daftar isi - belanja dot com | belanja lebih … · web viewpasar luar negeri, atau pasar...
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
Pengertian dan objek
ari beberapa literatur ekonomi dapat kita ketahui bahwa Ilmu Ekonomi merupakan
suatu study atau suatu ilmu untuk memahami bagaimana cara atau tindakan
manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas, yang
dihadapkan kepada terbatasnya barang dan jasa atau sumber-sumber ekonomi yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Terhadap masalah sumber-sumber ekonomi,
ekonomi makro memberikan cara penggunaan dan alokasi
DMacro Economics Goals
Sebagaimana diketahui pada umumnya masalah ekonomi yang menjadi pusat
perhatian dalam suatu negara terutama di negara yang sedang membangun adalah yang
berhubungan dengan Pendapatan Nasional atau masalah Gross National product (GNP).
Oleh sebab itu masalah Pendapatan Nasional atau GNP merupakan salah satu masalah
terpenting dalam ekonomi makro. Sedangkan kebijakasanaan ekonomi makro berujuan untuk
mencapai suatu perekonomian yang :
1. Full employment, suatu perekonomian yang berada dalam
keseimbangan dimana tidak ada pengangguran.
2. Full capacity, kapasitas produksi berada dalam pengerjaan
penuh.
3. Stabilitas harga, yang menjamin perekonomian tetap berada
dalam kestabilan.
4. Distribusi pendapatan yang lebih merata.
5. Neraca pembayaran yang seimbang.
MASALAH EKONOMI MAKRO
konomi Makro yaitu suatu kegiatan ekonomi secara menyeluruh. Sebagai salah satu
cabang dari ilmu ekonomi yang berkaitan dengan permasalahan kebijaksanaan
tertentu untuk menanggulangi suatu permasalahan ekonomi tertentu. Yaitu
permasalahan KEBIJAKSANAAN MAKRO. Kebijaksanaan Makro ? Mencakup masalah-
masalah yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengendalian umum perekonomian.
E________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
1
ugas pengendalian Makro adalah mengusahakan agar perekonomian bisa bekerja
dan tumbuh secara seimbang, terhindar dari keadaan yang bisa mengganggu
keseimbangan umum.TMasalah-masalah dalam Ekonomi Makro :
a. Masalah Jangka Pendek atau Masalah Stabilitas. Masalah ini berkaitan dengan
bagaimana “menyetir” perekonomian nasional dari bulan ke bulan, dari triwulan ke
triwulan dan dari tahun ke tahun, agar terhindar dari tiga “penyakit makro” yaitu :
INFLASI, PENGANGGURAN dan KETIMPANGAN DALAM NERACA
PEMBAYARAN.
b. Masalah Jangka Panjang atau Masalah Pertumbuhan. Masalah ini adalah mengenai
bagaimana kita “menyetir” perekonomian kita agar ada keserasian antara pertumbuhan
penduduk, pertambahan kapasitas produksi dan tersedianya dana investasi.
Kebijaksanaan dalam jangka pendek :
1. Menambah jumlah uang yang beredar
2. Menurunkan bunga kredit bank
3. Mengenakan pajak impor
4. Menambah pengeluaran pemerintah
5. Mengeluarakan obligasi negara
6. Memperlancar distribusi bahan-bahan mentah kepada pabrik
7. Mendorong pengusaha untuk menggunakan pabriknya secara intensif.
KERANGKA ANALISA MAKRO
Ada 2 aspek utama dalam kerangka analisa ini :
1. “Apa” yang disebut kegiatan ekonomi makro dan “di mana” kegiatan tersebut dilakukan.
2. “Siapa” pelaku-pelakunya.
EMPAT PASAR MAKRO
Dalam analisa ekonomi makro kita melihat kegiatan ekonomi nasional secara lebih
menyeluruh, kita tidak melihat pasar beras, pasar rokok atau pasar honda secara sendiri-
sendiri.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
2
i sini kita melihat pasar-pasar tersebut dan pasar barang dan jasa sebagai satu
pasar besar yang kita sebut PASAR BARANG. Dan dua aspek utama pasar
yatiu apa yang terjadi dengan harga (P) dan kuantitas yang ditransaksikan
(Q).Dalam Ekonomi Makro kita tidak hanya mempelajari satu pasar saja, tapi sebagai suatu
sistem yang terdiri dari empat pasar besar yang saling berhubungan satu sama lain yaitu;
Da. Pasar barang ; tempat penjual dan pembeli mengadakan transaksi atas barang.b. Pasar uang atau pasar modal; tempat dimana fihak pemilik dan fihak yang memerlukan
dana melakukan transaksi.c. Pasar tenaga kerja.; tempat dimana terlaksananya penawaran dan permintaan akan tenaga
kerja.d. Pasar Luar Negeri, atau Pasar Internasional; tempat yang memungkikan terlaksananya
import dan export.
a. Pasar Barang
Permintaan (total dari masyarakat) akan barang-barang dan jasa-jasa bertemu dengan
seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan (dan ditawarkan) oleh seluruh
produsen di masyarakat dalam suatu periode. Jadi di pasar barang kita mengetahui apa yang
terjadi dengan tingkat harga umum (P) dari barang/jasa dan apa yang terjadi dengan
kuantitas total (Q) dari barang/jasa yang dipasarkan ( yang biasanya dinyatakan oleh statistik
GDP atau Gross Domestic Product, yaitu nilai total dari semua hasil produksi akhir dari suatu
negara). Di pasar barang juga kita dapat mengetahui :
1. Tinggi rendahnya tingkat inflasi (gerak harga umum)
2. Naik turunnya GDP (gerak produksi total).
Harga Umum
P
b. Pasar Uang
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
3
P
Q GDP
0
SD
Tingkat Bunga
r
S
0M
Uang Beredar
D
Pasar Barang Pasar Uang
Permintaan (kebutuhan) masyarakat akan uang (kartal dan giral) bertemu dengan
jumlah uang (kartal dan giral) yang beredar.
Di pasar uang, permintaan akan uang dan penawaran akan uang menentukan “harga” dari
uang atau harga dari penggunaan uang (yang dipinjamkan ) yaitu tingkat bunga dan jumlah
uang (giral dan kartal) yang beredar.
c. Pasar Tenaga Kerja
Permintaan (kebutuhan) total akan tenaga kerja dari sektor dunia usaha dan pemerintah
bertemu dengan jumlah angkatan kerja yang tersedia pada waktu itu.
Di pasar tenaga kerja, permintaan dan penawaran tenaga kerja memnentukan “harga” tenaga
kerja, yaitu tingkat upah dan kuantitas tenaga kerja yang dipekerjakan.
Tingkat Upah
W
N
d. Pasar Luar Negeri
Permintaan dunia akan hasil-hasil ekspor kita bertemu dengan penawaran dari hasil-
hasil tersebut yang disediakan oleh eksportir dan permintaan negara kita akan barang-barang
impor bertemu dengan penawaran barang-barang tersebut oleh pihak luar negeri.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
4
W
NJumlah Orang Yang Bekerja
0
S
D
P/wS
0Q/N Jumlah Barang
Ekspor/Impor/Tenaga kerja
D
Pasar Tenaga Kerja Pasar Luar Negeri
Tingkat Harga/upah
P/W
i pasar luar negeri, permintaan akan barang ekspor kita bersama dengan
penawaran akan barang tersebut menentukan harga rata-rata ekspor dan jumlah
atau volume ekspor. Harga rata-rata dikalikan volume ekspor memberikan
penerimaan devisa negara dari ekspor. Dan di pasar luar negeri permintaan masyarakat akan
barang-barang impor menentukan harga rata-rata impor dan volume impor. Harga rata-rata
impor dikalikan volume impor memberikan pengeluaran devisa negara untuk impor.
DDalam pasar luar negeri ini, seringkali kita menggabungkan pasar ekspor dan pasar
impor sehingga dapat diamati apa yang terjadi dengan :
1. Neraca Perdagangan, yaitu penerimaan devisa ekspor dikurangi pengeluaran devisa
untuk impor, atau Neraca Pembayaran apabila kita ingin mengetahui aliran keluar
masuknya modal.
2. Dasar Penukaran Luar Negeri (terms of trade) yaitu harga rata-rata ekspor kita dibagi
dengan harga rata-rata impor.
3. Cadangan Devisa yaitu persediaan devisa negara pada awal tahun plus saldo neraca
pembayaran.
LIMA PELAKU MAKRO
1. Rumah tangga konsumsi.
2. Rumah tangga produksi
3. Rumah tangga pemerintah
4. Negara-negara lain
5. Lembaga-lembaga Keuangan.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
5
BAB IIPENDAPATAN NASIONAL
ara ahli ekonomi menggambarkan perilaku ekonomi yang begitu komplek dengan
menggunakan hubungan yang sederhana, Hubungan-hubungan ini menggambarkan
bagaimana variable-variable ekonomi tersebut berkaitan satu sama lain.PModel-model hubungan yang dimaksud dapat berbentuk :
1. Persamaan matematik (mathematical equation).
2. Seperangkat diagram (a set of diagrams).
3. Scheme/flow/chart/grafik dan lain-lain.
Formulasi dalam persamaan matematik berikut ini : Selama aliran pendapatan dan
pengeluaran serta output yang dihasilkan dalam jumlah yang sama, situasi perekonomian
berada dalam keseimbangan ekonomi makro.
Jadi : NNP = NNI =Y NNP = Net National Product.
NNI = Net National Income.
Y = Pendapatan Keseimbangan.
1. Y = C + S C = Konsumsi
S = Tabungan
2. Y = C + I I = Investasi
Persamaan 1 dan 2 (PEREKONOMIAN DUA SEKTOR) digabungkan, maka
3. C + S = C + I S = I (SYARAT KESEIMBANGAN EKONOMI 2 SEKTOR)
Selanjutnya sebagian dari pendapatan diserahkan sebagai pajak kepada pemerintah maka,
4. Y = Yd + T T = pajak Yd = Y –T
Yd = Pendapatan yang dapat dibelanjakan, digunakan untuk C dan S.
5. Y = C + I + G – T S + T = I + G (SYARAT KESEIMBANGAN 3 SEKTOR)
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
6
Bagi perekonomian terbuka (EMPAT SEKTOR) terdapat export dan import, maka persamaan akan menjadi :
6. Y = C + I + G + X – M X = Export M = Import
7. S + T + M = I + G + X merupakan syarat keseimbangan bagi perekonomian terbuka (EMPAT SEKTOR).
Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa tidak mutlak I = S dan G = T serta X = M
harus dalam jumlah yang sama, tetapi yang penting syarat untuk mencapai keseimbangan
ekonomi makro adalah jumlah kebocoran ( S + T + M ) dan jumlah injeksi (I + G +X ) mesti
dalam jumlah yang sama.
Jadi S + T + M = I + G + XHarus ( I – S ) + ( G – T ) + ( X – M ) = 0
Persamaan ini merupakan syarat keseimbangan ekonomi makro (macro economic equilibrium condition).
Menurut Ch.Waalich seorang ahli ekonomi, pasangan-pasangan I dan S, G dan T serta
X dan M, merupakan tiga pasang variable strategis (The three pairs of strategic variables)
yang menentukan keseimbangan moneter (Monetery Equilibrium).
Jika I > S dan G > T serta X > M ekonomi cenderung inflasi.
Sebaliknya jika I < S dan G < T serta X < M akan cenderung terjadi deflasi.
