d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana · provinsi kalimantan selatan ... rupa, atau...

22
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN, PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN KESENIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan berkesenian orang dapat memperhalus budi pekerti dan menumbuhkan pemikiran untuk berperilaku arif dan bijaksana serta menghasilkan karya seni yang berguna bagi pengembangan kesenian pada generasi selanjutnya; b. bahwa kesenian yang hidup ditengah masyarakat dan kesenian hasil buah karya masyarakat perlu menjadi perhatian bersama antara pemerintah daerah, dan seluruh warga masyarakat; c. bahwa sesuai dengan lampiran pada huruf q bidang kebudayaan dan pariwisata Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berwenang mengatur tentang perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kesenian; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Kesenian; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. UndangUndang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72 Tambahan Lembaran Nomor 1820); 3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928);

Upload: phungliem

Post on 21-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU

NOMOR 26 TAHUN 2014

TENTANG

PERLINDUNGAN, PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN KESENIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU,

Menimbang : a. bahwa dengan berkesenian orang dapat memperhalus

budi pekerti dan menumbuhkan pemikiran untuk berperilaku arif dan bijaksana serta menghasilkan

karya seni yang berguna bagi pengembangan

kesenian pada generasi selanjutnya;

b. bahwa kesenian yang hidup ditengah masyarakat dan

kesenian hasil buah karya masyarakat perlu menjadi

perhatian bersama antara pemerintah daerah, dan seluruh warga masyarakat;

c. bahwa sesuai dengan lampiran pada huruf q bidang

kebudayaan dan pariwisata Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berwenang mengatur tentang perlindungan, pengembangan dan

pemanfaatan kesenian;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu

menetapkan Peraturan Daerah tentang Perlindungan,

Pengembangan dan Pemanfaatan Kesenian;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang–Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 3

Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah

Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai

Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1959

Nomor 72 Tambahan Lembaran Nomor 1820);

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4928);

-2-

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4741);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);

11. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor

6 Tahun 2009 tentang Pemeliharaan Kesenian Daerah

(Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah

Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 05 Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di

Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Kotabaru

(Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 1991

Nomor 05 Seri C);

-3-

13. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang

Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten

Kotabaru (Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru

Tahun 2007 Nomor 19);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTABARU

dan

BUPATI KOTABARU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN,

PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN KESENIAN.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotabaru.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom.

3. Bupati adalah Bupati Kotabaru.

4. Dinas adalah Dinas yang lingkup tugas dan

tanggungjawabnya meliputi urusan kepariwisataan.

5. Kesenian adalah hasil cipta rasa manusia yang memiliki nilai estetika dan keserasian antara

pencipta, karya cipta, dan lingkungan penciptaan.

6. Seni adalah ekspresi individu atau masyarakat yang mengandung nilai estetika, etika, dan logika yang

diwujudkan melalui gerak ritmis, bunyi, peran, rupa,

atau perpaduan di antaranya.

7. Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi

bagian hidup dalam suatu masyarakat tertentu.

8. Pelestarian adalah upaya perlindungan,

pengembangan, dan pemanfaatan kesenian secara dinamis.

-4-

9. Pelestarian kesenian adalah upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kesenian untuk

kesejahteraan masyarakat, kebanggaan nasional,

dan menguatkan jati diri bangsa.

10. Perlindungan kesenian adalah upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat menimbulkan

kerusakan, kerugian, atau kepunahan karya seni

yang diakibatkan oleh perbuatan manusia ataupun proses alam.

11. Pengembangan kesenian adalah upaya

meningkatkan kualitas dan kuantitas karya seni yang hidup di tengahtengah masyarakat tanpa

menghilangkan nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya.

12. Pemanfaatan kesenian adalah upaya penggunaan

karya seni untuk kepentingan pendidikan, agama,

sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi,

budaya, dan kesenian itu sendiri.

13. Kesenian tradisional adalah ekspresi individu atau

masyarakat melalui gerak yang ritmis, bunyi, peran,

rupa, atau perpaduan di antaranya yang mengandung nilai, norma, dan tradisi yang berlaku

pada masyarakat secara turun temurun.

14. Seniman adalah seorang atau beberapa orang yang menciptakan, melakukan, menggarap karya seni dan

kegiatan kesenian.

