danang kumara hadi ftp 09 unej.pdf

Upload: panji-trisna

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ.pdf

    1/9

    [Get a Cbox] refresh

    name e-mail / url

    message Go

    help smilies cbox

    Proses Pengolahan KopiPada kegiatan praktikum kali ini, kami melakukan praktikum pengolahan kopi yang terdiri

    atas beberapa kegiatan, yaitu pengamatan buah kopi, pembuatan kopi bubuk, kegiatan

    mencampur kopi bubuk dengan bahan pencampur, dan pembuatan sirup kopi jahe.

    Kopi yang dalam bahasa Arabnya disebut Kahwa dapat dijadikan sebagai minumannon alkoholik dengan aroma dan yang rasa khas. Kopi diperoleh dari buah tanaman kopi

    (Coffea sp) yang termasuk familia Rubiaceace dan genus Coffea. Kopi memiliki banyak

    varietas dan beberapa cara pengolahan . Ada sekitar 4500 varietas kopi di dunia yang terbagi

    ke dalam empat golongan besar, yaitu Coffea canephora, Coffe arabica, Coffea exelsa, dan

    Coffea Liberika. Di Indonesia, dibudidayakan tiga varietas kopi, yaitu Coffea robusta, Coffea

    arabica,dan Coffea liberika. Tanaman kopi umumnya mulai berbunga setelah berumur 2

    tahun, berbunga secara serempak dan bergerombol, daunnya berbentuk bulat telur, ujungnya

    agak meruncing, umumnya memiliki biji berkeping dua, dan berbatang tegak lurus (Najiati

    dan Danarti, 2001).

    A.Struktur Buah Kopi

    Untuk dapat mengetahui struktur buah kopi yang lengkap perlu dilakukan suatu

    pengirisan seperti pengirisan melintang sehingga akan tampak irisan melintangnya. Buah

    kopi memiliki struktur buah seperti di bawah ini:

    Bagian-bagian buah kopi terdiri atas:

    1. Kulit luar (Exocarp) : merupakan bagian terluar dari buah kopi yang terdiri atas lapisan

    tipis, liat, dan pada buah yang masih muda akan berwarna hijau tua lalu berangsur -

    angsur berwarna hijau kuning, kuning, merah hingga merah kehitaman

    2. Lapisan daging buah (Mexocarp) : merupakan daging buah yang berlendir dan rasanya

    agak manis apabila sudah masak.

    3. Lapisan kulit tanduk (Endocarp) : merupakan kulit bagian dalam dengan strukturcukup

    keras dan disebut kulit tanduk

    4. Biji kopi terdiri dari 2 bagian, yaitu:

    - Putih lembaga / endosperm terdapat lembaga (embrio)

    - Kulit ari / kulit biji

    5. Celah merupakan rongga kosong berupa saluran memanjang sepanjang ukuran biji

    Komposisi buah kopi adalah sebagai berikut:

    40 % terdiri dari pulp,

    20 % lendir (mucilage) dan

    40 % adalah biji kopi dan kulit majemuk.

    Buah kopi yang sudah masak umumnya berwarna kuning kemerahan sampai merah

    tua (merah kehitaman bila lewat masak), tetapi ada pula yang belum cukup tua sudah

    berwarna kuning kemerahan pucat yaitu buah kopi yang terserang hama bubuk buah kopi.

    Buah kopi biasanya memiliki dua keping biji, tetapi juga ada yang hanya mengandung satu

    keping biji saja bahkan ada yang tidak mempunyai keping biji sama sekali yang disebut kopi

    gabug (Djumarti, 1999).

    Berdasarkan hasil pengamatan praktikum terhadap buah kopi, diketahui bahwa buah

    kopi yang masih muda berwarna hijau hingga hijau tua, buah kopi yang tua (nyadam)

    berwarna hijau kemerahan, oranye hingga merah kekuningan, dan buah kopi yang matang

    (lewat masak) berwarna merah tua hingga merah kehitaman.Hal ini sudah sesuai dengan

    > > > >

    HOME POSTS RSS COMMENTS RSS EDIT

    Search here...

    http://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/feeds/posts/defaulthttp://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/feeds/comments/defaulthttp://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/feeds/comments/defaulthttp://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/feeds/posts/defaulthttp://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/
  • 7/21/2019 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ.pdf

    2/9

    1/10/2014 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ. : Proses Pengolahan Kopi

    http://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/2011/05/proses-pengolahan-kopi.html

    Blog Archive

    2012 (12)

    2011 (35)

    November (1)

    June (3)

    May (31)

    Gula dan Asam

    Evaporasi

    Pendinginan

    Blanching

    Pengupasan

    Penggaraman

    Pengemasan

    Proses Pengolahan Teh

    Proses Pengolahan Kopi

    Proses Pengolahan Kakao

    Analisa Vitamin C & Betacaroten

    Analisa Lipid

    KSLD (Kurva Standar Limit Deteksi)

    Analisa Karbohidrat

    Analisa Kalibrasi

    Kadar Air

    Kadar Abu

    Sanitasi Bahan Pangan Segar

    Sanitasi Pekerja

    Hukum Beer-Lambert

    Spektrofotometri

    Minimal Processing buah

    Etilen

    JENIS-JENIS PENGEMAS

    Peralatan Mikrobiologi

    Mikrobiologi

    PERSIAPAN MEDIA DAN LARUTANPENGENCER

    Potensiometri

    pendinginan dan Chilling Injury

    Mekanisme Arang Aktif

    mekanisme karbit dalam proses pematanganbuah

    Followers

    literatur. Namun, dari hasil kelompok 2 diketahui bahwa warna buah kopi matang adalah

    hijau kemerahan. Hal ini tidak sesuai dengan literatur dan ini dapat disebabkan oleh

    kesalahan dalam pengamatan yang kurang cermat. Ukuran besar ditinjau dari panjang dan

    lebar buah kopi pada 3 tingkat kematangan adalah bervariasi dan cenderung berkisar pada

    nilai 1,1-1,831 cm (panjang) dan berkisar di antara nilai 1,2-1,7 cm (lebar). Berat buah kopi

