crs isk

29
BAB I LAPORAN KASUS 1.1 STATUS PASIEN I. Identitas Pasien Nama : Ny S Umur : 49 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Rt. 35 Talang Bakung II. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi- lingkungan keluarga Status Perkawinan : Sudah Menikah Status Ekonomi Keluarga : Cukup, pasien seorang pedagang Kondisi Rumah : Rumah pasien merupakan rumah permanen yang dihuni oleh 4 orang yaitu pasien, suami, dan kedua anak pasien. Rumah pasien disertai ventilasi di bagian depan rumah. Pintu dan jendela rumah lebih sering tertutup. Lingkungan sekitar rumah tidak begitu padat. Air yang digunakan untuk masak dan mandi dari air PDAM Kondisi Lingkungan Keluarga : baik III. Aspek Psikologis Keluarga 1

Upload: qyura

Post on 15-Sep-2015

232 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

CRS ISK

TRANSCRIPT

BAB ILAPORAN KASUS

1.1 STATUS PASIENI. Identitas PasienNama: Ny SUmur: 49 tahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: Rt. 35 Talang Bakung

II. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluargaStatus Perkawinan: Sudah MenikahStatus Ekonomi Keluarga: Cukup, pasien seorang pedagang Kondisi Rumah: Rumah pasien merupakan rumah permanen yang dihuni oleh 4 orang yaitu pasien, suami, dan kedua anak pasien. Rumah pasien disertai ventilasi di bagian depan rumah. Pintu dan jendela rumah lebih sering tertutup. Lingkungan sekitar rumah tidak begitu padat. Air yang digunakan untuk masak dan mandi dari air PDAM Kondisi Lingkungan Keluarga : baik

III. Aspek Psikologis KeluargaPasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Hubungan dengan anggota keluarga baik.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/penyakit keluarga : Pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya Riwayat hipertensi (-) Riwayat diabetes mellitus (-)

V. Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu.

VI. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Demam yang dirasakan tiba-tiba dan hilang timbul, demam dirasa berkurang dengan minum obat penurun demam, demam juga disertai dengan menggigil. Keluhan juga disertai dengan mual (+) muntah (-). Pasien juga mengeluh sakit kepala (+), nyeri pada perut bagian bawah sampai ke pinggang (+), nyeri ulu hati (+). Nafsu makan . Dua hari ini, berkemih disertai dengan darah (-). berkemih pada malam hari (+). Nyeri saat berkemih (-), kencing berpasir (-). Demam tidak disertai dengan timbulnya bintik kemerahan pada kulit, berkeringat (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), muntah darah (-), BAB darah (-), nyeri tenggorokan (-), sakit menelan (-), batuk (-), gatal, bengkak dan kemerahan pada kemaluan (-).

VII. Pemeriksaan Fisik1. Keadaan umum: BaikKesadaran: Composmentis2. Pengukuran Tanda Vital : TD: 110/80 mmHgNadi: 88x per menit, reguler, isi cukupSuhu: FebrisRespirasi: 20x/menit, regulerKepala:Bentuk: Simetris, normocephalMata: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/- Telinga: Dalam Batas Normal Hidung: Napas cuping hidung -/-, Sekret -/-, Epistaksis -/- Mulut: Dalam Batas Normal ThoraksInspeksi: Simetris, retraksi (-)Palpasi: Krepitasi (-), stem fremitus sama ka/kiPerkusi: SonorAuskultasi: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/- BJ I dan II regular, gallop (-), bising jantung (-) AbdomenInspeksi: Datar, venektasi (-)Palpasi : soepel, nyeri tekan suprapubik (+) Hepar lien tidak terabaPerkusi : Timpani (+), nyeri ketok CVA (+) Auskultasi : Bising usus (+) normalEkstremitas: Akral hangat +/+, edema -/-

VIII. LaboratoriumDarah rutin, DDR, dan urinalisis

IX. Diagnosa KerjaInfeksi Saluran Kemih

X. Diagnosa Bandinga. Malariab. Demam denguec. Demam tifoid

XI. Manajemena. Preventif Menjaga kebersihan sekitar organ intim. Gunakan pakaian dalam yang bersih dan menyerap keringat agar tidak lembab. BAK setelah berhubungan intim. Jangan menahan BAK. Banyak minum air putih (2 liter per hari)

b. Promotif Menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Menjaga kebersihan pakaian. Konsumsi air putih yang cukup.

