daftar isi hal - perpustakaan...

118
DAFTAR ISI Hal JUDUL KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii iii DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN iv BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.1.1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Kotabaru 1 1.1.2. Pengertian dan Proses Penyusunan RPJPD 2 1.2. Maksud dan Tujuan 3 1.3. Landasan Hukum 4 1.4. Hubungan RPJPD Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya. 4 1.5 Sistimatika Penyusunan 5 BAB II. KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH 6 2.1. Kondisi & Analisis. 6 2.1.1. Geomorfologis dan Lingkungan Hidup 6 2.1.2 Demografis 8 2.1.3 Ekonomi dan Sumber Daya Alam 12 2.1.3.1. Makro Ekonomi 12 2.1.3.2. Pertanian 20 2.1.3.2.1. Tanaman Pangan, Perkebunan & Peternakan 20 2.1.3.2.2. Kelautan dan Perikanan 34 2.1.3.2.35 Kehutanan 44 2.1.3.3. Industri dan Perdagangan 50 2.1.3.4. Sumbedaya Alam 55 2.1.4. Sosial Budaya dan Agama 57 2.1.5. Prasarana dan Sarana 60 2.1.6. Politik, Pemerintahan dan Hukum 69 2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah 73 BAB III. VISI, MISI & ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 88 3.1. Visi 88 3.2. Misi 89 3.3. Arah Pembangunan Jangka Panjang 90 3.3.1 Arah Umum 90 3.3.1.1 Bidang Sumber Daya Manusia 90 3.3.1.2 Bidang Ekonomi 92 3.3.1.3 Bidang Prasarana dan Sarana 97 3.3.1.4 Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 103 3.3.1.5 Bidang Politik, Pemerintahan dan Hukum 105 3.3.2 Peran Sub Wilayah Pembangunan 109 BAB IV. PENUTUP 111 KEPUSTAKAAN LAMPIRAN ii

Upload: dotram

Post on 06-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI Hal

JUDUL KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii

iii DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN iv

BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.1.1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Kotabaru 1 1.1.2. Pengertian dan Proses Penyusunan RPJPD 2 1.2. Maksud dan Tujuan 3 1.3. Landasan Hukum 4 1.4. Hubungan RPJPD Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya. 4 1.5 Sistimatika Penyusunan 5

BAB II. KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH 6 2.1. Kondisi & Analisis. 6 2.1.1. Geomorfologis dan Lingkungan Hidup 6 2.1.2 Demografis 8 2.1.3 Ekonomi dan Sumber Daya Alam 12 2.1.3.1. Makro Ekonomi 12 2.1.3.2. Pertanian 20 2.1.3.2.1. Tanaman Pangan, Perkebunan & Peternakan 20 2.1.3.2.2. Kelautan dan Perikanan 34 2.1.3.2.35 Kehutanan 44 2.1.3.3. Industri dan Perdagangan 50 2.1.3.4. Sumbedaya Alam 55 2.1.4. Sosial Budaya dan Agama 57 2.1.5. Prasarana dan Sarana 60 2.1.6. Politik, Pemerintahan dan Hukum 69 2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah 73

BAB III. VISI, MISI & ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 88 3.1. Visi 88 3.2. Misi 89 3.3. Arah Pembangunan Jangka Panjang 90 3.3.1 Arah Umum 90 3.3.1.1 Bidang Sumber Daya Manusia 90 3.3.1.2 Bidang Ekonomi 92 3.3.1.3 Bidang Prasarana dan Sarana 97 3.3.1.4 Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 103 3.3.1.5 Bidang Politik, Pemerintahan dan Hukum 105 3.3.2 Peran Sub Wilayah Pembangunan 109

BAB IV. PENUTUP 111

KEPUSTAKAAN LAMPIRAN

ii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Nama Nama Bupati Kotabaru 1950-2007 2

Tabel 2 Kelautan Dan Perikanan Terbangun 2007 – 2026 81

Tabel 3 Sasaran Pembangunan SDM` Kab. Kotabaru 2007 – 2026 91

Tabel 4 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Menurut Sektor Kab. Kotabaru 2007 – 2026 95

Tabel 5 Sasaran Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026 (%) 96

Tabel 6 Sasaran Indikator Makro dan Kesejahteraan Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026 97

Tabel 7 Sasaran Indikator Sarana dan Prasarana Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026 99

iii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran

1 TOTAL PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KOTABARU TAHUN 1996 -2005 2 KEPADATAN PENDUDUK PER KECAMATAN DI KOTABARU TAHUN 2004 -2005

3 TOTAL PENDUDUK KOTABARU MENURUT KELOMPOK UMUR 1996, 1997, DAN 2004

4 TENAGA KERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA KOTABARU 1996 - 2005

5

ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN DI KOTABARU 2005/2006

6 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) 2004-2005 TIAP KABUPATEN DI KALSEL 7 KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KOTABARU 1996 – 2005 8 JUMLAH UNIT USAHA SEKTOR INDUSTRI KABUPATEN KOTABARU1995 - 2005 9 JUMLAH KOPERASI KABUPATEN KOTABARU 1995 - 2005

10 NILAI PDRB DAN PERTUMBUHANNYA KABUPATEN KOTABARU 2000 – 2005 11 DISTRIBUSI SEKTORAL PDRB KAB KOTABARU 2001-2003 12 DISTRIBUSI SEKTORAL PDRB KAB KOTABARU 1995 -2005 13 BEBERAPA INDIKATOR MAKRO DAN KESEJAHTERAAN KAB KOTABARU 1996 -2005 14 PERKEMBANGAN SIMPANAN MASYARAKAT KAB KOTABARU 2003

15 PERKEMBANGAN KREDIT DAN VALAS MENURUT PENGGUNAAN DI KOTABARU 2003

16 NILAI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KAB KOTABARU 1995 -2005 17 NILAI DANA PERIMBANGAN YANG DITERIMA KAB KOTABARU 1996 – 2005 18 NILAI EKSPOR MENURUT JENIS BARANG (Rp) KAB KOTABARU 1995 -2005 19 LUAS TANAM, RUSAK, PANEN, PRODUKSI DAN RATA-RATA PRODUKSI TANAMAN

PADI SAWAH KAB KOTABARU 1995 -2005 20

LUAS TANAM, RUSAK, PANEN, PRODUKSI DAN RATA-RATA PRODUKSI TANAMAN PADI LADANG KAB KOTABARU 1995 -2005

21 PRODUKSI TANAMAN KELAPA SAWIT PER JENIS PENGUSAHAAN KAB KOTABARU 1995 -2005

22 POPULASI PETERNAKAN KAB KOTABARU 1995 -2005 23 TINGKAT PRODUKSI KOMODITI TERNAK KOTABARU 1995 -2005 24 TINGKAT KONSUMSI KOMODITI TERNAK KAB KOTABARU 1995 -2005 25 JUMLAH UNIT USAHA SEKTOR INDUSTRI KAB KOTABARU 1995 -2005 26 PRODUKSI SEKTOR INDUSTRI KAB KOTABARU 1995 -2005 27 INVESTASI SEKTOR INDUSTRI KAB KOTABARU 1995 -2005 28 JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI KAB KOTABARU 1995 -2005 29 NILAI EKSPOR MENURUT JENIS BARANG (Rp) KAB KOTABARU 1995 -2005 30 VOLUME EKSPOR MENURUT JENIS BARANG (Rp) KAB KOTABARU 1995 -2005 31 SARANA AIR BERSIH KAB KOTABARU 1995 -2005 32

KONDISI JALAN BERDASARKAN JENIS PERMUKAAN MENURUT KELAS JALA KAB KOTABARU 1995 -2005

33 JUMLAH KENDARAAN BERDASARKAN GOLONGAN KAB KOTABARU 1995 -2005 34 JUMLAH DAN KONDISI JEMBATAN KAB KOTABARU 2005 35 JUMLAH SARANA KESEHATAN KAB KOTABARU 1995 -2026 36 JUMLAH SEKOLAH TK di KOTABARU 1995 -2005 37 JUMLAH SEKOLAH SD di KOTABARU 1995 -2005 38 JUMLAH SEKOLAH SMP di KOTABARU 1995 -2005 39 JUMLAH SEKOLAH SMA di KOTABARU 1995 -2005 40 PRASARANA TELEKOMUNIKASI (TELKOM) KAB KOTABARU 1995 -2005 41 SARANA PERIBADATAN KAB KOTABARU 1995 -2005 42 DATA KELISTRIKAN KAB KOTABARU 1995 -2005

iv

No Judul Lampiran

43 JUMLAH PEGAWAI MENURUT PENDIDIKAN KAB KOTABARU 1995 -2005 44 PDRB MENURUT SEKTOR KAB KOTABARU 2000 – 2026 45 PDRB SEKTOR PERTANIAN MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026

46 PDRB SEKTOR PERTAMBANGAN MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026

47 PDRB SEKTOR INDUSTRI MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026

48 PDRB SEKTOR GAS, AIR, DAN LISTRIK MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026

49 PDRB SEKTOR BANGUNAN MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026

50 PDRB SEKTOR PERDAGANGAN MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026

51 PDRB SEKTOR TRANSPORTASI &KOMUNIKASI PER SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026

52 PDRB SEKTOR BLKBB MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026

53 PDRB SEKTOR JASA DAN LK LAINNYA MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026

54 PERDIKSI KEBUTUHAN JALAN DAN JEMBATAN 55 PERKIRAAN KEBUTUHAN AIR BERSIH 56 PERKIRAAN KEBUTUHAN LISTRIK 57 PERKIRAAN KEBUTUHAN JUMLAH SARANA DAN LAHAN

v

Bab 1 Pendahuluan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA KABUPATEN

KOTABARU

Pada tahun 1905 Belanda mulai menapakkan kakinya di Pulau Laut dimana wilayah ini sebelumnya sudah berdiri Kerajaan Kusan. Penjajahan Belanda atas Pulau Laut ini merupakan akhir dari kekuasaan Raja Pulau Laut. Kekuasaan Belanda atas Pulau Laut juga berakhir setelah Jepang berhasil mengalahkan mereka pada tahun 1945. Pada tahun itu pulalah rakyat didaerah Kalimantan Tenggara ini melakukan perjuangan kemerdekaan sampai dengan Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Salah satu tanda betapa heroiknya perjuangan rakyat diwilayah Kalimantan Tenggara ini adalah sejarah pertempuran 7 Pebruari 1946 di Pagatan dimana banyak putra bangsa yang berguguran dalam mempertahankan harga diri sebagai sebagai sebuah bangsa. Rakyat melawan dengan sengit terhadap Belanda yang mencoba memecah belah bangsa dengan mendirikan pemerintahan dengan nama Dewan Kalimantan Tenggara dan lanschap lanchapnya. Rakyat, terutama pemudanya, bersatu padu untuk merealisasikan keinginan mereka untuk bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangan ini memperoleh hasil dengan keluarnya Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 4 April 1950 dimana intinya adalah Kalimantan Tenggara merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia.

Pada tanggal 29 Juni 1950 melalui Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor C17/15/3 daerah Kabupaten Tenggara diubah statusnya menjadi salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Kalimantan Selatan dengan nama Kabupaten Kotabaru yang dipimpin oleh Bupati Muhammad Yamani. Selanjutnya pada tanggal 30 Juni 1950 Pemerintah Pusat mengeluarkan peraturan pembentukan Lembaga legislatif dengan nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang berlaku untuk seluruh daerah Republik Indonesia.

Wilayah Kabupaten Kotabaru pada mulanya (berdasar Undang Undang Nomor 3 Tahun 1950) mencakup kewedanaan Pulau Laut, Tanah

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 1 Pendahuluan

2

Bumbu dan Pasir. Pada tahun 1959 (berdasar Undang Undang Nomor 27 tanggal 29 Desember 1959) wilayah Kabupaten Kotabaru mencakup wilayah tadi dikurangi wilayah Pasir.

Kabupaten Kotabaru telah melakukan berbagai upaya pembangunan dalam wilayah tersebut diatas selama masa 40 tahun. Mulai tahun 1999 yaitu sejak keluarnya Undang Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, Propinsi Kalimantan Selatan yang tadinya memiliki 11 kabupaten-kota menjadi 13 kabupaten-kota. Kabupaten Kotabarupun mengalami pemekaran dimana lima dari 20 kecamatan membentuk kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten tanah Bumbu. Kabupaten Tanah Bumbu diresmikan pada tanggal 8 April 2003 oleh Menteri Dalam negeri berdasarkan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2003 tanggal 25 Pebruari 2003. Dengan adanya pemekaran Kabupaten Kotabaru saat ini memiliki 20 kecamatan.

Kabupaten Kotabaru telah memiliki 13 orang bupati sebagai kepala daerah yang mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan. Nama bupati dan periode pemerintahannya adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Nama Nama Bupati Kotabaru 1950-2007

No Nama Bupati Periode Keterangan 1 M.Yamani 1950-1951 2 Abdul Rasjid 1951-1955 3 Iberahim Sedar 1955-1958 4 H.Abdul Muluk 1958-1959 5 H.A.Hudairi 1960-1963 6 Basarindu 1963-1969 7 H.M.Zain Yunan 1969-1969 8 H.Gt.Syamsir Alam 1969-1980 9 N. Sutejo 1980-1985 Masih Hidup

10 H.M.R.Husin 1985-1990 Masih Hidup 11 Tata M.Anwar 1990-1995 Masih hidup 12 MBA Bektam 1995-2000 Masih hidup 13 H.Sjachrani Mataja 2000-sekarang

1.1.2. PENGERTIAN DAN PROSES PENYUSUNAN RPJP DAERAH

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. RJPJ ini selanjutnya akan digunakan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 1 Pendahuluan

3

sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah untuk setiap jangka waktu 5 (lima) tahunan. RJPJ ini merupakan dokumen perencanaan yang bersifat makro dengan cakupan visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang daerah yang penyusunannya harus dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan. Proses penyusunan RPJP Daerah dilaksanakan dalam 4 (empat) tahap sebagai berikut :

Pertama, penyiapan rancangan RPJP Daerah dimana kegiatan ini dibutuhkan guna mendapat gambaran awal dari visi, misi, dan arah pambangunan daerah.

Kedua, musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) jangka panjang daerah dilaksanakan untuk mendapat masukan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap RPJP Daerah.

Ketiga, penyusunan rancangan akhir RPJP Daerah dimana seluruh masukan dan komitmen hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah menjadi masukan utama dan penyempurnaan rancangan RPJP Daerah, menjadi rancangan akhir RPJP Daerah.

Keempat, penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah dibawah koordinasi Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum. Rancangan akhir RPJP Daerah beserta lampirannya disampaikan kepada DPRD sebagai inisiatif Pemerintah Daerah untuk diproses lebih lanjut menjadi Peraturan Daerah Tentang RPJP Daerah. 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

RPJP Kabupaten Kotabaru sebagai dokumen perencanaan

pembangunan kabupaten untuk jangka waktu 20 tahun ke depan, ditetapkan dengan maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen daerah kabupaten (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha), didalam mewujudkan cita-cita dan tujuan kabupaten sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang telah disepakati bersama. Dengan demikian seluruh upaya yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pembangunan diharapkan menjadi bersifat sinergis, koordinatif dan melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

RPJP Daerah juga menjadi acuan bagi Kepala Daerah dalam membuat Visi dan Misinya yang implementasinya akan dituangkan dalam Rencana Pembanguan Jangka Menengah (RPJM). RJPM ini merupakan arah pembangunan yang ingin dicapai dalam jangka lima tahun sesuai

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 1 Pendahuluan

4

masa bhakti Kepala Daerah. Program dan kegiatan yang direncanakan dibuat sesuai dengan batas kewenangan dengan mempertimbangkan kemampuan kapasitas keuangan daerah. Hal ini diterapkan agar terjadi kesinambungan dalam pembangunan daerah yang tujuan akhirnya adalah terciptanya kesejahteraan rakyat yang adil dan merata seperti diamanatkan dalam UUD 1945.

1.3. LANDASAN HUKUM

Landasan idiil dari RPJP ini adalah Pancasila dan landasan Konstitusional UUD 1945, sedangkan landasan operasional adalah RPJP Nasional dan RPJP Daerah (Propinsi) serta seluruh ketentuan perundangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan daerah, yaitu:

1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.

7. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 50/2020/SJ Thn 2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah &RPJM Daerah

1.4. HUBUNGAN RPJP DAERAH DENGAN DUKUMEN

PERENCANAAN LAINNYA

Seperti halnya kabupaten yang lain Kabupaten Kotabaru merupakan bagian integral dari Propinsi Kalimantan Selatan, sementara Propinsi Kalimantan Selatan adalah bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan kegiatan pembangunan yang dilaksanakannya. Ini menuntut terciptanya keserasian dan kesinambungan pembangunan antar daerah kabupaten dalam propinsi, antara kabupaten-kabupaten dengan propinsi, antar propinsi dan antara propinsi-propinsi dengan pembangunan pada tingkat nasional.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 1 Pendahuluan

5

Sesuai pula dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), penyusunan RPJP Kabupaten Kotabaru ini juga mengacu pada RPJP Provinsi Kalimantan Selatan dimana RPJP Propinsi Kalimantan Selatan mengacu pada RPJP Nasional. Mengacu kepada rencana yang berada diatasnya ini justru dalam arti mengupayakan pengembangan diri secara optimal sesuai dengan potensi dan memampuan serta kebutuhan riil yang dimiliki oleh kabupaten ini sendiri. Hubungan dengan daerah lain dalam kerangka yang lebih luas menjadi peluang bagi terbangunnya sinergi yang lebih mantap agar seluruh kegiatan pembangunan berjalan lebih efisien dan efektif.

RPJP Kabupaten Kotabaru diarahkan secara simultan untuk mendukung visi pembangunan jangka panjang Kalimantan Selatan : Kalimantan Selatan 2025 Yang Maju dan Sejahtera. 1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Kotabaru

Tahun 2007 – 2026 ditulis dengan sistematika, sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN BAB II KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM

KABUPATEN KOTABARU BAB III VISI. MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN

KOTABARU BAB IV PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

6

BAB II KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM

DAERAH 2.1. KONDISI DAN ANALISIS 2.1.1. GEOMORFOLOGI DAN LINGKUNGAN HIDUP KEADAAN WILAYAH Letak Geografis dan Batas Administrasi Wilayah • Kabupaten Kotabaru berada dibagian tenggara Propinsi Kalimantan

Selatan dengan ibukotanya terletak di pulau Laut Utara. • Secara geografis Kabupaten Kotabaru terletak antara 02°20’ – 4O56’’

Lintang Selatan dan 115°29’’ – 116O30” sedang pada koordinat UTM X = 331.931 – 450.530 m dan Y = 9,453.901 – 9.744.170 m.

• Kabupaten ini mempunyai batas batas sebagai berikut, di sebelah utara dengan Propinsi Kalimantan Timur, sebelah selatan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Selat Makasar dan sebelah barat dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tanah Bumbu.

• Kabupaten Kotabaru memiliki luas 9.422,73 km2 (942.273 ha) atau sekitar 25% luas Propinsi Kalimantan Selatan. Dengan luas ini Kabupaten Kotabaru merupakan kabupaten terluas diantara 13 kabupaten dan kota di Propinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Kotabaru terdiri atas 18 kecamatan dgn 195 desa.

Topografi atau Morfologi • Kondisi alam kabupaten Kotabaru terdiri atas daerah pantai, dataran

rendah dan perbukitan/pegunungan. • Wilayah pantai sebelah timur merupakan daerah datar. Dari sini

kearah barat fisiknya bergelombang sampai berbukit. • Pada bagian barat terdapat pegunungan mulai dari selatan ke

utara. Pegunungan ini yang dikenal dengan nama pegunungan Meratus membentang sampai ke wilayah propinsi Kalimantan Timur.

• Menurut ketinggian dari permukaan laut, daerah dengan ketinggian lebih dari 25 – 100 m merupakan daerah terluas yaitu seluas 457.728 Ha. Sedangkan daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000 m seluas 6.410 Ha, 0-7 m seluas 80.563 ha, >7-25 m seluas

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

7

167.237 ha, >100-500 m seluas 164.942 ha, dan >500-1000 m seluas 65.393 ha.

• Berdasar kelerengan untuk kelerengan 0 s.d. 2 % berjumlah 104.337 ha; 2 s.d. 15% 615.394 ha; 15 s.d. 40% 166.394 ha dan diatas 40% 56.148 ha.

• Menurut jenis tanahnya, sebagian besar daratan merupakan jenis tanah PMK (Podsolik Merah Kuning) seluas 355.758 ha. Selain itu ada jenis Latosol 57.800 ha, 154.220 ha PMKL (Podsolik Merah Kuning Litosol dan Latosol), KPMK (Komplek Podsolik Merah Kuning) 180.500 ha dan Alluvial 193.995 ha.

• Data tahun 2004 menyebutkan bahwa penggunaan lahan di Kotabaru mencapai 942.273 ha, terdiri dari Lahan pemukiman/kampung seluas 11.256 ha, industri 803 ha, pertambangan 20.353 Ha, sawah 5.651 ha, pertanian lahan kering semusim 7.450 ha, kebun campuran 40.003 ha, perkebunan 103.928 ha, padang/semak belukar/alang-alang 392.660 Ha, hutan 351.873 ha, perairan darat 274 ha, tanah terbuka 1.071 ha, dan lain-lain 6.951 ha.

Iklim • Kabupaten Kotabaru memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan

musim hujan. • Suhu udara yang terjadi pada 2005, paling tinggi mencapai 32,1oC

dan paling rendah 22,5 oC. Keduanya terjadi pada bulan September. • Jumlah curah hujan pada tahun 2005 yang terendah adalah 94,1 mm

(November) sedangkan tertinggi 359,3 mm (Maret). • Kecepatan Angin pada 2005 berkisar antara 8/350 knot (Juni) dan

20/350 knot (Januari). Kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 29 knot, dan terendah bulan September 12 knot.

• Penyinaran matahari berkisar antara 24% (Desember) - 56% (September).

ANALISIS Proyeksi Peluang (Geomorfologi dan Lingkungan Hidup) • Tapal batas akan semakin jelas karena masing masing daerah

tetangga dalam era otonomi daerah akan lebih memperhatikan batas wilayah mereka sehingga tata ruang untuk kabupaten Kotabaru bisa diperjelas dan dipertegas.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

8

Proyeksi Ancaman (Geomorfologi dan Lingkungan Hidup) • Ilegal mining dan illegal logging cenderung mempengaruhi tata ruang

yang disepakati • Era otonomi daerah bisa menimbulkan ancaman atas tapal batas

dengan tetangga mengingat • Pengelolaan sumberdaya (lahan, ikan, dll) lintas batas cenderung

mengaburkan perbatasan yang sesuai dengan wilayah administrasi • Masih ada kemungkinan penggunaan lahan yang merupakan proyek

pusat tanpa persetujuan daerah sehingga menggangu penerapan tata ruang yang sudah disepakati didaerah.

Proyeksi Keberhasilan (Geomorfologi dan Lingkungan Hidup) • Masih tersedia luasan lahan yang dapat dikembangkan untuk

mendukung berbagai sektor terutama sektor industri • Terdapat kecenderungan kecamatan (desa) semakin memperhatikan

masalah pemanfaatan lahan dan lingkungan masing masing mengingat dampak pembangunan dimasa lalu kurang menguntungkan penduduk lokal

• Intensitas kepeduliaan masyarakat lewat LSM LSM atas lingkungan cenderung meningkat sehingga ini akan mendorong pemanfaatan lahan dan lingkungan menjadi lebih sesuai dengan standar yang ditentukan.

Proyeksi Permasalahan (Geomorfologi dan Lingkungan Hidup) • Kecenderungan berubahnya kondisi geografis morfologis karena

semakin pesatnya kegiatan pembangunan cukup besar mengingat disatu sisi lahannya terbentang luas dan sulit terjangkau; disisi lain tenaga kerja profesional cenderung meningkat tidak sebanding dengan kebutuhan pembangunan.

• Terbatasnya kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan berbagai peralatan yang berkaitan dengan teknis pemantauan dan pengukuran.

2.1.2. DEMOGRAFI KONDISI SAMPAI SAAT INI • Penduduk Kabupaten Kotabaru pada tahun 1997 berjumlah

195.710 jiwa. Sampai dengan tahun 2004 jumlah penduduk ini bertambah terus dengan rata rata pertumbuhan sebesar 4%. Tahun 2005 penduduk menjadi 260.093 jiwa. Ini menunjukkan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

9

bahwa telah terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 1,5% (Lampiran 1).

• Jumlah kelahiran relatif rendah. Data tahun 1996-2001 menunjukkan bahwa Crude Birth Rate berada dibawah angka 20. Begitu pula Crude Death Rate nampaknya yaitu selalu dibawah angka 10 per seribu. Rendahnya angka ini kemungkinan karena kurang cermatnya rekaman data kelahiran dan kematian.

• Secara rata rata pada tahun 2005 wilayah Kotabaru dihuni sebanyak 28 jiwa per km2. Kepadatan penduduk ini bervariasi antara kecamatan dengan kecamatan Pulau Sembilan yang terpadat (1.165 jiwa/km2) disusul oleh kec.Pulau Laut Utara (464 jiwa/km2). Kepadatan penduduk dikecamatan lainnya berkisar antara 5 jiwa (Hampang) dan 56 jiwa/km2(Lampiran 2)

• Kecamatan dengan penduduk yang paling jarang terdapat di Kecamatan Hampang, Kelumpang Barat, dan Sungai Durian masing-masing dengan tingkat kepadatan penduduknya hanya 5 jiwa, 8 jiwa dan 8,5 jiwa per km2.

• Menurut struktur umurnya, penduduk Kotabaru pada tahun 2004 terdiri dari berumur 0-4 tahun sebanyak 11,71%, 5-14 tahun sebanyak 19,94%, 15-64 tahun sebanyak 66,11%, dan 65 tahun keatas sebanyak 2,62%, dengan dependency rationya 52,15 (Lampiran 3).

• Keadaan ini masih menunjukkan ciri-ciri penduduk muda sebagaimana umumnya terdapat dalam negara berkembang. Akan tetapi terlihat perkembangan yang baik dimana jumlah usia produktif dan usia tua meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa ratio ketergantungan berkurang dan kesehatan yang baik telah meningkatkan usia harapan hidup.

• Jumlah penduduk miskin pada tahun 2004 sebesar 15,5 ribu jiwa atau 6,04% yang berarti telah menurun dari tahun sebelumnya 2003 yakni sebesar 17,2 ribu jiwa atau 6,82%.

• Dilihat dari sektor bekerjanya, sebanyak 69,14% penduduk Kotabaru bekerja disektor pertanian, 16,10% bekerja bukan disektor pertambangan, dan 11,35% di sektor Industri. Proporsi penduduk yang bekerja disektor lain relatif sangat kecil di bawah 2%, hanya sektor Pengangkutan yang tertinggi 1,06%. (Lampiran 4)

• Pemerataan pendidikan berdasarkan jenjang pendidikan, terlihat Angka Partisifasi Kotor (APK) pendidikan TK sebesar 37,37; SD sebesar 112,40% (tdk termasuk Paket A), SMP 68,10% (tdk

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

10

termasuk Paket B), dan SMA 26,96% (tdk termasuk Paket B) penduduk miskin mempunyai tingkat pendidikan tidak tamat SD, 39,52% (Lampiran 5).

• Kualitas penduduk mengalami peningkatan dilihat dari perkembangan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kotabaru dimana pada tahun 2004 sebesar 68,2 menjadi 69,2 pada tahun 2005, sementara angka IPM untuk Kalimantan Selatan pada tahun 2005 menunjukkan angka sebesar 67,4 dan IPM rata-rata nasional sebesar 69,0. Ditinjau dari peringkatnya Kotabaru pada 2005 di Kalimantan Selatan berada pada urutan ketiga namun secara nasional menempati urutan 204. Artinya lebih rendah dari nilai tengah IPM secara nasional (Lampiran 6).

• Angka harapan hidup di Kotabaru pada 2004 adalah 63,5 dan pada 2005 adalah 63,9. Angka ini lebih tinggi dari angka untuk Kalimantan Selatan yaitu pada tahun 2004 adalah 61,6 dan tahun 2005 sebesar 62,1. Secara nasional tingkat harapan hidup pada 2004 adalah 67,6 dan pada 2005 adalah 68,1 tahun (Lampiran 6).

• Angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas pada tahun 2004 mencapai 93,5% dan pada 2005 adalah 94%. Pada periode yang sama Kalimantan Selatan pada tahun 2004 sebesar 93,3% dan tahun 2005 sebesar 95,3% (Lampiran 6).

• Tingkat enrollment atau rata-rata lama sekolah juga masih dibawah rata-rata Kalsel yang untuk Kotabaru pada tahun 2005 sepanjang 7 tahun sementara Kalsel 7,3 tahun (Lampiran 6).

• Faktor lain yang menentukan pembangunan manusia adalah tingkat pengeluaran riil perkapita dimana untuk Kotabaru pada tahun 2005 sebesar Rp. 639,8 ribu,- sedangkan Kalsel pada tahun 2005 sebesar Rp.622,7 ribu (Lampiran 6).

ANALISIS Proyeksi Peluang (Demografi) • Interaksi yang lebih intens dengan dunia yang lebih luas baik

regional maupun internasional membuka peluang terhadap akses ke sumber-sumber baru yang mungkin lebih baik dan lebih murah dimana sebelumnya tidak ada.

• Berbagai hasil informasi dan teknologi yang menambah wawasan dan komitmen bagi pembangunan kesehatan, pendidikan, ekonomi, budaya, dan spiritual.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

11

Proyeksi Ancaman (Demografi) • Dalam dua dasa warsa kedepan kehidupan sosial masyarakat

Kotabaru akan menghadapi era keterbukaan yang lebih luas. Era globalisasi makin kental dengan berbagai dampak yang dibawanya seperti budaya dan gaya hidup yang tidak cocok dengan akar budaya masyarakat yang kontraproduktif terhadap kualitas SDM.

• Migrasi masuk akan bertambah deras termasuk yang berasal dari luar negeri pada era globalisasi. Umumnya migrasi masuk ditandai dengan keterampilan keahlian yang lebih baik dari penduduk lokal sehingga ini akan merebut kesempatan kerja yang memang sulit diisi oleh tenaga kerja lokal.

Proyeksi Permasalahan (Demografi) • Kualitas yang rendah seperti ditunjukkan posisi Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kotabaru menunjukkan gambaran beban yang semakin berat dalam menghadapi persaingan pasar bebas.

• Dari komposisi demografi Kotabaru sudah merasakan sedikit jebakan demografis sebagai dampak lain dari menigkatnya mutu kesehatan dalam bentuk menurunnya kematian bayi dan balita dibarengi dengan meningkatnya tingkat harapan hidup.

• Meski angka pengangguran terbuka relatif rendah akan tetapi terdapat kecendrungan untuk meningkat terutama akibat dampak krisis moneter dan perubahan harga-harga yang terjadi dalam tiga tahun terkhir yang mengakibatkan korporasi perlu mengkalkulasi ulang struktur ongkos produksi perusahaan.

• IPM Kotabaru berada diurutan ke 3 dari 13 Kabupaten/Kota di Kalsel. Tingkat ini tidak rendah, namun untuk bersaing di tingkat nasional (peringkat 204) maupun global tentu masih perlu ditingkatkan.

• Meski terus membaik, indikator kesehatan seperti angka harapan hidup, angka kematian bayi, angka kurang gizi pada balita, disparitas status kesehatan antar wilayah di Kotabaru masih rendah dan lebih rendah dari sebagian besar daerah lain di Kalsel.

• Pada aspek pendidikan, indikator melek huruf, enrollment serta capaian tingkat pendidikan tertinggi di Kotabaru juga masih rendah yakni karena yang paling dominan hanya tamat SD. Hal ini harus segera ditingkatkan secara konsisten karena

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

12

menyangkut mutu SDM yang urgent dalam menjalankan pembangunan.

• Sementara penyediaan lapangan kerja untuk klasifikasi pendidikan relatif tinggi masih perlu ditingkatkan karena untuk kategori ini tingkat pengangguran relatif masih tinggi.

• Fakta bahwa tingkat pengeluaran riil perkapita untuk Kotabaru nilainya masih rendah menggambarkan bahwa tingkat hidup masyarakat Kotabaru masih belum jauh dari tingkat rendah (subsistens).

Proyeksi Keberhasilan (Demografi) • Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif terkendali

Kotabaru relatif lebih ringan bebannya dalam menghadapi desakan jumlah penduduk.

• Hal ini memberi kesempatan luas bagi daerah untuk menata pembangunannya dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada secara efisien dan efektif.

• Angka pengangguran terbuka yang selama ini dapat dikendalikan sehingga relatif paling rendah di Kalsel dapat menjadi landasan yang kuat bagi terciptanya tingkat produktifitas dan produksi yang tinggi dalam ekonomi.