    pada 3 tingkat kematangan juga bervariasi, cenderung berkisar pada nilai 1,2-2,6173 gram

    dan berat buah yang sudah masak (lewat masak) dari hasil beberapa kelompok cenderung

    lebih berat daripada buah yang masih muda karena total padatan pada buah yang masak

    akan lebih banyak. Ukuran keseragaman buah kopi pada 3 tingkat kematangan adalah

    cenderung tidak seragam karena berat, panjang, dan lebarnya berbeda cukup jauh. Namun,

    hasil pengamatan kelompok 2 dan 6 menunjukkan bahwa buah kopi muda memilikikeseragaman serta hasil pengamatan kelompok 1 menunjukkan bahwa buah kopi nyadam

    dan matang adalah seragam. Adanya perbedaan hasil ini disebabkan karena perbedaan

    pengamat dan tingkat kecermatan dalam pengamatan sehingga pengamatan ini bersifat

    subyektif tergantung pada masing-masing pengamat.

    B.Teknologi Pengolahan Buah Kopi

    Setelah proses pemanenan, maka buah kopi akan memasuki tahapan pengolahan lalu

    dipasarkan. Kopi yang dipasarkan biasanya berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari

    daging buah dan kulit arinya (disebut kopi beras). Pengolahan pada buah kopi bertujuan

    untuk memisahkan biji kopi dari kulitnya dan mengeringkan biji kopi tersebut sehingga

    diperoleh kopi beras dengan kadar air 10-13 % dan siap dipasarkan.

    Kopi beras yang sudah siap untuk diperdagangkan berasal dari buah kopi basah yang

    telah mengalami beberapa tingkat proses pengolahan. Secara garis besar dan berdasarkan

    cara kerjanya, maka terdapat dua cara pengolahan buah kopi basah menjadi kopi beras, yaitu

    yang disebut pengolahan buah kopi cara basah dan cara kering. Pengolahan buah kopi

    secara basah biasa disebut W.I..B. (West lndische Bereiding), sedangkan pengolahan cara

    kering biasa disebut O.I.B. (Ost Indische Bereiding) (Anonim, 2008:2).

    Pengolahan Cara Kering

    Pengolahan cara kering seringkali digunakan oleh kalangan petani karena membutuhkan

    biaya investasi yang cukup rendah dan peralatan yang cukup sederhana. Metode pengolahan

    ini biasanya dilakukan untuk mengolah kopi berwarna hijau, kopi hampa, dan kopi yang

    terserang bubuk (penyakit). Tahapan pengolahannya adalah sebagai berikut:

    1.Sortasi gelondong

    Teknik sortasi ini dilakukan dengan cara memisahkan kopi yang berwarna hijau,

    hampa, dan terserang bubuk (penyakit) yang baru datang dari kebun dengan kopi yang sehat

    dan berwarna merah (kopi berwarna merah akan menghasilkan kopi bermutu baik).

    2.Pengeringan

    Proses ini bertujuan untuk menurunkan kadar air biji kopi dari 53-55 % menjadi 8

    10 % sehingga kopi tidak mudah terserang cendawan dan tidak mudah pecah ketika di

    hulling.Teknik ini dapat dilakukan secara alami dengan cara dijemur di bawah sinar matahari

    selama 2-3 minggu, pengeringan buatan (mesin pengering), atau dengan kombinasi antara

    pengeringan alami dan buatan hingga diperoleh kopi dengan kadar air sekitar 10-13%.

    3.Hulling

    Proses hulling pada pengolahan cara kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi

    dari kulit buah, kulit tanduk, dan kulit arinya. Hulling dapat dilakukan dengan huller yang

    terdiri atas 3 tipe, yaitu huller manual, huller dengan penggerak motor, dan hummer mill.

    4.Sortasi biji

    Proses ini bertujuan untuk untuk membersihkan/memisahkan kopi beras dari

    kotoran sehingga memenuhi syarat mutu dan mengklasifikasikan kopi tersebut menurut

    standar mutu yg telah ditetapkan, misalnya ditinjau dari keseragaman biji, warna biji, serta

    utuh atau pecahnya biji.(Ciptadi dan Nasution, 1978).

    Pengolahan Cara Basah

    Pengolahan cara basah seringkali digunakan oleh perusahaan karena membutuhkan biaya

    investasi yang cukup besar dan peralatan yang kompleks/modern (tidak sederhana). Metode

    pengolahan ini biasanya dilakukan untuk mengolah kopi yang berwarna merah dan sehat.

    Tahapan pengolahannya adalah sebagai berikut:

    1.Sortasi gelondong

    Kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan kopi sehat berwarna merah dari kopi

    berwarna hijau, hampa, dan terserang bubuk (penyakit). Alat sortasinya berupa bak

    gelondong. Teknik ini dilakukan cara memasukkan kopi ke dalam bak sortasi lalu diisi

    dengan air sampai penuh kemudian diaduk. Kopi yang hampa, terserang bubuk atau tidak

    sehat akan mengapung di atas permukaan air dan akan diolah secara kering. Sedangkan kopi

  • 7/21/2019 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ.pdf

    3/9

    1/10/2014 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ. : Proses Pengolahan Kopi

    http://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/2011/05/proses-pengolahan-kopi.html

    Join this site

    with Google Friend Connect

    Members (5)

    Already a member? Sign in

    About Me

    Danang Kumara Hadi

    View my complete profile

    Powered by Blogger.

    yang bernas (baik) akan tenggelam di dasar bak dan ini akan disalurkan ke mesin pulper

    untuk selanjutnya diolah secara basah.

    2.Pulping (pengupasan kulit buah)

    Tujuan pulping adalah untuk memisahkan biji kopi dari kulit buahnya sehingga

    hanya akan diperoleh biji kopi yang masih terbungkus oleh kulit tanduknya. Alat yang

    digunakan adalah mesin pulper. Ada 2 tipe mesin pulper yaitu vis pulper dan raung pulper.

