d 00925 peningkatan kinerja--analisis.pdf

86
111 Universitas Indonesia BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Pendahuluan. Penelitian peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja akan terdiri dari faktor efektifitas, efisiensi, kualitas hasil kerja, ketepatan waktu, produktifitas dan keselamatan kerja. Analisis penelitian dari faktor efisiensi kerja ini akan terdiri dari perencanaan alokasi tenaga kerjanya dan kinerja komponen biaya. Dalam analisis faktor dan variabel kinerja daya saing tenaga kerja yang terkait dengan ketepatan waktu serta produktifitas pada pekerjaan jalan akan dilakukan perhitungan waktu (input) dan pengukuran kuantitas (output). Selanjutnya dilakukan identifikasi faktor dan variabel yang berpengaruh, analisis penyebab daya saing rendah dan analisis peningkatan kinerja daya saing dengan tindakan korektif dan preventif atas waktu kerja yang non-produktif. Analisis peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi dari faktor efektifitas dan kualitas hasil kerja dan keselamatan kerja ini terkait kepada kompetensi kerja dari tenaga kerja untuk tingkat manajerial dan tenaga pelaksana. Analisisnya akan terdiri dari identifikasi faktor dan variabel kinerja daya saing yang terkait dengan pencapaian kompetensi kerja, analisis faktor dan variabel yang berpengaruh pada kinerja daya saing, analisis penyebab kinerja daya saing rendah, analisis peningkatan kinerja daya saing dan analisis permodelan, simulasi dalam kebijakan peningkatan kinerja daya saing. 4.2. Analisis peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja dari faktor efisiensi kerja. Analisis penelitian peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja dari faktor efisiensi kerja ini akan terdiri dari perencanaan alokasi tenaga kerja dan kinerja komponen biaya tenaga kerja pada pekerjaan jalan. 4.2.1. Perencanaan alokasi tenaga kerja pada proyek jalan. Perencanaan alokasi tenaga kerja digunakan untuk memperkirakan jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam suatu proyek. Dalam penelitian tentang alokasi tenaga kerja ini digunakan struktur organisasi proyek sebagai alat dalam perencanaan. Berdasarkan model struktur organisasi dapat direncanakan Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Upload: phungtruc

Post on 15-Jan-2017

234 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

111 Universitas Indonesia

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Pendahuluan.

Penelitian peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja akan terdiri dari

faktor efektifitas, efisiensi, kualitas hasil kerja, ketepatan waktu, produktifitas dan

keselamatan kerja. Analisis penelitian dari faktor efisiensi kerja ini akan terdiri

dari perencanaan alokasi tenaga kerjanya dan kinerja komponen biaya. Dalam

analisis faktor dan variabel kinerja daya saing tenaga kerja yang terkait dengan

ketepatan waktu serta produktifitas pada pekerjaan jalan akan dilakukan

perhitungan waktu (input) dan pengukuran kuantitas (output). Selanjutnya

dilakukan identifikasi faktor dan variabel yang berpengaruh, analisis penyebab

daya saing rendah dan analisis peningkatan kinerja daya saing dengan tindakan

korektif dan preventif atas waktu kerja yang non-produktif.

Analisis peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi dari faktor

efektifitas dan kualitas hasil kerja dan keselamatan kerja ini terkait kepada

kompetensi kerja dari tenaga kerja untuk tingkat manajerial dan tenaga pelaksana.

Analisisnya akan terdiri dari identifikasi faktor dan variabel kinerja daya saing

yang terkait dengan pencapaian kompetensi kerja, analisis faktor dan variabel

yang berpengaruh pada kinerja daya saing, analisis penyebab kinerja daya saing

rendah, analisis peningkatan kinerja daya saing dan analisis permodelan, simulasi

dalam kebijakan peningkatan kinerja daya saing.

4.2. Analisis peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja dari faktor efisiensi

kerja.

Analisis penelitian peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja dari faktor

efisiensi kerja ini akan terdiri dari perencanaan alokasi tenaga kerja dan kinerja

komponen biaya tenaga kerja pada pekerjaan jalan.

4.2.1. Perencanaan alokasi tenaga kerja pada proyek jalan.

Perencanaan alokasi tenaga kerja digunakan untuk memperkirakan jumlah

tenaga kerja yang diperlukan dalam suatu proyek. Dalam penelitian tentang

alokasi tenaga kerja ini digunakan struktur organisasi proyek sebagai alat dalam

perencanaan. Berdasarkan model struktur organisasi dapat direncanakan

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 2: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

112 Universitas Indonesia

banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh suatu proyek jalan pada masing-

masing jabatan.119 Perencanaan ini dimaksudkan agar memperoleh tingkat jumlah

tenaga kerja yang efisien. Penelitian mengenai Struktur Organisasi Proyek Jalan

adalah Struktur Organisasi Proyek Jalan secara Umum, Struktur Organisasi

Proyek Jalan dengan nilai Rp. 10 M – Rp. 50 M, nilai Rp. 50 – Rp.100 M dan

diatas Rp. 100 M. Model Struktur Organisasi Proyek Jalan untuk Struktur

Organisasi Proyek Jalan secara Umum tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.1

Gambar 4.1. Model Struktur Organisasi Proyek Jalan secara umum

Struktur Organisasi Proyek Jalan dengan nilai Rp. 10 M – Rp. 50 M ditunjukkan

pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Model Struktur Organisasi Proyek Jalan dengan nilai Rp. 10 M – Rp. 50 M

119 Apriyani Talaohu, Perencanaan Alokasi Tenaga Kerja Pada Proyek Jalan Di Perusahaan

Skala Besar, Tesis Manajemen Konstruksi FTUI, 2005.

Project Manager

Site Manager

Pelaksana

Heavy Equipment Manager

Mekanik

Engineering Manager

Cost Engineer

Surveying

Planning

Quality Assurance

Safety Assurance

Admin Manager

Akuntan

Admin

Purcashing

Logistik

OPERATIONAL DIVISION ENGINEERING DIVISION ADMINISTRATION

Drafter

QS

OPERATIONAL ENGINEERING DIVISION ADMINISTRATION

Project Manager

Quality Assurance

Safety Assurance

Heavy Equipment

Mekanik

Site Manager

Pelaksana

Admin Manager

Akuntan

Admin

Engineering Manager

Cost Engineer

Surveying

Planning

Quantity Surveryor

Drafter

Purcashing

Logistik

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 3: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

113 Universitas Indonesia

Struktur Organisasi Proyek Jalan dengan nilai Rp. 50 M – Rp. 100 M dapat

ditunjukkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Model Struktur Organisasi Proyek Jalan dengan nilai Rp. 50 M – Rp. 100 M

Struktur Organisasi Proyek Jalan dengan nilai diatas Rp. 100 M dapat

ditunjukkan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Model Struktur Organisasi Proyek Jalan dengan nilai diatas Rp. 100 M

Hasil Struktur Organisasi Proyek Jalan tersebut selanjutnya dapat digunakan

untuk merencanakan alokasi tenaga kerja di tingkat manajerial/engineering

dengan cara menetapkan Model Struktur Organisasi Proyek Jalan. Untuk alokasi

jumlah dan kualifikasi tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Heavy Equipment Manager

Mekanik

Engineering Manager

Cost Engineer

Surveying

Planning

Quality Assurance

Safety Assurance

OPERATIONAL DIVISION ENGINEERING DIVISION ADMINISTRATION

Site Manager

Pelaksana

Project Manager

Deputy PM

Admin Manager

Akuntan

Admin

Purcashing

Logistik

Adkon

Quantity Surveyor

OPERATIONAL DIVISION ENGINEERING ADMINISTRATION

Project Manager

Heavy Equipment Manager

Mekanik

Site Manager

Pelaksana

Plant Manager

Admin Manager

Akuntan

Admin

Umum

Engineering Manager

Cost Engineer

Surveying

Planning

Quality Assurance

Safety Assurance

Purcashing

Logistik

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 4: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

114

Universitas Indonesia

Tabel 4.1. Hasil analisis jumlah dan kualifikasi tenaga kerja di tingkat manajerial/engineering P

roje

ct

Man

ager

Dep

uty

PM

Pla

nt

Man

ager

Sit

e M

anag

er

Pel

aksa

na

Su

per

viso

r

Hea

vy q

uip

men

t

Mek

anik

En

gin

eeri

ng

Man

ager

Cos

t E

ngi

nee

r

Su

rvey

ing

Pla

nn

ing

Qu

alit

y A

ssu

ran

ce

Saf

ety

Ass

ura

nce

QS

Dra

fetr

Lab

orat

ory

Gu

dan

g

Ad

min

istr

atio

n

Man

ager

Ak

un

tan

&

K

euan

gan

Pu

rcas

hin

g

Log

isti

k

Ad

min

istr

asi

Ad

min

isra

si

Kon

trak

Cos

t C

ontr

ol

Um

um

JUMLAH 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Min Max 1 1 1 1 1 1 1 4 1 12 2 3 1 1 1 6 1 2 1 2 1 12 1 4 1 3 1 12 1 2 1 4 1 1 1 2 1 2 1 2 1 3 1 5 1 4 1 1 1 1 1 1

STATUS 1. Tetap

2. Tdk Tetap

3. Kontrak

proyek

1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 1

PENDIDIKAN

S1 S1 D3 S1 D3 D3 D3 D3 S1 S1 D3 S1 D3 D3 S1 D3 S1 D3 S1 D3 D3 D3 D3 S1 S1 D3

Min Max S1

S2

S1

S1

D3

D3

D3

S1

D3

S1 D3

S1

D3

S1

D3

D3

D3

S1

D3

S1

D3

S1 D3

S1

D3

S1

D3

S1 D3

S1

D3

D3

S1

S1

D3

D3

D3

S1

D3

S1

D3

S1

D3

S1

D3

D3

D3

S1

D3

S1

D3

D3

KOMPETENSI 1. Bersertifikat

2. Tidak

bersertifikat

1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1

PENGALAMAN 1. 2 – 5 thn

2. 5 – 10 thn

3. > 10 thn

2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 5: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

115 Universitas Indonesia

Perencanaan alokasi tenaga kerja ini dapat dilakukan bila telah ditetapkan Model

Struktur Organisasi Proyek Jalan. Perencanaan alokasi tenaga kerja di tingkat

manajerial/engineering pada proyek jalan dengan berdasarkan nilai proyek untuk

nilai proyek jalan antara Rp. 10 M – Rp. 50 M, alokasi jumlah dan kualifikasi

tenaga kerja di tingkat manajerial/engineering ditunjukkan pada Gambar 4.5. dan

Tabel 4.2. yang selengkapnya dapat dilihat pada BUKU LAMPIRAN -

ANALISIS IV – 1. Daftar perusahaan yang menjadi responden tercantum pada

LAMPIRAN IV – 1.

Gambar 4.5. Struktur dan jumlah tenaga kerja pada proyek antara Rp. 10 M – Rp. 50 M

Tabel 4.2. Kualifikasi tenaga kerja pada proyek antara Rp. 10 M – Rp. 50 M

Pro

ject

M

anag

er

Sit

e M

anag

er

Pel

aksa

na

Hea

vy

Eq

uim

ent

Mek

anik

En

gin

eeri

ng

Man

ager

Cos

t E

ngi

nee

r

Su

rvey

ing

Pla

nn

ing

Qu

alit

y A

ssu

ran

ce

Saf

ety

Ass

ura

nce

Qu

anti

ty

Su

rvey

or

Dra

fter

Ad

min

istr

atio

n

Man

ager

Ak

un

tan

&

keu

anga

n

Pu

rcas

hin

g

Log

isit

k

Ad

min

istr

asi

Pendidikan S1 S1 D3 D3 D3 S1 S1 D3 S1 D3 D3 S1 D3 S1 D3 D3 D3 D3

Kompetensi 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2

Pengalaman 5-10 5-10 5-10 5-10 5-10 5-10 2-5 5-10 2-5 5-10 2-5 2-5 2-5 5-10 2-5 5-10 5-10 5-10

Project Manager

Quality Assurance

Safety Assurance

OPERATIONAL DIVISION ENGINEERING DIVISION ADMINISTRATION DIVISION

Heavy Equipment

Mekanik

Site Manager

Pelaksana

Engineering Manager

Cost Engineer

Surveying

Planning

Quantity Surveryor

Drafter

Admin Manager

Akuntan

Admin

Purcashing

Logistik

1 org Tetap

1 org Tetap Tdk tetap

1 org

Tdk tetap

2 org 2 org Kontrak proyek

1 org Tdk

tetap

Tetap 1 org

1 org Tetap 1 org Tdk tetap

Tdk tetap

1 org 1 org Tdk tetap

Tdk tetap

Tdk tetap

2 org 2 org

Tetap Tetap 1 org 1 org

1 org

1 org

1 org Tdktetap Tdk tetap

Tetap

Keterangan : Kompetensi 1 = Bersertifikat , Kompetensi 2 = Tidak bersertifikat

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 6: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

116 Universitas Indonesia

Untuk nilai proyek antara Rp. 50 M – Rp. 100 M, alokasi jumlah dan kualifikasi

tenaga kerja di tingkat manajerial/engineering ditunjukkan pada Gambar 4.6. dan

Tabel 4.3.

Gambar 6.5. Alokasi Tenaga Kerja pada proyek jalan dengan nilai proyek

Rp.50M – Rp. 100 M

Gambar 4.6. Struktur dan jumlah tenaga kerja pada proyek antara Rp. 50 M – Rp. 100 M

Tabel 4.3. Kualifikasi tenaga kerja pada proyek antara Rp. 50 M – Rp. 100 M

Pro

ject

M

anag

er

Pla

nt

Man

ager

Sit

e M

anag

er

Pel

aksa

na

Hea

vy

Eq

uim

ent

Mek

anik

En

gin

eeri

ng

Man

ager

Cos

t E

ngi

nee

r

Su

rvey

ing

Pla

nn

ing

Qu

alit

y A

ssu

ran

ce

Saf

ety

Ass

ura

nce

Ad

min

istr

atio

n

Man

ager

Ak

un

tan

&

keu

anga

n

Pu

rcas

hin

g

Log

isit

k

Ad

min

istr

asi

Um

um

Pendidikan

S1 D3 S1 D3 D3 D3 S1 S1 D3 S1 D3 D3 S1 D3 D3 D3 D3 D3

Kompetensi 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

Pengalaman 5-10 2-5 5-10 5-10 5-10 5-10 5-10 2-5 5-10 2-5 5-10 2-5 5-10 2-5 5-10 5-10 5-10 5-10

OPERATIONAL DIVISION ENGINEERING DIVISION ADMINISTRATION DIVISION

Planning

Admin Manager

Akuntan

Engineering Manager

1 org Tetap

Cost Engineer

1 org Tetap

Surveying

2 org Kontrak proyek

1 org Tdk

tetap

Tetap 1 org

1 org Tetap

Purcashing

1 org Tdk tetap

Admin

Tdk tetap

1 org

Logistik

1 org Tdk tetap

Heavy Equipment

Mekanik

Tdk tetap

2 org

Tetap 1 org

Site Manager

Pelaksana

Tdk tetap

2 org

Tetap 1 org

Safety Assurance

1 org Tdktetap

Quality Assurance

1 org Tdk tetap

Project Manager

1 org Tetap

Plant Manager

1 org Tetap

Umum

tetap 1 org

Keterangan : Kompetensi 1 = Bersertifikat , Kompetensi 2 = Tidak bersertifikat

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 7: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

117 Universitas Indonesia

Untuk nilai proyek diatas Rp. 100 M, alokasi jumlah dan kualifikasi tenaga kerja

di tingkat manajerial/engineering ditunjukkan pada Gambar 4.7. dan Tabel 4.4.

Gambar 4.7. Struktur dan jumlah tenaga kerja pada proyek diatas Rp. 100 M

Tabel 4.4. Kualifikasi tenaga kerja pada proyek diatas Rp. 100 M

Pro

ject

M

anag

er

Dep

uty

PM

Sit

e M

anag

er

Pel

aksa

na

Hea

vy

Eq

uim

ent

Mek

anik

En

gin

eeri

ng

Man

ager

Cos

t E

ngi

nee

r

Su

rvey

ing

Pla

nn

ing

Qu

alit

y A

ssu

ran

ce

Saf

ety

Ass

ura

nce

Qu

anti

ty

Su

rvey

or

Ad

min

istr

atio

n

Man

ager

Ak

un

tan

&

keu

anga

n

Pu

rcas

hin

g

Log

isit

k

Ad

min

istr

asi

Ad

kon

Pendidikan S1 S1 S1 D3 D3 D3 S1 S1 D3 S1 D3 D3 S1 S1 D3 D3 D3 D3 S1

Kompetensi 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

Pengalaman 5-10 5-10 5-10 5-10 5-10 5-10 5-10 2-5 5-10 2-5 5-10 2-5 2-5 5-10 2-5 5-10 5-10 5-10 2-5

Analisis penelitian tentang alokasi tenaga kerja ini secara lengkap dapat dilihat

pada BUKU LAMPIRAN - ANALISIS IV – 1.

OPERATIONAL DIVISION ENGINEERING DIVISION ADMINISTRATION DIVISION

Planning

Admin Manager

Akuntan

Engineering Manager

1 org Tetap

Cost Engineer

1 org Tetap

Surveying

2 org Kontrak proyek

1 org Tdk

tetap

Tetap 1 org

1 org Tetap

Purcashing

1 org Tdk tetap

Admin

Tdk tetap

1 org

Logistik

1 org Tdk tetap

Heavy Equipment

Mekanik

Tdk tetap

2 org

Tetap 1 org

Site Manager

Pelaksana

Tdk tetap

2 org

Tetap 1 org

Safety Assurance

1 org Tdktetap

Quality Assurance

1 org Tdk tetap

Project Manager

1 org Tetap

Quantity Surveyor

tidak tetap

1 org

Deputy PM

1 org Tetap

Adkon

1 org tetap

Keterangan : Kompetensi 1 = Bersertifikat , Kompetensi 2 = Tidak bersertifikat

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 8: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

118 Universitas Indonesia

4.2.2. Efisiensi biaya tenaga kerja pada proyek jalan.

4.2.2.1. Komponen biaya proyek jalan.

Pada pelaksanaan proyek konstruksi jalan terdapat komponen sumber

daya yang mempengaruhi yaitu material, tenaga kerja, peralatan, keuangan dan

manajemen. Dalam melakukan estimasi biaya biaya suatu proyek, kontraktor

harus mempunyai data yang dapat dijadikan dasar acuan penghitungan. Dari data

dan analisis biaya tersebut, maka kontraktor dapat melakukan estimasi berbagai

jenis biaya proyek. Keakuratan estimasi tersebut sangat menentukan dalam

mengurangi resiko penyimpangan biaya pelaksanaan proyek dan juga untuk

mendapatkan biaya pelaksanaan yang efisien. Dalam mengoptimalkan biaya

tenaga kerja, faktor-faktor penting yang harus diketahui adalah besarnya rencana

anggaran biaya dan besarnya realisasi biaya pelaksanaan proyek. Kedua data

tersebut kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui besarnya kinerja biaya

yang terjadi dalam setiap proyek. Kinerja biaya tersebut yang menjadi pedoman

dalam mengoptimalkan biaya tenaga kerja. Dengan mengoptimalkan komponen

biaya tenaga kerja, maka akan didapatkan biaya tenaga kerja yang efisien.

Tujuan utama kontraktor adalah menyelesaikan proyek sesuai dengan

waktu, biaya dan mutu yang telah ditentukan. Biaya proyek dibagi atas dua jenis

yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.120 Pada biaya langsung terdiri

atas biaya material, biaya alat, biaya tenaga kerja, dan biaya subkontraktor.

Sedangkan biaya tidak langsung terbagi atas biaya alokasi umum, biaya

penyusutan, biaya bunga, pajak, ketidak-pastian atau contingency, biaya overhead

kantor pusat dan laba. Pada proyek konstruksi jalan, komponen tenaga kerja

terdiri dari tenaga kerja kontrak, tenaga kerja tetap, tenaga kerja upah per jam,

dan tenaga kerja upah borongan.121

4.2.2.2. Penelitian model perhitungan biaya tenaga kerja.

Penelitian tentang model perhitungan biaya tenaga kerja yang efisien pada

proyek jalan dilakukan dengan cara mengoptimalkan komponen biaya tenaga

kerja dengan kerangka proses di atas. Data yang digunakan pada penelitian ini

adalah data rencana anggaran biaya langsung dan realisasi biaya langsung proyek

120 Asiyanto. Construction Project Cost Management. Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2003. 121 Soeharto, I. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta : Erlangga. 1997.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 9: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

119 Universitas Indonesia

meliputi biaya material, biaya tenaga kerja, biaya alat, biaya sub kontraktor dan

biaya overhead lapangan. Metode pemodelan biaya dianggap merupakan metode

yang layak atas dasar suatu asumsi.122 Metode penelitiannya dilakukan dengan

menggunakan data rencana anggaran biaya proyek dan realisasi dari biaya

proyek. Kedua input angka biaya tesebut digunakan untuk mendapatkan

pemodelan kinerja biaya, kemudian optimalisasi dilakukan terhadap pemodelan

kinerja biaya ini. Penelitian ini dibagi ke dalam dua tahap penelitian, masing-

masing tahap memiliki dua permodelan yang selanjutnya akan gabungkan untuk

memperoleh hasil akhir. Tahap pertama yaitu model tentang kontribusi

komponen-komponen biaya langsung proyek terhadap biaya langsung proyek,

dan tahap kedua model tentang bobot realisasi komponen biaya yang

mempengaruhi kinerja komponen biaya proyek. Pemodelan yang pertama

mengenai kontribusi komponen-komponen biaya langsung proyek terhadap biaya

langsung proyek, ditunjukkan pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Grafik pemodelan komponen biaya terhadap biaya langsung Untuk input data digunakan persamaan :

(Rencana Biaya – Realisasi Biaya) Y = x 100 % .............. (1) Rencana Biaya

(Rencana biaya Xn – Realisasi Biaya Xn) Xn = x 100 % ................(2)

Rencana Biaya Xn

122 Ashworth. Cost Studies Of Buildings. Longman Group UK Limited, 1988.

Keterangan:

Y : Kinerja Biaya Langsung

X : Kinerja Komponen Biaya Langsung (Material, Alat, Tenaga Kerja,

Sub Kontraktor, Overhead Lapangan)

i : Variabel Bebas

j : Sampel Proyek

k : Jenis Variabel k yang mempunyai keterkaitan terhadap Variabel i

l : Sampel Proyek l yang mempunyai keterkaitan terhadap Sampel j

Biaya

Komponen Biaya

Y = f ( XIjkl ) Kinerja Biaya

Langsung

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 10: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

120 Universitas Indonesia

Selanjutnya pemodelan bagian kedua adalah mengenai bobot realisasi komponen

biaya yang mempengaruhi kinerja komponen biaya proyek. Berikut dapat

diidentifikasikan komponen biaya yang memberikan kontribusi penyimpangan

negatif dan positif seperti ditujukkan pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Grafik pemodelan bobot komponen biaya terhadap kinerja komponen biaya langsung.

Untuk input digunakan persamaan :

(Rencana Biaya Xn – Realisasi Biaya Xn) Ym = Xn= x 100 % ......... (3) Rencana Biaya Xn

(Realisasi Biaya Xn) Xm = x 100 % ............................ (4) Rencana Biaya Total Penelitian bagian pertama dilakukan dengan tujuan mengkaji kontribusi masing-

masing komponen biaya pelaksanaan proyek agar didapat pemodelan biaya

pelaksanaan proyek, selanjutnya digunakan untuk melakukan pengendalian biaya

pelaksanaan proyek. Konstelasi permasalahan tahap pertama, ditujunkkan pada

Gambar 4.10.

(Kinerja dalam %)

Gambar 4.10. Hubungan antara biaya langsung dengan komponen biaya

Keterangan :

X1 : Kinerja Biaya Peralatan

X2 : Kinerja Biaya Material

X3 : Kinerja Biaya Tenaga Kerja

X4 : Kinerja Biaya Sub Kontraktor

X5 : Kinerja Biaya Overhead Lapangan

Y : Kinerja Biaya Langsung Proyek

X1

X2

X3 Y

X4

X5

Keterangan :

Ym : Kinerja Komponen Biaya Langsung

m : 1 s/d n

Xmp : Bobot Komponen Biaya Langsung

p : 1 s/d n

Kinerja Komponen Biaya

Bobot Komponen Biaya

Ym = f ( Xmp )

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 11: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

121 Universitas Indonesia

Hubungan tersebut menggambarkan konstribusi Kinerja Biaya Peralatan (X1),

Kinerja Biaya Material (X2), Kinerja Biaya Tenaga Kerja (X3), Kinerja Biaya Sub

Kontraktor (X4), dan Kinerja Biaya Overhead Lapangan (X5) dengan Kinerja

Biaya Langsung Proyek (Y). Penelitian bagian kedua dilakukan bertujuan untuk

mengkaji kontribusi masing-masing bobot komponen biaya langsung sehingga

diperoleh pemodelan komposisi komponen biaya langsung, selanjutnya

digunakan untuk melakukan estimasi biaya pelaksanaan proyek. Permasalahan

bagian kedua dapat digambarkan pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11. Hubungan antara bobot komponen biaya dengan kinerja komponen biaya langsung

Hubungan tersebut menggambarkan konstribusi bobot komponen Biaya

Langsung (Zn) dengan kinerja komponen Biaya Langsung (Xn).

4.2.2.3. Biaya tenaga kerja.

Data penelitian diperoleh dari 75 proyek jalan baru yang telah selesai

pelaksanaannya antara tahun 2000 sampai 2005 dengan biaya di atas 2 milyar

rupiah di seluruh wilayah Indonesia. Data biaya tenaga kerja digunakan untuk

menghitung kinerja biaya tenaga kerja dan bobot realisasi biaya tenaga kerja

terhadap biaya langsung. Dari 75 proyek yang disurvey, diperoleh hasil

perhitungan kinerja biaya tenaga kerja dan bobot realisasi biaya tenaga kerja

seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.5. Bobot realisasi dan kinerja biaya tenaga

kerja diperoleh dengan persamaan (2) dan (4).

