daftar isifile.tkplb.net/_modul/2019/up-pkp/03._unit_pembelajaran... · web viewaktivitas...
TRANSCRIPT
Unit PembelajaranPROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)BERBASIS ZONASI
MATA PELAJARAN TUNANETRAPENGEMBANGAN ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASISEKOLAH LUAR BIASA(SLB)
Komunikasi Ekspresif Penulis:Endang Saeful Munir, S.Pd., M.Si
Penyunting:Rina Agustin Susanti, S.Sos., M.Pd.
Desainer Grafis dan Ilustrator:TIM Desain Grafis
Copyright © 2019Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan KhususDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga KependidikanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangDilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI_____________________________________________________3DAFTAR GAMBAR______________________________________________4DAFTAR TABEL________________________________________________5PENDAHULUAN________________________________________________6KOMPETENSI DAN PERUMUSAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI___________________________________________________8
A. Kompetensi dan Target Kompetensi________________________________________8
B. Indikator Pencapaian Kompetensi___________________________________________8
APLIKASI DI DUNIA NYATA____________________________________9Komunikasi Ekspresif____________________________________________________________9
BAHAN PEMBELAJARAN______________________________________11A. Aktivitas Pembelajaran_____________________________________________________11
Aktivitas 1. Memperkenalkan Diri_________________________________________________13
Aktivitas 2. Kegiatan Pagi Hari_____________________________________________________16
Aktivitas 3. Komunikasi Formal dan Nonformal__________________________________18
B. Bahan Bacaan________________________________________________________________23
Memperkenalkan Diri pada Berbagai Situasi Sosial______________________________23
Komunikasi Formal dan Nonformal_______________________________________________26
Metode Pembelajaran Komunikasi pada peserta didik Tunanetra______________30
PENGEMBANGAN PENILAIAN________________________________33A. Penilaian______________________________________________________________________33
KESIMPULAN_________________________________________________35UMPAN BALIK________________________________________________36
4
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Tunanetra sedang berkomunikasi dengan yang awas_______________9
Gambar 2. Menjaga kontak mata/keterarahan wajah___________________________24
Gambar 3. Bentuk Postur Tubuh_________________________________________________25
5
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Target Kompetensi________________________________________________________8
Tabel 2. Desain Aktivitas Pembelajaran__________________________________________12
6
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 untuk jenjang pendidikan khusus mengamanatkan salah
satu materi khusus bagi peserta didik tunanetra, yang membedakan dengan
kekhususan yang lain adalah Pengembangan Orientasi, Mobilitas, Sosial dan
Komunikasi (POMSK). Program ini disebut dengan program kekhususan bagi
Pesrta didik tunanetra. Pengembangan komunikasi bagi peserta didik
tunanetra merupakan salah satu materi yang perlu dilatih oleh guru yang
mengajar POMSK adalah kemampuan komunikasi ekspresif. Tujuan
pembelajaran komunikasi ekspresif bagi peserta didik tunanetra disamping
mereka mampu untuk menyampaikan gagasan, ide atau pendapat dengan
baik dan menarik, juga bertujuan untuk mengurangi dampak
ketunanetraannya khususnya pada sosial emosi peserta didik tunanetra,
seperti kurang percaya diri, mudah curiga, menarik diri dari lingkungan atau
tidak mau bergabung dengan teman-teman yang lainnya.
Dalam rangka memudahkan guru mempelajari konten dan cara
mengajarkannya, di dalam unit ini dimuat kompetensi dasar terkait yang
memuat target kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi, aplikasi
dunia nyata terkait dampak ketunanetraan, deskripsi alternatif aktivitas
pembelajaran, lembar penilaian yang dapat digunakan guru untuk
memfasilitasi pembelajaran, serta bahan bacaan yang dapat dipelajari oleh
guru.
Unit pembelajaran komunikasi ekspresif dalam aktivitas pembelajaran
mencoba untuk menggunakan metode pembelajaran yang meyenangkan
dengan menitikberatkan pada keaktifan siswa berupa permainanan/game
yang sederhana, juga menggunakan metode bermain peran serta simulasi.
Bahan bacaan yang dikembangkan pada unit ini meliputi bagaimana cara
memperkenalkan diri, cara mengenalkan diri, serta komunikasi formal dan
7
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
nonformal/informal, dan Saudara dapat mengembangkan materi bacaan
menjadi lebih lebih luas terutama untuk mengembangkan pencapaian
indikator pengayaan jika peserta didik telah memenuhi kompetensi pada
indikator kunci.
8
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
KOMPETENSI DAN PERUMUSAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
A. Kompetensi dan Target Kompetensi
Unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi program
khusus tunanetra jenjang SDLB:
Tabel 1. Kompetensi dan Target Kompetensi
No. Kompetensi Target Kompetensi Jenjang
2.2 Mampu Melakukan komunikasi antar personal dengan baik dan ekspresif.
Melakukan komunikasi antar personal dengan baik dan ekspresif.
SDLB
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator Pendukung
2.2.1 mengikuti cara memperkenalkan diri dengan ekpresif
Indikator Kunci
2.2.2 Melakukan cara berkenalan dengan orang lain secara ekspresif
2.2.3 Melakukan bermain peran tentang kegiatan sehari-hari
Indikator Pengayaan
2.2.4 Melakukan simulasi komunikasi formal dan non formal
9
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
APLIKASI DI DUNIA NYATA
Komunikasi Ekspresif
Coba Saudara perhatikan pada anak usia sekolah dasar atau sekolah dasar
luar biasa atau terjadi juga pada beberapa anak tunanetra yang sudah besar
juga, banyak dari mereka memiliki perilaku seperti mudah tersinggung,
rendah diri dan bertindak pasif ketika berada dalam kelompok. Menurut
Saudara apa yang menyebabkan perilaku tersebut? Dan bagaimana cara
menanganinya?
