedagang Kaki Lima belum diatur RUTRK/RDTRK.

2) Kurangnya Peralatan

Hasil wawancara dengan staf Kantor Satpol PP Kabupaten Sukoharjo diketahui

bahwa yang menjadi kendala aparat Satpol PP dalam melaksanakan penertiban

ini berasal dari dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Termasuk

faktor intern adalah :

a) Jumlah anggota Satpol PP 29 orang

Upaya jajaran Satpol PP dengan jumlah personel yang terbatas dalam

melaksanakan penertiban, sebenarnya sudah maksimal akan tetapi masih ada

penyimpangan antara jumlah personel Satpol PP dengan jumlah Pedagang

Kaki Lima untuk dilakukan penertiban. Tahun 2007 dapat diketahui bahwa

jumlah personel Satpol PP Kabupaten Sukoharjo 63 orang dibagi dalam

tugasnya masing-masing, untuk bagian ketentraman dan ketertiban hanya

berjumlah 29 orang, sedangkan jumlah Pedagang Kaki Lima diseluruh

Kabupaten Sukoharjo kurang lebih 1200. Dilihat kondisi maupun keadaan

ekonomi pada saat sekarang memungkinkan bertambahnya jumlah mereka

Page 71: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

di Kabupaten Sukoharjo, ini merupakan salah satu penyebab kinerja Satpol

PP tidak mampu melaksanakan tugas penertiban Pedagang Kaki Lima

dengan baik termasuk mengantisipasinya.

b) Sarana Satpol PP untuk menjalankan tugas

Sarana yang tersedia kurang memadai untuk menjalankan tugas

Satpol PP, oleh karena itu perlu didukung oleh sarana penunjang yang lebih

baik seperti kendaraan untuk mendukung operasional dalam tugas, sehingga

apabila terjadi ketidaktertiban dapat segera diatasi. Selanjutnya, untuk

kendaraan bermotor Satpol PP ada 3 mobil patroli dan 13 kendaraan, selain

itu sarana yang dibutuhkan adalah alat komunikasi hanya memiliki 7 unit

HT, adapun yang lainnya masih swadaya dari anggota Satpol PP (telepon

genggam).

Faktor ekstern, jumlah Pedagang Kaki Lima yang ada di Kabupaten Sukoharjo

cukup besar. Perkembangan Pedagang Kaki Lima begitu cepat dikarenakan

faktor ekonomi, karena pemutusan hubungan kerja dan sulitnya mencari

pekerjaan. Salah satu jalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan

menjadi Pedagang Kaki Lima. Jumlah Pedagang Kaki Lima yang begitu banyak

pada saat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesulitan

pelaksanaan penertiban oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo terhadap

Pedagang Kaki Lima, hal ini terkait dengan jumlah petugas yang menangani

masalah penertiban, penataan, dan pembinaan Pedagang Kaki Lima di

Kabupaten Sukoharjo yang sangat minim dan tidak sebanding dengan jumlah

Pedagang Kaki Lima yang ada. Perbandingannya satu pertugas menangani 30

Pedagang Kaki Lima, adapun jumlah seluruh Pedagang Kaki Lima di 7

kecamatan yang diteliti sebanyak 805 Pedagang Kaki Lima, sehingga guna

menangani para Pedagang Kaki Lima di kecamatan tersebut membutuhkan

kurang lebih 30 orang petugas Satpol PP.

b. Faktor Masyarakat

Masyarakat mengawali berdagang kebanyakan tidak berijin dan selalu

bergejolak bila diadakan penataan. Satpol PP dalam penataan selalu berlandaskan

Peraturan Daerah, sehingga sasarannya selalu merugikan di pihak masyarakat.

Seharusnya pihak Pemkab harus menggunakan prinsip win-win solution.

Page 72: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Masyarakat disini adalah Pedagang Kaki Lima, pelaksanaan penegakan

hukum tidak bisa dilaksanakan dengan baik karena masyarakat beranggapan aparat

penegak hukum belum menerapkan penjatuhan sanksi terhadapnya, maka mereka

masih dapat berbuat seperti yang mereka lakukan selama ini. Pedagang Kaki Lima

pada saat akan menempati lokasi kinerjanya, tidak pernah berniat mengajukan ijin

berdagang. Pemerintah Kabupaten pada saat akan menata, mereka keberatan

meminta diajak berdialog, dan selanjutnya berani menentang pemerintah. Satpol

PP dalam menata selalu berlandaskan Perda, sehingga sasarannya selalu merugikan

masyarakat. Implementasi penataan seharusnya disertai solusi sebagai contoh

pemberian bantuan grobak, relokasi, pemberian bantuan sheltar dan lain

sebagainya. Misal ada razia dan ditindak harus siap dan patuh terhadap aturan yang

ada.

Para Pedagang Kaki Lima merasa tidak melaksanakan pelanggaran hukum

dikarenakan tidak ada ijin, mereka merasa sah karena telah membayar retribusi.

Sekaligus pudarnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparat Pemerintah

Kabupaten Sukoharjo, dalam hal ini sebagai penentu dan pengambil kebijakan

masalah penertiban, penataan, dan pembinaan Pedagang Kaki Lima yang ditandai

dengan adanya kemerosotan kewibawaan aparat dari masyarakat.

Kenyataannya memang selama ini belum ada pengawasan yang ketat

terhadap penertiban Pedagang Kaki Lima. Pelanggaran yang terjadi tidak diimbangi

dengan penegakan hukum yang tegas. Berbagai alasan karena terdesak kebutuhan

hidup, sehingga mereka berani untuk melanggar hukum.

3. Faktor Kultur Pada kenyataanya Pedagang Kaki Lima dapat diperdayagunakan secara

optimal. Pemkab didalam pelaksanaan tidak harus menciderai rakyat dengan jalan kekerasan, sehingga perlu perda yang mengatur tentang UMKM. Faktor politik; masyarakat dimasukan dalam political wil, jika aparat mempunyai program selalu yang dikedepankan demi kesejahteraan rakyat kecil. Implementasi kebijakan hanya sebatas slogan saja, sehingga masyarakat selalu dikecewakan. Pemkab melalui rencana satu tahun (restran) dalam implementasi kebijakan publik berdalih mengayomi rakyat kecil. Faktor ekonomi; Pedagang Kaki Lima belum terakses dalam permodalan BPR maupun perbankan. Pemkab hanya memandang, bahwa

Page 73: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Pedagang Kaki Lima ini merugikan dan membuat masalah dalam penataan tata ruang, sehingga terjadi pemborosan anggaran dalam penataan Pedagang Kaki Lima. Pemkab selalu menarik retribusi untuk mencapai target APBD, tanpa mempertimbangkan kelangsungan hidup Pedagang Kaki Lima karena adanya ketertiban. Faktor ekonomi dari keberadaan Pedagang Kaki Lima. merupakan bagian dari sektor informal. Usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya dengan bermodal kecil mereka membuka usaha berjualan di pinggir jalan tanpa memikirkan akan ketertiban kota. Namun di sisi lain muncul masalah baru bagi Pemerintah Kabupaten karena kehadiran mereka dirasakan mengganggu ketertiban dan keindahan Kabupaten. Banyak energi dan biaya yang dikeluarkan bagi penanganan Pedagang Kaki Lima, namun belum ditemukan solusi yang tepat. Justru banyak kasus-kasus terjadi kekerasan dan pengusiran terhadap Pedagang Kaki Lima oleh para petugas pemerintah kota dan kantor Satpol PP.

Kasus Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo ditangani dengan argumen untuk menjaga ketertiban dan keindahan, menurut aparat Pemda ini sesuai dengan cita-cita dalam mewujudkan ketertiban dan keindahan kota. Jadi barang kali persoalan pokoknya adalah pada persepsi tentang “keindahan” sebuah Kabupaten. Peristiwa di Kabupaten Sukoharjo, para Pedagang Kaki Lima. tetap kembali ke tempat semula meskipun sudah dipindahkan ke Pusat Jajan Serba Asri, bahkan perusahaan raksasa seperti Coca-Cola pun menyadari bahwa kedekatan konsumen sangat menentukan volume penjualan dan strategi Pedagang Kaki Lima. adalah sangat tepat, sehingga perusahaan tersebut membuat beribu-ribu kios kecil beroda yang ditempatkan di trotoar seperti halnya Pedagang Kaki Lima.