Kemiringan/sloope fungsi konsumsi menggambarkan tambahan konsumsi sebagai
akibat adanya tambahan pendapatan, yang disebut hasrat konsumsi marginal atau Marginal
Propensity to Consume (MPC). Nilai MPC yang kurang dari satu, mempunyai arti bahwa dari
setiap tambahan pendapatan tidak seluruhnya digunakan untuk tambahan saving/tabungan.
Ada anggapan yang mendasari konsep fungsi konsumen yang mengatakan, bahwa ada
suatu tingkat pendapatan dimana pada tingkat itu seluruh pendapatan digunakan untuk
pengeluaran konsumsi. Titik pada tingkat itu disebut titik break even atau point of zero saving,
yang berarti pada tingkat pendapatan tersebut masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk
menabung/saving.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
7
Sebaliknya tingkat pendapatan yang berada dibawah titik break even menunjukan
konsumsi lebih besar dari pendapatan, sehingga terjadi dissaving untuk menutupi kekurangan
pengeluaran konsumsi tersebut.
Saving merupakan nilai sisa atau selisih dari pendapatan dan konsumsi dimana pendapatan merupakan penjumlahan antara konsumsi dan saving;
Y = C + S ------- S = Y – C
Dimana fungsi konsumsi merupakan ----- C = a + MPC(Y) ---menjadi --- C = a + bY
Dan fungsi Saving merupakan -------------- S = -a + MPS(Y) – menjadi --- S = -a + bY
Hubungan APC dan APS serta MPC dan MPS
Dari setiap pendapatan dsebagian untuk konsumsi dan sebagian untuk tabungan, maka:
Y = C + S, Jika ruas kiri dan ruas kanan persamaan diatas dibagi dengan suatu bilangan
konstanta misalnya Y maka,
Y = C + S C = konsumsi rata-rata Y Y Y Y
Dari setiap tambahan pendapatan, tidak seluruhnya digunakan untuk tambahan
konsumsi tapi sebagian digunakan untuk tambahan tabungan maka :
ΔY = ΔC +ΔS ΔC = konsumsi marginal MPC ΔY ΔY ΔY ΔY
ΔS = tabungan marginal MPS ΔY
CONTOH 1
Untuk memperjelas pernyataan diatas, baiklah diuraikan dengan contoh berikut ini :
Misalkan tingkat pendapatan pada titik break even adalah sebesar Rp. 100 milyar dan
kecenderungan hasrat berkonsumsi masyarakat atau MPC adalah 0,75.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
8
MPC + MPS = 1 MPC = 1 – MPS MPS = 1 – MPC
APC + APS = 1 APC = 1 – AMPS APS = 1 – APC
MENURUNKAN FUNGSI KONSUMSI ------ Y = C yaitu Y = a + bY( artinya seluruh pendapatan dikonsumsikan )
Y = 100MPC = 0.75
Y = a + bY Maka Fungsi Konsumsinya :100 = a + 0.75 (100)100 = a + 75 MPC = b = 0.75 C = a + b Y a = 100 – 75 a = 25 C = 25 + 0.75 Y a = 25
Jika fungsi konsumsi C = 25 + 0.75 Y, maka fungsi savingnya adalah kebalikan dari fungsi konsumsi yaitu S = -25 + 0.25 Y.
Bedanya, konsumsi otonom = a = 25 dalam fungsi konsumsi adalah posistif, sedangkan dalam Saving berubah menjadi negative yaitu menjadi a = - 25.Konsumsi otonom merupakan besarnya tingkat konsumsi baik pada saat punya pendapatan maupun tidak punya pendapatan.
MPS = 0.25 didapat dari MPC + MPS = 1 ------ dalam hal ini MPC = 0.75
Maka 0.75 + MPS = 1 ------ sehingga MPS = 1 – 0.75 = 0.25
Jika : MPC = 0.80 --- maka MPS = 0.20 artinya --- MPC + MPS = 1 --- 0.80 + 0.20 = 1Jika : MPC = 0.60 --- maka MPS = 0.40 artinya ---- MPC + MPS = 1 ---- 0.60 + 0.40 = 1Dan seterusnya, syaratnya adalah jika dijumlahkan harus = 1
Fungsi Tabungan :S = - a + b YS = - 25 + ( 1 – 0.75 ) YS = - 25 + 0.25 Y
C/S SL
C = 25 + 0.75 Y
100 BEP
25 S = - 25 + 0.25 Y
0 100 Y
-25Grafik penyelesaian contoh 1
BAB III________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
9
PEREKONOMIAN DUA SEKTOR,TIGA SEKTOR DAN EMPAT SEKTOR
A. PEREKONOMIAN DUA SEKTOR
1. Pengaruh pengeluaran Rumah Tangga Produksi
engeluaran RTP yang berupa investasi adalah pengeluaran yang bertujuan untuk
menghasilkan barang-barang atau output baru. Pengeluaran tersebut misalnya untuk
pembelian barang modal atau bahan baku/persediaan. Pengaruh pengeluaran
investasi akan meningkatkan Pendapatan Nasional melalui proses multipliernya.
PUntuk menjelaskan pernyataan diatas akan diuraikan berikut ini :
Misalkan dalam suatu perekonomian, denganasumsi :
1. Pemerintah belum turut campur dalam perekonomian.
2. Tingkat Pendapatan Nasional equilibrium (keseimbangan menghendaki syarat output
nasional sama besarnya dengan Pendapatan Nasional).
3. Pengeluaran investasi RTP deanggap bersifat autonomous jumlahnya tetap (tidak
dipengaruhi besar kecilnya tingkat pendapatan.
4. Pengeluaran RTK adalah untuk konsumsi dan tabungan.
Jadi tingkat pendapatan equilibrium mengharuskan Investasi (I) sama dengan tabungan (S).
Persamaan I = S merupakan syarat keseimbangan pendapatan (Macro Economics Equlibrium
Condition)
CONTOH 2 :
Pada tingkat konsumsi masyarakat Rp. 25 milyar, besarnya tabungan adalah 0 (nol),
sedangkan MPC = 0,75. Pengeluaran investasi RTP yang bersifat autonomous berjumlah
Rp. 20 milyar. Berdasarkan data diatas Tingkat Pendapatan Keseimbangan dapat ditentukan
dengan menggunakan salah satu cara berikut ini:
a. Persamaan matematis
b. Dengan syarat keseimbangan I = S
c. Grafik
Jawaban : a.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
10
Diketahui : a = 25 ---- MPC = 0.75 ---- dan S = 0
Y = C + S S = 0 C = 25 + 0,75 Y C = a + bY b = MPC
Y Break even adalah Y = C maka,
Y = 25 + 0,75YY – 0,75Y = 25
0,25Y = 25 YBe = 100
Apabila kita buktikan bahwa Y = C dimana nilai Y = 100, maka dari hasil perhitungan tersebut, didapat fungsi konsumsi C = 25 + 0.75 Y.Apabila kita memasukan nilai Y = 100, maka hasilnya adalah :
Y = 100 ---------- C = 25 + 0.75 YC = 25 + 0.75 (100)C = 25 + 75
Maka C = 100 ------------------ jadi terbukti Y = C = 100
Jika Y = 0 ------- C = 25 + 0.75 YC = 25 + 0.75 (0)C = 25 + 0
Maka C = 25
Pada tingkat ini (break even) seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi, jadi tabungan adalah nol.
Pada Y BEP = 100, besarnya tabungan adalah = 0
S = - a + b Y Besarnya konsumsi adalah : C = a + bY = - 25 + 0.25 (100) C = 25 + 0.75Y
= - 25 + 25 C = 25 + 0.75 (100)= 0 C = 25 + 75
C = 100
Selanjutnya jika terdapat pengeluaran investasi autonomous Rp. 20 milyar dari RTP maka : Y = C + I
C = 25 + 0,75 I = 20
Y = 25 + 0,75Y + 20Y – 0,75Y = 25 + 20
0.25Y = 45 Y = 180 (pendapatan nasional keseimbangan yang baru )
Dengan adanya investasi sebesar 20, maka pendapatan naik dari 100 menjadi 180 atau naik sebesar 80.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
11
Y = 180 ---- besarnya konsumsi : Besarnya Saving adalah :C = 25 + 0.75 Y S = -25 + 0.25 YC = 25 + 0.75 (180) S = -25 + 0.25 (180)C = 25 + 135 S = -25 + 45C = 160 S = 20
Jadi Y = C + S ----- 180 = 160 + 20
Syarat keseimbangan untuk perekonomian dua sector adalah I = Sdimana I = 20 dan Saving S = 20
Jawaban b.
Dengan syarat keseimbangan I = S maka tingkat pendapatan keseimbangan dapat ditentukan sebagai berikut:
I = S karena Y = C + S Atau S = Y – ( 0,75Y + 25 )I = 20 = S S = Y - C S = Y – 0.75 – 25
S = 0,25Y – 25
Jadi: I = S Pembuktian S = 20 20 = -25 + 0.25Y S = - 25 + 0.25 Y
-0,25Y = -25 – 20 S = - 25 + 0.25 (180) -0,25Y = -45 S = - 25 + 45
0,25Y = 45 S = 20 Y = 180
Kesimpulannya baik cara a maupun b diperoleh tingkat pendapatan keseimbangan adalah sebesar Rp. 180 milyar.
2. Multiplier bagi perekonomian dua sector
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
12
endapatan Nasional dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran dari
semua rumah tangga yang ada dalam perekonomian (RTK, RTP dan RTN) dan hasil
bersih dari export, import (X – M).PSetiap pendapatan yang diterima oleh RTK digunakan untuk pengeluaran konsumsi dan
tabungan. Tingkat Pendapatan Nasional Equilibrium menghendaki syarat output nasional
sama besarnya dengan Pendapatan Nasional. Dengan demikian:
Y = C + S Y = C + I
Jika kedua persamaan diatas digabungkan,
Maka C + S = C + I
Selanjutnya : Y = C + I dimana C = a + bY
Maka Y = a + bY + I Y – bY = a + I
(1 – b) Y = a + I Y = 1 (a + I) 1 - b
Jadi 1 merupakan angka pengganda (multiplier) bagi perekonomian dua sector. 1 – b
Karena b adalah MPC maka 1 – b + MPS. Jadi :
1 = 1___ 1 – b MPS
oleh karena itu angka pengganda ( 1 ) juga merupakan kebalikan dari MPS. 1 – b
B. PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
13
Sayarat Keseimbangan : S = I
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ebagaimana halnya bagi sebuah perusahaan, pemerintah juga mempunyai Anggaran
Pendapatan dan Pengeluaran/Belanja yang biasanya disusun setiap tahun. Salah satu
sumber dana bagi pemerintah berasal dari penerimaan pajak, yang merupakan sumber
dana yang paling besar.
SDalam teori ekonomi pajak dapat dibedakan antara pajak Lumpsum dan pajak
Propotional. Pungutan pajak Lumpsum jumlahnya tetap, artinya besarnya pajak tersebut tidak
tergantung kepada besarnya pendapatan. Misalnya pajak fiscal bagi warga negara yang hendak
pergi ke luar negeri. Sedangkan pajak propotional, besarnya dinyatyakan dalam prosentase
tertentu dari pendapatan, atau jumlah pungutan tergantung kepada besarnya pendapatan.
Pengeluaran pemerintah umumnya terdiri dari pengeluaran rutin, seperti untuk
pembayaran gaji pegawai, belanja barang, pembayaran bunga pinjaman negara dan lainnya
yang bersifat rutin. Selain pengeluaran rutin ada pengeluaran yang biasa disebut sebagai
pengeluaran transfer, misanya untuk subsidi, sumbangan dan pengeluaran transfer lainnya.