15. Pendidik kesenian adalah tenaga pendidik yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong

belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,

dan sebutan lain yang sesuai dengan

kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan di bidang kesenian.

16. Peneliti kesenian adalah tenaga peneliti perorangan,

kelompok, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, lembaga swasta, instansi pemerintah,

dan peminat lain yang memiliki kompetensi dan

kewenangan untuk melakukan kajian terhadap aspek-aspek kesenian secara ilmiah dengan

menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan.

17. Festival kesenian adalah suatu kegiatan yang

menyajikan dan mempertujukkan berbagai bentuk

karya seni yang memiliki kekhasan masing-masing.

18. Pergelaran kesenian adalah kegiatan yang mempertunjukkan hasil karya seni di tengah

masyarakat.

-5-

19. Pameran seni adalah kegiatan seniman yang memamerkan karya seni untuk masyarakat.

20. Penyelenggara usaha kesenian adalah pelaku usaha

untuk memajukan kesenian dengan melakukan

kegiatan pengemasan yang bermuara pada pemasaran karya seni, baik dalam bentuk penataan,

penyantunan, perekaman, maupun penyajian

langsung serta jasa yang bersifat komersial.

BAB II

RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 2

(1) Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan

kesenian diwujudkan dalam bentuk pelestarian kesenian.

(2) Pelestarian kesenian ditujukan kepada :

a. berbagai bentuk dan jenis kesenian tradisional maupun nontradisional yang ada, hidup dan

berkembang di daerah;

b. bentuk dan jenis kesenian yang memiliki nilai bermartabat, menjunjung tinggi norma dan nilai

kehidupan sebagai pengejawantahan dari konsep

keseimbangan hidup dan hubungan dengan Yang Maha Esa, hubungan sesama manusia dan

hubungan manusia yang selaras dengan

alam/lingkungan atau kearifan lokal; dan

c. bentuk dan jenis kesenian yang menghargai dan menjunjung hak asasi manusia.

Bagian Kedua Pemangku Kepentingan Kesenian

Pasal 3

(1) Pemerintah Daerah bertindak selaku pemangku

utama kepentingan kesenian.

(2) Selain Pemerintah Daerah pemangku kesenian didaerah meliputi :

a. seniman pencipta;

b. penyaji kesenian;

c. pendidik bidang kesenian;

d. peneliti kesenian;

-6-

e. pengamat kesenian selaku kritikus/kurator;

f. dramatur;

g. organisasi/lembaga kesenian daerah; dan

h. masyarakat sebagai pelaku seni atau penikmat

seni.

Bagian Ketiga

Karakteristik Kesenian Tradisional

Pasal 4

Untuk ditetepkan sebagai kesenian daerah harus memiliki karakteristik:

a. berasal dari masyarakat yang diterima secara turun

temurun berbasis adat istiadat;

b. merupakan ekspresi komunal;

c. digagas dan ditumbuhkan serta dikembangkan oleh

warga daerah dalam bentuk:

1. gerak/tari dan permainan;

2. bunyi-bunyian yang memiliki ciri dan nada

bercorak khusus dari peralatan yang dibuat oleh

masyarakat dengan cara dan metode memainkan yang khas;

3. tulisan atau lukisan pada media dengan ciri

tersendiri untuk dibaca atau dibacakan; dan

4. Pahatan etnik atau pembuatan benda yang

memiliki nilai seni dan mencerminkan gambaran

masa lalu maupun tradisi budaya daerah dari masa kemasa;

d. bersifat etnik dengan nilai eksotisme kedaerahan;

dan

e. dapat ditampilkan/dipertontonkan untuk dinikmati dan oleh orang lain.

Bagian Keempat Karakteristik Kesenian Nontradisional

Pasal 5

Karakteristik kesenian nontradisional adalah :

a. berasal dari luar daerah atau negara lain dengan

sarana dan prasarana modern yang dapat diterima oleh masyarakat dan memiliki nilai martabat dan

budaya yang baik;

b. digagas dan dilakukan oleh masyarakat daerah

dalam rangka kegiatan hiburan.