Tabel 4.5. Data biaya dan kinerja biaya tenaga kerja

Biaya Langsung (dalam juta rupiah)

Biaya Tenaga Kerja (dalam juta rupiah) No Proyek

Rencana Realisasi Rencana Realisasi

Bobot Realisasi

Kinerja Biaya TK

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Proyek 1 492 490 123 101 20.61% 17.89%

2 Proyek 2 606 596 144 117 19.63% 18.75%

3 Proyek 3 8.313 8.262 1.112 471 5.70% 57.64%

4 Proyek 4 591 581 139 112 19.28% 19.42%

5 Proyek 6 2.877 2.736 435 417 15.24% 4.14%

6 Proyek 7 8.013 7.962 912 471 5.92% 48.36%

7 Proyek 10 1.869 1.824 61 54 2.96% 11.48%

8 Proyek 12 5.061 5.023 364 325 6.47% 10.71%

9 Proyek 13 2.877 2.787 268 247 8.86% 7.84%

Zn Xn

Keterangan :

Zn : Bobot komponen Biaya Langsung

Xn : Kinerja komponen Biaya Langsung

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 12: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

122 Universitas Indonesia

Biaya Langsung (dalam juta rupiah)

Biaya Tenaga Kerja (dalam juta rupiah) No Proyek

Rencana Realisasi Rencana Realisasi

Bobot Realisasi

Kinerja Biaya TK

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

10 Proyek 16 5.516 5.424 1.297 1.045 19.27% 19.43%

11 Proyek 17 8.921 8.866 1.015 525 5.92% 48.28%

12 Proyek 18 5.055 4.928 366 356 7.22% 2.73%

13 Proyek 19 4.178 4.209 1.115 1.145 27.20% -2.69%

14 Proyek 20 9.730 9.715 65 61 0.63% 5.93%

15 Proyek 22 5.883 5.749 495 517 8.99% -4.44%

16 Proyek 23 8.865 8.851 59 56 0.63% 5.08%

17 Proyek 26 1.754 1.734 96 39 2.25% 59.38%

18 Proyek 27 14.436 14.917 1.038 1.135 7.61% -9.34%

19 Proyek 28 3.193 3.201 362 335 10.47% 7.46%

20 Proyek 29 4.089 3.997 344 359 8.98% -4.36%

21 Proyek 30 6.303 6.148 222 191 3.11% 13.96%

22 Proyek 32 6.813 7.100 682 955 13.45% -40.03%

23 Proyek 33 7.174 6.894 628 619 8.98% 1.43%

24 Proyek 36 1.666 1.615 376 220 13.62% 41.49%

25 Proyek 37 5.201 5.149 389 350 6.80% 10.03%

26 Proyek 39 5.170 5.274 381 371 7.03% 2.62%

27 Proyek 41 3.258 3.254 180 182 5.59% -1.11%

28 Proyek 42 11.770 11.507 584 574 4.99% 1.71%

29 Proyek 43 6.098 5.994 219 196 3.27% 10.50%

30 Proyek 45 4.578 4.531 1515 145 3.20% 90.43%

31 Proyek 46 2.623 2.565 130 128 4.99% 1.54%

32 Proyek 47 27.412 26.947 453 489 1.81% -7.95%

33 Proyek 50 9.226 9.172 386 267 2.91% 30.74%

34 Proyek 53 2.987 2.913 105 90 3.09% 14.29%

35 Proyek 54 4.096 4.287 409 588 13.72% -43.77%

36 Proyek 57 5.771 5.699 288 497 8.72% -72.57%

37 Proyek 60 12.535 12.320 450 402 3.26% 10.67%

38 Proyek 61 4.214 4.049 369 364 8.99% 1.36%

39 Proyek 64 11.430 11.071 1.065 981 8.86% 7.89%

40 Proyek 65 7.708 7.723 874 809 10.48% 7.44%

41 Proyek 67 4.548 4.438 280 276 6.21% 1.54%

42 Proyek 68 3.193 3.201 362 335 10.47% 7.46%

43 Proyek 69 14.361 13.870 1.040 987 7.12% 5.10%

44 Proyek 70 15.638 15.754 4.173 4.286 27.21% -2.71%

45 Proyek 71 5.886 5.754 292 287 4.99% 1.71%

Data dan hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada BUKU LAMPIRAN

- ANALISIS IV – 1.

Dari tabulasi data di atas dapat dilihat gambaran biaya tenaga kerja pada proyek.

Gambaran data biaya tenaga kerja tersebut menjelaskan kondisi biaya tenaga

kerja pada proyek yang terjadi, yaitu cost underrun dan cost overrun. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 13: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

123 Universitas Indonesia

Tabel 4.6. Kondisi Biaya Tenaga Kerja

No Komponen Biaya Variance Rentang Kinerja Bobot Sampel

1 Biaya Langsung 0 - 4,9 % 100% 36

2 Biaya Tenaga Kerja

Cost Underrun 0 - 90,43 % 0,63 - 20,61 % 35

1 Biaya Langsung -4,66 - -0,19 % 100% 9

2 Biaya Tenaga Kerja

Cost Overrun -72,57 - -1,11 % 1,81 - 27,21 % 10

Berdasarkan hasil analisis kinerja biaya tenaga kerja di atas diperoleh angka rata-

rata 9,28%, dengan standar deviasi 0,262, median sebesar 0,0743, angka

minimum sebesar -0,7257, dan maksimum sebesar 0,9043. Koefisien

kecondongan gambar atau skewness besarnya 0,1279 dan kelancipan gambar

berada pada kurtosis 3,3864. Hasil perhitungan kinerja biaya tenaga kerja ini

ditujukkan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.12. Hasil analisis data bobot

realisasi biaya tenaga kerja diperoleh angka rata-rata 8,82%, standar deviasi

0,0645, angka minimum pada 0,0063 dan maksimum pada 0,2721. Koefisien

kecondongan gambar atau skewness besarnya 1,31 dan kelancipan gambar

berada pada kurtosis 1,46. Hasil perhitungan bobot realisasi biaya tenaga kerja

ditunjukkan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.13. Kedua Gambar ini

menunjukkan sebaran kinerja biaya dan bobot realisasi berbentuk normal.

Kinerja Upah

.88.75.63.50.38.25.130.00-.13-.25-.38-.50-.63-.75

Fre

qu

en

cy

20

10

0

Bobot Realisasi Biaya Upah

.275.250.225.200.175.150.125.100.075.050.0250.000

Fre

kue

nsi

10

8

6

4

2

0

4.2.2.4. Kontribusi kinerja biaya tenaga kerja.

Untuk mengetahui model hubungan kinerja biaya tenaga kerja terhadap

kinerja biaya langsung dilakukan analisa regresi sederhana. Berdasarkan hasil

perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya langsung (YBL) atas

kinerja biaya tenaga kerja (XTK) yaitu :

YBL = 0,009414 + 0,01744 XTK

Gambar 4.12 Histogram Sebaran Data Kinerja Biaya Tenaga Kerja

Gambar 4.13. Histogram Sebaran Data Bobot Realisasi Biaya Tenaga

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 14: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

124 Universitas Indonesia

Sesuai dengan metode penelitian yang telah diuraikan, dilakukan teknik simulasi

Monte Carlo menggunakan program Crystall Ball dengan iterasi sebanyak 3000

kali, kinerja biaya tenaga kerja (XTK) sebagai random variable dengan

menggunakan distribusi normal dengan parameter mean = 9,28 %, standar

deviasi = 26,24 %. Hasil teknik simulasi ini ditunjukkan pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14. Grafik Kontribusi Biaya Tenaga Kerja Terhadap Kinerja Biaya Langsung

Berdasarkan Gambar 4.14. dapat dilihat bahwa kinerja biaya langsung

dipengaruhi oleh kinerja biaya tenaga kerja, pada nilai probabilitas 50% sebesar

1,11%. Hal ini berarti bahwa kinerja biaya tenaga kerja dengan probabilitas 50%

menyebabkan kinerja biaya langsung sebesar 1,11%. Dari nilai percentiles dalam

batas 2,5 % sampai dengan 97,5 % diperoleh kinerja biaya tenaga kerja

menyebabkan terjadinya kinerja positif minimum 0,23% dan kinerja positif

maksimum 2,01%, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.7. Pada Tabel ini

terlihat bahwa kinerja biaya tenaga kerja memiliki probabilitas yang besar untuk

memberikan kontribusi kinerja biaya proyek positif.

Tabel 4.7. Batas Probabilitas Kontribusi Kinerja Biaya Tenaga Kerja

Percentile Y XTK Batas Probabilitas Kontribusi

0.0% -0.28% -69.91% 2.5% 0.23% -40.75% 0.23% 5.0% 0.36% -33.11% 50.0% 1.11% 9.82% 95.0% 1.87% 53.15% 97.5% 2.01% 61.33% 2.01% 100.0% 2.47% 87.82%

Cumulative Chart

Mean = 0.01.000

.250

.500

.750

1.000

0

750

3000

-0.00 0.01 0.01 0.02 0.02

3,000 Trials 2,976 Displayed

Forecast: Kinerja BL-TK

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 15: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

125 Universitas Indonesia

4.2.2.5. Identifikasi kinerja komponen biaya tenaga kerja sebagai biaya

langsung.

Proses identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui batasan kinerja biaya

material, biaya tenaga kerja, biaya alat, biaya sub kontraktor dan biaya overhead

lapangan berupa batas atas dan batas bawah kinerja yang diperoleh dari simulasi

permodelan.Untuk mengetahui range kinerja biaya tenaga kerja, dilakukan

regresi sederhana antara bobot realisasi biaya tenaga kerja terhadap kinerja biaya

tenaga kerja. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja

biaya tenaga kerja (XTK) atas bobot biaya tenaga kerja (ZTK) yaitu :

Sesuai dengan metode penelitian yang telah diuraikan, dilakukan teknik simulasi

Monte Carlo menggunakan program Crystall Ball dengan iterasi sebanyak 3000

kali, bobot realisasi biaya tenaga kerja (ZTK) sebagai random variable dengan

menggunakan distribusi normal dengan parameter mean = 8,82%, standar deviasi

= 6,45%. Hasil simulasi ditunjukkan pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15. Grafik Model Kinerja Biaya Tenaga Kerja

Berdasarkan Gambar 4.15. diketahui nilai pada probabilitas 50% sebesar

7,80%. Hal ini berarti bahwa terjadinya kinerja biaya tenaga kerja dengan

probabilitas 50% adalah sebesar 7,80%. Dari nilai percentiles dalam batas 2,5 %

sampai dengan 97,5 % diketahui batas bawah kinerja biaya tenaga kerja adalah

0,61% dan batas atas kinerja biaya tenaga kerja sebesar 17,71%, yang

ditunjukkan pada Tabel 4.8.

Cumulative Chart

Mean = 8.08E-2.000

.250

.500

.750

1.000

0

750

3000

8.64E-4 5.01E-2 9.94E-2 1.49E-1 1.98E-1

3,000 Trials 2,968 Displayed

Forecast: Kinerja Upah vs Bobot Upah

XTK = -0,00461 + 0,860 ZTK

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 16: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

126 Universitas Indonesia

Tabel 4.8. Batas Probabilitas Peyimpangan Biaya Tenaga Kerja

Percentile XTK ZTK Batas Probabilitas Kinerja

0.0% 0.08% 0.63% 2.5% 0.61% 1.25% 0.61% 5.0% 1.20% 1.93% 50.0% 7.80% 9.60% 95.0% 16.15% 19.31% 97.5% 17.71% 21.13% 17.71% 100.0% 22.84% 27.10%

4.2.2.6. Optimalisasi biaya tenaga kerja.

Setelah memperoleh hasil kinerja biaya langsung dengan simulasi Monte Carlo,

selanjutnya dilakukan optimalisasi biaya tenaga kerja dengan bantuan program

Opquest dan menghasilkan permodelan yang akan digunakan dalam melakukan

optimalisasi, yaitu :

Y = -0,02272 + 0,02826 Z1 + 0,03173 Z2 + 0,04127 Z3 + 0,00852 Z4 + 0,03481 Z5.

dimana : Z1 = bobot biaya material

Z2 = bobot biaya tenaga kerja

Z3 = bobot biaya peralatan

Z4 = bobot biaya sub kontraktor

Z5 = bobot biaya overhead lapangan

dengan cara perhitungan yang sama untuk setiap komponen biaya seperti cara

perhitungan pada komponen biaya tenaga kerja diperoleh batasan berikut ini :

1. Kinerja Biaya Langsung (Y) = Maksimum

2. 1,49 % < Bobot Biaya Material < 74,17 %

3. 0,63 % < Bobot Biaya Tenaga kerja < 27,21 %

4. 1,03 % < Bobot Biaya Alat < 24,67 %

5. 0,25 % < Bobot Biaya Sub Kontraktor < 92,60 %

6. 1,80 % < Bobot Biaya Overhead Lapangan < 19,50 %

7. Bobot Biaya Material + Bobot Biaya Tenaga kerja + Bobot Biaya Alat +

Bobot Biaya Sub Kontraktor + Bobot Biaya Overhead Lapangan = 100 %

Dari hasil optimalisasi diperoleh bobot komponen biaya langsung yang optimal

pada Tabel 4.9.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 17: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

127 Universitas Indonesia

Tabel 4.9. Bobot Optimal Komponen Biaya Langsung

N Kinerja Biaya Langsung

Material Tenaga kerja

Alat Sub Kon

Overhead

1 1.36E-03 46.90% 8.82% 8.38% 30.14% 5.77% 5 1.46E-03 23.19% 13.71% 21.74% 38.38% 2.99% 8 6.45E-03 65.24% 2.16% 17.77% 9.30% 5.53% 45 8.44E-03 73.09% 2.37% 19.88% 0.25% 4.41%

Dari Tabel 4.9. diperoleh batasan bobot komponen biaya langsung yang optimal,

yaitu :

1. Bobot biaya material : 23,19% - 73,03% dari biaya langsung

2. Bobot biaya tenaga kerja : 2.16% - 13,71% dari biaya langsung

3. Bobot biaya peralatan : 17,69% - 22,09% dari biaya langsung

4. Bobot biaya sub kontraktor : 6,35% - 38,38% dari biaya langsung

5. Bobot biaya overhead lapangan : 2,99% - 6,51% dari biaya langsung

Berdasarkan penelitian di atas, diperoleh hasil temuan sebagai berikut :

1. Hasil analisis model persamaan regresi kinerja biaya tenaga kerja (XTK)

atas bobot biaya tenaga kerja (ZTK) adalah XTK = -0,00461 + 0,860 ZTK

dengan nilai Adjusted R2 = 0,584. Hal ini berarti bahwa tingkat

pengaruh kinerja biaya tenaga kerja terhadap bobot biaya tenaga kerja

adalah sebesar 0,584 atau 58,40%. Angka ini merupakan nilai tingkat

pengaruh kinerja biaya tenaga kerja dari estimasi biaya tenaga kerja

yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan.

2. Analisis tentang kontribusi kinerja biaya tenaga kerja menunjukkan

terjadinya kinerja biaya langsung positif minimum 0,23% dan kinerja

positif maksimum 2,01%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja biaya

tenaga kerja memberikan kontribusi yang positif terhadap kinerja biaya

langsung pada proyek jalan, tetapi karena porsinya relatif kecil maka

kontribusi ini tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan komponen

biaya lainnya.

3. Estimasi biaya tenaga kerja merupakan suatu perkiraan yang memiliki

probabilitas yang dapat lebih rendah atau lebih tinggi. Dari analisis

penelitian dihasilkan batas bawah kinerja biaya tenaga kerja adalah

0,61% dan batas atas kinerja biaya tenaga kerja sebesar 17,71%. Hal ini

berarti bahwa kinerja biaya tenaga kerja pada proyek jalan mempunyai

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 18: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

128 Universitas Indonesia

kemungkinan deviasi dari estimasi biaya tenaga kerja antara 0,16%

sampai dengan 17,71%. Batasan angka ini dapat digunakan oleh

kontraktor dalam membuat estimasi biaya tenaga kerja.

4. Dari hasil perhitungan optimalisasi diperoleh bobot biaya tenaga kerja

pada proyek jalan antara 2,16% sampai dengan 13,71 % dari total biaya

langsung. Dengan teknik simulasi Monte Carlo terhadap hasil

optimalisasi tadi diperoleh bobot biaya tenaga kerja optimal pada

probabilitas 50% sampai dengan 95% sebesar 6,52% sampai dengan

11%. Hal ini berarti bahwa bobot biaya tenaga kerja optimal berada

pada batas 6,52% - 11% dari total biaya langsung.

Berdasarkan analisis penelitian dan temuan di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Kinerja biaya material, tenaga kerja, alat, sub kontraktor, dan overhead

lapangan secara bersama-sama ikut menentukan kinerja biaya

pelaksanaan proyek. Jika kinerja biaya pelaksanaan proyek akan

ditingkatkan maka kinerja biaya material, kinerja biaya tenaga kerja,

kinerja biaya alat, kinerja biaya sub kontraktor dan kinerja biaya

overhead lapangan secara bersama-sama perlu ditingkatkan.

2. Kinerja biaya tenaga kerja memberikan kontribusi positif terhadap

kinerja biaya pelaksanaan proyek. Makin tinggi kinerja biaya tenaga

kerja maka kinerja biaya pelaksanaan proyek akan makin baik. Jika

kinerja biaya pelaksanaan proyek akan ditingkatkan maka kinerja

tenaga kerja perlu ditingkatkan.

3. Pada proyek jalan bobot biaya tenaga kerja ikut menentukan kinerja

biaya tenaga kerja. Makin tepat perencanaan bobot biaya tenaga kerja

berarti makin baik kinerja biaya tenaga kerja. Jika akan meningkatkan

kinerja tenaga kerja, ketepatan dalam estimasi biaya tenaga kerja perlu

ditingkatkan.

4. Bobot biaya tenaga kerja terhadap jumlah total biaya langsung pada

pelaksanaan proyek jalan yang efisien adalah pada kisaran antara 6,52

% sampai 11% dari total biaya langsung. Bila kontraktor akan

mengefisienkan biaya pelaksanaan proyek jalan, maka untuk biaya

tenaga kerja sebaiknya dalam batas tersebut.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 19: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

129 Universitas Indonesia

Analisis penelitian tentang efisiensi biaya tenaga kerja ini secara lengkap dapat

dilihat pada BUKU LAMPIRAN - ANALISIS IV – 2.

4.3. Analisis peningkatan kinerja daya saing dari faktor ketepatan waktu

dan produktifitas kerja.

4.3.1. Faktor dan variabel kinerja daya saing tenaga kerja yang terkait

dengan ketepatan waktu dan produktifitas pada pekerjaan jalan.

Faktor dan variabel kinerja daya saing tenaga kerja yang terkait dengan

produktifitas pada pekerjaan jalan diperoleh dengan cara observasi proses

kegiatan konstruksi dari proyek jalan yang terletak di 14 lokasi di Indonesia yaitu

di Medan, Cibubur (2 lokasi), Cikampek, Banten, DKI Jakarta, Surabaya,

Samarinda, Bali, Lombok, Manado, Ternate, Kupang dan Jayapura,123 yang

ditunjukkan pada Gambar 4.16. Variabel terikat (Y) dalam kinerja daya saing dari

faktor produktifitas diperoleh melalui penelitian dan dihitung dari waktu kerja

yang tidak produktif pada pelaksanaan pekerjaan jalan serta indeks

produktifitasnya.124 Pengumpulan data penelitian tentang indeks produktifitas

tenaga kerja proyek jalan dilakukan dengan mengukur elemen waktu non

produktif yang terjadi dalam beberapa paket pekerjaan jalan berupa data primer.

Jumlah data penelitian adalah :

15 lokasi proyek yang dipilih di 13 propinsi

433 proses kerja yang diobservasi di 15 lokasi proyek

1115 kegiatan yang diobservasi di 433 proses kerja / lokasi.

123 CITS, Construction Industry Training Study, Puslatjakon dan LPJK, 2003. 124 Listinia Rozana, Peningkatan Produktifitas Tenaga Kerja Konstruksi Pekerjaan Jalan Berdasarkan Elemen Waktu Kerja, Tesis Manajeman Konstruksi FTUI, 2005.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 20: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

130 Universitas Indonesia

Gambar 4.16. Peta lokasi proyek jalan yang diteliti.

Observasi ini menghasilkan data primer berupa informasi atas kinerja dan

produktifitas dari individu tenaga kerja dan kru untuk proses kerja yang dipilih

dalam bidang konstruksi jalan. Setiap proses dalam observasi ini dikerjakan

untuk menghasilkan :

1. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu proses kerja dan

produktifitas individu yang terkait dan kegiatan yang tidak produktif

dihitung dalam jam.

2. Keluaran kuantitas yang dihasilkan selama periode observasi dihitung

dalam unit output.

3. Kondisi spesifik yang berlaku selama periode observasi, termasuk

diantaranya input tenaga kerja dalam jumlah dan kualifikasi, motivasi,

tingkat upah, bahan, keadaan cuaca dan sebagainya.

Hasil survey digunakan sebagai dasar standar perhitungan kinerja tenaga kerja

dan rate produktifitas, untuk memperbaiki estimasi biaya konstruksi dan untuk

membantu definisi dari standar kinerja dari tenaga kerja. Aktifitas produktif yang

dipertimbangkan adalah yang mempunyai hubungan langsung dengan kinerja

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 21: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

131 Universitas Indonesia

individu, sedangkan aktifitas non-produktif adalah yang berhubungan dengan

interupsi, kelambatan karena berbagai sebab, seperti antara lain:125

perlengkapan atau alat yang rusak

mencari peralatan, bahan dan informasi

kesalahan yang dilakukan oleh pekerja

kekurangan bahan

alasan pribadi pekerja

datang terlambat dan pulang lebih awal

terlambat melakukan persiapan kerja

waktu idle

4.3.1.1. Perhitungan waktu (input)

Perhitungan waktu akan menghasilkan informasi berikut :126

Total waktu observasi (jam) yang digunakan untuk menyelesaikan

seluruh proses.

Total waktu kegiatan produktif (jam) yang digunakan untuk

menyelesaikan seluruh proses.

Total waktu kegiatan non-produktif, yang digunakan untuk

menyelesaikan seluruh proses, dan dirinci menjadi elemen-elemen

waktu non-produktif.

4.3.1.2. Pengukuran kuantitas (output)

Sebagai dasar penghitungan angka produktifitas pekerja individual dan kru,

kuantitas output yang dihasilkan untuk seluruh proses kerja dan untuk sub-proses

/ kegiatan individual, telah ditentukan dengan suatu cara agar output tersebut

dapat langsung dihubungkan dengan catatan waktu.

4.3.1.3. Pencatatan kondisi kerja

Untuk pengukuran waktu dengan kondisi khusus yang berlaku selama

periode observasi diperlukan informasi mengenai:127

Lokasi, ruang lingkup dan karakteristik proyek konstruksi lainnya

Nama, pengalaman dan karakteristik kontraktor/sub-kontraktor lainnya

Deskripsi detail mengelai proses kerja beserta sub-prosesnya

125 CITS, Construction Industry Training Study, Puslatjakon dan LPJK, 2003. 126 Ibid. 127 Ibid.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 22: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

132 Universitas Indonesia

Jumlah dan kualifikasi pekerja yang dilibatkan dalam proses

Spesifikasi dan deskripsi alat, perlengkapan dan bahan yang digunakan

Kondisi cuaca selama periode observasi

Tingkat upah pekerja yang dilibatkan dalam proses kerja

Proses dan aktifitas kerja berupa faktor dan variabel kinerja daya saing tenaga

kerja yang terkait dengan produktifitas pada pekerjaan jalan yang diobservasi

diuraikan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Proses kerja dan aktifitas yang diobservasi.

PROSES DAN AKTIFITAS YANG DIOBSERVASI 1.

T

ange

ran

g

2.

Cib

ub

ur

I

3.

Cib

ub

ur

II

4.

Med

an

5.

Bal

i

6.

Mat

aram

7.

Man

ado

8.

Ter

nat

e

9.

Pap

ua

10. T

engg

aron

g

11. K

up

ang

12. C

ikam

pek

13. J

akar

ta

1. RIGID PAVEMENT (CONCRETE) CONSTRUCTION

1.001 Mulai persiapan. √ √

1.002 Akhir persiapan.

1.003 Pembersihan

1.004 Watering √

1.005 Pouring √

1.006 Vibrating √

1.007 Leveling √

1.008 Routing √

1.009 Pemasangan Formwork √ √

1.010 Pembongkaran Formwork √

1.011 Pemasangan pembesian √

1.012 Pengecoran beton √

2. KONSTRUKSI KANSTIN (CURB )

2001 Mulai persiapan. √ √ √ √

2.002 Akhir persiapan. √ √

2.003 Pemasangan tanda (marking) √ √ √ √

2.004 Transportasi curb √ √ √

2.005 Transportasi adukan √ √ √

2.006 Pemasangan √ √ √ √

2.007 Pengawasan √ √ √

2.008 Pencampuran adukan √ √ √ √

2.009 Finishing √ √ √

2.010 Pengecoran

3. KONSTRUKSI DRAINASI BETON

3.001 Mulai persiapan. √ √ √ √

3.002 Akhir persiapan. √ √ √

3.003 Pembersihan

3.004 Watering √

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 23: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

133 Universitas Indonesia

PROSES DAN AKTIFITAS YANG DIOBSERVASI 1.

T

ange

ran

g

2.

Cib

ub

ur

I

3.

Cib

ub

ur

II

4.

Med

an

5.

Bal

i

6.

Mat

aram

7.

Man

ado

8.

Ter

nat

e

9.

Pap

ua

10. T

engg

aron

g

11. K

up

ang

12. C

ikam

pek

13. J

akar

ta

3.005 Pengecoran √

3.006 Vibrating

3.007 Leveling

3.008 Pemasangan pembesian √ √

3.009 Penimbunan kembali √ √

3.010 Marking pembesian √ √ √

3.011 Penggalian saluran √ √ √

3.012 Pemindahan tanah √ √

3.013 Pemasangan Formwork √ √ √

3.014 Pembongkaran Formwork √ √

4. KONSTRUKSI ASPAL HOTMIXED

4.001 Mulai persiapan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4.002 Akhir persiapan. √ √

4.003 Pembersihan √ √ √ √ √ √

4.004 Spraying √ √ √ √ √ √ √ √

4.005 Spreading √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4.006 Compacting √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4.007 Kontrol lalulintas √ √

4.008 Levelling √ √ √ √ √ √ √ √

5. KONSTRUKSI PONDASI BETON BERTULANG UNTUK DINDING PENAHAN TANAH

5.001 Mulai persiapan √

5.002 Akhir persiapan √

5.003 Transportasi besi beton √

5.005 Pemasangan pembesian √

5.006 Pemasangan Formwork √

5.007 Transportasi Formwork

5.008 Pengawasan √

6. KONSTRUKSI DINDING PENAHAN TANAH BETON BERTULANG

6.001 Mulai persiapan √ √

6.002 Akhir persiapan

6.003 Pembuatan tanda (Marking) √

6.004 Pemasangan pembesian √ √

6.005 Pengawasan √ √

6.006 Pemasangan Formwork √

6.007 Pemadatan tanah √

6.008 Pengecoran √

6.009 Pemasangan Dolken √

6.010 Pembongkaran Formwork √

6.011 Vibrating √

6.012 Levelling √

6.013 Penimbunan kembali √

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 24: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

134 Universitas Indonesia

PROSES DAN AKTIFITAS YANG DIOBSERVASI 1.