Perlu dipikirkan lagi terutama para penentu kebijakan perundangan, apakah sebuah kabupaten/kota akan menjadi indah semata hanya berdasarkan aspek “kebersihan” yaitu bersih dari pernik-pernik Pedagang Kaki Lima. “keindahan” yang bersih hanya bentuk bangunan tanpa denyut kehidupan di dalamnya. Penataan jalan di Sukoharjo justru harus menempatkan Pedagang Kaki Lima. Cara itu jalan Sukoharjo yang pernah direncanakan sebagai koridor jalan penghubung Kota Solo menuju Kabupaten Wonogiri sebagai penghubung kabupaten tersebut menjadi lebih hidup dan menyenangkan, sehingga tercipta kabupaten yang indah dan rapi. Pedagang Kaki Lima bisa diajak untuk lebih teratur, berbagi ruang trotoar dengan pejalan kaki, dan diminta untuk mengajukan ijin.

Page 74: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo perlu mempertimbangan Perda baru yang lebih fleksibel dan berpihak kepada rakyat kecil. intinya adalah (1) Undang-Undang UMKM harus memberikan perlindungan hukum kepada Pedagang Kaki Lima, (2) Pedagang Kaki Lima diagendakan dalam akses permodalan, (3) Regulasi perbuatan terhadap Pedagang Kaki Lima dari animo perbankan dalam menfasilitasi kredit murah dan mudah bagi Pedagang Kaki Lima. Data bulan Oktober 2006 sampai dengan Februari 2007 relaksasi kredit perbankan turun 2,3 %. dana banyak yang tersimpan di Bank Indonesia, dana yang turunpun mencapai 200 trilyun cenderung naik mencapai 250 trilyun.

Penataan Pedagang Kaki Lima di kawasan Kabupaten Sukoharjo harus satu paket dengan solusinya, hal ini belum terkonsep secara jelas. Proses penataan haruslah diawali dengan dialog dengan Pedagang Kaki Lima yang akan dibina dan ditertibkan, kemudian pelaksanaan penataan harus disertai dengan relokasi, pembuatan shalter, pemberian gerobag dan pinjaman lunak program permodalan UMKM, misalnya Pedagang Kaki Lima, disediakan bantuan gerobag, hal ini dengan pertimbangan bahwa mereka tidak memungkinkan dalam kinerjanya menempati lokasi-lokasi tertentu dan ditata melalui shalter relokasi ataupun pembuatan shalter (bongkar pasang).

Faktor sosial, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo seyogyanya memprogramkan pendampingan bagi Pedagang Kaki Lima dengan memberikan pelatihan manajerial sederhana disertai bantuan permodalan baik melalui koperasi maupun perbankan. Sentuhan Pemerintah Kabupaten akan memberikan motivasi kepada Pedagang Kaki Lima, sehingga dapat tumbuh menjadi pengusaha sukses. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo belum konsisten dalam menangani Pedagang Kaki Lima, pada kenyataannya Pemerintah Kabupaten Sukoharjo setiap hari memungut retribusi. Pedagang Kaki Lima guna mencapai target APBD. Ironinya, Pedagang Kaki Lima sering dirazia Satpol PP dengan dalih mengganggu ketertiban. Sebenarnya pemerintah tidak perlu menggunakan kekerasan dalam menangani Pedagang Kaki Lima, karena mereka dapat didayagunakan secara maksimal tanpa harus menciderainya. Pedagang Kaki Lima sebenarnya merupakan jenis usaha mikro kecil dan menengah jalanan. Hal ini menjadi katup pengaman, pengurangan tenaga kerja, jika kesempatan kerja kian menyempit dan mengurangi banyaknya pengangguran.

Page 75: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Pedagang Kaki Lima sebenarnya tidak selalu membuat masalah, pada kenyataanya dapat diperdayagunakan. Pemkab di dalam pelaksanaan tidak harus menciderai rakyat dengan jalan kekerasan, sehingga perlu Perda yang mengatur tentang UMKM. Masyarakat dimasukkan dalam political wil, implementasi kebijakan hanya sebatas slogan saja, sehingga masyarakat hanya beranggapan merasa hidup aman , tenteram dan nyaman. Pemkab di dalam Rencana Satu Tahun (Restran) dari implementasi kebijakan publik berdalih mengayomi rakyat kecil.

Tindakan penertiban perlu dilakukan secara rutin oleh Satpol PP, penertiban itu dilakukan dengan cara ditegur dan diperingatkan sampai dengan 3 (tiga) kali, jika teguran dan peringatan ini tidak diindahkan maka akan dilakukan pembongkaran secara paksa. Cara penertiban terhadap para Pedagang Kaki Lima (Pedagang Kaki Lima) menggunakan skala prioritas yang dilaksanakan sangat mendesak untuk segera ditertibkan dengan cara yaitu: 1. Melakukan sosialisasi terhadap para Pedagang Kaki Lima secara langsung. 2. Pemberian surat teguran ataupun surat peringatan sebanyak 3 (tiga) kali. 3. Surat peringatan sebanyak 3 (tiga) kali tersebut tidak diindahkan, maka

diadakan tindakan paksa dengan cara membongkar, tindakan ditangani secara langsung oleh personel Satuan Polisi Pamong Praja (dalam skala kecil/mudah) dengan sistem terpadu/dengan menggunakan instansi terkait (skala besar/sulit).

Upaya penertiban terhadap Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo secara tekniknya dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan-penyuluhan bagi Pedagang Kaki Lima supaya dapat memindahkan tempat jualannya supaya tidak mengganggu keindahan dan ketertiban Kabupaten Sukoharjo. Upaya-upaya lain Kantor Satuan Pamong Praja adalah memisah-misahkan para Pedagang Kaki Lima agar tidak menjadi satu lokasi, upaya tersebut dilakukan guna mempermudah menegur mereka dan tidak bisa membentuk satu kesatuan yang bisa mempersulit penegakan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan dalam wilayah Kabupaten Sukoharjo. Pemerintah akan kesulitan bila para Pedagang Kaki Lima telah terorganisasi, sehingga mempunyai kekuatan melakukan preasure and action seperti demo, aksi mogok kerja dan lain-lain sebagai ungkapan Pedagang Kaki Lima tidak setuju dengan adanya tindakan Satpol PP.

Wilayah Kabupaten Sukoharjo ada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan untuk berjualan Pedagang Kaki Lima dan ada juga waktu-waktu khusus Pedagang

Page 76: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Kaki Lima tidak diijinkan membuka lapak-lapak untuk berjualan. Perihal ini dilakukan dengan pemberitahuan kepada mereka dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi jalan dan trotoar sebagaimana mestinya terutama di Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Veteran, Jalan Muwardi, Pedagang Kaki Lima Pasar Sukoharjo, Pedagang Kaki Lima Pasar Carikan di Kabupaten Sukoharjo.

Menindaklanjuti Surat Keputusan Nomor 300/050/2007 tanggal 16 Januari 2007 perihal larangan mendirikan kios/warung di bahu-bahu jalan dan trotoar. Sesuai hasil rapat tanggal 28 Maret 2007 perihal evaluasi penilaian Adipura Tahap I (kesatu) bahwa guna menjaga kebersihan, keindahan, ketentraman, dan ketertiban suatu kawasan, maka pengaturan dan penertiban Pedagang Kaki Lima sangat diperlukan. Hasil pemantauan Adipura direkomendasikan untuk Kabupaten Sukoharjo sebagai berikut : 1. Sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Veteran, Jalan

Muwardi mulai pukul 06.00-15.00 WIB tidak diijinkan bagi Pedagang Kaki Lima untuk berjualan, tetapi masih ada beberapa penjual yang tidak mematuhi peraturan itu dengan tidak melakukan bongkar pasang dan belum dilengkapi bak sampah di lokasi bahu jalan. Fungsi trotoar yang ada disepanjang jalan diperuntukkan bagi para pejalan kaki, taman kota, pemasangan tanda-tanda lalu lintas, penataan acessoris jalan sebagai daya tarik tersendiri terhadap wisatawan/tamu daerah, hal ini dilakukan untuk menyukseskan program Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dalam meraih Adipura.

2. Pedagang Kaki Lima kurang mentaati Perda Nomor 6 Tahun 1993 tentang kebersihan, ketertiban, dan keindahan dalam wilayah Kabupaten Sukoharjo (Lembaran Daerah Kabupaten Tingkat II Sukoharjo Tahun 1993 Nomor 17 Seri D No.1b), terbukti disepanjang jalan yang tersebut di atas, dipadati oleh Pedagang Kaki Lima, sedangkan jalan tersebut merupakan jalan padat lalu lintas yang sangat membahayakan baik para Pedagang Kaki Lima maupun pengguna jalan.

3. Fungsi bahu jalan tidak boleh digunakan untuk mendirikan bangunan berupa apapun baik kios/warung atau bangunan sejenis, mengingat fungsi bahu jalan : a. Ruang tempat berhenti sementara bagi kendaraan yang mogok. b. Ruang untuk menghindari pada saat-saat darurat untuk mencegah terjadinya

kecelakaan.

