dan nurul jadid paiton jawa timur pondok pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/bab...

39
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB III PROFIL PONDOK PESANTREN TEBUIRENG JOMBANG DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR A. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang 1. Sejarah Berdiri dan Dinamika Sosialnya Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, didirikan pada tanggal 26 Rabi’ul Awal 1317 H bertepatan dengan tanggal 3 Agustus 1989 M, dirintis oleh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari (selanjutnya dalam tulisan ini disebut Kiai Hasyim). Missi dari pendirian pesantren ini, mengembangkan penyiaran agama Islam untuk melenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, cukup menjadi bukti yang menguatkan missi tersebut, karena Dusun Tebuireng pada masa sebelumnya dikenal sebagai sarang perjudian, perampokan, pencurian, pelacuran, mabuk-mabukan dan berbagai kemungkaran lainnya. 1 Pada tahap-tahap awal, warga pesantren Tebuireng selalu mendapat tantangan dari penduduk setempat, berupa ancaman fisik yang membahayakan keselamatan santri. Kemudian, setelah para santri dibekali ilmu bela diri 2 , dan memiliki keberanian menghadapi ancaman fisik para penjahat, serta berhasil mengungguli kekuatan para penjahat, akhirnya satu demi satu komplotan penjahat di sekitar pesantren menyerahkan diri, bahkan belajar ilmu bela diri di pesantren dan bersedia mengikuti jejak perjuangan Kiai Hasyim. Sejak itulah keberadaan 1 H.M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Perubahan, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar. 2005), 250 2 Kiai Hasyim mengutus santri ke Cirebon Jawa Barat untuk menemui shahabat lama Kiai Hasyim yaitu Kiai Saleh Benda, Kiai bdullah Panguragan, Kiai Sansuri Wanantara, dan Kiai Abdul Jamil Buntet. Mereka didatangkan ke Tebuireng untuk melatih pencak silat dan kanuraganan selama kurang lebih 8 bulan. lihat : A Mubarok Yasin, Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng, (Jombang: Pustaka Tebuireng Pondok Pesantren Tebuireng, 2011), 15

Upload: lamliem

Post on 03-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

   

 

BAB III

PROFIL PONDOK PESANTREN TEBUIRENG JOMBANG DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR

A. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang

1. Sejarah Berdiri dan Dinamika Sosialnya

Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, didirikan pada tanggal 26 Rabi’ul

Awal 1317 H bertepatan dengan tanggal 3 Agustus 1989 M, dirintis oleh KH.

Muhammad Hasyim Asy’ari (selanjutnya dalam tulisan ini disebut Kiai Hasyim).

Missi dari pendirian pesantren ini, mengembangkan penyiaran agama Islam untuk

melenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren

Tebuireng, di Dusun Tebuireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten

Jombang, cukup menjadi bukti yang menguatkan missi tersebut, karena Dusun

Tebuireng pada masa sebelumnya dikenal sebagai sarang perjudian, perampokan,

pencurian, pelacuran, mabuk-mabukan dan berbagai kemungkaran lainnya.1

Pada tahap-tahap awal, warga pesantren Tebuireng selalu mendapat

tantangan dari penduduk setempat, berupa ancaman fisik yang membahayakan

keselamatan santri. Kemudian, setelah para santri dibekali ilmu bela diri2, dan

memiliki keberanian menghadapi ancaman fisik para penjahat, serta berhasil

mengungguli kekuatan para penjahat, akhirnya satu demi satu komplotan penjahat

di sekitar pesantren menyerahkan diri, bahkan belajar ilmu bela diri di pesantren

dan bersedia mengikuti jejak perjuangan Kiai Hasyim. Sejak itulah keberadaan

                                                            1 H.M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Perubahan, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar. 2005), 250 2 Kiai Hasyim mengutus santri ke Cirebon Jawa Barat untuk menemui shahabat lama Kiai Hasyim yaitu Kiai Saleh Benda, Kiai bdullah Panguragan, Kiai Sansuri Wanantara, dan Kiai Abdul Jamil Buntet. Mereka didatangkan ke Tebuireng untuk melatih pencak silat dan kanuraganan selama kurang lebih 8 bulan. lihat : A Mubarok Yasin, Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng, (Jombang: Pustaka Tebuireng Pondok Pesantren Tebuireng, 2011), 15

Page 2: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

152  

 

pesantren Tebuireng mendapatkan perhatian dari masyarakat, bahkan Kiai Hasyim

diakui sebagai bapak, guru dan pemimpin yang patut ditauladani.3

Keteguhan hati Kiai Hasyim dalam misi penyiaran agama Islam, walaupun

banyak kiai menyarankan agar tidak melanjutkan niatnya mendirikan pesantren di

Dusun Tebuireng yang penuh dengan resiko tersebut, namun dengan tekadnya

yang membaja, dan berpegang pada prinsip bahwa berjihad di jalan Allah pasti

menghadapi kesukaran, dan membutuhkan pengorbanan, serta menyiarkan agama

Islam bagi Kiai Hasyim berarti memperbaiki manusia yang masih jauh dari ajaran

Islam,4 maka Pesantren Tebuireng bukan hanya kokoh berdiri, dan mendapat

pengakuan dari Pemerintah Kolonial Balanda, tujuh tahun setelah berdirinya (6

Pebruari 1906), bahkan terus berkembang dan memberikan pengaruh positif

terhadap kehidupan masyarakat di sekitar Tebuireng, baik dalam bidang

keagamaan, sosial kemasyarakatan, maupun dalam bidang perekonomian.5

Pondok Pesantren Tebuireng pada awal berdirinya, hanya mementingkan

pelajaran agama, karena pembelajaran umum seperti bahasa asing, huruf latin, dan

berhitung, dianggap haram diajarkan, bahkan menggunakan bangku dan papan

tulis dipandang tidak sesuai dengan kehidupan agama. Pandangan awal ini,

dipengaruhi jiwa agama yang sangat menentang penjajahan.6 Namun dalam

perkembangan berikutnya, melalui reformasi sistem pendidikan yang dilakukan

oleh Kiai Ilyas dan Kiai A. Wahid Hasyim (putra sulung Kiai Hasyim), berbagai

                                                            3 Mardiyah, Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi, (Malang: Aditya Media Publishing, 2012), 341-344. 4  H.M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi, 251 5 Ibid, 252 6 Marwan Saridjo, et al. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, (Jakarta : Darma Bhakti, 1982), 30

Page 3: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

153  

 

pengetahuan umum, termasuk bahasa asing dan berhitung dimasukkan ke dalam

sistem kurikulum madrasah yang didirikannya.7

Pembacaan Zamakhsyari Dhofir, posisi Pesantren Tebuireng yang

didirikan di dekat pabrik gula Cukir, merupakan fenomena yang menggambarkan

sikap konfrontatif Kiai Hasyim terhadap kemajuan teknologi barat, karena pada

saat itu pabrik gula bukan hanya menjadi mesin devisa bagi pemerintah kolonial

Belanda, melainkan sekaligus menjadi simbol kemajuan teknologi bangsa Eropa

yang sekaligus dapat memberikan pengaruh terhadap pola prilaku dan pemikiran

santri .8

Di samping itu, Pondok Pesantren Tebuireng juga hadir di tengah-tengah

masyarakat, dengan gaya hidup yang lebih berorientasi duniawi. Di mana kondisi

prekonomian masyarakat relatif makmur, terjadi pula pergeseran nilai dari sikap

hidup masyarakat Jawa lama yang berorientasi pada harmoni dengan Tuhan dalam

suatu kehidupan serba keagamaan, menjadi masyarakat yang secara budaya

berwatak rawan, sebagai akibat kehidupan ekonomi liberal, yang mendukung

eksistensi pabrik gula. Namun demikian, secara lambat laun Pesantren Tebuireng

berhasil melakukan transformasi nilai dalam kehidupan masyarakat, menuju pola

kehidupan baru yang kembali memposisikan kehidupan berorientasi keagmaan

mendapatkan tempat yang dominan. Dan implikasi dari peran transformatif

tersebut, masyarakat sekitar pesantren memposisikan Pesantren Tebuireng sebagai

lembaga yang memiliki kedudukan kultural relatif lebih kuat, dibandingkan

                                                             7 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi menuju Demokratissasi Institusi, (Jakarta : Penerbit Erlangga, tt), 131-132 8 Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta : LP3ES, 2011), 171

Page 4: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

154  

 

dengan institusi lainnya dalam masyarakat.9 Sehingga, kehadiran pesantren

Tebuireng semakin mendapat dukungan dari masyarakatnya.

Pergumulan budaya dalam kehidupan masyarakat di sekitar Pesantren

Tebuireng, memberikan corak yang kelihatan paradoks. Pada satu sisi Tebuireng

itu kampung atau dusun, tapi di sisi yang lain bersifat urban, dan pada satu sisi

mayoritas penduduknya petani dan pedagang miskin, tapi kelompok elitnya relatif

bercorak kosmopolitan. Begitu pula Pesantren Tebuireng sendiri memainkan

peran ganda, satu sisi mempertahankan pikiran-pikiran Islam yang tradisional,

pada sisi lain memberikan sumbangan dalam pembentukan watak urban

Tebuireng Desa Cukir.10

Kapasitas Kiai Hasyim sebagai Ulama yang memiliki reputasi

Internasional (karena telah dipercaya mengajar di Mekah), menjadi faktor penting

perkembangan pesat Pesantren Tebuireng. Apalagi setelah Kiai Cholil Bangkalan

wafat, maka kiblat para kiai berpindah kepada Kiai Hasyim, dan Pesantren

Tebuireng menjadi salah satu ikon keulamaan dan keilmuan Islam kalangan

tradisional, serta dijadikan sebagai salah satu pesantren alternatif, bagi masyarakat

dalam mengarahkan pendidikan anak-anaknya.11

2. Dinamika Pendidikan.

Pesantren Tebuireng seperti pesantren pada umumnya, menjadikan kitab

klasik sebagai rujukan utama dalam pembelajaran agama Islam. Sejumlah kitab

klasik diajarkan sejak masa awal berdirinya, terutama dalam bidang fikih,

tasawuf, tafsir, hadis, dan ilmu alat (nahwu-sharraf), dengan menggunakan

                                                            9 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institut, 2007), 95-96. 10 Zamkhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren, 171. 11 Zuhairi Misrawi, Hadartussyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan, (Jakarta: Kompas, 2010), 60.

Page 5: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

155  

 

metode bandongan dan sorogan. Kemudian pada tahun 1916, sistem madrasah

dibuka di Pesantren Tebuireng, dengan nama Madrasah Salafiyah Syafi’iyah.

Pada tiga tahun berikutnya (1919), kurikulum pendidikan di madrasah tersebut

mengapresiasi dinamika ilmu pengetahuan di luar keagamaan, yaitu dengan

menambahkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Geografi.