2. Pengaruh pengeluaran rutin pemerintah
engeluaran pemerintah yang bersifat rutin seperti gaji pegawai dan belanja barang
adalah pengeluaran yang merupakan balas jasa atas penggunaan factor-faktor
produksi oleh pemerintah. Pengaruh pengelluaran semacam itu akan meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui pross multiplier/ganda. Karena dengan meningkatnya
pendapatan masyarakat akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Untuk memperjelas
bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan masyarakat dapat dilihat
pada uraian dibawah ini:
PMisalkan hasrat berkonsumsi masyarakat ditunjukan dengan fungsi konsumsi, C = Rp. 25 mil. + 0,75Y. Pengeluaran Investasi swasta Rp. 20 milyar. Pengeluaran pemerintah Rp. 30 milyar. Berdasarkan data diatas tentukanlah:
a. Tingkat Pendapatan keseimbangan sebelum ada pengeluaran pemerintah.
b.Tingkat konsumsi dan tabungan masyarakat.
c. Tingkat Pendapatan Keseimbangan setelah ada pengeluaran pemerintah.
d.Tingkat Konsumsi dan tabungan masyarakat.
e. Gambaran konsumsi dan tabungan masyarakat.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
14
f. Gambaran grafiknya.
Jawaban:a. Y = C + I Y = 25 + 0,75Y + 20 = 45 + 0,75Y 0,25Y = 45 Y = 180
b. C = 25 + 0,75Y = 25 + 0,75 (180) C = 160
S = -25 + 0,25Y = -25 + 0,25 (180) S = 20
Syarat keseimbangan : S = I 20 = 20
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa:
- Tingkat pendapatan keseimbangan sebesar Rp. 180 milyar.
- Tingkat konsumsi masyarakat sejumlah Rp. 160 mil.
- Dan tabungan sebesar Rp. 20 milyar
c. Y = C + I + G Y = 25 + 0,75Y + 20 + 30 = 75 + 0,75Y0,25Y = 75 Y = 300
d. C = 25 + 0,75Y = 25 + 0,75 (300) C = 250
S = -25 + 0,25Y = -25 + 0,25 (300) S = 50
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
15
Syarat keseimbangan : S = I + G50 = 20 +30
Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa setelah adanya pengeluaran pemerintah
sebesra Rp.30 milyar, pendapatan masyarakat meningkat menjadi Rp. 300 milyar, konsumsi
naik menjai Rp. 250 milyar dan tabungan naik menjadi Rp. 50 milyar.
Keseimbangan dalam perekonomian 3 sektor
3. Multiplier pengeluaran pemerintah
Pengaruh pengeluaran pemerintah sebesar Rp. 30 milyar menyebabkan pendapatan
masyarakat naik sebesar Rp. 300 mil. – Rp. 180 mil. = Rp. 120 milyar. Ini berarti kenaikan
pendapatan masyarakat sebesar Rp. 120 milyar dari efek berganda atas pengeluaran
pemerintah, yaitu:
ΔY = 120 mil. x 1 = 4 ΔG 30 mil
Secara matematis:
Misalkan keseimbangan semula sebelum ada pengeluaran pemerintah adalah :
1 (a + I) persamaan 1 . 1 – b
Pengeluaran pemerintah = ΔG yang menaikkan pendapatan ΔY .
Keseimbangan yang baru adalah :
Y + ΔY = 1 [(a+I) + ΔG] 1 – b Persamaan 2 .
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
16
Persamaan 2 dikurangkan dengan suatu bilangan konstanta yaitu Y maka diperoleh :
ΔY = 1 (ΔG) 1 – b
ΔY = 1 . ΔG 1 – b
Dengan demikian angka multiplier/pengganda pemerintah adalah :
K = 1 _ 1 – b
Dari data diatas diketahui besarnya MPC = b - 0,75, maka angka multiplier pengeluaran
pemerintah adalah sebesar :
K = 1 _ K = 1 _ K = _ 1 _ k = 4 1 – b 1 – 0.75 0.25 4. Pengaruh pungutan pajak lumpsum.
Pungutan pajak lumpsum oleh pemerintah mengakibatkan pendapatan masyarakat
berkurang sebesar pungutan pajak dan selanjutnya menurunkan tingkat konsumsi masyarakat
sebesar MPC kali penurunan pendapatan.
Jika digambarkan dalam grafik pungutan pajak lumpsum mengakibatkan fungsi
konsumsi bergeser/turun dengan arah sejajar dengan fungsi konsumsi sebelum ada pajak
lumpsum sebesar MPC kali ΔY, dengan demikian ΔY sama besarnya dengan pajak.
GAMBAR NO. 5Keseimbangan perekonomian 3 sektor adanya pengaruh pajak
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
17
Untuk mempermudah analisa bagaimana pengaruh pajak lumpsum terhadap
pendapatan masyarakat diikuti dengan contoh berikut ini.
- Misalkan hasrat berkonsumsi masyarakat ditunjukkan oleh fungsi konsumsi :
C = Rp. 25 mil. + 0,75 Yd. Yd = Y – T
Pengeluaran Investasi swasta berjumlah Rp. 20 milyar.
Untuk menutup/membiayai pengeluaran pemerintah tersebut, pemerintah menarik Pajak
dalam bentuk lumpsum sebesar Rp. 30 milyar.
Dari data tersebut tentukanlah :
a. Tingkat pendapatan keseimbangan masyarakat sebelum ada pungutan pajak.
b. Tingkat konsumsi dan tabungan.
c. Tingkat pendapatan keseimbangan masyarakat setelah ada pungutan pajak.
d. Tingkat konsumsi dan tabungan masyarakat.
e. Berapa besarnya penurunan pendapatan, konsumsi dan tabungan masyarakat sebagai
akibat adanya pungutan pajak.
f. Gambarkanlah grafiknya.
Jawab :a. Y = C + I + G
Y = 25 + 0,75Y + 20 +30 = 75 + 0,75Y
0,25Y = 75 syarat keseimbangan Y = 300 50 = 20 + 30
b. C = 25 – 0,75Y = 25 + 0,75 (300)
C = 250 S = -25 + 0,25(Y)
= -25 + 0,25 (300) S = 50
c. Setelah ada pungutan pajak lumpsum,
Y = C + I + G –T Y = 25 + 0,75 (Y – 30) + 20 + 30
= 25 + 0,75Y – 22,5 + 20 + 30 = 52,5 + 0,75Y 0,25Y = 52,5
Y = 210
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
18
d. C = 25 + 0.75Yd = 25 + 0.75 (210 – 30) = 160
Yd = Y – T
Syarat keseimbangan : S + T = I + G20 + 30 = 20 + 30
S = -25 + 0.25 Yd = -25 + 0.25 (210 – 30) S = 20
e. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa setelah adanya pajak, tingkat pendapatan turun
menjadi Rp. 210 milyar, berarti berkurang sebesar Rp. 300 mil. – Rp. 210 mil. = Rp. 90
milyar, Tingkat konsumsi turun menjadi Rp. 160 milyar dan Tabungan turun menjadi Rp.
20 milyar.
SLf. Grafik (lihat gambar no. 6)C/I/G/S
Y
GAMBAR NO. 6Keseimbangan perekonomian 3 sektor dengan pengaruh pajak
5. Multiplier Pajak lumpsum
Pungutan pajak sebesar Rp. 30 milyar mengakibatkan pendapatan keseimbangan turun
sebesar Rp. 90 milyar. Turunnya pendapatan ini adalah efek berganda dari pungutan pajak,
yakni sebesar:
Rp. 90 mil. x 1 = 3 K = ΔY Rp. 30 mil. T
Secara matematis :Misalkan tingkat keseimbangan semula, sebelum pajak adalah :
Y = 1 _ (a + I + G ) 1 – b
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
19
Pungutan pajak = T yang menurunkan pendapatan sebesar Y.
Maka keseimbangan yang baru adalah :
Y - Y = 1 _ [(a+I+G) - bG] 1 – b Kemudian dikurangkan dengan bilangan konstanta, misalnya Y, maka diperoleh persamaan :
- Y = 1 _ (-bG) 1 – b = -b G 1 – b Y = -b _ 1 – b Jadi multiplier pajak adalah : -b _ 1 – bDari data diatas besarnya MPC = b = 0,75, dengan demikian diperoleh angka multiplier pajak sebesar : - b = 0,75 = -0,75 = -3 1 – b 1 – 0,75 0,25 6. Balance Budget / Anggaran Berimbang.
alam contoh pengeluaran pemerintah sebesar Rp. 30 milyar dan untuk menutupi
pengeluaran tersebut pemerintah menarik pajak dari masyarakat dalam jumlah
yang sama, yaitu sebesar Rp. 30 milyar. Ini berarti pemerintah menganut anggaran
berimbang atau balance budget. Karena pengeluaran dan penerimaan pemerintah adalah dalam
jumlah yang sama yaitu sebesar Rp. 30 milyar.
DTimbul pertanyaan, jika pemerintah melaksanakan anggaran berimbang dalam APBN
apakah ada pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, mengingat pengaruh
pengeluaran adalah plus dan pajak adalah minus terhadap pendapatan masyarakat? Jawabnya
adalah, karena wa;aupun pengaruhnya berlawanan tapi pengaruh pengeluaran pemerintah yang
meningkatkan lebih besar disbanding pengaruh pajak yang menurunkan pendapatan
masyarakat.
Jadi pendapatan masyarakat dapat naik sebesar satu kali besarnya pajak dan
pengeluaran pemerintah dalam jumlah yang sama, yaitu sebesar Rp. 30 milyar seperti dalam
contoh diatas. Untuk menjelaskan pengaruh anggaran berimbang pemerintah terhadap
pendapatan masyarakat dapat diuraikan dengan contoh berikut:
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
20
Misalkan pada tingkat pendapatan semula dimana fungsi konsumsi
C = Rp. 25 mil. + 0,75 Yd Yd = Y – T dan investasi swasta sebesar
Rp. 20 milyar, maka tingkat pendapatan keseimbangan masyarakat adalah sebesar :
Y = C + I Y = 0.75Y + 25 + 250.25Y = 45 Y = Rp. 180 milyar
Selanjutnya kita misalkan, pemerintah melaksanakan anggaran berimbang dalam pengeluaran
yaitu sebesar Rp. 30 milyar, dan penerimaannya dalam bentuk pajak juga sebesar Rp. 30
milyar, maka tingkat pendapatan keseimbangan masyarakat yang baru. Adalah sebesar :
Y = C + I + G – T Y = 0,75 (Y – 30) + 25 + 20 + 30Y = 0,75Y – 22,5 + 25 + 20 + 300,25Y = 52,5 Y = 52,5 0,25 Y = Rp. 210 milyar
Dalam uraian diatas dapat dilihat bahwa pengaruh anggaran berimbang pemerintah
yaitu pengeluaran dan pajak dalam jumlah yang sama masing-masing Rp. 30 milyar dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat sebesar :
Rp. 210 mil. – Rp. 180 mil. = Rp. 30 mil.
Atau sebesar satu kali jumlah pajak dan pengeluaran pemerintah dalam jumlah yang sama.
Balance budget Multiplier
Telah diketahui bahwa multiplier pengeluaran pemerintah adalah :
1 dan multiplier pajak -b _ 1 – b 1 - b
Jika MPC = b = 0,75, maka pengaruh pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat adalah sebesar :
1 x Rp. 30 milyar = Rp. 120 milyar 1 – 0,75
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
21
dan pengaruh pajak yang menurunkan pendapatan masyarakat sebesar :
-0,75 x Rp. 30 milyar = Rp. 90 milyar 1 – 0,75dan sisa akhir adalah sebsar : Rp. 120 – 90 = Rp. 30 milyar.