• Hal terakhir menjadi sangat penting terutama dalam menghadapi perkembangan dalam dua dasa warsa kedepan.

2.1.3. EKONOMI DAN SUMBERDAYA ALAM

2.1.3.1. MAKRO EKONOMI

KONDISI SAMPAI SAAT INI Sisi Penawaran • Kabupaten Kotabaru memiliki berbagai potensi ekonomi baik

sumber daya alam, sumber daya manusia dan modal yang tersebar diberbagai wilayah. Sumber daya alam yang ada meliputi kawasan hutan, tanah atau lahan, bahan tambang dan mineral, perairan, wilayah kelautan dan kepulauan.

• Dalam enam tahun terakhir, 2000-2005, secara keseluruhan kemampuan ekonomi dalam menyerap tenaga kerja berjalan lambat yakni hanya 1,37% pertahun. Sebagian besar sektor berkecendrungan positif, namun terdapat 2 (dua) sektor yang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

13

menurun dalam penyerapan tenaga kerja, yakni sektor konstruksi (-4,47%) dan sektor Transportasi & komunikasi (-7,04%). Sementara pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tenaga paling pesat dalam periode ini adalah sektor Jasa Keuangan dengan 21,04% dan Perdagangan dengan 6,50% (Lampiran 7).

• Angkatan kerja terus tumbuh dari 191.247 pada th 2000, menjadi 192.159 pada 2001 dan 206.877 pada 2002 (rata-rata tumbuh sebesar 4,07% pertahun). Dari komposisi penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan yang ditekuni terlihat masih didominasi sektor pertanian. Secara lebih detail sebaran lapangan kerja penduduk 2005 sebagai berikut: 69,14% di sektor pertanian, kemudian 16,10% di sektor pertambangan, lalu 11,35% di sektor manufaktur dan berikutnya 1,06% di sektor transportasi dan komunikasi. Sektor lainnya hanya dapat menyediakan lapangan pekerjaan di bawah 1%, yakni perdagangan, hotel, dan restoran 0,84%, listrik gas dan air 0,81%, jasa keuangan0,57% dan bangunan 0,13%. Angka pengangguran terbuka cukup berfluktuasi karena pada th 2000 sebesar 2,96 menjadi 2.16 pada 2001 dan naik lagi menjadi 2,47 pada 2002 (Lampiran 7).

• Jumlah unit usaha sektor industri pada tahun 2004 terdapat sebanyak 1.217 unit dan pada 2005 sebanyak 2.940 unit yang tersebar dalam berbagai lapangan yakni Industri Makanan dan Minuman, Tekstil, Kayu, Kimia, Mineral Non Logam, Dasar Logam, Logam, dan lainnya, dengan dominasi kelompok makanan dan Minuman sebanyak 1.321 unit. Selama enam tahun terakhir ini, dari 2000-2005, telah terjadi peningkatan jumlah unit usaha industri dengan rata-rata sebesar 20,10% pertahun. Namun sebelumnya, dari 2000-2004, secara rata-rata jumlahnya justru telah menurun sebesar 10,26%. Hanya saja pada tahun 2005 terjadi kenaikan yang sangat signifikan yakni sebesar 141,58%. Secara umum pertumbuhan jumlah unit industri memiliki kecendrungan positif kecuali jenis Tekstil dan Kulit, Kimia & Karet & Plastik, serta Barang dari Logam yang negatif atau cenderung terus menurun (Lampiran 8).

• Jumlah Koperasi yang bergerak disemua sektor ekonomi pada 2004 adalah sebanyak 129 buah. Pada tahun 2005 menjadi 149 (naik 15,50%). Hingga 2004 sebenarnya kecendrungannya menurunan dimana pada tahun 2000 telah berjumlah 192 unit. Selama periode 2000-2005 ini jumlah koperasi menurun dengan rata-rata minus (-) 3,05% pertahun (Lampiran 9)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

14

• Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kotabaru atas dasar harga konstan 2000, pada tahun 2005 sebesar Rp.3.648.381,35 juta, yang berarti telah tumbuh 1,28% dari 2004 yang mencapai Rp.3.602.210,44 juta. Tahun 2004 tumbuh sebesar 13,98% dari tahun 2003. Sementara itu, tingkat pertumbuhan tahun sebelumnya yakni tahun 2003 adalah 12,07% dan 2002 adalah 4,45%%. Dengan menggunakan angka PDRB tahun 2000-2005 yang telah mengeluarkan bagian Tanah Bumbu, pertumbuhan rata-ratanya sebesar 8,19% (Lampiran 10).

• Sejak pemekaran Kabupaten dimana terdapat 5 dari 20 kecamatan memisahkan diri menjadi kabupaten Tanah Bumbu maka Kotabaru kehilangan sekitar 26,43% PDRBnya (Lampiran 11).

• Sektor yang tumbuh pesat diatas rata-rata adalah Bank dan Lembaga Kuangan dengan 31,62% disusul Perdagangan, Angkutan, dan Jasa-jasa Lain, dengan masing masing 12,40%, 11,83%, dan 7,70%. Akan tetapi sebagian sektor yang tumbuh pesat tersebut memiliki share yang rendah, yakni BLKL dengan 1,69% dan Jasa lain 2,25%. Sektor yang secara simultan tumbuh tinggi dan memiliki share yang signifikan adalah perdagangan dengan share 18,00% dan Angkutan yang memiliki share 12,35% dari PDRB (Lampiran 12).

• Selama rentang 4 tahun terakhir (2002-2005), dibanding dengan sebelum pemisahan Tanah Bumbu, terjadi perubahan drastis dalam struktur produksi sektoral perekonomian. Pada tahun 2001 nilai PDRB selain didominasi sektor pertanian (29,92%) juga disumbang dengan signifikan oleh sektor pertambangan & penggalian (26,43%). Setelah dipisahkan bagian Tanah Bumbu maka peranan sektor pertambangan dan penggalian turun drastis yakni hanya menyumbang 0,34% - 0,43%, selama 2002 - 2004, meski naik kembali pada 2005 menjadi sebesar 16,68% (Lampiran 12).

• Kondisi tersebut menyebabkan sektor pertanian menjadi semakin dominan dengan share antara 44,17% – 46,65% pada tiga tahun terakhir dan 37,47% pada 2005. Sebelumnya, selama periode 1995 – 2001 berperan antara 24,20% – 37,38%.

• Penyumbang paling besar sektor pertanian adalah sub sektor perikanan 61,17% dan perkebunan 28,32%. Perkembangan ini sejalan dengan peningkatan peran Jasa Transportasi terutama transportasi laut yang berperan 8,31% dari seluruh PDRB 2005. Ini menunjukan kondisi Kotabaru sebagai wilayah kelautan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

15

berperan besar dan potensial untuk terus dikembangkan (Lampiran 12).

Sisi Permintaan • Indikator kesejahteraan yang sedikit lebih indikatif dari PDRB

adalah PDRB/kap. Dalam beberapa tahun terkhir angka ini menunjukkaan tingkat yang cukup tinggi. PDRB/kap atas dasar harga konstan 2000 pada 2003 adalah sebesar Rp.12,89 juta, 2004 Rp.sebesar 14,37% dan pada 2005 sebesar Rp.14,95 juta sehingga selama rentang 2000-2005 telah naik dengan rata-rata sebesar 6,38%. Pada tahun 2003 sendiri telah tumbuh sebesar 2,78%, tahun 2004 tumbuh 11,49% dan tahun 2005 tumbuh dengan 4,02% dari tahun sebelumnya (Lampiran 13).

• Nilai pengeluaran riil perkapita masyarakat Kotabaru cenderung terus meningkat. Pada tahun 2000 hanya Rp.609.300,- naik pada 2004 dan 2005 masing-masing menjadi Rp.631.100,- dan Rp.639.800,-. Hal ini sebagai salah satu komponen membentuk tingkat IPM yang juga terus naik dari tahun 2004 sebesar 68,2 hingga 2005 menjadi 69,5. Namun peringkat IPM ini ditingkat propinsi tetap pada urutan 3 (tiga) (Lampiran 13).

• Perkembangan jumlah penduduk miskin terlihat pula cukup menggembirakan namun berfluktuasi. Pada tahun 2002 penduduk miskin sebanyak 6,60%. Pada 2003 angka ini naik menjadi 6,83%. Namun sejalan dengan perkembangan ekonomi yang berhasil dicapai jumlahnya pada 2004 menurun hingga hanya 6,04% (Lampiran 13).

• Tingkat pendapatan perkapita yang relatif cukup tinggi merupakan potensi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lewat adanya kemampuan daya beli masyarakat melalui kegiatan konsumsi, tabungan dan Investasi.

• Berdasarkan data simpanan masyarakat dalam berbagai bentuk di Perbankan selama tahun 2003 tercatat secara rata-rata sebesar Rp.292.255,21juta atau secara kumulatif sebesar Rp.3.507.062,-juta. Secara rinci terdiri dari Giro dengan rata-rata sebesar Rp.103.999,83juta, Deposito dengan rata-rata sebesar Rp.39.178,93juta, dan Tabungan dengan rata-rata sebesar Rp.149.076,46juta (Lampiran 14).

• Sementara itu perkembangan kredit dan Valas menurut jenis penggunaan selama tahun 2003 berjumlah Rp.63.627,-juta terdiri dari kredit modal kerja Rp.31.491,-juta, kredit Investasi Rp.8.021,-juta, dan kredit Konsumsi Rp.24.115,-juta (Lampiran

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

16

15). • Kegiatan Investasi dunia usaha Kotabaru dilakukan baik melalui

fasilitas penanaman modal koordinatif maupun dengan inisiatif pengusaha itu sendiri.

• Kemampuan keuangan pemerintah kabupaten melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) terlihat meningkat dengan stabil. Selama rentang 1996-2005 PAD tumbuh dengan 60,25% pertahun. Sedangkan pada rentang 2003-2005 (setelah pisah dengan Tanah Bumbu) pertumbuhannya sebesar 16,79% (Lampiran 16).

• Secara rinci sumber PAD terdiri dari pendapatan Retribusi, Pajak Daerah, Laba BUMD, dan Penerimaan Lainnya. Penerimaan Lainnya yang menyumbang paling besar yakni 57,16% pada 2005, selama 1996-2005 telah tumbuh 181,69%. Pada periode 2003-2005 pendapatan ini hanya tumbuh dengan 25,22% (Lampiran 16).

• Penyumbang PAD terbesar kedua adalah Pajak Daerah dengan 22,39% pada 2005. Pendapatan ini tumbuh 46,70% pertahun selama 1996-2005. Akan tetapi pada 2003-2005 ia menurun dengan rata-rata –(minus)0,33% pertahun. (Lampiran 16).

• Retribusi yang menyumbang 16,55% bagi PAD 2005 tumbuh sebesar 9,24% pertahun selama periode 1996-2005 dan mampu tumbuh 28,56% pertahun selama 2003-2005 (Lampiran 16).

• Sedangkan Laba BUMD telihat semakin menurun tingkat pertumbuhannya. Pada periode 1996-2005 pendapatan ini tumbuh rata-rata 19,02% dan telah menurun pada rentang 2003-2005 menjadi –(minus)4,57% (Lampiran 12).

• Pertumbuhan sumber PAD paling pesat selama rentang 2003-2005 adalah Retribusi (23,23%) disusul Penerimaan Lain (22,82%). Sumber lainnya, yakni Pajak Daerah dan Laba BUMD justru turun masing-masing dengan (-)3,08% dan (-)5,05% (Lampiran 16).

• Dana Perimbangan yang diterima Kotabaru pada 2005 berjumlah Rp.245.433.597.170,- yang terbagi atas Dana Alokasi Umum Rp.122.129.000.000,- (49,76%), Dana Alokasi Khusus Rp.1.509.520.974,- (0,61%), Bagi Hasil Pajak Rp.32.539.215.729,- (13,26%) dan Bagi Hasil Bukan Pajak Rp.Rp.89.255.860.467,- (36,37%) (Lampiran 17).

• Selama periode 2003-2005 Dana Perimbangan telah tumbuh dengan rata-rata 10,14% pertahun. Perkembangan periode ini menunjukkan DAU dan DAK menurun masing-masing dengan –

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

17

(minus)11,98% dan –(minus)25,00%. Sementara itu Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak naik masing-masing dengan 36,31% dan 124,98% (Lampiran 17).

• Kemapuan Ekspor kabupaten Kotabaru telah tumbuh dengan rata-rata 13.40% per tahun selama rentang sepuluh tahun terakhir. Antara tahun 2002-2004 rata-rata pertumbuhan ekspor Kotabaru adalah 33,58%, dengan pertumbuhan tertinggi Batu Bara dengan 34,03%. Komoditas lain yakni udang beku, ikan beku, plywood dan moulding justru menurun (Lampiran 18).

• Kecendrungan tahunan ekspor in sangat fluktuatif. Pertumbuhan ekspor pada 2001 sempat mencapai 58,90% ditandai dengan peningkatan tajam ekspor udang beku. Akan tetapi pada 2002 nilai ekspor justru turun minus(-)1,46% ditandai dengan turunnya dengan tajam ekspor produk Moulding. Ekspor pada 2004 ditandai dengan munculnya komoditas baru yakni CPO (1,95%), semen (0,18%), dan Bijih Besi (0,08%). Namun tentunya tetap saja ekspor batu bara (97,22%) yang masih mendominasi nilai ekspor ini (Lampiran 18).

ANALISIS Proyeksi Peluang (Makro Ekonomi) • Era otonomi daerah menciptakan kesempatan bagi Kotabaru

untuk secara mandiri mengelola perekonomiannya secara profesional untuk kepentingan masyarakat didaerahnya sendiri.

• Globalisasi dan keterbukaan yang semakin meluas menjanjikan peluang bagi akses kepada sumber-sumber input baik kapital, teknologi dan skill secara bebas dan murah. Disamping itu juga, era ini membuka peluang pemasaran lebih luas bagi produk dan komoditas dengan daya saing tinggi yang harus bisa diciptakan.

• Trend kerjasama ekonomi dalam pengembangan strategi dan perangkat pendukungnya secara luas dalam hubungan dengan dunia luar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh kotabaru.

Proyeksi Ancaman (Makro Ekonomi) • Era otonomi daerah pada gilirannya juga menciptakan tantangan

yang mesti di hadapi karena menuntut penanganan secara mandiri.

• Setiap negara didunia akan bersiap untuk menghadapi persaingan global yang makin bebas. Keunggulan skill, teknologi, dan kualitas produk yang dimiliki pihak luar dapat

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

18

memasuki dan menjadi ancaman bagi keberlangsungan produksi didaerah.

• Ancaman kelangkaan energi dan sumber daya air di dunia mengharuskan Kotabaru secara ekonomis mampu mengelola sumber-sumber dayanya secara efisien dan mencari berbagai alternatif pemenuhan hal tersebut.

Proyeksi Permasalahan (Makro Ekonomi) • Kemampuan teknis, skill, teknologi dan profesionalitas yang

masih rendah dimiliki oleh daerah menyebabkannya tidak mudah untuk mengontrol, merencanakan dan mengawasi secara optimal seluruh kegiatan eksporasi dan eksploitasi sumber daya alam sehingga terjadi berbagai aktifitas illegal di lapangan kehutananan, pertambangan dan perikanan.

• Ketersediaan data dan informasi serta mutu perangkat teknologi informasinya yang masih ketinggalan menyebabkan sulitnya mengidentifikasi SDA yang dimiliki. Dampaknya adalah setiap kebijakan dan tindakan menjadi selalu terlambat.

• Walaupun pendapatan perkapita terlihat terus meningkat serta tingkat pengangguran terbuka cenderung terus menurun, namun terdapat kecendrungan penyerapan tenaga kerja yang sangat lambat hanya 0,41% pertahun sementara angkatan kerja pada periode yang sama tumbuh dengan 4,07% sehingga tingkat pengangguran terbuka pada 2005 sebesar 2,47%.

• Gairah sektor industri terindikasikan menurun yang terlihat dari menurunnya jumlah unit industri serta lambatnya pertumbuhan produksi. Meski demikian pada 2005 sudah terlihat pulih bahkan menunjukkan peningkatan yang drastis.

• Belum terbentuknya kawasan sentra industri dan perdagangan yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal yang mampu bersaing di tataran regional, nasional, bahkan global.

• Perkembangan koperasi disemua sektor ekonomi pun terlihat semakin menurun. Hal ini dapat menjadi gambaran pola perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat dalam bentuk UKM yang juga cenderung menurun. Padahal perkembangan UKM sebagai sarana otomatis pemerataan distribusi asset dan kemakmuran bagi rakyat.

• Masih lemahnya struktur dan kapasitas kelembagaan ekonomi masyarakat sehingga motivasi kewirausahaan dan tingkat partisifasi dalam gerak roda perekonomian sangat rendah.

• Berkurangnya sebagian jumlah produksi, khususnya hasil

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

19

tambang batubara, yang mengharuskan dicarinya sumber pendapatan baru sebagai pengganti.

• Sektor pertanian diharapkan berperan besar namun produksi dan penyerapan terhadap tenaga kerjanya tumbuh lambat.

• Lepasnya wilayah Tanah Bumbu meski tidak terlalu besar pengaruhnya bagi masyarakat namun signifikan menurunkan sebagian sumber pendapatan pemerintah. Hal ini terlihat dari menurunnya PAD dari sumber Pendapatan Pajak dan Laba BUMD. Penurunan serupa juga dialami pada besarnya Dana Perimbangan dibanding periode sebelumnya.

• Belum mapannya sarana-prasarana perekonomian bagi setiap kegiatan ekonomi baik produksi, distribusi maupun konsumsi yang dapat menjamin terselenggaranya mobilitas yang cepat, lancar, layak dan optimal.

• Nilai Ekspor Kotabaru masih didominasi komoditas Batu Bara yang merupakan sumber daya yang dapat habis. Oleh karenanya perlu dipikirkan agar pengelolaannya jangan membahayakan masa depan dan hasilnya benar-benar dapat dinikmati oleh masyarakat.

• Lambatnya perkembangan sektor pertanian, Industi dan UKM membawa dampak pada lambatnya penyerapan tenaga kerja. Perlambatan ini juga mempengaruhi tingkat perekonomian masyarakat. Jumlah penduduk miskin relatif masih tinggi dan perkembangannya cukup fluktuatif.

Proyeksi Keberhasilan (Makro Ekonomi) • SDA yang melimpah dari darat, laut sampai kepulauan

merupakan potensi besar pengembangan ekonomi Kotabaru. • Kegairahan sektor produktif berupa tumbuhnya investasi bagi

pengembangan SDA jika dikelola dengan profesional, akan menyebabkan rantai produksi dan pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan.

• Dominasi sektor pertanian dalam produksi dan penyerapan tenaga kerja saat ini merupakan potensi besar untuk pengembangan konsep agribisnis, terutama bagi sumberdaya perairan dan kelautan yang belum optimal dikembangkan.

• Angkutan laut yang secara simultan tinggi dalam share dan pertumbuhan dapat menjadi andalan. Kotabaru potensial sebagai area pelabuhan besar dan utama bagi Kalsel terutama jika dikaitkan dengan letak Kotabaru yang relatif paling strategis sebagai tempat transit dari berbagai penjuru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

20

• Peran sub sektor perkebunan dan perikanan yang besar dalam pertanian menjadi dasar yang kuat bagi perlunya komitmen untuk pengembangan agribisnis dan agroforestry.

• Pertumbuhan Bank & Lembaga Keuangan Lainnya dan Jasa Lainnya yang tinggi menunjukkan ketersediaan sarana intermediasi sumber keuangan dan pelayanan yang dapat meningkatkan mobilisasi bagi pertumbuhan dunia usaha dan bidang lainnya.

• Nilai ekspor komoditas dan produk cement, CPO, dan bijh besi menjadi sumber pendapatan devisa baru.

2.1.3.2.1.TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN & PETERNAKAN

KONDISI SAMPAI SAAT INI

a. Kondisi Tanaman Pangan

Tanaman Padi • Perkembangan sektor pertanian sangat didukung oleh potensi daerah

yang agraris dengan sumberdaya lahan sawah seluas 51.384 ha, dimana yang sudah dimanfaatkan untuk tanaman padi sawah adalah seluas 8.898 ha atau 17,32 %. Berdasarkan karakteristik potensi daerah di wilayah Kecamatan Pulau Laut Timur, Pulau Laut Utara, Pamukan Utara, Pulau Laut Barat dan Kelumpang Selatan merupakan sentra produksi padi sawah dengan rata-rata produksi 4,24 ton per hektar. Rata-rata produksi ini lebih tinggi dari rata-rata propinsi 3,43 ton per hektar (Lampiran 19).

• Selain padi sawah, pada daerah dataran tinggi diusahakan juga padi ladang yang pada tahun 2004 meliputi areal seluas 5.150 ha, dengan rata produksi 1,97 ton per hektar. Sentra produksi padi ladang berada di Kecamatan Sungai Durian, Pulau Laut Timur, Pulau Laut Utara, Kelumpang Hulu, Hampang dan Kelumpang Tengah (Lampiran 20).

• Dari 18 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kotabaru, produksi padi sawah tertinggi dihasilkan oleh Kecamatan Pulau Laut Timur dengan jumlah produksi sebesar 13.611 ton atau 32,58% dari total produksi kabupaten, kemudian diikuti oleh Kecamatan Pulau Laut Utara dan Pamukan Utara dengan produksi masing-masing sebesar 6.257 ton dan 4.086 ton atau 14,98% dan 9,78% dari total produksi padi sawah Kabupaten Kotabaru (BPS Kotabaru, 2005).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

21

• Untuk padi ladang, produksi tertinggi dihasilkan oleh Kecamatan Sungai Durian, dengan jumlah produksi sebesar 1.628 ton atau 18,26% dari total produksi kabupaten, kemudian diikuti oleh Kecamatan Pulau Laut Utara dan Pulau Laut Timur dengan produksi masing-masing sebesar 1.248 ton dan 894 ton atau 14,00% dan 10,03% dari total produksi padi ladang Kabupaten Kotabaru (BPS Kotabaru, 2005).

• Luas lahan--sawah maupun lahan kering--belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara optimal sebagi akibat antara lain karena terbatasnya ketersediaan tenaga kerja (manusia, ternak maupun mesin); tingkat kesuburan tanah yang rendah; belum tersedianya saluran dan drainase yang baik dan memenuhi syarat; terbatasnya modal petani; dan letak lahan yang cukup jauh dari lokasi pemukiman petani (Laporan tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab.Kotabaru Tahun 2004).

• Luas tanam dan luas panen padi sawah maupun padi ladang pada 10 tahun terakhir (tahun 1995-2004) cukup berfluktuatif antara lain karena pengaruh alam seperti el nino pada tahun 1997 dan la nina pada tahun 1998. Namun secara keseluruhan tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang terus menaik dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,22% dan 27,42% untuk luas tanam dan luas panen padi sawah, serta sebesar 5,92% dan 36,15% untuk padi ladang.

• Hal yang sama juga terjadi pada produksi padi sawah dan ladang namun secara keseluruhan tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang terus menaik dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 25,59% untuk padi sawah dan 39,69% untuk padi ladang.

• Dengan semakin intensifnya pengelolaan usahatani dan makin tingginya input teknologi yang digunakan petani, maka produktivitas padi pada tahun 2004 juga mengalami kenaikan.bila dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu masing-masing 4,24 ton per hektar untuk padi sawah dan 1,97 ton per hektar untuk padi ladang. Rata-rata tingkat pertumbuhan produktivitas adalah 0,17% untuk padi sawah dan 1,08% untuk padi ladang (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).

Tanaman Palawija • Selain padi, pada subsektor tanaman pangan juga terdapat potensi

untuk mengembangkan komoditas palawija, seperti jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu dan ubijalar. Dibanding tanaman palawija lainnya, jagung memiliki potensi besar untuk dikembangkan, kemudian diikuti oleh komoditas ubikayu, kacang tanah, kedelai, ubijalar dan kacang hijau.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

22

• Pada tahun 2004 luas areal tanaman jagung mencapai 2.950 ha atau 28,8% dari total luas areal tanam palawija di Kabupaten Kotabaru, dengan jumlah produksi 6.318 ton dan produktivitas 2,03 ton per hektar. Produksi jagung terbesar berasal dari Kecamatan Hampang, yaitu sebesar 3.075 ton atau 48,67% dari total produksi Kabupaten Kotabaru (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).

• Untuk produksi terbesar komoditas palawija lainnya, yaitu ubikayu berasal dari Kecamatan Pulau Laut Selatan sebesar 6.000 ton (16,02%), kacang tanah dari Kecamatan Hampang 412 ton (12,02%), kedelai dari Kecamatan Kelumpang Tengah 750 ton (28,21%), ubijalar dari Kecamatan Pamukan Utara 610 ton (12,83%) dan kacang hijau dari Kecamatan Pulau Laut Utara 75 ton (15,37%) (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).

• Luas tanam dan luas panen tanaman palawija selama 10 tahun terakhir

mengalami peningkatan yang bervariasi diantara masing-masing komoditas. Untuk komoditas jagung, luas tanam dan luas panen rata-rata meningkat sebesar 0,08% dan 29,42%; ubikayu sebesar 9,57% dan 11,58%; kacang tanah sebesar 3,35% dan 15,24%; kedelai 3,61% dan 9,54%; ubijalar 8,60% dan 10,13%; kacang hijau 1,61% dan 10,98%. lebih tinggi/meningkat dari tahun 1995 (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).

• Produksi dan produktivitas tanaman palawija dalam kurun waktu 10 tahun terakhir cukup berfluktuasi, namun secara keseluruhan mengalami rata-rata pertumbuhan yang menaik setiap tahunnya. Peningkatan produksi tertinggi dialami oleh jagung (45,69%) dan terendah adalah ubikayu (12,80%). Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan produktivitas tertinggi dialami juga oleh jagung (6,68%) dan terendah juga ubikayu (1,09%) (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005, Kab.Kotabaru dalam Angka Tahun 1995-2004) (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).

Tanaman Sayuran • Luas panen tanaman sayuran di Kabupaten Kotabaru pada tahun 2004

seluas 1.297 ha, luas ini relatif kecil bila dibandingkan dengan luas panen komoditas pangan lainnya, yakni hanya sebesar 3,59% dari luas total tanaman pangan Kabupaten Kotabaru. Dari beberapa jenis sayuran yang diusahakan di Kabupaten Kotabaru, yang cukup dominan dimana luas panennya relatif lebih besar adalah kacang panjang, terong, sawi, cabe, dan tomat. Kacang panjang memiliki luas panen terbesar dibanding sayuran lainnya, yakni seluas 294 ha atau 22,67%

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

23

dari total luas panen sayuran di Kabupaten Kotabaru (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).

• Selama kurun waktu 4 tahun terakhir (tahun 2001-2004), luas panen dan produksi sebagian besar tanaman sayuran mengalami kenaikan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 25,11% dan 81,36% untuk kacang panjang, 20,17% dan 28,14% untuk terong, 13,11% dan 28,01% untuk cabe, serta 48,48% dan 107,77% untuk tomat. Tanaman sawi sendiri meski luas panennya menunjukkan trend pertumbuhan menaik sebesar 25,18%, namun produksinya mengalami penurunan sebesar rata-rata 5,64% per tahun. Terjadinya penurunan ini diakibatkan produktivitas tanaman yang cenderung menurun, yaitu sebesar rata-rata 17,53% per tahun. Adapun kawasan sentra produksi komoditas sayuran ini berada di Kecamatan Pulau Laut Utara (BPS Kab.Kotabaru, 2002-2005, Kab.Kotabaru dalam Angka Tahun 2001-2004) (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).

Tanaman Buah-buahan. • Luas areal tanaman buah-buahan pada tahun 2004 adalah 7.326,80

ha. Komoditas buah-buahan yang dominan diusahakan dilihat dari luas tanaman yang menghasilkan adalah pisang, mangga pulau, durian, nangka, rambutan, jeruk besar, belimbing dan duku/langsat. Pisang. memiliki luas areal panen paling besar yakni 1.004,75 ha atau 13,71% dari luas total tanaman buah-buahan di Kabupaten Kotabaru, kemudian diikuti oleh mangga (12,15%), durian (11,68%), nangka (11,50%, rambutan (11,45%), jeruk besar (11,11%), belimbing (5,80%) dan duku/langsat (5,68%). Dilihat dari perkembangan luas panen dan produksinya, semua jenis komoditas buah-buahan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Benih, pupuk, perlindungan tanaman, panen, dan pasca panen • Untuk memenuhi kebutuhan benih, komoditas pangan di Kabupaten

Kotabaru dikoordinasikan dengan instansi terkait seperti BPSB, OPB, penangkar dan lainnya untuk menghasilkan kelas benih BS – FS dan FS – SS dari Balai Benih Induk (BBI) dan Balai Benih Utama (BBU). Data perkembangan keperluan dan penyediaan benih di Kabupaten Kotabaru tahun 2004 untuk komoditi padi, jagung, kedelai dan kacang tanah menunjukkan kondisi defisit, artinya persediaan benih yang ada di Kabupaten Kotabaru masih belum mencukupi.

• Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) dan benih bersertifikat masih terbatas. Hal ini disebabkan rendahnya pemahaman petani mengenai pentingnya benih bersertifikat bagi petani.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

24

• Penggunaan pupuk oleh petani belum memperhatikan tepat waktu, tepat dosis, dan tepat jenis. Hal ini disebabkan antara lain karena masih rendahnya daya beli petani, disamping belum seluruh KUD menyediakan kios penyaluran pupuk.

• Organisme pengganggu tanaman (OPT), kekeringan dan kebanjiran merupakan salah satu penyebab kehilangan hasil. Luas serangan dan kerusakan tanaman padi di Kabupaten Kotabaru masih cukup rendah, yaitu sekitar 0,25 % dari luas tanam total (BPS Kabupaten Kotabaru, 2004). Jenis serangan terbesar berupa serangan hama tikus seluas 35 ha atau 100 % dari luas total area yang terserang.

• Pada tanaman pangan, kehilangan hasil dalam menangani pasca panen masih cukup besar yakni sekitar 12,77% (meski dibawah rata-rata KalSel 17-18 %) dari produksi yang dihasilkan. Hal ini antara lain disebabkan oleh terbatasnya kemampuan petani dalam penyediaan alat pasca panen sendiri.

Penyediaan dan kebutuhan beras. • Berdasarkan data produksi padi tahun 1999 – 2003, diketahui bahwa

Kabupaten Kotabaru mengalami surplus beras. Perhitungan surplus tersebut adalah dengan mengurangkan produksi dengan keperluan benih guna penanaman kembali, pakan ternak, konsumsi rumah tangga, industri, losses atau kehilangan hasil serta buffer stock. Pada tahun 2005, Kotabaru termasuk wilayah dengan ketersediaan beras selama 8 bulan.

• Surplus beras selama kurun waktu lima tahun mengalami penurunan yang fluktuatif, Penurunan ini terjadi disebabkan oleh makin bertambahnya tingkat konsumsi, yang diindikasikan melalui peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Kotabaru setiap tahunnya. Walaupun perkembangan produksi padi selalu terjadi peningkatan namun penambahan produksi tersebut masih di bawah peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya (Laporan tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab.Kotabaru Tahun 2004)

b. Kondisi Perkebunan. Luas Lahan dan Pemanfaatannya • Perkembangan subsektor perkebunan di Kabupaten Kotabaru sangat

didukung oleh adanya potensi lahan kering untuk tanaman perkebunan yang luasnya mencapai 1.397.585 ha, dimana yang sudah dimanfaatkan pada tahun 2003 sebesar 156.214 ha atau 11,18 % (BPS Kab.Kotabaru 2004).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

25

• Dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Kotabaru, potensi lahan perkebunan terbesar terdapat di Kecamatan Pamukan Utara, kemudian diikuti Kecamatan Kelumpang Selatan dan Kecamatan Pulau Laut Utara. (Laporan Tahunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab.Kotabaru, 2004).

• Pencapaian luas areal tanaman perkebunan meningkat 9,32 % dari 123.722,59 ha tahun 2003 menjadi 135.249,80 ha pada tahun 2004 (BPS Kabupaten Kotabaru, 2004-2005). Komoditas perkebunan yang diusahakan meliputi karet, kelapa sawit, kelapa hibrida, kelapa dalam, kopi, kakao, lada, cengkeh, kemiri, sagu, aren, vanili dan kayu manis.

• Dari sisi luas areal pertanaman, komoditas yang paling dominan adalah kelapa sawit 91,81 %, disusul oleh kelapa dalam 2,38 %, kopi 1,66% dan karet 1,65%.