Page 77: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

c. Memberikan dukungan pada kontribusi perkerasan jalan dari arah melintang, sehingga tidak mudah terkikis atau rusak.

d. Memberikan kenyamanan kepada pemakai jalan. e. Sebagai ruang pemasangan tanda-tanda lalu lintas atau accesoris jalan

lainnya. Pemberitahuan para paguyuban Pedagang Kaki Lima dengan Surat

Pemberitahuan Nomor 300/43/2007, 29 Maret 2007 bahwa ada permintaan khusus dari Satuan Polisi Pamong Praja yaitu mereka untuk segera meninggalkan/memindahkan tempat berjualan secepatnya, mengingat operasi terpadu tidak diberi tahu sebelumnya terhitung sejak surat ini diterbitkan. Tindakan ini dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja termuat di dalam Media Solopos, Senin 9 April 2007 dengan judul “Enam Titik Pedagang Kaki Lima dibidik”.

Gambar 4. Sosialisasi Larangan Mendirikan kios atau warung di bahu jalan di trotoar

(Sumber Data : Solopos. Senin, 9 April 2007, Enam Titik Pedagang Kaki Lima Dibidik).

Menurut hasil penelitian, selama 2 kali dalam seminggu pihak Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sukoharjo melakukan penyuluhan kepada

Page 78: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

mereka guna sosialisasi langsung di tempat berjualan. Sosialisasi dilakukan secara berkelanjutan, berkesinambungan, sesuai dengan kebutuhan. Upaya lain yang dilakukan oleh Kantor Satuan Polisi Pamong Praja adalah dengan mengundang paguyuban-paguyuban Pedagang Kaki Lima se-Kabupaten Sukoharjo di tiap-tiap kecamatan untuk sosialisasi Perda serta dapat mengkoordinasikan Pedagang Kaki Lima agar dapat bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dalam menegakkan Perda No. 6 Tahun 1993. Pedagang Kaki Lima dapat menyampaikan keluhan secara langsung kepada petugas, dimaksudkan mereka dapat langsung mendapatkan tanggapan ataupun solusi dalam menyelesaikan masalahnya.

Berdasarkan hasil penelitian, Satpol PP dan Pedagang Kaki Lima dapat melaksanakan penertiban terhadap Pedagang Kaki Lima dari beberapa segi, yaitu: 1. Segi Penataan

Segi penataan mempunyai tugas untuk melakukan penataan dalam mengembalikan fungsi badan jalan dan trotoar. Bagi pemakai jalan dan kendaraan agar dapat lancar dalam berlalu lintas di jalan raya. Fungsi trotoar untuk para pejalan kaki dan bahu jalan sebagai pengaman bagi pejalan kaki dan aksesoris kota agar terjaga kerapian serta ketertibannya.

Pemantauan perkembangan Pedagang Kaki Lima selalu bertambah, maka akan dilakukan pembatasan terhadap Pedagang Kaki Lima yang baru, yaitu dengan cara melakukan teguran atau pengaturan serupa dengan 3 (tiga) kali. Apabila tidak diindahkan, maka akan dilakukan dengan cara pembongkaran paksa. Dalam memantau jumlah mereka, penataan yang dilakukan adalah melakukan pendataan yang dikenal dengan nama Surat Tanda Daftar Pedagang Kaki Lima di setiap kecamatan. Mereka mempunyai tanda daftar, agar mempermudah Satpol PP dalam melakukan koordinasi, sehingga diharapkan Pedagang Kaki Lima dapat mentaati aturan yang berlaku supaya mudah ditertibkan dan tidak menempati tempat-tempat dilarang untuk berjualan dan juga bisa membatasi para Pedagang Kaki Lima agar tidak menghimpun kekuatan untuk menolak relokasi ataupun pemindahan ke lokasi khusus sesuai kebijakan pemerintah.

2. Segi Pengendalian dan Pengawasan Tugas Satpol PP dalam pengendalian dan pengawasan meliputi

pengamanan, penertiban dan menjaga kebersihan kota meliputi badan jalan dan trotoar. Hubungannya dengan masalah kebersihan dapat bekerja sama dengan Seksi Pembinaan Personel dan Sarana Prasarana. Pemantauan harus dilakukan

Page 79: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

secara rutin setiap hari, hal ini guna menata dan menertibkan keberadaan Pedagang Kaki Lima dan apabila ada Pedagang Kaki Lima yang berjualan tidak menjaga ketertiban dan kebersihannya. Pelanggaran terhadap ketertiban, mereka diberikan peringatan sampai 3 (tiga) kali. Apabila setelah diberikan peringatan tidak dipatuhi, maka akan dilakukan pembongkaran paksa. Pembongkaran maupun penyitaan dilakukan apabila dalam operasi rutin telah terjadi pelanggaran, dapat dilihat pada tabel berikut tentang lokasi Pedagang Kaki Lima dengan status bongkar atau diberi peringatan.

Tabel 4. Lokasi Pedagang Kaki Lima Dengan Status Bongkar Atau Diperingatkan

No. Lokasi Pedagang Kaki Lima Jml Peringatan Pembongkaran 1. Kec. Grogol

Jl. Raya Grogol Jl. Raya Solo Baru Jl. Raya Solo Permai Jl. Langenharjo

62 28 12 33

20 23 7

21

22 5 5

12 2. Kec. Baki

Jl. Songgolangit Jl. Gentan Jl. Joko Tingkir

30 16 7

19 10 5

11 6 2

3. Kec. Sukoharjo Jl. Jend Sudirman Jl. Slamet Riyadi Jl. Dr. Muwardi Jl. Suprapto Jl. Veteran Jl. Wandyo Pranoto

58 21 3

25 10 7

28 15 3

19 7 4

28 6 0 6 3 3

4. Kec. Kartasura Jl. Slamet Riyadi Jl. Achmad Yani Jl. Adi Sumarmo Jl. Wandyo Pranoto Jl. Solo – Yogya Jl. Solo – Semarang

21 68 10 13 17 11

17 2 7

10 11 9

4

26 3 3 6 2

5. Kec. Bekonang Jl. Raya Bekonang Jl. Sam Ratulangi Jl. Parang Klitik Jl. Perintis Kemerdekaan

83 6

23 32

10 6

21 29

13 0 2 3

6. Kec. Tawangsari Jl. Raya Tawangsari Jl. Agus Salim Jl. Yos Sudarso

63 20 18

20 18 15

3 2 3

7. Kec. Nguter Jl. Songgo runggi Jl. Raya Nguter

62 46

5

39

7 7

Sumber : Data Kantor SATPOL PP Kab. Sukoharjo, 2007.

Page 80: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Pembongkaran dilakukan Satpol PP Kabupaten Sukoharjo pada awal Januari 2007 sampai sekarang ini, petugas yang mengangkut tenda dan memindahkan dilakukan pada waktu malam hari. Tugas tersebut berada dalam Seksi Ketentraman dan Ketertiban.

D. Proses Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten

Sukoharjo Berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat II Sukoharjo No 6 Tahun 1993 1. Gambaran Pedagang Kaki Lima (PKL) Menurut Lokasi Penelitian

a. Pedagang Kaki Lima Wilayah Kecamatan Kartasura di Jalan Slamet Riyadi

Jalan Slamet Riyadi di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo terletak dalam Bagian Wilayah Kabupaten (BWK). Batas wilayah kota yang bersangkutan terbentuk secara fungsional dan atau administrasi dalam rangka pencapaian daya guna pelayanan fasilitas umum kabupaten. Pedagang Kaki Lima di Jl. Slamet Riyadi banyak menggunakan jalur lambat ataupun berjualan di trotoar. Pedagang Kaki Lima menggunakan fasilitas publik, sehingga ruang pejalan kaki menjadi sempit dan terganggu seperti contoh gambar di bawah ini :

Gambar 5. Pedagang Kaki Lima Wilayah Kecamatan

Kartasura di Jl. Slamet Riyadi (Sumber Data : Hasil pengamatan tanggal 21 April 2007 terhadap Pedagang Kaki Lima

(di Jl. Slamet Riyadi)).

Pedagang Kaki Lima di depan Pasar Kartasura sampai pertigaan Kartasura, terdiri dari Pedagang Kaki Lima berjualan mie ayam, kios rokok, warteg, jamu maupun jualan VCD/kaset. Gambar di bawah ini menggambarkan Pedagang Kaki Lima di depan Pasar Kartasura di malam hari berakibat

Page 81: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

terlihat adanya mobil yang berhenti yang mengakibatkan jalan semakin sempit.