Dalam kurun beberapa tahun berikutnya, materi pembelajaran ditambah

lagi dengan pembelajaran Bahasa Belanda, Bahasa Ingris, dan Sejarah. Putra Kiai

Hasyim, Abdul Wahid Hasyim – ayah Gus Dur – yang ditugaskan untuk

mengajarkan bahasa Belanda dan Ingris. Namun demikian, walaupun transformasi

kurikulum telah dilakukan - dengan menambahkan materi pembelajaran umum -

Kiai Hasyim tetap memberikan perhatian pada pendidikan keagamaan yang

mengacu pada kitab klasik atau kitab kuning, sebagai bacaan utama di pesantren.

Ibarat kaki, berpijak di atas bumi harus kokoh, walaupun pikiran di kepala

menerawang jauh ke atas langit.12

Tekad bulat Kiai Hasyim untuk memajukan sistem pendidikan Pesantren

Tebuireng semakin kuat, terutama setelah memperoleh tambahan SDM yang

dapat membantu dalam mengelola pesantrennya. Dalam perkembangan awal, Kiai

Hasyim dibantu oleh menantunya; yaitu Kiai Ma’shum Ali (suami Ny Khoiriyah

Hasyim) yang dikenal ahli dalam ilmu falak dan ilmu sharraf. Melalui kiprah Kiai

Ma’shum Ali, Madrasah Salafiyah Syafi’iyah yang didirikannya pada tahun 1916

dikelola dengan sistem klasikal.

Dinamika pendidikan pesantren semakin berkembang lagi setelah pada

awal tahun 1930 an, Kiai Hasyim memperoleh tambahan dua orang tenaga baru

                                                            12 Ibid, 61-68.

Page 6: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

156  

 

lagi; yaitu Kiai Muhammad Ilyas13, dan Kiai Wahid Hasyim,14 yang keduanya

baru pulang dari Mekah dan menetap di Pesantren Tebuireng.. Duet Kiai Ilyas dan

Kiai Wahid Hasyim, pada tahun 1934 melakukan trobosan baru dengan

memperpanjang masa belajar di Madrasah, yang semula lima tahun menjadi enam

tahun. Hal itu dilakukan, karena semakin banyak pengetahuan umum yang

ditambahkan ke dalam kurikulumnya. Kiai Wahid Hasyim pada tahun itu juga

melakukan eksperimen dengan mendirikan Madrasah Nizhamiyah, materi

pengetahuan umumnya lebih banyak dari pengetahuan agamanya. Kemudian pada

tahun 1936, beliau berdua mendirikan taman bacaan yang menyediakan lebih dari

1000 judul buku, dan dilengkapi pula dengan berbagai macam koran dan

majalah.15

Terobosan Kiai Wahid Hasyim, dalam eksperimennya mendirikan

madrasah dengan komposisi kurikulum 70 % materi umum dan 30 % agama,

walaupun kelangsungan madrasah tersebut tidak lama, karena kesibukan Kiai

Wahid Hasyim di luar pesantren dalam pentas politik nasional menyita waktunya,

namun hal tersebut memberi pengalaman di kalangan pesantren tentang

pengelolaan lembaga pendidikan yang komposisi pelajaran umum lebih dominan,

                                                            13 Kiai Muhammad Ilyas adalah keponakan Kiai Hasyim yang mengenyam pendidikan HIS (Hollands Inlandse School) di Surabaya, dan mendapat pendidikan keagamaan selain dari ayahnya sendiri, juga memperoleh bimbingan ilmu agama dari Kiai Hasyim, karena waktu liburan sekolahnya senantiasa digunakan untuk datang ke Tebuireng dan mengaji kepada Kiai Hasyim. Setelah menamatkan pendidikannya di HIS, beliau menetap di Tebuireng untuk memperdalam kemampuan bahasa Arab dan pengetahuan agamanya. Karena kecakapannya, Kiai Hasyim mempercayakan lurah pondok kepada beliau dan dalam beberapa waktu berikutnya dipercaya menjadi Kepala Madrasah menggantikan Kiai Ma’shum Ali. Lihat : A Mubarok Yasin, Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren , 12. 14 Kiai Wahid Hasyim adalah putra kelima pasangan Kiai Hasyim Asy’ari dengan Ny Nafiqah, dan merupakan anak laki-laki pertama dari 10 bersaudara. Beliau selain menempuh pendidikan di Madrasah Tebuireng, beliau juga menjadi santri kelana, belajar pengetahuan agama dari pesantren-ke pesantren, dan pernah belajar di Mekah bersama Kiai Ilyas. Ibid, 67-69 15 Ibid, 13-14.

Page 7: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

157  

 

bahkan menginspirasi berdirinya lembaga-lembaga serupa di masa-masa

berikutnya, baik di Pesantren Tebuireng sendiri maupun di pesantren lainnya.16

Setelah Kiai Hasyim wafat pada 25 Juli 1947, posisi pengasuh pesantren

digantikan oleh Kiai Wahid Hasyim. Dalam masa kepemimpinannya sistem

pendidikan di Pesantren Tebuireng tidak banyak mengalami perubahan, beliau

hanya melanjutkan eksperimennya dalam mengembangkan lembaga pendidikan

yang materi pelajaran umumnya lebih banyak dari materi pelajaran agama. Kiai

Wahid Hasyim mendirikan lembaga pendidikan tingkat Tsanawiyah yang dibagi

menjadi dua kategori; yaitu kelas A dengan pembelajaran agama 75 % dan umum

25 %, sedang kelas B sebaliknya 25 % agama dan 75 % umum.17

Perjalanan berikutnya, setelah Kiai Wahid Hasyim disibukkan dengan

kegiatan di luar pesantren, terutama setelah menjadi Menteri Agama, maka pada

tahun 1950 Kiai Wahid Hasyim melepaskan jabatan sebagai pengasuh Pesantren

Tebuireng, dan keluarga besar Bani Hasyim sepakat menunjuk Kiai Abdul Karim

sebagai penggantinya. Pada masa kepemimpinan Kiai Karim yang hanya satu

tahun, menjadi tonggak dimulainya era pendidikan formal, di mana unit-unit

madrasah di Tebuireng diformalkan sesuai dengan sistem persekolahan nasional.

Lembaga pendidikan formal di Pesantren Tebuireng pada saat itu, berupa

Madrasah Ibtidaiyah (6 tahun), Madrasah Tsanawiyah (3 tahun), dan Madrasah

Aliyah (3 tahun), serta didirikan pula Madrasah Mu’allimin (6 tahun). Madrasah

Mu’allimin diorientasikan pada penyiapan calon guru yang memiliki kompetensi

mengajar, karenanya pembelajaran di Madraah Mu’allimin meliputi pelajaran

                                                            16 Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke 20 Pergumulan antara Modernitas dan Identitas, (Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2012), 126-127. 17 A Mubarok Yasin, Fathurrahman, Karyadi, Profil Pesantren, 15.

Page 8: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

158  

 

agama dan umum, serta dibekali teori mengajar baik didaktik-metodik maupun

psikologi anak.18

Kepemimpinan Pesantren Tebuireng berikutnya, diserahkan pada Kiai

Baidlowi (salah seorang menantu Kiai Hasyim). Belaiu hanya memimpin selama

satu tahun pula, dan tidak ada perubahan apapun dalam sistem pendidikan, karena

beliau hanya melanjutkan dan memelihara warisan Kiai Karim. Kemudian pada

tahun 1952, Kiai Baidlowi menyerahkan tanggungjawab kepengasuhan kepada

Kiai Abdul Kholik Hasyim. Karena kesibukan Kiai Kholik dalam bidang politik

menyita waktunya dalam kegiatan di luar pesantren, maka pembinaan ilmu

keagamaan lebih banyak dilakukan para Kiai yang lain, khususnya Kiai Idris

Kamali (kakak ipar Kiai Kholik) yang sengaja didatangkan dari Cirebon.

Di saming Kiai Idris Kamali, beberapa kiai lainnya yang ikut membina

kemampuan santri dalam ilmu keagamaan; termasuk dalam kemampuan membaca

kitab klasik, antara lain Kiai Adlan Ali (adik kandung Kiai Ma’shum Ali yang

menikah dengan salah seorang keponakan Kiai Hasyim), dan Kiai Syamsuri

Baidlowi (salah seorang santri senior murid Kiai Hasyim yang menikah dengan

penduduk setempat dan menetap di Tebuireng). Pada masa kepemimpinan Kiai

Kholik ini, pembinaan kegiatan olahraga santri dalam berbagai cabang olahraga

digalakkan, gedung pendidikan mulai ditata rapi, dan berbagai sarana penunjang

lainnya seperti Koperasi didirikan pula.19

Setelah Kiai Kholik wafat pada tahun 1965, kepemimpinan Pesantren

Tebuireng dipegang oleh Kiai Muhammad Yusuf Hasyim yang dikenal dengan

sebutan Pak Ud. Beliau adalah putra bungsu pasangan Kiai Hasyim Asy’ari

                                                            18 Ibid, 16. 19 Ibid, 17-20.

Page 9: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

159  

 

dengan Ny Nafiqah. Dalam masa kepemimpinan Pak Ud, pola kepengasuhan

kolektif mulai dikenalkan. Pada awal kepemimpinannya, Pak Ud berbagi tugas

dengan Kiai Idris.

Kebijakan yang bersifat manajerial dan administratif menjadi

tanggungjawab Pak Ud, sedang pembinaan santri khususnya dalam pengajaran

kitab klasik, menjadi tanggungjawab Kiai Idris. Setelah Kiai Idris menetap di

Mekah, posisinya digantikan Kiai Syamsuri yang sekaligus menduduki jabatan

wakil pengasuh bersama Kiai Hadzik Mahbub.

Selain ada wakil pengasuh, kepemimpinan Pak Ud juga diperkuat oleh

Dewan Kiai, yang diketuai Kiai Adlan Ali dengan beberapa anggota Kiai sepuh

Tebuireng, antara lain : Kiai Mahfudz Anwar dan Kiai Yusuf Masyhar. Tugas

Dewan Kiai ini, memberikan nasehat dan pertimbangan untuk kemaslahatan

pondok pesantren. Sedang untuk membantu operasional pelaksanaan kegiatan

harian, dibentuk lembaga kepengurusan pondok pesantren yang diberi nama

Majelis al Tarbiyah wa al Ta’lim, dan kemudian berubah menjadi Badan Pembina

Santri (BPS) dengan keanggotaan terdiri dari para guru dan santri senior.20

Selama 41 tahun, KH. Muhammad Yusuf Hasyim memimpin Pesantren

Tebuireng (1965-2006), banyak trobosan yang dilakukannya. Pada tahun 1967, di

Pesantren Tebuireng didirikan Universitas Hasyim Asy’ari dengan tiga fakuktas;

Syari’ah, Dakwah, dan Tarbiyah, yang kemudian berubah nama menjadi Institut

Keislaman Hasyim Asy’ari (IKAHA). Pada tahun 1971 didirikan Madrasatul

Huffazh yang diperuntukkan untuk para santri yang beminat menghafal al-Qur an.