Gambar 1. Tunanetra sedang berkomunikasi dengan yang awasSumber: https://www.wikihow.com/Interact-with-the-Blind
Dampak dari hambatan/hilangnya penglihatan pada peserta didik umumnya
menyebabkan keterbatasan dalam variasi dan jenis pengalaman (kognisi),
keterbatasan pada kemampuan untuk bergerak di dalam lingkungannya
(orientasi mobilitas), dan keterbatasan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya (sosial emosi)”
Para ahli pendidikan bagi tunanetra menyebutkan bahwa pada umumnya
keterbatasan kognisi pada anak tunanetra bukan dikarenakan kemampuan
10
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
intelegensi yang rendah, namun kurangnya pengalaman persepsi auditori
dalam membentuk suatu konsep. Pembentukan konsep pengetahuan banyak
terjadi dalam kehidupan sehari hari termasuk tunanetra, oleh karena itu
pelibatan mereka dalam aktivitas yang memberikan banyak pengalaman
menjadi hal yang penting untuk mereka.
Hambatan yang dialami tunanetra dalam pembentukan konsep salah satunya
dikarenakan kurangnya pengalaman dalam memahami deskripsi suatu
konsep. Keterbatasan ini dapat diatasi dengan cara mengembangkan
komunikasi bagi anak tunanetra sejak dini. Tunanetra perlu dibiasakan
untuk memunculkan inisiatif bertanya pada orang awas di sekitarnya untuk
mendapatkan pengetahuan tentang suatu konsep (ekspresif). Di samping itu,
anak tunanetra perlu memahami secara baik terkait penjelasan yang
disampaikan oleh orang awas (reseptif).
Hal yang perlu diantisipasi dalam pengembangan komunikasi bagi anak
tunanetra yaitu keterbatasan sosial emosi, seperti Anak tunanetra menjadi
mudah tersinggung, rendah diri dan bertindak pasif dalam kegiatan
kelompok. Anak tunanetra kurang memiliki keinginan kuat untuk bergabung
bersama orang awas ketika melakukan aktivitas bersama dengan yang lain.
Kegiatan berkelompok perlu dirancang menarik dan membuat rasa nyaman
bagi anak tunanetra sehingga memunculkan keinginan untuk berpatisipasi
aktif. Keikutsertaan anak tunanetra secara aktif dalam kegiatan kelompok
diharapkan memunculkan kebiasaan untuk menanyakan kabar, tanya jawab
dan rasa empati. Interaksi yang terjadi akan mengubah pola pikir anak
tunanetra sehingga dapat merasa nyaman ketika berada di lingkungan
bersama yang lainnya.
11
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
BAHAN PEMBELAJARAN
A. Aktivitas Pembelajaran
Bahan pembelajaran yang diuraikan di sini merupakan contoh panduan
pembelajaran yang dapat dimplementasikan oleh Saudara ketika akan
membelajarkan topik pengembangan komunikasi, khususnya mengajarkan
komunikasi ekspresif pada peserta didik tunanetra. Bahan pembelajaran
dikembangkan dengan prinsip berpusat pada peserta didik dan berusaha
memfasilitasi kemampuan berpikir siswa yang bervariasi. Bahan
pembelajaran ini berisikan rincian aktivitas pembelajaran.
Aktivitas pembelajaran berisi rincian alternatif kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru dan peserta untuk mencapai kompetensi pada topik
pengembangan komunikasi. Sebelum menguraikan aktivitas pembelajaran,
terlebih dahulu disusun desain aktivitas pembelajaran yang dapat dilihat
pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2, dapat terlihat aktivitas pembelajaran untuk mencapai
masing-masing indikator yang telah ditetapkan, yang dapat dicapai dalam 1
kali pertemuan untuk masing-masing materi perkenalan, dan kegiatan pagi
hari, aktivitas pembelajaran untuk materi memimpin rapat, akan lebih
cocock di berikan pada kelas yang lebih tinggi atau sebagai pengayaan bila
anak sudah mampu di materi sebelumnya. Aktivitas pembelajaran akan
diuraikan lebih rinci, menjadi tiga skenario pembelajaran. Berikut ini rincian
aktivitas pembelajaran untuk masing-masing pertemuan.
.
12
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Tabel 2. Desain Aktivitas Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
Materi/ SubmateriAktivitas
PembelajaranBentuk dan Jenis
PenilaianMedia
Alokasi Waktu
2.2.1 Mengikuti cara memperkenalkan diri dengan ekpresif
Perkenalan
Kegiatan pagi hari
Komunikasi ekspresif formal dan nonformal
1. Memperkenalkan Diri dan Berkenalan denganorang lain
2. Bermain Peran kegiatan sehari-hari
3. Simulasi memimpin rapat
Observasi keterampilan sumulasi/bermain peran
1. Bacaan/Cerita
6 x 30’
Dilaksanakan dengan 2 pertemuan (2 JP, 2JP dan 2 JP)
2.2.2 Melakukan cara berkenalan dengan orang lain secara ekspresif
2.2.3 Melakukan bermain peran tentang kegiatan sehari-hari
2.2.4 Melakukan komunikasi ekspresif formal dan non formal
13
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
14
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Aktivitas 1. Memperkenalkan Diri
Keterbatasan kognisi yang terjadi pada peserta didik tunanetra, seringkali
bukan karena masalah kemampuan intelegensi yang rendah, namun lebih
banyak berasal dari kurangnya rangsangan dalam membentuk suatu konsep.
Untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya seseorang perlu
memiliki kemampuan yang baik untuk berhubungan dengan orang lain
(sosial emosi). Salah satu cara guru untuk meningkatkan sosial emosi peserta
didik tunanetra melalui latihan untuk tampil mengenalkan diri dan mengenal
teman-temannya. Peningkatan sosial emosi peserta didik tunanetra
diharapkan akan meningkatakan kepercayaan diri peserta didik tunanetra,
dan tidak mudah tersinggung ketika bergaul dengan yang lain.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Saudara akan melakukan aktivitas
yang menyenangkan berupa permainan/game. Permainan yang akan kita
lakukan adalah permainan “perkenalan”.
Aktivitas pembelajaran ini akan mencapai indikator 2.2.1, dan 2.2.2, yang
dilakukan dalam bentuk pemainan dengan judul “perkenalan”.
Permainan “Perkenalan”
Tujuan Aktivitas Pembelajaran:
Setelah melakukan aktivitas, diharapkan peserta mampu:
a. Mengikuti cara mengenalkan diri;
b. Melakukan mengenalkan diri sendiri dengan ekspresif;
c. Melakukan perkenalan dengan orang lain;
Estimasi Waktu Aktivitas Pembelajaran : 2 x 30 Menit
Media, alat, dan bahan yang digunakan adalah:
(tidak diperlukan media, alat atau bahan)
15
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
Apa yang Saudara lakukan:
Langkah pertama saudara dapat melakukan kegiatan bercerita tentang
pentingnya komunikasi dengan sesama, ini dilakukan untuk memotivasi
peserta didik agar berperan aktif dalam permainan nanti.
1. Permainan Baris-Berbaris
Permainan ini, selain menanamkan sikap disiplin juga dapat membuat
peserta didik berani untuk bertanya kepada temannya. Berikut salah satu
caranya :
a. Ajak apeserta didik untuk berdiri berbaris.
b. Setelah itu berikan variasi instruksi berdasar :
Urutkan sesuai tinggi badan, dari yang paling pendek lalu ke yang
paling tinggi atau sebaliknya,
Urutkan sesuai tanggal kelahiran Bulan dari ulang tahun masing-
masing anak, dari bulan Januari sampai Desember,
Urutan abjad dari huruf pertama nama mereka, dari huruf A sampai
Z,
Urutan abjad dari huruf pertama nama ibu masing-masing anak,
Urutan abjad dari huruf pertama nama nenek masing-masing anak,
Dan seterusnya (intruksi yang diberikan dapat di variasikan sesuai
kebutuhan).
2. Permainan Perkenalan
Hampir sama seperti permainan baris-berbaris, permainan ini bertujuan
untuk menamkan kepercayaan diri anak, kemampuan mengingat serta
keberanian anak untuk bertanya pada temannya.
Minta semua peserta untuk duduk atau berdiri dan membentuk
lingkaran,
16
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Minta seorang peserta untuk memperkenalkan nama dan satu hal lain
mengenai dirinya dalam bentuk satu kalimat pendek (nama, alamat
rumah, kesukaan/hobi,),
Mintalah peserta kedua untuk mengulang kalimat peserta pertama,
baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri, misal : teman saya
farid, tinggalnya di bandung, suka nyanyi. Saya Mika, tinggal di
sukaresmi, suka makan.
Peserta ketiga harus mengulang kalimat 2 peserta sebelumnya
sebelum memperkenalkan diri, demikian seterusnya sampai seluruh
peserta memperoleh gilirannya.
Apabila peserta tidak dapat mengingat nama dan apa yang dikatakan
2 peserta lainnya, maka ia harus menanyakan langsung pada yang
bersangkutan : ‘siapa nama anda?’ atau ‘siapa nama anda dan apa
yang anda katakan tadi ?’
Catatan.
Permainana ini bagusnya diberikan pada kegiatan awal tahun ajaran,
atau pada hari pertama masuk sekolah.
Ketika melakukan permainan diatas usahakan suasananya
menyenangkan sehingga anak bisa lebih berani untuk berekspresi.
17
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
Aktivitas 2. Kegiatan Pagi Hari
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan aktivitas dari pagi hari sampai
malam hari, setiap aktifitas yang kita lakukan tidak terlepas dari komunikasi.
Komunikasi dilakukan dengan orang tua, kakak, adik, guru, teman, tetangga
dan lain sebagainya.
Kemampuan komunikasi pada anak tunanetra perlu dilatih agar mereka
mendapatkan banyak rangsangan sehingga mempengaruhi terhadap
pengembangan konsepnya. Dalam melakukan komunikasi setiap anak perlu
keberanian dan percaya diri serta pembendaharaan kata yang cukup untuk
menyapa atau menjawab pertanyaan. Makin sering melakukan komunikasi
maka kepercayaan diri makin bagus dan pembendaharaan kata makin
banyak.
Keunggulan penggunaan metode bermain peran pada anak adalah: a)
meningkatkan motivasi belajar anak; b) membuat siswa berani membuat
keputusan; c) menumbuhkan sikap simpati dan empati anak terhadap
sesama; d) melatih kerjasama dalam sebuah permainan; e) mengembangkan
ide dan gagasan anak; f) menumbuhkan daya kreatif anak; g) melatih anak
untuk mengembangkan sikap toleransi; serta h)meningkatkan keaktifan
belajar.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Saudara akan melakukan aktivitas
berikut. 1) mengkondisikan siswa dengan tanya jawab terkait aktifitas rutin
pada pagi hari yang dilakukan oleh anak; 2) membagi anak sesuai perannya
masing-masing (ayah, ibu, anaknya); 3) anak tampil untuk bermain peran;
dan 4) melakukan revieuw.
Aktivitas pembelajaran ini akan mencapai indikator 2.2.3. dengan
menggunakan metode bermain peran.
18
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Estimasi Waktu Aktivitas Pembelajaran: 2 x 30 Menit.
Media, alat, dan bahan yang digunakan adalah:
(skenario kegiatan bisa di buat sama-sama antara murid dan guru)
Apa yang Saudara lakukan:
1) Persiapan.