Gambar 6. Pedagang Kaki Lima di Jl. Ahmad Yani (Sumber Data : Hasil Pengamatan tanggal 21 April 2007 terhadap Pedagang Kaki Lima

di Jl. Ahmad Yani Kartasura).

b. Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Baki di Jalan Songgo Langit

Pedagang Kaki Lima di sekitar Kecamatan Baki terdiri dari Pedagang Kaki

Lima yang berjualan buah-buahan, warung makan, kios rokok dan pakaian.

Gambar 7. Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Baki

(Sumber Data : Hasil Pengamatan tanggal 21 April 2007 terhadap Pedagang Kaki Lima di Jl. Songgo Langit).

c. Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Grogol di Jalan Grogol

Page 82: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Pedagang Kaki Lima di sekitar Kecamatan Grogol di Jl. Grogol ini berjualan

buah, wartel, makanan aneka, kios-kios rokok.

Gambar 8. Pedagang Kaki Lima di Jl. Grogol

(Sumber Data : Hasil Pengamatan tanggal 21 April 2007 terhadap Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Baki).

d. Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Sukoharjo di Jalan Jenderal

Sudirman

Page 83: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Pedagang Kaki Lima disekitar kecamatan Sukoharjo di Jl. Jenderal

Sudirman ini terdiri dari berbagai macam seperti : jual buah, kios rokok,

pakaian, warteg, jual bunga dan lain-lain yang mengakibatkan menggangu

kenyamanan pengendara karena jalan terpadati oleh kendaraan yang parkir di

pinggir jalan.

Gambar 9. Pedagang Kaki Lima di Jl. Jenderal Sudirman (Sumber Data : Hasil Pengamatan tanggal 21 April 2007 terhadap Pedagang Kaki Lima

di Jl. Jenderal Sudirman).

Jalan Jenderal Sudirman adalah jalan arteri primer merupakan jalan

utama di wilayah Sukoharjo, Jalan Jenderal Sudirman ramai oleh kendaraan

pribadi maupun kendaraan umum yang lalu lalang pada jalur ini. Keramaian

tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Sukoharjo untuk menciptakan

lapangan pekerjaan informal menjadi Pedagang Kaki Lima. Keberadaan

mereka diuntungkan dekat lokasi pasar yang merupakan pusat perbelanjaan

terbesar masyarakat Kabupaten Sukoharjo.

e. Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Bekonang, Tawangsari dan Nguter

Page 84: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Gambar 10. Pedagang Kaki Lima Jl. Songgo Rungi Kec.

Nguter (Sumber Data : Hasil Pengamatan tanggal 6 Juli 2007 terhadap Pedagang Kaki Lima

di Jl. Songgo Rungi Kec. Nguter).

Gambar 11. Pedagang Kaki Lima Jl. Songgo Rungi Kec.

Tawangsari (Sumber Data : Hasil Pengamatan tanggal 6 Juli 2007 terhadap Pedagang Kaki Lima

di Jl. Raya Tawangsari).

Page 85: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Gambar 12. Pedagang Kaki Lima di Jl. Perintis Kemerdekaan Kec.

Bekonang (Sumber Data : Hasil Pengamatan tanggal 6 Juli 2007 terhadap Pedagang Kaki Lima

di Jl. Perintis Kemerdekaan).

Berdasarkan analisis data primer penelitian di lapangan diperoleh data jenis kegiatan Pedagang Kaki Lima terdapat di 7 Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 805 Pedagang Kaki Lima, kecamatan-kecamatan itu antara lain sebagai berikut :

Tabel 5. Data Pedagang Kaki Lima Kecamatan Grogol

Keterangan No Jenis Kegiatan

Pedagang Kaki Lima

Jumlah Pedagang Kaki Lima

Lokasi Tertib Dibina Liar

1 Warung makan 25 Jl. Raya Solo Baru 18 5 2 2 Potong Rambut 3 Jl. Raya Grogol 2 1 0 3 Afdruk Foto 1 Jl. Raya Solo Baru 0 1 0 4 Bordir 1 Jl. Raya Grogol 1 0 0 5 Klontong 5 Jl. Raya Grogol 1 4 0 6 Pakaian 5 Jl. Raya Solo Baru 1 3 1 7 Susu segar 3 Jl. Raya Solo Permai 3 0 0 8 Wedangan 6 Jl. Langenharjo 2 2 2 9 Reklame 6 Jl. Raya Solo Baru 1 5 0

10 Buah-buahan 11 Jl. Raya Grogol 2 6 3 11 Rujak lotis 2 Jl. Langenharjo 1 1 0 12 Jenis Es 13 Jl. Raya Grogol 4 6 3 13 Srabi/Snack 2 Jl. Raya Grogol 2 0 0 14 Bengkel 11 Jl. Langenharjo 2 6 3 15 Pakan burung 1 Jl. Raya Grogol 1 0 0 16 Toko kaset/cd 3 Jl. Raya Solo Permai 0 3 0 17 Sport Center 2 Jl. Raya Solo Baru 2 0 0 18 Special Aksesoris 11 Jl. Raya Solo Baru 1 1 9 19 Counter HP 5 Jl. Raya Grogol 2 3 0 20 Sol sepatu 1 Jl. Langenharjo 1 0 0 21 Sticker 1 Jl. Raya Solo Permai 1 0 0 22 Toko arang 1 Jl. Raya Grogol 0 1 0 23 Kacamata 3 Jl. Raya Solo Baru 0 2 1 24 Alat tulis/rental 3 Jl. Raya Grogol 2 1 0 25 Helm 4 Jl. Raya Grogol 0 4 0 26 Belut 6 Jl. Langenharjo 0 6 0

Jumlah 135 50 61 24 Sumber : Hasil pengamatan tanggal 21 April 2007.

Page 86: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Tabel di atas diketahui Pedagang Kaki Lima yang ada di Kecamatan Grogol berjumlah 135 Pedagang Kaki Lima rincian hasil penataan 35,26 % kategori Pedagang Kaki Lima yang tertib, 48,15 % kategori Pedagang Kaki Lima dibina dan 20 % kategori Pedagang Kaki Lima liar.

Tabel 6. Pedagang Kaki Lima Kecamatan Baki

Keterangan No

Jenis Kegiatan Pedagang

Kaki Lima

Jumlah Pedagang Kaki Lima

Lokasi Tertib Dibina Liar

1 Buah-buahan 9 Jl. Songgo Langit 2 4 3 2 Helm 1 Jl. Gentan 0 1 0 3 Jual Kere Bambu 2 Jl. Joko Tingkir 2 0 0 4 Warung Makan 19 Jl. Songgo Langit 7 5 7 5 Jenis Es 6 Jl. Gentan 1 2 3 6 Tambal ban 4 Jl. Gentan 0 4 0 7 Kacamata 1 Jl. Gentan 0 1 0 8 Counter HP 1 Jl. Gentan 0 1 0 9 Servis sepatu bola 2 Jl. Joko Tingkir 0 1 0

10 Bunga 1 Jl. Gentan 1 0 0 11 Potong Rambut 1 Jl. Gentan 1 0 0 12 Papan nama 1 Jl. Joko Tingkir 1 0 0 13 Depot Koran 1 Jl. Joko Tingkir 1 0 0 14 Wedangan 1 Jl. Songgo Langit 1 0 0 15 Kelontong 1 Jl. Gentan 0 1 0 16 Kusen jendela 1 Jl. Joko Tingkir 0 1 0 17 Taman hias 1 Jl. Songgo Langit 0 1 0

Jumlah 53 17 22 14 Sumber : Hasil pengamatan tanggal 21 April 2007.

Tabel 7. Pedagang Kaki Lima Kecamatan Sukoharjo

Keterangan No

Jenis Kegiatan Pedagang

Kaki Lima

Jumlah Pedagang Kaki Lima

Lokasi Tertib Dibina Liar

1 Warung Makan 33 Jl. Jend Sudirman 11 13 9 2 Helm 4 Jl. Slamet Riyadi 1 2 1 3 Jualan Koran 1 Jl.Dr. Muwardi 1 0 0 4 Wedangan Hik 3 Jl. Veteran 0 2 1 5 Stempel/plat no 3 Jl. Slamet Riyadi 1 2 0 6 Jualan snack/roti 4 Jl. Suprapto 3 1 0 7 Jenis Es 4 Jl. Wandyo Pranoto 1 1 2 8 Tukang sol sepatu 4 Jl. Suprapto 1 3 0 9 Jual kaset/ CD 4 Jl. Jend Sudirman 1 2 1 10 Tukang kunci 1 Jl. Slamet Riyadi 0 0 1 11 Jual sticker 1 Jl. Suprapto 1 1 0 12 Jual Pakaian 1 Jl. Jend Sudirman 0 1 0 13 Buah-buahan 8 Jl. Veteran 3 2 3 14 Kacamata 1 Jl.Dr. Muwardi 0 1 0 15 Tambal Ban 15 Jl. Veteran 5 5 5 16 Kelontong 12 Jl. Slamet Riyadi 4 2 6 17 Jam Tangan 1 Jl. Veteran 1 0 0 18 Acesoris & ornament 3 Jl. Wandyo Pranoto 0 1 2 19 Counter HP 21 Jl. Jend Sudirman 8 6 5 Jumlah 124 42 46 36

Sumber : Hasil pengamatan tanggal 21 April 2007.