Dalam perkembangannya, Madrasatul Huffazh – pada saat penelitian ini

                                                            20 Ibid, 21-22.

Page 10: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

160  

 

dilakukan - telah berubah menjadi Pondok Pesantren Madrasatul Qur an. Pada

tahun 1972 didirikan Sekolah Persiapan Tsanawiyah dengan masa pendidikan dua

tahun. Sekolah ini diperuntukkan bagi santri baru lulusan SD, yang belum

memiliki dasar untuk mengikuti pembelajaran kitab klasik. Selanjutnya pada

tahun 1975, atas inisiatif Gus Dur – keponakan Pak UD - di Pesantren Tebuireng

didirikan SMP dan SMA, dengan kurikulum campuran antara kurikulum nasional

dan kurikulum pesantren.

Berbagai inovasi lainnya banyak dilakukan di masa kepemimpinan Pak

Ud, termasuk mendirikan Pondok Putri (2003), untuk memfasilitasi murid-murid

putri yang sebelumnya bertebaran di pondok-pondok putri sekitar Tebuireng.

Menjelang mengundurkan diri dari jabatan sebagai pengasuh, Pak Ud menggagas

untuk mendirikan Ma’had Aly yang konsen dalam pengembangan ilmu-ilmu

keislaman klasik dan kontemporer.21

Sebelum Pak Ud meninggal dunia, posisi pengasuh diserahkan kepada

keponakannya; yaitu KH. Shalahuddin Wahid (Gus Sholah). Dalam masa

kepemimpinan Gus Sholah (2006-sekarang), pendidikan warisan Pak Ud,

dilanjutkan dengan disertai langkah-langkah revitalisasi, baik dalam manajemen

maupun kurikulum. Sejak awal tahun 2007, semua unit pendidikan formal

menerapkan full day school. Pengangkatan pimpinan lembaga formal, dilakukan

melalui fit and proper test. Melembagakan Madrasah Diniyah dengan sistem

klasikal, dan kelas takhassus. Mendirikan perguruan tinggi Ma’had Aly dan

mendirikan kembali Madrasah Mu’allimin.

                                                            21 Ibid, 22-28.

Page 11: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

161  

 

Penguatan lembaga pendidikan keagamaan, bertujuan di samping

melestarikan pengajian kitab klasik dengan sistem bandongan yang diasuh oleh

beberapa Kiai dan Ustad, sekaligus merupakan langkah revitalisasi pembelajaran

kitab klasik. Langkah revitalisasi pebelajaran kitab klasik tersebut, agar khit{t{ah

ma’hadiyah tetap menjadi corak pendidikan pesantren, tidak terreduksi oleh

hadirnya lembaga pendidikan persekolahan, yang orientasinya lebih pada

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.22

Pembacaan Zuhairi Misrawi, ada dua hal penting yang menjadi konstribusi

Pesantren Tebuireng dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia23,

Pertama, Pesantren Tebuireng mewariskan urgensi kitab klasik, sebagai basis

pendasaran dan penempaan wawasan keagamaan. Kitab klasik atau kitab kuning,

merupakan kitab tentang kehidupan, baik yang berkaitan dengan ubudiyah

maupun amal sosial, bukan kitab yang mengajarkan kekerasan dan terorisme.

Melalui tradisi kitab kuning, kiai membangun solidoritas keumatan, bukan untuk

merebut kekuasaan. Kiai Hasyim selalu berpesan kepada santri yang telah

menyelesaikan studinya, “Pulanglah ke kampungmu, mengajarlah di sana,

minimal mengajar ngaji”.

Kedua, Pesantren Tebuireng menginspirasi inklusifitas pendidikan

pesantren dalam menerima perubahan, tetapi tetap kokoh mempertahankan

khit{t{ah ma’hadiyah{. Sehingga para santri tidak hanya memiliki keluasan di

bidang ilmu keagamaan, melainkan juga memiliki dasar ilmu pengetahuan sosial,

ilmu pasti, dan bahasa asing, serta berbagai keterampilan hidup, yang dapat

mengantarkan alumni pesantren, eksis di segala medan dan keadaan.

                                                            22 Ibid. 23  Zuhairi Misrawi, Hadaratussyaikh, 69-71 

Page 12: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

162  

 

Transformasi sistem pendidikan di Pesantren Tebuireng, dengan berbagai inovasi

yang dilakukan sepanjang sejarahnya, ibarat menggali kanal antara

tradisionalisme dan modernisme.

Tradisi pendidikan pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam

yang menjadikan kitab klasik sebagai rujukan utama dengan sistem pembelajaran

bandongan dan sorogan, serta sebagai lembaga penjaga doktrin-doktrin Islam

tradisional, tidak tergantikan dengan hadirnya materi pelajaran umum, dan sistem

klasikal dari madrasah dan sekolah yang dikembangkannya sejak masa-masa

pertumbuhan. Inovasi yang dilakukan Pesantren Tebuireng lebih pada

managemen pendidikan dan perluasan kurikulum dalam upaya meningkatkan

relevansinya.24

Reformasi krusial terjadi di Pesantren Tebuireng, saat managemen

pesantren menerapkan perkuliahan bersama antara Mahasiswa dan Mahasiswi.

Protes keras datang dari para Kiai, karena dipandang bukan hanya bertentangan

dengan tradisi pesantren, melainkan merupakan pelanggaran syari’ah. Menyikapi

protes keras para kiai yang datang ke Tebuireng, KH. Muhammad Yusuf Hasyim

selaku pimpinan pesantren menjawabnya dengan lugas, bahwa perkuliahan

bersama di Tebuireng tidak dimaksudkan untuk membolehkan Mahasiswa-

Mahasiswi bergaul bebas, tetapi dengan menyadari bahwa masyarakat tidak

memisahkan dalam pergaulan kehidupan sehari-hari antara pria dan wanita, maka

tidak bijaksana bila mereka dipisahkan dalam sistem pendidikannya. Untuk tujuan

membina dan membimbing agar tidak melakukan pergaulan bebas dalam relasi

                                                            24 Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren, 196-197.

Page 13: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

163  

 

pria dan wanita, maka dipandang perlu untuk mengarahkan intraksi mereka pada

tujuan-tujuan yang baik dan berguna. 25

Pada era revitalisasi Pesantren Tebuireng di bawah kepemimpinan Gus

Sholah, beberapa langkah ikhtiari dilakukan mulai dari peningkatan mutu

pendidikan, peremajaan sarana fisik, dan pembenahan struktur serta manajemen

organisasi. Langkah awal yang dilakukan Gus Sholah dalam langkah

revitalisasinya, menggandeng seluruh keluarga besar bani Hasyim Asy’ari untuk

ikut serta dalam membangun Pesantren Tebuireng, sebagai warisan perjuangan

KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dalam melakukan pencerahan umat, baik dalam

kehidupan keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Anggota keluarga bani

Hasyim yang telah menyebar di berbagai pelosok tanah air dengan berbagai

latarbelakang profesinya, dirajut dalam forum silaturrahim yang dilaksanakan

secara berkala, dan dalam forum tersebut selain berupaya mempertemukan

anggota keluarga dari beberapa generasi, yang terpenting curah pendapat dan urun

rembuk serta komitmen untuk ikut serta dalam membangun Pesantren Tebuireng.

Keikutsertaan itu bisa berwujud pemikiran, bantuan pendanaan, dan bantuan

tenaga teknis sesuai dengan kapasitas, kompetensi, keminatan, dan kondisi

masing-masing.26

Gus Sholah dalam memimpin Pesantren Tebuireng, memantapkan pola

rasional-menejerial yang telah diterapkan sejak kepemimpinan Pak Ud. Dalam

langkah pengembangan Pesantren Tebuireng, selain melakukan konsolidasi

dengan keluarga bani Hasyim, langkah awal juga dilakukan dengan melakukan

kajian masalah, mendiagnosa penyakit atau kendala yang dihadapi di masing-

                                                            25 Ibid, 200-201. 26 A Mubarok Yasin, Fathurrahman, Karyadi, Profil Pesantren, 115-117

Page 14: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

164  

 

masing unit dengan melaksanakan pertemuan berkala seluruh komponen yang ada

dibawah naungan Yayasan Hasyim Asy’ari. Langkah berikutnya melakukan

penguatan SDM dengan mengadakan pelatihan bagi para guru dengan

mendatangkan konsultan pendidikan Konsorsium Pendidikan Islam (KPI) dan

dosen-dosen Universitas Negeri Surabaya (UNESA).27

Upaya meningkatkan pelayanan sosial baik kepada warga pesantren,

maupun masyarakat sekitar, Gus Sholah mendirikan Lembaga Sosial Pesantren

Tebuireng (LSPT) yang diberi tugas untuk secara aktif memberikan bantuan sosial

kepada masyarakat tanpa melihat latarbelakangnya. Selain itu, Gus Sholah juga

menghidupkan kembali penerbitan majalah Tebuireng, mendirikan unit penerbit

Pustaka Tebuireng, membentuk Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, dan

meningkatkan kinerja kesekretariatan pesantren sebagai pusat pengelolaan

administrasi dan menejemen pesantren.28

3. Nilai-Nilai Dasar Kepesantrenan

Nilai-nilai yang dikembangkan di pesantren Tebuireng merupakan falsafah

kehidupan baik yang digali dari agama, maupun budaya masyarakat yang

mendasari dan membentuk kepribadian santri secara integral. Nilai-nilai tersebut

dapat dikatagorikan menjadi dua : Pertama, nilai-nilai esensial, dan Kedua, nilai

instrumental.29

Nilai esensial yang dikembangkan di pesantren Tebuireng, meliputi :

a. Al-Jiha<d (perjuangan)

Jihad, merupakan nilai utama yang ditanamkan Kiai Hasyim dalam

pembinaan santri Tebuireng. Kiai Hasyim mendirikan Pesantren di Tebuireng,                                                             27 Ibid, 109-110. 28 Ibid, 111. 29 Mardiyah, Kepemimpinan Kiai, 350.

Page 15: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

165  

 

merupakan bagian dari jihadnya dalam memperjuangkan pembumian ajaran

Islam, mencerahkan kehidupan masyarakat, dan sekaligus melindungi masyarakat

dari kez{aliman. Sikap pantang menyerah Kiai Hasyim dalam merintis dan

mengembangkan Pesantren Tebuireng, walaupun memperoleh tantangan dari

masyarakat sekitar, bahkan juga mendapat tekanan dari pemerintah kolonial

Belanda dan Jepang, merupakan hiden curiculum dalam penanaman nilai jihad

kepada para santri.

