M E M A K N A I M I S I D I E R A N E W N O R M A L(Part 2: KARAKTER dan PRAKSIS)

● Materi oleh Pdt. Erick Sudharma, M.Th. [Slide 2]● Tanggapan Karakter oleh Pdt. Alex Nanlohy, S. Sos, MA. [Slide 7]● Tanggapan Praksis oleh Bpk Handoko Ngadiman, M.A., M.D.M. [Slide 26]● Jawaban Pertanyaan oleh Narasumber [Slide 35]● Informasi & Webinar Selanjutnya [Slide 44]

Memaknai Misi di Era New NormalKarakter & Praksis

Diksi “New Normal” sendiri, karena dianggap kurang tepat & dapat menimbulkan salah pengertian di tengah masyarakat, telah direvisi oleh pemerintah menjadi “Adaptasi Kebiasaan Baru.”

Jelas bahwa yang ditekankan bukan situasinya, tapi perilakunya. Perilaku masyarakat harus disesuaikan dengan situasi yang terjadi. Agar dapat tetap bekerja, belajar, dan beraktivitas dengan produktif di tengah ancaman pandemi, setiap orang harus memiliki perilaku yang bisa membatasi atau mencegah penyebaran Covid-19.

Misi● Penghayatan Gereja terhadap misi

dinyatakan dengan ungkapan missio Dei (= misi Allah). Artinya, misi adalah agenda dan karya Allah bagi dunia.

● Jika Injil kita pahami sebagai kabar baik (Yun. euangelion) tentang karya kuasa Allah yang membebaskan manusia dan sekalian ciptaan dari segala kekuatan yang menindas (Rm 1:16; Mrk 16:15), maka Injil bukan saja bagian dari missio Dei, tapi juga adalah undangan ke dalam missio Dei.

Karakter• Dengan makna itu, karakter Kristen seperti

apa yang dinyatakan? Karakter sebagai penjaga bagi sesama manusia, seperti sabda Tuhan dalam Yehezkiel 33:7-11!

• Konteks sabda Tuhan adalah realitas kejahatan di tengah umat-Nya. Tertulis di ayat 8: “Kalau Aku (TUHAN) berfirman kepada orang jahat….” “Orang jahat” yang dimaksud adalah bagian dari kaum Israel, umat Tuhan, yang menjadi alamat pesan nabi.

● Pengetahuan sebanding dengan kepercayaan dan tanggung jawab. Sejauh mana kita mengetahui seluk-beluk perihal ancaman pandemi dan ekonomi, sejauh itu kepercayaan dan tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada kita (Luk 12:48)

Bagaimana meneladankan dan membangun rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan sesama di tengah ancaman pandemi dan ekonomi?

2 Prinsip Utama

● Apa pun yang kita lakukan harus mengemban nilai-nilai Kerajaan Allah, yaitu kasih, kebenaran, keadilan, perdamaian, & keutuhan ciptaan.

Praktik● Upaya mencerdaskan jemaat dan masyarakat perihal seluk-beluk ancaman pandemi dan ekonomi

serta tanggung jawab bersama untuk mengatasinya, demi membimbing mereka kepada pertobatan dan pembaruan hidup

● Upaya menerapkan dan membudayakan protokol kesehatan, baik di tengah keluarga, lingkungan tempat tinggal, tempat kerja, sekolah, pergaulan, ruang publik, maupun di lingkungan gereja

● Mengerjakan proyek-proyek kemanusiaan di tengah gereja & masyarakat yang bersifat karitatif (menyantuni), reformatif (menyejahterakan), dan transformatif (memberdayakan).

● Bekerja sama dengan atau mendukung upaya-upaya dari berbagai pihak yang beritikad baik untuk meningkatkan pemerataan & kualitas pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pembangunan ekonomi rakyat kecil.

● Bekerja sama dengan atau mendukung upaya-upaya dari berbagai pihak yang beritikad baik untuk merestorasi dan meruwat alam (lih. ulasan dengan tema Covid-19: Ilahi atau Alami? di https://youtu.be/y4C-HPPvLYQ)

Akhir Kata

Salah satu pepatah Kristen popular berbunyi: Do your best and God will do the rest (= kerjakan yang terbaik & Allah akan mengerjakan sisanya). Kendati sangat motivasional, kalimat itu tidak tepat.

Yang tepat adalah seperti yang Rasul Paulus katakan, “… Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm 8:28).

Artinya, do the rest (because) God does the best.

