cover kab banyuasin

154
Prosiding Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP “Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat yang Berwawasan Gender sebagai bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Banyuasin” Editor: Eris Achyar, Budi Rahardjo, dan Djoko Setijono Kerjasama South Sumatra Forest Fire Management Project (SSFFMP) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) SumSel Yayasan Kemasda Palembang, 23 – 24 Agustus 2006

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cover Kab Banyuasin

ProsidingLokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat yang

Berwawasan Gender sebagai bagian Pencegahan Kebakaran

Hutan dan Lahan di Kabupaten Banyuasin”

Editor:

Eris Achyar, Budi Rahardjo, dan Djoko Setijono

KerjasamaSouth Sumatra Forest Fire Management Project (SSFFMP)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) SumSelYayasan Kemasda

Palembang, 23 – 24 Agustus 2006

Page 2: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian iPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

APPROVAL

The South Sumatra Forest Fire Management Project (SSFFMP) is a technical co-operation

project jointly funded, in terms of the financing memorandum IDN/RELEX/1999/0103, by the

European Commission and by the Government of the Republic of Indonesia through the Ministry

of Forestry as executing agency, and Governor of South Sumatra Province as implementing

agency. This report has been completed in accordance with the project Overall Work Plan (OWP)

and the Annual Work Plan (AWP) IV - 2006,

in part fulfillment of

Activity 3.2.3.1.7: “Workshop on project's gender sensitive CD programme to enhance active

participation and collaboration of related agencies/stakeholders for sustainability at 3 priority

districts”, and

Activity 3.2.3.1: “Further Introduce & develop field level examples of land utilization types at

13 villages”

Activity 3.2.3: “Establish field-level examples, that include gender aspects, of participatory

multi-stakeholder land and resource use planning including effective fire management, in selected

villages” and

Activity 3.2: “Promote sustainable natural resource management based on co-management

arrangements”

to achieve Result 3: “Capacities created and initiatives supported to bring land and natural

resources under sustainable management”

to realize the five-year project purpose, which is “Aid and facilitate the establishment of a

coordinated system of fire management at province, district and sub district and village level

throughout South Sumatra province in which all involved stakeholders, including the private

sector, work together to reduce the negative impact of fire on the natural and social

environment”

This report has been prepared with financial assistance from the Commission of the European

Communities. The opinions, views and recommendations expressed are those of the authors and in

no way reflect the official opinion of the Commission. The report has been prepared by:

Eris Achyar, Djoko Setijono and Budi Raharjo

South Sumatra Forest Fire Management Project

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian South Sumatra.

The report is acknowledged and approved for circulation by the Project Co-Directors when duly

signed below.

Palembang, December 2006

Dr Ir Dodi Supriadi Dr Karl-Heinz Steinmann

National Co-Director EU Co-Director

Page 3: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian iiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

KATA PENGANTAR

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP dengan tema “Keberlanjutan

Peningkatan Pendapatan Masyarakat yang Berwawasan Gender sebagai bagian

Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Banyuasin” telah dilaksanakan

pada tanggal 23-24 Agustus 2006 di Asrama Haji, Palembang. Kegiatan ini merupakan

suatu refleksi maupun sebagai wadah berbagi pengalaman berbuat, tukar pendapat yang

terkait dengan keberhasilan, kendala, tantangan dan permasalahan dalam pelaksanaan

kegiatan pemberdayaan masyarakat serta mengidentifikasi berbagai gagasan dan pilihan-

pilihan untuk keberlanjutan program pemberdayaan masyarkat dalam rangka

pengembangan usaha pada kelompok-kelompok tani sasaran di desa-desa prioritas.

Prosiding ini merupakan publikasi dari hasil Lokakarya yang melibatkan sekitar 60 orang

peserta yang mewakili unsur Dinas/Lembaga Pemerintah dan non pemerintah dari tingkat

propinsi dan kabupaten, Asosiasi perusahaan dibidang pertanian dan perkebunan,

Perguruan Tinggi, LSM, Pokja IV Pemberdayaan masyarakat Multi Stakeholders Forum

Kabupaten Banyuasin, para Camat, Kepala Desa, PPL dan para pelaku yang mewakili

kelompok tani dari 4 Desa sasaran proyek di Kabupaten Banyuasin yakni Desa Muara

Telang dan Desa Talang Lubuk dari Kecamatan Muara Telang, Desa Upang dari Kecamatan

Makarti Jaya dan Desa Perajen Jaya dari Kecamatan Banyuasin II.

Sejumlah 15 makalah telah disajikan dan didiskusikan oleh para peserta lokakarya yang

pada umumnya terlibat langsung pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat didesa-

desa tersebut diatas. Kegiatan lapangan yang dilaksanakan mencakup 4 thema, yakni: 1).

Peningkatan pendapatan masyarakat melalui budidaya padi pada lahan pasang surut di

Desa Muara Telang dan Desa Prajen Jaya. 2). Peningkatan pendapatan masyarakat

melalui penanganan pasca panen padi di Desa Upang. 3). Pengolahan kelapa terpadu di

Desa Talang Lubuk, 4). Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani

Lokakarya pemberdayaan masyarakat ini diselenggarakan oleh South Sumatra Forest

Fire Management Project (SSFFMP) bekerjasama dengan Balai Pengkajian Tekhnologi

Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan dan berbagai multi pihak (stakeholders) panitia

pelaksana (Organizing Commitee) oleh LSM Yayasan KEMASDA. Terima kasih atas

dukungan dan partisipasi berbagai pihak sehingga dapat terselenggaranya Lokakarya

tersebut sampai dengan terbitnya prosiding lokakarya ini.

Palembang, Desember 2006

Tim Penyusun

Page 4: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian iiiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

DAFTAR ISI

HalamanAPPROVAL…….………………………………………………………………………………….…………..…..………..i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….….…………………..ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….………………………………..iii

RINGKASAN EKSEKUTIF…………………..………………………………….………..….….…………..ix

I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………………….1

II. PELAKSANAAN …………………………………………………………………..…………….……..……….3

1. Tempat dan waktu

2. Peserta

3. Metode pelaksanaan

III. RANGKUMAN HASIL LOKAKARYA…………………………………………………..….………5

1. TAHAP I: Pembukaan & Overview Kegiatan SSFFMP ……………...…….….6

2. TAHAP II: Paparan Makalah ............................................8

a. Topik 1: Peningkatan pendapatan masyarakat melalui budi daya padi pada

lahan pasang surut di Desa Muara Telang dan Desa Prajen Jaya ..............8

b. Topik 2: Peningkatan pendapatan masyarakat melalui penanganan pasca

panen padi di Kab. Banyuasin................................................................................11

c. Topik 3: Pengolahan kelapa terpadu di Desa Talang Lubuk. ........................13

d. Topik 4: Penguatan kelembagaan kelompok tani..............................................16

3. TAHAP III: Diskusi Kelompok ..........................................20

a. Isu-isu penting teridentifikasi…………………………………..…………………..…………...….21

b. Diskusi Kelompok I: Keberlanjutan kegiatan Pemberdayaan

Masyarakat…………………………………………………………….. ………..………………..….…….….…23

c. Diskusi Kelompok II: Keberlanjutan integrasi gender dan kegiatan

perempuan……………………………………………………………………….….……….…………..…….…...26

Page 5: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian ivPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

d. Diskusi Kelompok III:

Keberlanjutan kelembagaan kelompok tani………….…….…….……………………..…..28

e. Diskusi Kelompok IV: Identifikasi peluang dukungan pemerintah daerah dan

swasta ......................................................................................................................31

IV. ACARA PENUTUPAN ................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………….………………..34

LAMPIRAN

1. Agenda lokakarya………………………………………………………………….….……...………….35

2. Daftar peserta lokakarya…………………………………………………………..….….……….39

3. Daftar peserta diskusi kelompok……………………………………………..…...………..41

4. Makalah dan handout presentasi…………………………………………...……….…….…43

Page 6: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian vPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Rekomendasi untuk keberlanjutan kegiatan pemberdayaan masyarakat

berwawasan gender.....................................................................................................23

2. Rekomendasi keberlanjutan integrasi gender dan kegiatan perempuan ….….26

3. Rekomendasi keberlanjutan kelembagaan kelompok tani …………………….......……28

4. Rekomendasi dan identifikasi peluang dukungan

pemerintah daerah dan swasta ……………………………………………………………………….……31

Page 7: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian viPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

DAFTAR MAKALAH & HAND OUTS PAPARAN

Halaman

OVERVIEW KEGIATAN SSFFMP & PROGRAM PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT YANG BERWAWASAN GENDER DI KAB BANYUASIN

1. Overview kegiatan SSFFMP

Dr Karl-Heinz Steinmann – SSFFMP EU Co-Director ................................44

2. Overview kegiatan Pemberdayaan masyarakat SSFFMP di Kab

Banyuasin

Djoko Setijono – SSFFMP CD Specialist.......................................................52

3. Overview kegiatan gender & Women Group di Kab Banyuasin

Yandriani – SSFFMP Gender Specialist ………………………………………………………59

TOPIK 1.

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI BUDIDAYA PADI

PADA LAHAN PASANG SURUT DI DESA MUARA TELANG DAN

DESA PRAJEN JAYA, KABUPATEN BANYUASIN.

1. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui optimalisasi budidaya padi

dilahan pasang surut di Desa Muara Telang dan Desa Prajen Jaya,

Ir.Yanter Hutapea, MSi dan Ir.Budi Raharjo, MSi,

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan. ........................ 67

2. Pengalaman pengembangan Kelompok Tani, UPJA dan budidaya

padi lahan pasang surut di Desa Muara Telang

Herman – Kades Ma Telang dan Oto Lihman - PPL Muara Telang........ 77

3. Pengalaman Pengembangan Kelompok Tani, UPJA dan budidaya

padi lahan pasang surut di Desa Prajen Jaya

Abbas – Ketua Kelompok Tani Kurnia Abadi Desa Prajen Jaya............. 80

.

TOPIK 2:

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI PENANGANAN

PASCA PANEN PADI DI KAB BANYUASIN

1. Pengembangan Alat pengering gabah BB Sekam dan Kantong Hermetic

di Desa Upang, Kecamatan Makarti Jaya

Page 8: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian viiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

Budi Raharjo*, Sutrisno**, Yanter Hutapea* dan Renny Utami S*,

*“Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan dan Balai Besar

Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi……………………………………………..……………………… 83

2. Dampak pengembangan Pengering Gabah BB Sekam

di Kecamatan Makarti Jaya

H Sumanto – KCD Pertanian, Kecamatan Makarti Jaya........................... 101

3. Pengalaman pengoperasian alat pengering gabah

berbahan bakar sekam di Desa Upang

M Andi Nasir, Kelompok Tani Maju bersama, desa Upang..................... 104

TOPIK 3:

PENGOLAHAN KELAPA TERPADU DI DESA TALANG LUBUK, KECAMATAN

MUARA TELANG

1. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengolahan sabut

kelapa dan arang di Desa Talang Lubuk, Kecamatan Muara Telang.

Ir Kgs A Kodir, MSi – BPTP Sumatra Selatan……………………………….…… …. 108

2. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengolahan

kelapa terpadu di Sumatra -Selatan

Ir Nasir Saari – Dinas Perkebunan Propinsi Sumatra Selatan….……..… 116

3. Peran dan fungsi Dis Koperindag, UKM & PM dalam mendukung

pengolahan kelapa terpadu.

Suyanto, SIP, MM – Dinas Koperindag, UKM & PM, Kabupaten Banyuasin..

4. Pengalaman Ketua rumah dagang dalam pengolahan

kelapa terpadu di Desa Talang Lubuk

Sofyan Sohibul, Motivator Desa, Desa Talang Lubuk…………………….…. 121

TOPIK 4.

PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

1. Peningkatan Managemen dan Dinamika Kelompok Tani

Nurnajati -Yayasan Kemasda............................................................................125

2. Pendampingan reguler/bulanan Kelompok Tani oleh LSM

pada 4 desa di Kab Banyuasin

Page 9: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian viiiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

Dian M – LSM OWA...........................................................................................130

3. Pendampingan Reguler Program Pemberdayaan Masyarakat Proyek

SSFFMP, Di Desa Muara Telang Kec. Muara Telang Dan Desa Upang

Kec. Makarti Jaya, Kab. Banyuasin

Chandra –LSM LPH-PEM....................................................................................134

4. Pengalaman, permasalahan dan harapan Motivator Desa Upang

Thamrin Arisondi - Motivator Desa Upang..................................................137

Page 10: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian ixPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

EXECUTIVE SUMMARY

Bowen et al (2000) identified major causes of 1997/1998 big land and forest

fires in South Sumatra, among them: commercial logging activities, leaving behind fire

prone logging wastes; forest conversion for plantations; forest dwellers/small farmers,

fire outbreaks because of carelessness, and fire as a weapon in land conflicts.

Land and forest fires from dwellers and traditional small farmers are strongly

related to their low social economic conditions and culture. Low living standards, few

income opportunities, low access to natural resources and insufficient information and

knowledge about appropriate cultivation techniques contribute to the occurrence of

fires. Small farmer communities try to generate their income for living with the

simplest, easiest and still effective way, and that is by using fire as their only tool for

opening and cultivating land.

Based on the above reason (up to mid 2006) SSFFMP in collaboration with related

stakeholders develops field examples on income generating activities. A participatory

and gender sensitive community development programme is implemented at 4 (four)

villages in Banyuasin District. Main activities were to conduct training on appropriate

cultivation techniques, to facilitate regular meetings to strengthen farmer groups’

institutions for self reliance, to assist in the proposal preparations, and to enhance

networking with government agencies, the private sectors as well as with NGOs.

Samples of community development activities developed in Banyuasin District

since 2004 are among others: optimizing tidal paddy cultivation techniques; introduction

of agri-machinery service provider businesses at Desa Muara Telang and Desa Prajen

Jaya; integrated coconut processing techniques at Desa Talang Lubuk; and introduction

of husk-fueled paddy driers at Desa Upang. All these activities are aimed to provide

field examples on how farmers could generate additional income for their living without

burning. Farmers are also educated to use fire wisely and to prevent the destruction of

natural resources surrounding their villages by uncontrolled land and forest fires.

This Banyuasin District community development workshop conducted is already

part of the SSFFMP project exit strategy 2006-2007. The intention is the handing over

of the programme to stakeholders, and at the same time as a mean of participative

monitoring and evaluation with all related stakeholders involved. Priority sessions

consisted in reviewing all achievements, constraints and challenges. The sharing of ideas

contributed further to gather the most appropriate recommendations. These

recommendations have to be followed up in 2007 and will ensure a high degree of

sustainability.

Page 11: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian xPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

The workshop agenda consisted of three phases: namely phase I opening remarks

and overview of activities; phase II presentation and portrait of field implementation of

the CD activities from BPTP specialists, Government officers, Extension workers, NGOs

and farmer groups’ representatives; and phase III focus group discussions. An

additional agenda point was an impact monitoring session by the SSFFMP impact

monitoring team, before the workshop was officially closed. Results of the impact

monitoring assessment are being reported in a separate document.

There were 4 established focus groups discussing relevant topics, namely:

1. Focus group I: Sustainability of gender sensitive community development

activities

2. Focus group II: Sustainability of gender integration and specific women

activities

3. Focus group III: Sustainability of farmer group institutional strengthening

4. Focus group IV: Identification of potential regional government agencies and

private companies which could support the development.

Major recommendations from this SSFFMP Community Development workshop of

Banyuasin District 2006 were:

1. There is a need for improvement and finalization of the revolving agreement

among farmer group members on how to share benefits

2. A number of stakeholders need further to support and to increase marketing

of the products from income generating activities

3. Further advice and help is required to enhance capacity building of the

farmer groups for self reliance, and assistance should be provided to

strengthen the capability to make proposals to government and private

agencies. Improvement is also required to access bank loans, to better tap

natural resources and to obtain appropriate technology, etc.

4. Participants recommended before the SSFFMP closing date to establish a

MoU between SSFFMP and related government agencies. Major aim to

officially handing over of CD activities for sustainability, future budget

allocation and regular facilitation by remaining stakeholders

Details of recommendations to be followed up by SSFFMP and stakeholders are

presented in later chapters of these proceedings.

Page 12: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian xiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

RINGKASAN EKSEKUTIF

Bowen et al (2000) mengidentifikasi penyebab kebakaran hutan dan lahan besar

pada tahun 1997/1998 di Sumatera Selatan disebabkan oleh kegiatan logging dari

pengusahaan hutan secara komersial yang menyisakan bahan bakar rawan api berupa sisa-

sisa pembalakan, konversi hutan menjadi perkebunan, masyarakat peladang/petani kecil,

kebakaran hutan dan lahan akibat kelalaian dan api sebagai alat dalam konflik lahan

pertanian.

Kebakaran hutan dan lahan yang berasal dari peladang dan masyarakat tradisional,

sangat terkait erat dengan kondisi sosial ekonomi dan perilaku masyarakat, antara lain

karena tingkat pengetahuan, tingkat hidup, tingkat ekonomi dan pendapatan yang rendah,

kurangnya akses kepada sumber daya alam yang tersedia, kurangnya informasi dan/atau

pelatihan tentang teknik budidaya yang baik, kesemuanya itu mendorong masyarakat

petani kecil tradisional dengan cara yang paling mudah, paling murah namun paling efektif

dengan cara membakar sebagai satu-satunya alat untuk penghidupannya.

Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, sampai dengan pertengahan 2006

SSFFMP bekerjasama dengan stakeholders yang terkait, melalui program pemberdayaan

masyarakat yang berwawasan gender, membangun contoh lapangan kegiatan peningkatan

pendapatan masyarakat pada 4 (empat) desa di Kabupaten Banyuasin. Kegiatan tersebut

meliputi pembuatan demplot dengan melakukan training bagaimana teknik melakukan

budidaya pertanian yang baik, pendampingan penguatan kelompok tani secara regular

bulanan agar kelompok mandiri, mengajarkan cara membuat proposal, mendorong

terbentuknya komunikasi dan jaringan dengan lembaga pemerintah, swasta maupun LSM.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Banyuasin yang dikembangkan

semenjak tahun 2004 antara lain, optimalisasi budidaya padi dilahan pasang surut dan

pengenalan Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) di Desa Muara Telang dan Desa Prajen

Jaya, teknik pengolahan kelapa terpadu di Desa Talang Lubuk dan memperkenalkan alat

pengering gabah berbahan baker sekam di Desa Upang. Semua kegiatan tersebut diatas

ditujukan sebagai contoh lapangan bagaimana petani dapat meningkatkan pendapatannya

tanpa membakar, Petani juga diajarkan bagaimana mempergunakan api secara bijaksana

dan menjaga sumberdaya alam didesanya dari kerusakan akibat kebakaran hutan dan

lahan yang tidak terkendali.

Lokakarya pemberdayaan masyarakat di Kab Banyuasin ini diselenggarakan sebagai

bagian dari exit strategi proyek 2006-2007. Maksud dari exit strategi ini adalah pada

saatnya nanti menyerahkan pembinaan selanjutnya kepada stakeholders terkait, juga

sebagai sarana monitoring dan evaluasi secara partisipatif terhadap apa yang telah dan

sedang dilaksanakan, serta menjaring rekomendasi guna langkah-langkah perbaikan

Page 13: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian xiiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

kedepan guna keberlanjutan program setelah berakhirnya proyek SSFFMP pada akhir

tahun 2007 yad.

Pelaksanaan lokakarya terdiri atas tiga tahap, yaitu Tahap I adalah sambutan

pembukaan dan overview garis besar kegiatan disajikan oleh EU Co-Director, CD

Specialist dan Gender Specialist; Tahap II berupa pemaparan hasil pelaksanaan kegiatan

pemberdayaan masyarakat di lapangan oleh staf BPTP selaku para penanggung jawab

lapangan, PPL, Motivator, LSM pendamping dan wakil kelompok tani. Pada setiap sesi

paparan dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi oleh seluruh peserta dalam rangka

memberikan masukan, kritik dan saran guna perbaikan pelaksanaan pada tahun 2007;

Tahap III adalah diskusi kelompok. Agenda tambahan berupa sesi monitoring dan

evaluasi dampak yang dipandu dan difasilitasi oleh Tim monitoring dampak SSFFMP,

sebelum lokakarya ditutup secara resmi. Laporan hasil monitoring dan evaluasi dampak

akan disajikan dalam laporan terpisah.

Empat kelompok kerja yang dibentuk, masing-masing membahas topik sbb:

1. Keberlanjutan kegiatan pemberdayaan masyarakat berwawasan gender

2. Keberlanjutan integrasi gender dan kegiatan perempuan

3. Keberlanjutan kelembagaan kelompok tani

4. Identifikasi peluang dukungan pemerintah daerah dan swasta

Pokok-pokok rekomendasi dari lokakarya pemberdayaan masyarakat SSFFMP di

Kabupaten Banyuasin 2006 ini adalah sebagai berikut:

1. Diperlukan perbaikan dan finalisasi perjanjian diantara kelompok tani tentang

tatacara perguliran dari hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan.

2. Bantuan lebih lanjut dari stakeholders guna peningkatan pemasaran hasil dari

kegiatan peningkatan pendapatan kelompok tani

3. Dukungan dan bantuan lebih lanjut diperlukan guna peningkatan kemampuan kelompok

tani guna kemandiriannya, kemampuan membuat proposal kegiatan kepada baik

instansi pemerintah maupun lembaga-lembaga swasta. Peningkatan kemampuan juga

diperlukan agar kelompok tani mampu mengakses kredit perbankan, bagaimana

memanfaatkan sumber daya alam yang lebih baik dan mendapatkan teknologi budidaya

sebagaimana mestinya.

4. Sebelum berakhirnya masa proyek, diperlukan memorandum kesepahaman (MoU)

antara SSFFMP dengan lembaga/instansi pemerintah terkait. Maksud dari MoU ini

adalah penyerahan secara resmi kegiatan pemberdayaan masyarakat SSFFMP ini guna

keberlanjutannya, alokasi pembiayaan serta pembinaan dan fasilitasi berkala

selanjutnya oleh stakeholder yang berkompeten.

Rekomendasi detail guna ditindak lanjuti terhadap masing-masing topik bahasan

tersebut diatas disajikan dalam rangkuman hasil lokakarya pada prosiding ini.

Page 14: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian iPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

EXECUTIVE SUMMARY

Bowen et al (2000) identified major causes of 1997/1998 big land and forest

fires in South Sumatra, among them: commercial logging activities, leaving behind fire

prone logging wastes; forest conversion for plantations; forest dwellers/small farmers,

fire outbreaks because of carelessness, and fire as a weapon in land conflicts.