-7-

BAB III PERLINDUNGAN, PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN

Bagian Kesatu

Perlindungan

Pasal 6

Setiap kesenian sesuai dengan karakateristik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5

dilindungi keberadaannya oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 7

Perlindungan kesenian daerah diarahkan kepada bentuk:

a. Kesenian tradisional :

1. perlindungan dari kerusakan, kerugian atau

kepunahan;

2. perlindungan hak cipta/hak kekayaan intelektual;

b. Kesenian nontradisional :

1. perlindungan dalam bentuk penyelenggaraan

kesenian dalam kegiatan hiburan yang telah

memiliki izin sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah tentang Kepariwisataan dan Izin

Penyelenggaraan Kepariwisataan;

2. perlindungan terhadap kreativitas positif

penyelenggara atau pelaku seni untuk kesenian nontradisional.

Bagian Kedua Pengembangan

Pasal 8

Pemerintah Daerah mengembangkan kesenian tradisional

bersama pemangku kepentingan kesenian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).

Pasal 9

(1) Pengembangan kesenian dilakukan dengan maksud

menyempurnakan kesenian tradisional daerah dan memperkokoh keutuhan bangsa dan negara Kesatuan

Republik Indonesia.

(2) Penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan cara perubahan, penambahan atau penggantian sesuai nilai estetis dan etis yang berlaku

dimasyarakat untuk menghasilkan karya seni yang

berorientasi pada kualitas dan kuantitas.

-8-

Bagian Ketiga Pemanfaatan

Pasal 10

(1) Kesenian di daerah dimanfaatkan dalam kapasistasnya untuk :

a. kepentingan pariwisata, sosial, pendidikan,

ekonomi dan ilmu pengetahuan serta teknologi;

b. mempererat tali silaturrahmi dan toleransi antar

komunitas masyarakat;

c. memberdayakan dan meningkatkan apresiasi seni para pelaku seni didaerah melalui festival,

pagelaran, pameran dan usaha seni; dan

d. memelihara keserasian hubungan antar sektor didaerah, hubungan dengan pemerintahan antar

daerah atau perwakilan pemerintah dengan negara

lain.

(2) Pemanfaatan kesenian dalam suatu kepentingan agama wajib dipisahkan dan tidak dicampuradukkan

antar seni dan budaya dengan agama.

BAB IV

DEWAN KESENIAN DAERAH

Pasal 11

(1) Diwilayah daerah dapat dibentuk Dewan kesenian daerah.

(2) Dewan Kesenian Daerah ditetapkan oleh Bupati

dengan pembinaan dilakukan oleh Kepala Dinas

terkait.

Pasal 12

(1) Kepengurusan Dewan Kesenian Daerah dibentuk secara demokrasi berdasarkan hasil pemilihan dari

pemangku kepentingan kesenian daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).

(2) Struktur kepengurusan terdiri dari :

a. Dewan Pembina secara langsung adalah Kepala

Dinas dan Majelis Pertimbangan Seniman;

b. Ketua;

c. Wakil Ketua;

-9-

d. Sekretaris;

e. Anggota.

(3) Dewan Kesenian Daerah ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 13

Tugas Dewan Kesenian Daerah meliputi :

a. Kesenian secara umum :

1. melakukan penelitian/pengkajian, diskusi, seminar dan lokakarya kesenian daerah dengan

mengundang ahli seni (maestro) yang dapat

memberikan ilmu kesenian.

2. membina pelaku seni didaerah untuk lebih kreatif

dan apresiatif dalam memajukan seni.

3. menyelenggarakan pendidikan seni untuk masyarakat yang berminat; dan

4. membina para pengajar kesenian disekolah dan

merekrut generasi muda yang berpotensi untuk

diberikan pendidikan kesenian sesuai dengan objek seni yang melekat bakat padanya.

b. Kesenian Tradisional :

1. menginventarisasi kesenian tradisional daerah;

2. memberikan nama atau kriteria dan jenis

kesenian tradisional daerah yang belum dikenal

secara luas;

3. membangun dan mengemas naskah tentang objek

kesenian tradisional daerah; dan

4. menyebarluaskan informasi kesenian tradisional daerah melalui pagelaran/festival seni dan bentuk

lainnya yang sesuai dengan ruang seni.