Selamat menunaikan tugas kenabian!

Memaknai Misi di Era New Normal(Tanggapan Karakter)

@alexnanlohy74

Matius 9: 36-38

“Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”

Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.“

PelayananMediaDigital

LiteraturPerkantas

Task Force Covid-19 PerkantasSeptember 2020

Mengapa Tim Ini Ada?

TujuanTerpanggil untuk mengisi gap peran-peran yang dibutuhkan di lapangan dalam meresponi pandemi Covid-19 di Indonesia.

Penerima Layanan

• Kasus suspek, probable, dan terkonfirmasi Covid-19 dengan gejala ringan yang dilayani oleh Perkantas dan sepelayanan;

• Tenaga medis jejaring Perkantas yang ada di garda depan terkait Covid-19.

Bentuk dukungan

• Melakukan dukungan untuk surveilans kontak;

• Memfasilitasi layanan kesehatan yang dibutuhkan kasus suspek atau terkonfirmasi Covid-19;

• Dukungan penyediaan masker, hand sanitizer, dan kebutuhan logistik lainnya yang terkait Covid-19.

Div. Case Management Divisi Case Management berperan memastikan layanan diagnostik, pengambilan swab test untuk case dan kontak erat serta memastikan layanan rawat inap/safe house bagi confirmed case dan suspek.

Ada 8 kasus terkonfirmasi Covid-19 yang telah difasilitasi oleh Tim Task Force baik dalam distribusi APD, dukungan di fasilitas kesehatan termasuk tes laboratorium.

Seluruh pasien kini tengah dalam proses pemulihan dan boleh melanjutkan perawatan di rumah. Divisi Case Management terus mendampingi serta mengingatkan untuk menerapkan protokol new normal.

Divisi Surveillance bertugas melakukan contact tracing terhadap kontak dari kasus suspek/terkonfirmasi Covid-19 serta melakukan pantauan harian gejala yang muncul terhadap kontak.

Seiring sistem contact tracing yang dilakukan pemerintah sudah lebih baik, Divisi Surveillance beralih fungsi menjadi Divisi Media dan Komunikasi yang bertugas melakukan edukasi publik berupa penyelenggaraan webinar bagi tenaga kesehatan, webinar bagi masyarakat awam, serta kampanye penggunaan masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.

Div. Surveillance / Media dan Komunikasi

PerkantasIndonesia

Div. Mental Health

Sebagai pengembangan dari jangkauan tugas Task Force, Divisi Mental Health berupaya untuk menyediakan dukungan layanan Kesehatan mental baik bagi tenaga medis maupun masyarakat awam.

Div. Mental Health juga menyelenggarakan webinar dan membuka layanan telekonseling gratis oleh tenaga professional.

Div. Logistik

Divisi Logistik berperan meyediakan masker, handsanitizer, dan kebutuhan logistik lainnya kepada tenaga medis jejaring Perkantas dan rekan sepelayanan.

Hingga 4 September 2020, Task Force telah mendistribusikan APD kepada 60 paket institusi dan 504 paket individu kepada jejaring Perkantas di seluruh penjuru Tanah Air

What’s Next?

• Task Force akan melanjutkan dukungan APD yang sesuai standard Covid-19 terhadap tenaga medis yang berada di garda terdepan, di tengah terus semakin meningkatnya bed occupancy rate (BOR) rumah sakit rujukan Covid-19 dan fasilitas kesehatan lainnya di Indonesia.

• Kampanye #YukPakaiMasker #YukJadiBerkat lewat MedSos akan terus dilanjutkan sampai tanggal 20 September 2020, dan berharap meberikan dampak yang berkesinambungan sampai berakhirnya pandemi ini.

• Sementara itu pelayanan kesehatan mental juga akan semakin digencarkan untuk memberikan layanan yang memang dibutuhkan ditengah semakin meningkatnya angka depresi dan kecemasan saat meningkatnya kasus akhir-akhir ini.

Kampanye #YukPakaiMasker #YukJadiBerkat

Kampanye #YukPakaiMasker #YukJadiBerkat

Melibatkan diri dalam pergumulan yang ada

(gereja/persekutuan perlu memberi / membuka ruang keterlibatan bagi kaum muda)

Memaknai misi di era New normal(Tanggapan Praksis)

gereja di tengah masyarakat &

pandemi

Narasumber utama sampaikan: ● “MISI dimaknai sebagai GERAKAN ORANG

PERCAYA di tengah masyarakat & bersama masyarakat untuk membangun rasa tanggungjawab terhadap diri sendiri dan sesama.”

