dampak penggunaan teknologi pertanian terhadap sistem

74
DAMPAK PENGGUNAAN TEKNOLOGI PERTANIAN TERHADAP SISTEM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT TANI DESA MAREDA KALADA KECAMATAN WEWEWA TIMUR KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosiologi Oleh : Ferdinand Edy Sudy 352010014 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 20-Jan-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

DAMPAK PENGGUNAAN TEKNOLOGI PERTANIAN

TERHADAP SISTEM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT TANI

DESA MAREDA KALADA KECAMATAN WEWEWA TIMUR

KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Sosiologi

Oleh :

Ferdinand Edy Sudy

352010014

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem
Page 3: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem
Page 4: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem
Page 5: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

KATA PENGANTAR

Dalam perjalanan saya menempu pendidikan S1 ada begitu banyak pelajaran yang dapat

saya petik sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan diri baik dari segi sikap maupun

perilaku. Saya dapat belajar dari pengalaman saya sendiri, dari teman-teman dan dosen-dosen

yang selama ini mengajarkan saya. Dan tidak hanya itu, saya juga dapat belajar dalam

lingkungan sekitar.

Dalam proses saya selama menempu pendidikan S1 terkadang mudah terkadang susah,

terkadang manis terkadang pahit itu semua menimbulkan pelajaran yang tidak mudah

dilupakan. Proses yang selama ini saya lalui dalam menempu pendidikan S1 dapat dipetik

hikmahnya. Apa bila terjadi kesalahan dan kegagalan pada masa yang akan datang kita

berupaya untuk mengoreksi dan memperbaiki diri.

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas kasih dan

karunianya, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dapat selesai

juga atas andil dari banyak pihak, dan melalui ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1.Dr. Ir. Sri Suwartiningsih, M,Si selaku pembimbing, atas kesediaan membimbing,

memberikan koreksi dan saran, yang membangun bagi saya hingga selesainya penulisan

skripsi ini.

2.Kedua orang tua terkasih, bapak Samuel Bora Sudy dan mama Elisabet L. Kulla, yang telah

berjuang untuk kami anak-anaknya, khususnya terhadap saya. Terima kasih untuk segala

pengorbanan dan perjuangan kalian yang telah membesarkan dan mendidik saya. Dengan

mengingat perjuangan dan pengorbanan itu saya termotivasi untuk lebih setia dan

bersungguh-sungguh dalam proses belajar, merekalah kekayaan kami yang tidak ternilai

harganya. Terima kasih untuk setiap doa dan kasih sayang yang telah diberikan.

3.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (Fiskom), Universitas Kristen Satya Wacana

(UKSW), khususnya Program Studi Sosiologi, yang telah memberikan kesempatan kepada

saya untuk menimba ilmu dan pengetahuan. Terima kasih kepada seluruh staf dosen atas

bekal ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada saya selama menjadi mahasiswa. Juga

kepada staf pegawai di fakultas atas dukungan kelancaran administratif sehingga penulis

dapat sampai pada tahap akhir sebagai mahasiswa.

4.Pemerintah Desa Mareda Kalada, atas kesempatan, kesediaan yang diberikan kepada saya

untuk meneliti, memperoleh data, terima kasih untuk dukungannya sehingga penulisan skripsi

ini dapat diselesaikan.

5.Sahabat dan saudara di Keluarga Besar PERWASUS, Keluarga besar PEKAWETI,

Lembaga Kemahasiswaan FISIPOL, saudara-saudari Resimen Mahasiswa (Menwa) UKSW,

terima kasih untuk kasih sayang, pembelajaran dan pengetahuan yang saya dapat di luar

Page 6: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

ruang kelas, bersama sahabat dan saudara sekalian, terima kasih juga untuk doa dan

dukungannya.

Akhirnya, segala pujian dan hormat hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, karena dialah

yang layak menerima semua itu.

“sebab segala sesuatu adalah dari dia, dan oleh dia, dan kepada dia: bagi dialah kemuliaan

sampai selama-lamanya!” (Roma. 11:36)

Page 7: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………....……........................... I

LEMBAR PENGESAHAN ………………………..…………………..............

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .................................................................

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ......................................................

II

III

IV

KATA PENGANTAR ………………………..…………….............................. V

DAFTAR ISI ……………………………………………………....................... VIII

DAFTAR BAGAN ............................. …………………..……………………... IX

DAFTAR TABEL ……………………………………………………............... X

MOTTO …………………………………………………………………........... XI

SARIPATI ….......……………....……………………………………................ XII

ABSTRACT ........................................................................................................ XIII

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….......... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………....... 1

1.2. Rumusan Masalah ……………………………………......... 5

1.3. Tujuan Penelitian................……………………………….. 5

1.4. Manfaaat Penelitian ....…………………………………...... 5

1.5. Batasan Konsep Penelitian ...…………………………........ 6

BAB II LANDASAN TEORITIS …………………………..…………… 7

2.1. Pengertian pertanian ......................................…………....... 7

2.2. Pengertian Teknologi Pertanian …...……………………… 8

2.3. Dampak perkembangan Teknologi Terhadap kehidupan

Sosial Masyarakat ................................................................ 9

2.4.

2.5.

2.6.

Sistem Sosial Budaya.....…..............................................…

Dapak Teknologi Pada Kebudayaan ....................................

Teknologi Dan Kebudayaan Manusia .................................

11

15

17

2.7. Kerangka Pikir Penelitian ………………….............……… 19

2.8. Penelitian Terdahulu ............................................................. 20

Page 8: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………...... 24

3.1. Pendekatan Penelitian .....………………………………....... 24

3.2. Jenis Penelitian …………………………………………...... 25

3.3. Unit Analisis Dan Unit Pengamatan .........…………………. 25

3.4. Jenis Data dan Sumber Data ...................………................... 25

3.4.1. Data Sekunder …………………………………....... 25

3.4.2. Data Primer ……………………............................... 26

3.5. Lokasi Penelitian ……………………….................................. 26

3.6. Teknik Pengumpulan Data …………........................………... 26

3.6.1.

3.6.2.

Wawancara ………………..........……………….....

Dokumentasi .............................................................

26

27

3.6.3 Ovservasi..... ............................…………………… 27

3.7. Teknik Pengolaan Data …………......………………………...

27

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO ………………........ 28

4.1. Letak dan Batas Desa Mareda Kalada …………...................... 28

4.2. Penduduk Dan Mata Pencarian Penduduk ............................... 29

4.3. Fasilitas Pendidikan .................................................................. 31

4.4. Fasilitas Kesehatan ................................................................... 31

4.5. Teknologi Pertanian .................................................................. 32

4.6. Struktur Pemerintahan Desa ..................................................... 33

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 34

5.1

Teknologi Pertanian Di Desa Mareda Kalada Kecamatan

Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa

Tenggara Timur ............................................................

34

5.2.

Awal Masuk dan Penggunaan Teknologi Pertanian di Desa

Mareda Kalada Kecamatan Wewewa Timur Kabupaten

Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur .................

35

5.3. Penggunaan Teknologi Pertanian di Desa Mareda Kalada 36

Page 9: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

Kecamatan Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat Daya

Provinsi Nusa Tenggara Timur ................................................

5.4.

Sistem Sosial Budaya Masyarakat Tani di Desa Mareda

Kalada Kecamatan Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat

Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur........................................

39

5.5.

Deskripsi Perubahan Teknologi Pertanian Desa Mareda

Kalada Kecamatan Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat

Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur .......................................

44

5.6.

Dampak Teknologi Pertanian Terhadap Sistem Sosial Budaya

Petani Desa Mareda Kalada Kecamatan Wewewa Timur

Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur 47

5.7.

Luas, dalam dan cepatnya perubahan sistem sosial budaya

masyarakat tani desa Mareda Kalada akibat dari penggunaan

teknologi moderen .................................................................... 53

BAB VI PENUTUP ....................................................................................... 55

6.1. Kesimpulan ............................................................................... 55

6.2 Saran ......................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….....……………… 58

LAMPIRAN...........................................................................................................

Page 10: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.7. Bagan Kerangka Pikir Penelitian ......................................................... 19

4.6. Struktur Pemerintahan Desa Mareda Kalada........................................ 33

Page 11: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Tataguna Lahan di Desa Mareda Kalada.............................................. 29

4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur ..................................... 30

4.3. Fasilitas Pendidikan ............................................................................. 31

4.4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan.............................................................. 31

4.5. Industri Pengelolahan Dibidang Pertanian ........................................... 32

5.1. Perubahan Pada Teknologi Pertanian di Desa Mareda Kalada ............ 44

5.2. Uraian Proses Produksi Pertanian Sebelum Dan Sesuda

Menggunakan Teknologi Pertanian ..................................................... 45

5.3. Jenis Padi Dahulu (Lokal) dan Padi Sekarang ..................................... 49

Page 12: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

MOTTO

Motto Dalam Menempu Pendidikan

Menempu dengan keyakinan Menjalankan dengan keiklasan

Menyelesaikan dengan penuh kebanggaan

Motto Dalam Pergaulan

Jalan terbaik mencari kawan adalah

Kita harus berlaku sebagai kawan dan menerima kawan apa adanya

Page 13: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

SARIPATI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan perubahan teknologi tradisional ke teknologi

moderen dan dalam bidang pertanian menyebabkan terjadinya perubahan sistem sosial budaya,

dampak yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi moderen dapat berakibat baik dapat pula buruk.

Tujuan penelitian ini secara umum yakni ingin mengetahui perubahan komponen teknologi pertanian

dan perubahan sistem sosial budaya, bahwa teknologi pertanian moderen yang digunakan oleh petani

di desa Mareda Kalada memperlihatkan betapa besarnya perubahan yang timbulkan didalam sistem

sosial, tata nilai kebudayaan dan nilai kepercayaan masyarakat tani itu sendiri mulai memudar.

Keadaan pertanian di desa Mareda Kalada menujukan bahwa sistem kekeluargaan antara petani dan

rasa solidaritas antara petani menurun, hal ini juga menunjukan terjadinya pertukaran relasi yang

dulunya petani dengan petani saling bahu membahu sekarang sejak penggunaan teknologi pertanian

moderen berubah menjadi petani dengan pengusaha (teknologi). Hal tersebut menimbulkan

keterngantungan petani terhadap teknologi moderen dan membuat petani menjadi petani yang tidak

bisa mandiri akibat dari penggunaan teknologi tersebut. Sedangkan sistem pertanian di Indonesia

adalah sistem pertanian yang berbudaya tidak semata-mata hanya mengelola lahan persawahan tetapi

juga menunjukan identitas sebagai petani yang berbudaya dan mandiri.

Kata kunci: Petanian tradisional, Petanian moderen, Teknologi Pertanian,

Dampak, Perubahan Sistem sosial Budaya.

Page 14: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

ABSTRACT

The background of this research is there are some changes from traditional technologies to modern

technologies in the agricultural field that affects the socio-cultural system. The impact of the changes

could be good and bad as well. In general the purpose of this research is to find out the changes of the

agricultural technology components and the changes in socio-cultural system, that modern agricultural

technology used by the farmers at Mareda Kalada village shows a big change in their social system,

cultural value, and beliefs among farmers that start fading. The agricultural situation in Mareda

Kalada village shows that their kinship system among farmers and their solidarity among the farmers

decrease. This also shows that there are an exchange relationship that once farmers and other farmers

work all together, but nowadays when they start using modern agricultural technologies, the

relationship shifts into the farmers and businessmen (technologies supplier). It creates the farmers’

dependency to modern agricultural technologies and makes the farmers become dependent farmers.

Whereas, the agricultural system in Indonesia is a civilized system, not merely managing the rice field

but also shows the identity as civilized and independent farmers.

Key words: traditional agriculture, modern agriculture, agricultural technologies, effect, changes of

socio-cultural system.

Page 15: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

1

Bab 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses

pertumbuhan dari tanaman dan hewan. Semua itu merupakan hal yang penting.

Secara garis besar, pengertian pertanian dapat diringkas menjadi proses produksi,

petani atau pengusaha, tanah tempat usaha, usaha pertanian (farm business). Awal

kegiatan pertanian terjadi ketika manusia mulai mengambil peranan dalam proses

kegiatan tanaman dan hewan serta pengaturannya untuk memenuhi kebutuhan.

Tingkat kemajuan pertanian mulai dari pengumpul dan pemburu, pertanian

primitif, pertanian tradisional sampai dengan pertanian modern.Dengan

bertambahnya jumlah penduduk akan mempercepat habisnya pangan yang ada di

alam sekitar mereka. Untuk memenuhi kebutuhannya, mereka (petani) berpindah-

pindah tempat. Selanjutnya perpindahan tersebut tidak lagi dapat memecahkan

masalah karena jumlah manusia sudah tidak seimbang lagi dengan persediaan

pangan secara alami. Akhirnya, mereka (petani) mulai berpikir untuk mengetahui

mengapa masalah itu timbulserta berusaha memecahkannya walaupun dengan

cara atau tindakan yang menurut ukuran sekarang sangat sederhana.(Soetriono,

2006:1-3).

Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah suatu proses perubahan

pada berbagai aspek dibidang pertanian perubahan tersebut tidak hanya

berdampak pada mekanisme dan teknologi namun juga berdampak pada sistem

sosial budaya. Dalam bidang pertanian, perubahan perubahan sosial budaya petani

akibat dari modernisasi adalah dengan diperkenalkannya mesin-mesin, seperti

pemakaian traktor tangan mesin rontok dan lain sebagainya. penggunaan

teknologi pertanian mempunyai dampak terhadap perubahan sistem sosial budaya

masyarakat.

Modernisasi pertanian adalah suatu perubahan pengelolaan usaha tani dari

tradisionalke pertanian yang lebih maju dengan penggunaan teknologi-teknologi

baru. Modernisasi dapatdiartikan sebagai transformasi yaitu perubahan. Dalam arti

yang lebih luas transformasi tidakhanya mencakup perubahan yang terjadi pada

Page 16: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

2

bentuk luar, namun pada hakekatnya meliputibentuk dasar, fungsi, struktur, atau

karakteristik suatu kegiatan usaha ekonomi masyarakat (Pranadji, 2000).

Modernisasi dapat diartikan sebagai bentuk, ciri, struktur dan kemampuan

sistemkegiatan agribisnis dalam menggairahkan, menumbuhkan,

mengembangkan, danmenyehatkan perekonomian masyarakatpelakunya. Pranadji

(2000)mengatakan bahwa transformasi atau usahapertanian dapat disejajarkan

dengan transformasi pedesaan. Dipandang dari aspek sosio budaya,transformasi

pertanian identik dengan prosesmodernisasi dan pembangunan

masyarakatpertanian di pedesaan. Sayagyo (1985: 10)mengartikan modernisasi

suatu masyarakatadalah suatu proses transformasi, yaitu suatuperubahan

masyarakat dalam segala aspekaspeknya.

Salah satu perubahan yang terjadi dibidang pertanian yakni penggunaan

teknologi petanian. Schumacher (1987) berpendapat bahwa keberhasilan teknologi

pertanianyang akan diintroduksi pada suatu daerah sangat tergantung dari sumber

daya manusia, sumber daya alam serta keadaan sosial ekonomi,

sementarapendekatan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan teknis yaitu suatu pendekatan yang berkaitan dengan kondisi

geografis, sarana dan prasarana untuk mendukung teknologi dimaksud

cukup tersedia dan masyarakat mampu menggunakan teknologi tersebut

2. Pendekatan sosial yaitu cara pendekatan sesuai dengan keadaan sosial

budaya masyarakat setempat, dan introduksi teknologi ini tidak

menimbulkan keresahan, ataupun pertentangan sosial masyarakat

3. Pendekatan ekonomi yaitu suatu pendekatan dimana teknologi baru

tersebut secara finansial terjangkau dan secara nyata dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sebagai pengguna teknologi tersebut

4. Pendekatan lingkungan yaitu teknologi tersebut ramah lingkungan dan

tidak mencemarkan lingkungan

5. Pendekatan politik yaitu suatu pendekatan yang mendapat dukungan dari

pemerintah atau political will dari pemerintah secara jelas

Jacob (2002) mengungkapkan bahwa teknologi pertanian adalah teknologi

yang dihasilkan dari penggalian masyarakatsetempat dan dikembangkan,

kemudian diintroduksi sertadirekomendasikan oleh lembaga penelitian.

Sedangkan Nurpilihan (2008) berpendapat bahwa teknologi pertanian adalah

suatupengembangan teknologi yang telah ada dan dikuasai oleh

Page 17: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

3

masyarakatsetempat, ramah lingkungan dan sangat spesifik untuk mengolah

komoditiunggulan daerah sasaran dan memberikan nilai tambah tinggi yang

tinggi.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dan Departemen Tenaga

KerjaRepublik Indonesia (2004) telah mendefinisikan pengertian dari

teknologipertanian adalah sebagai teknologi yang dibutuhkan olehmasyarakat,

didasarkan atas kesesuaikan wilayah dan merupakanpengembangan dari

memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi serta mempunyai nilai

tambah tinggi.