Guru berupaya memperkenalkan peserta didik pada kegiatan yang
dilakukan sehari-hari sebagai contoh yg dilakukan pada pagi hari sejak
bangun tidur, cerita berhenti jika cerita sudah jelas.
2) Memilih pemain (partisipan).
Peserta didik dan guru membahas karakter (Ibu/Bapak, adik/kakak)
dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilihan
pemain, guru dapat memilih murid yang sesuai untuk memainkannya
(jika murid pasif atau diduga memiliki keterampilan berbicara yang
rendah) atau murid sendiri yang mengusulkannya.
3) Memainkan peran.
Permainan peran dilaksanakan secara spontan. Jika permainan peran
sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk
segera masuk ke langkah berikutnya.
4) Diskusi dan evaluasi.
Guru bersama dengan murid mendiskusikan permainan tadi dan
melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan.
5) Bermain peran ulang.
Permainan peran ulang seharusnya berjalan lebih baik, murid dapat
memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario.
Bila peran ini terlalu rendah Saudara dapat membuat skenario yang lebih
komplek, yang terpenting cerita yang di tampilkan merupakan kegiatan yang
dilakukan sehari-hari. Hal ini untuk menghindari kesulitan pada tunanetra
yang usianya masih kecil.
19
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
Aktivitas 3. Komunikasi Formal dan Nonformal
Aktivitas pembelajaran pertemuna ke-3 merupakan kegiatan pengayaan,
Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi dampak ketunanetraan khususnya
masalah sosial emosi peserta didik tunanetra seperti, perilaku mudah curiga,
kurang percaya diri, kurang aktif ketika bersama anak lainnya. Namun dalam
pertemuan ini peserta didik diminta untuk melakukan simulasi terkait
komunikasi formal dan non-formal.
Dalam aktifvitas ini latihan komunikasi formal bagi peserta didik tinanetra,
peserta didik diminta untuk melakukan simulasi menjadi pemimpin rapat.
Sedangkan untuk komunikasi non formal peserta didik akan melakukan
permainan pesan berantai.
Aktivitas pembelajaran ini akan mencapai indikator 2.2.4 dengan
menggunakan metode simulasi. Pembelajaran dilakukan selama 2 X 30’.
Komunikasi Formal dan Non-formal
Tujuan Aktivitas Pembelajaran:
Setelah melakukan aktivitas, diharapkan peserta mampu:
a. Memahami bentuk komunikasi formal .
b. Memahami bentuk komunikasi nonformal.
c. Melakukan simulasi komunikasi formal dan Non-formal.
Estimasi Waktu Aktivitas Pembelajaran : 2 x 30 Menit.
Media, alat, dan bahan yang digunakan adalah:
1. Kertas
Apa yang Saudara lakukan:
(1) Persiapan simulasi
20
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
(a) topik simulasi “memimpin rapat”.
(b) Guru memberikan masalah dalam simulasi yang akan disimulasikan.
(c) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi,
peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang
disediakan.
(d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
(2) Pelaksanaan simulasi
(a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
(b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
(c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang
mendapat kesulitan.
(d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak.
(3) Penutup
(a) Melakukan diskusi baik tentang jalannnya simulasi maupun materi
cerita yang disimulasikan.
(b) Merumuskan kesimpulan.
Komunikasi non-formal
Permainan “Pesan Berantai” dalam Pengembangan OMSK ini melatih
kemampuan berkomunikasi dengan mengingat pesan kemudian disampaikan
secara bergiliran kepada teman lain dalam satu kelompok. Saudara diminta
mengarahkan peserta didik untuk berlomba memahami dan menyampaikan
pesan dengan benar dan mengontrol tiap tahap penyampaian dari satu siswa
kesiswa lainnya agar diterima dan difahami dengan benar yang kemudian
disampaikannya kepada peserta berikutnya. Demikian seterusnya sampai
pada giliran siswa yang terakhir.
Jika diterapkan pada kelas rendah, guru dapat membantu dengan menuliskan
pesan atau membisikan pesan yang akan disampaikan kepada siswa. Perlu
21
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
dikondisikan agar permainan ini berjalan menyenangkan. Berikut ini
langkah-langkah yang dapat saudara lakukan sebagai berikut:
Saudara membagi peserta didik ke dalam dua kelompok, dengan jumlah
yang sama antara kelompok.
Setelah berkelompok terbentuk, mereka membentuk dan mengatur formasi.
Ini berkaitan dengan strategi. Mereka menentukan siapa orang pertama yang
akan menyampaikan pesan dari saya, siapa orang kedua dan seterusnya,
hingga siapa orang terakhir yang harus menyebutkan isi pesan dari saya.
Isi pesan Saudara dapat bisikan atau menuliskan pada selembar kertas kecil.
Pada tiap sesi berikan 5 kata untuk masing-masing kelompok. Kelompok
yang menang, adalah kelompok yang bisa menyebutkan lebih banyak isi
pesan secara betul. Isi pesan dapat disesuaikan dengan usia dan tingkat
kemampuan anak.
Jalannya Permainan
Sesi pertama
Kelompok pertama mendapat 5 kata yaitu: susu, telur, daging, ikan, dan
keju.
Sedangkan 5 kata untuk kelompok kedua adalah: tahu, tempe, roti, sambal,
dan nasi.
Mereka menyampaikan pesan tersebut secara berantai. Pesan harus
disampaikan dengan berbisik. Peserta dilarang bicara keras sehingga kata-
kata tersebut didengar oleh orang lain selain yang dibisiki.
Sesi kedua
22
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Pada sesi kedua, kelompok pertama, mendapatkan 5 kata yaitu: kuda nil,
kerbau, sapi, zebra, dan kambing.
Sedangkan untuk kelompok kedua, mereka mendapat 5 kata: ikan mas,
ayam, bangau, bebek, dan merpati.