    Vis pulper berfungsi sebagai pengupas kulit saja sehingga biji kopi masih perlu difermentasi

    dan dicuci lagi. Sedangkan raung pulper juga berfungsi sebagai pencuci sehingga hasilnya

    tidak perlu difermentasi dan dicuci lagi tetapi dapat langssung dikeringkan karena sudah

    bebas dari lendir. Mesin pulper punya 2 bagian penting berupa silinder dan plat pememar.

    Pada saat melewati bagian ini, biji kopi akan tergencet dan terkelupas kulitnya. Biasanyasetiap mesin dilengkapi 2-3 silinder (Najiati dan Danarti, 2001).

    3.Fermentasi

    Proses fermentasi bertujuan untuk menghilangkan lapisan daging buah berlendir

    yang melekat pada kulit tanduk (parchement) disebut mucilage. Proses ini dilakukan

    dengan bantuan kegiatan jazad renik bakteri asam laktat yang menyebabkan pemecahan

    komponen lapisan lendir yaitu protopektin dan gula diurai menjadi asam-asam dan alkohol

    sehingga lapisan lendir mudah terlepas dari kulit tanduknya. Lama fermentasi sekitar 1,5

    4,5 hari karena bila terlalu lama (over fermented) akan menghasilkan kopi beras berbau apek

    sebab telah terjadi pemecahan komponen isi putih lembaga.

    Macam cara fermentasi

    vFermentasi basah : dilakukan dengan cara kopi direndam 10 jam, air dikeluarkan

    melalui lubang-lubang di bagian bawah bak sambil diaduk-aduk, lalu diisi air lagi

    setiap 3-4 jam air rendaman diganti sambil diaduk. Lama fermentasi 36-40 jam, bila

    lebih kopi berbau busuk dan mutunya rendah.

    vFermentasi kering : dilakukan dengan cara menumpuk kopi yang baru keluar dari

    mesin pulper dan ditutup dengan goni agar lembab, lalu setiap 5-6 jam diaduk agar

    fermentasi merata. Lama fermentasi 2-3 hari.

    Perubahan-perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah sebagai berikut :

    a. Pemecahan komponen mucilage

    Lapisan berlendir mempunyai bagian terpenting berupa komponen protopektin yaitu

    suatu insoluble complex tempat terjadinya meta cellular lactice dari daging buah. Material

    inilah yang terpecah dalam proses fementasi. Ada yang berpendapat bahwa tejadinya

    pemecahan getah itu adalah sebagai akibat bekerjanya suatu enzim yang terdapat dalam buah

    kopi. Enzim ini termasuk sejenis katalase yang akan memecah protopektin dalam buah kopi.

    Kondisi fermentasi dengan pH 5.5-6.0, pemecahan getah akan berjalan cukup cepat. Apabila

    pH diturunkan menjadi, 4.0 maka kecepatan pemecahan akan menjadi tiga kali lebih cepat

    dan apabila pH 3.65 pemecahan akan menjadi dua kali lebih cepat. Dengan penambahan

    larutan penyangga fosfat sitrat maka kondisi pH akan dapat stabil bagi aktivitas

    protopektinase. Dalam proses fermentasi dapat ditambahkan 0.025 persen enzim pektinase

    yang dihasilkan dari isolasi sejenis kacang. Dengan penambahan 0..025 persen enzim

    pektinase maka fementasi dapat berlangsung selama 5 sampai 10 jam dengan menaikkan

    suhu sedikit. Sedangkan bagi proses fermentasi yang alami diperlukan waktu sekitar 36 jam.

    Pada waktu buah kopi tersebut mengalami pulping sebagian besar enzym tersebut terpisah

    dari kulit dan daging buah, akan tetapi sebagian kecil masih tertinggal dalam bagian sari

    buah kopi.

    b. Pemecahan gula

    Sukrosa merupakan komponen penting dalam daging buah kopi. Kadar gula akan

    meningkat dengan cepat selama proses pematangan buah yang dapat dikenal dengan adanya

    rasa manis. Gula adalah senyawaan yang larut dalam air, oleh karena itu dengan adanya

    proses pencucian lebih dari 15 menit akan banyak menyebabkan terjadinya banyakkehilangan konsentrasinya. Proses difusi gula dari biji melalui parchment ke daging buah

    yang berjalan sangat lambat. Proses ini terjadi sewaktu perendaman dalam bak pengumpul

    dan pemisahan buah. Oleh karena itu kadar gula dalam daging biji akan mempengaruhi

    konsentrasi gula di dalam getah beberapa jam setelah fermentasi. Sebagai hasil proses

    pemecahan gula adalah asam laktat dan asam asetatn dengan kadar asam laktat yang lebih

    besar. Asam-asam lain yang dihasilkan dari proses fermentasi ini adalah etanol, asam butirat

    dan propionat. Asam lain akan memberikan onion flavor.

    c. Perubahan warna kulit biji

    Biji kopi yang telah terpisahkan dari pulp dan parchment maka kulit ari akan

    bewarna coklat. Juga jaringan daging biji akan bewarna sedikit kecoklatan yang tadinya

    bewarna abu-abu atau abu-abu kebiruan. Proses browning ini terjadi akibat oksidasi

    polifenol. Terjadinya warna kecoklatan yang kurang menarik ini dapat dicegah dalam proses

    fermentasi melalui pemakaian air pencucian yang bersifat alkalis (basa)

    http://www.blogger.com/profile/15183658526290724234
  • 7/21/2019 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ.pdf

    4/9

    1/10/2014 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ. : Proses Pengolahan Kopi

    http://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/2011/05/proses-pengolahan-kopi.html

    (http://library.usu.ac.id/download/fp/tekper-ridwansyah4.pdf).

    4.Pencucian

    Pencucian berfungsi untuk menghilangkan lendir ataupun cemaran yang masih

    melekat pada biji kopi. Ada 2 macam cara pencuian, yaitu:

    a). pencucian dengan tangan (hand washing) : biji kopi diaduk dengan tangan/diinjak-injak

    dengan kaki pada air mengalir

    b). pencucian dengan mesin : biji kopi dimasukkan ke dalam mesin pengaduk yang berputar

    pada sumbu horisontal dan mendorong biji kopi dengan air mengalir sehingga lapisan lendir

    yang masih melekat pada biji akan lepas dan terbuang bersama aliran air sehingga apabila

    biji sudah bersih ( tidak licin lagi ) dapat langsung dikeringkan

    5.