Page 87: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Tabel 6 diketahui Pedagang Kaki Lima yang ada di Kecamatan Baki berjumlah 53

Pedagang Kaki Lima rincian hasil penataan 33,96 % kategori Pedagang Kaki

Lima yang tertib, 54,72 % kategori Pedagang Kaki Lima dibina dan 24,53 %

kategori Pedagang Kaki Lima liar. Tabel 7 diketahui Pedagang Kaki Lima yang

ada di Kecamatan Sukoharjo berjumlah 124 Pedagang Kaki Lima rincian hasil

penataan 35,48 % kategori Pedagang Kaki Lima yang tertib, 39,52 % kategori

Pedagang Kaki Lima dibina dan 25 % kategori Pedagang Kaki Lima liar.

Tabel 8. Pedagang Kaki Lima Kecamatan Kartasura

Keterangan No

Jenis Kegiatan Pedagang

Kaki Lima

Jumlah Pedagang Kaki Lima

Lokasi Tertib Dibina Liar

1 Jual Pakaian 4 Jl. Slamet Riyadi 1 3 0 2 Jual kaset/ VCD 1 Jl. Achmad Yani 0 1 0 3 Jual Bunga 4 Jl. Adi Sumarmo 1 2 1 4 Kelontong 9 Jl. Achmad Yani 3 4 2 5 Warung makan 57 Jl. Achmad Yani 20 21 16 6 Wedangan Hik 6 Jl. Wandyo Pranoto 2 3 1 7 Snack/Gorengan 6 Jl. Solo - Jogya 3 3 0 8 Roti terang bulan 1 Jl. Slamet Riyadi 0 1 0 9 Jamu 4 Jl. Solo – Jogya 2 1 1

10 Susu segar 1 Jl. Achmad Yani 0 1 0 11 Buku Bacaan 1 Jl. Solo - Semarang 0 1 0 12 Buah-buahan 8 Jl. Solo – Semarang 3 3 2 13 Potong Rambut 1 Jl. Adi Sumarmo 1 0 0 14 Jualan Koran 7 Jl. Solo – Jogya 1 5 1 15 Kedai ice cream 1 Jl. Solo – Semarang 0 1 0 16 Counter HP 16 Jl. Slamet Riyadi 3 9 4 17 Tambal Ban/bensin 7 Jl. Wandyo Pranoto 1 1 5 18 Accecoris 1 Jl. Solo - Semarang 0 1 0 19 Jenis Es 5 Jl. Adi Sumarmo 2 3 0

Jumlah 140 43 64 33 Sumber : Hasil pengamatan tanggal 9 April 2007.

Tabel 8 diketahui Pedagang Kaki Lima yang ada di Kecamatan Kartasura

berjumlah 140 Pedagang Kaki Lima dengan rincian 30,71 % kategori Pedagang

Kaki Lima yang tertib, 45,71 % kategori Pedagang Kaki Lima dibina dan 23,58

% kategori Pedagang Kaki Lima liar.

Tabel 9. Pedagang Kaki Lima Kecamatan Bekonang

Page 88: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Keterangan No

Jenis Kegiatan Pedagang

Kaki Lima

Jumlah Pedagang Kaki Lima

Lokasi Tertib Dibina Liar

1 Hik 10 Jl. Raya Bekonang 2 7 1 2 Jok 2 Jl. Sam Ratulangi 0 2 0 3 Tambal ban 15 Jl. Parang Klitik 3 6 6 4 Helm 8 Jl. Pernts Kemerdekaan 3 5 0 5 Kere bamboo 1 Jl. Sam Ratulangi 1 0 0 6 Warung makan 48 Jl. Raya Bekonang 22 12 14 7 Tukang kunci 2 Jl. Parang Klitik 1 1 0 8 Es 12 Jl. Raya Bekonang 3 7 2 9 Kelontong 7 Jl. Raya Bekonang 3 3 1

10 Penjahit 2 Jl. Pernts Kemerdekaan 0 2 0 11 Kursi 1 Jl. Parang Klitik 1 0 0 12 Pijat 1 Jl. Sam Ratulangi 0 1 0 13 Buah-buahan 2 Jl. Raya Bekonang 0 2 0 14 Susu segar 1 Jl. Pernts Kemerdekaan 0 1 0 15 Stampel 11 Jl. Pernts Kemerdekaan 1 7 3 16 Kacamata 1 Jl. Raya Bekonang 1 0 0 17 Jual sandal 3 Jl. Pernts Kemerdekaan 0 2 1 18 Pakan burung 1 Jl. Pernts Kemerdekaan 1 0 0 19 Potong rambut 2 Jl. Raya Bekonang 1 1 0 20 Ikan segar 1 Jl. Pernts Kemerdekaan 0 1 0 21 Cat 2 Jl. Pernts Kemerdekaan 1 1 0 22 Gorengan 2 Jl. Sam Ratulangi 1 1 0 23 Jamu 1 Jl. Pernts Kemerdekaan 1 0 0 24 Rokok 5 Jl. Parang Klitik 1 1 3 25 Mainan anak 1 Jl. Pernts Kemerdekaan 0 1 0 26 Counter HP 1 Jl. Raya Bekonang 0 1 0 27 Sol sepatu 1 Jl. Pernts Kemerdekaan 0 1 0

Jumlah 144 47 66 31 Sumber : Hasil pengamatan tanggal 9 April 2007.

Tabel 9 diketahui Pedagang Kaki Lima yang ada di Kecamatan Bekonang

berjumlah 144 Pedagang Kaki Lima rincian hasil penataan 32,64 % kategori

Pedagang Kaki Lima yang tertib, 45,83 % kategori Pedagang Kaki Lima dibina

dan 21,53 % kategori Pedagang Kaki Lima liar.

Tabel 10. Pedagang Kaki Lima Kecamatan Tawangsari

No Jenis Jumlah Lokasi Keterangan

Page 89: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Kegiatan Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima

Tertib Dibina Liar

1 Warung makan 34 Jl. Raya Tawangsari 12 15 7 2 Helm 8 Jl. Agus Salim 2 4 2 3 Buah-buahan 5 Jl. Raya Tawangsari 3 2 0 4 Mainan 2 Jl. Agus Salim 1 1 0 5 Pakaian 3 Jl. Yos Sudarso 2 1 0 6 Tambal ban 11 Jl. Raya Tawangsari 3 3 5 7 Kere bamboo 1 Jl. Agus Salim 1 0 0 8 Kacamata 2 Jl. Raya Tawangsari 1 1 0 9 Es 8 Jl. Yos Sudarso 0 3 5

10 Counter HP 4 Jl. Raya Tawangsari 2 1 1 11 Hik 7 Jl. Agus Salim 3 2 2 12 Kelontong 3 Jl. Raya Tawangsari 3 2 0 13 Tanaman hias 1 Jl. Yos Sudarso 1 0 0 14 Sol sepatu 3 Jl. Yos Sudarso 1 2 0 15 Jual Koran 2 Jl. Raya Tawangsari 1 1 0 16 Kase/VCD 5 Jl. Agus Salim 1 3 1 17 Susu segar 2 Jl. Yos Sudarso 0 2 0

Jumlah 101 34 44 23 Sumber : Hasil pengamatan tanggal 9 April 2007.

Tabel 11. Pedagang Kaki Lima Kecamatan Nguter

Keterangan No

Jenis Kegiatan Pedagang

Kaki Lima

Jumlah Pedagang Kaki

Lima Lokasi Tertib Dibina Liar

1 Kelontong 3 Jl. Songgo runggi 2 1 0 2 Mainan 2 Jl. Songgo runggi 1 1 0 3 Kaset/ vcd 3 Jl. Songgo runggi 1 2 0 4 Servis jam 1 Jl. Raya nguter 0 1 0 5 Aksesoris/ topi 1 Jl. Raya nguter 0 0 1 6 Es 9 Jl. Raya nguter 4 3 2 7 Makanan 45 Jl. Songgo runggi 18 21 6 8 Wedangan/ hik 16 Jl. Raya nguter 7 7 2 9 Buah-buahan 8 Jl. Raya nguter 0 8 0

10 Bamboo 1 Jl. Raya nguter 1 0 0 11 Alat pertanian 1 Jl. Raya nguter 1 0 0 12 Kacamata 1 Jl. Songgo runggi 0 1 0 13 Jok sadel 1 Jl. Raya nguter 0 1 0 14 Rujak 1 Jl. Raya nguter 1 0 0 15 Bubur kacang ijo 1 Jl. Songgo runggi 1 0 0 16 Susu segar 3 Jl. Raya nguter 1 2 0 17 Helm 4 Jl. Raya nguter 0 2 2 18 Tambal ban 7 Jl. Songgo runggi 3 4 0

Jumlah 108 41 54 13 Sumber : Hasil pengamatan tanggal 9 April 2007.

