dahsyatnya angiofibroma_ tumor hidung pada remaja _ hoki _ harian online kabarindonesia

4
 Dahsyatnya Angiofibroma: Tumor Hidung pada Remaja Oleh : Dr. Dito Anurogo 04-Jun-2009, 14:16:52 WIB - [  www.kabarindonesia.com] Dahsyatnya Angiofibroma: Tumor Hidung pada Remaja Pengantar  Artikel ilmiah populer berikut ini akan menjelaskan tentang "Mengenali Angiofibroma: Tumor Hidung pada Remaja" yang meliputi: 1. Sinonim 2. Definisi 3. Etiologi 4. Epidemiologi 5. Patofisiologi 6. Manifestasi Klinis, yang me liputi: gejala dan tanda 7. Diagnosis 8. Penemuan Histologis 9. Stadium 10. Penatalaksanaan 11. Diagnosis Banding 12. Komplikasi 13. Prognosis 14. Tahukah Anda? 15. Referensi Sinonim Sebutan lain untuk angiofibroma di dalam literatur antara lain: juvenile angiofibroma, juvenile nasopharyngeal angiofibroma, JNA, nasal cavity tumor, nasal tumor, benign nasal tumor, tumor hidung (nose tumor), n asopharyngeal tumor, angiofibroma nasofaring belia. Di dalam artikel ilmiah ini digunakan istilah JNA. Definisi JNA merupa kan tumor jinak pembuluh darah di nasof aring yang secara histologi s jinak namun secara klinis bersif at ganas karena  berkemampuan merusak tulang dan meluas ke jaringan di sekitarnya, misalnya: ke sinus paranasal, pipi, rongga mata atau tengkorak (cranial vault), sangat mudah berdarah dan su lit dihentikan. JNA merupakan satu di antara tumor jinak rongga hidung (benign nasal cavity tumors) yang sering dialami oleh remaja pria. Penyebab (Etiology) Penyebab pastinya belum dapat ditentukan. Namun teori yang paling dapat diterima adalah bahwa JNA berasal dari sex steroid-stimulated hamarto matous tissue yang terletak di turbinate cartilag e. Pengar uh hormonal yang dikemuk akan ini dapat menjelask an mengapa  beberapa JNA jarang terjadi (ber-involute) setelah masa remaja (puberty). Riset terkini oleh Bretani berhasil membuktikan adanya reseptor estrogen dan progesteron pada JNA, namun kadar gonadotropin di semua pasien normal. Teori lainnya yang diajukan adalah tumor berasal dari embryona l chondrocartilage yang berada di occipital plate. Selain itu, ada juga teori tentang respon desmoplastic dari nasopharyngeal periosteum atau embryonic fibrocartilage antara basiocciput dan  basisphenoid. Teori tentang penyebab dari sel-sel paraganglionik nonkromafin dari cabang terminal arteri maksilaris juga dipostulasikan. Hasil analisis hibridisa si genomik kompar atif dari tumor ini juga berhasil mengung kapkan delesi kromosom 17, termas uk daer ah untuk tumor suppressor gene p53 sama seperti Her-2/neu oncogene. Epidemiologi JNA banyak dia lami terutama remaja put ra beru sia 14- 18 tah un. Jika remaja put ri didi agnosi s JNA, maka sebaikn ya menj ala ni pemeriksaan kromosom atau diagnosis JNA akan terus dipertanyakan. Umumnya JNA terjadi pada dekade kedua kehidupan, tepatnya pada rentang usia 7-19 tahun. JNA jarang terjadi setelah usia 25 tahun. Insiden JNA adalah 1 dari 5000-60.000 kasus THT dan dilaporkan 0,5% dari semua tumor kepala dan leher. Dilaporkan insiden JNA  banyak terjadi di Mesir dan India. Patofisiologi Menurut Mansfield E (2006), asal mula JNA terletak di sepanjang dinding posterior-lateral di atap nasofaring, biasanya di daerah margin superio r foramen sfenopa latin a dan aspek poste rior dari middle turbinate. Histologi janin mengkonf irmasika n luasny a area jaringan endotel di daerah ini. Bukannya menyerbu jaringan disekitarnya, namun tumor ini berpindah dan berubah menyandarkan diri pada tekanan sel-sel yang telah mati (necrosis) untuk merusak dan menekan melalui perbatasan yang banyak tulangnya. Dahsyatnya Angiofibroma: Tumor Hidung pada Remaja | HOKI | Haria... http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20090604114947 1 of 4 10/30/2014 3:01 AM