    PengeringanProses ini bertujuan untuk menurunkan kadar air biji kopi dari 53-55 % menjadi 8 10 %

    sehingga kopi tidak mudah terserang cendawan dan tidak mudah pecah ketika di hulling.

    Prosesnya dapat dilakukan dengan pengeringan alami (sun drying), pengeringan buatan

    (artificial drying), atau kombinasi antara kedua metode tersebut. Pengeringan

    buatan/mekanis dilakukan melalui penguapan dgn jalan pemanasan. Dalam proses

    penguapan dibedakan menjadi 2 stadium yaitu:

    a. Stadium lembab pada suhu 65o-100oC terjadi penguapan air permukaan sehingga

    kadar air turun dari 55 % menjad 30 %

    b. Stadium higroskopis pada suhu 50o-60oC penguapan air dari dalam sel sehingga

    kadar air turun dari 30 % menjadi 8 10 %, stadium ini sangat penting karena dapat

    mempengaruhi mutu, tetapu apabila terjadiover dried akan mempengaruhi warna.

    6.Hulling (pemecahan kulit tanduk)

    Tujuan hulling pada proses ini adalah untuk memisahkan biji kopi yang sudah keringdari kulit tanduk, dan kulit arinya. Hulling dapat dilakukan dengan huller yang memiliki

    silinder yang dapat berputar horisontal..

    7.Sortasi kering

    Proses ini bertujuan untuk untuk membersihkan/memisahkan kopi beras dari

    kotoran sehingga memenuhi syarat mutu dan mengklasifikasikan kopi tersebut menurut

    standar mutu yg telah ditetapkan, misalnya ditinjau dari keseragaman biji, warna biji, serta

    utuh atau pecahnya biji

    (Soenaryo dan Ismayadi, 1988).

    Secara singkat, perbedaan proses pengolahan kopi cara kering dan cara basah dapat

    dituliskan sebagai berikut:

    1.Pengolahan cara kering

    Dilakukan oleh kalangan petani

    Butuh biaya investasi cukup rendah

    Peralatannya sederhana

    Kopi yang biasa diolah dengan cara ini adalah kopi yang berwarna hijau, kopi

    hampa, dan kopi yang terserang bubuk (penyakit)

    Tahapan pengolahannya terdiri atas 4 macam, yaitu sortasi gelondong,

    pengeringan, hulling, dan sortasi biji

    Tujuan hulling pada proses ini adalah untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah,

    kulit tanduk, dan kulit ari

    Pengupasan kulit buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi

    gelondong)

    2.Pengolahan cara basah

    Dilakukan oleh perusahaan besar

    Butuh biaya investasi yang besar (mahal)

    Peralatannya kompleks (tidak sederhana)Kopi yang biasa diolah dengan cara ini adalah kopi yang sehat dan berwarna merah

    Tahapan pengolahannya terdiri atas 7 macam, yaitu sortasi gelondong, pulping,

    fermentasi, pencucian, pengeringan, hulling, dan sortasi kering

    Tujuan hulling pada proses ini adalah untuk memisahkan biji kopi yang sudah

    kering dari kulit tanduk, dan kulit ari

    Pengupasan kulit buah dilakukan sewaktu buah masih basah (pulping)

    C.Proses Pembuatan Kopi bubuk

    Kopi biji belum mempunyai aroma dan citarasa yang enak. Citarasa baru timbul

    setelah dilakukan proses perendangan (roasting) pada biji kopi. Kopi bubuk diperoleh dari

    proses pengolahan kopi biji yang terdiri atas perendangan/ penyangraian, penggilingan dan

    pengayakan. Flavour kopi yang dihasilkan selama proses pengolahan kopi bubuk dipengaruhi

    oleh jenis kopi yang digunakan, cara pengolahan biji kopi, perendangan, penggilingan,

  • 7/21/2019 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ.pdf

    5/9

    1/10/2014 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ. : Proses Pengolahan Kopi

    http://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/2011/05/proses-pengolahan-kopi.html

    penyimpanan, dan metode penyeduhan kopi. Kopi bubuk yang baik memiliki standar mutu

    tertentu yang telah ditetapkan (Djumarti, 1999).

    Ada beberapa tahapan proses yang dilakukan untuk membuat kopi bubuk, yaitu:

    a)Penyangraian/perendangan/roasting

    Perendangan (penyangraian) merupakan proses pemanasan kopi beras pada suhu

    200o 225 oC. Tujuan penyangraian adalah untuk mendapatkan kopi rendang yang

    berwarna coklat kayu manis kehitaman. Penyangraian juga berfungsi penting dalam

    pembentukan aroma, flavor, dan warna seduhan khas kopi. Berdasarkan suhu penyangraian

    yang digunakan kopi sangrai dibedakan atas 3 golongan yaitu : ligh roast dengan suhu 193oC

    sampai 199C, medium roast dengan suhu 204C dan dark roast denngan suhu 213oC sampai

    221C. Light roast menghilangkan 3-5% kadar air, medium roast 5-8 % dan dark roast 8-14%.

    Selama proses perendangan, biji kopi akan mengalami 2 tahapan proses penting yaitu

    :

    a. Penguapan air pada suhu 100oC

    b. Pirolisis pada suhu 180oC 225oC tahap ini merupakan taha[ terjadinya perubahan

    kimia dengan disertasi degradasi dan sintesis senyawa kimia pada suhu tinggi. Pada tahap ini

    kopi akan mengalami perubahan- perubahan kimia antara lain :

    1. Pengarangan serat kasar

    2. Terbentuknya senyawa volatile

    3. Penguapan zat-zat asam

    4. Terbentuknya zat beraroma khas kopi

    5. Pengurangan berat 10%

    6. Perubahan komposisi kimia

    Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Selama Perendangan/Penyangraian

    1. Swellingselama perendangan akan terbentuk gas-gas CO2yang kemudian mengisi ruang

    di dalam sel atau pori-pori kopi.