Meskipun teknologi pertanian telah teruji keunggulannyadan aplikasinya

dengan mudah dapat dilakukan oleh masyarakat setempattetapi menurut

Nurpilihan (2007), ada beberapa faktor penghambat yangmenjadikan teknologi ini

sulit diadopsi oleh masyarakat sasaran. Faktor-faktorpenghambat tersebut adalah:

1. Kesiapan sumber daya manusia belum optimal atau belum siap untuk

menerima teknologi dimaksud. Ketidak siapan ini adalah disebabkan karena

tingkat pendidikan dan keterampilan petani yang merupakan pelaku teknologi

masih rendah.

2. Keadaan sosial budaya petani yang amat sulit menerima informasi baru, selalu

mempertahankan budaya turun menurun dari leluhurnya yang telah mendarah

daging.

3. Aksesibilitas informasi dan sarana prasarana yang sulit dijangkau

menyebabkan teknologi pertanian sukar berkembang

4. Sukarnya merubah kelembagaan yang sudah mengakar dalam kegiatan

pertanian, merupakan penghambat dari pengembangan teknologi pertanian

Mengkaji pengertian-pengertian teknologi pertanian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa teknologi pertanian adalah:

1. Teknologi atau pengembangan teknologi yang sudah berakar pada masyarakat

setempat

2. Teknologi yang dikembangkan sangat tergantung dari komoditas unggulan

setempat dengan tujuan kualitas produk dapat ditingkatkan

3. Teknologi dimaksud harus sesuai dengan kondisi lingkungan terutama kondisi

sumber daya manusia, keadaan geografis setempat dan lainnya

4. Teknologi yang diintroduksi dapat diterima oleh masyarakat setempat dan

tidak menimbulkan pertentangan.

Page 18: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

4

5. Teknologi harus nyata dan konkrit serta dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Nurpilihan (2002), berpendapat bahwa teknologi adalah karya, cipta dan

karsa manusia untuk menghasilkan produk dan jasa dengan nilai tambah yang

tinggi.

Rahardi (2008), menyimpulkan bahwa teknologi adalah usaha manusia

untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan demi kepentingan dan kesejahteraan.

Teknologi tidak terlepas dari sumber daya manusia dan sumber daya alam demi

membangun kemandirian suatu bangsa dan inihanya bisa dicapai kalau

masyarakatnya menguasai teknologi.

Habibie (1994), tranformasi teknologi di suatu negara akan selayaknya

mengalami empat tahap alih teknologi yaitu: (1) tahap adaptasi teknologi, (2)

tahap integrasi teknologi, (3) tahap pengembangan teknologi dan (4) tahap

penelitian dasar. Dalam pengembangan teknologi perlu diperhatikan tiga hal yaitu:

(1) mutu produk, (2) biaya murah dan (3) tepat waktu.

Siswo (2005),berpendapat bahwa keberhasilan teknologi dapat diukur dari

empat faktor yaitu:

1. Teknologi harus menghasilkan nilai lebih, mempunyai kemampuan yang

semakin bervariasi untuk memenuhi keperluan yang makin beragam, hemat

dalam menggunakan sumber daya termasuk energi.

2. Teknologi harus menghasilkan produktivitas ekonomi atau keuntungan

finansial. Salah satu cara untuk menghitung produktivitas teknologi adalah

menghitung rasio output rupiah. Teknologi yang tidak menghasilkan

keuntungan atau nilai produktivitasnya kurang dari satu, disebut

nonperforming atau tidak berkinerja, biasanya teknologi ini perkembangannya

tidak berkelanjutan (sustainable).

3. Teknologi harus dapat diterima oleh masyarakat pengguna, hal ini dibutuhkan

agar bermanfaat bagi pengguna, disukai, mudah digunakan dapat diperoleh

dengan mudah dan tidak bertentangan dengan kebiasaan pengguna, secara

sosial, teknis dan ekonomis dapat diterima.

4. Teknologi harus serasi dengan lingkungan agar keberadaannya dapat diterima

oleh masyarakat penggunanya serta berkesinambungan. Dari beberapa

pengertian-pengertian teknologi yang dikemukakan oleh beberapa para pakar

di atas maka dapat disimpulkan bahwa bila kita berbicara teknologi khususnya

Page 19: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

5

teknologi pertanian maka kata kunci yang termakna di dalamnya adalah:

kegiatan sumber daya manusia, alat mesin dan jasa dibidang pertanian. nilai

tambah yang tinggi. Sedangkan bila akan mentransformasikan teknologi

terutama pada negara-negara yang sedang berkembang maka empat tahap

transformasi teknologi yang dianjurkan oleh Habiebie (1994) perlu mendapat

perhatian.

Menyimak persyaratan-persyaratan dalam penerapan teknologi terlebih

khususnya teknologi pertanian makadapat disimpulkan bahwa teknologi pertanian

ini sangatmungkin diterapkan pada daerah tertentu yang mempunyai

komoditiunggulan daerah, agar nilai tambah dapat tercapai.

1.2. Rumusan masalah

Permasalahan yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah bagaimana

dampak teknologi pertanian terhadap sistem sosial budaya masyarakat tani di desa

Mareda Kalada, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya,

Provinsi Nusa Tenggara Timur?

1.3.Tujuan penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui perubahan

komponen teknologi pertanian dan sistem sosial budaya masyarakat tani di Desa

Maredakalada. Secara lebih spesifik, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendiskripsikan teknologi pertanian yang digunakan petani di desa

Mareda Kalada Kecamatan Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat

Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur?

2. Menjelaskan dampak penggunaan teknologi pertanian terhadap sistem

sosial budaya petani di desa Mareda Kalada, Kecamatan Wewewa Timur,

Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur?

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian diharapkan akan menghasilkan gambaran yang jelas mengenai

penggunaan teknologi pertanian yang terjadi sebelum dan sesudah penerapan di

Wewewa Timur khususnya pada masyarakat tani di daerah desa Mareda Kalada,

serta pengaruhnya terhadap kondisi sosial budaya masyarakat. Gambaran ini juga

diharapkan untuk memberi masukan pada instansi terkait dan organisasi

Page 20: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

6

masyarakat setempat untuk merancang pengembangan pertanian tanaman pangan

khususnya usahatani padi pada masa mendatang.

1.5. Batasan konsep penelitian

1. Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik negatif

maupun positif. (Surayin 2001).

2. Teknologi pertanian adalah suatu alat untuk mempermudah manusia dalam

menjalankan aktivitas sehari-hari dalam hal menyediakan kebutuhan dasar dan

juga dimanfaatkan dalam kegiatan ekonomi. (Akmadi 2004)

3. Sistem sosial budaya merupakan suatukeseluruhan dari unsur-unsur tata

nilai,tata sosial, dan tata laku manusia yang salingberkaitan dan masing unsur

bekerjasecara mandiri serta bersama-sama satu sama lain saling mendukung

untuk mencapai tujuanhidup manusia dalam masyarakat. Ranjabar.(2006)

4. Kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan kompleks, yang meliputi

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hukum, adat-istiadat dan

kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota

masyarakat.(Tylor2009)

Page 21: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

7

Bab II

Kajian Teoritis

2.1. Pengertian Petani

A.T. Mosher (1985) juga membagi pertanian dalam dua golongan, yaitu

pertanian primitif dan pertanian modern. Pertanian primitif diartikan sebagai

petani yang bekerja mengikuti metode-metode yang berasal dari orang-orang tua

dan tidak menerima pemberitahuan (inovasi). Mereka yang mengharapkan

bantuan alam untuk mengelolah pertaniannya. Sedangkan pertanian modern

diartikan sebagai yang menguasai pertumbuhan tanaman dan aktif mencari

metode-metode baru serta dapat menerima pembaruan (inovasi) dalam bidang

pertanian. Petani macam inilah yang dapat berkembang dalam rangka menunjang

ekonomi baik dibidang pertanian maupun dibidang-bidang lainnya.

Berdasarkan pendapat Wolf (1983:8) yang menyatakan bahwa:

“petani adalah sebagian penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam proses cocok tanam

dan secara otonom menetapkan keputusan atas cocok tanam tersebut”

Nampaknya defenisi yang dikemukakan Wolf menitik beratkan pada kegiatan

seseorang secara nyata bercocok tanam, dengan demikian mencakup penggarapan dan

penerimaan bagi hasil maupun pemilik, penggarap, selama mereka berada pada posisi

membuat keputusan yangrelevan tentang bagaimana pertumbuhan tanaman mereka,

namun tidak termasuk nelayan dan buruh tani yang tidak bertanah. Petani

merupakan semua orang yang berdiam di pedesaan yang mengelola usaha

pertanian yang membedakan dengan masyarakat lainnya adalah factor pemilikan

tanah atau lahan yang dimilikinya (Soekamto, 1983:25).

Selanjutnya Wolf (1983:27) membedakan petani yaitu (1) petani pemilik

adalah petani memiliki lahan dan memberikan kepada orang lain untuk diolah, (2)

petani penggarap yaitu petani yang menggarap atau mengerjakan lahan orang lain.

Jadi antara petani pemilik dan penggarap terjadi kesepakatan atau interaksi yang

membentuk suatu hubungan social.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka petani adalah semua orang yang

berdiam dipedesaan yang mengelola usaha pertanian serta membedakan dengan

masyarakat lainnya adalah factor pemilikan tanah atau lahan yang dimilikinya

Page 22: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

8

selain konteks petani sebagai peasant ada juga petani sebagai pengusaha tani

(farmer).

2.2. Pengertian Teknologi Pertanian

Teknologi diartikan sebagai ilmu terapan dari rekayasa yang diwujudkan

dalam bentuk karya cipta manusia yang didasarkan pada prinsip ilmu

pengetahuan. Menurut Prayitno dalam Ilyas (2001), teknologi adalah seluruh

perangkat ide, metode, teknik benda-benda material yang digunakan dalam waktu

dan tempat tertentu maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Sedangkan menurut Mardikanto (1993), teknologi adalah suatu perilaku

produk, informasi dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui,

diterima dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian warga masyarakat dalam

suatu lokasi tertentu dalam rangka mendorong terjadinya perubahan individu dan

atau seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.

Soeharjo dan Patong (1984) dalam Wasono (2008) menguraikan makna

teknologi dalam tiga wujud yaitu cara lebih baik, pemakai peralatan baru dan

penambahan input pada usahatani. Lebih lanjut dikatakan bahwa teknologi

hendaknya memiliki syarat-syarat sebagai berikut : (1) teknologi baru hendaknya

lebih unggul dari sebelumnya, (2) mudah digunakan, dan (3) tidak memberikan

resiko yang besar jika diterapkan. Mosher (1985), teknologi merupakan salah satu

syarat mutlak pembangunan pertanian. Sedangkan untuk mengintroduksi suatu

teknologi baru pada suatu usahatani menurut Fadholi (1991), ada empat faktor

yang perlu diperhatikan yaitu (1) secara teknis dapat dilaksanakan, (2) secara

ekonomi menguntungkan, (3) secara sosial dapat diterima dan (4) sesuai dengan

peraturan pemerintah.

Suatu teknologi atau ide baru akan diterima oleh petani jika (a) memberi

keuntungan ekonomi bila teknologi tersebut diterapkan (profitability), (b)

teknologi tersebut sesuai dengan lingkungan budaya setempat (cultural

compatibility), (c) kesesuai dengan lingkungan fisik (physical compatibility), (d)

teknologi tersebut memiliki kemudahan jika diterapkan, (e) penghematan tenaga

kerja dan waktu dan (f) tidak memerlukan biaya yang besar jika teknologi tersebut

diterapkan (Mardikanto,1993).

Page 23: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

9

2.3. Dampak Perkembangan Teknologi Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat

1. Kehidupan sosial masyarakat pertanian sebelum dipergunakannya sistem

pertanian modern (tradisional).

Pekerjaan petanian dilakukan oleh wanita, baik penanaman, pemeliharaan

maupun pemanenan. Panen selalu dikerjakan oleh wanita dengan menggunakan

pisau kecil yang disebut (ani-ani) untuk memotong tangkai-tangkai padi itu satu

demi satu. Oleh karena itu cara panen semacam itu sangat banyak membutuhkan

tenaga tambahan, yang diperoleh dengan menyewanya dengan upah berupa bagian

dari padi yang dipotong. Sementara menunggu penanaman padi tiga sampai empat

bulan, petani penanam palawija. Cara untuk mengerahkan tenaga tambahan untuk

pekerjaan mengolah lahan pertanian dilakukan secara gotong royong. Tenaga

kerja diberi upah secara adat ataupun berupa uang. Sistem upah buruh tani di Jawa

disebut sistem (bawon).“pembagian upah menuai padi yang berdasarkan banyak

sedikitnya padi yang dipotong” Sistem pembayaran buruh tani secara adat bisa

mempunyai akibat baik, karena buruh tani berusaha bekerja segiat-giatnya untuk

menghasilkan sebanyak-banyaknya, sehingga upahnya pun dapat bertambah

banyak.

Upah berupa uang adalah suatu cara membayar buruh tani yang sudah

lazim juga di seluruh Indonesia. Walaupun cara ini merupakan suatu sistem yang

relatif baru di Indonesia. Para petani sering memiliki bantuan tenaga buruh yang

tetap, yang memberikan bantuan dalam pertanian pada waktu-waktu sibuk, dan

yang juga membantu dalam rumah tangga di waktu senggang. Tujuh puluh hingga

sembilan puluh tahun yang lalu pemotong padi beramai-ramai datang untuk

membantu menuai padi yang menurut adat boleh membawa pulang sebagian padi

yang telah dipotong. Sistem ini disebut sistem (bawon)“pembagian upah menuai

padi yang berdasarkan banyak sedikitnya padi yang dipotong”. Hubungan kekerabatan

menjadi sangat erat di kalangan tetanggga yang memunculkan hubungan patron-

klien. Secara sangat radikal, sekitar empat puluh tahun yang lalu di Jawa timbul

sistem pengerahan tenaga panen yang baru dengan cepat menghapus adat sistem

bawon dengan sistem tebasan. Seorang pemilik usaha tani menjual sebagian besar

padinya yang sudah menguning kepada pedagang dari luar desa untuk

mengusahakan pemotongan padinya. Penebas membawa buruh potong padi jauh

lebih sedikit orang, sekitar empat-lima orang saja. Mereka membabat sawah

secara efisien dengan menggunakan sabit (Koentjaraningrat, 1984:105-107).

Page 24: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

10

2. Kehidupan sosial masyarakat pertanian setelah dipergunakannya sistem pertanian

modern

Kira-kira sekitar empat puluh tahun yang lalu seorang petani meminta

tolong kepada isteri tetangga atau kenalannya untuk menumbuk padinya. Mereka

akan menerima sebagian dari padi yang mereka tumbuk sebagai kompensasi atas

bantuannya. Kemudian masyarakat desa di Indonesia mengenal mesin huller,

yaitu mesin kecil penggiling padi yang dapat dibeli oleh petani-petani kaya.

Mereka tidak memakai mesin itu untuk dirinya sendiri, sering juga

menyewakannya kepada petani lain. Dengan menggunakan mesin huller itu padi

dapat digiling secara efisien tetapi sebaliknya wanita penumbuk padi akan

kehilangan mata pencaharian tambahannya. Proses pergeseran cara pengerahan

tenaga tani dari gotong royong menjadi sistem sewa menyebabkan tenaga buruh

tani menjadi sangat murah.

Petani-petani di Jawa masa kini biasanya memang banyak mempunyai

sumber-sumber mata pencaharian lain di luar pertanian. Kecuali berdagang atau

berjualan di desa, mereka juga berdagang atau berjualan di kota-kota yang dekat

maupun yang jauh dari desa tempat tinggal mereka. Di samping itu mereka sering

bekerja sebagai buruh musiman pada waktu-waktu mereka tidak sibuk dalam

sektor pertanian atau bilaman pekerjaan dapat diserahkan kepada isteri atau buruh

tani. Untuk menjadi buruh musiman mereka pergi ke kota-kota yang letaknya

seringkali cukup jauh dari desa mereka, dan bekerja sebagai kuli atau buruh kasar

di berbagai macam proyek pembangunan yang akhir-akhir ini ada di hampir

semua kota di Jawa. Kecuali itu kita juga mengetahui bahwa banyak petani pergi

ke kota-kota secara musiman untuk bekerja sebagai tukang becak, dan yang tidak

dapat dilupakan tetapi tidak cukup mendapat perhatian dari Geertz, ialah bahwa

rumah tangga petani di Jawa juga dapat memperoleh penghasilan tambahan dari

berbagai macam kegiatan usaha yang dilakukan para isteri dan angota wanita

dalam rumah tangga, serta dari aktivitas-aktivitas anaknya.

Seorang petani yang tidak memiliki tanah mungkin juga memiliki sebuah

warung yang diusahakan oleh isterinya, sedangkan ia sendiri pada awal musim

bercocok tanam sibuk bekerja sebagai buruh tani pada petani-petani lain yang

biasanya berasal dari desa lain. Sering juga petani yang tidak memiliki tanah itu

menjadi buruh pekerja jalan atau pekerja bangunan dalam suatu jangka waktu

yang pendek, yaitu misalnya selama tiga bulan, berdasarkan suatu kontrak.