Bagi Kiai Hasyim berjihad tidak selamanya menggunakan senjata di

medan perang, jihad bisa dilakukan dengan memerangi kebodohan, rasa malas,

dan berbagai penyakit hati dalam dirinya sendiri. Jihad bisa pula diwujudkan

dengan menginfaqkan harta bendanya di jalan Allah, dan jihad dengan fisik bisa

dilakukan melalui perang opini, perang informasi, dan perang budaya. Jihad

dalam konteks qita<l (peperangan fisik dengan melakukan pembunuhan), hanya

bisa dilakukan dalam keadaan yang diijinkan agama, baik dalam kepentingan

melindungi keselamatan diri dan harta dari serangan musuh, maupun dalam

kepentingan melindungi kebebasan umat menjalankan ajaran agama.30

b. Al-Ittih{ad (persatuan)

Kiai Hasyim dapat dikatakan sebagai Ulama inklusif yang memandang

perbedaan sebagai keniscayaan, dan tidak perlu dijadikan sebagai titik

persinggungan yang menimbulkan reaksi keras, sehingga mengakibatkan

permusuhan dan kehidupan yang bercerai berai. Bagi Kiai Hasyim, persatuan

digalang tidak hanya di kalangan internal pesantren, bahkan bukan hanya di

kalangan muslim tradisionalis, Kiai Hasyim juga merajut persatuan dengan

                                                            30 Ibid, 350-354.

Page 16: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

166  

 

muslim modernis, dengan mengajak seluruh komponen umat Islam untuk bersatu,

mengesampingkan perbedaan-perbedaan paham keagamaan, dan mengakhiri sikap

fanatisme golongan.

Kiai Hasyim menyerukan kepada seluruh komponen umat Islam, untuk

menyadari bahwa dalam perbedaan-perbedaan yang terjadi, tetap menyatu dalam

Allah sebagai Tuhan bersama, Muhammad sebagai Nabi dan utusan Allah yang

menjadi rahmat untuk semuanya, menyatu pula dalam al-Qur an dan al-Sunnah

sebagai sumber dari semua sumber rujukan, apalagi sama-sama bertempat di bumi

nusantara. Berdirinya MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang anggotanya

terdiri dari tiga belas ormas Islam, merupakan bagian dari kontribusi Kiai Hasyim

dalam menggali kanal perbedaan antar kelompok-kelompok Islam yang ada di

Indonesia, dan menjadi bukti komitmen Kiai Hasyim terhadap nilai persatuan.31

c. Al-Tasa<muh (toleransi)

Nilai toleransi di Tebuireng sudah ditanamkan dan dikembangkan sejak

masa Kiai Hasyim Asy’ari, keberadaan Pesantren Tebuireng yang berada di

sekitar pabrik gula Cukir, membawa konsekwensi terjadinya interaksi sosial

keluarga Pesantren, dengan keluarga Administratur pabrik gula yang

latarbelakang budaya, bahkan agamanya berbeda. Sejak awal pula Kiai Hasyim

telah mengenalkan metode musyawarah dalam pembelajaran, hal ini tidak hanya

memiliki makna demokratisasi, melainkan juga sebagai bentuk penanaman nilai

toleransi, yaitu kesediaan menerima perbedaan pendapat dan menghargainya.

Diantara sesama umat Islam, menyikapi perbedaan pandangan dalam

hukum Islam, Kiai Hasyim menunjukkan sikap toleran. Misalnya dalam kasus

                                                            31 Ibid, 355-357.

Page 17: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

167  

 

bedug, walaupun Kiai Hasyim memandang bahwa hukum bedug itu mubah

(boleh), tetapi ketika ada Kiai yang mengharamkan bedug akan bertamu ke

Tebuireng, Kiai Hasyim memerintahkan santri untuk menyembunyikan bedug

yang ada di Mesjid.

Bagi Kiai Hasyim, adanya perkumpulan, persatuan, kebersamaan dan

kasih sayang, merupakan keniscayaan dalam membangun toleransi di antara

sesama ummat. Toleransi dipandang sebagai nilai paling fundamental dalam

membangun tatanan kehidupan yang damai di tengah-tengah masyarakat yang

plural.32

Nilai toleransi semakin berkembang di Tebuireng, terutama setelah Gus

Dur – Kiai Abdurrahman Wahid – menunjukkan sikap inklusif dan pluralisnya di

ranah publik. Interaksi sosial Gus Dur yang tidak mengenal sekat, pendekatan Gus

Dur dalam penyelesaian masalah-masalah kemanusiaan, melalui komunikasi

lintas kultur, dan lintas agama, menginspirasi warga Pesantren Tebuireng. untuk

meneguhkan sikap membuka diri terhadap siapapun tanpa melihat latarbelakang

budaya bahkan agamanya, dengan sikap menerima dan menghargai perbedaan

sebagai keniscayaan dalam kehidupan sosial.

d. Al-I’tima<d ala< al-Nafsi (kemandirian)

Jiwa kemandirian, merupakan cirri umum dari pendidikan pesantren. Sejak

pesantren didirikan oleh Kiai dan keluarganya atau Kiai bersama-sama

masyarakat, warga pesantren mengambil sikap independen, tidak terikat kepada

siapapun dan tidak menggantungkan kehidupannya kepada pihak lain, termasuk

pemerintah.

                                                            32 Zuhairi Misrawi, Hadaratussyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2013), 257-258

Page 18: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

168  

 

Pondok Pesantren Tebuireng, walaupun setelah delapan tahun dari awal

brdirinya, telah mendapat pengakuan dari Pemerintah Kolonial Belanda, bukan

berarti Pesantren Tebuireng sejak itu ada pada posisi sebagai lembaga pendidikan

yang diseponsori Pemerintah Kolonial. Sikap Pesantren Tebuireng tetap non-

koperasi, bahkan menolak tawaran subsidi dari pemerintah (Belanda), sehingga

kepercayaan masyarakat terhadap pesantren semakin kuat.33

Jiwa kemandirian terpancar pula dari pribadi Kiai Hasyim, sebagai seorang

Kiai beliau juga berprofesi sebagai petani dan pedagang. Hari Selasa dan Jum’at

kegiatan pengajian di pesantren diliburkan, pada waktu itulah beliau pergunakan

untuk kepentingan mengurus usaha pertanian dan perdagangannya.34

e. Al-Ikhla<s{ (ketulusan).

Nilai keikhlasan, merupakan nilai yang fundamental dalam pendidikan

pesantren, karena keikhlasan merupakan salah satu indikator kesungguhan dalam

penghambaan diri pada Allah. Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama,

memiliki tugas dan tanggungjawab dalam menanamkan nilai ikhlas kedalam jiwa

para santri, sehingga menjadi bagian dari karakter luhur yang dimilikinya.

Jiwa keikhlasan, tidak mudah untuk diukur karena terkait dengan niat dan

tujuan dalam melaksanakan segala bentuk aktifitas, dan tidak sekedar diucapkan

tapi ada dalam hatinya, namun dapat dilihat dari gejala yang muncul dalam

tindakan. Dalam pendidikan pesantren, jiwa keikhlasan dapat dilihat dari

komitmen warga pesantren, dalam menjalani kehidupan di pesantren. Kiai

memiliki komitmen dan konsistensi dalam mendidik para santri, walaupun para

                                                            33  Mardiyah, Kepemimpinan Kiai, 360 34 Ibid, 360-361

Page 19: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

169  

 

kiai tidak mendapatkan imbalan apapun, baik dari santri, wali santri,

kelembagaan, maupun dari pemerintah.

Walaupun kiai bisa mendapatkan sesuatu (uang, barang, atau jasa) dari

walisantri, alumni, dan simpatisan, yang diberikan saat datang bertamu pada kiai,

tapi kalau diukur dari jerih payah mengelola pesantren, apa yang diterima tidak

sebanding dengan apa yang diberikan. Kiai Hasyim bukan saja banyak berkorban

untuk pengelolaan Pesantren Tebuireng, bahkan beliau terbiasa menyerahkan

sebagaian penghasilan pertanian dan perdagangannya, kepada siapapun yang

beliau temui di jalan, kepada para tetangga, dan kepentingan organisasi yang

digelutinya.35

f. Uswah H{asanah (ketauladanan)

Karakter luhur yang ditunjukkan Kiai Hasyim dalam kehidupan sehari-

hari, merupakan bentuk uswah hasanah kepada santri dan masyarakat. Nilai atau

ajaran agama, tidak hanya diucapkan, tapi dipraktekkan dalam kehidupan beliau,

sehingga santri dan masyarakat, dapat dengan mudah mencerna dan menghayati

nilai-nilai yang diajarkan beliau.

Ketauladanan Kiai Hasyim dalam penerapan nilai-nilai luhur dalam

kehidupan, seperti memberikan perhatian kepada setiap tamu yang datang apapun

latarbelakngnya, mengutamakan kepentingan masyarakat dari kepentingan dirinya

sendiri, kerendahan hati, kesederhanaan, dan sikap populisnya, membawa sosok

Kiai Hasyim semakin memperoleh apresiasi dari masyarakat, diakui sebagai orang

yang dipercaya (ama<nah), sebagai pemimpin bukan hanya dalam bidang

keagamaan, tapi pemimpin masyarakat yang disegani, bahkan diakui sebagai

                                                            35 Ibid, 361-362

Page 20: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

170  

 

orang tua masyarakat, yang dapat dijadikan tempat bertanya dan mengadukan

masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.36

Sedangkan nilai-nilai instrumental, yang dikembangkan di Pesantren

Tebuireng, meliputi : wisdom (kebijaksanaan), bebas terpimpin, kolektivitas,

relasi kiai-santri-masyarakat, etos belajar, dan kesederhanaan.37 Dari berbagai

nilai dasar yang tercermin dalam pola kehidupan warga pesantren Tebuireng, pada

saat penelitian ini dilaksanakan telah dirumuskan dan menjadi nilai dasar yang

dijadikan prinsip dalam pendidikan pesantren, dan diinternalisasi dalam proses

pembentukan karakter santri. Nilai-nilai dasar yang ditetapkan dalam

kepemimpinan Gus Sholah ini, meliputi : 1) Ikhlas, 2) Jujur, 3) Kerja Keras, 4)

Tanggung Jawab, dan 5) Tasa<muh (Toleransi, Pen).38 Pada saat penelitian ini

dilakukan (2015), lima nilai dasar yang dirumuskan dalam kepemimpinan Gus

Salah tersebut, masih dalam proses perumusan strategi pengembangannya dalam

pendidikan pesantren.

B. Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton

1. Sejarah Berdiri dan Dinamikanya

Pondok Pesantren Nurul Jadid, didirikan oleh KH. Zaini Mun’im, yang

sebelumnya telah mengasuh Pondok Pesantren warisan ayahnya di Galis

Pamekasan Madura. Pada awal kedatangannya di Tanjung (sekarang Desa

Karanganyar) sekitar tahun 1948, Kiai Zaini sebenarnya tidak bermaksud

mendirikan pesantren, melainkan sekedar mengisolasi diri dari kekejaman tentara

Belanda yang kembali lagi masuk Indonesia pada masa kemerdekaan. Setelah

                                                            36 Ibid, 362-363 37 Ibid, 350. 38 Dokumen Lembaga Kendali Mutu Pendidikan Pesantren Tebuireng, Jombang, 20 Pebruari 2015

Page 21: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

171  

 

terdesak oleh kekuatan musuh yang menerapkan gerakan bumi hangus, Kiai Zaini

terpaksa meninggalkan Madura menuju daerah Asembagus Situbondo melalui

jalur laut. Di Asembagus Kiai Zaini menetap di Pondok Pesantren Salafiyah

Syafi’iyah Sukorjo yang diasuh KH. Syamsul Arifin. Kemudian dari Asembagus

melanjutkan perjalanannya untuk bergabung dengan teman-teman seperjuangan

yang berada di pedalaman Yogyakarta, namun setelah singgah di daerah

Kraksaan, Kiai Zaini mendapatkan tawaran beberapa lahan untuk ditempatinya.

Dan setelah dikonsultasikan pada KH. Syamsul Arifin Sukorejo Asembagus,

disarankan untuk menetap di Tanjung Paiton.39

Desa Tanjung (sekarang Karanganyar), yang ada di wilayah Kecamatan

Paiton, Kabupaten Probolinggo, pada awalnya merupakan daerah yang tanahnya

tidak produktif dan masyarakatnya terbelakang. Kepercayaan animisme dan

dinamisme, menjadi keyakinan dalam hidupnya, prilaku patologis seperti

perampokan, perjudian, dan prostitusi, kental dalam kehidupan masyarakat.40

Setelah menetap dalam beberapa waktu yang tidak lama, Kiai Zaini

mendapatkan amanah dua orang santri: yaitu Syaifuddin (dari Sidodadi Paiton)

dan Syafi’uddin (dari Gondosuli Kotaanyar ). Saat itu, mereka berdua hidup

tinggal bersama Kia Zaini, ditempatkan di surau kecil, selain berfungsi sebagai

tempat shalat, juga untuk ruang tamu, ruang mengajar, dan tempat tidur santri.

Kemudian, beberapa saat kemudian disusul oleh para santri lainnya, baik yang

berasal dari Madura, maupun yang berasal dari daerah sekitar kabupaten

                                                            39  Mastuki HS, M.Ag, M. Ishom El-Saha, M.Ag (Ed), Intelektualisme Pesantren, Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Keemasan Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), 212-213 40 M. Masyhur Amin, M. Nasikh Ridlwan, KH. Zaini Mun’im, Pengabdian dan Karya Tulisnya, (Yogyakarta: LKPSM, 1996), 11-12

Page 22: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

172  

 

Probolinggo, dan dari beberapa Kabupaten tetangga, seperti Situbondo.41

Sehingga, para santri yang belajar kepada Kiai Zaini, semakin bertambah.

Bersama dengan keberadaan santri semakin bertambah, keberadaan Kiai

Zaini di Tanjung akhirnya terpantau oleh Belanda. Setelah kurang lebih dua bulan

menempati rumah dan surau yang telah dibangunnya, ujian pertama yang dihadapi

Kiai Zaini dan para santri, beliau ditangkap oleh Belanda dan dimasukkan ke

penjara probolinggo selama 4 bulan (12 Desember 1948-18 Maret 1949), dengan

tuduhan melanggar ketentuan pemerintah Belanda, karena keterlibatannya sebagai

Sabilillah Leider.42

Setelah keluar dari penjara, Kiai Zaini melanjutkan kegiatan mendidik para

santri yang terus semakin bertambah. Santri awal yang ikut berpengaruh terhadap

perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid, adalah Kiai Muntaha yang

sebelumnya sebagai santri dan ustad dari Pondok Pesantren Bata-Bata Madura,

dan Kiai Sofyan yang semula sebagai santri di Pondok Pesantren Zainul Hasan

Genggong, yang diperintah oleh Kiai Hasan (Pengasuh Ponpes Zainul Hasan

Genggong), untuk menambah ilmu dan membantu Kiai Zaini Mun’im dalam

merintis Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton.

Kedua Kiai tersebut, datang ke Tanjung, pada saat Kiai Zaini bertugas

sebagai penasehat dan pimpinan rombongan jamaah haji Indonesia ke Mekah.

Beliau berdua ikut membina pengajaran kitab kepada para santri yang terus

berdatangan, bahkan kedua Kiai ini berinteraksi dengan masyarakat sekitar

melakukan fungsi sosial yang melekat dalam fungsi pesantren.43

                                                            41  Mastuki HS, M.Ag, M. Ishom El-Saha, M.Ag (Ed), Intelektualisme Pesantren, 214. 42  M. Masyhur Amin, M. Nasikh Ridlwan, KH. Zaini Mun’im, 15 43 Mastuki HS, M.Ag, M. Ishom El-Saha, M.Ag (Ed), Intelektualisme Pesantren, 213-214.

Page 23: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

173  

 

Pengalaman KH Zaini Mun’im yang luas dalam dunia pesantren, baik

sebagai santri kelana dari berbagai pesantren di Madura, Jawa dan bahkan di Arab

Saudi44, maupun pengalamannya memimpin Pondok Pesantren Panggung Galis

Pamekasan sejak tahun 1934,45 menjadi modal utama KH Zaini Mun’im dalam

pengelolaan Pondok Pesantren Nurul Jadid, sehingga dalam kurun yang tidak

terlalu lama dapat berkembang secara pesat baik kuantitas santrinya maupun

kelembagaannya.

Sebagai sosok kiai yang amat mencintai ilmu pengetahuan, KH. Zaini

Mun’im tidak sekedar rajin mengajar kitab kepada para santri, melainkan beliau

juga produktif dalam menyusun kitab. Beberapa kitab yang berhasil disusun oleh

beliau adalah :

1) Tafsir al-Us{u<l fi< al-Ilmi al-Us{u<l. Kitab ini beliau tulis sebagai upaya memudahkan santri dalam memahami Qa’idah Us{u<liyyah dengan metode cepat dan praktis 2) Naz{am Safi<natu al-Najah, kitab ini ditulis pada tahun 1377 H/1956 M. sebagai penyempurnaan dari kitab-kitab Fiqh li al-Mubtadiin.

                                                            44 Beliau memperdalam Al-Qur’an beserta tajwidnya kepada KH. M. Kholil dan KH. Muntaha, (menantu Kiai Kholil) di Pondok Pesantren Kademangan Bangkalan Madura. Setelah itu, pada tahun 1922 beliau melanjutkan proses belajarnya ke Pondok Pesantren Banyuanyar Pamekasan yang diasuh oleh KH. R. Abdul Hamid dan puteranya KH. Abdul Madjid. Pada tahun 1925, beliau mulai merantau ke tanah Jawa dan mondok di Pesantren Sidogiri Pasuruan. Di Sidogiri beliau hanya belajar satu tahun, karena ayahnya meninggal dunia dan sebagai putera sulung harus pulang ke Madura mengantikan posisi ayahnya mengurus pertanian dan perdagangan, terutama pengoperasian pabrik sepatu dan pabrik koper yang telah diwariskan kepadanya. Di usia 22 tahun, beliau dapat mengendalikan dan mengembangkan usaha pertanian dan perdagangan yang diwariskan ayahnya. Hasil usahanya, beliau gunakan untuk menimba ilmu ke Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang diasuh oleh KH. Hasyim Asy'ari. Di pesantren ini, beliau mendalami ilmu agama dan ilmu bahasa Arab pada tingkatan yang lebih tinggi, baik kepada KH Hasyim Asy’ari, KH. Maksum (menantu Kiai Hasyim) maupun kepada KH. Wahid Hasyim (Putera Kiai Hasyim). Pada pertengahan tahun 1928 bersama dengan nenek, ibu dan adik kandungnya, beliau berangkat ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji dan terus menetap untuk menuntut ilmu. Beliau belajar di Makkah selama lima tahun. Para ulama yang menjadi guru beliau antara lain: KH. M. Baqir (berasal dari Yogyakarta), Syekh Umar Hamdan AI-Maghribi, Syekh Alwi Al-Maliki (Mufti Maliki di Makkah), Syekh Sa’id Al-Yamani (mufti Syafi’i di Makkah), Syekh Umar Bayunid (mufti Syafi’i di Makkah), Syekh Yahya Sangkurah (berasal dari Malaysia), dan Syekh Syarif Muhammad bin Ghulam As-Singkiti. Sebelum pulang ke tanah air, beliau sempat mukim di Madinah selama enam bulan. Di sini beliau mengikuti berbagai pengajian di Masdjid Nabawi dari beberapa ulama terkemuka saat itu, di antaranya Syekh lbrahim Al-Barry. Lihat : Ibid, 211 45 Ibid.

Page 24: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

174  

 

3) Naz{am Shu’a<bi al-I<man. Naz{am sebanyk 313 bait, menjelaskan tentang Tauhid dan akhlaq. Belaiu memulai menulis kitab ini sejak tahun 1387 H/1966, dan pada tahun 1392 H/1972, diterjamahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kitab ini merupakan rangkuman dari kitab Shu’a<bi al- I<man karya al-Imam al-Baihaqi. 4) Tafsir al-Qur’an bi al-Imla’. Kitab ini merupakan bahan acuan yang digunakan beliau dalam mengajar Fi< Kulliyati al-Tafsi<r.46

Kiai Zaini Mun’im, sebagai pendiri dan pengasuh pertama Pondok

Pesantren Nurul Jadid, memiliki kepribadian yang tidak sama dengan kebanyakan

Kiai lainnya yang kental dengan watak feodalistik. Kiai Zaini adalah sosok yang

santun dalam tutur kata, tidak keras sekalipun dalam menghadapi santrinya yang

nakal, selalu mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan setiap masalah

yang muncul.47 Sikap demokratis Kiai Zaini dalam memimpin pesantren –

sebagaimana disaksikan peneliti sebagai insider – tercermin dalam kebijakan

beliau yang terus dilanjutkan para penerusnya; yaitu diadakannya rapat berkala

dengan seluruh komponin pengurus pesantren, bahkan dalam setiap tahun

ditradisikan acara rapat wali santri dan alumni yang berfungsi sebagai wahana

evaluasi, kritik, dan penampungan aspirasi dalam pengembangan pesantren.