• Luas areal tanaman kelapa sawit tidak saja dominan di Kabupaten Kotabaru bila dibandingkan terhadap luas total tanaman perkebunan , tetapi juga di Kalimantan Selatan, dimana luas areal kelapa sawit Kabupaten Kotabaru mencapai 62,72% dari luas total tanaman kelapa sawit yang terdapat di Kalimantan Selatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kelapa sawit memiliki keunggulan dibanding komoditas lainnya.

• Selain kelapa sawit, Kotabaru juga memiliki komoditas lada yang luas tanamnya juga paling luas dibanding kabupaten lainnya, yaitu mencapai 397 ha atau 33,63% dari luas tanaman tersebut di Kalimantan Selatan. Sedangkan untuk komoditas kelapa dalam, kabupaten ini berada diurutan keempat setelah Kabupaten Batola, HSS dan HST, dengan luas areal mencapai 7,58% dari luas tanaman tersebut di Kalimantan Selatan (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).

• Pada sub sektor perkebunan ini, potensi yang dapat dikembangkan adalah komoditas kelapa sawit, lada, kelapa dalam, kopi dan karet. Khusus untuk usaha perkebunan kelapa sawit, luas tanam terbesar terdapat di Kecamatan Pamukan Utara mencapai 29,36% dari total luas areal kelapa sawit Kotabaru. Areal tanaman kelapa sawit tahun 2004 seluas 124.945 ha, meningkat sebesar 10,00 % jika dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya seluas 113.586 ha.

• Secara keseluruhan luas areal tanaman perkebunan di Kabupaten Kotabaru tahun 2004 rata-rata mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Areal tanaman kelapa sawit pada tahun 2004 seluas 124.945 ha, areal ini meningkat sebesar 10% jika dibandingkan areal tahun sebelumnya seluas 113.586 ha. Areal tanaman lada, kelapa dalam, kopi dan karet juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 5,87%, 0,10%, 0,29%, dan 4,39% dibanding tahun

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

26

sebelumnya (BPS Kabupaten Kotabaru dan Laporan Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2004) (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).

Produksi dan produktivitas • Dari beberapa komoditas perkebunan yang potensial untuk

dikembangkan di Kabupaten Kotabaru, produksi kelapa sawit menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan yaitu meningkat 0,5 % dari 808.024,54 ton (tahun 2003) menjadi 811.887,78 ton (2004). Di Kabupaten Kotabaru produksi kelapa sawit tertinggi terdapat di Kecamatan Pamukan Utara sebesar 228.145,50 ton atau 28,10% dari total produksi Kotabaru pada tahun 2004 (Lampiran 21)

• Usaha perkebunan lada, kelapa dalam, kopi dan karet hampir tersebar merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Kotabaru. Kalau dilihat produksi dari keempat komoditas ini, produksi tertinggi dicapai oleh karet, yaitu sebanyak 2.885,38 ton, kemudian diikuti kelapa dalam 2.179,51 ton, kopi 908,32 ton dan lada 221,43 ton (BPS Kotabaru, 2005).

• Produksi tertinggi untuk masing-masing komoditas adalah karet terdapat di Kecamatan Sungai Durian sebesar 490,32 ton atau 16,99% dari produksi Kotabaru. Selanjutnya produksi tertinggi kelapa dalam di Kecamatan Pulau Laut Utara 580,60 (26,64%), kopi di Kecamatan Pamukan Utara 517,24 ton (56,94%) dan lada terdapat di Kecamatan Pulau Laut Timur sebesar 65,60 ton atau 29,63% dari total produksi lada Kotabaru (BPS Kotabaru, 2005).

• Dibanding tahun 2003 produksi lada, kelapa dalam dan kopi mengalami stagnasi pertumbuhan pada tahun 2004 (produksinya tetap sama dengan tahun 2003), yaitu masing-masing sebesar 221,43 ton, 2.179,51 ton dan 908,32 ton. Namun bila dilihat dari kecenderungan selama 10 tahun terakhir (1995-2004) produksi lada dan kopi menunjukkan tingkat pertumbuhan yang meningkat, yakni masing-masing rata-rata sebesar 13,72% dan 9,29% per tahun. Sedangkan kelapa dalam trend produksinya turun rata-rata 2,20% per tahun (BPS Kotabaru, 2005).

• Dari sisi produktivitas kelapa sawit menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan dimana pada tahun 2004 tingkat produktivitasnya sebesar 6,50 ton/ha. Komoditas lainnya, seperti lada 0,56 ton/ha, kelapa dalam 0,81 ton/ha, kopi 0,44 ton/ha dan karet 1,35 ton/ha (BPS Kotabaru, 2005).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

27

Input Produksi • Untuk pemenuhan kebutuhan bibit komoditas perkebunan, terutama

bibit karet di Kabupaten Kotabaru dilaksanakan oleh para petani penangkar yang telah dibina oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Kegiatan ini sebenarnya sudah mengarah pada kegiatan agribisnis yakni subsistem agribisnis hulu, sebagai kegiatan ekonomi/industri yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian. Penggunaan klon unggul masih terbatas pada klon tertentu saja. Ini disebabkan belum tersedianya kebun entres dengan klon terbaru sedangkan untuk bibit kelapa sawit umumnya didatangkan dari luar Kalimantan, yaitu dari Sumatera Utara.

• Dengan luas lahan perkebunan yang tersedia, bagaimanapun masih tidak sebanding dengan kemampuan tenaga manusia untuk mengolahnya. Untuk itu maka peran alat dan mesin pertanian sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan petani. Dalam rangka pengembangan lahan, untuk tanaman perkebunan dilakukan dengan pembuatan dan pemeliharaan teras dan rorak.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) • Dalam upaya memberikan contoh kepada petani agar dapat

meningkatkan produksi tanaman perkebunan, maka telah dilakukan gerakan massal pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) seperti gerakan pengendalian jamur akar putih dan gerakan pengendalian kering alur sadap pada karet. OPT pada karet didominasi oleh penyakit jamur akar putih (JAP). Penyakit ini timbul biasanya karena kelembaban kebun yang tinggi. OPT pada kelapa umumnya adalah hama Oryctes sp. OPT pada kelapa sawit masih disebabkan oleh serangan tikus dan babi serta sebagian adanya penyakit bercak daun, sedangkan pada kopi sebagian besar karena serangan bubuk buah dan penyakit bercak daun

c. Kondisi Peternakan Lahan Pengembangan dan Pemanfaatannya • Pada Sub Sektor Peternakan tersedia lahan penggembalaan/ padang

rumput bagi pengembangan ternak besar seluas 39.621 ha. • Selama periode tahun 2003–2005 jumlah populasi ternak besar (sapi

dan kerbau) dan ternak kecil (kambing dan babi) maupun ternak unggas (itik, ayam potong dan ayam buras) cenderung menaik. Dengan kata lain, secara keseluruhan populasi ternak di Kabupaten Kotabaru mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu rata-rata 39,72% per tahun.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

28

• Populasi ternak besar naik dari 17.215 ekor tahun 2003 menjadi 21.897 ekor tahun 2005, atau mengalami kenaikan rata-rata sebesar 13,60% per tahun, dimana untuk sapi naik rata-rata 14,58% per tahun dan kerbau 11,98%. Jumlah populasi ternak kerbau lebih dari dua kali jumlah populasi ternak sapi.

• Populasi ternak kecil selama kurun waktu 2003 – 2005 juga mengalami kenaikan dari 12.587 ekor menjadi 17.946 ekor, atau mengalami kenaikan rata-rata 21,29% per tahun, dimana untuk ternak kambing naik rata-rata 19,57% dan babi 12,99%. Populasi ternak kecil yang dominan adalah kambing.

• Perkembangan populasi ternak unggas mengalami pertumbuhan yang terus meningkat setiap tahunnya, dengan laju pertumbuhan mencapai 40,40% per tahun (2003 – 2005). Perkembangan yang paling pesat terjadi pada ternak ayam ras pedaging atau ayam potong, dari 425.550 ekor menjadi 897.457 ekor (meningkat rata-rata 64,42% per tahun). Ayam buras juga mengalami peningkatan, yaitu rata-rata 24,84% per tahun (dari 499.263 ekor menjadi 773.495 ekor). Demikian pula, itik mengalami kenaikan dari 78.267 ekor menjadi 142.605 ekor (naik 35,21% per tahun) (Lampiran 22).

• Bibit ternak sebagian besar masih tergantung dari luar Kotabaru. Produksi dan Konsumsi • Produksi daging berbagai jenis ternak selama periode 2003-2005

mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan yaitu rata rata sebesar 39,06%/tahun. Tahun 2003 produksi daging sebanyak 929.051 ekor dan tahun 2005 naik menjadi 1.654.774 ekor

• Produksi daging untuk ternak besar naik dari 2.837 ekor tahun 2003 menjadi 3.274 ekor tahun 2005, atau mengalami kenaikan rata-rata sebesar 7,70% per tahun, dimana untuk sapi naik rata-rata 12,05% per tahun dan kerbau 7,33%. Jumlah produksi ternak kerbau lebih besar dari jumlah produksi ternak sapi.

• Produksi daging untuk ternak kecil selama kurun waktu 2003 – 2005 juga mengalami kenaikan dari 2.623 ekor menjadi 3.954 ekor, atau mengalami kenaikan rata-rata 25,37% per tahun, dimana untuk ternak kambing naik rata-rata 27,48% dan babi 46,87%. Jumlah produksi ternak kecil yang dominan adalah kambing.

• Perkembangan produksi ternak unggas mengalami pertumbuhan yang terus meningkat setiap tahunnya, dengan laju pertumbuhan mencapai 39,19% per tahun (2003 – 2005). Perkembangan yang paling pesat terjadi pada ternak ayam ras pedaging atau ayam potong, dari 839.880 ekor menjadi 3.589.708 ekor (meningkat rata-rata 62.29% per tahun).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

29

Ayam buras juga mengalami peningkatan, yaitu rata-rata 9,21% per tahun (dari 624.228 ekor menjadi 813.143 ekor). Demikian pula, itik mengalami kenaikan dari 29.483 ekor menjadi 38.695 ekor atau naik 14,72% per tahun (Lampiran 23).

• Konsumsi daging berbagai jenis ternak selama periode 2003-2005 mengalami peningkatan cukup menggembirakan yaitu rata-rata sebesar 30,82%/tahun. Tahun 2003 konsumsi daging sebanyak 875.520 ekor dan tahun 2005 naik menjadi 1.415.277 ekor. Meningkatnya konsumsi ini disebabkan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan gizi dan kesehatan.

• Konsumsi daging untuk ternak besar turun dari 1.000 ekor tahun 2003 menjadi 868 ekor tahun 2005, atau mengalami penurunan rata-rata sebesar13,20% per tahun.

• Konsumsi daging untuk ternak kecil selama kurun waktu 2003 – 2005 mengalami kenaikan dari 332 ekor menjadi 532 ekor, atau mengalami kenaikan rata-rata 30,12% per tahun

• Perkembangan konsumsi ternak unggas mengalami pertumbuhan meningkat setiap tahunnya, dengan laju pertumbuhan mencapai 30,87% per tahun (2003 – 2005). (TERNAK 8)

Penyakit Hewan • Penyakit menular yang dapat dipantau pada hewan/ternak di

Kab.Kotabaru baik secara laboratoris maupun klinis adalah Rabies, Brucellosis (Kluron menular pada sapi) dengan keadaan negatif, Penyakit ngorok pada sapi, Parasit Darah, Newcastle Disease (tetelo pada ayam) yang diduga ada hampir di seluruh Kabupaten Kotabaru, Fasciolosis (cacing hati). Penyakit Demam Tiga Hari, Penyakit Kambing, serta penyakit-penyakit lain pada unggas.

• Pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan melalui vaksinasi, eliminasi dan pengobatan sudah banyak dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan, akan tetapi masih belum optimal. Pengendalian ini juga sangat tergantung pula pada pemeliharaan yang dilakukan peternak dan lingkungannya.

ANALISIS Proyeksi Peluang (Tanaman Pangan, Perkebunan & Peternakan) • Kebijakan otonomi daerah (UU No.32 tahun 2004 dan PP No.25 tahun

2000 tentang Keuangan Daerah) memberikan kewenangan luas bagi daerah dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembangunan termasuk pertanian di daerahnya dan juga berkewajiban

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

30

menjaganya agar terjaga kelestariannya sehingga diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

• Melalui desentralisasi semakin besar peluang sektor swasta untuk berperan dalam pembangunan pertanian di perdesaan. Dengan visi baru ini sektorpertanian menjadi satu mencakup aktivitas-aktivitas yang terkait mulai dari subsistem hulu sampai subsistem hilir.

• Adanya globalisasi yang berarti terciptanya pasar bebas telah membuka peluang bagi usaha bidang pertanian/agribisnis dalam kemitraan maupun kesempatan pemasaran dan pembelian.

• Semakin meningkatnya permintaan terhadap produk-produk pertanian, perkebunan dan peternakan di masa mendatang, merupakan peluang pasar yang sangat besar.

• Pencanangan Program Revitalisasi Sub Sektor Perkebunan melalui pengembangan komoditas kelapa sawit, karet dan kakao oleh Pemerintah Pusat merupakan peluang besar yang dapat diraih Kabupaten Kotabaru untuk semakin memacu pengembangan komoditas perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet.

• Pembangunan peternakan propinsi telah diarahkan untuk mewujudkan Kalimantan Selatan sebagai daerah sumber bibit sapi potong tahun 2010.

• Semakin berkembangnya teknologi tepat guna dapat dimanfaatkan bagi pengembangan peternakan yang lebih produktif.

• Adanya komitmen aparatur untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat.

• Tersedianya potensi sumberdaya lahan dan angkatan kerja yang belum termanfaatkan diluar peternakan menciptakan peluang agribisnis yang besar di masa depan

• Semakin meningkatnya konsumsi masyarakat akan protein hewani, merupakan tantangan yang harus dihadapi bidang peternakan terlebih lagi dengan terus meningkatnya jumlah penduduk.

Proyeksi Ancaman (Tanaman Pangan, Perkebunan & Peternakan) • Makin bertambahnya tingkat konsumsi, yang diindikasikan melalui

peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Kotabaru setiap tahunnya menyebabkan surplus beras selama kurun waktu lima tahun mengalami penurunan yang fluktuatif. Walaupun produksi padi selalu meningkat namun penambahan produksi tersebut masih di bawah peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Adanya globalisasi –yang mengakibatkan sema• kin terbukanya pasar dan meningkatnya persaingan--, berimplikasi akan semakin meningkatnya tuntutan kebijakan pertanian yang berlandaskan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

31

mekanisme pasar (market oriented) dan semakin berperannya selera konsumen (demand driven) dalam menentukan aktivitas di sektor ini.

• Kualitas produk pertanian yang berasal dari luar (import) --karena berbagai faktor terutama faktor teknologi dan kebijakan internal negara masing masing-- lebih baik dari yang dihasilkan daerah ini.

• Kondisi iklim yang kadang sulit diprediksi, merupakan ancaman tersendiri bagi pengembangan usaha di bidang pertanian.

• Penyakit ternak yang makin berkembang variasinya (dan turunannya) yang makin tak terbatasi penyebarannya diprediksi menjadi ancaman yang nyata bagi usaha peternakan. Disisi lain upaya penanggulangan berbabagai macam penyakit tersebut diatas yang sudah dan sedang dilakukan oleh pemerintah terutama pemerintah pusat masih terkendala oleh berbagai faktor khususnya faktor teknologi.

• Persaingan antar daerah sebagai konskuensi adanya otonomi daerah yang sering ditafsirkan sebagai upaya pembangunan

Proyeksi Keberhasilan (Tanaman Pangan, Perkebunan & Peternakan) • Adanya komitmen untuk merubah orientasi pembangunan pertanian

dari pendekatan produksi menjadi “pendekatan agribisnis” sebagai bentuk “revitalisasi sektor pertanian”.

• Tersedianya potensi dan sumberdaya pertanian yang cukup besar seperti masih tersedianya sumberdaya lahan pertanian yang belum dimanfaatkan serta banyaknya sumberdaya manusia atau angkatan kerja yang berusaha di sektor pertanian menciptakan potensi besar agribisnis di masa depan.

• Pertumbuhan luas tanam, luas panen, dan produksi tanaman pangan (padi, palawija dan sayuran) dan perkebunan yang semakin menaik.

• Tahun 1999 – 2003 Kabupaten Kotabaru mengalami surplus beras. Ini menunjukkan adanya potensi keunggulan dalam hal ketahanan pangan daerah.

• Peluang Kotabaru untuk tetap menjadi produsen terbesar/utama kelapa sawit di Kalimantan Selatan sangat besar, karena potensi sumberdaya yang memadai baik melalui pengembangan areal baru maupun peningkatan produktivitas.

• Luas areal kelapa sawit Kotabaru merupakan terbesar di Kalimantan Selatan (62,72%).Ini menunjukkan bahwa kelapa sawit memiliki keunggulan dibanding komoditas lainnya. Penggunaan bibit perkebunan dari para p• etani penangkar yang dibina oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan sudah mengarah pada

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

32

kegiatan agribisnis yakni subsistem agribisnis hulu (kegiatan ekonomi/industri yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian.

• Tingginya rata-rata tingkat pertumbuhan kebutuhan minyak sawit dunia yang mencapai 7,7% per tahun dan tingginya komitmen Pemerintah Pusat terhadap pengembangan komoditas kelapa sawit melalui program revitalisasi subsektor perkebunan sangat mendukung keberhasilan pengembangan komoditas ini.

• Kondisi alam Kotabaru sangat sesuai bagi pengembangan berbagai jenis ternak diantaranya menyediakan berbagai vegetasi sebagai sumber pakan alami dan dapat diolah dalam jumlah besar.

• Dari seluruh populasi ternak yang ada, ternak yang paling dominan diusahakan adalah jenis unggas namun jenis ternak besar pun dapat berkembang dengan baik.

• Tingginya rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi produk ternak per tahun (30,82%) akan sangat mendukung keberhasilan pengembangan komoditas peternakan.

Proyeksi Permasalahan (Tanaman Pangan,Perkebunan & Peternakan) • Data perkembangan keperluan dan penyediaan benih di Kabupaten

Kotabaru tahun 2004 menunjukkan bahwa persediaan benih yang ada di Kabupaten Kotabaru masih belum mencukupi, sehingga untuk mencukupinya masih sangat tergantung dari luar.

• Penggunaan Varietas Unggul dan benih bersertifikat masih terbatas. Hal ini disebabkan rendahnya pemahaman petani mengenai pentingnya benih bersertifikat.

• Penggunaan pupuk oleh petani belum memperhatikan tepat waktu, tepat dosis, dan tepat jenis.

• Pada tanaman pangan, kehilangan hasil dalam menangani pasca panen masih cukup tinggi dari produksi yang dihasilkan. Hal ini antara lain disebabkan oleh terbatasnya kemampuan petani dalam penyediaan alat pasca panen sendiri. Organisme pengganggu tanaman (OPT), kekeringan dan kebanjiran juga merupakan salah satu penyebab kehilangan hasil.

• Masih terbatasnya sarana-prasarana dan akses petani bagi pengembangan sektor pertanian daerah, misalnya lantai jemur, gudang penyimpanan, kios saprodi, jalan usahatani, peralatan, mesin-mesin pertanian, dan sumber pembiayaan.

• Masih rendahnya kuantitas dan kualitas petugas/aparat dalam mendukung program pembangunan pertanian, seperti masih

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

33

kurangnya tenaga penyuluh yang berperan penting bagi keberhasilan sektor pertanian.

• Belum optimalnya pemanfaatan lahan yang disebabkan antara lain oleh a.terbatasnya tenaga kerja (baik manusia, ternak kerja maupun mesin/traktor), b.tingkat kesuburan tanah yang rendah, c.belum tersedianya saluran irigasi &drainase yang baik dan memenuhi syarat, d.terbatasnya modal petani untuk mengelola usahataninya-dan e.adanya beberapa lahan yang cukup jauh dari domisili petani.

• Semakin berkurangnya minat petani dalam melaksanakan diversifikasi usahatani, terutama dalam mengusahakan komoditas sayuran.

• Masih tingginya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT pada karet didominasi oleh penyakit jamur akar putih (JAP), pada kelapa dalam umumnya adalah hama Oryctes sp, pada kelapa sawit disebabkan oleh serangan tikus dan babi serta sebagian adanya penyakit bercak daun, sedangkan pada kopi sebagian besar karena serangan bubuk buah dan penyakit bercak daun

• Industri pengolahan kelapa sawit yang ada hanya mampu memproduksi CPO sebagai produk antara dan belum mampu menghasilkan produk akhir yang akan memberikan nilai tambah yang jauh lebih besar. Nilai tambah terbesar dari komoditas ini justeru dinikmati oleh daerah lain di luar Kotabaru dan Kalimantan Selatan yang memiliki industri-industri berbahan baku CPO.

• Walaupun angkatan kerja yang berusaha di sektor pertanian cukup besar, tetapi kualitas SDM atau petani masih relatif rendah.

• Masih rendahnya produktivitas induk pada peternakan, mutu bakalan yang ada masih kurang, Average Daily Gain (rata-rata pertambahan berat per hari) masih rendah, dan pemanfaatan teknologi masih rendah.

• Masih lemahnya kelembagaan peternak, masih banyak peternak yang menjalankan usaha ternaknya dengan skala subsisten dengan manajemen usahatani yang lemah serta pengendalian penyakit ternak masih lemah.

• Produksi ternak dijual dalam keadaan hidup dan homogen, belum ada produk yang terstandarisasi (grading). Hal ini menyebabkan nilai jual yang diterima oleh peternak rendah dan bila hal ini dibiarkan akan mempengaruhi keberlangsungan usaha ternak.

• Di bidang pemasaran, sistem pemasaran belum tertata dengan baik dan bargaining position (posisi tawar) peternak masih lemah.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

34

2.1.3.2.2. KELAUTAN DAN PERIKANAN KONDISI SAMPAI SAAT INI • Potensi sumberdaya wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang

dimiliki Kotabaru belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan yang ada cenderung bersifat kegiatan parsial atau pragmentatif dan belum membentuk kegiatan holistik atau integrated. Padahal wilayah ini mengkontribusi nilai manfaat penting baik ekspor, perdagangan antar pulau maupun lokal termasuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

• Pesisir dan pulau-pulau kecil yang ada dalam wilayah Kabupaten Kotabaru selama ini kurang mendapat sentuhan kebijakan pembangunan karena pada umumnya terpencil, kondisi transportasi yang sangat kurang memadai, serta sarana dan prasarana terbatas (misalnya jalan, listrik, telekomunikasi dan air bersih)

• Kabupaten Kotabaru merupakan kantong produksi perikanan terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Produksi perikanan Kalsel pada tahun 2004 sebanyak 176.642,7 ton, 66% dihasilkan dari penangkapan di laut, 27% dihasilkan dari penangkapan di perairan umum, dan 7% dari perikanan budidaya. Terdapat 9.358 Rumah Tangga Perkanan (RTP) perairan laut, 44.625 RTP perairan umum dan 9.288 RTP budidaya termasuk pembudidaya tambak.

• Pada tahun 2004 produksi perikanan di Kabupaten Kotabaru 52.101,06 ton. Ini merupakan 29% dari produksi ikan hasil tangkapan Kalimantan Selatan dimana kontribusi terbesar diperoleh dari ikan hasil tangkapan di laut yaitu sekitar 94 % sedangkan 6% lainnya dihasilkan dari perikanan budidaya.

• Potensi lestari perikanan tangkap adalah 57.600 ton. Angka produksi sudah sekitar 85% dari angka potensi lestari. Angka tersebut sudah melampaui potensi sumberdaya ikan tersedia yang boleh ditangkap sepanjang tahun karena melebihi angka 80% dari MSY (maximum sustainable yield) berdasarkan komitmen internasional mengenai perikanan yang dibuat Food and Agriculture Organization (FAO) dan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF). Dari data tersebut hanya ada sedikit lagi ruang (space) yang tersisa untuk penambahan produksi. Walau ikan termasuk sumberdaya yang dapat pulih namun harus ada yang tersisa dalam jumlah cukup untuk hidup dan berkembang biak kembali.

• Jumlah alat tangkap yang digunakan selama periode 2001 – 2004 cenderung menurun. Rata-rata penurunan jumlah alat tangkap per tahun adalah 9,56%. Penurunan cukup besar terjadi pada jenis alat

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

35

tangkap pancing dan purse saine (gae). Sedangkan untuk jenis alat tangkap lainnya relatif tetap, bahkan terjadi kenaikan jumlah bagan tancap (84,78%) dan pancing tonda (100%). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun secara keseluruhan jumlah alat tangkap cenderung menurun, tetapi jumlah alat tangkap kapasitas besar mengalami kenaikan. Pada usaha penangkapan udang jumlah kapal penangkap mengalami peningkatan.

• Jumlah armada penangkapan ikan berdasarkan ukuran pada tahun 2004, yaitu sebanyak 2.024 Kapal Motor berukuran dibawah 5 GT, 589 Kapal Motor berukuran antara 5 – 10 GT, 123 Kapal Motor berukuran 10 – 20 GT, 259 Perahu Motor dan 251 Perahu Tanpa Motor. Banyaknya kapal motor yang berukuran dibawah 5 GT, perahu motor dan perahu tanpa motor yang digunakan, mencirikan operasi penangkapan ikan dilakukan oleh nelayan Kabupaten Kotabaru berada pada perairan dangkal atau berkutat pada Jalur Ia (0 – 3 mil laut) dan Jalur Ib (3 – 6 mil laut).

• Perikanan Kabupaten Kotabaru sebagaimana perikanan Indonesia yang masih sangat tergantung dengan produksi ikan hasil tangkapan di laut yang berhadapan dengan isu strategis dan aktualnya yaitu over fishing dan under fishing, kerusakan habitat, mutu hasil tangkapan, IUU fishing (Illegal, un-reported and un-regulated fishing), dan penjualan ikan di laut.

Lahan Pengembangan • Secara administratif, Kabupaten Kotabaru --disamping Tanah Bumbu,

Tanah laut, Banjar dan Barito Kuala--memiliki hak pengelolaan wilayah laut. Dibanding dengan keempat kabupaten tersebut, Kabupaten Kotabaru bersifat spesifik yaitu memiliki banyak pulau kecil dengan berbagai karakteristiknya. Dalam perkembangannya wilayah ini menjadi pusat kegiatan ekonomi, terutama dibidang transportasi laut, pariwisata dan perikanan.

• Luas wilayah daratan mencapai kurang lebih 9.422,73 km2, termasuk pulau-pulau kecil. Luas laut sekitar 38.490 km2 dengan panjang garis pantai sekitar 825 km.

• Jika dihubungkan antara panjang garis pantai dengan wewenang pengelolaan atas laut oleh kabupaten (sejauh 4 mil dari garis pantai), maka luasan potensi laut seakan tidak signifikan. Akan tetapi karena kotabaru adalah kabupaten kepulauan di Provinsi Kalimantan Selatan maka selain memiliki wilayah pesisir dan laut, juga memiliki sejumlah pulau kecil di dalam wilayah administrasinya. Pulau yang dimiliki Kotabaru berjumlah 90 dengan pengelompokkan pulau yang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

36

berpenghuni 33 buah, pulau yang tidak berpenghuni 57 buah, pulau yang memiliki nama 49 buah dan pulau yang tidak memiliki nama 41 buah. (data yang dibuat pada tanggal 20 Juni 2003 oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotabaru).

• Pesisir, laut dan pulau-pulau kecil merupakan lahan pengembangan potensial untuk usaha perikanan, disamping lahan daratan. Pulau-pulau kecil berpenghuni, umumnya menjadi tempat pendaratan ikan (fish landing) secara tradisonal baik secara almiah maupun buatan (bentuk dermaga, dimana nelayan atau masyarakat setempat menyebutnya dengan jembatan).

• Potensi luasan lahan yang dapat dikembangkan untuk perikanan dan lain-lain adalah perairan laut seluas 38.490 km2, perairan umum 168.050 ha, lahan yang dapat dijadikan tambak (budidaya air payau) seluas 52.900 ha, lahan budidaya ikan air tawar (kolam) seluas 269 ha

• Sejumlah 11 wilayah administrasi kecamatan potensial dapat dijadikan wilayah untuk pengembangan penangkapan ikan di laut maupun pembudidayaan ikan di laut, kecuali Kecamatan Kalumpang Hulu, Hampang, sungai Durian dan Pamukan Utara. Disamping laut sebagai lahan usaha, kegiatan usaha perikanan telah berkembang di sejumlah desa, yaitu nelayan laut menempati 119 desa pantai dan nelayan perairan umum menempati 7 desa. Sedangkan pembudidaya ikan air tawar menempati 21 desa.

• Luasan laut secara spesifik sudah mulai dikembangkan kearah perikanan budidaya dengan didukung fasilitas yang sudah ada berupa Balai Budidaya Ikan Pantai (BBIP) di Teluk Tamiang.

Sumber Daya Manusia Dan Kelembagaan

• Menurut data tahun 2004, sejumlah 18.846 orang terlibat langsung di bidang perikanan dengan pelaku 1.349 RTP, meliputi berbagai peran yaitu sebagai Nelayan laut 15.961 orang, Nelayan perairan umum 788 orang, Pembudidaya ikan air payau (tambak) 1.356 orang, Pembudidaya ikan air tawar (kolam) 55 orang, Pembudidaya rumput laut 362 orang, Pengusaha dan buruh perikanan 160 orang, dan Wanita/taruna pembudidaya ikan 164 orang.

• Kelompok Pembudidaya Ikan dan Nelayan sampai saat ini sudah terbentuk baik atas usaha sendiri maupun yang mendapat penguatan modal dari pemerintah mencakup pembudidaya ikan kerapu 11 kelompok, pembudidaya rumput laut 12 kelompok, pembudidaya air tawar 10 kelompok, pembudidaya tambak 49 kelompok. Tetapi, saat

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

37

ini pembudidaya yang bergerak di bidang budidaya air tawar belum terbentuk dan masih berskala perorangan.

• Ada 8 Kelompok Nelayan yang sebagian besar berdiri atas usaha sendiri dan terdapat kelembagaan penyuluh dengan nama Balai Penyuluh Perikanan (BPP) Dinas Kelautan dan Perikanan. Ini sebagai wadah formal untuk berinteraksi antara penyuluh dan pembina dari Dinas Kelautan dan Perikanan ataupun nelayan/pembudidaya ikan dan penyuluh dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan usaha perikanan.

• Secara formal Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten mempunyai tenaga penyuluh sebanyak 23 orang, yang terdiri dari PNS 20 orang, dan honorer 3 orang. Tenaga penyuluh tersebut berjenjang pendidikan sarjana (10 orang), Diploma III (9 orang) dan SLTA (1 orang). Tenaga ini dibutuhkan untuk pelayanan kepada masyarakat dengan cakupan 10 wilayah kecamatan potensial di bidang perikanan.

• Berbagai program pembangunan pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dan akan terus dilaksanakan, diantaranya adalah Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) dan pelatihan-pelatihan. Beberapa pelatihan yang dilaksanakan dalam tahun 2004, antara lain : pelatihan pengolahan rumput laut di Desa Teluk Tamiang, Pelatihan pembudidaya rumput laut di Desa Teluk Sirih, Pelatihan pembudidaya rumput laut di Desa Lontar Selatan, Pelatihan permesinan dan perkapalan dan Pelatihan SKK 30 mil serta Pelatihan SKK 60 mil di UPMB Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotabaru, Pelatihan bandeng presto di Kecamatan Pamukan Selatan, Pelatihan bandeng presto di Ratu Intan..

Produksi dan Konsumsi • Potensi sumberdaya ikan di laut yang dapat di tangkap (MSY) di

Kabupaten Kotabaru sebanyak 57.600 ton per tahun sementara data produksi pada tahun 2004 sebanyak 49.092 ton. Produksi perikanan tangkap di laut pada tahun 2004 mencapai 49.010,50 ton dengan nilai Rp 540.992.270.000,00. Produksi perikanan tangkap yang cukup tinggi tersebut memungkinkan untuk mencukupi konsumsi seluruh masyarakat di wilayah Kabupaten Kotabaru sendiri, juga masih bisa atau ada kelebihan untuk diperdagangkan antar pulau maupun diekspor. Komoditi perikanan tangkap di laut yang dihasilkan, diantaranya berupa jenis udang dan ikan, seperti udang brown, udang bintik, udang tiger, udang white, lobster, tongkol, tenggiri, bawal, kembung, otek, dan gulama.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

38

• Jumlah produksi penangkapan ikan di laut selama periode 1996 – 2004 relatif tetap atau dengan fluktuasi yang sangat kecil, dengan rata-rata kenaikan produksi per tahun hanya sebesar 0,80%. Kenaikan produksi tertinggi terjadi pada tahun 1997 yaitu 29,76%. Setelah tahun tersebut, kenaikan jumlah produksi tidak ada yang melebihi 20%.

