dampak media sosial terhadap perilaku keagamaan remaja di desa barakkae kec… · 2 days ago · ii...
TRANSCRIPT
-
ii
DAMPAK MEDIA SOSIAL TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA DI DESA BARAKKAE KEC. LAMURU KAB. BONE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
PAISAL
NIM : 105270000415
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M
-
iii
-
vi
-
ABSTRAK
Nama : Paisal
Nim : 105270000415
Judul : Dampak Media Sosial Terhadap Perilaku Keagamaan
Remaja (Studi Kasus di Desa Barakkae Kec. Lamuru,
Kab. Bone)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) bagaimana bentuk perilaku keagamaan remaja di desa Barakkae. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkapkan, 2) dampak penggunaan media sosial terhadap perilaku keagamaan remaja di Desa Barakkae. dampak negatif dan positif yang muncul dari penggunaan media sosial tersebut kemudian akan dianalisa dengan akhlak keagamaan para remaja di desa Barakkae.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif. Subjek penelitian ini adalah remaja di Desa Barakkae, Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi, data dokumentasi, dan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Bentuk perilaku keagaaman remaja di Desa Barakkae masih kurang baik, dimana Angka penggunaan media sosial remaja di Desa Barakkae adalah tinggi. Hal ini dibuktikan dari jumlah akun yang dimiliki oleh masing-masing remaja yang banyak dan juga intensitas penggunaan media sosial yang terlalu sering dalam sehari. 2) Dampak dari penggunaan media sosial yaitu munculnya beberapa sifat yang kurang baik dari remaja yang timbul akibat terlalu sering berinteraksi di media sosial seperti malas, boros, hilangnya rasa malu, dan tidak adanya batasan di dalam penggunaan media sosial menjadikan remaja lebih sering mengabaikan hal-hal yang positif, seperti sebagian remaja sibuk mengakses media sosialnya saat adzan berkumandang di masjid dan bahkan ada sebagian remaja yang menghiraukannya.
Kata Kunci : Media Sosial, Remaja, Perilaku Keagamaan dan Dampak.
-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Rabb, Sang Pemilik dunia
dan seisinya, tiada tuhan selain Allah dan hanya kepada-Nya lah kita patut
memohon dan berserah diri. Hanya karena nikmat kesehatan dan
kesempatan dari Allah-lah penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul : Dampak Sosial Media Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja di
Desa Barakkae, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone. Shalawat dan
salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW Sang kekasih Allah,
dengan syafaat dari beliaulah kita dapat terbebas dari zaman kejahiliyahan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi
syarat dalam memperoleh gelar sarjana sosial, pada Prodi Komunikasi da
Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar, Penyusun mengucapkan terimakasih kepada orang tua kami
Ayahanda Hasire dan Ibunda Sahida atas doa dan dukungannya, berbagai
pihak lainnya yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan
terimakasih saya sampaikan kepada :
1. Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Ayahanda Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Selaku Dekan Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ayahanda Syekh Dr. (HC) Muhammed Muhammed Thoyib Khoory
selaku founder dan donatur Asia Muslim Charity Foundation (AMCF)
4. Dr. Abbas Baco Miro, Lc.,MA Selaku ketua Prodi Komunikasi Penyiaran
Islam, Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Ayahanda Dr.M.Ilham Muchtar, Lc.,MA dan Ayahanda M.Zakaria Al-
Anshori, M.Sos selaku Pembimbing I dan II terima kasih banyak atas
segala masukan, kritik dan saran yang bapak berikan kepada kami.
-
6. Semua pihak yang telah ikut membantu kesuksesan skripsi yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Semoga segala amal kebaikan dan kerelaannya membantu dalam
proses penyusunan skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
segala kritik dan saran dari pembaca dan siapapun yang sifatnya
membangun, diterima dengan senang hati,. penulis berharap semoga skripsi
ini berguna bagi pembaca pada umumya. Amin
Makassar, 02 Rabi’ul Awwal 1442 H 20 Oktober 2020 M
Penulis
\
-
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................................. iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Media Sosial ........................................................................................ 10
1. Sejarah Media Sosial ........................................................................ 10
2. Pengertian Media Sosial ................................................................... 11
3. Jenis-Jenis Media Sosial .................................................................. 13
B. Perilaku Keagamaan Remaja ............................................................... 15
1. Pengertian Remaja ........................................................................... 15
2. Perkembangan Pemahaman Remaja Tentang Agama ..................... 18
-
3. Pengertian Perilaku Keagamaan ...................................................... 19
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keagamaan ................. 25
C. Bentuk-Bentuk Perilaku Keagamaan .................................................... 28
D. Teori Tentang Media Sosial dan Perilaku Keagamaan ......................... 31
E. Kerangka Konseptual ........................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 36
B. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................................. 36
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian .................................................. 37
D. Sumber Data ........................................................................................ 38
E. Instrumen Penelitian............................................................................. 38
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 45
B. Bentuk Perilaku Keagamaan Remaja di Desa Barakkae ..................... 55
C. Dampak Media Sosial Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja di Desa
Barakkae ............................................................................................. 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 71
B. Saran ................................................................................................. 72
-
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi di era modern ini semakin pesat di
dalam kehidupan masyarakat. Internet adalah salah satu media dari teknologi
informasi tersebut yang memiliki perkembangan tercepat dari teknologi-
teknologi lainnya. Dalam buku Teknologi Informasi dan Komunikasi karangan
Hendri Pondia disebutkan bahwa internet adalah sekumpulan komputer yang
terhubung satu dengan yang lain dalam sebuah jaringan. Disebut jaringan
yang saling terhubung karena internet menghubungkan komputer-komputer
dan jaringan komputer yang ada di seluruh dunia menjadi sebuah jaringan
komputer yang sangat besar.1
Perkembangan tersebut memberikan dampak positif dan negatif yang
dapat mempengaruhi kehidupan manusia termasuk di dalamnya kehidupan
beragama. Hal tersebut selaras dengan munculnya jejaring sosial yang
banyak digunakan oleh masyarakat terutama remaja sebagai media untuk
berkomunikasi yang memungkinkan setiap orang bisa berinteraksi dengan
orang yang berada di tempat yang berbeda bahkan tempat yang jauh tanpa
mengenal batas dan waktu. Selain untuk berinteraksi, setiap orang dapat
memperoleh informasi dari manapun, kapanpun dalam bentuk apapun baik
itu informasi yang positif maupun informasi yang negatif yang tidak sesuai
dengan agama dan budayanya.2
Dengan adanya internet, segala informasi bisa dikomunikasikan
secara instan dan global. Teknologi ini telah membuka mata dunia akan
lahirnya interaksi yang baru dan dapat melahirkan sisi positif maupun
negatif.3 Hasrat untuk berkomunikasi, dahaga akan informasi dan
1 Hendri Pondia, Teknologi Informasi Dan Komunikasi, (Jakarta: Erlangga, 2004) h.7
2 Asep Wahidin Dkk, Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Religiusitas Mahasiswa
Universitas Islam Bandung, (Bandung : Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Faklutas Dakwah
Universitas Islam Bandung, 2014) Pdf Diakses Tgl 02 Oktober 2018
3 Dian Budiargo, Berkomunikasi Ala Net Generation, (Jakarta: Eles Media
Komputindo,2015) h.9
-
pengetahuan secara bebas tanpa batasan ras, bangsa, geografi, kelas, dan
batasan-batasan lainnya merupakan dasar filosofis kemunculan internet
sebagai teknologi komunikasi dan informasi.4 Media internet secara tidak
langsung juga dapat mengubah cara pandang seseorang terhadap
kehidupannya.5
Selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, segala
bentuk aktivitas masyarakat khususnya remaja saat ini tidak bisa lepas dari
media sosial. Dikutip dari McGraw Hill Dictionary media sosial berarti sarana
yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan
menciptakan, berbagi serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah
jaringan dan komunikasi virtual. Media sosial sendiri juga ada berbagai
macam jenisnya diantaranya facebook, line, Whatsapp, BBM, Twitter,
instagram dll.6
Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami masa
transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional. Senada dengan itu, Sarlito