● “Mengerjakan proyek-proyek kemanusiaan di tengah gereja & masyarakat yang sifatnya karikatif (menyantuni), reformatif (menyejahterakan), & TRANSFORMATIF (memberdayakan).

● BEKERJASAMA dengan atau mendukung upaya-upaya dari berbagai pihak yang beritikat baik untuk meningkatkan pemerataan & kualitas pelayanan kesehatan, Pendidikan, & pembangunan ekonomi rakyat kecil.

▪ Gereja ekspresi Kerajaan Allah di tengah komunitas & Krisis.

▪ Gereja sudah ada sebelum krisis, dan akan tetap ada sesudah krisis dengan semua keberhasilan dan kegagalannya.

▪ Gereja sudah mempunyai sumber-sumber lokal.

▪ Pembelajaran dari bencana tentang peran dan kemitraan dengan gereja.

1. Kehilangan interaksi sosial - Tidak datang ke Sekolah, Pusat Pengembangan Anak-PPA, Gereja.

2. Harus belajar dan mengerjakan tugas sekolah di rumah tanpa dukungan yang memadai.

3. Harus menyesuaikan diri dengan anggota keluarga yang selalu bersama & tinggal serumah dalam kondisi rumah tidak mendukung.

4. Harus membantu orang tua/pengasuh mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, atau harus mengurus diri sendiri di rumah karena orang tua harus tetap bekerja.

5. Resiko kekerasan di dalam keluarga, pelecehan seksual

Kondisi anak-anak prasejahtera di masa pandemic COVID-19

Dampak Negatif pandemic covid-19 pada keluarga prasejahtera1. Kurangnya pendapatan keluarga, (PHK, dagangan tidak laku, pengurangan jam kerja, hasil dijual murah) berdampak pada:

● Kurangnya pemenuhan anak dan kebutuhan keluarga.● Kepanikan (rasa takut) dan stress di dalam keluarga.● Pesimis-Kehilangan pengharapan karena stress tidak

terkontrol.● Kemarahan-Terjadi percekcokan dan kekerasan di dalam

keluarga.2. Orang tua tidak mampu melaksanakan peran “pendidik” dalam keluarga karena pengetahuan terbatas, pulsa/kuota terbatas karena KBM online.

Sumber: Survey Monkey Dampak Pandemic Covid-19 bagi Keluarga dan Anak PPA 11 Mei 2020

Komunikasi dan kampanye Protokol berkaitan dengan COVID-19:● Memakai dan berkreasi dengan

masker, ● Cuci tangan versi WHO, ● Jaga jarak,● Cek suhu badan, ● Tidak ke sekolah & belajar online, ● Berkumpul secara virtual,● Olahraga tanpa kontak fisik.

New Normal & Perubahan

Intervensi bersama Gereja-Pusat Pengembangan Anak-PPA:● Awareness, pencegahan, pendampingan: Bahaya

COVID, cuci tangan, physical distancing, pakai APD, kasus (+, ODP,PDP, OTG).

● Ketahanan pangan keluarga.● Dukungan keluarga: Kunjungan ke rumah anak

dan keluarga Pemantauan jarak jauh - konseling & parenting.

● Solusi belajar & bermain: Penyediaan alat dan materi belajar mengajar di rumah melalui atau tanpa teknologi.

● Dukungan rohani: Materi renungan, berdoa Bersama, Pemuridan keluarga.

● Post COVID: Pemberdayaan ekonomi keluarga, vocational training ke depan.

Kreativitas: Pengharapan & Optimisme

● Kontribusi: Pembuatan masker di PPA untuk remaja yang pernah belajar menjahit.

● Kreasi: Membuat kue/makanan di rumah untuk dijual.

● Kreasi: E-magazine selama masa pandemi.● Kreasi: Membuat poster dalam Bahasa daerah

untuk edukasi ttg COVID-19. ● Berbagi: Kunjungan & pembagian sembako untuk

lansia. ● Menjangkau: Youth forum & radio talk show,

radio/TV komunitas.● Pemuridan: Mulai ibadah & berdoa bersama

keluarga di rumah.

Penutup: ● Gereja dan penginjilan-mission Dei: Pemberdayaan

manusia oleh Allah untuk membebaskan sesamanya dari segala kekuatan yang menindas.

