dampak pembangunan prasarana …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/ms_a4.pdf · penelitian...

Download DAMPAK PEMBANGUNAN PRASARANA …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MS_A4.pdf · Penelitian ini dilakukan di Desa Balleanging ... NTB, Jambi dan Kalbar, 2008 Uraian Satuan Sulsel

If you can't read please download the document

Upload: phungtram

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Seminar NasionalDINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN:Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan PetaniBogor, 19 Nopember 2008

    DAMPAK PEMBANGUNAN PRASARANA TRANSPORTASI TERHADAP KESEJAHTERAA MASYARAKAT PEDESAAN:Kasus Kabupaten Bulu Kumba Sulawesi Selatanoleh

    Tri Bastuti Purwantini dan Rudi Sunarja Rivai

    PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIANDEPARTEMEN PERTANIAN2008

  • 1

    DAMPAK PEMBANGUNAN PRASARANA TRANSPORTASI TERHADAP KESEJAHTERAA MASYARAKAT PEDESAAN:Kasus Kabupaten Bulu Kumba Sulawesi Selatan

    Tri Bastuti Purwantini dan Rudi Sunarja Rivai

    Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor

    ABSTRAK

    Dalam rangka mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan, pemerintah telah melaksanakan kegiatan Pengembangan Prasarana Pedesaan (P2D) melalui Loan JBIC IP-506. Dengan adanya bangunan tersebut diharapkan berdampak positif terhadap sasaran pembangunan. Tulisan ini melihat dampak keberadaan P2D (prasarana transportasi) terhadap kesejahteraan masyarakat pedesaaan. Penelitian ini dilakukan di Desa Balleanging pada Januari 2008. Untuk melihat dampak kajian ini menggunakan analisis kondisi sebelum P2D (tahun 2001-2002) dan setelah P2D (tahun 2007), sementara analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan tabel-tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1).Dengan adanya bangunan prasarana transportasi berdampak pada mobilitas masyarakat meningkat, waktu tempuh dan biaya transportasi ke beberapa fasilitas (perekonomian, pemerintahan, kesehatan dan pendidikan) menurun. (2). Kesempatan kerja semakin banyak dengan adanya bangunan jalan P2D. (3). Dampak lain adalah pemsaran hasil pertanian maupun hasil industri semakin mudah. Pemilikan aset produktif relatif tidak berpengaruh, namun pemilikan sepeda motor dan TV relatif meningkat. (4) Sementara dampak terhadap pendapatan rata-rata rumahtangga meningkat baik secara absolut maupun riil. Secara absolut meningkat sekitar 153 persen, sedangkan pendapatan total riil meningkat sekitar 64 persen, peningkatan tertinggi berasal dari hasil perkebunan dan usaha industri rumahtangga. (5) Secara tidak langsung jalan P2D berdampak positif terhadap pendidikan dan kesehatan masyarakat. Harga pangan (beras) secara relatif lebih murah dibanding sebelum P2D, terkait dengan proprsi konsumsi pangan campuran jagung dan beras berubah, porsi jagung meningkat dari 25 persen menjadi rata-rata 50 persen. (6) Agar pembangunan prasarana jalan (P2D) bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat sasaran, maka sebaiknya prasarana yang dibangun dan dirintis oleh program P2D kemudian dilanjutkan, ditingkatkan dan dikembangkan oleh program pembangunan Pemerintah Daerah, sehingga akan bermanfaat dalam jangka panjang, dan mengurangi beban masyarakat untuk pemeliharaannya

    Kata kunci : prasarana transportasi, kesejahteraan, masyarakat pedesaan

    PENDAHULUAN

    Dalam rangka mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan yang dimulai

    dengan pelaksanaan Inpres Desa Tertinggal (IDT) pada tahun 1994, Pemerintah

    Indonesia dengan pinjaman pemerintah jepang telah melaksanakan kegiatan

    Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal mulai tahun anggaran 1995/1996.

    Kemudian dilanjutkan pada Fase III mulai tahun 2000 sampai 2003 dengan

    nama kegiatan Pengembangan Prasarana Pedesaan (P2D) melalui Loan JBIC IP-506.