Pasal 14

Hasil inventarisasi dan penamaan atau telah ada

namanya, kriteria dan jenis kesenian tradisional

ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB V

PENGANGGARAN UNTUK PELESTARIAN KESENIAN DAERAH

Pasal 15

(1) Pemerintah Daerah berkewajiban menganggarkan dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk

Pelestarian Kesenian Tradisional Daerah dan

berdasarkan rencana kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah.

-10-

(2) Dinas berkewajiban untuk membuat perencanaan kegiatan dan usulan anggaran langsung personal dan

nonpersonal dengan jumlah yang ditentukan untuk

penyelenggaraan kegiatan.

Pasal 16

(1) Dalam setiap kegiatan pelaksana kegiatan baik dari

Dinas terkait dan Dewan Kesenian Daerah berhak mendapatkan honorarium kepanitiaan dan bentuk

lainnya sesuai dengan standar biaya umum daerah.

(2) Kuasa Pengguna Anggaran pada Dinas dilarang menunda pembayaran atas kegiatan yang telah

terlaksana kepada setiap orang yang berhak.

Pasal 17

Pertanggungjawaban keuangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 15 dan Pasal 16 sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan.

BAB VI FASILITAS PENGEMBANGAN KESENIAN DAERAH

Pasal 18

(1) Pemerintah Daerah berkewajiban mengadakan gedung

kesenian daerah dengan sarana dan prasarana yang

memenuhi standar untuk kegiatan kesenian.

(2) Pengadaan melalui Dinas.

(3) Rancangan dan desain bangunan gedung memenuhi

kriteria ruang kantor dan ruang pertunjukkan seni,

ruang penyimpanan/pameran benda hasil kesenian daerah, area parkir yang luas dan sekaligus dapat

diperuntukkan bagi acara seremonial.

(4) Lokasi pendirian bangunan harus strategis, berada dikawasan kota.

Pasal 19

Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 :

a. dikelola dan dipelihara oleh Dewan Kesenian Daerah

dengan Perjanjian;

b. sebagai pusat kesenian daerah; dan

c. dapat dipergunakan untuk kepentingan urusan

pemerintahan didaerah berdasarkan perintah Bupati

secara langsung atau izin dari Kepala Dinas.

-11-

Pasal 20

(1) Dalam rangka menambah pendapatan daerah yang

diperuntukkan kembali untuk pelestarian kesenian

daerah dan biaya operasional pemeliharaan bangunan

sarana dan prasarananya, Gedung Kesenian Daerah dapat diperuntukkan bagi penyelenggaraan kegiatan

hiburan, resepsi perkawinan, dan lainnya yang tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan kompensasi pembayaran biaya

sewa oleh orang atau badan yang menyelenggarakan

kegiatan.

(2) Hasil penerimaan sewa dikelola berdasarkan

perjanjian wajib disetorkan ke kas daerah.

(3) Setiap orang yang menyewa gedung wajib diberikan bukti penerimaan keuangan.

BAB VII

PENDIDIKAN KESENIAN TRADISIONAL DAERAH PADA SETIAP SEKOLAH

Pasal 21

(1) Dalam rangka pelestarian kesenian daerah dan telah

tersedianya tata naskah pembelajaran kesenian

daerah serta telah diberikan materinya kepada guru kesenian didaerah, Bupati dapat membuat keputusan

untuk mewajibkan kepada setiap sekolah memuat

materi pembelajaran kesenian daerah.

(2) Jangkauan, arah pembelajaran dan ruang lingkup

materi pemberlajaran mengacu pada naskah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b angka

3.

Pasal 22

Pemerintah Daerah dapat melaksanakan rekruitmen Pegawai Negeri Sipil Daerah untuk ditempatkan sebagai

guru pendidikan kesenian dengan jumlah yang sesuai

guna memenuhi kebutuhan sekolah.

Pasal 23

(1) Dalam hal didaerah tidak terdapat pencapaian atau pemenuhan syarat yang ditentukan untuk mengisi

formasi sebagai Pegawai Negeri Sipil Guru Pendidikan

Kesenian, Bupati dapat meminta kepada Dewan

Kesenian Daerah untuk menempatkan anggotanya yang memiliki kemampuan mengajar dan membina

kesenian tradisional daerah.