2. Dinamika Pendidikan.

Dalam upaya mengembangkan pendidikan bagi masyarakat, pada tahun

1950, Kiai Zaini mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Agama (MIA), dan Taman

Kanak-Kanak Nurul Mukmin yang ditempatkan di luar pondok. Penempatan

lembaga pendidikan di luar pondok, sebagai layanan pendidikan pada masyarakat

sekitar, yang pada saat itu masih banyak yang enggan menyekolahkan anaknya ke

dalam pondok. Sementara di dalam pondok sendiri didirikan lembaga pendidikan

yang diberi nama Manhal al-Nashi’ah al-Isla<miyyah, dan sebagai sekolah

                                                            46 Ibid, 212 47 Mastuki HS, M.Ag, M. Ishom El-Saha, M.Ag (Ed), Entelektualisme Pesantren, 210.

Page 25: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

175  

 

lanjutannya didirikan Flour Class. Kemudian pada tahun 1961 dua lembaga

tersebut diubah menjadi Madrasah Mu’allimin, dan pada tahun 1969, Madrasah

Mu’allimin diubah menjadi Madrasah Tsnawiyah dan Madrasah Aliyah yang

kemudian dinegerikan menjadi MTsAIN (sekarang MTsN) dan MAAIN

(sekarang MAN).

Pada tahun yang sama (1969), atas amanat Musyawarah Alim Ulama NU

Jawa Timur, di Pondok Pesantren Nurul Jadid didirikan Akademi Dakwah dan

Ilmu Pendidikan Nahdlatul Ulama (ADIPNU), yang kemudian berubah menjadi

Perguruan Tinggi Ilmu Dakwah (PTID) program sarjana muda. Semangat

melayani kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, tidak hanya

diwujudkan dalam bentuk madrasah yang lebih berorientasi pada pembelajaran

ilmu agama, Kiai Zaini Mun’im memiliki kepedulian pula dalam pembelajaran

ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai dengan langkah mendirikan SMP

dan SMA Nurul Jadid pada tahun 1970. Kemudian pada tahun 1974, mendirikan

PGA (Pendidikan Guru Agama) 4 tahun. Setelah ada kebijakan pemerintah

tentang pengurangan sekolah keguruan, maka PGA diubah menjadi MTs Nurul

Jadid dan MA Nurul Jadid.48

Setelah Kiai Zaini Wafat pada tanggal 26 Juli 1976 M/29 Rajab 1396 H

dalam usia 70 tahun, kepemimpinan Pondok Pesantren Nurul Jadid dikendalikan

oleh KH. Muhamad Hasyim Zaini (Putra Sulungnya), sebagai pengasuh keua

yang pada saat itu juga menjabat sebagai Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

Paiton.

                                                            48 Ibid 215-216. Lihat juga, KH. Hefni Razaq dkk (Tim Penyusun), Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid, (Probolinggo, Humas Sekretariat Pondok Pesantren Nurul Jadid, t.th), 13-14.

Page 26: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

176  

 

Dibawah kepemimpinan Kiai Hasyim yang dibantu oleh KH. A. Wahid

Zaini (pada saat itu masih aktif sebagai anggota DPRD Tk 1 Jatim dari fraksi

PPP), KH. Hasan Abd Wafi (menantu KH. Zaini Mun’im/Suami Ny Hj. A’isyah

Zaini yang pada saat itu juga a ktif sebagai anggota DPRD Kabupaten

Probolinggo dari fraksi PPP), dan K. Faqih Zawawi (keponakan Kiai Zaini/putra

K. Zawawi Mun’im), usaha pengembangan pendidikan terus dilakukan, antara

lain mendirikan Madrasah Tah{ass{us{ al-Di<ni,< yaitu lembaga pendidikan

khusus keagamaan dengan sistem klasikal, dan membuka kelas khusus

pendalaman kitab salaf yang diasuh oleh KH. Hasan A. Wafi.

Dalam pengembangan lembaga pendidikan formal, pada tahun 1983

lembaga pendidikan tinggi yang ada – Perguruan Tinggi Ilmu Dakwah - dikuatkan

dengan didirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS), sehingga pada saat itu ada

dua lembaga pendidikan tinggi di Pondok Pesantren Nurul Jadid; yaitu PTID

(Perguruan Tinggi Ilmu Dakwah) dan STIS.49

Untuk membekali santri memiliki keterampilan hidup, pada masa Kiai

Hasyim Zaini diadakan berbagai kegiatan kursus keterampilan sesuai dengan

minat santri, antara lain keterampilan jahit/tata busana, pertukangan,

perbengkelan, dan teknologi tepat guna, bekerjasama dengan berbagai NGO

seperti LP3ES, P3M, dan NGO lainnya.

Pada tahun 1984, KH. Muhamad Hasyim Zaini wafat dalam usia yang

relatif muda (45 tahun). Kepemimpinan Pondok Pesantren Nurul Jadid,

selanjutnya diteruskan oleh KH. A. Wahid Zaini. Dalam kepemimpinan Kiai A.

Wahid Zaini, beberapa langkah pengembangan pendidikan dilakukan, baik pada

                                                            49 Hefny Rozaq, Mahrus Syamwel (Ed), Riwayat Singkat Al Marhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid, (Probolinggo: Sekretariat Pondok Pesantren Nurul Jadid, 2011), 21-22.

Page 27: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

177  

 

lembaga pendidikan formal maupun non formal. Lembaga pendidikan khusus

keagamaan (Tah{ass{us{ al-Di<ni) yang didirikan pada masa kepemimpina Kiai

Hasyim, digantikan dengan sistem pengajian terpadu yang diselenggarakan di

masing-masing asrama santri sesuai dengan tingkat pendidikannya. Kemudian

pada tahun 1986 pendidikan keagamaan dalam sistem pengajian terpadu,

dilembagakan menjadi Madrasah Diniyah, dan seluruh santri wajib mengikuti

pendidikan Madrasah Diniyah.

Untuk penguatan santri dalam penguasaan ilmu, baik ilmu agama maupun

IPTEK, Kiai A. Wahid Zaini membuat trobosan baru, dengan menetapkan

standart minimal keimuan santri yang disesuaikan dengan varian lembaga

pendidikan yang ada. Untuk santri yang menempuh pendidikan MTs dan MA,

disamping mendalami ilmu-imu yang terkait dengan furu<d{u al-‘Ainiyyah juga

harus bisa membaca kitab minimal Fath{u al-Qari<b, sedangkan untuk santri

yang menempuh pedidikan di SMP dan SMA, dalam bidang keagamaan cukup

menguasai ilmu agama yang terkait dengan furu<d{u al-‘Ainiyyah, tanpa

kewajiban bisa membaca kitab, tapi harus menguasai di bidang MAFIKIB

(Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi).

Kiai A. Wahid Zaini juga memberi perhatian yang tinggi pula terhadap

peningkatan penguasaan santri dalam bidang bahasa Arab dan Inggris. Untuk

penguatan dalam bidang bahasa Arab dan Inggris ini, didirikan Lembaga

Pengembangan Bahasa Asing (LPBA). Para santri yang berminat dalam bidang

bahasa Arab dan Inggris, diasramakan tersendiri, dan dilakukan pembinaan secara

intens dengan penekanan pada kemampuan berbicara dengan dua bahasa tersebut.

Page 28: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

178  

 

Begitu pula untuk membekali santri memiliki kemampuan dalam bidang

teknologi informatika, pada masa kepemimpinan Kiai Wahid Zaini, kegiatan

kursus keterampilan yang telah dirintis sejak masa Kiai Hasyim Zaini,

dikembangkan dengan membuka kursus computer. Dan berbagai kegiatan

pelatihan, terus dilakukan pengembangan varian keterampilan yang diajarkan,

yang dikelola melalui lembaga Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat

(BP2M).

Dalam pengembangan lembaga pendidikan formal, Kiai A. Wahid Zaini

pada awal kepemimpinannya, melakukan penguatan lembaga pendidikan tinggi

dengan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT), sehingga kelembagaan

pendidikan tinggi di Pondok Pesantren Nurul Jadid berubah menjadi Institut

Agama Islam Nurul Jadid, dengan tiga fakultas yaitu : Dakwah, Syari’ah dan

Tarbiyah. Dan ada tahun 1992, didirikan Madrasah Aliyah Program Keagamaan

(MAPK), kemudian pada tahun 1999, kursus komputer yang dibuka pada awal

tahun 1990 an, dikembangkan menjadi Akademi Komputer Indonesia (AKOMI),

dan selanjutnya dikembangkan menjadi Sekolah Tinggi Teknologi (STT).50

Kapasitas ketokohan Kiai A. Wahid Zaini baik di tingkat regional, maupun

nasional51, berpengaruh pada inklusifitas Podok Pesantren Nurul Jadid dalam

membangun jaringan kerjasama dalam proyek-proyek kemanusiaan, di bidang

kesehatan, ekonomi, dan pendidikan, baik dengan lembaga pemerintah maupun

non pemerintah, baik dengan komunitas lintas paham keagamaan dalam Islam

maupun dengan komunitas lintas agama.

                                                            50 KH. Hefni Razaq dkk (Tim Penyusun), Profil Pondok Pesantren, 18-19. 51 Kiai Wahid Zaini disamping pernah menjadi anggota DPRD Jatim selama dua periode (1977-1987), Kiai Wahid juga aktif sebagai Pengurus NU baik di tingkat PC, PW, dan PB.

Page 29: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

179  

 

Setelah Kiai A. Wahid Zaini wafat ditahun 2001, kepemimpinan Pondok

Pesantren Nurul Jadid dipercayakan kepada KH. M. Zuhri Zaini BA. Dan sejak

kepemimpinan Kiai Zuhri, dilakukan pembagian peran antara lembaga Pesantren

dengan Badan Hukum Yayasan. Kiai Zuhri sebagai pengasuh lebih diposisikan

sebagai penanggungjawab umum dari seluruh kegiatan kepesantrenan di luar

kegiatan lembaga formal. Untuk pengelolaan lembaga pendidikan formal ada

dalam kendali Badan Hukum Yayasan, yang pada saat itu ketua yayasan

dipercayakan kepada KH. Abdul Haq Zaini. Kiai Zuhri sebagai pengasuh, dalam

Badan Hukum Yayasan diposisikan sebagai pembina, sehingga kendali kebijakan

umum Yayasan juga tetap ada pada Kiai Zuhri.

Setelah KH. Abdul Haq Zaini wafat pada tahun 2009, dan Ketua Yayasan

dipercayakan kepada KH. Nurchotim Zaini, hubungan yayasan dengan pesantren

diatur kembali. Ketua Yayasan sekaligus menempati posisi sebagai Kepala

Pesantren, sehingga tidak hanya bertanggungjawab pengelolaan lembaga

pendidikan formal tapi sekaligus membantu tugas pengasuh dalam pelaksanaan

teknis kegiatan kepesantrenan secara umum. Kebijakan ini yang terus

dipertahankan sampai sekarang, dimana setelah KH Nurchotim Zaini wafat pada

tahun 2013 ketua yayasan dipercayakan kepada KH. Abdul Hamid Wahid.