Upload: franssiskus-poluan

Post on 07-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

angiofibroma

TRANSCRIPT

  • Dahsyatnya Angiofibroma: Tumor Hidung pada RemajaOleh : Dr. Dito Anurogo

    04-Jun-2009, 14:16:52 WIB - [www.kabarindonesia.com]Dahsyatnya Angiofibroma: Tumor Hidung pada Remaja

    PengantarArtikel ilmiah populer berikut ini akan menjelaskan tentang "Mengenali Angiofibroma: Tumor Hidung pada Remaja" yang meliputi:1. Sinonim2. Definisi3. Etiologi4. Epidemiologi5. Patofisiologi6. Manifestasi Klinis, yang meliputi: gejala dan tanda7. Diagnosis8. Penemuan Histologis9. Stadium10. Penatalaksanaan11. Diagnosis Banding12. Komplikasi13. Prognosis14. Tahukah Anda?15. Referensi

    SinonimSebutan lain untuk angiofibroma di dalam literatur antara lain: juvenile angiofibroma, juvenile nasopharyngeal angiofibroma, JNA, nasalcavity tumor, nasal tumor, benign nasal tumor, tumor hidung (nose tumor), nasopharyngeal tumor, angiofibroma nasofaring belia.

    Di dalam artikel ilmiah ini digunakan istilah JNA.

    DefinisiJNA merupakan tumor jinak pembuluh darah di nasofaring yang secara histologis jinak namun secara klinis bersifat ganas karenaberkemampuan merusak tulang dan meluas ke jaringan di sekitarnya, misalnya: ke sinus paranasal, pipi, rongga mata atau tengkorak(cranial vault), sangat mudah berdarah dan sulit dihentikan.

    JNA merupakan satu di antara tumor jinak rongga hidung (benign nasal cavity tumors) yang sering dialami oleh remaja pria.

    Penyebab (Etiology)Penyebab pastinya belum dapat ditentukan. Namun teori yang paling dapat diterima adalah bahwa JNA berasal dari sex steroid-stimulatedhamartomatous tissue yang terletak di turbinate cartilage. Pengaruh hormonal yang dikemukakan ini dapat menjelaskan mengapabeberapa JNA jarang terjadi (ber-involute) setelah masa remaja (puberty).

    Riset terkini oleh Bretani berhasil membuktikan adanya reseptor estrogen dan progesteron pada JNA, namun kadar gonadotropin di semuapasien normal.

    Teori lainnya yang diajukan adalah tumor berasal dari embryonal chondrocartilage yang berada di occipital plate.

    Selain itu, ada juga teori tentang respon desmoplastic dari nasopharyngeal periosteum atau embryonic fibrocartilage antara basiocciput danbasisphenoid.

    Teori tentang penyebab dari sel-sel paraganglionik nonkromafin dari cabang terminal arteri maksilaris juga dipostulasikan.Hasil analisis hibridisasi genomik komparatif dari tumor ini juga berhasil mengungkapkan delesi kromosom 17, termasuk daerah untuktumor suppressor gene p53 sama seperti Her-2/neu oncogene.

    EpidemiologiJNA banyak dialami terutama remaja putra berusia 14-18 tahun. Jika remaja putri didiagnosis JNA, maka sebaiknya menjalanipemeriksaan kromosom atau diagnosis JNA akan terus dipertanyakan. Umumnya JNA terjadi pada dekade kedua kehidupan, tepatnyapada rentang usia 7-19 tahun. JNA jarang terjadi setelah usia 25 tahun.

    Insiden JNA adalah 1 dari 5000-60.000 kasus THT dan dilaporkan 0,5% dari semua tumor kepala dan leher. Dilaporkan insiden JNAbanyak terjadi di Mesir dan India.