Wirawan Sarwono menyatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan
dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga
fisik.7
Media sosial tersebut sangat melekat pada remaja baik digunakan
untuk menunjang pembelajaran, bersosialisasi, dan berkomunikasi maupun
dalam rangka mencari identitas diri atau hanya sekedar hiburan melepas
penat dari padatnya aktivitas-aktivitas di sekolah. Intensitas penggunaan
media sosial di kalangan remaja di Desa Barakkae terlihat semakin
meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini tercermin dari perilaku remaja
tersebut, dimana setiap hari, jam bahkan menit tidak lepas dari penggunaan
media sosial, baik yang diakses melalui laptop ataupun smartphone tanpa
mengenal waktu dan tempat. Di dalam kelas, pada saat proses pembelajaran
4 Muhammad E. Fuady, Surat Kabar Digital Sebagai Media Konvergensi Di Era Digital
(Jakarta:Jurnal Komunikasi Mediator,2002) h.55
5 Tata Sutabri, Pengantar Teknologi Informasi, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2014) h.22
6 Http://Www.Google.Oc.Id /Amp/S/PakarkomunikasiCom/ Pengertian-Media Sosial-
Menurut-Para-Ahli/Amp Diakses Tanggal 02 Oktober 2018
7 Wirawan, Sarlito Sarwono, Psikologi Remaja. (Jakarta: 2008 C.V Rajawali) h.5
-
berlangsung sering kali siswa maupun siswi juga menggunakan media
sosialnya. Entah itu untuk berkomunikasi atau mencari informasi terkait
dengan mata pelajaran yang disampaikan ataupun yang lain. bahkan di
dalam masjid sekalipun sering terlihat siswa sedang asyik mengakses
internet dan bermain media sosial. Perilaku tersebut dapat membuat dampak
positif maupun negatif. Akan tetapi, sejauh ini peneliti melihat fenomena
tersebut banyak berdampak negatif. Hal tersebut bisa dilihat dari sikap,
pergaulan, cara berpenampilan yang bebas dan semangat beribadah remaja
di desa Barakkae ini yang mulai menurun. Secara umum adanya media
internet khususnya media sosial berdampak terhadap perilaku remaja bukan
hanya soal keagamaan saja melainkan juga tentang bagaimana mereka
bergaul, bersikap serta dari cara berpenampilan yang kadang-kadang tidak
sesuai dengan aturan Islam. Dalam hal keagamaan remaja juga seringkali
mengulur-ulur waktu shalat bahkan ketika khotbah shalat jum’at seringkali
kita melihat remaja berbicara dengan kerabatnya bahkan ada remaja lebih
memilih untuk menggunakan media sosialnya dari pada mendengarkan
khotbah. Hal ini tentu jelas dilarang oleh Islam, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW :
َماُم ََيُْطُب فَ َقْد لََغْوتَ َذا قُ ْلَت ِلَصاِحِبَك يَ ْوَم اْلُُْمَعِة أَْنِصْت َواْْلِ
Terjemahannya :
Apabila kamu mengatakan kepada temanmu di hari Jum’at, “Diamlah kamu!” dalam keadaan imam sedang berkhutbah maka kamu telah berkata yang sia-sia.8
Selain itu, hal yang paling sering diabaikan dampaknya adalah
kurangnya bersosialisasi dengan teman sekitarnya, mereka cenderung lebih
memilih menggunakan media sosial dari pada bercengkrama dengan teman
yang ada disekitarnya. Padahal sejatinya hal tersebut bisa membuat remaja
8 HR. al-Bukhari dan Muslim. No. 394
-
bisa lebih mudah bersosialisasi langsung, sebagai ajang untuk berkumpul,
bersilaturrahmi dan sebagainya. Dampak positif yang dirasakan melalui
adanya media sosial mudahnya berkomunikasi serta mendapatkan informasi
yang cepat dan bermanfaat bagi pelaksanaan shalat itu sendiri seperti artikel-
artikel ilmu tentang tata cara shalat dan keajaiban shalat dimanapun berada
tanpa ada hambatan. Hal ini sejalan dengan ungkapan John L. Esposito
bahwa dengan adanya internet, umat Islam dapat mengakses sejumlah
informasi tanpa hambatan.9
Mereka juga bisa dengan mudah mengikuti tren fashion dengan
mudah jika menggunakan media sosial. Sedangkan dampak negatif tersebut
dapat terlihat dari munculnya sifat candu terhadap media sosial yang bisa
mengakibatkan naik dan turunnya semangat untuk menjalankan pelaksanaan
shalat. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Bambang Syamsul Arifin
bahwa mahasiswa yang tergolong remaja memiliki jiwa agama yang tidak
stabil.10
Selain itu, sering juga bermunculan konten-konten, foto maupun
video-video negatif yang membuat remaja tersebut tidak khusyuk
menjalankan shalatnya. Cara berpakaian mereka cenderung tidak sesuai
dengan aturan agama. Perilaku bahkan budaya mereka juga seringkali
meniru gaya kebarat-baratan atau gaya idola mereka seperti artis-artis Barat,
Korea dll. Rasulullah Saw bersabda dalam ini :
Terjemahannya : Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.11
Dalam diri manusia sendiri terdapat dua unsur yaitu unsur jasmani
dan unsur, rohani. Dimana unsur jasmani bisa didapatkan dari makanan dan
minunan. Sedangkan unsur rohani berupa nilai-nilai spiritual keagamaan.
9 John L. Espasito, The Future Of Islam, (New York: Oxford University Press, 2010) h.8-9
10 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.67
11 HR. Abu Dawud, Al-Libas, 3512. Al-Albany dalam Shahih Abu Dawud, Hasan Shahih
no. 3401
-
Sebagai seorang manusia, apalagi seorang anak yang jauh dari tuanya yang
berada di luar negri menjadi TKI (tenaga kerja Indonesia) membuat
kebanyakan orang tua khawatir akan nilai agama yang ada pada anaknya.
Kemajuan dan perkembangan globalisasi dan ilmu pengetahuan serta
teknologi sekarang ini membuat orang tua resah karena hal tersebut
berdampak pada minimnya asupan rohani yang dibutuhkan oleh anaknya.
Remaja sekarang ini akrab dengan media sosial ataupun gadgetnya
sehingga membuat ia semakin jauh dari masjid dan nilai-nilai agama mereka
berkurang. Masjid yang sepi dari anak-anak dan remaja, tapi sebaliknya
warung-warung kopi atau semacamnya yang menyediakan jaringan WIFI
justru semakin banyak dan semakin ramai.
Hal tersebut, yang menjadi perhatian peneliti pada dampak media
sosial terhadap perilaku keagamaan para remaja di yang berada di Desa
Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone. Peneliti ingin mengetahui bagaimana
dampak media sosial terhadap perilaku keagamaan mereka yang meliputi
bagaimana aktivitas keagamaannya, sikap (akhlak, tata krama) serta cara
berpenampilan mereka. Fenomena-fenomena diatas membuat peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Dampak Media Sosial
Terhadap Perilaku Keagamaan di Desa Barakke Kec. Lamuru Kab Bone.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka selanjutnya peneliti
merumuskan permasalahan :
1. Bagaimana bentuk perilaku keagamaan remaja di Desa Barakkae
Kec.Lamuru Kab, Bone ?
2. Bagaimana dampak penggunaan media sosial di kalangan remaja di
Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone?
-
Yang akan dikembangkan dalam penulisan penelitian ini, yaitu :
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini digunakan untuk mencapai tujuan berdasarkan
fakta-fakta empirik tertentu dimana fakta-fakta tersebut dapat
menemukan dan mengembangkan sebuah ilmu pengetahuan, serta
menguji kebenaran dan pemecahan masalah yaitu:
1. Mengetahui bentuk perilaku keagamaan remaja di Desa Barakkae kec.
Lamuru Kab. Bone.
2. Mendeskripsikan dampak penggunaan media sosial di kalangan
remaja di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran realitas sosial yang
ada di masyarakat khususnya dampak sosial media terhadap perilaku
keagamaan remaja di desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone.
b. Penelitian ini bisa menjadi bahan kajian dan tambahan pengetahuan di
bidang akademis dan menjadi sumber ilmu atau referensi di dalam
mengkaji dampak sosial media terhadap perilaku keagamaan remaja di
Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Secara Praktis
-
a. Bagi Peneliti, Peneliti dapat menambah pengetahuan serta pemahaman
yang berubungan dengan keagamaan dan media sosial di Desa Barakkae
dalam kesehariannya.
b. Bagi Masyarakat di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone Khususnya
remaja. Menjadikan Masyarakat Desa Barakkae akan lebih berhati-hati
dalam mengaplikasikan tekhnologi khususnya media sosial dalam
kehidupan di Desa Barakkae agar terhindar dari pengaruh negatif dari
adanya media sosial dan mengambil pengaruh positif dari adanya media
sosial serta masyarakat khususnya remaja lebih mengutamakan belajar
agama.
-
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Media Sosial
1. Sejarah Media Sosial
Media sosial mengalami perkembangan yang sangat signifikan dari
tahun ke tahun, jika pada tahun 2002 Friendster merajai sosial media karena
hanya Friendster yang mendominasi sosial media di era tersebut. kini telah
banyak bermunculan sosial media dengan keunikan dan karakteristik masing-
masing. Sejarah sosial media diawali pada era 70an yaitu ditemukannya
sistem papan bulletin yang memungkinkan untuk dapat terhubung dengan
orang lain menggunakan surat elektronik ataupun menggunggah dan
mengunduh perangkat lunak, semua ini dilakukan masih dengan
menggunakan saluran telepon yang terhubung dengan modem.12
Pada tahun 1995 lahirlah situs GeoCities, GeoCities melayani web
hosting (layanan penyewaan penyimpanan data-data website agar website
dapat diakses dimanapun). GeoCities merupakan tonggak awal berdirinya
website-website. Pada tahun 1997 sampai tahun 1999 muncullah sosial
media pertama yaitu sixdegree.com dan classmates.com. Tak hanya itu di
tahun tersebut muncul juga situs untuk membuat blog pribadi yaitu blogger.
Situs ini menawarkan penggunanya untuk bisa membuat halaman situsnya
sendiri. Sehingga pengguna dari blogger ini bisa memuat hal tentang apapun.