T

ange

ran

g

2.

Cib

ub

ur

I

3.

Cib

ub

ur

II

4.

Med

an

5.

Bal

i

6.

Mat

aram

7.

Man

ado

8.

Ter

nat

e

9.

Pap

ua

10. T

engg

aron

g

11. K

up

ang

12. C

ikam

pek

13. J

akar

ta

6.014 Perkuatan dinding saluran √

6.015 Transportasi Dolken √

6.016 Transportasi Formwork √

7. KONSTRUKSI PEKERJAAN TANAH

7.001 Mulai persiapan √ √ √ √ √ √ √ √

7.002 Akhir persiapan √ √

7.003 Levelling √ √ √ √ √ √

7.004 Watering

7.005 Compacting √ √ √ √ √

7.006 Penggalian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

7.007 Penimbunan kembali √ √ √

7.008 Pemindahan tanah √ √ √ √ √ √ √

7.009 Vibrating √

7.10 Loading √ √ √

8. KONSTRUKSI SUB-BASE BETON

8.001 Mulai persiapan √

8.002 Akhir persiapan √

8.003 Levelling √ √

8.004 Pemberian tanda (Marking) √

8.005 Compacting √ √

8.006 Pemasangan Formwork √

8.007 Pemasangan dolken √

8.008 Pengawasan

8.009 Pengecoran √

8.010 Finishing √

9. KONSTRUKSI PERKERASAN DENGAN PENETRASI ASPAL

9.001 Mulai persiapan √

9.002 Akhir persiapan

9.003 Spreading lapisan dasar √

9.004 Asphalt Spraying √

9.005 Compacting √

9.006 Sand Spreading √

9.007 Transportasi aspal panas √

9.008 Transportasi lapisan dasar √

9.009 Transportasi pasir √

9.010 Pembuatan tanda (marking)

10. KONSTRUKSI SUB-BASE

10.001 Mulai persiapan √ √ √ √ √ √

10.002 Akhir persiapan √

10.003 Levelling √ √ √ √ √ √ √ √

10.004 Pembuatan tanda (Marking) √

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 25: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

135 Universitas Indonesia

PROSES DAN AKTIFITAS YANG DIOBSERVASI 1.

T

ange

ran

g

2.

Cib

ub

ur

I

3.

Cib

ub

ur

II

4.

Med

an

5.

Bal

i

6.

Mat

aram

7.

Man

ado

8.

Ter

nat

e

9.

Pap

ua

10. T

engg

aron

g

11. K

up

ang

12. C

ikam

pek

13. J

akar

ta

10.005 Pemadatan √ √ √ √ √ √ √

10.006 Penggalian √ √ √

10.007 Watering √ √ √ √

11. KONSTRUKSI SALURAN BATU KALI

11.001 Mulai persiapan √ √ √ √ √ √ √ √

11.002 Akhir persiapan √ √ √ √ √

11.003 Penggalian √ √ √ √ √ √ √

11.004 Pemindahan tanah √ √ √ √ √ √ √ √ √

11.005 Pembuatan tanda (Marking) √ √ √ √ √ √ √ √

11.006 Finishing √ √ √ √ √ √ √ √ √

12. KONSTRUKSI DINDING PENAHAN TANAH BATU KALI

12.001 Mulai persiapan √ √ √ √ √ √

12.002 Akhir persiapan √

12.003 Penggalian √ √

12.004 Pemindahan tanah √ √ √ √ √ √

12.005 Pembuatan tanda (Marking) √ √ √ √ √ √

12.006 Finishing √ √ √ √

13. KONSRUKSI ASPHALT MIXING PLANT

13.001 Mulai persiapan √ √ √ √

13.002 Akhir persiapan √

13.004 Pemasukan agregat √ √ √ √ √ √ √

13.005 Spraying aspal √ √ √ √ √ √ √

13.006 Pengangkatan ke truk √ √ √ √ √ √ √

14. KONSTRUKSI GORONG-GORONG BETON

14.001 Mulai persiapan √

14.002 Akhir persiapan

14.003 Pembuatan tanda (Marking) √

14.004 Penggalian √ √

14.005 Pengecoran beton dasar

14.006 Pemasangan Formwork √

14.007 Pemasangan pembesian √

14.008 Levelling √

14.009 Pengecoran √

15. KONSTRUKSI SUB GRADE

15.001 Mulai persiapan √ √

15.002 Akhir persiapan

15.003 Levelling √ √

15.004 Compacting √

15.005 Watering √ √

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 26: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

136 Universitas Indonesia

Berdasarkan panduan analisis harga satuan sebagai dasar perhitungan Engineer’s

Estimate (EE) dan Owner’s Estimate (OE) untuk pekerjaaan jalan128, diperoleh

angka struktur biaya untuk semua pekerjaaan yang diobservasi dan ditunjukkan

pada Tabel 4.11. Struktur biaya ini digunakan untuk melihat berapa besar

kontribusi pekerja dalam setiap proses kerja.129 Komponen biaya tenaga kerja

relatif kecil dibanding dengan komponen biaya bahan dan peralatan. Perhitungan

analisis struktur biaya tersebut diuraikan dalam BUKU LAMPIRAN -

ANALISIS IV - 3.

Tabel 4.11. Struktur biaya dari proses kerja.

No Jenis pekerjaan No. analisis

Pekerja %

Bahan %

Alat %

Over Head %

Total %

A Pekerjaan tanah El - 311 9 0 82 9

B Sub-grade El - 33 5 0 86 9

C Sub-base El - 51 1 76 14 9

D Sub-base semen El - 231 5 83 3 9

E Perkerasan aspal hot mixed El - 634 0,3 80,7 10 9

F Perkerasan beton (rigid pavement)

El - 231 5 83 3 9

G Perkerasan aspal penetrasi El - 817 0,5 86,5 4 9

H Pondasi dinding penahan tanah beton bertulang

El - 231 El - 232

9 81 1 9

I Dinding penahan tanah beton bertulang

El - 231 5 83 3 9

J Dinding penahan tanah batu kali

El - 33 13 76 2 9

K Saluran beton bertulang El - 231 5 83 3 9

L Saluran batu kali El - 33 13 76 2 9

M Kanstin (curb) El -845 5 75 11 9

N Gorong-gorong beton El - 231 El - 232

9 81 1 9

100

Struktur biaya di atas menunjukkan biaya satu satuan kerja atau unit price. Dalam

perhitungan biaya konstruksi, unit price ini dikalikan dengan kuantitas jenis

pekerjaan masing-masing. Observasi yang dilakukan menghasilkan indeks

produktifitas dari pekerjaan jalan di 14 lokasi yang disebutkan. Dari hasil ini

dipilih yang terbukti paling mewakili terlihat dari tingkat indeksnya, yang

ditunjukkan dalam Tabel 4.12. Rumus indikator produktifitas IP, adalah :

128 Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, No. 028/T/BM/1995 129 Construction Industry Training Study (CITS), Puslatjakon – LPJKN, 2003.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 27: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

137 Universitas Indonesia

dimana : i = jenis pekerjaan ke 1

j = uraian kegiatan kerja ke j

Tabel 4.12. Indeks Produktifitas hasil survey.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Medan Cibubur 1 Cibubur 2 Cikampek BantenDKI Jakarta

Surabaya Samarinda Bali Mataram Manado Ternate Kupang Jayapura No Kegiatan

5.995 2.299 3.054 4.113 1.834 3.151 2.435 2.396 5.870 2.458 9.140 5.130 4.944 5.791

Jumlah Lokasi yang ada datanya

1 Kerb 5.481 2.008 2.786 2

2 Perkerasan (aspal hotmix)

1.070 1.461 1.083 2.018 0.489 2.537 1.058 1.527 2.034 1.528 10

3 Pondasi bawah 4.549 4.834 1.663 1.995 9.471 2.380 3.577 5.443 8

4 Drainase (pasangan batu)

8.166 4.631 4.688 1.698 8.634 5.523 3.850 4.995 4.230 9

5 Dinding penahan (pasangan batu)

2.618 3.521 2.885 2.729 4.015 3.143 6

6 Pencampuran aspal

4.837 5.566 33.722 12.316 10.099 14.552 6

7 Lapisan bawah 2.446 2.648 1.782 3

8 Drainase (beton) 1.695 7.026 0.896 4.058 3.087 5

9 Pekerjaan tanah 13.245 4.033 5.309 3.102 2.100 1.842 4.385 2.668 2.827 5.849 10

10 Perkerasan kaku (beton)

3.230 0.439 2

11 Penulangan pondasi

3.230 1

12 Pondasi bawah (semen)

1.626 2.771 2

13 Dinding penahan (beton)

1.190 2.547 2

14 Perkerasan (penetrasi aspal)

2.971 1

15 Gorong-gorong (beton)

7.065 3.975 2

Lokasi dimana indeks produktifitas yang terendah dari satu jenis

kegiatan kerja Jenis pekerjaan yang datanya diperoleh dari 7 lokasi atau lebih Jenis pekerjaan yang datanya diperoleh dari 2 lokasi atau kurang

Sumber : diolah dari hasil survey CITS, 2003.

Perhitungan analisis indeks produktifitas tersebut di atas diuraikan dalam BUKU

LAMPIRAN - ANALISIS IV – 3 dan daftar pakar yang menjadi responden

dicantumkan pada LAMPIRAN IV – 2.

Langkah awal dalam menganalisis adalah dengan memasukkan data yang

ada dalam kuisioner dengan memberi kode pada variabel dependent. Variabel

dependent (Y) ditentukan dari ranking perhitungan di atas dan data yang

diperoleh lebih dari 7 atau 50 % dari total lokasi yang disurvey, adalah:

IP ij = ∑∑ Elemen Waktu Produktif ij

∑∑ Elemen Waktu Non-Produktif ij

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 28: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

138 Universitas Indonesia

YA: produktifitas tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan pada paket

pekerjaan tanah

YB: produktifitas tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan pada paket

pekerjaan pondasi bawah

YC: produktifitas tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan pada paket

pekerjaan perkerasan

YD: produktifitas tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan pada paket

pekerjaan drainase.

Variabel independent (X) diperoleh dari kajian pustaka dan teori pada Bab II

butir 2.6.5. Dari daftar variabel tersebut, variabel dari faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi produktifitas tenaga kerja tidak dianalisis lebih lanjut karena

diluar kemampuan tenaga kerja untuk memperbaikinya. Faktor yang dianalisis

selanjutnya adalah faktor internal. Penggabungan dari variabel-variabel sejenis

menghasilkan daftar variabel yang diberi kode untuk 12 variabel independent

diuraikan dalam Tabel 4.13. dan Tabel 4.14.

Tabel 4.13. Kode variable independent Pekerjaan Tanah

Pekerjaan Pondasi Bawah

Pekerjaan Perkerasan

Pekerjaan Drainase

Keterangan

AX BX CX DX 1 s/d 12 No.Urut EWKNP

EWKNP = Elemen Waktu Kerja Non Produktif

Tabel 4.14. Rincian Elemen Waktu Non Produktif

No. Elemen Waktu Non Produktif Kode Tanggung Jawab

X1 Penundaan administrasi/ Manajemen Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan/penundaan memulai) karena adanya ketidakefisienan & / ketidakefektifan dalam hal : - instruksi dan atau rencana kerja termasuk membaca gambar

Ts

X2 Mencari alat, perlengkapan atau informasi Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan/ penundaan memulai) karena adanya ketidakefisienan & / ketidakefektifan: - mencari alat & perlengkapan (penempatan alat & perlengkapan tidak tertata baik, lokasi penyimpanan jauh dari lokasi kerja, ketersediaan alat & perlengkapan terbatas sehingga penggunaan alat & perlengkapan bergantian, dll)

- informasi (penempatan informasi/gambar kerja/prosedur kerja tidak tertata baik, lokasi papan informasi jauh dari lokasi kerja, penyampaian

Ts

Manajemen Lokasi

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 29: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

139 Universitas Indonesia

No. Elemen Waktu Non Produktif Kode Tanggung Jawab

informasi yang tidak/kurang jelas sehingga perlu mencari informasi berulang-ulang

X3 Istirahat karena bahan tidak tersedia

Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kesalahan dalam perhitungan kebutuhan bahan, terjadi kehilangan bahan (dicuri), terjadi kerusakan bahan akibat pengiriman/transportasi, kualitas bahan yang rendah, atau akibat buruknya penanganan bahan,dll

Ts

X4 Istirahat karena perlengkapan rusak Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kesalahan dalam hal perhitungan jumlah dan kualitas kebutuhan perlengkapan, sering terjadi kerusakan perlengkapan akibat pengiriman/ transportasi, kualitas perlengkapan yang rendah, atau akibat buruknya penanganan perlengkapan, dll

Tw

X5 Menunggu kolega Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kesalahan dalam penjadwalan pengiriman bahan, dll

Tw

X6 Menunggu bahan Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kesalahan dalam penjadwalan pengiriman alat, dll

Tw

X7 Menunggu alat atau perlengkapan Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kesalahan dalam penjadwalan penempatan kolega/ rekan kerja, dll

Tw

X8 Persiapan awal dan akhir Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan/ penundaan memulai) karena adanya persiapan bahan, alat & perlengkapannya pada awal pekerjaan, dan penyimpanan serta pembersihannya pada akhir pekerjaan

Tn

Pengawasan

X9 Alasan pribadi Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kebutuhan pribadi. Misalnya ke KM/WC, merokok, kesehatan yang kurang baik (pusing, dll), dihubungi oleh keluarganya, dll

Tp+Ter

X10 Koreksi kesalahan individual Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kesalahan dalam mengerjakan pekerjaan, menerjemahkan instruksi, membaca gambar, dll

Tp

X11 Keterlambatan Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena lamanya perjalanan akibat jauhnya lokasi base camp dengan site

Tp

X12 Menunggu (idle) Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) untuk menunggu penyelesaian proses/tahapan kerja oleh pihak /kolega lainnya

Tp

Tenaga Kerja

Bahan : CITS - 2003

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 30: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

140 Universitas Indonesia

Keterangan : Ts = Elemen waktu diluar kegiatan Tw = Elemen waktu menunggu Tn = Elemen waktu keterlambatan persiapan kerja Tp+Ter = Elemen waktu non produktif dari pekerja dan pengaruh luar kerja Tr = Elemen waktu non produktif karena alasan pribadi

Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat beberapa elemen waktu kerja non

produktif yang terjadi menjadi lingkup tanggung jawab manajemen lokasi,

pengawasan dan tenaga kerja. Aspek-aspek tersebut menjadi penting untuk

diperhatikan guna mencapai peningkatan produktifitas yang berarti pula

peningkatan daya saing. Selain itu, skill, knowledge dan attitude termasuk pula

dalam faktor – faktor yang mempengaruhi produktifitas. Produktifitas

dipengaruhi pula oleh faktor eksternal lain, seperti kondisi cuaca dan lainnya

yang tidak dapat diperhitungkan dengan pasti, hanya dapat diperkirakan dan

dikurangi dampaknya.

4.3.2. Analisis faktor dan variabel produktifitas yang berpengaruh pada

kinerja daya saing tenaga kerja.

Untuk mencari tingkat pengaruh dari variabel independent Xij dan Dij

elemen waktu kerja non produktif yang terjadi dengan produktifitas tenaga kerja

konstruksi pekerjaan jalan dalam empat paket pekerjaan yang sudah ditentukan

sebelumnya, maka dilakukan analisis korelasi dengan bantuan software SPSS.

Variabel independent merupakan hasil kali antara frekuensi terjadinya elemen

waktu kerja non produktif dengan dampaknya terhadap produktifitas tenaga

kerja. Data yang dikumpulkan dari kuisioner berupa data non parametrik

sehingga digunakan analisis korelasi Spearman. Dengan bantuan software SPSS,

didapatkan hasil analisis korelasi yang diuraikan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Hasil analisis korelasi X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12

YA Correlation Coefficient -0.184 -0.14 -0.02 0.19 -0.015 0.02 0.185 -0.226 -0.056 -0.159 -0.43* 0.035

YB Correlation Coefficient -0.002 -0.122 0.422* -0.147 0.047 -0.131 -0.216 0.051 -0.221 -0.089 -0.148 -0.195

YC Correlation Coefficient 0.386 0.365 0.065 0.129 0.069 -0.087 -0.014 -0.061 -0.028 0.265 0.494* -0.099

YD Correlation Coefficient -0.256 -0.23 -0.297 -0.228 -0.072 -0.045 0.002 -0.143 -0.304 -0.364 -0.43* -0.074

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 31: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

141 Universitas Indonesia

Hasil tersebut menjelaskan bahwa tingkat korelasi terhadap produktifitas tenaga

kerja konstruksi pada pekerjaan jalan.:

1. Dalam pekerjaan tanah, elemen waktu kerja non produktif yaitu

melakukan keterlambatan (X11) memiliki tingkat korelasi sedang.

2. Dalam pekerjaan pondasi bawah, elemen waktu kerja non produktif

yaitu melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia (X3) memiliki

tingkat korelasi sedang.

3. Dalam pekerjaan perkerasan, elemen waktu kerja non produktif yaitu

melakukan keterlambatan (X11) memiliki tingkat korelasi sedang.

4. Dalam pekerjaan drainase, elemen waktu kerja non produktif yaitu

melakukan keterlambatan (X11) memiliki tingkat korelasi sedang.

4.3.3. Analisis penyebab kinerja daya saing rendah dari faktor produktifitas.

Analisis tentang penyebab dari rendahnya kinerja daya saing dari faktor

produktifitas dilakukan dengan analisis risk ranking. Analisis penyebab ini

dimaksudkan dari 12 variabel atau elemen waktu kerja non produktif yang telah

teridentifikasi di atas, dicari risk ranking atau prioritas dari elemen waktu kerja

non produktif. Berdasarkan data frekuensi terjadinya elemen waktu kerja non

produktif dan dampaknya terhadap produktifitas, dilakukan analisis risk ranking

dengan membuat bobot dari frekuensi dan dampak dari tiap elemen waktu kerja

non produktif. Hasil analisis risk ranking diuraikan dalam Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Analisis risk ranking dari YA - pekerjaan tanah.

NILAI NILAI

SETEMPAT KESELURUHAN NILAI PRIORITAS

X SUMBER-SUMBER RESIKO Frek Dmpk AKHIR ALL

F/P A/R F/P A/R (%)

(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5

1 Melakukan penundaan administrasi/ manajemen

28.9659 51.67427 14.48295 25.83713 40.320086 6

2 Mencari alat, perlengkapan atau informasi

28.70808 54.45694 14.35404 27.22847 41.582512 4

3 Melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia

25.5906 61.02799 12.7953 30.51399 43.309294 3

4 Melakukan istirahat karena perlengkapan rusak

29.95302 57.41707 14.97651 28.70853 43.685042 2

5 Menunggu bahan 24.58848 54.96794 12.29424 28.48397 40.778209 5

6 Menunggu alat atau perlengkapan

27.06872 61.96794 13.53436 30.98397 44.518330 1

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 32: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

142 Universitas Indonesia

NILAI NILAI

SETEMPAT KESELURUHAN NILAI PRIORITAS

X SUMBER-SUMBER RESIKO Frek Dmpk AKHIR ALL

F/P A/R F/P A/R (%)

(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5

7 Menunggu kolega 23.81192 35.2581 11.90596 17.62905 29.535014 11

8 Melakukan persiapan awal dan akhir

27.78052 42.07458 13.89026 21.03729 34.927550 9

9 Melakukan kegiatan dengan alasan pribadi

24.78838 31.57157 13.39419 15.78578 29.179973 12

10 Melakukan koreksi kesalahan individual

24.19959 52.08618 12.0998 24.04309 38.142887 8

11 Melakukan keterlambatan 24.10136 42.4292 13.05068 21.2146 34.265283 10

12 Menunggu / idle 29.34179 47.67473 14.67089 23.83737 38.508260 7

FREKUENSI DAMPAK

KRITERIA SKALA KRITERIA SKALA Jarang 1 Sangat Kecil 1 Kadang-kadang 2 Kecil 2 Sedang 3 Sedang 3 Sering 4 Besar 4 Sangat Sering 5 Sangat Besar 5

Analisis risk ranking untuk pekerjaan pondasi bawah, perkerasan dan drainase

dilakukan dengan cara yang sama Berdasarkan data frekuensi terjadinya elemen

waktu kerja non produktif dan dampaknya terhadap produktifitas, dilakukan

analisis risk level dengan membuat bobot dari frekuensi dan dampak dari tiap

elemen waktu kerja non produktif. Hasil analisis risk level dari pekerjaan tanah

yang diuraikan dalam Tabel 4.17.

Tabel 4.17. Analisis Risk Level dari YA - pekerjaan tanah

NILAI NILAI

SETEMPAT KESELURUHAN NILAI RISK

X SUMBER-SUMBER RESIKO Frek Dmpk AKHIR LEVEL

F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY

(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5

1 Melakukan penundaan administrasi/ manajemen 28.9659 51.67427 14.48295 25.83713 40.320086 H

2 Mencari alat, perlengkapan atau informasi 28.70808 54.45694 14.35404 27.22847 41.582512 E

3 Melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia 25.5906 61.02799 12.7953 30.51399 43.309294 E

4 Melakukan istirahat karena perlengkapan rusak 29.95302 57.41707 14.97651 28.70853 43.685042 E

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 33: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

143 Universitas Indonesia

NILAI NILAI

SETEMPAT KESELURUHAN NILAI RISK

X SUMBER-SUMBER RESIKO Frek Dmpk AKHIR LEVEL

F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY

(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5

5 Menunggu bahan 24.58848 54.96794 12.29424 28.48397 40.778209 E

6 Menunggu alat atau perlengkapan 27.06872 61.96794 13.53436 30.98397 44.518330 E

7 Menunggu kolega 23.81192 35.2581 11.90596 17.62905 29.535014 L

8 Melakukan persiapan awal dan akhir 27.78052 42.07458 13.89026 21.03729 34.927550 M

9 Melakukan kegiatan dengan alasan pribadi 24.78838 31.57157 13.39419 15.78578 29.179973 L

10 Melakukan koreksi kesalahan individual 24.19959 52.08618 12.0998 24.04309 38.142887 H

11 Melakukan keterlambatan 24.10136 42.4292 13.05068 21.2146 34.265283 M

12 Menunggu / idle 29.34179 47.67473 14.67089 23.83737 38.508260 H

Keterangan Risk Level Priority dan Dampak E = Extreme Risk M = Moderate Risk

H = Hign Risk L = Low Risk

Dari nilai akhir tersebut, dibuat 4 kelompok kriteria dengan cara mencari selisih

nilai minimum dan maksimum dari nilai akhir kemudian dibagi 4 sehingga

didapatkan kelompok kriteria risk level yang diuraikan dalam Tabel 4.18.

Tabel 4.18. Kriteria Kelompok Risk Level

Keterangan Risk Level Priority dan Dampak 3.83458931

E = Extreme Risk 44.5183303 40.683741 H = High Risk 40.683741 34.8491517 M = Moderate Risk 34.8491517 33.0145624 L = Low Risk 33.0145624 29.179973

Analisis risk level untuk pekerjaan pondasi bawah, perkerasan dan drainase

dilakukan dengan cara yang sama. Berdasarkan analisis risk ranking elemen

waktu kerja non produktif didapatkan hasil yang diuraikan dalam Tabel 4.29.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 34: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

144 Universitas Indonesia

Tabel 4.19. Risk Ranking dari 4 paket pekerjaan jalan

RISK RANKING YA YB YC YD

X ELEMEN WAKTU KERJA NON PRODUKTIF

Pek. TANAH Pek. PONDASI BAWAH

Pek. PERKERASAN

Pek. DRAINASE

1 Melakukan penundaan administrasi/ manajemen

6 5 7 5

2 Mencari alat, perlengkapan atau informasi

4 6 5 4

3 Melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia

3 2 2 2

4 Melakukan istirahat karena perlengkapan rusak

2 4 4 9

5 Menunggu bahan 5 1 1 1

6 Menunggu alat atau perlengkapan 1 3 3 3

7 Menunggu kolega 11 11 11 11

8 Melakukan persiapan awal dan akhir 9 8 10 8

9 Melakukan kegiatan dengan alasan pribadi

12 12 12 12

10 Melakukan koreksi kesalahan individual

8 7 8 7

11 Melakukan keterlambatan 10 10 9 10

12 Menunggu 7 9 6 6

Risk ranking ke 1, 2, 3

Dari keseluruhan paket pekerjaan, urutan no.1 terdapat pada elemen waktu non

produktif sebagai berikut:

1. X7. Menunggu alat atau perlengkapan untuk pekerjaan tanah

2. X4. Menunggu bahan untuk pekerjaan pondasi bawah, perkerasan

dan drainase

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa dalam pekerjaan tanah menunggu alat

atau perlengkapan (X6) merupakan faktor penyebab dengan resiko tertinggi.

Sedangkan dalam pekerjaan pondasi bawah, perkerasan dan drainase menunggu

bahan (X5) menjadi faktor penyebab dengan resiko tertingginya. Dari hasil

tersebut, sangat dimungkinkan kegiatan yang berkaitan alat dan bahan menjadi

faktor yang dominan dalam keempat paket perkerjaan jalan.

4.3.4. Analisis peningkatan kinerja daya saing produktifitas dengan

tindakan korektif dan preventif.