    Salah satu prasarana yang dibangun pada program P2D adalah prasarana transportasi,

  • 2

    termasuk didalamnya adalah jalan, jembatan dan tambatan perahu. Dengan adanya

    bangunan tersebut diharapkan akan berpengaruh terhadap perekonomian wilayah dan

    kesejahteraan masyarakat pengguna (masyarakat sekitar) baik dampak secara langsung

    maupun tidak langsung. Dalam kaitan dengan pembangunan perdesaan, pemerintah

    daerah pada umumnya cenderung masih belum memberikan perhatian yang besar.

    Sebaliknya, mereka lebih mengutamakan dan memfokuskan kepada pembangunan fisik

    di perkotaan (Bappenas, 2008)

    Tulisan ini bertujuan untuk melihat dampak pembangunan prasarana transportasi

    (P2D) terhadap kesejahteraan masyarakat dilihat dari dampak secara langsung dan tidak

    langsung. Dampak secara langsung seperti dampak terhadap mobilitas/aksesibilitas

    penduduk pengguna. Dampak lainya dapat dilihat dari beberapa sisi, seperti terhadap

    kesempatan kerja, pemilikan asset, pendapatan, pemasaran hasil pertanian dan industri

    (rumahtangga).

    METODE DAN MATERI

    Penelitian ini dilakukan di Desa Balleanging, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten

    Bulukumba, Propinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari 2008.

    Data primer dikumpulkan dengan mewawancara rumahtangga pengguna dengan

    menggunakan kuesioner terstruktur, dengan masing-masing desa responden berjumlah

    7-8 rumahtangga. Untuk mendukung informasi primer terutama untuk mendapatkan

    data dan informasi terkait dengan eksisting kondisi bangunan, pemanfaatan/

    pengembangan dan dampaknya. Juga dilakukan wawancara group (Group

    interview/FGD).

    Analisis data dilakukan secara diskriptif dengan menggunakan tabel-tabel analisis.

    Sementara untuk analisis pengaruh inflasi menggunkan deflator Indeks Harga

    Konsumen (IHK), dimana IHK sebelum adanya bangunan (tahun 2001/2002)

    menggunakan IHK tahun 2002 sama dengan seratus sementara untuk menghitung nilai

    riil setelah adanya bangunan menggunakan IHK rata-rata setahun (tahun 2007) untuk

    masing-masing daerah.

  • 3

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Manfaat Pembangunan Prasarana Transportasi (P2D

    Pola pembangunan prasarana P2D ini cukup baik untuk dikembangkan ditempat

    lain, karena manfaatnya menyebar di berbagai tempat dan memeratakan pembangunan,

    sehingga lebih banyak masyarakat dapat merasakan pembangunan yang diprakarsai oleh

    Pemerintah (Konsultan Monitoring dan Manajemen Pusat, 2004). Jalan dan jembatan

    yang dibangun dengan dana P2 D, di lokasi contoh sangat besar pengaruhnya terhadap

    aksesibilitas masyarakat.

    Tabel 1. Aksesibilitas Dilihat dari Waktu Tempuh dan Ongkos Transpor Di Desa Balleanging, Propinsi Sulawesi Selatan, Sebelum dan Setelah P2D

    Sulawesi SelatanDari rumah ke tempat tujuan Satuan Sebelum

    P2DSetelah

    P2DPerb(%)

    menit 39.0 17.0 -56Ke jalam aspal terdekat Rp/Org 6,875 4375 -36

    menit 35.0 16.0 -54Ke Pasar TerdekatRp/Org 5,750 4125 -28menit 86 51 -41Ke Terminal

    terdekat Rp/Org 30,625 19375 -37menit 43 29 -33Ke Puskesmas

    terdekat Rp/Org 11,250 11000 -2menit 45.0 26.0 -42Ke Kantor Desa

    Rp/Org 17,500 9625 -45menit 71.0 51.0 -28Ke Kantor

    Kecamatan Rp/Org 26,250 16875 -36menit 16.3 14.1 -13Ke Sekolah terdekat

    Rp/Org - - -Sumber : Data Primer FGD (diolah)