Page 25: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

11

Mungkin juga ia pergi ke kota untuk bekerja sebagai tukang becak. Jadi walaupun

ia masih cukup aktif dalam sektor pertanian, seorang petani yang tidak memiliki

tanah itu tidak menyebut dirinya seorang petani. Ia juga tidak mau atau jarang

menyebut dirinya buruh pekerja jalan atau buruh bangunan, tetapi lebih sering

menamakan dirinya pemilik warung, walaupun penghasilannya dari sektor ini

tidak banyak. Menjadi tukang warung dirasakannya lebih menaikkan gengsinya

daripada menjadi buruh tani, pekerja jalan, buruh pabrik, ataupun tukang

becak.(Koentjaraningrat, 1984:107-110).

2.4.Sistem sosial Budaya

Nasikun (2010), Talcott Parsons menganalogikan perubahan sosial pada

masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup. Sebagai komponen

utama pemikiran Parsons adalah tentang adanya proses diferensiasi, yaitu asumsi

bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda

berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi

masyarakat yang lebih luas.

Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat menurut akan berdampak

terhadap pertumbuhan kemampuan yang lebih baik bagi masyarakat itu sendiri,

khususnya untuk menanggulangi permasalahan hidupnya.penjelasan persoalan

struktural fungsional, Parsons mengedepankan empat fungsi yang penting untuk

semua sistem tindakan. Satu fungsi adalah merupakan kumpulan kegiatan yang

ditunjukkan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Untuk

bisa bertahan, Parsons mengajukan empat fungsi yang harus dimiliki oleh setiap

sistem, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Adaptasi (adaptation)

supaya masyarakat bisa bertahan dia harus mampu menyesuaikan dirinya

dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan dirinya.

2. Pencapain tujuan (goal attainment)

sebuah sistem harus mampu menentukan tujuannya dan berusaha

mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan itu.

3. Integrasi (integration)

masyarakat harus mengatur hubungan di antara komponen-komponennya

supaya dia bisa berfungsi secara maksimal.

Page 26: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

12

4. Latency atau pemeliharaan pola-pola yang sudah ada

Setiap masyarakat harus mempertahankan, memperbaiki, dan membaharui

baik motivasi individu-individu maupun pola-pola budaya yang

menciptakan dan mempertahankan motivasi-motivasi itu.

Keempat fungsi tersebut dikenal dengan sebutan AGIL yaitu Adaptasi

(A/adaptation), pencapaian tujuan (G/goal attainment), integrasi (I/integration),

dan latensi atau pemeliharaan pola (L/latency).Pertama adaptasi dilaksanakan oleh

organisme perilaku dengan cara melaksanakan fungsi adaptasi yaitu dengan cara

menyesuaikan diri dan mengubah lingkungan eksternal. Sedangkan fungsi

pencapaian tujuan atau goal attainment difungsikan oleh sistem kepribadian

dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya untuk

mencapainya. Fungsi integrasi di lakukan oleh sistem sosial, dan laten difungsikan

sistem kultural. Sistem kultural bekerja dengan menyediakan aktor seperangkat

norma dan nilai yang memotivasi aktor untuk bertindak.

Tingkat integrasi terjadi dengan dua cara, pertama : masing-masing tingkat

yang paling bawah menyediakan kebutuhan kondisi maupun kekuatan yang

dibutuhkan untuk tingkat atas. Sedangkan tingkat yang diatasnya berfungsi

mengawasi dan mengendalikan tingkat yang ada dibawahnya.

Parson memberikan jawaban atas masalah yang ada pada fungsionalisme

struktural dengan menjelaskan beberapa asumsi sebagai berikut :

1. Sistem mempunyai property keteraturan dan bagian-bagian yang saling

tergantung.

2. Sistem cenderung bergerak kearah mempertahankan keteraturan diri atau

keseimbangan.

3. Sistem bergerak statis, artinya ia akan bergerak pada proses perubahan

yang teratur.

4. Sifat dasar bagian suatu system akan mempengaruhi begian-bagian

lainnya.

5. Sistem akan memelihara batas-batas dengan lingkungannya.

6. Alokasi dan integrasi merupakan dua hal penting yang dibutuhkan untuk

memelihara keseimbangan system.

7. Sistem cenderung menuju kerah pemeliharaan keseimbangan diri yang

meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian-

bagian dengan keseluruhan sistem, mengendalikan lingkungan yang

Page 27: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

13

berbeda dan mengendalikan kecendrungan untuk merubah system dari

dalam. Nasikun (2010)

Soerjono (2010) Bentuk-bentuk perubahan sosial Menurut Prof. Dr.

Soerjono dapat terjadi dengan beberapa cara, seperti:

1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara

cepat.

1) Perubahan secara disebut evolusi, pada evolusi perubahan terjadi dengan

sendirinya, tanpa suatu rencana atau suatu kehendak tertentu. Perubahan

terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan

keperluan, keadaan, dan konsdisi-kondisi baru yang timbul karena

pertumbuhan masyarakat.

2) Perubahan secara cepat disebut revolusi, dalam revolusi perubahan yang

terjadi direncanakan lebih dahulu maupun tanpa rencana.

2. Perubahan yang pengaruhnya kecil, dan perubahan yang pengaruhnya besar.

1) Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan pada unsur struktur

sosial yang tidak bisa membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang

berarti dalam masyarakat.

2) Perubahan yang pengaruhnya besar seperti proses industrialisasi pada

masyarakat agraris.

3. Perubahan yang di kehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki.

1) Perubahan yang dikehendaki adalah bila seseorang mendapat kepercayaan

sebagai pemimpin.

2) Perubahan sosial yang tidak dikehendaki merupakan perubahan yang

terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung dari jangkauan pengawasan

masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat yang tidak diingini.

(Bottomore 1972:308-309) berusaha untuk menyusun suatu kerangka

tentang perubahan sosial, yang mencangkup empat permasalahan pokok, sebagai

berikut:

1. Dari manakah perubahan sosial itu berasal? Pertama-tama dapat dibedakan

antara perubahan endogen dengan perubahan eksogen, yakni dimana yang

pertama berasal dari dalam masyarakat tersebut dan yang kedua berasala dari

luar.

Aspek lain dari masalah ini adalah tentang penyataan, dimanakah perubahan

dimulai pada suatu masyarakat tertentu, artinya lembaga-lembaga manakah

Page 28: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

14

yang pertama kali mengalami perubahan. Paling sedikit dua problem berkaitan

dengan hal itu, yakni mengenai faktor-faktor didalam perubahan dan

kelompok sosial manakah yang menjadi pelopor perubahan. Bukti sejarah

akan mengklarifikasikan proses-proses perubahan sesuai dengan bidang-

bidang kehidupan seperti, misalnya, ekonomi, politik, agama, sosial, hukum

dan seterusnya. Kecuali dari itu maka dapat pula diadakan studi-studi terhadap

sampai sejauh manakah proses difusi perubahan sosial terjadi pada bidang-

bidang lain dalam masyarakat yang bersangkutan.

2. Kondisi-kondisi awal apakah, yang menyebabkan terejadinya perubahan-

perubahan yang luas? Kondisi-kondisi awal mungkin mempengaruhi proses

perubahan sosial dan memberikan ciri-ciri tertentu yang khas sifat nya.

Kiranya sebab-sebab terjadinya kerajaan-kerajaan kuno, sistem feodal atau

masyarakat kapitalis moderen tak dapat digeneralisasikan secara umum.

Dewasa ini proses industrialisasi di afrika india dan lain-lain masyarakat,

tentunya berbeda satu dengan yang lain. Kecuali dari itu, maka besarnya

masyarakat maupun derajat kompleksitasnya merupakan faktor-faktor yang

tidak dapat diabaikan begitu saja. Analisa sosiologis terhadap industrialisasi

sebagai suatu proses perubahan akan lebih mudah, apa bila terdapat tipologi

masyarakat-masyarakat yang sedang berkembang dan masyarakat-masyarakat

yang kurang berkembang.

3. Bagaimanakah kecepatan dari proses perubahan sosial? Suatu proses

perubahan sosial mungkin akan berlangsung cepat dalam jangka waktu

tertentu, tetapi menjadi lambat pada jangka waktu lainya. Kecepatan

perubahan dapat pula ditafsirkan sebagai akselerasi atau deseleasi. Ogburn dan

Ginsberg, misalnya mengemukakan bahwa kecepatan perubahan teknologi

pada masyarakat-masyarakat industrial, sangat meningkat, hal mana ternyata

dari banyaknya jumlah hak paten yang dikeluarkan. Suatu perbedaan yang

perlu dipertimbangkan adalah perbedaan antara perubahan graduil dengan

perubahan revolusioner (sebagai suatu bentuk perubahan yang cepat) didalam

bidang-bidang teknologi dan ekonomi tidak terlalu sulit untuk

mengidentifikasikan terejadinya perubahan-perubahan revolusioner beserta

sebab-sebab dan akibat-akibatnya. Childe, misalnya, menggambarkan

ekonomi produksi bahan makanan sebagai revolusi neolitis. Heilbroner telah

Page 29: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

15

menggambarkan dokumentasi dan menganalisa tahap-tahap revolusi industri

moderen.

4. Sampai seberapa jauhkah proses perubahan sosial bersifat kebetulan,atau

disengaja atau dikehendaki? Sudah tentu dapat dikatakan bahwa perubahan-

perubahan sosial dapat disegaja dan dikehendaki, oleh karna bersumber pada

perilaku dari para pribadi yang didasarkan pada kehendak-kehendak tertentu.

Akan tetapi tidaklah mustahil bahwa perilaku tersebut menghasilkan akibat-

akibat yang tidak dikehendaki, sehingga malahan mengakibatkan terjadinya

konflik. Oleh karena itu maka ada kecenderungan untuk terlebih dahulu

menentukan tujuan perubahan, sehingga akibat-akibat yang tidak dikehendaki

dapatlah dicegah sebanyak mungkin dan sedini mungkin sudah tentu ada hal-

hal yang tak dapat diperhitungkan terlebih dahulu, namun hal itu dapat

dicegah dengan menyusun program-program dengan proyeksi jauh kemuka.

(Bottomore 1972:308-309) .

2.5. Dampak Teknologi Pada Kebudayaan

Jika kita merumuskan kebudayaan secara luas yakni apa saja yang

dilakukan dan dipikirkan oleh manusia termasuk segala peralatan yang

digunakannya, maka teknologi adalah anak kandung kebudayaan, di samping

perangkat budaya yang lain, seperti ilmu, seni, filsafat, sistem nilai,

keterampilan, perdagangan, arsitektur, dan sebagainya. Jika kita menusuri

sejarah teknologi maka kita dapat melihat betapa teknologiyang dilahirkan

sebagai anak kandung suatu kebudayaan itu, mempunyai dampak yang besar

terhadap kebudayaan itu sendiri, dan dampak ini tidak selalu baik, malahan

sering berakibat buruk bagi masyarakat dan manusia.

Biasanya kesadaran satu teknologi yang dilahirkan itu mempunyai

dampak buruk baru timbul, setelah akibat buruk itu terjadi. Hinggah masa

singkat yang lampau, segala pengembangan teknologi baru disambut dengan

penuh sukacita, karena disangka akan membawa kemajuan dan perbaikan

hidup manusia. Teknologi moderen cenderung mempercepat tempo

kehidupan: pekerjaan serba lebih cepat, komunikasi secepat kilatan cahaya

momentum perdagangan dan keuangan didukung oleh kecepatan teknologi

telkom. Siapa lambat akan ketinggalan, dan akan kalah dalam persaingan.

(mangunwijaya 1985: 1-6)

Page 30: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

16

Kita melihat betapa kebudayaan seakan ketinggalan dipacu oleh kemajuan

teknologi yang begitu cepat. Ini saja umat manusia telah hidup sejak lama dibawah

bayagang ancaman kebinasaan oleh bom nuklir. Seakan kemajuan-kemajuan

teknologi mederen itu mempunyai kemauannya sendiri, dan mendorong orang

menderita akibat-akibat yang tidak dikehendakinta. Seakan manusia lepas

pengawasan atas teknologi yang dikembangkannya sendiri.

Manusia seakan terhoyong-hoyong melangkah disepanjang jalan yang dibuka

oleh teknologi yang dikembangkannya sendiri, tetapi jalan yang belum dikenalnya

dengan baik segala liku-liku dan bahayanya. Manusia seakan tak memiliki

perlengkapan kebudayaan yang diperlikan untuk menghindarkan teknologi yang

digunakan untuk tujuan-tujuan yang destruktif, dan juga seakan tak berdaya

menghindarkan akibat-akibat sampingan teknologi yang tidak disadari sebelumnya.

Kemajuan sains dan teknologi berlangsung amat cepat. Perubahan sosial yang

ditunjukannya juga amat besar, dan karena temponya yang tinggi, orang tidak diberi

waktu yang cukup untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan seperti mengubah

sikap-sikap mental dan hidup, hubungan manusiawi dan masyarakat, struktur politik,

ekonomi, dan sosial, dan juga hubungan antar bangsa.

Mungkin ini persoalan adalah kenyataan bawah kemajuan teknologi telah

tidak dibarengi dengan kemajuan kebudayaan kita. Tidak mampunya kita secara

kreatif menata kembali hubungan dan struktur sosial, politik dan ekonomi kita tidak

mampunya kita mengembangkan dan memperkuat nilai-nilai moral kita, dan

bertambah kuatnya kedudukan nilai-nilai buruk, seperti mementingkan kepentingan

sendiri atau kelompok sendiri, mental yang buruk kemunafikan menyebabkan dampak

teknologi bertambah buruk bagi kebudayaan kita, dan ketimpangan-ketimpangan

sosial, ekonomi, politik, dan hukum berlangsung terus. Ketimpangan-ketimpangan itu

tidak dapat diselimuti dengan semboyan maupun keterangan yang muluk-muluk.

(mangunwijaya 1985: 6-8)

Page 31: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

17

2.6. Teknologi Dan Kebudayaan Manusia

Manusia binatang teknologi, dan perubahan teknologi faktor

fundamental dalam evolusi manusia. Inilah cara lain yang sederhana untuk

mengatakan bawah manusia ialah binatang kebudayaan. Binatang-binatang

lainpun punya teknologi(berang-berang mendirikan bandungan dan burung

membangun saran), dan mereka kadankala memiliki pula bentuk kebudayaan

yang bersifat elementar, mewarisi pengetahuan yang diperoleh dari generasi

kegenerasi. Tetapi bagi manusialah perkakas dan kebudayaan merupakan

faktor-faktor sentral dalam keberadaannya. Cuman manusialah yang terlibat

secara kultural dalam arti dia secara sadar mampu mengubah lingkungan alam

maupun dandanan biologisnya sendiri secara radikal.

Meski dikatakan bawah perubahan teknologi merupakan faktor sentral

yang dikandung keberadaan manusia namun tidaklah berarti pula bahwa

teknologi dapat dikatakan bertabiat mandiri yakni pengubah tak terikat dalam

peradaban manusia. Teknologi diciptakan dan digunakan manusia karena itu

menurut mereka, seperti dikatakan Jacques Ellul kita menjadi masyarakat

teknologi yang dirumuskan oleh fakta-fakta bahwa teknologi telah menjadi

tujuan di dalam dirinya sendiri, subyek yang tak punya kontrol lagi diluar

dirinya. Bagi kita, teknologi dan pengetahuan ilmiah kita memiliki untuk

menghapuskan kemiskinan yang parah, mencegah pencemaran lingkungan

kita, dan membuat dunia umumnya menjadi tempat yang jauh lebih baik untuk

kehidupan ini.

Gagasan yang menyatakan bahwa kebudayaan manusia tergantung

pada dasar-dasar teknologinya memanglah seolah-olah menakjubkan atau

kelihatan ofensif sifatnya.tetapi renungan dibawah ini nyata-nyata tak

terbantah bangunan batu-batuan seperti di gereja-agung chartres mustahil

diwujudkan tanpa kecakapan tukang batu, kemegahan karya bach tak akan

pernah bisa didengarkan tanpa adanya para pembuat instrumen-instrumen

musik.seluruh masyarakat manusiawi-tata ekonomi dan polotik maupun

budaya nalar mereka-tergantung pada dasar-dasar teknologi mereka.

Perubahan gagasan dapat membawah perubahan teknologi. Begitu pulalah

sebaliknya perubahan teknologi dapat menyebabkan kita mengubah gagasan

Page 32: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

18

kita. Tetapi teknologi mungkin sesuatu yang masih ada di pinggir. Kita masih

belum dapat melakukan segala sesuatu yang dapat kita pahami kendati kita

sangat yakin bahwa apapun yang kita bayangkan akan mampu diwujudkan

dalam jangka waktu yang tak begitu lama lagi.