Pada tahun 2002 Friendster menjadi sosial media yang sangat booming dan
kehadirannya sempat menjadi fenomenal. Setelah itu pada tahun 2003
sampai saat ini bermunculan berbagai sosial media dengan berbagai karakter
dan kelebihan masing-masing seperti Linkedln, MySpace, Facebook, Twitter,
Wiser, Google+ dan lain sebagainya. Sosial media juga kini menjadi sarana
atau aktivitas digital marketing seperti Social Media Maintenance, Social
12
Asa Briggs dan Peter Burke. Sejarah Sosial Media,Dari Gutenburg sampai Internet
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000) h.23
-
Media Endorsement dan Social Media Activation. Oleh karena itu, sosial
media kini menjadi salah satu servis yang ditawarkan oleh Digital Agency.13
2. Pengertian Media Sosial
Internet merupakan sesuatu hak yang sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat modern di Indonesia. Tentu masyarakat masih ingat bahwa
sebelumnya teknologi internet hanya digunakan untuk berkirim pesan
elektronik melalui email dan chatting, untuk mencari informasi melalui
browsing, dan googling. Seiring dengan perkembangannya, internet mampu
melahirkan suatu jaringan baru yang biasa dikenal dengan sebutan media
sosial.14
Sedangkan definisi media sosial menurut Andreas Kaplan dan
Michael Heinlein adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang
dibangun atas dasar ideologi dan tekhnologi Web 2.0 dan memungkinkan
penciptaan serta pertukaran user-generated conten. Web 2.0 menjadi
platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai macam
bentuk, diantaranya termasuk social network, forum internet, weblogs, social
blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video, rating, dan boomark
sosial.15
Sosial media adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama
lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling
berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.16Kehadiran media sosial telah
membawa pengaruh tersendiri terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
manusia saat ini Sosial media meghapus batasan-batasan manusia untuk
bersosialisasi, batasan ruang maupun waktu, dengan media sosial ini
manusia dimungkinkan untuk berkomunikasi satu sama lain dimanapun
13
Anang Sugeng Cahyono, Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial
Masyarakat di Indonesia, Www.Jurnal-Unita.Org/Index.Php/Publiciana/Article/View/79, 143-144.
DiaksesTanggal 02 Oktober 2018
14 Novia Ika Setyani, Pengguna Media Sosial sebagai sarana komunikasi bagi komunitas,
(Surakarta: Jurnal, 2013), h.2
15 Muhammad E. Fuady, Surat Kabar Digital Sebagai Media Konvergensi Di Era Digital,
(Jakarta:Jurnal Komunikasi Mediator, 2002) h.55
16 Ricky Nurdiana, Mengenal Social Media, dalam http://www.unpas.ac.id, diakses pada 15
September 2018
-
mereka bereda dan kapanpun, tidak peduli seberapa jauh jarak mereka, dan
tidak peduli siang atau pun malam.17
3. Jenis-Jenis Media Sosial
Dikutip dari jurnal yang berjudul Social Network Sites: Definition,
History, and Scholarship. Media sosial adalah situs jaringan sosial seperti
layanan berbasis web yang memungkinkan individu untuk membangun profil
publik atau semi publik dalam sistem terbatasi, daftar pengguna lain dengan
siapa mereka terhubung dan melihat serta menjelajahi daftar koneksi mereka
yang dibuat oleh orang lain dengan suatu sistem. Kaplan dan Haenlein
menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial :
a. Proyek kolaborasi (collaborative projects)
Dalam proyek kolaborasi, website mengijinkan penggunanya untuk
dapat mengubah, menambah, ataupun menghilangkan konten-konten yang
ada di website ini. Contohnya Wikipedia.
b. Blog dan microblog
Blog merupakan singkatan dari web log adalah bentuk aplikasi web
yang menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah
halaman web umum. Sedangkan microblog adalah suatu bentuk kecil dari
blog, jika pada blog pengguna dapat memposting tulisan tanpa batas
karakter, pada microblog pengguna hanya dapat memposting tulisan kurang
dari 200 karakter. Contoh dari microblog yang terkenal adalah twitter.
c. Konten (content communities)
Konten memungkinkan para penggunanya untuk saling meng-share
konten-konten media seperti video, e-book, gambar dan lain-lain. Contohnya
youtube.
17
Novia Ika Setyani, Pengguna Media Sosial sebagai sarana komunikasi bagi komunitas,
(Surakarta: Jurnal, 2013), hal.2
-
d. Situs jejaring sosial (social networking sites)
Merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan
penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar penggunan yang tersedia,
serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs
tersebut. tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil
pengguna yang didalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna.
Contohnya facebook, path, my space serta instagram.
e. Dunia virtual (virtual game world)
Dunia virtual dimana mengreplikasikan lingkungan 3D, dimana penggunanya
bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta berinteraksi
dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. Contohnya game online.
Dunia virtual yang dimana penggunanya merasa hidup di dunia
virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang lain namun
Virtual Social World lebih bebas dan lebih kearah kehidupan contohnya
second life.18
B. Perilaku Keagaaman Remaja
1. Pengertian Remaja
Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescene yang berarti
to grow atau to grow matury yang artinya tumbuh untuk mencapai
kematangan. Istilah ini mengalami perkembangan arti yang lebih luas,
mencakup kematanganmental, emosional, sosial dan fisik.19
Banyak tokoh yang memberikan definisitentang remaja, seperti
Debrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa
kanak-kanak dan dewasa. Papilia dan Olds tidak memberikan pengertian
remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara inplisit melalui
pengertian masa remaja (adolescence). Masa remaja disebut juga dengan
18
Karjaluoto,E. A Prime In Social Media .Http://Www.Smashlab.Com/Media/
WhitePapers/A-Primer-In-Social-Media.Diakses Pada 02 Oktober 2018
19 Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Perkembangan Peserta Didik
(Jakarta: Bumi Aksara, 2004 ) h.9
http://www.smashlab.com/Media/%20WhitePapers/A-Primer-In-Social-Mediahttp://www.smashlab.com/Media/%20WhitePapers/A-Primer-In-Social-Media
-
masa pubertas. A.W. Road mengemukakan seperti yang dikutip oleh
Elizabeth. B. Herylock, bahwa masa pubertas adalah suatu tahap didalam
perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai
kemampuan reproduksinya. Tahap ini disertai perubahan-perubahan dalam
psikologi.20
Secara psikologi masa remaja adalah dimana individual berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, dimana anak tidak lagi di bawah tingkatan
orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama.
Transformasi intelektual yang khas, secara berfikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integritas dalam hubungan sosial orang
dewasa yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode
puber ini.21
Dalam pengertian Islam, istilah remaja atau kata yang berarti remaja
tidak ada di dalam Islam. Di dalam al-Qur‟an ada kata ( al-fityatun, fityatun )
yang artinya orang muda. Firman Allah SAW dalam surah al-kahfi ayat 13.
ُْم ُهًدىحْنُن نَ ُقصُّ ْم َوزِْدَنَه َعَلْيَك نَ َبَأُهم بِٱْلَْقِّ إِن َُّهْم ِفتْ َيٌة ءَاَمُنوا بَِرِّبِِّ Terjemahannya :
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.(QS. Al-Kahfi:13).22
Fase remaja merupakan fase perkembangan individu yang sangat
penting yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (Seksual)
sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka masa remaja ini meliputi :
a. Remaja awal : 12-15 tahun,
20
Elizabeth. B. Herylock, psikologi perkembangan suatu pendekatan penting kehidupan,
edisi IV (Jakarta: Erlangga,1991) h.184.
21 Elizabeth. B. Herylock, psikologi perkembangan suatu pendekatan penting kehidupan,
edisi IV. h.184.
22 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Muhaimin,Depok:Al-Huda, 2015)
h.295
-
b. Remaja madya : 15-18 tahun, dan
c. Remaja akhir : 19-22 tahun.
Remaja merupakan masa perkembangan sikap tertanggung
(dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence),
minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatikan terhadap nilai-nilai
estetika dan isu-isu moral. Masa remaja dikaitkan kepada keseluruhan proses
pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung relative lebih lama, baik dalam
aspek fisik, psikologi, maupun aspek lainnya.23
Sedangkan menurut WHO definisi remaja dikemukakan ada tiga
kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Sehingga secara
lengkap definisi remaja yaitu suatu masa dimana individu berkembang
sampai saat ia mencapai kematangan seksual, kemudian individual tersebut
juga mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Menurut
para psikolog, masa remaja menjadi sangat penting, karena merupakan fase
peralihan cepat dialami seseorang. Mengalihkannya dari masa kanak - kanak
namun kadang tidak langsung memasuki masa dewasa. Remaja
menganggap dirinya bukan lagi anak-anak, dan menurutnya terlihat jelas
berbeda dengan anak-anak. Sementara orang dewasa menilai remaja sama
sekali belum dewasa. Orang-orang dewasa bahkan tidak menerimanya.