    Sebagai ilustrasi sebelum P2D jalan tersebut sudah ada (berupa jalan tanah),

    namun kondisi jalannya sempit dan rusak parah, tidak bisa dilalui kendaraan roda

    empat, waktu itu kuda adalah alat angkut populer di desa ini. Setelah P2D seluruh jalan

    di Dusuin Galagang (ruas Tamato Karassing Tugendon) dapat dilalui kendaraan

    roda empat, sehingga angkutan barang dan orang lancar, terutama sangat dirasakan oleh

    penduduk yang bermukim di dusun Galagang. Waktu tempuh dari rumah penduduk ke

    jalan poros terdekat (termasuk ke pasar dan desa) menjadi setengah dari waktu

    sebelumnya, secara rinci tabel 1 menyajikan perubahan waktu tempuh dan ongkos

    transpor ke beberapa tempat tujuan. Secara umum dapat dikatakan bahwa dengan

  • 4

    jarak/waktu tempuh yang makin singkat berdampak pada biaya transpor yang makin

    murah.

    Dampak P2D terhadap Kesempatan Kerja Rumahtangga

    Sasaran pembangunan perdesaan pada tahun 2008 adalah yerciptanya perluasan

    kesempatan kerja di perdesaan terutama lapangan kerja baru di bidang kegiatan

    agribisnis off-farm dan industri serta jasa berskala kecil dan menengah, sehingga

    berdampak pada berkurangnya angka pengangguran dan kemiskinan serta

    meningkatnya produktivitas dan pendapatan masyarakat perdesaan

    Dengan dibangunnya prasarana transportasi akan memepengaruhi aksesibilitas

    penduduk yang selanjutnya akan membuka kesempatan kerja di wilayah tersebut,

    dibeberapa kasus muncul adanya usaha baru. Beberapa temuan hasil penelitian ini,

    disajikan pada Tabel 2. Tampak bahwa rataan jumlah yang bekerja berkisar 2-3 orang

    per rumahtangga, jumlah perempuan yang bekerja sebelum dan sesudah P2D meningkat

    walaupun relatif kecil, meningkatnya jumlah ini terutama berkembangnya agroindustri,

    industri gula merah/kelapa yang padat tenaga kerja..

    Tabel 2. Perkembangan Kesempatan Kerja dan Pekerjaan Anggota Rumahtangga Sebelum dan Setelah P2D di Propinsi Sulse, NTB, Jambi dan Kalbar, 2008

    SulselUraian Satuan Sbl Stl

    Jumlah ART perempuan yg bekerja

    Org/ RMT 0.9 1.1

    Matapencaharian Utama KK

    - Petani (%) 50.0 50.0- Industri Rumahtangga 37.5 50.0- Buruh Tani 12.5 -- Pedagang - --Jasa - -Rata-rata jumlah jenis pekerjaan ART

    Jenis 1.6 1.6

    Rata-rata jumlah jenis pekerjaan ART Perempuan

    Jenis 0.2 1.6

    Sumber : Data Primer Rumahtangga (diolah)

    Mata pencaharian penduduk dominan adalah sebagai petani, sebelum dan setelah

    P2D relatif tetap, sedangkan buruh tani bukan lagi sebagai matapencaharian utama,

    mereka beralih ke industri rumahtangga Walaupun terjadi perubahan sumber mata

    pencaharian utama KK, rata-rata ragam pekerjaan anggota rumahtangga relatif tetap

  • 5

    sebaliknya untuk anggota rumahtangga perempuan. Meningkat, artinya sebelum P2D

    kaum perempuan banyak tidak bekerja setelah P2D jumlah yang bekerja meningkat.

    Selain di tingkat rumahtangga, secara wilayah perkembangan kesempatan kerja

    lebih menonjol, dengan makin banyaknya usaha industri gula merah berarti akan lebih

    banyak kesempatan kerja di usaha tersebut mengingat usaha ini merupakan usaha

    dengan padat tenaga kerja. Dengan makin baiknya kondisi jalan didukung dengan

    makin mudahnya kredit pemilikan motor belakangan ini kesempatan kerja ojek makin

    terbuka.

