dampak covid-19 terhadap pelayanan publik (studi kasus
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
27
DAMPAK COVID-19 TERHADAP PELAYANAN PUBLIK (Studi Kasus pada Pelayanan Keluarga Berencana di DKI Jakarta)
Tjahyo Rawinarno, Suhud Alynudin, Najwa Shafira
Prodi Administrasi Negara/Niaga, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
Corresponden Author Email: [email protected]
Abstrak
Latar belakang dari penelitian ini adalah berawal dari menyebarnya pandemi Covid-19 ke Indonesia, khususnya DKI Jakarta. Hal ini menyebabkan pengalihan pelayanan kesehatan. Selain itu, terjadinya kenaikan angka kehamilan pada usia subur. Teori yang peneliti gunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini yaitu teori Green terkait pemilihan kontrasepsi dan kualitas pelayanan dari Dwiyanto (2014), yang menjelaskan terkait kualitas pelayanan yang bagus dapat diperoleh apabila kita berfokus pada salah satu dimensinya, yakni fasilitas. Sedangkan untuk metode penelitian peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan data yang dilakukan yakni melalui studi kepustakaan literatur, seperti sumber website lembaga resmi pemerintah maupun sumber lainnya yang relevan. Hasilnya diketahui bahwa berdasarkan faktor pendorong, yaitu riwayat pendidikan berada pada jenjang yang cukup tinggi, serta tersedianya sarana yang sesuai protokol kesehatan, demi menjaga keberlangsungan pelayanan. Oleh karena itu, perlu adanya edukasi disertai regulasi inovasi yang sesuai kebutuhan masyarakat menjadi prioritas utama. Kata Kunci: Pelayanan Publik, Program Keluarga Berencana, Pandemi Covid-19.
Abstract Background of this research is since when pandemic Covid-19 spread to Indonesia, especially DKI Jakarta. It is caused diversion of health service. Besides, improvement of pregnancy number at fertility age. Theories that be used as guidance are according Green about choice the contraception and service quality dimensions from Dwiyanto (2014), which is for excellent quality services we need focus at one of them: facility. Research methode that used is descriptive qualitative. Approaching by literature study from government and other resources that relevant. Based on reinforcing factor, an education placed on fit position, and application of health protocol to ensure the service. Therefore, need of counseling followed innovative rules be on top priority. Keywords: Public Service, Family Planning Program, Pandemic Covid-19.
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
28
I. PENDAHULUAN
Pada dasarnya setiap manusia
membutuhkan pelayanan, bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan
tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan
manusia (Sinambela, 2010). Pelayanan
sebagai pemenuhan kebutuhan manusia
tersebut, tentu membutuhkan pihak lain
dalam penyediaan akan kebutuhan yang
mana terdapat kebutuhan yang sifatnya
umum namun tidak dapat mereka penuhi.
Sehingga, dibutuhkan suatu organisasi
sebagai wadah yang dapat menaungi
kebutuhan ini. Dengan demikian, pelayanan
pada hakikatnya adalah serangkaian
kegiatan dalam proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain.
Kebutuhan memiliki keturunan atau
mencetak generasi menjadi salah satu
kebutuhan biologis maupun sosial, mulai
dari individu hingga persoalan negara.
Sehingga, perlu keterpaduan peran
masyarakat dan pemerintah dalam
mempersiapkan penerus bangsa yang lebih
baik. Oleh karena itu, perencanaan keluarga
menjadi penting untuk dipahami secara
holistik (menyeluruh). Hal ini disebabkan
pelayanan dalam kebutuhan bereproduksi,
senantiasa diperlukan demi terciptanya
Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
Sejalan dengan perkembangan
pelayanan publik di Indonesia, yakni
mengalami pasang surut reformasi ataupun
tindakan penyusunan kembali, dilakukan
sebagai perbaikan dari pelayanan yang
disebabkan oleh jalur komunikasi perintah
yang terkesan satu arah (dari atas ke bawah/
top-down). Penyelenggaraaan pelayanan
seperti itu menimbulkan krisis kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah (Sampara,
1999). Sehingga, pelayanan di Indonesia
harus dipersiapkan dalam menghadapi
perubahan lingkungan yang cepat
(Dwiyanto, 2012: 5).
Sebagaimana yang terjadi saat ini,
masuk pertama kali di DKI Jakarta pada
Maret 2020, pandemi Coronavirus Disesase
2019 atau Covid-19 yang merupakan
penyakit peradangan paru yang disebabkan
oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Memiliki gejala
klinis yang beragam, mulai dari demam
(suhu >380C), flu (batuk, pilek, nyeri
tenggorokan, nyeri otot, nyeri kepala),
kesulitan bernafas (sesak memberat),
fatique, myalgia, gejala gastrointestinal
(diare) sampai berkomplikasi berat
(pneumonia atau sepsis). Selain itu, penyakit
komorbid dan bawaan dapat menjadi
perburukan gejala seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain.
Cara penularannya melalui kontak
dengan percikan (droplet) saluran nafas
orang yang terinfeksi (keluar melalui batuk
dan bersin) dan juga jika menyentuh
permukaan yang terkontaminasi virus ini lalu
menyentuh wajah (mata, hidung, mulut).