Walaupun ruang lingkup akibat dari kekuatan yang dibawa teknologi

pada manusia merupakan hal baru, namun fakta bawa teknologi mempunyai

seperangkat pembatas bagi kegiatan manusia dan mengandung tolak ukur

besar bagi keberadaannya bukan gejala masa kini atau hal baru. Dari mula-

mula sekali adanya manusia, manusia telah tergantung pada teknologi, dalam

kenyataannya memang dapat dikatakan bahwa teknologilah yang telah

membuat manusia menjadi manusiawi.(mangunwijaya 1985: 10-14)

Page 33: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

19

2.7. Kerangka Pikir Penelitian

Dalam kehidupan bermasyarakat, sering kali kita menemui perubahan-

perubahan dalam segala segi kehidupan, termasuk perubahan pada masyarakat itu

sendiri, karena pada dasarnya tidak ada masyarakat yang statis. Selalu ada

perubahan-perubahan dalam masyarakat secara dinamis. Entah perubahan tersebut

membangun dalam artian berdampak positif kedepannya bagi masyarakat atau

sebaliknya malah membawa dampak buruk bagi masyarakat. Perubahan tersebut

yang diangkat dalam skripsi ini yakni: adanya inovasi teknologi pertanian dan

pergaruhnya terhadap sistem sosial budaya masyarakat tani desa maredakalada.

Setiap penelitian pasti diperlukan adanya kerangka berpikir sebagai

pijakan atau sebagai pedoman dalam menentukan arah dari penelitian, hal ini

diperlukan agar penelitian tetap terfokus pada kajian yang akan diteliti.

Skema kerangka pikir penelitian

Teknologi

Pertanian

Sebelum masuknya

Teknologi Pertanian

Setelah Masuknya

Teknologi Pertanian

Sistem Sosial Budaya

Petani

Pertanian

Sistem Sosial Budaya

Petani

Page 34: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

20

2.8. Penelitian perdahulu

Penelitian tentang Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap

Sistem Sosial Budaya Masyarakat Tani Desa Mareda Kalada Kecamatan Wewewa

Timur Kabupaten Sumba Barat Daya ini terinspirasi dari beberapa penelitian

terdahulu. Akan tetapi dari berbagai penelitian tersebut tidak ada yang

memfokuskan pada dampak penggunaan teknologi pertanian terhadap sistem

sosial budaya seperti yang penulis fokuskan dalam penelitian ini. Berikut

beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan dampak penggunaan

teknologi pertanian terhadap sistem sosial budaya yakni :

1. Nurhayati. 2010. Pengaruh Teknologi Mesin Terhadap Perubahan Penggunaan

Kosa Kata Dibidang Pertanian. Sebuah Kajian Atas Masyarakat Petani

Dikabupaten Blora. (Skripsi) Universita Diponegoro.

Hasil dari penelitian ini yakni:

Modernisasi membawah kemajuan pada cara pengelolaan sawa dan

hasilnya, dari yang rumit menjadi mudah dari yang kompleks menjadi sederhana

disisi lain modernisasi juga memberi dampak pada kehidupan bahasa suatu

masyarakat cotohnya istilah derep diganti dengan ngedosdan nyosoh, tapen

diganti oleh satu kosa kata yaitu nyelep.

Penggunaan kosa kata baru yang merupakan kosa kata pinjaman tersebut

menggeser kosa kata lama yang merupakan kosa kata asli jawa. Apa bila suatu

saat nanti semua aspek dalam bidang pertanian sudah menggunakan tenaga mesin,

hampir semua kosa kata dibidang pertanian merupakan kosa kata pinjaman.

Sebagai akibatnya masyarakat tidak lagi mengenal kosa kata asli bahasa jawa

yang sekaligus mencerminkan budaya asli bahasa jawa.

2. Dyah Ita Mardiyaningsih 2010: Perubahan Sosial Di Desa Pertanian Jawa:Analisis

Terhadap Sistem PenghidupanMasyarakat Tani. (Skripsi) PancasarjanaInstitut

Pertanian Bogor

Hasil dari penelitian ini yakni:

1) Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa modernisasi pertanian

telah menyebabkan perubahan sosial di pedesaan baik pada sistem

budidaya pertanian, struktur sosial agraria, pilihan strategi nafkah

rumahtangga, sistem jaminan keamanan sosial dan sistem kelembagaan

nafkah lokal.

Page 35: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

21

2) Kasepuhan Sinar Resmi dengan sistem kelembagaan adat yang sangat kuat

dan Abah sebagai figur pemimpin komunitas merupakan yang dipatuhi

anggota komunitas mampu menghambat masuknya modernisasi pertanian

dan pedesaan dalam komunitas ini.

3) Modernisasi pertanian yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 1970-an

dengan program BIMAS ditolak oleh komunitas ini karena tidak sesuai

dengan aturan adat yang hanya membolehkan bertanam padi satu tahun

sekali. Dengan penolakan tersebut sampai saat ini anggota komunitas

terjamin ketersediaan pangan dan tidak terpengaruh dengan perubahan

ekonomi nasional maupun global. Kelembagaan nafkah masih bertahun

selaras dengan pelestarian sumberdaya alam.

3. Wulandari 2013Kondisi Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Di Kelurahan

Mangalli Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.(skripsi). Universitas

Hasanuddin Makassar.

Hasil dari penelitian ini yakni:

1) Hubungan antara petani pemilik dengan petani penggarap berlangsung

dengan baik. Pada prinsipnya didasarkan pada pengertian bahwa

kehidupan social adalah keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang

saling berhubungan sebagai salah satu kesatuan yang tak terpisahkan

dalam melaksakan suatu pekerjaan. Pola hubungan kerja yang terjadi

diantara mereka terlihat dalam bentuk usaha sesuai dengan peran masing-

masing. Pola hubungan kerja yang terjadi melahirkan dua aspek yang

saling menguntungkan diantara mereka, yaitu aspek sosial dan aspek

ekonomi.

2) Hubungan kerja antar petani pemilik dan penggarap terlihat dalam bentuk

usaha. Petani penggarap senantiasa bekerja dengan penuh perhatian dalam

melaksanakan pekerjaannya guna mendapatkan hasil yang lebih baik.

Pemilik sebagai pemilik sawah mengaharapkan hasil dari sawahnya yang

dikerjakan oleh petani penggarap. Jadi dalam hal ini ada hubungan saling

ketergantungan yang menguntungkan kedua belah pihak.

3) Pendapatan dari hasil sawah yang bervariasi. Hal ini di pengaruhi oleh luas

lahan yang digarap serta hasil kerjaan yang lain. Pendapatan dari hasil

pengolahan sawah sangat tidak memungkinkan untuk memenuhi

kehidupan mereka. Dilihat dari jumlah hasil panen yang begitu minim dan

Page 36: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

22

harga penjualan padi yang begitu rendah, serta perlengkapan untuk

menggarap sawah yang sangat besar biayanya. Ini membuat para petani

kewalahan dalam mengelola sawah dan membuat mereka terjebak dalam

kemiskinan.

4) Kebijakan pemerintah belum bisa mengatasi masalah kemiskinan

khususnya bagi para petani sawah disebabkan karena kurangnya perhatian

serta bantuan pemerintah dalam peningkatan produksi hasil panen.

Pemerintah belum maksimal dalam menjalankan programnya, dilihat dari

bentuk bantuan dalam pengadaan traktor dan benih padi. Pemerintah juga

kurang memperhatikan petani akibatnya pemerintah tidak memahami apa-

apa saja yang menjadi penghambat petani dalam mengelolah sawahnya,

seperti keterbatasannya pupuk organik di toko-toko terdekat dan pengairan

irigasi yang hanya dibendung oleh petani sawah dengan daun sagu yang

dianyam.

4. Thobias Serah 2014. Pengaruh Karakteristik Inovasi Sistem Sosial Dan Saluran

Komunikasi Terhadap Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian. Pasca Sarjana

Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Hasil dari penelitian ini yakni:

1) Karakteristik inovasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap adopsi traktor tangan. Semakin mudah mendapatkan traktor

tangan, semakin mudah digunakan, semakin menguntungkan traktor

tangan, maka semakin cepat petani dalam mengambil keputusan untuk

mengadopsi inovasi traktor tangan.

2) Sistem sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap adopsi inovasi

traktor tangan, sebuah inovasi baru akan semakin mudah diadopsi jika

sesuai dengan batasan ataupun kepercayaan yang dianut oleh adopter.

3) Saluran komunikasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap adopsi traktor tangan. Semakin sering petani menacari informasi

ke pada orang yang mengerti tentang traktor tangan selain petani, semakin

terbuka petani dalam kelompok maupun dalam sistem, maka semakin

cepat pulah petani mengambil keputusan untuk mengadopsi inovasi traktor

tangan.

Page 37: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

23

Penjelasan perbedaan dengan penelitian ini yakni: Penelitian ini lebih

mendiskripsikan tentang penggunaan teknologi pertanian serta menggambarkan

dampak dari penggunaannya terhadap sistem sosial budaya masyarakat tani di

desa Mareda Kalada, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya.

Page 38: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

24

Bab III

Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini tentang dampak penggunaan

teknologi pertanian terhadap perubahan sistem sosial budaya masyarakat desa

MaredaKalada Kecamatan Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat Daya

Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah metode penelitian kualitatif. Menurut

Sugiyono (2010;1-3), metode penelitian kulitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena atau realitas sosial sebagai sesuatu yang

utuh, dinamis, kompleks, dan yang penuh makna, pada kondisi alamiah tertentu,

yang analisis datanya bersifat induktif, memanfaatkan berbagai metode alamiah,

dan akhirnya menggambarkan atau menjelaskannya dalam bentuk kata–kata dan

bahasa. Dengan demikian penelitian ini akan mengkaji tentang dampak- dampak

apa saja yang ada dalam penggunaan teknologi pertanian dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah, yang pada akhirnya mampu menjelaskan perubahan-

perubahan apa saja yang ditimbulkan

3.1. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian menunjuk pada paradigma atau pola pandang yang

dianut dalam mendekati masalah penelitian. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan pendekatan ex-postfacto. Menurut Gay (dalam Sevilla, Consueo G.

dkk. 1993: 124), ex-postfacto berarti setelah kejadian. Secara sederhana

penelitian ex-postfacto adalah menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau

meninjau kembali variabel-variabel yang terkait dengan kejadian. Kerlinger

(dalam Sevilla, Consueo G. dkk. 1993:124) mendefinisikan ex-postfacto sebagai

pencarian data empirik yang menempatkan peneliti tidak dapat mengontrol

langsung variabel-variabel penelitian karena peristiwanya telah terjadi atau karena

variabel tersebut menurut sifatnya tidak dapat dimanipulasi. Pendekatan ex-

postfacto ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan dampak

penggunaan teknologi pertanian terhadap sistem sosial budaya masyarakat desa

MaredaKalada.

Page 39: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

25

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian menunjuk pada cara dan batasan pengambilan serta

pengolahan data yang digunakan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian,

yakni penelitian deskriptif (descriptive research). Bogdan dan Taylor (1975),

sebagaimana dikutip Kutut Suwondo, mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dan angka

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Di sini yang

ditekankan adalah keutuhan dan kemurnian data, serta tidak ada usaha untuk

memverifikasi atau membuktikan teori tertentu.

3.3.Unit analisa dan Unit pengamatan

Sebelum pengumpulan data dilakukan maka terlebih dahulu perlu

ditetapkan unit analisa dan unit pengamatan. Satuan Analisis (unit of analisys)

ialah aras agregasi dari data yang dikumpulkan untuk dianalisis dalam rangka

menjawab persoalan penelitian. Sedangkan satuan pengamatan (unit of

observation) ialah sesuatu yang dijadikan sumber untuk memperoleh data dalam

rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang satuan analisis. Sesuatu yang

dapat dijadikan sumber itu dapat orang, tempat atau organisasi (Ihalauw 2004 :

178). Oleh sebab itu yang menjadi unit analisa adalah dampak penggunaan

teknologi pertanian terhadap sistem sosial budaya pertanian, sedangkan yang

menjadi unit pengamatan dari penelitian ini adalah sistem sosial budaya pertanian

masyarakat petani desa Mareda Kalada yang sudah menggunakan teknologi

pertanian.

3.4.Jenis Data dan sumber data

Untuk mencapai tujuan penelitian dalam penulisan ini dibutuhkan data

yang sesuai dengan pokok permasalahan. Oleh karena itu sumber data dalam

penelitian adalah:

Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui studi pustaka dan dokumentasi-dokumentasi

lainnya. Data sekunder juga merupakan data penelitian secara tidak langsung

atau melalui media perantara atau data tertulis, data yang sudah diolah

misalnya jurnal dan artikel-artikel, dan lain sebagainya. Data sekunder yang

Page 40: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

26

digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku referensi tentang

penggunaan teknologi buku-buku atau jurnal pernelitian tentang sistem sosial

budaya petani yang menjelaskan tentang dampak-dampak dari penggunaan

teknologi pertanian

Data Primer

Data diperoleh secara langsung dari sumber imformasi melalui wawancara.

Dalam hal ini data dikumpulkan melalui beberapa informan kunci yakni para

petani yang menggunakan teknologi pertanian dan aparat desa setempat yang

penulis anggap mampu menjawab persoalan penelitian yang telah disusun.

3.5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian seperti yang telah dijelaskan yaitu Desa MaredaKalada

Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya. Pemilihan lokasi

penelitian ini didasarkan pada pertimbangan penelitian bahwa di Kecamatan

Wewewa Timur, Desa MaredaKalada merupakan desa yang menggunakan

teknologi pertanian.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara praktis yang ditempuh peneliti

dalam mencari dan mengumpulkan data penelitian dalam bentuk pikiran, kata-

kata, tindakan, peristiwa, tulisan-tulisan, gambar, dan lain-lain, sesuai dengan

masalah atau fokus penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menempuh jalur

wawancara, dokumentasi dan observasi.

3.6.1.Wawancara

Menurut Fontana dan Frey (dalam Denzin dan Lincoln, 2009:504),

wawancara terstruktur mengacu pada situasi ketika seorang peneliti

melontarkan sederet pertanyaan temporal pada tiap-tiap responden, dengan

maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti. Secara

umum peneliti akan memberi sedikit ruang untuk memunculkan pertanyaan-

pertanyaan terbuka yang tidak menuntut keteraturan. Dalam hal ini, agar dapat

mengumpulkan data atau informasi tentang rumusan penelitian terkait tentang

penggunaan teknologi pertanian, maka peneliti perlu melakukan wawancara

dengan masyarakat tani yang menggunakan teknologi pertanian di desa

Page 41: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

27

MaredaKalada yang peneliti anggap dapat memberikan informasi, untuk

menjawab persoalan penelitian yang telah disusun.

3.6.2.Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berupa catatan/tulisan, gambar/foto, dan lain-lain. Menurut Sugiyono

(2010:82), dalam penelitian kualitatif, dokumen biasanya merupakan

pelengkap dalam pengumpulan data, selain wawancara dan observasi

(pengamatan). Dalam melakukan dokumentasi peneliti turun langsung di

tempat penelitian untuk mengambil gambar/foto seperti di sawah dan di

penggilingan.

3.6.3.Observasi

Selain dua tekhnik pengumpalan data diatas peneliti juga melakukan

observasi yakni teknik pengumpulan data yang dilakukan tampa mengajukan

berbagai pertanyan, melainkan mengamati secara langsung pada objek yang

diteliti. Observasi dilakukan di desa Mareda Kalada, dimaksud untuk melihat

dan mengamati secara langsung bagaimana penggunaan teknologi pertanian

oleh masyarakat tani.

3.7. Teknik Pengolahan Data

Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses

pengumpulan data. Ada tiga tahapan yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian

data, dan verifikasi (Sugiyono, 2010;91). Dalam penelitian ini, ketiga tahapan

tersebut akan berlangsung secara simultan.

Page 42: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

28

Bab IV

Gambaran Umum Desa Mareda kalada

4.1. Letak dan Batas Desa Mareda Kalada

Secara administratif, desa Mareda Kalada merupakan desa yang berada di

wilayah Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya. Luas desa

Mareda Kalada adalah 520ha yang terdiri dari empat dusun, yaitu: Kota, Omba

Etala, Kotera dan Maliti Dari. Adapun batas wilayah Desa tersebut adalah:

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kalimbu Dara Mane, Kecamatan Wewewa

Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa

Pada Eweta, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya; Sebelah

Barat berbatasan dengan Desa Eka Pata, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten

Sumba Barat Daya; dan Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tema Tana,

Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya (Monografi Desa

Mareda Kalada, 2014).

Jarak tempuh dari desa Mareda Kalada ke pusat pemerintahan kecamatan

adalah 4 km, sedangkan jarak tempuh ke pusat pemerintahan kabupaten adalah 22

km. Desa Mareda Kalada terletak pada ketinggian 400 meter dari permukaan laut,

serta bertopografi perbukitan. Dengan kondisi alam yang berbukit-bukit

mengakibatkan pengairan menjadi masalah pokok dalam pertanian. Sistem irigasi

yang tidak memadai mengakibatkan masyarakat hanya berharap pada datangnya

musim penghujan guna pengairan. Berdasarkan data yang dihimpun dari kantor

desa, musim hujan guna “membasahi” desa Mareda Kalada terjadi 6 bulan dalam

setahun atau 356mm/tahun dengan suhu rata-rata 26 derajat celcius (Monografi

Mareda Kalada, 2014).

