crs gangguan afektif bipolar deteksi dini manik dengan tanda psikosis
DESCRIPTION
gangguan afektifTRANSCRIPT
CASE REPORT SESSION
Oleh:
Denny Maulana 130112080106
Preseptor:
Veranita Pandia, dr., SpKJ (K)
SUB BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG
2009
Identitas Pasien
Nama Pasien : Nn. I
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Bojong Gempol Rt 01 Rw 09, Kab. Rancaekek
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Status marital : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Tgl. Masuk : 25 Mei 2009
Penanggungjawab Pasien
Nama : Ny. Ida
Hubungan : Ibu
Alamat : SDA
Lama perkenalan : Sejak kecil
Sifat perkenalan : Akrab
Keterangan diperoleh dari
Ibu pasien (heteroanamnesis). Kebenaran dapat dipercaya.
ANAMNESA
A. Keluhan Utama
Sering mengamuk.
B. Riwayat Penyakit Sekarang (autoanamnesis)
± 1 hari SMRS pasien mengamuk karena dilarang menelepon sampai larut
malam. Pasien kemudian marah dan membanting barang-barang dirumahnya.
Pasien mengaku mudah marah dan cepat tersinggung. Pasien mengaku
mengalami keluhan ini setelah ditolak oleh seorang pria disekolahnya sekitar 1
tahun yang lalu. Pasien mengaku memiliki halusinasi berupa dapat melihat hantu
dan dapat menunjuk kearahnya, tapi tidak dapat mendengar suaranya. Pasien
mengaku sering melihat hantu dimana-mana. Pasien juga mengaku orang lain
dapat membaca pikirannya. Pasien juga mengaku ayahnya dapat mengendalikan
pikirannya yang menyuruhnya untuk meditasi, dan dilakukan oleh pasien.
C. Riwayat Penyakit Dahulu (heteroanamnesis)
Pasien pertama diketahui pertama kali mengalami gangguan jiwa sekitar 1
tahun yang lalu dengan keluhan murung, sering menyendiri, selalu tampak sedih,
tidak mau keluar rumah, tidak mau mandi, tidak mau kesekolah, merasa minder
dan takut kesekolah. Keluhan ini muncul setelah pasien ditolak oleh pria yang dia
sukai. Karena keluhan ini pasien dibawa ke dokter jiwa, diberi obat, dan kontrol
selama 3 bulan. Selanjutnya pasien dapat beraktifitas seperti biasa. Setelah 3
bulan pasien tidak pernah kontrol karena dianggap sudah sembuh.
D. Riwayat Trauma Kepala, Kejang, Patah Tulang
disangkal
E. Riwayat Penyakit Serupa di Keluarga
Ibu pernah mengalami depresi, berobat ke dokter jiwa dan sembuh seperti
biasa.
F. Riwayat Hidup Penderita
Masa dikandung dan sekitar persalinan
Penderita dikandung selama ± 9 bulan. Lahir spontan normal, tidak ada
kelainan, berat badan lahir 3.2 kg, ditolong oleh bidan, kehamilan
direncanakan dan dikehendaki.selama kehamilan ibu sehat fisik dan mental,
tidak pernah mengonsumsi obat-obatan, dan minum alkohol.
Masa bayi
Kesehatan: Baik.
Pertumbuhan dan perkembangan:sesuai dengan anak seusianya. Penderita
disusui dan diberi makanan oleh ibunya selama 1 tahun. Selanjutnya diberi
susu botol karena ibu hamil anak kedua. Asi diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan anak. Pasien adalah anak yang periang dan tidak rewel.
Masa prasekolah
Kesehatan: Baik.
Pertumbuhan dan perkembangan: sesuai dengan anak seusianya. Toilet
training dilakukan saat pasien berusia 1 tahun dan tanpa paksaan. Pasien tidak
ngompol lagi sampai usia 1.5 tahun. Pasien adalah anak periang, mudah
bergaul, banyak teman, dan tidak rewel. Dengan adiknya, pasien baik dan
jarang ribut. Bila keinginan tidak dipenuhi pasien diam saja.