Seperti itulah peralihan yang dilalui dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa.24
2. Perkembangan Pemahaman Remaja Tentang Agama
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan
moral. Bahkan sebagaimana dijelaskan oleh Adam dan Gullota, agama
memberikan sebuah kerangka moral sehingga membuat seseorang mampu
membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku
dan bisa memberikan penjelasan mengapa rasa aman sangat penting,
23
Dep. Agama R.I Pola Dakwah dikalangan Remaja, (Bandung: Badan Litbang,1990) h.64
24 Departemen Agama RI, Pola Dakwah Dikalangan Remaja h.65
-
terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya. Apabila remaja
kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam keluarga, kondisi keluarga
yang kurang harmonis, orangtua yang kurang memberikan kasih sayang dan
berteman dengan kelompok sebaya yang kurang menghargai nilainilai
agama, maka kondisi diatas akan menjadi pemicu berkembangnya sikap
danperilaku remaja yang kurang baik atau asusila, seperti pergaulan bebas
(free sex), minum-minuman keras, mengisap ganja dan menjadi trouble
maker (pengganggu ketertiban/pembuat keonaran) dalam masyarakat.25
3. Pengertian Perilaku Keagamaan
Sebelum membahas tentang perilaku keagamaan, terlebih dahulu
penulis membahas apa itu yang dinamakan perilaku. Perilaku adalah sifat
seseorang yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang mana sifat
tersebut tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat.26
Sedangkan keagamaan berasal darikata agama yang berarti suatu sistem,
prinsip, kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-
kewajiban yang berhubungan dengan kepercayaan itu. Istilah keagamaan
sendiri dapat diartikan sebagai sifat-sifatyang terdapat dalam agama atau
segala sesuatu mengenai agama. Sedangkan menurut beberapa ahli,
menurut Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Perilaku adalah tanggapan reaksi individu yang terwujud dalam
gerakan (sikap) tidak saja badan dan ucapan.27
Perilaku keagamaan merupakan setiap perbuatan yang didasarkan
kehendak disebut kelakuan,seperti kata benar atau dusta, perbuatan
dermawan atau kikir.28 Karena agama yang dimaksud dalam pembahasan
penelitian ini adalah agama islam, maka secara sederhana pengertian bahwa
perilaku keagamaan merupakan seluruh aktifitas anggota tubuh manusia
yang berdasarkan syariat Islam atau ibadah dalam arti luas. Dengan kata lain
25
Dr. Sarlito Sarwono, psikologi Remaja (Jakarta: Rajawali Pers 1991) h. 91-92
26 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Arkola, 2002) h.659
27 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990) h.10
28 Ahmad Amin, Etika, Alih Bahasa K.H. Ahmad Ma’ruf, Cet. III, (Bulan Bintang, Jakarta,
1983), h.12
-
perilaku keagamaan merupakan serangkaian tingkah laku seseorang yang
dilandasi oleh ajaran-ajaran agama islam, baik berbentuk deviasi vertikal
maupun yang berbentuk deviasi horizontal. Kelakuan religious menurut
sepanjang ajaran agama berkisar dari perbuatan-perbuatan ibadah, atau
amal shaleh dan akhlak, baik secara vertikal terhadap tuhan, ataupun secara
horizontal sesama makhluk.29
Jadi kesimpulannya perilaku keagamaan adalah tindakan, cara
berbuat atau perbuatan dari seseorang yang kesehariannya tidak lepas dari
aktivitas yang berhubungan dengan agama yang di yakininya agar tidak
terjadi kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara mengenai
agama dan perilaku di dalamnya, maka akan ditemukan bahwa agama
mempunyai ajaran-ajaran tentang norma-norma akhlak yang tinggi,
kebersihan jiwa, tidak mementingkan diri sendiri dan sebagainya. Itulah
norma-norma yang diajarkan agama-agama karena tanpa adanya ajaran,
norma-norma tidak akan berarti karena nantinya manusia akan bertindak
sesuka hatinya atau spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa
pemikiran (baik buruknya tingkahlaku manusia).
Perilaku keagamaan bukan hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas
lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan
dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang
tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang.Misalnya dzikir dan doa dan
lain sebagainya.30
Perilaku keagamaan terbentuk dan dipengaruhi oleh dua faktor,
dimana kedua faktor ini bisa menciptakan kepribadian dan perilaku
keagamaan seseorang. Kedua faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal ini menyatakan bahwa manusia adalah homo
religius (makhluk beragama), karena manusia sudah memiliki potensi untuk
beragama, dimana tiap-tiap manusia yang lahir ke muka bumi membawa
suatu tabiat dalam jiwanya, tabiat ingin beragama yaitu ingin mengabdi dan
29
H.M. Hafi Ansyori, Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama, (Surabaya,Usaha Nasional, 1999)
h.48
30 Djamaluddin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Agama: Solusi Islam Atas Problem-
Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) h.77
-
menyembah kepada sesuatu yang dianggapnya maha kuasa. Pembawaan
ingin beragama ini memang telah menjadi fitrah kejadian manusia yang
diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dalam diri manusia. Sedangkan faktor
eksternal yaitu segala sesuatu yang ada diluar pribadi dan mempunyai
pengaruh pada perkembangan kepribadian dan keagamaan seseorang
seperti keluarga, teman sepergaulan, dan lingkungan sehari-hari yang sering
banyak persinggungan. Jadi, selain dari pada insting dan pembawaan jiwa
ada lagi hal yang mendorong manusia untuk beragama yaitu suasana
kehidupan di muka bumi ini.31
Dari uraian di atas jelas, bahwa perilaku keagamaan pada dasarnya
bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah)
saja, tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan
lahir. Oleh karena itu, keberagaman seseorang akan meliputi berbagai
macam sisi atau dimensi. Menurut Glock Stark seperti yang dikutip Ancok
dan Suroso ada lima macam dimensi keberagaman yaitu dimensi keyakinan
(ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistic), dimensi
penghayatan (experiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial), dimensi
pengetahuan agama (intelektual).32
Oleh karena itu, perilaku keagamann merupakan satu kesatuan
perbuatan manusia yang mencakup tingkah laku dan aktivitas manusia :
Pertama, dimensi keyakinan. Dimensi ini berisi pengaharapan di
mana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan
mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. jadi keyakinan itu berpangkal di
dalam hati Dengan adanya tuhan yang wajib disembah yang selanjutnya
keyakinan akan berpengaruh ke dalam segala aktivitas yang dilakukan oleh
seorang manusia sehingga aktivitas tersebut bernilai ibadah. Setiap agama
mempertahankan seperangkat kepercayan dimana para penganutnya
diharapkan taat.33
31
Agus Hakim, Perbandingan Agama, Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan Majusi-
Shabiah-Yahudi, Kristen, Hindu Dan Budha, (Bandung: Diponegoro,1979) h.11
32 Agus Hakim, Perbandingan Agama. H.11
33 Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam Atas Problem-
Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) h.77
-
Kedua, dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup perilaku
pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan untuk menunjukkan
komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini
terdiri atas 2 kelas, yaitu:
a. Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus. Tindakan keagamaan formal
dan praktek-praktek suci yang semua mengharapkan pemeluk
melaksanakannya. Sebagai contoh dalam menampakkan ritual yaitu
dalam agama Islam yang diwujudkan dalam ibadah shalat setiap hari,
pengajian, perkawinan dan lain sebagainya.34
b. Ketaatan merupakan tindakan persembahan dan kontemplasi personal
yang relatif spontan informal dan khas pribadi. Jadi ketaatan adalah wujud
dari suatu keyakinan, sebagai contoh di kalangan penganut agama Islam
yang melaksanakan shalat, puasa atau haji.35
Ketiga, dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan
memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengaharapan-
pengharapan tertentu. Jadi dalam dimensi ini agama merupakan suatu
pengalaman yang awalnya tidak dirasa menjadi hal yang dapat dirasakan.
Misalnya orang yang terkena musibah pasti orang tersebut akan
membutuhkan suatu ketenangan sehingga kembali kepada Tuhan.
Keempat, dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada
harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah
minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci
tradisi-tradisi.
34
Roland Roberston, Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 1993) h.295-296.
35 Agus Hakim, Perbandingan Agama, (Bandung: Diponegoro, 1996) h. 147-148.
-
Kelima, dimensi pengalaman atau konsekuensi komitmen. Dimensi
ini mengacu pada identifikasi akibat keyakinan keagamaan, praktek,
pengalaman, dan pengetahuan seorang dari hari ke hari. Jadi dalam dimensi
pengalaman atau konsekuensi komitmen ini adanya praktek-praktek
pengalaman diwujudkan dengan keyakinan agamanya, baik yang
berhubungan khusus maupun umum.36 Adapun pembagian konsep lima
dimensi di atas mempunyai kesesuaian dengan bentuk agama. Dalam satu
aliran kepercayaan dimensi keyakinan atau kepercayaan disebut dengan
akidah sedangkan dimensi praktek agama pemujaan atau penyembahan
disebut dengan ibadah dan dimensi peraturan-peraturan dalam
melaksanakan hubungan terhadap Tuhan dan sesama manusia dengan
syariat.37
Dengan demikian, dimensi isoterik dari suatu agama atau
kepercayaan pada dasarnya tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan
dimensi luar dirinya. Selain dibentuk oleh substansi ajarannya, dimensi ini
juga dipengaruhi oleh struktur sosial dimana suatu keyakinan itu
dimanivestasikan oleh para pemeluknya. Sehingga dalam konteks tertentu,
disatu sisi, agama juga dapat beradaptasi dan pada sisi yang berbeda dapat
berfungsi sebagai alat legitimasi dari proses perubahan yang terjadi disekitar
kehidupan para pemeluknya.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keagamaan
Perilaku keagamaan terbentuk dan dipengaruhi oleh dua faktor,
dimana keduafaktor ini bisa menciptakan kepribadian dan perilaku
keagamaan seseorang.
Kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan pengaruh emosi (perasaan) yang mana
dari pengaruh emosi (perasaan) tersebut akan memunculkan selektifitas.
36
Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam Atas Problem-
ProblemPsikologi, (Yogyakarta: Pustka Pelajar, 2004) h.77-78
37 Agus Hakim, Perbandingan Agama, (Bandung: Diponegoro, 1996) h.15
-
Selektifitas disini merupakan adanya pilih atau minat perhatian untuk
menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar diri
manusia.38 Emosi mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
pembentukan perilaku keagamaan. Emosi memegang peranan penting
dalam sikap dan tindak agama seseorang yang dapat dipahami tanpa
menghindari emosinya, pengaruh perasaan (emosi) jauh lebih besar dari
pada rasio (logika).39
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang ada diluar pribadi dan
mempunyai pengaruh pada perkembangan kepribadian dan juga keagamaan
seseorang. Faktor eksternal diantaranya meliputi :
1. Lingkungan Keluarga
Pengaruh keluarga besar sekali terhadap tingkah laku anggotanya
karena lingkungan merupakan pendidikan utama dan pertama bagi
anggotanya. Situasi pendidikan dalam keluarga akan terwujud dengan baik
berkat adanya pergaulan dan hubungan saling mempengaruhi cara timbal
balik antara orang tua dan anak.
2. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat Indonesia bisa dibilang sebagai masyarakat yang berjiwa
masyarakat sosialitas-relegious, sikap pribadinya berkembang dalam ruang
lingkup (pola) sosialitas relegious. Dimana garis hidup yang menghubungkan
khaliknya (garis vertikal) merupakan kerangka dasar sikap dan pandangan
yang selalu berkembang secara harmonis. Dan untuk memperoleh kerangka
dasar sikap dan pandangan, manusia mengalami perkembangan yang
berada dalam proses belajar secara individual dan belajar secara sosial.
3. Media Komunikasi yang Membawa Misi Agama
38
Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Cet I, Bulan Bintang, Jakarta, 1970) h.77
39 Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, h.77
-
Satu faktor yangmempengaruhi perubahan perilaku seseorang
adalah interaksi di luar kelompok. Yang dimaksud interaksi di luar kelompok
adalah interaksi dengan buah kebudayaan manusia yang sampai kepadanya
melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, buku dan lain
sebagainya. Apabila yang disampaikan melalui alat komunikasi tersebut
adalah hal-hal yang berkenaan dengan agama, maka secara otomatis
perubahan perilaku yang muncul adalah perubahan perilaku keagamaan.40
4. Kewibawaan seseorang yang mengemukakan sikap atau perilaku.
Dalam hal ini adalah yang berotoritas dan berprestasi tinggi dalam
masyarakat yaitu para pemimpin baik formil maupun non formil (pejabat atau
ulama). Dari kewibawaan mereka akan memunculkan simpati, sugesti dan
imitasi pada seseorang atau masyarakat. Oleh karena itu dakwah atau
penerangan agama yang disampaikan oleh orang-orang yang memiliki
otoritas dan prestise dalam bidangnya akan diterima masyarakat dengan
cepat dan penuh keyakinan.41
5. Lingkungan Sekolah atau kampus
Sekolah atau kampus merupakan suatu lembaga resmi yang di
dalamnya terdapat pendidikan formal dengan program yang sistematik
dengan melaksanakan bimbingan pengajaran dan latihan kepada muridnya,
agar mereka bisa berkembang dengan optimal sesuai dengan potensi
mereka, secara keseluruhan baik menyangkut tentang psikis (intelektual dan
emosional), fisik, sosial maupun moral spiritual.
C. Bentuk-Bentuk Perilaku Keagamaan
Berdasarkan pengertian perilaku keagamaan seperti yang dijelaskan
diatas yaitu seluruh aktifitas anggota tubuh manusia yang berdasarkan
syari’at Islam atau ibadah dalam arti luas baik yang berbentuk horizontal
antara sesama makhluk, maka bentuk-bentuk perilaku keagamaan di sini
bermacam-macam dan luas. Di dalam skripsi ini secara umum hanya akan
40
Wa. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: Refika Aditama,1996) h.155
41 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara,1991) h.139
-
dibahas tiga bentuk perilaku keagamaan yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Disiplin menjalankan perintah shalat
Shalat merupakan bentuk pengabdian manusia dengan tuhannya
yang harus dikerjakan oleh umat Islam dimanapun dan dalam kondisi
apapun. Yang dimulai dari niat dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan
salam. Orang Islam yang taat yaitu orang Islam yang mengerjakan shalat
dengan hati gembira, senang, tidak merasa terpaksa, dan bukan karena malu
pada sesama. Sebagai salah satu dari rukun islam, solat merupakan tonggak
segala macam ibadah. Oleh karena itu shalat dilambangkan sebagai tiang
agama artinya tegak dan tidaknya agama itu akan tercermin dari ada
tidaknya orang yang melakukan shalat. Dalam hal ini shalat merupakan ciri
penting dari orang yang bertaqwa.
Dalam kehidupan sehari-hari, apabila shalat dikerjakan dengan rajin
dan penuh kekhusukan maka akan menuntun ke arah kebenaran perilaku
dan sekaligus akan mampu menjauhkan diri dari hal-hal yang buruk. Dengan
demikian, orang yang telah mampu mengerjakan shalat dengan kontinyu
dengan baik dan benar serta penuh kekhusukan, maka merekalah orang-
orang yang akan mendapatkan kebahagiaan.
Firman Allah SAW dalam Al-Quran :
َصالِِتِْم خاِشُعونَ ٱلَّذيَن ُهْم يف َقْد أَفْ َلَح اْلُمْؤِمُنونَ
Terjemahan:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, (QS. Al Mukminun 1-2)42
Jadi yang dimaksud dengan disiplin menjalan perintah shalat adalah
ketaatan, kepatuhan, keteraturan seseorang di dalam menunaikan ibadah
42
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Muhaimin, (Depok:Al-Huda, 2015)
h.343
-
shalat wajib yang terdiri dari lima waktu sehari semalam lengkap dengan
segala syarat serta rukun-rukunnya.43
2. Jujur dan benar
Jujur adalah “memberitahukan, memutuskan sesuatu dengan
sebenarnya”. Jujur termasuk golongan akhlak mahmudah atau akhlak yang
terpuji. Sedangkan benar artinya sesuatu yang sesuai dengan kenyataan
yang sesungguhnya dan tidak hanya perkataan tetapi juga perbuatan.44
Kebenaran atau kejujuran sendiri merupakan sendi yang terpenting bagi
berdiri tegaknya masyarakat. Tanpa kebenaran akan hancurlah masyarakat
sebab hanya dengan kebenaran maka dapat tercipta adanya saling
pengertian dan kepercayaan. Maka Islam menganjurkan bahkan
menekankan agar unsur kejujuran ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil
agar mereka terbiasa melakukan kejujuran. Kita tidak akan merasa tentram
bila melakukan kebohongan dengan demikian kita akan selalu dapat
mengendalikan diri dari ketidakjujuran sehingga orang lain akan merasa
senang kepada kita. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran :
ِدِقيَ يَهأَي َُّها ٱلَِّذيَن ءَاَمُنوا ٱت َُّقوا ٱللََّه وَُكونُوا َمَع ٱلصَّه
Terjemahannya:
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Qs. At-Taubah ayat 119).45
3. Disiplin terhadap peraturan sekolah
Disiplin adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai kepatuhan, ketaatan,
kesetian, keteraturan dan ketertiban.Yang dimaksud disiplin dalam hal ini
adalah ketaatan, kepatuhuan serta sikap tanggung jawab mahasiswa
43
Moh. Rifai’i, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana,1992), h.74
44 Humaidi, Tata Pengarsa, Akhlak Yang Mulia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1980) h.149.
45 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Muhaimin,(Depok:Al-Huda, 2015)
h.207
-
terhadap peraturan-peraturan yang berkenaan dengan sekolah maupun
peraturan yang ditentukan diri sendiri yang dengan hal itu akan dapat
menjadikan adanya perubahan pada seseorang (remaja).46
D. Teori Tentang Media Sosial dan Perilaku Keagamaan
Thorton menyatakan bahwa gagasan tentang budaya autentik yang
terbentuk di luar media adalah sesuatu yang fleksibel, namun salah arah
karena perbedaan subkultur pemuda. Dalam banyak kasus adalah
Fenomena media. Media katanya adalah bagian integral dari pembentukan
subkultur dan bagian formulasi anak-anak muda atas aktivitas mereka.47
Media massa biasanya dianggap sebagai sumber berita dan hiburan.
Media massa juga membawa pesan persuasi kepada setiap orang yang
menggunakannya.48 Media massa telah merasuk ke dalam kehidupan
modern. Setiap pagi masyarakat bangun mendengarkan radio, memainkan
gadget yang terhubung dalam jaringan internet, dan menonton televisi karena
media masaa sangat sangat berpengaruh, kita perlu tahu sebanyak mungkin
bagaimana media massa bekerja.
1. Melalui media massa kita mengetahui hampir segala sesuatu yang kita
tahu tentang dunia di luar lingkungan kita. Apa yang anda ketahui
tentang Baghdad dan badai Katrina jika tidak ada internet, televisi dan
lain sebagainya.
2. Masyarakat yang berpengetahuan (informed) dan aktif sangat mungkin
tewujud di dalam demokrasi modern hanya jika media massa berjalan
dengan baik.
46 Ing Watdiman Djojonegoro (Dalam B Soemarno), Pedoman Pelaksanaan Disiplin
Nasional dan Tata Tertib Sekolah, (Jakarta: Cv.Murni Daya,1998) h.20.
47 Chris dan Barker, Cultural Studies Teori dan Praktek Terj. Nurhadi (Yogyakarta: Kreasi
Wacana,2005) h.353
48 David Holmes, Komunikasi Media, Teknologi, dan Masyarakat Terj.Teguh Wahyu
Utomo (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2012) h.87
-
3. Orang membutuhkan media massa untuk mengekspresikan ide-ide
mereka ke khalayak luas. Tanpa media massa, gagasan mereka hanya
akan sampai ke sekitar orang-orang anda dan orang-orang yang anda
kirimi surat.