Sesi ketiga
Untuk sesi terakhir, masing-masing kelompok saya berikan 5 nama orang.
5 nama untuk pertama, adalah: Susi, Tati, Ani, Dina, dan Indah.
5 nama untuk kedua, adalah: Bambang, Agus, Dodo, Edi, dan Joko.
Penguatan Setelah Permainan
Beberapa hal yang saya sampaikan di akhir permainan adalah sebagai
berikut:
1. Di dalam sebuah permainan, wajar ada yang menang dan ada yang kalah.
yang lebih penting dari sekadar menang dan kalah, adalah semangat
sportivitasnya. Kalau kalah jangan frustasi, dan kalau tim kita menang
tunjukkanlah solidaritas.
2. Manfaat dari permainan ini adalah, kita harus bisa berkonsentrasi agar
bisa menyampaikan pesan secara utuh. Begitu pula saat menerima
pelajaran di kelas. Anak yang selalu memperhatikan penjelasan dari
guru, terkadang masih saja dia tidak bisa memahami semua penjelasan
tersebut. Apalagi mereka yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
3. Belajar sambil bermain. Kita mengingat pelajaran secara lebih mudah
dengan bermain. Bila kita lihat, kata-kata yang disampaikan pada sesi
pertama semuanya adalah mengenai kelompok makanan. Apakah anak-
anak menyadarinya?
23
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
Syukurlah kalau anak-anak kemudian bisa menyimpulkan, bahwa 5 kata
yaitu susu, telur, daging, ikan, dan keju, itu adalah makanan/protein
yang berasal dari hewan. Namanya adalah protein hewani. Sedangkan 5
kata untuk kelompok laki-laki yaitu: tahu, tempe, roti, sambal, dan nasi
adalah makanan yang berasal dari tumbuhan, dan disebut sebagai
protein nabati.
Begitu pula dengan kata-kata pada sesi kedua. Mereka kemudian bisa
menyimpulkan bahwa kata-kata yang disampaikan pada sesi tersebut
adalah kelompok hewan Ovipar dan Vivipar. Kuda nil, kerbau, sapi,
zebra, dan kambing adalah kelompok vivipar, atau hewan yang
berkembang biak dengan cara beranak (melahirkan). Sedangkan ikan
mas, ayam, bangau, bebek, dan merpati, adalah kelompok hewan yang
berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar).
24
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
B. Bahan Bacaan
1. Memperkenalkan Diri pada Berbagai Situasi Sosial
Pengembangan komunikasi pada tunanetra menekankan pada bagaimana
tunanetra dapat mengkomunikasikan secara lisan pikiran dan maksudnya
dengan ekspresif dan menarik kepada orang lain. Banyak tunanetra
mengkomunikasikan pikiran dan maksudnya dengan kurang ekspresif dan
kurang menarik. Hal ini bukan berarti tunanetra tidak bisa melakukannya,
tetapi tidak mendapatkan latihan dan contoh yang tepat dari lingkungannya.
Keterampilan tunanetra dalam berkomunikasi menjadi hal yang sangat
penting untuk memulai mengembangkan relasi sosial. Ketika tunanetra
memiliki keterampilan komunikasi yang baik dengan orang lain, maka hal ini
akan mempermudah dalam mengembangkan relasi sosial. Pada beberapa
kasus, ada tunanetra yang terisolasi dalam lingkungan sosial atau dari
interaksi dengan teman-temannya, karena faktor tunanetra sendiri yang
kurang memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
Kegiatan awal ketika kita melakukan relasi dengan orang lain adalah pada
saat perkenalan. Perkenalan awal akan menentukan apakah akan terjadi
komunikasi yang menyenangkan atau tidak. Aktifitas perkenalan dimulai
dengan memperkenalkan diri. Kemampuan memperkenalkan diri kepada
orang lain itu bagi peserta didik tunanetra harus di ajarkan serta peserta
didik tunanetra harus di dorong untuk dapat melakukannya. Dengan
memperkenalkan diri, orang lain tentunya akan mengetahui siapa diri kita
sebenarnya.
Melatih keterampilan tunanetra dalam memperkenalkan diri kepada orang
lain dan lingkungan baru, dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
25
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
a. Tanamkan konsep tentang arti penting pertemanan, persahabatan,
kehidupan sosial dimana tunanetra menjadi bagian yang tak terpisahkan
di dalamnya.
b. Latih keterampilan tentang konsep arah, misalnya arahkan wajah
tunanetra kepada lawan bicara atau audien, meskipun tunanetra sendiri
tidak dapat melihatnya.
c. Latih kepekaan tunanetra untuk menangkap persepsi suaara dari lawan
bicara atau audien, sehingga ketika proses perkenalan diri, tunanetra
dapat mengambil posisi diri yang tepat dengan lawan bicara atau audien.
Setelah Saudara memahami tentang tahapan latihan memperkenalkan diri,
maka langkah selanjutnya Saudara juga perlu mengembangkan kemampuan
bahasa tubuh (gestur) ketika seseorang berkomunikasi dengan yang lainnya.