c. Kuratif1. Non farmakologi Banyak minum 2 liter per hari Kompres hangat2. Farmakologi Ciprofloxacin tab 2x500 mg per oral Paracetamol tab 3x500 mg per oral Antasid tab 3 x 1 Vit B 6 3 x 13. Tradisional : Bahan yang digunakan : buah jeruk nipis, air panas secukupnya, gula pasir secukupnyaCara pembuatan : potong dan peras jeruk nipis, campurkan air perasan jeruk nipis ke dalam satu gelas air panas dan tambahkan sedikit gula4. Rehabilitasi Minum obat secara teratur Banyak minum Makan makanan yang bergizi Menjaga kebersihan diri dan lingkungan Melakukan pemeriksaan radiologi jika terjadi infeksi berulang

Penulisan ResepDinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Talang BakungDokter: Wahyuni Utami SIP : GIA213033

Tanggal: Juni 2015R/ Ciprofloxacin 500 mg Tab No. VI S 2 d d 1 tab R/ Paracetamol 500 mg Tab No. X S 3 d d 1 tab R/ antasid tab No X S 3 dd tab I R/ vit B 6 tab No X S3 dd tab 1

Pro : Ny. SUmur : 49 tahun

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan FisiologiSistem urinarius terdiri dari 2 ginjal (ren), 2 ureter, vesika urinaria dan uretra. System urinarius berfungsi sebagai system ekskresi dari cairan tubuh. Saluran kemih bagian atas adalah ginjal, sedangkan ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra merupakan saluran kemih bagian bawah.1,2

Gambar 1. Struktur saluran kemih manusia Sumber: www.kidney.org2.2 DefinisiInfeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan klinis akibat berkembang biaknya mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada saluran kemih.32.3 EpidemiologiInfeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi.3,4Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat praktik umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda yang masih aktif secara seksual dan jarang pada laki-laki 8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting organism). Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100 x) dan sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit. Pemeriksaan mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >105 CFU per ml. Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 60-85% dari pasien-pasien dengan bakteriuria bermakna (CFU per ml >105). Kadang-kadang masih ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya 40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU per ml >105. Analisa ini menunjukkan bahwa piuria mempunyai nilai lemah untuk prediksi ISK.Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih. Sensitivitas 100% untuk >50 leukosit per HPF, 90% untuk 21-50 leukosit, 60% untuk 12-20 leukosit, 44 % untuk 6-12 leukosit. Selain itu pada pemeriksaan urin yang tidak disentrifuge dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara langsung untuk melihat bakteri gram negatif dan gram positif. Sensitivitas sebesar 85 % dan spesifisitas sebesar 60 % untuk 1 PMN atau mikroorganisme per HPF. Namun pemeriksaan ini juga dapat mendapatkan hasil positif palsu sebesar 10%.72. Uji Biokimia8Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi nitrit dari bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya sebagai uji saring (skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak dapat menentukan tipe bakteriuria.3. Renal Imaging ProceduresRenal imaging procedures digunakan untuk mengidentifikasi faktor predisposisi ISK, yang biasa digunakan adalah USG, foto polos abdomen, pielografi intravena, micturating cystogram dan isotop scanning. Investigasi lanjutan tidak boleh rutin tetapi harus sesuai indikasi antara lain ISK kambuh, pasien laki-laki, gejala urologik (kolik ginjal, piuria, hematuria), hematuria persisten, mikroorganisme jarang (Pseudomonas spp dan Proteus spp), serta ISK berulang dengan interval 6 minggu.3,4

2.10 Penatalaksanaana. Infeksi saluran kemih atas (ISKA) Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA) memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral minimal 48 jam. Indikasi rawat inap pada PNA antara lain kegagalan dalam mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotik oral, pasien sakit berat, kegagalan terapi antibiotik saat rawat jalan, diperlukan investigasi lanjutan, faktor predisposisi ISK berkomplikasi, serta komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus dan usia lanjut. The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam, sebelum adanya hasil kepekaan biakan yakni fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.3,8

b. Infeksi saluran kemih bawah (ISKB)Prinsip manajemen ISKB adalah dengan meningkatkan intake cairan, pemberian antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi urin dengan natrium bikarbonat 16-20 gram per hari.3,8Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama antara lain nitrofurantoin, ampisilin, penisilin G, asam nalidiksik dan tetrasiklin. Golongan sulfonamid cukup efektif tetapi tidak ekspansif. Pada sistitis kronik dapat diberikan nitrofurantoin dan sulfonamid sebagai pengobatan permulaan sebelum diketahui hasil bakteriogram.4