Secara matematis :Multiplier pengeluaran pemerintah = 1 _ 1 – b Multiplier pajak = -b , 1 – bJika pengeluaran pemerintah G dan pajak T dalam jumlah yang sama, maka jika kedua multiplier tersebut dijumlahkan :
Y + Y = 1 + -b _ G T 1 – b 1 – b = 1 – b 1 – b = 1Kesimpulannya, bahwa multiplier Balance Budget dari Pemerintah adalah 1 (satu) dengan tidak tergantung berapa besarnya MPC.
7. Pengaruh pengeluaran Transfer pemerintah
ajak yang dipungut oleh pemerintah sebagian diantaranya dikembalikan lagi kepada
masyarakat dalam bentuk pengeluaran transfer. Misalnay pengeluaran untuk subsidi,
sumbangan dan pengeluaran transfer lainnya. Pengeluaran semacam ini tidak sama
seprrti pengeluaran rutin pemerintah yang bersifat balas jasa atas penggunaan factor-faktor
produksi oleh pemerintah.
PPengeluaran transfer adalah merupakan pengembalian sebagian dari pungutan pajak
kepada masyarakat. Oleh karena itu pengaruh masyarakat adalah kebalikan dari pajak. Pajak
mengurangi pendapatan masyarakat (dengan tanda minus), sedangkan pengeluaran transfer
menaikkan tingkat pendapatan masyarakat (dengan tanda plus).
Dengan demikian multiplier transfer sama dengan multiplier pajak, hanya tanda
berbeda. Transfer bertanda plus pajak bertanda minus. Karena tanda berbeda, jika pengeluaran
transfer dan pajak sama besarnya dengan pajak maka antara transfer dan pajak akan saling
mengimbangi. Misalnya pungutan pajak adalah Rp. 30 milyar, pengeluaran transfer juga
berjumlah Rp. 30 milyar maka kedua komponen tersebut tidak akan mempunyai pengaruh
terhadap pendapatan masyarakat.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
22
Untuk jelasnya dapat diikuti contoh berikut ini ;
Misalkan hasrat berkonsumsi masyarakat ditunjukkan dengan fungsi konsumsi ;
C = Rp. 25 mil + 0,75Yd → Yd = Y – T + Tr
Pengeluaran investasi swasta berjumlah Rp. 20 milyar. Pengeluaran rutin pemerintah
berjumlah Rp. 30 milyar. Pungutan pajak Rp. 30 milyar, dan pengeluaran transfer Rp. 20
milyar.
Berdasarkan data diatas tentukan :
a. Tingkat pendapatan keseimbangan sebelum ada transfer pemerintah.
b.Tingkat pendapatan keseimbangan setelah ada transfer.
c. Gambarkan grafiknya.
Jawab:a. Tingkat pendapatan keseimbangan sebelum ada transfer berjumlah :
Y = C + I + G – TY = 25 + 0,75 (Y-30) + 20 + 30 = 0,75Y + 75 – 22,5
0,25Y = 52,5Y = 210
b. Tingkat pendapatan keseimbangan setelah transfer berjumlah :
Y = C + I + G – T + Tr Y = 25 + 0,75 (Y – 30 + 20) + 20 + 30
= 0,75Y – 7,5 + 75 0,25Y = 67,5 Y = 270
d. Tingkat konsumsi :
C = 25 + 0,75 (Y – 30 +20) = 25 + 0,75 (270 – 30 + 20) = 220
S = -25 + 0,25 (Y – 30 + 20) = -25 + 0,25 (270 – 30 + 20) = 40
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
23
Syarat keseimbangan : S + T = I + G + Tr40 + 30 = 20 + 30 + 20
e. Grafik (lihat gambar no.7).
Gambar No. 7Keseimbangan perekonomian 3 sektor dengan pengaruh transfer pemerintah
Dari uraian diats dapat dilihat, dengan adanya transfer pemerintah sebesar Rp. 20 milyar dapat menaikkan pendapatan masyarakat sebesar:
Rp. 270 mil – Rp. 210 mil = Rp. 60 milyar
8. Pengaruh pungutan pajak proportional
ajak propotional seperti pajak pendapatan, besarnya tergantung kepada besarnya
tingkat pendapatan secara promotional. Besarnya pungutan pajak pendapatan ini
dinyatakan dalam prosentase tertentu dari pendapatan.PFungsi pajak pendapatan dinyatakan dalam persamaan yaitu :
To + tY dimana To = besarnya pajak pada tingkat pendapatan sama dengan nol,
t = prosentase pajak, dan Y = besarnya pendapatan.
Pengaruh pajak pendapatan mengakibatkan perubahan pendapatan yang dapat
dibelanjakan dan tingkat konsumsi masyarakat akan propotional dengan perubahan
pendapatan. Pungutan pajak pendaptan mengakibatkan menurunnya pendapatan dan
mengurangi konsumsi. Hal ini digambarkan dalam grafik No. 8, yaitu dengan
turunnya/bergeser fungsi konsumsi kebawah pada satu titik tumpuan, dimana pada titik ini
pendapatan sama dengan nol. Dengan demikian fungsi konsumsi yang baru (setelah ada pajak)
nilai MPC nya lebih kecil ini disebut MPC Product National. Nilai MPC yang lebih kecil ini
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
24
mengakibatkan angka multiplier pajak pendapatan menjadi lebih kecil dari angka multiplier
pajak lainnya.
Untuk memperjelas uraian diatas baiklah kita uraikan secara matematis sebagai
berikut:
Misalkan Y adalah tingkat pendapatan sedangkan t adalah prosentase pajak.
Jika pendapatan naik sebesar ΔY maka pajak akan naik sebesar ΔT = t. ΔY maka pendapatan
yang dapat dibelanjakn (Yd) menjadi sebesar:
Yd = Y - T T = t x Y = Y – t x Y = ( 1 – t ) Y
Keseimbangan perekonomian 3 sektor dengan pengaruh pajak proportional
Jika pendapatan yang dapat dibelanjakan (Yd) adalah = MPC atau Yd = b, maka perubahan
konsumsi menjadi sebesar:
C = b.Yd Yd = ( 1-t ). Y = b.( 1-t ) . YSloop fungsi konsumsi (MPC) yang baru adalah : C = b ( 1- b ) Y C = b ( 1-t ) YY Y = b ( 1 – t )
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
25
Nilai b (1 – t) adalah MPC yang baru (setelah ada pajak) yang diseut MPC Product National,
yang nilainya lebih kecil dari MPC sebelumnya.
Karena b dan t adalah pecahan maka
b dan t > 0 sehingga b (1 – t) < b
Ini menunjukan, pajak pendapatan mengakibatkan MPC yang baru menjadi lebih kecil dan
selanjutnya menjadikan angka/nilai multipliernya menurun.
Multiplier bagi perekonomian, dimana diberlakukan pajak propotional/pajak
pendapatan. MPC yang tadinya ditulis dengan notasi b, tetapi setelah diberlakukanpajak
propotional/pajak pendapatan maka MPC yang baru (MPC product Nasional) berubah menjadi
b(1 – t) yang nilainya lebih kecil dari nilai b.
Dengan demikian multiplier bagi pengeluaran investasi dan pemerintah akan menjadi lebih
kecil yaitu sebesar:
a. I Y = 1 x I 1 – b (1-t) I = 1 = multiplier I Y = 1 – b (1-t)
b. G Y = 1 x G 1 – b (1-t) G = 1 = multiplier G Y = 1 – b (1-t)
c. Balance Budget Multiplier Jika multiplier pengeluaran Pemerintah adalah
1 _ dan pajak proporsional -b _ 1 – b (1-t) 1 – b (1-t)
maka jika G = T akan diperoleh
1 _ + -b _ = 1-b = multiplier balance budget 1 – b (1-t) 1 – b (1-t) 1 – b (1-t) Untuk memperoleh gambaran apa yang telah diuraikan baiklah diikuti contoh berikut ini.
Misalkan hasrat berkonsumsi masyarakat ditunjukan fungsi konsumsi
C = Rp. 25 mil + 0,75 Yd Yd = Y – T
Pengeluaran investasi swasta Rp. 20 milyar.________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
26
Pengeluaran pemerintah Rp. 30 milyar.
Pungutan pajak oleh pemerintah T = Rp. 20 mil + 0,2 Y
Dari data diatas tentukan:
a. Tingkat pendapatan sebelum ada pajak
b.Tingkat pendapatan keseimbangan setelah pajak
c. Besarnya pungutan pajak pada tingkat pendapatan pada point b.
d.Tingkat konsumsi dan tingkat tabungan masyarakat
e. Gambarkan grafiknya
Jawab :
a. Tingkat pendapatan sebelum pajak berjumlah : Y = C + I + G Y = 25 + 0.75Y + 20 + 30 = 75 + 0.75Y 0.25Y = 75 Y = 300
b. Tingkat pendapatan keseimbangan setelah pajak berjumlah :Y = C + I + G – T Y = 25 + 0.75 ( Y – ( 20 + 0.2Y ) + 20 + 30 = 60 + 0.60Y
0.40Y = 60Y = 150
c. Besarnya pajak : T = 20 + 0.2Y = 20 + 0.2 (150) T = 50
d. Tingkat konsumsi :C = 25 + 0.75 ( Y – T )
= 25 + 0.75 ( 150 – 50 ) = 25 + 0.75 ( 100 ) = 25 + 75
C = 100
Tingkat tabungan :S = -25 + 0.25 ( Y – T )
= -25 + 0.25 ( 150 – 50 )= -25 + 0.25 ( 100 )= -25 + 25
S = 0
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
27
Syarat Keseimbangan :S + T = I + G0 + 50 = 20 + 30
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa sebelum ada pajak, tingkat pendapatan
berjumlah Rp. 300 milyar dan setelah adanya pajak, pendapatan masyarakat turun menjadi
sebesar Rp. 150 milyar. Penurunan tersebut sebesar Rp. 150 milyar sebagai akibat pungutan
pajak proporsional.
Multiplier pajak proporsional, dalam contoh diatas adalah sebesar ;
-b b = MPC = 0,75 1 – b ( 1 – t ) t = 0,2
0,75 = 0,75 = 1,875 1 – 0,75 ( 1 – 0,2 ) 0,40
e. Grafik.
Gambar No. 9Keseimbangan perekonomian 3 sektor dengan pengaruh pajak proportional
C. PEREKONOMIAN 4 SEKTOR
Pengaruh Perdagangan Luar Negeri
Pada uraian terdahulu, telah diuraikan bagaimana pengaruh pengeluaranrumah tangga
konsumen, rumah tangga perusahaan dan rumah tangga negara terhadap perekonomian
nasional atau pendapatan nasional.
Pada bagian ini akan diuraikan bagaimana pengaruh perdagangan luar negeri (export
dan import) terhadap perekonomian nasional.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
28
Penerimaan export akan menaikan pendapatan dan selanjutnya akan menaikan
aggregate demand. Jadi pengaruh export sama seperti pegaruh yag bersifat autonompus
lainnya terhadap pendapatan nasional. Kenaikan dalam export akan menaikan permintaan
akan barang dan jasa.
Untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa terutama barang modal untuk
investasi menyebabkan import akan meningkatkan pula. Jadi kenaikan import akan menambah
barang dan jasa yang tersedia di pasar.