Tabel 10 diketahui Pedagang Kaki Lima yang ada di Kecamatan Tawangsari

berjumlah 101 Pedagang Kaki Lima rincian hasil penataan 33,66 % kategori

Page 90: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Pedagang Kaki Lima yang tertib, 40,59 % kategori Pedagang Kaki Lima dibina

dan 25,74 % kategori Pedagang Kaki Lima liar. Tabel 11 diketahui Pedagang

Kaki Lima yang ada di Kecamatan Nguter berjumlah 108 Pedagang Kaki Lima

rincian hasil penataan 37,96 % kategori Pedagang Kaki Lima kategori tertib, 50

% Pedagang Kaki Lima kategori dibina dan 12,04 % Pedagang Kaki Lima

kategori liar.

Sampai saat ini para Pedagang Kaki Lima berjualan di wilayah Kabupaten

Sukoharjo belum semuanya terdata dan terdaftar secara resmi di Dinas Pasar

Kabupaten Sukoharjo, tetapi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai data

base para Pedagang Kaki Lima dari ditiap-tiap kecamatan, mereka tergabung

dalam Paguyuban Pedagang Kaki Lima di setiap kelurahan. Mereka terorganisasi

memudahkan penataan dan pembinaan. Kabupaten Sukoharjo melakukan

penataan dan a pembinaan berdasarkan Perda No 6 tahun 1993 tentang

Kebersihan, Ketertiban dan Keindahan di wilayah Kabupaten Sukoharjo, inti

Pasal 5 ayat (1) huruf e yang berbunyi “larangan menggunakan trotoar sebagai

tempat berjualan dan usaha”, huruf f yang berbunyi “Larangan berjualan makanan

dan minuman di sembarang tempat”, huruf g yang berbunyi “Larangan berjualan

makanan dan minuman secara terbuka/tanpa tenda/tanpa lampu di malam hari”.

Perda No 6 tahun 1993 sebagai juklak penataan dan pembinaan Pedagang

Kaki Lima, diharapkan dapat dibina menjadi tertib. Draft RUU telah diajukan

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, telah disetujui oleh DPR dan menunggu

pengesahan dari Departemen Dalam Negeri melalui Gubernur Jawa Tengah.

Pertumbuhan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo sangat cepat,

mengingat perkembangan kondisi Kabupaten Sukoharjo mempunyai prospek

cerah lahan. Pedagang Kaki Lima dalam mengantisipasi krisis moneter,

sempitnya lapangan kerja dan sulit mencari pekerjaan. Hal ini nampak telah

terjadi beralihnya fungsi trotoar, bahu jalan, ruang terbuka dimanfaatkan

Pedagang Kaki Lima, misalnya di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman. Para

Pedagang Kaki Lima berjualan mulai dari pukul 08.00 WIB hingga 21.00 WIB

dengan sarana usaha bersifat tidak bongkar pasang dalam bentuk gerobak atau

tenda.

Page 91: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Sampai saat ini pihak Dinas Pasar Kabupaten Sukoharjo dan Kantor

Satuan Polisi Pamong Praja sendiri belum memberikan perijinan bagi para

Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo secara tertulis, dikarenakan di

dalam Kabupaten Sukoharjo belum ada Peraturan Daerah khusus yang mengatur

keberadaan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo, sementara melakukan

penataan dan pembinaan terhadap para Pedagang Kaki Lima agar tertata dengan

teratur, tertib dan menciptakan keindahan, kebersihan dan keseragaman yang

dapat menimbulkan ketertarikan wisatawan, sehingga Kabupaten Sukoharjo

menjadi Kabupaten yang bersih, rapi, teratur, tertib, bersih dan indah sesuai

dengan semboyan Sukoharjo Makmur.

2. Proses Penataan dan Pembinaan Terhadap Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat II Sukoharjo Nomor 6 Tahun 1993 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1993 tentang kebersihan, ketertiban,

dan keindahan kota terhadap penataan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima ini

dilandasi oleh sebuah pemikiran bahwa pembangunan Kabupaten Sukoharjo

merupakan bagian dari Pembangunan Nasional yaitu pembangunan manusia

seutuhnya dan masyarakat seluruhnya, merata baik materiil maupun spiritual

berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Potensi dari pembangunan nasional adalah usaha di bidang sektor

informal. Pedagang Kaki Lima perlu memperoleh jaminan termasuk

perlindungan, pembinaan, dan pengaturan dalam rangka melakukan usahanya

agar dapat berdaya guna dan berhasil, sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraannya. Berdasarkan hasil tersebut dipandang perlu untuk menyusun

dan menetapkan Peraturan Daerah yang mengatur Pedagang Kaki Lima di

Kabupaten Sukoharjo.

Pedagang Kaki Lima adalah orang yang melakukan usaha dagang dan atau

tidak menggunakan sesuatu dalam melaksanakan kegiatan usaha dagang. Tempat

usaha Pedagang Kaki Lima adalah tempat umum yaitu tepi-tepi jalan umum,

trotoar dan lapangan serta tempat lain, di atas tanah negara.

Menjaga ketertiban, keamanan, ketentraman, dan kebersihan kabupaten

Sukoharjo, Pedagang Kaki Lima dilarang untuk menggunakan tempat-tempat atau

fasilitas umum termasuk parit, tanggul, taman kota, jalur hijau, cagar budaya,

Page 92: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

monumen, sekolah, sekitar tempat ibadah sebagai tempat kegiatan usaha.

Berkaitan dengan kewajiban Pedagang Kaki Lima harus menjaga dan

bertanggung jawab tempat usahanya, agar setiap saat selalu keadaan bersih, sehat,

rapi dan indah. Para pedagang diwajibkan untuk menyediakan keranjang sampah,

penampungan limbah cair yang kemudian dibuang ke saluran air limbah. Hal ini

terutama bagi para pedagang yang bergerak di bidang usaha makanan dan

minuman.

Pembuatan tempat dagang para Pedagang Kaki Lima harus mematuhi

persyaratan-persyaratan yang ditentukan yaitu : (a) kerangka dibuat knock

down/bongkar pasang, tidak permanen, atau dengan gerobak dorong; (b) tidak

berdinding tembok, triplek kayu, atau sejenisnya; (c) atap tidak terbuat dari

genteng, seng, asbes, dan sejenisnya; (d) tempat usaha luasnya maksimum

panjang 10 meter dan lebar 2,5 meter. Tempat berjualan harus dibongkar apabila

para Pedagang Kaki Lima tidak berjualan dan yang memakai gerobag dorong

harus dipindahkan, dan dilarang untuk diletakkan dipinggir jalan.

Dalam kepentingan pengaturan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan

Pedagang Kaki Lima A, maka dibentuk sebuah Tim Pembinaan dari beberapa

instansi terkait yang berkewajiban memberikan pembinaan berupa bimbingan dan

penyuluhan. Adapun tugas utama Tim Pembinaan Pedagang Kaki Lima adalah :

(a) mengadakan pembinaan dan pengarahan teknis kewirausahaan kepada

pedagang; (b) memberikan pertimbangan dan sarana lokasi yang ditunjuk dan

ditetapkan untuk tempat usaha; dan (c) melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya

pada atasan.

Proses penataan terhadap Pedagang Kaki Lima kebijakan yang diterapkan

oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut :

a. Pedagang Kaki Lima dalam menjalankan usahanya harus mendapatkan Ijin

Penggunaan Tempat Usaha dari Bupati Sukoharjo.

b. Ijin diajukan dengan cara mendaftarkan diri serta memenuhi persyaratan yang

telah tetapkan.

c. Ijin tersebut dapat dicabut apabila :

1) Pemegang ijin melanggar ketentuan yang tercantum dalam surat ijin.

Page 93: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

2) Tempat usaha yang bersangkutan tidak lagi ditetapkan sebagai tempat

usaha Pedagang Kaki Lima.

3) Pemegang ijin melanggar ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang

berlaku.