Kita pernah menemukan peserta didik tunanetra ketika melakukan
komunikasi miskin gestur, sehingga terlihat kurang menarik dalam
berkomunikasi. Berikut hal-hal sederhana yang dapat Saudara latihkan ke
peserta didik tunanetra dalam rangka latihan pengembangan gestur ketika
berkenalan sebagai berikut.
a. Latihlah tunanetra ketika berkenalan atau berbicara dengan orang lain
usahakan ada kontak mata/keterarahan wajah. Kontak
mata/keterarahan wajah menunjukkan bahwa Anda terlibat sepenuhnya
Gambar 2. Menjaga kontak mata/keterarahan wajah
Adopsi dari https://id.wikihow.com/Melakukan-Kontak-Mata, 2019
26
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
dalam suatu interaksi. Kontak mata/ keterarahan wajah merupakan
salah satu cara untuk terhubung dengan orang lain dan menunjukkan
bahwa yang diajak bicara mendapat perhatian Anda.
b. Biasakan ketika berbicara dengan orang lain selalu tersenyum. Senyum
alami dan tulus penting ketika bertemu dengan orang baru, senyum
alamai dan tulus menunjukan rasa senang yang tulus ketika bertemu
orang baru akan menciptakan suasana positif. Penting bagi tunanetra
paham tentang konsep senyum yang baik, karena tidak menutup
kemungkinan bagi mereka yang buta total sejak lahir mereka tidak
paham konsep senyum yang baik.
c. Tampilkan bahasa tubuh yang pantas. Bahasa tubuh harus
menyampaikan bahwa Anda percaya diri dan santai. Berdirilah dengan
kepala tegak dan punggung ditarik ke belakang jangan sampai terkesan
membungkuk dan gunakan, intonasi dan keceptan suara yang sama
dengan yang diajak bicara.
Gambar 3. Bentuk Postur TubuhAdopsi dari: https://thehermawan.wordpress.com/anterior-pelvic-tilt/. 2019
27
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
Cara-cara berikut dapat dijadikan rujukan umum bagi guru dalam
mengajarkan tunanetra untuk memperkenalkan diri dengan orang lain.
a. Sebutkan nama masing-masing. Dalam perkenalan formal, katakan “Halo,
atau Hai, saya/aku [nama depan][nama belakang].” Segera setelah
mengucapkan nama Anda, tanyakan nama lawan bicara dengan
mengatakan “Nama Anda/Kamu?”
b. Latih dan biasakan peserta didik tunanetra untuk berjabat tangan ketika
berkenalan dengan individu, berjabat tangan merupakan gestur tubuh
yang menunjukkan keakraban dalam perkenalan dengan individu.
c. Latihkan dan biasakan peserta didik tunanetra untuk mengajukan
pertanyaan dasar dalam mengembangkan perkenalan dengan individu,
seperti tanyakan asalnya, hobi atau kesukaan yang mungkin berdua
miliki.
d. Biasakan peserta didik tunanetra untuk menutup percakapan dalam
perkenalan individu. Seperti “saya senang bertemu Anda”, “Saya harap
kita bisa bicara lagi di lain kesempatan”.
2. Komunikasi Formal dan Nonformal
Komunikasi formal adalah suatu proses komunikasi yang bersifat resmi dan
biasanya dilakukan di dalam lembaga formal melalui garis perintah atau
sifatnya instruktif, berdasarkan struktur organisasi oleh pelaku yang
berkomunikasi sebagai petugas organisasi dengan status masing-masing
yang tujuannya menyampaikan pesan yang terkait dengan kepentingan
dinas.
Suatu komunikasi juga dapat dikatakan formal ketika komunikasi antara dua
orang atau lebih yang ada pada suatu organisasi dilakukan berdasarkan
prinsip-prinsip dan struktur organisasi.
28
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Komunikasi non formal adalah proses komunikasi yang berada di antara
yang formal atau resmi dengan yang tidak resmi atau informal. Komunikasi
jenis ini biasanya berupa komunikasi yang berhubungan dengan hubungan
pribadi
Berikuti ini kita akan membahas tentang contoh komunikasi formal,
sedangkan untuk komunikasi nonformal, tidak kita bahas secara detail
karena komunikasi nonformal sifatnya spontan dan juga tidak terstruktur
hanya berupa percakapan biasa dan sifatnya hubungan pribadi.
Sebagai individu, tunanetrapun di tuntut untuk mampu memperkenalkan diri
dalam kegiatan-kegiatan resmi/formal, misalnya harus menyampaikan
gagasannya dalam forum rapat atau seminar. Untuk itu perlu kiranya Guru
mengajarkan kepada tunanetra bagaimana cara berkomunikasi pada
kegiatan-kegiatan formal. Sehingga diharapkan ketika tunanetra tampil di
depan di samping dapat menyampaikan gagasan terbaiknya, juga terlihat
lebih menarik.
a. Memperkenalkan diri ketika berpidato
Keterampilan memperkenalkan diri pada konteks pidato dengan audien yang
lebih dari satu orang relatif lebih sulit dibandingkan dengan perkenalan
dengan satu orang. Kesulitan disebabkan karena ruangan berbicara yang
lebih luas, stimulus suara yang lebih banyak, terlebih bila tunanetra
kurangnya dalam kemampuan orientasi lingkungan pada tunanetra, tidak
menutup kemungkinan kondisi itu akan membuat stres tunanetra. Oleh
karena itu, akan lebih baik dan memberikan ketenangan secara psikologis
bagi tunanetra, apabila tunanetra atau panitia yang mengundang tunanetra
atau orang-orang yang ada di sekitar ruangan memberikan orientasi dahulu
tentang situasi dan kondisi ruangan yang akan dimasuki tunanetra.
29
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
Setelah tunanetra menguasai orientasi situasi dan kondisi ruangan tempat
tunanetra berbicara, maka tunanetra perlu memiliki keterampilan
berkomunikasi. Dalam konteks ini, guru harus melatihkan dan membiasakan
tunanetra untuk memiliki keterampilan memperkenalkan diri sebelum
berpidato.
1) Latih dan biasakan tunanetra untuk terampil menyambut audiens dan
menyebutkan nama diri sendiri. Menyebutkan nama depan dan nama
belakang penting ketika memberi pidato. Ketika menyapa dan
menyebutkan nama, ingatlah untuk bicara dengan jelas dan percaya diri.
Ucapkan “Selamat pagi, saya Satria Anandito” atau “Apa kabar semua
hari ini? Nama saya Lisa Karina”.