Pada masa kepemimpinan Kiai Zuhri ini, upaya-upaya pengembangan

terus dilakukan baik secara institusional, managemen, kurikulum dan sarana

prasarana. Dalam pengembangan kelembagaan antara lain : mendirikan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK), membuka jurusan bahasa (inggris dan mandarin) di

SMA, mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES), mendirikan

Program Pascasarjana (S2) Pendidikan Agama Islam, pembukaan prodi Ekonomi

Page 30: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

180  

 

Shari’ah, prodi Ilmu al-Qur an dan Tafsir, prodi Managemen Pendidikan Islam,

dan berbagai prodi lainnya sebagai langkah pengembangan IAI Nurul Jadid.52

Untuk menguatkan pencapaian standart minimal penguasaan santri dalam

bidang furu<d{u al-‘ainiyyah, di semua jenjang pendidikan diterapkan sistem

evaluasi standart kompetensi keagamaan, yang dievaluasi secara berkala oleh wali

pembina, dan dilakukan pembinaan baik di sekolah maupun di asrama. Program

keagamaan yang dikembangkan dalam kepemimpinan Kiai Zuhri, antara lain

rintisan program tah{fi<z{u al Qur an yang dibuka sejak masa kepemimpinan Kiai

Wahid Zaini, dikuatkan dengan pembentukan lembaga Pusat Pembinaan Ilmu al-

Qur an (PPIQ). Dalam pembinaan kemampuan membaca kita salaf, dibentuk unit

kegiatan santri Lembaga Pembinaan Baca Kitab, dan dalam penyiapan kader

fuqaha didirikan Pendidikan Tinggi Ma’had ‘Ali<.53

3. Nilai-Nilai Dasar Kepesantrenan

Pondok Pesantren Nurul Jadid yang memiliki visi “Terbentuknya manusia

yang beriman, bertaqwa, berakhlak al-karimah, berilmu, berwawasan luas,

berpandangan ke depan, cakap, terampil, mandiri, kreatif, memiliki etos kerja,

toleran, bertanggung jawab kepada masyarakat, serta berguna bagi agama bangsa

dan negara”.54 Pada dasarnya sama dengan pesantren pada umumnya, dalam

pengembangan nilai-nilai yang ditanamkan ke dalam jiwa santri; yaitu nilai-nilai

yang digali dari ajaran Islam dan kearifan lokal yang bersifat universal.

Namun demikian, pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren Nurul

Jadid, sejak awal telah merumuskan ideologi pesantren sebagai acuan dalam

                                                            52 H. Hefni Razaq (Sekretaris yayasan), wawancara, Paiton, 2 Maret 2015. 53 KH. Zuhri Zaini, Wawancara, Paiton, 20 Pebruari 2015. 54 KH. Hefni Razaq dkk (Tim Penyusun), Profil Pondok Pesantren, xviii,

Page 31: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

181  

 

pembinaan karakter santri dan pengembangan program pesantren, yaitu Trilogi

Satri dan Panca Kesadaran Santri.

a. Trilogi Santri 1) Al-Ihtima<m bi al-Furu<d{ al-‘Ainiyyah (Berkomitmen dalam menjalankan kewjiban-kewajiban individu yang mendasar) 2) Al-Ihtima<m bi tarki al-Kaba<ir (Berkmitmen dalam meninggalkan dosa-dosa besar) 3) Husnu al-adab ma’a Allahi wa ma’a al-khalqi (Berbudi luhur baik kepada Allah maupun kepada semua ciptaan Allah) b. Panca Kesadaran Santri 1) Kesadaran Beragama 2) Kesadaran Berilmu 3) Kesadaran Bermasyarakat 4) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara. 5) Kesadaran Berorganisasi.55

Trilogi Santri merupakan fondasi dalam pengembangan kualitas

keberagamaan santri, baik dalam kaitan dengan Allah maupun dalam kaitan

dengan sesama manusia, bahkan dengan semua mahkluq Allah. Penetapan al-

furu<d{ul ‘ainiyyah{ dan tarki al-kaba<ir, merupakan standart minimal, yang

harus menjadi perhatian dan komimen santri dalam menjalankan kewajiban

agama, sehingga melalui komitmen tersebut, para santri diharapkan mampu terus

menyempurnakan amaliah keagamaannya.56

Panca Kesadaran Santri yang memposisikan kesadaran beragama,

menempati posisi kesadaran pertama, menjadikan kesadaran beragama sebagai

titik utama yang harus mendasari kehidupan santri agar seluruh aktifitasnya benar-

benar diletakkan di atas rel kehidupan yang ditunjukkan Allah. Kesadaran ini,

meliputi tiga aspek pokok dalam agama; yaitu aqidah, ibadah dan akhlaq, yang

                                                            55 Ibid, xiv-xv. Lihat juga : M. Rahwini Anwar, Sejarah Almarhum KH. Zaini Mun'im dan Pondok Pesantren Nurul Jadid (Paiton: Biro Umum, 1997), 34. 56  KH. Zuhri Zaini, wawancara, Paiton, 22 Januari 2015 

Page 32: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

182  

 

tiga aspek tersebut dibangun diatas tiga landasan pokok; yaitu wawasan

keagamaan yang luas, tanggugjawab keagamaan yang tinggi, dan penghayatan

keagamaan yang mendalam.57

Kesadaran berilmu yang menjadi kesadaran kedua dalam Panca Kesadaran

Santri, merupakan sikap dasar santri yang senantiasa menempatkan ilmu sebagai

sesuatu yang urgen dalam kehidupannya, karena hidup tanpa ilmu akan tersesat.

Dalam pembinaan kesadaran berilmu, yang menjadi titik tekan dalam pembinaan

santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid, adalah kesadarn berilmu yang dijiwai

oleh kesadaran beragama,. Karena itu penanaman ilmu, senantiasa dikaitkan

dengan pembinaan amaliahnya dalam menjalankan kewajiban-kewajiban pokok

dalam agama, termasuk kewajiban dalam menyebarkan ajaran agama sebagai

bentuk komitmen dalam meneruskan kerisalahan Nabi Muhammad SAW.

Dengan demikian pula, maka santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, tidak hanya

diarahkan untuk menguasai ilmu-ilmu keagamaan, tetapi juga diarahkan untuk

menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang menunjang dalam penyebaran agama,

baik ilmu-ilmu sosial maupun ilmu pengetahuan alam, dan teknologi.58

Kesadaran bermasyarakat yang diposisikan sebagai kesadaran ketiga

dalam Panca Kesadaran Santri, bertolak dari prinsip bahwa kehidupan

bermasyarakat merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, karena sebagai

makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia yang satu

membutuhkan manusia yang lain. Melalui pembangunan kesadaran bermasyarakat

ini, diharapkan pondok pesantren dan seluruh santrinya tidak menjadi menara

gading yang jauh dari masyarakatnya, melainkan bisa menjadi menara air yang

                                                            57  KH. Hefni Razaq dkk (Tim Penyusun), Profil Pondok Pesantren, 24 58  Ibid, 26‐30. 

Page 33: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

183  

 

dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat. Pesantren dan santri harus

menyatu dengan masyarakat, saling bergandeng tangan dalam pembangunan

agama dan pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga terwujud masyarakat yang

religius dan tercerahkan dalam kehidupannya.59

Kebijakan Pondok Pesantren Nurul Jadid sejak pengasuh pertama sampai

sekarang, dalam memantapkan kesadaran bermasyarakat, mengharuskan setiap

kegiatan yang dilaksanakan organisasi daerah santri atau forum alumni di

masyarakat harus menggandeng organisasi masyarakat yang ada di daerahnya

masing-masing. Bahkan Kiai Zaini selalu menyatakan agar santri Nurul Jadid

tidak bersikap eksklusif, tidak boleh membangun fanatisme kelompok termasuk

fanatik kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid, sehingga kegiatan para santri

melalui organisasi daerah, diarahkan pula tidak hanya menggandeng organisasi

kemasyarakatan yang ada di daerahnya, tapi juga menggandeng santri dan alumni

dari pesantren yang lain. Kebijakan Kiai Zaini sebagai pendiri dan pengasuh

pertama tersebut terus dijadikan acuan sampai sekarang.60

Kesadaran Berbangsa dan Bernegara yang diposisikan sebagai kesadaran

keempat dalam Panca Kesadaran Santri, dimaksudkan bahwa santri harus

memiliki pandangan, dan sikap atau wawasan, serta tanggungjawab dalam

pembangunan bangsa dan negara, sebagai bagian dari tugas keagamaan. Sikap

nasionalisme dan patriotisme, merupakan bagian penting dari jiwa kesantrian,

sebagai bentuk tanggungjawab terhadap kelangsungan hidup bangsa dan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pengalaman KH. Zini Mun’im yang terlibat

langsung dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, tentu ikut

                                                            59  Ibid, 31‐32. 60  KH. Zuhri Zaini, wawancara, Paiton, 22 Januari 2015 

Page 34: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

184  

 

menginspirasi dalam perumusan kesadaran berbangsa dan bernegara, karena itu

pula beliau senantiasa menyampaikan bahwa satri Nurul Jadid harus menjadi

muslim aktif, harus berjuang di masyarakat untuk agama, bangsa dan negara,

sesuai dengan bakat dan keahlian serta profesinya masing-masing.61

Kiai Zaini dalam pengembangan nilai kebangsaan, antara lain dengan

mengembangkan sikap moderat dalam menghadapi realitas pluralitas ummat

Islam dan bangsa Indonesia. Bagi Kiai Zaini perbedaan itu suatu keniscayaan,

karena itu dalam pembangunan kehidupan berbangsa tidak perlu mempersoalkan

perbedaan-perbedaan yang ada, melainkan harus lebih diarahkan untuk mencari

titik temu atau persamaan-persamaannya, sehingga persatuan dan kesatuan bangsa

semakin kokoh.62

Kesadaran berorganisasi yang menempati pada posisi kesadaran kelima

dalam Panca Kesadaran Santri, memiliki makna bahwa dalam pengelolaan segala

sumber daya dalam pembangunan kualitas keberagamaan, pembangunan

pendidikan, dan berbagai aspek kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, harus ditata dengan baik, sehingga tercapai keberhasilan yang efektif

dan efisien. Melalui kesadaran berorganisasi ini, diharapkan santri Nurul Jadid

akan selalu mengedepankan kepentingan dan tujuan bersama dalam setiap derap

langkahnya.63 Karena itu, dapat disaksikan dengan jelas, kehidupan organisasi di

Pondok Pesantren Nurul Jadid, sangat bergairah dan mendapat dukungan secara

kelembagaan, baik organisasi intra di semua tingkat lembaga pendidikan maupun

organisasi ekstra.

                                                            61  KH. Hefni Razaq dkk (Tim Penyusun), Profil Pondok Pesantren, 32-35. 62  M. Masyhur Amin, M  Nasikh Ridwan, KH. Zaini Mun’im……., 73. 63  KH. Hefni Razaq dkk (Tim Penyusun), Profil Pondok Pesantren, 35-36. 