Pemanfatan lahan atau tataguna lahan di desa Mareda Kalada sebagian

besar diperuntungkan bagi lahan pertanian atau tanah sawah, yakni sebesar 454

ha dan tanah kering yang diperuntungkan bagi ladang atau permukiman adalah 50

ha. Untuk lebih jelas bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Page 43: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

29

Tabel 4.1

Tataguna Lahan di Desa Mareda Kalada

No Penggunaan Lahan Jumlah/ ha %

1 Tanah Sawah:

Sawah Irigasi

Sawah Tadah Hujan

454

5

2 Tanah Kering:

Tegal/Ladang

Permukiman dan Fasilitas Umum

40

21

Total 520 100

Sumber:Data sekunderMonografi, Mareda Kalada 2012

4.2. Penduduk dan Mata Pencaharian Penduduk

Penduduk merupakan potensi bagi suatu daerah. Dalam ilmu ekonomi

manusia disebut sebagi salah satu faktor produksi (sumber daya manusia). Oleh

karenanya, tinggi rendahnya hasil dari suatu produksi juga ditentukan oleh

beberapa faktor yaitu manusia, selain alam dan modal. Hal yang sama juga

berlaku pada pembangunan daerah. Namun demikian manusia mempunyai

peranan yang penting oleh karena tanpa manusia faktor lainnya tidak akan

bermanfaat, faktor tersebut hanya bisah bermanfaat jika diolah oleh manusia

(Soekadijo -: 49-56).

Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah penduduk desa Mareda Kalada

pada tahun 2014 adalah sebanyak 3.131 jiwa.penduduk berjenis kelamin laki-laki

adalah sebanyak 1.621 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan adalah

sebanyak 1.484 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga (KK) 580 KK.

Selain itu, jumlah penduduk desa Mareda Kalada berdasarkan tingkat

umur, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 44: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

30

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur

Tingkat Umur Jumlah

0 – 1 330

2 – 5 401

6 – 10 135

11 – 15 662

16 – 21 494

22 – 59 914

60 tahun ke atas 192

Jumlah 3.131

Sumber:Data sekunderMonografi Mareda Kalada,2014.

Berdasarkan tabel di atas, apabila diasumsikan usia angkatan kerja adalah

antara 16 – 59 tahun, maka jumlah angkatan kerja di desa Mareda Kalada pada

tahun 2014 adalah sebanyak 1.408 orang tenaga kerja. Pertanyaannya adalah

dengan jumlah tenaga produktif yang begitu banyak, cukupkah lapangan

pekerjaan yang tersedia bagi mereka? Jika lapangan kerja tidak tersedia, maka

jelas akan terlihat banyaknya pengangguran. Pertanyaan ini akan diuraikan lebih

lanjut dalam kaitannya dengan mata pencaharian penduduk.

Mata pencarian utama masyarakat Desa Mareda Kalada adalah sebagai

petani dan buruh tani sedangakan sebagian kecil adalah peternak, dan wiraswasta.

Di luar kegiatan pekerjaan mereka, untuk mengisi waktu-waktu yang luang,

masyarakat desa Mareda Kalada juga mengerjakan kerajinan tangan yaitu

menganyam tikar yang berguna untuk duduk lesehan. Material yang digunakan

adalah daun pohon lontar. Jenis kerajinan tersebut di atas umumnya dibuat oleh

wanita. Sedangkan laki-laki memanfaatkan waktu luang untuk beristirahat dan

menunggu waktu sore untuk kembali bekerja di sawah.

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktifitas keseharian masyarakat di

desa Mareda Kalada secara umum menggantungkan hidup pada pertanian,

sehingga hampir tidak kelihatan aktivitas lain selain aktivitas bertani, walaupun

ada beberapa yang menggeluti pekerjaan lain seperti pedagang, tukang, beternak,

Page 45: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

31

dan lain-lain. Pada bagian di atas telah utarakan bahwa jumlah tenaga kerja

produktif di desa Glawan adalah sebanyak 1.408 orang.

4.3. Fasilitas pendidikan

Adapun fasilitas yang terdapat di desa Mareda Kalada terdiri dari TK, SD

dan SMP. Ditinjau dari fasilitas pendidikan yang relative ada di desa Mareda

Kalada dan cukup mudah dijangkau oleh masyarakat, namun disisi lain beberapa

gedung sekolah memerlukan perbaikan karena telah mengalami kerusakan. Untuk

lebih jelas mengenai fasilitas pendidikan di desa Mareda Kalada adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3

Fasilitas pendidikan di desa Mareda Kalada

No Fasilitas Jumlah

1 Fasilitas pendidikan TK 1 Unit

2 Fasilitas pendidikan SD 2 Unit

3 Fasilitas pendidikan SLTP Negri 1 Unit

Sumber: data primer Mareda Kalada,2014

4.4. Fasilitas kesehatan

Ketersediaan fasilitas kesehatan sangat bermanfaat bagi pelayanan

kesehatan masyarakat, baik layanan medis maupun pelayanan tenaga kesehatan.

Fasilitas pelayanan yang ada di desa Mareda Kalada adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Fasilitas pelayanana kesehatan

No Fasilitas Jumlah

1 Puskesmas 1 Unit

2 Posyandu 1 Unit

Sumber: data primer Mareda Kalada,2014.

Keberadaan fasilitas kesehatan ini sangat di perlukan untuk memenuhi

pelayanan kesehatan masyarakat. Seiring dengan perkembangan waktu tingkat

kesadaran terus meningkat dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk

memeriksakan kesehatannya.

Page 46: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

32

4.5. Teknologi pertanian

Adapun teknologi pertanian yang ada di desa Mareda Kalada terdiri dari Traktor,

Mesin Rontok dan Mesin Giling. Ditinjauh dari teknologi pertanian yang ada di

desa Mareda Kalada, Kecamatan Wewewa timur masih kurang cukup untuk

memenuhi penggunaan teknologi pertanian di desa Mareda Kalada. Untuk lebih

jelas mengenai teknologi pertanian di desa Mareda Kalada adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Industri pengelolahan dibidang pertanian

No Jenis Teknologi Jumlah

1 Traktor 10 buah

2 Mesin Rontok 6 buah

3 Mesin Giling 2 buah

Sumber : Data primer, Mareda Kalada 2014

Ketersediaan teknologi pertanian di desa Mareda Kalada pada saat ini masih

kurang cukup mengingat masyarakat tani yang membutukan teknologi pertanian lebih

banyak dibandingkan dengan teknologi yang tersedia. Masyarakat tani desa Mareda

Kalada berharap kepada aparat desa maupun dari dinas pertanian agar bisa membantu

dalam menfasilitas teknologi pertanian tersebut, karena mengingat kondisi ekonomi

pertani yang kebanyakan dari mereka tidak mampu membeli maupun menyewah

teknologi pertanian.

Page 47: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

33

4.6. Stuktur Pemerintahan Desa

Gambar 4.1

Sruktur Pemerintahan Desa Mareda Kalada

BPD DESA

MAREDA

KALADA

KEPALA DESA

DAUD KAMURI UMBU PATI

SEKRETARIS DESA

ANDREAS B.NGARA

KASI

UMUM

LEDE DAMA

BENDAHARA

MARTEN NGINDI ATE

PELAKSANA TEKNIS LAPANGAN KEPALA DUSUN / KEPALA LINGKUNGAN

KAUR

UMUM

SOLEMAN

TANGGU DETA

KAUR

PEMERINTAH

AN

ZAKARIAS

UMBU DAKE

KAUR

PEMBANGUN

AN

DANIEL

DANGGA

BANI

KADUS

KOTA

KALLI

NGAGO

KADUS OMBA

ETALA

C.NGONGO

TENA

KADUS

KOTERA

DAUD NGO.

DAGA

KADUS

MALITIN

DARI

YOHANIS

SAIRO BELLI

Page 48: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

34

Bab V

Pembahasan

5.1. Teknologi Pertanian Di Desa MaredaKalada Kecamatan Wewewa Timur

Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur

Teknologi pertanian telah membawa perubahan sistem sosial budaya

dalam kehidupan masyarakat tani di desa Mareda Kalada. Pemenuhan kebutuhan

pangan tersebut dilakukan dengan mengubah sistem pertanian tradisional, yang

kemudian menggunakan teknologi modern.Peralihan sistem pertanian tersebut

telah mempengaruhi sistem sosial budaya petani dalam pengolahan lahan

pertanian yang bersifat tradisional maupun tradisi yang selama ini dilakukan oleh

petani.

“Dalam wawancara dengan bapak Marten Malo Lende sebagai toko

masyarakat bagaimana penggunaan teknologi pertanian di desa Maredakalada

ia mengatakan bawah masyarakat petani di desa ini dalam penggunaan

teknologi pertanian sangat dibutuhkan karena dapat membatu memudakan

pekerjaan kami, oleh sebab itu ia mengatakan bawah dengan kondisi yang

sekarang ini, masyarakat petani maredakalada sangat membutuhkan bantuan

dari pemerintah setempat dalam pengadaan teknologi pertanian untuk

membatu kami”

Wawancara dengan Marten Malo Lende diatas terlihat bahwa masyarakat

tani Mareda Kalada sangat tergantung dengan teknologi pertani. Kemudahan

dalam melakukan pekerjaan pertanian membuat pola pikir mereka berubah, hal ini

menyebabkan penggunaan teknologi pertanian yang tradisional berubah menjadi

teknologi yang lebih moderen.

“lanjutan dari wawancara dengan Marten Malo Lende, apakah dalam

pengelolaan pertanian harus menggunakan teknologi pertanian yang

moderen? Pak Marten mengatakan tidak karena dahulu sebelum

menggunakan teknologi pertanian yang moderen seperti sekarang ini nenek

dan juga bapak kami dulu masih menggunakan cara yang tradisional. Cara

yang seperti apa? Waktu kami belum menggunakan teknologi pertanian yang

sekarang ini kami masih menggunakan cara kami sendiri contohnya seperti

mengelola tanah kami masih menggunakan kerbau bahkan bagi petani yang

tidak punya kerbau masih menggunakan pacul dan juga pada saat memisakan

biji padi dari batang padi kami masih menggunakan kaki”

Wawancara tersebut bisa dikatakan bahwa masyarakat tani di desa Mareda

Kalada Kecamatan wewewa timur hampir semua sudah tidak lagi menggunakan

cara tradisional yang selama ini dipakai untuk mengelola lahan pertanian, mereka

Page 49: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

35

lebih menggunakan teknologi pertanian moderen yang lebih memudakan dan

tidak membutukan tenaga yang banyak.

5.2. Awal Masuk Dan Penggunaan Teknologi Pertanian Di Desa Mareda Kalada

Kecamatan Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Para petani di desa Mareda Kalada pada awalnya hanya menggunakan alat

tradisional dalam mengelola lahan pertaniannya termasuk dalam memanen hasil

pertaniannya.Namun dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, maka

perlahan-lahan teknologi yang dipakai petani pun semakin modern.

“Wawancara dengan Daud Ngogo Daga sejak kapan penggunaan teknologi pertanian di

desa Mareda Kalada? Ia menjawab kami sebagai menggunakann dari tahun 1990 tapi

pemerintah memperkenalkan tahun 1981 waktu itu kami tidak menggunakannya karena

kami masih belum tau cara menggunakannya, tahun 1990 itu pertama kali kami

menggunakan mesin traktor terus sekitar tahun 1997 kami menggunakan mesin rontokdan

sampai hari ini”

Pengenalan teknologi pertanian sudah berlangsung sejak tahun 1981

namun penggunaannya oleh petani baru mendapat tanggapan pada tahun 1985,

walaupun demikian di desa MaredaKalada Kecamatan Wewewa Timur Kabupaten

Sumba Barat Daya, baru menggunakan teknologi pertanian pada tahun 1990

penggunaannya tidak menyeluruh karena sebagian petani secara ekonomi tidak

mampu membeli ataupun menyewa teknologi pertanian tersebut terlebih khusus

teknologi traktor, karena pada tahun 1990 teknologi pertanian yang pertama kali

masuk di desa Mareda Kalada Kecamatan Wewewa Timur adalah teknologi

traktor, dan pada tahun 1997 mesin rontok mulai diperkenalkan kepada

masyarakat tentang manfaat dan kegunaannya namun hanya beberapa petani yang

menggunakan teknologi tersebut karena bagi sebagian petani inovasi teknologi

baru akan mengganggu sistem norma maupun kebiasaan-kebiasaan yang sudah

mereka anut secara turun temurun, sehingga perlu ada bukti atau jaminan yang

meyakinkan bahwa teknologi pertanian tersebut tidak merusak sistem norma serta

kebiasaan tatakelola lahan pertanian.

Penyebab keterlambatan pengunaan teknologi pertanian didesa Mareda

Kalada Kecamatan Wewewa Timur tersebut, seperti yang sudah dijelaskan diatas

yakni faktor ekonomi, faktor kebiasaan atau kebudayaan, norma dan juga jumlah

ketersediaan teknologi pertanian yang masih terbatas hal ini disebabkan oleh

karena desa Mareda Kalada Kecamata Wewewa Timur merupakan bagian dari

Page 50: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

36

wilayah yang minim infrastruktur, sehingga akses untuk menerima informasi

maupun untuk mendapatkan teknologi baru masih sangat sulit dan juga disisi lain

para petani masih mengadalkan pola pertanian tradisional yakni menggunakan

tenaga hewan dalam pengelolaan lahan pertanian, mengunakan pisau, ani-ani dan

sabit untuk memanen, menggunakan kaki untuk memisakan biji padi dari batang

padi.

Penyebab lain para petani tidak semua menggunakan teknologi pertanian

karena seringkali teknologi yang direkomendasikan tidak menjawab masalah yang

dihadapi para petani, teknologi yang diterapkan sulit diterapkan oleh petani dan

mungkin tidak lebih baik dengan teknologi lokal yang sudah ada, inovasi

teknologi justru menciptakan masalah baru bagi petani yang kurang dengan

kondisi sosial, ekonomi, norma budaya pranata sosial dan kebiasaan masyarakat

setempat.

Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat dari tahun

ketahun hinggah sampai saat ini pola berpikir masyarakat Sumba Barat Daya

terlebih khusus masyarakat MaredaKalada, Kecamata Wewewa Timur tentang

pengelolahan lahan sedikit demi sedikit berubah dikarenakan penggunaan

teknologi yang dapat memudakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dalam

sehari tetapi dengan menggunakan teknologi pertanian dapat dikerjakan hanya

dalam beberapa jam saja, dan tanpa disadari oleh masyarakat MaredaKalada

(petani) kebiasaan-kebiasaan, nilai kebudayaan yang ditanamkan oleh nenek

moyang mereka sudah tidak bisa dipetahankan lagi solidaritas antara petani yang

dulunya sangat kuat sekarang dengan berubahnya cara pengelolaan lahan

pertanian membuat solidaritas mereka semakin lama semakin renggang dan

terkadang sering kali terjadi konflik di antara mereka sendiri.

5.3. Pengunaan Teknologi Pertanian Di Desa Mareda Kalada Kecamatan

Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara

Timur

Menurut Akmadi (dalam Bafdal, 2012) mengatakan, teknologi merupakan

suatu alat untuk mempermudah manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari

dalam hal menyediakan kebutuhan dasar dan juga dimanfaatkan dalam kegiatan

ekonomi.

Page 51: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

37

Menurut Nurpilihan (dalam Bafdal, 2012), teknologi meupakan karya,

cipta dan karsa manusia untuk menghasilkan produk dan jasa dengan nilai tambah

yang tinggi.

Penggunaan teknologi pertanian di desa MaredaKalada ada berbagai

macam jenis teknologi pertanian yang digunakan yakni:

1. Teknologi pertanian untuk pengelolaan tanah jenis traktor tangan.

Salah satu alat pengolah tanah yang umum digunakan yaitu traktor

tangan (Power Tiller). Traktor tangan (Power tiller) merupakan mesin

pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan pekerjaan

pertanian lain dengan alat pengolah tanahnya digandengkan di bagian

belakang mesin. Traktor tangan sangat serba guna karena dapat juga berfungsi

sebagai tenaga penggerak untuk alat-alat lain seperti pompa air, alat prosesing,

gandengan (trailer), dan sebagainya (Hardjosentono 1996). Selain itu adapula

alat-alat pengolah tanah seperti bajak singkal (moldboard plow), bajak piring

(disk plow), bajak pisau berputar (rotary plow), bajak chisel (chisel plow),

bajak subsoil (subsoil plow), dan bajak raksasa (giant plow) (Daywin2008).