4. Negara-negara kuat menggunakan media massa untuk menyebarkan
ideologinya dan untuk tujuan komersial. Media massa adalah alat utama
para propagandis, pengiklanan, dan pada orang-orang semacam itu.49
Sarjana komunikasi awal mengasumsikan bahwa media massa
sangat kuat sehingga ide-ide dan bahkan instruksi pemungutan suara
sekalipun dapat disuntikan ke dalam lembaga politik. Keraguan muncul pada
tahun 1940-an tentang apakah media benar-benar punya kekuatan demikian
hebat, dan para sarjana mulai melakukan riset berdasarkan asumsi bahwa
pengaruh media paling banter hanya bersifat moderat. Studi yang baru
mengkaji tentang efek komulatif jangka panjang dari media.50
Bagi sebagian orang, gagasan bahwa media massa biasanya tidak
mempunyai dampak apapun terhadap para penikmatnya, justru tidak tampak
sangat beralasan. Para peneliti juga mulai mempertimbangkan kemungkinan,
bahwa mereka mungkin mencari dampak di tempat yang salah. Selama
bertahun-tahun, pendekatan yang digunakan dalam riset komunikasi adalah
mencari Bagi sebagian orang, gagasan bahwa media massa biasanya tidak
mempunyai dampak apapun terhadap para penikmatnya, justru tidak tampak
sangat beralasan. Para peneliti juga mulai mempertimbangkan kemungkinan,
bahwa mereka mungkin mencari dampak di tempat yang salah. Selama
bertahun-tahun, pendekatan yang digunakan dalam riset komunikasi adalah
mencari perubahan sikap dan sebagaian besar riset menemukan, bahwa
media massa mempunyai dampak kecil dalam bidang ini, tetapi mungkin para
49
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, terj. Tri Wibowo (Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2008) h.5
50 William L. Rivers, Media Massa dan Masyarakat Modern Terj.Haris Munandar Dan
DudyPriatna (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2012) h.79.
-
peneliti melihat sasaran yang salah. Mungkin media massa berdampak pada
persepsi orang atau pandangan mereka terhadap dunia daripada mereka
sendiri.51
Hal diatas menandakan, bahwa media mempunyai peran dan
pengaruh yang sangat signifikan bagi individu atau kelompok tertentu.
Gagasan bahwa pemerintah adalah pusat struktur kehidupan manusia kini
mulai mengalami perubahan. Dengan media massa mengambil alih peran
utama itu. Di seluruh dunia kekuasaan yang pernah dipegang pemerintah
untuk mengontrol komunikasi massa kini telah jauh melemah.
51
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi Sejarah, Metode, & Terapan
DiDalam Media Massa Terj. Sugeng Hariyanto (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011) h.265
-
E. Kerangka Konseptual
Perilaku keagamaan
1. Disiplin Menjalankan Perintah Shalat
2. Cara berpenampilan
3. Moral
Remaja
Dampak
1. Akhlak Mahmudah 2. Akhlak Madzmumah
Media Sosial
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu peneliti
memaparkan atau menggambarkan objek penelitian secara objektif sebagai
realita sosial. Serta memaparkan bagaimana pengaruh media social terhadap
perilaku keagamaan remaja.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, di gunakan untuk meneliti kondisi
objek yang alamiah. Filsafat postpositivisme juga di sebut paradigma
interperatif dan konstruktif, yang memandang realita sosial sebagai suatu
yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna dan hubungan gejalah
bersifat interaktif.52
B. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah dimana tempat penelitian akan di lakukan,
dan peneliti mengambil lokasi di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone,
adapun objek penelitian ini yaitu masyarakat khususnya remaja.
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
Fokus penelitian menyatakan pokok permasalahan apa yang menjadi pusat
perhatian atau tujuan dalam penelitian. Untuk memudahkan pembaca dalam
memahami isi penelitian ini maka penulis memberi batasan terhadap
penelitian yang akan dilakukan dengan memfokuskan penelitian terhadap
hal-hal sebagai berikut:
52
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan,( Bandung: Alfabeta, 2012) h.14-15
-
1. Remaja adalah dimana individual berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, dimana anak tidak lagi di bawah tingkatan orang-orang yang
lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama.
2. Medi sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain
dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling
berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu, adapun media sosial yang
peneliti fokuskan dalam skripsi ini ialah WhatsApp.
3. Perilaku keagamaan adalah tindakan, cara berbuat atau perbuatan dari
seseorang yang kesehariannya tidak lepas dari aktivitas yang
berhubungan dengan agama yang di yakininya agar tidak terjadi
kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari.
4. Dampak
a. Akhlak Mahmudah (Dampak Positif) ialah segala perbuatan yang
baik atau terpuji.
b. Akhlak Madzmumah (Dampak Negatif) ialah kebalikan dari akhlak
mahmudah, yang mana akhlak madzmumah ialah perbuatan tercela
atau buruk yang tidak.
D. Sumber data.
Sumber data terdiri dari dua sumber, yaitu sumber data primer dan
sumber data sekunder :
Sumber data primer atau pokok yang di butuhkan yang di peroleh
secara langsung dari tangan pertama atau di peroleh secara langsung dari
informan yang erat kaitannya dengan masalah yang akan di teliti yaitu
-
dampak media sosial terhadap perolaku keagamaan remaja. Dalam
penelitian ini yang termasuk data primer adalah hasil wawancara dengan
tokoh masyarakat dan remaja sebanyak 15 responden, mengenai dampak
media sosial terhadap perilaku keagamaan remaja.
Sumber data sekunder adalah sumber data pelengkap yang di
butuhkan dalam penelitian dari sumber yang sudah ada. Sumber data
sekunder yaitu pustaka-pustaka yang memiliki reverensi dan bisa menunjang
penelitian ini. Yaitu, dapat berupa buku majalah, Koran, internet, jurnal, serta
sumber data lainnya yang dapat di jadikan referensi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitan dalam penelitian kualitatif yang dimkasud adalah
alat yang dipakai oleh peneliti dalam mengumpulkan data termasuk meneliti.
Dalam hal ini alat yang dipakai adalah perekam (tape recorder) untuk
wawancara langsung dan kamera untuk mengabadikan moment pada saat
melakukan penelitian di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone.
Penelitian merupakan pusat dan kunci data yang paling menentukan
dalam penelitian kualitatif.53 Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,
penguasaan wawancara terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Peneliti kualitatif sebagai “human instrumen” yang berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
53
Afifuddin,dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; Pustaka
Setia, 2012) h.125
-
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.54 Dalam
penelitian kualitatif , tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia
sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian,
prosedur penelitian yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu
semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala
sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan
yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya
peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya’.55
Dalam metode penelitian kualitatif, peneliti bahkan sebagai instrumen
sementara instrumen lainnya, yaitu buku catatan yang berfungsi untuk
mencatat semua percakapan dengan informan/narasumber, tape recorder
(vidio /audio) recorder yang berfungsi untuk merekam semua percakapan
atau pembicaraan, kamera yang berfungsi untuk memotret apabila peneliti
sedang melakukan pembicaraan dengan informan/narasumber, dan
sebagainya. Peneliti adalah key instrumen atau alat penelitian utama. Dialah
yang mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur,
sering hanya menggunakan buku catatan. Hanya manusia sebagai instrumen
yang dapat memahami makna interaksi antar-manusia, membaca gerak
54
Kamaluddin Tajibu,Metode Penelitian Komunikasi, (Makassar; Alauddin University
Press, 2013), h. 152
55 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, h.306
-
muka, serta menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan
atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam dan kamera,
peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat penelitian.56
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang di peroleh dalam penelitian ini.
Maka, peneliti menggunakan beberapa teknik antara lain :
1. Interview
Metode interview adalah suatu percakapan, Tanya jawab lisan antara
dua orang atau lebih yang sudah berhadapan secara fisik dan di arahkan
pada masalah tertentu. Ada tiga peranyaan dalam metode ini yaitu :
a. Pertanyaan berstruktur yaitu pertanyaan yang berstruktur pada responden
dalam menjawabnya. pertanyaan ini di buat dengan sedemikian rupa
sehingga responden di tuntut untuk menjawabnya sesuai dengan apa yang
terkandung dalam pertanyaannya.
b. Pertanyaan tidak berstruktur terbuka pertanyaan yang memberikan
kebebasan kepada responden untuk menjawab semua pertanyaan.
c. Campuran, Hal Ini di maksudkan untuk mempermudah responden dalam
member keterangan, dan dalam wawancara ini kita dapat mendapatkan
data yang berkenaan dengan tema atau masalah penelitian yang di
gunakan dalam wawancara.
56
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media 2012) h. 43
-
2. Observasi atau pengamatan.
Observasi atau pengamatan yaitu kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta di
bantu dengan indera lainnya. Observasi yang di lakukan adalah observasi
langsung yaitu pengamatan yang di lakukan secara langsung pada objek
yang di observasi.
G. Teknik analisis data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data
kedalam teori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sesuai dengan
jenis penelitiannya, maka penelitian ini menggunakan analisis deskriptif,
dimana setelah data yang terkumpul tersebut diolah kemudian dianalisa
dengan memberikan penafsiran berupa uraian diatas tersebut.
Adapun kegiatan dalam analisis data yang akan dilakukan peneliti dalam
penelitian ini dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Adapun analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan, sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Adalah proses pemulihan, pemberian focus, penyederhanaan, abstraksi dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Adalah susunan informasi yang terorganisir, yang memungkinkan
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan memeriksa
penyajian data akan memudahkan memakna siapa yang harus dilakukan
(analisis lebih lanjut / tindakan) yang didasarkan pada pemahaman tersebut.
Bentuk penyajian data yang paling umum digunakan adalah teksuraian.
3. Penarikan Kesimpulan (verification)
-
Merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam
pemikiran menganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang
pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran
diantara teman sejawat untuk mengembangkan “kesempatan intersubjektif”,
dengan kata lain makna yang muncul dari kata harus teruji kebenarannya,
kekokohannya, kecocokannya (validitasnya).
Kesimpulan akhir baru ditarik setelah tidak ditemukan informasi lagi
mengenai kasus yang diteliti. Kemudian kesimpulan yang telah ditarik akan
diverifikasi baik dengan kerangka berfikir peneliti maupun dengan catatan
lapangan yang ada hingga tercapai konsesus pada tingkat optimal pada
peneliti dengan sumber-sumber informasi maupun dengan kolega peneliti
sehingga diperoleh validitas dan akuratisasinya.
