css ulkus kornea

42
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari film 1

Upload: debora-febrina-m

Post on 31-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: Css Ulkus Kornea

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan

ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini

dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini

dan diobati secara memadai.

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas

cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang

uniform, avaskuler dan deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif

jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan

oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel

dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh

lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan

edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel

hanya menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang

bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea

berakibat film air mata menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung

adalah faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisial untuk

mempertahankan keadaan dehidrasi.

Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan

dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur

ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea

merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri,

menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya

infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea

dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan

1

Page 2: Css Ulkus Kornea

penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan

timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan

kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan

merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata

sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan

Namun menurut Ulkus kornea adalah penyebab umum kedua terjadinya

kebutaan monokuler setelah katarak. Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan

oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat

didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan

stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas.

Menurut Kehinde oladigbolu, et al. yang dikutip dari Annals of African

Medicine Journal, infeksi virus adalah penyebab utama ulkus kornea di Negara

maju (dengan infeksi achantomoeba yang merupakan penyebab penting di

Negara berkembang).9 Faktor predisposisi umum dari ulkus kornea adalah

trauma okular, penggunaan obat mata tradisional, dan campak pada anak-anak.

Insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di

Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi

karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui

penyebabnya.

Sedangkan penelitian terbaru tahun 2013 di Nigeria di Nigeria utara dari 228

kasus ulkus kornea dengan masa penelitian 10 tahun (1995-2005), insiden ulkus

kornea terjadi paling banyak pada laki-laki yaitu sekitar 56,6% dan pada wanita

43,4% dengan faktor predisposisi utama berupa trauma okular (51,3%), serta

pengunaan obat mata tradisional, antibiotik steroid topikal, dan campak pada

anak-anak.

2

Page 3: Css Ulkus Kornea

1.2 Tujuan

Beberapa tujuan dari Penulisan clinical science session ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui tentang definisi ulkus kornea, dan epidemiologinya.

2. Mengetahui patofisiologi terjadinya ulkus kornea, etiologi, klasifikasi,

manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, pencegaha, komplikasi, dan

prognosis dari ulkus kornea.

3. Mengetahui penelitian terbaru mengenai ulkus kornea.

3

Page 4: Css Ulkus Kornea

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kornea

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal

sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung

melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-

rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya

sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan

yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva

bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel.

Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa

cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem

karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat

menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.

Gambar 1. Anatomi Kornea

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

4

Page 5: Css Ulkus Kornea

1. Lapisan epitel

a. Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang

saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel

gepeng.

b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong

kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi

sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan

sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden;

ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang

merupakan barrier.

c. Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya.

Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

d. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

2. Membran Bowman

a. Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan

kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari

bagian depan stroma.

b. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu

dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur

sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali

serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.

Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak

diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar

dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

5

Page 6: Css Ulkus Kornea

4. Membran Descement

a. Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma

kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.

b. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai

tebal 40 µm.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40

m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan

zonula okluden.4

Gambar 2. Corneal Cross Section

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf

siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra

koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman

melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin

ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah

limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

6

Page 7: Css Ulkus Kornea

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour

aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian

besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya

seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.

2.2 DEFENISI

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian

jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek

kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari

epitel sampai stroma.

2.3 EPIDEMIOLOGI

Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi

ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia,

sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena

trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui

penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada

tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak

laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan

peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat

imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari

112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas

tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan

refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA,

laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu

juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki.

Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-

hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.

7

Page 8: Css Ulkus Kornea

Berdasarkan penelitian terbaru di Nigeria tahun 2013 dalam Annals Africa of

Medicine Journal, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 129 (56,6%)

pasien laki-laki dan 99 (43,3%) pasien perempuan dengan rentang usia 15

bulan sampai 66 tahun dengan mayoritas pasien adalah pelajar. Faktor

predisposisi karena trauma okular terdapat pada 51,3% pasien, 17,1% oleh

penggunaan obat mata tradisional, 5,7% disebabkan antibiotik steroid topical,

dan 4% (sekitar 9 anak) disebabkan oleh campak dengan 6 anak tidak

diimunisasi. Dalam penelitian ini setengah pasien adalah laki-laki (56,6%) dan

mayoritas di bawah usia 40 tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta

bahwa laki-laki lebih sering bekerja di luar ruangan daripada wanita.

2.4 PATOFISIOLOGI

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam

perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel

dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama

terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan

kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di

retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan

gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak

segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak

vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang

terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru

kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan

tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-

sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang

mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna

kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin,

kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.

8

Page 9: Css Ulkus Kornea

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea

baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.

Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama

palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi

bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia,

sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena

reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat

sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini

menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul

kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini

menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan

sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan

menyebabkan terjadinya sikatrik.

2.5 ETIOLOGI

a. Infeksi

Infeksi Bakteri: P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies

Moraxella merupakan penyebab paling sering. Pseudomonas aeruginosa

dan Streptococcus pneumoniae adalah bakteri penyebab utama ulkus

kornea di Negara industri dan di Negara berkembang. Hampir semua

ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya

sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan

infeksi P aeruginosa.

Infeksi Jamur: disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,

Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.

Infeksi virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk

khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel

9

Page 10: Css Ulkus Kornea

yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi

pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral.

Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).

Acanthamoeba

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air

yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi

kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal

pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan

garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan

pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.

b. Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH. Bahan asam yang

dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik

anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi

pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak

tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya

bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan

pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium

karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.

Radiasi atau suhu

Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang

akan merusak epitel kornea.

Sindrom Sjorgen

10

Page 11: Css Ulkus Kornea

Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis

sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat

disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid),

kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan

timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut

dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas

dengan flurosein.

Defisiensi vitamin A

Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan

vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan

ganggun pemanfaatan oleh tubuh.

Obat-obatan

Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya;

kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan

imunosupresif.

Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

Pajanan (exposure)

Neurotropik

c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

Granulomatosa wagener

Rheumathoid arthritis

2.6 KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea, yaitu:

11

Page 12: Css Ulkus Kornea

1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis

b. Ulkus kornea fungi

c. Ulkus kornea virus

d. Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c. Ulkus cincin (ring ulcer)

Ulkus Kornea Sentral

a. Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Streptokokus: Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah

tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan

berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat

menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin

yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

Ulkus Stafilokokus: Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik

kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.

Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang

disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat

hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.

Ulkus Pseudomonas: Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral

kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam

kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea

dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu

12

Page 13: Css Ulkus Kornea

dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang

bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat

hipopion yang banyak.

Gambar 3.a Ulkus Kornea Bakterialis Gambar

3.b Ulkus Kornea Pseudomonas

Ulkus Pneumokokus: Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang

dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga

memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus

terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan.

Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung

dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan

hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang

terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.

b. Ulkus Kornea Fungi

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai

beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur

ini.

Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan

yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat

penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu

daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-

13

Page 14: Css Ulkus Kornea

satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang

disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan

permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.

Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

Gambar 4. Ulkus Kornea Fungi

c. Ulkus Kornea Virus

Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit

dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya

gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra,

konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel

dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda

dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu

kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa

sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi

sekunder.

Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus

herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini

dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu

dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau

bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian

menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit

14

Page 15: Css Ulkus Kornea

herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan

benjolan diujungnya

Gambar 5.a Ulkus Kornea Dendritik

Gambar 5.b Ulkus Kornea Herpetik

d. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,

kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen,

cincin stroma, dan infiltrat perineural.

Gambar 6. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Ulkus Kornea Perifer

Ulkus Marginal

Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk

ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi

stafilococcus, toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri

basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau

15

Page 16: Css Ulkus Kornea

multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut,

sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.

Gambar 7. Ulkus Marginal

Ulkus Mooren

Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral.

ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai

sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah

teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya

menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh

permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada

bagian yang sentral.

Gambar 8. Mooren's Ulcer

Ring Ulcer

Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang

berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau

dalam, kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-

16

Page 17: Css Ulkus Kornea

kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang

sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan

penyakitnya menahun.

2.7 MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

Gejala Subjektif

Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva

Sekret mukopurulen

Merasa ada benda asing di mata

Pandangan kabur

Mata berair

Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus

Silau

Nyeri

Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada

perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.

Gejala Objektif

Injeksi siliar

Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat

Hipopion

2.8 DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan

laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat

17

Page 18: Css Ulkus Kornea

diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat

penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes

simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian

obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi

bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga

mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS,

keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar,

kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat

dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :

Ketajaman penglihatan

Tes refraksi

Tes air mata

Pemeriksaan slit-lamp

Keratometri (pengukuran kornea)

Respon reflek pupil

Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

Gambar 12. Kornea ulcer dengan fluoresensi

Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH).

18

Page 19: Css Ulkus Kornea

Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura

dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH,

gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan

diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan

agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.