    Dampak P2D terhadap Perkembangan Asset Rumahtangga

    Pemilikan asset rumahtangga merupakan salah satu indikator ekonomi

    rumahtangga, sehingga semakin banyak dan bernilai ekonomi tinggi mengindikasikan

    kemampuan atau kesejahteraan rumahtangga yang bersangkutan. Indikator yang dipakai

    Badan Pusat Statistik (2008) untuk rumahtangga/penduduk miskin antara lain adalah

    kepemilikan aset/barang berharga minimal Rp. 500.000,- tidak ada, aset sendiri dapat

    dibedakan antara aset produktif dan tidak produktif. Keragaan perkembangan pemilikan

    asset rumahtangga sebelum dan setelah P2D disajikan pada Tabel 3.

    Dari Tabel 3, dapat dikemukakan bahwa rataan pemilikan asset relatif tetap

    sebelum dan setelah P2D, kecuali untuk pemilikan rumah, TV dan sepeda motor terjadi

    peningkatan. Peningkatan ini antara lain karena tingkat pendapatan meningkat dan

    sebagian digunakan untuk membeli/membangun rumah. Selain karena tingkat

    pendapatan meningkat juga karena masyarakat semakin membutuhkan asset tersebut

    sebagai alat transportasi (sepeda motor) dan komunikasi maupun hiburan (TV). Nilai

    kurang dari 1 berarti sebagian rumahtangga tersebut ada yang belum memiliki rumah,

    dalam hal ini menumpang di saudaranya.

    Tabel 3. Keragaan (Rataan) Asset Rumahtangga Contoh Sebelum dan Setelah P2D

    SulselJenius Asset Satuan Sebelum P2D Setelah P2D

    Rumah Unit 0.75 0.88Lahan (Total) Hektar 2.63 2.63- Sawah Hektar - -- Tegalan Hektar 0.875 0.875- Kebun Hektar 0.880 0.880- Pekarangan Hektar 0.875 0.875- Kolam Unit - -Ternak - Sapi/kerbau/kuda Ekor 0.875 0.875-Kambing/domba/babi Ekor 0.880 0.880Sepeda motor Unit 0 0.3TV Unit 0.1 0.6

    Sumber : Data Primer Rumahtangga (diolah)

  • 6

    Lahan, terutama lahan pertanian sebagai asset produktif untuk menghasilkan

    produksi pertanian, sesuai dengan agroekosistem lokasi contoh adalah lahan kering

    yang berbasis komoditas palawija dan perkebunan, maka lahan dominan yang

    diusahakan adalah tegalan dan kebun. Di lokasi penelitian rata-rata petani memiliki

    kuda, tujuan dari pemeliharaan kuda ini dominan untuk alat angkut hasil pertanian dari

    kebun, sedangkan sapi sebagai tenaga kerja untuk mengolah tanah, terlepas dari hal

    tersebut pemeliharaan ternak ini digunakan sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat

    dijual.

    Dampak P2D terhadap Pendapatan Rumahtangga

    Ragam dan sumber pendapatan rumahtangga secara agregat meningkat setelah

    P2D dibanding dengan sebelum P2D. Persentase peningkatan dan keragaan serta

    perkembangan pendapatan rumahtangga disajikan pada Tabel 4.

    Bila dilihat dari asal sumber pendapatan tampak bahwa peningkatan tertinggi dari

    usaha industri rumahtangga dan usahatani perkebunan, masing-masing meningkat

    sekitar 394 persen dan 500 persen. Sementara pendapatan dari buruh tani berkurang, ini

    disebabkan sebagian anggota rumahtangga beralih dari buruh tani ke sektor lain.

    Tabel 4. Sumber dan Ragam Pendapatan Rumahtangga Setahun di Desa Balleanging, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba, 2003

    Rataan Pendapatan Rumahtangga (Rp 000)Sumber Pendapatan

    Sebelum P2D Setelah P2DPerubahan

    (%)PertanianA. Usahatani1. Tegalan/ladang 2983 (47.71) 4587 (29.02) 53.772. Perkebunan 949 (15.18) 4686 (29.04) 393.783. Pekarangan 0 60 (0.38)4. Peternakan 173 (2.77) 389 (2.46) 124.86B. Luar Usahatani1. Buruhtani 1056 (16.89) 219 (1.39) -79.262. Jasa ternak 135 (2.16) 428 (2.71) 217.04Non Pertanian