• Produksi ikan hasil tangkapan di laut, tertinggi di Kecamatan Pulau laut utara sebesar 9796,8 ton, urutan kedua yaitu Kecamatan Pulau Laut Barat sebesar 7153,0 ton dan terbesar ketiga adalah Kecamatan Pulau Laut Selatan sebesar 6289,2 ton. Produksi ikan ini sangat erat hubungannya dengan jumlah unit penangkap yang ada di kecamatan tersebut yang juga jumlahnya merupakan terbanyak dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Produksi perikanan laut Kotabaru yang relatif tetap tersebut seiring dengan jumlah rumah tanga perikanan (RTP) dan jumlah alat tangkap yang kenaikannya cukup berfluktuasi. Secara keseluruhan, angka produksi sudah melampaui potensi sumber daya ikan tersedia, yaitu melebihi angka 80% dari MSY berdasarkan komitmen internasional mengenai perikanan yang dibuat Food and Agriculture Organization (FAO) dan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF).

• Produksi ikan hasil tangkapan di perairan umum (darat) dari 3 wilayah administrasi kecamatan terbesar, yaitu Kecamatan Pulau Laut Timur, Kelumpang Utara dan Pamukan Selatan dalam periode 1996 - 2004 mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Hasil tangkapan tahun 1996 sebanyak 2.897, 3 ton dan pada tahun 2004 sebanyak 690,5 ton. Dari rentang waktu periode ini terjadi penurunan sebesar 76%.

• Produksi ikan hasil budidaya di perairan payau (tambak) cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 1996 dihasilkan sejumlah 452,4 ton dan tahun 2004 dihasilkan sejumlah 2.026,69 ton. Dari rentang waktu ini produksi ikan hasil budi daya di perairan payau sebesar 77%

• Produksi ikan hasil budidaya di perairan umum (darat) mengalami kenaikan yang sangat pesat, yaitu pada tahun 1996 dihasilkan sejumlah 454,5 ton dan 2004 sejumlah 9.300,74 ton. Dalam rentang waktu ini, produksi ikan hasil budidaya mengalami kenaikan sebesar 95%.

• Produksi ikan hasil budidaya di laut (termasuk rumput laut), masih terus dicoba dalam bentuk kaji terap. Hingga tahun 2004 pelaku usaha di bidang ini melibatkan sejumlah 362 pembudidaya ikan dengan jumlah produksi 126,8 ton rumput laut kering.

• Angka konsumsi ikan tahun 2005 untuk Kalimantan Selatan adalah sebanyak 43,22 kg per kapita per tahun. Angka ini telah melebihi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

39

target 34,00 kg per kapita. Tim Peneliti Fakultas Perikanan Unlam (2005), angka konsumsi ikan Kabupaten Kotabaru sebanyak 35,91 kg per kapita per tahun. Hasil penangkapan ikan di laut masih dapat memenuhi konsumsi masyarakat terhadap ikan laut, bahkan apabila produksi ikan hasil tangkapan di laut dianggap tetap, konsumsi ikan laut masih dapat terpenuhi.

ANALISIS Proyeksi Peluang (Perikanan & Kelautan) • Adanya peraturan yang mendukung perkembangan perikanan dan

kelautan berupa Resolusi PBB Nomor I/4 Tahun 1972 tentang Penamaan pulau dalam rangka pembakuan nama geografis dan wilayah negara dan UU RI No. 17 Tahun 1985 yang mengesahkan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 1982.

• Undang-Undang No. 32 tahun 2004 memberikan mandat otonomi bagi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan (ekploarasi, eksploatasi dan konservasi) sumberdaya wilayah laut sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah laut oleh daerah provinsi, dan sejauh sepertiga dari wilayah laut Daerah Propinsi adalah wilayah Daerah Kabupaten/Kota.

• Terbentuknya Departemen Kelautan Dan Perikanan RI (2001) dan kelembagaan perikanan di daerah sesauai dengan otonomi daerah (UU No.32/2004) akan menciptakan program perikanan yang bersinergis antara pusat, provinsi dan daerah kabupaten/kota.

• Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pengaturan Zona Ekonomi Eksluisif Indonesia (ZEEI). Indonesia mempunyai hak kewenangan memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif seluas 2,7 juta km2 yang menyangkut eksplorasi, eksploitasi dan pengelolaan sumber daya hayati dan non hayati, penelitian dan yurisdiksi mendirikan instalasi atau pulau buatan.

• Isu Globalisasi dalam bentuk kerjasama rejional --General Agreement on Tariff and Trade (GATT), April 1994; AFTA (Asean Free Trade Area) dengan cakupan negara-negara anggota Asean; NAFTA (North America Free Trade Area) dengan cakupan Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko; APEC (Asia Pacipic Economic Community) dengan cakupan negara-negara di kawasan Asia Pasifik; Uni Eropa (European Union) dengan cakupan negara-negara di kawasan Eropa—memberi peluang luas untuk peningkatan perdagangan dunia, penurunan tariff barrier dan non tariff barrier serta peningkatan Intellectual Property dan investasi.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

40

• Adanya trend perikanan dunia (permintaan pasar dan peningkatan produksi), trend gaya hidup abad 21 (older generation, people on the run, food to become more international), dan beralihnya konsumsi daging hewan darat ke daging ikan.

• Peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan serta semakin menipisnya sumber daya alam di daratan, membuat sumber daya wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil akan menjadi tumpuan bagi pembangunan mendatang.

Proyeksi Ancaman (Perikanan & Kelautan) • Lautan merupakan sumberdaya paling terbatas perlindungan dan

pengaturannya padahal dengan dengan adanya prinsip open access --bahwa perairan adalah milik bersama (common property)- hampir semua negara di dunia memiliki akses ke lautan dengan kepentingan dan nilai yang berbeda-beda cenderungan menimbulkan keretakan hubungan antar negar.

• Pihak (nelayan) luar yang masuk ke wilayah pengelolaan perikanan Kabupaten Kotabaru dalam musim tertentu setiap tahun yang umumnya menggunakan armada yang modern menimbulkan kerugian (konflik) bagi daerah pada umumnya dan bagi nelayan Kabupaten Kotabaru pada khususnya.

• Peningkatan pemanfaatan wilayah daratan, pesisir dan laut oleh banyak sektor seperti: eksploitasi hutan tanpa kendali, konversi lahan, pengerukan/penimbunan, pemukiman, pembuangan limbah, lahan tambak, pelabuhan khusus angkutan batubara, penggunaan trawl, pertambangan, dan penambangan pasir laut akan menimbulkan abrasi, kekeruhan, ekosistem rusak pencemaran muara, penurunan kualitas air laut, vegetasi dan sungai.

• Kekeliruan pemahaman akan otonomi daerah atas hak pengelolaan wilayah laut kearah pengaplingan laut atau seakan daerah berdaulat atas laut menjurus pada konflik perebutan sumberdaya ikan dalam satuan wilayah penangkapan.

• Adanya konflik ketika nelayan lokal membuat persepsi dan menentukan sendiri batas wilayah penangkapan yang tidak boleh dimasuki oleh nelayan luar daerah Kotabaru (perbedaan persepsi antar kelompok nelayan secara ekonomis, sosial maupun secara ekologis)

• Laut yang menjadi wilayah pengelolaan Kabupaten Kotabaru sebagai barometer penangkapan ikan di Kalimantan Selatan di anggap sudah mengarah pada tingkat kejenuhan dan penuh sesak dengan kapal-kapal penangkap ikan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

41

• Liberalisasi perdagangan untuk meningkatkan volume perdagangan dunia sehingga produksi (persaingan) meningkat.

Proyeksi Permasalahan (Perikanan & Kelautan) • Pengelolaan selama ini lebih terfokus pada wilayah daratan,

termasuk daratan pulau besar (wilayah daratan Pulau Kalimantan) padahal menurut U.U No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Kabupaten mengelola wilayah sepanjang 4 mil dari garis pantai, atau sepertiga dari wilayah yang dikelola oleh Propinsi.

• Pulau-pulau kecil umumnya berada pada wilayah terpencil dengan aksesibilitas rendah sehingga akan semakin ketertinggalan jauh dari jangkauan pembangunan padahal keberadaannya sangat strategis untuk berbagai sektor pembangunan (bisa menjadi muara konflik).

• Program pengembangan/pengelolaan pulau-pulau kecil di Kabupaten Kotabaru belum terformulasikan secara jelas dan mempromosikan perencanaan pengelolaan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil baru menyentuh tingkat instansi pemerintahan terkait dan belum banyak menyentuh masyarakat lokal secara keseluruhan yang menghuni wilayah pesisir apalagi pulau-pulau kecil terpencil.

• Pemanfaatan Ruang dan Potensi Konflik. Dalam RTRW Kabupaten Kotabaru penekanan pembangunan masih menitik beratkan pada 4 (empat) jenis karakteristik sumberdaya alam yaitu sumberdaya lahan sumberdaya hutan, sumberdaya mineral dan sumberdaya air (permukaan dan potensi air tanah). Dengan perkataan lain, bahwa pembangunan masih berbasis pemanfaatan sumberdaya alam di darat dengan segala keterbatasannya sementara sumberdaya alam di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil belum mendapat perhatian yang spesifik.

• Peningkatan produksi budidaya tambak (udang dan bandeng) selalu diringi oleh peningkatan/pembukaan luas lahan yang pada gilirannya akan merambah dan mengurangi luasan mangrove.

• Provinsi Kalimantan Selatan (termasuk Kabupaten Kotabaru), belum mempunyai Rencana (blue print) Pembangunan Kelautan Dan Perikanan. Sebagai kantong produksi perikanan, Kabupaten Kotabaru belum memiliki Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP), baik RPP berdasarkan jenis alat tangkap atau jenis ikan maupun wilayah penangkapan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

42

• Wilayah Pengelolaan Perikanan Kabupaten Kotabaru belum memiliki Rencana Pengelolaan Perikanan Tangkap yang mengacu kepada prinsip sustainability dan ekosistem perairan serta kepentingan sosio-ekonomi para pengguna (stakeholders) sesuai dengan komitmen internasional mengenai perikanan yang dibuat Food and Agriculture Organization (FAO) dan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) atau Kode Etik Perikanan yang Bertanggung Jawab (KEPBJ).

• Aturan aturan lokal di Kabupaten Kotabaru tentang penangkapan ikan yang berlaku di masyarakat setempat secara kelembagaan belum mampu mengakomodir seluruh kepentingan nelayan.

• Adanya kelemahan atau keterbatasan kemampuan nelayan Kotabaru tradisional (kapal tangkap dibawah 5 GT, jauhnya tempat penjualan ikan mendorong nelayan menjual hasil tangkapan pada pengumpul ditengah laut, rendahnya akses nelayan akan fasilitas pembiayaan, konflik internal antar nelayan)

• Perluasan areal tambak untuk meningkatkan produksi udang/bandeng telah merambah ke hutan konservasi (hutan mongrov). Disatu sisi tambak yang ada di lahan konservasi sudah lama ada sebelum kawasan konservasi tersebut ditetapkan.

• Secara sosiologis, karakteristik nelayan berbeda dengan petani sehubungan dengan perbedaan karakteristik sumberdaya alam yang tersedia. Petani berhadapan dengan sumber daya yang terkontrol, sementara nelayan menghadapi sumber daya yang hingga kini masih bersifat open access dan common property. Laut wilayah pengelolaan perikanan Kabupaten Kotabaru, hingga saat ini masih dianggap oleh nelayan berpotensi sebagai daerah operasional dalam penangkapan ikan. Upaya penangkapan (motorisasi dan diversifikasi penggunaan alat tangkap) yang selalu meningkat akan berpengaruh terhadap ikan hasil tangkapan.

• Perkembangan teknologi mendorong mobilitas tinggi --peasant fisher menjadi post-peasant fisher-- dari ke daerah penangkapan ikan yang lebih jauh. Ini cenderung mengarah pada penyalah gunaan peruntukan zona penangkapan. Dan peningkatan operasi penangkapan akan memicu masalah pengalokasikasian sumberdaya ikan dalam satuan wilayah penangkapan.

• Keterbatasan sumberdaya alam di darat sudah sampai pada batas yang mengkhawatirkan. Ini tentu akan mendorong pergeseran basis dari pemanfaatan intensif (padat modal & teknologi) di darat ke pemanfaatan di laut dan pulau kecil terpencil.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

43

• Luasan laut potensial untuk perikanan budidaya sudah mulai dimanfaatkan untuk aplikasi teknologi budidaya ikan dan rumput laut, demikian pula halnya budidaya ikan air tawar yang mulai dikembangkan. Persoalannya adalah pemanfaatan di kabupaten Kotabaru selama ini telah menimbulkan pencemaran perairan sebagai habitat ikan yang masih sulit solusinya.

Proyeksi Keberhasilan (Perikanan & Kelautan) • Kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil memiliki potensi

pembangunan yang dapat dikembangkan dengan dukungan ekosistem dengan produktivitas hayati maupun non-hayati yang cukup tinggi.

• Potensi laut Kotabaru bukan hanya biodatanya tapi juga mencakup sumberdaya mineral, tambang, jalur transportasi, wisata bahari, bioteknologi dan benda-benda berharga yang terkandung didalamnya. Pemnafaatannya ssuai dengan Pasal 18 A UUD 1945 jo UU 32/04 (Keselarasan dan keadilan) dan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945.

• Pengelolaan wilayah pesisir dan laut pada prinsipnya tidak terlepas dari strategi pengelolaan daratan. Namun dirasakan intensitas pemanfaatan sumberdaya wilayah daratan sangat tinggi, sementara dampaknya berpengaruh terhadap wilayah pesisir sebagai satu kesatuan sistem wilayah darat dan laut.

• Kebijakan pembangunan perikanan mengupayakan pemanfaatan sumber daya perikanan secara optimal untuk meningkatkan produksi dan produktivitas secara berkelanjutan guna menyediakan ikan untuk konsumsi dan bahan baku industri. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas sumber daya perikanan dapat meningkatkan lapangan pekerjaan serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

• Wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Kotabaru memiliki potensi sumber daya alam yang sangat strategis didukung oleh pengaruh perairan Laut/Selat Sulawesi dan Laut Jawa. Sumber daya perikanan merupakan salah satu sumber daya yang potensial dan aktual dapat dikembangkan dan dikelola. Diantara sumber daya perikanan tersebut, perikanan tangkap merupakan usaha kegiatan yang eksis turun-temurun. Dibandingkan dengan kabupaten lain yang memiliki wewenang pengelolaan laut di Kalimantan Selatan, Kabupaten Kotabaru secara eksisting sebagai kantong produksi ikan hasil tangkapan di laut disamping sebagai kabupaten kepulauan. Walaupun sumber daya perikanan tangkap

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

44

masih dianggap sangat potensial, namun secara umum belum dimanfaatkan secara optimal hingga terjadi kecenderungan penurunan.

• Luas perairan laut potensial dalam wilayah pengelolaan perikanan Kabupaten Kotabaru dapat dikembangkan kepada peningkatan luasan lapangan usaha bagi kegiatan perikanan budidaya. Dalam bidang perikanan tangkap, perkembangannya dapat diarahkan dari nelayan yang beroperasi di perairan pantai agar dapat beroperasi lebih jauh lagi ke tengah laut dan revitalisasi kearifan lokal nelayan Kabupaten Kotabaru dalam pengelolaan perikanan tangkap yang selalu berupaya mengklaim kesepakatan lokalnya, seperti alokasi perikanan bagan (set lift net by light), alokasi perikanan gondrong (trammel net) , gae (purse seine), lampara dasar (mini trawl) dan rengge (gill net).

• Dukungan potensi aktual dari pulau-pulau kecil berpenghuni dimana keberadaan fish landing (alamiah dan buatan) pada beberapa tempat dapat ditingkatkan tipe perkembangannya yang sesuai dengan Kelas Pelabuhan Perikanan.

2.1.3.2.3. KEHUTANAN KONDISI SAMPAI SAAT INI

• Luas hutan di Kabupaten Kotabaru sangat dominan. Luas hutan di Kalimantan Selatan berdasarkan SK Menhut Nomor 453 tahun 1999 adalah 1,8 juta ha dan berdasarkan RTRWP 2000 1,6 juta ha. Kawasan hutan Kalimantan Selatan tersebut lebih seperempatnya berada di Kabupaten Kotabaru.

• Luas kawasan hutan Kotabaru berdasarkan RTRWK 2002 adalah 450.679 ha, luas ini paling kecil dibandingkan luas kawasan hutan berdasarkan SK Menhut dan RTRWP 2000, masing-masing 544.997 ha dan 515.477 ha.

• Luas kawasan hutan berdasarkan RTRWK 2002 tersebut di atas, dibagi ke dalam beberapa fungsi hutan, yaitu hutan lindung 181.153 ha, hutan produksi terbatas 11.385 ha, hutan produksi tetap 250.578 ha, dan hutan konversi 1.563 ha.

• Sampai saat ini belum diperoleh data berapa luas areal yang telah dieksploitasi dan lahan kritis.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

45

• Adanya kawasan hutan yang luas ini menyebabkan industri kehutanan cukup banyak terdapat disini, yaitu 22 buah dengan produksi mencapai 49.000 m3. Industri ini menyerap tenaga kerja ribuan orang.

• Sampai tahun 2005 ada dua perusahaan IUPHHK (Izin Usaha Pengusahaan Hasil Hutan Kayu) di Kotabaru yaitu PT Inhutani II dan PT Kodeco Timber, masing-masing dengan luas 128.328 ha dan 99.570 ha. Produksi kayu dari kedua IUPHHK tersebut sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dari realisasi produksi PT Kodeco Timber (2003) hanya 23,6 m3/ha.

• Yang masih menggembirakan adanya produksi kayu yang berasal dari IPKM/R yang sangat signifikan yang tiap tahun lebih dari 20 ribu meter kubik, bahkan pada tahun 2004 mencapai 46 ribu meter kubik (tetapi tidak ada data yang menunjukkan angka produksi tsb dihasilkan dari areal seluas berapa).

• Yang sangat menggembirakan adalah adanya produksi kayu dari hutan tanaman industri. Ada kecenderungan menaik produksi kayu dari tahun ke tahun, 109,3 ribu meter kubik tahun 2003 naik menjadi 240,2 ribu meter kubik tahun 2004. Namun, tidak tercatat produksi pada tahun 2005.

• Untuk suatu pembangunan kehutanan yang berkelanjutan, seyogyanya penanaman kembali di areal bekas penebangan dilaksanakan. Data yang tersedia hanya data reboisasi dan penghijauan yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan saja. Luas penanaman kembali selayaknya minimal sama dengan luas areal HTI yang ditebang tahun sebelumnya.

• Kondisi kehutanan di Kabupaten Kotabaru umumnya juga menghadapi tantangan yang besar dimasa yang akan datang, berupa pesatnya: Deforestasi sumberdaya hutan, penebangan liar, kegiatan perladangan, kebakaran hutan, perubahan fungsi hutan, penebangan oleh IUPHHKHA, HTI, dan kegiatan pertambangan.

• Kontribusi bidang kehutanan terhadap penerimaan asli daerah (PAD) berupa dana PSDH, DR dan Retribusi Hasil Hutan berdasarkan Data Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru menunjukkan penurunan setiap tahunnya.

• Pada tahun 2003 PAD dari bidang kehutanan sebesar 4 milyar lebih, terdiri dari PSDH 4.01 milyar, DR $ 1,14 juta, dan retribusi 637,7 juta rupiah, sedangkan tahun 2005 kurang dari dua milyar, yang terdiri dari PSDH 582,4 juta dan DR $ 188,2 ribu saja.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

46

ANALISIS Proyeksi Peluang (Kehutanan) • Departemen Kehutanan telah mengeluarkan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Kehutanan (RPJPK) Tahun 2005 – 2006 yang merupakan perencanaan strategis makro bidang kehutanan yang dapat berfungsi sebagai pedoman untuk penyusunan rencana kehutanan jangka panjang di daerah.

• Dengan keluarnya UU No. 22 tahun 1999 kemudian direvisi dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomo daerah maka secara substansial daerah otonom berhak mengelola sumberdaya alam termasuk hutan dan berkewajiban menjaganya kelestariannya. Daerah memiliki peluang dan kesempatan untuk menghapus beberapa peraturan kehutanan yang bertentangan dengan pembangunan kehutanan yang berkelanjutan, sebaliknya dapat menerbitkan peraturan baru bidang kehutanan dalam rangka mendorong pelaksanaan manajemen hutan lestari, memantapkan keberadaan mitra kehutanan dan potensi serta partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan kehutanan dengan berbasiskan masyarakat, sehingga produksi hutan bisa ditingkatkan

• Pembangunan kehutanan tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat. Adanya kesepakatan mengenai Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mecanism, CDM) yang dikenal dengan Protokol Kyoto dan telah diratifikasi oleh Indonesia, merupakan peluang yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan hutan secara lestari. Dengan melaksanakan program ini pada masyarakat, hasil akan diperoleh dengan tanpa menebang hutan yang ditanam. Berbagai produk yang berasal dari hutan harus berasal dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan (lestari) aakan mendapat sertifikat yang berpotensi besar untuk berkompetisi dipasar internasional.

• Produk hutan yang dapat menghasilkan pendapatan bagi daerah ataupun masyarakat bukan hanya dari kayu. Banyak produk yang mungkin dapat dihasilkan hutan, dikenal dengan istilah Hasil Hutan Bukan Kayu (Non Timber Forest Product, NTFP). Produk ini tidak hanya berupa hasil hutan berupa damar, rotan, dan atau getah tetapi bisa juga berupa wisata lingkungan (ecoturism). Dengan mengeksploitasi hutan secara tidak berkelanjutan akan menghilangkan potensi NTFP tersebut. Kebutuhan pasar dan peluang investasi di sektor ini cukup besar.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

47

Proyeksi Ancaman (Kehutanan) • Tafsiran sempit akan makna desentralisasi dan otonomi daerah

cenderung membuat pejabat di daerah memanfaatkan sumberdaya alam tidak terkecuali hutan semaksimal mungkin –dengan alasan untuk memperoleh PAD yang tinggi—yang bertendensi menimbulkan ego sektoral yang mengganggu pembangunan yang berkelanjutan.

• Demand akan produk kehutanan sangat besar. Berdasarkan laporan FAO (1990) kebutuhan produk kehutanan, seperti kayu lapis, kayu gergajian, bubur kayu, moulding, dan furniture akan terus meningkat. Pada tahun 2010 kebutuhan konsumsi kayu berbasis panel global diperkirakan mencapai 320,4 juta meter kubik atau naik 256% dari tahun 1990. Data statistik Kehutanan Kabupaten Kotabaru (2005) menunjukkan bahwa produksi kayu hanya 26,7 ribu meter kubik, sementara produksi kayu mencapai 49 ribu meter kubik. Kekurangannya bisa didatangkan dari luar daerah, namun tidak menutup kemungkinan kayu itu berasal dari kegiatan illegal logging (ekgiatan sangat menguntungkan karena tidak membayar pajak) baik dari daerah tersebut maupun dari dari Kabupaten Kotabaru sendiri yang semuanya merupakan ancaman bagi pembangunan berkelanjutan.

• Kebutuhan lahan hutan dari sektor lainnya terutama pertanian, perkebunan, dan pertambangan juga mengancam kelestarian hutan. Perkebunan dan HTI umumnya jenisnya homogen, sementara hutan alam heterogen. Dengan demikian kegiatan perkebunan dan HTI termasuk pembangunan yang tidak memperhatikan keragaman hayati (merusak fungsi hutan). Pertambangan yang melakukan penggalian di areal hutan Kotabaru merupakan ancaman yang serius kelestarian hutan mengingat hanya faktor finansiil yang menjadi indikatornya. Dibidang pertanian pembukaan lahan pertanian baru oleh petani kecil dengan cara tebas bakar (slash and burn) tidak terlalu berpengaruh terhadap luasan lahan hutan yang hilang tetapi ketika petani modern muncul dengan teknik dan bantuan peralatan mekanis maka kawasan yang dialih gunakan bisa sangat luas (hingga puluhan kilometer persegi). Ditambah dengan kegiatan ladang berpindah dan kebakaran hutan ujungnya adalah terjadinya penggundulan hutan yang sangat substansiil. Ini pada gilirannya akan merugikan daerah dalam skala besar.

• Lemahnya penegakan hukum atas illegal logging –walaupun akhir akhir ini terdapat kemajuan—masih merupakan faktor penting yang bisa menghambat pembangunan daerah sektor kehutanan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

48

Proyesi Keberhasilan (Kehutanan) • Kotabaru yang memiliki potensi sumberdaya hutan yang besar

dengan ditunjang oleh kondisi ekologisnya masih menjanjikan harapan Data menunjukkan telah terjadi pergeseran komoditi kayu yang berasal dari hutan alam ke hutan tanaman. Pembangunan kehutanan yang berkelanjutan dapat dicapai dengan pembangunan hutan tanaman. Potensi hasil hutan non kayu juga sangat besar dan ini merupakan sumber kekuatan yang belum optimal didayagunakan.

• Paradigma pengelolaan hutan telah berubah, yaitu dari paradigma pengelolaan hutan konvensional (timber extraction dan timber management) keparadigma pengelolaan hutan yang baru (forest resources management dan forest ecosystem management). Dalam melaksanakan pengelolaan hutan yang berkelanjutan telah tersedia kriteria dan indikatornya, yang dibuat oleh Organisasi Perdagangan Kayu Internasional. Pemerintah Indonesia telah pula meratifikasi kesepakatan tersebut.

• Sumberdaya manusia merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan dalam pembangunan dan pengelolaan hutan di daerah. Sumberdaya manusia yang tersedia pada dinas kehutanan di Kabupaten Kotabaru secara kuantitatif dan kualitatif cukup memadai dan akan mampu bertanggung jawab merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi setiap kegiatan yang terkait dengan kehutanan. Apalagi setelah kebijakan otonomi daerah yang terdapat dalam UU No. 32 tahun 2004 yang secara substansial memberikan kewenangan luas bagi daerah dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembangunan. Daerah otonom berhak mengelola sumberdaya alam dan juga berkewajiban menjaganya agar terjaga kelestariannya. Selain SDM yang tersedia pada Dinas yang mengurus kehutanan juga tersedia SDM yang ada pada IUPHHKHA dan IUPHHKHT. Jumlah yang sangat signifikan jika dikelola dengan baik sehingga dapat berperan dengan benar dalam kegiatan pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

• Sebagian besar masyarakat Indonesia umumnya dan Kabupaten Kotabaru khususnya sudah sangat akrab dengan hutan. Masyarakat di sekitar hutan Kotabaru telah mempunyai kearifan lokal yang tidak sedikit dalam membangun hutan. Misalnya: hutan jati yang ditanam masyarakat, kebun buah, kebun karet, dan kebun rotan. Keberhasilan ini merupakan modal untuk pelaksanaan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Apalagi pemerintah kabupaten memberikan dukungan terhadap kearifan lokal tersebut.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

49

Proyeksi Permasalahan (Kehutanan) • Sumberdaya manusia yang profesional sangat terbatas padahal

sangat diperlukan untuk membangun kehutanan di Kotabaru. Profesional dapat diartikan sebagai sesuatu profesi untuk mengerjakan atau mempraktekan sesuatu kegiatan berdasarkan atas profesi tertentu yang dimilikinya, dilakukan dalam rangka mendapatkan imbalan (insentif) tertentu dan dengan syarat-syarat pekerjaan tertentu. Dalam pengertian ini, professional dapat dicirikan dengan tiga kriteria, yaitu: keahlian, pengetahuan, dan moral. Ketiga kriteria tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. Salah satu kriteria tidak terpenuhi maka SDM profesional tidak diperoleh. Kriteria ahli dan berpengetahuan gampang saja dipenuhi, namun kriteria moral sangat sulit terpenuhi.

• Sudah merupakan gambaran umum bahwa masyarakat sekitar hutan

mempunyai tingkat sosial ekonomi yang rendah. Tingkat pendidikan dan pelayanan kesehatan rendah. Sementara pendapatan rumah tangga mereka demikian juga. Oleh karena itu, dengan adanya cukong penebangan liar memberikan modal kerja dengan segera mereka melakukannya. Adanya penebangan liar ini sudah pasti akan terjadi pengurangan sumberdaya hutan. Pengurangan sumberdaya hutan karena penebangan dan penggundulan kemungkinan besar akan memunculkan kantong-kantong kemiskinan baru. Bila dicermati lebih jauh kehadiran perusahaan-perusahaan di wialayah mereka lebih banyak membawa masalah bagi penduduk setempat terutama berkaitan dengan operasionalnya, perusahaan telah merusak kebun rotan, menebang tanaman masyarakat dan menutup akses pada sumberdaya hutan yang merupakan sumber kehidupan bio-sosial-budaya masyarakat setempat. Kondisi inilah yang merupakan permasalahan dalam pengelolaan hutan yang lestari.

• Komitmen daerah terhadap pembangunan yang berkelanjutan sangat diperlukan dalam pengelolaan hutan yang lestari. Adanya keinginan masyarakat dan pemerintah daerah (legislatif dan eksekutif) untuk tidak melakukan “tukar guling” hutan dipegunungan meratus dimasa lalu merupakan modal kuat yang perlu terus dikembangkan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

50

2.1.3.3. INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

KONDISI SAMPAI DENGAN SAAT INI • Di Kabupaten Kotabaru jumlah industri terbagi dalam tiga jenis

industri yaitu industri kecil (formal dan informal), industri menengah dan industri besar. Jenis industri kecil mengalami kenaikan dari tahun 2002 berjumlah 1160 bertambah menjadi 1217 pada tahun 2005 begitu juga dalam jumlah tenaga kerja, pada tahun 2002 berjumlah 2782 orang bertambah menjadi 2847orang pada tahun 2005. Dinas Perindagkop

• Luas alokasi kawasan industri mencapai 5.106 Ha (0,54%) yang tersebar di delapan kecamatan. Alokasi terluas pada kecamatan Kelumpang Hilir sebesar 2.192 Ha (42,92%) sedangakan alokasi terkecil pada kecamatan Kelumpang Hulu sebesar 163 Ha (3,19%). RTRW Kab. Kotabaru

• Jumlah industri di Kabupaten Kotabaru pada tahun 1995 sebanyak 4.179 unit usaha sedangkan tahun 2005 berjumlah 2.940 unit usaha, pertumbuhan selama 10 tahun terakhir sebesar 5,77% sedangkan untuk 5 tahun terakhir antara tahun 2001 sebanyak 2.087 sampai tahun 2005 sebanyak 2.940 pertumbuhannya 20,10% (Lampiran 25).

• Perkembangan berdasarkan jenis industri yang terbagi dalam industri makanan dan minuman, tekstil, kertas, kayu, kimia, mineral non logam, dasar logam dan logam. Pada tahun 2005 berjumlah 2.940 unit usaha dengan didominasi oleh jenis industri makanan dan minuman sebanyak 1321 unit. Selama lima tahun terakhir ini terjadi pertumbuhan jumlah unit usaha yang sangat besar yakni 20,10%. Pertumbuhan terbesar pada jenis industri barang dari kertas dan percetakan sebesar 71,02%, Kimia 54,4%, Industri lain 53,48%, Kayu dan barang dari rotan 52,20%, barang galian 51% dan industri Logam 31,4%, sedangkan industri tekstil terjadi penurunan (-9,01%) (Lampiran 25).

• Produksi sektor industri mengalami pertumbuhan pada tahun 2001 sebesar 11.792.194 naik menjadi 21.875.607 pada tahun 2005. selama lima tahun terakhir terjadi pertumbuhan 181,14%. (Lampiran 26)

• Investasi tidak mengalami kelesuan malah menunjukan pertumbuhan lima tahun terakhir;pada tahun 2001 sebesar 3.609.469 juta rupiah naik pada tahun 2005 menjadi 5.991.008 juta rupiah dengan rata-rata pertumbuhan 19,88%. Nilai investasi terbesar pada tahun 2005 terdapat pada industri Kayu dan rotan sebesar 2.714.218 juta rupiah diikuti jenis industri makanan dan minuman sebesar 2.627.790 juta

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

51

rupiah. Pertumbuhan investasi terbesar terjadi pada industri kayu dan rotan sebesar 1,55% sedangkan pada industri kimia terjadi penuruanan (-0,32%). (Lampiran 27)

• Perkembangan berdasarkan jumlah tenaga kerja pada sektor industri, dari tahun 2001 berjumlah 4.684 orang, turun pada tahun 2005 yang berjumlah 3.560 orang. Selama lima tahun terakhir terjadi pertumbuhan jumlah tenaga kerja yakni atau -3,22%. (Lampiran 28)

• Sektor industri merupakan salah satu sektor utama dalam perekonomian di kabupaten Kotabaru, berdasarkan data PDRB lima tahun terakhir yaitu tahun 2001-2005 pada tahun 2001 sebesar Rp 226.684,00 dan tahun 2005 sebesar Rp 255.399,00 juta, jadi dalam tiga tahun terakhir rata-rata pertumbuhan PDRB sektor industri sebesar 2,8% (BPS, 2005).