2.11 KomplikasiKomplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan ISK tipe berkomplikasi (complicated).3,7a. ISK sederhana (uncomplicated)ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan hamil pada umumnya merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan tidak menyebablan akibat lanjut jangka lama.b. ISK tipe berkomplikasi (complicated)ISK tipe berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan pasien dengan diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS) merupakan risiko untuk pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi glomerulus (LFG). 2.12 PrognosisPrognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan penyembuhan 100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK.Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi.3,5

BAB IIIANALISIS KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitarRumah pasien merupakan rumah permanen yang dihuni oleh 4 orang yaitu pasien, suami dan kedua anaknya. Rumah pasien disertai ventilasi di bagian depan rumah. Pintu dan jendela rumah lebih sering tertutup. Lingkungan sekitar rumah tidak begitu padat. Air yang digunakan untuk masak dan mandi dari air PDAM sumber listrik dari PLN, kamar mandi 1 buah dan menggunakan jamban leher angsa, sampah dibuang ke tempat sampah yang terletak di depan rumah.Tidak ada hubungan antara keadaan rumah pasien dengan penyakit yang diderita pasien.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluargaPenyakit ini tidak ada hubungan dengan keadaan keluarga. Tidak ada hubungan antara keadaan keluarga dengan penyakit yang diderita pasien karena etiologi dari penyakit infeksi saluran kemih adalah kebiasaan higienis yang kurang. Tidak disebabkan oleh keadaan psikososial di dalam keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitarPenyakit ini mempunyai hubungan dengan perilaku kesehatan dan lingkungan sekitar seperti perilaku tidak membersihkan organ urogenital dengan baik saat setelah bak atau bab serta tidak menggunakan air yang bersih dan mengalir. Selain itu, perilaku sedikit minum air putih juga dapat mempengaruhi penyakit ini. Pasien mengaku sedikit minum terutama saat bekerja. Pasien sering menahan BAK. Pada pasien ini dapat disimpulkan terdapat hubungan antara perilaku pasien dengan penyakit yang diderita.

d. Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasienPada pasien ini berdasarkan anamnesis yang dilakukan terhadap berbagai faktor yang dapat menyebabkan / faktor resiko terjadinya penyakit ini didapatkan kesimpulan kemungkinan penyakit yang diderita pasien karena perilaku kesehatan yaitu pasien tidak membersihkan organ urogenitalia dengan benar dan pasien juga sedikit minum air putih. Pasien sering menahan BAK terutama saat sedang bekerja. Kebiasaan yang dilakukan terus menerus ini memungkinkan resiko terjadinya infeksi saluran kemih cukup tinggi pada pasien ini.

e. Analisis untuk mengurangi paparanUntuk mengurangi paparan terjadinya penyakit serta infeksi berulang pasien diberi edukasi untuk menjaga kebersihan urogenitalia dengan benar dengan menggunakan air yang bersih dan mengalir setiap kali BAK dan BAB. Banyak minum minimal 2 liter per hari (8 gelas). Jangan menahan BAK jika ingin BAK. Buang air kecil setelah berhubungan seksual untuk membersihkan bakteri dari saluran kencing. Makan makanan bergizi tinggi agar daya tahan tubuh baik. Jika penyakit berulang pasien dianjurkan untuk segera mendatangi pusat kesehatan terdekat dan melakukan pemeriksaan penunjang radiologi untuk mengetahui penyebab berulangnya penyakit pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-enam. Jakarta : EGC ; 20042. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. 20053. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: FKUI. 2007:1008-1014.4. Sjahrurachman Agus, Mirawati T.,et al.,2004, Etiologi Dan Resistensi Bakteri penyebab Infeksi Saluran Kemih Di R.S. Cipto Mangunkusomo Dan R.S. Metropolitan Medical Center Jakarta 2001-2003 dalam Naskah lengkap the 4th Jakarta Nephrology And Hypertension Course, pp 51-63, Pernefri 2004, Jakarta5. Anonim. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Kapita selekta kedokteran edisi ke 3 jilid 2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani, WI, Setiowulan, W (editor). 2005. Jakarta: Media Aesculapius6. Anonim. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Panduan pelayanan medis departemen ilmu kesehatan anak. Sastroasmoro S, et al. 2007. Jakarta: RSUP Nasional DR. Cipto Mangunkusumo7. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis, and Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrisons Manual of Medicine16th Edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2005:7248. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In Sukandar E. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72

LAMPIRAN HOME VISITE

6