-12-

(2) Guru perbantuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) berhak mendapatkan insentif daerah mengajar dan

pergantian biaya lainnya yang dananya dianggarkan

melalui Dinas.

BAB VIII

MISI KESENIAN

Pasal 24

(1) Setiap pengiriman delegasi dibidang kesenian daerah wajib mendapatkan izin.

(2) Bupati menerbitkan izin pengiriman delegasi kesenian

daerah untuk misi kesenian tradisional keluar daerah lewat batas Provinsi.

(3) Dalam hal pengiriman delegasi kesenian daerah

ditujukan kedaerah lain dalam batas provinsi izin

cukup diterbitkan oleh Kepala Dinas.

Pasal 25

(1) Penerimaan delegasi asing dibidang kesenian wajib mendapatkan izin terlebih dahulu dari Bupati.

(2) Perwakilan atau penyelenggara yang mengirim

delegasi untuk mendapatkan izin Bupati wajib memenuhi persyaratan, sebagai berikut:

a. memberikan keterangan maksud dan tujuan

kedatangan;

b. identitas peserta delegasi yang datang;

c. waktu dan lamanya kedatangan delegasi; dan

d. perizinan masuk negara Indonesia.

(3) Dalam hal delegasi yang datang telah mendapatkan izin atau kerjasama antar Pemerintah Indonesia

dengan Negara Asing persyaratan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) tidak diperlukan perwakilan cukup menyerahkan keterangan dari Kementerian

Luar Negeri Indonesia perihal maksud dan tujuan

delegasi.

Pasal 26

(1) Pengiriman misi kesenian dalam rangka kerjasama luar negeri skala daerah harus terlebih dahulu

mendapatkan rekomendasi dari Dewan Kesenian

Daerah.

-13-

(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan penilaian atas rencana, persiapan, bentuk

seni yang dibawa atau dipertontonkan, personil yang

dipilih memiliki keahlian sesuai dengan misi.

(3) Dewan Kesenian Daerah bertanggungjawab kepada

Bupati atas pemberian rekomendasi guna menjaga

kredibilitas daerah.

BAB IX

SENIMAN

Pasal 27

(1) Seniman berhak untuk berekspresi dan berkreasi seni

dengan tetap mentaati peraturan perundang-undangan.

(2) Pemerintah daerah berkewajiban memfasilitasi,

memberikan kemudahan dan perlindungan untuk para seniman dalam mempresentasikan,

mempertunjukkan dan atau memamerkan hasil

karyanya melalui Dewan Kesenian Daerah pada

Gedung Kesenian Daerah atau tempat terbuka yang dapat menjadi hiburan dan atau menambah wawasan

masyarakat daerah.

BAB X PENGHARGAAN/ANUGERAH SENI

Pasal 28

(1) Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan

penghargaan/anugerah seni kepada orang-orang yang

berjasa dalam pelestarian kesenian didaerah.

(2) Bentuk penghargaan disesuaikan dengan jasa atau

memperhatikan pada sisi ekonomi orang

bersangkutan untuk dibantu dari segi ekonomi dalam

rangka memenuhi kebutuhan hidupnya berwujud bantuan biaya, sarana dan prasarana yang

mendukung kreativitasnya atau hibah rumah tempat

tinggal.

-14-

BAB XI SANGGAR SENI

Pasal 29

(1) Setiap orang diwilayah daerah berhak membentuk sanggar seni dengan hasil berupa karya seni dan

kegiatan kesenian yang bernilai positif.

(2) Sanggar seni wajib didaftarkan kepada Dinas.

(3) Pembentukan dan pendaftaran sanggar seni diberikan

kemudahan dan dukungan oleh Pemerintah Daerah

dengan berada dibawah pengawasan Dewan Kesenian Daerah.

(4) Syarat pendaftaran cukup dengan identitas

penanggungjawab dan deskripsi kegiatan seni yang akan dikembangkan.

(5) Dinas dan Dewan Kesenian Daerah wajib memberikan

ruang dan fasilitas serta mendorong gelar seni dari

sanggar-sanggar didaerah.