    1. Usaha IndustriRumahtangga 856 (13.69) 5144 (32.54) 500.93

    2. Pedagang 81 (1.30) 270 (1.71) 233.333. Kiriman 19 (0.30) 25 (0.16) 31.58Total (absolut) 6252 (100.00) 15808 (100.00) 152.85Total (riil) 6252 10264 64.17

    Keterangan : Angka dalam kurung merupakan persen masing-masing terhadap total pendapatan

  • 7

    Secara agregat total pendapatan absolut meningkat mencapai lebih dari 150

    persen. Peningkatan ini tidak semata-mata menggambarkan peningkatan riil karena

    peningkatan ini dipengaruhi juga dengan besarnya inflasi di wilayah masing-masing,

    untuk melihat peningkatan riil dengan memperhatikan inflasi dalam hal ini di deflator

    dengan rata-rata nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan di kota propinsi, maka

    diperoleh nilai lebih rendah dari nilai absolut (Tabel 4). Berdasarkan peningkatan riil

    ini, tampak bahwa dampak dari P2D meningkatkan pendapatan rumahtangga berkisar

    64 persen. Fenomena ini juga diperjelas dengan persepsi responden yang menyatakan

    bahwa ada keterkaitan antara peningkatan pendapatan dengan adanya bangunan jalan di

    lokasi tersebut.

    Adapun berbagai alasan responden dengan meningkatnya pendapatan tersebut

    digambarkan seperti pada Tabel 5. Alasan utama adalah karena jumlah anggota

    rumahtangga yang bekerja bertambah, hal ini menarik karena bukan berarti jumlah

    angkatan kerja bertambah tetapi lebih pada pemeberdayaan perempuan, yang

    sebelumnya tidak bekerja, setelah P2D mereka bekerja terutama di usaha industri

    rumahtangga. Dengan bertambahnya anggota rumahtangga yang bekerja tentunya akan

    meningkatkan pendapatan rata-rata anggota rumahtangga. Sebagian responden juga

    menyatakan merubah atau menambah jenis usaha

    Tabel 5. Alasan Peningkatan Pendapatan Keluarga Akibat Adanya Pembangunan Transportasi P2D di Desa Balleanging, Kabupaten Bulukumba, 2008

    AlasanJawaban responden (%)

    Jumlah ART yang bekerja bertambah 62.5Perluasan usaha ekonomi keluarga 25.0Menambah jenis usaha ekonomi keluarga 12.3Merubah jenis usaha ekonomi keluarga 36.8Total 136.6

    Sumber : Data Primer Rumahtangga (diolah)

    Dampak P2D terhadap Pemasaran dan Perdagangan

    Secara umum pemasaran hasil pertanian semakin lancar dengan adanya prasarana

    transportasi. Indikasi ini juga terlihat dengan meningkatnya jumlah pedagang yang

    beroperasi di wilayah tersebut.

    Sementara dampak P2D terhadap perkembangan jumlah pedagang, menunjukkan

    bahwa baik pedagang dalam desa maupun pedagang luar desa rata-rata meningkat,

    keragaan perkembangan jumlah pedagang dapat dilihat pada Tabel 6. Yang menarik

  • 8

    disini, sebelum P2D pedagang hasil pertanian tidak ada yang masuk ke wilayah

    responden, sehingga waktu itu bila akan menjual hasil pertaniannya, responden harus

    mengangkut komoditas tersebut ke jalan poros biasanya menggunakan alat angkut kuda

    atau dipikul dengan tenaga manusia.

    Tabel 6. Dampak P2D terhadap Perkembangan Jumlah Pedagang (Dalam dan Luar Desa) di Desa Ballenging, Kabupaten Bulukumba, 2008

    Jumlah PedagangJenis Pedagang

    Dalam Desa (Dusun) Luar DesaHasil Pertanian- Sebelum P2D 2 -- Setelah P2D 9 4- Perubahan (%) 350 --Hasil Industri RMT- Sebelum P2D 1 -- Setelah P2D 2 -- Perubahan (%) 100

    Sumber : Data Primer Rumahtangga (diolah)

    Selain pedagang hasil pertanian, jumlah pedagang pengumpul hasil industri

    rumahtangga juga meningkat. Dengan banyaknya pedagang yang beroperasi di desa

    tersebut berdampak pada posisi tawar petani juga meningkat.