Land and forest fires from dwellers and traditional small farmers are strongly

related to their low social economic conditions and culture. Low living standards, few

income opportunities, low access to natural resources and insufficient information and

knowledge about appropriate cultivation techniques contribute to the occurrence of

fires. Small farmer communities try to generate their income for living with the

simplest, easiest and still effective way, and that is by using fire as their only tool for

opening and cultivating land.

Based on the above reason (up to mid 2006) SSFFMP in collaboration with related

stakeholders develops field examples on income generating activities. A participatory

and gender sensitive community development programme is implemented at 4 (four)

villages in Banyuasin District. Main activities were to conduct training on appropriate

cultivation techniques, to facilitate regular meetings to strengthen farmer groups’

institutions for self reliance, to assist in the proposal preparations, and to enhance

networking with government agencies, the private sectors as well as with NGOs.

Samples of community development activities developed in Banyuasin District

since 2004 are among others: optimizing tidal paddy cultivation techniques; introduction

of agri-machinery service provider businesses at Desa Muara Telang and Desa Prajen

Jaya; integrated coconut processing techniques at Desa Talang Lubuk; and introduction

of husk-fueled paddy driers at Desa Upang. All these activities are aimed to provide

field examples on how farmers could generate additional income for their living without

burning. Farmers are also educated to use fire wisely and to prevent the destruction of

natural resources surrounding their villages by uncontrolled land and forest fires.

This Banyuasin District community development workshop conducted is already

part of the SSFFMP project exit strategy 2006-2007. The intention is the handing over

of the programme to stakeholders, and at the same time as a mean of participative

monitoring and evaluation with all related stakeholders involved. Priority sessions

consisted in reviewing all achievements, constraints and challenges. The sharing of ideas

contributed further to gather the most appropriate recommendations. These

recommendations have to be followed up in 2007 and will ensure a high degree of

sustainability.

Page 15: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin

“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian iiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”

Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006

The workshop agenda consisted of three phases: namely phase I opening remarks

and overview of activities; phase II presentation and portrait of field implementation of

the CD activities from BPTP specialists, Government officers, Extension workers, NGOs

and farmer groups’ representatives; and phase III focus group discussions. An

additional agenda point was an impact monitoring session by the SSFFMP impact

monitoring team, before the workshop was officially closed. Results of the impact

monitoring assessment are being reported in a separate document.

There were 4 established focus groups discussing relevant topics, namely:

1. Focus group I: Sustainability of gender sensitive community development

activities

2. Focus group II: Sustainability of gender integration and specific women

activities

3. Focus group III: Sustainability of farmer group institutional strengthening

4. Focus group IV: Identification of potential regional government agencies and

private companies which could support the development.

Major recommendations from this SSFFMP Community Development workshop of

Banyuasin District 2006 were:

1. There is a need for improvement and finalization of the revolving agreement

among farmer group members on how to share benefits

2. A number of stakeholders need further to support and to increase marketing

of the products from income generating activities

3. Further advice and help is required to enhance capacity building of the

farmer groups for self reliance, and assistance should be provided to

strengthen the capability to make proposals to government and private

agencies. Improvement is also required to access bank loans, to better tap

natural resources and to obtain appropriate technology, etc.

4. Participants recommended before the SSFFMP closing date to establish a

MoU between SSFFMP and related government agencies. Major aim to

officially handing over of CD activities for sustainability, future budget

allocation and regular facilitation by remaining stakeholders

Details of recommendations to be followed up by SSFFMP and stakeholders are presented inlater chapters of these proceedings.

Page 16: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

1

I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Sebagai salah satu isu lingkungan penting yang mendapat banyak perhatian dari

berbagai pihak, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menimbulkan dampak negatif

baik secara lokal, regional, maupun global. Kerugian yang ditimbulkan akibat kebakaran

hutan dan lahan sangat besar dengan hilangnya nilai lingkungan penting seperti kayu dan

non kayu, sumber plasma nutfah, penyerapan atau penampungan zat karbon, sumber air

dan pengatur tata air, pengendalian erosi dan konservasi tanah, siklus hara dan perlakuan

secara alami, serta aspek ekowisata termasuk nilai estetikanya (Tim Konsultan SSFFMP,

2004).

Didalam berbagai seminar dan penulisan, banyak para pakar berpendapat bahwa

akar penyebab permasalahan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sebagian

disebabkan oleh/sangat terkait erat dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan

yang marginal a.l rendahnya taraf hidup masyarakat petani, rendahnya tingkat pendidikan

dan akses permodalan dan teknologi guna mempertahankan penghidupan keluarga

maupun dalam upaya peningkatan pendapatannya.

Disebagian besar wilayah Sumatera Selatan pada saat musim kemarau, masyarakat

mencari tambahan pendapatan guna penghidupannya melalui praktek “nglebung” (mencari

ikan dengan membakar rawa/lebak yang mengering), atau menanam padi secara “sonor”

dengan membakar rawa/lebak yang surut akibat kemarau panjang, atau membakar ilalang

guna mendapat rumput muda untuk perburuan, yang kesemuanya berpotensi menyebabkan

kebakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali.

Salah satu upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan adalah dengan

menciptakan kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan atau menjadi sumber

pendapatan baru bagi masyarakat pedesaan sehingga dapat menjadi alternative bagi

masyarakat untuk tidak perlu lagi mencari tambahan pendapatan dengan cara membakar.

Meyakini bahwa peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah salah satu cara

guna pencegahan kebakaran hutan dan lahan, SSFFMP melaksanakan program

pemberdayaan masyarakat dengan membuat contoh lapangan pada 4 (empat) desa terpilih

di Kabupaten Banyuasin, yakni pada desa-desa Muara Telang, Upang, Talang Lubuk dan

Prajen Jaya.

Dalam aplikasinya di lapangan kegiatan tersebut dilaksanakan bekerjasama

dengan Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) dan stakeholders terkait termasuk

LSM dan perguruan tinggi melalui pengembangan beberapa model kegiatan, yaitu

optimalisasi dan perbaikan teknologi budidaya tanaman padi di lahan pasang surut (Ds

Muara Telang), pengembangan unit jasa alsintan pembangunan alat pengering gabah

Page 17: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

2

berbahan bakar sekam dan penggilingan padi (Ds Upang), pengolahan kelapa terpadu (Ds

Talang Lubuk).

Karena disadari kegiatan pemberdayaan masyarakat akan dapat berkelanjutan

hanya apabila melibatkan berbagai stakeholders agar masing-masing pihak akan dapat

memberikan kritik maupun masukan, maupun menentukan peran apa yang dapat mereka

lakukan, sehingga akan sangat berguna bagi kelancaran dan kesuksesan pemberdayaan

masyarakat di sekitar hutan pada masa mendatang. Untuk itulah kegiatan lokakarya

pemberdayaan masyarakat oleh SSFFMP dilakukan.

2. TUJUAN LOKAKARYA

Lokakarya pemberdayaan masyarakat dengan tema “ Keberlanjutan Peningkatan

Pendapatan Masyarakat yang Berwawasan Gender sebagai bagian Pencegahan Kebakaran

Hutan dan Lahan di Kabupaten Banyuasin”, bertujuan untuk:

1. Sosialisasi lanjutan proyek SSFFMP

2. Mengadakan pemantauan dan evaluasi secara parsitipatif terhadap hasil kegiatan

dan pemantapan pembinaan terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat yang

berwawasan gender yang telah dilaksanakan sampai dengan pertengahan 2006, dan

3. Mengidentifikasi peluang dan dukungan guna peningkatan pembinaan oleh

lembaga/instansi dan stakeholders terkait guna keberlanjutan program

pemberdayaan masyarakat setelah berakhirnya proyek SSFFMP.

Page 18: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

3

II. PELAKSANAAN

1. TEMPAT DAN WAKTU

Lokakarya pemberdayaan masyarakat Kabupaten Banyuasin ini telah dilaksanakan

di Asrama Haji Palembang selama 2 (dua) hari, yaitu pada tanggal 23 – 24 Agustus 2006.

2. PESERTA

Lokakarya pemberdayaan masyarakat ini diikuti oleh sekitar 60 peserta yang

terdiri atas komponen-komponen pemerintah, perusahaan, LSM dan masyarakat petani

berikut:

1. Lembaga Pemerintahan, dalam hal ini diwakili oleh unsur dari tingkat propinsi maupun

dari tingkat kabupaten a.l Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Bappeda, Badan PMD,

Dinas Pertanian dan Peternakan, BKP, BPP, Dinas Koperindag, UKM & PM, BPTP, para

KUPTD, Penyuluh Pertanian dll. yang secara keluruhan secara aktif berpartisipasi

sebagai peserta.

2. SSFFMP: Community Development Specialist, Gender Specialist, para Counterparts

3. Asosiasi masyarakat agribisnis Sumatera Selatan

4. Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat dari Multi Stakeholders Forum (MSF)

Kabupaten Banyuasin

5. Konsorsium Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), LSM pendamping, Motivator desa,

anggota Kelompok Kerja IV bidang community development.

6. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dan Dosen Fakultas Pertanian Universitas

Sriwijaya,

7. Camat dari desa-desa prioritas binaan, Kepala Desa beserta para ketua dan anggota

kelompok tani.

8. Kalangan pengusaha yang terkait dengan komoditi yang dikembangkan

9. Pers

Daftar nama dan instansi/lembaga peserta terlampir

3. METODE PELAKSANAAN

Pelaksanaan lokakarya ini terdiri atas tiga tahap, yaitu Tahap I pembukaan dan

overview kegiatan, Tahap II adalah pemaparan hasil pelaksanaan kegiatan pemberdayaan

masyarakat di lapangan. Pada setiap Topik paparan dilanjutkan dengan tanya jawab dan

diskusi oleh seluruh peserta dalam rangka memberikan masukan, kritik dan saran

konstruktif, sekaligus pemantauan evaluasi terhadap proyek yang telah dilaksanakan

sampai dengan pertengahan tahun 2006 dan yang akan dilakukan tahun 2007 mendatang.

Pembukaan dan pengarahan dilakukan oleh Ketua MSF Kab Banyuasin dan SSFFMP EU Co-

Page 19: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

4

Director. Selanjutnya dari rencana 16 penyajian makalah , seluruh makalah/presentasi

dapat dipaparkan, yaitu 3 (tiga) paparan overview, 3 (tiga) paparan tentang peningkatan

pendapatan masyarakat melalui budidaya padi pada lahan pasang surut di Desa Muara

Telang dan Desa Prajen Jaya, 3 (tiga) paparan tentang Peningkatan pendapatan

masyarakat melalui penanganan pasca panen padi di Kab Banyuasin, 4 (empat) paparan

tentang Pengolahan kelapa terpadu di Desa Talang Lubuk, dan 3 (tiga) paparan tentang

Penguatan kelembagaan kelompok tani.

Jadwal acara dan materi yang disampaikan dalam lokakarya program pemberdayaan

masyarakat tersebut dapat dilihat pada lampiran.

Dalam tahap III yang dilaksanakan pada hari kedua dilakukan diskusi kelompok kerja

(Pokja). Para peserta dibagi ke dalam 4 (empat) Pokja, yaitu

1. Kelompok Kerja I : Keberlanjutan kegiatan pengembangan masyarakat

2. Kelompok Kerja II : Keberlanjutan integrasi gender dan kegiatan perempuan

3. Kelompok Kerja III : Keberlanjutan kelembagaan kelompok tani

4. Kelompok Kerja IV : Identifikasi peluang dan dukungan pemerintah daerah dan

swasta

Tujuan umum dilaksanakannya diskusi adalah untuk :

1. memperoleh masukan terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat yang

berwawasan gender yang telah dilaksanakan SSFFMP bersama stakeholders

lainnya dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakt sebagai bagian dari

upaya pencegahan kebakaran hutan.

2. memformulasikan rekomendasi tindak lanjut dan alternatif format pemberdayaan

masyarakat dengan lebih mengaktifkan peran seluruh stakeholders terkait.

Matriks Bahasan dan nama-nama anggota setiap kelompok kerja dapat dilihat pada

lampiran.

Page 20: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

5

III. RANGKUMAN HASIL LOKAKARYA

Page 21: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

6

TAHAP I: SAMBUTAN PEMBUKAAN DAN OVERVIEW

Acara Lokakarya ini diawali dengan pembukaan yang disampaikan oleh Sekretaris Multi

Stakeholder Forum, Kabupaten Banyuasin (MSF). Mursid yang mewakili MSF Banyuasin

menyampaikan, lokakarya diharapkan akan memberikan hasil dan rekomendasi yang

optimal tentang keberlanjutan kegiatan proyek, karena kegiatan proyek yang telah

berjalan saat ini masih sangat membutuhkan pendampingan/pengawalan semua pihak

untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Karl Heinz Steinmann, sebagai EU Co-Director SSFFMP mengungkapkan pada acara

pembukaan, bahwa kegiatan proyek SSFFMP tidak hanya untuk mengatasi masalah

pengendalian kebakaran hutan dan lahan, akan tetapi juga kepada peningkatan kapasitas

dan kompetensi dari kelompok-kelompok dampingan proyek di desa-desa prioritas.

Pemberdayaan masyarakat dimulai dengan kegiatan-kegiatan terpilih yang dapat

meningkatkan pendapatan pada masyarakat desa untuk setiap kabupaten prioritas

sebagai bagian pencegahan dan mengurangi kegiatan membakar. Hal ini, mungkin akan

sulit dilakukan. Akan tetapi dengan kemauan dan keseriusan untuk mengimplementasikan

kegiatan tersebut, diharapkan akan dapat memberikan hasil yang optimal dan lebih bisa

berkelanjutan (sustainability). Pada beberapa Kabupaten telah diberikan komputer dan

laptop untuk memantau kegiatan hotspots. Berbagai kegiatan, juga telah dilakukan

seperti contoh kegiatan tata guna lahan, penataan batas desa, dan semua kegiatan yang

dilakukan didesa adalah merupakan bagian untuk pemberdayaan masyarakat. Dialog akan

lebih baik dilakukan untuk mencari masalah dan alternatif jalan pemecahannya. Hasil dari

lokakarya ini adalah harus ada komitmen semua stakeholders secara bersama untuk

keberlanjutan program pada pasca berakhirnya proyek SSFFMP ini di Sumatera Selatan.

Djoko Setiono, sebagai Community Development Specialist dari SSFFMP memaparkan

overview kegiatan pemberdayaan masyarakat, bahwa faktor kemiskinan merupakan salah

satu akar permasalahan dan penyebab kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan.

Perilaku masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam sebagai sumber pendapatan

dengan cara membakar untuk penyiapan lahan, sonor, mencari ikan pada musim kemarau

sering memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan tidak terkendali. Sebagai salah satu

alternatif solusi dari sistim pencegahan kebakaran hutan dan lahan, SSFFMP

mengembangkan strategi dan pendekatan pencegahan kebakaran berbasis masyarakat

sebagai contoh kegiatan lapangan di desa-desa prioritas proyek. Prinsip-prinsip kegiatan

yang dapat didukung oleh SSFFMP: 1). Kegiatan terpilih berorientasi pada pemberdayaan

masyarakat untuk peningkatan pendapatan yang yang berwawasan gender, 2).

Direncanakan secara partisipatif sesuai dengan kesepakatan masyarakat desa sasaran. 3)

Dilakukan secara bersama dengan stakeholders yang relevan dalam rangka peningkatan

kapasitas kelompok sasaran, 4). Adanya kontribusi dan partisipasi aktif stakeholders

Page 22: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

7

yang terlibat, 5). Berpotensi mempunyai dampak mengurangi ketergantungan terhadap

praktek pembakaran hutan dan lahan, 6). Berdasar rancangbangun/rekayasa dan

penerapan tehnologi budidaya serta penguatan kelembagaan yang dapat dipertanggung

jawabkan, 7).Dikelola oleh kelompok tani dengan pendampingan oleh LSM dan stakeholder

yang terkait guna penguatan/kemandirian kelembagaan kelompok tani/kelembagaan

ekonomi masyarakat dan menjamin perguliran usaha, 8). Dapat menjadi contoh untuk

dikembangkan ditempat lain secara swadaya masyarakat. Semenjak tahun 2004,

beberapa contoh kegiatan lapangan dengan memperkenalkan teknologi yang sesuai

dengan potensi dan kesepakatan kelompok di desa-desa priotas adalah: Peningkatan usaha

tanaman padi di desa Muara Telang dan Pengrajen Jaya, Pengembangan Rice Milling Unit

berbasis bahan bakar sekam di desa Upang dan Peningkatan usaha pemanfaatan produk

kelapa (Virgin Coconut Oil dan Sabut Kelapa) di desa Talang Lubuk.

Yandriani (SSFFMP, gender specialist) pada overview Kegiatan Gender dan Woman

Activities, menjelaskan pentingnya keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam

pencegahan kebakaran hutan dan lahan maupun kegiatan pengelolaan sumber daya alam

secara lestari. Peran pengintegrasikan peran gender pada kegiatan pemberdayaan dan

peningkatan partisipasi perempuan secara aktif merupakan salah satu dari kebijakan dari

kegiatan SSFFMP dengan pengembangan pendekatan berbasis konsep WID (Women In

Development), GAD (Gender Analyze Development) dan Gender Mainstreaming

(Pengarus-utamaan Gender). Kegiatan Women In Development (WID) didesa prioritas

yaitu pengembangan produksi kelapa (Virgin Coconut Oil) di desa Talang lubuk dan

pengembangan kerupuk kemplang dan hortikultura.ada di desa Upang. Berbagai tantangan

kegiatan genders adalah : 1). Komitment dari pengambil keputusan (MSF), stakeholders di

dalam penerapan gender mainstreaming pada kegiatan Community based Fire

Management & Sustainable Natural Resource Management, 3).Kemandirian kelompok

perempuan binaan, 3). Kerjasama yang solid antara motivator desa dengan perangkat dan

pengambil keputusan di desa untuk peningkatan integrasi peran gender di setiap kegiatan

pembangunan di desa, khususnya dalam Pengelolaan Kebakaran dan Pengelolaan sumber

Daya lestari.

Page 23: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

8

TAHAP II: PAPARAN MAKALAH DAN DISKUSI

TOPIK 1 : PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT

MELALUI BUDI DAYA PADI PADA LAHAN PASANG SURUT DI

DESA MUARA TELANG DAN DESA PRAJEN JAYA.

Yanter Hutapea, peneliti dari BPTP Sumatera Selatan menyampaikan introduksi dan

mengembangkan “paket technology” budidaya padi secara intensif dilahan pasang surut

merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi dan mencegah kebakaran hutan dan

lahan. Untuk menjamin paket teknologi dapat diintroduksi oleh masyarakat, petani

kooperater dibantu dengan saprodi (Benih, pupuk, dan pestisida) dan alat-alat mesin

pertanian (Traktor tangan, dan perontok padi) di desa Muara Telang dan Desa Prajen

Jaya.

Dari hasil pengamatan terjadi peningkatan produksi dan pendapatan dari petani sample

dengan penggunaan paket teknologi anjuran di desa percontohan. Di Desa Muara Telang,

dengan perbaikan budidaya padi terjadi peningkatan produksi gabah kering panen dari

2.500 kg/ha menjadi 3.800 kg/ha. Biaya sarana produksinya meningkat dari Rp

2.132.450/ha menjadi Rp 3.024.250/ha. Terjadi penurunan produksi yakni dari 3.800

kg/ha (tahun 2005) menjadi 3.503 ha (tahun 2006) akibat penggunaan input yang tidak

sesuai anjuran. Meskipun produksi menurun, namun terjadi peningkatan pendapatan dari

Rp 774.950/ha menjadi Rp 1.791.825/ha yang lebih diakibatkan oleh peningkatan harga

jual beras sebesar 29,16% dari Rp 2.400/kg tahun 2005 menjadi Rp 3.100/kg, pada

tahun 2006. Di Desa Prajen Jaya, dengan perbaikan teknik budidaya terjadi

peningkatan produksi gabah secara signifikan dari 1.816,6 kg/ha tahun 2005 menjadi

3.750 kg/ha pada tahun 2006. Biaya produksi meningkat dari Rp 2.024.650/ha menjadi

Rp 3.586.625/ha dan pendapatan meningkat dari Rp 246.200/ha menjadi Rp

2.600.875/ha. Peningkatan produksi padi sebesar 106.4 % disebabkan petani telah

menggunakan benih dan pupuk sesuai anjuran. Sedangkan nilai jual harga beras

meningkat 32 % dari Rp 2.500/kg tahun 2005 menjadi Rp 3.300/kg pada tahun 2006.

Herman, Kepala Desa Muara Telang menyampaikan, program SSFFMP didesa Muara

Telang dimulai tahun 2004/2005. Kegiatan yang dilakukan di desa Muara Telang dengan

pengembangan dan perbaikan teknologi budidaya padi termasuk analisa tanah. Pada tahun

telah dilakukan uji coba percontohan pada 2 kelompok tani yaitu Kelompok Karya Tani dan

Tani Karya masing seluas 5 ha, dengan varietas padi yang ditanam Patmawati, Widas dan

Ciherang. Hasil produksi ubinan yang diperoleh rata-rata 3,0 – 3,6 T/ha. GKP.

Keberhasilan dari uji coba tahun pertama ini, dilakukan perguliran kelompok pada musim

tanam 2005/2006 dari 2 kelompok tani percontohan berkembang menjadi 6 kelompok

Page 24: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

9

tani termasuk 4 kelompok tani baru dengan total areal penanaman seluas 120 Ha. Panen

musim tanam 2005/2006 telah dilakukan ” PANEN RAYA” bersama Bapak Bupati

Banyuasin, Proyek SSFFMP, BPTP Sumatera Selatan, Lembaga, badan serta Dinas

Instansi yang terkait dengan hasil ubinan pada kelompok Tani Karya mencapai 3,86 T/ha

GKP. Sedangkan pada kelompok lainnya rata-rata hasil panen setelah melakukan ubinan

pada tiap – tiap kelompok tani berkisar antara 3, 86 – 4,0 T/ha. GKP

Dalam rangka peningkatan kelembagaan program Pemberdayaan Masyarakat yang

berwawasan gender maka di Desa Muara Telang telah terbentuk dan berdiri 2 lembaga

baru antara lain :

1. Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Usaha Bersama yang mana

pengurusnya kaum perempuan, sesuai dengan azas hasil musyawarah dan mufakat

rapat anggota.

2. Terbentuknaya kelompok ” Lumbung Pangan Masyarakat Desa” (LPMD) Usaha

Bersama yang menaungi 6 kelompok tani yang bergabung.