Pencegahan penyebaran virus perlu
penerapan pola hidup bersih dan sehat,
tersedianya tempat Cuci Tangan Pakai Sabun
(CPTS) 6 langkah yang benar dengan air
mengalir minimal 20 detik, menutupi mulut
serta hidung ketika bersin dan batuk,
meludah menggunakan tisu serta bungkus
tisu bekas pakai kedalam kantung plastik
sebelum dibuang di tempat sampah,
membersihkan permukaan benda yang
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
29
sering disentuh dengan disinfektan dan
sebagainya.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan
untuk mencegah penularan lebih jauh
dengan mendukung langkah-langkah praktis
untuk mengendalikan penyakit ini. Seperti
kebijakan pemberlakuan Lockdown
(Karantina Wilayah) dan Physical Distancing
(Pembatasan Fisik) dengan memperhatikan
jaga jarak antar individu minimal 1 meter.
Hindari pertemuan sosial lebih dari 10 orang,
yang menyebabkan masyarakat tidak dapat
berinteraksi secara langsung satu sama lain.
Hal ini untuk menghindari terjadinya
kerumunan banyak orang agar resiko
penularan virus ini dapat ditekan.
Pembatasan interaksi tersebut
menyebabkan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya tidak dapat mempertahankan
cara konvensional (bertatap muka). Dengan
demikian penularan virus ini menimbulkan
beberapa dampak terhadap aksesibilitas
pelayanan publik, tidak terkecuali pelayanan
kesehatan masyarakat, khususnya bagi
program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana
(Bangga Kencana), antara lain:
- Penurunan peserta KB. - Penurunan aktivitas dalam kelompok
kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), ekonomi produktif dengan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) beranggotakan keluarga yang saling beinteraksi melalui Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M).
- Penurunan mekanisme operasional (Mekop) di lini lapangan termasuk
Kampung KB, yang pada kondisi normal merupakan kontak penuh atau person to person.
Sebenanrnya, aktivitas mengenai
Kesehatan Reproduksi, menempati posisi
ketiga terbanyak se-nasional setelah area
kegiatan Air, Sanitasi dan Hygiene dan
Kesehatan - Respon Covid-19. Hal ini
menunjukkan bahwa perhatian kepada
program KB menjadi fokus utama
pemerintah. Walaupun per 7 Agustus 2020
terjadinya keterbatasan Alat Pelindung Diri
(APD) untuk tenaga bidan, yang mana
sedang dalam tahap pemerataan.
Meskipun begitu, Aparatur Sipil
Negara (ASN) bersama penyelenggara
pelayanan publik dituntut harus adaptif
dalam menanggapi perubahan kerja baik
manual maupun digital, sehingga
pemerintah tetap mampu memfasilitasi
kesejahteraan masyarakat yang
berkelanjutan dalam segala kondisi.
Sebagaimana yang tertulis pada Surat
Edaran Gubernur Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 2/SE/2020 tentang
Penyesuaian Sistem Kerja Pegawai dalam
Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19
Tanggal 16 Maret 2020 di Lingkungan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Berbagai
tantangan pelaksanaan birokrasi bukanlah
hal mudah untuk segera diatasi. Konteks
kedinamisan dalam pemerintah (dynamic
governance) menjadi keniscayaan dalam
menghadapi hambatan di tengah pandemi
ini.
Salah satunya adalah peraihan
Pemerintah DKI Jakarta dalam Penghargaan
Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan
Keluarga Berencana Sejuta Akseptor Terbaik
I dari Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) pada
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
30
peringatan Hari Keluarga Nasional XXVII
Tahun 2020, dengan realisasi pelaksanaan
melalui sistem informasi secara online
mencapai 30.467 atau 143,76%. Selain itu,
menurut Kepala Dinas Pemberdayaan,
Perlindungan Anak dan Pengendalian
Penduduk (DPPAPP) DKI Jakarta, Tuty
Kusumawati, pelayanan KB di DKI Jakarta
sudah melibatkan 281 fasilitas kesehatan
(faskes) yang teregister, seperti puskesmas
dan rumah sakit, 450 Praktik Mandiri Bidan
(PMB) dan 2.971 kader, terdiri dari
Pembantu Pembina Keluarga Berencana
Desa (PPKBD), PPKB-RW, dan Dasawisma,
yang berperan sebagai pengawas dan
pembina dalam hal distribusi alat dan obat
kontrasepsi (alokon).
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Provinsi DKI
Jakarta Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur
2019 2018
0-4 888.844 905.941
5-9 940.893 927.365
10-14 785.054 765.642
15-19 720.094 710.184
20-24 756.189 784.252
25-29 929.123 965.850
30-34 1.023.219 1.032.201
35-39 983.591 971.281
40-44 861.840 841.960
45-49 730.336 712.011
50-54 610.235 590.947
55-59 485.560 466.794
60-64 359.213 340.245
65+ 483.619 452.956
Jumlah 10.557.810 10.467.629 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020
Berdasarkan tabel, penambahan
jumlah penduduk DKI Jakarta selama 1
tahun, yakni interval terbesar ditempati oleh
umur 40-44 (angka kenaikan 19.880), yang
merupakan kelompok masa subur.