    PatofisiologiMenurut Mansfield E (2006), asal mula JNA terletak di sepanjang dinding posterior-lateral di atap nasofaring, biasanya di daerah marginsuperior foramen sfenopalatina dan aspek posterior dari middle turbinate. Histologi janin mengkonfirmasikan luasnya area jaringanendotel di daerah ini.

    Bukannya menyerbu jaringan disekitarnya, namun tumor ini berpindah dan berubah menyandarkan diri pada tekanan sel-sel yang telahmati (necrosis) untuk merusak dan menekan melalui perbatasan yang banyak tulangnya.

    Dahsyatnya Angiofibroma: Tumor Hidung pada Remaja | HOKI | Haria... http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20090604114947

    1 of 4 10/30/2014 3:01 AM

  • Pada 10-20% kasus, terjadi perluasan intrakranial.Menurut Tewfik TL (2007), tumor mulai tumbuh di dekat foramen sfenopalatina. Tumor-tumor yang besar seringkali memiliki dua lobus(bilobed) atau dumbbell-shaped, dengan satu bagian tumor mengisi nasofaring dan bagian yang lainnya meluas ke fossa pterigopalatina.

    Pertumbuhan anterior terjadi pada membran mukosa nasofaring, memindahkannya ke anterior dan inferior menuju ke ruang postnasal.Pada akhirnya, rongga hidung terisi pada satu sisinya, dan septumnya berdeviasi (bengkok) ke sisi lainnya.

    Pertumbuhan superior langsung menuju sinus sfenoid, yang dapat juga terjadi erosi (eroded). Cekungan sinus (cavernous sinus) dapatdiserbu atau diinvasi juga jika tumor berkembang lebih lanjut.

    Penyebaran lateral langsung menuju fossa pterigopalatina, mendesak dinding posterior sinus maksila. Lalu, fossa infratemporal dimasukiatau diinvasi.

    Adakalanya, bagian sfenoid yang lebih besar (the greater wing of the sphenoid) dapat ter-erosi, membuka middle fossa dura. Terjadiproptosis dan atrofi nervus optikus jika fissura orbita didesak oleh tumor.

    Kejadian angiofibroma ekstranasofaring sangatlah jarang dan cenderung terjadi pada pasien yang lebih tua, terutama pada wanita, namuntumor jenis ini lebih sedikit melibatkan pembuluh darah (less vascular) dan kurang agresif (less aggressive) jika dibandingkan dengan JNA.

    Manifestasi Klinis

    Gejala1. Obstruksi nasal (80-90%) dan ingus (rhinorrhea). Ini merupakan gejala yang paling sering, terutama pada permulaan penyakit.

    2. Sering mimisen (epistaxis) atau keluar cairan dari hidung yang berwarna darah (blood-tinged nasal discharge). Mimisen, yang berkisar45-60% ini, biasanya satu sisi (unilateral) dan berulang (recurrent).

    3. Sakit kepala (25%), khususnya jika sinus paranasal terhalang. 4. Pembengkakan di wajah (facial swelling), kejadiannya sekitar 10-18%.

    5. Tuli konduktif (conductive hearing loss) dari obstruksi tuba eustachius.

    6. Melihat dobel (diplopia), yang terjadi sekunder terhadap erosi menuju ke rongga kranial dan tekanan pada kiasma optik.

    7. Gejala lainnya yang bisa juga terjadi misalnya: keluar ingus satu sisi (unilateral rhinorrhea), tidak dapat membau (anosmia),berkurangnya sensitivitas terhadap bau (hyposmia), recurrent otitis media, nyeri mata (eye pain), tuli (deafness), nyeri telinga (otalgia),pembengkakan langit-langit mulut (swelling of the palate), kelainan bentuk pipi (deformity of the cheek), dan rhinolalia.

    Tanda1. Tampak massa merah keabu-abuan yang terlihat jelas di faring nasal posterior; nonencapsulated dan seringkali berlobus (lobulated);dapat tidak bertangkai (sessile) atau bertangkai (pedunculated). Angka kejadian massa di hidung (nasal mass) ini mencapai 80%.