Abbas, Ketua Kelompok Tani Kurnia Abadi, desa Prajen Jaya memaparkan mamfaat

yang diperoleh selama 3 tahun menjadi Ketua kelompok yaitu memperoleh berbagai

pengetahuan dan keterampilan melalui study banding, pelatihan teknis pengembangan

tanaman padi dan non teknis berkaitan dengan pemberdayaan dan penguatan kelompok

melalui kerjasama dengan SSFFMP selama ini. Kelompok tani Kurnia Abadi telah

mengalami peningkatan dalam penguatan kelompok dengan kondisi kelompok saat ini telah

mempunyai antara lain: Pengurus dan keanggotaan yang tetap, Tujuan yang jelas dan

memahami mengapa harus berkelompok, Pembukuan administrasi organisasi dan

administrasi keuangan yang lengkap, Melaksanakan rapat anggota secara rutin,

ditetapkannya tabungan pokok, wajib, dan sukarela, sudah mampu mebuat rencana kerja

sendiri dan telah punya struktur organisasi kelompok. Namun dalam perkembangan

kelompok masih ditemui sedikit kendala seperti tidak semua anggota pahan dan mengerti

tentang kelompok, disamping itu masih ada kesulitan untuk menggugah kesadaran

tentang pentingnya menabung serta menghilangkan rasa curiga kepada pengurus. Untuk

kemajuan dan pengembangan usaha kelompok yang lebih baik kedepan, kelompok

memerlukan adanya upaya – upaya tindak lanjut dari proyek SSFFMP sesuai dengan

rekomendasi dari hasil-hasil pertemuan pendampingan, seperti ; 1). Adanya perbaikan

mesin bajak yang telah direkomendasikan oleh Bapak Gerald, 2). Adanya bantuan modal

untuk usaha kios saprodi.

Pada Topik diskusi, Sumanto dari KCD Pertanian, Kecamatan Makarti Jaya

menyampaikan bahwa Pemerintah dan petani menuju sasaran yang sama yakni

peningkatan produksi dan pendapatan. Banyak kendala dan hambatan untuk merencanakan

2 kali tanam pertahun. Kunci sukses untuk penanaman adalah penanaman dilakukan pada

Page 25: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

10

bulan Oktober dan diharapkan akan panen pada Desember dan Januari. Sedangkan

penanaman kedua dilakukan pada bulan Februari dan panen sekitar April dan Mei, karena

kita memanfaatkan musim penghujan pada awal dan akhir musim. Berkaitan dengan

masalah varietas, di Muara Telang petani biasanya menanam varietas yang panjang, untuk

mengatasi ini maka dianjurkan untuk menggunakan varietas yang berumur pendek. Namun,

kendala yang ditemui adalah kekurangan tenaga kerja dan pengolahan tanah, ada hama

penyakit yang muncul dan fluktuasi air pada musim-musim tertentu. Dilahan pasang surut

banyak varietas yang biasa ditanam, khusus varietas IR 64 dianjurkan tidak usah ditanam

dulu karena ada beberapa penyakit. Maryana dari FP Unsri mempertanyakan pada lokasi

Muara Telang ada beberapa etnis yang berbeda (Bugis, Jawa dan Melayu), apakah bisa di

generalisasi karena kemampuan setiap etnis berbeda. Pada tabel yang ditampilkan ada

peningkatan yang sampai 100% .kira-kira dari aspek apa yang bisa mengakibatkan

peningkatan yang lebih dari 100%, karena aktivitas yang dilakukan tidak jauh berbeda.

Karena ini sangat bagus, sehingga kami mengharapkan dapat menjadi contoh untuk daerah

lain. Pengeluaran pada tahun 2005 dan tahun 2006 tidak imbang pada tahun tersebut,

sehingga perlu dikasih catatan terutama (harga jual naik 100% bukan karena pupuk).

Maryana, FP Unsri mempertanyakan apa harapan dari desa Prayen Jaya kedepan, jika

ada bantuan yang bisa diberikan oleh pihak proyek dan dinas terkait. (Maryana, FP Unsri).

Yanter menanggapi, di desa Muara telang dapat menanam 2 kali, dan didesa Prajen Jaya

berencana akan menanam kembali pada bulan Oktober 2006. Dilokasi ini sudah

menggunakan varietas Ciherang dan IR 42 karena umur varietas ini lebih pendek. Saya

tidak membedakan antar etnis (Bugis dan lokal), tetapi kegiatan langsung kepada peserta

kegiatan yang lebih dari 30 orang. Faktor pertama, penyebab kenaikan pendapatan 10

kali lipat pada tahun 2006, karena petani telah menggunakan sistem pemupukan dan

varietas sesuai dengan anjuran. Sedangkan pada tahun sebelumnya tidak menggunakan

pupuk. Dan faktor kedua yang menyebabkan peningkatan adalah harga jual beras.

Abbas menjelaskan di kelompok tani desa Prajen ada pertemuan rutin untuk membahas

tentang kegiatan kelompok dan kami Kelompok tani hanya meminta ”permodalan” dengan

tidak meminta genset, sarana air bersih. Mulyadi, Camat Sungsang menambahkan Desa

Prajen yang sebelumnya bernama Parit Prajen, adalah hasil dari pemekaran desa

Sungsang dan terjadilah desa Prajen Jaya atau pemekaran dusun menjadi desa. Hal ini

sudah menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi mereka, dan juga menyatakan bahwa

desa Prajen Jaya telah merdeka.

Page 26: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

11

TOPIK 2. PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT

MELALUI PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI KAB.

BANYUASIN.

Budi Raharjo, dari BPTP Sumatera Selatan memaparkan salah satu permasalahan pasca

panen yang dihadapi oleh petani di lahan pasang surut adalah pasca panen padi beriringan

dengan musim hujan. Dengan kondisi tersebut, petani sering dihadapkan dengan

persoalan cara melakukan pengeringan gabah untuk disimpan sebagai stock konsumsi dan

penyediaan benih untuk digunakan pada musim tanam berikutnya. Pada lahan pasang surut

sedikit sekali petani yang bisa menanam 2 kali setahun. Benih yang disimpan selama 6-8

dengan tingkat pengeringan yang kurang optimal, akan dapat mengganggu kualitas benih

seperti: Daya tumbuh benih menurun; Tingkat kerusakan gabah dan benih akibat

serangan hama gudang dan tikus. Pengenalan system pengeringan dengan penggunaan

technology bahan bakar sekam merupakan salah satu alternative untuk perbaikan

kualitas penyimpanan gabah. Uji coba pengenalan alat pengering gabah dengan bahan

bakar sekam ini telah dilakukan dengan petani di Desa Upang dan Upang Ceria di

Kecamatan Makarti Jaya dan desa Mulia dan Telang sari di Kecamatan Muara telang.

Keberhasilan dari penggunaan system pengeringan. Unjuk kerja alat pengering berbahan

bakar sekam menghasilkan; rendemen beras giling rata-rata mencapai 64 %, (lebih tinggi

dari cara penjemuran 60 % atau Dryer BBM, 62 %), beras kepala rata-rata 69.96 %

(lebih tinggi dari cara penjemuran 34,83% atau Dryer BBM, 64,75%), dengan biaya

pengeringan Rp 20, 21 per Kg GKP (lebih murah dibandingkan dengan cara penjemuran,

Rp 40/kg dan Dryer BBM Rp.80/kg). Dampak dari keberhasilan penggunaan alat

pengering gabah berbahan bakar, telah terjadi penyebaran pada 10 orang Pengusaha

RMU pada desa lainnya..

Sumanto, Kepala Cabang Dinas Pertanian Kec. Makarti Jaya menyampaikan beberapa

ciri teknologi baru itu bisa diserap dan berkembang di tingkat petani antara lain a).

menguntungkan secara ekonomi, b). mudah dioperasikan atau diaplikasikan, c). cocok

untuk di wilayah tertentu. Contoh, Uji coba perdana alat pengering padi berbahan bakar

sekam ini dilakukan oleh Bapak Andi Nasir dengan lokasi di Upang, Kecamatan Makarti

Jaya, Kabupaten Banyuasin pada musim tanam 2004/2005, pada saat sekarang telah

banyak direplikasi oleh pengusaha RMU maupun petani baik didesa maupun diluar desa.

Alat pengering gabah berbahan bakar sekam ini memjawab salah satu kendala

pengeringan padi yang sering jatuh pada musim penghujan. Pada umumnya, petani

mempunyai tempat yang terbatas untuk penjemuran atau halaman tidak terlalu luas dan

dijemur dijalan dengan menggunakan cahaya matahari. Secara prinsip ada keuntungan

dan kelemahan dari penggunaan alat pengering padi ini, namun dengan pemanfaaatan

Page 27: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

12

teknologi ini bisa lebih menekan biaya produksi. Masalah utama, tidak semua petani

mampu membuat alat pengering ini karena biaya yang diperlukan cukup besar.

Andi Humrah, dari kelompok tani Jaya bersama, desa Upang menyampaikan

pengalaman Andi Nasir dalam pengoperasian alat pengering gabah berbahan bakar

dimana pada taraf awal pengoperasian alat pengering gabah, berasnya yang dihasilkan

banyak hancur. Setelah dibekali dengan penggunaan alat pengukur kadar air dan

pengukur suhu, pengoperasian alat pengering ini sudah bisa diatur untuk penentuan kadar

air yang diinginkan dan beras yang dihasilkan hasilnya bagus, utuh dengan nasinya tidak

mudah basi. Sekarang sudah banyak mencontoh dan memodifikasi alat ini antara lain:

a. Didesa Upang Ceriah

b. Didesa Upang Bengkel

c. Di tempat Pak Mamat 3 buah

d. Didesa Saleh Agung jalur 8 saleh Purwanto 2 unit

e. Dan masih banyak lagi yang mau membuat

Pada Topik diskusi, Suyanto dari Diskoperindag menyatakan kami telah melihat telah

berdirinya alat pengering padi di Upang, kami pernah melihat juga ada alat pengeringan

padi lain yang lebih efektif dan biaya produksi lebih rendah. Untuk itu perlu binaan dalam

modifikasi alat pengering lebih ditingkat agar mampu bersaing dengan peralatan yang

baru. Nurlaela, Camat Muara Telang menyarankan perlu disosialiasikan dan penyuluhan

tentang kegunaannya kepada masyarakat Muara Telang.

Dalam menanggapi pertanyaan, Budi Rahardjo menyampaikan keefektifan suatu

penggunaan teknologi baru tergantung dari penilaian petani. Kita tidak mem protect

hak paten pada alat yang kita berikan, sehingga kita memberikan kebebasan untuk

memodifikasi alat yang mereka buat untuk kesempurnaan alat tersebut. Pengering ini

tidak dianjurkan dimiliki oleh petani tapi harus dimiliki oleh pengusaha RMU dan UPJA

sehingga lebih efisien. Pengembangan dan modifikasi yang dapat di buat oleh petani dan

pengusaha RMU diharapkan lebih mengarah kepada keefisienan alat. Pada tahun 2007

BPTP mendapat support yang besar dari Program Primatani untuk mengembangkan

teknologi padi dari mulai penyuluhan pertanian, proses budidaya, pasca panen dan

pemasaran produk pertanian. Lokasi dari kegiatan ini tidak menyatakan sebuah desa akan

tetapi menyatakan sebuah kawasan. Sedangkan Sumanto menambahkan perlu

penggunaan alat pengering ditempat-tempat tertentu yang bisa multi guna seperti untuk

padi, jagung dan kopra.

Page 28: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

13

TOPIK 3.PENGOLAHAN KELAPA TERPADU DI DESA TALANG

LUBUK.

Kodir dari BPTP Sumatera Selatan memaparkan Didahului dengan penyampaian latar

belakang yang menekankan kepada pengurangan kebakaran hutan dan lahan, dan

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengolahan kelapa

terpadu. Dari data statistik tentang kelapa rakyat di Sumatera Selatan, Kabupaten

Banyuasin yang paling banyak mempunyai lahan kelapa rakyat dibandingkan dengan

Kabupaten lainnya. Potensi kelapa rakyat yang cukup besar terdapat di Muara Telang dan

Muara Padang.

Kelapa dalam satu butir dapat dijadikan berbagai produk sampingan yang dimulai dari

sabut dan tempurung. Pemanfaatan hasil lain dari kelapa selain buah utuh tentunya

sangat menguntungkan masyarakat dan merupakan potensi yang sangat besar, yang

sebelumnya dijual perbuah

Kegiatan pembinaan telah dilakukan yang diawali dengan survey dan berbagai pelatihan –

pelatihan tehnis pengolahan kelapa terpadu. Pada tahun 2004, kendala pengolahan sabut

adalah belum adanya mesin press. Rekomendasi untuk mengatasi kendala tersebut adalah

diadakan pelatihan untuk pengolahan sabut kelapa dengan teknis pembuatan secara

manual dalam bentuk sapu, keset dan sikat. Kegiatan yang telah dilakukan di Talang Lubuk

adalah pemberian bantuan berbagai sarana dan prasarana penunjang produksi sabut

rakyat berupa mesin Pengurai Sabut, Pengayak Sabut, Press Sabut dan Pengarang

Tempurung dengan kapasitas produksi 1.500 kg/hari.

Pengelolaan sabut dan kelapa di Talang Lubuk belum berjalan optimal walaupun sarana dan

prasana sudah mencukupi. Semua kelemahan yang dirasakan telah di usahakan untuk

diatasi akan tetapi tetap masih belum berjalan. Sudah ada tawaran dari pihak swasta

untuk menampung hasil sabut dan tempurung.

Nasir Saari dari Dinas Perkebunan Sumatra Selatan memaparkan luasan daerah lahan

kebun kelapa 57.854,05 Ha dan areal terluas Kabupaten Banyuasin seluas 33.994 Ha .

Permasalahan utama pada kelapa rakyat adalah petani kelapa umumnya menjual kelapa

dalam bentuk butiran, beberapa petani telah mengolah kelapa menjadi kopra untuk dibuat

minyak goreng dan harga butiran kelapa sangat berfluktuasi akibatnya pendapatan petani

rendah. Disamping itu, biaya operasional untuk mengolah kelapa sangat tinggi. Diharapkan

petani tidak memanfaatkan buah kelapa saja tetapi kelapa secara utuh dimulai dari sabut,

daging, dan tempurung serta air sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Page 29: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

14

Suyanto dari Dinas Koperindag UKM&PM, Kab Banyuasin menjelaskan ada syarat –

syarat yang harus dipenuhi untuk dapat memasuki pangsa pasar. Sehingga perlu diadakan

pembinaan oleh dinas-dinas terkait, meskipun peluang pasar untuk produksi kelapa

tersedia cukup. Data yang telah didapat dilapangan dapat disampaikan ke dinas untuk

pembinaan selanjutnya dan saling berbagi informasi dengan semua unsur terkait.

Sumarni, Motivator Desa dari Desa Talang Lubuk menyampaikan makalah dari Sofyan

Sohibul, Manager Rumah Dagang Desa Talang Lubuk, berbagai kegiatan dari setiap

Kelompok Kerja MSF Banyuasin telah dilaksanakan di desa Talang Labuk. Pengolahan

kelapa terpadu merupakan salah satu kegiatan dari SSFFMP untuk meningkatkan

ekonomi rumah tangga yang berwawasan gender dalam rangka pencegahan kebakaran

hutan dan lahan. Rumah Dagang yang dibentuk di Talang Lubuk bertujuan untuk

menampung dan memasarkan produk dari pengolahan buah kelapa yang dihasilkan oleh

kelompok seperti Virgin Coconut Oil, Sabut Kelapa dan Arang tempurung kelapa. Kegiatan

yang telah dilakukan oleh pengurus Rumah Dagang dan anggota kelompok antara lain: ¡).

Mengikuti berbagai pelatihan dan studi banding, 2). Mengikuti pameran-pameran, 2).

Mencari peluang pasar, 3). Pertemuan dengan mitra usaha dan 4). Membuat proposal

mengajukan pinjaman dana kepada dinas terkait. Namun, unit usaha Rumah Dagang belum

berfungsi dengan baik, berbagai permasalahan yang dihadapi pada setiap pengembangan

unit usaha oleh Rumah Dagang sebagai berikut:

1. Produksi dan pemasaran Virgin Coconut Oil (VCO)

Kwalitas rendah (mudah tengik), Peralatan alat penampung dan alat penyaringan kurang

memadai, Kurang tersedianya air bersih, Belum adanya pemasaran produk, Belum adanya

pelatihan higienis terhadap pengurus rumah dagang dan anggota kelompok, Tempat

pembuatan VCO oleh anggota kelompok belum memadai, Alat pembuatan VCO belum

standart dan modal kurang sehingga VCO belum berproduksi

2. Pengolahan Sabut Kelapa:

Meskipun mesin pengolahan sabut kelapa sudah tersedia, tetapi belum beroperasi dengan

baik yang disebabkan oleh: 1). Alat pengurai sabut tidak memadai, tapi mungkin bisa

diperbaiki, 2). Alat press sabut kurang memadai, 3). Pengolahan kelapa belum secara

terpadu, 4). Jaringan pemasaran belum ada

3. Pengolahan arang tempurung kelapa:

Walaupun telah dilaksanakan pelatihan, tetapi pembuatan arang tempurung belum

dikuasai secara maksimal. Alat press briket belum ada dan juga belum ada keterpaduan

dalam pengolahan kelapa

Page 30: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

15

Pada Topik diskusi, Syarifudin dari PT. Anugerah Carbonic menyatakan perusahaan

Anugrah bersedia membantu mengatasi pemasaran arang tempurung, karena PT.Anugrah

salah satu perusahaan di Sumatera Selatan yang bisa menampung produksi arang

tempurung minimal 400 ton /bulan. Persyaratan arang tempurung yang dibeli perusahaan

dengan standart kadar air 10 %`dan abu maksimal 3%. Dan sampai saat ini belum ada

yang sanggup memenuhi kebutuhan arang tempurung tersebut. Syarifudin mengharapkan

semua instansi terkait dapat bekerjasama dan mensosialisasi kepada masyarakat tentang

informasi tentang prospek pasar arang tempurung dan sabut kelapa.

Sedangkan Aliun dari distributor VCO menjelaskan pada 2 bulan yang lalu telah

dilaksanakan test market sebanyak 2000 botol. Dalam memproduksi VCO, ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan secara khusus, diantaranya VCO dapat memabukkan si

peminum dan kualitas VCO yang dikelola oleh Rumah Dagang, desa Talang Lubuk masih

mempunyai masalah. Pada saat ini, telah tersedia dipasaran VCO dengan beraneka rasa

(mint, stabery dan lain sebagainya). Hal ini, tentu sangat berpengaruh pada petani yang

mengelola VCO. Tanpa ada perhatian yang khusus dari pihak instasi yang berwenang maka

pengolahan produk ini tidak optimal dan tidak memenuhi standart mutu yang diminta

pasar. Sehingga kita pesimis dengan tingkat higienis (tidak bertahan lama dan mudah

tengik) kita minta dukungan dari Disperindag, bagaimana caranya supaya higienis VCO

dapat menjadi perhatian khusus oleh masyarakat seperti tempat produksi, dan lain

sebagainya karena VCO merupakan bahan konsumsi

Eris Achyar dari SSFFMP mengomentari cukup menarik sekali tentang problema

pengolahan kelapa terpadu. Terdapat kesenjangan informasi pasar antara Dinas/lembaga

petani dan pihak swasta. Kedepan, perlu dijalin dan ditingkatkan pola hubungan yang

harmonis antara ketiga komponen terutama hubungan kemitraan antara kelompok tani

yang memproduksi hasil pengolahan kelapa dengan perusahaan yang saling menguntungkan.

Page 31: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

16

TOPIK 4. PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

Nurnajati dari Yayasan Kemasda menjelaskan dalam pendampingan manajemen

organisasi kelompok, ada 5 (lima) Aspek atau Bidang Hasil Pokok yang dikembangkan agar

mereka mampu mengelola Kelompoknya, berkelanjutan, secara dinamis, menuju

kemandirian dan berkeadilan gender yaitu aspek kelembagaan/organisasi, administrasi,

permodalan, pendidikan, usaha produktif dan akseptasi.

Beberapa kasus dan hambatan dalam pendampingan kelompok seperti kasus di Desa

Riding adalah: Pendidikan anggota yang tidak tamat SD dan sangat sulit dalam

pelaksanaan administrasi keuangan di kelompok (Kelompok Tani Wanita Tunas Harapan ).

Motivator yang mendominasi kegiatan kelompok, akan menumbuhkan kecemburuan sosial,

kecurigaan, dan ketidak percayaan terhadap kelompok. (Kelompok Tani Wanita Tunas

Harapan ). Terbatasnya waktu yang ada dalam pendampingan. Masih rendahnya kepasitas

pengurus, motivator dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan kelompok.

Dian Maulian dari LSM OWA menjelaskan Pendampingan kelompok dilakukan dengan

prinsip Partisipatif, prinsip pemberdayaan masyarakat dengan selalu memperhatikan

kaedah konservasi lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam secara

berkelanjutan, menumbuhkan rasa memiliki kelompok terhadap usaha – usaha yang

mereka kembangkan dalam jangka panjang (sustainability) dan diupayakan agar

tercapainya kesetaraan berperan antara laki – laki dan perempuan dengan memberikan

peluang dan kesempatan yang sama dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi kegiatan sesuai dengan kemampuan masing–masing tanpa adanya rasa

keterpaksaan dan tekanan dari kedua belah pihak. Dian juga menyampaikan materi pokok

pendampingan mencakup 6 aspek yaitu Aspek Kelembagaan/organisasi, Administrasi

Organisasi dan Administrasi Keuangan, Permodalan, Usaha Produktif Kelompok,

pengakaran dan Gender. Sedangkan materi Pendukung meliputi Sistem pengguliran

usaha, pembahasan Surat Perjanjian Kerjasama, Jaringan Kerja, peran dan fungsi

stakeholder, dan lain-lain yang di perlukan. Pendampingan kelompok di desa Prajen Jaya

dan Desa Talang Lubuk pada tahap I baru dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan April

berakhir Juli 2006. Ditingkat lapangan kami mengalami kesulitan dalam mengatasi

berbagai permasalahan yang ada pada kelompok. Hasil yang dicapai di desa Prajen Jaya

antara lain; Dalam penguatan organisasi dapat lihat melalui mereka melakukan penguatan

kelembagaan ; yaitu mempunyai tujuan, keanggotaan dan pengurus, tertib administrasi

organisasi dan administrasi keuangan, melakukan rapat bulanan setiap bulan, menabung

setiap bulan, membuat aturan/mekanisme kerja dan menyusun rencana kerja. Sedangkan

untuk pengembangan usaha, dapat dilihat dari hasil panen mereka yang cukup baik,

adanya keinginan kelompok untuk menanam padi 2 kali setahun, membangun gudang untuk

penampungan hasil panen dan pemeliharaan alat-alat produksi pertanian mereka dengan

Page 32: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

17

baik. Sedang partisipasi dan jumlah peserta perempuan dalam setiap pertemuan rutin

pendampingan masih sangat rendah. Hal ini disebabkan semua anggota yang terlibat

dalam kegiatan kelompok adalah laki-laki dan pertemuan lebih banyak dilakukan malam

hari. Dikelompok Kurnia Abadi yang menjadi salah satu pengurus perempuan sebagai

bendahara. Sedangkan pencapaian pendampingan di desa Talang Lubuk antara lain: Dari

aspek motivasi dan kerjasama kelompok masih rendah. Kelompok baru mengetahui dan

paham mengapa mereka harus berkelompok. Sedangkan untuk perkembangan usaha-usaha

produktif mereka belum berkembang di karenakan adanya permasalahan yang belum bisa

mereka pecahkan sendiri. Hanya usaha pembuatan VCO dan rumah dagang yang sedikit

berkembang. Untuk partisipasi dan jumlah perempuan yang terlibat dalam pertemuan

kelompok baik. Hal ini disebabkan 3 kelompok yang memproduksi VCO, sabut dan

tempurung adalah hampir semuanya perempuan hanya bagian operator alat produksi laki-

laki. Sedangkan di kelompok rumah dagang peran laki-laki dan perempuan cukup baik,

karena perempuan sudah ikut mulai terlibat dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring

kegiatan. Kelompok perempuan di Talang Lubuk mereka masih takut untuk mengeluarkan

pendapat dalam pertemuan kelompok.