Pengeluaran untuk import ini mengakibatkan terjadinya aliran pendapatan ke luar negeri dan
ini merupakan kebocoran terhadap aliran pendapatan nasional. Dengan demikian import
merupakan fungsi dari pendapatan.
Fungsi import dapat ditulis dengan sebuah persamaan:
Mo + mY-------- dimana Mo = tingkat import yang bersifat otomous.
M = prosentase tertentu (%) dari setiap kenaikan pendapatan
Yang digunakan untk membiayai import.
Dari uraian tersebut dapatlah diketahui bahwa baik export maupun import mempunyai
pengaruh terhadap tingkat pendapatan keseimbangan, melalui proses multipliernya, dimana
export merupakan injeksi (injection) dan import merupakan kebocoran (leakage) dalam aliran
pendapatan nasional.
Penentuan tingkat pendapatan keseimbangan
Syarat keseimbangan menghendaki injeksi harus sama besarnya dengan kebocoran.
Dengan demikian jika variable export dan import dalam penentuan tingkat pendapatan
keseimbangan dapatlah diuraikan sebagai berikut:
Pengaruh Export terhadap Import
Penerimaan export akan meningkatkan pendapatan da selanjutnya menaikan aggregate
demand.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
29
Kenaikan aggregate demand meningkatkan permintaan akan barang dan jasa. Hal ini
mendorong import menjadi naik. Misalkan export naik sebesar Δx dan menyebabkan
pendapatan naik sebesar. Δy = 1 ΔX = ΔX
1-b+m 1-b+m
The idea of built in or automatic stability
Dalam uraian terdahulu telah dibahas bahwa pajak propotional menurunkan nilai MPC
product Nasional dan selanjutnya memperkecil nilai dan atau effect multipliernya. Dengan
demikian bila dalam suatu perekonommian diberlakukan pajak propotional maka menjadikan
perekonomian yang bersangkutan tidak sensitive terhadap perubahan aggregate demand,
karena besarnya pungutan pajak tersebut tergantung kepada besarnya tingkat pendapatan
masyarakat.
Dalam teori ekonomi pajak merupakan kebocoran dalam aliran perekonomian. Jadi
kenaikkan pendapatan masyarakat yang selanjutnya meningkatkan aggregate demand, dapat
diimbangi oleh kebocoran yang disebabkan oleh bertambah besarnya pungutan pajak
propotinal. Dengan demikian pajak propotional seperti pajak pendapatan dapat berfungsi
sebagai built in atau dapat menstabilkan gerakan (konjungtur) perekonomian.
Bila terjadi gerakan menaik (konjungtur menaik) maka pendapatan cenderung akan
meningkat seterusnya pengeluaran konsumsi masyarakat meningkat yang akan menyebabkan
aggregate demand naik. Situasi ini cenderung menjadikan perekonomian menuju kepada
situasi inflasi.
Tetapi kenaikan pendapatan masyarakat yang diiringi dengan bertambah besarnya
pungutan pajak membawa pengaruh kenaikan aggregate demand dapat distabilikan. Dengan
demikian kecenderungan inflasi dapat dihilangkan paling tidak dapat ditekan seminimal
mungkin.
Sebaliknya bila perekonomian dalam gerakan menurun (konjungtur menurun), yang
cenderung menuju deflasi, pajak propotional dapat menstabilkan gerakan ekonomi tersebut.
Pada situasi ini penurunan pendapatan diimbangi oleh turunnya pungutan pajak
membawa pengaruh kepada turunnya aggregate demand dapat tercegah/tertahan dan
selanjutnya naik kembali. Karena adanya kenaikan pengeluaran konsumsi masyarakat yang
disebabkan oleh turunnya pungutan pajak. Yang akhirnya kecenderungan deflasi dapat
tercegah dengan sendirinya.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
30
Peranan kebijaksanaan fiscal pemerintah terhadap perekonomian Nasional
Dalam uraian terdahulu tentang APBN, dapat dilihat bahwa baik penerimaan
pemerintah berupa pajak, maupun pengeluaran pemerintah seperti gaji pegawai, belanja
barang, pengeluaran transfer dan pengeluaran lainnya mempunyai pengaruh terhadap
pendapatan masyarakat atau pendapatan Nasional.
Jika pemerintah menarik pajak berakibat turunnya pendapatan yang dapat
dibelanjakan, dan pengeluaran pemerintah menaikan tingkat pendapatan masyarakat. Oleh
karena itu pemerintah dengan APBN dapat mempengaruhi gerak perekonomian Nasional.
Bagi negara yang sedang berkembang umumnya memerlukan dana yang cukup besar
untuk pembiayaan pembangunan ekonominya. Dana yang diperlukan ini biasanya tidak dapat
disediakan oleh pihak swasta, mengingat kemampuan masyarakatnya masih terbatas. Untuk
mengatasi hal ini pemerintah dapat memainkan peranannya melalui APBN agar dapat
mempengaruhi gerakan perekonomian ke arah yang dikehendaki.
Jika pemerintah melaksanakan kebijaksanaan APBN dengan tujuan untk
mempengaruhi perekonomian Nasional, kebijaksaan ini dikenal dengan nama kebijaksanaan
fiscal. Caranya adalah dengan menaikan atau mengurangi pengeluaran pemerintah atau
pungutan pajak.
Fungsi utama kebijaksaan fiscal ini adalah untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat atau pendapatan Nasional. Fungsi selanjutnya dari kebijaksaan ini adalah fungsi
allokasi dan fungsi pemerataan pendapatan masyarakat.
Fullemployment, Overemployment dan Underemployment
Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai indicator.
Diantaranya adalah produk Nasional. Produk nasional berupa barang dan jasa yang dihasilkan
oleh proses ekonomi negara yang bersangkutan, ditentukan oleh kapasitas produksi.
Sedangkan kapasitas itu sendiri tergantung kepada factor-faktor produksi yang dimiliki baik
jumlah kwalitas maupun komposisinya.
Kapasitas produksi ada dalam pengerjaan penuh dan ada pula dalam pengrjaan tidak
penuh. Pada kapasitas pengerjaan penuh (full capacity) ditandai dengan tidak adanya factor-
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
31
faktor produksi yang menganggur, artinya semua factor produksi terpakai baik dalam jumlah
mauun kemampuannya.
Perekonomian dalam situasi seperti ini dapat dikatakan berada dalam fullemployment,
jika aggregate demand actual sama besarnya dengan pendapatan Nasional fullemployment.
Bila kapasitas produksi berada dalam pengerjaan penuh tapi bersamaan dengan itu
terjadi permintaan terhadap barang dan jasa melebihi apa yang dapat disediakan, maka
perekonomian semacam itu biasa disebut dalam overemployment. Situasi perekonomian yang
demikian ditandai dengan tingkat harga yang berlaku cenderung naik terus menerus. Ini
disebabkan karena aggregate demand actual lebih besar dari pendapatan Nasional yang
tersedia, sehingga aggregate supply yang tersedia tidak mampu memenuhi aggregate demand
yang terjadi/berlaku.
Dalam perekonomian yang overemployment akan terjadi reallokasi atas pergeseran
factor-faktor yang ada, dari satu sector ekonomi lainnya atau dari satu unit ke unit ekonomi
lainnya.
Keadaan ini akan mengakibatkan biaya factor produksi semakin meningkat sehingga
harga barang dan jasa semakin tinggi, hal ini dapat terjadi karena untuk memenuhi permintaan
barang dan jasa yang sedang meningkat para investor atau pengusaha akan saling berusaha
untuk memperoleh factor-faktor produksi yang lebih banyak dari sebelumnya. Karena pada
situasi ini semua factor produksi telah terpakai seluruhnya (dalam pengerjaan penuh) maka
keadaan ini membawa para investor kedalam persaingan diantara sesama mereka.
Investor yang berani membayar lebih tinggi, akan memperoleh factor produksi yang
diinginkannya. Persaingan ini akan menyebabkan biaya factor produksi semakin lama semakin
tinggi dan selanjutnya akan mengakibatkan harga barang dan jasa juga semakin lama semakin
naik. Dari mekanisme diatas dapat diramalkan situasi ekonomi cenderung menuju inflasi, jika
persaingan berlangsung terus diantara sesama investor.
Pada kapasitas produksi dalam pengerjaan tindak penuh (under capacity), situasi
ekonomi berada dalam under-employment, yang masih mengaggur atau belum dipergunakan
secara penuh. Karena aggregate demand terjadi tidak mampu menyerap barang dan jasa yang
tersedia. Pada situasi yang demikian para investor akan mengurangi produksinya yang
selanjutnya akan mengurangi penggunaan factor produksi. Keadaan ini akan cenderung
menuju kepada deflasi, dimana harga-harga juga terus menerus semakin rendah, dan bagi
investor yang tidak mampu bertahan akan menghentikan kegiatan produksinya.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
32
Gap Analysis.
Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan, bahwa suatu perekonomian berada dalam
overemployment dan adakalanya dalam underemployment. Sedangkan tujuan makro ekonomi
adalah fullemployment. Dalam perekonomian yang demikian, aggregate demand actual sama
besarnya dengan aggregate demand yang diperlukan untuk mencapai tingkat pendapatan
Nasionall fullemployment atau pendapatan nasional dalam keseimbangan (equilibrium).
Dalam analisa pendapatan Nasional sering dipergunakan konsep inflationary gap dan
deflationary gap, untuk mengukur gap (perbedaan) yang terjadi antara aggregate demand
actual dengan aggregate demand yang diperlukan untuk mencapai tingkat pendapatan
fullemployment.
Pada overemployment tingkat aggregate demand actual lebih besar dari aggregate
demand yang diperlukan untuk mencapai fullemployment. Oleh karena itu terjadi gap atau
penyimpangan sebesar selisih antara kedua aggregate demand tersebut. Dan gap itu disebut
dengan gap inflasi. Untuk mencapai tingkat pendapatan fullemployment yang dikehendaki
maka aggregate demand actual harus diturunkan, agar sama besarnya dengan aggregate
demand yang diperlukan.
Sebaliknya bila aggregate demand actual lebih kecil dari aggregae demand yang
diperlukan untuk mencapai fullemployment, ekonomi berada dalam underemployment. Oleh
karena itu tingkat pendapatan harus dinaikan sedemikian rupa agar cukup untuk meningkatkan
aggregate demand actual yang diperlukan untuk mencapai full-employment atau
keseimbangan. Karena gap yang terjadi adalah gap deflasi, sebesar selisih kedua aggregate
tersebut.
Kedua gap tersebut dapat ditunjukan dalam grafik no. 10a dan 10b, dimana grafik
tersebut dapat dilihat :
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
33
BAB V
MASALAH-MASALAH POKOK DALAM EKONOMI MAKRO
Berbagai masalah ekonomi yang dihadapi setiap masyarakat didalam ilmu ekonomi
dijelaskan dalam bentuk beberapa masalah ekonomi pokok, yaitu:
1. Menetukan jenis barang yang diproduksi
2. Menentukan teknikproduksi
3. Menentukan bentuk distribusi pendapatan
4. Mempertinggi efesiensi penggunaan factor-faktor produksi
5. Menentukan sebab dan cara mengatasi masalah kenaikan harga-harga
6. Mempertinggi efisiensi penggunaan tambahan factor-faktor produksi
Tiga dari masalh pokok diatas dianalisa oleh teori ekonomi makro, yaitu:
1. Masalah ketidak efisienan dalam penggunaan factor-faktor produksi yang
tersedia dalam perekonomian. Masalah ini akan menimbulkan pengangguran
dalam factor-faktor produksi terutama tenaga kerja.