Dalam hal pencabutan ijin, Pedagang Kaki Lima tidak diberikan ganti

rugi.

d. Setiap Pedagang Kaki Lima harus bertanggung jawab terhadap ketertiban,

kerapian, kebersihan, keindahan, kesehatan lingkungan dan keamanan di

sekitar tempat usaha.

e. Penataan letak dan bentuk dasaran Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan

penekanan tempat usaha dalam bentuk knock down (bongkar pasang).

f. Melakukan relokasi terhadap Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menempati

jalur-jalur hijau, badan-badan jalan, taman-taman kota, dan tempat-tempat

larangan lainnya dalam rangka penertiban.

Proses pembinaan terhadap Pedagang Kaki Lima, kegiatan yang ditempuh

oleh Kabupaten Sukoharjo adalah dengan cara menumbuhkan pengertian kepada

para Pedagang Kaki Lima akan hak-haknya dan juga memberikan suatu

pemahaman mengenai kewajiban-kewajiban yang harus mereka lakukan. Program

pembinaan ini dilakukan dengan cara melaksanakan sosialisai kebijakan lewat

penyuluhan atau pertemuan-pertemuan dengan paguyuban-paguyuban Pedagang

Kaki Lima.

3. Pendekatan Penataan Pedagang Kaki Lima yang Manusiawi

Problematika sektor informal di perkotaan tidak dapat ditangani dengan

melakukan penertiban Pedagang Kaki Lima saja, berdasarkan atas sudut pandang

petugas tramtib dan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. Diperlukan pendekatan

baru yang dapat memadukan antara pendekatan penertiban, unsur pemberian

hukuman lebih diutamakan kepada Pedagang Kaki Lima yang dianggap

melanggar Peraturan Daerah dengan pendekatan lainnya. Pendekatan lainnya

tersebut adalah pendekatan kesejahteraan, pendekatan kesejahteraan lebih

mengutamakan peluang kerja dan pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih

harmonis. Program terpadu tersebut selanjutnya disebut dengan penekanan

Page 94: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Pedagang Kaki Lima yang lebih manusiawi artinya Pedagang Kaki Lima yang

terlatih dan terpenuhi kesejahteraannya.

Pendekatan terpadu antara penertiban dengan kesejahteraan yang disebut

sebagai “pendekatan penataan secara manusiawi” ini mengandung empat strategi

dasar, yaitu :

a. Ketaatan Terhadap Peraturan Daerah (The law or Strategy)

Program Evaluasi Perda dalam Penataan Pedagang Kaki Lima, kegiatan ini

dilakukan melalui survey sosial dalam bentuk report card untuk mengetahui

efektivitas pemberlakuan Peraturan Daerah dan peraturan lainnya dalam

penataan Pedagang Kaki Lima.

b. Pelayanan Petugas yang Humanis (The Front Line)

Program nota kesepakatan kabupaten dan Pedagang Kaki Lima, kegiatan ini

dilakukan dengan pembuatan citizen character untuk membuat nota

kesepakatan bersama antara petugas sebagai front line dan pemerintah

kabupaten dengan Pedagang Kaki Lima.

c. Budaya Wiraswasta Pedagang Kaki Lima (The Entrepres Strategi)

Program kelompok dan organisasi Pedagang Kaki Lima, pengembangan

kegiatan ini dilakukan dengan cara membuat perkumpulan antar Pedagang

Kaki Lima dengan tujuan untuk memudahkan pendampingan dan

pengorganisasian dari kegiatan Pedagang Kaki Lima.

d. Pencapaian Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kaki Lima (The Family

Welfare Strategy)

Program Perlindungan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga, kegiatan ini

bertujuan memberikan perlindungan dan jaminan sosial bagi anggota keluarga

Pedagang Kaki Lima, karena kondisi kehidupan Pedagang Kaki Lima yang

rentan dan tidak menentu.

Kesepakatan dibuat untuk dimasukkan dalam program community

building artinya interaksi dan realisasi yang harmonis serta partisipatoris

melibatkan setiap kelompok (stockholder), sehingga diharapkan menjadi “Win-

win solution” bagi semua pihak, baik pihak Pemerintah Kabupaten Sukoharjo,

komunitas Pedagang Kaki Lima, serta masyarakat setempat.

Page 95: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Salah satu program kerja Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Sukoharjo yang menjadi target di tahun 2007 adalah melakukan upaya Penataan

dan Pembinaan terhadap Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo. Target

Penataan dan Pembinaan terhadap Pedagang Kaki Lima ini dilakukan dengan

cara-cara sebagai berikut:

a. Melakukan penertiban para Pedagang Kaki Lima agar tidak menempati

tempat-tempat terlarang untuk berjuala, mematuhi waktu yang telah

ditentukan oleh pihak Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Sukoharjo, beberapa tempat terlarang diantaranya adalah Jl.Jenderal

Sudirman, JL.Slamet Riyadi, Jl.Veteran, Jl.Muwardi dan jalan-jalan lainnya.

Waktu-waktu yang tidak di perbolehkan untuk berjualan yaitu pada pukul

06.00-15.00 WIB.

b. Melakukan pembinaan dan penataan terhadap Pedagang Kaki Lima agar

terciptanya keseragaman tenda-tenda ukuran 3x2m agar tercipta keseragaman,

sehingga terlihat indah, rapi, shelter dibuatseragam dan mudah bongkar

pasangnya.

c. Pembinaan lainnya adalah tidak menempati bahu-bahu jalan, trotoar dan

mengacu pada petunjuk sosialisasi dari Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Sukoharjo .

d. Tahun 2007-2008 diharapkan dapat terealisasi konseppembinaan dan penataan

Pedagang Kaki Lima sesuai Perda yang ada.

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dalam hal ini Kantor Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Sukoharjo belum ada solusi untuk merelokasi para

Pedagang Kaki Lima disebabkan belum berkelompok-kelompok jadi masih

mudah untuk ditertibkan dan upaya-upaya Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Sukoharjo. Penertiban dilakukan tidak serentak, karena bila dilakukan

dengan serentak itu akan mengakibatkan kekuatan bagi Pedagang Kaki Lima

untuk penentang upaya Satpol PP. Selanjutnya dalam Wilayah Kabupaten

Sukoharjo prosentase perkembangan Pedagang Kaki Lima sangat banyak karena

ditiap-tiap kecamatan berpenduduk relatif banyak dan itu memunculkan

terjadinya perkembangan Pedagang Kaki Lima, contoh Kecamatan Kartasura

Page 96: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

berjumlah 140 Pedagang Kaki Lima, Kecamatan Baki berjumlah 53 Pedagang

Kaki Lima, Kecamatan Grogol berjumlah 135 Pedagang Kaki Lima, Kecamatan

Sukoharjo berjumlah 124 Pedagang Kaki Lima, Kecamatan Bekonang berjumlah

144 Pedagang Kaki Lima, Kecamatan Tawangsari berjumlah 101 Pedagang Kaki

Lima, Kecamatan Nguter berjumlah 108 Pedagang Kaki Lima dan masih banyak

kecamatan-kecamatan lainnya. Sementara ini target penataan dan pembinaan para

Pedagang Kaki Lima Kabupaten Sukoharjo hanya sebatas pengkaplingan-

pengkaplingan, dimana dalam pengkaplingan dibatasi disetiap Pedagang Kaki

Lima hanya boleh membuat tenda tidak lebih dari 3x2 m, ada jam-jam batasan

untuk berjualan dan sistem pembangunan tenda harus sistem knock down. Contoh

lokasi pengkaplingan seperti di BRSUD Pedagang Kaki Lima diijinkan berjualan

di sebelah utara gedung BRSUD, Pedagang Kaki Lima diperbolehkan berjualan di

Jalan Jenderal Sudirman (kota) tetapi hanya di depan Kantor Pegadaian, Pedagang

Kaki Lima di jalan selatan Proliman dialihkan ke jalan menuju Kantor Pos.

Dengan adanya pengkaplingan-pengkaplingan terhadap Pedagang Kaki Lima,

diharapkan dapat tertata rapi, jika upaya Kantor Satuan Polisi Pamong Praja di

tentang oleh para Pedagang Kaki Lima maka Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

akan menindak dan memberi sanksi bagi Pedagang Kaki Lima yang melanggar.

Berdasarkan analisis data primer upaya pengkaplingan terhadap Pedagang

Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo sudah berjalan, tetapi tempat relokasi untuk

Pedagang Kaki Lima belum ada dikarenakan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten

Sukoharjo belum berkelompok-berkelompok sehingga tidak begitu menyulitkan

petugas dalam melakukan penataan.