Thamrin Arisondi, motivator desa Upang menyatakan konsep yang diterapkan oleh

SSFFMP bagi desa prioritas, adalah konsep kerakyatan, karena mulai dari perencanaan

digali dari dan mendapat sambutan masyarakat, walaupun tidak begitu banyak usulan atau

keinginan masyarakat yang dapat dikabulkan oleh SSFFMP. Bantuan peralatan yang

diberikan yang diiringi pelatihan pengoperasian dan pelatihan-pelatihan lainnya seperti

.pelatihan berkaitan dengan usaha pertanian, penyadartahuan masyarakat, baik itu

masalah karhutlah, managemen kelompok, pembukuan keuangan, maupun kesadaran gender

sangat membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan maupun perubahan sikap

masyarakat ataupun kelompok menuju arah yang lebih baik. Tamrin menambahkan dari

segi keberhasilan, desa kami termasuk berhasil. Minimal alat yang dibantu masih ada,

meskipun dari segi kemajuan masih pasif dan belum berkembang pesat. Dalam

pengamatan kami, bantuan alat pengering gabah pada UPJA Jaya Bersama masih

minimnya ilmu anggota kelompok tentang perawatan alat. Cadangan dana untuk perbaikan

pun juga masih belum tersedia oleh kelompok. Masih sulit dipisahkan antara pendapatan

kelompok dan pendapatan pribadi pengurus kelompok. Tentu butuh waktu lama untuk

meluruskan masalah ini. Meskipun di Upang kurang berhasil, tetapi daerah penyebaran

yang mencontoh alat tersebut, malah lebih berhasil, karena menggunakan modal sendiri.

Pada Topik diskusi, Sahrul dari Bapeda Sumsel mengomentari, sebelum menjadi PNS

saya adalah seorang pendamping kelompok. Satu hal yang sering kita lupakan adalah

budaya, saya terpaksa harus bisa bahasa bugis, karena tidak ada satu orang pun yang

bisa bahasa Indonesia. Keberhasilan tidak bisa dihitung dalam hitungan bulan tapi

hitungan tahun.

Page 33: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

18

Sumanto dari Makarti Jaya menyampaikan kelompok akan dinamis bila semua kegiatan

sinkron dan memberikan kontribusi yang menguntungkan, hal ini akan menjadikan

kelompok lebih bisa berkelanjutan. Kepengurusan didalam kelompok bila masih baru akan

berjalan dengan baik (pengurus melaksanakan tugas dengan senang hati), tetapi bila

telah dalam waktu yang lama mereka akan menjadi jenuh. Untuk itu, harus ada

kesepakatan tentang insentif dari hasil yang diterima oleh kelompok untuk pengurus.

Sumarni dari desa Talang Lubuk menyatakan kami harap jangan pesimis untuk

melakukan pendampingan, karena mereka mempunyai keinginan yang kuat untuk

berkelompok dan di Di Talang Lubuk kelompok sangat antusias meskipun mereka ber -

SDM rendah.

Herman, Kades Muara Telang menyampaikan suatu pendampingan harus memperhatikan

sosial budaya dimasyarakat. Bagaimana bisa melakukan pendampingan bila etika yang

mereka perlihatkan di masyarakat tidak bisa diterima. Pelatihan Management organisasi

dan Dinamika Kelompok seharusnya di berikan terlebih dahulu, sebelum bantuan teknis

dan alat pertanian diberikan, karena pelatihan tersebut dapat memberikan semangat

dan antusias kelompok sehingga memberikan rasa bangga atas keberhasilan yang mereka

capai. Barang yang diberikan ke Muara Telang tidak sesuai dengan aspirasi dari bawah

(masyarakat) sebagai contoh Power Tresher, karena alat tersebut di datangkan dari luar

negeri. Hand tractor tidak mau pindah ke kelompok lain selain Tani Karya, karena tidak

ada yang bisa mengoperasikan tractor tangan yang tanpa kopling tersebut.

Nurnajati dari Kemasda menanggapi: Kita mendampingi kelompok bukan hanya dari segi

ekonomi, dan dari segi sosial bagaimana menyambung silaturrahmi. Kita akan belajar dari

budaya dengan mengikuti budaya yang berlaku di tempat kita berada. Budaya yang tidak

baik ditekan sehingga bisa berkurang. Bagaimana kita menanamkan kepada mereka dari

budaya yang negatif menuju kearah yang lebih baik, karakter manusia bisa berubah dalam

kurun waktu yang lama. Perempuan diikutkan dalam akses dan kontrol di desa mereka.

Keberhasilan dalam kelompok harus adanya sinkronisasi tentang perjuangan dalam

pendampingan, dan harus siap menerima tantangan apa yang ada. Sosialisasi keberadaaan

kita di kelompok yang akan didampingi. Proses penyadaran tentang apa itu kelompok

diharapkan dapat menjadi kelompok sejati yang kita harapkan bersama. Ikatan dalam

berkelompok dapat menjadikan lebih solid dengan tabungan dan pertemuan rutin.

Kepengurusan harus diberikan insentif seharusnya di atur dalam AD/ART, dan yang

mengelola dihitung dengan sistem upah kerja yang berlaku.

Dian Maulina menanggapi di Talang Lubuk saya tidak pesimis, tapi fokus pendampingan

akan lebih diarahkan ke persoalan kelompok terlebih dahulu, dengan mengabaikan

Page 34: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

19

sementara kegiatan usaha produksi. Kesadaran masyarakat akan timbul bila telah

dilakukan pendampingan dalam waktu yang lama.

Page 35: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

20

TAHAP III: DISKUSI KELOMPOK

Page 36: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

21

ISU-ISU PENTING DAN MASALAH KEBERLANJUTAN YANG

TERIDENTIFIKASI PADA PAPARAN DAN DISKUSI PADA HARI PERTAMA

Administrasi penyerahan proyek dengan instansi terkait

Banyak pengalaman pada berbagai proyek pemberdayaan masyarakat, tidak ada

pembinaan berkelanjutan setelah suatu proyek berakhir. Tidak jelasnya instansi sebagai

leading sektor untuk melanjutkan proyek dan pemahaman yang mengkedepankan kelompok

yang telah dibina selama kegiatan proyek telah mendapat banyak fasilitas bantuan modal

maupun kapasitas penguatan profesionalisme anggota maupun kelompok, antara lain

merupakan pembenaran untuk tidak perlu lagi dilakukan pembinaan lanjutan. Banyak kasus

yang terjadi, kegiatan kelompok berakhir dengan selesainya kegiatan proyek.

Secara administrasi keproyekan, segala kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan

kelompok di desa-desa prioritas sebagian besar pembiayaan antara lain bantuan berupa

peralatan-modal dan sistem perguliran maupun peningkatan kapasitas kelompok-kelompok

sasaran ditangani proyek SSFFMP. Dalam rangka keberlanjutan misi penguatan dan

kemandirian kelompok, perlu dilakukan penyerahan ”asset, dan sistem penguatan

kelompok dari SSFFMP (Uni Eropa) kepada Pemerintah Daerah melalui dinas/instansi

yang relevan untuk pembinaan lanjutan pasca proyek. Bentuk penyerahan tersebut dapat

dilakukan dengan membuat kesepakapatan (MoU) antara SSFFMP dengan dinas /instansi

/lembaga terkait tentang penyerahan untuk keberlanjutan pembinaan pasca proyek.

Kesepakatan ini merupakan dasar bagi Dinas/Instansi untuk melakukan pembinaan

lanjutan terutama mengusulkan rencana anggaran yang dibutuhkan.

Sistem Manajemen Perguliran, salah satu isu yang muncul dari pengalaman kegiatan

lapangan adalah sistem bantuan dana/asset bergulir. Bantuan yang diberikan kepada

kelompok ada yang berupa bantuan mesin pengolahan hasil pertanian untuk dipergulirkan

sesama anggota dalam kelompok maupun digulirkan kepada kelompok lainnya. Namun,

bantuan dana/asset bergulir ini sistemnya masih belum berfungsi pada beberapa

kelompok.

Pemasaran, kesulitan memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh anggota kelompok

merupakan salah satu hambatan dalam peningkatan produksi secara berlanjutan seperti

produk-produk pengolahan kelapa (virgin coconut oil, sabut kelapa, arang tempurung

kelapa). Berbagai isu-isu yang muncul selama lokakarya antara lain: Nilai jual/harga

produk yang tidak kompetitif, jumlah produksi yang tidak kontiniu, kualitas mutu yang

tidak sesuai dengan standar permintaan pasar maupun kapasitas dan , mesin-mesin

pengolahan yang kurang berfungsi, kurangnya tenaga pemasaran belum adanya kemitraan

Page 37: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

22

dengan pihak perusahaan merupakan tantangan yang dihadapi dalam keberlanjutan

pengembangan unit-unit usaha dalam kelompok.

Peningkatan Kapasitas, peningkatan anggota kelompok yang sesuai dengan kebutuhan

untuk pencapaian visi setiap kelompok baik secara teknis maupun non teknis (penguatan

organisasi dan dinamika kelompok) masih diperdebatkan dalam diskusi selama lolakarya.

Masih kurangnya pembinaan teknis, pendampingan yang terbatas, dan masih perlunya

peningkatan kapasitas motivator desa dan pentransferan ilmu secara intensif oleh

motivator kepada masyarakat merupakan isu-isu yang muncul dalam penguatan kelompok.

Permodalan atau Keuangan, Meskipun telah diperkenalkan kepada kelompok sistem

tabungan ataupun sistem simpan pinjam. Kekurangan modal merupakan salah satu topik

yang dominan diangkat oleh beberapa wakil –wakil dari kelompok tani. Keterbatasan

biaya terutama untuk penyediaan sarana produksi (pengembangan alsintan herbiside,

pestisida dan pupuk), pengembangan sistem simpan pinjam merupakan alasan utama petani

tidak sepenuhnya menerapkan ”rekomendasi paket teknologi” yang diperkenalkan.

Mecermati berbagai isu, tantangan dan permasalahan keberlanjutan ”misi program”

pemberdayaan masyarakat berwawasan gender sebagai bagian pencegahan kebakaran

hutan dan lahan, peserta telah membahas dan merumuskan pada diskusi kelompok

kerja dan pleno kedalam bentuk 4 rekomendasi yang berkaitan dengan keberlanjutan

kegiatan:

1. Rekomendasi keberlanjutan kegiatan pemberdayaan masyarakat

2. Rekomendasi keberlanjutan integrasi gender dan kegiatan perempuan

3. Rekomendasi keberlanjutan penguatan kelembagaan kelompok

4. Mengidentifikasi peluang, dukungan pemerintah dan swasta

Rekomendasi berbagai kegiatan dan dukungan yang diharapkan dari lembaga-

lembaga/instansi pemerintah dan non pemerintah termasuk kelompok masyarakat sebagai

berikut:

Page 38: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

23

DISKUSI KELOMPOK I

REKOMENDASI UNTUK KEBERLANJUTAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT BERWAWASAN GENDER.

No

Kondisi yang ingin

dicapai

Permasalahan Rekomendasi Lembaga

pengambil

inisiatif

A Meningkatnya produksi usaha padi

1 Panen padi 2 kali

dalam setahun

Belum semua areal

persawahan punya

irigasi

Perbaikan dan

pembuatan Tata Air

Mikro

Dinas pertanian

BPTP

2 Tersedianya saprodi

bagi kelompok tani

tepat waktu

Belum adanya modal

kelompok

Mengusulkan bantuan

modal penyediaan kios

saprodi dikelompok

Kelompok tani

dan Dinas

Pertanian

3 Tersebarluasnya alat

pengering gabah

bahan bakar sekam

Kurangnya modal

untuk pembuatan alat

pengering gabah

bahan bakar sekam

Usulan bantuan

kredit ke Pemda

(BKP, dll)

Perlu kajian berapa

jumlah alat

pengering Gabah

yang layak

dikembangkan pada

satu kecamatan

Pengusaha RMU

Dinas Pertanian,

BPTP Sumsel

4 Meningkatkan hasil

produksi padi yang

lebih maksimal

PH tanah rendah Perlu percontohan dan

pembinaan dari

instansi terkait

Kelompok tani

Dinas Pertanian,

BPTP Sumsel

5 Pemanfaatan hasil

limbah pertanian

secara optimal

Teknologi hasil

limbah pertanian

belum memasyarakat

Peningkatatan SDM

pertanian terhadap

pemanfaatan limbah

pertanian

Pelatihan/demo

pembuatan kompos

Study banding bagi

petugas kelompok

tani dan stake

holder ketempat

pertanian organik

(Jabar)

Dinas Pertanian,

BPTP Sumsel

Page 39: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

24

6 Kualitas beras yang

baik

Penanganan pasca

panen kurang baik

Bantuan alat

Perlu pembinaan

kelompok secara

intensif

BKP Banyuasin

Dinas pertanian

dan BPTP

7 Berkembangnya

penyiapan lahan

tanpa bakar

Kelompok belum tahu

penyiapan lahan tanpa

bakar

Perlu diidentifikasi

teknologi dan

model penyiapan

lahan tanpa bakar

yang

menguntungkan

Pelatihan

penyiapan lahan

tanpa bakar

SSFFMP

BPTP

Kelompok tani

B Berkembangnya usaha diversifikasi produk dari tanaman kelapa

1 Terpenuhinya secara

kuantitas dan

kualitas produksi

VCO sesuai standar

pasar (Virgin Coconut

Oil)

Kualitas VCO

belum dapat

bertahan lama

Produksi VCO

belum berjalan

secara kontiniu.

Belum

tersedianya alat

penyaring VCO

yang memadai

Pembinaan

peningkatan mutu

VCO

Pengadaan alat

penyaring VCO yang

memadai

SSFFMP,

Diskoperindag,

Disbun, BPTP,

2 Pemasaran Produk

VCO berkembang

dan berjalan lancar

Sulit memasarkan

produk VCO

dengan harga

yang

menguntungkan

Belum adanya

tenaga terlatih

dalam pemasaran

VCO

Melakukan

identifikasi

permasalahan

pemasaran

Menjalin mitra

pemasaran dengan

pihak swasta

SSFFMP,

Diskoperindag,

Disbun, BPTP

3 Kelompok mampu

menghasilkan dan

menjual arang

tempurung kelapa

sesuai permintaan

Kelompok belum bisa

membuat arang

sesuai dengan

permintaan pasar

Pembinaan,

Bimbingan Teknis

dan pelatihan yang

berkelanjutan

Mencari dan

Kelompok,

SSFFMP, BPTP,

Diskoperindag

Page 40: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

25

pasar menghubungi

pengusaha yang

mau bermitra

4 Pengolahan sabut

berjalan kontinue

Pengolahan dan

produksi sabut

kelapa belum

beroperasi

dengan baik

Harga sabut yang

ditawarkan belum

layak menurut

kelompok

Pembinaan,

Bimbingan Teknis

dan pelatihan yang

berkelanjutan

Mencari dan

menghubungi

pengusaha yang

mau bermitra

Kelompok,

SSFFMP, BPTP,

Diskoperindag

6 Pembuatan nata

decoco dari air

kelapa

Peralatan dan

bahan berupa

bakteri belum ada

Kelompok belum

mengetahui cara

membuat nata de

coco

Melakukan

identifikasi

kelayakan usaha

Nata de Coco

Pelatihan dan

pengadaan bakteri

SSFFMP, Disbun,

BPTP,

Masyarakat

7 Pemasaran yang lebih

luas dari pengolahan

kelapa terpadu (VCO,

sabut, tempurung)

Rumah dagang

kurang informasi

dalam jaringan

pemasaran produk

Rumah Dagang

belum mempunyai

legalitas usaha

Belum ada tenaga

pemasaran yang

tetap

Menghubungi

Dinas Perindag

untuk

mendapatkan

legalitas

Membangun mitra

kerja dengan pihak

luar

Mengundang pihak

luar untuk melihat

produk

Promosi mengikuti

pameran

Rumah dagang

Diskoperindag

Pihak swasta

Page 41: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

26

DISKUSI KELOMPOK II.

REKOMENDASI KEBERLANJUTAN INTEGRASI GENDER DAN KEGIATAN

PEREMPUAN

No Kondisi yang ingin

dicapai

Permasalahan Rekomendasi Lembaga

pengambil

inisiatif

1 Pemahaman gender

oleh eksekutif dan

legislatif tingkat

kabupaten

Belum semua

Eksekutif dan

Legistatif mempunyai

pemahaman yang sama

terhadap wanita

Sosialisasi pemahaman

gender bagi semua

lapisan dan perencana

kegiatan

Bagian

Pemberdayaan

Perempuan

Banyuasin

2 Kesetaraan

kesempatan

pengambilan

keputusan secara

kualitatif dan

kuantitatif

Keputusan didominasi

oleh laki-laki

Sosialisasi pemahaman

gender bagi semua

lapisan

3 Meningkatkan

kualitas hidup kaum

perempuan

Masih banyak anak-

anak putus sekolah

(perempuan)

Peningkatan SDM

Pelatihan paket A

Diknas

Bagian

Pemberdayaan

Perempuan

Propinsi dan

Kab. Banyuasin

4 KKG (Kesetaraan

dan Keadilan

Gender)

Kesadaran gender

masyarakat masih

rendah

Peningkatan

kesadaran gender

untuk masyarakat

Pelatihan gender

untuk pengambil

keputusan tingkat

desa

Bagian PP

SSFFMP

PKK

5 Peningkaan

pendapatan melalui

usaha alternatif

(kerupuk)

Mutu produksi

kerupuk belum optimal

Pelatihan

peningkatan mutu

produksi kerupuk

Pengembangan

kelompok kerupuk

di desa Upang

PKK

Bagian PP

SSFFMP

6 Peningkatan SDM Peralatan produksi Pembinaan Bagian PP

Page 42: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

27

anggota kelompok VCO dan Sabut

kelapa kurang

memadai

Kurangnya

pembinaan

kelompok

kelompok wanita

desa Talang Lubuk

Pelatihan usaha

ekonomi lokal (Kec.

Makarti Jaya dan

Muara Telang

Kab. BA

PKK Kab. BA

SSFFMP

7 Terjadi hubungan

yang harmonis dan

kebersamaan dalam

keluarga

Dominasi suami (aspek

kehidupan rumah

tangga)

Penyadaran peran

gender

Pelatihan ERT

Hutbun

Kades

Camat

LSM

8 Kelompok yang

mandiri dan

berkelanjutan

Kemandirian kelompok

belum maksimal

Pembinaan dan

penguatan

kelompok

Pembinaan UKM

Pemasaran

Perkreditan

Kelembagaan

koperasi

Dinas

Koperindag

dan UKM

Page 43: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

28

DISKUSI KELOMPOK III

REKOMENDASI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

No Kondisi yang ingin

dicapai

Permasalahan Rekomendasi Lembaga

pengambil

inisiatif

1 Kemandirian

Management

kelompok

Kurangnya

kesadaran

kelompok dalam

mematuhi aturan

Pengetahuan

kelompok masih

rendah

Pelatihan

management dan

kepemimpinan

kelompok yang

berwawasan

gender

Pelatihan

management

organisasi

Pelatihan

kepemimpinan

Pendampingan

penguatan

kelembagaan

Konsorsium

SNRMC-

Sumatera

Selatan

2 Adanya lembaga

keuangan mikro di

tingkat kelompok

tani

Terbatasnya

keuangan kelompok

Rendahnya kualitas

SDM dalam

pengelolaan

keuangan

Kurangnya

informasi tentang

sumber

permodalan

Penggalangan

modal kelompok

Mencari mitra

permodalan

Pelatihan

management

keuangan

Lobby ke

pemerintah,

swasta, BUMN

Pendampingan dan

pelatihan

pembuatan

proposal usaha,

Konsorsium

SNRMC

Dep. Koperasi

Kelompok

Dinas

Instansi

terkait

3 Kelompok tani

memiliki menejemen

mutu dan pemasaran

yang representatif

Kurangnya

pemahaman

tentang standar

mutu

Peningkatan

kemampuan

menejemen mutu

dan pemasaran

Pengurus

kelomok dan

konsorsium

Dinas/instans

Page 44: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

29

Sarana pengolahan

hasil pertanian

belum lengkap

SDM pengolahan

hasil masih rendah

Belum memiliki

gudang/lumbung

Pengajuan proposal

bantuan sarana

pengolahaan

Peningkatan

kemampuan dalam

hal teknologi pasca

panen

Pengadaan

gudang/lumbung

Pelatihan

menejemen mutu

dan pemasaran

Pelatihan teknologi

pasca panen lobi

ke dinas/instansi

terkait

Penggalangan

modal secara

swadaya dan

bantuan pihak luar

i terkait

Kelompok dan

pemerintah

desa

4 Adanya diversifikasi

usaha dalam

kelompok tani

Lemahnya

kemampuan SDM

Belum ada

kelayakan usaha

Belum ada rencana

usaha

Peningkatan

kemampuan SDM

Study kelayakan

Perencanaan

bersama untuk

diversifikasi

Pelatihan

diversifikasi

Survey pasar

Pelatihan study

kelayakan

Workshop

SSFFMP

Dinas/Instan

si terkait

5. Kelompok tani

memiliki kemitraan

Kurangnya

informasi

Belum memiliki

data base

Belum ada

kesekretariatan

yang mantap

Perlu

pengembangan

sistem informasi

Perlu dilakukan

penyusunan data

base

Mendirikan

kesekretariatan

Kelompok dan

pemerintah desa

Page 45: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

30

Temu usaha antara

kelompok tani

dengan pengusaha

6. Kelompok tani

mampu memasarkan

produknya

Jaringan

pemasaran masih

lemah

Kemampuan tenaga

pemasaran masih

terbatas

Perlu

pengembangan

jaringan

pemasaran

Inovasi produk

(peningkatan citra

produk)

Perlu pelatihan

pemasaran produk

pertanian

Loby dan membuka

jaringan pasar dan

promosi

Pemeliharaan dan

perluasan jaringan

pemasaran

Penguatan

management

pemasaran

Lokakarya citra

produk pertanian

Pelatihan

management

produk pertanian

Kelompok tani,

RMU, KUB

SSFFMP, Distan,

Koperasi, BPTP

SSFFMP dan

kelompok tani

Page 46: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

31

DISKUSI KELOMPOK IV

REKOMENDASI DAN IDENTIFIKASI PELUANG DUKUNGAN PEMERINTAH

DAERAH DAN SWASTA

No Kondisi yang ingin

dicapai

Permasalahan Rekomendasi Lembaga

pengambil

inisiatif

A Meningkatnya produksi usaha padi

1. Musim tanam padi

terlaksana 2 kali

setahun

Kurangnya input

produksi (saprodi)

Modal kurang

Kurang

keterampilan olah

tanah

Saluran irigasi

belum memadai

Permohonan

bantuan alsintan

Perbaikan dan

normalisasi saluran

Adanya kerjasama

kemitraan dengan

dinas terkait

(BUMN, BUMD,

swasta)

Pelatihan

teknologi

pertanian padi

Kredit pihak

swasta

PEMDA

Dinas Pertanian

dan peternakan

Biro PP

2. Hasil produksi padi

bermutu tinggi

Kurang baiknya

pengolahan pasca

panen

Mutu beras kurang

Pengadaan alat

pengering

berbahan bakar

sekam

Pelatihan

penggunaan alat

tersebut

Mutu beras One

pass dan double

pass

Pelatihan standart

mutu

Pelatihan

penggunaan alat

Dinas pertanian

Badan ketahanan

pangan

BPTP SS

Pihak swasta

Bulog

PPL

3. Pemasaran hasil padi

lancar dan harga

Belum ada akses

informasi pasar

Koordinasi

informasi pasar

Diskoperandag

Dispasar

Page 47: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

32

stabil (standart

nasional)

Pengadaan sarana

transportasi

darat (jalan dan

jembatan)

Pelatihan strategi

pemasaran

Kontrak

kerjasama dengan

dolog/swasta

Dolog

swasta

4 Adanya kelompok

yang mandiri,

berkelanjutan dan

berkeadilan gender.