BAB XI

PERANSERTA MASYARAKAT DAN PELAKU USAHA DALAM MEMAJUKAN KESENIAN TRADISIONAL DAERAH

Pasal 30

(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan

kegiatan acara resmi atau hiburan harus memberikan

kontribusi untuk menampilkan kesenian tradisional daerah.

(2) Setiap usaha yang berhubungan dengan

kepariwisataan, tempat hiburan, jasa perhotelan

diharuskan untuk berkontribusi memajukan kesenian tradisional daerah.

Pasal 31

Masyarakat wajib melindungi kesenian tradisional daerah

dan turut serta dalam memajukannya.

BAB XII

PENGAWASAN

Pasal 32

Untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan

Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Kepala Dinas atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati.

-15-

Pasal 33

(1) Disamping pemerintah daerah, pengawasan juga

dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk peran

serta masyarakat dalam pelestarian kesenian, yang

berupa:

a. memantau dan menjaga ketertiban

penyelenggaraan;

b. menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang terhadap

pelestarian kesenian daerah; dan

c. melaksanakan gugatan perwakilan terhadap hak cipta/milik intelektual kesenian daerah yang

diambil oleh pihak lain.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran masyarakat dalam pelestarian kesenian daerah mengikuti

ketentuan dan peraturan yang berlaku.

BAB XIII

SANKSI ADIMINISTRATIF

Pasal 34

Setiap sekolah yang tidak melaksanakan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 setelah adanya Keputusan Bupati dapat diberikan sanksi administratif.

Pasal 35

Pengiriman delegasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

24 yang tidak atas izin/sepengetahuan Bupati atau

Pejabat yang ditunjuk dapat dikenakan sanksi

administratif.

Pasal 36

Setiap pembentukan sanggar seni dalam jangka 1 (satu) tahun setelah didirikan tidak melakukan pendaftaran

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dapat dikenakan

sanksi administratif.

Pasal 37

Setiap orang atau badan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dengan

ketentuan lebih dari 3 (tiga) kali kegiatan tidak

memberikan kontribusi bagi pengembangan kesenian

tradisional daerah dapat diberikan sanksi administratif termasuk jenis usaha sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 31.

-16-

Pasal 38

(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 34 dapat berupa :

a. Institusional :

1. peringatan tertulis;

2. penghentian/peniadaan bantuan dari

Pemerintah Daerah.

b. Personal penanggungjawab sekolah;

1. peringatan tertulis;

2. penundaan dalam kenaikan pangkat/jabatan.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 35, Pasal 36 dan Pasal 37 dapat berupa :

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan;

c. penghentian sementara kegiatan;

d. pembekuan izin; dan

e. pencabutan izin.

(3) Jenis pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) ditentukan oleh berat dan

ringannya pelanggaran yang dilakukan.

BAB XIV

KETENTUAN KHUSUS

Pasal 39

(1) Dalam rangka melindungi, mengembangkan dan pemanfaatan kesenian tradisional daerah, untuk

penyelenggaraannya kesenian tradisional daerah yang

dilakukan oleh orang atau badan dalam bentuk

pameran, festival, pagelaran tidak dikenakan pajak atau retribusi termasuk pungutan administrasi

perizinan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberlakukan dalam hal kegiatan murni secara

keseluruhan adalah kesenian tradisional daerah atau

bukan selingan/pengisi kegiatan.

(3) Dalam hal kegiatan kesenian tradisional menjadi

bagian dari kegiatan hiburan, terhadap

penyelenggaraannya dapat diberikan keringanan pajak atau retribusi atau peniadaan pungutan pajak atau

retrbusi.

-17-

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 40

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Kotabaru.

Ditetapkan di Kotabaru

pada tanggal 31 Desember 2014

BUPATI KOTABARU,

H. IRHAMI RIDJANI

Diundangkan di Kotabaru

pada tanggal 31 Desember 2014

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTABARU,

H. SURIANSYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2014

NOMOR 26 NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN : ( 207 / 2014 )

-1-

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU

NOMOR 26 TAHUN 2013

TENTANG

PERLINDUNGAN, PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN KESENIAN

I. UMUM

Seni dan budaya adalah unsur bermasyarakat. Potensinya dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan pariwisata di daerah.

