dampak kentut

11
DAMPAK FRUKTUASI SUHU BAGI EKOSISTEM PERAIRAN (Remedial Pretest “Suhu” Oceanografi) Oleh Helpo Prayor 1414111030 LABORATORIUM PERIKANAN

Upload: helpoprayor

Post on 26-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

nmn

TRANSCRIPT

DAMPAK FRUKTUASI SUHU BAGI EKOSISTEM PERAIRAN

DAMPAK FRUKTUASI SUHU BAGI EKOSISTEM PERAIRAN(Remedial Pretest Suhu Oceanografi)

Oleh

Helpo Prayor1414111030

LABORATORIUM PERIKANANJURUSAN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG20151. PENGERTIAN SUHU

Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di Samudera, suhu bervariasi secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85C.Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.

Beberapa ahli mengemukakan tentang suhu :(Nontji, 2002) menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap kehidupan ikan khususnya dan sumber daya hayati laut pada umumnya.

(Wibisono, 2004) hampir semua populasi ikan yang hidup di laut mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya, maka dengan mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat menduga keberadaan kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan perikanan.

(Nybakken, 1988) mengatakan sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.

Sesuai apa yg dikatakan (Nybakken, 1988) bahwa Sebagian besar organisme laut bersifat poikilotermik (suhu tubuh sangat dipengaruhi suhu massa air sekitarnya), oleh karenanya pola penyebaran organisme laut sangat mengikuti perbedaan suhu laut secara geografik. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan maka dapat dibedakan menjadi 4 zona biogeografik utama yaitu:

Kutub Tropic Beriklim Sedang Panas dan Beriklim Sedang Dingin.Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim. Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20-30C. Perubahan suhu di bawah 20C atau di atas 30C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Nyabakken, 1998).Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi. Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa ikan yang mampu hidup suhu yang sangat ekstrim. Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan yang hidup pada suhu optimum 20-30C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan beberapa ikan pelagis pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi. Faktor oseanografis yang dominan adalah suhu perairan. Hal ini dsebabkan karena pada umumnya setiap spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan, memijah dan aktivitas lainnya. Seperti misalnya di daerah barat Sumatera, musim ikan cakalang di Perairan Siberut puncaknya pada musim timur dimana SPL 24-26C, Perairan Sipora 25-27C, Perairan Pagai Selatan 21-23C (Hutabarat, 1985).

2. PENGARUH SUHU AIR PADA MAKHLUK HIDUP

Suhu pada air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1 C, setiap satuan volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Pada perairan dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi suhu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain: Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air. Angin, sebagai penggerak permindahan massa air. Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau) terdapat lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik kepermukaan perairan.Selain itu suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut didalam air. Jika suhu tinggi, air akan lebih lekas jenuh dengan oksigen dibanding dengan suhunya rendah. Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya.

3. PENGARUH SUHU TERHADAP IKAN

Menurut Laevastu dan Hela (1970) pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan kekuatan keturunan dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut.

4. DAMPAK SUHU TERHADAP IKAN

Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap proses penetasan telur dan perkembangan telur. Rentang toleransi serta suhu optimum tempat pemeliharaan ikan berbeda untuk setiap jenis/spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda. Suhu memberikan dampak sebagai berikut terhadap ikan :a)Suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan peningkatan suhub)Peningkatan aktivitas metabolisme ikanc)Penurunan gas (oksigen) terlarutd)Efek pada proses reproduksi ikane)Suhu ekstrim bisa menyebabkan kematian ikan. (Levinton, 1992).

5. FRUKTUASI SUHU PERAIRAN

fluktuasi suhu perairan sangat dipengaruhi oleh kedalaman suatu perairan. semakin dlam suatu perairan berarti semakin rendah suhunya. massa air terberat dicapai pada suhu 4 derajad celcius. sehingga bila suhu air lebih dari itu biasanya massa air akan lebih ringan contohnya air akan menjadi es dan akan mengapung keatas perairan (Anonim, 2013).Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain sebagai berikut. Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air. Angin, sebagai penggerak permindahan massa air. Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau) terdapat lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik kepermukaan perairan (Anonim, 2013).