1. Anggota kelompok

masih terpisah

antara laki-laki dan

perempuan.

2. Perempuan jarang

sekali dilibatkan

dalam pengambil

kebijakan baik

didalam kelompok,

maupun ditingkat

desa.

Meningkatkan

kerjasama semua

stakeholder

Terbentuk

Lembaga

Keuangan yang

independen.

Pelatihan

penyadaran

gender

Adanya bantuan

ternak

Pendampingan

pasca proyek

LSM,

Diskoperindag

Biro PP, LSM

Dinas`Pertanian

dan Peternakan.

Dinas`terkait.

B Berkembangnya usaha diversifikasi produk dari tanaman kelapa

1 Kelompok dan Rumah

Dagang mempunyai

modal untuk

pengembangan usaha

Kelompok dan rumah

dagang kekurangan

modal untuk proses

produksi dan

pengembangan usaha

Membentuk

koperasi

Pelatihan membuat

proposal bantuan

modal

Pendampingan LSM

Dinas Koperindag

dan UKM

SSFFMP, LSM

2 Hasil produksi

sesuai standar mutu

Produksi produk

kelapa belum sesuai

dengan permintaan

Pelatihan dan

standarisasi (SNI)

Hasil produksi

berlabel

Depkes

Diskoperindag

Pihak swasta

(PD. Lintang)

3 Pemasaran lancar

harga

menguntungkan

Transportasi

mahal dan sulit

Mutu rendah

Informasi kurang

Belum ada jaringan

pasar

Penyediaan sarana

transportasi darat

Pembinaan

pelatihan strategi

pemasaran

Penyediaan sarana

Diskoperindag

PU

Page 48: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

33

produksi dan

personil

Menciptakan

jaringan

pemasaran

Instansi yang

relevan

memberikan

penyuluhan dan

pelatihan secara

berkala

Page 49: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

34

IV. PENUTUPAN

1. Didalam rangka keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat yang

diprakarsai oleh SSFFMP ini, hendaknya segenap rekomendasi yang dihasilkan

dari lokakarya ini perlu mendapatkan tindak lanjut sebagaimana mestinya.

2. Hasil lokakarya ini akan dibuatkan prosidingnya dan akan dikirimkan kepada

segenap stakeholders peserta lokakarya dan instansi/lembaga terkait yang

relevan, sebagai bahan dan kesamaan persepsi didalam melaksanakan tindak

lanjut.

3. Diperlukan koordinasi dan kerjasama yang lebih erat antara SSFFMP dengan

lembaga/instansi teknis terkait, serta para PPL yang membidangi kegiatan

lapangan yang ada.

4. SSFFMP EU Co-Director menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada segenap peserta serta panitia yang telah

memungkinkan terselenggaranya lokakarya ini dengan tertib, lancar dan

membuahkan rekomendasi-rekomendasi yang sangat bermanfaat guna

penyempurnaan program pemberdayaan masyarakat selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Konsultan SSFFMP, 2004. Sistem Usaha Tani Terpadu (Integrated

farming System) Solusi bagi peningkatan kesejahteraan Ekonomi keluarga

petani, dalam Kumpulan materi pelatihan sistem usaha tani terpadu,

Palembang, 11-12 Oktober 2004.

2. Bowen, M.R. et al (2000): Anthropogenic Fires in Indonesia: a View from

Sumatra. In Radojevic, M. and Eaton, P. (Eds). Forest Fires and Regional Haze

in South East Asia. Nova Science. New York.

Page 50: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

35

Lampiran 1

Agenda Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab Banyuasin:“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat yang Berwawasan Gender sebagai bagian

Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”Tgl 23-24 Agustus 2006 di Asrama Hají, Palembang

Time Topic Presenter Moderator

Hari Selasa,22 Agustus 2006

14.00 – 17.00 Registrasi/ Check In Hotel bagipeserta dari luar kota

20.00 – 22.00 Persiapan penyelenggaraanHari Rabu,

23 Agustus 2006

08.00 – 08.30 Registrasi peserta

PembukaanProtokolWardah

08.30 – 08.4010’

Laporan Penyelenggara CD Specialist

08.40 – 08.5015’

Sambutan dan pembukaanKetua MSF Kab

Banyuasin

08.50 – 09.0515’

Overview Kegiatan SSFFMPpada 4 desa prioritas di Kab

Banyuasin

DR Karl-HeinzSteinmann

09.05 – 09.2015’

Overview Kegiatan CDDjoko SetijonoCD Specialist

09.25 – 09.4015’

Overview Kegiatan Gender& Women Activities

Yandriani, SSFFMPGender Specialist

09.40 – 10.00 Coffee break

10.00 – 10.15Penjelasan tujuan dan

proses lokakaryaModerator

Eris Achyar

10.15 – 11.15

Topik I: Peningkatanpendapatan masyarakat

melalui budidaya padi padalahan pasang surut di Desa

Muara Telang dan Ds PrajenJaya

ModeratorEris Achyar

10’

Peningkatan pendapatanmasyarakat melalui

optimalisasi budidaya padi dilahan pasang surut di Desa

Muara Telang dan DesaPrajen Jaya

Ir Yanter Hutapea,MSi - BPTP

Budi Raharjo, STP,MSi - BPTP

Page 51: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

36

Time Topic Presenter Moderator

10’ Diskusi

10’

Pengalaman pengembanganKelompok Tani, UPJA danbudidaya padi lahan pasangsurut di Desa Muara Telang

Herman – Kades MaTelang

Oto Lihman -PPL Muara Telang

10’ Diskusi

10’

Pengalaman PengembanganKelompok Tani, UPJA danbudidaya padi lahan pasangsurut di Desa Prajen Jaya

Kades Prajen Jaya

Abbas – Ketua PokTani

10’ Diskusi

11.15 – 12.30

Topik II: Peningkatanpendapatan masyarakat

melalui penanganan pascapanen padi di Kab

Banyuasin

ModeratorM. Saleh

15’

Peningkatan pendapatanmasyarakat melalui

penanganan pasca panen padi(Pengembangan AlsintanAlat pengering gabah BB

Sekam dan KantongHermetic) di Ds Upang

Budi Raharjo, STP,MSi - BPTP

10’ Diskusi

15’Dampak pengembangan

Pengering Gabah BB Sekamdi Kec Makarti Jaya

H Sumanto - KCDPertanian KecMakarti Jaya

10’ Diskusi

15’

Pengalaman pengoperasianalat pengering gabah

berbahan bakar sekam diDesa Upang

M Andi Nasir

10’ Diskusi

12.30 – 13.30Istirahat, Sholat & Makan

Siang

13.30 – 15.00Topik III: Pengolahankelapa terpadu di Ds

Talang Lubuk

ModeratorDjoko Setijono

Page 52: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

37

Time Topic Presenter Moderator

15’

Peningkatan pendapatanmasyarakat melalui

pengolahan sabut kelapa danarang di Ds Talang Lubuk

Ir Kgs A Kodir, MSi- BPTP

10’ Diskusi

15’

Peningkatan pendapatanmasyarakat melalui

pengolahan kelapa terpadu diSum-Sel

Ir Nasir Saari -DisBun SumSel

10’ Diskusi

15’

Peran dan fungsi DisKoperindag, UKM & PM

dalam mendukungpengolahan kelapa terpadu.

Suyanto, SIP, MM –Dis Koprindag,UKM & PM

15’Pengalaman Ketua rumahdagang pengolahan kelapa

terpadu di Ds Tl Lubuk

Sofyan –Ds Talang Lubuk

10’ Diskusi

15.00 – 15.30 Coffee break

15.30 – 16.45Topik IV: Penguatan

Kelembagaan KelompokTani

ModeratorDendi Satria

Buana

15’Peningkatan Managemen dan

Dinamika Kelompok TaniNurnajati -Yayasan Kemasda

10’ Diskusi

15’

Pendampinganreguler/bulanan KelompokTani oleh LSM pada 4 desa

di Kab Banyuasin

Dian M – OWA

Candra D – LPHPEM

10’ Diskusi

15’Pengalaman, permasalahandan harapan Motivator Desa

Ds UpangThamrin - Ds Upang

10’ Diskusi

16.45 – 17.00Pembagian kelompok danPengumuman untuk Acara

hari Ke 2

Page 53: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

38

Hari Kamis,Tgl 24 Agustus

2006

08.30 – 09.00Penjelasan tata kerja

KelompokEris Achyar

09.00 – 10.3090’

Diskusi Kelompok I - IV

Kelompok I: KeberlanjutanKegiatan CD

FacilitatorDjoko Setijono

Kelompok II: KeberlanjutanIntegrasi Gender danKegiatan Perempuan

FacilitatorYandriani

Kelompok III: KeberlanjutanPenguatan Kelembagaan

Kelompok Tani

FacilitatorDendi Satria

Buana& M SalehKelompok IV: Identifikasi

peluang dukunganPemerintah Daerah dan

Swasta

FacilitatorEris Achyar

10.30 – 11.00 Coffee Break11.00 – 12.00

(60’)Diskusi Kelompok lanjutan Facilitators

12.00 – 13.00 Makan Siang

13.00 – 14.40Pleno, PresentasiKelompok I - IV

ModeratorEris Achyar

15’ Presentasi Kelompok I10’ Diskusi15’ Presentasi Kelompok II10’ Diskusi15’ Presentasi Kelompok III10’ Diskusi15’ Presentasi Kelompok IV10’ Diskusi

14.40 – 15.00 Coffee Break

15.00 – 15.30 Rencana Tindak LanjutModerator

Eris Achyar

15.30 – 16.00 PenutupanEU Co DirectorKa MSF Kab BA

Protokol

Page 54: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

39

Lampiran 2

Daftar Peserta Lokakarya

No Nama L P Instansi

1. Abbas x Motivator Prajen Jaya2. Abidin Ahmad x Dinas Pertanian Ma. Telang3. Adriansyah x Kec. Betung BA4. Alion MS x PT. Anugerah Carbonic5. Amat Sahil x Motivator Desa Muara Telang6. Andi Humrah x Kelompok Tani Upang7. Andi Nasir x Kelompok Tani Upang8. Arfin x Camat Makarti Jaya9. Budi Madgani x PT. Anugerah Carbonic10. Budi Raharjo x BPTP SS11. Candra x LSM LPH PEM12. Dendi Satria Buana x SSFFMP13. Dian Maulina x LSM OWA14. Diana Firdausia x Biro PP SS15. Dikman Subari x Dinas Pertanian dan Hortikultura SS16. Djoko Setijono x SSFFMP17. Eliza Iriana, S.Pd x Yayasan Perada18. Elva x Dishut SS19. Eris A x SSFFMP20. Karl H. Steinmann x SSFFMP21. H. Rahmawati, SA x Dishut Prop SS22. H. Suparjo x Dinas Perkebunan SS23. Haslan Kayani x Perguruan Tinggi24. Hoiriyah x PKK Kab Banyuasin25. HR. Ganda Yuni x Kabid UED TTC26. Joko Samioso x Swasta27. M, Kori x PT. Anugerah Carbonic28. M. Zaini x Kades Prajen Jaya29. M. Zakir Hasan x BKP Kab Banyuasin30. Marwati x Motivator Prajen Jaya31. Maryamah Hamzah x FP Unsri32. Midranisia x Perguruan Tinggi33. Moh. Saleh x SSFFMP34. Mulyadi x Camat Banyuasin II35. Nailah Rolena x BPMD Prop SS36. Nasir Saari x Disbun SS37. Nurlailah , S.Sos x Camat Muara Telang38. Nurnajati. ZA x LSM Y. Kemasda39. Oto Lihman x PPL Muara Telang40. Pudiyaka x Majalah agribisnis

Page 55: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

40

No Nama L P Instansi

41. Resa Setia A x BPTP SS42. Siti Mutmainnah x KSB PP43. Sobirin x Kelompok Tani Upang44. Sumanto x Ka. UPTD Makarti Jaya45. Sumarni x Motivator Talang Lubuk46. Sumyati, SP x Ka. UPTD Banyuasin47. Suyanto x Diskoprindag48. Syafitri Zamainah x Disbun Prop SS49. Thamrin Arisondi x Motivator Upang50. Umar x PD – LKS51. Yandriani x SSFFMP52. Yanter Hutapea x BPTP SS53. Yudi Zurial x Perguruan Tinggi

Page 56: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

41

LAMPIRAN 3

DAFTAR PESERTA DALAM DISKUSI KELOMPOK

KELOMPOK I

KEBERLANJUTAN KEGIATAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

No Nama Instansi

1. Alion MS Swasta

2. H. Rahmawati, SA Dishut Prop SS

3. Budi Raharjo BPTP SS

4. Budi Madgani PT. Anugrah

5. Ir. Midranisia Perguruan Tinggi

6. Sobirin Ketua Kelompok Tani

7. Abbas Motivator

8. Dikman Subari Dinas Pertanian dan Pangan SS

9. Sumanto Ka. UPTD Makarti Jaya

10 Candra LSM

11. Djoko Setijono SSFFMP

12. Mulyadi Camat Banyuasin II

13. Amat Sahil Motivator Desa Muara Telang

14. M, Kori PT. Anugerah

15 Sumarni Motivator

KELOMPOK II

KEBERLANJUTAN INTEGRASI GENDER DAN KEGIATAN PEREMPUAN

No Nama Instansi

1. M. Zakir Hasan Pokja II Banyuasin

2. Joko Samioso Swasta

3. Adriansyah Kec. Betung BA

4. Nailah Rolena BPMD Prop SS

5. Yandriani SSFFMP

6. Elva Dishut

7. Yanter Hutapea BPTP SS

8. Marwati Motivator

9 Andi Humrah Kelompok Tani

10. Siti Mutmainnahh KSB PP

11 Tamrin Arisondi Motivator

12. Diana Firdausia Biro PP SS

13. Hoiriyah PKK Banyuasin

Page 57: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

42

KELOMPOK III

KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

No Nama Isntansi

1. Pudiyaka Majalah agribisnis

2. Dian Maulina LSM

3. Dendi Satria Buana SSFFMP

4. M. Zaini Kades Prajen Jaya

5. HR. Ganda Yuni Kabid UED TTC

6. Sumyati, SP Ka. UPTD Banyuasin

7. Resa Setia A BPTP SS

8. Eliza Iriana, S.Pd Yayasan Perada

9. Ir. Yudi Zurial Perguruan Tinggi

10 Andi Nasir Kelompok Tani

11. Arfin Camat Makarti Jaya

12 Oto Lihman PPL

13. Moh. Saleh SSFFMP

14. Syafitri Zamainah Disbun Prop SS

KELOMPOK IV

IDENTIFIKASI PELUANG DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DAN SWASTA

No Nama Instansi

1. Ir. Elun Dishut SS

2. Suyanto Diskoprindag

3. Ir. Nasir Saari Disbun SS

4. Hoiriyah PKK Banyuasin

5. Ir. Maryamah Hamzah MS FP Unsri

6. Siti Mutmainnah KSB PP

7. Ir Haslan Kayani Perguruan Tinggi

8. Nurlailah , S.Sos Camat Muara Telang

9. Diana Firdausia Biro PP SS

10 H. Suparjo Dinas Perkebunan

11. Umar PD – LKS

12. Abidin Ahmad Dinas Pertanian Ma. Telang

13. Nurnajati. ZA LSM

14. Ir. Haslan Kayani Perguruan Tinggi

15. Eris A SSFFMP

Page 58: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

43

LAMPIRAN 4

MAKALAH & HANDOUT PAPARAN

Page 59: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

44

Overview kegiatan SSFFMP

Dr Karl-Heinz Steinmann – SSFFMP EU Co-Director

Page 60: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

45

Page 61: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

46

Page 62: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

47

Page 63: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

48

CONTOH SUASANA PERTEMUAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT YANG BERWAWASAN GENDER

Page 64: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

49

Page 65: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

50

Page 66: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

51

Page 67: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

52

Overview program pemberdayaan masyarakat SSFFMP

di Kab Banyuasin

Djoko Setijono, SSFFMP CD Specialist

Page 68: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

53

Page 69: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

54

Page 70: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

55

Page 71: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

56

Page 72: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

57

Page 73: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

58

Page 74: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

59

Overview kegiatan gender & women group

di Kab Banyuasin

Yandriani, SSFFMP Gender Specialist

Page 75: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

60

Page 76: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

61

Page 77: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

62

Page 78: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

63

Page 79: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

64

Page 80: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

65

Page 81: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

66

TOPIK 1.

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI

BUDIDAYA PADI PADA LAHAN PASANG SURUT DI DESA

MUARA TELANG DAN DESA PRAJEN JAYA, KABUPATEN

BANYUASIN.

1. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui optimalisasi budidaya padi

di lahan pasang surut di Desa Muara Telang dan Desa Prajen Jaya,

Ir.Yanter Hutapea, MSi dan Ir.Budi Raharjo, MSi, Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, Jl. Kol. H. Barlian, Km 6 Kotak Pos

1265, Palembang 30153

2. Pengalaman pengembangan Kelompok Tani, UPJA dan budidaya padi

lahan pasang surut di Desa Muara Telang

Herman – Kades Ma Telang dan Oto Lihman - PPL Muara Telang

3. Pengalaman Pengembangan Kelompok Tani, UPJA dan budidaya padi

lahan pasang surut di Desa Prajen Jaya

Abbas – Ketua Kelompok Tani Kurnia Abadi Desa Prajen Jaya.

Page 82: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

67

Peningkatan pendapatan masyarakat melalui optimalisasi budidaya

padi di lahan pasang surut di Desa Muara Telang dan Desa Prajen

Jaya, Kabupaten Banyuasin

Ir.Yanter Hutapea, MSi dan Ir.Budi Raharjo, MSi, Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Sumatera Selatan, Jl. Kol. H. Barlian, Km 6 Kotak Pos 1265, Palembang

30153

I. PENDAHULUAN

Pengembangan pertanian di lahan pasang surut merupakan perwujudan dari upaya

pemanfaatan potensi alam secara optimal berbasis pertanian pangan dan diharapkan

memberi sumbangan besar terhadap peningkatan produksi khususnya beras untuk

mencapai ketahanan pangan, disamping peningkatan kesejahteraan petani (Ananto et al .,

2000). Hal ini dilakukan dengan berbagai pendekatan baik teknis, ekonomis dan sosial

yang sudah mengeluarkan investasi besar di wilayah transmigrasi pasang surut. Namun

ada bagian yang hampir terlupakan, yakni masyarakat lokal yang bermukim di wilayah

bekas pemerintahan marga. Hal tersebut jika dibiarkan berlarut-larut tentunya akan

menimbulkan ketimpangan, yang akan menimbulkan gejolak dalam masyarakat dan jika

tidak disikapi secara arif akan mengarah pada persoalan yang lebih besar.

Todaro (1985) menyatakan, bahwa kemajuan yang diukur melalui peningkatan produksi

tidak otomatis menjamin bahwa pertumbuhan tersebut mencerminkan peningkatan

kesejahteraan secara merata. Masalah utamanya adalah ketidakseimbangan dalam

kemampuan dan kesempatan untuk memanfaatkan peluang yang terbuka dalam proses

pembangunan. Dengan proses pembangunan yang terus berlanjut, justru

ketidakseimbangan itu dapat makin membesar, yang mengakibatkan makin melebarnya

jurang kesenjangan.

Untuk mengatasi tantangan itu, diletakkan strategi pemberdayaan masyarakat. Dasar

pandangannya adalah bahwa upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar

persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan rakyat. Bagian yang tertinggal dalam

masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan dan

mendinamisasikan potensinya, dengan kata lain memberdayakannya (Kartasasmita, 1996).

Keberhasilan pembangunan pertanian tidak akan tercapai jika pemerintah tidak

menciptakan kebijaksanaan penunjangnya seperti insentif yang diperlukan, kesempatan

berusaha dalam kegiatan ekonomi, kemudahan memperoleh input yang diperlukan (Arsyad,

1992).

Peningkatan produksi padi di Sumsel juga terjadi melalui upaya perluasan areal tanam.

Tidak jarang, untuk membuka areal pasang surut cara yang dilakukan petani adalah

dengan membakar. Hal ini menimbulkan dampak negatif yang tidak kecil bagi sektor lain.