Kesenian tradisional merupakan kekayaan yang ada dalam komunitas

masyarakat lokal, keberadaannya sangat bergantung dengan intensitas pertunjukkan, dikhawatirkan lambat laun kesenian tradisional semakin

pupus ditelan jaman dan masuknya kesenian modern yang digemari oleh

generasi muda. Pemerintah daerah perlu memberi perhatian yang serius

bagi upaya pelestarian seni tradisional karena dengan seni dapat mendatangkan nilai lebih bagi daerah termasuk peningkatan

perekonomian masyarakat. Utamanya seni akan memperhalus budi

pekerti orang sehingga orang mencapai suatu kearifan dan kebijaksanaan dalam bertindak dan berperilaku ditengah masyarakat.

Kabupaten Kotabaru dengan kemajemukannya dimana terdapat

berbagai macam etnis/suku yang menempati ruang wilayah tentunya kaya dengan kesenian tradisional yang dapat memberikan nuansa

menarik bagi kehidupan masyarakat apabila dilestarikan, sejauh ini

belum ada peraturan di daerah yang merupakan dasar pijakan untuk kegiatan pelestarian kesenian tradisional daerah. Untuk itu perlu

membentuk Peraturan Daerah tentang Perlindungan, Pengembangan dan

Pemanfaatan Kesenian didaerah dengan tetap memperhatikan pada aspek

kesenian modern yang mengisi ruang kesenian didaerah dengan menimbangnya sebagai kesenian yang bermartabat untuk ada disamping

kesenian tradisional.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas.

Pasal 2 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 4 Cukup jelas.

-2-

Pasal 5 Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Perlindungan hak cipta/hak kekayaan intelektual, Pemerintah Daerah berdasarkan kesenian tradisional yang tidak diketahui siapa

penggagas atau penemunya (anonim) dapat mengajukan

pendaftaran langsung untuk melindungi keberadaan kesenian daerah atau memfasilitasi warga daerah yang memilikinya.

Untuk kesenian nontradisional perlindungan diarahkan pada

kegiatan pertunjukkan sebagaimana keberadaannya dalam konteks hiburan dan terkait dengan izin (legalitas pelaksanaannya) di

daerah.

Pasal 8 Cukup jelas.

Pasal 9 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 10 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 11

Ayat (1) Pembentukan Dewan Kesenian Daerah diperlukan sebagai

wadah bagi masyarakat seni didaerah mengorganisir

keberadaan mereka dan memiliki hak dalam pemerintahan. Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 12

Ayat (1)

Pemerintah daerah memfasilitasi dengan mengundang

seluruh stakehoulder kesenian didaerah dan melakukan rapat musyawarah untuk membentuk Dewan Kesenian Daerah

dengan mencari calon-calon yang memiliki integritas dan

loyalitas serta kredibilitas untuk jujur dan komitmen dalam melaksanakan tugas membantu Pemerintah Daerah dalam

pelestarian kesenian di daerah.

Ayat (2) Dewan Kesenian Daerah tidak memiliki Pengelola Keuangan

karena berada dalam pembinaan Dinas Pemuda, Olahraga,

Pariwisata dan Kebudayaan Daerah dengan pendanaan diatur dalam Anggaran Dinas.

-3-

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 13

Mendatangkan ahli seni (maestro) dalam kapasistasnya menilai

terhadap kesenian daerah untuk memberikan suatu pencerahan dan pengembangan teknis tata cara dan hal lainnya yang bersifat

positif agar kesenian menjadi lebih dinamik dan disukai orang.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 16 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 17 Cukup jelas.

Pasal 18

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 19 Cukup jelas.

Pasal 20

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 21

Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas

-4-

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 24

Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 25

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 26

Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 27

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 28

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2)

Penghargaan sampai kepada hibah rumah tempat tinggal

merupakan penghargaan bernilai besar yang hanya diberikan kepada para seniman yang memang dalam hidupnya tidak

mementingkan kebutuhan primer dan benar-benar

mengabdikan diri sebagai seniman didaerah serta menghasilkan karya-karya monumental bagi daerah.

Pasal 29 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

-5-

Ayat (4)

Cukup jelas Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 30 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 31 Cukup jelas

Pasal 32 Cukup jelas

Pasal 33

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 34

Cukup jelas

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36

Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 39

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 40

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU

NOMOR 17