● Pandemi sebagai pengingat, momentum, dan penggerak ke depan.

● Harus bersama-sama sebagai kumpulan orang percaya dan bagian dari Tubuh Kristus dengan gereja lokal sebagai representative Kerajaan Allah di tengah masyarakat.

SESI TANYA-JAWAB(Jawaban dari pertanyaan yang belum dijawab oleh kedua pembicara)

Apa pelajaran-pelajaran berharga dari pandemi Covid-19 soal misi, Kristen, dan gereja di Indonesia?Pdt. Erick:  Seperti yang sudah dijelaskan dalam pemaparan materi, pandemi menegaskan konteks misi Kristen, yaitu lemahnya tanggung jawab manusia terhadap diri sendiri dan sesama.

Pdt. Alex: Bagi saya, krisis makin memurnikan gereja dan umat Tuhan. Kita kembali berpikir lebih mendalam apa saja hal-hal yang penting dalam kekristenan, baik berkaitan dengan ibadah dan misi gereja yang sesungguhnya.

Bpk. Handoko: Kita semua perlu menyadari dan mengakui peran strategis gereja di tengah masyarakat untuk menjadi berkat dan mendemonstrasikan kasih Kristus, dalam hal ini di masa krisis. Gereja perlu diperlengkapi secara holistic dan siap untuk menjadi berkat di jemaat dan di tengah komunitas lokal, karena pandemi ataupun bencana alam tidak dapat diprediksi dengan meningkatnya kebutuhan dari mereka untuk dilayani secara holistik. Kita juga perlu membangun peran serta sukarelawan yang ahli dengan memberikan informasi, akses, dan struktur yang sesuai.

Bagaimana membangun awareness lebih besar tentang paradigma misi utuh di gereja-gereja dan umat Kristen Indonesia?Pdt. Erick: Melalui pengajaran dan pembudayaan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan menggereja.

Pdt. Alex: Gereja (pemimpin dan jemaat) perlu diberikan pemahaman Misi Alkitabiah yang utuh sehingga tidak terjebak dalam dikotomi. Perlunya keseimbangan dalam pengajaran di dalam gereja.

Bpk. Handoko: Perlu adanya advokasi yang terus menerus dalam hal ini disertai dengan contoh-contoh yang sudah teruji di lapangan sebagai model dan sumber pembelajaran bersama. Secara intensional, perlu dilakukan pendekatan pada sinode-sinode dan gereja-gereja lokal yang mempunyai modal sosial (seperti gereja-gereja suku) untuk melakukan kerjasama, pendampingan, dll. Perlu membangun kemitraan-kemitraan strategis dalam hal ini, bukan hanya dalam keperluan event saja.

Untuk Pdt. Erick:

Bagaimana tetap efektif menggembalakan jemaat, terutama yg limited internet access dan mendorong jemaat untuk tetap semangat penginjilan di masa pandemi?Di gereja kami, kebanyakan jemaat tidak memiliki atau kesulitan mengakses internet, apalagi yang tinggal di pedesaan. Karena itu, kegiatan gereja tidak cuma kami muat di YouTube Channel, tapi juga kami siarkan lewat radio. Kami mengembangkan pelayanan radio komunitas (bukan radio swasta niaga). Selain itu,  setiap minggu kami juga membagikan liturgi ibadah tertulis kepada jemaat yang membutuhkan lewat pengurus lingkungan, diteruskan dari jemaat ke jemaat. Juga setiap minggu kami menyampaikan via WA grup lingkungan (setiap lingkungan ada WA grup) pesan Gembala Jemaat dan Majelis Jemaat yang berdurasi 5 menit.

Bagaimana cara memberikan penjelasan/pengarahan awal agar gereja tidak keliru dianggap seolah seperti Dinas Sosial dan orang yang dibantu tidak ketergantungan?Saya rasa kekuatiran seperti itu tidak perlu, karena masyarakat tidak bodoh, mereka tahu Gereja bukan Dinas Sosial. Masyarakat pedesaan bahkan juga mengetahuinya. Kerjakan saja pelayanan diakonia karitatif, reformatif, dan transformatif secara tulus.

Seberapa efektif jika masa pandemi ini gereja menggalakkan program webinar keluarga? Agar keluarga-keluarga Kristen dan gereja semakin bertumbuh.Untuk mengetahui seberapa efektif, tentunya perlu survei. Tapi menurut saya itu bukan yang terpenting. Tugas kita adalah mengerjakan pembinaan kepada segala lapisan umat dan masyarakat dengan tema dan konten yang menarik dan kontekstual. Kerjakan dengan sungguh-sungguh dan sekreatif mungkin.