Analisis peningkatan kinerja daya saing produktifitas dilakukan dengan

cara memperoleh masukan dari para pakar yang secara deskriptif tentang

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 35: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

145 Universitas Indonesia

tindakan korektif dan preventif dari penyebab rendahnya produktifitas akibat

waktu kerja yang non produktif. Berdasarkan kuisioner tentang tindakan korektif

dan preventif ini, pilihan dari para pakar dibuat tabulasi dari masing-masing

tindakan dan dibuat ranking dari tabulasi terendah hingga terbanyak. Hasil

analisis deskriptif dari data tindakan korektif tersebut diuraikan pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Tabulasi tindakan korektif dari YA - pekerjaan tanah

X Kode Tindakan Korektif J r R

1 AKX011 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 4 5 48 AKX012 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 12 3 29 AKX013 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 27 1 5 AKX014 menyelesaikan request of work dengan segera 12 3 29 AKX015 melaksanakan pekerjaan administrasi dengan segera 18 2 23 2 AKX021 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 6 4 43 AKX022 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 7 3 38 AKX023 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 25 1 11 AKX024 melakukan perbaikan/ penataan site kembali sehingga mendukung pekerjaan 21 2 18 AKX025 planning untuk time dan location equipment 2 5 54 3 AKX031 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 7 4 38 AKX032 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 7 4 38 AKX033 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 26 1 8 AKX034 mengganti bahan yang hilang dan ditolak karena tidak sesuai spesifikasi 24 2 13 AKX035 menutup material tanah dengan terpal (kepadatan tanah tetap terjaga jika hujan) 15 3 27 AKX036 meningkatkan kontrol kualitas sehingga bahan terkirim terjamin kualitasnya 1 6 56 4 AKX041 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 5 5 47 AKX042 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 16 4 26 AKX043 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 20 2 19 AKX044 membuat revisi perhitungan kebutuhan & jadwal pengadaan perlengkapan 18 3 23 AKX045 mengganti atau memperbaiki perlengkapan yang rusak 22 1 14 AKX046 mencari pekerjaan substitusi sabagai alat tidak idle total 1 6 56 5 AKX051 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 9 3 35 AKX052 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 6 5 43 AKX053 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 19 2 22 AKX054 mencari penyebab kesalahan dalam jadwal pengiriman & segera diatasi 29 1 4 AKX055 memilih biaya terendah dari menunggu bahan atau mendatangkan bahan segera 9 3 35 6 AKX061 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 6 5 43 AKX062 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 9 4 35 AKX063 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 25 2 11 AKX064 membuat revisi perhitungan kebutuhan & jadwal pengadaan alat 26 1 8 AKX065 memilih biaya terendah dari menunggu alat atau mendatangkan alat segera 11 3 33 7 AKX071 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 1 4 56 AKX072 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 4 3 48 AKX073 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 20 2 19 AKX074 melakukan koordinasi dan atau konfirmasi dengan kolega 35 1 1 8 AKX081 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 7 3 38 AKX082 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 10 2 34 AKX083 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 34 1 2 AKX084 membuat jadwal atau revisi jadwal yang sesuai kondisi lapangan 1 4 56 9 AKX091 memberi peringatan secara langsung jika sudah di luar kewajaran 22 1 14 AKX092 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 3 5 51 AKX093 mendelegasikan ke pekerja lain jika pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan 22 1 14 AKX094 mengobati yang pekerja yang sakit 17 3 25 AKX095 membuat jadwal shift 15 4 27 10 AKX101 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 3 4 51 AKX102 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 6 3 43

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 36: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

146 Universitas Indonesia

X Kode Tindakan Korektif J r R

AKX103 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 27 1 5 AKX104 mengganti pekerja jika perlu 26 2 8 11 AKX111 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 3 4 51 AKX112 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 7 3 38 AKX113 menyediakan alat komunikasi yang baik 27 2 5 AKX114 menyediakan kendaraan untuk angkutan dan berangkat lebih awal 34 1 2 12 AKX121 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 4 5 48 AKX122 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 12 3 29 AKX123 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 22 1 14 AKX124 melaporkan kejadian secara tertulis & lengkap kepada pemberi tugas/konsultan 20 2 19 AKX125 memilih biaya terendah dari menunggu atau mendatangkan sumber daya lain segera 12 3 29 AKX126 mengkoordinasikan pekerjaan dengan kolega 1 7 56 AKX127 bila mungkin mengalihkan aktifitas kegiatan lain / substitusi 2 6 54

Keterangan:

A=Pekerjaan Tanah K=Tindakan Korektif X=Variabel Independent J=Jumlah r=rangking setempat R=Rangking keseluruhan Ranking 1 dalam 1 EWKNP X 10 ranking terbesar dalam 12 EWKNP

Analisis deskriptif tindakan koreksi untuk pekerjaan pondasi bawah, perkerasan

dan drainase dikerjakan dengan cara yang sama. Analisis deskriptif dari data

tindakan preventif untuk menghindarkan rendahnya produktifitas akibat waktu

kerja yang non produktif tersebut diuraikan dalam Tabel 4.21.

Tabel 4.21. Tabulasi tindakan preventif dari YA - pekerjaan tanah

X Kode Tindakan Preventif J r R

1 APX011 membuat manual operation yang mengatur semua prosedur kerja 15 3 31 APX012 membuat perencanaan yang rinci & feasible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 25 2 9

APX013 mendapatkan hal-hal administratif (seperti administrasi alat, khususnya pada remote area) sebelumnya

4 5 53

APX014 mempelajari kesesuaian spesifikasi oleh yang memiliki kompetensi, jika belum disetujui ditunda

10 4 47

APX015 melakukan rapat evaluasi secara rutin 27 1 5 APX016 pemilihan person yang sesuai dengan bidangnya 1 6 55 2 APX021 jadwal pekerjaan harus didukung jadwal pengadaan sumber daya 21 1 17 APX022 perencanaan kerja harus dibuat oleh orang yang berpengalaman 9 5 48 APX023 membuat site plan yang lengkap & optimal, mendistribusikan dan bisa di-review kembali 21 1 17 APX024 menjaga kerapihan penempatan alat dan me-record statusnya (misalnya K3 5R) 14 3 36 APX025 membuat perencanaan termasuk metode kerja (misalnya sequence of work) 13 4 39 3 APX031 jadwal kebutuhan&pengadaan perlengkapan hrs dibuat orang yg berpengalaman 9 4 48 APX032 membuat perencanaan yang rinci & feasible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 23 2 12 APX033 menyeleksi sumber bahan melalui prosedur kerja (mutu, ketersediaan, delivery&penanganan) 27 1 5 APX034 menyimpan bahan pada area stockpile tertutup/ berpagar/ dijaga 18 3 24 4 APX041 jadwal kebutuhan&pengadaan perlengkapan hrs dibuat orang yg berpengalaman 4 5 53 APX042 membuat perencanaan yang rinci & feasible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 19 2 23 APX043 melakukan maintenance perlengkapan secara rutin 31 1 2 APX044 menyediakan spare part di lokasi sehingga memudahkan jika terjadi kerusakan 15 4 31 APX045 menyeleksi perlengkapan berdasarkan riwayat pemakaian 18 3 24 5 APX051 jadwal kebutuhan&pengadaan perlengkapan hrs dibuat orang yg berpengalaman 7 4 52 APX052 membuat perencanaan yang rinci & visible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 23 2 12

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 37: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

147 Universitas Indonesia

X Kode Tindakan Preventif J r R

APX053 bagian logistik melaksanakan adminstrasi dan jadwal pengadaan bahan dengan tertib 29 1 3 APX054 melaksanakan evaluasi pekerjaan setiap hari 18 3 24 6 APX061 jadwal kebutuhan&pengadaan perlengkapan hrs dibuat orang yg berpengalaman 8 4 51 APX062 membuat perencanaan yang rinci & visible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 24 1 11 APX063 membuat jadwal pengadaan alat (meliputi alat angkutnya) 23 2 12 APX064 melaksanakan evaluasi pekerjaan setiap hari 21 3 17 7 APX071 jadwal pekerjaan harus dikonfirmasikan dengan kolega yang terlambat 15 3 31 APX072 membuat perencanaan yang rinci & visible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 14 4 36 APX073 cermat dalam kontrak karena jika terjadi pelanggaran jadwal bisa di-claim 16 2 29 APX074 membuat kriteria kolega yang layak untuk diajak bekerja sama 26 1 7 APX075 melakukan penilaian subkon/ suplier terseleksi 1 5 55 8 APX081 pekerjaan persiapan & pembersihan harus dimasukkan dalam jadwal proyek 18 2 24 APX082 membuat perencanaan rinci&feasible sebelumnya &update sesuai actual requirement 15 3 31 APX083 melaksanakan prosedur, instruksi kerja, K3 dan 5R secara tertib 11 4 43 APX084 melakukan supervisi di awal pekerjaan dan menyiapkan alat tes sesudah pekerjaan 9 5 48 APX085 membuat check list hal yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan 26 1 7 9 APX091 membuat prosedur pendelegasian tugas 11 6 43 APX092 mengalokasikan kegiatan pribadi di waktu jam istirahat 13 5 39 APX093 memberi kesadaran pada kinerja individu (misalnya K3: rokok tidak baik untuk kesehatan) 14 4 36 APX094 melakukan penilaian kinerja individu oleh teman sejawat dan atasan 11 6 43 APX095 membuat jadwal shift lembur untuk menjaga kesehatan 11 6 43 APX096 memberi tugas dengan sistem target 16 2 29 APX097 menyediakan sarana tempat istirahat, K3, P3K dan KM/WC yang layak 20 1 21 APX098 membuat jadwal personil (yang melingkupi waktu pulang jika proyek jauh) 15 3 31 10 APX101 membuat kriteria kemampuan yang dituntut untuk setiap tugas 12 4 42 APX102 memaparkan detail pekerjaan dgn membuat instruksi&gambar kerja jelas&detail (sesuai ISO) 28 1 4 APX103 memakai tenaga kerja yang sudah berpengalaman dan telah dibina 20 2 21 APX104 pelaksana pekerjaan rutin mengawasi pekerjaan 17 3 28 APX105 melakukan kontrol kualitas dengan ketat sehingga penyimpangan segera terdeteksi 1 5 55 11 APX111 membuat perencaan basecamp yang tepat & bisa di-review kembali 23 2 12 APX112 menata site plan sejak awal yang melingkupi jarak dg SDM &metode konstruksinya 32 1 1 APX113 cuaca sangat berpengaruh 1 3 55 12 APX121 jadwal kegiatan kolega harus dibuat sinkron dengan jadwal proyek 22 2 16 APX122 memilih subkontraktor yang sudah memliki ISO shg ketepatan waktu & mutu terkendali 13 4 39 APX123 memilih jadwal harus menunjukkan milestone dengan pihak lain 25 1 9 APX124 membuat perencanaan yang rinci & visible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 21 3 17 APX125 rapat koordinasi rutin (mingguan/bulanan) 1 5 55

Keterangan:

A=Pekerjaan Tanah P=Tindakan Preventif X=Variabel Independent J=Jumlah r=Rangking setempat R=Rangking keseluruhan Ranking 1 dalam 1 EWKNP X 10 ranking terbesar dalam 12 EWKNP

Analisis deskriptif tindakan koreksi dan preventif untuk pekerjaan pondasi

bawah, perkerasan dan drainase dikerjakan dengan cara yang sama. Berdasarkan

hasil analisis deskriptif untuk mencari tindakan korektif yang paling banyak

dilakukan oleh para pakar, didapatkan hasil sebagai diuraikan pada Tabel 4.23.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 38: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

148 Universitas Indonesia

Tabel 4.22. Tindakan Korektif dengan Tabulasi Tertinggi dari 4 paket pekerjaan Tabulasi tertinggi YA YB YC YD X

P. TANAH P. PONDASI BAWAH P. PERKERASAN P. DRAINASE

1 Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

2 Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

3 Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengganti bahan yang hilang dan ditolak karena tidak sesuai spesifikasi

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

4 Mengganti atau memperbaiki perlengkapan yang rusak

Mengganti atau memperbaiki perlengkapan yang rusak

Mengganti atau memperbaiki perlengkapan yang rusak

Mengganti atau memperbaiki perlengkapan yang rusak

5 Mencari penyebab kesalahan dalam jadwal pengiriman & segera diatasi

Mencari penyebab kesalahan dalam jadwal pengiriman & segera diatasi

Mencari penyebab kesalahan dalam jadwal pengiriman & segera diatasi

Mencari penyebab kesalahan dalam jadwal pengiriman & segera diatasi

6 Membuat revisi perhitungan kebutuhan & jadwal pengadaan alat

Membuat revisi perhitungan kebutuhan & jadwal pengadaan alat

Membuat revisi perhitungan kebutuhan & jadwal pengadaan alat

Membuat revisi perhitungan kebutuhan & jadwal pengadaan alat

7 Melakukan koordinasi dan atau konfirmasi dengan kolega

Melakukan koordinasi dan atau konfirmasi dengan kolega

Melakukan koordinasi dan atau konfirmasi dengan kolega

Melakukan koordinasi dan atau konfirmasi dengan kolega

8 Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

9 Mendelegasikan ke pekerja lain jika pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan

Mendelegasikan ke pekerja lain jika pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan

Mendelegasikan ke pekerja lain jika pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan

Mendelegasikan ke pekerja lain jika pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan

10 Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

11 Menyediakan kendaraan untuk angkutan dan berangkat lebih awal

Menyediakan kendaraan untuk angkutan dan berangkat lebih awal

Menyediakan kendaraan untuk angkutan dan berangkat lebih awal

Menyediakan kendaraan untuk angkutan dan berangkat lebih awal

12 Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Melaporkan kejadian secara tertulis & lengkap kepada pemberi tugas/konsultan

Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)

Tabel 4.22. tersebut menggambarkan tindakan korektif yang dipilih oleh

para pakar dengan peringkat tertinggi dibandingkan dengan tindakan korektif

lainnya yang terdapat dalam kuisioner.

Beberapa tindakan korektif seperti mengkoordinasikan pekerjaan kembali

dengan tim, mendelegasikan ke pekerja lain jika pekerjaan tersebut tidak bisa

ditinggalkan merupakan implementasi secara lebih detail terhadap faktor-faktor

yang perlu diperhatikan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Berdasarkan

hasil analisis deskriptif untuk mencari tindakan preventif yang paling banyak

dilakukan oleh para pakar, diperoleh hasil yang diuraikan pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23. Tindakan preventif dengan tabulasi tertinggi dari 4 paket pekerjaan Tabulasi tertinggi A B C D NO

P. TANAH P. PONDASI BAWAH P. PERKERASAN P. DRAINASE

1 Melakukan rapat evaluasi secara rutin

Membuat perencanaan yang rinci & feasible sebelumnya dan update sesuai actual requirement

Melakukan rapat evaluasi secara rutin

Melakukan rapat evaluasi secara rutin

2

Membuat site plan yang lengkap & optimal, mendistribusikan dan bisa di-review kembali

Membuat site plan yang lengkap & optimal, mendistribusikan dan bisa di-review kembali

Membuat site plan yang lengkap & optimal, mendistribusikan dan bisa di-review kembali

Membuat site plan yang lengkap & optimal, mendistribusikan dan bisa di-review kembali

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 39: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

149 Universitas Indonesia

Tabulasi tertinggi A B C D NO

P. TANAH P. PONDASI BAWAH P. PERKERASAN P. DRAINASE

3

Menyeleksi sumber bahan melalui prosedur kerja (mutu, ketersediaan, delivery&penanganan)

Menyeleksi sumber bahan melalui prosedur kerja (mutu, ketersediaan, delivery&penanganan)

Menyeleksi sumber bahan melalui prosedur kerja (mutu, ketersediaan, delivery&penanganan)

Menyeleksi sumber bahan melalui prosedur kerja (mutu, ketersediaan, delivery&penanganan)

4 Melakukan maintenance perlengkapan secara rutin

Melakukan maintenance perlengkapan secara rutin

Melakukan maintenance perlengkapan secara rutin

Melakukan maintenance perlengkapan secara rutin

5

Bagian logistik melaksanakan adminstrasi dan jadwal pengadaan bahan dengan tertib

Bagian logistik melaksanakan adminstrasi dan jadwal pengadaan bahan dengan tertib

Bagian logistik melaksanakan adminstrasi dan jadwal pengadaan bahan dengan tertib

Bagian logistik melaksanakan adminstrasi dan jadwal pengadaan bahan dengan tertib

6

Membuat perencanaan yang rinci & visible sebelumnya dan update sesuai actual requirement

Membuat jadwal pengadaan alat (meliputi alat angkutnya)

Membuat perencanaan yang rinci & feasible sebelumnya dan update sesuai actual requirement

Membuat jadwal pengadaan alat (meliputi alat angkutnya)

7 Membuat kriteria kolega yang layak untuk diajak bekerja sama

Membuat kriteria kolega yang layak untuk diajak bekerja sama

Membuat kriteria kolega yang layak untuk diajak bekerja sama

Membuat kriteria kolega yang layak untuk diajak bekerja sama

8 Membuat check list hal yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan

Membuat check list hal yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan

Membuat check list hal yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan

Membuat check list hal yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan

9 Menyediakan sarana tempat istirahat, K3, P3K dan KM/WC yang layak

Menyediakan sarana tempat istirahat, K3, P3K dan KM/WC yang layak

Menyediakan sarana tempat istirahat, K3, P3K dan KM/WC yang layak

Menyediakan sarana tempat istirahat, K3, P3K dan KM/WC yang layak

10

Memaparkan detail pekerjaan dgn membuat instruksi&gambar kerja jelas&detail (sesuai ISO)

Memaparkan detail pekerjaan dgn membuat instruksi&gambar kerja jelas&detail (sesuai ISO)

Memaparkan detail pekerjaan dgn membuat instruksi&gambar kerja jelas&detail (sesuai ISO)

Memaparkan detail pekerjaan dgn membuat instruksi&gambar kerja jelas&detail (sesuai ISO)

11 Menata site plan sejak awal yang melingkupi jarak dg SDM &metode konstruksinya

Menata site plan sejak awal yang melingkupi jarak dg SDM &metode konstruksinya

Menata site plan sejak awal yang melingkupi jarak dg SDM &metode konstruksinya

Menata site plan sejak awal yang melingkupi jarak dg SDM &metode konstruksinya

12 Memilih jadwal harus menunjukkan milestone dengan pihak lain

Memilih jadwal harus menunjukkan milestone dengan pihak lain

Jadwal kegiatan kolega harus dibuat sinkron dengan jadwal proyek

Jadwal kegiatan kolega harus dibuat sinkron dengan jadwal proyek

Tabel 4.24. tersebut menggambarkan tindakan preventif yang dipilih oleh

para pakar dengan peringkat tertinggi dibandingkan dengan tindakan preventif

lainnya yang terdapat dalam kuisioner.

4.3.5. Analisis permodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja

daya saing.

Persamaan regresi didapat setelah dilakukan analisis korelasi yang

dilanjutkan dengan mencari persamaan regresinya. Persamaan regresi tersebut

menggambarkan model antara variabel dependent YA, YB, YC, YD –

produktifitas tenaga kerja selama proyek berlangsung dengan variabel

independent ADX1 s/d ADX12, BDX1 s/d BDX12, CDX1 s/d CX12, dan DDX1 s/d

DDX12– hasil kali antara frekuensi dan dampak dari elemen waktu kerja non

produktif. Persamaan yang dihasilkan diuraikan dalam Tabel 4.24.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 40: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

150 Universitas Indonesia

Tabel 4.24. Model dari keempat paket pekerjaan dalam proyek jalan

Y Model Keterangan

YA Pekerjaan tanah YA = 2.369 – 0.008ADX11

ADX11 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap produktifitas di elemen waktu kerja non produktif: melakukan keterlambatan (X11)

YB Pekerjaan pondasi bawah YB = 2.61 – 0.047BDX3

BDX3 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap produktifitas di elemen waktu kerja non produktif: melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia (X3)

YC Pekerjaan perkerasan YC = 1.749 – 0.127CDX11

CDX11 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap produktifitas di elemen waktu kerja non produktif: melakukan keterlambatan (X11)

YD Pekerjaan drainase YD =2.512 – 0.073DDX11

DX11 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap produktifitas di elemen waktu kerja non produktif: melakukan keterlambatan (X11)

Setelah dilakukan teknik simulasi dengan Simulasi Monte Carlo menggunakan

program Crystal Ball, dengan trials 5000 kali, maka didapatkan hasil yang berupa

Sensitivity Chart, dari masing-masing model diuraikan dalam Tabel 4.25.

Tabel 4.25. Sensitivity Chart dari keempat model

Y Model Keterangan

YA Pekerjaan tanah YA = 2.369 – 0.008ADX11

Dari Sensitivity Chart yang terjadi , bahwa Variabel ADX11, mempunyai sensitivitas yang tinggi (100 %), terhadap model tersebut

YB Pekerjaan pondasi bawah YB = 2.61 – 0.047BDX3

Dari Sensitivity Chart yang terjadi , bahwa Variabel BDX3, mempunyai sensitivitas yang tinggi (100 %), terhadap model tersebut

YC Pekerjaan perkerasan YC = 1.749 – 0.127CDX11

Dari Sensitivity Chart yang terjadi , bahwa Variabel CDX11, mempunyai sensitivitas yang tinggi (100 %), terhadap model tersebut

YD Pekerjaan drainase YD =2.512 – 0.073DDX11

Dari Sensitivity Chart yang terjadi , bahwa Variabel DDX11, mempunyai sensitivitas yang tinggi (100 %), terhadap model tersebut

Dari temuan penelitian tentang variabel-variabel independent yaitu hasil kali

frekuensi dan dampak, terhadap variabel dependent yaitu produktifitas tenaga

kerja, didapatkan 4 (empat) model, yaitu:

A. YA= 2.369 – 0.008ADX11 . . . . . . . . (4.1)

ADX11 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap

produktifitas yaitu melakukan keterlambatan (X11) dan dari Sensitivity

Chart yang terjadi , variabel ADX11 mempunyai sensitivitas tinggi (100 %),

terhadap model tersebut. Ini berarti semakin tinggi tingkat melakukan

keterlambatan (X11), akan mengurangi produktifitas pada paket pekerjaan

tanah. Tingkat terjadinya melakukan keterlambatan (X11) sangat

berpengaruh dalam menurunkan produktifitas pada paket pekerjaan tanah.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 41: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

151 Universitas Indonesia

B. YB = 2.61 – 0.047BDX3 . . . . . . . . (4.2)

BDX3 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap

produktifitas melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia (X3) dan dari

Sensitivity Chart yang terjadi , bahwa variabel BDX3 mempunyai

sensitivitas tinggi (100 %), terhadap model tersebut. Ini berarti semakin

tinggi tingkat terjadinya melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia

(X3), akan mengurangi produktifitas tenaga kerja pada paket pekerjaan

pondasi bawah. Melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia (X3) sangat

berpengaruh dalam menurunkan produktifitas tenaga kerja pada paket

pekerjaan pondasi bawah.

C. YC = 1.749 – 0.127CDX11 . . . . . . . . (4.3)

CDX11 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap

melakukan keterlam-batan (X11) dan dari Sensitivity Chart yang terjadi,

bahwa variabel CDX11, mempunyai sensitivitas tinggi (100 %), terhadap

model tersebut. Ini berarti semakin tinggi tingkat terjadinya melakukan

keterlambatan (X11), akan mengurangi produktifitas tenaga kerja pada paket

pekerjaan perkerasan. Melakukan keterlambatan (X11) sangat berpengaruh

dalam menurunkan produktifitas pada paket pekerjaan perkerasan.

D. YD=2.512 – 0.073DDX11 . . . . . . . . (4.4)

DX11 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap

produktifitas melakukan keterlambatan (X11) dan dari Sensitivity Chart

yang terjadi , bahwa variabel DDX11, mempunyai sensitivitas tinggi (100

%), terhadap model tersebut. Ini berarti semakin tinggi tingkat terjadinya

melakukan keterlambatan (X11), akan mengurangi produktifitas pada paket

pekerjaan drainase. Melakukan keterlambatan (X11) sangat berpengaruh

dalam menurunkan produktifitas pada paket pekerjaan drainase.

4.3.6. Validasi hasil pemodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja

daya saing tenaga kerja bidang jalan.

Tujuan dilakukan validasi adalah untuk mengevaluasi dan justifikasi dari

hasil temuan penelitian kepada para pakar dimana yang divalidasi adalah hasil

pemodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 42: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

152 Universitas Indonesia

Hasil wawancara dengan kelompok pakar 1 (P1) dan kelompok pakar 2 (P2)

sesuai dengan metodologi penelitian diuraikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.26. Hasil validasi melalui wawancara pakar RISK RANKING PENYEBAB YA YB YC YD X ELEMEN WAKTU KERJA NON PRODUKTIF

P. TANAH P. PONDASI BAWAH

P. PERKERASAN

P. DRAINASE

Hasil P1 P2 Hasil P1 P2 Hasil P1 P2 Hasil P1 P2

1 Melakukan penundaan administrasi/ manajemen 6 6 7 5 5 7 7 7 7 5 5 7

2 Mencari alat, perlengkapan atau informasi 4 4 5 6 6 5 5 5 5 4 4 5

3 Melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia 3 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4

4 Melakukan istirahat karena perlengkapan rusak 2 2 2 4 4 4 4 4 4 9 9 2

5 Menunggu bahan 5 5 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3

6 Menunggu alat atau perlengkapan 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1

7 Menunggu kolega 11 11 10 11 11 10 11 11 9 11 11 10

8 Melakukan persiapan awal dan akhir 9 9 9 8 8 9 10 10 10 8 8 9

9 Melakukan kegiatan dengan alasan pribadi 12 12 11 12 12 11 12 12 11 12 12 11

10 Melakukan koreksi kesalahan individual 8 8 8 7 7 6 8 8 8 7 7 8

11 Melakukan keterlambatan 10 10 12 10 10 12 9 9 12 10 10 12

12 Menunggu, idle time 7 7 6 9 9 8 6 6 6 6 6 6

Risk ranking ke 1, 2, 3

Secara lengkap data penelitian dan perhitungan analisis tentang peningkatan

kinerja daya saing dari produktifitas tenaga kerja pekerjaan jalan dengan

mengurangi dampak elemen waktu kerja non-produktif dengan tindakan korektif

dan preventif dapat dilihat pada BUKU LAMPIRAN - ANALISIS IV - 3.

4.4. Analisis peningkatan kinerja daya saing dari faktor efektifitas dan

kualitas hasil kerja dan keselamatan kerja.

Kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi dari faktor efektifitas dan

kualitas hasil kerja dan keselamatan kerja ini dapat terukur apabila tenaga kerja

tersebut mempunyai kompetensi kerja berdasarkan suatu standar yang ditetapkan.

Untuk dapat dilakukan peningkatan kinerja daya saing ini harus dicapai dulu

kompetensi kerja yang dimaksud. Dalam analisis ini akan diuraikan bagaimana

upaya pencapaian dilakukan dan apa faktor dan variabel yang menjadi hambatan

dalam pencapaian kompetensi kerja ini, serta langkah apa saja yang harus

dilakukan untuk mengatasi hambatan yang terjadi. Sesuai dengan struktur

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 43: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

153 Universitas Indonesia

ketenagakerjaan konstruksi pekerjaan jalan, jenis tenaga kerjanya terdiri dari

tenaga kerja manajerial dan tenaga kerja pelaksana.

4.4.1. Analisis peningkatan kinerja daya saing berdasarkan pencapaian

kompetensi tenaga kerja manajerial.

4.4.1.1. Faktor dan variabel kinerja daya saing kompetensi kerja tenaga

manajerial pekerjaan jalan.