    2. Mata menonjol (proptosis), langit-langit mulut yang membengkak (a bulging palate), terdapat massa mukosa pipi intraoral (an intraoralbuccal mucosa mass), massa di pipi (cheek mass), atau pembengkakan zygoma (umumnya disertai dengan perluasan setempat). Angkakejadian massa di rongga mata (orbital mass) ini sekitar 15%, sedangkan angka kejadian untuk mata menonjol (proptosis) sekitar 10-15%.

    3. Tanda lainnya termasuk: otitis serosa karena terhalangnya tuba eustachius, pembengkakan zygomaticus, dan trismus (kejang ototrahang) yang merupakan tanda bahwa tumor telah menyebar ke fossa infratemporal. Juga terdapat penurunan penglihatan yangdikarenakan optic nerve tenting, namun hal ini jarang terjadi. DiagnosisDiagnosis angiofibroma ditegakkan melalui pemeriksaan radiologi konvensional, CT scan, MRI, dan angiography.

    Pada pemeriksaan radiologi konvensional (foto kepala potongan anteroposterior, lateral, dan posisi Waters) akan tampak gambaran klasiktanda Holman Miller yaitu pendorongan prosesus pterigoideus ke belakang, sehingga fisura pterigopalatina melebar.

    Pada pemeriksaan CT scan dengan zat kontras akan tampak perluasan massa tumor dan destruksi tulang ke jaringan di sekitarnya. Jugatampak perluasan ke sinus sfenoid, erosi dari greater sphenoidal wing, atau invasi fossa infratemporal dan pterigomaksilaris.

    Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) diindikasikan untuk menetapkan batas tumor, terutama jika telah meluas ke intrakranial.

    Angiography menunjukkan cabang-cabang sistem karotid eksterna yang menjadi penyuplai makanan utama (primary feeders).

    Penemuan HistologisPada pemeriksaan histologis, ditemukan jaringan serabut yang telah dewasa/matang (mature fibrous tissue) yang mengandungbermacam-macam pembuluh darah yang berdinding tipis.

    Pembuluh-pembuluh darah ini dilapisi dengan endothelium, namun mereka kekurangan elemen-elemen otot yang dapat berkontraksisecara normal. Inilah yang dapat menjelaskan tentang kecenderungan terjadi perdarahan.

    Dahsyatnya Angiofibroma: Tumor Hidung pada Remaja | HOKI | Haria... http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20090604114947

    2 of 4 10/30/2014 3:01 AM

  • StadiumUntuk menentukan derajat atau stadium tumor, umumnya digunakan klasifikasi Session dan Fisch.

    Klasifikasi Menurut SessionsStadium IA - Tumor terbatas di nares posterior dan atau ruang nasofaring.Stadium IB - Tumor meliputi nares posterior dan atau ruang nasofaring dengan keterlibatan sedikitnya satu sinus paranasal.Stadium IIA - Tumor sedikit meluas ke lateral menuju pterygomaxillary fossa.Stadium IIB - Tumor memenuhi pterygomaxillary fossa dengan atau tanpa erosi superior dari tulang-tulang orbita.Stadium IIIA - Tumor mengerosi dasar tengkorak (yakni: middle cranial fossa/pterygoid base); perluasan intrakranial minimal.Stadium IIIB - Tumor telah meluas ke intrakranial dengan atau tanpa perluasan ke sinus kavernosus.

    Klasifikasi Menurut FischStadium I - Tumor terbatas di rongga hidung dan nasofaring tanpa kerusakan tulang.Stadium II - Tumor menginvasi fossa pterigomaksilaris, sinus paranasal dengan kerusakan tulang.Stadium III - Tumor menginvasi fossa infratemporal, orbita dan atau regio parasellar; sisanya di lateral sinus kavernosus.Stadium IV - Tumors menginvasi sinus kavernosus, regio kiasma optik, dan atau fossa pituitari.

    PenatalaksanaanPada prinsipnya dipakai dua pendekatan sebagai penatalaksanaan JNA, yakni terapi medis dan terapi pembedahan.