“Dalam wawancara dengan bapak Yohanis Sairo Bili, apa yang membuat

bapa berpikir menggunakan teknologi pertanian traktor padahal kalau

menggunakan cara yang biasa bapa lakukan lebih hemat biaya, bapak

Yohanis Sairo Billi menjawab kami menggunakan traktor karena lebih

gampang dalam melakukan pekerjaan dan lebih cepat dan kami juga tidak

harus mengerjakannya sendiri cukup dengan menyewa orang, memang

biayanya lebih mahal tapi tidak apa-apa”

“Lebih lanjut lagi wawancara dengan bapak Yohanis Sairo Billi, dalam

penggunaan teknologi pertanian ada tidak permasalahan atau hambatan yang

sering di alami? Bapak Yohanis Sairo Billi menjawab kalau masalah yang

menjadi persoalan selama ini itu kurangnya teknologi pertanian traktor

menyebabkan harga sewa traktor menjadi tinggi, di desa ini traktor ada

sekitar berapa? Bapak Yohanis Sairo Billi menjawab ada sepuluh, klau

disewakan satu traktor sekitar berapa, biasanya kalau kami pakai harga sewa

tidak tetap karena tergantung kebutuhan yang ada kalau banyak yang sewa

harga bisa 700.000 sampai 1000.000 kalau sedikit harga sewanya sekitar

500.000 sampai 600.000 per 1 hektar”

menurut Mardikanto (1993), teknologi adalah suatu perilaku produk,

informasi dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima

dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu

lokasi tertentu dalam rangka mendorong terjadinya perubahan individu dan

atau seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. Suatu teknologi atau ide

Page 52: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

38

baru akan diterima oleh petani jika (a) memberi keuntungan ekonomi bila

teknologi tersebut diterapkan (profitability), (b) teknologi tersebut sesuai

dengan lingkungan budaya setempat (cultural compatibility), (c) kesesuai

dengan lingkungan fisik (physical compatibility), (d) teknologi tersebut

memiliki kemudahan jika diterapkan, (e) penghematan tenaga kerja dan waktu

dan (f) tidak memerlukan biaya yang besar jika teknologi tersebut diterapkan

(Mardikanto,1993).

2. Teknologi pertanian pasca panen

Alat dan mesin pertanian pasca panen merupakan alat-alat yang

dipakai setelah pemanenan.Beberapa contoh dari mesin pasca panen yaitu

mesin perontok gabah dan mesin pengupas gabah, (Hardjosentono1996).

1) Mesin Perontok padi

Alat perontok sederhana yang digunakan berupa kayu atau bambu

pemukul, tongkat perontok, sisir perontok, dan pedal perontok

(thresher). Sedangkan sekarang sudah ada mesin yang bisa digerakkan

dengan motor dan biasanya dilengkapi dengan alat penghembus

kotoran-kotoran (Hardjosentono 1996).

2) Mesin Pengupas padi

Padi yang bisa dikupas dengan baik memiliki kadar air 14-14.5 %.

Pada kadar ini padi akan mudah digiling dan dikupas dari kulitnya.

Ada beberapa model dan tipe mesin pengupas padi.Besarnya kapasitas

penggunaannya sangat berfariasi, ada yang kecil, sedang, dan

besar.Mesin ini disebut Huller atau Husker (Hardjosentono1996).

“Hasil wawancara dengan bapak Marten Malo Lende mengenai mesin rontok

dan mesin giling padi yakni: dalam penggunaan mesin rontok padi dan mesin

giling padi hambatan dan permasalahan nya apa? Bapak Marten menjawab

masalahnya juga sama dengan mesin traktor tadi sama-sama kami

kekurangan mesin rontok dan juga mesin giling padi, harga sewanya kalau

mesin rontok 1 karung seratus 10.000 sampai 15.000 menurut Bapak Yohanis

Sairo Billi didesa ini ada sekitar 6 buah mesin rontok dan mesin giling padi

ada 2 buah”

Dari penggunaan teknologi pertanian yang moderen tersebut banyak

kendala yang dihadapi oleh masyarakat tani Mareda Kalada yakni: dari segi

pengadaan teknologi pertanian, penggunaannya, harga sewa yang tinggi hal

tersebut membuat masyarakat tani berharap pada pemeritah desa agar bisa

Page 53: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

39

membantu mereka untuk menanggulangi persoalan-persoalan yang mereka hadapi

saat ini.

5.4. Sistem Sosial Budaya Masyarakat Tani Di Desa Mareda Kalada Kecamatan

Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat Daya Sebelum Masuknya

Teknologi Petanian

Sebelum menggunakan teknologi pertannian, sistem pertanian

dimasyarakat Desa Maredakalada Kecamatan Wewewa Timur dikenal dengan

sistem pertanian tradisional karena kebudayaan yang masih sangat kental dan juga

dalam pengelolaan lahan pertanian masih menggunakan alat-alat tradisional.

“Wawancara dengan bapak Matius alat-alat tradisional apa saja yang digunakan?

Bapak Matius menjawab alat-alat yang digunakan itu: Pacul, Bajak, Sabit dan

Ani-ani, manamo dengan menggunakan kaki, lesung dan alu”

Sedikit penjelasan mengenai alat-alat tradisional yang digunakan sebelum

menggunakan teknologi pertanian yang moderen seperti yang sudah di

informasikan oleh bapak Matius sebagai berikut :

1. Pacul adalah satu jenis alat pertanian tradisional yang digunakan oleh

masyarakat tani di desa Mareda Kalada dalam proses pengolahan tanah pada

lahan pertanian. Pacul digunakan untuk menggali ataupun untuk meratakan

tanah. Pacul masih digunakan oleh masyarakat tani hingga saatini untuk

menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang ringan di sawah.

2. Bajak adalah alat yang biasa digunakan petani untuk mengolah tanah mereka

sebelum di tanami padi, dengan cara membalik tanahnya. Hal ini di

maksudkan agar kesuburan tanah sawah tetap terjaga walaupun sudah di

tanami tanaman beberapa kali. Bentuk bajak sendiri biasanya berupa kayu

berbentuk segitiga dengan disambungkan ke hewan-hewan untuk menarik

bajak tersebut. Hewan yang dipakai untuk membajak biasanya yaitu hewan-

hewan yang jinak tapi kuat. Seperti halnya kerbau.

3. Sabit dan ani-ani adalah alat yang biasa digunakan untuk memanen padi. Sabit

termasuk teknologi baru untuk memanen padi. Tidak seperti teknologi

sebelumnya dimana petani menggunakan ani-ani yang harus membutuhkan

waktu yang lama untuk memanen padi, dengan sabit petani bisa memanen

padi mereka dengan mudahnya dan dalam waktu yang cepat.

Page 54: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

40

4. Manamo (bahasa daerah masyarakat wewewa timur) adalah cara yang

digunakan oleh para petani desa Mareda Kalada kecamatan wewewa timur

untuk memisahkan biji padi dari batang padi dengan cara diinjak

menggunakan kaki.

5. Lesung dan alu adalah alat tradisional yang digunakan oleh masyrakat desa

Mareda Kalada pada umumnya, fungsi dari lesung dan alu sendiri untuk

memisakan biji padi dari kulit padi. Padi yang ditumbuk dengan alu dan

lesung ini akan menghasilkan beras dan kulit. Beras yang dihasilkan tersebut

dinamakan oleh masyarakat tani didesa Mareda Kalada beras tumbuk. betuk

beras tumbuk tidak putih bersih, melainkan agak kecoklatan.

Sistem pertanian tradisional adalah sistem pertanian yang masih bersifat

ekstensif dan tidak memaksimalkan input yang ada. Sistem pertanian tradisional

salah satu contohnya adalah sistem ladang berpindah. Sistem ladang berpindah

telah tidak sejalan lagi dengan kebutuhan lahan yang semakin meningkat akibat

bertambahnya penduduk.

Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan

dengan kenyataan bahwa manusia seolah-olah hidup di atas tonggak. Pada daerah-

daerah yang lahan pertaniannya sempit dan penanaman hanya tergantung pada

curah hujan yang tak dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat

rendah, dan dalam keadaan tahun-tahun yang buruk, para petani dan keluarganya

akan mengalami bahaya kelaparan yang sangat mencekam. Dalam keadaan yang

demikian, kekuatan motivasi utama dalam kehidupan para petani ini barangkali

bukanlah meningkatkan penghasilan, tetapi berusaha untuk bisa mempertahankan

kehidupan keluarganya.

Pada Pertanian tradisional biasanya lebih ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan hidup para petani dan tidak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi

petani, sehingga hasil keuntungan petani dari hasil pertanian tradisional tidak

tinggi, bahkan ada yang sama sekali tidak ada dalam hasil produksi pertanian.

Sebenarnya pertanian tradisional merupakan pertanian yang akrab

lingkungan karena tidak memakai pestisida. Akan tetapi produksinya tidak

mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus

bertambah. Untuk mengimbangi kebutuhan pangan tersbut, perlu diupayakan

Page 55: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

41

peningkatan produksi yang kemudian berkembang sistem pertanian konvensional

(Pracaya, 2007).

Jika di lihat dari segi ekonomi dalam pertanian tradisional masyarakat desa

Mareda Kalada yang mana pertaniaan tradisional hanya untuk memenuhi

kebutuhan dalam hidupnya sekarang, misalnya pada saat masyarakat menanam

padi, hasil padi yang telah di produksi akan diolah menjadi beras kemudian di

konsumsi oleh keluarganya, sehingga terus berjalan kelangsungan hidupnya.

Pada sistem pertanian dalam penggunaan alat-alat tradisional terdapat

beberapa evaluasi terhadap aspek ekonomi. Pertanian menggunakan alat-alat

tradisional jika dilihat dari aspek ekonomi antara lain:

1. Dalam penggunaan teknologi yang belum berkembang.

Dalam hal ini petani pada pertanian tradisional menggunakan alat atau

teknologi yang masih rendah atau belum berkembang.Yang mana hal ini dapat

memperlambat hasil yang di produksi dan akan membuang waktu dalam

proses bercocok tanam. Misalnya pada sistem tradisional masyarakat untuk

membajak sawah masih menggunakan kerbau hal ini masih kurang efisiensi

dalam pemanfaatan waktu dan tenaga.Akan tetapi dari sektor ekonominya

lebih rendah dan minim pengularan untuk mengelolah lahan untuk

menghasilkan produk.

2. Tenaga kerja yang masih banyak di gunakan

Untuk pertanian tradisional biasanya digunakan lebih banyak dalam

menggelolah lahan pertanian untuk menghasilkan produksi. hal ini

dikarenakan masih minimnya teknologi yang ada sehingga pelaksanaan

menggunakan SDM (sumber daya manusia) yang ada. Sebagai contoh dalam

hal panen padi yang mana digunakan tenaga kerja manusia,kemudian contoh

lain proses perontokan helai padi yang masih menggunakan tenaga manusia

untuk melakukan walaupun saat ini mulai ada teknologi yang membantu

merontokan helai padi. Hal ini mencerminkan bahwa pertanian tradisional

masih tergantung dengan Sumber Tenaga Manusia yang ada,akan tetapi dari

sektor ekonominya lebih murah.

3. Modal yang dipakai masih sedikit

Dalam hal ini modal dalam pengelolahan produksi pertanian masih

sedikit karena kebutuhan yang dibuat tidak terlalu membutuhkan modal lebih

Page 56: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

42

.Biasanya juga hanya butuh modal untuk pembayaran tenaga kerja dan lain-

lain yang rata-rata minim.

4. Hasil produksi yang masih kurang terjangkau

Dalam pertanian tradisional sering hasil yang di produksi hanya

sebatas untuk di konsumsi keluarga maupun masyarakat golongan.Hal ini

dikarenakan masih minimnya cara budidaya tanaman sehingga produk yang

dihasilkan masih rendah.

Sedangkan dari segi sosial dalam penggunaan alat-alat pertanian yang

tradisional keluarga dengan keluarga, petani dengan pertani terjadi hubungan yang

erat antar sesama dikarenakan dalam proses pertanian tradisional menjunjung

tinggi tolong menolong dan gotong royong, apalagi dengan sistem tradisional

yang menyebabkan antar petani saling membutuhkan dan membantu untuk

menghasilkan produktivitas pertanian yang telah di olah.

1. Sistem Kepercayaan dan Agama

Pada pertanian tradisional, pada umumnya petani masih percaya dengan

adanya Dewi Sri. Diantara para petani sehabis menanam padi salalu diadakan

penghormatan pada Dewi Sri. Penghormatan ini dilakukan dalam bentuk sesaji.

Proses penghormatan dengan sesaji ini hanya memberi sesaji pada ujung-ujung

sawah. Sesaji dapat berupa tanaman palawija, bunga, atau jenang (Depdikbud,

1989).

Pada umumnya masyarakat Wewewa Timur adalah masyarakat yang

memiliki kepercayaan sendiri yakni kepercayaan mereka terhadap nenek moyang

atau leluhur, kepercayaan atau agama ini disebut Marapu. Pemujaan terhadap

marapu dilakukan dengan berbagaicara,mulai yang sederhana hingga pemujaan

rumit yang membutuhkan persiapan matang. Ritual-ritual sederhana umumnya

dilakukan dengan mempersembahkan sesaji berupa buah sirih dan pinang. Ada

pula yang disertai sekerat emas atau perak serta telur atau anak ayam. Anak ayam

ini biasanya disembelih lalu usus dan hatinya diperiksa untuk mengetahui

kehendak marapu. Pemujaan jenis ini paling sering dilakukan oleh masyarakat

Wewewa Timur karena tidak membutuhkan banyak persediaan, biasanya

berkaitan dengan aktivitas seperti saat akan mengolah lahan, mernyebar bibit,

menuai panen dan lain sebagainya.

2. Pengaruh Keluarga

Page 57: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

43

Pada petani tradisional, pengaruh keluarga sangat besar. Hal

tersebut dikarenakan berbagai macam usaha tani dilakukan dengan

keluarga sehingga berbagai pekerjaan dibagi antara keluarga. Petani

melakukan praktek kegiatan pertanian secara turun temurun, sehingga ilmu

yang didapat berasal dari orang tua atau leluhurnya (Soetriono, 2006).

Dahulu sebelum teknologi pertanian mempermudah segala proses

pertanian yang seperti sekarang ini, keluarga adalah salah satu pendukung

yang sangat penting bagi masyarakat petani Mareda Kalada untuk membantu

proses pertanian seperti mengelolah tanah, menanam padi maupun memanen

itu semua dilakukan bersama-sama keluarga, baik itu keluarga yang dekat

maupun keluarga yang jauh akan diundang untuk membantu.

Selain dukungan dari keluarga juga dukungan dari sesama petani yang

saling gotong royong saling membantu satu sama lain dapat mempermudah

pekerjaan mereka terutama pada saat memanen, solidaritas mereka sesama

petani sangat kuat dan ketergantungan mereka semakin tinggi sehingga pada

saat memanen tidak perlu memikirkan biaya untuk menyewa teknologi

pertanian karena pekerjaan tersebut dapat dibantu oleh keluarga maupun

sesama petani.

3. Lembaga Pertanian

Pada pertanian tradisional, lembaga pertanian jarang ditemukan. Hal

tersebut berimplikasi pada keputusan mengenai hal pertanian masih

dilakukan secara perorangan. Meskipun begitu, anggota masyarakat selalu

hidup bergotong royong, oleh karena itu, para petani enggan berbuat hal

yang merusak kebersamaan mereka. Petani selalu memerlukan pesertujuan

masyarakat di mana ia hidup. Kepercayaan masyarakat terhadap nilai dan

tradisi diketahui dan dihormati (Soetriono, 2006).

Kondisi petani Wewewa Timur terlebih khususnya desa Mareda

Kalada saat sekarang ini sangat memperhatinkan ketergantungan mereka

terhadap teknologi pertanian sangat besar sehingga masyarakat perlu

disadarkan dari segi pandang mereka terhadap proses pengelolaan pertanian

bahwa cara mengelolah pertanian atau sawah mereka tidak harus

menggunakan teknologi tetapi dengan cara yang lama waupun membutuhkan

tenaga yang banyak, akan tetapi masyarakat atau petani dapat

mempertahankan nilai-nilai kepercayaan dan kebudayaan mereka dari pada

Page 58: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

44

menyewa teknologi pertanian dengan biaya yang tinggi, bagi kelas atas

mungkin tidak terpengaruh dari segi ekonomi tetapi bagi petani kelas bawah

akan berpengaruh terhadap ekonomi mereka karena kebanyak dari masyarakat

petani desa Mareda Kalada harus menyewa teknologi pertanian dengan cara

mengutang yang artinya setelah panen baru dilunasi terkadang hasil panen

dibagi sesuai dengan perjanjian yang ditetapkan.

5.5. Deskripsi Perubahan Teknologi Pertanian desa Mareda Kalada Kecamatan

Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara

Timur.

Telah terjadi perubahan mendasar pada berbagai kegiatan budidaya

pertanian di desa Mareda Kalada terutama yang menyangkut berbagai upacara

adat. Berbagai bentuk upacara seperti sebelum tanam, ketika padi sudah mulai

berisi, ketika padi akan dipotong. Hal ini terkait dengan semakin sempitnya waktu

masyarakat tani dan perhatian terhadap upacara tersebut yang semakin menurun.