Faktor dan variable kinerja daya saing tenaga kerja manajerial pekerjaan

jalan adalah kapabilitas yang terukur dalam untuk tingkat dalam bentuk

kompetensi kerja. Peningkatan kinerja daya saing pada bagian ini variabel

dependent (Y) adalah tenaga kerja manajerial pekerjaan jalan. Variabel Y disini

merupakan pilihan para pakar dimana faktor dan variabel independent X yang

berpengaruh disusun dari kumpulan pendapat pakar. Daftar pakar yang menjadi

responden dicantumkan pada LAMPIRAN IV-3. Penelitian yang terkait dengan

kinerja daya saing dibuktikan dengan pencapaian kompetensi tenaga kerja

manajerial dan meneliti hambatan-hambatan untuk pencapaiannya.130 Hasil

proses pemilihan faktor dan variabel ini diuraikan pada Tabel 4.27. dan Tabel

4.28.

Tabel 4.27. Faktor dan variabel kinerja daya saing internal tenaga manajer pelaksana jalan

FAKTOR - FAKTOR PENINGKATAN KINERJA DAYA SAING MANAJERIAL

No Management Skill tentang:

X1 Mengkonsolidasikan kegiatan internal proyek. X2 Pembuatan laporan keuangan dan mentabulasikan seluruh item laporan keuangan kedalam lapor akhir

proyek selesai. X3 Melakukan konsultasi dan konsolidasi pelaksanaan pekerjaan. X4 Memobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja. X5 Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya. X6 Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu. X7 Meneliti dan mengevaluasi hasil pengukuran dan perhitungan prestasi pekerjaan. X8 Mengetahui isi surat perjanjian kerja. X9 Mengendalikan file data/dokumentasi untuk kegiatan pengendalian mutu, dimensi, waktu dan biaya. X10 Mengetahui isi dokumen kontrak dan lampirannya secara menyeluruh. X11 Membuat laporan akhir kepada owner dan perusahaan setelah proyek selesai dikerjakan. Pengetahuan tentang:

X12 Proses pemeriksaan pekerjaan. X13 Membuat dan membaca jadwal kerja. X14 Lokasi/tempat suplier material dan peralatan serta penyedia tenaga kerja.

130 Akbar Alfa, Bakuan Kompetensi Jabatan Kerja Manajer Konstruksi Jalan dalam Pekerjaan Jalan, Tesis Manajemen Konstruksi FTUI, 2005.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 44: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

154 Universitas Indonesia

FAKTOR - FAKTOR PENINGKATAN KINERJA DAYA SAING MANAJERIAL

X15 Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow. X16 Jenis, jumlah volume dan kualitas bahan yang dibutuhkan. X17 Peraturan ketenagakerjaan. X18 Ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sikap Kerja:

X19 Memberikan rasa aman bagi bawahannya untuk bekerja dengan tenang. X20 Luwes dalam pendekatan dan personality. X21 Memotivasi bawahannya untuk berprestasi baik dan mengatasi kebiasaan buruk mereka. X22 Membimbing para bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai standar yang telah ditentukan. X23 Disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah ditentukan. X24 Menjalin hubungan baik dengan pemilik proyek, supplier, sub kontraktor dan pihak terkait lainnya untuk

kelancaran proyek.

Sumber: Hasil olahan.

Tabel 4.28. Faktor dan variabel kinerja daya saing eksternal manajer pelaksana jalan.

FAKTOR - FAKTOR KINERJA DAYA SAING MANAJERIAL

No Dalam Proyek: X1 Koordinasi dengan owner dan pengguna jasa X2 Dokumentasi rapat-rapat dan kegiatan lainnya X3 Koordinasi dengan kantor pusat X4 Rapat internal dengan para bawahan X5 Memilih metode kerja X6 Memobilisasi dan demobilisasi material, peralatan dan tenaga kerja X7 Kondisi organisasi proyek yang mendukung untuk bekerja dengan baik. Dalam Perusahaan: X8 Job description pada saat pendelegasian untuk proyek baru pada fungsi tugas dan tanggung jawab. X9 Aturan-aturan yang di keluarkan oleh perusahaan sesuai dengan bakuan kompetensi. X10 Insentif yang diberikan sepadan dengan prestasi. X11 Kondisi organisasi perusahaan mendukung untuk bekerja secara baik X12 Penghargaan kepada karyawan yang berprestasi. Di Lingkungan Usaha:

X13 Lembaga sertifikasi yang dikelola oleh assosiasi profesi dan instansi Diklat lainnya. X14 Ketentuan Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) tentang sertifikasi. X15 Standar nasional tentang bakuan kompetensi. X16 Pendidikan manajemen dengan kurikulum berbasis kompetensi X17 Research & Development yang memadai untuk mendukung pemberlakuan bakuan kompetensi secara

menyeluruh.

Sumber: Hasil olahan.

4.4.1.2. Analisis faktor dan variabel yang berpengaruh kepada kinerja daya

saing tenaga kerja manajerial.

Untuk mencari tingkat pengaruh dari variabel independent Xij dan Dij dari

pencapaian kompetensi tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan dilakukan analisis

korelasi dengan bantuan software SPSS. Untuk tenaga kerja manajer pelaksana

lapangan, variabel independent (X) ditetapkan dari sejumlah besar variabel yang

diperoleh dari literatur dan rujukan lainnya dan dipilih yang paling menentukan

melalui proses AHP. Analisis faktor dan variabel yang berpengaruh pada

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 45: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

155 Universitas Indonesia

penelitian ini dilakukan dengan cara analisis korelasi untuk mengukur kekuatan

hubungan antara variabel-variabel terikat atau dependent dengan variabel bebas

atau independent. Analisis korelasi dilakukan dengan metode korelasi Pearson

(product moment correlation), dengan persamaan:

Y = f (X i,j,k,l)

Dimana : i = variabel-variabel independent ke i j = sampel ke j k = keterkaitan antar variabel ke k l = keterkaitan antar sampel ke l Dari persamaan di atas disusun model matematik yang menggambarkan

hubungan antara berbagai variabel hambatan internal dan eksternal dengan

variabel yang menggambarkan hambatan untuk memperoleh kompetensi. Dengan

menggunakan SPSS perhitungan korelasi Pearson menghasilkan koefisien

korelasi bivariate. Dari hasil korelasi tersebut, dipilih variabel-variabel bebas

yang berhubungan dengan variabel terikat dengan nilai korelasi kuat (r>0,4).

a. Pengaruh faktor internal terhadap kendala peningkatan kinerja

daya saing.

Hasil perhitungan nilai korelasi antara berbagai variabel independen (Xi)

terhadap Kendala untuk mendapatkan kompetensi (Y) menunjukkan 20

variabel yang memiliki nilai r>0.4, yaitu X2, X3, X5, X6 X7, X8, X9, X10,

X11 X12, X13, X15, X16, X21, X22, dan X23. Rincian nilai korelasi tersebut

diuraikan pada Tabel 4.29.

Tabel 4.29. Nilai korelasi Pearson R antara berbagai variabel dengan

kendala untuk mendapatkan kompetensi

No. Kode Variabel

Variabel R

1 X1 Mengkonsolidasikan kegiatan internal proyek. 0,358

2 X2 Pembuatan laporan keuangan dan mentabulasikan seluruh item laporan keuangan kedalam lapor akhir proyek selesai. 0,423

3 X3 Melakukan Konsultasi dan konsolidasi pelaksanaan pekerjaan. 0,450

4 X5 Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya. 0,694

5 X6 Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu. 0,461

6 X7 Meneliti dan mengevaluasi hasil pengukuran dan perhitungan prestasi pekerjaan. 0,587

7 X8 Mengetahui isi surat perjanjian kerja. 0,545

8 X9 Mengendalikan file data/dokumentasi untuk kegiatan pengendalian mutu, dimensi, waktu dan biaya. 0,637

9 X10 Mengetahui isi dokumen kontrak dan lampirannya secara menyeluruh. 0,519

10 X11 Membuat laporan akhir kepada owner dan perusahaan setelah proyek selesai dikerjakan. 0,460

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 46: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

156 Universitas Indonesia

No. Kode Variabel

Variabel R

11 X12 Proses pemeriksaan pekerjaan. 0,410 12 X13 Membuat dan membaca jadwal kerja. 0,435 13 X15 Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow. 0,498 14 X16 Jenis, jumlah volume dan kualitas bahan yang dibutuhkan. 0,466 15 X19 Memberikan rasa aman bagi bawahannya untuk bekerja dengan tenang. 0,365 16 X20 Luwes dalam pendekatan dan personality. 0,381

17 X21 Memotivasi bawahannya untuk berprestasi baik dan mengatasi kebiasaan buruk mereka. 0,528

18 X22 Membimbing para bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai standar yang telah ditentukan. 0,487

19 X23 Disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah ditentukan. 0,483

20 X24 Menjalin hubungan baik dengan pemilik proyek, supplier, sub kontraktor dan pihak terkait lainnya untuk kelancaran proyek. 0,339

Sumber : hasil olahan

a. Pengaruh faktor eksternal untuk peningkatan kinerja daya saing.

Hasil perhitungan nilai korelasi antara berbagai variabel independen (Xi)

terhadap kendala untuk mencapai kompetensi (Y) menunjukkan hanya 6

variabel yang memiliki nilai r>0.4, yaitu X1, X3, X7, X9, X10 dan X15.

Rincian nilai korelasi tersebut diuraikan pada Tabel 4.30.

Tabel 4.30. Nilai korelasi Pearson R antara berbagai variabel dengan

kendala untuk mencapai kompetensi.

No. Kode Variabel

Variabel R

1 X1 Koordinasi dengan owner dan pengguna jasa yang tidak intensip. 0,586

2 X3 Koordinasi dengan kantor pusat yang tidak terjadwal dan jarang dilakukan.

0,454

3 X7 Kondisi organisasi proyek yang tidak mendukung untuk bekerja dengan baik.

0,492

4 X9 Aturan-aturan yang di keluarkan oleh perusahaan tidak selaras dengan bakuan kompetensi.

0,424

5 X10 Insentif yang diberikan tidak sepadan dengan prestasi dan bahkan tidak diberkan.

0,519

6 X15 Belum ada standar nasional tentang bakuan kompetensi. 0,498

Sumber: Hasil olahan.

Analisis interkorelasi dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan

interkorelasi r antara variabel bebas yang satu terhadap variabel bebas

lainnya. Apabila antar variabel-variabel tersebut terjadi hubungan

interkorelasi, yaitu saling mempengaruhi, dan langsung digunakan sebagai

variabel persamaan, maka mempunyai risiko terjadinya gangguan terhadap

stabilitas model, sehingga dapat mengurangi asumsi linier independence

dan juga mengurangi real significant final interpretation dari model yang

terbuat dari variabel tersebut. Dari matriks interkorelasi terlihat bahwa nilai

koefisien korelasi ’r’ antar variabel-variabel bebas hampir sebagian besar

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 47: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

157 Universitas Indonesia

mempunyai nilai yang sangat berarti dan berpotensi menimbulkan

gangguan bagi model yang terbentuk tersebut, sehingga perlu dilakukan

analisis lebih lanjut terhadap variabel-variabel tersebut. Untuk

menyederhanakan jumlah variabel bebas yang mempunyai nilai R > 0.4

terhadap variabel terikat, maka dilakukan analisis faktor dengan

menggunakan metode Principal Component Analysis dan metode Varimax

Rotated Component Matrix dengan kriteria dari Kaiser, yaitu mengambil

eigenvallue > 1 dengan program SPSS.

a. Pengaruh faktor internal untuk meningkatkan kinerja daya saing.

Analisis faktor dari variabel bebas yang mempunyai nilai r > 0.4 terhadap

variabel terikat, untuk eigenvallue > 1 telah menghasilkan 1 komponen

atau faktor seperti terlihat pada Total Variance Explained maupun

Varimax Rotated Component Matrix. Setiap faktor mempunyai

sekelompok variabel bebas yang menggambarkan karakteristik umum

dari faktor tersebut, seperti terlihat pada Tabel 4.31. dan Tabel 4.32.

Tabel 4.31. Karekteristik umum faktor variabel X internal terhadap Y

Komponen Variabel Keterangan Koef.

X8 Mengetahui isi surat perjanjian kerja. .872

X9 Mengendalikan file data/dokumentasi untuk kegiatan pengendalian mutu, dimensi, waktu dan biaya.

.814

X2 Pembuatan laporan keuangan dan mentabulasikan seluruh item laporan keuangan kedalam lapor akhir proyek selesai.

.799

X22 Membimbing para bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai standar yang telah ditentukan.

.784

X10 Mengetahui isi dokumen kontrak dan lampirannya secara menyeluruh. .729 X20 Luwes dalam pendekatan dan personality. .705

X5 Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya.

.690

X7 Meneliti dan mengevaluasi hasil pengukuran dan perhitungan prestasi pekerjaan.

.690

X19 Memberikan rasa aman bagi bawahannya untuk bekerja dengan tenang. .673

X21 Memotivasi bawahannya untuk berprestasi baik dan mengatasi kebiasaan buruk mereka.

.645

X11 Membuat laporan akhir kepada owner dan perusahaan setelah proyek selesai dikerjakan.

.622

1

X23 Disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah ditentukan. .577 X15 Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow. .855 X16 Jenis, jumlah volume dan kualitas bahan yang dibutuhkan. .768

X24 Menjalin hubungan baik dengan pemilik proyek, supplier, sub kontraktor dan pihak terkait lainnya untuk kelancaran proyek. .765

2

X3 Melakukan Konsultasi dan konsolidasi pelaksanaan pekerjaan. .557

X1 Mengkonsolidasikan kegiatan internal proyek. .842

X12 Proses pemeriksaan pekerjaan. .779 X13 Membuat dan membaca jadwal kerja. .723

3

X6 Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu. .624

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 48: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

158 Universitas Indonesia

Sumber: Hasil olahan.

b. Pengaruh faktor internal untuk peningkatan kinerja daya saing.

Tabel 4.32. Karekteristik umum faktor variabel X eksternal terhadap Y

Komponen Variabel Keterangan Koef.

X9 Aturan-aturan yang di keluarkan oleh perusahaan tidak selaras dengan bakuan kompetensi.

.838

X10 Insentif yang diberikan tidak sepadan dengan prestasi dan bahkan tidak diberkan.

.814

X1 Koordinasi dengan owner dan pengguna jasa yang tidak intensip. .804

X3 Koordinasi dengan kantor pusat yang tidak terjadwal dan jarang dilakukan.

.764

X7 Kondisi organisasi proyek yang tidak mendukung untuk bekerja dengan baik.

.762

1

X15 Belum ada standar nasional tentang bakuan kompetensi. .695

Sumber : Hasil olahan

Untuk menentukan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kinerja

daya saing rendah, dilakukan analisis variabel yang berpengaruh terhadap

dengan cara menganalisis berbagai kombinasi antara setiap variabel bebas

yang potensial dari setiap faktor. Kriteria yang digunakan untuk memilih

ada dua. Pertama, variabel bebas setiap faktor memiliki interkorelasi r <

0.4. Kedua, kombinasi yang dipilih adalah yang mempunyai interkorelasi r

Komponen Variabel Keterangan Koef.

X8 Mengetahui isi surat perjanjian kerja. .872

X9 Mengendalikan file data/dokumentasi untuk kegiatan pengendalian mutu, dimensi, waktu dan biaya.

.814

X2 Pembuatan laporan keuangan dan mentabulasikan seluruh item laporan keuangan kedalam lapor akhir proyek selesai.

.799

X22 Membimbing para bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai standar yang telah ditentukan.

.784

X10 Mengetahui isi dokumen kontrak dan lampirannya secara menyeluruh. .729 X20 Luwes dalam pendekatan dan personality. .705

X5 Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya.

.690

X7 Meneliti dan mengevaluasi hasil pengukuran dan perhitungan prestasi pekerjaan. .690

X19 Memberikan rasa aman bagi bawahannya untuk bekerja dengan tenang. .673

X21 Memotivasi bawahannya untuk berprestasi baik dan mengatasi kebiasaan buruk mereka.

.645

X11 Membuat laporan akhir kepada owner dan perusahaan setelah proyek selesai dikerjakan.

.622

1

X23 Disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah ditentukan. .577 X15 Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow. .855 X16 Jenis, jumlah volume dan kualitas bahan yang dibutuhkan. .768

X24 Menjalin hubungan baik dengan pemilik proyek, supplier, sub kontraktor dan pihak terkait lainnya untuk kelancaran proyek. .765

2

X3 Melakukan Konsultasi dan konsolidasi pelaksanaan pekerjaan. .557 X1 Mengkonsolidasikan kegiatan internal proyek. .842 X12 Proses pemeriksaan pekerjaan. .779 X13 Membuat dan membaca jadwal kerja. .723

3

X6 Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu. .624

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 49: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

159 Universitas Indonesia

paling rendah sehingga kombinasi tersebut menghasilkan variabel-variabel

yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Optimalitasnya diukur dari R2

dan stabilitas model yang optimal, serta memenuhi semua kriteria proses

pengujian (F, t, d, dan validasi).

a. Pengaruh faktor internal untuk meningkatkan kinerja daya saing.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas, diperoleh variabel yang

berpengaruh dan mewakili model hubungan variabel terikat terhadap

berbagai variabel, yaitu variabel-variabel dari component 1, 2 dan 3,

dengan nilai koefisien interkorelasi seperti terlihat pada Tabel 4.33.

Tabel 4.33. Koefisien interkorelasi r antara variabel yang berpengaruh

Variabel X5 X6 X15 X5 1 .709 .606 X6 .709 1 .522 X15 .606 .522 1

Sumber: Hasil olahan. Kombinasi dari variabel yang berpengaruh yang mewakili masing-

masing faktor, dengan demikian variabel yang berpengaruh terhadap

tersebut yang diuraikan pada Tabel 4.34.

Tabel 4.34. Variabel yang berpengaruh terhadap faktor internal

Kode Variabel

Uraian Variabel

X5 Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya

X15 Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow. X6 Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu

Sumber : Hasil olahan

b. Pengaruh faktor eksternal untuk peningkatan kinerja daya saing.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas, diperoleh variabel yang

berpengaruh yang mewakili model hubungan variabel terikat terhadap

berbagai variabel, yaitu variabel-variabel dari faktor 1, dengan nilai

koefisien interkorelasi seperti terlihat pada Tabel 4.35.

Tabel 4.35. Koefisien interkorelasi r antara variabel yang berpengaruh

Sumber : Hasil olahan

Variabel X9

X9 0,180

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 50: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

160 Universitas Indonesia

Kombinasi dari variabel yang berpengaruh mewakili masing-masing faktor.

Dengan demikian variabel yang berpengaruh tersebut ditunjukkan dalam

Tabel 4.36.

Tabel 4.36. Variabel yang berpengaruh terhadap faktor eksternal

Kode Variabel Uraian Variabel

X9 Aturan-aturan yang di keluarkan oleh perusahaan tidak selaras dengan bakuan kompetensi.

Sumber : Hasil olahan

4.4.1.3. Analisis penyebab rendahnya kinerja daya saing tenaga kerja

manajerial.

Analisis tentang penyebab dari rendahnya kinerja daya saing dari faktor

kompetensi tenaga kerja manajerial dapat dilakukan dengan analisis risk ranking.

Variabel rendahnya kinerja daya saing tenaga kerja manajerial yang diperoleh

dari hasil literatur dan divalidasi kepada para pakar tersusun sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 4.37. dan Tabel 4.38.

Tabel 4.37. Variabel internal rendahnya kinerja daya saing tenaga kerja manajerial

PENYEBAB RENDAHNYA KINERJA DAYA SAING TENAGA KERJA MANAJERIAL

No Kurangnya Management Skill Tentang:

X1 Mengkonsolidasikan kegiatan internal proyek. X2 Pembuatan laporan keuangan dan mentabulasikan seluruh item laporan keuangan kedalam lapor akhir

proyek selesai. X3 Melakukan konsultasi dan konsolidasi pelaksanaan pekerjaan. X4 Memobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja. X5 Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya. X6 Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu. X7 Meneliti dan mengevaluasi hasil pengukuran dan perhitungan prestasi pekerjaan. X8 Mengetahui isi surat perjanjian kerja. X9 Mengendalikan file data/dokumentasi untuk kegiatan pengendalian mutu, dimensi, waktu dan biaya. X10 Mengetahui isi dokumen kontrak dan lampirannya secara menyeluruh. X11 Membuat laporan akhir kepada owner dan perusahaan setelah proyek selesai dikerjakan. Kurangnya Pengetahuan tentang:

X12 Proses pemeriksaan pekerjaan. X13 Membuat dan membaca jadwal kerja. X14 Lokasi/tempat suplier material dan peralatan serta penyedia tenaga kerja. X15 Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow. X16 Jenis, jumlah volume dan kualitas bahan yang dibutuhkan. X17 Peraturan ketenagakerjaan. X18 Ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Lemahnya Sikap Kerja Dalam Hal:

X19 Memberikan rasa aman bagi bawahannya untuk bekerja dengan tenang. X20 Luwes dalam pendekatan dan personality. X21 Memotivasi bawahannya untuk berprestasi baik dan mengatasi kebiasaan buruk mereka. X22 Membimbing para bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai standar yang telah ditentukan. X23 Disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah ditentukan.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 51: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

161 Universitas Indonesia

PENYEBAB RENDAHNYA KINERJA DAYA SAING TENAGA KERJA MANAJERIAL

X24 Menjalin hubungan baik dengan pemilik proyek, supplier, sub kontraktor dan pihak terkait lainnya untuk kelancaran proyek.

Sumber: Hasil olahan.

Tabel 4.38. Variabel eksternal rendahnya kinerja daya saing tenaga kerja manajerial

PENYEBAB RENDAHNYA KINERJA DAYA SAING TENAGA KERJA MANAJERIAL

No Dalam Proyek: X1 Koordinasi dengan owner dan pengguna jasa yang tidak intensip. X2 Dokumentasi rapat-rapat dan kegiatan lainnya tidak dikelola dengan baik. X3 Koordinasi dengan kantor pusat yang tidak terjadwal dan jarang dilakukan. X4 Rapat internal dengan para bawahan yang tidak terjadwal dan tidak teratur. X5 Memilih metode kerja yang tidak tepat. X6 Memobilisasi dan demobilisasi material, peralatan dan tenaga kerja yang tidak teratur dan tidak tepat

waktu. X7 Kondisi organisasi proyek yang tidak mendukung untuk bekerja dengan baik. Dalam Perusahaan: X8 Job description yang tidak jelas pada saat pendelegasian untuk proyek baru pada fungsi tugas dan

tanggung jawab. X9 Aturan-aturan yang di keluarkan oleh perusahaan tidak selaras dengan bakuan kompetensi. X10 Insentif yang diberikan tidak sepadan dengan prestasi dan bahkan tidak diberkan. X11 Kondisi organisasi perusahaan yang tidak mendukung untuk bekerja secara baik X12 Penghargaan kepada karyawan yang berprestasi sangat kurang. Di Lingkungan Usaha:

X13 Belum berjalannya lembaga sertifikasi yang dikelola oleh assosiasi profesi dan instansi Diklat lainnya. X14 Ketentuan Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) tentang sertifikasi belum diimplementasikan. X15 Belum ada standar nasional tentang bakuan kompetensi. X16 Belum memadainya pendidikan manajemen dengan kurikulum berbasis kompetensi X17 Belum adanya Research & Development yang memadai untuk mendukung pemberlakuan bakuan

kompetensi secara menyeluruh.

Sumber: Hasil olahan.

Berdasarkan data frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap pencapaian

kompetensi, dilakukan analisis risk ranking dengan membuat bobot dari

frekuensi dan dampak dari tiap variabel. Hasil analisis risk ranking diuraikan

dalam Tabel 4.39. tentang hambatan internal management skill yang mungkin

terjadi, Tabel 4.40. tentang hambatan internal pengetahuan yang mungkin terjadi,

Tabel 4.41. tentang hambatan internal sikap kerja yang mungkin terjadi, Tabel

4.42. tentang hambatan eksternal dalam proyek, Tabel 4.43. tentang hambatan

eksternal dalam perusahaan, dan Tabel 4.44. tentang hambatan eksternal dalam

lingkungan usaha. Kriteria yang digunakan dalam analisis risk ranking ini adalah:

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 52: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

162 Universitas Indonesia

FREKUENSI PENGARUH

Kriteria Skala Kriteria Skala

Sangat Sering 1 Sangat Besar 1

Sering 2 Besar 2

Kadang-kadang 3 Sedang 3

Jarang 4 Kecil 4

Sangat Jarang 5 Sangat Kecil 5

Sedang

Sangat Besar

Besar

Kecil

Sangat l

21 - 40 %

Frekwensi Terjadi:

81 - 100 %

61 - 80 %

41 - 60 %

Tingkat Pengaruh:

0 - 20 %

123

4

5

12

3

4

5

Tabel 4.39. Hambatan internal management skill

NILAI

FREK PENG FREK PENG AKHIR LEVEL

F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY

(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5

1 54.1 17.9 27.063 8.943 36.006 M2 54.1 20.8 27.063 10.392 37.455 H3 46.8 17.9 23.381 8.943 32.324 M4 46.8 20.8 23.381 10.392 33.773 M5 54.1 25.8 27.063 12.894 39.957 H6 46.8 20.8 23.381 10.392 33.773 M7 59.1 33.7 29.565 16.845 46.410 E8 59.1 28.7 29.565 14.343 43.908 E9 41.8 23.7 20.879 11.842 32.721 M10 46.2 17.9 23.116 8.947 32.063 M12 46.2 15.8 23.116 7.894 31.010 M13

46.2 12.9

23.116 6.445 29.561

L14 46.2 5.0 23.116 2.498 25.613 L15

41.8 22.9

20.879 11.445 32.324

M16 41.8 17.9 20.879 8.943 29.822 L17 46.2 20.8 23.116 10.396 33.512 M18 51.2 23.7 25.613 11.842 37.455 H19 41.2 17.9 20.614 8.947 29.561 L20 36.8 20.8 18.377 10.392 28.770 L21

41.8 30.8

20.879 15.396 36.275

H22 33.9 20.8 16.932 10.396 27.328 L23 46.2 17.9 23.116 8.947 32.063 M24 51.2 25.8 25.613 12.894 38.508 H25 46.2 25.8 23.112 12.894 36.006 M26

41.2 17.9

20.614 8.947 29.561

L27 41.8 17.9 20.879 8.943 29.822 L28 51.2 25.8 25.613 12.894 38.508 H29

49.1 38.924.561 19.430 43.991

E

Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu.

Mendokumentasikan hasil rapat dan surat menyurat.

Mendokumentasikan semua kegiatan yang terjadi di proyek.

Melakukan negosiasi dengan pemilik proyek dan partner konstruksi atau subkontraktor.

Melakukan rapat mingguan, bulanan dan non jadwal (khusus)

Mengendalikan file data/dokumentasi untuk kegiatan pengendalian mutu, dimensi, waktu

dan biaya.

Penentuan jadwal kebutuhan peralatan, bahan, tenaga kerja dan biaya tiap item pekerjaan

Melakukan pekerjaan sesuai standar spesifikasi yang tertuang dalam kontrak dan

spesifikasi gambar teknis.