    A. Terapi Medis*Terapi hormonal dan kemoterapiFlutamide hormonal, suatu nonsteroidal androgen blocker atau testosterone receptor blocker, efektif untuk mengurangi ukuran tumor padastadium I dan II hingga 44%.

    Terapi hormonal dengan diethylstilbestrol (5 mg PO tid untuk 6 minggu) sebelum eksisi dapat mengurangi vascularity JNA namun terkaitdengan efek samping memiliki sifat kewanitaan (feminizing side effects).

    Doxorubicin dan dacarbazine disiapkan jika JNA berulang atau kambuh.

    Schuon, et.al. (2006) melaporkan analisis immunohistochemical dari mekanisme pertumbuhan JNA. Mereka berkesimpulan bahwapertumbuhan dan vaskularisasi JNA dikendalikan oleh faktor-faktor yang dibebaskan dari stromal fibroblasts. Oleh karena itu,dihambatnya faktor-faktor ini dapat bermanfaat untuk terapi JNA yang tidak dapat dioperasi (inoperable).

    * RadioterapiBeberapa center telah melaporkan rata-rata kesembuhan 80% dengan terapi radiasi.Radioterapi stereotactic (yakni: pisau Gamma) mengirimkan dosis radiasi yang lebih rendah ke jaringan di sekitarnya. Para ahli telahmenyediakan radioterapi untuk penyakit intrakranial atau kasus yang berulang.

    Radioterapi three-dimensional conformal untuk JNA yang luas (extensive) atau penyebaran hingga intrakranial memberikan suatualternatif yang baik untuk radioterapi konvensional berkaitan dengan pengendalian penyakit dan morbiditas akibat radiasi (radiationmorbidity).

    External beam irradiation, paling sering digunakan untuk penyakit intrakranial yang tidak dapat dibedah (unresectable), atau kambuhan(recurrent). Digunakan dosis yang bervariasi dari 30-46 Gy. Sisa tumor seringkali muncul dua tahun setelah terapi. Perhatian utamatermasuk kulit sekunder, tulang, jaringan lunak, keganasan tiroid, dan hambatan perkembangan tulang wajah.

    B. Terapi PembedahanBeberapa pendekatan yang digunakan tergantung dari lokasi dan perluasan JNA.* Rute rinotomi lateral, transpalatal, transmaksila, atau sphenoethmoidal digunakan untuk tumor-tumor yang kecil (Klasifikasi Fischstadium I atau II).* Pendekatan fossa infratemporal digunakan ketika tumor telah meluas ke lateral.* Pendekatan midfacial degloving, dengan atau tanpa osteotomi LeFort, memperbaiki akses posterior terhadap tumor.* Pendekatan translokasi wajah dikombinasikan dengan insisi Weber-Ferguson dan perluasan koronal untuk kraniotomi frontotemporaldengan midface osteotomies untuk jalan masuk.* Pendekatan extended anterior subcranial memudahkan pemotongan tumor sekaligus (en bloc), dekompresi saraf mata, dan pembukaansinus kavernosus.* Intranasal endoscopic surgery dipersiapkan untuk tumor yang terbatas pada rongga hidung dan sinus paranasal.

    Diagnosis Banding1. Granuloma piogenik (pyogenic granuloma).2. Polip koanal (choanal polyp).3. Polip angiomatosa (angiomatous polyp).4. Kista nasofaringeal (nasopharyngeal cyst).5. Kordoma (chordoma).6. Karsinoma (carcinoma).7. Penyebab lain dari nasal obstruction, (seperti: nasal polyps, antrochoanal polyp, teratoma, encephalocele, dermoids, inverting papilloma,rhabdomyosarcoma, squamous cell carcinoma)8. Penyebab lain dari mimisen (epistaxis), baik sistemik maupun lokal.9. Penyebab lain dari proptosis atau pembengkakan rongga mata (orbital swellings).