    Dampak P2D terhadap Pendidikan dan Kesehatan

    Secara tidak langsung dengan adanya bangunan prasarana transportasi akan

    mempengaruhi pendidikan bagi anak-anak di wilayah sekitar. Sampai sejauh mana

    pengaruh dari adanya bangunan tersebut dan data tingkatan dampaknya disajikan pada

    Tabel 7.

    Tabel 7. Dampak Pembangunan Jalan P2D Terhadap Peningkatan Pendidikan Anak di Desa Ballenging, Kabupaten Bulukumba, 2008

    Uraian Persepsi Responden (%)

    Dampak Memberikan dampak 75.0 Tidak tahu 25.0 Total 100.0Tingkatan Dampak Sangat Baik 16.7 Baik 83.3Total 100.0

    Sumber : Data Primer Rumahtangga (diolah)

  • 9

    Tingkatan dampak terhadap pendidikan anak rata-rata baik hingga sangat baik.

    Dengan adanya prasarana tranportasi, anak makin rajin ke sekolah, selain itu waktu

    tempuh rata-rata juga relatif lebih singkat dibandingkan dengan sebelum P2D.

    Bangunan prasarana transportasi (P2D) secara tidak langsung berdampak pada

    kesehatan masyarakat sekitar. Seluruh responden menyatakan P2D memberikan dampak

    positif terhadap kesehatan masyarakat. Jalan tersebut sangat membantu kelancaran

    masyarakat bila pergi berobat. Sebagai ilustrasi, sebelum ada jalan P2D masyarakat sulit

    menjangkau fasilitas kesehatan, berdasarkan informasi FGD kasus kematian ibu

    melahirkan cukup tinggi pada waktu sebelum P2D karena angkutan mobil jarang dan

    sulit masuk wilayah ini terutama musim hujan, akhirnya terlambat dalam penanganan

    persalinan.

    Dengan adanya jalan secara langsung mempengaruhi waktu tempuh ke fasilitas

    kesehatan, sehingga frekuensi berobat rata-rata rumahtangga meningkat bila anggota

    keluarganya ada yang sakit. Selain itu bila ada kasus dalam penanganan kesehatan lebih

    cepat teratasi, sehingga secara tidak langsung dapat menekan tingkat kematian bayi dan

    ibu melahirkan.

    Dampak P2D terhadap Ketahanan Pangan Rumahtangga

    Pola Pola pangan pokok utama masyarakat Desa Ballengging umumnya adalah

    jagung, pangan ini sebagain besar merupkan hasil sendiri. Jagung ini biasanya

    dikonsumsi dicampur dengan beras. Dengan adanya Beras Miskin (Raskin) yang

    didistribusikan di wilayah ini berdampak meningkatkan tingkat konsumsi beras

    rumahtangga.

    Tabel 8. Dampak P2D terhadap Pola Pangan Pokok di Desa Balleanging, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba

    Uraian Proporsi Jawaban Responden (%) Ada pengaruh 62.5 Tidak ada pengaruh 25.0 Tidak tahu 12.5

    Sumber : Data Primer Rumahtangga (diolah)

    Sebelum adanya bangunan jalan (P2D) masyarakat cenderung subsisten dalam

    memenuhi kebutuhan pangannya. Selain akses keluar sulit, ketersediaan jagung di

    lokasi relatif cukup. Petani umumnya mengusahakan jagung dengan dua jenis, sebagian

    lahan tegalnya ditanami dengan jagung lokal, biasanya dengan luasan relatif kecil

  • 10

    sekedar untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga setahun. Diluar luasan tersebut petani

    menanam dengan jagung hibrida, jagung inilah yang biasanya dijual. Rata-rata petani

    mengusahakan jagung dua kali setahun.