    2. Penguapan air

    3. Terbentuk senyawa volatile

    4. Karamelisasi karbohidrat

    5. Pengarangan serat kasar

    6. Denaturasi protein

    7. Terbentuknya gas CO2sebagai hasil oksidasi

    8. Terbentuknya aroma yang khas pada kopi cafeol, diacety, diacetylketon, vanillone,

    eugenol dll.

    9. Perubahan-perubahan warna terjadi secara berturut-turut dari hijau atau coklat muda

    menjadi coklat kayu manis lalu hitam dengan permukaan berminyak. Bila kopi sudah

    berwarna kehitaman dan mudah pecah (retak), maka penyangraian segera dihentikan dan

    kopi segera diangkat lalu didinginkan. Perubahan warna biji kopi menjadi coklat ini

    disebabkan karena terjadinya karamelisasi karbohidrat yang terkandung dalam kopi akibat

    penggunaan suhu yang sangat tinggi dalam proses penyangraian.

    Berikut ini adalah jenis senyawa yang dapat membentuk aroma pada kopi:

    a. Golongan fenol dan asam tidak mudah menguap, seperti asam klorogenat dan asam

    kuinat, asam kafeat, dan riboflavin

    b. Golongan senyawa karbonil netral, seperti formaldehid, aseton dan asetaldehid, vanillin

    c. Golongan senyawa karbonil asam, seperti asetoasetat dan keton kaproat, oksaloasetat,

    hidroksi piruvat, merkaptopiruvat

    d. Golongan asam amino bebas, seperti leusin, isoleusin, alanin, threonin, glysin dan asam

    aspartat.

    e. Golongan asam mudah menguap, seperti asam asetat, asam propionate, asam butirat

    dan asam valerat.

    Perendangan dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup. Perendangan secara

    tertutupakan menghasilkan kopi bubuk yang mempunyai rasa agak asam akibat tertahannya

    air dan beberapa jenis asam yang mudah menguap sehingga aromanya lebih tajam karena

    senyawa kimia yang mempunyai aroma khas kopi tidak banyak yang menguap. Selain itu kopi

    akan terhindar dari pencemaran bau yang berasal dari luar seperti bau bahan bakar atau bau

    gas hasil pembakaran yang tidak sempurna.Perendangan secara terbukadilakukan dengan

    menggunakan wajan. Alat penyangrai terdiri dari silinder, pemanas, dan alat penggerak atau

    pemutar silinder.

    Sebagian kecil dari kaffein akan menguap dan terbentuk komponen-komponen lain

    yaitu aseton, furfural, amonia, trimethylamine, asam formiat dan asam asetat pada saat

    penyangraian. Caffein di dalam kopi terdapat sebagai senyawa bebas maupun dalam bentuk

    kombinasi dengan klorogenat sebagai senyawa kalium klorogenat. Oleh karena itu, akan

  • 7/21/2019 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ.pdf

    6/9

    1/10/2014 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ. : Proses Pengolahan Kopi

    http://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/2011/05/proses-pengolahan-kopi.html

    terjadi perubahan citarasa dan flavor kopi yang telah disangrai

    (http://kopigayo.blogspot.com/2008/03/pengolahan-kopi.html).

    Faktor suhu dan lama penyangraian sangat berpengaruh terhadap

    produk hasil olahan. Proses roasting biasanya berlangsung 15-30 menit dengan waktu

    paling optimal sekitar 20 menit pada suhu sekitar 180oC -204oC karena pada suhu dan waktu

    kurang dari itu, maka pembentukan senyawa flavor khas tidak berlangsung optimal serta

    penguapan senyawa asam hanya sedikit akibatnya kopi akan terasa sedikit asam. Sedangkan

    pada suhu dan waktu lebih dari itu, maka kehilangan senyawa aroma khas kopi akan besar

    sehingga aroma kopi berkurang. Penyangraian ya ng terlalu lama pada suhu yang juga terlalu

    tinggi akan menurunkan kualitas kopi terutama pada kualitas aroma dan warna seduhan

    karena bila terlalu lama bisa menyebabkan terbentuknya warna yang hitam dan rasa pahitserta kehilangan senyawa aroma yang mudah menguap.

    Berdasarkan hasil pengamatan terhadap hasil penyangraian selama 15 menit, 20

    menit, dan 25 menit, diketahui bahwa pada kelompok 1 dan 2 (sangrai 15) warna berubah

    dari coklat muda (+1) menjadi coklat muda (+3). Kelompok 3 (sangrai 20) warna berubah

    dari coklat muda menjadi hitam. Kelompok 4 (sangrai 20) warna berubah dari coklat muda

    (+1) menjadi coklat kehitaman (+2). Kelompok 5 (sangrai 25) warna berubah dari coklat

    muda menjadi coklat tua. Kelompok 6 (sangrai 25) warna berubah dari kuning kecoklatan

    menjadi coklat muda. Penyimpangan terjadi pada hasil sangrai kopi kelompok 3 (sangrai 20)

    yang berwarna hitam seharusnya biji kopi berwarna coklat tua atau coklat kehitaman. Hal ini

    bisa disebabkan oleh karena penggunaan suhu kompor yang terlalu tinggi (api terlalu besar

    sehingga cepat gosong). Penyimpangan juga terjadi pada kelompok 6 (sangrai 25), kopinya

    berwarna kuning kecoklatan. Seharusnya kopinya berwarna coklat kehitaman karena lama

    waktu penyangraian lebih lama. Hal ini dapat disebabkan karena api kompor untukmenyangrai terlalu kecil, suhu penyangraian tidak stabil serta penyangraian kurang merata

    ataupun karena kesalahan pengamatan yang dilakukan praktikan terhadap perubahan warna

    biji kopi hasil sangrai.

    b)Penggilingan(penumbukan)

    Penggilingan merupakan proses pemecahan (penggilingan) butir-butir biji kopi yg

    telah direndang/disangrai untuk mendapatkan kopi bubuk yg berukuran maksimal 75 mesh.