• Kontribusi sektor industri pada PDRB dari tahun 2001 sekitar 2,04% menjadi 1,36% pada tahun 2005 (BPS, 2005).

• Sebagian besar skala usaha pada sektor industri masih berskala kecil dan pemasaran hanya lokal atau disekitar wilayah Kabupaten Kotabaru dan kota Banjarmasin.

• Untuk Mengembangkan unit usaha disektor industri, maka perhatian khusus ditujukan untuk menumbuh kembangkan UKM dan Koperasi yang potensial.Jumlah koperasi dikabupaten Kotabaru 149 pada tahun 2005.

• Perusahaan perdagangan di Kabupaten Kotabaru berdasarkan golongan usaha dapat dibedakan menjadi Perdagangan besar 12 perusahaan, Perdagangan Menengah 6 perusahaan dan perdagangan kecil sebanyak 119 perusahaan selama tahun 2004.(Dinas Perindagkop, RTRW)

• Kontribusi sektor Perdagangan (perdagangan besar, hotel dan restoran) atas PDRB dikabupaten kotabaru tahun 2001 berjumlah Rp 408.604 juta sedangkan tahun 2004 berjumlah Rp 656.845 juta dengan pertumbuhan rata-rata 12,4%.

• Pada tahun 2001 Nilai ekspor sebesar 437.786.731 US $ sedangkan pada tahun 2005 dengan nilai ekspor sebesar 741.900.569 US $. Pertumbuhan nilai ekspor sebesar 33,5%. Pertumbuhan ini disebabkan pada tahun 2004 adanya ekspor dari semen, biji besi dan cpo (Lampiran 29-30).

• Komoditi ekspor tahun 2005 didominasi oleh ekspor semen dengan volume 59.729,05 ton.dengan nilai sebesar Rp 1.370.775 juta, CPO dengan volume ekspor 33.200.00 ton dengan dinilai sebesar Rp 11.688.250 juta dan batubara volume ekspor sebesar 29.184.343,77

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

52

ton dengan nilai Rp 852.864.922,9 juta (Lampiran 29-30). ANALISIS

Proyeksi Peluang (Industri & Perdagangan) • Kotabaru mempunyai kedalaman laut yang sangat cocok untuk

dioperasikannya pelabuhan samudra sehingga akses keluar terutama pulau Jawa dan pulau Sulawesi lebih mudah. Ini akan membuka lebih luas peluang pasar ekspor.

• Munculnya teknologi baru dibidang informasi dan komunikasi yang akan sangat menunjang kemampuan untuk akses pasar secara cepat dan terbuka

• Peluang pasar di kawasan regional Kalimantan dan akses pasar ke luar pulau Kalimantan (Jawa/Bali dan Sulawesi) sangat terbuka, terlebih lagi dengan terbuka luasnya peluang pasar ekspor, paling tidak akan lebih mudahnya akses pasar ke kawasan Asia Tenggara dalam rangka kerjasama rejional seperti AFTA, serta ekspor ke seluruh kawasan dunia lainnya mulai 2020.

• Tidak gampang tertembusnya pasar domestik oleh produk-produk sejenis dari impor (barriers to entry secara alamiah cukup kuat) karena tingkat kecanggihan teknologi yang digunakan rendah (teknologi sederhana sampai madya) dan tidak memerlukan ketrampilan yang tinggi.

Proyeksi Ancaman (Industri & Perdagangan) • Persaingan dari produk-produk industri yang berasal dari impor akan

semakin tajam sebagai akibat dari semakin terbukanya lalulintas perdagangan sebagai konsekwensi dari globalisasi dan liberalisasi ekonomi (komitmen terrhadap WTO).

• Kekurang mampuan sektor industri memenuhi tuntutan konsumen akan mutu produk yang semakin tinggi dibandingkan dengan mutu produk sejenis dari buatan daerah lain atau luar negeri

• Ketergantungn yang tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan penolong, barang setengah jadi dan komponen lainnya.

• Persaingan dari produk-produk industri baik yang berasal dari Semakin bergesernya jiwa dan perilaku usaha masyarakat yang berbasis ekonomi kerakyatan dengan semangat kekeluargaan (koperasi) ke arah ekonomi liberal / kapitalis yang berdasarkan kekuatan modal dan persaingan bebas.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

53

Proyeksi Permasalahan (Industri & Perdagangan) • Kelemahan pengaturan dan penegakan hukum dapat mengancam

semakin terdesaknya industri kecil dan menengah oleh usaha besar yang secara agresif dapat memasuki wilayah usaha yang sepantasnya diperuntukan bagi industri kecil dan menengah

• Kemampuan dan agrevitas mengakses pasar para pengusaha masih terbatas.

• Belum meluasnya dukungan infra-struktur yang memadai bagi sentra-sentra produk (lahan/kawasan industri, akses jalan, listrik, komunikasi, pengolahan limbah, laboratarium pengujian mutu).

• Keterkaitan antara sektor industri dan sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya relatif masih lemah (forward and backward linkage lemah).

• Produk-produk hasil industri dan komoditi perdagangan kebanyakan pemasarannya masih bersifat lokal belum mempunyai daya tembus ke pasar nasional bahkan pasar dunia/ ekspor.

• Pola pemasaran produk Industri dan UKM masih konvensional yaitu dengan menunggu pesanan.

• Termarginalkannya peran koperasi dalam perekonomian akibat kelemahan dalam manajemen koperasi dengan SDM koperasi masih belum profesional.

• SDM yang terlibat dalam sektor industri, perdagangan, koperasi dan UKM belum banyak yang berkualifikasi kewirausahaan yang handal dan profesional. Pengusaha-pengusaha pada umumnya masih belum mampu memenuhi permintaan pasar yang menuntut kestabilan mutu, jumlah pesanan yang besar, delivery cepat dan tepat waktu.

• Kemampuan permodalan masih terbatas dan kemampuan mengakses sumber-sumber dana/permodalan juga terbatas antara lain terbentur masalah kolateral, biaya konsultasi, biaya promosi penjualan (pameran, brosur, biaya pengujian mutu, pengiriman sampel dsb), yang diperparah pula dengan belum konsistennya keberpihakan sektor keuangan dan perbankan kepada pengembangan sektor industri khususnya UKM.

Proyeksi Keberhasilan (Industri & Perdagangan) • Masih potensialnya ketersedian sumberdaya alam, termasuk dari

perkebunan dan sumber daya laut untuk mengembangkan industri kecil dan menengah.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

54

• Tersedianya SDM angkataan kerja dalam jumlah besar yang masih belum terdayagunakan secara produktif. Jumlah penduduk Kabupatan kotabaru tahun 2005 sebesar 255.904 Jiwa .

• Potensinya peluang pasar dalam negeri bagi produk industri yang menggunakan bahan baku dari sektor pertanian dan perikanan

• Besarnya dukungan politis, keberpihakan kebijakan dan komitmen pemerintah dan masyarakat bagi pengembangan sektor Industri, Perdagangan, Koperasi dan UKM. Diperkuat lagi dengan besarnya partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam sektor industri, perdagangan, koperasi dan UKM.

• Masyarakat Kabupaten Kotabaru sudah terkenal memilik jiwa kewirausahaan yang baik dan budaya kerja kreatif yang tergambar dari banyaknya sentra industri dan UKM seperti sentra makanan olahan (panganan) dan sebagainya.

• Potensialnya peluang pasar di dalam negeri bagi produk industri yang menggunakan bahan baku dari sektor pertanian dan berskala menengah seperti makanan olahan, pengolahan hasil buah-buahan, dan industri makanan rakyat . Khusus komoditi CPO merupakan salah satu unggulan daerah yang mempunyai nilai jual dan daya saing di pasar dalam dan luar negeri.

• Partisipasi dan kesadaran masyarakat (pengrajin, pengusaha, pedagang) untuk terlibat dalam berbagai event promosi baik tingkat lokal maupun nasional.

• Dukungan pemanfaatan teknologi dibidang informasi dan komunikasi yang akan sangat menunjang kemampuan untuk akses pasar secara cepat.

• Tersedianya dana-dana perkuatan bagi industri, pengusaha perdagangan, koperasi dan UKM baik akses perbankan maupun melalui program kebijakan sektoral.

• Sektor Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mempunyai fleksibilitas dan ketahananyang tinggi dalam mengantipasi dan menyesuaikan diri terhadap dinamika perubahan/perkembangan pasar, karena diuntungkan oleh dominannya tumpuan pasar domestik (khususnya produk-produk barang konsumsi tradisional) serta kuatnya akar pada penggunaan input sumber daya daerah.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

55

2.1.3.4. SUMBER DAYA ALAM KONDISI SAMPAI SAAT INI. • Sumberdaya hutan di Kabupaten Kotabaru sangat dominan. Luas

Kawasan hutan adalah 450.679 ha, yang terdiri dari hutan lindung 181.153 ha, hutan produksi terbatas 11.385 ha, hutan produksi tetap 250.578 ha, dan hutan konversi 1.563 ha.

• Kualitas hutan cukup mengkhawatirkan ditinjau dari produktivitasnya yang hanya 23,6 m3/ha. Bencana alam berupa banjir dan kesulitan air (terutama di Ibukota Kabupaten) karena rusaknya hutan bukan suatu hal yang tidak mungkin.

• Deposit batubara diperkirakan 80 juta ton dan bahkan sampai 300 juta ton untuk kedlaman 150 meter. Luas areal tambang batubara yang telah dieksploatasi semakin meningkat setiap tahun. Ekploatasi yang asalnya cuma 93,57 (2001) menjadi 364,41 ha (2002), 2978,52 ha (2003), 1981,67 ha (2004( dan 6345,5 ha (2005).

• Dalam bentuk tonase telah diekploatasi batubara sebanyak 1.997.365,65 ton (2002), 5 065 966 ton (2003), 15.684.003 ton (2004) dan 18.044.566 ton (2005).

• PT Arutmin pemegang PKP2B merupakan perusahaan dengan skala besar yang telah beroperasi sejak tahun 80 di delapan kecamatan. Disamping Arutmin terdapat beberapa PKP2B dan puluhan perusahaan lokal (kecil) yang memegang ijin Kuasa Penambangan.

• Biji biji besi yang depositnya diperkirakan sebesar 86 juta ton berada di P. Sebuku. Selain itu diperkirakan deposit biji besi juga terdapat di Sungai Kupang, Gunung Kukusan, Gunung Gumpa, Pulau Laut dan Tanjung Senakin. Data dari Dinas Pertambangan Kotabaru menunjukkan bahwa lahan yang sudah dieksploatasi untuk biji meliputi areal 9528 ha. Dalam bentuk tonage telah digali biji besi sebanyak 59.530 ton (2004) dan 737.168 ton (2005).

• Selain batubara dan biji besi Kotabaru juga memiliki emas, batu gamping, batu gunung, kerikil, pasir kwarsa dan kaolin.

ANALISIS Proyeksi Peluang (Sumber Daya Alam) • Peluang pasar globalisasi sangat tinggi, sementara potensi SDA

daerah kabupaten Kotabaru berupa hutan dan kelautan merupakan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

56

kekayaan yang berlimpah baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak bisa diperbaharui.

• Sumberdaya mineral yang potensinya besar ini merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.

• Kondisi potensi yang sangat besar tersebut dapat mengundang investor untuk berinventasi di daerah ini.

• Kerjasama regional, sangat mudah dibangun karena potensi SDA daerah sangat diperlukan oleh daerah lain.

• Kebijakan Pemerintah Pusat untuk mengatasi illegal mining, illegal logging dan illegal fishing semakin memperbesar pencapaian kelestarian lingkungan

Proyeksi Ancaman (Sumber Daya Alam) • Adanya gangguan supply energi (misalnya, listrik dan BBM) dan air

baku • Pemanfaatan SDA cenderung merusak lingkungan hidup baik yang

legal apalagi yang illegal. • Tingginya demand akan SDA mengakibatkan rangsangan terhadap

terjadinya illegal mining, illegal logging dan illegal fishing • Praktik illegal mining, logging, dan fishing masih tinggi dan mendapat

dukungan dari pihak tertentu. Proyeksi Keberhasilan (Sumber Daya Alam) • Luas kawasan hutan yang sangat besar yakni meliputi sepertiga luas

hutan Kalimantan Selatan. • Laut, pesisir dan pulau pulau kecil menyimpan potensi yang besar

untuk menuju lingkungan hidup yang sehat selaras dengan pembangunan

• Respon positive pimpinan daerah berupa Peraturan Bupati tentang pelarangan penambangan batubara di Pulau Laut.

• Berkembangnya organisasi kemasyarakatan yang peduli akan kelestarian lingkungan hidup

• Kabupaten Kotabaru dalam pengelolaan SDA dan Lingkungan mempunyai posisi yang strategis

Proyeksi Permasalahan (Sumber Daya Alam) • Tidak tersedianya data dasar (base line data) yang komprehensif dan

integratif sehingga perencanaan yang disusun belum menghasilkan produk yang optimal. Selain itu juga mengakibatkan terjadi tumpang tindih penggunaan lahan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

57

• Kemampuan dan pelaksanaan reklamasi dan rehabilitasi bekas areal tambang dan juga hutan dan lahan terbatas. Baik dari segi finansial maupun komitmen dari pengusaha pertambangan dan kehutanan.

• Wilayah pesisir dan laut sekitar kegiatan pembangunan cenderung menjadi „tong sampah“.

• Dukungan terhadap penyelenggaraan good mining practice masih terbatas di level daerah.

• Terbatasnya SDM dan sarana pengelolaan untuk SDA Hutan, mineral, air, ikan dan kelautan.

• Munculnya berbagai kepentingan yang memanfaatkan wilayah persisir (pantai) memperbesar kerusakan lingkungan (abrasi).

2.1.4. SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA KONDISI SAMPAI SAAT INI • Struktur sosial masyarakat Kotabaru terbentuk dari suku asli Melayu

Banjar dan Dayak, pendatang dari daerah lain seperti dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, Lombok dan lain-lain serta suku campuran (Mixed Family ) hasil pencampuran antar suku yang terjadi melalui adanya perkawinan.

• Dengan jumlah penduduk 255.904 jiwa , berbagai unsur kesukuan ini menjadikan Kotabaru multi etnik dan heterogen namun menyatu secara harmonis dalam kehidupan sehari-hari karena sifat keterbukaan penduduk aslinya berpadu dengan pendatang yang pandai berbaur.

• Pembinaan kehidupan beragama telah berjalan yang diarahkan kepada peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan kualitas kerukunan umat beragama dalam usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan peningkatan moral, untuk membangunan masyarakat.

• Untuk mendukung bidang tersebut diberikan bantuan melalui Anggaran Belanja Rutin seperti untuk kegiatan pembinaan LPTQ, bantuan kepada pembinaan yang dilaksanakan organisasi/lembaga-lembaga keagamaan ataupun kelompok-kelompok masyarakat, Bantuan terhadap rumah-rumah ibadah terutama rumah-rumah ibadah yang berada dipedesaan, pelayanan dan bimbingan kepada jamaah haji.

• Sampai saat ini terdapat 248 buah mesjid, 338 buah Langgar/ Mushalla, 29 buah Gereja, 7 buah pura, 4 buah vihara dan yang lainnya sebanyak 23 buah.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

58

• Dalam pembangunan kelembagaan sosial dan budaya, pembangunan wawasan nasional, berbangsa, dan bernegara; menyelesaikan dan mengendalikan masalah-masalah kemasyarakatan lokal yang sensitif; menyempurnakan reformasi birokrasi sipil dan TNI-Polri; Sebagai wadah aspirasi sosial baik yang menjalankan advokasi ataupun pemberdayaan, terdapat sejumlah LSM yang saat ini begitu aktif berperan dalam pembangunan sekaligus menjalankan fungsi kontrol sekaligus mitra pemerintah dalam menjalankan amanah rakyat.

ANALISA

Proyeksi Peluang (Sosial Budaya dan Agama) • Adanya tekad pemerintah pusat untuk lebih menciptakan dan

menjalin hubungan yang harmonis antar etnis dan agama seperti cuti bersama untuk pegawai negeri sipil dan militer.

• Semakin berkembangnya teknologi informasi semakin menambah informasi dari luar yang bisa menambah wawasan masyarakat tentang interrelasi masyarakat secara sosial budaya dan agama.

• Semakin bertambahnya arus migrasi dari luar Kotabaru yang berbeda etnis (seperti Jawa dan Sumatera) menambah kemungkinan untuk melakukan pembauran secara nasional.

• Konflik intern dalam berbagai negara sebagai akibat campurtangan asing mendorong lebih kuat keinginan untuk memperoleh keharmonisan dalam masyarakat.

Proyeksi Ancaman (Sosial Budaya dan Agama) • Krisis ekonomi yang berlangsung khususnya dari 1997 sampai

dengan 2000 masih membawa dampak buruk bagi tingkat kesejahteraan masyarakat sehingga banyak yang terjerumus sebagai penyandang berbagai masalah sosial.

• Meskipun sejak tahun 2000 kita sudah memasuki tahap pemulihan namun masih terdapat masalah yang akan terus membebani usaha peningkatan dan pemberdayaan masyarakat.

• Derasnya arus informasi dari luar membawa serta budaya yang tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat yang luhur karenanya dapat melunturkan budaya kebersamaan dan gotong royong, rasa hormat pada orang lain, keimanan dan ketaqwaan, bahkan sebaliknya bisa menumbuhkan individualisme, hedonisme dan pragmatisme, serta kemalasan dan sikap serba ingin instant.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

59

• Masih terdapatnya masyarakat pedalaman yang kurang informasi dan kurang mendapat pendekatan secara intensif sehingga rawan terhadap hasutan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Terlebih jika kesenjangan ekonomi semakin melebar sementara kehidupan mereka tidak diberdayakan dengan sungguh-sungguh.

• Euforia kebebasan era reformasi sering membawa kecendrungan pemanfaatan kedudukan & sarana politik secara berlebihan.

• Akibatnya timbul berbagai konflik yang tidak esensial namun tidak bekesudahan yang didasari atas kepentingan pribadi semata, kebebasan berpendapat yang tidak terarah dan tidak bertanggung jawab, serta merebaknya perilaku amoral dan asusila.

Proyeksi Keberhasilan (Sosial Budaya dan Agama) • Jumlah masyarakat multikulutr dengan potensi budaya yang luhur,

pembauran yang harmonis, dan sikap kerja keras yang hidup di Kotabaru dengan damai dapat menjadi paduan dalam menciptakan masyarakat Kotabaru yang produktif dan berkualitas.

• Meningkatnya perhatian seluruh pihak akan pentingnya pembinaan bidang sosial, budaya menjadi pintu yang lebar bagi dilaksanakannya berbagai kegiatan yang dapat membina (empowering) masyarakat menjadi lebih berkualitas (high capacity) secara lahir dan bathin, memiliki kepedulian dan kesadaran (awareness) akan perannya untuk secara aktif melaksanakan fungsi sebagai masyarakat yang partisipatif dalam pembangunan.

• Masyarakat agamis merupakan salah satu modal dasar yang dapat dikembangkan menuju pemerintahan dan masyarakat yang sadar akan tanggung jawabnya dalam kehidupan bernegara.

• Berkembangnya kepedulian masyarakat terutama generasi pemuda yang terdidik akan persoalan pembangunan turut mewujudkan pembangunan yang beorientasi kepada rakyat.

Proyeksi Permasalahan (Sosial Budaya dan Agama) • Kemampuan pemerintah daerah Kotabaru untuk menanggulangi

PMSK cenderung semakin terbatas dengan perkembangan kegiatan ekonomi dengan berbagai dampak negatifnya .

• Belum ada hasil penelitian yang menunjukkan adanya korelasi antara ritual keagamaan dan implementasi nilai nilai dari ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk kalangan pemerintahan dan pelaku bisnis di Kotabaru

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

60

• Modus pendidikan (ceramah) agama yang selama ini berlangsung bersifat satu arah kurang mendukung penciptaan manusia berkualitas.

• Kemampuan ekonomi masyarakat Kotabaru yang rendah cenderung mendorong ketergantungan individu kepada pihak lain (kurang mandiri dan kurnag produktif) sehingga secara sosiologis dan psikologis kurang menguntungkan bagi pembangunan daerah.

• Pemerintah daerah belum menempatkan secara jelas peranan agama dalam perencanaannya.

• Euforia kebebasan dan era reformasi telah membawa masyarakat kedalam kancah praktik politik dan kebebasan bersuara secara akseleratif sehingga disatu sisi merupakan hal positif pada sisi lain turut mengganggu kehidupan sosial (misalnya danya demo demo yang mengganggu ketertiban dalam masyarakat).

2.1.5. PRASARANA DAN SARANA

KONDISI SAAT INI

Sumber Daya Air • Sumber daya air di Kabupaten Tanah Laut bersumber dari Air hujan,

Air Permukaan, dan Air Bawah Tanah. • Air hujan dengan curah hujan tertinggi pada bulan Nopember – April,

dan terendah bulan Mei – Oktober. • Air permukaan bersumber dari aliran sungai (DAS) antara lain;

sungai serongga, sungai sampanahan, sungai manunggal, sungai cengal, sungai cantung, Sungai bantilan besar dan sungai bangkalan.

• Air bawah tanah yang berpotensi tinggi terletak di kecamatan hulu, sungai durian dan pamukan selatan.

• Dengan jumlah penduduk Kabupaten KOTABARU sebanyak 260.093 jiwa Tahun 2005 dan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 2,82% pertahun. Selama 10 tahun terakhir tercatat jumlah pelanggan PDAM sebanyak 6.223 dengan produksi 2.822.592 M3 dan kapasitas produksi 100 Lt/Dt, jumlah yang terjual 2.187.765 M3

, tingkat kebocoran 21%, pertumbuhan pelanggan rata-rata pertahun sebesar 5,84% dan pertumbuhan produksi rata-rata pertahun sebesar 11,49% dengan penyusutan rata-rata sebesar -1,47 % pertahun (Lampiran 31).

• Kurangnya ketersediaan dan kualitas air baku akibat rusaknya daerah tangkapan air di hulu. Sumber air baku yang dipergunakan oleh

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

61

PDAM Kabupaten KOTABARU bersumber dari pegunungan yaitu pengunungan Ulin, Gunung Mandin, Gunung Tirawan, dan Gunung Perak. Pada musim normal mencapai 110 lt/detik dan musim kemarau hanya mencapai 30% (33 lt/detik) (hasil wawancara), dengan sistem gravitasi menjangkau 2 Kecamatan melalui IKK Sungai Kupang dan IKK Kotabaru. Pada umumnya wilayah yang belum terlayani PDAM terkait dengan bentuk morfologis wilayah yang sebagian didominasi oleh pegunungan dan terletak pada pulau-pulau terpisah. (BPS Kotabaru, 2004).

• Pada umumnya air yang disalurkan kepada masyarakat belum melalui proses pengolahan sehingga kualitas air masih kurang memadai terutama pada musim hujan.

Transportasi • Panjang jalan di Kab.KOTABARU tahun 2005 adalah 1.074,247 Km

terdiri dari Jalan Negara 148,000 Km (13,78%), Jalan Provinsi 134,200 Km (12,49%), Jalan Kabupaten 792,047 Km (73,73%) (Lampiran 32).

• Jalan Negara adalah jalan yang menghubungkan antara ibukota propinsi kondisi jaringan jalan negara di Kabupaten KOTABARU tahun 2005 sepanjang 148,000 Km dalam keadaan Baik 56,75 Km (38,34%), Sedang 29,5 Km (19,93%), rusak berat 24,500 Km (16,55%) dan rusak 37,250 Km (25,17%), yang seharusnya merupakan wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat / Negara. (Lampiran 32)

• Jalan Provinsi adalah jalan yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten dan antar ibukota Kabupaten. Kondisi jaringan jalan provinsi di Kabupaten KOTABARU tahun 2005 sepanjang 134,200 Km dalam keadaan Baik 38,35 Km (28,57%), Sedang 48,95 Km (36,48%), rusak berat 26,400 Km (19,67%) dan rusak 20,500 Km mencapai (15,28%), yang seharusnya merupakan wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Provinsi. (Lampiran 32)

• Jalan Kabupaten adalah jalan yang menghubungkan antar ibukota Kabupaten dan Lokal Primer/ibukota Kecamatan. Kondisi jaringan jalan Kabupaten di Kabupaten KOTABARU tahun 2005 sepanjang 792,047 Km dalam keadaan Baik 187,82 Km (23,71%), Sedang 295,06 Km (37,25%), rusak berat 184,65 Km (23,31%) dan rusak 126,515 Km (15,97%), yang seharusnya merupakan wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten. (Lampiran 32)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

62

• Kondisi jalan lingkungan perkotaan dan pedesaan di 18 Kecamatan di Kabupaten KOTABARU tahun 2005, di 195 desa/kelurahan terutama yang menghubungkan pusat permukiman dan kegiatan perekonomian masyarakat pada umumnya masih tanah sepanjang 362,496 Km (45,77%) dan kerikil sepanjang 154,349 Km (19,49%), Aspal 275,202 Km (32,48%).(Lampiran 32)

• Bandara Stagen melayani penerbangan Balikpapan – Kotabaru – Banjarmasin PP dengan frekuensi 4 kali dalam seminggu untuk rute Kotabaru – Banjarmasin PP, dan 1 kali seminggu untuk rute Kotabaru - Balikpapan dengan pesawat Cassa 212 seri 200 dengan kapasitas penumpang 18 orang, tahun 2004 dibuka rute baru Kotabaru – Surabaya PP dengan pesawat ATR – 42 dengan kapasitas penumpang 48 orang, karena besarnya subsidi untuk penerbangan ini maka untuk sementara dihentikan.(Pemda, 2005)

• Transportasi darat tahun 2005 terdiri dari : Mobil Penumpang 595 buah (3,50%), Mobil Beban 820 buah (4,83%), Mobil Bus 16 buah (0,09%), Sepeda Motor 15.558 buah (91,58) .(Lampiran 33).

• Mayoritas alat transportasi darat yang digunakan oleh penduduk adalah kendaraan roda 2 hal ini sangat berhubungan dengan topografi wilayah dan juga jarak tempuh yang relatif pendek sehingga moda ini lebih diminati.

• Kondisi jembatan di Kabupaten KOTABARU tahun 2005 Jumlah Jembatan 327 buah terdiri dari : Beton 88 buah (26,91%), Besi 20 buah ( 6,12%), Kayu 214 buah (65,44%), Lainnya 5 buah (1,53%) (Tabel P.Darat7 T-38-a), dari 178 buah, Kondisinya baik 13 buah, Sedang 72 buah, Rusak 81 buah dan Rusak berat 12 buah. (Lampiran 34)

• Pelabuhan Laut terdiri dari 2 kawasan yakni ; Kotabaru dan Gunung Batu Besar dengan 43 buah pelabuhan dan 10.485 armada, jumlah penumpang 16.766 orang. Aktivitas di 2 kawasan pelabuhan ini adalah Kawasan Pelabuhan Kotabaru aktivitas bongkar 16.564.588,44 Ton /M³,muat 114.221.625,68 Ton /M³, Kawasan Pelabuhan Gunung Batu aktivitas bongkar 1.749.000 Ton /M³, muat 60.493.441,70 Ton /M³ Pelabuhan Udara; Stagen hanya terjadi aktivitas bongkar yakni 182.968 Ton /M³.(Lampiran 35).

Perumahan/Permukiman Lahan yang digunakan untuk permukiman sampai dengan tahun 2005

adalah 9.679 Ha, lokasi permukiman terbesar berada di 2 Kecamatan yakni Pulau Laut Utara dan Kelp. Selatan yakni 1.562 Ha. Di Pulau Laut Utara terdapat 71.077 penduduk (27,73%) lahan permukiman

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

63

(16,14%) ada indikasi diwilayah ini padat penduduk (lahan permukiman tidak memadai). (BPS, 2005)

Kesehatan Tahun 2005, di Kabupaten Kotabaru terdapat 1 buah Rumah Sakit ,

22 buah Puskesmas, 69 buah Puskesmas Pembantu, 3 buah Apotik, 20 buah toko obat, 12 buah Balai pengobatan, 397 buah posyandu, 39 orang dokter, 95 orang Bidan serta 70 orang tenaga medis lainnya. (Lampiran 36)

Energi Potensi energi yang cukup besar adalah batubara dengan potensi ±

700 juta ton (termasuk kabupaten tanah bumbu) (RIPPDA,2006) Pendidikan Tahun 2005, terdapat 109 buah sekolah TK baik negeri maupun

swasta, SD 245 buah sekolah terdapat 620 ruang kelas kondisi baik, 369 ruang kondisi Rusak Berat, SMP 54 buah, SMA 23 buah (Lampiran 37-40).

Dari tingkat SD – SMP sudah tersedia hampir disemua kecamatan, tingkat SMA belum tersedia di Pulau Sembilan, Pulau Laut Tengah, Kelumpang Barat, Hampang, Sungai Durian, Kelumpang Tengah, Kelumpang Utara, dan Pamukan Selatan. (BPS, 2005)

Telematika • Jumlah produksi pulsa tahun 2003 di Kabupaten Kotabaru terdiri dari

domestik 4.297.567 dan SLJJ 57.236.119. (Lampiran 41). • Adanya Radio Siaran Pemerintah Daerah Kabupaten yang

diharapkan sebagai sarana penyebaran informasi. • Pemanfaatan internet masih terbatas pada instansi-instansi

pemerintah dan swasta dengan skala besar seperti PT.Arutmin dan beberapa perusahaan Batubara, sementara masyarakat umumnya hanya yang berada dikawasan perkotaan.

Sarana Peribadatan • Tahun 2005, terdapat 248 buah Mesjid, 338 buah Musholla, 29 buah

Gereja, 7 buah Pura, dan 4 buah Vihara. (Lampiran 42) Listrik • Kebutuhan listrik di Kabupaten KOTABARU dilayani dengan sistem

Kotabaru yang merupakan bagian dari sistem Kalimantan Selatan,

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

64

tahun 2002 jumlah produksi 98.717 MWH, terpasang 17.956 MWH, terjual 74.152 MWH, dipakai sendiri 486 MWH dan susut 24.079 MWH.(BPPT,2005)

• Pelanggan PLN sampai dengan tahun 2005 adalah 29.830 pelanggan dengan daya tersambung 23.583.550 VA, jumlah produksi 26.652.438 KwH, terjual 28.800.165 KwH.Untuk memenuhi kebutuhan listrik di pasok dari unit lain sebesar 2.147.735KwH.(Lampiran 43)

• Pelanggan listrik terbesar adalah Rumah tangga yang berada dalam kelompok R1 25.099 Pelanggan dan R2 50 Pelanggan.(Lampiran 43)

Analisis Proyeksi Peluang (Prasarana dan Sarana)

Sumber Daya Air • Pencanangan Indonesia sehat tahun 2010 oleh Pemerintah Pusat, air

bersih sebagai salah satu penunjang keberhasilan pencanangan tersebut akan mendapatkan perhatian yang cukup significant.

• Memperbaiki kawasan hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) yang gundul akibat aktivitas illegal logging dan illegal minning

• Keberadaan UU No. 7 tahun 2004 tentang pengaturan tata cara dan prosedur pengelolaan sumber-sumber air.

Transportasi • Peningkatan aktivitas perekonomian penduduk membutuhkan

penyediaan prasarana dan sarana transportasi yang lebih baik dan lebih banyak.

• Memungkinkan keterlibatan dunia usaha swasta dan masyarakat dalam pengelolaan lapangan udara.

• Pengoperasian lapangan terbang dengan kapasitas yang lebih banyak, sehingga aksesibilitas ke dan dari wilayah Kotabaru menjadi semakin baik apalagi dengan rusaknya beberapa ruas jalan negara dan propinsi dibeberapa Kabupaten yang dilalui. Pendangkalan alur di muara Banjar memberikan peluang yang besar untuk pembangunan pelabuhan samudra di Kabupaten Kotabaru.

• Kedalaman laut yang memungkinkan untuk berlabuhnya kapal-kapal bermuatan besar.

• Banyaknya pulau-pulau yang terpisah oleh laut yang membutuhkan transportasi laut.

• Peluang investasi dengan adanya infrastruktur transportasi yang baik.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

65

• Memungkinkan semakin banyak aktivitas produktif yang dapat dilakukan oleh penduduk dengan terbukanya suatu kawasan dengan terbangunnya pelabuhan yang representatif.

Perumahan/Permukiman • Peruntukan lahan untuk kawasan permukiman yang terencana

(RTRWK) • Memungkinkan adanya keterlibatan dunia usaha swasta dan

masyarakat dalam penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya.

• Kebijakan Menteri Perumahan dengan program Pembangunan rumah sehat, memungkinkan tersedianya hunian berkualitas (bagi masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah).