Sedangkan, data yang dikeluarkan oleh
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
menurut persebaran wilayah penduduk DKI
Jakarta selama 3 bulan pertama dan kedua
(April sampai September) selama Covid-19,
telah dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 1.2 Jumlah Penerbitan Akta
Kelahiran Tahun 2020
Kota/Kab. Triwulan 2
Triwulan 3
Jakarta Barat 26.266 41.437
Jakarta Pusat 25.054 38.610
Jakarta Selatan 25.929 40.626
Jakarta Timur 27.950 43.836
Jakarta Utara 25.835 40.154
Kab.Adm. Kep.Seribu
22.404 34.955
Sumber: data.jakarta.go.id
Jumlah terbanyak dengan angka
kenaikan kelahiran terbesar (15.886) yakni di
Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan
Duren Sawit, Jakarta Timur, dengan jumlah
laki-laki dari 425 menjadi 490, sedangkan
untuk perempuan dari 381 menjadi 475 akta
yang diterbitkan. Menurut kedua tabel
tersebut, terjadi kolerasi antara kenaikan
usia subur dengan meningkatnya jumlah
kelahiran baru selama Covid-19, yang
ditandai dengan bertambahnya permintaan
pelayanan penerbitan akta kelahiran, hal ini
mengindikasikan terjadinya penurunan
dalam kepesertaan program KB.
Usia merupakan faktor demografi yang
mencerminkan karakteristik dari seseorang
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
31
yang cenderung akan berpengaruh pada
pengambilan kaputusan, dapat
mempengaruhi cara pandang seseorang
dalam menghadapi berbagai hal, termasuk
pengambilan keputusan (decision) hingga
tahap konfirmasi (confirmation) dalam
pemilihan kontrasepsi. Semakin lanjut
umurnya, maka
semakin bertanggung jawab, tertib,
bermoral, dan lebih berbakti.
Sebenarnya, beberapa kebijakan telah
diberlakukan oleh BKKBN (Pusat & Provinsi),
maupun DPPAPP DKI Jakarta yang
berkoordinasi dengan Organisai Perangkat
Daerah (OPD) dan Kabupaten/Kota dalam
melakukan pembinaan kesertaan ber-KB dan
pencegahan putus pakai (discontinuation).
Selain itu, Penyuluh KB (PKB)/Petugas
Lapangan KB (PLKB) bekerjasama dengan
Kader Institusi Masyarakat melakukan
analisis untuk mengetahui jumlah dan
persebaran Pasangan Usia Subur (PUS)
termasuk Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) serta Konseling. Berikut informasi yang
harus diketahui sebelum memilih alat
kontrasepsi, yakni terkait tujuan dari
penggunaan alat kontrasepsi, jenis-jenis alat
kontrasepsi, ciri alat kontrasepsi, keluhan
setelah menggunakan alat kontrasepsi serta
cara menanganinya, kontraindikasi alat
kontrasepsi, keuntungan dan kerugian alat
kontrasepsi dan kembalinya masa subur
(Yusita, et al, 2020). Selain itu, untuk
mengurangi dampak penyebaran lebih luas,
perlu juga diberikan edukasi terkait
penerapan protokol kesehatan (prokes)
dalam pelayanan, salah satunya terkait
momen kapan harus dilakukan cuci tangan,
seperti menyentuh lingkungan sekitar.
Selain itu, pada 18 Desember 2020
Pemerintah DKI Jakarta meraih penghargaan
Innovative Government Award dilansir oleh
www.bappeda.jakarta.go.id dalam kategori
provinsi Terinovatif yang diselenggarakan
oleh Kementerian Dalam Negeri RI
(Kemendagri) melalui Badan Penelitian dan
Pengembangan (BPP atau Badan Litbang).
Proses penilaian dilakukan secara obyektif,
dengan melibatkan Tim Penilai dari berbagai
instansi, akademisi, dan pakar Inovasi
Daerah. Pengukuran penilaian ini dilakukan
melalui Pengukuran Indeks Inovasi Daerah
(IID) yang terdiri dari 2 aspek, 7 variabel dan
35 indikator.
Adapun 35 indikator tersebut
diantaranya adalah visi-misi kepala daerah,
jumlah inovasi daerah, regulasi inovasi
daerah, tingkat partisipasi stakeholders,
kecepatan inovasi, kemanfaatan inovasi dan
tingkat kepuasan pengguna inovasi.
Sedangkan aspek penilaian, mengacu pada 5
kriteria, yaitu kebaruan, manfaat bagi
daerah dan/atau masyarakat, urusan
pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangannya, replikasi dan aplikatif.
Melalui penilaian IGA ini, diharapkan dapat
mendorong dan memotivasi pemerintah
daerah untuk terus melakukan inovasi
dibidang peningkatan pelayanan publik, tata
kelola pemerintahan, pembangunan di
daerah, serta penyemangat bagi jajaran
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk
meningkatkan kinerja melalui kolaborasi
yang lebih luas.
Tujuan pelayanan kesehatan adalah
tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang memuaskan derajat kebutuhan
masyarakat (costumer satisfication), melalui
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
32
pelayanan yang efektif oleh pemberi
pelayanan yang juga akan memberikan
kepuasan dalam harapan dan kebutuhan
pemberi pelayanan (provider satisfication),
dalam institusi pelayanan yang
diselenggarakan secara efisien (institutional
satisfication). Interaksi ketiga pilar utama
pelayanan kesehatan yang serasi, selaras
dan seimbang merupakan paduan dari
kepuasan tiga pihak dan ini merupakan
pelayanan kesehatan yang memuaskan atau
satisfactory health care (Setiasih, 2016).
Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana
penyelenggaraan pelayanan publik terkait
kesehatan, yakni program KB selama Covid-
19 di DKI Jakarta.
II. METODE PENELITIAN
Metode penelitan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif, dengan studi kepustakaan (library
research) yaitu penelitian melalui metode
pengumpulan data pustaka dan mencatat
serta mengolah bahan penelitian. Tahapan
yang dilakukan dalam penelitian adalah
melalui penelusuran, serta membaca
berbagai temuan terkait pelayanan KB di DKI
Jakarta selama covid-19.
Setiap pembahasan hasil penelitian,
artikel, maupun berita yang didapatkan
dalam literatur, dan sumber website
lembaga resmi pemerintah, serta sumber
lainnya yang relevan dengan studi ini, dikaji
serta dituangkan dalam bentuk narasi.
Selanjutnya, memadukan segala temuan,
baik teori, model maupun konsep
perubahan terkait pelayanan publik melalui
berbagai bacaan, baik dari sisi kelebihan,
kekurangan, maupun keterkaitan tentang
tulisan yang dibahas. Tahapan terakhir
adalah memberikan ulasan dengan
mengelaborasi model maupun pendekatan
yang berbeda dari temuan dalam artikel
sebelumnya.
III. PENELITIAN TERKAIT
Terdapat beberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian ini, maka
dicantumkan penelitian terdahulu sebagai
bahan referensi. Penelitian yang dilakukan
oleh Sanjaya (2020), dalam jurnal dengan
judul “Kebijakan Penganggaran Daerah
dimasa Pandemi Covid-19 (Study Kasus pada
Pemerintah Daerah Provinsi Banten)”
penelitian tersebut dilatar belakangi oleh
melemahnya perekonomian selama Covid-
19.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui
bagaimana skema pengaturan kebijakan
penganggaran daerah. Penelitian tersebut
menggunakan teori Bussiness Cycle dari
Mankiw (2017). Perbedaan penelitian
terletak dari sisi fokus, yakni refocusing dan
realokasi anggaran. Sedangkan, penelitian
ini berfokus pada program pelayanan KB.
Adapun persamaan penelitian adalah pada
keterangan waktu terjadinya penelitian,
yaitu masa pandemi Covid-19.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keluarga Berencana (KB) menurut
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
33
ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
BKKBN merupakan lembaga yang
mewadahi program Bangga Kencana,
sebagai upaya mewujudkan keluarga
berkualitas yang hidup dalam lingkungan
yang sehat, melalui berbagai kelompok
kegiatan di masyarakat. Program ini
berfokus pada data setiap keluarga.
Sehingga, permasalahan pada setiap
keluarga dalam mendiagnosis suatu
permasalahan, menjadi dasar dalam upaya
penyelesaian masalah (treatment) yang
berfokus pada keluarga, karena sebenarnya
permasalahan pada kependudukan di
Indoensia adalah bersumber dari setiap unit
keluarga.
Rencana Straegis Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
selama Covid-19
BKKBN memiliki Rencana Strategis
(Renstra) yang tidak terpisahkan dari sistem
perencanaan pembangunan nasional.
Sehingga, Renstra BKKBN ini disusun dengan
mengacu pada RPJMN 2020-2024 yang telah
ditetapkan pemerintah, sebagai upaya untuk
memberikan kontribusi secara langsung dan
dapat terukur. Salah satu acuan yang paling
mendasar dalam penyusunan Renstra ini
adalah “Prioritas Nasional (PN) untuk
meningkatkan SDM Berkualitas dan Berdaya
Saing”, salah satunya dengan Kegiatan
Prioritas (KP) Peningkatan Kesehatan Ibu
Anak, KB dan Kesehatan Reproduksi.
Selain itu, tertera dalam lampiran Peraturan
BKKBN Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2020 tentang Rencana Strategis Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Tahun 2020-2024, salah satu isu
terkait pemenuhan pelayanan dasar,
mengenai pengguna kontrasepsi sejak
Tahun 2016 mengalami fluktuasi
dikarenakan khawatiran terhadap efek
samping, seperti siklus menstruasi, berat
badan, dan kesehatan. Selanjutnya, tinggal
bagaimana pemerintah mampu meyakinkan
masyarakat dengan memberi pemahaman
terkait pentingnya perencanaan atau
penyiapan kehidupan berkeluarga.
Elemen kualitas pelayanan KB tertumpu
pada perspektif klien (peserta KB) yang
berdampak pada kelangsungan kepesertaan
meliputi pilihan metode, informasi,
kemampuan teknis petugas, hubungan
petugas-klien, ketersediaan pelayanan
lanjutan, dan ketepatan konstelasi
pelayanan (Witono, dkk, 2020). Selain itu,
prinsip penyelenggaraan pelayanan KB pada
masa Covid-19 saat pra pelayanan yakni
melakukan pemberian informasi yang detail
dengan Strategi Konseling Berimbang KB
(SKB KB). Konseling dapat dilakukan melalui
telepon/ semua alternatif komunikasi dan
melakukan penapisan kondisi kesehatan
klien sesuai diagram lingkar kriteria
kelayakan medik, dengan memperhatikan
kerahasiaan informasi dari klien, serta
apabila merekam proses selama konseling
harus dengan se-izin dari klien. Begitu pula
pada masa setelah pelayanan, kecuali ada
keluhan maka klien dapat datang ke tempat
pelayanan KB dengan membuat janji terlebih
dahulu.