    Harga pangan, dalam hal ini harga beras meningkat setelah P2D, namun secara riil

    harga beras justru menurun sekitar 35 persen, dari Rp 2800/Kg secara riil menurun

    menjadi Rp 2420/Kg. Oleh karena itu wajar bila terjadi peningkatan konsumsi beras,

    sebaliknya secara kuantitatif jumlah ketersediaan pangan (campuran jagung dan beras)

    untuk dikonsumsi cenderung menurun (Tabel 9). Jagung lokal jarang diperjual belikan,

    rasa sosial antar warga relatif besar, sehingga bila tidak memiliki produksi jagung

    biasanya saling memberi diantara warga setempat, sehingga sulit untuk mendapatkan

    informasi harga jagung lokal.

    Yang menarik disini pengaruh dari mudahnya akses ke luar desa sebagai dampak

    langsung adanya jalan, menyebabkan akses rumahtangga untuk membeli beras semakin

    mudah. Terkait dengan hal tersebut rumahtangga cenderung membeli beras lebih

    banyak, selain mudah harga juga terjangkau dan relatif murah. Pada dasarnya jenis

    pangan yang dikonsumsi tetap, tetapi berpengaruh terhadap proporsi campuran jenis

    pangan yang dikonsumsi, sebagai ilustrasi sebelum P2D perbandingan beras : jagung =

    25 :75, setelah P2D umumnya proporsi beras meningkat yakni beras : jagung = 50 :50.

    Tabel 9. Dampak Pembangunan Jalan P2D Terhadap Jumlah dan Harga Pangan Pokokdi Desa Balleanging, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba

    Uraian Sebelum P2D Saat IniHarga Beras (Rp/Kg)Harga Beras Riil (Rp/Kg)

    2 8002 800

    3 7252420

    Ketersediaanpangan (kg/kap/hari)

    0.73 0.68

    Proporsi beras : jagung 25 : 75 50 :50Sumber : Data Primer Rumahtangga (diolah)

    KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

    Prasarana transportasi berdampak sangat luas terhadap aksesibilitas penduduk,

    agar pembangunan prasarana jalan (P2D) bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat

    sasaran, maka sebaiknya prasarana yang dibangun dan dirintis oleh program P2D

    kemudian dilanjutkan, ditingkatkan dan dikembangkan oleh program pembangunan

  • 11

    Pemerintah Daerah, sehingga akan bermanfaat dalam jangka panjang, dan mengurangi

    beban masyarakat untuk pemeliharaannya.

    Dengan adanya bangunan prasarana transportasi berdampak pada mobilitas

    masyarakat meningkat, waktu tempuh dan biaya transportasi ke beberapa fasilitas

    (perekonomian, pemerintahan, kesehatan dan pendidikan) menurun. Kesempatan kerja

    semakin banyak dengan adanya bangunan jalan P2D. Pemasaran hasil pertanian

    maupun hasil industri semakin mudah.

    Dampak terhadap pendapatan rata-rata rumahtangga meningkat baik secara

    absolut maupun riil. Secara tidak langsung jalan P2D berdampak positif terhadap

    pendidikan dan kesehatan masyarakat. Harga pangan (beras) secara relatif lebih murah

    dibanding sebelum P2D, terkait dengan proprsi konsumsi pangan campuran jagung dan

    beras berubah. Secara umum dapat dikatakan dengan adanya bangunan sarana

    transportasi (P2D) rata-rata masyarakat sasaran relatif lebih sejahtera dibanding

    sebelumnya.

    DAFTAR PUSTAKA.

    Badan Pusat Statistik. 2008. Penyediaan Data untuk Program Anti-Kemiskinan, Mekanisme dan Permasalahannya. Paparan dihadapan Jajaran Bakohumas. Jakarta, 21 Mei 2008 htttp://209.85.175.104/search?q=cache:yzxYIbzo6FoJ:indonesiamasadepannet/FileIMD/

    Bappenas. 2008. Pembangunan Perdesaan. http://www.bappenas.go.id/index.php?module= Filemanager&func

    Bappenas. 2008. Pengurangan Ketimpangan Pembangunan Wilayah. http://209.85.175.104/search?q=cache:yLTnWqivMgkJ:www.bappenas.go.id/index.php

    Pengembangan Prasarana Persedaan Tahun 1995-2003 dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Rural Areas Infrastructure Development Project JBIC Loan No. IP-437, I*P-500 dan IP-506. Jakarta.