• Meningkatnya kepedulian terhadap sanitasi dasar melalui perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010.

• Meningkatnya kepedulian masyarakat, kualitas pengelolaan, dan keterlibatan swasta dan masyarakat dalam mengelola persampahan.

Listrik • Terbukanya kemungkinan untuk pihak swasta dan Pemerintah

Kabupaten untuk terlibat dalam penyediaan ketenagalistrikan dengan dikeluarkannya UU No.003 tahun 2005 tentang Investasi swasta dan Pemerintah daerah.

• UU No.009 tahun 2005 tentang Pembelian Tenaga Listrik dan sewa menyewa.

Proyeksi Ancaman (Prasarana dan Sarana)

Sumber Daya Air • Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke

tahun, dengan pertumbuhan 2,82% • Sumber air baku yang debit airnya rendah terutama pada saat musim

kemarau. • Aktivitas illegal logging dan illegal minning yang merusak kawasan

hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area). • Pengelolaan sumber air baku oleh masyarakat sekitar yang

cenderung menyebabkan pemborosan karena menggunakan teknologi yang terbatas.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

66

Transportasi • Topografi wilayah Kabupaten Kotabaru yang terpisah pulau-pulau

memerlukan investasi yang tinggi. • Gundulnya kawasan hutan yang merusak daerah tangkapan air

(catchment area) ketika musim hujan sering mengakibatkan banjir dan merusak jalan.

Perumahan/Permukiman • Keterbatasan sumber air baku dan kapaitas produksi PDAM yang

sudah maksimal hanya mampu memberikan cakupan layanan sebesar 17,31% untuk sambungan rumah dan untuk sambungan kran umum/MCK

• Bila musim hujan yang diikuti air laut pasang pada kawasan dataran rendah /bantaran sungai terjadi banjir.

Listrik Ketergantungan penyediaan listrik kepada BBM yang semakin hari

jumlahnya semakin berkurang dan biaya pengolahan listrik yang semakin mahal.

Proyeksi Permasalahan (Prasarana dan Sarana) Sumber Daya Air • Pengolahan air yang representatif belum tersedia sehingga kualitas

air rendah terutama pada musim hujan • Kondisi pipanisasi yang telah usang dan tidak memenuhi standard. • Tingkat kebocoran yang tinggi dan usaha perbaikan yang sulit

dilakukan akibat posisi pipa di tengah badan jalan. • Rendahnya tarif air yang berlaku belum mampu menutupi biaya

operasional. • Kekurangan tenaga perencana yang ahli dan profesional • Kekurangan dana untuk melakukan investasi secara mandiri dan

meningkatkan kesejahteraan pegawai yang masih rendah Transportasi • Mayoritas jalan darat di Kabupaten masih berupa tanah 200,350 Km

(23,65%) dan kerikil 300,150 Km (35,43%) yang sensitip pada perubahan cuaca.

• Semakin tingginya angka kerusakan Jalan dan Jembatan Kabupaten . Jalan rusak berat 184,65 Km (23,31%) dan rusak 126,515 Km

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

67

(15,97%), Jembatan dari 178 buah yang Rusak 81 buah dan Rusak berat 12 buah.

• Kurangannya alat-alat berat untuk perbaikan dan pembuatan jalan yang dimiliki oleh dinas Pekerjaan Umum.

• Belum memiliki terminal kota yang sesuai dengan standar Operasional Belum disyahkannya Perda Timbangan Fortable sebagai payung hukum pelaksanaan di Lapangan.

• Terbatasnya landasan pacu bandara sehingga saat ini hanya bisa melayani pesawat-pesawat berbadan kecil (kapasitas penumpang 18 orang).

• Kondisi pelabuhan-pelabuhan laut di kota-kota Kecamatan masih memprihatinkan.

• Rendahnya mutu pelayanan laut. • Besarnya dana yang harus disediakan untuk melakukan perawatan,

perbaikan, dan pembangunan prasarana dan sarana transportasi. Perumahan/Permukiman • Fasilitas untuk penyediaan air bersih sudah dipergunakan secara

maksimal sehingga bila ada peningkatan permintaan air bersih tidak bisa dilayani secara optimal.

• Peningkatan kebutuhan akan rumah terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk sebesar 2,82% pertahun untuk semua jenis kavling rumah (Besar, Sedang, dan Kecil) memerlukan dana investasi yang tinggi.

• Fasiltas untuk perumahan/permukiman berupa ruang terbuka hijau di pusat kota masih belum memadai., fasilitas peribadatan, Fasum,dan fasilitas perekonomian

Listrik Kondisi wilayah KOTABARU yang relatif bergunung-gunung dan

terpisah pulau-pulau mengakibatkan kerapatan beban rendah sehingga untuk pembangunan jaringan PLN membutuhkan dana yang relatif tinggi sementara dihadapkan pada masalah klasik yakni keuangan (terbatasnya dana investasi)

Proyeksi Keberhasilan (Prasarana dan Sarana)

Sumber Daya Air • Pertumbuhan pelanggan rata-rata pertahun sebesar 5,84%. • Pembuatan waduk-waduk baru untuk penampungan air hujan sebagai

sumber air baku mengingat rusaknya catchment area.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

68

• Pembangunan pipanisasi dan perlengkapan lainnya untuk operasionalisasi waduk yang telah selesai.

• Pembangunan pengolahan air bersih (WTP). • Melakukan effektifitas penagihan kepada pelanggan • Melakukan pembenahan dan perbaikan jaringan pipa. • Melakukan pengaturan klasifikasi pelanggan dan penyesuaian tarif. • Memperluas jaringan pelayanan kepada Kecamatan-kecamatan yang

belum terlayani Transportasi • Mengupayakan sumber-sumber dana yang didapat dari masyarakat

pengguna jasa agar dapat digunakan untuk membiayai rehabilitasi dan pemeliharaan infrastruktur (ear marking).

• Perpanjangan landasan pacu bandara sehingga dapat didarati pesawat berbadan besar.

• Tingginya aktivitas bongkar muat di beberapa Pelabuhan laut memungkinkan semakin besar masukan bagi PAD.

• Terbukanya kesempatan berusaha bagi beberapa Kecamatan yang masih terisolir dengan terbangunnya jaringan jalan dan pembangunan pelabuhan yang representatif.

Perumahan/Permukiman • Adanya kemandirian penduduk untuk membangun perumahan yang

sehat dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian. • Penyediaan kawasan pemukiman yang terencana dengan baik

memungkinkan terlaksananya pembangunan perumahan yang sehat. • Tersedianya fasilitas untuk perumahan/permukiman berupa ruang

terbuka hijau , fasilitas peribadatan, Fasum,dan fasilitas perekonomian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang baik.

Listrik • Tingginya angka pertumbuhan pelanggan diamati dalam 10 tahun

terakhir diketahui rata-rata pertumbuhan pelanggan 0,92% atau 25 pelanggan/tahun.

• Energi surya atau energi alternatif lainnya untuk pembangkit listrik

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

69

2.1.6. POLITIK, PEMERINTAHAN DAN HUKUM

KONDISI SAMPAI SAAT INI • Belum adanya sistem informasi manajemen (SIM) dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah. (LPJ Bupati Ktb, 2005). • Belum adanya peraturan daerah mengenai implementasi prinsip-

prinsip transparansi, akuntabilitas dan partisipatif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Kotabaru. (Data Bagian Hukum Pemda Ktb, 2006).

• Belum terpolanya penerapan sistem prestasi kerja di kalangan pegawai negeri sipil kabupaten Kotabaru. (LPJ Bupati Ktb, 2005).

• Masih rendahnya dan mahalnya pelayanan publik oleh pemerintahan kecamatan. (Survei GG Fisip Unlam, 2006).

• Adanya peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam merespon kebijakan pembangunan, seperti demontrasi/unjuk rasa dan pengaduan. (Dinas Kesbanglimas dan LPJ Bupati Ktb, 2005).

• Adanya peningkatan jumlah organisasi pemuda setiap tahun di seluruh kecamatan, seperti karang taruna, KNPI, AMPI, organisasi Muhammadiyah, dll. (Lampiran 44).

• Adanya kerjasama pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru dengan PTN dalam pendidikan formal S1, S2 aparatur pemerintahan daerah. (LPJ Bupati Ktb, 2005).

• Adanya jumlah, komposisi dan pertumbuhan pegawai negeri kabupaten kotabaru, khususnya yang lulus SD, lulus SMP dan lulus diploma mengalami penurunan sedangkan yang lulus SLTA dan lulus S1+ mengalami kenaikan. (Lampiran 45).

• Adanya forum Muspida yang dilaksanakan secara formal (bergiliran antar instansi) maupun informal (setiap pertemuan/acara) sebagai media koordinasi antara instansi vertikal di daerah, seperti Kodim 1004/kotabaru, pangkalan TNI Angkatan Laut Kotabaru, kepolisian resort kotabaru kejaksanaan negeri kotabaru dan pengadilan negeri kotabaru. (LPJ Bupati Ktb, 2005).

• Adanya pelaksanaan penjaringan aspirasi masyarakat melalui kegiatan musrenbang (musyawarah perencanaan pembangunan untuk merumuskan RPJM (rencana pembangunan jangka menengah) dan Renstra-SKPD (rencana strategis satuan kerja perangkat daerah). (LPJ Bupati Ktb, 2005).

• Adanya pemekaran wilayah kecamatan baru. (LPJ Bupati Ktb, 2005). • Adanya pengadaan buku administratif kantor bagi pemerintahan

kecamatan dan pemerintahan desa. (LPJ Bupati Ktb, 2005).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

70

• Adanya pemberdayaan SDM aparatur pemerintahan kecamatan melalui program kemampuan teknis dan manajerial. (LPJ Bupati Ktb, 2005).

• Adanya pemberdayaan SDM aparat pemerintahan desa melalui program pelatihan dan pembinaan. (LPJ Bupati Ktb, 2005).

• Semakin meningkatnya tingkat kejahatan terhadap kepentingan umum di Kabupaten Kotabaru. (Lampiran 46).

• Cukup tingginya produk peraturan daerah yang dihasilkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru bersama dengan DPRD Kabupaten Kotabaru sekitar 13 buah pada tahun 2005 dan 14 buah tahun 2006. (Bagian Hukum Pemda Ktb, 2006).

ANALISA

Proyeksi Peluang (politik, pemerintahan dan hukum) • Komitmen visi nasional tahun 2007 -2026, sebagai dasar arahan

pembangunan di wilayah provinsi. • Komitmen visi provinsi tahun 2007 – 2026, sebagai dasar arahan

pembangunan daerah kabupaten. • Komitmen visi tahun 2006 – 2025, yaitu Kotabaru yang Maju, Adil dan

Sejahtera. Visi ini sebagai pedoman dalam penetapan misi dan arah pembangunan ke depan selama 20 tahun Kabupaten Kotabaru.

• Penetapan Provinsi Kalsel mulai tahun 2005 sebagai pilot proyek penyelenggaraan Good Governance, yang secara otomatis mengharuskan kabupaten Kotabaru sebagai bagian kabupaten yang ada di wilayah provinsi Kalsel untuk menerapkan Good Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berdasarkan prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas dan prinsip partisipasi.

• UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, yang berprinsip otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab mendorong terciptanya inisiatif pemerintahan daerah untuk mengelola daerah dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia.

• Kebijakan RTRW, salah satunya menbentuk kawasan perkantoran mendorong kondusifnya penyelenggaraan sistem informasi manajemen dalam Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.

• Perkembangan informasi dan teknologi yang pesat mendorong peningkatan kapabilitas Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

71

Proyeksi Ancaman (politik, pemerintahan dan hukum) • Peningkatan partisipasi politik masyarakat yang non konvensional

cenderung akan melahirkan anarkhisme yang berdampak pada stabilitas jalannya penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Kotabaru.

• Peningkatan kejahatan ketertiban umum di masyarakat cenderung akan menimbulkan sikap-sikap merusak, yang akhirnya berimplikasi pada instabilitas jalannya proses pembangunan di masyarakat..

• Peningkatan pengembangan dan pembangunan wilayah daerah cenderung menimbulkan konflik di wilayah perbatasan dengan kabupaten lainnya.

Proyeksi Permasalahan (politik, pemerintahan dan hukum) • Belum adanya sistem informasi manajemen di Pemerintah Daerah

Kabupaten Kotabaru menjadi kendala dalam analisis jabatan, diskripsi pekerjaan dan perencanaan kepegawaian yang sesuai dengan asas the right man on the right place serta pelayanan publik.

• Belum adanya peraturan daerah mengenai implementasi prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas dan prinsip partisipatif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten kotabaru sehingga kurang menjamin kepastian hukum dan kondisi kerja pegawai negeri dalam rangka untuk melakukan perbaikan kinerja dalam pelayanan publik.

• Semakin meningkatnya tingkat kejahatan terhadap ketertiban umum kurang mendorong terciptanya tertib hukum dan budaya hukum di masyarakat.

• Belum terpolanya penerapan sistem prestasi kerja di kalangan pegawai negeri sipil menjadi kendala peningkatan kinerja pegawai negeri sipil yang efektif dan efesien.

• Masih rendahnya dan mahalnya pelayanan publik oleh pemerintahan kecamatan menjadi kendala peningkatan pelayanan publik.

Proyeksi Keberhasilan (politik, pemerintahan dan hukum) • Produktivitas peraturan daerah oleh pemerintah daerah Kabupaten

Kotabaru dan DPRD Kabupaten Kotabaru yang cukup banyak sekitar 13 buah tahun 2005 dan 14 buah tahun 2006 mendorong kondisi jaminan kepastian hukum dan hubungan fungsional antara pemerintah daerah dan DPRD dalam menangani persoalan-persoalan di daerah.

• Kerjasama pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru dengan PTN dan instansi lainnya dalam pemberdayaan SDM aparatur dan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

72

pengembangan organisasi pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru mendorong pada semakin meningkatkan kinerja manajemen pemerintahan daerah dalam pelayanan publik.

• Peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam merespon kebijakan pembangunan mendorong terciptanya pembangunan yang partisipatif.

• Peningkatan jumlah organisasi pemuda di wilayah kecamatan mendorong terciptanya tata kelola kelompok-kelompok kepentingan di masyarakat.

• Penyelenggaraan Forum Muspida secara formal dan informal sebagai sarana koordinasi antar instansi vertikal mendorong terwujudnya dan terpeliharanya stabilitas nasional dan pembangunan nasional di daerah.

• Pelaksanaan penjaringan aspirasi masyarakat melalui kegiatan musrenbang (musyawarah perencanaan pembangunan untuk merumuskan RPJM (rencana pembangunan jangka menengah) dan Renstra-SKPD (rencana strategis satuan kerja perangkat daerah) mendorong terciptanya pemerintahan daerah Kabupaten Kotabaru yang aspiratif, dinamis dan katalisator dalam program pembangunan dan pelayanan publik.

• Jumlah, komposisi dan pertumbuhan pegawai negeri kotabaru yang menunjukkan peningkatan derajat pendidikan pegawai negeri sipil dari tahun ke tahun mendorong semakin kondusif kinerja dan keahlian pegawai negeri sipil.

• Pemekaran wilayah kecamatan baru mendorong perluasan jangkauan dan koordinasi pemerintah daerah dalam pembangunan dan pelayanan publik.

• Pengadaan buku administratif kantor di pemerintahan kecamatan dan pemerintahan desa mendorong terciptanya tertib administrasi kantor dalam pelayanan publik.

• Pemberdayaan SDM aparatur pemerintahan kecamatan dibidang teknis dan manajerial mendorong peningkatan kemampuan manajerial aparatur pemerintahan kecamatan dalam pembangunan dan pelayanan publik.

• Pemberdayaan SDM aparatur pemerintahan desa dibidang pelatihan dan pembinaan mendorong peningkatan kemampuan mental dan keahlian aparatur pemerintahan desa dalam pembangunan dan pelayanan publik.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

73

2.2. PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH PREDIKSI KONDISI DEMOGRAFI • Jumlah penduduk Kotabaru sampai dengan dua puluh tahun

kedepan akan tumbuh dengan rata-rata 2,65% pertahun sehingga diperkirakan pada 2026 mencapai 445.996 jiwa. Hal ini dilalui secara bertahap dimana pada 2011 diperkirakan berjumlah 304.430 jiwa, kemudian 2016 mencapai 349.436 jiwa, dan 2021 menjadi 390.147 jiwa (hasil prediksi).

• Dari segi kualitasnya berdasarkan indikator IPM yang merupakan komposit indikator kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan ekonomi, maka berdasarkan kecendrungan yang dialami Kotabaru akan mencapai tingkat IPM 73,78. Namun dengan dukungan kebijakan dan usaha optimal, SDM Kotabaru diharapkan dapat bertransformasi sehingga memiliki kualitas yang tinggi yang dilalui melalui tahap I mencapai tingkat 72, tahap II menjadi 74, kemudian tahap III 77 dan tahap IV menjadi 80. Jika

• Keadaan ini dibarengi dengan meningkatnya harapan hidup yang pada 2011 dapat mencapai 65 tahun, pada 2016 mencapai 66 tahun, pada 2021 mencapai 67 tahun dan akhirnya pada 2026 mencapai 68. Jika mengikuti trend yang ada dan tanpa usaha yang lebih maksimal dari yang telah dilakukan tingkat harapan hidup hanya mencapai 66 tahun pada 2026.

• Dari aspek tigkat pendidikan, SDM Kotabaru meningkat rata-rata pendidikannya ditandai dengan meningkatnya rata-rata tingkat enrollment. Dari kecendrungan yang ada maka baru pada 2026 baru dapat menuntaskan wjib berlajar 9 tahun. Melalui usaha yang keras dan kebutuhan yang mendesak akan peningkatan SDM maka diharapkan WB 9 sudah tuntas pada tahap I, 12 tahun pada tahap II, dan pemenuhan tenaga profesional sejak tahap ketiga.

• Sementara itu, berdasarkan kecendrungan yang terjadi, tingkat melek huruf juga akan mencapai sebesar 100% 2026.

• Pembinaan pendidikan semakin berkembang sejalan dengan kebutuhan dan kesadaran masyarakat. Selain pendidikan formal juga berjalan pendidikan non-formal dan wadah pembinaan swadaya masyarakat yang berfokus pada peningkatan skills (teknis, jasa, bahasa, dll) serta mental spiritual keagaaman.

• Kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat semakin tinggi dan berstandar sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, termasuk ibu dan anak.

• Partisipasi pemuda dalam pembangunan yang semakin membaik seiring dengan budaya olah raga yang makin meluas dikalangan masyarakat.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

74

• Dengan berjalannya berbagai upaya pemberdayaan, pelayanan, rehabilitasi dan perlindungan sosial maka Kotabaru akan berhasil mengendalikan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

PREDIKSI KONDISI MAKRO EKONOMI • Tingkat ekonomi Kotabaru yang ditunjukkan melalui besarnya nilai

PDRB diharapkan akan terus meningkat dimasa mendatang. Peningkatan PDRB akan dicapai dengan pemanfaatan seoptimal mungkin berbagai peluang dan faktor penentu keberhasilan yang ditujukan untuk lebih meningkatkan produktifitas, daya saing, profesionalitas, dan tingkat kesejahteraan masyarakat secara lebih merata.

• Tingkat pertumbuhan rata-rata yang dicapai antara 2000 sampai dengan 2005, sebesar 8,19%, di tahun 2007 sampai 2026 nampaknya akan menurun jika dilihat berdasarkan trend pertumbuhannya. Jika tidak digenjot, maka ekonomi hanya tumbuh rata-rata 4,23% pertahun. Keadaan ini ditandai dengan minimnya perkembangan sektor industri yang hanya tumbuh 2,19% pertahun, sektor pertanian dengan 3,85% pertahun, dan jasa-jasa 4,08% pertahun. Pertumbuhan lebih dimotori oleh sektor perdagangan yang tumbuh 5,05% pertahun dan pertambangan dengan 4.07%. Kedua sektor ini cukup berpengaruh karena memiliki share yang dominan pada PDRB setelah sektor pertanian. Keadaan ini tentu jauh dari ideal dimana kita mengharapkan sektor industri dan seluruh proses industrialisasi yang berkembang sementara sektor primer khususnya pertambangan perlu ditekan.

• Dengan laju pertumbuhan penduduk, yang jika tidak dikendalikan mencapai 3,50% pertahun, dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya 4.23% maka hanya terdapat peningkatan pendaptan riil perkapita sebesar 0,73% saja, suatu hasil yang sangat minim sekali. Karenanya diperlukan strategi yang tepat untuk menggerakan sektor riil, khususnya dengan mengembangkan industri, jasa, dan perdagangan berbasi sumberdaya lokal yang melimpah di Kotabaru.

• Trend penurunan iklim usaha selama rentang 1995-2004 yang terlihat dari penurunan jumlah unit industri dan koperasi cenderung akan berlanjut. Namun jika kita mampu memanfaatkan semua potensi dan peluang yang ada untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, niscaya perkembangan yang sebaliknya justru akan terjadi.

• Tingkat pertumbuhan yang cukup diharapkan mampu menurunkan tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin. Dengan menggenjot pertumbuhan yang dimotori pertanian, industri, perdagangan dan transportasi sebesar 8,30% pertahun pada rentang 2007-2026 akan mampu menurunkan pengangguran secara

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

75

berturut-turut dari tahun 2011, 2016, dan 2021 menjadi 2,45%, 2,25%, dan 2,00% sehingga untuk selanjutnya sampai 2026 dipertahankan maksimal 2,00%t.

• Jumlah penduduk miskin diharapkan juga dapat diturunkan dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi loka. Penduduk miskin akan bisa diatasi sehingga pada 2026 jumlahnya bisa diturunkan menjadi hanya 2,35%. Ini telah memenuhi target nasional dibawah 5%.

• Intensitas kerja sama dibidang investasi, inovasi teknologi, promosi dan pemasaran baik regional, maupun global perlu terus ditingkatkan. Hal ini khususnya ditujukan untuk menciptakan percepatan industrialisasi yang berbasis sumber daya lokal secara lebih produktif, efisien dan berkesinambungan.

PREDIKSI KONDISI PERTANIAN TANAMAN PANGAN • Pemerintah melalui koordinasi yang baik dengan institusi swasta dan

publik lainnya akan melakukan pengembangan yang mencakup infrastruktur, pengembangan industri benih unggul, pengembangan dana penguatan agroindustri di perdesaan, pengembangan informasi pasar, melakukan restrukturisasi pasar dan kebijakan perdagangan, pengembangan sektor swasta, usaha mikro, kecil dan menengah, keberlanjutan lingkungan serta peningkatan produktivitas perdesaan. Semua kebijakan di atas idealnya dilakukan secara transparan dan dikomunikasikan kepada semua stakeholders yang terlibat dalam pembangunan pertanian dan perdesaan.

• Adanya globalisasi yang berarti terciptanya pasar bebas telah membuka peluang bagi usaha bidang agribisnis dalam kemitraan maupun kesempatan pemasaran.

• Dengan berpijak pada kebijakan di atas dan melihat ketersediaan potensi dan sumberdaya pertanian yang cukup besar, seperti tersedianya sumberdaya lahan pertanian yang cukup luas dan belum termanfaatkan, serta banyaknya sumberdaya manusia yang terlibat pada sektor pertanian, maka dapat diprediksikan bahwa kondisi sektor pertanian tanaman pangan di masa mendatang memberikan harapan yang besar untuk dapat berkembang baik.

• Tingkat pertumbuhan luas tanam, luas panen dan produksi tanaman pangan (padi, palawija dan sayuran) selama 10 tahun terakhir (1995-2004) dengan trend menaik merupakan suatu kekuatan yang memberikan harapan besar bagi pengembangan sub-sektor ini di masa mendatang.

• Padi merupakan komoditas tanaman pangan utama untuk dikembangkan. Hal ini tidak saja karena padi merupakan bahan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

76

makanan pokok bagi masyarakat, melainkan juga karena Kabupaten Kotabaru memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan padi, hal ini dapat dilihat dari tingkat produktivitasnya yang cukup tinggi. Komoditas tanaman pangan lainnya yang telah diusahakan yang layak untuk dikembangkan adalah jagung dan ubi kayu. Komo

• ditas

• yang

REDIKSI KONDISI PERTANIAN TANAMAN PERKEBUNAN

u telah mengambil kebijakan merubah orientasi pembangunan perkebunan

• a

• mpetitif produk-produk daerah

• ial memberikan

• di masa lalu menuju pada partisipasi masyarakat. Hal

ini mempunyai peluang sebagai produk industri hilir yang bernilai tinggi dengan permintaan yang tinggi, diantaranya jagung sebagai bahan baku pakan ternak serta sebagai bahan baku bagi keperluan industri lainnya, dan ubi kayu sebagai bahan baku gaplek, tapioka maupun sebagai bahan baku bagi keperluan industri lainnya. Di masa mendatang, pengembangan agroindustri perdesaan sebagai bagian dari konsep agribisnis merupakan langkahsangat strategis untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian tanaman pangan dan pendapatan masyarakat perdesaan .

P • Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kotabar

yang semula berdasarkan pendekatan produksi menjadi “pendekatan agribisnis”. Kebijakan ini diambil guna dapat mencapai fokus pembangunan sektor pertanian Kabupaten Kotabaru, yakni : Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada kemampuan produksi, keragaman sumberdaya pangan sertkelembagaan dan budaya lokal. Mengembangkan agribisnis yang berorientasi global dengan membangun keunggulan koberdasarkan kompetisi dan keunggulan komparatif sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang bersangkutan. Kebijakan otonomi daerah yang terdapat dalam UU No.22 tahun 1999 dan PP No.25 tahun 2000 secara substanskewenangan luas bagi daerah dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembangunan. Daerah otonom berhak mengelola seluruh potensi sumberdaya pertanian di daerahnya dan juga berkewajiban menjaganya agar terjaga kelestariannya sehingga diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Melalui dampak desentralisasi, pemerintah telah beralih dari sikap mendominasiini berimplikasi kepada semakin besarnya peran sektor swasta dalam pembangunan pertanian di perdesaan. Dengan visi baru ini, maka pertanian tidak lagi dipandang sebagai sektor yang terpisah-

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

77

pisah, namun menjadi lebih luas, dimana mencakup aktivitas-aktivitas yang terkait mulai dari subsistem hulu sampai hilir. Pemerintah yang baik dituntut untuk mendorong koordinas• i antara

• anya pasar bebas telah

• n melihat ketersediaan

• tahun terakhir (1995-2004) tingkat

• ktor perkebunan, potensi yang dapat dikembangkan

• lapa sawit menunjukkan perkembangan produksi

institusi swasta dan publik, mencakup : pengembangan infrastruktur, pengembangan industri benih, pengembangan dan penguatan agroindustri di perdesaan, pengembangan informasi pasar, merestruktur pasar dan kebijakan perdagangan, pengembangan sektor swasta, usaha mikro, kecil dan menengah, keberlanjutan lingkungan, serta peningkatan produktivitas pedesaan. Semua kebijakan di atas semestinya dilakukan secara transparan dan dikomunikasikan kepada seluruh stakeholders yang terlibat dalam pembangunan pertanian dan perdesaan. Adanya globalisasi yang berarti terciptmembuka peluang bagi usaha bidang pertanian/agribisnis dalam kemitraan maupun kesempatan pemasaran. Dengan berpijak pada kebijakan di atas dapotensi dan sumberdaya pertanian yang cukup besar di Kabupaten Kotabaru, seperti tersedianya sumberdaya lahan pertanian yang cukup luas dimana diantaranya masih banyak yang belum termanfaatkan disamping banyaknya sumberdaya manusia atau angkatan kerja yang berusaha di sektor pertanian, maka dapat diprediksikan bahwa kondisi sektor pertanian tanaman perkebunan di masa mendatang memberikan harapan yang besar untuk dapat berkembang dengan baik. Selama kurun waktu 10pertumbuhan luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman perkebunan secara umum menunjukkan pertambahan yang semakin menaik. Kondisi ini merupakan kekuatan dan memberikan harapan yang besar bagi pengembangan dimasa mendatang. Pada sub seadalah komoditas kelapa sawit, kelapa dalam, kopi, karet dan lada. Usaha perkebunan lada, kelapa dalam, kopi dan karet hampir tersebar merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Kotabaru. Sentra produksi kelapa sawit di Kecamatan Pamukan Utara, karet di Kecamatan Sungai Durian, kelapa dalam di Kecamatan Pulau Laut Utara, kopi di Kecamatan Pamukan Utara dan lada di Kecamatan Pulau Laut Timur. Dari sisi produsi, keyang produksi yang paling besar diantara berbagai komoditas perkebunan yang ada. Produksi kelapa sawit meningkat dari 808.024,54 ton pada tahun 2003 menjadi 811.887,78 ton pada tahun 2004. Komoditas ini mempunyai peluang sebagai produk industri hilir yang bernilai tinggi, seperti Crude Palm Oil (CPO), olein,

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

78

strearin, gliserin, dan pupuk organik. Dengan kata lain, prospek kelapa sawit ke depan sangat baik. Hal ini didukung oleh semakin meningkatnya permintaan industri berbahan baku kelapa sawit, majunya teknologi yang digunakan industri (misalnya industri pangan dan biofuel), berkembangnya teknologi di bidang teknis budidaya dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Luasnya pote• nsi lahan yang belum tertangani memberikan peluang

• ustri perdesaan

REDIKSI KONDISI PETERNAKAN

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kotabaru telah

• a

• ng berorientasi global dengan

• U No.32 tahun

untuk pengembangan kelapa sawit rakyat dengan skala usaha ekonomi 2-4 ha/KK. Pengembangan kelapa sawit rakyat ini dilakukan dengan pola kemitraan usaha yang melibatkan perusahaan besar atau perkebunan besar swasta. Di masa mendatang, pengembangan agroindsebagai bagian dari konsep agribisnis merupakan langkah yang sangat strategis untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian tanaman perkebunan dan meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan. Untuk mendukung terwujudnya pengembangan agroindustri perdesaan perlu difasilitasi dengan: (a) penerapan teknologi dan sarana hasil perkebunan di sentra-sentra produksi, (b) pengembangan infrastruktur penunjang seperti listrik, jalan akses dan komunikasi, (c) pengembangan akses terhadap permodalan, serta (d) peningkatan mutu, efisiensi produksi dan pemasaran.

P •

mengambil kebijakan merubah orientasi pembangunan perkebunan yang semula berdasarkan pendekatan produksi menjadi “pendekatan agribisnis”. Kebijakan ini diambil guna dapat mencapai fokus pembangunan sektor pertanian Kabupaten Kotabaru, yakni : Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis padkemampuan produksi, keragaman sumberdaya pangan serta kelembagaan dan budaya lokal. Mengembangkan agribisnis yamembangun keunggulan kompetitif produk-produk daerah berdasarkan kompetisi dan keunggulan komparatif sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang bersangkutan. Kebijakan otonomi daerah yang terdapat dalam U2004 dan PP No.25 tahun 2000 secara substansial memberikan kewenangan luas bagi daerah dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembangunan. Daerah otonom berhak mengelola seluruh potensi sumberdaya pertanian di daerahnya dan juga berkewajiban menjaganya agar terjaga kelestariannya

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

79

sehingga diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

• Melalui dampak desentralisasi, pemerintah telah beralih dari sikap mendominasi di masa lalu menuju pada partisipasi masyarakat. Hal ini berimplikasi kepada semakin besarnya peran sektor swasta dalam pembangunan pertanian di perdesaan. Dengan visi baru ini, maka pertanian tidak lagi dipandang sebagai sektor yang terpisah-pisah, namun menjadi lebih luas, dimana mencakup aktivitas-aktivitas yang terkait mulai dari subsistem hulu sampai hilir.

• Pemerintah yang baik dituntut untuk mendorong koordinasi antara institusi swasta dan publik, mencakup : pengembangan infrastruktur, pengembangan industri bibit, pengembangan dan penguatan agroindustri di perdesaan, pengembangan informasi pasar, merestruktur pasar dan kebijakan perdagangan, pengembangan sektor swasta, usaha mikro, kecil dan menengah, keberlanjutan lingkungan, serta peningkatan produktivitas pedesaan. Semua kebijakan di atas semestinya dilakukan secara transparan dan dikomunikasikan kepada seluruh stakeholders yang terlibat dalam pembangunan pertanian dan perdesaan.

• Adanya globalisasi yang berarti terciptanya pasar bebas telah membuka peluang bagi usaha bidang pertanian/agribisnis dalam kemitraan maupun kesempatan pemasaran.