Kelima komponen itu saling mempengaruhi dan mempunyai
keterkaitan. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan
mengadakan wawancara, observasi dan sebagainya yang disebut tahap
pengumpulan data. Karena data yang dikumpulkan banyak, maka diadakan
reduksi data. Setelah direduksi kemudian disajikan data, selain itu
pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga
tahapan tersebut selesai dilakukan, maka selanjutnya diambil kesimpulan
dan verifikasi terhadap data yang ada sebelumnya yang bertujuan
menghasilkan suatu kesimpulan akhir yang benar-benar baik.
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Barakkae Kecamatan Lamuru memiliki wilayah seluas yakni 15
km2 terjadi menjadi 3 (tiga) wilayah dusun. Masing masing Dusun Malongka,
Dusun Enrekeng dan Dusun Botto sebagai ibu kota desa. 6 (enam) rukun
warga (RW) dan 12 rukun tetangga (RT).
Desa Barakkae Berbatasan masing-masing dengan :
1) Sebelah Utara : Desa Mattampabulu
2) Sebelah Timur : Desa Poleonro
3) Sebelah Selatan : Desa Massenrengpulu
4) Sebelah Barat : Kec. T.Limpoe
Sedangkan dari sudut topografi, sekitar 80% wilayah desa Barakkae
merupakan daerah berbukit dengan ketinggian sekitar 165 m dpl (Diatas
Permukaan Laut) karakteristik tanah di Desa Barakkae tergolong jenis latosol
yang terdiri atas lahan basah dan lahan kering, lahan basah digunakan
sebagai persawahan (sawah irigasi dan tadah hujan) sementara lahan kering
digunakan sebagai tegalan,pekarangan, perkebunan, padang rumput
kawasan hutan dan hutang rakyat.
Berdasarkan tata ruang wilayah kabupaten bone tahun 2011-2012,
sebagian wilayah desa Barakkae masuk dalam zona rencana pengembangan
kawasan pertanian lahan kering, dan zona rencangan pengembangan
kawasan perkebunan kakao/mete’ dan komoditi kopi. Khusus wilayah
pegunungan yang berbatasan dengan kecamatan Tellu Limpoe merupakan
daerah kawasan hutan lindung.
-
Dari segi klimatologi, Desa Barakkae termasuk daerah berikilim
dengan tipe iklim A1 (Menurut Oldemen). Curah hujan maksimum 3.120 mm
pertahun dan curah hujan minimum adalah 867 mm pertahun jumlah curah
hujan yang terbanyak 260 hari pertahun dengan suhu maksimum 30 0C.
Bulan basah terjadi pada bulan Januari s/d Maret, bulan lembab April s/d
Agustus dan bulan kering September s/d Desember.
Dari sisi orbitasi dan jarak tempuh, Desa Barakkae berjarak 6,5 km
dari Lalebata (ibu kota Kecamatan Lamuru) dengan jarak tempuh sekitar 15
Menit. Dari Watampone, ibu kota kabupaten bone berjarak 65 Km (2 jam) dan
dari makassar (ibu kota provinsi Sul-Sel) berjarak 165 Km (5 jam).
Berdasarkan hasil pendataan melalui sistem database Desa (SDD),
jumlah penduduk Desa Barakkae per 31 Desember 2018 tercatat 2.209 jiwa
dengan kepadatan penduduk sebanyak 132 jiwa/km2. Terdiri dari penduduk
laki laki sebanyak 1,125 jiwa (51%) dan perempuan 1.084 jiwa (49%).Data ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki laki desa Barakkae lebih banyak
dibanding dengan penduduk perempuan.
Adapun distribusi penduduk di masing-masing Dusun dapat dilihat
pada table dibawah ini.
Distribusi Penduduk Desa Barakkae Tahun 2018
Dusun Jenis Kelamin
Total
Laki-laki Perempuan
1. Botto 335 337 672
2. Malongka 431 405 836
3. Enrekeng 359 342 701
Jumlah 1.125 1.084 2.209
Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018
Dari table diatas, persebaran penduduk Desa Barakkae hampir
merata di semua dusun. Dusun Malongka memiliki jumlah penduduk
-
terbanyak yaitu 836 jiwa atau sekitar 37,8% dari jumlah penduduk Desa
Barakkae, disusul desa Enrekeng sebanyak 701 jiwa(31,7%) dan Dusun
Botto sebanyak 672 jiwa (30,4%)
Dari Segi distribusi penduduk perdesa dalam wilayah Kecamatan
Lamuru jumlah penduduk Desa Barakkae menempati peringkat 6 (Enam) dari
total jumlah penduduk Kecamatan Lamuru mencapai 24.680 jiwa (8,95%)
Seluruh Penduduk Desa Barakkae terhimpun dalam keluarga (rumah
tangga) yang berjumlah 483 rumah tangga. Jumlah kepala rumah tangga
masih di dominasi oleh penduduk laki-laki sebagaimana tergambar pada
tabel di bawah ini :
Jumlah Kepala Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2018
Dusun
Jenis Kelamin
Total
Laki-laki Perempuan
Botto 125 27 152
Malongka 152 28 180
Enrekeng 122 29 151
Jumlah 399 84 483
Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018
Berdasarkan data pada tabel diatas, Dusun Malongka memiliki
jumlah rumah tangga terbesar yakni 180 Rumah tangga, atau sekitar 37,3%
sedangkan rumah tangga Dusun Botto dan Dusun Enrekeng hampir
berimbang. yaitu masing-masing 152 rumah tangga (31,5%) dan 151 rumah
tangga (31,2%).
Seperti halnya kepala rumah tangga, kepala keluarga di desa
Barakkae menurut data tahun 2018 Juga didominasi laki-laki dengan rincian
sebagaimana tersaji pada tabel berikut :
-
Jumlah Kepala Keluarga berdasarkan jenis kelamin tahun 2018
Dusun Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
1. Botto 153 30 183
2. Malongka 204 33 237
3. Enrekeng 173 29 202
Jumlah 530 92 622
Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018
Jumlah Kepala terbesar menurut data diatas, juga terdapat di Dusun
Malongka yaitu 237 KK atau sekitar (38,1%) disusul Dusun Enrekeng 202 KK
(32,5%) dan dusun Botto Sebanyak 183 KK atau sekitar 29,4% Dari total
kepala keluarga yang ada
Dari segi distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur, komposisi
penduduk Desa Barakkae masih didominasi oleh usia produktif (15-54
Tahun) yaitu sebanyak 1.384 jiwa atau sekitar 62,7%. Ini menunjukkan
bahwa potensi produktifitas Masyarakat Desa Barakkae sangat besar.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2018
Kelompok Umur
Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
0-4 70 56 126
5-9 104 94 198
-
10-14 129 124 253
15-19 104 110 214
20-24 102 77 179
25-29 104 75 179
30-34 86 84 170
35-39 78 80 158
40-44 102 101 203
45-49 65 87 152
50-54 62 67 129
55-59 47 44 91
60-64 32 25 57
65> 40 60 100
Jumlah 956 1.019 2.209
Sumber : Desa Barakkae dalam angkatan angka 2018
1. Keadaan Sosial
a. Pendidikan
Sarana Pendidikan yang ada di Desa Barakkae Kec. Lamuru Kab. Bone
NO Jenis Sarana Pendidikan Jumlah Tenaga
1 Sekolah Dasar 2 Buah 15 Orang
-
2 Taman Pendidikan Qur’an 1 Buah 3 Orang
Harus diakui bahwa Tingkat pendidikan Masyarakat Desa Barakkae
masih rendah. Data pada tahun 2003 menunjukkan, terdapat sekitar 1225
orang/sekitar 48% penduduk desa ini hanya tamat SD ( Sekolah dasar).
Sedangkan kondisi pendidikan pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Kondisi Pendidikan Menurut Kepemilikan Ijazah Terahir Tahun 2018
Jenjang
Pendidikan
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
SD/Sederajat 450 425 875
SMP/Sederajar 113 140 253
SMU/Sederajat 91 47 138
Diploma 5 4 9
Strata Satu ( SI) 14 7 21
Pasca Sarjana 2 - 2
Sumber : Di olah dari buku desa Barakkae dalam angka 2018
Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk Desa Barakkae yang
hanya Tamat SD/Sederajat tercatat sebanyak 875 orang atau sekitar 39,6%
Tamat SMP/Sederajat 253 Orang
11,5%) Tamat SMA/Sederajat 138 orang (6,8), Tamat Diploma 9
orang (0,4%) Strata satu (SI) sebanyak 21 orang (0,95%) dan Pasca Sarjana
0,1%.
-
Rendahnya tingkat pendidikan Masyarakat Desa Barakkae
Mengakibatkan potensi sumber daya alam yang begitu melimpah belum
terkelola secara maksimal. Bila di kaitkan dengan tujuan pembangunan Desa
yakni peningkatan peningkatan kesejahtraan masyarakat dengan bertumpu
kepada sumber daya alam, maka kedepan pembangunan sektor pendidikan
harus menjadi prioritas pemerintah Desa Barakkae.
b. Keadaan Ekonomi
Mestinya, untuk mengetahui perkembangan tingkat perekonomian
masyarakat suatu daerah, dapat diukur dari pendapat Domestik Bruto (PBD)
dan pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun sejauh ini di Desa
Barakkae belum pernah dilakukan perhitungan berkenaan dengan kedua
indicator tersebut.
Elemen yang bisa menjadi barometer kondisi ekonomi masyarakat
Desa Barakkae antara lain kepemilikan asset seperti kendaraan bermotor,
kondisi rumah berikut perabotannya, jumlah masyarakat yang memiliki
tabungan serta kepemilikan asset pertanian.