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
34
Pelayanan Program Keluarga Berencana
(KB) Selama Covid-19 di DKI Jakarta
Pelaksanaan program Keluarga
Berencana dinyatakan dengan pemakaian
alat atau cara KB saat ini. Pemakaian alat KB
modern yang dinyatakan dengan
Contraceptive Prevalence Rate (CPR).
Pemakaian alat kontrasepsi dapat dilakukan
dengan dua metode yaitu Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), terdiri
dari Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)/Intra Uterine Devices (IUD), Implan,
Medis Operasi Wanita (MOW) dan Medis
Operasi Pria (MOP). Selanjutnya, jenis Non-
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-
MKJP), terdiri dari Kondom, Suntik, dan Pil.
Menurut Teori Lawrence Green,
terdapat tiga faktor perilaku (behavior
causes) yang mempengaruhi seseorang
dalam pemilihan kontrasepsi yang
digunakan (Suwardono, 2020). Perilaku
merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
manusia, baik dapat diamati secara langsung
maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Perilaku terdiri dari persepsi (perception),
respon terpimpin (guided respons),
mekanisme (mehanisme), adaptasi
(adaptation).
Hal ini dikenal dengan model PRECEDE
(predisposing, reinforcing, and enabling
cause in educational diagnostic and
evaluating). Sehingga hal ini turut menjadi
pertimbangan penyedia pelayanan dalam
memenuhi kebutuhan pengguna pelayanan,
antara lain:
1. Pendidikan Faktor pendorong (predisposing
factors) merupakan faktor pemudah atau
antesenden (mendahului) yang memiliki arti
dasar terjadinya perilaku individu yang
berfungsi dalam memotivasi perilaku
seseorang (Mitha, 2016), berasal dari
preferensi pribadi yang dibawa seseorang
atau kelompok dalam suatu pengalaman
belajar, seperti usia, jenis kelamin,
kepercayaan, riwayat kesehatan, pekerjaan,
sikap, pengetahuan, pendidikan, dan
persepsi.
Pendidikan adalah sebuah proses
pengubahan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Tingkat pendidikan turut
menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami tentang KB. Salah
satunya dengan pendidikan formal yang
dapat berpengaruh terhadap pengetahuan
(knowledge) atau kognitif adalah domain
penting terhadap pembentukan perilaku
individu (overt behavior).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu,
terjadi setelah melakukan pengindraan
(sebagian besar mata dan telinga) terhadap
suatu objek tertentu, dapat dikatakan juga
bahwa pengetahuan merupakan stimulasi
terhadap tindakan seseorang. Hal tersebut
merepresentasikan bagaimana tingkat
kesadaran PUS dalam keikutsertaan
akseptor (penerima program) KB
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
35
berdasarkan analisa pengetahuan yang
dimiliki.
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas), 2017
Berdasarkan gambar, status
pendidikan penduduk DKI Jakarta yang
ditamatkan Tahun 2017 paling tinggi adalah
pada jenjang SMA/sederajat sebesar
27,42%, SMP/sederajat sebesar 17,84% dan
SD/ sederajat sebesar 16,40%.
Sedangkan, Sikap merupakan reaksi
atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu dalam kehidupan sehari-hari,
merupakan pelaksanaan motif tertentu,
terdiri dari tiga komponen pokok yang
meliputi keyakinan, ide, dan konsep
terhadap suatu objek; evaluasi konsep
terhadap suatu objek; kecenderungan untuk
bertindak (trend to behave). Ketiga
komponen ini secara bersama-sama
membentuk penentuan sikap yang utuh.
2. Sarana Pelayanan Sebagai faktor pemungkin (enabling
factors) adalah faktor lanjutan dari faktor
pendorong, yang mempengaruhi seseorang
untuk bertindak atau tidak, seperti ruangan,
waktu, alat, transportasi, serta ketersediaan
fasilitas kesehatan yang menunjang baik
berupa fisik maupun dalam bentuk online,
sesuai dengan Norma, Standar, Prosedur,
dan Kriteria (NSPK). Dalam hal ini, prosedur
berisi kejelasan informasi mengenai
kesederhanaan jumlah persyaratan
pelayanan yang diperlukan, hal tersebut
dapat mendukung proses pemberian
pelayanan menjadi lebih mudah diakses,
sehingga berlangsung dengan lancar,
keduanya termasuk dimensi pelayanan dari
Dwiyanto (2014).
Penggunaan pelayanan KB yang paling
banyak diminati penduduk DKI Jakarta
selama covid-19 adalah dengan suntikan,
dikarenakan aman, efektif, lebih etis dalam
prosedurnya dan dapat dipakai 6 minggu
setelah persalinan, serta dapat bertahan 8-
12 minggu. Sehingga, menjadi perhatian bagi
pemerintah untuk mempersiapkan
pelayanan ditempat dengan Standar
Operasional Prosedur (standar) Covid-19,
sebagaimana yang tertera pada materi
Penyuluhan Pelayanan KB selama pandemi,
yang mana saat melakukan penyuntikan
pasien, sebaiknya dalam posisi tengkurap
menghadap arah berlawanan posisi bidan.