Untuk Pdt. Alex:

Kondisi saat ini butuh tindakan nyata dalam bentuk apapun bukan hanya mendengar dan menikmati webinar. Apakah ada format acara atau webinar yang dirasa dapat lebih berdampak via online conference meeting ini untuk ke depannya? Mungkin bridging ke konkrit action dan menolong menyadarkan agar memiliki kepedulian 

Menurut saya, pentingnya mentoring personal yang dilakukan oleh gereja kepada jemaat sehingga ada ruang bagi jemaat utk berpikir dan berdiskusi tentang action (langkah praktis) sesuai dengan konteks dan kapasitas masing-masing. Jadi bukan hanya menerima banyak pemahaman-pemahaman melalui webinar saja. Perlu dibentuk kelompok-kelompok yang bisa melakukan tindakan-tindakan nyata dan didorong utk mensharingkan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjadi inspirasi bagi kelompok-kelompok lain. Kita perlu secara bersama / kolaborasi (dengan gereja lain, lembaga Kristen, pemerintah ataupun kegiatan-kegiatan kemasyarakatan) ikut serta mengatasi covid dan dampaknya.

Untuk Bpk. Handoko:

Bagaimana strategi dalam membangun jejaring dengan gereja-gereja sehingga dapat melakukan konsep pemberdayaan, dan gereja menerima konsep tersebut? Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan:

● Memahami perjalanan dan peran gereja lokal di tengah dan bersama komunitas akan sangat menolong untuk saling mengenal.

● Explorasi bersama irisan-irisan tujuan/misi bersama untuk memberkati komunitas lokal akan sangat menolong sebagai langkah awal melakukan eksplorasi potensi kemitraan.

● Kami melakukan proses QAVAH (Participatory approach) selama beberapa kali dalam rentang waktu beberapa bulan untuk hal tersebut di atas. Kemudian dilanjutkan dengan keputusan bersama untuk melanjutkan atau tidak ke jenjang kemitraan.

Apa yang menjadi kriteria Compassion ketika memilih gereja lokal untuk bekerja sama?Beberapa kriteria secara umum untuk bekerja sama adalah sebagai berikut:✔ Adanya kebutuhan pelayanan pengentasan kemiskinan anak dalam jangka Panjang di tengah2 gereja lokal.

Kemiskinan ekstrem dan terdapatnya anak-anak dari keluarga pra-sejahtera di sekitar gereja lokal. ✔ Lingkungan yang memungkinkan pelayanan terhadap anak-anak prasejahtera dapat dilakukan dalam jangka

panjang, dikarenakan karakteristik kemiskinan anak yang membutuhkan intervensi program yang bersifat jangka panjang.

✔ Gereja lokal yang mempunyai legalitas untuk melakukan ibadah dan melayani di tengah komunitas setempat.✔ Misi gereja lokal berkaitan dengan komunitas pra sejahtera, terutama anak.✔ Adanya track record bahwa gereja lokal sudah melakukan pelayanan anak di gereja dalam skala dan dampak

tertentu.✔ Adanya modal sosial yang dimiliki gereja lokal yang dapat mendukung pelayanan anak-anak prasejahtera di

komunitas lokal.✔ Adanya sumber-sumber gereja lokal yang dapat menjadi kontribusi bersama dalam kemitraan, seperti Gedung

gereja untuk Pusat Pengembangan Anak, tenaga pendukung yang dapat dilatih untuk pelayanan anak.

Bagaimana sejauh ini Compassion menanamkan Injil melalui pemberdayaan masyarakat, terkhusus kepada yang non-Kristen?

● Kemitraan dengan gereja-gereja lokal sebagai penerima mandat Amanat Agung di tengah masyarakat.

● Memperlengkapi gereja-gereja lokal untuk dapat menjadi berkat dan menjawab kebutuhan anak2 prasejahtera di komunitas lokal, terutama pengentasan kemiskinan anak secara holistik.

● Tidak ada diskriminasi apapun (termasuk agama) dalam penerimaan anak2 pra sejahtera penerima program.

Doakan, dukung, dan hadiri...

Urban Mission Consultation

7-9 Oktober 2021

Ringkasan materi ini diterbitkan oleh...

Panitia Urban Mission Consultation