2) Latih dan biasakan tunanetra untuk terampil memberikan beberapa
informasi yang relevan mengenai dirinya sendiri. Setelah mengucapkan
nama, ceritakan relevansi diri dengan tema pidato yang akan
disampaikan untuk memastikan kredibilitas. Jenis informasi yang Anda
bagikan tergantung pada audiens dan subjek yang Saudara bicarakan.
Jika Saudara memberi pidato tentang wirausaha, pastikan Saudara
menyertakan informasi bahwa Saudara adalah seorang pelaku
wirausaha.
3) Latih dan biasakan tunanetra untuk terampil berkomunikasi secara
efektif. Dari awal mula, pastikan suara yang dikeluarkan tunanetra cukup
keras dan jelas untuk semua orang yang mendengarkan, bahkan dapat
bertanya pada audiens apakah suaranya cukup keras untuk didengar
semua orang.
4) Latih dan biasakan tunanetra untuk terampil melakukan gerakan tubuh
secara wajar. Berdirilah dengan postur yang baik dan bergerak dengan
bebas ketika bicara. Berdirilah dengan tegak, tarik bahu ke belakang
30
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
supaya tidak bungkuk, dan bebaskan tangan Saudara dan gerakkan bila
dibutuhkan.
5) Latih dan biasakan tunanetra ketika di depan harus sadar posisi dimana
posisi audien, bila ada podium/tiang microphone, maka langkah pertama
dengan meluruskan tubuh dengan podium/tiang microphone, bila tidak
ada podium maka bisa mengecek dengan menyapa audien, untuk
meluruskan badan dengan datangnya suara dari audien.
b. Teknik Memimpin Rapat
Keterampilan perlu dimiliki tunanetra adalah kemampuan memimpin rapat,
hal ini terjadi karena tidak menutup kemungkinan dalam aktifitasnya mereka
bersinggungan dengan kegiatan organisasi atau kegiatan institusi. Oleh
karena itu, sebaiknya guru bagi peserta didik tunanetra dalam
mengembangkan keterampilan berkomunikasi, salah satu kompetensi yang
dapat diajarkan pada tunanetra adalah kemapuan memimpin rapat.
Sebagai bahan referensi bagi Saudara sebagai guru bagi peserta didik
tunanetra, berikut dipaparkan tips memimpin rapat secara efektif yang
dibagi ke dalam tiga tahapan: yaitu tahap persiapan, tahap kegiatan dan
tindak lanjut.
a. Tahap Persiapan
Ada beberapa saran yang perlu dipersiapkan oleh seorang pemimpin rapat
untuk pelaksanaan rapat yang baik dan efektif. Pertama, seorang pemimpin
rapat harus menetapkan tujuan, supaya rapat benar-benar fokus pada hasil
akhir yang ingin dicapai. Kedua, membuat agenda rapat, menuliskan apa
saja kegiatan atau acara yang akan dilakukan dalam rapat, dan akan lebih
baik agenda rapat tersebut di sampaikan kepada peserta rapat sebelum rapat
dilaksanakan agar mereka mempersiapkan diri. Ketiga, menentukan batasan
31
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
waktu. Ingat rapat yang baik harus memiliki waktu yang jelas, sehingga rapat
tidak ngelantur atau molor. Keempat, menunjuk seseorang yang bertugas
menuliskan hasil rapat, supaya ketika rapat selesai Saudara mempunyai hasil
tertulis sebagai bukti nyata hasil rapat yang sudah dilaksanakan.
b. Tahap kegiatan dan tindaklanjut
Dalam tahap kegiatan ada beberapa saran yang perlu dilakukan oleh
pemimpin rapat. Pertama membuka rapat, pemimpin rapat bisa membuka
kegiatan rapat dengan memberikan salam, menjelaskan maksud dan tujuan
diadakannya rapat. Kedua pastikan setiap agenda dapat dilaksanakan dengan
baik dan terstruktur serta memiliki batas waktu. Ketiga pastikan anggota
memperoleh kesempatan yang sama dalam berpendapat. Keempat pastikan
tidak ada salah seorang anggota yang mendominasi diskusi. Kelima, jika
sudah final maka pemimpin rapat harus membuat keputusan dan
memaparkan hasil keputusan yang diambil dalam rapat. Keenam, setelah
hasil keputusan diambil, selanjutnya adalah menutup rapat. Dalam
penutupan ada beberapa saran yang bisa Saudara lakukan. Melakukan
evaluasi segera dari hasil rapat. Saudara bisa mengatakan bahwa rapat
berjalan dengan baik, diskusi berjalan dengan efektif, setiap agenda bisa
diselesaikan dengan tepat waktu, sehingga akhirnya menghasilkan sebuah
keputusan. Setelah itu Saudara bisa menyampaikan keputusan yang telah
diambil. Kemudian dilanjutkan dengan ajakan untuk menindaklanjuti
keputusan, setelah itu tutup.
3. Metode Pembelajaran Komunikasi pada peserta didik
Tunanetra
Mengajarkan cara-cara memperkenalkan diri pada tunanetra harus
menggunakan metode pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung
32
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
pada peserta didik tunanetra. Di antara metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengajarkan keterampilan memperkenalkan diri pada
peserta didik tunanetra, dengan menggunakan metode simulasi.
Metode Simulasi
Simulasi memiliki arti pura-pura, berbuat seolah-olah berarti tiruan atau
perbuatan yang hanya berpura-pura saja. Simulasi terdiri dari beberpa jenis,
diantaranya:
a. Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermaian peran untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial,
permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah
kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain
sebagainya sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan
penghayatan akan maslah-masalah sosial serta mengembangkan
kemampuan siswa untuk memecahkannya.