Masa sekolah dan prapubertas
Kesehatan: Baik
Pertama kali masuk SD saat berusia 6 tahun, diantar oleh ibunya, tidak ada
cemas perpisahan saat ditinggal ibunya, selanjutnya pasien pergi kesekolah
dengan teman-temannya karena jarak sekolah yang dekat. Disekolah pasien
termasuk anak yang berprestasi karena selalu mendapat rangking
disekolahnya. Pasien mempunyai banyak teman dan pandai bergaul dan tidak
pernah bermasalah dengan teman-teman atau gurunya. Pasien adalah anak
yang periang, suka berbagi, baik, dan selalu menjadi pemimpin dalam
kelompoknya, percaya diri dan selalu optimis. Setelah tamat SD, pasien
melanjutkan ke SMP. Di SMP prestasi baik, tidak mempunyai masalah
dengan teman atau gurunya. Mengikuti ekstrakulikuler, pramuka, dan menjadi
pengurus OSIS, setamat SMP melanjutkan pendidikan ke SMA.
Masa pubertas
Kesehatan : Baik
Pada saat SMA pasien seorang pria, rekannya di kepengurusan DKM,
namun keinginan pasien tidak terpenuhi. Sejak saat itu pasien menjadi
pemurung, mengurung diri, jarang keluar rumah, malas sekolah, pendiam dan
sering merasa takut jika keluar rumah. Karena keluhan ini pasien dibawa ke
spesialis jiwa dekat rumahnya, ada perbaikan dan dapat melaksanakan
aktivitas seperti biasa.
Masa Dewasa
Sedang dilalui
Masa Tua
Belum dilalui
G. RIWAYAT PEKERJAAN
Pasien belum pernah bekerja.
H. RIWAYAT PERKAWINAN
Pasien belum pernah menikah
I. LAIN-LAIN
Pasien belum pernah berhubungan dengan masalah hukum, kepolisian, atau
penjara.
J. KEPRIBADIAN SEBELUM SAKIT
Periang, optimis
K. KEHIDUPAN PSIKOSEKSUAL
Orientasi terhadap lawan jenis
L. KEHIDUPAN EMOSIONAL
Periang, optimis, tertutup
M. KONSEP DAN KONSEKWENSI TERHADAP
MORAL : baik
AGAMA : baik
SOSIAL : baik
N. HUBUNGAN SOSIAL
baik
STATUS FISIK
Keadaan umum : Compos mentis, tidak ada tanda dehidrasi
T = 110/70
N = 120x/menit
R = 20x/menit
S = 36,5 C̊
STATUS PSIKIATRI
Roman muka : ceria
Kesadaran : compos mentis
Kontak/ Rapport : ada, adekuat
Orientasi : Tempat : baik
Waktu : baik
Orang : baik
Perhatian : baik
Persepsi : Ilusi : tidak ada
Halusinasi : tidak ada
Ingatan : Immediate : baik
Recent : baik
Remote : baik
Pikiran : Bentuk pikiran :
Jalan pikiran : koheren
Isi pikiran : waham visual ada
Emosi : Mood : senang
Afek : appropriate
Tingkah laku : hiperaktif
Bicara : intonasi jelas, dapat dimengerti, logorhea
Insight of illness : baik
Dekorum : Sopan santun : baik
Cara berpakaian : baik
Kebersihan : baik
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan efektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik.
DD/ Skizoafektif tipe manik
Aksis II : tidak ada
Aksis III : tidak ada
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan lain.
Aksis V : GAF scale saat diperiksa : 90-81
PENATALAKSANAAN
psikofarmaka
Haloperidol 2 x 2 mg
Trihexifenidil 2 x 2 mg
psikoterapi
Psikoterapi ekspresif
Psikoterapi suportif
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Pembahasan
Diagnosis:
Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik gangguan afektif bipolar episode kini
manik dengan gejala psikosis adalah:
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik. Yaitu:
Gambaran klinis harus lebih berat dari bentuk mania tanpa
gejala psikosis, antara lain episode harus berlangsung
sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai
mengacaukan aktivitas sehari-hari.