2. Masalah kenaikan harga-harga secara umum atau inflasi yang juga sering sekali
wujud dalam perekonomian.
3. Masalah ketidak efisienan dalam menggunakan tambahan factor-faktor
produksi yang berlaku dari tahun ke tahun. Masalah ini menyebabkan masalah
pengangguran tenaga kerja dan factor-faktor produksi lainnya, dan hal ini harus
dipikirkan dan dipecahkan.
Juga masalah ini menyebabkan tingkat kemakmuran masyarakat semakin
menurun.
Jadi masalah-masalah pokok dalam ekonomi makro secara garis besarnya adalah :
- Pengangguran
- Inflasi
- Pertumbuhan ekonomi
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
34
Masalah pengangguran
Masalah pengangguran, menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat
kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi yang maksimal, hal ini adalah masalah pokok
ekonomi makro yang utama.
John Maynard Keynes, seorang ahli ekonomi bangsa Inggris, terdorong untuk
mengembangkan teorinya mengenai masalah penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian,
dan teori ini akhirnya menjadi landasan dari analisa ekonomi makro, karena menyadari bahwa
masalah pengangguran adalah masalah yang sering dihadapi perekonomian dan yang diatur
oleh mekanisme pasar.
Menurut J.Mkeynes, masalah pengangguran selalu wujud dalam perekonomian, karena
permintaan efektif yang wujud dalam masyarakat (pengeluaran aggregate) adalah lebih rendah
dari kemampuan factor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian, untuk
memproduksi barang dan jasa.
Untuk mengetahui tingkat pengangguran yang wujud pada suatu waktu tertentu, perlu
diketahui jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja yangada dalam perekonomian. Jumlah
tenaga kerja tidak sama dengan jumlah penduduk.
Sebagian besar negara menggolongkan angkatan kerja adalah penduduk yang berumur
antara 15 – 59 tahun, dan ada yang menggolongkan penduduk berumur 15 – 64 tahun.
Walaupun tingkat kegiatan ekonomi yang tercapai adalah rendah dari tingkat kegiatan
ekonomi yang paling maksimal yang mungkin dicapai untuk masalah yang sering dihadapi
oleh setiap perekonomian, tetapi bukan berarti bahwa keadaan ini akan tetap terjadi dalam
perekonomian. Karena ada kalanya kegiatan ekonomi mencapai tingkat yang lebih tinggi
sehingga tenaga kerja yang tersedia dalam perekonomian dapat digunakan seluruhnya.
Apabila keadaan ini tercapai penggunaan tenaga penuh.
Didalam perekonomian yang telah mencapai tingkat penggunaan tenaga penuh,
pendapatan nasional tidak dapat ditambah lagi, walaupun masih terdapat pengangguran dalam
factor-faktor produksi lainnya.
Penggunaan sepenuhnya tenaga kerja tidak selalu akan bersamaan dengan penggunaan
sepenuhnya barang-barang modal.
Pada umumnya, pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh masih akan terdapat
barang-barang modal yang masih menganggur. Akan tetapi barang-barang modal yang masih
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
35
menganggur ini tidak dapat digunakan untuk meningkatkan produksi, karena tidak terdapat
untuk meningkatkan produksi, karena tidak terdapat tenaga kerja yang akan menggunakan
barang-barang modal yang menganggur tersebut.
Maka pada tingkat penggunaan tenaga penuh tinngkat kegiatan ekonomi dan besarnya
pendapatan nasional mencapai tingkat yang maksimal.
Perekonomian tersebut tidak mempunyai kesanggupan lagi untuk menambah produksi
barang dan jasa.
Bentuk-bentuk pengangguran
Bentuk-bentuk pengangguran adalah:
1. Pengangguran normal atau pengangguran friksionel , artinya pengangguran yang
diakibatkan dari keinginan untuk memperoleh kerja yang lebih baik, lebih sesuai,
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan memperoleh jaminnsosial atau pasilitas
yang lebih baik.
2. Pengangguran struktural, artinya keterampilan tenaga kerja yang diperlukan tidak
sesuai dengan tenaga kerja yang masih meganggur, atau karena kemajuan teknologi,
perubahan citarasa masyarakat masuknya pesaing baru yag lebih efesien atau tenaga kerja
yang diberhentikan karena kegiatan ekonomi yang semakin mundur. Apabila hal ini
terjadi, maka terjadilah pengangguran. Pengangguran yang demmikian dinamakan
pengangguran struktural.
3. Pengangguran teknologi, artinya pengangguran yang diakibatkan adanya penggantian
tenaga manusia oleh mesin atau bahan-bahan kimia, misalnya racun ilalang dan rumput,
memotong rumput, mengorek tanah dsb. Hal ini mengakibatkan pengangguran tenaga
kerja sehingga menimbulkan pengangguran.
4. Pengangguran siklikal, artinya pengangguran yang disebabkan oleh keadan
perekonomian yang secara keseluruhan tidak memungkinkan mempertahankan kegiatan
ekonominya karena akibat bertambahnya secara terus-menerus stock barang pada
produsen sehingga melebihi permintaan, maka para produsen akan mengurangi
produksinya, sehingga akan terjadi pengurangan tenaga kerja. Pengurangan tenaga kerja
ini bukan karena kekurangan keahlian, kesanggupan dan pengalaman tenaga-tenaga kerja
tersebut.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
36
Jenis-jenis pengangguran diatas dapat juga dikatakan pengangguuran mutlak, yaitu
penganggur-penganggur tersebut tidak melakukan sesuatu kerja untuk mencari nafkah apapun
pada waktu mereka tergolong sebagai penganggur atau dalam keadan menganggur. Jadi
penganggur-penganggur itu dapat dilihat dengan nyata. Pengangguran seperti ini juga
dinamakan pengangguran terbuka.
Dalam suatu perekonomian dapat juga terjadi bahwa segolongan pekerja melakukan
pekerjaan untuk memperoleh pendapatan, tetapi pekerjaan-pekerjaan itu:
- tidak akan menambah tingkat produksi yang akan dicapai
- dilakukan dalam masa singkat sehingga jam kerja mereka adalah jauh
lebih sedikit dari jam kerja semestinya.
Apabila corak pekerjaan yang dikerjakan tenaga kerja dalam perekonomian itu
mempunyai salah satu sipit diatas, maka mereka dapat dipandang sebagai penganggur.
Pengangguran seperti ini dapat terjadi di negara-negara berkembang yang kegiatan
ekonominya tertumpu pada sector pertanian.
Apabila dalam suatu kegiatan ekonommi tenaga kerja sangat berlebihan, sehingga
walaupun sebagian tenaga kerjanya dipindahkan ke sector lain tetapi produksi dalam kegiatan
itu tidak berkurang, maka dalam kegitan tersebut telah berlaku suatu jenis pengangguran, yang
dinamakan penganggur tersembunyi atau penganggur tak kentara.
Bentuk pengangguran lain yang sering terjadi di sector pertanian di negara-negara
berkembang adalah pengangguran musiman, artinya pengangguran yang terjadi pada masa-
masa tertentu didalam satu tahun. Biasanya pengangguran seperti itu terjadi pada masa-masa
dimana kegiatan bercorak tanam sedang menurun kegiatannya, berarti pengangguran ini
sifatnya sementara dan berlaku pada waktu-waktu tertentu.
Dengan tekanan penduduk di sector pertanian di negara-negara berkembang, telah
menimbulkan mengalirnya penduduk dari desa-desa ke kota. Penduduk yang berhijrah ini
belum tentu dapat pekerjaan di kota. Ada diantara mereka yang menganggur dan ada juga
yang memperoleh pekerjaan dan bekerja secara penuh. Disamping itu ada juga yang bekerja
tetapi jam kerjanya jauh lebih rendah dari jam kerja seharusnya (7 jam sehari). Tenaga kerja
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
37
yang bekerja dalam jumlah jam kerja yang terbatas tersebut dapat dianggap sebagai
sepenuhnya bekerja dengan jumlah jam kerja yang terbatas. Pengangguran tenaga kerja yang
bersifat demikian dinamakan setengah menganggur.
Akibat-akibat buruk yang diakibatkan pengangguran
Akibat-akibat buruk dari pengangguran, yaitu:
1. Ongkos ekonomi , artinya apabila ada pengangguran maka tingkat pendapatan nasional
yang sebenarnya adalah lebih rendah daripada pendapatan nasional potensil, berarti
tingkat kemakmuran yang dinikmati masyarakat lebih rendah daripada tingkat
kemakmuran yang mungkin dicapainya. Makin tinggi pengangguran, makin besar
perbedaan antara tingkat pendapatan nasional sebenarnya dengan tingkat pendapatan
nasional yang potensil. Akibat buruk dari pengangguran ini dinamakan sebagai ongkos
ekonommi dari pengangguran.
2. Ongkos social , artinya pengangguran menimbulkan beberapa keburukan social.
Seseorang yang menganggur dapat menyebabkan kehilangan kepercayaan pada diri
sendiri, keterampilan, dan menimbulkan masalah kriminal dsb.
I N F L A SI
Salah satu peristiwa ekonomi yang sangat penting di semmua negara adalah inflasi.
Inflasi merup[akan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian para
pemikir ekonomi.
Masalah inflasi dalam arti luas bukan semata-mata masalah ekonomi tetapi masalah
sosio-ekonomi-politik. Misalnya, pemerintah mencetak uang terus menerus yang akan
menimbulkan inflasi tetapi tindakan ini demi untuk operasi keamanan. Pada azasnya inflasi
merupakan gejala ekonomi yang berupa naiknya tingkat harga. Pada azasnya inflasi
merupakan gejala ekonomi yang berupa naiknya tingkat harga. Jadi inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga yang meningkat secara umum dan terus menerus.
Inflasi dapat digolongkan:
1. Didasarkan atas parah atau tidaknya inflasi tersebut.
2. Didasarkan sebab musabab awal dari inflasi tersebut.
3. Berdasarkan asal inflasi tersebut.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
38
Ad 1. Asal dasar parah tidaknya inflasi dapat dibedakan antara lain:
a. Inflasi ringan (dibawah 10% tahun)
b. Inflasi sedang (antara 10% - 30% tahun)
c. Inflasi berat (antara 30% - 100% tahun)
d. Hiper inflasi (diatas 100% /tahun)
Ad 2. Atas dasar sebab musabab awal dari inflasi tersebut dapat dibedakan:
a. Demand Inflation , yaitu inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan
Berbagai barang terlalu kuat.
b. Cost Inflation , yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi.
c. Mixed inflation , yaitu inflasi yang mempunyai unsure baik demandinflation
maupun cost inflation, yang disebabkan adanya tarikan permintaan dan dorongan
biaya.
d. Botleneck Inflation , yaitu inflasi yang diakibatkan oleh berubahnya struktur
permintaan.
Ad 3. atas dasar “asal inflasi” yang dapat dibedakan
a. Domestic Inflation, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri, yang timbul
Karena defisit anggaran belanja, yang timbul karena defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan pencetakan uang baru.
b. Imported Inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri, yang timbul
dikarenakan kenaikan harga di luar negeri, masuk ke dalam negeri melalui barang-
barang import.
Jadi yang menimbulkan/menyebabkan inflasi antara lain:
- Permintaan masyarakat tewrhadap barang yang meningkat.
- Harga sarana produksi yang meningkat
- Defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang
Ada beberapa teori mengenai inflasi, tetapi secara garis besarnya ada 3 kelompok teori,
yaitu:
1. Teori Kuantitas, yaitu teori yang menyoroti peranan dalam
proses inflasi dari jumlah uang yang beredar dan mengenai kenaikan harga-harga. Inti
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
39
dari teori ini adalah, inflasi isa hanya terjadi kalau ada penambahan volume uang yang
beredar dan laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan
masyarakat mengharapkan harga-harga akan naik.