Contoh penerapan dalam peserta didik di tingkat dasar adalah
memperagakan sebuah kisah atau dongeng, dengan siswa sebagai
pemerannya
b. Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang
bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama
biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi
terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
33
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
Contoh penerapan psikodrama: mencontohkan berbagai adegan sifat-sifat
terpuji dengan siswa sebagai lakonnya.
c. Role playing
Role playing atau bermain peran adalah salah satu kelompok model
pembelajaran interaksisosial. Metode pembelajaran ini sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi
peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul
pada masa mendatang.
34
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
PENGEMBANGAN PENILAIAN
A. Penilaian
Untuk mengukur kompetensi terkait keterampilan dalam komunikasi bagi
peserta didik tunanetra, penilaian yang dilakukan menggunakan acuan tes
praktik. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktifitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan
kompetensi. Tes praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik
dalam melakukan sesuatu.
Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik melakukan tugas tertentu dalam hal ini Simulasi/bermain
peran. berikut ini adalah disajikan lembar pengamatan untuk menilai
simulasi yang dilakukan peserta didik.
Lembar Pengamatan Simulasi/Bermain Peran
Kelas : ……………………….Kegiatan : ……………………….Tema : ………………………..
NamaAspek Penilaian
Rata-Rata Nilai
PartisipasiPenghayatan
PeranKerjasama
Pedoman Penskoran :
35
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
Aspek Penilaian Deskripsi Nilai
Partisipasi Keterlibatan dalam bermain peran Peran dari tokoh yang diperankan 60 – 100
Penghayatan Peran
Penjiwaan terhadap tokoh Kesesuaian kostum tokoh Semangat bermain peran
60 – 100
Kerjasama Membantu teman Tenggang rasa dengan teman 60– 100
36
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
KESIMPULAN
Unit ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Progsus 2.2. yaitu mampu
melakukan komunikasi antar personal dengan baik dan ekspresif.
Berdasarkan kompetensi tersebut, bahwa indikator yang dikembangkan
terkait psikomotor (P2). Artinya, Kompetensi keterampilan ini menuntut
Saudara memfasilitasi peserta didik berkreasi. Saudara perlu memberikan
ruang dan waktu kepada untuk mengembangkan kreativitasnya dalam
pengembangan komunikasi bagi peserta didik tunanetra.
Penguasaan keterampilan oleh peserta didik memerlukan proses
pembelajaran yang relevan. Oleh karena itu, aktivitas pembelajaran pada
unit ini terkait pengembangan komunikasi menggunakan metode simulasi/
bermain peran melalui tiga kali pertemuan. Seperti telah diketahui, metode
pembelajaran ini dapat memberikan pengalaman langsung yang dirasakan
peserta didik sehingga lebih memahami apa yang akan terjadi dalam
kehidupan nyata.
Adapun konten yang dikembangkan pada unit ini meliputi Teknik
Memperkenalkan Diri dan Berkenalan dengan orang lain, dan teknik
memimpin rapat, kedua topik ini disampaikan dalam bentuk permaianan dan
metode simulasi/bermain peran, sehingga diharapkan peserta didik
tunanetra menjadi tertarik untuk belajar, dan peserta didik juga mendapat
pengalaman nyata. Konten dan metode pada kegiatan ini tujuan utamanya
adalah untuk mengurangi dampak ketunanetraan pada aspek sosial
emosinya, seperti perilaku mudah curiga, kurang percaya diri, dan menarik
diri ketika bergabung dengan peserta didik lainnya.
37
Unit PembelajaranKomunikasi Ekspresif
UMPAN BALIK
Dalam rangka mengetahui pemahaman terhadap unit ini, Saudara perlu
mengisi lembar persepsi pemahaman. Berdasarkan hasil pengisian
instrumen ini, Saudara dapat mengetahui posisi pemahaman beserta umpan
baliknya. Oleh karena itu, isilah lembar persepsi diri ini dengan objektif dan
jujur dengan memberikan tanda silang (X) pada kriteria yang menurut
saudara tepat.
Lembar Persepsi Pemahaman Unit
No AspekKriteria
1 2 3 4
1. Memahami dengan baik semua indikator yang telah dikembangkan di unit ini.
2 Mampu menghubungkan konten dengan fenomena kehidupan sehari-hari.
3 Memhammi dengan baik bahwa aktivitas pembelajaran yang disusun dapat mengembangkan HOTS peserta didik.
4 Memahami dengan baik tahapan urutan aktivitas pembelajaran yang disajikan.
5 Mampu dengan baik mengaplikasikan aktivitas pembelajaran di dalam kelas.
6 Memahami konten secara menyuluh dengan baik.
7 Memahami teknik penilaian yang cocok dengan target kompetensi yang ingin dicapai
Jumlah
Jumlah Total
38
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Keterangan1=tidak menguasai2 = cukup menguasai3 = menguasai4 = Sangat Menguasai
Pedoman Penskoran
Skor = Jumlah Total X 100 40
Keterangan Umpan Balik
Skor Umpan Balik
< 70 : Masih banyak yang belum dipahami, di antara konten, cara membelajarkannya, mengembangkan penilaian dan melaksanakan penilaian. Saudara perlu membaca ulang unit ini dan mendiskusikannya dengan dengan fasilitator di Gugus/MGMP sampai Saudara memahaminya.
70-79 : Masih ada yang belum dipahami dengan baik, di antara konten, cara membelajarkan, mengembangkan penilian dan melaksanakan penilaian. Saudara perlu mendiskusikan bagian yang belum dipahami dengan fasilitator atau teman lain di Gugus/MGMP.
80-89 : Memahami konten, cara membelajarkan, mengembangkan penilaian dan melaksanakan penilaian dengan baik.
> 90 : Memahami konten, cara membelajarkan, mengembangkan penilaian dan melaksanakan penilaian dengan sangat baik. Saudara dapat menjadi fasilitator bagi teman-teman lain di Gugus/MGMP untuk membelajarkan unit ini.