Beberapa kegiatan teknologi pertanian lainnya, baik pra panen dan pasca

panen juga telah mengalami perubahan seperti ditunjukkan pada Tabel. Jika

diamati, perubahan teknologi pertanian yang terjadi di desa Mareda Kalada saat

ini keadaannya tidak jauh berbeda dengan daerah pertanian lain, tetapi dari

wawancara mendalam diketahui bahwa perubahan tersebut lebih lambat dibanding

dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan karena hasil pertanian padi bukan

merupakan satu-satunya tumpuan bagi keluarga di desa Mareda Kalada, meskipun

padi merupakan lambang kemakmuran bagi masyarakat, yang ditandai dengan

banyaknya padi yang dimiliki.

Tabel 5.1

Perubahan Pada Teknologi Pertanian di Desa Mareda Kalada

No Kegiatan Dahulu Sekarang

1 Pengolahan

Tanah

Dengan pacul, bajak dengan traktor

2 Benih Varitas dalam Varitas dangkal

3 Penanaman Tidak teratur tandur jajar

4 Umur padi 5 sampai 6 bulan 3 bulan

Page 59: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

45

5 Pemeliharaan/

pemupukan

Tidak intensif Intensif

6 Pemanenan Menggunakan ani-ani Menggunakan sabit dan

dirontok

7 Pengangkutan Diikat, kemudian dipikul masuk karung dan diangkut

8 Pengeringan Dengan tangkai Curah

9 Penyimpanan,

pengelolaan

Dengan tangkai dan

Ditumbuk

Curah dan digiling

Sumber : data primer 2014

Tabel 5.2

Uraian Proses produksi pertanian sebelum dan sesudah menggunakan teknologi

pertanian.

No Kegiatan Sebelum menggunakan

teknologi pertanian

Setelah menggunakan

teknologi pertanian

1 Proses pengelolaan tanah Menggunakan bajak dengan

tenagah kerbau dan sapi.

Menggunakan traktor

tangan.

2 Ketika mau menanam

padi

Melaksanakan proses adat

istiadat seperti membaca hati

ayam untuk mengetahui

apakah besok adalah hari

yang baik untuk menanam

atau tidak.

Kebiasaan membaca

hati ayam tidak lagi

dilakukan karena

pemikiran petani yang

menentukan hasil

panen baik bukan lagi

hari yang baik ataupun

doa-doa yang

dibacakan tetapi

ditentukan dengan cara

perawatannya yang

baik.

3 Perawatan pertanian Perawatan padi dengan

mengunakan pupuk

Perawatannya tidak

lagi menggunakan

Page 60: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

46

kandang. pupuk kadang diganti

dengan menggunakan

bahan-bahan kimia

seperti ((arivon, Chix,

Pinalti, Gibgro,

Booster).

4 Ketika mau memanen

padi

Melaksanakan proses adat

istiadat dengan membaca

hati ayam untuk mengetahui

hasil panen dan mengucap

syukur kepada nenek

moyang.

Tidak lagi

melaksanakan upacara

adat.

Sumber : data primer 2014

Berdasarkan hasil uraian diatas menujukan bahwa nilai kepercayaan yang

selama ini dilakukan oleh masyarakat tani desa Mareda Kalada sudah lagi tidak

dipercaya karena pola pikir masyarakat sudah dipengarui oleh teknologi pertanian

semakin berkembang di masyarakat. Menurut Talcott Parsons perubahan sosial

pada masyarakat akan berdampak pada pertumbuhan kemampuan yang lebih baik

bagi masyarakat itu sendiri, khususnya untuk menanggulangi permasalahan

hidupnya. Ada empat fungsi yang penting untuk semua sistem tindakan yakni:.

1. Adaptasi (adaptation)

supaya masyarakat bisa bertahan dia harus mampu menyesuaikan

dirinya dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan

dirinya.

2. Pencapain tujuan (goal attainment)

sebuah sistem harus mampu menentukan tujuannya dan berusaha

mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan itu.

3. Integrasi (integration)

masyarakat harus mengatur hubungan di antara komponen-

komponennya supaya dia bisa berfungsi secara maksimal.

4. Latency atau pemeliharaan pola-pola yang sudah ada

Page 61: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

47

setiap masyarakat harus mempertahankan, memperbaiki, dan

membaharui baik motivasi individu-individu maupun pola-pola budaya

yang menciptakan dan mempertahankan motivasi-motivasi itu

5.6. Dampak Teknologi Pertanian Terhadap Sistem Sosial Budaya Petani Desa

Mareda Kalada Kecamatan Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat Daya

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Dalam proses pertumbuhan masyarakat MaredaKalada mengalami

perubahan, baik sistem sosial maupun sistem budaya dalam proses produksi

pertanian. Akibat dari perkembangan teknologi pertanian, telah membawa

perubahan pada masyarakat MaredaKalada yang tradisional menuju masyarakat

yang moderen. Demikian halnya dengan cara produksi yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat, mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan konsumen

tentang produksi. Cara produksi yang dilakukan oleh manusia untuk kepentingan

mempertahankan hidup, masih dikategorikan produksi yang belum mempunyai

nilai tukar. Produksi masih berada pada tataran menanam dan memanen untuk

dikonsumsi oleh keluarga, dan keadaan yang demikian tidak berpengaruh pada

aspek sistem sosial budaya masyarakat. Ernest Mandel menjelaskan bahwa selama

produktivitas kerja tetap pada tingkatan dimana seseorang hanya dapat

menghasilkan kebutuhan untuk hidupnya sendiri, pembagian sosial tidak terjadi

dan diferensiasi sosial didalam masyarakat adalah sesuatu yang tidak mungkin. Di

bawah kondisi tersebut, (Mandel, 2006 : 118) semua orang adalah produsen dan

mereka semua berada pada tingkatan ekonomi yang sama.

Sejalan dengan kemajuan teknologi, pertanian konvensional telah

merubah wajah pertanian tradisional. Pada tahun 1960-1970, petani telah

diperkenalkan dengan Panca Usaha Tani. Secara umum, dengan adanya Panca

Usaha Tani, pengolahan sawah dan lahan pertanian terlihat lebih sistematis

dan menggunakan teknologi bermesin (Depdikbud, 1989).

Intensif merupakan cara bertani yang memanfaatkan inovasi teknologi

pertanian dengan penggunaan input yang banyak dengan tujuan memperoleh

output yang lebih tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Pertanian intensif

dapat disebut sebagai pertanian modern. Ciri Pertanian Modern (Intensif) adalah

penggunaan bibit unggul, aplikasi pupuk buatan, pestisida, penerapan mekanisasi

pertanian dan pemanfaatan air irigasi. Sistem pertanian ini mengkonsumsi

Page 62: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

48

sumberdaya alam yang tak terbaharui dalamjumlah besar seperti minyak dan gas

bumi, fosfat dan lain-lain, sehingga butuh modal yang besar pula. Sistem

pertanian seperti ini telah berkembang sedemikian rupa di berbagai belahan dunia

termasuk masyarakat tani di desa Mareda Kalada dan dirasakan sangat bermanfaat

dalam rangka peningkatan produksi berbagai komoditas pertanian guna memenuhi

kebutuhan manusia. Hasil kemajuan teknologi melalui pertanian modern begitu

spektakuler dan mengesankan, sehingga fenomena tersebut dipandang sebagai

“Revolusi Hijau” (Peter Tandisau dan Herniwatiigasi, 2009).

Pada tataran sistem pertanian modern, persoalan yang paling umum dan

sering terjadi dimanapun adalah aspek produksi dan aspek pemasaran. Faktor

produksi terkait erat dengan biaya produksi yang harus dikeluarkan petani sangat

tinggi dan terus meningkat. Peningkatan biaya produksi diakibatkan oleh semakin

berkurangnya unsur hara dan kesuburan tanah yang harus diatasi dengan

pemupukan. Menurut Rahardjo bahwa tanah yang kurang subur serta pemilikan

tanah yang timpang (mayoritas adalah petani-petani penggarap-bukan-pemilik

tanah) cenderung tidak akan menciptakan perubahan orientasi dalam kegiatan

pertanian. Namun ada faktor determinan lainnya lagi yang harus diperhitungkan

pengaruhnya terhadap perubahan orientasi produk petani, yakni peruhan

kebudayaan yang dibawakan oleh faktor teknologi (Rahardjo, 2004).

Bagi sebagian kecil petani yang mempunyai modal (petani kaya),

penggunaan teknologi pertanian tidak terlalu memberatkan. Akan tetapi bagi

kebanyakan petani miskin, penggunaan teknologi pertanian untuk persiapan

penanaman memerlukan modal yang cukup besar, serta beresiko mengalami

kerugian dan juga bisamengalami gagal panen. Selain itu juga proses pemupukan,

tanaman membutuhkan obat-obatan pembasmi hama, yang tentunya akan

berpengaruh pada biaya dalam produksi.

Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat.

Dalam setiap keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai

dampak tersendiri, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak juga

bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan pengawasan internal.

Seorang pemimpin yang handal sudah selayaknya bisa memprediksi jenis dampak

yang akan terjadi atas sebuah keputusan yang akan diambil. Dalam(Surayin

2001).Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik negatif

maupun positif.

Page 63: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

49

Jadi dampak dari teknologi pertanian itu sendiri ialah pengaruh atau akibat

introduksi dan penggunaan alat teknologi pertanian untuk melaksanakan operasi

pertanian yang dapat berakibat positif maupun negative di dalam masyarakat tani

di desa Mareda Kalada Kecamatan Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat Daya

Propinsi Nusa Tenggara Timur. Beberapa dampak dari teknologi pertanian yang

ditinjau dari beberapa segi antara lain :

1. Penurunan lapangan kerja dan peningkatan pengangguran

Dalam sistem pertanian moderen digunakan teknologi dan bahan-bahan

yang berkualitas tinggi. Dengan digunakannya teknologi pertanian, kegiatan-

kegiatan yang biasa dilakukan oleh petani digantikan oleh mesin yang

berteknologi tinggi. Namun disisi lain merupakan beban bagi petani buruh karena

pendapatan buruh tani dan produktifitas tenaga kerja di sektor pertanian semakin

sulit. Sehingga para petani lambat laun mulai banyak yang kehilangan pekerjaan.

Banyaknya petani yang tidak bekerja dapat meningkatkan angka pengangguran.

Lapangan pekerjaan untuk petanipun berkurang karena semua kegiatan bertani

dapat dilakukan oleh mesin.Petani-petani yang pekerjaannya telah digantikan oleh

teknologi pertanian menjadi pengangguran dan tidak memiliki penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

2. Hilangnya kearifan tradisional dan budaya tanaman lokal

Berikut ini jenis padi lokal dan benih yang direkomendasikan dari dinas

pertanian:

Tabel 5.3

Jenis padi dahulu (Lokal) dan Padi sekarang

No Jenis Padi dahulu (lokal) Jenis Padi sekarang

1 Padi Bingtang Padi Ciliwung

2 Padi Pelita Padi Ciherang

3 Padi P B 5

Sumber : Data primer 2014

Masyarakat Wewewa Timur khususnya masyarakat Mareda Kalada

umumnya bertani dengan memperhatikan keadaan sosial disekitarnya. Apabila

menggunakan sistem pertanian moderen, tidak ada lagi kearifan tradisional

dan kebanyakan tanaman yang ditanaman adalah tanaman yang sedang naik

daun atau tanaman yang dibutuhkan sangat banyak dan berdaya jual tinggi.

Page 64: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

50

Sehingga padi-padi lokal tidak dapat bersaing karena sedikit sekali petani yang

menanamnya.

3. Ketergantungan petani pada pemerintah dan perusahaan/industri agrokimia

Karena dibutuhkan modal yang sangat besar, para petani membutuhkan

bantuan dari pemerintah dalam hal modal dan informasi-informasi terbaru tentang

pertanian.Petani juga mengalami ketergantungan dengan perusahaan/industri

agrokimia, karena kebanyakan mereka menggunakan bahan-bahan kimia. Dalam

hal ini bahan-bahan kimia yang digunakan antara lain : TSP, Urea dan KSL, tiga

jenis pupuk ini biasa digunakan oleh petani di desa Mareda Kalada untuk

menyuburkan tanaman, seperti yang dijelaskan sendiri oleh petani bawah ketiga

macam pupuk ini mempunyai fungsi masing-masing yakni:TSP untuk pupuk

dasar, pupuk Urea untuk menyuburkan daun-daun padi sedangkan pupuk KSL

untuk menyuburkan buah padi. Selain pupuk untuk menyuburkan tanaman padi

petani juga menggunakan pupuk kimia lainnya untuk mencegah penyakit seperti

pupuk Arivon, Chix, Pinalti, Gibgro, Booster.

4. Rasa kekeluargaan dan kekompakan antar petani berkurang

Pertanian moderen lebih menggunakan mesin daripada tenaga manusia

atau petani. Hal tersebut dapat menyebabkan berkurangnya rasa kekeluargaan dan

kekompakan antar petani. Padahal hal tersebut sangat berbahaya karena petani

bisa-bisa bersaing secara tidak sehat.

Dengan teknologi pertanian yang modern dan berwawasan agribisnis

dikembangkan dan dibangun dari pertanian tradisional melalui proses

modernisasi. Pada prinsipnya, modernisasi menuntut terjadinya perubahan dan

pembaharuan sistim nilai dan budaya. Modernisasi berarti melakukan reformasi

terhadap norma dan budaya yang tidak sesuai lagi dengan perubahan zaman,

kurang produktif, kurang efisien dan tidak memiliki daya saing. Perubahan

tersebut perlu waktu, harus terjadi dalam lingkup integral dan tidak hanya

mencakup aspek-aspek teknis, ekonomis, politis melainkan juga aspek

penghidupan sosiol budaya.

Pengembangan teknologi pertanian pasca panen yang mampu memberikan

kontribusi optimal kepada pembangunan sistem dan usaha tani. Dimana

pengembangan tersebut bertujuan untuk memberikan landasan yang kuat bagi

Page 65: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

51

berlangsungnya pengembangan teknologi pertanian, sebagai wahana perubahan

budaya pertanian tradisional ke budaya pertanian industrial atau modern.

Adanya modernisasi teknologi pertanian di satu sisi mengakibatkan

naiknya tingkat rasionalitas (nilai teori), orientasi ekonomi dan nilai kekuasaan

teknologi,sementara pada sisi lain modernisasi mengakibatkan lunturnya nilai-

nilai kepercayaan (nilai agama), nilai gotong royong (solidaritas) dan nilai seni

mengalami komersialisasi. Modernisasi dapat juga menaikan semua nilai budaya

yang di uraikan di atas. Kenyataan memperlihatkan bahwa nilai yang sangat

dominan mengalami pergeseran adalah naiknya tingkat rasinolitas (nilai teori),

orientasi financial (nilai ekonomi) sebagai dampak kebijaksanaan pembangunan

yang lebih memprioritaskan pembangunan ekonomi yang diikuti oleh pesatnya

penerapan ilmu dan teknologi pertanian. Sehingga pergeseran nilai dan

peransosial budaya terjadi, karena modernisasi menururt Schoorl (1991) tidak

sama persis dengan pembangunan. Modernisasi lebih banyak diwarnai oleh gejala

perubahan tekhnologi dan berkembangnya ekonomi pasar. Sedangkan

pembangunan lebih menitik beratkan pada adanya perubahan struktur masyarakat.

Eksistensi nilai agama (kepercayaan) tersebut, setelah hadir dan

diterapkanya teknologi biologis dan biokimia, telah bergeser dan bahkan ada yang

telah hilang sama sekali diganti oleh nilai-nilai yang bersifat rasional. Wawasan

dan cara berfikir mereka menjadi lebih terbuka bahwa meningkatnya hasil panen

tidak semata-mata ditentukan oleh dilaksanakanya ritual-ritual yang selama ini

biasa dilakukan di sawah/ladang,tetapi ditentukan oleh penanaman bibit unggul,

cara pengolahan, penggunaan pupuk, pemberantasan hama sampai kepada

penanganan pasca panen. Hal ini menunjukan bahwa cara dan tingkat rasionalitas

berfikir mereka semakin meningkat dan bertambah maju, sementara nilai-nilai

agama (kepercayaan) makin luntur dan memudar.

Selain itu sebelum masuknya teknologi pertanian di desa Mareda Kalada,

para petani menggelola sawahnya dengan menggunakan tenaga kerbau atau sapi.

Sekarang lahan pertanian sudah dikelolah dengan bantuan mesin (menyewa

traktor milik pemodal). Demikian juga dalam pelaksanaan panen yang dulunya

banyak melibatkan para tetangga memangterlihat tidak efesien dengan adanya

tresser (mesin perontok padi) penggunaan tenaga manusia menjadi berkurang.

Penggunaan teknologi pertanian ini disatu sisi memang menguntungkan, tapi

disisi lain pola hubungan antar masyarakat petani, jelas merenggan.