    Ukuran butir-butir (partikel-partikel) bubuk kopi akan berpengaruh terhadap rasa seduhan

    dan aroma kopi. Semakin kecil ukurannya akan semakin baik rasa dan aromanya karena

    sebagian besar bahan-bahan yang terdapat di dalam kopi bisa larut dalam air ketika diseduh.

    Penggilingan oleh industri kecil / pabrik dilakukan dengan menggunakan mesin giling yang

    dilengkapi alat pengatur ukuran partikel kopi sehingga secara otomatis bubuk kopi yang

    keluar sudah mempunyai ukuran seperti yang diinginkan tidak perlu disaring lagi.

    Penggilingan dilakukan terhadap biji kopi hasil penyangraian untuk mendapatkan kopibubuk. Penggilingan menjadi partikel yang halus dapat mengakibatkan hilangnya substansi

    volatile karena panas yang timbul dalam proses penggilingan. Kehilangan aroma pada kopi

    dapat disebabkan karena menguapnya zat caffeol yang beraroma khas kopi sehingga aroma

    khas dari kopi akan menjadi kurang tajam.

    c)Pengayakan

    Pengayakan bertujuan untuk memeperoleh kopi bubuk yang halus dan seragam. Pada

    umunya dilakukann dengan alat pengayak yang mempunyai ukuran 40 mesh. Ukuran mesh

    menunjukkan bahwa setiap 1 inchi2 terdapat sejumlah lubang ayakan. Ukuran partikel kopi

    bubuk dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu kasar (regular grind), sedang (drip grind)

    dan halus (fine grind). Ukuran butir-butir (partikel-partikel) bubuk kopi akan berpengaruh

    terhadap rasa seduhan dan aroma kopi. Semakin kecil ukurannya akan semakin baik rasa dan

    aromanya karena sebagian besar bahan-bahan yang terdapat di dalam kopi bisa larut dalam

    air ketika diseduh (Ciptadi dan Nasution, 1978).Dalam kegiatan praktikum kali ini digunakan ayakan berukuran 60 mesh dan 80

    mesh. Ayakan 60 mesh berarti setiap 1 inchi2 terdapat sejumlah 60 lubang ayakan dan

    ayakan 80 mesh berarti setiap 1 inchi2 terdapat sejumlah 80 lubang ayakan. Berarti lubang

    pada ayakan 60 mesh berukuran lebih besar sehingga memungkinkan jumlah kopi bubuk

    hasil ayakan adalah lebih banyak dan bentuknya lebih kasar. Sedangkan kopi bubuk yang

    diayak dengan ayakan 80 mesh akan memiliki jumlah hasil ayakan yang lebih sedikit dan

    teksturnya lebih halus karena ukuran lubang ayakannya lebih kecil.

    Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa hasil pengayakan kopi bubuk (berat

    akhir kopi bubuk) dengan berat awal 150 gram, pada kelompok 1 (ayakan 60 mesh+sangrai

    15) adalah 66.1 gr, pada kelompok 2 (ayakan 80 mesh+sangrai 15) adalah 94 gr, pada

    kelompok 3 (ayakan 60 mesh+sangrai 20) adalah 82.8 gr , pada kelompok 4 (ayakan 80

    mesh+sangrai 20) adalah 91.2 gr, pada kelompok 5 (ayakan 60 mesh+sangrai 25) adalah

  • 7/21/2019 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ.pdf

    7/9

    1/10/2014 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ. : Proses Pengolahan Kopi

    http://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/2011/05/proses-pengolahan-kopi.html

    91.75 gr, pada kelompok (ayakan 80 mesh+sangrai 25) adalah 68.5 gr. Hasil pengayakan

    kopi bubuk (berat akhir kopi bubuk) dengan ayakan 80 mesh pada kelompok 2 dan 4

    memiliki hasil lebih banyak daripada berat akhir kopi bubuk yang diayak dengan ayakan 60

    mesh, seharusnya berat akhir kopi bubuk yang diayak dengan ayakan 80 mesh lebih sedikit

    karena ukuran lubang ayakannya lebih kecil sehingga partikel kopi yang lolos ayakan

    seharusnya juga semakin sedikit. Penyimpangan ini dapat disebabkan karena teknik

    pengayakan praktikan yang kurang benar (terlalu ditekan-tekan) sehingga banyak partikel

    kopi yang lolos secara paksa akibatnya berat akhir menjdai lebih banyak serta kesalahan pada

    saat penimbangan yang tidak cermat.

    Penggunaan bahan pencampur pada kopi bubuk mempunyai peranan untuk

    menentukan aroma dan rasa kopi bubuk yang unik dan khas. Penggunaan bahan pencampurdapat meningkatkan aroma dan citarasa kopi serta mutu jual maupun kualitas kopi, namun

    juga dapat mengurangi tingkat kemurnian kopi bubuk maupun perubahan kadar komponen

    senyawa lain yang ada dalam kopi bubuk sehingga penggunaan bahan pencampur hanya

    diberikan pada beberapa tingkat konsentrasi tertentu. Bahan pencampur yang digunakan

    dalam kegiatan praktikum kali ini adalah susu bubuk dengan berbagai konsentrasi, mulai 5%,

    10%, 15%, 20%, 25% dan 30%.

    Pada praktikum kali ini akan dilakukan uji organoleptik terhadap beberapa panelis tentang

    aroma, rasa, dan tingkat kesukaan terhadap kopi bubuk yang ditambah bahan pencampur

    serta penentuan kadar air dan kadar sari kopi bubuk.

    Uji organoleptik dilakukan oleh beberapa orang panelis yang tidak terlatih yaitu para

    praktikan sendiri (diambil 5 orang panelis dari setiap kelompok) sehingga hasilnya nanti

    masih kurang begitu akurat dan bersifat subyektif bergantung pada tingkat kesukaan dari

    para praktikan penguji karena biasanya akan ada sebagian praktikan yang sangat suka

    bahkan sangat tidak suka pada kopi.