NILAI LOKAL

Mengendalikan pemanfaatan waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai kontrak kerja.

Mengetahui isi surat perjanjian kerja.

Membimbing dan mengarahkan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis.

No

Mengetahui isi dokumen kontrak dan lampirannya secara menyeluruh.

Melaksanakan pemeriksaan ulang setiap selesainya tiap item pekerjaan.

Hambatan Internal - Management Skill yaitu tidak dapat:

Memimpin dan melaksanakan organisasi proyek.

Memobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja.

Terampil dalam memutuskan pemecahan masalah proyek.

Mengkonsolidasikan kegiatan internal proyek.

Melakukan Konsultasi dan konsolidasi pelaksanaan pekerjaan.

Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan sesuai metoda, prosedur dan manual yang telah

ditentukan.

Mengendalikan kualitas bahan sesuai spesifikasi teknis yang telah ditentukan.

Meneliti dan mengevaluasi hasil pengukuran dan perhitungan prestasi pekerjaan.

Menempatkan dan menggerakkan tenaga kerja, peralatan dan bahan.

Membuat laporan keuangan setiap item prekerjaan selesai dikerjakan dan mentabulasikan seluruh item laporan keuangan kedalam lapor akhir proyek selesai.

Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait

Membuat laporan akhir kepada owner dan perusahaan setelah proyek selesai dikerjakan.

Menerapkan ketentuan K3 di lingkungan proyek.

Menetapkan dan menjadwalkan kebutuhan peralatan, material, tenaga kerja dan biaya

pada setiap item pekerjaan.

NILAI GLOBAL

Melakukan rapat eksternal untuk fkelancaran pelaksanaan pekerjaan.

Hambatan Yang Mungkin Terjadi

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 53: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

163 Universitas Indonesia

Tabel 4.40. Hambatan internal knowledge

NILAI

FREK PENG FREK PENG AKHIR LEVEL

F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY

(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5

1 74.6 20.8 37.281 10.392 47.673 H2 79.6 25.8 39.782 12.894 52.676 E3 46.2 25.8 23.116 12.894 36.010 L4 67.2 20.8 33.599 10.392 43.991 M5 67.2 33.7 33.599 16.845 50.444 H6 79.6 33.7 39.782 16.845 56.628 E7 59.1 17.9 29.565 8.943 38.508 L8 59.1 20.8 29.565 10.392 39.957 M9 46.8 28.7 23.381 14.343 37.725 L10 46.8 33.7 23.381 16.845 40.226 M11 41.8 25.8 20.879 12.894 33.773 L

NILAI LOKAL NILAI GLOBAL

Menguasai manajemen peralatan, material, tenaga kerja dan waktu.

Menguasai peraturan ketenagakerjaan.

Menguasai teknik negosiasi dan human relation .

Hambatan Yang Mungkin Terjadi

Hambatan Internal - Knowledge yaitu tidak dapat:

Mengetahui jenis, jumlah volume dan kualitas bahan yang dibutuhkan.

Mengetahui lokasi/tempat suplier material dan peralatan serta penyedia tenaga kerja.

Mengetahui proses pemeriksaan.

Menguasai isi dokumen kontrak dan perjanjian kerja.

Menguasai ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

No

Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow.

Membuat dan membaca jadwal kerja.

Mampu menjelaskan item, jenis pekerjaan jalan secara benar dan lengkap.

Tabel 4.41. Hambatan internal attitude

NILAI

FREK PENG FREK PENG AKHIR LEVEL

F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY

(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5

1

51.2 20.8

25.613 10.392 36.006

H2

54.8 20.8

27.415 10.392 37.807

H3 54.8 23.7 27.415 11.842 39.257 E4 46.8 33.7 23.381 16.845 40.226 E5 41.8 20.8 20.879 10.392 31.271 L6 54.1 20.8 27.063 10.392 37.455 H7 46.8 33.7 23.381 16.845 40.226 E

NILAI LOKAL NILAI GLOBAL

Membimbing para bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai standar yang telah

ditentukan.

Sigap dengan semua kejadian baik yang terencana maupun tidak.

Disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah ditentukan.

Memberikan rasa aman bagi bawahannya untuk bekerja dengan tenang.

Memotivasi bawahannya untuk berprestasi baik dan mengatasi kebiasaan buruk mereka.

Luwes dalam pendekatan dan personality.

Menjalin hubungan baik dengan pemilik proyek, supplier, sub kontraktor dan pihak

terkait lainnya untuk kelancaran proyek.

No Hambatan Yang Mungkin Terjadi

Hambatan Internal - Attitude yaitu tidak dapat:

Tabel 4.42. Hambatan eksternal dalam proyek

NILAI

FREK PENG FREK PENG AKHIR LEVEL

F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY

Hambatan Eksternal - Dalam Proyek (%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5

1 33.7 23.7 16.845 11.842 28.687 L2

54.8 28.7

27.415 14.343 41.758

H3 46.8 28.7 23.381 14.343 37.725 H4 67.2 17.9 33.599 8.943 42.541 E5 59.1 30.8 29.565 15.396 44.961 E6 67.2 25.8 33.599 12.894 46.493 E7 46.8 41.8 23.381 20.879 44.260 E8 59.1 30.8 29.565 15.396 44.961 E

NILAI LOKAL NILAI GLOBAL

Koordinasi dengan kantor pusat yang tidak terjadwal dan jarang dilakukan.

Memobilisasi dan demobilisasi material, peralatan dan tenaga kerja yang tidak teratur dan

tidak tepat waktu.

Kondisi organisasi proyek yang tidak mendukung untuk bekerja dengan baik.

Dokumentasi rapat-rapat dan kegiatan lainnya tidak dikelola dengan baik.

Memilih metode kerja yang tidak tepat.

No Hambatan Yang Mungkin Terjadi

Distribusi keuangan yang tidak lancar dan merata.

Koordinasi dengan owner dan pengguna jasa yang tidak intensip.

Rapat internal dengan para bawahan yang tidak terjadwal dan tidak teratur.

Tabel 4.43. Hambatan eksternal dalam perusahaan

NILAI

FREK PENG FREK PENG AKHIR LEVEL

F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY

Hambatan Eksternal - Dalam Perusahaan (%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5

1

79.6 25.8

39.782 12.894 52.676

E2 46.8 46.8 23.381 23.381 46.762 H3

41.8 28.7

20.879 14.343 35.223

L4 74.6 28.7 37.281 14.343 51.624 E5 54.1 28.7 27.063 14.343 41.406 M6 67.2 25.8 33.599 12.894 46.493 H

NILAI LOKAL NILAI GLOBAL

No

Penghargaan kepada karyawan yang berprestasi sangat kurang.

Hambatan Yang Mungkin Terjadi

Aturan-aturan yang di keluarkan oleh perusahaan tidak selaras dengan bakuan

Tidak ada pelatihan untuk meningkatkan kualitas karyawan agar memenuhi standar

kompetensi.

Insentif yang diberikan tidak sepadan dengan prestasi dan bahkan tidak diberkan.

Job description yang tidak jelas pada saat pendelegasian untuk proyek baru baik pada

fungsi tugas dan tanggung jawab.

Kondisi organisasi perusahaan yang tidak mendukung untuk bekerja secara baik

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 54: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

164 Universitas Indonesia

Tabel 4.44. Hambatan eksternal dalam lingkungan usaha

NILAI

FREK PENG FREK PENG AKHIR LEVEL

F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY

Hambatan Eksternal - Di Lingkungan Usaha (%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5

1

28.7 41.8

14.343 20.879 35.223

M2 25.8 41.8 12.894 20.879 33.773 L3

54.1 41.8

27.063 20.879 47.942

E4 25.8 41.8 12.894 20.879 33.773 L5

17.9 41.8

8.943 20.879 29.822

L

No Hambatan Yang Mungkin Terjadi

NILAI LOKAL NILAI GLOBAL

Belum adanya Research & Development yang memadai untuk mendukung pemberlakuan

bakuan kompetensi secara menyeluruh.

Belum memadainya pendidikan manajemen dengan kurikulum berbasis kompetensi

Ketentuan Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) tentang sertifikasi belum

diimplementasikan.

Belum berjalannya lembaga sertifikasi yang dikelola oleh assosiasi profesi dan instansi

Diklat lainnya.

Belum ada standar nasional tentang bakuan kompetensi.

Keterangan Risk Level Priority dan Dampak E = Extreme Risk M = Moderate Risk

H = Hign Risk L = Low Risk

4.4.1.4. Analisis peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja manajerial.

Peningkatan kinerja daya saing berupa kapabilitas tenaga manajerial pada

pekerjaaan jalan dilakukan dengan mengatasi hambatan yang terjadi untuk

pencapaian kompetensi dari berbagai langkah yang dapat diambil. Pemilihan

solusi untuk mengatasi hambatan dari setiap kelompok dilakukan dengan cara

melihat percentase kemunculan, dan didapatkan urutan atau ranking berdasarkan

tabulasi data, urutan/ranking solusi penyelesaian permasalahan yang timbul dari

hambatan internal dan eksternal adalah seperti berikut ini:

Solusi penyelesaian masalah hambatan internal Management Skill 1 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan manajerial. 2 Menetapkan standar minimal pada saat recruitment manajer. 3 Evaluasi kinerja manajer secara berkala. Knowledge 1 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan manajerial. 2 Menetapkan standar minimal pada saat recruitment manajer. 3 Evaluasi kinerja manajer secara berkala. Attitude 1 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan manajerial. 2 Menetapkan standar minimal pada saat recruitment manajer. 3 Meningkatkan komunikasi dan koordinasi. Solusi penyelesaian masalah hambatan eksternal. Dalam Proyek 1 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan manajerial. 2 Sosialisasi bakuan kompetensi. 3 Meningkatkan komunikasi dan koordinasi. Dalam Perusahaan 1 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan manajerial.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 55: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

165 Universitas Indonesia

2 Sosialisasi bakuan kompetensi. 3 Meningkatkan komunikasi dan koordinasi. Lingkungan Usaha 1 Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja. 2 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan manajerial. 3 Pengawasan yang intensif

4.4.1.5. Analisis permodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja

daya saing.

Analisis permodelan dilakukan dengan analisis regresi terhadap kombinasi

variabel penentu yang telah ditetapkan dan dihasilkan model regresi berganda

secara linier. Dengan menggunakan SPSS, diperoleh persamaan sebagai berikut.

YInternal = -0,006 + 0,524 X5 + 0,236 X6 + 0,437 X15 . . . . (4.5)

YEksternal = - 0,256 + 0,477 X7 + 0,328 X15 . . . . . . . . . . . . . (4.6)

Dimana :

YInternal = Hambatan internal yang mempengaruhi pencapaian kompetensi.

YEksternal = Hambatan eksternal yang mempengaruhi pancapaian kompetensi.

Variabel bebas internal :

X5 = Kurangnya manajemen skill tentang pembuatan berita acara setiap

pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya

X6 = Kurangnya manajemen skill tentang penyaluran dan pengendalian

biaya proyek agar tepat waktu

X15 = Kurangnya pengetahuan tentang pembuatan anggaran biaya

pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow.

Variabel bebas eksternal :

X7 = Koordinasi dengan kantor pusat yang tidak terjadwal dan jarang

dilakukan.

X15 = Belum ada standar nasional tentang bakuan kompetensi

4.4.1.6. Validasi hasil pemodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja

daya saing tenaga kerja.

Validasi hasil permodelan dilakukan dengan pengujian Coeficient of

Determination Test (Adjusted R2 – Test). Dengan menggunakan metode Enter

pada program SPSS dihasilkan urutan kombinasi variabel bebas penentu, dalam

memberikan kontribusi terhadap nilai adjusted R2 untuk model regresi linier

untuk kedua variabel terikat (Yinternal dan YEksternal). Urutan kombinasi variabel

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 56: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

166 Universitas Indonesia

bebas penentu untuk model regresi pertama (memuat Yinternal) menghasilkan nilai

R2 adjusted seperti terlihat pada Tabel 4.45.

Tabel 4.45. Adjusted R2 model regresi YInternal

Model Adjusted R2 X5, X15, X6 0,761

Sumber : data olahan

Model regresi pada Tabel 4.46. menunjukkan bahwa nilai R2 adjusted cukup

berarti. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi interkorelasi yang tinggi

diantara variabel-variabel tersebut. Dari sample yang diambil secara acak,

kemudian dilakukan uji validasi, maka Y sample berada diantara batas atas dan

batas bawah Confidence Interval dan diantara batas atas dan batas bawah

Prediction Interval seperti pada Tabel 4.46.

Tabel 4.46. Confidence interval dan prediction interval Yinternal.

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3

X5 4 3 5

X6 5 2 2

X15 5 2 3 Variabel X

Y sampel 3 2 3 Variabel Y

Y model (Ym) 3.095 1.968 2.78

t0.025(21) SE ((X0’(X’X)-1X0))^1/2 0.466 0.236 0.353

t0.025(21) SE (1 + (X0’(X’X)-1X0))^1/2 0.973 0.886 0.924 Batas Bawah 2.629 1.732 2.427

Confidence Interval Batas Atas 3.561 2.204 3.133 Batas Bawah 2.122 1.082 1.856

Prediction Interval Batas Atas 4.068 2.854 3.704

Sumber: Hasil olahan

Dengan demikian, model dapat digunakan untk meramal nilai tengah Y dan dapat

digunakan untuk memprediksi nilai tunggal Y. Dengan cara yang sama dilakukan

pengujian model regresi kedua, dengan hasil seperti terlihat pada Tabel 4.47.

Tabel 4.47. Adjusted R2 model regresi YEksternal

Sumber : data olahan

Model regresi pada Tabel 4.47. menunjukkan bahwa nilai R2 adjusted cukup

berarti. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi interkorelasi yang tinggi

diantara variabel-variabel tersebut. Dari sample yang diambil secara acak,

Model Adjusted R2 X7, X15 0,524

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 57: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

167 Universitas Indonesia

kemudian dilakukan uji validasi, maka Y sample berada diantara batas atas dan

batas bawah Confidence Interval dan diantara batas atas dan batas bawah

Prediction Interval seperti diuraikan pada Tabel 4.48.

Tabel 4.48. Confidence interval dan prediction interval YEksternal.

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3

X7 4 3 2

X15 4 3 3

Variabel X

Y sampel 3 2 2 Variabel Y

Y model (Ym) 2.7 2.116 1.86

t0.025(21) SE ((X0’(X’X)-1X0))^1/2 0.260 0.195 0.165

t0.025(21) SE (1 + (X0’(X’X)-1X0))^1/2 0.715 0.694 0.687 Batas Bawah 2.440 1.921 1.695

Confidence Interval Batas Atas 2.960 2.311 2.025 Batas Bawah 1.985 1.422 1.173

Prediction Interval Batas Atas 3.415 2.810 2.547

Sumber: Hasil olahan

Dengan demikian, model dapat digunakan untk meramal nilai tengah Y dan dapat

digunakan untuk memprediksi nilai tunggal Y. Dari kedua uji validasi yang

dilakukan, maka didapatkan bahwa kedua persamaan regresi menjadi model yang

sesuai untuk penelitian ini.

4.4.2. Analisis peningkatan kinerja daya saing berdasarkan kapabilitas

tenaga kerja pelaksana pada pekerjaan jalan.

4.4.2.1. Faktor dan variabel kinerja daya saing kompetensi kerja tenaga

pelaksana pekerjaan jalan.

Peningkatan kinerja daya saing yang akan diteliti adalah tentang kapabilitas

tenaga kerja pelaksana untuk pekerjaan jalan yang ditunjukkan dengan

pencapaian kompetensi kerja. Variabel dependent (Y) dipilih untuk tenaga kerja

pada pekerjaan jalan dengan fleksible pavement yang merupakan sebagian besar

jenis jalan yang ada di Indonesia, yang diuraikan pada Tabel 4.49.131

131 Noor Dhulam, , Analisis Masalah Hambatan Dalam Pencapaian Kompetensi Kerja Tenaga Terampil Pada Proyek Konstruksi Jalan, Tesis Manajemen Konstruksi FTUI, 2005.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 58: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

168 Universitas Indonesia

Tabel 4.49. Variabel dependent tenaga kerja tingkat pelaksana

Y Uraian

YA Pencapaian kompetensi kerja tenaga terampil YB Pencapaian kompetensi kerja Asphalt Finisher Operator YC Pencapaian kompetensi kerja Asphalt Mixing Plant Operator YD Pencapaian kompetensi kerja Asphalt Sprayer Operator YE Pencapaian kompetensi kerja Road Asphalt Worker

4.4.2.2. Analisis faktor dan variabel yang berpengaruh pada kinerja daya

saing tenaga kerja pelaksana.

Variabel independent (X) berdasarkan studi literatur dan referensi lingkup

kompetensi tenaga kerja yang bersangkutan sebagai ukuran dari kapabilitasnya

yaitu pencapaian kompetensi, dibagi dalam dua kategori, yaitu variabel hambatan

peningkatan kinerja daya saing eksternal dan internal. Khusus untuk variabel

hambatan internal, elemen hambatan dipisahkan berdasarkan empat jabatan

kerjanya, yang diuraikan pada Tabel 4.50.

Tabel 4.50. Variabel independent tenaga kerja tingkat pelaksana

X Uraian AX Hambatan eksternal BX Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Asphalt Finisher Operator CX Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Asphalt Mixing Plant Operator DX Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Asphalt Sprayer Operator EX Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Road Asphalt Worker Variabel hambatan eksternal dan internal peningkatan kinerja daya saing tenaga

kerja untuk tingkat tenaga pelaksana yang diperoleh dari hasil kuestioner

penelitian bagian pertama adalah seperti yang diuraikan pada Tabel 4.51.

Tabel 4.51. Variabel hambatan peningkatan daya saing tenaga pelaksana.

Hambatan eksternal dan internal

Hambatan eksternal

AX1 Kurangnya dukungan manajer proyek pada saat penerapan bakuan kompetensi. AX2 Alokasi dana yang tidak mencukupi untuk penerapan bakuan kompetensi. AX3 Tidak dilakukan pelatihan penerapan bakuan kompetensi terhadap tenaga kerja proyek.

AX4 Sarana pendukung penerapan bakuan kompetensi yang tidak memadai. Seperti alat kerja dan material.

AX5 Kesiapan sumber daya proyek dalam menerapkan bakuan kompetensi.

AX6 Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak mendukung upaya penerapan bakuan kompetensi

AX7 Deskripsi tugas (job description) tenaga kerja yang tidak jelas.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 59: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

169 Universitas Indonesia

Hambatan eksternal dan internal

AX8 Belum ada R&D yang memadai pada penerapan bakuan kompetensi secara menyeluruh. AX9 Fasilitas insentif dari perusahaan yang kurang jelas AX10 Sistem perusahaan belum siap menerapkan bakuan kompetensi yang baru AX11 KKN dalam pelaksanaan tender mengakibatkan nilai perolehan perusahaan tidak sepadan AX12 Belum jalannya mekanisme bakuan kompetensi nasional. AX13 Kurangnya kesadaran perusahaan mengenai pentingnya bakuan kompetensi. AX14 Belum adanya standar nasional bakuan kompetensi AX15 Lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang belum berfungsi YA Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja

Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Asphalt Finisher Operator

BX1 Teknik apliksi pengoperasian ashpalt finisher BX2 Struktur dan fungsi asphalt finisher BX3 Teknik dasar pengoperasian asphalt finisher BX4 Pengusutan gangguan sederhana pada asphalt finisher BX5 Pemeliharaan harian asphalt finisher BX6 Melaksanakan teknik pengoperasian asphalt finisher BX7 Melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt finisher BX8 Membuat laporan operasi BX9 Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt finisher BX10 Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja BX11 Kepatuhan terhadap prosedur kerja BX12 Kedisiplinan dalam bekerja BX13 Penggunaan alat kerja secara sembarangan / tidak hati-hati BX14 Kepatuhan terhadap instruksi kerja BX15 Ketelitian dalam melakukan pekerjaan YB Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja

Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Asphalt Mixing Plant Operator

CX1 Teknik dasar pengoperasian asphalt mixing plant CX2 Struktur dan fungsi asphalt mixing plant CX3 Pemeliharaan harian asphalt mixing plant CX4 Jenis dan sifat material/bahan pencampur aspal CX5 Pengusutan gangguan sederhana pada asphalt mixing plant CX6 Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja CX7 Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt mixing plant CX8 Melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt mixing plant CX9 Kepatuhan terhadap prosedur kerja CX10 Membuat laporan operasi CX11 Kedisiplinan dalam bekerja CX12 Ketelitian dalam melakukan pekerjaan CX13 Penggunaan alat kerja secara sembarangan / tidak hati-hati CX14 Kepatuhan terhadap instruksi kerja

YC Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja

Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Asphalt Sprayer Operator

DX1 Jenis dan sifat material/bahan pencampur aspal DX2 Pemeliharaan harian asphalt sprayer

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 60: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

170 Universitas Indonesia

Hambatan eksternal dan internal

DX3 Teknik aplikasi pengoperasian asphalt sprayer DX4 Struktur dan fungsi asphalt sprayer DX5 Pengusutan gangguan sederhana pada asphalt sprayer DX6 Melaksanakan teknik aplikasi pengoperasian asphalt sprayer DX7 Melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt sprayer DX8 Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt sprayer DX9 Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja DX10 Membuat laporan operasi DX11 Kepatuhan terhadap prosedur kerja DX12 Penggunaan alat kerja secara sembarangan / tidak hati-hati DX13 Ketelitian dalam melakukan pekerjaan DX14 Kedisiplinan dalam bekerja DX15 Kepatuhan terhadap instruksi kerja YD Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja

Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Road Asphalt Worker

EX1 Mengatur lalu lintas EX2 Pengukuran EX3 Peralatan kerja EX4 Pengenalan bahan dan material EX5 Metode kerja EX6 Pengenalan bahan EX7 Menggunakan peralatan EX8 Kepatuhan terhadap instruksi kerja EX9 Kedisiplinan dalam bekerja EX10 Kepatuhan terhadap prosedur kerja EX11 Penggunaan alat kerja secara sembarangan / tidak hati-hati EX12 Ketelitian dalam melakukan pekerjaan YE Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja

Sumber : Hasil olahan

Analisis faktor dan variabel yang berpengaruh dilakukan dengan cara melakukan

analisis korelasi. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui apakah ada

korelasi antara variabel dependen dan independen yang diteliti, dan apabila ada

hubungan, maka bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan

tersebut. Setelah dilakukan analisis korelasi, maka diperoleh hasil yang

ditunjukkan dalam Tabel 4.52.

Tabel 4.52. Analisis korelasi untuk Road Asphalt Worker(YE)

Var Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

EX1 0.569(**) 0.00

EX2 0.320(*) 0.044

EX3 0.330(*) 0.037

EX4 0.252 0.116

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 61: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

171 Universitas Indonesia

Var Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

EX5 0.395(*) 0.012

EX6 0.420(**) 0.007

EX7 0.501(**) 0.001

EX8 0.326(*) 0.04

EX9 0.678(**) 0.00

EX10 0.573(**) 0.00

EX11 0.186 0.252

EX12 0.06 0.712

(*) > 0.3 (**) > 0.4

Sumber: Hasil olahan

Tanda negatif (-) dan positif (+) hanya menandakan penafsiran dari hasil korelasi,

apabila bertanda negatif maka korelasi menunjukan hubungan yang berlawanan,

dan positif menandakan hubungan yang searah. Koefisien korelasi yang diambil

dibatasi dengan ketentuan r > 0.4. Dari hasil analisis korelasi diatas, dapat

dijelaskan bahwa : terdapat variabel-variabel yang mempunyai hubungan yang

signifikan, dan tingkat hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel tingkat

korelasi. Variabel tersebut adalah :

EX1 Mengatur lalu lintas

EX2 Pengukuran

EX3 Peralatan kerja

EX5 Metode kerja

EX6 Pengenalan bahan

EX7 Menggunakan peralatan

EX8 Kepatuhan terhadap instruksi kerja

EX9 Kedisiplinan dalam bekerja

EX10 Kepatuhan terhadap prosedur kerja

Cara yang sama dilakukan juga untuk faktor eksternal, Asphalt Mixing Plant,

Asphalt Finisher Operator, dan Road Asphalt Worker.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 62: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

172 Universitas Indonesia

4.4.2.3. Analisis penyebab kinerja daya saing rendah pada tenaga kerja

pelaksana.

Analisis untuk mencari penyebab kinerja daya saing rendah dilakukan

secara deskriptif terhadap data yang diperoleh dari para pakar. Analisis deskriptif

meliputi analisis tentang prioritas dan level hambatan. Alat bantu yang digunakan

adalah AHP (Analytical Hierarchy Process). Analisis AHP dimaksudkan untuk

mendapatkan prioritas dari setiap elemen hambatan berdasarkan gambaran yang

diberikan oleh para pakar, baik posisinya sebagai pakar maupun sebagai para

pakar secara luas. Tahap-tahap analisis ini adalah menentukan skala penilaian dan

melakukan analisis untuk memperoleh tingkat resiko. Menentukan skala

penilaian adalah sebagai salah satu cara untuk meng-konversi penilaian kualitatif

menjadi kuantitatif. Pendapat para pakar dalam pengisian kuesioner diberikan

dalam bentuk skala penilaian, skala ini berupa angka dengan rentang nilai 1

sampai dengan 5. Skala tersebut diterapkan untuk skala dampak dan skala

frekuensi. Skala ini dinamakan skala interval, yaitu skala yang menunjukkan

jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.132

Pengertian dari skala yang digunakan tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.53.

Tabel 4.53. Pengertian Skala Penelitian

Skala Keterangan Frekwensi

Keterangan Dampak

1 Sangat Jarang Sangat Kecil 2 Jarang Kecil 3 Kadang-kadang Sedang 4 Cukup Sering Besar 5 Sangat Sering Sangat Besar

Sumber: Hasil olahan

Analisis resiko ini adalah dengan melakukan analisis untuk memperoleh tingkat

resiko dari setiap elemen hambatan, kriteria level tersebut dibagi menjadi

Extreme, High Risk, Middle, dan Low Risk, untuk memperoleh urutan hambatan

yang paling signifikan, disertai dengan level dari hambatan tersebut. Penyebab

yang paling signifikan dan level hambatan diuraikan pada Tabel 4.54.