    Dahsyatnya Angiofibroma: Tumor Hidung pada Remaja | HOKI | Haria... http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20090604114947

    3 of 4 10/30/2014 3:01 AM

  • KomplikasiKomplikasi tidak dapat dipisahkan dengan perluasan intrakranial (penyakit stadium IV), perdarahan yang tak terkontrol dan kematian,iatrogenic injury terhadap struktur vital, dan transfusi perioperative.

    Komplikasi lainnya meliputi: perdarahan yang banyak (excessive bleeding). Transformasi keganasan (malignant transformation). Kebutaansementara (transient blindness) sebagai hasil embolisasi, namun ini jarang terjadi. Osteoradionecrosis dan atau kebutaan karena kerusakansaraf mata dapat terjadi dengan radioterapi. Mati rasa di pipi (anesthesia of the cheek) sering terjadi dengan insisi Weber-Ferguson.

    PrognosisBerbagai faktor risiko yang berkaitan dengan berulangnya JNA adalah: keberadaan tumor di fossa pterigoideus dan basisphenoid, erosiclivus, perluasan intrakranial, suplai makanan dari arteri karotid interna, usia muda, dan ada tidaknya sisa tumor.Embolisasi preoperative menurunkan angka morbiditas dan kekambuhan (recurrence). Rata-rata kesembuhan untuk pembedahan primermendekati 100% dengan reseksi lengkap dari JNA ekstrakranial dan 70% dengan tumor intrakranial. Rerata kesembuhan 90%berhubungan dengan pembedahan kedua jika terjadi kekambuhan.

    Tahukah Anda?Ada istilah Cancer predisposition syndromes and associated genes, misalnya: sindrom tuberous sclerosis, bersifat autosomal dominant,berhubungan dengan gen TSC1 dan TSC2 yang berlokasi di kromosom 9q34 dan 16p13.3, dan ada keterkaitan erat dengan angiofibromadan renal angiomyolipoma.

    ReferensiFauci, et.al. (Ed.) Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Edition. McGraw-Hill Companies, Inc. USA. 2008; Part 6: Chapter 79.Goodenberger J, Ross PJ. Juvenile nasopharyngeal angiofibroma. Radiol Technol. Jul-Aug 2000;71(6):595-8.

    Mansfield, E. Angiofibroma. In: eMedicine Specialties > Vascular Surgery > Medical Topics. Jun 26, 2006.

    Roezin A, Dharmabakti US, Musa Z. Angiofibroma Nasofaring Belia. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,Kepala & Leher. Edisi Keenam. Editor: Soepardi EA, dkk. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007:188-190.

    Schick B, Veldung B, Wemmert S, et al. p53 and Her-2/neu in juvenile angiofibromas. Oncol Rep. Mar 2005;13(3):453-7.

    Schuon R, Brieger J, Heinrich UR, et al. Immunohistochemical analysis of growth mechanisms in juvenile nasopharyngeal angiofibroma.Eur Arch Otorhinolaryngol. Dec 20 2006.

    Tewfik TL. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma. In: eMedicine Specialties > Otolaryngology and Facial Plastic Surgery > PediatricOtolaryngology. Feb 23, 2007.

    Tyagi I, Syal R, Goyal A. Recurrent and residual juvenile angiofibromas. J Laryngol Otol. Jan 9 2007;1-8.

    Windfuhr JP, Remmert S. Extranasopharyngeal angiofibroma: etiology, incidence and management. Acta Otolaryngol. Oct2004;124(8):880-9.

    Tentang Penulis

    Dito Anurogo

    - Penemu Hematopsikiatri dan konsep Medical Awards.- A member of International Federation of Medical Students Associations (IFMSA).- A member of Center for Indonesian Medical Students Activities (CIMSA).- Penulis buku 123 Penyakit dan Pengobatannya.- Penulis buku Pelangi Jiwa (bersama Flacheya)- Penulis buku Atlas Dermatologi: Lesi Primer dan Sekunder

    Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.comAlamat ratron (surat elektronik): [email protected] besar hari ini...!!! Kunjungi segera:http://www.kabarindonesia.com/

    Dahsyatnya Angiofibroma: Tumor Hidung pada Remaja | HOKI | Haria... http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20090604114947

    4 of 4 10/30/2014 3:01 AM