    Rasa dan aroma kopi bubuk yang dicampur bahan pencampur ditentukan oleh proses

    penyangraian, pengayakan, maupun konsentrasi campuran kopi bubuk. Penyangraian pada

    suhu dan waktu optimum serta pengayakan yang semakin halus akan meningkatkan

    pembentukan aroma dan flavor kopi yang khas.

    Berdasarkan hasil pengujian organoleptik terhadap aroma, rasa, dan tingkat kesukaan

    diketahui bahwa konsentrasi bahan pencampur 25% paling disukai oleh panelis (tingkat

    kesukaannya tinggi/sangat disukai), sedangkan yang paling tidak disukai adalah kopi bubuk

    dengan konsentrasi bahan pencampur 30%. Sedangkan untuk konsentrasi lainnya, memiliki

    tingkat kesukaan medium (tidak terlalu tinggi). Penggunaan bahan pencampur pada

    komposisi yang tidak tepat (terlalu banyak) dapat menyebabkan lemahnya aroma kopi.

    Penentuan kadar air dilakukan untuk menentukan jumlah kandungan air yang terdapat

    dalam kopi bubuk yang telah dicampur dengan susu bubuk. Kadar air menyatakan jumlah

    kandungan air dalam kopi bubuk yang telah dicampur. Jumlah kadar air kopi bubuk akan

    semakin kecil seiring dengan peningkatan jumlah konsentrasi bahan pencampur yang

    ditambahkan karena perbandingan air terhadap total padatan dalam kopi bubuk juga akan

    semakin kecil.

    Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kadar air kopi bubuk yang dicampur susu

    bubuk 5% adalah 1.645%, susu bubuk 10% adalah 1.658%, susu bubuk 15% adalah 0.499%,

    susu bubuk 20% adalah 8.03%, susu bubuk 25% adalah -1.976%, dan susu bubuk 30% adalah

    11. 065%. Penyimpangan terjadi karena kadar air semakin meningkat ketika konsentrasi

    bahan pencampur yng ditambahkan semakin banyak serta ada kadar air yang bernilai negatif

    pada konsentrasi campuran susu bubuk 25%. Penyimpangan ini dapat disebabkan karena

    kesalahan praktikan dalam penimbangan sampel yang tidak cermat.

    Penentuan kadar saridilakukan untuk menentukan tingkat kemurnian kopi bubuk (kadar

    kopi) yang telah dicampur bahan pencampur. Kadar sari menyatakan jumlah total padatan

    kopi yang terlarut yang besarnya dipengaruhi oleh perbandingan antara padatan dan cairan,lamanya waktu kontak, suhu, serta ukuran partikel kopi bubuk. Jika kadar sarinya besar

    berarti jumlah total padatan kopi terlarutnya besar. Dasar penentuan kadar sari dilakukan

    dengan melarutkan/mengekstraksi kopi bubuk dalam air panas lalu dihitung perubahan

    beratnya setelah dioven. Penggunaan air panas bertujuan untuk mempercepat proses

    ekstraksi senyawa pembentuk aroma dalam kopi. Suhu air panas untuk menyeduh kopi yang

    optimum adalah sekitar 85oC- 95oC agar padatan terlarut dapat terekstrak dalam jumlah

    yang cukup dan mampu memberikan rasa mantap pada seduhan kopi. Suhu air yang terlalu

    tinggi dapat melarutkan senyawa pahit dalam kopi sehingga kopi akan terasa pahit

    (Winarno,1993).

    Kandungan kadar sari yang baik untuk kopi bubuk yang telah dicampur dengan

    bahan pencampur adalah sekitar 60% sehingga apabila kadar sari kurang dari angka tersebut,

    maka kualitas kopi bubuk kurang baik.

  • 7/21/2019 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ.pdf

    8/9

    1/10/2014 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ. : Proses Pengolahan Kopi

    http://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/2011/05/proses-pengolahan-kopi.html

    Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kadar sari kopi bubuk yang dicampur susu

    bubuk 5% adalah 118%, susu bubuk 10% adalah 68.75%, pada susu bubuk 15% adalah

    118.25%, susu bubuk 20% adalah 86.5%, pada susu bubuk 25% adalah -106.5%, dan susu

    bubuk 30% adalah -758.75%. Penyimpangan terjadi karena kadar sari pada kopi bubuk yang

    dicampur susu bubuk dengan konsentrasi 25% dan 30% bernilai negatif serta pada

    konsentrasi campuran susu bubuk 5% dan 15% kadar sarinya bernilai lebih dari 100%

    seharusnya tidak demikian. Konsentrasi campuran yang menghasilkan kadar sari cukup

    tinggi adalah konsentrasi 10% dan 20%. Penyimpangan ini dapat disebabkan karena

    kesalahan praktikan dalam penimbangan sampel yang tidak cermat.

    D.Proses Pembuatan Sirup Kopi Jahe

    Penambahan bahan pencampur dapat meningkatkan aroma dan citarasa kopi yangunik dan khas. Bahan pencampur yang ditambahkan dapat berupa rempah-rempah seperti

    jahe sehingga akan dihasilkan sirup kopi jahe. Jahe merupakan jenis rempah-rempah yang

    memiliki aroma sangat kuat dan khas karena adanya kandungan senyawa fenol. Minyak atsiri

    jahe yang terdiri atas zingiberen dan zingiberol dapat menyebabkan timbulnya aroma harum

    yang khas dan oleoresin jahe yang terdiri atas gingerol, shogaol, serta zingeron dapat

    menyebabkan rasa pedas. Oleh karena, memiliki aroma yang harum jahe dijadikan sebagai

    bahan pencampur kopi bubuk dengan harapan dapat meningkatkan aroma dan flavor

    seduhan kopi (Anonim, 2008: 6).