Suhu adalah salah satu faktor abiotik yang sangat menentukan kelangsungan hidup organisme perairan. Kematian massal organisme biasanya terjadi bila suhu air lebih tinggi dari ambang batas atas (upper lethal limit) atau lebih rendah dari ambang batas bawah (lower lethal limit). Kenaikan suhu air disebabkan masuknya limbah air panas yang berasal dari Pembangkit listrik. Penurunan suhu air juga merugikan bagi organisme. Bila terjadi penurunan suhu air maka organisme berusaha melindungi diri dengan cara mensintesa senyawa glikoprotein. Senyawa ini dapat mencegah pembekuan larutan yang terdapat dalam tubuhnya. Namun penurunan suhu air laut yang terlalu rendah akan mengakibatkan kematian organisme air, seperti yang sudah pernah terjadi (Anonim, 2011).Daya tahan organisme terhadap perubahan suhu air tergantung pada besarnya perubahan suhu, jenis biota dan lama pemaparan. Hasil penelitian Brett di laboratorium menunjukkan ikan salmon, Onchorhynchus tshawytscha dan O.kisutch lebih tahan terhadap perubahan suhu air dibanding tiga jenis lainnya yaitu O.gorbuscha, O.keta dan O.nerka. Penelitian Mithurski dan Kennedy (dalam Levin-ton 1982) terhadap 6 jenis crustasea juga menunjukkan hasil yang sama. Brett menyatakan ikan salmon, O. tshawytscha dapat hidup selama 640 menit dalam air yang bersuhu 25C, sedangkan dalam suhu 26C ikan tersebut hanya dapat hidup selama 90 menit. Disamping tingkat suhu, jenis organisme dan lama pemaparan, letak lokasi perairan tropik atau subtropik juga turut mempengaruhi daya tahan biota terhadap perubahan suhu air. Peneliti pertama yang membuktikan bahwa biota yang hidup di perairan tropik lebih rentan terhadap perubahan suhu air dibandingkan dengan biota yang hidup di perairan subtropik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa titik kematian algae di Puerto Rico adalah 32 35C, suhu ini hanya 4 6C.Penyebab kematian biota perairan akibat pengaruh suhu, menurut (Levinton, 1992) masih sulit dipastikan. la memperkirakan ada dua penyebabnya yaitu kekurangan oksigen sehingga organisme sukar bernafas atau terjadinya penggumpalan protein, sehingga enzim-enzim dalam tubuh organisme tidak dapat berfungsi.

6. KISARAN SUHU OPTIMAL DI PERAIRAN

Kisaransuhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar antara 25 C 32 C. Kisaran suhu tersebut biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan budi daya ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan 10 C suhu perairan mengakibatkan meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 23 kali lipat, sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme akuatik itu berkurang. Suhu air yang ideal bagi organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu 58 yang mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5 C). Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu (Anonim, 2011).

Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 32 C menjadi 28 C). Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari 28 C menjadi 21 C). Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah di mana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil relatif konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi karena masuknya panas dari cahaya matahari ke dalam kolom air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari 2 meter biasanya terjadi stratifikasi suhu yang tidak stabil. Oleh karena itu, bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan budi daya ikan kedalaman air tidak boleh lebih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah stratifikasi suhu pada wadah budi daya ikan diperlukan suatu alat bantu dengan menggunakan aerator/blower/ kincir air (Anonim, 2011).DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Pengaruh Suhu Air Pada Mahluk Hidup. http://www.sentra- edukasi.com/2011/06/pengaruh-suhu-air-pada-mahluk-hidup_09.html. Diakses tanggal 9 Mei 2015 pukul 13:14

Anonim. 2011. Suhu air laut. https://astekita.wordpress.com/2011/10/suhu-air- laut.hmtl. Diakses tanggal 9 Mei 2015 pukul 13:22

Anonim. 2011. Dampak fruktuasi suhu perairan. https://www.academia.edu/2011/11/dampak-fruktuasi-suhu-perairan.html. Diakses tanggal 9 Mei 2015 pukul 13:45

Anonim. 2013. Pengaruh suhu pada ikan. http://theotherstorysofme.blogspot.com/2013/09/pengaruh-suhu-pada- ikan.html. Diakses tanggal 9 Mei 2015 pukul 14:11

Anonim. 2013. Bab I Pengaruh Suhu Salinitas Arus. http://alirohman11.blogspot.com/2013/03/bab-i-pengaruh-suhu-salinitas- arus.html.. Diakses tanggal 9 Mei 2015 pukul 14:17

Hutabarat, S dan Evans, M. 1985. Pengantar Oseanografi. VC Press. Jakarta.

Laevastu, hela. 1970. Fundamentals of Ecology. W. B. Saunder Company.

Levinton. 1992. An Introduction to The Biology of Marine Life. 7 th. ed. McGraw-Hill. New York.

Nontji,Anugerah.2002.Laut Nusantara. Jakarata. Djambatan

Nybakken, JW. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta. PT. Gramedia.

Tucker, hargreaves. 2004. Water Quality in Warmwater Fish Pound FourthPrinting. Auburn University Agricultural Experiment Station. Alabama.

Wibisono, M.S. 2004. Pengantar Ilmu Kelautan Edisi 2. UI Press. Jakarta.