132 Riduwan, op.cit., hal. 9.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 63: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

173 Universitas Indonesia

Tabel 4.54. Hambatan pencapaian kompetensi pada Road Asphalt Worker

NILAI NILAI F D AKHIR F/P A/R V

AR

PENYEBAB YANG DAPAT MENGHAMBAT PENCAPAIAN KOMPETENSI KERJA :

(%) (%) (%)

LE

VE

L

PR

IOR

ITA

S

EX1 Mengatur lalu lintas 64.0 52.6 58.3 E 2

EX2 Pengukuran 52.8 44.4 49.6 E 6

EX3 Peralatan kerja 49.2 43.5 44.3 E 10

EX4 Pengenalan bahan dan material 47.7 44.7 44.2 E 11

EX5 Metode kerja 48.2 45.5 44.8 E 9

EX6 Pengenalan bahan 53.5 50.2 51.8 E 4

EX7 Menggunakan peralatan 47.0 42.9 44.9 H 12

EX8 Kepatuhan terhadap instruksi kerja 60.4 59.6 60.0 E 1

EX9 Kedisiplinan dalam bekerja 61.8 48.3 55.0 E 3

EX10 Kepatuhan terhadap prosedur kerja 58.3 45.3 51.8 E 5

EX11 Penggunaan alat kerja secara tidak hati-hati 52.6 44.7 48.7 E 7

EX12 Ketelitian dalam melakukan pekerjaan 52.4 44.3 48.3 E 8

Sumber: Hasil olahan

Dari analisis di atas diperoleh keterangan bahwa tiga penyebab yang paling tinggi

adalah variabel EX8-Kepatuhan terhadap instruksi kerja, kemudian EX1-

Mengatur lalu lintas dan EX9-Kedisiplinan dalam bekerja. Dari model yang

diperoleh untuk Road Asphalt Worker, maka ketiga variabel tersebut juga masuk

ke dalam variabel yang berpengaruh yang membentuk model, hal ini menandakan

bahwa faktor-faktor tersebut benar-benar signifikan berpengaruh terhadap upaya

pencapaian kompetensi oleh tenaga terampil (Variabel YE).

4.4.2.4. Analisis peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja pelaksana.

Analisis tentang peningkatan kinerja daya saing dilakukan dengan analisis

deskriptif. Analisis deskriptif meliputi analisis untuk menentukan tingkat

signifikansi dari variabel yang menyebabkan hambatan atas peningkatan kinerja

daya saing, kemudian menentukan tindakan apa yang harus dilakukan untuk

mengurangi hambatan dan langkah kerja lainnya yang harus dilakukan untuk

meningkatkan kinerja daya saing tersebut. Analisis ini dilakukan dengan

menggunakan hasil yang diperoleh dari analisis faktor dan variabel penyebab

rendahnya kinerja daya saing. Solusi tindakan peningkatan kinerja daya saing

tersebut diuraikan dalam Tabel 4.55.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 64: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

174 Universitas Indonesia

Tabel 4.55. Tindakan peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja pelaksana

ALTERNATIF SOLUSI

INTERNAL EKSTERNAL

PENGETAHUAN DALAM PROYEK

1 Melaksanakan program Diklat 1 Meningkatkan Kualitas Komunikasi

2 Diberikan contoh pengoperasian alat 2 Meningkatkan Koordinasi

3 Seleksi tenaga kerja pada tahap rekrutmen

3 Melakukan sosialiasi bakuan kompetensi

4 Pemberlakuan kepemilikan Sertifikasi

4 Pengawasan penerapan bakuan kompetensi

5 Pelatihan pengoperasian alat

KETERAMPILAN DALAM PERUSAHAAN

1 Melaksanakan program Diklat 1 Meningkatkan Kualitas Komunikasi

2 Diberikan contoh pengoperasian alat 2 Meningkatkan Koordinasi

3 Seleksi tenaga kerja pada tahap rekrutmen

3 Melakukan sosialiasi bakuan kompetensi

4 Pemberlakuan kepemilikan Sertifikasi

4 Pengawasan penerapan bakuan kompetensi

5 Pelatihan pengoperasian alat

SIKAP KERJA SOLUSI LINGKUNGAN USAHA

1 Law Reinforcement 1 Good Corporate Governance

2 Pengawasan ditingkatkan

2 Melakukan sosialiasi bakuan kompetensi

3 Pemberian Insentif / Kesejahteraan tenaga kerja 3

Pengawasan penerapan bakuan kompetensi

4 Menerapkan kode etik operator 5 Seleksi tenaga kerja pada tahap rekrutmen

Sumber: Hasil olahan

Berdasarkan model yang terbentuk, faktor yang paling signifikan, dan

menentukan model regresi pada faktor eksternal diuraikan pada Tabel 4.56.

Tabel 4.56. Masalah paling signifikan pada faktor eksternal tenaga kerja pelaksana.

VAR RISK LEVEL KETERANGAN

AX1 E Kurangnya dukungan manajer proyek pada saat penerapan bakuan kompetensi.

AX6 E Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak mendukung upaya penerapan bakuan kompetensi

AX9 E Fasilitas insentif dari perusahaan yang kurang jelas Sumber: Hasil olahan

Berdasarkan kriteria hambatannya, variabel AX1 termasuk kedalam kriteria

hambatan dalam proyek, sedangkan variabel AX6 dan AX9 merupakan variabel

yang masuk dalam kriteria hambatan dalam perusahaan. Ketiga faktor tersebut

mempunyai level Extreme Risk, dan menurut model regresi yang diperoleh, maka

hal ini menandakan bahwa faktor tersebut mempunyai resiko yang cukup tinggi

apabila dilakukan pada saat yang sama. Dengan nilai Adj.R2 > 90%, maka

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 65: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

175 Universitas Indonesia

terbukti bahwa ketiga variabel tersebut cukup signifikan mempengaruhi

pencapaian kompetensi tenaga terampil. Langkah untuk meminimalisasi

hambatan tersebut adalah dengan ”meningkatkan kualitas komunikasi”. Kualitas

komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam sebuah kelompok dalam suatu

proyek dan dengan cara ”meningkatkan koordinasi” antar pihak yang terkait

dalam perusahaan. Pada jabatan Asphalt Finisher Operator, hambatan yang

paling signifikan berdasarkan model regresi yang diperoleh adalah variabel BX1

dengan tingkat resiko Extreme, BX9, dan variabel BX10 dengan tingkat resiko

High Risk. Dilihat dari model regresi yang diperoleh, ketiga variabel ini sangat

mempengaruhi (Adj.R2 > 90%) pencapaian kompetensi tenaga terampil apabila

ketiga faktor ini dilakukan pada saat yang bersamaan. Masalah paling signifikan

ini diuraikan dalam Tabel 4.57.

Tabel 4.57. Masalah paling signifikan pada Asphalt Finisher Operator

VAR RISK LEVEL KETERANGAN

BX1 E Teknik apliksi pengoperasian asphalt finisher

BX9 H Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt finisher

BX10 H Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja

Sumber: Hasil olahan

Variabel hambatan BX1 merupakan di atas adalah variabel yang masuk ke

dalam kriteria pengetahuan, sedangkan varibel BX9 dan BX10 merupakan kriteria

keterampilan. Upaya penyelesaian masalah peningkatan kinerja daya saing

dengan ”mengadakan program pendidikan dan pelatihan”. Sedangkan untuk

permasalahan keterampilan, para pakar juga memilih ” mengadakan program

pendidikan dan pelatihan”. Tenaga kerja yang diteliti merupakan tenaga terampil

yang dalam pekerjaannya mengoperasikan alat berat. Pengetahuan dalam

mengoperasikan alat seperti teknik apliksi pengoperasian asphalt finisher (BX1)

dan terampil dalam melaksanakan pemeliharaan harian asphalt finisher (BX9)

sangat dibutuhkan agar alat dapat digunakan dengan baik. Selain itu, mengingat

lingkup kerja yang menggunakan alat berat tersebut, maka tenaga terampil juga

harus mampu dan terampil dalam menerapkan keselamatan kerja (BX10).

Permasalahan yang paling signifikan terjadi pada Asphalt Mixing Plant

Operator berdasarkan model regresi yang diperoleh adalah keterampilan dalam

melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt mixing plant (CX8), dan

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 66: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

176 Universitas Indonesia

keterampilan dalam melaksanakan pemeliharaan harian asphalt mixing plant

(CX9), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.58. Keduanya memiliki level resiko

Extreme dan High Risk. Menurut model regresi yang diperoleh, dapat dijelaskan

bahwa apabila kedua masalah tersebut dilakukan pada saat yang sama, maka akan

dapat mempengaruhi pencapaian kompetensi kerja (Adj.R2 > 90%).

Tabel 4.58. Masalah paling signifikan pada Asphalt Mixing Plant Operator

VAR RISK LEVEL KETERANGAN

CX8 E Melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt mixing plant

CX9 H Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt mixing plant

Sumber: Hasil olahan

Masalah yang paling signifikan berpengaruh terhadap pencapaian

kompetensi pada Asphalt Sprayer Operator adalah pengetahuan mengenai jenis

dan sifat material/bahan pencampur aspal (DX1), pemeliharaan harian asphalt

sprayer (DX2), dan pengetahuan tentang teknik aplikasi pengoperasian asphalt

sprayer (DX3), yang ditunjukkan pada Tabel 4.59. Ketiga variabel tersebut

mempunyai tingkat resiko cukup tinggi yaitu Extreme. Menurut model regresi

yang diperoleh pada analisis regresi, apabila ketiga variabel tersebut dilakukan

pada saat yang bersamaan, maka pengaruhnya akan sangat signifikan terhadap

pencapaian kompetensi tenaga terampil, khususnya pada jabatan kerja Asphalt

Sprayer Operator. Tingkat signifikannya dapat dilihat dari nilai Adj.R2 yang

melebihi 90%.

Tabel 4.59. Masalah paling signifikan pada Asphalt Sprayer Operator

VAR RISK LEVEL KETERANGAN

DX1 E Jenis dan sifat material/bahan pencampur aspal

DX2 E Pemeliharaan harian asphalt sprayer

DX3 E Teknik aplikasi pengoperasian asphalt sprayer

Sumber: Hasil olahan

Permasalahan paling signifikan dalam upaya pencapaian kompetensi pada

jabatan kerja Road Asphalt Worker adalah mengatur lalu lintas (EX1), peralatan

kerja (EX3), pengenalan bahan (EX6), kedisiplinan dalam bekerja (EX9), dan

kepatuhan terhadap prosedur kerja (EX10) yang ditunjukkan pada Tabel 4.60.

Keseluruhan permasalahan tersebut mempunyai level resiko Extreme, dan

memberikan kontribusi pengaruh yang cukup besar terhadap pencapaian

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 67: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

177 Universitas Indonesia

kompetensi tenaga terampil. Hal ini dibuktikan dengan nilai Adj.R2 yang lebih

dari 90%.

Tabel 4.60. Masalah paling signifikan pada Road Asphalt Worker

VAR RISK LEVEL KETERANGAN

EX1 E Mengatur lalu lintas

EX3 E Peralatan kerja

EX6 E Pengenalan bahan

EX9 E Kedisiplinan dalam bekerja

EX10 E Kepatuhan terhadap prosedur kerja

Secara lengkap data penelitian dan perhitungan analisisnya tentang peningkatan

kinerja daya saing berdasarkan kapabilitas yang ditunjukkan dengan pencapaian

kompetensi kerja tenaga kerja pelaksana dapat dilihat pada BUKU II -

ANALISIS VI – 4.

4.4.2.5. Analisis permodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja

daya saing.

Analisis permodelan dilakukan dengan cara melakukan analisis regresi.

Cara analisis ini bertujuan untuk mencari persamaan regresi, yang digunakan

sebagai dasar untuk membuat suatu model. Model tersebut terbentuk dari variabel

dependen dan variabel independen. Data yang dipakai dalam analisis regresi ini

adalah variabel yang memiliki tingkat signifikan yang cukup tinggi yang

diperoleh dari analisis korelasi. Pengujian multikolenieritas berfungsi untuk

melihat apakah masih terdapat interkorelasi antar variabel atau tidak. Pengujian

yang dilakukan adalah dengan melihat nilai Condition Index, dengan syarat

bahwa sebuah model tidak memiliki interkorelasi apabila nilai Condition Index

masih dibawah angka 16 (Condition Index < 16). Apabila sebuah model telah

memenuhi persyaratan pada setiap uji model, maka model yang dihasilkan dapat

digunakan memprediksikan varian dari variabel Y.

Berdasarkan pada model regresi yang dihasilkan, akhirnya diperoleh

keterangan bahwa faktor eksternal dan elemen bakuan kompetensi berkorelasi

secara signifikan terhadap pencapaian kompetensi tenaga terampil, sehingga

akhirnya diperoleh variabel hambatan yang paling signifikan. Langkah pertama

dalam validasi adalah menampilkan bentuk model yang diperoleh dari analisis

regresi, kemudian melakukan analisis secara kualitatif terhadap model tersebut,

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 68: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

178 Universitas Indonesia

dan dengan pertimbangan nilai Adj.R2 akan di buktikan bahwa model sudah

cukup signifikan untuk dapat memprediksi pencapaian kompetensi. Persamaan

regresi dihasilkan setelah melakukan analisis korelasi. Analisis regresi ini

menggambarkan model antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen

(X), yang secara keseluruhan diuraikan pada Tabel 4.61.

Tabel 4.61. Variabel pembentuk persamaan regresi.

Var. Terikat Koefisien Adj. R2

Const 0.689

AX1 0.246

AX6 0.119 YA

AX9 0.544

0.912

Const 0.384

BX1 0.23

BX9 0.353 YB

BX10 0.381

0.917

Const 1.057

CX8 0.399 YC

CX9 0.372

0.922

Const 0.418

DX1 0.395

DX2 0.404 YD

DX3 0.165

0.942

Const 0.159

EX1 0.238

EX3 0.097

EX6 0.139

EX9 0.427

YE

EX10 0.242

0.932

Dari tabel di atas, diperoleh model untuk setiap variabel dependen (Y), model

tersebut adalah :

YA = 0.689 + 0.246AX1 + 0.119AX6 + 0.544AX9

YB = 0.384 + 0.23BX1 + 0.353BX9 + 0.381BX10

YC = 1.057 + 0.399CX8 + 0.372CX9

YD = 0.418 + 0.395DX1 + 0.404DX2 + 0.165DX3

YE = 0.159 + 0.238EX1 + 0.097EX3 + 0.139EX6 + 0.427EX9 + 0.242EX10

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 69: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

179 Universitas Indonesia

Dari model di atas dapat dibuat gambar grafik model yang ditunjukkan pada

Gambar 4.17.

YA = 0.689 + 0.246*AX1 + 0.119*AX6 + 0.544*AX9 Keterangan

0

0,689

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1 2

YA = Pengaruh hambatan-hambatan eksternal terhadap pencapaian komptensi kerja AX1=Dukungan manajer proyek pada saat penerapan bakuan kompetensi. AX6=Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak mendukung upaya penerapan bakuan kompetensi AX9=Fasilitas insentif dari perusahaan yang kurang jelas

YB = 0.384 + 0.23*BX1 + 0.353*BX9 + 0.381*BX10

YB = Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian komptensi kerja operator asphalt finisher BX1=Teknik aplikasi pengoperasian asphalt finisher BX9=Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt finisher BX10=Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja

YC = 1.057 + 0.399*CX8 + 0.372*CX9

YC = Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian komptensi kerja asphalt mixing plant operator CX8=Melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt mixing plant CX9=Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt mixing plant

YD = 0.418 + 0.395*DX1 + 0.404*DX2 + 0.165*DX3

YD = Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian komptensi kerja operator asphalt sprayer DX1=Jenis dan sifat material/bahan pencampur aspal DX2=Pemeliharaan harian asphalt sprayer DX3=Teknik aplikasi pengoperasian asphalt sprayer

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

0.418

20

1

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

0.384

20

1

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0 1.057

20

1

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 70: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

180 Universitas Indonesia

YE = 0.159 + 0.238*EX1 + 0.097*EX3 + 0.139*EX6 + 0.427*EX9 + 0.242*EX10

0

0,159

0

0,05

0,1

0,15

0,2

1 2

YE = Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian komptensi kerja asphalt worker EX1=Mengatur lalu lintas EX3=Peralatan kerja EX6=Pengenalan bahan EX9=Kedisiplinan dalam bekerja

EX10=Kepatuhan terhadap prosedur kerja

Gambar 4.17. Model Regresi Untuk Masing-masing Variabel Terikat

4.4.2.6. Validasi hasil permodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan

kinerja daya saing tenaga kerja pelaksana.

Model yang akan dilakukan validasi adalah model regresi linier terhadap

variabel Road Asphalt Worker. Uji validasi diperlukan untuk mengetahui bahwa

nilai masing- masing variabel terikat telah masuk ke dalam persyaratan batas

interval yang diharuskan. Interval tersebut adalah Confidence Interval dan

Prediction Interval, apabila telah memenuhi syarat tersebut, maka model telah

valid untuk dapat digunakan sebagai predictor nilai variabel terikatnya.

Parameter regresi linier yang diperlukan ditunjukkan dalam Tabel 4.62.

Tabel 4.62. Parameter model regresi linier untuk Road Asphalt Worker

Model Koefisien SE of Estimate T(0.025)(27)

Konstanta -0.159

EX1 0.238

EX3 0.097

EX6 0.139

EX9 0.427

EX10 0.242

0,221 2,052

Diketahui jumlah sampel n = 30, tingkat signifikan = 0,05. maka nilai

Confidence Interval dan Prediction Interval dapat dihitung dengan hasil yang

ditunjukkan pada Tabel 4.63.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 71: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

181 Universitas Indonesia

Tabel 4.63. Validasi model untuk Road Asphalt Worker

Sampel 1 Sampel 18 Sampel 10

EX1 4 3 4

EX3 4 5 5

EX6 4 3 4

EX9 5 4 5

Variabel X

EX10 5 3 4

Y sampel 5 4 5 Variabel Y

Y model (Ym) 5.082 3.891 4.937

t0.025(47) SE ((X0’(X’X)-1X0))^1/2 0.203 0.169 0.203

t0.025(47) SE (1 + (X0’(X’X)-1X0))^1/2 0.497 0.484 0.497

Batas Bawah 4.879 3.722 4.734 Confidence Interval

Batas Atas 5.285 4.060 5.140

Batas Bawah 4.585 3.407 4.440 Prediction Interval

Batas Atas 5.579 4.375 5.434

Dari Tabel 4.63. di atas terlihat bahwa nilai variabel Y dari ketiga sampel tersebut

berada atau masuk dalam confidence interval maupun prediction interval.

Sehingga, model regresi linier ini telah memenuhi kriteria validasi yang

ditentukan. Dengan demikian, kondisi menunjukan bahwa model yang telah

ditentukan (model regresi linier) dapat digunakan untuk meramalkan nilai tengah

Y dan dapat digunakan untuk memprediksi nilai tunggal Y.

Validasi dari setiap kriteria hambatan berikut :

A. FAKTOR EKSTERNAL

1. Bentuk model

Pada faktor eksternal, model yang dihasilkan adalah :

YA = 0.689 + 0.246AX1 + 0.119AX6 + 0.544AX9

Dimana :

YA Pencapaian kompetensi kerja.

AX1 Dukungan manajer proyek pada saat penerapan bakuan

kompetensi.

AX6 Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak

mendukung upaya penerapan bakuan kompetensi

AX9 Fasilitas insentif dari perusahaan

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 72: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

182 Universitas Indonesia

Uji koefisien model dimaksudkan untuk menguji tingkat validitas dari

koefisien yang diperoleh dari analisis regresi. Pengujian koefisien juga

menentukan apakah koefisien yang diperoleh telah cukup memenuhi syarat

sebagai koefisien penentu model, dan pengaruhnya terhadap variabel

dependen (Y).

2. Model faktor eksternal

Pada tabel di bawah, dapat diperhatikan bahwa persyaratan untuk setiap uji

model dapat dipenuhi. Berdasarkan nilai Adj.R2, model pada faktor

eksternal ini menyatakan bahwa faktor eksternal mempunyai pengaruh

yang cukup signifikan terhadap pencapaian kompetensi tenaga kerja. Hal

ini dikuatkan dengan pemenuhan syarat uji yang lain seperti Uji F, Uji

Durbin-Watson, dan Uji-t.

Uji Multikolenieritas menghasilkan Condition Index lebih kecil dari 16

yang menunjukkan tidak adanya interkorelasi, sehingga model yang

dihasilkan dapat digunakan memprediksikan varian dari variabel Y. Hasil

perhitungan semua uji di atas ditunjukkan pada Tabel 4.64.

Tabel 4.64. Uji koefisien model untuk faktor eksternal

UJI NILAI SYARAT KESIMPULAN

Adj. R2 0.912 >0,6 Signifikan

Uji F 101.096 4.64 Tolak Ho

Durbin 1.678 1,65<DW<2,35 Tidak ada otokorelasi

Con Index 12.105 <16 Tidak ada interkorelasi

AX1 4.581 2.052 Tolak Ho

AX6 2.201 2.052 Tolak Ho Uji t

AX9 11.957 2.052 Tolak Ho

3. Alternatif penyelesaian masalah

Dengan melihat nilai Adj.R2 > 90%, terbukti bahwa model sudah cukup

signifikan dan mampu memprediksi kemungkinan upaya pencapaian

kompetensi oleh tenaga kerja. Sehingga untuk meminimalisasi masalah

tersebut, maka upaya penyelesaian masalah yang dapat dilakukan adalah

dengan meningkatkan kualitas komunikasi dan meningkatkan koordinasi.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 73: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

183 Universitas Indonesia

4. Interpretasi model

Interpretasi terhadap model yang dihasilkan adalah diketahuinya upaya

penyelesaian masalah tersebut. Upaya penyelesaian masalah melalui

peningkatan kualitas komunikasi serta meningkatkan koordinasi antar pihak

yang terkait, terhadap permasalahan eksternal yang terdiri dari dukungan

manajer proyek pada saat penerapan bakuan kompetensi, kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan mendukung upaya penerapan

bakuan kompetensi, dan fasilitas insentif yang diberikan oleh perusahaan,

maka akan meningkatkan kinerja daya saing tenaga kerja pelaksana pada

proyek jalan yang diperoleh dengan pencapaian kompetensi.

B. ASPHALT FINISHER OPERATOR

1. Bentuk model

Model yang dihasilkan untuk jabatan Asphalt Finisher Operator adalah :

YB = 0.384 + 0.23BX1 + 0.353BX9 + 0.381BX10

Dimana :

YB Pengaruh hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja

BX1 Teknik aplikasi pengoperasian Asphalt Finisher

BX9 Melaksanakan pemeliharaan harian Asphalt Finisher

BX10 Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja

Persyaratan Uji model juga telah dipenuhi oleh model Asphalt Finisher

Operator. Ditinjau dari nilai Condition Index, model tersebut sudah cukup

menginformasikan bahwa variabel pembentuk model tersebut tidak

memiliki interkorelasi dengan variabel lain. Melalui Uji-F, nilai dari model

(104,119) sudah berada jauh di atas batas kritisnya, dengan demikian model

yang diperoleh sudah cukup signifikan. Uji Multikolenieritas menghasilkan

Condition Index lebih kecil dari 16 yang menunjukkan tidak adanya

interkorelasi, sehingga model yang dihasilkan dapat digunakan

memprediksikan varian dari variabel Y. Hasil perhitungan semua uji di atas

ditunjukkan pada Tabel 4.65.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 74: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

184 Universitas Indonesia

Tabel 4.65. Uji koefisien model untuk Asphalt Finisher Operator

UJI NILAI SYARAT KESIMPULAN

Adj. R2 0.917 >0,6 Signifikan

Uji F 104.119 4.68 Tolak Ho

Durbin 1.765 1,65<DW<2,35 Tidak ada otokorelasi

Con Index 12.334 <16 Tidak ada interkorelasi

BX1 4.859 2.056 Tolak Ho

BX9 7.367 2.056 Tolak Ho Uji t

BX10 7.425 2.056 Tolak Ho

2. Alternatif penyelesaian masalah

Variabel di atas merupakan faktor yang dapat menghambat pencapaian

kompetensi, dengan nilai Adj.R2 > 90% telah terbukti bahwa faktor-faktor

tersebut berpengaruh cukup signifikan. Dengan demikian, upaya

penyelesaian masalah untuk meminimalisasi hambatan tersebut adalah

dengan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan.

3. Interpretasi model

Dengan memperhatikan bentuk model yang dihasilkan, upaya penyelesaian

masalah melalui program pendidikan dan pelatihan terhadap Asphalt

Finisher Operator, untuk meningkatkan pengetahuan teknik apliksi

pengoperasian asphalt finisher, keterampilan melaksanakan pemeliharaan

harian asphalt finisher, dan keterampilan dalam menerapkan keselamatan

dan kesehatan kerja, maka akan meningkatkan kinerja daya saing tenaga

kerja pada proyek jalan, khususnya pada jabatan Asphalt Finisher Operator.

C. ASPHALT MIXING PLANT OPERATOR

1. Bentuk model

Pada faktor Asphalt Mixing Plant Operator, model yang dihasilkan adalah :

YC = 1.057 + 0.399*CX8 + 0.372*CX9

Dimana :

YC Pengaruh hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja

CX8 Melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt mixing plant

CX9 Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt mixing plant

Apabila dilihat dari Uji-t, variabel X8 dan X9 mempunyai nilai di atas batas

kritis Uji-t (2,052), hal ini menandakan bahwa kedua variabel tersebut

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 75: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

185 Universitas Indonesia

sudah cukup signifikan pengaruhnya dalam memprediksi varian dari nilai

Y. Uji Multikolenieritas menghasilkan Condition Index lebih kecil dari 16

yang menunjukkan tidak adanya interkorelasi, sehingga model yang

dihasilkan dapat digunakan memprediksikan varian dari variabel Y. Hasil

perhitungan semua uji di atas ditunjukkan pada Tabel 4.66.

Tabel 4.66. Uji koefisien model untuk Asphalt Mixing Plant Operator

UJI NILAI SYARAT KESIMPULAN

Adj. R2 0.922 >0,6 Signifikan

Uji F 172.802 5.49 Tolak Ho

Durbin 1.807 1,65<DW<2,35 Tidak ada otokorelasi

Con Index 9.91 <16 Tidak ada interkorelasi

CX8 11.579 2.052 Tolak Ho Uji t

CX9 11.628 2.052 Tolak Ho

2. Alternatif penyelesaian masalah

Variabel di atas merupakan faktor yang dapat menghambat pencapaian

kompetensi, dengan nilai Adj.R2 > 90% telah terbukti bahwa faktor-faktor

tersebut berpengaruh cukup signifikan. Dengan demikian, upaya

penyelesaian masalah untuk meminimalisasi hambatan tersebut adalah

dengan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan.

3. Interpretasi model

Interpretasi terhadap model yang dihasilkan adalah upaya penyelesaian

masalah melalui program pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, terhadap

permasalahan pada jabatan Asphalt Mixing Plant Operator yang terdiri dari

pengetahuan dalam melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt

mixing plant, dan keterampilan dalam melaksanakan pemeliharaan harian

asphalt mixing plant, maka akan meningkatkan kinerja daya saing tenaga

kerja pelaksana pada proyek jalan dengan cara pencapaian kompetensi,

khususnya pada jabatan Asphalt Mixing Plant Operator.