    Penambahan jahe dalam bentuk jus jahe akan menyebabkan aroma dan citarasa khas

    sirup kopi jahe lebih tajam karena komponen senyawa atsiri jahe dalam bentuk cair akan

    mudah terlarut dan bercampur dengan partikel jahe saat diseduh. Sedangkan, aroma dan

    citarasa sirup kopi jahe yang ditambah jahe parut agak kurang tajam karena masih ada

    komponen padatan jahe yang tidak mudah bercampur serta larut saat diseduh. Untuk aroma

    dan citarasa sirup kopi jahe yang ditambah jahe bubuk akan kurang/tidak tajam karena

    senyawa atsiri jahe banyak yang hilang saat proses pembuatan bubuk jahe sehingga aroma

    kurang tajam. Berdasarkan hasil tersebut seharusnya sirup kopi jahe yang memiliki aroma

    dan citarasa khas kopi dan jahe yang paling tajam adalah pada penambahan jus jahe 20%.

    Berdasarkan hasil pengujian organoleptik terhadap aroma, rasa, dan tingkat

    kesukaan kopi bubuk yang ditambah jahe berupa jahe parut, jahe bubuk, dan jus jahe dengan

    konsentrasi 10% dan 20% diketahui bahwa sirup kopi jahe dengan penambahan jahe bubuk

    dan jahe parut 10% lebih disukai dengan tingkat kesukaan cukup tinggi. Sedangkan sirup

    kopi dengan campuran jahe bubuk 20% paling tidak disukai oleh panelis. Panelis adalah para

    praktikan yang tidak terlatih sehingga uji organoleptik ini bersifat sangat subyektif

    bergantung pada kesukaan masing-masing orang. Orang yang tidak suka jahe, maka

    cenderung untuk tidak menyukai teh instan jahe ini berapapun konsentrasi jahe yang

    ditambahkan.

    Penentuan kadar sari dilakukan untuk menentukan tingkat kemurnian kopi

    bubuk (kadar kopi) yang telah dicampur bahan pencampur. Kadar sari menyatakan jumlah

    total padatan kopi yang terlarut yang besarnya dipengaruhi oleh perbandingan antara

    padatan dan cairan, lamanya waktu kontak, suhu, serta ukuran partikel kopi bubuk. Jika

    kadar sarinya besar berarti jumlah total padatan kopi terlarutnya besar. Dasar penentuan

    kadar sari dilakukan dengan melarutkan/mengekstraksi kopi bubuk dalam air panas lalu

    dihitung perubahan beratnya setelah dioven. Kandungan kadar sari yang baik untuk kopi

    bubuk yang telah dicampur dengan bahan pencampur adalah sekitar 60% sehingga apabila

    kadar sari kurang dari angka tersebut, maka kualitas kopi bubuk kurang baik (terlalu banyak

    campuran).

    Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kadar sari kopi bubuk yang dicampur

    jahe parut 10% adalah 50.467%, jahe bubuk 10% adalah 46.784%, jus jahe 10% adalah

    56.492%, jahe parut 20% adalah 40.957%, jahe bubuk 20% adalah 44.667%, dan jus jahe 20%

    adalah 49.065%. Hal ini sudah sesuai dengan literatur karena jumlah kadar sari semakinturun seiring dengan peningkatan konsentrasi bahan campuran yang ditambahkan karena

    jumlah total padatan kopi terlarutnya kecil.

    E.Peningkatan Mutu Kopi

    Mutu kopi yang ada di Indonesia umumnya masih rendah karena pengolahan kebun,

    panen, serta penanganan pasca panen yang kurang memadai. Kopi yang memiliki mutu baik

    akan memiliki nilai jual yang tinggi serta dapat menghasilkan produk olahan kopi yang baik

    pula. Untuk memperoleh buah kopi dengan kualitas baik dan bernilai jual tinggi sehingga

    dapat menghasilkan produk olahan kopi berkualitas baik, dapat dilakukan beberapa upaya

    peningkatan mutu sebagai berikut:

    vPerlu dilakukan perbaikan kualitas dari jenis tanaman kopi (penanaman kopi varietas

    unggulan), misalnya dengan mengembangkan varietas tanaman kopi arabika,

    robusta, dan liberika unggul pada lahan yang sesuai.

    vPerlu dilakukan proses peremajaan tanaman kopi (mengganti tanaman yang sudah tua

  • 7/21/2019 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ.pdf

    9/9

    1/10/2014 Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ. : Proses Pengolahan Kopi

    http://danang kurang kerjaan blogspot com/2011/05/proses pengolahan kopi html

    dengan tanaman muda yang masih produktif)

    vMelakukan teknik budidaya tanamn kopi yang benar dan tepat, baik mengenai sistem

    penanaman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit

    v Perlu menerapkan sistem pemanenan dan pengolahan kopi yang benar, misalnya

    teknik sortasi, fermentasi, pencucian, pengeringan, pengupasan serta penyimpanan

    yang benar

    v Perlu adanya pelatihan dan pendidikan bagi petani kopi terutama tentang cara

    penanaman, panen, dan penanganan kopi selepas panen hingga saat diolah

    v Perlu penggunaan peralatan pengolahan kopi yang lebih modern sehingga prose

    pengolahan lebih efektif dan efisien serta hasilnya lebih baik

    vPerlu menerapkan standar mutu bagi buah kopi yang layak dipasarkan sehingga para

    petani kopi atau perkebunan akan berusaha mengelola tanaman kopinya dengan baik

    guna bisa memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan jika ingin kopinya laku

    dijual

    vPerlu penerapan teknik sortasi kopi yang lebih teliti sehingga hanya kopi berkualitas

    baik dan sehat saja yang akan diolah dan apabila proses pengolahannya tepat maka

    akan dihasilkan produk olahan kopi yang bermutu tinggi.

    Sunday, May 29, 2011

    1 Comment

    PUTRI MACHFUDZApril 2, 2013 at 3:29 AM

    like :)

    Leave a Reply:

    Enter your comment...

    Comment as: Google Accou

    Publish

    Preview

    1 comments to Proses Pengolahan Kopi

    Newer Post Older PostHome

    Danang Kumara Hadi FTP 09 UNEJ. | designed by CouponsBlogger Templatesby Blogger Template Place| supported by One-4-All

    http://www.blogger.com/profile/09007650152276953214