2. Teori Keynes, teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin
hidup diluar batas kemampuannya.
3. Teori Strukturalis adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan pada pengalaman di
negara-negara amerika latin.
Teori ini memberi tekanan pada ketegangan dan struktur perekonomian negara-negara
yang sedang berkembang.
Tindakan-tindakan yang dapat diambil untuk menanggulangi inflasi adalah, kita harus
mengetahui sebab sebabnya dan gejala inflasi, sebelum kita menentukan cara untuk
mengatasinya.
Misalnya:
1. Bila inflasi terjadi karena surplus effective demand, dimana:
- Demand lebih besar daripada supply
- Investasi lebih besar daripada tabungan
- Jumlah pengeluaran-pengeluaran lebih besar daripada pemasukan.
Cara penanggulangannya:
Apabila permintaan lebih besar daripada penawaran maka permintaan diperkecil de
ngan memperkecil pendapatan, misalnya dengan cara-cara:
- Intensifikasi pajak pendapatan, terutama perorangan
- Mempercepat peningkatan supply barang
- Menghambat investasi jangka lama dengan mempersulit persyaratan kre
dit investasi.
- dan sebagainya.
2. Inflasi terjadi karena surplus export, tindakan ini dapat diambil:
- Export dapat dipersulit dengan menaikan bea export, mencabut
subsidi/premi export, mempersulit pembayaran.
- Mempersulit produser dan persyaratan kredit export dan sebaliknya,
mempermudah prosedur untuk import.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
40
PERTUMBUHAN EKONOMI
Penggunaan istilah “pertumbuhan ekonomi” dalam tulisan-tulisan ekonomi
mengandung pengertian bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output
perkapita dalam jangka panjang.
Dalam pengertian ini ada tiga aspek penekanan yaitu:
1. Proses
2. Output perkapita
3. Jangka panjang
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu
saat. Disini kita meihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Jadi tekanannya pada
perubahan (perkembangan) itu sendiri
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan “output” perkapita, jadi ada sua sisi
yang perlu diperhatikan, yaitu:
- sisi output total (GDP)
- sisi jumlah penduduk
Output perkapita adalah output total (GDP) dibagi jumlah penduduk, Jadi proses
kenaikan output perkapita harus dianalisa apa yang terjadi dengan output total dan jumlah
penduduk. Dalam hal ini suatu pertumbuhan ekonomi harus dapat menjelaskan apa yang
terjadi dengan GDP total dan apa yang terjadi dengan jumlah penduduk.
Aspek yang ketiga adalah perspektif waktu jangka panjang. Kenaikan output perkapita
selama satu atau dua tahun, yang kemudian diikuti dengan output perkapita bukan
pertumbuhan ekonomi.
Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang cukup lama (10, 20
atau 30 tahun), atau lebih lama lagi mengalami kenaikan output perkapita.
Proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-generation, artinya proses
pertumbuhan itu menciptakan kekuatan atau “momentum” bagi kelanjutan pertumbuhan
dalam periode selanjutnya.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
41
Penjelasan mengenai factor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang, dan bagaimana factor-faktor tersebut berinteraksi sehingga tyerjadi
proses pertumbuhan adalah definisi dari teori pertumbuhan ekonomi. Jadi teori pertumbuhan
ekonomi adalah suatu “cerita” (yang logis) mengenai bagaimana proses pertumbuhan terjadi.
Suatu hal yang perlu kita ketahui bahwa dalam ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu
teori pertumbuhan ekonomi, tetapi terdapat banyak teori pertumbuhan eonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bidang yang telah lama dibahas oleh ahli-
ahli ekonomi. Misalnya, Adam Smith dengan bukunya yang terkenal yaitu “The Wealth of
Nations”, pada hakekatnya adalah suatu analisa mengenai sebab-sebab berlakunya
pertumbuhan ekonomi dan factor-faktor yang menentukan pertumbuhan tersebut. Sesudah
masa tersebut beberapa ahli ekonomi klasik lainnya terutama David Ricardo dan John stuart
Mill juga memberikan perhatian kepada masalah pertumbuhan ekonomi. Pada pertumbuhan
abad ini Joseph Scumpeter menjadi sangat terkenal karena bukunya yang menganalisa
mengenai pertumbuhan ekonomi, yaitu “The Theory of Economic development”. Sesudah itu
teori Harrod-domar da teori Neo-Klasik mengenai pertumbuhan ekonomi telah memperkaya
analisa hal ini.
Teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi klasik dan
Schumpeter menerangkan tentang peranan sumber manusia dalam pertumbuhan. Didalam
teori klasik ditunjukan bagaimana perkembangan penduduk akan mempengaruhi corak proses
pertumbuhan. Sedangkan dalam teori Schumpeter ditunjukan peranan golongan pengusaha
dalam menciptakan pertumbuhan.
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat factor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah stock barang-barang modal, luas tanah
dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan.
Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi dapat ditunjukan
dalam gambar berikut ini.
Berdasarkan pada sifat-sifat PN, PM, dan PR pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan
dalam empat tahap, yaitu:
Tahap pertama penduduk masih kekurangan, maka pertumbuhan penduduk akan
menambah produksi marginal, akibatbya pendapatan perkapita menjadi lebih tinggi.
Tahap kedua tidak terdapat lagi kekurangan penduduk, dan pada tahap ini hokum hasil
lebih yang semakin berkurang (The low of diminishing return) mulai berlaku, maka kurva PM
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
42
mulai menurun. Tetapi pada tahap ini produksi marginal masih lebih tinggi dari pendapatan
perkapita, yang ditunjukan oleh kurva PR.
Tahap ketiga, produksi marginal lebih rendah dari pendapatan perkapita, oleh
karenanya dalam tahap ketiga pendapatan perkapita (PR) menurun. Ini berarti batas diantara
tahap tiga dan tahap empat merupakan tingkat pertumbuhan dimana pendapatan perkapita
mencapai tingkat yang tinggi.
Tahap keempat penduduk sudah terlalu berlebihan sehingga produksi marginal telah
menjadi negatif. Dan pendapatan nasional akan bertambah rendah apabila penduduk
bertambah. Keadaan ini mengakibatkan pendapatan perkapita mengalami kemerosotan yang
lebih cepat lagi
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
43
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN
Bab II PANDANAGN TEORI EKONOMI MAKRO
Bab III TINGKAT PENDAPATAN – KONSUMSI - TABUNGAN
Bab IV PEREKONOMIAN DUA, TIGA DAN EMPAT SEKTOR
Bab V MASALAH-MASALAH POKOK DALAM EKONOMI MAKRO
Bab VI ANALISA IS - LM
Bab VII TEORI INFLASI
Daftar pustaka
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
44
YANG MENENTUKAN INVESTASI (I) : TINGKAT BUNGA DAN MARGINAL EFFICIENCY OF CAPITALInvestasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen untuk pembelian barang/jasa untuk tujuan investasi, seperti untuk penambahan stock di gudang atau perluasan pabrik. Sektor produsen berbeda dengan sektor rumah tangga dalam pembelian yaitu : a) macam/tujuan pengeluaran b) kemungkinan-kemungkinan yang terbuka untuk pembiayaan pengeluaran tersebut.Produsen dalam membeli barang bertujuan untuk investasi dengan harapan akan menghasilkan keuntungan, jadi pertimbangan perusahaan untuk membeli atau tidak adalah pada harapan keuntungan tersebut, dan ini berbeda dengan rumah tangga yang membeli barang/jasa atas dasar kebutuhannya. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa :
a. Perusahaan mempunyai kesempatan lebih besar untuk menggunakan dana yang lebih besar dari pada yang dimilikinya. Dalam hal ini bisa menggunakan pinjaman dana dari pihak lain atau dalam pasar uang sehingga akan menentukan volume dana yang dipinjamkan dan tingkat bunga atau harga dari dana tersebut.
b. Faktor harapan keuntungan sangat menentukan. Hal ini biasanya ada dua dimensi pertimbangan :1) dimensi yang menunjukkan berapa besar keuntungan yang akan
diperoleh untuk setiap rupiah yang ditanamkan. (keuntungan kotor/tahun).
2) Dimensi waktu yang menunjukkan berapa lama aliran keuntungan itu berlangsung.
Dengan demikian untuk menentukan keputusan investasi tergantung pada perbandingan antara besarnya keuntungan yang diharapkan dengan biaya penggunaan dana atau tingkat bunga yang berlaku.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
45
Contoh:Kita ingin membeli Truck Rp. 1.000.000,- yang bisa menghasilkan keuntungan kotor Rp. 500.000,-/tahun (50%/tahun). Artinya setiap rupiah yang diinvestasikan dapat menghasilkan ½ rupiah keuntungan sampai 10 tahun.Kalau seandainya tingkat bunga yang berlaku adalah 2%/bulan dan 24%/tahun, maka investasi tersebut menguntungkan, ( 50% - 24% = 26%/tahun selama 10 tahun). Tapi apabila tingkat bunga di pasar 5%/bulan atau 60%/tahun, maka investasi itu tidak bisa dilakukan, karena mengalami kerugian netto sebesar 10% setiap tahunnya ( 50% - 60% = -10% ).
Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut Marginal Efficiency of Capital ( MEC ):
Bila MEC > tingkat bunga : investasi dilaksanakan Bila MEC < tingkat bunga : investasi tidak dilaksanakan Bila MEC = tingkat bunga : investasi bisa dilaksanakan dan bisa tidak.
Tiga hal yang penting mengenai fungsi investasi :1. Fungsi tersebut mempunyai slope yang negatif, artinya semakin rendah
tingkat bunga semakin besar tingkat investasi.2. Fungsi investasi ini posisinya sangat labil, karena tergantung pada MEC.3. Tersedianya dana investasi.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
46
BAB IIPANDANGAN
TEORI EKONOMI MAKRO
TEORI MAKRO KLASIK
Kaum klasik adalah orang yang percaya akan keampuhan sistem perekonomian yang
“liberal”. Secara idiologis mereka percaya bahwa sistem LAISSEZ FAIRE atau sistem dimana
setiap orang betul-betul bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi apa pun (dalam batas-batas
hukum yang berlaku) bisa mencapai kesejahteraan masyarakat secara otomatis. Sistem bebas
berusaha, dimana campur tangan pemerintah adalah minimal, dapat menjamin :
a. Tingkat kegiatan ekonomi nasional yang optimal (full employment level of activity).
b. Alokasi sumber-sumber alam dan faktor-faktor produksi lain diantara berbagai macam
kegiatan ekonomi secara efisien.
Menurut kaum Klasik, peranan pemerintah harus dibatasi seminimal mungkin, sebab
apa yang bisa dikerjakan oleh pemerintah, bisa dikerjakan pula oleh swasta secara lebih
efisien. Kegiatan pemerintah pada kegiatan yang pihak swasta betul-betul tidak bisa
melakukannya secara efisien seperti, bidang pertahanan, hukum dan juga pendidikan.
Esensi teori makro kaum Klasik bahwa suatu perekonomian laissez faire mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan tingkat kegiatan ekonomi yang “full employment” secara
otomatis (self regulating).