Page 66: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

52

Dahulu, nilai gotong royong sangat terasa sekali, jika ada tetangga yang

melaksanakan syukuran atau ritual-ritual. Ketika petani mau menanam padi sawah

ataupun pada saat panen, pasti tidak bayar, upahnya hanya makan pagi, makan

siang atau makan kecil dan suka rela dari keluarga. Jadi, kalau ada diantara

mereka menanam atau memanen, maka petani yang lainnya ikut gotong royong

dan begitu sebaliknya, terjadi semacam barter tenaga. Sekarang keadaanya telah

bergeser, kalau mau bercocok tanam atau panen sudah harus memperhitungkan

upah.

Adanya desakan ekonomi yang kuat, memang terlalu sulit dan berat untuk

mempertahankan model gotong royong seperti diatas. Pola pikir praktis dengan

hanya memberi uang tanpa mau terlibat gotong royong jelas merupakan pertanda

erosi nilai dan munculnya nilai baru yakni indivualisme pada masyarakat

perdesaan, Munculnya nilai individualisme ini terjadi karena semakin terbatasnya

kepemilikan tanah yang banyak dikuasai oleh tuan tanah lokal atau masuknya

petani dari luar desa.

Benih-benih individualisme di atas banyak dicontohkan oleh orang–orang

kampung yang relatif terpelajar. Diantara mereka sekarang banyak membuat pagar

tembok sekeliling rumahnya padahal dulu perbuatan ini dianggap angkuh dan

dinilai tidak memiliki rasa kebersamaan. Jadi rasa kebersamaan yang dulu ada di

kampung, sekarang tidak terlihat lagi, kalau di kota barangkali hal ini dapat

dimengerti.

Fenomena di atas menjadi indikasi bahwa nilai gotong – royong,nilai

solidaritas sosial di masyarakat tani desa Mareda Kalada telah menurun,

sedangkan nilai kekuasaan teknologi semakin meningkat dan menguat. Penguatan

nilai kuasa ini dapat dilihat dari kondisi riil bahwa para petani di desa telah

menggunakan kuasanya dalam mengelola sawahnya, memanen padi, menyewa

traktor dan dalam berbagai kegiatan lainnya, yang sebelumnya mungkin karena

ikatan-ikatan tradisional harus mereka kerjakan dengan mengikutsertakan petani

tetangga atau petani sedesanya. Keadaan ini menjadi pertanda yang jelas bahwa

masuknya teknologi pertanian memang menguntungkan sekaligus juga

menumbuhkan benih–benih individualisme pada masyarakat petani yang

sebelumnya hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.

Page 67: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

53

5.7.Luas, Dalam Dan Cepatnya Perubahan Sistem Sosial Budaya Masyarakat

Tani Desa Mareda Kalada Akibat Dari Penggunaan Teknologi Pertanian

Yang Moderen.

Dapak teknologi terhadap kebudayaan dapat baik dan dapat pula buruk.

Teknologi pertanian moderen yang digunakan oleh masyarakat tani desa Mareda

Kalada minimbulkan dan memperlihatkan betapa besarnya perubahan-perubahan

yang timbul dalam sistem sosial dan tata nilai kebudayaan masyarakat tani itu

sendiri. Keadaan pertanian di desa Mareda Kalada yang tidak lagi memungkinkan

sistem kekeluargaan, solidaritas antara petani saling bahu membahu seperti dalam

sistem masyarakat yang tradisional, telah terjadi perubahan yang besar. Di desa

tersebut masyarakat petani tidak lagi membangun relasi antara petani dengan

petani akan tetapi petani lebih banyak membangun relasi dengan penggusaha yang

menguwasai teknologi pertanian, contoh kecilnya petani tidak lagi membutukan

tenaga petani lain untuk membantu, ia lebih membutukan teknologi pertanian

dalam mengelolah hasil dari pertanian tersebut. Hal ini menyebabkan kemesraan

hubungan antara petani dengan petani menjadi berkurang masing-masing

mengurusi dirinya sendiri.Selain itu dari wawancara mendala denga bapak Marten

Malo Lende kebutuhan akan menyewah teknologi pertanian yang moderen,

kebanyak para petani sudah terikat kontrak dengan pengusaha di bidang pertanian.

Para pengusaha tidak membebani petani untuk membayar harga sewa teknologi,

mereka telah menetapkan harga jual dari hasil panen, dan sudah menjadi

kewajiban bagi petani untuk menjual hasil pertanian mereka kepada pengusaha

tersebut, kompensasi yang terjadi adalah harga beli hasil panen tersebut dengan

harga yang lebih murah.

Walaupun penggunaan teknologi pertanian di desa Mareda Kalada sejak

tahu 1990 akan tetapi perubahan sistem sosial budaya dari tahun ketahun hinggah

Page 68: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

54

pada saat ini masih lambat dikarenakan dari segi kebudayaan masyarakat sendiri

waktu itu belum siap betul untuk menerima atau menggunakan alat tersebut

dengan rutin. Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi masyarakat

petani di desa Mareda Kalada dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya

adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan

bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya,

memotong padi dengan mesin dapat mempercepat proses pemanenan, namun

karena adat dan kebiasaan masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit

atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak akan digunakan hal ini lah yang

menjadi salah satu faktor yang memperlambat terjadinya proses perubahan sistem

sosial di masyarakat tersebut, selain itu faktor lambatnya perubahan tersebut

yakni: dukungan dari pemerintah yang masih kurang, faktor ekonomi petani,

faktor infrastruktur dan nilai kepercayaan bagi masyarakat petani.

Page 69: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

55

Bab VI

PENUTUP

6.1. Kesimupulan

Dalam Bab ini diuraikan akhir dari serangkaian penulisan, dengan

demikian muatan pokok bab ini adalah kesimpulan dan saran. Berdasarkan hasil

penelitian dan pembahasan tentang: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian

Terhadap Sistem Sosial Budaya Masyarakat Tani Desa Mareda Kalada

Kecamatan Wewewa Timur Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa

Tenggara Timur, Berbagai pengaruh dari perkembangan teknologi pertanian di

desa Mareda Kalada baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif

diantaranya memberikan berbagai kemudahan, mempermudah meluasnya

berbagai informasi, dan bertambahnya pengetahuan dan wawasan. Sedangkan

dampak negatifnya diantaranya mempengaruhi pola berpikir dan hilangnya

budaya Tradisional. Oleh sebab itu Kesimpulan yang dapat ditarik yakni:

1. Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat tani desa Mareda Kalada

akibat dari adopsi teknologi pertanian mencangkup tatakelola produksi

lahan pertanian yakni: cara mengelola tanah, cara menanam, cara

pemeliharaan dan pemupukan, cara memanen, cara mengangkut, cara

mengeringkan padi, cara penyimpanan dan pengelolaan semuanya

terinovasi sehingga menyebabkan kebiasaan-kebiasaan lama seperti

membajak sawah dengan menggunakan tenaga hewan (kerbau dan sapi),

memelihara tanaman padi dengan pupuk kandang, memanen padi dengan

menggunakan ani-ani, memisakan biji padi dari tangkai padi dengan

menggunakan kaki, memisahkan kulit biji padi dengan ditumbuk, semua

kebiasaan yang sudah turun-temuran dianut oleh masyarakat tani desa

Mareda Kalada menjadi hilang dan menyebabkan ketergantungan

masyarakat tani terhadap teknologi pertanian.

2. Adanya modernisasi teknologi pertanian disatu sisi mengakibatkan

naiknya tingkat rasionalitas, orientasi ekonomi dan nilai kekuasaan

teknologi,sementara pada sisi lain modernisasi mengakibatkan lunturnya

nilai-nilai kepercayaan (nilai agama), nilai gotong royong (solidaritas) dan

Page 70: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

56

nilai seni mengalami komersialisasi. Kenyataan memperlihatkan bahwa

nilai yang sangat dominan mengalami pergeseran adalah naiknya tingkat

rasinolitas (nilai teori), orientasi financial (nilai ekonomi) sebagai dampak

kebijaksanaan pembangunan yang lebih memprioritaskan pembangunan

ekonomi yang diikuti oleh pesatnya penerapan ilmu dan teknologi

pertanian.

3. Dahulu, nilai gotong royong sangat terasa sekali, jika ada tetangga yang

melaksanakan syukuran atau ritual-ritual. Ketika petani mau menanam

padi sawah ataupun pada saat panen, pasti tidak bayar, upahnya hanya

makan pagi, makan siang atau makan kecil dan suka rela dari keluarga.

Jadi, kalau ada diantara mereka menanam atau memanen, maka petani

yang lainnya ikut gotong royong dan begitu sebaliknya, terjadi semacam

barter tenaga. Sekarang keadaannya telah bergeser, kalau mau bercocok

tanam atau panen sudah harus memperhitungkan upah.

4. Eksistensi nilai agama (kepercayaan Marapu) tersebut, setelah hadir dan

diterapkanya teknologi pertanian, telah bergeser dan bahkan ada yang telah

hilang sama sekali diganti oleh nilai-nilai yang bersifat rasional. Wawasan

dan cara berfikir mereka menjadi lebih terbuka bahwa meningkatnya hasil

panen tidak semata-mata ditentukan oleh dilaksanakanya ritual-ritual yang

selama ini biasa dilakukan di sawah/ladang,tetapi ditentukan oleh

penanaman bibit unggul, cara pengolahan, penggunaan pupuk,

pemberantasan hama sampai kepada penanganan pasca panen, sehinggah

ritual-ritual yang dilakukan pada saat mau menanam ataupun memanen

sudah dilupakan dan tidak lagi dilakukan padahal ritual yang dilakukan

selama ini juga menandakan jati diri masyarakat petani terlebih khususnya

desa MaredaKalada.Hal ini menunjukan bahwa cara dan tingkat

rasionalitas berfikir mereka semakin meningkat dan bertambah maju,

sementara nilai-nilai agama (kepercayaan) makin luntur dan memudar.

Page 71: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

57

6.2.Saran

Memberdayakan petani bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan

karena apa yang pemerintah pikirkan belum tentu demikian adanya yang dihadapi

oleh petani. Petani sebagai individu memiliki motivasi dan sasaran yang berbeda-

beda dalam bidang pertanian. Ada nilai, sikap dan persepsi yang melekat dalam

diri mereka sehingga pemerintah tidak boleh memaksakan program yang mereka

(pemerintah) anggap baik. Petani bebas menentukan apa yang menjadi hal

esensial yang mereka pikirkan dalam pertanian. Posisi pemerintah hanyalah

fasilitator dalam pembangunan pertanian. Fungsi pemerintah adalah

mempermudah petani bukan penentu tujuan.

Salah satu bentuk dari pemberian kebebasan kepada petani adalah lewat

penyuluhan yang partisipasif. Petani dijadikan sebagai aktor utama dalam

pembangunan pertanian. Mereka menemukan masalah dan mencari penyelesaian

yang tepat yang sesuai dengan nilai, sikap dan persepsi yang mereka anut

(budaya). Pemerintah bertugas memberikan saran dan metode yang telah diuji

secara ilimiah untuk dimanfaatkan petani. Sementara fase penyesuaian

dilaksanakan oleh petani sendiri dengan pendampingan penyuluh. Dengan cara

yang demikian diharapkan terwujud petani yang berkualitas dan sejatera serta

terwujudnya tujuan pembangunan pertanian.

Selain itu perkembangan peran dan posisi kaum perempuan sejak dulu

hingga saat ini telah menempatkan perempuan sebagai mitra yang sejajar dengan

kaum pria. Perempuan memiliki peran penting dalam bidang pertanian dan

Perempuan mempunyai tanggung jawab yang sama dengan kaum pria. Oleh

karena itu harus diikut sertakan dalam pengambilan keputusan. Dukungan dan

partisipasi semua pihak yang terkait sangat diharapkan untuk mewujudkan

kesejahteraan. Selain mengurus rumah tangga, perempuan dapat membantu suami

dalam mencari nafkah dan mengurus lahan pertanian.

Page 72: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

58

Daftar pustaka

Buku

Koentjaraningrat. 1984. Masalah-masalah Pembangunan: Bunga Rampai

Antropologi Terapan. Jakarta. LP3ES

Menno, S., Mustamin Alwi. Antropologi Perkotaan. 1992. Jakarta: Rajawali Press.

Scott, James C. 1983. Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia

Tenggara. Jakarta: LP3ES.

Soetriono., Anik Suwandari., Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang:

Bayumedia.

A.J. Atmaja, I Ketut., Sudarja, I Nyoman., Theresia, Indrawati., dkk. 2007. Pertanian.

Surabaya: SIC.

Yuliati, Yayuk. & Mangku Poernomo. 2003. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta:

Lappera Pustaka Utama.

Redaksi Agromedia. 2007. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis: Petunjuk

Pemupukan. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Bottomore, TB., Elit dan Masyarakat, Jakarta: Akabr Tandjung institute, 2006

Tjondronegoro, Soediono M. P. 1999. Keping-keping Sosiologi dari Pedesaan.

Tanpa kota terbit: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Soetriono. 2006. Daya Saing Pertanian Dalam Tinjauan Analisis. Bayumedia

Publishing. Malang.

Sugiyono, Prof,. Dr. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Penerbit Alfabeta.

Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial. Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya.

Mosher, A.T., 1985. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta:Yasaguna

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret

University Press. Surakarta

Nasikun 2010 . Sistem sosial budaya indonesia. Jakarta: Rajawali Pers,.

Ilyas. Y, 2001. Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian. Penerbit Pusat Kajian

Ekonomi Kesehatan FKM UI, Depok

Page 73: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

59

DR. Soerjono Soekanto, S.II., M.A. Teori sosiologi tentang perubahan sosial.

Jakarta Jl. Pramuka Raya 4, tel 884814 – 883842

Koentjaraningrat. 1984.Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka

Sugiyono. 2011. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sevilla, Consueo G., dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Suwondo, Kutut. 2008. Makna Penelitian Kualitatif. Salatiga: Diktat Perkuliahan Magister

Study Pembangunan UKSW

enzin, Norman K., Lincoln, Yvonna S. 2009. Handbook Qualitative Research. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar..

Soekanto Soerjono. 2010. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta :PT Rajagrafindo Persada.

Surayin.Kamus umum bahasa Indonesia Cet. I. Bandung : Yrama Widya, 2001

Dr. Soerjono Soekanto. S.H, M.A Teori sosiologi tentang perubahan. Thn 1983, jln

pramuka raya 4 jakarta.

Harry Pearson Smith – Lambert Henry Wilkes, mesin dan peralatan usaha tani. Thn

1990. by Gadjah mada universitas yogyakarta

Akmadi Abbas. 2004. Spesifikasi Alat Teknologi Tepat Guna. Lembaga

IlmuPengetahuan Indonesia. Balai Besar Pengembangan TeknologiTepat Guna.

Edward Burnett Tylor.Budaya primitif. Universitas Indiana 2 mei 2009, penerbit

Harper, 1958.

Pranadji, T. 2000. Desentralisasi dan Pemberdayaan Sosio Budaya Setempat untuk

Pencepatan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Bandung, 28 Februari - 30 April

2000.

Jacob, Nulik. Dkk. 2002. Teknologi Unggulan Spesifik Lokasi Hasil Pengkajian

Pertanian. BPTP Nusa Tenggara Timur

Schumer, E.F. 1987. Kecil Itu Indah. LP3ES.Yayasan Obor. Jakarta.

Page 74: Dampak Penggunaan Teknologi Pertanian Terhadap Sistem

60

Rahardjo. 2004.Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. UniversitasGadjah

Mada Press. Jogjakarta.

Nurpilihan,B. dkk. 2008.Standard Kompetensi Lulusan S1 Teknologi Pertanian.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2004. Penggunaan TABELA Untuk

Penanaman Padi Sawah di Kendari.

Nurpilihan,B. 2001.Teknologi Pengelolaan Hemat Air Sebagai Upaya

Penanggulangan Krisis Sumber Daya Air Di Lahan Pertanian. Senat Universitas

Padjadjaran 2001.

Nurpilihan, B. 2002. Reposisi Teknologi Pertanian Memacu Agroindustri Berbasis

Komoditi Unggulan. Pascasarjana Universitas Andalas dan Perhimpunan Teknik Pertanian

Indonesia.

Rahardi,R. 2008.Teknologi Dan Masyarakat, Pemikiran-Pemikiran Seorang

Teknolog. Penerbit CV Lubuk Agung Bandung.

Habibie, B.J. 1995. Kampanye Teknologi. Kantor Menteri Riset dan Teknologi.

Jakarta

Ranjabar,Jacobus.2006.Sistem Sosial Budaya ( Suatu Pengantar ).Bogor:GhaliaIndonesia.

Bafdal, N. 2012.Pengantar Teknologi Industri Pertanian. Bandung: Unpad Press.

Hardjosentono, et al. 1996.Mesin-Mesin Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara

Daywin, F. J., et al.2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering.

Yogyakarta: Creata LPPM

Depdikbud, 1990. Sistem pendidikan Nasional, (UU RI. No 2 Tahun 1989),Semarang, Media

Wiyata.

Schoorl, J.W. (1991).Modernisasi Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-

NegaraSedang Berkembang, Jakarta: Gramedia.

Mangunwijaya Y.B. (1983) Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya, Yayasan Obor

Indonesia.