Page 35: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

185  

 

Disamping nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pesantren tersebut,

berbagai nilai universal yang juga ditanamkan kepada santri antara lain :

kesederhanaan, kemandirian, keadilan, persaudaraan, persamaan, persatuan,

toleransi, moderat, demokrasi, dan amar ma’ruf nahi munkar.64

Proses penanaman nilai-nilai dasar kepesantrenan tersebut, secara kognisi

diawali dengan pengenalan nilai-nilai tersebut pada saat masa orientasi santri baru

(OSABAR), yang dilanjutkan dengan pendalaman pengetahuan nilai-nilai

tersebut, di masing-masing lembaga yang integral dalam berbagai mata

pelajaran/mata kuliah, khususnya mata pelajaran aswaja dan mata kuliah

kepesantrenan. Kekuatan utama dalam penanaman nilai tersebut, adalah

ketauladan para pembina, baik jajaran pengasuh, pengurus, pembina asrama, dan

para guru serta dosen. Kemudian dikokohkan melalui proses pembiasaan hidup

santri di atas nilai-nilai dasar tersebut. Peneguhan nilai-nilai tersebut, kembali

dilakukan secara terprogram, pada setiap santri mengakhiri masa studinya di

masing-masing tingkatan, dengan diadakan program orientasi santri kelas akhir

(Oskar), dengan harapan setelah para santri keluar dari pesantren Nurul Jadid,

dimanapun berada tetap mempertahankan nilai-nilai dasar kepesantrenan.65

Nilai-nilai yang dikembangkan dan ditanamkan pada santri di Pondok

Pesantren Nurul Jadid, selaras dengan kepribadian pendirinya – KH. Zaini

Mun’im – yang dalam pembacaan M. Mashur Amin dan M. Nasikh Ridwan, Kiai

Zaini memiliki sepuluh kepribadian utama; yaitu :

Pertama, Populis. Walaupun Kiai Zaini keturunan Kiai dan Bangsawan,

dengan kondisi ekonomi yang ada di atas rata-rata, Kiai Zaini tampil sebagai

                                                            64 KH. Zuhri Zaini, wawancara, Paiton, 22 Januari 2015 65 Ibid

Page 36: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

186  

 

sosok yang sederhana, dan bergaul dengan masyarakat umum tanpa membangun

sekat antara dirinya dan orang lain, bahkan gelar kebangsawanan sebagai raden

tidak pernah dilekatkan dengan namanya.66

Kedua, Cinta Ilmu. Sebagaimana digambarkan di muka, bahwa beliau

dapat dikatagorikan santri kelana yang masa mudanya dihabiskan untuk menggali

ilmu Allah dari pesantren ke pesantren, bahkan sampai ke tanah suci Mekah,

Dalam diskripsi penelitian M. Masyhur Amin dan M. Nasikh Ridwan dikisahkan

bahwa ketika beliau berguru pada Syekh Syarif Ahmad Bin Ghulam di Mekah,

beliau tidak hanya menimba ilmu dari gurunya, tapi sekaligus menjadi

pembantunya. Pada suatu ketika, di saat menimba air untuk mengisi bak air di

kamar mandi gurunya, tiba-tiba timba yang digunakan menimba air dari sumur

berisi emas. Beliau tidak mengambil emas tersebut bahkan memasukkan kembali

emas tersebut ke dalam sumur. Alasan beliau mengembalikan emas tersebut ke

dalam sumur, karena yang beliau inginkan ilmunya bukan emasnya.67

Ketiga, Jujur dan Ikhlas. Sejak Kiai Zaini masih muda saat mondok di

Tebuireng, beliau mendapat julukan dari KH.Hasyim Asy’ari Zaini al-Khalis{i.68

Pemberian julukan ini, tentu tidak lepas dari penilaian sang guru pada muridnya

yang dinilai memiliki jiwa keikhlasan tinggi. Begitu pula pada saat Kiai Zaini

berguru pada Syekh Syarif Ahmad bin Ghulam di Mekah, beliau sering diperintah

oleh gurunya untuk melakukan sesuatu, yang bagi kebanyakan orang dapat

menimbulkan rasa malu, seperti membuang kotoran binatang, mencari dan

memikul rumput untuk pakan binatang, dan berbagai pekerjaan di rumah sang

guru layaknya sebagai pembantu. Ini menunjukkan, bahwa penempaan jiwa                                                             66 M. Masyhur Amin, M. Nasikh Ridwan, KH. Zaini Mun’im……, 32. 67 Ibid, 33-34. 68 Ibid, 34

Page 37: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

187  

 

keikhlasan, ketawad{uan dan berbagai akhlaq luhur telah ditempuh sejak masa

muda di tangan guru-gurunya.69

Keempat, Hidup sederhana. Kesederhanaan Kiai Zaini, tercermin dari

pakaian yang digunakan sendiri maupun pakaian yang dibeli untuk putra putrinya

dan keluarga yang lain. Beliau selalu berpakaian seperti layaknya masyarakat

umum, sehingga keberadaan beliau di tengah-tengah kumpulan masyarakat, tidak

mencolok bahkan banyak orang tidak menyangka kalau beliau adalah seorang

Kiai.70 Kesederhanaan Kiai Zaini, menjadi tauladan bagi putra-putrinya, dimana

dari pengamatan peneliti selama berada di Pondok Pesantren Nurul Jadid, pola

hidup putra-putrinya mencerminkan kehidupan yang sederhana, dari pakaian,

tempat tinggal, dan kendaraannya.

Kelima, Memulyakan dan menghormati orang lain. Walau Kiai Zaini

keturunan Bangsawan dan seorang Kiai yang diakui kedalaman ilmunya, beliau

selalu merendah dan menghormati siapapun baik kepada masyarakat awam, anak-

anak muda, lebih-lebih kepada orang yang dipandang memiliki kedalaman ilmu,

dan orang-orang yang lebih tua, serta kepada para tamu beliau walaupun tamu itu

wali santri.71

Keenam, Sabar dan tabah. Kiai Zaini juga dikenal sebagai sosok yang

sabar dalam menghadapi ujian yang menimpa dirinya, baik ketika beliau

dipenjarakan oleh Belanda pada masa perang kemerdekaan – pada saat baru

beberapa bulan menetap bersama beberapa orang santri di tanjung – maupun

ketika tembakau barang dagangan beliau, disita oleh Polisi dengan tuduhan

                                                            69 Ibid. 70 Ibid, 35. 71 Ibid, 35-36.

Page 38: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

188  

 

menimbun tembakau tanpa ijin usaha, beliau menghadapinya dengan kesabaran

dan ketabahan.72

Ketujuh, Lentur. Dalam penerapan hukum di tengah-tengah masyarakat,

Kiai Zaini selalu menerapkan hukum sesuai dengan kondisi masyarakat.

Walaupun beliau sendiri menerapkan hukum Islam yang ketat, namun ketika

hukum tersebut berkaitan dengan masyarakat, penerapannya diarahkan pada

hukum yang lebih longgar. Seperti dalam kasus bunga Bank, walaupun dirinya

dengan tegas menyatakan haram dan tidak pernah berhubungan dengan pinjaman

dana bank, namun ketika masyarakat yang menanyakan hukum tersebut, beliau

menjawab bahwa hukum bunga bank ada tiga – sesuai keputusan NU – yaitu

haram, mubah dan makruh.73

Kedelapan, Gigih dan Pemberani. Kiai Zaini dikenal sebagai pejuang yang

gigih dan pemberani dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat, apalagi dalam

perjuangan amar ma’ruf nahi munkar. Ketika ada tindakan ketidak adilan terhadap

masyarakat, beliau turun tangan secara pribadi mendatangi pihak-pihak yang

terkait untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat, begitu pula ketika ada pihak-

pihak yang berupaya menghalangi pelaksanaan kegiatan kegamaan, beliau

mendatangi pihak yang menghalangi untuk meminta penjelasan, dan minta agar

masyarakat diberi kebebasan dalam menjalankan agama dan kegiatan

keagamaan.74

Kesembilan, Bercita-cita tinggi dalam keilmuan. Kiai Zaini yang dikenal

sebagai sosok yang mencintai ilmu, senantiasa mengarahkan masyarakat untuk

                                                            72 Ibid, 36-37. 73 Ibid, 37. 74 Ibid, 37-38.

Page 39: DAN NURUL JADID PAITON JAWA TIMUR Pondok Pesantren ...digilib.uinsby.ac.id/14528/50/Bab 3.pdfmelenyapkan kemungkaran di muka bumi. Penempatan Pondok Pesantren Tebuireng, di Dusun Tebuireng,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

189  

 

meningkatkan pengetahuannya terutama dalam ilmu keislaman.75 Beliau gigih

dalam penyebaran ilmu bukan hanya di pesantren, tapi juga di tengah-tengah

masyarakat. Ketika beliau menjadi Rais Syuriah NU di PC NU Kraksaan pada

tahun 1953, salah satu program beliau untuk membasmi kemungkaran dengan

program sullamisasi (meratakan pengajian kitab Sullam di tengah-tengah

masyarakat).76 Para santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid, sejak masa

kepemimpinan beliau sebagai pendiri dan pengasuh pertama, diwajibkan

mengikuti pendidikan formal minimal lulus tingkat SLTA.77

Kesepuluh, Demokratis dan terbuka. Dalam pengelolaan pesantren, Kiai

Zaini sering menyampaikan prinsip dasar dipegangi dirinya bahwa, Pondok

Pesantren Nurul Jadid didirikan untuk ummat Islam, dan bukan milik pribadi

melainkan milik ummat Islam, karena itu siapapun yang akan memberikan

masukan dan berpartisipasi, sepanjang tidak menyimpang dari prinsip agama dan

tidak mengikat, akan diterima dan dipertimbangkan sebagai in-put dalam

pengembangan pesantren.

Salah satu sarana yang digunakan untuk menampung keterlibatan

masyarakat, adalah rapat umum walisantri dan alumni yang dilaksanakan

bersamaan dengan peringatan HARLAH pada setiap tahun. Dalam forum itulah,

para peserta rapat bebas menyampaikan kritikan, pandangan, usulan dan

pertimbangan dalam upaya pengembangan pendidikan di Pondok Pesantren Nurul

Jadid.78

                                                            75 Ibid, 38. 76 Ibid, 72. 77 Pada saat peneliti baru masuk Pondok Pesantren Nurul Jadid sebagai santri pada tahun 1975, Kiai Zaini marah kepada walisantri yang meminta izin anaknya untuk berhenti mondok untuk diikahkan pada saat anaknya baru duduk di kelas dua Aliyah. 78 M. Masyhur Amin, M. Nasikh R idwan, KH. Zaini Mun’im….., 39.