Gambar 9. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi

Gambar 10 a.Pewarnaan gram ulkus Gambar 10 b.Pewarnaan gram ulkus

kornea herpes simplex herpes zoster

19

Page 20: Css Ulkus Kornea

Gambar 11. a Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 11. b Pewarnaan gram

ulkus bacteria akantamoeba

2.9 PENATALAKSANAAN

Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis

mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada

ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang

mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi

reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi,

pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan

perlunya obat sistemik.

a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah

1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya

2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering

mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih

4. Berikan analgetik jika nyeri

20

Page 21: Css Ulkus Kornea

b. Penatalaksanaan medis

1. Pengobatan konstitusi

Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan

umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus

diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan

yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A,

vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan

kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa,

dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang

disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan

ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C.

Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi

dalam badan dan menjadi lekas sembuh.

2. Pengobatan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan.

Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-

baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik.

Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain

harus segera dihilangkan.

Infeksi pada mata harus diberikan :

Sulfas atropine sebagai salap atau larutan.

Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.

Efek kerja sulfas atropine :

Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

21

Page 22: Css Ulkus Kornea

Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi

sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M.

konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang

telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior

yang baru

Skopolamin sebagai midriatika.

Analgetik.

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau

tetrakain tetapi jangan sering-sering.

Antibiotik

Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang

berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi

subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan

salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat

menimbulkan erosi kornea kembali.

Anti jamur

Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya

preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang

dihadapi bisa dibagi :

1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya: topikal

amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin

> 10 mg/ml, golongan Imidazole.

22

Page 23: Css Ulkus Kornea

2. Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin,

Imidazol.

3. Ragi (yeast): amphotericin B, Natamicin, Imidazol.

4. Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa, berbagai

jenis anti biotic

Anti Viral

Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid

lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas

untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi.

Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA,

interferon inducer.

Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena

dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan

media yang baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya.

Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna

mengurangi rangsangan.

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan:

1. Kauterisasi

a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni

trikloralasetat.

b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau

termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang

mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna

keputih-putihan.

23

Page 24: Css Ulkus Kornea

2. Pengerokan epitel yang sakit

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak

menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama

dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka

cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan

melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik

menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada

ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap

konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan

sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan

jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris

dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan :

Iridektomi dari iris yang prolaps

Iris reposisi

Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat

Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita

obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai

akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga

secara sistemik.

Gambar 7.Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol,

infiltrat pada kornea ditepi perforasi.

24

Page 25: Css Ulkus Kornea

3. Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak

berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu

penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam

penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Gambar 14. Keratoplasti

2.10 PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi

kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak

kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang

sangat buruk bagi mata.

- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata

- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa

menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan

basah

25

Page 26: Css Ulkus Kornea

- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan

merawat lensa tersebut.

2.11 KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis

Prolaps iris

Sikatrik kornea

Katarak

Glaukoma sekunder

2.12 PROGNOSIS

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat

lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada

tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu

penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin

tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya

komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama

mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila

tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka

dapat menimbulkan resistensi.

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan

pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode;

migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan

pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil

dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus

26

Page 27: Css Ulkus Kornea

yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat

membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.

V. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang di dapat dari clinical science session ini adalah :

1. Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat nekrosis

sekunder proses infeksi jaringan kornea.

2. Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di

Indonesia.

3. Insiden ulkus kornea terjadi paling banyak pada laki-laki yaitu sekitar 56,6%

dan pada wanita 43,4% dengan faktor predisposisi utama berupa trauma okular

(51,3%), serta pengunaan obat mata tradisional, antibiotik steroid topikal, dan

campak pada anak-anak.

4. Berdasarkan lokasi, dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea, yaitu ulkus kornea

sentral dan ulkus kornea perifer.

5. Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa gejala subjektif dan

gejala objektif.

6. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan

laboratorium.

7. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes

mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan

mengurangi reaksi peradangan dengann steroid.

8. Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi

kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata.

27

Page 28: Css Ulkus Kornea

9. Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya

mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya

komplikasi yang timbul.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000

2. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007.

3. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito

Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id. 2007.

4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004

5. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu

Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2,

Penerbit Sagung Seto, Jakarta,2002

6. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989

7. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14

8. Anonimus, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.wikipedia.org

28

Page 29: Css Ulkus Kornea

9. Oladigbolu K, Rafindadi A, Abah E, Samaila E. Corneal ulcers in a tertiary

hospital in Northern Nigeria. Ann Afr Med [serial online] 2013 [cited 2013 Oct

24 ];12:165-170

10. Karthikeyan RS, Priya JL, Leal SM Jr, Toska J, Rietsch A, et al. (2013) Host

Response and Bacterial Virulence Factor Expression in Pseudomonas aeruginosa

and Streptococcus pneumoniae Corneal Ulcers. PLoS ONE 8(6): e64867.

doi:10.1371/journal.pone.0064867

29