Sehingga, upaya tersebut dapat saling
menjaga kedua pihak, berikut penjabaran
datanya:
0
20
40
DKI Jakarta
Gambar 4.1 Persentase
Penduduk menurut Pendidikan
Tertinggi
SD SMP SMA
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
36
Tabel 4.1 Jumlah Peserta KB Aktif (PA) per
Mix Kontrasepsi (Desember 2020)
Kabupaten/ Kota
Alasan
Hamil Ingin Anak Segera
Ingin Anak Kemudian
Tidak Ingin Anak
Jakarta Barat 9.381 26.964 16.039 24.322
Jakarta Pusat 5.731 48.398 13.623 12.497
Jakarta Selatan 4.827 38.956 13.295 15.485
Jakarta Timur 10.298 65.926 27.164 26.104
Jakarta Utara 7.870 76.605 23.992 25.402
Kab.Adm. Kep.Seribu
91 928 147 250
Jumlah 38.198 257.777 94.260 104.060
Sumber: kampungkb.bkkbn.go.id
Berbagai cara dapat dilakukan dalam
pelaksanaan program KB, yang mana
sebelumnya dilakukan secara kontak fisik
seperti kegiatan penyuluhan, dengan
perkembangan teknologi terkini, dapat
dilakukan secara dalam jaringan (daring) dan
luar jaringan (luring), misalnya
mengintegrasikan info pelayanan program
KB melalui pesan pada media masa, agar
tetap menjangkau masyarakat selama Covid-
19. Untuk itu, BKKBN memastikan
keberlangsungan penggunaan alokon, salah
satunya mengunjungi pasangan usia subur,
dengan tetap mematuhi protokol kesehatan,
yakni menggunakan Alat Pelindung Diri dan
menggunakan masker.
Selain itu, dalam memberikan
pelayanan yang maksimal bagi warga meski
masa tanggap darurat pandemi, langkah
yang diambil Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil DKI Jakarta (Sudin Dukcapil)
dapat menjadi referensi dalam program KB.
Pelayanan melalui aplikasi WhatsApp (WA)
dinomor masing-masing wilayah
kabupaten/kota, serta warga harus
mengajukan permohonan terlebih dahulu,
apabila terdapat berkas (bukti fisik) yang
perlu di-print out. Sehingga, cepat
tindaklanjuti oleh petugas piket yang berada
ditempat.
Oleh karena itu, menjadi perhatian
pula terkait pelaksanaan prokes seperti
menerapkan triase/skrining terhadap setiap
pengguna layanan, menggunakan kotak
khusus (aerosol) atau sekat pembatas
transparan antara petugas dengan penerima
layanan dan melakukan desinfeksi secara
berkala, serta penyediaan sarana untuk
mencuci tangan (apabila tidak tersedia air,
dapat menggunakan hand sanitizer berbasis
60% ethanol atau 70% isopropanol alkohol),
pengecekan suhu tubuh yang bersangkutan
dengan alat Thermometer Infrared Gun,
serta sirkulasi udara dan sinar matahari
dalam ruangan yang baik.
3. Dukungan Berbagai Pihak Faktor yang memperkuat terjadinya
perilaku (reinforcing factor) dalam hal ini
adalah kerjasama pasangan, keluarga, tokoh
masyarakat, petugas pelayanan dan
lingkungan yaitu seluruh kondisi yang ada di
sekitar manusia dan pengaruhnya dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku
orang atau kelompok. Lingkungan adalah
input kedalam diri seseorang sehingga
sistem adaptif yang melibatkan baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Seseorang
yang hidup dalam lingkungan yang
berpikiran luas (Mu'afiro, 2015).
Dukungan akan menjadi dampak yang
positif baik itu secara mental maupun
kehidupan sosial. Dukungan dapat berupa
bentuk perhatian maupun emosional seperti
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
37
mengingatkan atau memberikan
rekomendasi.
Keterbatasan ruang gerak selama
Covid-19, tetap dilengkapi dengan
menerapkan prokes yang memadai,
sehingga masyarakat dapat dilayani secara
optimal. Namun, hal ini belum mengubah
angka kenaikan jumlah kelahiran baru
selama Covid-19, bukan dikarenakan
penyelenggaraan pelayanan KB, melainkan
disebabkan atas keputusan pribadi pasangan
suami istri (pasutri).
Alasan pasutri tidak menggunakan KB
memasuki 9 bulan Covid-19 di DKI Jakarta
adalah memang keinginan memiliki anak
segera. Sebagaimana yang tercantum pada
tabel berikut:
Tabel 4.2 Jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) DKI Jakarta yang Tidak Pakai KB
(per Desember 2020)
Sumber: kampungkb.bkkbn.go.id
Sebagai tambahan, faktor riwayat KB
sebelumnya juga memiliki hubungan dengan
keputusan menggunakan alat kontrasepsi,
yang mana dikaitkan dengan pengalaman
dalam perubahan perilaku seseorang,
seperti sudah merasa nyaman dan cocok
dengan yang dipakai dan tidak ingin
mencoba atau mengganti metode
kontrasepsi lainnya karena takut
terhadap proses pemasangannya.