Kebakaran lahan usahatani dan hutan merupakan salah satu hal yang dapat mengganggu

Page 83: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

68

kelestarian lingkungan dan telah dirasakan sebagai salah satu masalah nasional. Disamping

itu penanaman padi dengan sistem sonor yang sudah turun temurun dilakukan pada musim

kemarau, diakui memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat lokal. Namun praktek ini, juga

menyumbangkan titik api dan kabut asap di musim kemarau. Salah satu cara yang

dianjurkan untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan pengkonsentrasian lahan

sonor, sehingga pembakarannya lebih mudah diawasi dan dikendalikan (Iqbal, 2005).

Menyikapi pentingnya mengatasi hal tersebut, maka pada tahun 2004 pemerintah melalui

Proyek Penanggulangan Kebakaran Hutan Sumatera Selatan (South Sumatra Forest Fire

Management Project) pada bidang pemberdayaan masyarakat (Community Development)

melakukan upaya untuk mengambil langkah bagaimana mengoptimalkan penggunaan lahan

sawah, agar lahan sawah yang selama ini ditanami satu kali, dapat ditingkatkan menjadi

dua kali disertai dengan menggunakan teknologi budidaya padi (intensifikasi). Sehingga

kegiatan petani sepanjang tahun lebih terfokus pada usahatani di lahan yang sama,

dengan demikian akan mengurangi peluang terjadinya kebakaran hutan dan lahan karena

pembukaan lahan baru. Dengan latar belakang tersebut, menjadi suatu hal yang menarik

untuk mengetahui perkembangan pendapatan masyarakat lokal akibat optimalisasi

budidaya padi yang sudah dilakukan di wilayah bekas pemerintahan marga.

II. METODOLOGI

Metode yang digunakan pada pengkajian ini adalah studi kasus pada petani peserta

Proyek Pengendalian Kebakaran Hutan Sumatera Selatan yang juga adalah para anggota

kelompok tani. Penentuan desa di lakukan scara sengaja di Desa Muara Telang Kecamatan

Muara Telang Kabupaten Banyuasin dan Desa Prajen Jaya Kecamatan Banyuasin II

Kabupaten Banyuasin. Pengambilan sampel dilakukan secara acak berlapis tak berimbang,

yaitu berjumlah 30 petani di masing-masing desa.

Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kunjungan survai berulang (Multiple

visit survey) yang dilakukan dalam bulan Pebruari – Juli 2006. Data primer yang diliput

adalah: kepemilikan dan luas lahan yang digarap, sarana produksi yang digunakan, tenaga

kerja yang dicurahkan, harga input dan output dan kegiatan usahatani padi yang

dilakukan. Sedangkan data sekunder berupa keragaan anggota kelompok tani dan data

hasil pengkajian sebelumnya.

Untuk menganalisis besarnya biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh,

digunakan analisis pembelanjaan usahatani secara keseluruhan (Whole Budgeting

Analysis). Untuk melihat perkembangan pendapatan akibat penerapan teknologi anjuran

pada kegiatan ini dihitung besarnya pendapatan yang diperoleh sebelum dan sesudah

menerapkan teknologi anjuran.

Page 84: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

69

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi Usahatani Padi Yang dianjurkan

Untuk menunjang keberhasilan kegiatan yang dilakukan, kepada petani peserta diberikan

teknologi budidaya padi anjuran. Teknologi ini ditetapkan berdasarkan pengamatan lapang

sebelum kegaiatan ini dijalankan. Adapun teknologi budidaya padi anjuran tersebut

seperti pada Tabel 1 berikut

Tabel 1. Teknologi Budidaya Padi Yang Dianjurkan Pada Lahan Sawah Pasang

Surut Desa Muara Telang

No Komponen Teknologi Anjuran

1. Persiapan dan

pengolahan

lahan

Penebasan secara manual

Penyemprotan herbisida pra-tumbuh

Bajak, glebeg dan garu dengan menggunakan hand

traktor

2. Penanaman dan

penggunaan

benih

Tanam pindah, bibit disemai, pesemaian ditaburi

fungisida

Varietas: Ciherang, IR 42 dan Widas dengan volume

30 kg/ha

3. Umur bibit 17-21 hari setelah semai

4. Jumlah bibit per

rumpun

3-4 bibit

5. Jarak tanam 20 x 25 cm

6. Pemupukan Berdasarkan analisa tanah didapatkan dosis pupuk

Urea :150 kg/ha, SP-36 : 100 kg/ha, KCl : 50 kg/ha

7. Penataan Lahan Pembuatan pematang sawah pada lahan yang tidak

dibuat surjan

8. Pengendalian

OPT

Pendekatan PHT, dengan penggunaan secara

bijaksana

untuk pengendalian gulma dengan herbisida purna

tumbuh dan untuk pengendalian hama dengan

insektisida

9. Pengaturan air

(tata air mikro)

Pembuatan saluran cacing/kuarter di petakan sawah

Penampang saluran kuarter lebar atas 80 cm, lebar

bawah 50 cm dan tinggi 50-60 cm. Pada saluran ini

dilengkapi pintu sekat (stoplog) pada bagian

muaranya.

Saluran keliling perlu dibuat sepanjang pematang di

sekeliling petakan lahan. Lebar saluran 20 cm dan

dalamnya 40 cm.

Di dalam petakan lahan dibuat saluran cacing atau

Page 85: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

70

kemalir untuk mempercepat pencucian bahan

beracun dari lahan. Lebar saluran 20 cm dan dalam

20 cm. Jarak antar saluran kemalir adalah 9-12 m.

10. Penanggulangan

gulma

Gulma dikendalikan dengan penyiangan sebanyak dua

kali, yaitu pada umur 3 minggu setelah tanam (mst)

dan 6 mst. Gulma dapat dikendalkan dengan

herbisida purna tumbuh dengan takaran 3-4

liter/ha, dengan volume semprot 400 – 500

liter/ha.

Pengendalian hama dan penyakitdilakukan dengan

pendekatan PHT dengan pengamatan serta

penggunaan pestisida secara bijaksana

11. Panen Perontokan dengan menggunakan power thresher

Penjemuran selama 2-3 hari dengan menggunakan

lantai jemur atau terpal dan dibolak balik..

Teknologi budidaya padi yang dianjurkan di lahan pasang surut Desa Prajen Jaya, pada

dasarnya sama dengan di Desa Muara Telang, yang membedakannya adalah dosis

pemupukan, dimana anjuran untuk penggunaan pupuk urea sebanyak 100 kg/ha, SP36 = 50

kg/ha dan KCl = 50 kg/ha. Untuk pengolahan lahan dianjurkan pengolahan tanahnya secara

minimum (hanya diglebeg), karena tanah mineral yang ada di Desa Prajen (tipe luapan A)

lembek dan sudah melumpur (Raharjo dkk, 2005).

Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi di Desa Muara Telang

Di Desa Muara Telang, berdasarkan hasil pengamatan pada tahun 2005, dalam kegiatan

pengolahan lahan, petani peserta melakukannya dengan traktor tangan, sedangkan bukan

petani peserta hanya dengan membersihkan lahan dan membalik tanah tersebut.

Komponen tenaga kerja ini memerlukan biaya yang lebih tinggi dibanding bahan maupun

alat yang digunakan. Pada tahun-tahun sebelumnya, musim tanam adalah pada bulan

Oktober-Nopember (musim hujan). Tetapi karena musim kemarau yang panjang, sampai

bulan Oktober dan kondisi air pasang maupun air tanah belum memenuhi syarat (masih

asin), maka disepakati musim tanam pada kegiatan tahun 2005 dimulai pada Bulan

Pebruari

Sebagai akibat penggunaan input teknologi yang lebih banyak dan beragam pada petani

peserta, maka biaya sarana produksinya lebih tinggi Rp 891.800/ha (41,82%) dibanding

bukan peserta (cara lama). Petani bukan peserta belum menggunakan pupuk dalam

usahataninya. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka mengetahui manfaat pupuk

tersebut, namun belum tentu mengetahui cara penerapannya. Di antara petani meskipun

tahu cara pemupukan, belum tentu menerapkannya. Hal ini disebabkan keterbatasan

modal kerja. Disamping itu di antara petani, ada juga yang beranggapan bahwa lahan

Page 86: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

71

tersebut masih cukup subur, sehingga belum memerlukan penggunaan pupuk pada

tanamannya.

Produksi gabah yang diperoleh petani peserta dengan menerapkan teknologi anjuran lebih

tinggi 1.300 kg/ha (52%) dibanding cara yang selama ini mereka terapkan atau cara yang

dilakukan bukan petani peserta. Dengan menghitungkan nilai rupiah semua input yang

diperlukan termasuk tenaga kerja, maka pendapatan petani peserta (Rp 774.950/ha/

musim tanam) lebih tinggi dibanding bukan petani peserta (Rp 365.950/ha/musim tanam)

atau lebih tinggi Rp 409.000/ha (111,7%).

Tabel 2. Analisis usahatani padi peserta dan bukan peserta per hektar di Desa Muara

Telang Tahun 2005.

Petani Peserta Bukan PesertaUraian

Volume Nilai (Rp) Volume Nilai (Rp)

1. Benih padi Ciherang 30 90.000 50 kg 50.000

2. Pupuk

Urea 150 180.000

SP 36 100 175.000

KCl 50 87.500

3. Pestisida 360.000 246.000

4. Penyusutan Alat 156.250 122.000

5. Tenaga Kerja

Penebasan (borongan) 320.000 300.000

Penanggulangan gulma 5 HOK 100.000 10 HOK 200.000

Pengolahan tanah (borongan) 400.000 - 250.000

Semai 2 HOK 40.000 5 HOK 100.000

Penanaman (borongan) 360.000 300.000

Pemupukan 2 HOK 40.000

Penyemprotan hama 2 HOK 40.000 2 HOK 40.000

Penyulaman - - 4 HOK 80.000

6. Produksi padi (gkp) 3.800 kg 2.500 kg

7. Merontok 3.800 kg 217.150 2.500 kg 142.850

8. Penjemuran 79.150 52.000

9. Nilai bagi hasil di penggilingan

(beras)

158 kg 379.200 104 kg 249.600

10. Biaya total 3.024.250 2.132.450

11. Penerimaan (beras) 1.583 kg 3.799.200 1041 kg 2.498.400

12. Pendapatan 774.950 365.950

13. MBCR 1,46

Page 87: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

72

Keterangan: Jumlah responden masing-masing 20 orang.

Nilai bagi hasil panen padi (gkp) antara pemilik : pemanen = 5:1

Nilai bagi hasil beras antara pemilik : penggilingan beras = 9:1

Upah merontok = Rp 3000/karung gkp (52,5 kg)

Upah menjemur = Rp 50/kg beras hasil giling

Penerimaan (beras) sesudah dikeluarkan untuk pemanen

Sumber: Hutapea dkk., 2005 (direvisi).

Jika dibandingkan antara penerapan teknologi budidaya padi yang dilakukan oleh petani

peserta kegiatan ini dengan tanpa penerapan teknologi yang dilakukan petani bukan

peserta menunjukkan nilai MBCR sebagai akibat penerapan teknologi sebesar 1,46 ini

menunjukkan bahwa setiap penambahan biaya sebesar Rp 1.000 akibat penerapan

teknologi anjuran akan memberikan tambahan penerimaan sebesar Rp 1.460

Pada tahun 2006 di Desa Muara Telang, banyaknya penggunaan benih oleh petani

melebihi anjuran. Hal ini disebabkan kekhawatiran mereka dan untuk mencegah kematian

di persemaian dan pertanaman. Penggunaan pupuk tidak lagi sesuai dengan anjuran,

dimana dalam 1 ha lahan yang diusahakan rata-rata penggunaan pupuk urea sebanyak

39,57 kg (anjuran = 150 kg), penggunaan pupuk SP 36 sebanyak 9,73 kg (anjuran = 100

kg) sedangkan penggunaan KCl sebanyak 4,5 kg (anjuran 50 kg).

Tabel 3. Analisis Usahatani Padi Petani Peserta per Hektar di Desa Muara Telang

Tahun 2005 Tahun 2006Uraian

Volume Nilai (Rp) Volume Nilai (Rp)

1. Benih 30 90000 41,91 146.700

2. Pupuk

Urea 150 180.000 39,5 51.450

SP 36 100 175.000 9,7 15.575

KCl 50 87.500 4,5 13.650

3. Pestisida 360.000 360.000

4. Penyusutan Alat 156.250 156.250

5. Tenaga Kerja

Tebas (borongan) 320.000

Olah lahan 400.000 450.000

Penyemprotan hama 2 HOK 40.000 4 HOK 88.000

Semai 2 HOK 40.000 2 HOK 44.000

Penanaman, cabut benih

(borongan)

360.000 400.000

Pemupukan 2 HOK 40.000 1,46 HOK 32.275

Penyiangan 5 HOK 100.000 5 HOK 110.000

Pemanenan 634 kg 760.800 583,8 kg 905.025

Page 88: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

73

Merontok (gkp) 3800 kg 217.150 3.503,3 kg 266.925

Jemur 1583 79.150 1459,7 kg 145.975

Penggilingan 158 379.200 145,97 452.500

6. Produksi padi (gkp) 3.800 3.503,3

7. Penerimaan (beras) 1.900 4.560.000 1.751,66 5.430.150

8. Biaya total 3.785.050 3.638.325

9. Pendapatan 774.950 1.791.825

Keterangan:

Tahun 2006

Nilai bagi hasil panen padi (gkp) antara pemilik : pemanen = 5 : 1

Nilai bagi hasil beras antara pemilik : penggilingan beras = 9 : 1 dari hasil giling sesudah

dikeluarkan bagian pemanen.

Upah menjemur = Rp 100/kg beras hasil giling

Upah merontok = Rp 4000/karung gkp (52,5 kg)

Penggunaan pupuk ini menurun dan tidak sesuai dengan anjuran disebabkan kemampuan

modal petani yang terbatas, dimana pada tahun 2006 ini petani di Desa Muara Telang

tidak lagi mendapat bantuan penggunaan input pupuk seperti pada tahun sebelumnya.

Perhitungan pada Tabel 3 untuk biaya totalnya masih termasuk biaya pemanenan, karena

dalam produksi beras yang dihasilkan belum mengeluarkan bagian untuk pemanen

(berbeda dengan Tabel 2).

Biaya total yang dikeluarkan oleh petani di Desa Muara Telang pada tahun 2005 sebesar

Rp 3.785.050/ha, produksi beras diperoleh sebanyak 1.900kg/ha. Sedangkan pada tahun

2006 biaya total yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 3.638.325/ha, produksi beras

diperoleh sebanyak 1.751,6 kg/ha. Dengan demikian, meskipun terjadi peningkatan harga

input dan upah tenaga kerja, namun penurunan penggunaan sejumlah sarana produksi

seperti pupuk dan berkurangnya hasil panen yang diolah menyebabkan penurunan biaya

total sebesar Rp 146.725/ha atau 3,87%, sedangkan produksi menurun sebesar 7,8%.

Meskipun terjadi penurunan produksi gabah/beras, namun penerimaan kotor (beras) pada

tahun 2005 sebelum dikurangi bagian-bagian pemanen sebesar Rp 4.560.000/ha,

sedangkan pada tahun 2006 sebesar Rp 5.430.150/ha atau meningkat sebesar 19,08%.

Peningkatan ini disebabkan peningkatan harga jual dari Rp 2.400/kg beras pada tahun

2005 menjadi Rp 3.100/kg pada tahun 2006 atau meningkat sebesar 29,16%.

Secara parsial, maka usahatani yang diterapkan oleh petani peserta pada tahun 2005

memiliki nilai R/C sebesar 1,2 yang maknanya jika dikeluarkan biaya sebesar Rp 1.000

maka diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.200. Sedangkan nisbah R/C pada tahun 2006

sebesar 1,49. Menurut Soekartawi (1991) nisbah R/C digunakan untuk mengetahui layak

tidaknya suatu teknologi diaplikasikan. Jika dibandingkan pendapatan usahatani padi

Page 89: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

74

tahun 2005 yang besarnya Rp 774.950/ha dengan pendapatan tahun 2006 sebesar Rp

1.791.825/ha, maka terjadi peningkatan pada tahun 2006 sebesar Rp1.016.875/ha atau

131,2%

Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi di Desa Prajen Jaya

Sebelum kegiatan dari proyek SSFFMP ini dilakukan, maka budidaya padi di Desa Prajen

Jaya, belum disertai penggunaan input seperti varietas unggul. Selama ini mereka masih

menggunakan varietas lokal, yang oleh penduduk setempat disebut padi Awan. Selain itu

mereka juga belum menerapkan pemupukan padi. Melalui pengenalan dan bantuan yang

diberikan pada petani peserta maka para petani mulai diperkenalkan dengan penggunaan

varietas unggul seperti IR 42 dan Ciherang disertai dengan bantuan pemupukan dan

pestisida. Pada tahun 2006, untuk pengolahan lahan, petani peserta melakukannya dengan

tenaga traktor tangan, sedangkan sebelumnya hanya dengan membersihkan lahan dan

membalik tanah tersebut sebelum ditanami.

Tabel 3. Analisis usahatani padi sebelum dan sesudah menerapkan teknologi anjuran

per hektar di Desa Prajen Jaya

Sebelum (tahun 2005) Sesudah (tahun 2006)Uraian

Volume Nilai (Rp) Volume Nilai (Rp)

1. Benih 60 90.000 30 105.000

2. Pupuk

Urea 100 126.000

SP 36 50 140.000

KCl 50 60.000

3. Pestisida 174.000 185.000

4. Penyusutan Alat 145.500 145.500

5. Tenaga Kerja

Terbas/ olah lahan 8 HOK 120.000 275.000

Penyemprotan 2 HOK 40.000 2 HOK 44.000

Semai 3 HOK 45.000 3 HOK 51.000

Penanaman,cabut benih 40 HOK 600.000 40 HOK 680.000

Pemupukan 3 HOK 66.000

Penyiangan 8 HOK 136.000

Pemanenan 25 HOK 375.000 25 HOK 425.000

Merontok (gkp) 1.816,6 kg 103.800 3.750 kg 250.000

Jemur 36.350 93.750

Penggilingan 118 kg 295.000 243,75 804.375

6. Produksi padi (gkp) 1.816,6 kg 3.750 kg

7. Penerimaan (beras) 908,33 kg 2.270.850 1.875 kg 6.187.500

8. Biaya total 2.024.650 3.586.625

9. Pendapatan 246.200 2.600.875

Page 90: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

75

Keterangan:

Beras bagian penggilingan = 13% dari hasil giling

Upah Tahun 2005 Tahun 2006

Upah merontok Rp 3.000/karung gkp (52,5 kg) Rp 3.000/karung gkp

Upah menjemur Rp 40/kg beras hasil giling Rp 50/kg beras hasil giling

Pada komponen tenaga kerja, maka pada tahun 2005, pencabutan benih dan penanaman

memerlukan biaya terbesar, sedangkan pada tahun 2006 yang memerlukan biaya terbesar

pada komponen tenaga kerja ini adalah biaya untuk menggiling beras. Dengan penggunaan

input yang bertambah ini, maka pada tahun 2006 terjadi penambahan biaya usahatani

padi dibanding tahun 2005. Biaya total yang diperlukan pada tahun 2006 sesudah

menerapkan teknologi anjuran sebesar Rp 3.586.625/ha, atau meningkat Rp 1.561.975

(77,14%) dibanding tahun 2005 sebelum mereka menerapkan teknologi anjuran.

Perbedaan yang menyolok pada biaya produksi ini adalah sebagai akibat penggunaan

pupuk, dan bagi hasil di penggilingan karena terjadi peningkatan produksi.

Pada tahun 2006, hasil produksi gabah kering panen meningkat sebesar 106% dibanding

tahun 2005. Besarnya penerimaan juga meningkat, bukan hanya disebabkan oleh

meningkatnya produksi, melainkan juga oleh peningkatan harga beras. Harga jual beras

petani tahun 2006 di Desa Prajen Jaya sebesar Rp 3.300/kg sedangkan pada tahun 2005

adalah Rp 2.500/kg atau meningkat sebesar 32%. Pada tahun 2006, besarnya pendapatan

usahatani padi yang diperoleh 10,5 kali dibanding pendapatan tahun 2005 atau meningkat

sebesar Rp 2.354.675/ha.

IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Di Desa Muara Telang, dengan perbaikan budidaya padi terjadi peningkatan produksi

gabah kering panen dari 2.500 kg/ha menjadi 3.800 kg/ha. Biaya sarana produksinya

meningkat dari Rp 2.132.450/ha menjadi Rp 3.024.250/ha dan pendapatan usahatani

meningkat dari Rp 365.950/ha menjadi Rp 774.950/ha.

2. Terjadi penurunan produksi yakni dari 3.800 kg/ha (tahun 2005) menjadi 3.503 ha

(tahun 2006) akibat penggunaan input yang tidak sesuai anjuran. Meskipun terjadi

peningkatan harga per unit input, namun terjadi penurunan biaya produksi dari Rp

3.785.050 tahun 2005 menjadi Rp 3.638.325/ha tahun 2006. Meskipun produksi

menurun, namun terjadi peningkatan pendapatan dari Rp 774.950/ha menjadi Rp

1.791.825/ha yang lebih diakibatkan oleh peningkatan harga jual beras.

3. Di Desa Prajen Jaya, dengan perbaikan teknik budidaya terjadi peningkatan produksi

gabah dari 1.816,6 kg/ha tahun 2005 menjadi 3.750 kg/ha pada tahun 2006. Biaya

Page 91: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

76

produksi meningkat dari Rp 2.024.650/ha menjadi Rp 3.586.625/ha dan pendapatan

meningkat dari Rp 246.200/ha menjadi Rp 2.600.875/ha.

DAFTAR PUSTAKA

Ananto E. E., A. Supriyo dan Soentoro. 2000. Pengembangan Teknologi Pertanian

Tanaman Pangan Di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. Makalah Pada Seminar Hasil

Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Sumatera Selatan. 1 – 2

Maret 2000 di Palembang.

Arsyad, L. 1992. Ekonomi Pembangunan. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,

Yogyakarta.

Hutapea, Y., B. Raharjo, Subowo dan Rijalallah, 2005. Optimalisasi Budidaya Tanaman

Padi Pada Sawah Pasang Surut. Laporan Kerjasama South Sumatera Forest Fire

Management Project dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan,

Palembang.

Iqbal, M. 2005. Sepintas Mengenai Sistem Padi Sonor. Warta Hijau Sumatera Selatan,

edisi 1, 2005.

Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan

Pemerataan. Pustaka Cidesindo, Jakarta.