D. ASPHALT SPRAYER OPERATOR

1. Bentuk model

Bentuk model pada jabatan kerja Asphalt Sprayer Operator adalah :

YD = 0.418 + 0.395*DX1 + 0.404*DX2 + 0.165*DX3

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 76: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

186 Universitas Indonesia

Dimana :

YD Pengaruh hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja

DX1 Jenis dan sifat material/bahan pencampur aspal

DX2 Pemeliharaan harian asphalt sprayer

DX3 Teknik aplikasi pengoperasian asphalt sprayer

Begitu pula untuk model Asphalt Sprayer Operator, berdasarkan nilai

Adj.R2, model pada faktor eksternal ini menyatakan bahwa faktor eksternal

mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap pencapaian

kompetensi tenaga kerja. Hal ini dikuatkan dengan pemenuhan syarat uji

yang lain seperti Uji F, Uji Durbin-Watson, dan Uji-t. Uji Multikolenieritas

menghasilkan Condition Index lebih kecil dari 16 yang menunjukkan tidak

adanya interkorelasi, sehingga model yang dihasilkan dapat digunakan

memprediksikan varian dari variabel Y. Hasil perhitungan semua uji di atas

ditunjukkan pada Tabel 4.67.

Tabel 4.67. Uji koefisien model untuk Asphalt Sprayer Operator

UJI NILAI SYARAT KESIMPULAN

Adj. R2 0.942 >0,6 Signifikan

Uji F 144.29 4.6 Tolak Ho

Durbin 1.848 1,65<DW<2,35 Tidak ada otokorelasi

Con Index 12.596 <16 Tidak ada interkorelasi

DX1 10.36 2,048 Tolak Ho

DX2 9.139 2,048 Tolak Ho Uji t

DX3 3.23 2,048 Tolak Ho

2. Alternatif penyelesaian masalah

Faktor-faktor tersebut telah cukup signifikan berpengaruh terhadap upaya

pencapaian kompetensi kerja pada jabatan Asphalt Sprayer Operator, hal

ini terbukti dengan nilai adj.R2 > 90%. Dengan demikian upaya

penyelesaian masalah yang dapat dilakukan adalah dengan cara

melaksanakan program pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pada jabatan

Asphalt Sprayer Operator.

3. Interpretasi model

Dengan memperhatikan bentuk model yang dihasilkan, upaya penyelesaian

melalui program pendidikan dan pelatihan terhadap Asphalt Sprayer

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 77: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

187 Universitas Indonesia

Operator, pengetahuan tentang jenis dan sifat material/bahan pencampur

aspal, pengetahuan tentang pemeliharaan harian asphalt sprayer, dan teknik

aplikasi pengoperasian asphalt sprayer, maka akan meningkatkan kinerja

daya saing tenaga kerja pelaksana pada proyek jalan dengan pencapaian

kompetensi, khususnya pada jabatan Asphalt Sprayer Operator.

D. ROAD ASPHALT WORKER

1. Bentuk model

Pada jabatan kerja Road Asphalt Worker, model yang dihasilkan adalah :

YE = 0.159 + 0.238EX1 + 0.097EX3 + 0.139EX6 + 0.427EX9 + 0.242EX10

Dimana :

YE Pengaruh hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja

EX1 Mengatur lalu lintas

EX3 Peralatan kerja

EX6 Pengenalan bahan

EX9 Kedisiplinan dalam bekerja

EX10 Kepatuhan terhadap prosedur kerja

Persyaratan Uji model juga telah dipenuhi oleh model Road Asphalt

Worker. Ditinjau dari nilai Condition Index, model tersebut sudah cukup

menginformasikan bahwa variabel pembentuk model tersebut tidak

memiliki interkorelasi dengan variabel lain. Melalui Uji-F, nilai dari model

sudah berada jauh di atas batas kritisnya, dengan demikian model yang

diperoleh sudah cukup signifikan. Uji Multikolenieritas menghasilkan

Condition Index lebih kecil dari 16 yang menunjukkan tidak adanya

interkorelasi, sehingga model yang dihasilkan dapat digunakan

memprediksikan varian dari variabel Y. Hasil perhitungan semua uji di atas

ditunjukkan pada Tabel 4.68.

Tabel 4.68. Uji Koefisien Model Untuk Road Asphalt Worker

UJI NILAI SYARAT KESIMPULAN

Adj. R2 0.932 >0,6 Signifikan

Uji F 80.599 3.9 Tolak Ho

Durbin 1.379 1,65<DW<2,35 Tidak ada otokorelasi

Con Index 13.575 <16 Tidak ada interkorelasi

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 78: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

188 Universitas Indonesia

UJI NILAI SYARAT KESIMPULAN

EX1 4.583 2,052 Tolak Ho

EX3 2.41 2,052 Tolak Ho

EX6 2.906 2,052 Tolak Ho

EX9 7.169 2,052 Tolak Ho

Uji t

EX10 3.877 2,052 Tolak Ho

2. Alternatif penyelesaian masalah

Variabel di atas merupakan faktor yang dapat menghambat pencapaian

kompetensi, dengan nilai Adj.R2 > 90% telah terbukti bahwa faktor-faktor

tersebut berpengaruh cukup signifikan. Dengan demikian, upaya

penyelesaian masalah untuk meminimalisasi hambatan tersebut adalah

dengan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan.

3. Interpretasi model

Dengan diketahuinya upaya penyelesaian masalah tersebut dengan

pencapaian kompetensi melalui program pelaksanaan pendidikan dan

pelatihan terhadap permasalahan pada jabatan Road Asphalt Worker yang

terdiri dari pengetahuan tentang mengatur lalu lintas, pengetahuan tentang

peralatan kerja, keterampilan dalam pengenalan bahan, sikap kedisiplinan

dalam bekerja, dan sikap kepatuhan terhadap prosedur kerja, maka akan

meningkatkan kinerja daya saing tenaga kerja pelaksana pada proyek jalan,

khususnya pada jabatan Road Asphalt Worker.

Dari uraian mengenai upaya penyelesaian masalah, dan berdasarkan

interpretasi model pada setiap faktor di atas, dapat diketahui bahwa faktor-

faktor hambatan tersebut cukup signifikan berpengaruh terhadap pencapaian

kompetensi tenaga terampil. Upaya penyelesaian masalah hambatan untuk

setiap jabatan pada proyek konstruksi jalan, yang terdiri dari Road Asphalt

Worker, Asphalt Mixing Plant Operator, Asphalt Sprayer Operator, dan

Aspalt Finisher Operator, akan meningkatkan kinerja daya saing tenaga

kerja pelaksana tersebut.

4.5. Optimalisasi kinerja tenaga kerja pekerjaan jalan.

Optimalisasi kinerja tenaga kerja pekerjaan jalan ini dihitung kembali

untuk mencari kinerja biaya tenaga kerja yang paling optimum. Untuk

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 79: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

189 Universitas Indonesia

menghitung respons kinerja ini harus dilakukan dengan cara menghitung seluruh

komponen biaya yang terdiri dari kinerja biaya langsung, kinerja biaya material,

kinerja biaya tenaga kerja, kinerja biaya alat, kinerja biaya sub kontraktor, dan

kinerja biaya overhead lapangan. Perhitungan ini ditunjukkan pada Tabel 4.69.

Tabel 4.69. Kinerja biaya langsung

Angka dalam jutaan rupiah. HB BIAYA LANGSUNG TOTAL

No Proyek PDTP

BAHAN UPAH ALAT SUB KONT BOL BL

Rencana 552 222 123 71 55 21 492

Realisasi 552 262 101 17 81 29 490 1 Proyek 1

Kinerja -18,02% 17,89% 76,06% -47,27% -38,10% 0,41%

Rencana 674 325 144 45 66 26 606

Realisasi 674 313 117 29 102 35 596 2 Proyek 2

Kinerja 3,69% 18,75% 35,56% -54,55% -34,62% 1,65%

Rencana 9.237 4.563 1.112 638 1.791 209 8.313

Realisasi 9.237 4.469 471 571 2.455 296 8.262 3 Proyek 3

Kinerja 2,06% 57,64% 10,50% -37,07% -41,63% 0,61%

Rencana 659 315 139 45 66 26 591

Realisasi 659 303 112 29 102 35 581 4 Proyek 4

Kinerja 3,81% 19,42% 35,56% -54,55% -34,62% 1,69%

Rencana 3.061 1.810 435 235 290 107 2.877

Realisasi 3.061 1.764 417 225 232 98 2.736 5 Proyek 6

Kinerja 2,54% 4,14% 4,26% 20,00% 8,41% 4,90%

Rencana 8.937 4.463 912 638 1.791 209 8.013

Realisasi 8.937 4.369 471 571 2.255 296 7.962 6 Proyek 7

Kinerja 2,11% 48,36% 10,50% -25,91% -41,63% 0,64%

Rencana 2.024 980 61 124 511 193 1.869

Realisasi 2.024 945 54 142 501 182 1.824 7 Proyek 10

Kinerja 3,57% 11,48% -14,52% 1,96% 5,70% 2,41%

Rencana 5.421 3.575 364 520 160 442 5.061

Realisasi .421 3.519 325 623 158 398 5.023 8 Proyek 12

Kinerja 1,57% 10,71% -19,81% 1,25% 9,95% 0,75%

Rencana 3.457 1.811 268 436 114 248 2.877

Realisasi 3.457 1.780 247 426 105 229 2.787 9 Proyek 13

Kinerja 1,71% 7,84% 2,29% 7,89% 7,66% 3,13%

Rencana 6.148 2.939 1.297 421 616 243 5.516

Realisasi 6.148 2.827 1.045 272 952 328 5.424 10 Proyek 16

Kinerja 3,81% 19,43% 35,39% -54,55% -34,98% 1,67%

Rencana 9.948 4.968 1.015 711 1.994 233 8.921

Realisasi 9.948 4.863 525 636 2.511 331 8.866 11 Proyek 17

Kinerja 2,11% 48,28% 10,55% -25,93% -42,06% 0,62%

Rencana 5.433 3.717 366 445 68 459 5.055

Realisasi 5.433 3.643 356 452 65 412 4.928 12 Proyek 18

Kinerja 1,99% 2,73% -1,57% 4,41% 10,24% 2,51%

Rencana .477 1.687 1.115 313 921 142 4.178 13 Proyek 19

Realisasi .477 1.638 1.145 335 918 173 4.209

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 80: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

190 Universitas Indonesia

HB BIAYA LANGSUNG TOTAL No Proyek

PDTP BAHAN UPAH ALAT

SUB KONT BOL BL

Kinerja 2,90% -2,69% -7,03% 0,33% -21,83% -0,74%

Rencana 10.511 147 65 241 9.013 264 9.730

Realisasi 10.511 145 61 234 8.996 279 9.715 14 Proyek 20

Kinerja 1,43% 5,93% 3,06% 0,19% -5,71% 0,16%

Rencana 6.458 3.897 495 1.073 51 367 5.883

Realisasi 6.458 3.789 517 1.056 48 339 5.749 15 Proyek 22

Kinerja 2,77% -4,44% 1,58% 5,88% 7,63% 2,28%

Rencana 9.576 134 59 220 8.211 241 8.865

Realisasi 9.576 132 56 213 8.195 255 8.851 16 Proyek 23

Kinerja 1,49% 5,08% 3,18% 0,19% -5,81% 0,16%

Rencana 1.994 1.080 96 124 251 203 1.754

Realisasi 1.994 945 39 67 501 182 1.734 17 Proyek 26

Kinerja 12,50% 59,38% 45,97% -99,60% 10,34% 1,14%

Rencana 5.773 6.350 1.038 642 5.144 1.262 14.436

Realisasi 5.773 7.044 1.135 1.569 3.953 1.216 14.917 18 Proyek 27

Kinerja -10,93% -9,34% -144,39% 23,15% 3,65% -3,33%

Rencana 3.551 70 362 45 2.479 237 3.193

Realisasi 3.551 83 335 47 2.511 225 3.201 19 Proyek 28

Kinerja -18,57% 7,46% -4,44% -1,29% 5,06% -0,25%

Rencana 4.489 2.709 344 746 35 255 4.089

Realisasi 4.489 2.635 359 735 33 235 3.997 20 Proyek 29

Kinerja 2,73% -4,36% 1,47% 5,71% 7,84% 2,25%

Rencana 7.683 1.023 222 152 4.431 475 6.303

Realisasi .683 1.019 191 141 4.383 414 6.148 21 Proyek 30

Kinerja 0,39% 13,96% 7,24% 1,08% 12,84% 2,46%

Rencana 7.553 427 682 51 5.511 142 6.813

Realisasi 7.553 435 955 74 5.508 128 7.100 22 Proyek 32

Kinerja -1,94% -40,03% -45,10% 0,05% 9,86% -4,22%

Rencana 8.156 4.782 628 1.313 17 434 7.174

Realisasi 8.156 4.641 619 1.344 17 273 6.894 23 Proyek 33

Kinerja 2,95% 1,43% -2,36% 0,00% 37,10% 3,90%

Rencana 1.806 964 376 50 40 236 1.666

Realisasi 1.806 984 220 70 26 315 1.615 24 Proyek 36

Kinerja -2,07% 41,49% -40,00% 35,00% -33,47% 3,06%

Rencana 5.871 3.675 389 535 160 442 5.201

Realisasi 5.871 3.669 350 638 98 394 5.149 25 Proyek 37

Kinerja 0,16% 10,03% -19,25% 38,75% 10,86% 1,00%

Rencana 5.933 3.817 381 445 68 459 5.170

Realisasi 5.933 3.543 371 816 27 517 5.274 26 Proyek 39

Kinerja 7,18% 2,62% -83,37% 60,29% -12,64% -2,01%

Rencana 3.608 2.106 180 591 126 255 3.258

Realisasi 3.608 2.253 182 530 50 239 3.254 27 Proyek 41

Kinerja -6,98% -1,11% 10,32% 60,32% 6,27% 0,12%

Rencana 12.868 7.022 584 628 3.199 337 11.770

Realisasi 12.868 6.801 574 592 3.230 310 11.507 28 Proyek 42

Kinerja 3,15% 1,71% 5,73% -0,97% 8,01% 2,23%

29 Proyek 43 Rencana 6.591 3.333 219 514 1.874 158 6.098

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 81: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

191 Universitas Indonesia

HB BIAYA LANGSUNG TOTAL No Proyek

PDTP BAHAN UPAH ALAT

SUB KONT BOL BL

Realisasi 6.591 3.259 196 538 1.870 131 5.994

Kinerja 2,22% 10,50% -4,67% 0,21% 17,09% 1,71%

Rencana 5.145 1.687 1.515 313 921 142 4.578

Realisasi 5.145 1.525 145 102 2.529 230 4.531 30 Proyek 45

Kinerja 9,60% 90,43% 67,41% -174,59% -61,97% 1,03%

31 Proyek 46 Rencana 2.868 1.565 130 140 713 75 2.623

Sumber : Hasil olahan

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya

langsung (Y) atas kinerja biaya material (X1), kinerja biaya tenaga kerja (X2),

kinerja biaya alat (X3), kinerja biaya sub kontraktor (X4), dan kinerja biaya

overhead lapangan (X5) yaitu :

..... (1)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya material

(X1) atas bobot biaya material (Z1) yaitu :

............... (2)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya tenaga

kerja (X2) atas bobot biaya tenaga kerja (Z2) yaitu :

............... (3)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya alat (X3)

atas bobot biaya alat (Z3) yaitu :

................. (4)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya sub

kontraktor (X4) atas bobot biaya sub kontraktor (Z4) yaitu

................... (5)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya

overhead lapangan (X5) atas bobot biaya overhead lapangan (Z5) yaitu

................. (6) X5 = -0,0737 + 0,878 Z5

X4 = -0,262 + 0,339 Z4

X3 = -0,221 + 1,173 Z3

X2 = -0,00461 + 0,860 Z2

X1 = -0,192 + 0,330 Z1

Ŷ = 0,01117 + 0,08563 X1 + 0,03689 X2 + 0,03518 X3 +

0,02514 X4 + 0,03965 X5

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 82: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

192 Universitas Indonesia

Dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan, diperoleh enam persamaan

regresi (persamaan 1,2,3,4,5 dan 6). Selanjutnya persamaan regresi (2), (3), (4),

(5), dan (6) disubsitusikan terhadap persamaan (1) menjadi :

....... (7)

Kemudian model (7) disimulasi dengan berbagai skenario untuk mendapatkan

model probabilistik yang menggambarkan probabilitas keadaan di lapangan yang

sesungguhnya. Simulasi yang digunakan pada model (7) adalah simulasi Monte

Carlo dengan bantuan perangkat lunak Crystal Ball. Adapun skenario yang

dijalankan pada simulasi ini, sebagai berikut :

a. Skenario 1

Pada skenario pertama, komponen biaya langsung (biaya material, biaya

tenaga kerja, biaya alat, biaya sub kontraktor, dan biaya overhead

lapangan) dikondisikan dinamis.

b. Skenario 2

Pada skenario kedua, untuk biaya material dikondisikan dinamis, dan

untuk biaya tenaga kerja, biaya alat, biaya sub kontraktor, dan biaya

overhead lapangan masing-masing dikondisikan statis dan dinamis.

c. Skenario 3

Pada skenario ketiga, untuk biaya tenaga kerja dikondisikan dinamis, dan

untuk biaya material, biaya alat, biaya sub kontraktor, dan biaya overhead

lapangan masing-masing dikondisikan statis dan dinamis.

d. Skenario 4

Pada skenario keempat, untuk biaya alat dikondisikan dinamis dan untuk

biaya material, biaya tenaga kerja, biaya sub kontraktor, dan biaya

overhead lapangan masing-masing dikondisikan statis dan dinamis.

Ŷ = -0,02272 + 0,02826 Z1 + 0,03173 Z2 + 0,04127 Z3 +

0,00852 Z4 + 0,03481 Z5

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 83: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

193 Universitas Indonesia

e. Skenario 5

Pada skenario kelima, untuk biaya sub kontraktor dikondisikan dinamis,

dan untuk biaya material, biaya tenaga kerja, biaya alat, dan biaya

overhead lapangan masing-masing dikondisikan statis dan dinamis.

f. Skenario 6

Pada skenario keenam, untuk biaya overhead lapangan dikondisikan

dinamis, dan untuk biaya material, biaya tenaga kerja, biaya alat, dan

biaya sub kontraktor masing-masing dikondisikan statis dan dinamis.

Pada pelaksanaan di lapangan, terjadi banyak probabilitas skenario keacakan

variabel komponen biaya proyek, tetapi untuk memperoleh batasan-batasan

ekstrim diwakili oleh keenam skenario tersebut di atas. Dari simulasi yang

dilakukan pada keenam skenario diatas, maka dapat dilihat response kinerja biaya

yang ditunjukkan pada Gambar 4.18.

Kinerja BL

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1

Pro

bab

ility

Kinerja BL 1

Kinerja BL 5

Kinerja BL 4

Kinerja BL 3

Kinerja BL 2

Kinerja BL

Kinerja BL 1

Kinerja BL 5

Kinerja BL 4

Kinerja BL 3

Kinerja BL 2

Kinerja BL

Kinerja BL 1

Kinerja BL 5

Gambar 4.18. Cost performance response window

Keterangan :

a. Grafik Kinerja BL mewakili skenario 1.

b. Grafik Kinerja BL 1 mewakili skenario 2.

c. Grafik Kinerja BL 2 mewakili skenario 3.

d. Grafik Kinerja BL 3 mewakili skenario 4.

e. Grafik Kinerja BL 4 mewakili skenario 5.

f. Grafik Kinerja BL 5 mewakili skenario 6.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 84: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

194 Universitas Indonesia

Dari pemodelan simulasi dihasilkan probabilitas kinerja biaya langsung yang

terjadi antara nilai -1,66% sampai dengan 2,03%. Artinya, pengaruh keacakan

komponen biaya langsung proyek dapat menyebabkan terjadinya penurunan

kinerja biaya langsung sampai dengan -1,66% dan meningkatkan kinerja biaya

langsung hingga 2,03%. Batas antara penurunan kinerja dan peningkatan kinerja

biaya langsung terletak pada nilai rata-rata mean 0,25%. Hal ini berarti bahwa

bila kinerja biaya langsung berada pada area sebelah kiri batas ini berarti

penurunan kinerja biaya langsung bagi kontraktor, demikian sebaliknya bila

kinerja biaya langsung berada pada area sebelah kanan batas ini dan di sebelah

kiri batas kurva yang paling kanan berarti peningkatan kinerja biaya langsung

bagi kontraktor.

Optimalisasi biaya tenaga kerja

Setelah melihat respons kinerja biaya langsung dengan simulasi Monte Carlo,

selanjutnya dilakukan optimasi biaya tenaga kerja dengan bantuan program

Opquest. Pemodelan yang digunakan dalam melakukan optimasi adalah model

(7) yaitu : Ŷ = -0,02272 + 0,02826 Z1 + 0,03173 Z2 + 0,04127 Z3 + 0,00852 Z4

+ 0,03481 Z5.

Sebelum melakukan optimasi, terlebih dahulu ditentukan batasan-batasan dalam

melakukan optimasi. Adapun batasan tersebut adalah :

1. Kinerja Biaya Langsung (Y) = Maksimum

2. 1,49 % < Bobot Biaya Material < 74,17 %

3. 0,63 % < Bobot Biaya Tenaga kerja < 27,21 %

4. 1,03 % < Bobot Biaya Alat < 24,67 %

5. 0,25 % < Bobot Biaya Sub Kontraktor < 92,60 %

6. 1,80 % < Bobot Biaya Overhead Lapangan < 19,50 %

7. Bobot Biaya Material + Bobot Biaya Tenaga kerja + Bobot Biaya Alat

+ Bobot Biaya Sub Kontraktor + Bobot Biaya Overhead Lapangan =

100 %

Dari hasil optimasi, didapat bobot komponen biaya langsung yang optimal seperti

terlihat pada Tabel 4.69.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 85: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

195 Universitas Indonesia

Tabel 4.69. Bobot Optimal Komponen Biaya Langsung

Simula- tion

Maximize Objective Kinerja Optimum Deterministic

Komponen Biaya Bahan

Komponen Biaya Tenaga Kerja

Komponen Biaya Alat

Komponen Biaya Sub Kon

Komponen Biaya Overhead

1 1,36E-03 46,90% 8,82% 8,38% 30,14% 5,77%

5 1,46E-03 23,19% 13,71% 21,74% 38,38% 2,99%

8 6,45E-03 65,24% 2,16% 17,77% 9,30% 5,53%

12 6,83E-03 71,37% 1,60% 17,69% 6,35% 2,99%

15 8,18E-03 67,83% 0,63% 21,81% 3,22% 6,51%

33 8,37E-03 69,63% 0,63% 22,09% 2,12% 5,53%

45 8,44E-03 73,09% 2,37% 19,88% 0,25% 4,41% Sumber : hasil olahan.

Dari Tabel 4.69, diperoleh batasan bobot komponen biaya langsung yang

optimal, yaitu :

1. Bobot biaya material : 23.19 % - 73,03 % dari biaya langsung,

2. Bobot biaya tenaga kerja : 0,63 % - 13,71% dari biaya langsung,

3. Bobot biaya peralatan : 17,69 % - 22,09 % dari biaya langsung,

4. Bobot biaya sub kontraktor : 0,25 % - 38,38 % dari biaya langsung,

5. Bobot biaya overhead lapangan : 2,99 % - 6,51% dari biaya langsung.

Dari batasan bobot komponen biaya langsung hasil optimalisasi diatas dilakukan

perhitungan dengan teknik simulasi Monte Carlo diperoleh bobot biaya tenaga

kerja optimal pada probabilitas 50% sampai dengan 95% sebesar 6,52% sampai

dengan 11%. Hal ini berarti bahwa bobot biaya tenaga kerja optimal berada pada

batas 6,52% - 11% dari total biaya langsung. Dengan cara yang sama diperoleh

bobot biaya material optimal pada batas 44,60 % sampai dengan 62,70 %, bobot

biaya peralatan optimal pada batas 19,58 % sampai dengan 21,18 %, bobot biaya

sub kontraktor optimal pada batas 16,63 % sampai dengan 30,48 %, bobot biaya

overhead lapangan optimal pada batas 4,50 % sampai dengan 5,78 %.

Untuk bobot tenaga kerja yang optimal minimum dan maksimum dapat dilihat

pada Gambar 4.19. dan Gambar 4.20.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.

Page 86: D 00925 Peningkatan kinerja--Analisis.pdf

196 Universitas Indonesia

Optimasi Kinerja

44,60

6,25

19,58

16,634,50

Material Tenaga kerja Peralatan Sub Kontraktor Overhead Lapangan

Gambar 4.19. Bobot Komponen Biaya Langsung dengan Bobot Tenaga Kerja Optimal Minimum

Optimasi Kinerja

62,70

11,0021,18

30,48

5,78

Material Tenaga kerja Peralatan Sub Kontraktor Overhead Lapangan

Gambar 4.20. Bobot Komponen Biaya Langsung dengan Bobot Tenaga Kerja Optimal Maksimum 4.6. Rangkuman.

Analisis penelitian faktor dan variabel rendahnya kinerja daya saing tenaga

kerja konstruksi nasional meliputi terdiri dari faktor efektifitas, efisiensi, kualitas

hasil kerja, ketepatan waktu, produktifitas dan keselamatan kerja. Penelitian

dilakukan dengan melakukan observasi langsung pada proyek-proyek jalan di

seluruh Indonesia. Analisisnya adalah mencari cara perencanaaan alokasi tenaga

kerja, efisiensi biaya tenaga kerja, tindakan korektif dan preventif dari elemen

waktu kerja yang tidak produktif dengan permodelan, simulasi sebagai upaya

peningkatan kinerja daya saing. Peningkatan kinerja daya saing berdasarkan

pencapaian kompetensi kerja dilakukan terhadap faktor internal knowledge, skill

dan attitude dan eksternal dari dalam proyek, perusahaan dan lingkungan usaha.

Analisisnya adalah mencari tindakan untuk mengatasi penyebab rendahnya

kinerja daya saing, dengan analisis permodelan, simulasi dalam kebijakan

peningkatan kinerja daya saing. Hasil penelitian ini yang akan dilakukan validasi

ulang kepada para pakar terkait. Penelitian yang terakhir adalah melakukan uji

respons kinerja untuk memperoleh batas angka yang paling optimal bagi kinerja

tenaga kerja konstruksi. Penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung

optimalisasi biaya langsung dari suatu proyek konstruksi jalan.

Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.