Perubahan afek disertai dengan energi yang bertambah
sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan, dan
kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide
perihal kebesaran, dan terlalu optimistik.
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat
berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur),
iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of
persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan
afek tersebut (mood congruent).
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manic, depresif, atau campuran).
Gejala manik menurut DSM IV:
Mania ( DSM IV)
a) Periode tersendiri kelainan & mood meninggi, ekspansif, atau mudah
tersinggung secara persistent berlangsung sekurangnya satu minggu.
b) Selama periode , ≥ 3 gejala berikut yg menetap dan ditemukan dalam derajat
bermakna
1. Harga diri melambung / kebesaran
2. Menurunnya kebutuhan untuk tidur
3. Banyak bicara
4. Flight of idea
5. Atensi mudah teralih
6. Meningkatnya aktivitas bertujuan → hiperaktif
7. Keterlibatan yang berlebihan dlm aktivitas yang menyenangkan, seperti
belanja yang berlebihan.
c) Gejala bukan akibat efek suatu zat atau kondisi medis umum.
d) Gangguan mood menyebabkan disfungsi, butuh hospitalisasi, terdapat cirri
psikotik.
Keadaan pasien terdapat gangguan afektif manik yang ditandai kebanyakan
bicara, hiperaktif, dan mudah tersinggung. Selain itu pasien juga terdapat tanda-tanda
psikosis antara lain:
Pada pasien ini terdapat gangguan berupa halusinasi visual dan adanya delusi
berupa thought broadcasting dan thought control yang merupakan tanda psikosis.
Penatalaksanaan
Psikofarmaka yang diberikan adalah haloperidol karena efeknya dalam menekan
gejala positif pada pasien. Haloperidol berperan dalam menghambat reseptor
dopamine di mesolimbik.
Berefek dalam menurunkan hiperaktivitas dan perilaku manik lainnya pada
pasien.
Efek samping yang dapat terjadi adalah tanda ekstrapiramidal, antara lain:
Parkisonisme yang ditandai tremor dan bradikinesia.
Akithisia yang merupakan kondisi tubuh lelah yang tidak terkontrol.
Tardive diskinesia yang disebabkan penggunaan jangka panjang obat
neuroleptik atau anti-psikosis yang ditandai pergerakan choreoathenoid.
Haloperidol memiliki potensi yang tinggi, efek sedative rendah, efek anti-
kolinergik rendah, efek ekstrapiramidal tinggi, dan efek hipotensive rendah.
Sedangkan penggunaan trihexilfenidil sebagai penghambat efek samping dari
efek extrapiramidal yang timbul.
Psikoterapi:
psikoterapi ekspresif
interpretasi dari konflik untuk memunculkan wawasan (insight) dari dalam
diri pasien. Pada tipe ini menitik beratkan dalam hal interpretasi.
psikoterapi suportif
untuk memperkuat pertahanan diri pasien dan membantu pasien dalam
beradaptasi dan memecahkan masalah.
Prognosis:
Usia
Usia pasien saat terjadi onset sekitar 20 tahun. Semakin muda prognosis
semakinburuk.
Faktor pencetus
Pada pasien ini diketahui faktor pencetusnya, sehingga kemungkinan serangan
berikutnya dapat dicegah. Prognosis baik.
Kecerdasan
Pada pasien ini kecerdasan baik, sehingga progosisnya baik.
Kepribadian
Periang, prognosis baik.
Progresivitas penyakit
Perjalanan penyakit menentukan prognosis.
Terapi
Dengan terapi adekuat, prognosis baik.
Support system
Adanya dukungan dari keluarga yang harmonis dan lingkungan yang baik
akan memberikan pengaruh positif bagi pasien dalam menghadapi penyakit.
Prognosis baik.