Raharjo, B., Y. Hutapea, Subowo dan Rijallah. 2005. Peningkatan Pendapatan Petani

Melalui Perbaikan Teknologi Budidaya Padi Di Lahan Pasang Surut. Laporan Tahun 2005.

Kerjasama South Sumatra Forest Fire Management Project dengan Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, Palembang.

Soekartawi. 1991. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Todaro, M.P. 1985. Economic Development In The Third World. Longman, New York.

Page 92: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

77

Pengalaman pengembangan kelompok tani, UPJA dan budidaya padi lahan

pasang surut di Desa Muara Telang

Herman – Kades Muara Telang dan Oto Lihman - PPL Muara Telang

I. PENDAHULUAN

Program SSFFMP melalui program pemberdayaan masyarakat di desa Muara Telang

Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin mulai tahun 2004/2005. adapun awal

kegiatan yang dilaksanakan adalah :

1. Survey lokasi lahan untuk alokasi lahan

2. Temu lapang dengan para petani, kelompok tani, perangkat desa dan PPL, diskusi

dengan para petani dan petugas terkait untuk merencanakan kegiatan yang

dilaksanakan pada kelompok tani sasaran

3. Mengadakan acara pertemuan dengan para petani mendiskusikan tentang masalah

yang dihadapi oleh para petani.

II. KEGIATAN PROGRAM

Langkah awal kegiatan yang pertama dilakukan meliputi :

1. Survey lokasi pada kelompok tani ” Karya Tani” di Parit Gantung yaitu dengan

melakukan penelitian sample tanah yang dilakukan oleh BPTP Sumatera Selatan,

Kepala Desa, PPL serta para petani yang tergabung dalam kelompok tani.

2. Survey lokasi pada Kelompok tani ” Tani Karya” di Teluk Bedegung dengan melakukan

penelitian sample tanah yang dilakukan oleh BPTP Sumatera Selatan, Kepala Desa,

PPL serta para petani yang tergabung dalam kelompok tani.

3. Melakukan uji coba percontohan (demplot) Unit Perlakuan Khusus (UPK) 2 unit yang

dilaksanakan pada :

a. Kelompok tani ” Karya Tani” Parit Gantung luas 5 Ha. Petani imbasnya 10 Ha.

Varietas yang ditanam Patmawati, Widas dan Ciherang hasil produksi ubinan

rata-rata 3,0 – 3,6 T/ha. GKP

b. Kelompok tani ” Tani Karya ” Teluk Bedegung luas 5 Ha. Petani imbasnya 10

Ha. Varietas yang ditanam Patmawati, Widas dan Ciherang hasil produksi

ubinan rata-rata 3,0 – 3,6 T/ha. GKP. Musim tanam tahun 2004/2005

III. PENGEMBANGAN KELOMPOK PERGULIRAN

Pengembangan perguliran kelompok pada musim tanam 2005/2006 dari 2 kelompok tani

percontohan berkembang menjadi 6 kelompok tani yaitu :

1. Kelompok tani ” Karya Tani” Parit Gantung 30 ha

2. Kelompok tani ” Tani Karya” Teluk Bedegung 30 ha

3. Kelompok tani ” Sumber Rejeki” Sungai Selat 20 ha

4. Kelompok tani ” Karya Usaha” Teluk Bedegung 15 ha

Page 93: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

78

5. Kelompok tani ” Harapan Baru” Teluk Kelapa 15 ha

6. Kelompok tani ” Harapan Bersama” Teluk Kelapa 10 ha

Jumlah 120 ha

Hasil produksi panen musim tanam 2005/2006 pada tiap-tiap kelompok tani setelah

mengadakan acara ” PANEN RAYA” bersama Bapak Bupati Banyuasin, Proyek SSFFMP,

BPTP Sumatera Selatan, Lembaga, badan serta Dinas Instansi yang terkait hasil ubinan

pada kelompok Tani Karya mencapai 3,86 T/ha GKP.

Begitu juga pada pada kelompok – kelompok berikutnya rata-rata hasil panen setelah

melakukan ubinan pada tiap – tiap kelompok tani berkisar antara 3, 86 – 4,0 T/ha. GKP

IV. KENDALA DILAPANGAN

Masalah yang ada dilapangan pada saat ini adalah :

1. Masih minimnya tingkat pengetahuan para petani (SDM)

2. Masih lemahnya modal petani yang dimiliki

3. Masih kurangnya sarana dan prasarana ditingkat lokasi usaha tani, alsintan,

drainase dan alat pasca panen

4. Masih kurang kom pada saat pengolahan lahan dan musim tanam sehingga pada

saat musim panen terlambat dan kena serangan hama tikus dan burung.

V. PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA

Untuk meningkatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pertanian (IPTEK) dari pihak

proyek SSFFMP memfasilitasi kegiatan bagi petani, kelompok tani, perangkat desa,

motivator desa dan penyuluh pertanian bekerjasama dengan BPTP Sumatera Selatan

berupa kegiatan :

1. Latihan tentang sistem budidaya pertanian

2. Latihan dan Kunjungan di lapangan (LAKU)

3. Study Banding ke Riau Pulp, Sawah Lunto Padang, Serpong, Suka Mandi, dan

Ciawi Bogor Jawa Barat

4. Mengadakan acara pelatihan kelembagaan bagi kelompok tani binaan dari LSM

Yayasan KEMASDA dan LSM Pendamping untuk 6 kelompok tani

VI. BANTUAN DARI SSFFMP PADA KELOMPOK TANI

Bantuan yang diberikan pada kelompok tani adalah :

1. Alsintan 2 unit Hand Traktor Mesin Kubota Body Quick (Implement, singkal,

gelebek dan garu)

2. 3 unit power tresher Mesin Honda G.300 7 HP

3. 4 unit Hand Sprayer merk Swan

4. Sarana Produksi (Saprodi) :

a. Pupuk Urea : 1.500 Kg

b. Pupuk SP.36 : 1.000 Kg

c. Pupuk KCL : 500 Kg

d. Benih Padi : 900 Kg

Page 94: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

79

5. Herbisida pratumbuh merk Basmilang 480 Asltr (kemasan 1 liter)

6. Insektisida merk Rudal 25 EC 10 ltr (kemasan 250 ml)

7. Bantuan langsung dana untuk penguatan modal LPMD Usaha Bersama dalam

rangka acara ”Panen Raya” pada sawah pasang surut MT. 2006 sebesar Rp.

12.000.000,- (dua belas juta rupiah)

VII. PENINGKATAN KELEMBAGAAN

Dengan adanya program binaan dari proyek SSFFMP bekersama dengan BPTP Sumatera

Selatan melalui program Pemberdayaan Masyarakat yang berwawasan gender maka di

Desa Muara Telang telah terbentuk dan berdiri 2 lembaga baru antara lain :

1. Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Usaha Bersama yang mana

pengurusnya kaum perempuan, sesuai dengan asaz hasil musyawarah dan mufakat

rapat anggota

2. berdasarkan informasi, pengarahan dan petunjuk teknis dari Badan Ketahanan Pangan

(BPK) Kabupaten Banyuasin, maka para kelompok tani beserta anggotanya mengadakan

rapat dan musyawarah, sehingga terbentuklah kelompok ” Lumbung Pangan

Masyarakat Desa” (LPMD) Usaha Bersma yang menaungi 6 kelompok tani yang

bergabung.

VIII. PERMOHONAN DAN HARAPAN

Untuk kemajuan peningkatan hasil yang optimal sesuai dengan harapan kita bersama para

petani dan kelomok binaan masih mengharapkan uluran tangan dari pemerintah, lembaga,

instansi terkait dan khususnya program SSFFMP Sumatera Selatan kami mohon dan

mengharapkan untuk tahun 2006/2007 sebagai berikut :

1. Optimalisasi pertanian yang merata

2. Budi daya ternak sapi

3. Jaringan saluran Tata Air Mikro (TAM)

4. Alat Pasca Panen (Box Dryer dan lantai jemur)

5. Sarana dan prasarana pemerintah desa adalah

a. Alat transportasi (Speed Boat)

b. Alat penerangan (genset listrik)

c. Gudang penyimpanan (alat-alat pencegahan kebakaran hutan dan lahan)

d. Sanitasi dan MCK

IX. PENUTUP

Demikian laporan kegiatan program binaan proyek SSFFMP dan kerjasama dengan Balai

Penelitian dan Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan, LSM serta Dinas Instansi

terkait melalui program pemberdayaan masyarakat dan segenepa aparat desa, motivator,

penyuluh pertanian yang ada didesa binaan.

Page 95: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

80

Pengalaman pengembangan kelompok tani padi budidaya lahan pasang surut di

Desa Prajen Jaya

Abbas, Ketua Kelompok Tani Kurnia Abadi Desa Prajen Jaya.

Menjadi sorang ketua kelompok tani merupakan hal yang sangat berharga sekali dalam

hidup saya, karena banyak sekali pengalaman, ilmu pengetahuan dan keterampilan saya

dapatkan. Untuk itu kepada Allah SWT saya bersyukur atas berkat dan rahmatnya,

kepada seluruh anggota kelompok tani kurnia abadi dan bone jaya, masyaakat desa prajen

jaya saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kepercayaannya kepada saya. Dan

tak lupa sekali saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada proyek SSFFMP yang telah

membantu dan membina desa prajen jaya yang sangat asay cintai.

Selama menjadi kurang lebih 3 tahun sebagai ketua kelompok tani banyak pengalaman,

ilmu pengetahuan dan keterampilan telah saya dapat dan alami. Untuk itu saya

menceritakan pengalman, ilmu engetahuna yang baik dan sangat berharga bagi saya,

kelompok masyarakat desa prajen jaya, yaitu :

Mendapatkan pelatihan pengolahan pengembangan usaha budidaya padi pasang

surut.

Mendapatkan pelatihan penggunaan alat-alat pertanian ; hand tractor dan

perontok

Mendapatkan pelatihan pengolahan pasca panen

Mendapatkan sosialisasi pengoperasian alat pengering gabah berbahan bakar

sekam

Mendapat pelatihan penyuluhan ebakaran hutan dan lahan

Mendapatkan pelatihan regu kebakaran

Mendapatkan pelatihan motivator desa

Mendapatkan pelatihan gender dan pelatihan ERT

Mendapatkan pelatihan dinamika kelompok

Mendapatkan motivasi dan bantuan tehnis cara mengelolah kelompok melalui

pendampingan rutin

Mengikuti study banding ke banten dan jawa barat

Dll

Beberapa pelatihan, study banding dan pendampingan yang telah saya sebutkan adalah

pengalaman, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya ikuti dan saya ingat saja,

tetapi mungkin masih banyak yang tidak saya sebutkan.

Sedangkan keadaan kelompok saat ini yang saya kelolah bersama anggota dan pengurus

yang lain telah mengalami peningkatan yaitu :

Kelompok telah memiliki pengurus dan keanggotaan yang tetap

Kelompok telah mempunyai tujuan sehingga paham mengapa harus berkelompok

Page 96: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

81

Kelompok telah mempunyai pembukuan administrasi organisasi dan administrasi

keuangan

Kelompok telah melakukan rapat anggota secara rutin

Kelompok telah menetapkan tabungan pokok, wajib, dan sukarela

Kelompok sudah bisa mebuat rencana kerja sendiri

Kelompok telah menyusun struktur organisasi kelompok

Dll

Tetapi tidak semua yang telah saya sebutkan berjalan dengan begitu lancar. Saya juga

mengalami sedikit kesulitan karena tida semua anggota pahan dan mengerti. Kesulitan

yang saya alami dalam hal mengajak dan menggugah kesadaran tentang pentingnya

menabung dan manjadikan rapat anggota adalah wadah untuk menyelesaikan semua

permasalahan yang ada dalam kelompok serta menghilangkan rasa curiga kepada

pengurus.

Dalam pengambangan usaha saat ini kelompok telah selesai melakukan panen. Panen kali ni

tergolong berhasil, karena telah sesuai dengan rencana kerja yang disusun. Walaupun ada

beberapa orang yang gagal dikarenakan penanaman tidak sesuai dengan perencanaan dan

perawatan yang kurang baik. Untuk pengembangan usaha, kelompok memelukan adanya

upaya – upaya tindak lanjut dari proyek SSFFMP sesuai dengan rekomendasi dari hasil-

hasil pertemuan pendampingan, seperti ;

Adanya perbaikan mesin bajak yang telah direkomendasikan oleh Bapak Gerald

Usaha kios saprodi

Permodalan

Adapun harapan saya yang mewakili kelompok dan masyarakat desa prajen jaya pada

umumnya kedepan adalah ;

Pihak proyek dapat menindak lanjuti usulan-usulan dan rekomendasi dari hasil-

hasil pertemuan kelompok

Adanya kerjasama yang lebih baik lagi dari semua pihak, dinas dan instansi

terkait

Kelompok berusaha untuk lebih mandiri

Demikianlah pengalaman yang dapat saya ceritakan lebih dan kurangnya mohon maaf yang

sebesar-besarnya. Semoga pengalaman yang saya ceritakan ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Page 97: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

82

TOPIK 2:

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI

PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI KAB BANYUASIN

1. Pengembangan Alat pengering gabah BB Sekam dan Kantong Hermetic)

di Desa Upang, Kecamatan Makarti Jaya

Budi Raharjo*, Sutrisno**, Yanter Hutapea* dan Renny Utami S*,

*“Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan dan Balai Besar

Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.

2. Dampak pengembangan Pengering Gabah BB Sekam di Kecamatan

Makarti Jaya

H Sumanto – Kepala Cabang Dinas Pertanian, Kecamatan Makarti Jaya

3. Pengalaman pengoperasian alat pengering gabah berbahan bakar sekam

di Desa Upang

M Andi Nasir, Kelompok Tani Maju bersama, desa Upang

Page 98: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

83

Pengembangan Alat Pengering Gabah Bahan Bakar Sekam dan Penyimpanan

Gabah dengan Sistem Hermetis

Budi Raharjo*, Sutrisno**, Yanter Hutapea* dan Renny Utami S*,

*“Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan dan Balai Besar Penelitian

Tanaman Padi, Sukamandi.

ABSTRACT

The study and assessment (Litkaji) were conducted in tidal swamp area in Upang, Upang

Ceria, Mulya Sari and Telangsari Village South Sumatera since February 2005. The

project’s proponent was researcher team of BPTP South Sumatera and was funded by

Project of South Sumatera Forest Fire Management Project (SSFFMP) European Union.

The materials used in the project were 3 (there) varieties of dried rice grains (GKP),

those varieties were Ciherang, IR42 Manggar and Tiga Dara. The drying processes were

conducted 4 (four) times; Ciherang variety was dried once, IR42 Manggar variety was

dried twice and Tiga Dara variety was dried once. Each batch of draining used 3.5 tons

of dried rice grains (GKP). The machine utilized for the process was dryer machine with

paddy husk as fuel (Dryer BBS) of Husk stove model ABC, that was resulted from

Balitpa’s research in 2003. The drying parameters were measured followed the method

of grains drying thin layer, and the measurement was done every hour. In each batch,

after being drained sample of dried rice grains (GKP) amounting to 3x50kg was kept for

at least 12 hours, followed by grinding test to obtain the number of grinding conversion

factor, and then the quality of rice sample was analyzed. The grinding test was utilizing

commercial rice grinding machine type Double Pass, property of UPJA group, that the

group establishment was initiated by SSFFMP. Meanwhile analysis of rice quality was

conducted in the Quality Control Laboratory in Balitpa. The result showed that to

decrease moisture content of rice grain from 20.34% to 13.01% approximately was

required approximately 10 hours of drying. The drying process took place in average

temperature of 40C and Vu=6.65 m/min. The average of grinding conversion was

64.00%, that was higher than the result of prior studies, by sun drying and dryer BBM,

which were 34.83% and 64.74% respectively. The cost of rice grains draining was Rp.

20.21/kg GKP, that was lower compare to the cost of rice grains draining by sun drying

and dryer BBM which were Rp. 40.00/kg GKP and Rp. 80.00/kg GKP respectively. The

utilization of dryer BBS husk stove model ABC involved farmers, owner of RMU and

owner of dryer BBS, whose obtained additional value Rp. 923,000.00/ha, Rp.

199,750.00/ha and Rp. 98,950.00/ha respectively. Disemination result box dryer have

been replicate amount 10 units in another villlage made by local workshop. This

assessment also introduce hermetic storage system to improve seed and paddy quality,

that conducted in Field Laboratory BPTP Sumsel and farmers location.

Page 99: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

84

I. PENDAHULUAN

Di Sumatera Selatan, luas lahan pasang surut mencapai lebih kurang 1,3 juta hektar,

sampai saat ini telah direklamasi seluas 329.987 hektar yang ditujukan untuk menunjang

program transmigrasi, dimana setiap keluarga petani memperoleh lahan seluas 2,25

hektar, terdiri dari lahan perkarangan 0,25 hektar dan lahan usaha 2 hektar.

Lahan pasang surut Sumatera Selatan memiliki spesifikasi yang kurang menguntungkan

dipandang dari kepentingan pasca panen. Curah hujan dan kelengasan tanah yang tinggi,

menyebabkan tanah mudah tergenang. Mayoritas para transmigran yang menghuni wilayah

pasang surut, memiliki lahan sawah rata-rata 2 ha. Pada saat terjadi kegiatan panen yang

sifatnya serempak dan harus selesai dalam waktu singkat, akan terjadi kelangkaan tenaga

kerja. Selain itu fasilitas panen yang dimiliki petani minim, sehingga proses berlangsung

dalam waktu yang relatif panjang. Kondisi ini tidak menguntungkan untuk mengeringkan dan

penyimpanan hasil panen. Dampaknya mutu beras giling menjadi rendah (Sutrisno dan Ananto,

2000). Selain mutu beras giling, masalah lain yang dirasakan dalam hal penanganan pasca

panen adalah penyimpanan untuk benih.

Kegiatan penelitian dan pengkajian (Litkaji) mengenai penanganan pasca panen padi sudah

dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian sejak era Proyek SWAMP, ISDP dan SUP

Pasang Surut Sumsel. Dari beberapa hasil litkaji tersebut, mulai tahun 2004

diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bekerjasama dengan

SSFFMP yang bertujuan meningkatkan pendapatan petani sebagai salah satu cara

mengurangi kebakaran hutan dan lahan di Sumsel (Raharjo et al., 2005a).

Selanjutnya pada tahun 2006 ini kerjasama yang telah dijalin dengan pihak SSFFMP akan

diperluas dengan keterlibatan lembaga penelitian internasional yaitu IRRI. Keterlibatan

IRRI dengan program post production work group tidak terlepas dari hasil telah dicapai

selama ini, terutama dalam hal pengeringan gabah dengan menggunakan alat pengering

modifikasi tipe box (flat bed) berbahan bakar sekam padi dan penggenalan Rice Milling

Units (RMU) double past.

1.1. Teknologi Alat Pengering Gabah Berbahan Bakar Sekam

Untuk meningkatkan daya saing beras lokal diperlukan teknologi yang dapat meningkatkan

rendemen dan mutu beras giling, serta menurunkan biaya produksi beras.

Upaya meningkatkan produksi hasil pertanian dapat dilakukan melalui perluasan areal

tanam yang di lahan transmigrasi wilayah pasang surut Sumsel juga dilakukan dengan

pembakaran lahan. Padahal masih terbuka peluang untuk meningkatkan produksi dan

pendapatan petani dengan menekan kehilangan hasil panen dan meningkatkan kualitasnya

yang akan meningkatkan nilai jual. Dengan demikian petani lebih diberdayakan untuk

memperkuat potensi yang ada pada mereka dengan memberikan bantuan yang

memungkinkan mereka untuk berkembang.

Page 100: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

85

Mengeringkan gabah di lahan pasang surut Sumsel umumnya masih dilakukan dengan

fasilitas yang minim seperti tikar, terpal. Namun ada juga yang menggunakan lantai

jemur. Kesemuanya ini tergantung penuh dengan sinar matahari. Hal ini akan menjadi

masalah ketika musim hujan tiba.

Penggunaan bahan bakar minyak untuk pengeringan gabah harganya terus meningkat, juga

sebagai akibat biaya transportasi dan ketersediaannya sering mengalami kelangkaan. Di

lain fihak, keberadaan sekam di unit-unit penggilingan padi cukup banyak, dan posisinya

lebih dipandang sebagai limbah. Oleh karena itu hadirnya tungku model “ABC”

menggunakan sekam sebagai bahan bakarnya di dalam sistem pengeringan menggantikan

fungsi burner BBM, membuka peluang menurunkan biaya pengeringan. Biaya pengeringan

gabah tidak saja menjadi lebih rendah tetapi cukup bersaing dengan penjemuran. Hal ini

akan membuka peluang dimana mesin pengering tidak hanya digunakan pada panen musim

hujan tetapi juga di musim kemarau. Dengan demikian masa operasi mesin pengering per

tahun akan bertambah panjang.

Selain ramah lingkungan karena menggunakan sekam yang selama ini masih dianggap

sebagai limbah, abu sekam hasil pembakaran dari tungku t dapat digunakan untuk

memperbaiki keasaman tanah lahan pasang surut (bahan amelioran).

Hasil percobaan pengeringan gabah galur S 3254 sebanyak 5,5 t hasil panen MK-2 IP 300

di Kebun Percobaan Sukamandi menggunakan Dryer BBS tungku model ABC dan dikontrol

oleh penjemuran, menunjukkan bahwa rendemen beras giling berturut-turut 64,50 % dan

60,40 %; sedangkan persentase beras kepala berturut-turut 76,35 % dan 64,30 %

(Sutrisno et al., 1999). Percobaan pengeringan gabah varietas Ciherang sebanyak 2002 kg

menggunakan dryer BBS dan dikontrol oleh penjemuran, menunjukkan bahwa rendemen

beras giling berturut-turut 66,47 % dan 64,27 %; persentase beras kepala berturut-

turut 80,07 % dan 60,51 %; biaya pengeringan dryer BBS, penjemuran, dan dryer BBM

berturut-turut Rp.22,55/kg GKP; Rp.30,00/kg GKP; dan Rp.60,00/kg GKP (Sutrisno,

2004).

Hasil ujicoba pada kegitan CD SSFFMP di Desa Upang menunjukkan, bahwa rendemen

giling rata-rata dari tiga varietas (Ciherang, IR42 Manggar dan Tiga Dara) sebesar

64,00%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penjemuran (60,00%) dan

Dryer BBM (62,00%) pada penelitian sebelumnya. Persentase beras kepala rata-rata dari

tiga varietas sebesar 69,96% juga lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penjemuran

(34,83%) dan Dryer BBM (64,75%) (Raharjo et al., 2005b).