PASAR BARANG
Menurut kaum Klasik, di pasar barang tidak mungkin terjadi kelebihan atau
kekurangan produksi untuk jangka waktu yang lama, kalau memeng ada, maka mekanisme
pasar akan secara otomatis mendorong kembali perekonomian tersebut pada posisi dimana
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
47
tingkat produksi total masyarakat akan memenuhi kebutuhan total masyarakat secara “tepat”
(full employment level of activity). Landasan pendapat tersebut adalah :
a. Hukum Say (Say’s Law) : bahwa setiap barang yang diproduksikan selalu ada yang
membutuhkannya/memintanya (Supply creates its own demand).
b. Harga-harga dari hampir semua barang-barang dan jasa-jasa adalah fleksibel, yaitu
bisa dengan mudah berubah (naik/turun) sesuai dengan tarik-menarik antara penawaran
dan permintaannta.
Dasar dari pada Hukum Say yang menyatakan “Supply creates its own demand” yaitu:
a. Menghasilkan barang/jasa sebagai hasil produksi
b. Memberikan penghasilan kepada pemilik faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
proses produksi, yang jumlahnya senilai dengan nilai dari hasil produksi.
PASAR UANG
Dalam hal ini, kaum Klasik mempunyai suatu teori yang cukup terkenal yang
dinamakan TEORI KUANTITAS. Teori ini adalah tentang permintaan akan uang. Yang
menyatakan bahwa : masyarakat memerlukan uang tunai untuk keperluan transaksi tukar-
menukar mereka.
Menurut kaum Klasik, karena uang tidak bisa menghasilkan apa-apa kecuali
mempermudah transaksi, maka uang akan diminta oleh masyarakat sejumlah yang tidak lebih
dari apa yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk membiayai proses transaksi mereka. Jadi
semakin banyak transaksi yang dilakukan, semakin banyak uang tunai yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
Dan volume transaksi ini tergantung paa dua hal, yaitu :
Volume barang/jasa yang diproduksikan oleh masyarakat (yang diukur pada GDP riil atau
GDP pada harga konstan)
Tingkat harga umum.
Semakin besar GDP semakin banyak transaksi yang diharapkan untuk dilakukan oleh
masyarakat, dan semakin tinggi harga-harga barang sehingga semakin besar uang tunai yang
dibutuhkan untuk menutup setiap transaksi.
Maka mekanisme pasar uang dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut :
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
48
Ms = Penawaran akan uang = ditentukan oleh kebijaksanaan moneter Md = Permintaan akan uangk = suatu konstantaQ = GDP dengan harga konstanP = tingkat harga umum (rata-rata)
Menurut kaum klasik, k tidak berubah dalam jangka pendek dan ditentukan oleh
faktor-faktor kelembagaan seperti, pembayaran gaji ( harian, bulanan dll) Dan Q atau GDP
riil ditentukan di pasar barang dan tingkat Q yang normal adalah pada tingkat full
employment.
PASAR TENAGA KERJA
Kaum Klasik menganggap bahwa pasar tenaga kerja tidak ada bedanya dengan pasar
barang lainnya, bila harga dari tenaga kerja (upah) cukup fleksibel maka permintaan akan
tenaga kerja selalu seimbang dengan penawaran akan tenaga kerja.
Jadi tidak ada kemungkinan timbulnya pengangguran sukarela. Artinya pada tingkat
upah riil yang berlaku di pasar tenaga kerja semua orang yang bersedia untuk bekerja pada
tingkat upah tersebut memperoleh pekerjaan, dan mereka yang menganggur, hanyalah yang
tidak bersedia bekerja pada tingkat upah yang berlaku , jadi mereka aalah penganggur yang
sukarela.( ini bersifat sementara)
Dalam garafik dibawah ini adalah proses terjadinya tarik-menarik penawaran dan
permintaan di pasar tenaga kerja.
Tingkat Upah
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
49
Ms = Md = kPQMd = kPQ
S
D1
W1
D2
F
Nu NfO
W2
Orang yang bekerja
PASAR LUAR NEGERI
Pandangan kaum Klasik, bahwa di pasar dunia pun selalu bisa mengoreksi ketidakseimbangan secara
otomatis. Dasar teori mereka adalah bahwa suatu perekonomian nasional tidak perlu merepotkan diri untuk
menyeimbangkan nerca perdagangan mereka dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus, asal saja pemerintah
mau memakai salah satu dari sistem pembayaran luar negeri yaitu :
a. SISTEM STANDAR EMAS yaitu sistem dimana uang dalam negeri (rupiah) dijamin penuh dengan emas.
Artinya setiap satuan uang (satu rupiah) selalu bisa ditukarkan dengan emas murni seberat x gram pada
Bank Sentral.
b. STANDAR KERTAS dan KURS DEVISA YANG FLEKSIBEL . Dalam sistem ini kita boleh mempunyai
sistem keuangan dalam negeri yang mengikuti “standar kertas” yaitu menggunakan uang kertas yang tidak
dijamin dengan emas (seperti uang rupiah kita), tetapi disamping itu kita juga menganut sistem kurs devisa
yang “mengambang”: {bahwa kita (pemerintah) tidak menentukan kurs atau paritas (perbandingan
pertukaran) antara satu rupiah dengan dollar atau mata uang asing lainnya, kurs rupiah terhadap mata
uang asing dibiarkan untuk naik turun secara bebas sesuai dengan tarik-menarik kekuatan pasar devisa}.
Mekanisme Hume : bahwa harga di dalam negeri mengalami penurunan dan harga di luar negeri
cenderung naik karena bertambahnya uang emas yang beredar di luar negeri dengan adanya pengiriman emas
dari dalam negeri ke luar negeri, yang akhirnya membuat neraca perdagangan kita ke arah keseimbangan lagi.
KOMENTAR TEORI KLASIK
Dalam teori Klasik terkandung keyakinan bahwa masing-masing pasar ( baik makro maupun mikro
) yang bersama-sama membentuk suatu perekonomian yang memiliki daya mengatur diri sendiri (self regulating)
menuju keseimbangannya.
Kaum Klasik menyetujui dua macam campur tangan pemerintah :
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
50
1. Pada tingkat Mikro : menyangkut pengaturan-pengaturan atas industri-industri yang bersifat monopoli dan
penghapusan hambatan-hambatan kelembagaan yang menghalangi fleksbilitas harga-harga untuk turun/naik
sesuai dengan tarik-menarik penawaran dan permintaan pasar.
2. Pada tingkat Makro : tindakan pengaturan terhadap jumlah uang yang beredar (Ms) sehingga tercapai
kestabilan tingkat harga umum ( menjaga agar tidak timbul inflasi ). Namun inipun hanya bagi negara yang
menganut sistem standar kertas, bukan yang menganut sistem standar emas.
TEORI MAKRO KEYNES
Keynes berpendapat bahwa orang harus meninggalkan ideologi laissez faire atau sistem liberal yang
murni untuk mengoreksi diri sendiri ( self regulating ) yaitu untuk kembali pada tingkat “full employment” secara
otomatis yang terkandung dalam pemikiran kaum klasik, karena “full employment” hanya bisa dicapai dengan
tindakan-tindakan terencana. Dan pemerintah harus melakukan banyak campur tangan yang aktif dan sadar dalam
mengendalikan perekonomian nasional. Inilah inti dari ideologi Keynesianisme.
PASAR BARANG
Kemungkinan Kelebihan Produksi.
Keynes menolak Hukum Say, menurut Keynes kelebihan produksi secara umum bisa terjadi, apabila
permintaan masyarakat akan barang/jasa tidak cukup kuat. Demand yang ada tidak cukup untuk menyerap supply
yang ditawarkan. Tetapi daya beli yang dimiliki oleh masyarakat tidak selalu harus sama dengan daya beli yang
betul-betul dibelanjakan oleh masyarakat di pasar barang.
Sebagian dari daya beli itu mungkin betul-betul diterjemahkan menjadi Permintaan Efektif di pasar
barang, tetapi sebagian lagi daya beli tersebut mungkin akan ditabung oleh masyarakat.
Apa yang terjadi bila tidak semua barang yang diproduksikan dalam suatu periode bisa terbeli ? Ada dua
akibat yang bisa terjadi bila barang-barang tersebut tidak terbeli:
1) Para produsen akan mengurangi produksinya untuk periode berikutnya. ( GDP akan turun pada
periode berikutnya)
2) Harga-harga barang akan turun.
Kemungkinan Kekurangan Produksi
Secara umum hal tersebut bisa terjadi, kalau para produsen misalnya memutuskan untuk melakukan
investasi dalam jumlah yang lebih besar dari pada daya beli yang ditabung masyarakat, maka permintaan efektif
di pasar barang terlalu besar dibanding dengan nilai output yang tersedia di pasar.
Yang perlu diingat adalah bahwa permintaan efektif ( permintaan agregat) sangat tergantung pada
keputusan para konsumen mengenai besar pengeluaran konsumsinya dan keputusan para produsen mengenai
besarnya investasi yang mereka ingin laksanakan dalam periode tersebut.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
51
PERMINTAAN AGREGAT DAN PENGELUARAN AGREGAT
Kita anggap saja bahwa perekonomian kita adalah perekonomian tertutup (yaitu tidak melakukan
transaksi dengan luar negeri). Permintaan agregat (aggregat demand) atau (dalam perekonomian tertutup) sama
saja dengan pengeluaran agregat (aggregat expenditure) dari masyarakat secara keseluruhan, yang terdiri :
a. Permintaan efektif dari rumah tangga akan barang-barang konsumsi ( C )
b. Permintaan efektif dari produsen untuk investasi ( I )
c. Permintaan efektif dari pemerintah ( G )
YANG MENENTUKAN C : PROPENSITY TO CONSUME ( c ) DAN PROPENSITY TO SAVE ( s )
Dalam proses produksi menghasilkan pendapatan dalam masyarakat, dan pendapatan menimbulkan
permintaan efektif dalam pasar barang, selanjutnya tidak semunya menjadi permintaan efektif karena sebagian
akan ditabung.
Biasanya untuk negara yang tingkat penghasilannya tinggi, prosentase yang ditabung semakin tinggi
( ex. 30 % - 40% ) dan yang digunakan untuk konsumsi (permintaan efektif ) antara 60% - 70%. Sedangkan di
negara yang tingkat penghasilan masyarakatnya relatif rendah, maka tingkat konsumsinya lebih tinggi dari pada
yang ditabung. Prosentase konsumsi antara ( 90% - 95% ) dan untuk tabungan ( 5% - 10%).
Persentase ini disebut dengan istilah propensity to save (s: kecenderungan untuk menabung) dan
propensity to consume (c : kecenderungan untuk berkonsumsi).
Maka dapat dituliskan dalam persamaan berikut :
Fungsi Konsumsi = Funsi Tabungan =
Bentuk lain dari fungsi konsumsi = atau
(fungsi konsumsi jangka pendek) Persamaan Liniera = Tingkat pengeluaran konsumsi minimalc = MPC = APC
MPC = Marginal propensity to consume = perubahan pengeluaran konsumsi
yang disebabkan perubahan tingkat pendapatan.
APC = Average propensity to consume = proporsi dari penghasilan yang
Dibelanjakan untuk konsumsi
Yang perlu diingat mengenai fungsi konsumsi ini, adalah bahwa MPC seharusnya mempunyai nilai ( 0 dan 1 )
jadi tidak bisa lebih besar dari 1 atau negatif, karena tidak logis.
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
52
Z = C + I + G
S = sY C = cY
C + S = cY + sY = (c + s)Y = Y c + s = 1
C = a + cY
MPC = = c
C Y
APC = = = + c C
YCa + cY Y
aY
C = a + bY
________________________ekon.makro.stie.ak.file.’03
53