Elemen terakhir yang di sebutkan memegang peranan penting,
mengingat sektor pertanian merupakan sumber ulama penghasilan
masyarakat, sekaligus menjadi lokomitif perekonomian penduduk setempat
menurut data tahun 2013, jumlah penduduk Desa Barakkae yang
menggantungkan hidup pada sektor pertanian tercatat sebanyak 2. 098 jiwa
atau sekitar 95% dari total jumlah penduduk.
c. Agama
Pembangunan di bidang agama diupayakan dapat mengembangkan
pemahaman dan suasana kehidupan yang harmonis, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Oleh karena itu, pemahaman akan nilai-nilai keagamaan
perlu ditingkatkan dalam rangka mengukuhkan penyiapan sumber daya
manusia yang mempunyai landasan spiritual, moral dan etika yang kuat. Di
Desa Barakkae dirasakan suasana beragama cukup harmonis, namun
demikian masih ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain masih
adanya umat beragama yang kurang memahami nilai-nilai agama masing-
masing secara utuh, masih rendahnya kesadaran sebagian umat beragama
untuk beribadah dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dalam
kehidupannya.
-
Keadaan Fasilitas Sarana dan Prasarana Tempat Ibadah di Desa Barakkae
2019
No. Dusun Jenis Tempat Ibadah Ket.
Mesjid Mushollah Gereja Wihara
1. Malongka 1 1 - - Baik
2. Botto 1 - - - Baik
3. Enrekang 1 1 - - Baik
Jumlah 3 2
Sumber : Kecamatan Lamuru
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa jumlah mesjid dan
Mushollah di Desa Barakkae ada 3 dan Mushollah 2. Hal ini dapat dipahami
bahwa penduduk Desa Barakkae 100% memeluk agama Islam.
B. Bentuk Perilaku Keagamaan Remaja di Desa Barakkae
Berdasarkan pengertian perilaku keagamaan seperti yang dijelaskan
diatas yaitu seluruh aktifitas anggota tubuh manusia yang berdasarkan
syari’at Islam atau ibadah dalam arti luas baik yang berbentuk horizontal
antara sesama makhluk, maka bentuk-bentuk perilaku keagamaan di sini
bermacam-macam dan luas. Di dalam skripsi ini secara umum hanya akan
dibahas tiga bentuk perilaku keagamaan yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Disiplin Menjalankan Perintah Shalat
Dalam hal ini shalat merupakan ciri penting dari orang yang
bertaqwa. Allah swt berfirman :
ُقْون َذِلَك اْلِكَتاُب اَل َرْيَب ِفْيِه ُهًدى لِّْلُمتَِّقْي الَِّذْيَن يُ ْؤِمنُ ْوَن بِاْلَغْيِب َويُِقْيُمْوَن الصَّاَلَة َوِمَّ ُِ ا َرَزقْ َناُهْم يُن
Terjemahan :
-
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.(Qs.2 ayat 2-3).57
Jadi yang dimaksud dengan disiplin menjalan perintah shalat adalah
Ketaatan, kepatuhan, keteraturan seseorang di dalam menunaikan ibadah
shalat wajib yang terdiri dari lima waktu sehari semalam lengkap dengan
segala syarat serta rukun-rukunnya.
Bapak Hambali selaku imam desa Barakkae mengatakan,
“Kepercayaan remaja di Desa Barakkae saat ini terhadap tuhan menurut saya kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang pula menjadi ragu dan berkurang karena pengaruh dari era globalisasi misal gadget dan media sosial, hal ini nampak pada cara ibadahnya yang kadang rajin dan kadang-kadang malas. Perasaannya kepada tergantung pada perubahan emosi yang sedang dialaminya”.58
Dalam kondisi yang demikian peran guru amat penting untuk
penanaman agama apalagi keadaan anak yang sedang mengalami
kegoncangan perasaan akibat pengaruh teknologi yang berjalan sangat
cepat.
Banyak faktor yang menyebabkan kegoncangan jiwa remaja, oleh
karenanya sebagai seorang pendidik/guru harus dapat memahami kondisi
tersebut, melakukan pendekatan lalu membawa mereka kepada ajaran
agama, karena agama mampu mengatur pola kehidupan yang lebih baik.
Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah berusaha
mendekatkan mereka dengan pentingnya ibadah Sholat, sholat memiliki
pengaruh penting terhadap kejiwaan manusia khususnya remaja karena
apabila seseorang rajin melakukan sholat dan selalu berpegang teguh pada
setiap hal kebaikan pasti akan memberikan sikap yang baik pula, misalnya;
rasa puas, merasa dicintai, merasa aman, merasa bahagia dan perasaan
57
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Muhaimin, (Depok:Al-Huda, 2015)
58 Hambali, Hasil wawancara, Desa Barakkae.10 Februari 2019
-
positif lainnya sehingga secara tidak langsung akan menjauhkan remaja pada
kegiatan yang kurang baik atau perbuatan buruk.
Tidak dapat dipungkiri bahwa, kemajuan teknologi saat ini berdampak
secara langsung terhadap kemudahan dari berbagai unsur kehidupan,
namun sebaliknya ternyata teknologi juga dapat berpengaruh buruk bagi
remaja, hal ini akan terjadi ketika remaja tidak dapat menggunakan teknologi
tersebut secara baik. karena terlalu asyik bermain internet (jejaring sosial)
misalnya, mereka sampai lupa beribadah dan lupa pekerjaan pekerjaan lain
yang lebih banyak manfaatnya, hal ini dapat diamati dari hasil wawancara
beberapa remaja di Desa Barakkae sebagai berikut :
Berdasarkan wawancara penulis dengan Asir Yusran mengatakan
bahwa:
”Menggunakan media sosial sedikit mempengaruhi perilaku keagamaan saya, khususnya kedisiplinan melakukan ibadah shalat. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya ketika saya menggunakan media sosial meskipun tidak meninggalkan shalat tapi sering menunda-nunda shalat. Meskipun tidak selalu tapi bisa dikatakan sering.59
Hal serupa juga dikemukakan oleh Amalia Ramadhani :
“Menggunakan media sosial membuat saya sering menunda-nunda pelaksanaan ibadah. Ia mengaku sering telat shalat. Bahkan, ketika malam hari ketika saya asyik bermain gadged dan chattingan di media sosial terkadang sampai tertidur dan baru shalat menjelang waktu subuh.60
Berdasarkan hasil wawancara langsung yang penulis lakukan
tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi media sosial (jejaring sosial)
yang menjadi salah kesibukan remaja saat ini, memiliki pengaruh buruk
terhadap tingkat kedisiplinan dalam hal beribadah khususnya ibadah sholat,
walaupun tidak sepenuhnya namun cukup berdampak terhadapt tradisi
keberagaman yang diwariskan oleh para pemuka agama/tokoh-tokoh agama
59
Asir Yusran, Hasil wawancara, Desa Barakkae.14 Februari 2019
60 Amalia Ramadhani, Hasil wawancara, Desa Barakkae.14 Februari 2019
-
pendahulu kita, yang mestinya Ibadah mahdah tak ada tawar menawar untuk
memenuhinya. Karena media sosial ini telah merebah di segala umur
terkhusus pada kaum remaja yang rentang dengan pengaruh-pengaruh
buruk, maka seyogyanya perlakuan terhadap media sosial ini perlu
dikendalikan dengan perhitungan positif, diantaranya;
1. Remaja perlu melakukan aktivitas lain selain menggunakan media
sosial, misalnya; olahraga, membaca buku, membantu orang tua dan
aktivitas positif lainnya.
2. Remaja membuat komitmen dalam dirinya bahwa ibadah lebih penting
daripada bermain gedget.
2. Cara berpenampilan
Pakaian bisa terlihat bagaimana kesadaran remaja beragama, karena
pakaian adalah hiasan yang paling baik untuk pakaian orang beriman.61
Walaupun media sosial menjajakan berbagai macam fashion namun
remaja Desa Barakkae memiliki pandangan lain mengenai hal tersebut, hal
ini bisa dilihat dari paparan hasil wawancara penulis sebagai berikut:
Salah satu remaja yang bernama Mas’ud, mengatakan bahwa:
“Saya tidak terpengaruh oleh media sosial dalam hal penampilan dibandingkan dengan teman-teman, saya tidak suka mengikuti perkembangan fashion yang ada, dan juga merasa cara berpenampilanku ini tidak melanggar aturan agama”.62
Selain Mas’ud, Amalia Ramadhani juga mengatakan bahwa:
61
Imam Ja’far Ash-Shadiq, Lentera Ilahi, (Bandung:Mizan,1997) h.37
62 Mas’ud, Hasil wawancara, Desa Barakkae. 14 Februari 2019
-
“Saya juga tidak mengikuti tren fashion di media sosial. cara berpenampilan saya juga biasa saja di banding dengan perempuan lainnya. saya cenderung tidak peduli bahkan bisa dibilang apa adanya. Meskipun jarang memakai rok tapi saya tidak pernah memakai celana jeans, saya lebih suka memakai celana kain yang longgar dengan kemeja yang panjang dan juga jilbab yang tebal seperti rabbani”.63
Berdasarkankan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
konten yang dijajakan oleh media sosial dengan berbagai macam gaya dan
tren ternyata tidak berpengaruh terhadap cara berpakaian remaja di Desa
Barakkae, apalagi gaya dan tren masa kini, hal ini terjadi karena beberapa
faktor :
1. Wilayah Desa Barakkae dan termasuk wilayah yang cukup jauh dari
perkotaan sehingga cara berpenampilan merekapun tidak terlalu
mengikuti tren fasion yang ada.
2. Masyarakat Desa Barakkae termasuk masyarakat menengah kebawah
sehingga untuk mengikuti tren atau gaya masa kini harus berfikir
panjang dengan dana yang mereka pun