Page 97: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut :

1. Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo Terinspirasi dalam Pasal 5 huruf f, g

dan h Penegakan Perda Tingkat II Sukoharjo Nomor 6 Tahun 1993. Diketahui

hasil survey terbukti jumlah Pedagang Kaki Lima yang berada di 7 wilayah

Kecamatan Sukoharjo sebesar 805 dengan keragaman kegiatan 45 jenis, sehingga

terdapat 1.610 orang termasuk tenaga kerja aktif dan lowongan pekerjaan yang

terdata tersedia 45 jenis Keuntungan munculnya Pedagang Kaki lima, maka

pengangguran dapat teratasi 50% dari ketersediaan pekerjaan diluar program

Pemerintah yang diketemukan dalam penelitian melalui keberadaan Pedagang

Kakai Lima

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Bupati Sukoharjo

dalam penegakan Perda Tingkat II Sukoharjo Nomor 6 tahun 1993 terhadap

Page 98: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Pembinaan Dan Penataan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo, antara

lain :

a. Faktor Struktur Hukum

Segi hukum belum ada aturan yang mengatur tentang jaminan

perlindungan rakyat kecil. Belum ada undang-undang UMKM yang

memberikan perlindungan hukum pada masyarakat. Penataan oleh Satpol PP

terhadap Pedagang Kaki Lima berdasarkan perundang-undangan yang

berlaku belum mengakses langsung sasaran penataan / pembinaan terhadap

Pedagang Kaki Lima.

Aparat penegak hukum dimaksud adalah Satuan Polisi Pamong Praja

atau Satpol PP dalam menegakkan aturan atau ketentuan tidak bisa lepas dari

aparat penegak hukum, karena keberadannya diharapkan bisa dengan segera

mengatasi dan memecahkan masalah dengan cepat tanpa merugikan salah satu

pihak. Satuan Tugas Penertiban Terpadu seharusnya melakukan operasi,

penyuluhan, pembinaan dan penegakan hukum secara berkala nampaknya

tidak bisa berbuat banyak, kemacetan lalu lintas di jalan protokol Kabupaten

Sukoharjo terlihat masih ada.

b. Faktor Substansi

Penataan Pedagang Kaki Lima belum satu paket dengan solusinya,

sehingga akan menimbulkan dampak pengangguran yang berlebihan dan

pengurangan lapangan kerja. Operasional Satpol PP armada dan alat

komunikasi terbatas, dengan perbandingan 1 : 30 di dalam pelaksanaan

penataan Pedagang Kaki Lima .

Masyarakat mengawali berdagang kebanyakan tidak berijin dan selalu

bergejolak bila diadakan penataan. Satpol PP dalam penataan selalu

berlandaskan Perda, sehingga sasarannya selalu dan merugikan di pihak

masyarakat. Seharusnya pihak Pemkab harus menggunakan prinsip win-win

solution.

c. Faktor Kultur;

Page 99: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Pada kenyataanya Pedagang Kaki Lima dapat diperdayagunakan. Pemkab

didalam pelaksanaan tidak harus menciderai rakyat dengan jalan kekerasan,

sehingga perlu perda yang mengatur tentang UMKM. Faktor politik;

masyarakat dimasukan dalam Political Will, implementasi kebijakan hanya

sebatas slogan saja, sehingga masyarakat hanya beranggapan merasa hidup

aman, tetntram dan nyaman. Pemkab didalam rencana satu tahun (restran) dari

implementasi kebijakan publik berdalih mengayomi rakyat kecil. Faktor

ekonomi; Pedagang Kaki Lima belum terakses dalam permodalan BPR

maupun perbankan. Pemkab hanya memandang, bahwa Pedagang Kaki Llima

ini merugikan dan membuat masalah dalam penataan tata ruang, sehingga

terjadi pemborosan anggaran dalam penataan Pedagang Kaki Lima . Pemkab

selalu menarik retribusi untuk mencapai target APBD, tanpa

mempertimbangkan kelangsungan hidup Pedagang Kaki Lima karena adanya

ketertiban.

3. Proses penataan letak dan bentuk dasaran Pedagang Kaki Lima sesuai Perda

Tingkat II Sukoharjo No. 6 Tahun 1993 membuktikan hasil operasi yang

dilakukan Satpol PP jumlah keseluruhan Pedagang Kaki Lima sebesar 805 rincian

hasil penataan yang diperingatkan 49,7 % dan pembongkaran rerata 28 %,

selanjutnya diklasifikasikan menjadi kategori Pedagang Kaki Lima tertib 274,

kategori Pedagang Kaki Lima dibina 357dan kategori Pedagang Kaki Lima liar

174. Akhirnya kinerja Satpol PP dalam penataan representatif belum optimal

karena masih 23,98 % Pedagang Kaki Lima liar, menjadi program kerja tahun

anggaran 2008 kategori yang belum ditangani 212 Pedagang Kaki Lima.

B. Saran

1. Perlu adanya peninjauan, revisi ataupun perombakan terhadap Perda yang

mengatur masalah penertiban, pembinaan, dan penataan Pedagang Kaki Lima di

Kabupaten Sukoharjo (Perda Tingkat II Sukoharjo No. 6 Tahun 1993) untuk

disesuaikan dengan keadaan/kondisi pada saat ini. Serta diperlukan adanya

Page 100: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

ketegasan, konsekuensi dan konsistensi Satpol PP dalam penertiban, penataan dan

pembinaan Pedagang Kaki Lima, sebagai contoh tidak membeda-beda antara

pedagang satu dengan yang lain.

2. Guna meningkatkan kualitas Satpol PP perlu adanya pendidikan dan latihan yang

menyangkut dengan masalah pembinaan dan penertiban, serta membina

kedisiplinan dalam tugas. Sebagai contoh tegas dalam memberikan sanksi pada

pedagang yang tidak patuh.

3. Perlu adanya sosialisasi tentang pembinaan dan penertiban kepada para Pedagang

Kaki Lima, sehingga meraka merasa diikutsertakan dalam penegakan hukum.

4. Perlu adanya komunikasi secara langsung, terbuka dan saling mengetahui

kelebihan dan kekurangan masing-masing pihak, selanjutnya akan menciptakan

suatu persamaan persepsi tentang arti penertiban, pembinaan dan penataan

Pedagang Kaki Lima, sehingga dapat mendukung sebuah program kebijakan yang

dijalankan, yaitu: Penegakan Perda Tingkat II Sukoharjo No. 6 Tahun 1993

tentang Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan Kota terhadap Penataan dan

Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo.

Page 101: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku : Arikunto, Suharsimi. 2001. Metode Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Alexander, Harry. 2004. Panduan Perancangan Peraturan Daerah Di Indonesia. Jakarta

: XSYS Solusindo. Agung M. Harsiwi. 2003. Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Keberadaan Pedagang

Kaki Lima. Diakses dari www. otda.org. Andrik Purwasito. 2003. Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Di Aras Lokal

Munculnya Supremasi Baru. Di akses dari www. otda. org. HB. Sutopo. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press. J. Rachbini, Didik dan Hamid, Abdul. 1994. Ekonomi Informal Perkotaan.

Jakarta : PT. Pustaka LP3ES.

Lexy J. Maleong. 1993. Metode Penelitian Kualiitatif. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya.

Miles and Huberman (1994:429, dikutip oleh Burhan Bungin). 2001. Metodologi

Penelitian Kualitatif-Aktualisasi Metodologis Kearah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

Sjaiful Rachman. 2004. Pembangunan Otonomi Daerah. Jakarta : Yayasan Pancur

Siwah. Satjipto Raharjo (Penyunting : Khudzaifah Dimiyati). 2003. Sosiologi Hukum

Perkembangan Metode Dan Pilihan Masalah. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Satjipto Raharjo. 1983. Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Bandung

: Sinar Baru.

Page 102: DANANG VIDRI ADITYA - digilib.uns.ac.id · M O T T O Kecemasan selalu menghampiri setiap orang yang menghadapi kesulitan, namun rasa cemas itu sendiri ... Kebahagiaan terbesar dalam

Soerjono Soekanto. 2002. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soerjono Soekanto dan Abdullah Mustafa. 1982. Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat.

Jakarta : CV. Rajawali. Soerjono Soekanto. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia

Press. Ronny Hanitijo Soemitro. 1980. Perasalahan Hukum Didalam Masyarakat. Bandung :

Alumni. Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum Kantor

Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sukoharjo tanggal 7 April 2007. Peraturan perundang-undangan : Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Perda Kabupaten Sukoharjo No. 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan, Ketertiban dan

Keindahan Dalam Wilayah Kabupaten dalam kaitannya terhadap pembinaan dan Penataan PKL di Kabupaten Sukoharjo

Surat Keputusan Bupati Sukoharjo No. 300-05/351/2005 tentang Pembentukan Tim

Pembinaan, Pengawasan, dan Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) Kabupaten Sukoharjo