Sehingga, diperlukan inovasi solusi
pelayanan KB yang kreatif, khususnya
selama pandemi. Oleh karena itu, akan
dapat tercapainya Generasi Emas Indonesia
yang produktif. Hal ini dapat dilakukan
dengan penerapan model Network Service
yang menuntut adanya proses kolaborasi
atau kemitraan antara pemerintah dan
warga negara (processes of collaboration)
dan kepemimpinan bersama (shared
leadership).
Pelayanan KB dengan Penerapan Sistem E-
government
Peningkatan akses pelayanan dengan
pemanfaatan teknologi, khususnya berbasis
web via internet (web-based internet
application) biasa disebut dengan Electronic
Government.
Karen Layne dan Jungwoo Lee
mengemukakan dalam penelitiannya bahwa
ada empat model pertumbuhan e-
government. Pertama, cataloguing
(katalogisasi) berarti penyediaan dan
pengorganisasian layanan penyediaan
informasi di laman web berupa katalog dan
form yang dapat didownload. Kedua,
transaction (transaksional) berarti
masyarakat dilayani secara online dengan
mengisi form yang akan direspon oleh
sistem, masyarakat dapat berkomunikasi
secara online dalam forum yang disediakan
di web.
Ketiga, vertical integration (integrasi
vertikal lembaga dalam jenjang hirarkis)
berarti sistem terpadu yang diakses melalui
Kabupaten/Kota Alasan
Hamil Ingin Anak
Segera
Ingin Anak
Kemudian
Tidak Ingin Anak
Jakarta Barat 9.381 26.964 16.039 24.322
Jakarta Pusat 5.731 48.398 13.623 12.497
Jakarta Selatan 4.827 38.956 13.295 15.485
Jakarta Timur 10.298 65.926 27.164 26.104
Jakarta Utara 7.870 76.605 23.992 25.402
Kab.Adm. Kep.Seribu 91 928 147 250
Jumlah 38.198 257.777 94.260 104.060
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
38
satu pintu yakni portal pemerintah daerah
(local government) atau lembaga di tingkat
daerah yang berisikan link informasi dan
pelayanan publik dari lembaga
pemerintahan daerah hingga tingkat pusat,
yang sifatnya sejenis (antar lembaga
pemerintah hirarkis yang bergerak dalam
satu bidang yang sama). Keempat, horizontal
integration (integrasi horizontal antar
lembaga dalam satu jajaran). Sistem terpadu
yang diakses melalui satu pintu yang
berisikan link informasi dan pelayanan publik
lembaga pemerintah yang bergerak di
bidang yang berbeda.
Oleh karena itu, diperlukan juga
reformasi birokrasi dalam menunjang
akselerasi keterbukaan digital (digital
friendly) pada pelayanan, khususnya
program KB di DKI Jakarta menjelang pasca
Covid-19.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan Pemenuhan kebutuhan dalam
melanjutkan keturunan masih menjadi
tujuan pasangan suami istri Indonesia pada
masa usia subur masih mengalami kenaikan,
khususnya selama Covid-19 di DKI Jakarta.
Beragam kebijakan program KB dan upaya
antisipasi pun mulai digencarkan. Mulai dari
pemberian pelayanan melalui offline
dengan menerapkan protokol kesehatan
untuk mengurangi terpaparnya Covid-19,
serta penyediaan fasilitas yang mendukung.
Selain itu, tanggapnya Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dalam memberikan alternatif
pengaplikasian pelayanan dengan
pemanfaatan sistem Teknologi, Informasi,
dan Komunikasi (TIK) yang dapat diakses
oleh seluruh pengguna pelayanan KB. Salah
satunya adalah penghargaan yang
didapatkan Pemerintah DKI Jakarta
mengenai pencatatan pelayanan program
KB secara online.
Meningkatnya angka kelahiran baru
yang dianalisa berdasarkan data dan teori
menurut Teori Green (Rosalina, 2019)
disebabkan oleh faktor pendorong yakni
tingkat pendidikan yang berada pada jenjang
cukup tinggi, dan faktor pemungkin yakni
fasilitas Dwiyanto (2014) yang sudah
memadai. Sehingga, tinggal bagaimana
pemerintah dapat memberikan solusi yang
inovasi, sesuai kebutuhan masyarakat.
b. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan
simpulan tersebut, ada beberapa saran yang
dapat direkomendasikan bagi peningkatan
Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di DKI
Jakarta selama Covid-19, yaitu:
1. Edukasi metode kontrasepsi sederhana (alami) yang umum digunakan oleh pasangan suami istri Indonesia, yakni pantang berkala (kalender). Ciri khas dari metode ini adalah harus ada kedisiplinan, kerjasama yang baik antara suami dan istri, serta yang tak kalah penting adalah pemahaman yang baik terhadap siklus haid, sehingga dapat mengatur jarak kehamilan secara ideal.
2. Pendampingan pengguna pelayanan Keluarga Berencana dengan jangkauan Virtual Outreach (VO) melalui dunia maya (internet).
3. Pemanfaatan Alat bantu pengambilan keputusan (APBK) melalui aplikasi Klik KB.
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
39
4. Menyediakan pojok telemedicine (pelayanan kesehatan jarak jauh). Jika memerlukan pemeriksaan fisik maka dokter akan menemui pasien dan melakukan pemeriksaan.