• Dengan berpijak pada kebijakan di atas dan melihat ketersediaan potensi dan sumberdaya pertanian yang cukup besar di Kabupaten Kotabaru, seperti tersedianya sumberdaya lahan pertanian yang cukup luas dimana diantaranya masih banyak yang belum termanfaatkan disamping banyaknya sumberdaya manusia atau angkatan kerja yang berusaha di sektor pertanian, maka dapat diprediksikan bahwa kondisi peternakan di masa mendatang memberikan harapan yang besar untuk dapat berkembang dengan baik.

• Pada sub sektor peternakan, potensi yang dapat dikembangkan adalah komoditas ayam potong, ayam buras, itik, kambing dan sapi

• Di masa mendatang, pengembangan agroindustri perdesaan yang menggunakan bahan baku daging, susu dan telur, sebagai bagian dari konsep agribisnis merupakan langkah yang sangat strategis untuk meningkatkan nilai tambah produk peternakan dan meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan.

PREDIKSI KONDISI KELAUTAN DAN PERIKANAN

• Keberadaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil sangat strategis untuk berbagai kepentingan. Eksistensi Kabupaten Kotabaru sebagai daerah kepulauan memiliki nilai strategis, baik

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

80

dalam manfaat ekonomis dan ekologis (memiliki kandungan sumberdaya alam yang sangat bernilai dengan ekosistem yang spesifik), maupun kontribusinya bagi manfaat politis dan hankamnas, baik dalam skala regional maupun nasional hingga internasional.

• Seiring pelaksanaan otonomi daerah, arti pulau sebagai sumberdaya wilayah menjadi sangat penting. Data yang lengkap dan status kewenangan pengelolaan yang jelas tentang keberadaan pulau dalam suatu wilayah administrasi Kabupaten Kotabaru dapat menghindari konflik antar daerah dalam pengelolaan sumberdaya yang dimiliki. Ini akan mencapai tujuan pembangunan melalui pengembangan sumberdaya alam serta dalam rangka pemanfaatan optimal sumberdaya, pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.

• Sumberdaya wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil mempunyai potensi dan mampu memenuhi tingkat pertumbuhan ekonomi secara pesat, disamping menimbulkan dampak negatif baik terhadap kelangsungan sumberdaya alam hayati dan non-hayati maupun permasalahan terhadap perkembangan sosial ekonomi. Hal ini seiring dengan kepentingan berbagai sektor kegiatan yang memanfaatkan wilayah tersebut. Pemanfaatan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil akan semakin meningkat seiring dengan makin meningkatnya aktivitas pembangunan berbagai sektor, seperti : perikanan (budidaya dan penangkapan ikan), sarana perhubungan, kehutanan dan perkebunan, pertanian, pariwisata dan lokasi pemukiman. Akibat kegiatan sektor ini, maka wilayah pesisir menjadi wilayah kegiatan banyak sektor dengan kepentingannya masing-masing dan akan muncul karena benturan kepentingan dari berbagai kegiatan tersebut.

• Perikanan dapat dijadikan sebagai tolak ukur pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam satu sistem pemanfaatan. Ia pun dapat dijadikan sebagai indikator kerusakan dan bencana, seperti over fishing dan under fishing, kerusakan habitat, mutu hasil tangkapan, IUU fishing (Illegal, un-reported dan un-regulated fishing) bukan lagi menjadi isu strategis dan aktual. Demikian pula halnya isu yang terkait dengan eksploitasi tak terkendali dalam penangkapan ikan dan kerusakan lingkungan perairan sebagai habitat sumber daya ikan.

• Perikanan Kotabaru sebagaimana Perikanan Indonesia, dihadapkan pada era liberalisasi perdagangan yang ditandai dengan adanya perubahan term of trade dimana rintangan-rintangan perdagangan lambat laun semakin hilang (seperti subsidi dan tarif), serta arus lalu lintas modal antar negara semakin meningkat yang menimbulkan pula adanya Foreign Direct Investment (FDI). Isu perdagangan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

81

Tabel 2 Kelautan Dan Perikanan Terbangun 2007 – 2026

PREDIKSI 2007 – 2011 2012 - 2016 2017 - 2021 2022 – 2026 Pertumbuhan 6,9 % - 7,5% 9% 10% 10%

Sumber Daya Ikan dan Lingkungan

Kuota penangkapan posisi MSY Konservasi

Posisi optimum Posisi optimum Posisi optimum

Daerah Penangkapan (fishing ground)

Penegakan hukum berbasis kelautan dan perikanan Pengaturan/pembatasan daerah penangkapan

Pengaturan Pengaturan Pengaturan

Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan

Pendidikan dan ketrampilan aparat, nelayan, pembudidaya ikan Penguatan Kelembagaan (pengelolaan dan pengawasan) Rencana Pengelolaan Perikanan

Penguasaan IPTEK dan Informasi Kemampuan dan ketrampilan nelayan menangkap ikan di lepas pantai Mantapnya pengawasan dan pengendalian penangkapan ikan

Kualitas aparat, nelayan, pembudidaya dan pelaku usaha.

Kualitas aparat, nelayan, pembudidaya dan pelaku usaha.

Perikanan Tangkap Perairan Laut Pelabuhan Khusus

Sarana prasarana penangkapan Pengaturan jenis dan jumlah alat tangkap (tradisional dan modern) Mutu hasil tangkapan dan pemasaran.

Industri penangkapan lepas pantai

Perairan Umum Pembatasan jumlah alat tangkap

Usaha skala rumah tangga

Industri berbasis perikanan tangkap : Industri penangkapan (termasuk ikan hias) Industri pengolahan ikan

Industri berbasis bisnis perikanan

Perikanan Budidaya Perairan Laut Sarana prasarana

budidaya laut Usaha skala rumah tangga dan pengembangan intensifikasi dan mutu

Usaha skala rumah tangga Usaha skala industri (manufactur)

Perairan Payau Sarana prasarana budidaya tambak Revitalisasi usaha tambak potensial (termasuk 50% tambak tidur) Normalisasi lahan tambak

Usaha skala rumah tangga

Perairan Umum (Tawar)

Sarana prasarana budidaya kolam Usaha RT dan pengembangan intesifikasi mutu

Industri berbasis perikanan budidaya : Industri ikan hias Industri pembenihan Industri budidaya ikan Industri pengolahan ikan

Industri berbasis bisnis perikanan

*) industri adalah kumpulan usaha kegiatan sejenis internasional yang berbasiskan sumberdaya alam, khususnya untuk komoditi perikanan terkait pula dengan isu lingkungan hidup.

• Sejalan dengan desentralisasi wewenang pengelolaan, maka peran pemerintah daerah akan menjadi semakin besar dan penting.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

82

Demikian pula hak rakyat yang secara tradisional memiliki hukum yang tidak tertulis dengan kelembagaan lokalnya di dalam pengelolaan akan menjadi semakin penting, karena inisiatif kebijakan pengaturan tidak lagi menggunakan pendekatan dari atas ke bawah, melainkan sebaliknya. Pemberlakuan aturan lokal yang tidak tertulis oleh masyarakat setempat dalam berbagai kasus telah terbukti lebih efektif dibandingkan aturan-aturan tertulis yang ditetapkan oleh pemerintah (sentralisasi). Untuk hak rakyat (nelayan) atas pengelolaan perikanan tangkap yang bersumber dari aturan lokal tidak tertulis selayaknya direvitalisasi dan diakui keabsahannya antara aspirasi masyarakat lokal dan kepentingan nasional. Upaya revitalisasi tersebut mencakup aspek-aspek pengembangan norma, sistem dan mekanisme kelembagaan adat, serta penerapan sanksi. Dalam melakukan tindakan pengelolaan, untuk ini dibutuhkan suatu rencana pengelolaan (management plan) yang intinya adalah sesuatu kegiatan normatif yang boleh atau tidak boleh dilakukan di suatu zona, dimulai dari pengumpulan data dan informasi secara sistematik untuk pengembangan strategi ke bentuk aksi yang spesifik untuk memperoleh keluaran yang diharapkan yaitu produksi ikan hasil tangkapan yang optimal dan berkembangnya usaha budidaya ikan di laut.

• Terpenuhinya kualitas SDM, sarana prasarana dan tersususun serta terwujudnya program kelembagaan dalam bentuk Rencana Pengelolaan Perikanan di perairan laut wilayah Kabupaten Kotabaru akan menciptakan penangkapan ikan yang optimal dan berkelanjutan (terbangun pada 2012 – 2026) seiring dengan industri berbasis perikanan tangkap yang terbangun pada 2017 – 2021 hingga terbangunnya industri berbasis bisnis perikanan pada 2021 – 2026.

PREDIKSI KONDISI KEHUTANAN • Setelah adanya intervensi atau pembangunan yang dilakukan dalam

bidang kehutanan, maka kondisi kehutanan di Kabupaten Kotabaru diprediksi:

• Sesuai dengan luas hutan yang sangat dominan dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Kalimantan Selatan, maka produksi kayu di daerah ini minimal 25% dari produksi kayu di Kalimantan Selatan. Produksi kayu tidak hanya berasal dari hutan alam dan hutan tanaman tetapi juga dari hutan rakyat yang dikelola secara berkelanjutan. Sementara luas kawasan hutan yang ada sekarang dapat dipertahankan.

• Jumlah lahan kritis semakin berkurang dengan adanya program rehabilitasi hutan dan lahan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

83

• Masyarakat sekitar hutan lebih sejahtera. Keterlibatan mereka dalam pembangunan kehutanan semakin nyata. Mereka sebagai subjek karena pembangunan kehutanannya berbasiskan masyarakat, yang dikenal dengan Community Base Forest Management, CBFM. Masyarakat sekitar hutan mempunyai kelembagaan yang kokoh dan transparan, sehingga posisi tawar mereka menjadi kuat.

• Produksi hutan bukan hanya berupa kayu, tetapi ada diversifikasi. Misalnya, hasil hutan non kayu (damar, rotan, sarang burung, air, dan lain-lain), produksi carbon, dan berkembangnya ekowisata. Produk tersebut bukan hanya berupa barang mentah tetapi sudah berupa barang jadi.

• Sumberdaya manusia kelembagaan kehutanan yang ada lebih profesional untuk mengelola hutan secara lestari.

PREDIKSI KONDISI INDUSTRI DAN PERDAGANGAN • Berdasarkan perkembangan produksi sektor industri maka sektor

industri Kabupaten Kotabaru pada dua dekade ke depan akan mengalami pertumbuhan dengan tahap-tahap sebagai berikut: Lima tahun kedepan (2011) tumbuh sebesar 16,79% tahun, kemudian tumbuh menjadi 9,13% tahun pada lima tahun kedua, lalu sebesar 6,26% tahun pada lima tahun ketiga dan 4,77% tahun pada akhir dasawarsa kedua (2026).

• Dalam hal tenaga kerja dan Investasi, berdasarkan perkembangan selama empat tahun sebelumnya (2002-2005) (pertumbuhannya negatif) maka jumlah tenaga kerja dan investasi pada sektor industri akan semakin menurun hingga tahun 2026. Oleh karenanya diperlukan kebijakan yang dapat mendorong perkembangan kegiatan industri misalnya dengan pengembangan agroindustri dalam kerangka agribisnis dan bisnis perikanan.

• Dengan adanya sumber daya alam disektor pertani berupa perkebunan kelapa sawit yang menghasilakan CPO maka diharapakan pada masa mendatang dapat dibangun pabrik minyak minyak goreng, begitu juga dengan sumber daya perikanan yang masih potesial dapat dibangun industri bahan pakan dan industri pengalengan ikan ( RTRW 2005)

• Selain itu prospek industri pengolahan baik produk prtanian maupun sumberdaya alam bagi industri besar dapat dimungkinkan dikembangkan industri ; Industri pellet biji besi, Destilasi batu bara kalori rendah menjadi BBM, Industri biodiesel dari bahan baku tepung tapioka maupun minyak jarak (RTRW 2005)

• Berdasarkan kontribusi sektor industri pada PDRB pada dua dekade ke depan akan mencapai tingkat pertumbuhandengan tahap-tahap sebagai berikut: Lima tahun kedepan (2011) adalah Rp.93.272,33

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

84

ribu, kemudian naik sebesar Rp 94.742,33 ribu pada lima tahun kedua mengalami kenaikan, sebesar Rp 96.212,33 ribu pada lima tahun ketiga dan sebesar Rp. 97.682,33 ribu pada lima tahun keempat (2026).

• Berdasarkan perkembangan dari PDRB sektor perdagangan pada kelompok perdagangan, hotel dan restoran yang telah dicapainya maka Kabupaten Kotabaru pada dua dekade ke depan maka pertumbuhan PDRB dengan tahap-tahap sebagai berikut: Lima tahun kedepan (2011) adalah sebesar Rp 245.035,67 ribu, kemudian naik menjadi Rp 279.505,67 ribu pada lima tahun kedua, lalu sebesar Rp 313.975,67 ribu pada lima tahun ketiga dan Rp 348.445,67 ribu pada lima tahun keempat (2026).

• Dari hasil proyeksi kedepan, Perkembangan ekspor Kabupaten Kotabaru pada dua dekade ke depan pertumbuhan sebagai berikut: Lima tahun kedepan (2011) adalah sebesar Rp 1.788.670.676 atau sebesar 9,59%, kemudian naik menjadi Rp 2.564.941.457atau sebesar 6,44% pada lima tahun kedua, sebesar Rp 3.341.212.237 atau sebesar 4,87 % pada lima tahun ketiga dan Rp 4.117.483.618 atau 3,91% pada lima tahun keempat (2026).

• Kegiatan perdagangan di Kabupaten Kotabaru didukung beberapa pelabuahan, Realisaasi pembangunan pelabuhan samudera di Simpang Empat dekat pelabuhan lama untuk kegiatan perdagangan dalam skala besar, serta jalan tembus Batulicin-Kandangan dan jalan tembus ke Propinsi Kaltim sebagai prasarana pendukung kegiatan perdagangan.

PREDIKSI KONDISI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN • Kecenderungan kerusakan lingkungan hidup meningkat, walaupun

demikian kondisinya nanti akan dapat diminimalisir bahkan dalam kondisi lingkungan yang ideal, apabila intervensi seperti dalam arah pembangunan dapat diimplementasikan.

• Penyediaan air baku semakin berkurang seiring dengan degradasi kualitas lingkungan. Upaya reklamasi dan rehabilitasi akan dapat meningkatkan penyediaan air baku secara bertahap.

• SDA makin terkuras tanpa nilai tambah, bahkan potensi SDA cenderung berkurang akibat pencemaran. Kondisi tersebut dapat diatasi dengan melaksanakan arah pembangunan yang diusulkan.

• Sumber daya ikan sebagai sumber daya dapat pulih, masih ada potensi yang dapat dimanfaatkan dengan melakukan upaya pengelolaan penangkapannya. Terbangunnya konservasi sumber daya ikan dan produksi ikan hasil tangkapan di laut pada posisi MSY (2007 – 2011)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

85

PREDIKSI KONDISI SOSIAL BUDAYA • Dalam dua dasa-warsa kedepan masyarakat Kotabaru akan menuju

kepada masyarakat yang agamis, memiki kualitas budaya yang baik dan kepedulian sosial yang tinggi.

• Pemerintah bersama-sama masyarakat yang bergerak atas swadaya mereka sendiri dalam wadah-wadah pembinaan masyarakat baik dalam hal keagaamaan, kesehatan dan kesejateraan, pendidikan non formal, kepemudaan, pemberdayaan wanita, seni dan budaya, dan lain-lain yang berjalan baik dan mendapat dukungan serta perlindungan dari pemerintah.

• Kegiatan pembinaan spiritual yang benar menjadi program yang dilaksanakan secara kontinyu dan diformalkan ditingkat penyelenggara daerah dan masyarakat untuk mencapai sasaran berupa meningkatnya keImanan dan keTaqwaan, kualitas moral, kepedulian sosial, dan penghargaan atas seni dan budaya yang agung secara benar dan konstruktif.

PREDIKSI KONDISI PRASARANA DAN SARANA • PDAM tahun 2005 telah mencapai kapasitas produksi 100 lt/dtk

sementara cakupan layanan baru mencapai 17,31% ini berarti kebutuhan akan air bersih di tahun 2005 saja sudah tidak dapat dipenuhi, jika tahun 2007 diasumsikan pelayanan yang diberikan masih sebesar 30% terdapat 53.944 sambungan rumah (65%) dan 29.047 kran umum (35%) maka kebutuhan air puncak harian sebanyak 10.846 M³/detik jika kondisi air baku tetap maka tahun 2007 akan terjadi kelangkaan air bersih, untuk ini usaha konservasi sumber air baku dan penambahan pembuatan waduk untuk penampungan air hujan menjadi hal yang harus segera dilakukan sejak saat ini.

• Kebutuhan listrik dengan asumsi 100 % penduduk dan sarana prasarananya terlayani maka kebutuhan listrik tahun 2007 diprediksikan sebesar 74.504.100 VA, tahun 2004 kapasitas tersambung 23.583.550 VA ini berati tahun 2007 kapasitas tersambung sudah tidak memenuhi kebutuhan.

• Kebutuhan lahan untuk fasilitas perumahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan, perekonomian, fasum,dan ruang terbuka hijau tahun 2007 sebanyak 2.697,71 Ha secara umum kebutuhan akan lahan relatif tersedia di Kabupaten Kotabaru tinggal upaya untuk membangun lahan yang tersedia dan perencanaan tata ruang wilayah yang baik untuk membangun berbagai fasilitas diatas.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

86

• Fasilitas Perumahan dengan asumsi Kav. Besar 10 % penduduk, Kav. Sedang 30% penduduk dan Kav. Kecil 60% penduduk maka tahun 2007 diperlukan sebanyak 5.533 unit Kav. Besar, 16.598 unit Kav. Sedang dan 33.196 unit Kav. Kecil, jika seluruh kelompok dipenuhi 100%.

• Fasilitas pendidikan TK (2005) ada 109 buah, dengan asumsi 1 TK per 1.000 penduduk maka tahun 2007 diperlukan 277 buah, Fasilitas sekolah dasar (2005) ada 245 buah, dengan asumsi 1 SD per 1.600 penduduk maka tahun 2007 diperlukan 173 buah, kebutuhan akan sekolah dasar sampai dengan akhir tahun tahapan III RPJP dapat terpenuhi ini berarti perhatian lebih ditujukan pada rehabilitasi sekolah karena tingkat kerusakan cukup tinggi mencapai 59,52% dan peningkatan fasilitas sekolah.

• Pada tahun 2004 terdapat Sekolah Menengah Pertama (2005) sebanyak 54 buah, dengan asumsi 1 SMP per 4.800 penduduk maka tahun 2007 diperlukan 58, sejak ini diperlukan penambahan jumlah SMP selain itu rehabilitasi sekolah dan peningkatan fasilitas sekolah perlu mendapat perhatian.

• Fasilitas Sekolah Menengah Atas (2005) berjumlah 23 buah, dengan asumsi 1 SMA per 10.000 penduduk maka tahun 2007 diperlukan 28 buah, mulai periode (2011) diperlukan penambahan jumlah SMA selain itu diperlukan rehabilitasi sekolah dan peningkatan fasilitas sekolah.

• Fasilitas Kesehatan (2005) Rumah sakit 2 buah, Rumah sakit dengan asumsi 1 RS untuk melayani 90.000 jiwa sejak akhir tahun 2011 diperlukan penambahan RS, Puskesmas (2005) 22 buah dengan asumsi 1 Puskesmas untuk melayani 30.000 jiwa Penyediaan Puskesmas sampai dengan akhir periode RPJP terpenuhi, Puskesmas Pembantu (2005) 69 buah, dengan asumsi 1 Puskesmas Pembantu untuk melayani 5.000 jiwa Penyediaan Puskesmas Pembantu mulai tahun 2016 perlu penambahan, Apotik (2005) 3 buah dengan asumsi 1 Apotik untuk melayani 15.000 jiwa Penyediaan Apotik mulai tahun 2007 diperlukan penambahan dan BKIA (2005) 12 buah dengan asumsi 1 BKIA untuk melayani 6.000 jiwa, Penyediaan BKIA mulai tahun 2007 perlu penambahan

• Fasilitas Peribadatan tahun 2005, Langgar 338 buah, mesjid Kecamatan dan lingkungan 248 buah, Gereja 29 buah, Pura 7 buah dan Vihara 4 buah maka untuk fasilitas peribadatan relatif sudah cukup secara kuantitasnya sampai dengan akhir periode RPJP (2026), tinggal pemeliharaan dan peremajaan saja.

• Fasilitas Perekonomian tahun 2005 tidak ada data, kebutuhan fasilitas ini sangat penting untuk menunjang pergerakan ekonomi di kabupaten Kotabaru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 2 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

87

• Fasilitas Umum dan Ruang terbuka hijau secara umum masih kurang memadai selain itu juga yang telah ada perlu perawatan dan pemeliharaan.

PREDIKSI KONDISI POLITIK, PEMERINTAHAN DAN HUKUM • Kecenderungan belum terpolanya keterlibatan masyarakat dalam

tahapan penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Kotabaru sehingga kurang mendorong bagi terciptanya pembangunan daerah yang partisipatif.

• Kecenderungan masih rendahnya sarana dan prasarana serta SDM pengawai negeri sipil menjadi kendala bagi peningkatan kinerja pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru dalam pelayanan publik.

• Kecenderungan hubungan yang fungsional antara DPRD dan pemerintah daerah mendorong bagi peningkatan kualitas dan kuantitas penanganan masalah pembangunan dan masalah masyarakat di Kabupaten Kotabaru.

• Kecenderungan masih rendahnya sarana dan prasarana hukum di daerah yang menjadi kendala bagi terciptanya jaminan kepastian hukum dan budaya hukum pada pemerintah daerah dan masyarakat.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

88

BAB III VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN KOTABARU 3.1. VISI Visi merupakan suatu rumusan tentang keadaan yang diinginkan dimasa depan dalam hal ini adalah keadaan Kabupaten Kotabaru diakhir Rencana Pembangunan jangka Panjang yaitu pada tahun 2026. Visi untuk Kabupaten Kotabaru dirumuskan dengan memperhatikan berbagai hal mencakup tantangan dan peluang dimasa depan, kekuatan dan kelemahan yang ada, faktor-faktor strategis yang muncul, amanat pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Pusat dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Propinsi Kalimantan Selatan 2006-2025 serta aspirasi masyarakat. Berdasarkan pertimbangan atas faktor faktor diatas maka diperoleh rumusan visi Kotabaru dalam waktu 20 tahun mendatang sebagai berikut yaitu :

KOTABARU MAJU, ADIL DAN SEJAHTERA Visi Kabupaten Kotabaru Tahun 2007-2026 ini mencerminkan keinginan seluruh komponen masyarakat untuk menuju pada kehidupan yang lebih baik dimasa datang yang selaras dengan tujuan pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Visi “maju” mengandung makna bahwa dalam 20 tahun mendatang Kabupaten Kotabaru memiliki sumber daya manusia yang handal, fondasi ekonomi yang kuat untuk pembangunan berkelanjutan. Visi “adil” mengandung makna bahwa pembangunan yang dilaksanakan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap individu untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan menikmati hasil pembangunan. Visi “sejahtera” mengandung makna bahwa pembangunan yang dilakukan memberikan kemakmuran lahir dan batin yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

89

3.2. MISI Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten Kotabaru tersebut ditempuh berbagai misi sebagai berikut:

(1) Meningkatkan mutu SDM pada berbagai lapisan masyarakat dan wilayah serta pada berbagai aspek pembangunan dengan fokus pada kesehatan, pendidikan dan sosial budaya agama secara keseluruhan dengan berlandaskan pada IPTEK dan IMTAQ.

(2) Mengembangkan ekonomi kearah industri dan perdagangan yang

yang berbasis pada potensi agraris dan maritim dengan dukungan transportasi yang baik.

(3) Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan yang dapat

mendukung pengembangan ekonomi kabupaten

(4) Mendorong pengelolaan SDA secara efisien untuk menjamin kelanjutan pembangunan dan menjaga keseimbangan lingkungan.

(5) Menciptakan pemerintahan daerah, kehidupan berpolitik, sosial,

budaya dan agama yang tertib hukum sehingga dapat memperluas kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan menikmati hasil hasilnya.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

90

3.3. ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

Pembahasan tentang arah pembangunan jangka panjang kabupaten Kotabaru akan dibagi menjadi dua yaitu (1) arah umum pembangunan jangka panjang dan (2) peran sub wilayah pembangunan. 3.3.1. Arah Umum Pembangunan Jangka Panjang.

Sesuai dengan misi yang sudah diuraikan diatas, pembahasan tentang arahan umum pembangunan jangka panjang dikelompokkan menjadi lima bidang yaitu (1) bidang SDM (2) bidang ekonomi (3) bidang prasarana & sarana (4) bidang pengelolaan sumber daya alam dan (5) bidang politik, pemerintahan, sosila budaya agama dan hukum. 3.3.1.1. Bidang Sumberdaya Manusia. Sumberdaya manusia merupakan faktor utama dan dominan dalam pembangunan suatu daerah dalam rangka peningkatan kemakmuran masyarakat. Kondisi internal dan eksternal dalam pembangunan sumberdaya manusia semakin bertambah kompleks sehingga diperlukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki. Strategi disini mencakup tiga hal pokok yaitu pertama, peningkatan pendidikan; kedua, peningkatan kesehatan dan ketiga, perbaikan kehidupan beragama, sosial, budaya. (1) Pembangunan diarahkan untuk meningkatkan pendidikan masyarakat

dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong : a. penuntasan wajib belajar 12 tahun

b. peningkatan pendidikan profesi terutama berkaitan pengelolaan sumberdaya hutan, kelautan, tambang dan mineral.

c. pengembangan pendidikan kewirausahaan d. peningkatan kompetensi pendidik dan peneliti e. pengembangan kurikulum f. peningkatan kualitas manajemen g. peningkatan kesejahteraan pendidik h. pengembangan pola pikir ilmiah dan penelitian

(2) Pembangunan diarahkan untuk mempertinggi kesehatan masyarakat

dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong : a. peningkatan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia (medis,

paramedis dan non medis) disertai pemerataan distribusi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

91

b. peningkatan kuantitas dan kualitas sarana pelayanan kesehatan c. peningkatan akses masyarakat akan layanan kesehatan terutama

kelompok miskin & kelompok yang agak jauh dari jangkauan d. pengembangan sistem jaminan kesehatan e. pengembangan sistem pencegahan & pemberantasan wabah

penyakit & penggunaan obat terlarang f. pengembangan budaya hidup sehat g. penurunan fertilitas dalam rangka pengendalian penduduk

(3) Pembangunan diarahkan untuk mengembangkan kehidupan sosial,

beragama dan budaya sesuai dengan keperibadian bangsa Indonesia dengan berbagai kebijakan yang dapat mendorong :

a. peningkatan pemahaman agama bagi para pemeluknya b. peningkatan penghayatan dan pengamalan agama kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. c. peningkatan kerukunan antar umat beragama d. pengembangan wadah dan iklim untuk dialog kebudayaan e. pengembangan rasa kecintaan akan budaya lokal f. pengembangan dan penguatan wawasan kebangsaan g. pencegahan dan penanggulangan bencana alam dan konflik sosial

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang sumberdaya manusia adalah sebagai berikut :

Tabel 3

Sasaran Pembangunan SDM Kab. Kotabaru 2007 – 2026

Tahap Indikator

Pendidikan Harapan Hidup

IPM Sosbud Agama

I (2007-2011)

Terpenuhinya wajib belajar 9 thn

65 thn 72 Tersedianya wadah pengembangan

II (2012-2016)

Terpenuhinya wajib belajar 12 thn

66 thn 74 Optimalnya wadah pengembangan

III (2017-2021)

Terpenuhi tenaga profesional

68 thn 77 Terkendalinya konflik & PMKS

IV (2022-2026)

Terpenuhi tenaga profesional dgn strata tinggi

70 thn 80 Terkendalinya konflik & PMKS

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

92

3.3.1.2. Bidang Ekonomi. Dalam bidang ekonomi, pembangunan diarahkan untuk mengembangkan industri dan perdagangan yang berbasis pada potensi agraris dan maritim dengan dukungan transportasi yang baik. Dalam rangka menciptakan struktur ekonomi yang tangguh dengan ciri memiliki fondasi yang kokoh serta mampu secara nyata memberikan kesejahteraan pada masyarakat secara berkeadilan, maka diperlukan strategi dan kebijakan ekonomi dengan arahan sebagai berikut: (1) Meningkatnya produktifitas dengan berbagai kebijakan yang pada

dasarnya dapat mendorong : a. Peningkatan investasi dalam skala besar maupun kecil

b. Pemanfaatan teknologi guna meningkatkan efisiensi & daya saing c. Modernisasi KUKM d. Peningkatan nilai tambah produksi e. Pemanfaatan teknologi informasi dan jaringan global untuk

mendapatkan input dan jalur pemasaran produksi f. Pemanfaatan optimal kerjasama strategis bagi kemajuan ekonomi g. Pengembangan riset sebagai salah satu basis pengambilan

keputusan (2) Terciptanya efisiensi dan efektifitas dalam sistem distribusi yang dapat

menjamin kepastian berusaha dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong :

a. Perluasan kesempatan berusaha secara adil termasuk untuk mendapatkan akses pada sumberdaya ekonomi

b. Terujudnya sistem tata niaga yang kondusif tanpa tumpang tindih regulasi

c. Persaingan yang sehat dan perlindungan yang layak bagi KUKM (3) Pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia lokal

secara optimal dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong :

a. Pengembangan agribisnis modern berbasis SDA pertanian dan maritim

b. Pengembangan pola kemitraan c. Pengembangan pola produksi berbasis masyarakat d. Pengembangan sumber daya energi alternatif yang mendukung

pembangunan berkelanjutan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

93

(4) Terujudnya struktur ekonomi yang industrialis diiringi mantapnya perdagangan, jasa dan transportasi dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong :

a. Terarahnya pengembangan SDM dan IPTEK kepada industri berbasis SDA yang ramah lingkungan

b. Pengembangan sentra perdagangan dan penetapan struktur perwilayahan pariwisata

c. Perkembangan sektor jasa dan pariwisata selaras dengan perkembangan ekonomi

d. Tercapainya sistem terpadu perindustrian dan perdagangan dengan sarana pergudangan dan transportasi yang bersifat internasional

(5) Terwujudnya pembangunan pertanian berkelanjutan dengan berbagai

kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong : a. Jaminan bagi perluasan lahan pertanian, peningkatan ketersediaan

saprodi dan infrastruktur pendukung bagi peningkatan produktifitas b. Jaminan ketahanan pangan dan taraf hidup petani yang layak c. Reorientasi agribisnis disertai sistem informasi pasar dan jaminan

mutu produk d. Pengembangan sentra-sentra agribisnis dalam suatu kawasan

terpadu secara luas (6) Optimalisasi pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan dengan

berbagai kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong : a. Perluasan dan penganekaragaman dalam pemanfaatan

sumberdaya kelautan bagi agroindustri dan agrowisata b. Pengembangan mekanisme VMS (Vessel monitoring system) dan

sistem pengamanan laut yang efisien dan efektif c. Pengembangan produksi perikanan laut baik budidaya ataupun

tangkap yang terkendali, berkelanjutan dan berorientasi bisnis perikanan

d. Penyelenggaraan transportasi laut global yang layak dari segi (1) pelayanan jasa angkutan, (2) pelayanan jasa kepelabuhanan dan (3) penyelenggaraan keselamatan maritim

(7) Pemanfaatan hasil kehutanan secara cermat untuk menjamin

keberlangsungan dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat

a. Menerapkan prinsip pengelolaan hutan terpadu dengan melibatkan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

94

masyarakat mulai dari level perencanaan sampai dengan pemanfaatan berbagai hasil hutan

b. Pengembangan Hutan Rakyat c. Penganekaragaman hasil hutan d. Pengolahan hasil hutan kayu dan bukan kayu lebih lanjut agar

tercipta nilai tambah dan rantai produksi lebih luas (8) Berkembangnya pengusaha daerah dengan berbagai kebijakan yang

pada dasarnya dapat mendorong : a. Prioritas keikutsertaan pengusaha daerah dalam berbagai kegiatan

pembangunan b. Prioritas kepemilikan pengusaha daerah dalam berbagai aset

(9) Tercapainya tingkat kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan

dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong : a. tercapainya taraf hidup ekonomi masyarakat yang lepas dari

subsistensi dan tradisional b. Berkurangnya pengangguran dengan penyediaan lapangan kerja

dan kesempatan berusaha c. Menurunnya jumlah Penduduk miskin d. Kemampuan fiskal daerah yang tinggi

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang Ekonomi adalah sebagai berikut :

• Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan (PDRB) selama 2007-2026 akan dicapai rata rata per tahun sebesar 8,3% sementara pertumbuhan sektor sektor bervariasi dari 3,39% sampai dengan 14,95% seperti terlihat pada Tabel 1.