5. Monitoring setelah pelayanan melalui survei kebutuhan peserta pelayanan Keluarga Berencana yang berkesinambungan.
6. Penguatan sinergitas antar pemangku kepentingan yang berwenang perihal Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP), berhubung turut mempertimbangkan angka kematian dan migrasi, seperti Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK).
7. Sinkronisasi fasilitas kesehatan yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan BKKBN.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Creswell, K. D. (2009). Designing Research.
USA: SAGE.
Dwiyanto, A. (2012). Reformasi Birokrasi
Publik di Indonesia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Dwiyanto. (2014). Mewujudkan Good
Governance Melalui Pelayanan
Publik. Yogyakarta: IKAPI.
Ismail, A. (2020). Adaptasi Pendampingan
Kesehatan Di Masa Pandemi
Covid 19 Studi Strategi Virtual
Outreach PKBI Kota Semarang.
Jurnal Abdidas, 163.
Ma'arif, S. (2014). Analisis Indek Kepuasan
Masyarakat Terhadap Pelayanan
IAIN Walisongo. Walisongo: IAIN
Walisongo.Dwiyanto, d. (2003).
Reformasi Tata Pemerintahan dan
Otonomi Daerah. Yogyakarta: PSKK
UGM.
Ismail, A. (2020). Adaptasi Pendampingan
Kesehatan Di Masa Pandemi Covid 19
Studi Strategi Virtual Outreach PKBI
Kota Semarang. Jurnal Abdidas, 163.
Kasmir. (2015). Dasar-dasar Perbankan-
ed.Revisi-2014. Dalam Kasmir, Dasar-
dasar Perbankan-ed.Revisi-2014 (hal.
398). Jakarta: Raajawali Pers.
Mitha, R. (2016). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Penggunaan Alat
Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB di
Desa Humbia Kecamatan Tagulandang
Selatan Kabupaten Sitaro. FKM
Universitas Sam Ratulangi, 6.
Morgan, & Murgatroyd. (1994). Total Quality
Management in The Public Sector: An
International Perspective . Philadelphia:
Open University Press.
Mu'afiro, A. (2015). Faktor Predisposisi Akseptor
KB Non AKDR dalam Memilih Alat
Kontrasepsi. Keperawatan Poltekkes
Kemnkes Surabaya, 118.
Muslimah, S. (2016). Responsibilitas Pelayanan
Publik Pada RSUD Salewangan
Kabupaten Maros. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Panjaitan, J. E. (2016). PENGARUH KUALITAS
PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN
PELANGGAN PADA JNE CABANG
BANDUNG. DeReMa Jurnal Manajemen.
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
40
Rosalina, S. (2019). Gambaran Faktor
Predisposing. Enabling dan Reinforcing
KB Vasektomi. Jurnal Promkes, 121.
S, Y., & Ikhsan. (2006). Standar Pelayanan Publik
di Daerah. Jakarta: LAN.
Sampara, L. (1999). Manajemen Kualitas
Pelayanan. Jakarta: STIA-LAN Press.
Setiasih, S. (2016). Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemilihan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
pada Wanita Pasangan Usia Subur (PUS)
di Kabupaten Kendal Tahun 2013. Jurnal
Promosi Kesehatan, 34.
Sinambela, L. P. (2010). Reformasi Pelayanan
Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Soeprapto, R. (2005). Pengembangan Model
Citizen Charter dalam Meningkatkan
Pelayanan Publik di Indonesia. Delegasi,
123-150.
Sumarningsih, S. (2020). Efektivitas Kelas Online
Masa Pandemi Covid-19 Terhadap
Pengetahuan Program Keluarga
Berencana Pada Kelas Ibu Hamil Desa
Dadirejo, Kecamatan Bagelen. The 2ns
Deminar on Population, Family and
Human Resources, 106.
Trilestari, E. W. (2004). Model Kinerja Pelayanan
Publik dengan Pendekatan System
Thinking and System Dynamics . Depok:
FISIP UI.
Dokumen
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik.
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga.
Peraturan BKKBN Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Badan
Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Tahun 2020-
2024.
Surat Edaran Gubernur Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 2/SE/2020
tentang Penyesuaian Sistem
Kerja Pegawai dalam Upaya
Pencegahan Penyebaran Covid-19.
Skripsi
Muslimah, S. (2016). Responsibilitas
Pelayanan Publik Pada RSUD
Salewangan Kabupaten Maros.
Makassar: Universitas Hasanuddin.
Sumber Lain
jakarta.bps.go.id (diakses 8 Januari 2021)
data.jakarta.go.id (diakses 9 Januari 2021)
corona.jakarta.go.id (diakses 10 Januari
2021)
www.beritajakarta.id (diakses 10 Januari
2021)
kampungkb.bkkbn.go.id (diakses 11 Januari
2021)
jaktimkota.bps.go.id (diakses 12 Januari
2021)
utara.jakarta.go.id (diakses 14 Januari 2021)
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id (diakses
17 Januari 2021)
www.humanitarianresponse.inf
o (diakses 17 Januari 2021)
Jurnal Ilmiah Niagara, Volume 13 Nomor 1 Juni 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
41
Mekanisme Kerja Penyuluh KB dalam
Pembinaan Lini Lapangan
(diakses 17 Januari 2021)
Profil Pendidikan di Provinsi DKI Jakarta 2017
(diakses 17 Januari 2021)