• Pertumbuhan pertahun ditargetkan dari 5,75% ditahun 2007 menjadi 10.5% ditahun 2026. Pertumbuhan ekonomi ini merupakan outcome dari perhitungan target yang dibuat per subsektor (lihat Lampiran 1).

• Tidak semua sub sektor tumbuh; ada juga yang menurun yaitu sub sektor Pertambangan dan Kehutanan. Kedua sub sektor ini diasumsikan tumbuh secara negatif untuk beberapa tahun baru kemudian tumbuh secara positif.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

95

Tabel 4 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Menurut Sektor

Kab. Kotabaru 2007 - 2026

SEKTOR

2005 2007 2011 2016 2021 2026 Growth

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

PERTANIAN 1,367,035 1,436,542 1,613,631 2,002,374 2,659,144 3,694,253 4,98%

PERTAMBGN 608,522 654,236 756,876 899,084 1,056,673 1,228,168 3.39%

INDUSTRI 255,399 275,678 335,088 539,662 1,085,454 2,183,236 11.25%

GAS A L 6,425 7,145 8,910 13,231 21,534 37,950 9.03%

BANGUNAN 159,757 183,933 243,814 358,242 576,953 1,016,788 9.33%

PERDAG H R 656,845 780,676 1,102,830 1,735,635 2,794,287 4,601,900 9.75%

ANG KOM 450,486 556,764 855,758 1,451,330 2,514,120 4,306,003 11.40%

BLKL 61,814 80,053 134,860 265,518 544,148 1,141,006 14.95%

JASA 82,098 95,422 129,048 206,648 362,632 695,984 11.88%

TOTAL 3,648,381 4,070,450 5,180,814 7,471,724 11,614,946 18,905,288 8.30%

Sumber: dari target per subsektor (Lampiran 45 - 49).

• Struktur ekonomi diupayakan untuk diubah sedemikian rupa agar terjadi pergeseran dari sektor yang ”value addednya” rendah ke sektor yang ”value addednya” tinggi atau dari sektor yang ”terms of tradenya” rendah ke sektor yang ”terms of tradenya” tinggi.

• Untuk merealisasikan ini kontribusi sektor Pertanian diupayakan semakin berkurang sebaliknya kontribusi sektor Industri bertambah besar dalam pembentukan Produk Domestik Rejional Bruto. Pergeseran dilakukan secara bertahap sampai dengan tahun 2026 dimana peran sektor Pertanian mengecil dari 35,3% ditahun 2007 menjadi 19,5% ditahun 2026 sedangkan Industri meningkat menjadi dari 6,8% ditahun 2007 menjadi 11,5% ditahun 2026 (Tabel 5) .

• Seiring dengan pergeseran peranan sektor Pertanian ke sektor Industri, sektor Perdagangan dan sektor Angkutan Komunikasi terus dikembangkan dan justeru kedua sektor ini merupakan leading sectors dalam perekonomian Kotabaru dengan kontribusi 24,3% dan 22,8% ditahun 2026.

• Berkurangnya peranan sektor Pertanian bukan berarti sektor ini tidak tumbuh; ia turut tumbuh seperti halnya sektor sektor lainnya namun rata rata pertumbuhannya pertahun --4,98%--lebih kecil

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

96

dibanding dengan pertumbuhan sektor industri --11,25%-- (Tabel 4 kolom 8).

Tabel 5

Sasaran Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026 (%)

SEKTOR

2005 2007 2011 2016 2021 2026

PERTANIAN 37.5 35.3 31.1 26.8 22.9 19.5

PERTAMBGN 16.7 16.1 14.6 12.0 9.1 6.5

INDUSTRI 7.0 6.8 6.5 7.2 9.3 11.5

GAS A L 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2

BANGUNAN 4.4 4.5 4.7 4.8 5.0 5.4

PERDAG H R 18.0 19.2 21.3 23.2 24.1 24.3

ANG KOM 12.3 13.7 16.5 19.4 21.6 22.8

BLKL 1.7 2.0 2.6 3.6 4.7 6.0

JASA 2.3 2.3 2.5 2.8 3.1 3.7

TOTAL 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Sumber: Table 3 (diolah kembali)

• Sasaran makro lainnya mengikuti perubahan PDRB dan perubahan penduduk dimana pertumbuhan penduduk ditargetkan menurun dari 3% ditahun 2007 menjadi 2% ditahun 2026 (Tabel 3)

• PDRB per kapita ditahun 2007 adalah Rp 15 juta dan ditahun 2026 Rp 42,4 juta (US$ 4.710). Angka ini masih rendah dibandingkan dengan angka dalam RPJP Propinsi Kalimantan Selatan (US$ 6.000 - RPJP) dan RPJP Nasional (US$9.000).

• Persentase orang miskin dan pengangguran terbuka ditargetkan menurun masing masing menjadi 1,37% dan 2,35% pada tahun 2026. Target untuk Kotabaru ini selaras dengan kebijakan pembangunan Nasional yang membuat target dibawah lima persen.

• PAD diasumsikan meningkat selaras dengan pertumbuhan PDRB. Secara berturut-turut rasio PAD:PDRB meningkat dari 0,92% ditahun 2007 menjadi 1,30% ditahun 2026 (Tabel 6 baris 9 dibagi baris 1).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

97

• Untuk menghitung besarnya investasi diperlukan angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) namun Kabupaten Kotabaru belum memiliki ICOR. Untuk sementara dipakai ICOR dari propinsi Kalimantan Selatan dengan anggapan ICOR menurun secara bertahap (Tabel 5 baris 13). Berdasarkan ICOR ini diperoleh angka Investasi yang diperlukan selama lima tahap pembangunan tersebut (Tabel 6 baris 14 dan 15).

Tabel 6 Sasaran Indikator Makro dan Kesejahteraan

Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026 N0 INDIKATOR 2007 2011 2016 2021 2026

1 PDRB (Rp. Jt) 4.070.450 5.180.814 7.471.724 11.614.946 18.905.2882 (growth per thn) 6,22% 9,59% 11,66% 12,95%3 Jlh penduduk* 271.421 304.430 349.436 397.190 445.9964 (growth per thn) 2,87% 2,75% 2,50% 2,25%5 PDRB/KAP (Rp. jt) 15,00 17,02 21,38 29,24 42,396 PDRB/KAP (US$)* 1.666 1.891 2.376 3.249 4.7107 % Org Miskin 5,39 4,50 3,30 2,20 1,378 % Penganggur 5,52 4,68 3,75 3,03 2,359 PAD (Rp. Juta) 37.364 52.944 85.089 143.223 245.516

10 (growth per thn) 9,10% 12,59% 13,90% 14,42%11 Jumlah Koperasi 152 194 279 434 70712 Jumlah Industri 1.436 1.828 2.636 4.097 6.66913 ICOR prop 4,54 4,25 4 3,75 314 Investasi (Rp. jt) 4.719.047 9.163.643 15.537.083 21.871.02415 Inves perth (Rp. jt) 943.809 1.832.729 3.107.417 4.374.205Sumber (Keterangan baris) : 1. Dari Tabel 1 baris total 3. Ditargetkan tumbuh dengan rate semakin berkurang dari 3% s/d 2%. 5. $1 = Rp 9000 9. Dari regresi PAD terhadap PDRB 11. Mengikuti pertumbuhan PDRB 12. Mengikuti pertumbuhan PDRB 14. Perubahan PDRB x ICOR

3.3.1.3. Bidang Prasarana dan Sarana. Pembangunan prasarana dan sarana ini diarahkan untuk mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi melalui peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan publik melalui : (1) Penyediaan Transportasi yang berkualitas dengan berbagai

kebijakan yang dapat mendorong : a. Perbaikan dan pemelihara prasarana dan sarana transportasi

yang telah ada. b. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi baru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

98

c. Peningkatan jaringan transportasi inter dan antar moda yang terpadu.

d. Peningkatan partisipasi swasta dalam penyelenggaraan transportasi.

(2) Penyediaan dan Peningkatan Air Bersih dengan berbagai

kebijakan yang dapat mendorong : a. Peningkatan cakupan pelayanan air bersih.

b. Terpeliharanya sumber air baku secara berkesinambungan. c. Peningkatan instalasi pengolahan air bersih.

(3) Pemeliharaan dan pembangunan Listrik dengan berbagai

kebijakan yang dapat mendorong : a. Peningkatan kapasitas pelayanan listrik

b. Pemanfaatan sumber energi alternatif. c. Terciptanya sistem pemeliharaan yang efisien dan efektif.

(4) Pemeliharaan dan pembangunan pendidikan dengan berbagai

kebijakan yang dapat mendorong : a. Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana pendidikan

b. Pembangunan sarana pendidikan di pulau-pulau kecil terpencil. c. Peningkatan kualitas fasilitas pendidikan.

(5) Pemeliharaan dan pembangunan kesehatan dengan berbagai

kebijakan yang dapat mendorong : a. Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan.

b. Pembangunan sistem rehabilitasi dan pemeliharaan fasilitas pelayanan yang responsif.

(5) Pemeliharaan dan pembangunan telematika dengan berbagai

kebijakan yang dapat mendorong : a. Peningkatan cakupan pelayanan b. Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas telematika c. Peningkatan peranan swasta dalam penyediaan layanan

(6) Pengembangan dan Peningkatan Perumahan dan Permukiman

dengan berbagai kebijakan yang dapat mendorong : a. Peningkatan dan pemeliharaan perumahan dan permukiman

b. Perluasan akses pembiayaan dan penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

c. Peningkatan peranan swasta.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

99

(7) Pengembangan dan Peningkatan Perkantoran dengan berbagai

kebijakan yang dapat mendorong : a. Persiapan sarana dan prasarana perkantoran baru.

b. Pembangunan sarana dan prasarana perkantoran baru.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang prasarana dan sarana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 7 Sasaran Indikator Sarana dan Prasarana

Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026 Tahap Indikator I II III IV

Transportasi Terpadu Jalan 30% 35% 40% 50% Jembatan 10% 20% 35% 50% Jembatan Penyeberangan (2,9 KM) 0% 25% 95% 100% Pelabuhan lokal 50% 60% 75% 85% Pelabuhan nasional 10% 25% 40% 60% Pelabuhan internasional 0% 10% 25% 30% Bandara lokal 50% 65% 70% 80% Bandara nasional 20% 35% 45% 50% Bandara internasional 0% 10% 15% 20% Terminal lokal 60% 75% 80% 85%

Air Bersih 50% 70% 85% 90% Listrik 65 % 70% 80% 85% Pendidikan 70% 85% 90% 95% Kesehatan 70% 80% 85% 90% Perekonomian 70% 80% 85% 90% Telematika 30% 45% 55% 65% Perumahan dan Permukiman Masyarakat penghasilan tinggi 65% 75% 85% 95% Masyarakat penghasilan sedang 60% 70% 80% 90% Masyarakat penghasilan rendah 55% 65% 75% 85% Ruang Terbuka Hijau 65% 75% 85% 95% Fasilitas Umum 70% 75% 80% 85% Fasilitas Peribadatan 80% 85% 90% 95%

Perkantoran Pemindahan Perkantoran 90% 100% Pengaturan Tata Ruang 90% 95 % 100%

*Proyeksi unit lihat lampiran 54-57

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

100

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang prasarana dan sarana adalah :

1. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Transportasi yang Terpadu dengan tahapan pencapaian sebagai berikut:

a. Tahap pertama adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi; Jalan dan Jembatan dalam kondisi baik 30% dan 10%, Peningkatan kondisi pelabuhan lokal 50%, nasional 10%, bandara lokal 50%, nasional 20%, terminal lokal 60%, untuk mendukung percepatan pembangunan ekonomi

b. Tahap kedua adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi; Jalan dan Jembatan dalam kondisi baik 35% dan 20%, Peningkatan kondisi pelabuhan lokal 60%, nasional 25%, internasional 10%, bandara lokal 65%, nasional 35%, internasional 10%, terminal lokal 75%, terbentuknya sistem transportasi yang terpadu untuk mendukung percepatan ekonomi.

c. Tahap ketiga adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi; Jalan dan Jembatan dalam kondisi baik 40% dan 35%, Peningkatan kondisi pelabuhan lokal 75%, nasional 40%, internasional 25%, bandara lokal 70%, nasional 45%, internasional 15%, terminal lokal 80%, serta pembangunan jembatan penyeberangan 25%, terbentuknya sistem transportasi antar wilayah yang terpadu untuk mendukung percepatan ekonomi.

d. Tahap keempat adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi; Jalan dan Jembatan dalam kondisi baik 50% dan 50%, Peningkatan kondisi pelabuhan lokal 75%, nasional 60%, internasional 30%, bandara lokal 80%, nasional 50%, internasinal 20%, terminal lokal 85%, jembatan penyeberangan 75% terbentuknya sistem transportasi antar wilayah yang terpadu dan terbukanya akses perdagangan internasional untuk mendukung percepatan ekonomi.

2. Terwujudnya penyediaan dan penyelenggaraan pelayanan air

bersih kepada Masyarakat dengan cakupan pelayanan yang lebih luas dengan terpeliharanya sumber air baku, instalasi dan proses pengolahan yang berkualitas dengan tahapan pencapaian sebagai berikut:

a. Tahap Pertama adalah terpenuhinya kebutuhan air bersih dengan cakupan pelayanan 25%, dengan terpeliharanya

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

101

sumber air baku dan instalasi serta proses pengolahan yang berkualitas.

b. Tahap Kedua adalah terpenuhinya kebutuhan air bersih dengan cakupan pelayanan 35%.

c. Tahap Ketiga adalah terpenuhinya kebutuhan air bersih dengan cakupan pelayanan 55%.

d. Tahap Keempat adalah terpenuhinya kebutuhan air bersih dengan cakupan pelayanan 70%.

3. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan sarana Listrik untuk melayani seluruh konsumen dengan pemanfaatan energi alternatif dan pemeliharaan yang efisien dan efektif, dengan tahapan pencapaian sebagai berikut :

a. Tahap pertama adalah terpenuhinya kebutuhan listrik dengan cakupan pelayanan 65%.

b. Tahap kedua adalah terpenuhinya kebutuhan listrik dengan cakupan pelayanan 70%.

c. Tahap ketiga adalah terpenuhinya kebutuhan listrik dengan cakupan pelayanan 80%.

d. Tahap keempat adalah terpenuhinya kebutuhan listrik dengan cakupan pelayanan 85%.

4. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan sarana pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesempatan memperoleh pendidikan dengan tahapan pencapaian sebagai berikut :

a. Tahap pertama adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana pendidikan 70%.

b. Tahap kedua adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana pendidikan 85%.

c. Tahap ketiga adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana pendidikan 90%.

d. Tahap keempat adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana pendidikan 95%.

5. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan sarana kesehatan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas pelayanan dengan rehabitasi dan pemeliharaan fasilitas pelayanan yang responsif dengan tahapan pencapaian sebagai berikut :

a. Tahap pertama adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana kesehatan 70%.

b. Tahap kedua adalah terbangunnya dan terpeliharanya sarana dan prasarana kesehatan 80%.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

102

c. Tahap ketiga adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana kesehatan 85%.

d. Tahap keempat adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana kesehatan 90%.

6. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan sarana perekonomian untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan tahapan pencapaian sebagai berikut :

a. Tahap pertama adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana perekonomian 70%.

b. Tahap kedua adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana perekonomian 80%.

c. Tahap ketiga adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana perekonomian 85%

d. Tahap keempat adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana perekonomian 90%.

7. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan sarana telematika untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas dengan peranan swasta dengan tahapan pencapaian sebagai berikut :

a. Tahap pertama adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana telematika 30%.

b. Tahap kedua adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana telematika 45%.

c. Tahap ketiga adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana telematika 55%

d. Tahap keempat adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana telematika 65%.

8. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan sarana perumahan untuk seluruh lapisan masyarakat dengan tahapan pencapaian sebagai berikut :

a. Tahap pertama adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana perumahan 65%

b. Tahap kedua adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana perumahan 70%

c. Tahap ketiga adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana perumahan 80%

d. Tahap keempat adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana perumahan 85%

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

103

9. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan sarana perkantoran dan tertatanya ruang dengan tahapan pencapaian sebagai berikut :

a. Tahap pertama adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana pemindahan ibu kota dan pengaturan tata ruang 90%

b. Tahap kedua adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana pemindahan ibu kota 100% dan pengaturan tata ruang 95%

c. Tahap ketiga adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana pengaturan tata ruang 100%

d. Tahap keempat adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana perkantoran dan tata ruang.

3.3.1.4. Bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam & Lingkungan Hidup. Sumberdaya alam dan lingkungan hidup merupakan modal pembangunan yang semakin menuntut perhatian yang besar dalam pengelolaannya. Kekeliruan pengelolaan dimasa lampau untuk kabupaten Kotabaru menjadi pelajaran untuk melakukan perbaikan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup agar memberi manfaat bagi pembangunan berkelanjutan. Pembangunan bidang pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan mencakup hal hal berikut : (1) Pembangunan diarahkan untuk pendayagunaan sumberdaya hutan,

tambang, mineral, air, ikan dan kelautan dengan berbagai kebijakan yang pada hakekatnya dapat mendorong:

a. tersusunnya data potensi daerah berkaitan dengan sumberdaya hutan, mineral, tambang,air, ikan dan kelautan.

b. optimalisasi kawasan hutan dan peningkatan efisiensi hutan tanpa mengabaikan lingkungan

c. optimalisasi fungsi hidro-orologis DAS seiring dengan peningkatan kualitas ekosistem hutan untuk peningkatan kontinuitas penyediaan air, pencegahan dan pengendalian bencana alam serta pelestarian satwa dan fauna

d. pengembangan potensi spesifik yang terdapat pada daerah pesisir, laut dan pulau pulau kecil

e. pemanfaatan hutan secara bersama antara pengusaha dan masyarakat sekitar hutan dengan dukungan pemerintah daerah dalam bentuk kelembagaan KPHP.

f. kemandirian lembaga pengelolaan masyarakat dan pengakuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

104

pengelolan hutan dalam bentuk hutan rakyat (hak ulayat) g. konservasi dan rehabilitasi daerah kritis terutama pada wilayah

pegunungan meratus, sebatung, dan P. Sebuku (2) Pembangunan diarahkan untuk pendayagunaan sumberdaya alam

melalui pembinaan sumberdaya manusia dengan berbagai kebijakan yang hakekatnya dapat mendorong:

a. peningkatan kesadaran untuk pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup

b. peningkatan sadar hukum dan penegakan hukum serta penyelesaian konflik sosial akibat pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup

c. peningkatan partisipasi masyarakat dalam kontrol sosial atas pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki daerah

d. peningkatan kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang sumberdaya alam dan lingkungan hidup adalah sebagai berikut :

Tahap I (2007-2011) : • teridentifikasinya potensi sumberdaya alam pada daerah yang

sudah lama diperkirakan menyimpan kandungan dalam jumlah besar.

• terimplementasinya sebagian tata ruang secara fungsional • semakin luasnya rehabilitasi hutan dan lahan kritis. • terbentuknya kesadaran masyarakat akan kelestarian lingkungan

hidup terutama pada kalangan generasi muda • diberlakukannya secara bertahap pelaksanaan hukum yang

mendukung upaya pelestarian lingkungan hidup. • Teridentifikasinya hutan dan lahan yang berkaitan dengan hak

ulayat. • Semakin tertatanya pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan

pertambangan Tahap II (2012-2016):

• tersusunnya base line data yang reliabel untuk semua sumberdaya alam

• terpenuhinya rehabilitasi hutan dan lahan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

105

• terpenuhinya tata ruang secara fungsional dalam wilayah Kotabaru

• terlaksananya kontrol sosial atas pemanfaatan hutan dan lahan yang bertentangan kaedah pelestarian lingkungan

• terbinanya hutan rakyat sesuai ketentuan yang berlaku

Tahap III (2017-2021): • terpenuhinya syarat Maximum Sustainable Yield (MSY) dalam

pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien • terselenggarannya penyusunan neraca sumberdaya alam

berdasarkan base line data yang selalu diperbaharui setiap tahun.

Tahap IV (2022-2026):

• dapat dipertahankannya pemanfaatan sumberdaya alam sesuai prinsip MSY yang selaras dengan kelestarian lingkungan hidup.

• tegaknya hukum tanpa diskriminasi bagi setiap pelanggaran akan ketentuan pelestarian hutan dan lingkungan hidup .

• terpeliharanya kualitas lingkungan hidup sesuai standar yang berlaku.

3.3.1.5. Bidang Politik, Pemerintahan dan Hukum.

Pembangunan bidang politik, pemerintahan dan hukum diarahkan untuk mendorong terwujudnya Good Local Governance dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Kabupaten Kotabaru, yang berdasarkan pada 4 (empat) prinsip, yaitu prinsip kepastian hukum, prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas dan prinsip partisipasi. (1) Pembangunan diarahkan untuk menciptakan kepastian hukum dengan

berbagai kebijakan yang pada dasarnya mendorong : a. Peningkatan perangkat hukum di daerah;

b. Peningkatan penegakan hukum di daerah tanpa pengecualian; c. Peningkatan tertib hukum dan budaya hukum.

(2) Pembangunan diarahkan untuk menciptakan transparansi dengan

berbagai kebijakan yang pada dasarnya mendorong : a. Pengembangan sistem informasi manajemen;

b. Peningkatan penyediaan informasi dan komunikasi; c. Peningkatan keakuratan dan kevalidan data informasi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

106

(3) Pembangunan diarahkan untuk menciptakan prinsip akuntabilitas

dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya mendorong : a. Meningkatkan sistem prestasi kerja pegawai negeri sipil

b. Meningkatkan profesionalitas dan moralitas pegawai negeri sipil c. Mengembangkan pelayanan prima dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah di Kabupaten Kotabaru.

(4) Pembangunan diarahkan untuk menciptakan prinsip partisipasi dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya mendorong :

a. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pembangunan partisipatif di Kabupaten Kotabaru.

b. Meningkatkan keterlibatan kelompok masyarakat dalam proses perencanaan, perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan publik yang diproduk oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru

c. Meningkatkan kebijakan publik yang aspiratif masyarakat.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang politik, pemerintahan dan hukum adalah sebagai berikut :

Tahun 2007 – 2011

Penerapan prinsip kepastian hukum : • Tersedianya perangkat hukum dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah di kabupaten kotabaru. • Penerapan penegakan hukum peraturan daerah pada pemerintahan

daerah dan masyarakat di Kabupaten Kotabaru. • Penerapan budaya hukum pada pemerintahan daerah dan

masyarakat di Kabupaten Kotabaru.

Penerapan Prinsip Transparansi: • Terciptanya sistem informasi manajemen dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah kabupaten Kotabaru. • Terciptanya akurasi dan validasi data informasi dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru. • Tersedianya media informasi dan komunikasi dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.

Penerapan prinsip akuntabilitas: • Terciptanya sistem prestasi kerja dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru. • Terciptanya profesionalitas dan moralitas pegawai negeri sipil dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

107

• Tersedianya pelayanan prima yang murah, cepat dan mudah dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.

Penerapan Prinsip Partisipasi: • Terciptanya pemahaman masyarakat mengenai pembangunan

partisipatif di Kabupaten Kotabaru. • Terciptanya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan,

perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan pembangunan di Kabupaten Kotabaru.

• Tercapainya kebijakan publik yang aspiratif masyarakat di Kabupaten Kotabaru.

Tahun 2012 – 2016

Penerapan prinsip kepastian hukum : • Penerapan penegakan hukum peraturan daerah pada pemerintahan

daerah dan masyarakat di Kabupaten Kotabaru. • Penerapan budaya hukum pada pemerintahan daerah dan

masyarakat di Kabupaten Kotabaru.

Penerapan prinsip akuntabilitas: • Terciptanya profesionalitas dan moralitas pegawai negeri sipil dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru. • Tersedianya pelayanan prima yang murah, cepat dan mudah dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.

Penerapan Prinsip Partisipasi: • Terciptanya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan,

perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan pembangunan di Kabupaten Kotabaru.

• Tercapainya kebijakan publik yang aspiratif masyarakat di Kabupaten Kotabaru.

Tahun 2017– 2021

Penerapan prinsip kepastian hukum : • Penerapan budaya hukum pada pemerintahan daerah dan

masyarakat di Kabupaten Kotabaru.

Penerapan prinsip akuntabilitas: • Terciptanya profesionalitas dan moralitas pegawai negeri sipil dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.

Penerapan Prinsip Partisipasi:

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

108

• Tercapainya kebijakan publik yang aspiratif masyarakat di Kabupaten Kotabaru.

Tahun 2022– 2026:

Penerapan Prinsip Kepastian Hukum • Terciptanya kepastian hukum dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru. • Terciptanya transparansi dalam penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah Kabupaten Kotabaru. • Terciptanya akuntabilitas dalam penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah Kabupaten Kotabaru. • Terciptanya partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik

Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

109

3.3.2. PERAN SUB WILAYAH PEMBANGUNAN.

Dalam melaksanakan pembangunan, wilayah pembangunan memiliki posisi strategis karena ia merupakan lokasi tempat bertemunya supply dan demand akan barang jasa hasil hasil pembangunan.

Untuk kabupaten Kotabaru wilayah pembangunan dalam rangkaian pembangunan jangka panjang 2007-2026 ini pada dasarnya mengacu pada kondisi yang sudah ada termasuk tata ruang yang sedang mendekati finalisasi antara eksekutif dan legislatif.

Pendekatan yang digunakan dalam pembagian wilayah pembangunan adalah pendekatan potensi sumberdaya alam. Berdasarkan potensi yang ada Kabupaten Kotabaru dikelompokkan menjadi empat sub wilayah pembangunan yaitu sub wilayah dengan potensi pertanian, sub wilayah dengan potensi kehutanan, sub wilayah dengan potensi perikanan dan sub wilayah dengan potensi pertambangan.

Masing masing sub wilayah pembangunan tidak berarti merupakan satu hamparan; ia bisa saja terpisah namun kebijakan yang akan dipakai mengacu pada pendekatan potensi sumber daya alam tersebut.

Keempat sub wilayah pembangunan ini bermuara pada peningkatan sektor industri yang dari waktu kewaktu akan diusahakan agar kontribusinya terhadap Produk Domestik Rejional Bruto semakin bertambah untuk menggantikan peranan sektor pertanian dalam arti luas.

Sektor pertanian sendiri tetap akan ditumbuh kembangkan namun peranannya akan semakin dikurangi dalam rangka peningkatan “value added” hasil hasil pertanian itu sendiri.

Keempat sub wilayah pembangunan tersebut dapat dilihat pada denah berikut :

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

110

SUB WILAYAH PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

Berdasarkan pendekatan potensi sumberdaya alam

PERTANIAN KEHUTANAN PERIKANAN PERTAMBANGANPangan • PL Utara • PL Barat • PL Timur • Klpg Utara

Kebun Sawit • Klpg U + T • S Durian • Pamukan Sel • Sampanahan • Semua kec

Rehabilitasi • P Laut • P Sebuku

Tangkap • PLaut B,U,T,S • P Sebuku • P Sembilan • Klpg U+S • Pamukan Sel • Sampanahan

Budidaya Laut • PL Barat • PL Selatan • P Sembilan • P Sebuku

Budidaya Payau • PLaut B,U,T,S • P Sebuku • Klpg U+S • Pamkn U+S

BD Per-Umum • PL B+T+S • Klpg U,T,S,H • Pamkn U+S • Sampanahan

Batubara • P Laut • P Sebuku • Kpg Tengah • Klpg Selatan

Biji Besi • P Laut • P Sebuku • S Kupang • Tg.Senakin

Minyak Bumil • S

INDUSTRI dan PERDAGANGAN • Klpg Hulu (Tajun) • Mekar Putih • Kotabaru

didukung dengan Infra struktur Struktur Supra Struktur

menuju

KAWASAN EKONOMI KHUSUS

WILAYAH

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 3 Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

111

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Bab 4 – Penutup

111

BAB IV P E N U T U P

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kabupaten Kotabaru Tahun 2007-2026 yang merupakan produk dari Pemerintah Kabupaten Kotabaru Tahun 2006 ini memberikan arah dan pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Kotabaru dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) lima tahunan dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahun.

Kepala daerah terpilih untuk Kabupaten Kotabaru dalam menetapkan visi, misinya selama periode pemerintahannya berkewajiban untuk berpedoman kepada RPJP Kabupaten Kotabaru 2007-2026. Selanjutnya visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pokok pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) akan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah, penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah, dan penyusunan Rencana Kerja (Renja) Kabupaten Kotabaru.

RPJP 2007-2026 ini mempunyai peran sentral dalam pembangunan daerah. Sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan pada tingkat dibawahnya seperti tersebut diatas, RPJP ini memiliki kandungan yang dapat membantu terciptanya sinkronisasi, integrasi dan konsistensi dari perencanaan sampai dengan evaluasi; termasuk diantaranya adalah adanya partisipasi masyarakat dalam pertemuan pertemuan pembahasan RPJP ini. Partisipasi ini yang bermuara pada kesepahaman dan kesepakatan akan masa depan menjadi perekat substansi RPJP ini.

Walaupun demikian tercapainya visi dan misi yang tercantum dalam RPJP 2007-2026 ini tergantung pada seberapa besar komitmen semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaannya baik pemerintah daerah, masyarakat maupun dunia usaha serta dukungan dari pemerintah propinsi dan pemerintah pusat.

Komitmen kuat dari semua komponen pelaksana pembangunan yang kemudian dipadukan secara konsisten akan merupakan faktor utama untuk mencapai Kotabaru yang adil, demokratis dan sejahtera sebagaimana yang tertuang dalam visi misi RPJP 2007-2026 ini.

Semoga Allah SWT memberikan keridhoanNYA atas upaya pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat Kotabaru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA & BPS KOTABARU, 2002, Analisis situasi ibu dan anak tahun 2001 BAPPEDA & BPS KOTABARU, 2004, Analisis situasi ibu dan anak tahun 2003 BAPPEDA & BPS KOTABARU, 2005, Analisis situasi ibu dan anak tahun 2004 BAPPEDA KOTABARU, 2000, Data dan analisa penyusunan revisi RTRK BAPEDA & DIREKTORAT TATA LINGKUNGAN GEOLOGI DAN KAWASAN

PERTAMBANGAN KOTABARU, 2005, Laporan Akhir Perencanaan Tata Ruang & Pengelolaan Lingkungan Kota Alternatif Sebelimbing Kab. Kotabaru Kalimantan Selatan Berdasarkan Aspek Geologi Lingkungan.

BAPEDA KOTABARU, 2004, Monografi desa Kec. P. Laut Utara BPS KOTABARU, 1996, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1995 BPS KOTABARU, 1997, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1996 BPS KOTABARU, 1998, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1997 BPS KOTABARU, 1999, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1998 BPS KOTABARU, 2000, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1999 BPS KOTABARU, 2001, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2000 BPS KOTABARU, 2002, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2001 BPS KOTABARU, 2003, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2002 BPS KOTABARU, 2004, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2003 BPS KOTABARU, 2005, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2004 BPS KOTABARU, 2003, Indeks Pembangunan Manusia Kotabaru tahun 2002 BPS KOTABARU, Ikhtisar statistik Kabupaten Kotabaru BPS KOTABARU, 1996, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1995 BPS KOTABARU, 1997, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1996 BPS KOTABARU, 1998, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1997 BPS KOTABARU, 1999, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1998 BPS KOTABARU, 2000, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1999 BPS KOTABARU, 2001, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2000 BPS KOTABARU, 2002, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2001 BPS KOTABARU, 2003, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2002 BPS KOTABARU, 2004, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2003 BPS KOTABARU, 2005, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2004 BPS KOTABARU, 2006, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2005 BPS KOTABARU, 1996, PDRB 1993 - 1995 BPS KOTABARU, 1997, PDRB 1994 – 1996 BPS KOTABARU, 1999, PDRB 1996 – 1998 BPS KOTABARU, 2002, PDRB 1999 – 2001 BPS KOTABARU, 2003, PDRB 2000 – 2002 BPS KOTABARU, 2004, PDRB 2001 – 2003 BPS KOTABARU, 2005, PDRB 2002 – 2004 BPS & PEMERINTAH KAB. KOTABARU, 2004, Peta Ketenagakerjaan Kab.

Kotabaru Tahun 2004 BPS KOTABARU, 1998, Potensi Desa Kec. kelumpang Utara DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2001, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2000

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2002, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2001 DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2003, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2002 DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2004, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2003 DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2005, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2004 DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2006, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2005 PEMKAB KOTABARU, 2005, Laporan Keterangan LPJ Tahun Anggaran 2005 PEMKAB KOTABARU, 2004, Laporan Perekonomian Kab. Kotabaru Tahun 2003 PEMKAB KOTABARU, 2006, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru

2006-2016

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026