1.2. Teknologi Penyimpanan Gabah dan Benih

Di lahan pasang surut Sumatera Selatan sebagian besar pertanaman padi dilaksanakan

satu kali atau satu musim, yaitu pada saat musim hujan Oktober-April. Kondisi ini

menyebabkan masalah penyimpanan hasil terutama untuk stock gabah konsumsi dan benih

Page 101: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

86

menjadi masalah. Panen yang dihasilkan pada bulan Februari-April, untuk benih harus

disimpan selama 6-8 bulan menunggu musim berikutnya.

Cara dan alat penyimpanan gabah dan benih yang kurang optimal yang dilaksanakan oleh

petani saat ini menyebabkan antara lain; (i) Daya tumbuh benih menurun; (ii) Tingkat

kerusakan gabah dan benih akibat serangan hama gudang ( tikus, serangga bubuk) tinggi;

dan (iii) Kualitas dan rendemen beras giling yang rendah.

Teknologi penyimpanan gabah dan benih yang sederhana dan secara efektif dapat

meningkatkan lama simpan, mengurangi tingkat serangan hama gudang dan sekaligus

meningkatkan kualitas dan rendemen beras giling telah diuji coba di beberapa negara.

Penelitian yang dilaksanakan oleh IRRI dan Balai Besar Pasca Panen telah merekomendasi

beberapa cara penyimpanan sederhana antara lain penggunaan hermetic storage. Metode

pada penyimpanan ini adalah dengan cara mengurangi kandungan oksigen di dalam tempat

penyimpanan < 2%, kadar oksigen yang sangat rendah menyebabkan serangga atau kutu

tidak dapat hidup.

Penggunaan bahan yang selektif dapat menciptakan suasana hermetic di dalam tempat

penyimpanan. Beberapa jenis alat atau bahan yang dapat digunakan antara lain

penggunaan superbag atau "kantong semar".

1.3. Tujuan

1. Memperbaiki kualitas, meningkatkan rendemen dan mempertahankan daya simpan

produk pertanian, terutama padi untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan

petani di lahan Rawa Pasang Surut Sumatera Selatan di lokasi Desa-desa Prioritas

CD SSFFMP.

2. Diseminasi teknologi penanganan pasca panen untuk meningkatkan mutu dan daya

simpan gabah atau benih di lahan rawa pasang surut bekerjasama dengan IRRI dan

Balitpa

3. Meningkatkan pendapatan melalui perbaikan teknologi penanganan pasca panen

padi.

1.4. Luaran

Perbaikan kualitas, peningkatan rendemen dan daya simpan produk pertanian, terutama

padi untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani di lahan Rawa Pasang Surut

Sumatera Selatan

II. METODOLOGI

2. 1 Pendekatan

Pengkajian dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif petani dengan memprioritaskan

pemecahan masalah setempat (petani dan lahan) sehingga diharapkan dampaknya akan

langsung dirasakan petani. Pemecahan masalah teknis budidaya dipecahkan melalui

penerapan teknologi yang sudah ada secara optimal, atau mengadaptasikan beberapa

Page 102: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

87

alternatif teknologi yang dihasilkan Puslit/Balit terkait. Teknologi yang diterapkan

mempertimbangkan kemampuan petani dan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan

dan melibatkan partisipasi petani. Upaya peningkatan partisipasi petani dilakukan melalui

pengembangan teknologi yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka dan

kerjasama antar institusi/kelembagaan untuk mempertajam penilaian dan mempercepat

upaya dan mempermudah pengembangan selanjutnya.

2.2. Ruang Lingkup Pengembangan Alat Pengering Gabah Berbahan Bakar Sekam

2.2.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilakukan pada bulan Februrai s/d Desember 2006 dengan mengambil lokasi

di daerah sentra produksi padi lahan pasang surut Kabupaten Banyuasin. Kelompok

sasaran kegiatan ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok UPJA, diutamakan

yang dekat atau memiliki fasilitas penggilingan.

2.2.2. Bahan

Bahan berupa gabah basah (GKP) hasil panen petani yang selanjutnya akan dikeringkan

menggunakan alat pengering.

2.2.3. Peralatan Yang Digunakan

Peralatan yang digunakan yaitu;

(1) 1 unit mesin pengering box dryer tungku tunggal model “ABC” bahan bakar sekam, (2)

Flow meter, (3) Moisture Meter, (4) RMU, dan (5) Peralatan pendukung lainnya.

Mesin pengering yang digunakan adalah mesin pengering tungku tunggal bahan bakar

sekam model “ABC” bahan bakar sekam, kapasitas 3 t GKP. Mesin pengering ini terdiri

dari 3 komponen, yaitu bak pengering, tungku, dan blower aksial yang digerakkan oleh

motor bakar.

1. Bak Pengering

Bak pengering berbentuk kotak berukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 1,1 m,

terbuat dari tembok menggunakan bahan bata merah, semen, dan pasir. Agar

konstruksinya kokoh maka diperkuat dengan menggunakan kerangka besi beton pada

setiap sudut dan dibagian tengah setiap bidang sisi-sisinya, kemudian kerangka besi

beton tersebut dihubungkan dengan slope. Pada ketinggian 50 cm dari alas, dipasang besi

pelat porus dengan Ø lubang pori 2 mm, sebagai alas dari ruang pengering (Gambar 1).

Page 103: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

88

Keterangan :

1. Bak Pengering 2. Besi Pelat Porus 3. Termometer Jarum

4. Pintu unloading 5. Tangga 6. Sal udara dari bhn terpal

7. Blower aksil 60 cm 8. Plenum 9. Motor bakar penggerak blower

10. Tungku

Dengan demikian ruang pengering sebagai tempat gabah yang akan dikeringkan

mempunyai ukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 60 cm. Di sebelah bawah dari ruang

pengering merupakan ruangan kosong untuk menampung udara pengering (plenum) dengan

ukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 50 cm. Ruang plenum bagian depan pada posisi

tengah, dibuat lubang pemasukan udara pengering, berbentuk empat persegi panjang

dengan ukuran panjang (sisi mendatar) 41cm, dan tinggi (sisi tegak) 32 cm. Pada posisi

tengah dari salah satu sisi panjang bak pengering, dibuat lubang pintu “unloading”

dengan ukuran lebar 50 cm dan tinggi 60 cm. Pada alas ruang pengering yang terbuat dari

besi pelat porus, dibuat pintu yang dapat dibuka dan ditutup (biasanya pada salah satu

sudut bagian belakang) berukuran 50 cm x 50 cm, yang diperlukan oleh petugas untuk

membersihkan ruang plenum. Pemasangan besi pelat lubang menggunakan kerangka kayu

berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 50 cm, bahan dari kayu kaso berukuran 4x6

cm. Pada setiap sudut dari bujur sangkar ditopang oleh kaki setinggi 50 cm, dari bahan

yang sama. Di bagian depan ruang plenum, pada posisi samping dari lubang pemasukan

udara pengering, dipasang sebuah termometer jarum berdiameter ± 7 cm, kemampuan

ukur 100 °C, untuk mengukur suhu udara di dalam ruang plenum (suhu pengeringan).

2

5

8

1

3

4 6

7

9

10

Gambar 1. Mesin pengering box dryerbahan dari tembok + tungkutunggal model “ABC”

Page 104: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

89

2. Tungku

Tungku sekam yang digunakan yaitu tungku tunggal model “ABC” bahan bakar sekam, hasil

penelitian Balitpa tahun 2003. Tungku ini mempunyai konstruksi “knock down” terbuat

dari bahan besi pelat dengan ketebalan 2 mm, dan 1,2 mm. Tungku terdiri dari 4

komponen yaitu ruang pembakaran sekam, hopper yang dilengkapi dengan nako, rumah

tungku, dan cerobong asap. Tungku menggunkan sistem pemenasan udara secara tidak

langsung (indirect heating), sehingga udara pengering yang dihasilkan bersih, bebas dari

segala bentuk polusi. Oleh karena itu pengering ini dapat digunakan untuk mengeringkan

berbagai macam komoditas, baik yang masih terlindung oleh kulit maupun yang sudah

dikupas, tanpa mengganggu aroma dari produk keringnya. Sketsa dari tungku yang

dimaksud ditunjukkan oleh Gambar 2.

Keterangan :

1. Nako 5. Pintu darurat 9. Roda

2. Hopper 6. Penyambung

3. Cerobong asap 7. Saluran penghubung

4. Rumah tungku 8. Penyambung

Gambar 2. Tungku sekam model “ABC” bahan bakar sekam

3. Blower

Blower yang digunakan yaitu blower tipe aksial Ø 60 cm, yang digerakkan oleh sebuah

motor diesel 7,2 PS.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Page 105: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

90

2.3 Ruang Lingkup Ujicoba Teknologi Penyimpanan Gabah dan Benih

2.3.1. Penentuan Lokasi Ujicoba

Lokasi pengembangan yang dipilih haruslah memenuhi persyaratan antara lain : (1) Sentra

produksi padi di lahan pasang surut Sumatera Selatan, (2) Memiliki respon yang positip

terhadap pengembangan teknologi penyimpanan gabah dan benih, (3) Memiliki

permasalahan penyimpanan gabah dan benih.

2.3.2. Bahan

Gabah atau benih yang sudah dikeringkan sampai kadar air aman untuk disimpan.

2.3.2. Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan antara lain; (1) IRRI Super Bag, (2) Kantong Semar, (3) Vulcani

Cube kapasitas 5 t, (4) IRRI Moisture Meter, (5) Oxygen Meter, (6) IRRI Quality Kits,

(7) Karung, dan (8) Drum atau derigen plastik.

2.3.4. Sosialisasi Kegiatan di lokasi Petani .

Rencana kegiatan/kerja yang akan dilakukan di lokasi tersebut dan sejauh mana

keterlibatan petani pada kegiatan dimaksud akan dijelaskan pada tahap sosialisasi ini.

Pada tahap ini juga dijelaskan mengenai sejauh mana manfaat dari kegiatan ini pada

petani atau kelompok tani.

2.3.5. Demontrasi dan Pelatihan Penggunaan Alat Penyimpanan

Materi yang diberikan berupa teori dan praktek penyimpanan alat pengering dan

pengetahuan dasar tentang proses penyimpanan benih dan gabah. Selain itu diberikan

juga materi teknologi penanganan pasca panen mulai dari panen, perontokan dan

pengeringan. Peserta pelatihan terdiri anggota kelompok tani, PLL dan petugas lapang.

2.3.6 Monitoring dan Pencatatan

Kegiatan ini dilakukan oleh Tim sebagai bagian pertanggungan jawaban terhadap hasil

kegiatan yang diadakan. Sedangkan tujuannya yaitu untuk mengetahui secara dini

masalah-masalah yang masih terjadi di lapangan, dan selanjutnya mencarikan jalan

keluarnya. Masalah ini dapat bersifat teknis, sosial, atau budaya. Dalam usahanya untuk

mendapatkan jalan keluar dari masalah yang timbul di lapangan, Tim pengkajian dapat

berkonsultasi dengan Tenaga Ahli dari Balitpa, BPTP Sumsel , SSFFMP dan IRRI.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengeringan Gabah Menggunakan Alat Pengering Tipe Box Modifikasi dengan

Tungku Sekam Model ABC.

Page 106: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

91

Hasil pengukuran parameter pengeringan disajikan pada Tabel 1, dan pola penurunan

kadar air gabah per lapis selama proses pengeringan berlangsung ditunjukkan oleh

Gambar 3. Dari Tabel 1 tampak bahwa untuk menurunkan kadar air gabah dari 19,76 %

menjadi 13,44 % memerlukan waktu 10 jam, atau laju pengeringan rata-rata sebesar 0,63

%/jam. Proses pengeringan gabah berlangsung pada suhu rata-rata, Tpl= 40 °C, dan Vu

=6,65 m/menit. Suhu dan kadar air gabah per lapis tidak sama, TB>TT>TA dan MB<MT<MA

(Gambar 3). Hal ini disebabkan aliran udara panas dari bawah ke atas.

Tabel 1. Hasil pengukuran parameter pengeringan gabah varietas IR42 Manggar di Desa

Upang lahan pasang surut Sumatera Selatan (Februari 2005).

Ta (°C) Tgabah (°C) Mgabah (%)No

.

WIB

Tbk Tbb

Tpl

(°C)

Te

(°C)B T A B T A

M

(%)

Vu

(m/me

nit)

0 10.00 - - - 19,7

6

19,7

6

19,7

6

19,7

6

6,50

1 11.00 34,

50

31,5

0

36,

00

32,

00

33,

67

31,5

0

31,2

0

18,5

0

19,5

0

19,7

0

19,2

3

6,50

2 12.00 34,

50

31,5

0

40,

00

32,

00

38,

00

35,

00

32,

50

18,0

0

19,3

0

19,5

0

18,9

3

6,50

3 13.00 35,

50

32,

50

40,

00

32,

00

39,

50

35,

50

32,

50

17,6

0

19,0

0

19,4

0

18,6

7

6,50

4 14.00 36,

50

32,

50

42,

00

32,

50

40,

00

36,

00

34,

00

16,9

7

18,5

0

19,1

0

18,1

9

6,50

5 15.00 36,

50

32,

50

40,

00

32,

50

40,

00

38,

50

36,

00

15,4

0

18,3

3

18,5

3

17,4

2

6,50

6 16.00 31,0

0

29,

00

40,

00

35,

00

40,

00

39,

20

36,

50

14,0

7

16,5

0

17,8

0

16,1

2

6,50

7 17.00 32,

50

30,

20

42,

00

35,

50

41,0

0

39,

50

38,

00

13,1

7

15,7

0

16,9

0

15,2

6

6,50

8 18.00 32,

50

30,

50

40,

00

35,

50

40,

00

39,

00

38,

50

12,8

0

14,5

0

16,0

0

13,8

7

7,00

Page 107: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

92

9 19.00 31,0

0

29,

00

40,

00

35,

00

40,

00

39,

50

39,

00

12,4

0

13,3

0

15,5

0

13,7

3

7,00

10 20.0

0

29,

00

27,

00

40,

00

35,

00

40,

00

40,

00

39,

50

11,9

0

13,1

5

15,2

7

13,4

4

7,00

Rata-rata 33,

35

30,

62

40,

00

33,

70

6,65

Keterangan :

Ta, suhu ambient Te, suhu exhaust MB, kadar air

gabah lapis bawah

Tbk, suhu bola kering TB, suhu gabah lapis bawah MT, kadar air

gabah lapis tengah

Tbb, suhu bola basah TT, suhu gabah lapis tengah MA, kadar

air gabah lapis atas

Tpl, suhu plenum (suhu pengeringan) TA, suhu gabah lapis atas M, kadar air

gabah rata-rata

Vu, kecepatan aliran udara

Gambar 3. Pola penurunan kadar air gabah per lapis selama proses pengeringan.

Penurunan kadar air gabah selama 10 jam proses pengeringan pada lapisan bawah, tengah

dan atas berturut-turut sebesar 7,86%; 6,61% dan 4,49%. Pola yang terjadi pada Tabel 1

dan Gambar 4, sama dengan pola pada varietas yang lain yaitu Tiga Dara, dan Ciherang.

0 .0 0

5 .0 0

1 0 .0 0

1 5 .0 0

2 0 .0 0

2 5 .0 0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0

W a k tu ( j a m )

K.a

.gab

ah(%

)

B

T

A

Page 108: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

93

3.2 Test Penggilingan

Test penggilingan menghasilkan angka rendemen giling, ditunjukkan oleh Tabel 2

Tabel 2. Rendemen beras giling beberapa varietas gabah hasil pengeringan Dryer BBS.

No. Varietas Gabah Rendemen (%)

1. IR42 Manggar 64,00

2. IR42 Manggar 63,75

3. Tiga Dara 63,25

4. Ciherang 65,00

Rata-rata 64,00

Angka rendemen beras giling rata-rata sebesar 64,00 % (Tabel 2) lebih tinggi

dibandingkan dengan hasil penjemuruan dan Dryer BBM hasil penelitian sebelumnya

berturut-turut 60 % dan 62 % (Ananto et al., 1999).

3.3. Analisis Mutu Beras

Analisis mutu beras dilaksanakan di Laboratorium Gugus Kendali Mutu di Balitpa, hasilnya

ditunjukkan oleh Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis mutu beras (% beras kepala) beberapa varietas gabah hasil

Dryer BBS di Desa Upang lahan pasang surut Sumatera Selatan.

No. Varietas Gabah Beras Kepala (%)

1. IR42 Manggar 79,75

2. IR42 Manggar 63,51

3. Tiga Dara 59,69

4. Ciherang 76,89

Rata-rata 69,96

Persentase beras kepala rata-rata sebesar 69,96 % (Tabel 3) lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil penjemuran dan Dryer BBM hasil penelitian sebelumnya berturut-turut

34,83 % dan 64,75 % (Ananto et al., 1999).

3.4. Perhitungan Ekonomi

Perhitungan secara ekonomis dilakukan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh

oleh berbagai fihak yang terlibat dalam penerapan teknologi yaitu petani, RMU, dan

Dryer BBS.

Asumsi :

Produktivitas lahan : 5 t GKP/ha

Rendemen pengeringan dengan Dryer BBS 87,5 %

Page 109: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

94

Rendemen penjemuran 85 %

Rendemen beras giling dengan Dryer BBS 64,00 %

Rendemen penjemuran 60,00 %

% beras kepala hasil Dryer BBS 69,96 %, harga beras Rp.2.200,-/kg

% beras kepala hasil penjemuran 34,83 %, harga beras Rp.1.900,-/kg

Upah penjemuran Rp.40,00/kg GKP

Upah Dryer BBS sama dengan upah penjemuran Rp.40,-/kg GKP (Biaya pokok Rp.20,21.kg

GKP)

Upah giling dibayar natura sebesar 15 % dari hasil beras yang digiling.

Hasil samping bekatul 8 % dari GKG; harga jual Rp.250,-/kg

Tabel 3. Analisis Biaya Pengeringan Menggunakan Dryer BBS dan Penjemuran pada Bulan

Februari 2005

Uraian Dryer BBS Penjemuran

Pengeluaran

Upah pengeringan 5.000 GKP (Rp) 200.000 200.000

GKG yang didapat (kg) 4.375 4.250

BG yang didapat (kg) 2.800 2.550

Upah penggilingan 15 % x BG (kg) 420 382,5

Upah penggilingan (Rp) 924.000 726.750

Bekatul untuk RMU 4 % (kg) 112 102

Bekatul untuk RMU Rp.250,-.kg

(Rp)

28.000 25.500

Total pengeluaran (Rp) 1.152.000 952.250

Pendapatan

BG netto (kg) 2.380 2.167,5

Uang yang didapat dari penjualan

beras (Rp)

5.236.000 4.118.250

Uang dari penjualan bekatul 8 %

(Rp)

56.000 51.000

Total pendapatan (Rp) 5.292.000 4.169.250

Pendapatan petani (Rp/ha) 4.140.000 3.217.000

Nilai tambah bagi petani (Rp/ha) 923.000 0,00

Nilai tambah bagi penggilingan 199.750 0,00

Page 110: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

95

(Rp/ha)

Nilai tambah Dryer BBS (Rp/ha) 98.950 0,00

Nilai tambah RMU+Dryer BBS

(Rp/ha)

298.700 0,00

3.5. Diseminasi dan Penyebar Luasan Alat Pengering Tipe Box Modifikasi dengan

Tungku Sekam Model ABC.

Kegiatan diseminasi yang dilakukan antara lain:

1. Sosialisasi alat pengering gabah berbahan bakar sekam kepada pengelola bengkel

alsintan, pemilik RMU, kelompok tani.

2. Kunjungan lapang ke pengusaha RMU dan Bengkel Alsintan.

3. Pameran pada acara Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Daerah dan Nasional

4. Pembuatan materi pameran/panel alat pengering gabah berbahan bakar sekam

5. Seminar Regional, Nasional dan Internasional.

Kegiatan ini bertujuan;

Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan operator dalam

pengoperasian dan penggunaan alat pengering gabah.

Mendesiminasikan teknologi pengeringan gabah mengunakan bahan bakar sekam

kepada pengelola bengkel alsintan, pemilik RMU, kelompok tani, petugas pertanian

lapangan dan stake holder lainnya.

Sedangkan keluaran yang diharapkan;

Terdesiminasikannya teknologi pengeringan gabah dengan menggunakan bahan

bakar sekam padi kepada petani kooperator dan non-kooperator, petugas

pertanian lapangan dan stake holder lainnya.

Hasil yang didapat:

Peserta yang mengikuti kegiatan sosialisasi alat pengering gabah bahan bakar

sekam pada tanggal 30 September 2005 di Palembang sebanyak 40 orang.

Pembuatan tungku sekam dan blower axial oleh bengkel lokal pada 2 (dua) bengkel

alsintan.

Replikasi alat pengering gabah berbahan bakar sekam oleh pengusaha RMU

sebanyak 10 unit.

Perbaikan disain blower axial untuk kapasitas pengering yang lebih besar

menggunakan disain dari Vietnam oleh bengkel Santoso di Palembang.

Pembuatan tungku sekam oleh Bengkel Santoso di Palembang.

Page 111: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

96

Rencana pembuatan fasilitas “blower testing” kerjasama antara IRRI-BPTP

Sumsel dan SSFFMP serta Unsri.

Tabel 4. Penyebaran Replikasi Alat Pengering Gabah Berbahan Bakar Sekam pada

Pengusaha RMU dampak dari Diseminasi Hasil Kegiatan CD SSFFMP.

No Nama Kapasitas

Tungku

Ukuran Bak

Pengering

Bengkel

Pembuat

Lokasi Keteranga

n

1. Andi Kube 6-8 ton (3x10x1,3)

m3

Bengkel

Ramin

Desa Upang

Ceria

Box Dryer

Modifikasi

2. Harsono 3,5 ton (6x2x1,1) m3 Bengkel

Ramin

Desa Sri

Mulyo

Box Dryer

Agrindo

3. H. temu 6-9 ton (3x10x1,2)

m3

Bengkel

Ramin

Desa Upang

Ceria

Box Dryer

Modifikasi

4. Arsyad 6-8 ton Bengkel

Ramin

Desa Upang

Ceria

Box Dryer

Modifikasi

5. H. Saude 8-10 ton (4x10x1,2)

m3

Bengkel

Ramin

Desa Upang

Ceria

Box Dryer

Modifikasi

6. Usup Bengkel

Mamat

Jalur 8

Saleh

Box Dryer

Modifikasi

7. H. Taro Bengkel

Mamat

Desa Upang

Mulia

Box Dryer

Modifikasi

8. Mad Alok Bengkel

Mamat

Desa Upang

Mulia

Box Dryer

Modifikasi

9. p.m Bengkel

Mamat

Desa Saleh

Agung

Box Dryer

Modifikasi

10. p.m Bengkel

Mamat

Desa Saleh

Agung

Box Dryer

Modifikasi

3.5. Ujicoba Teknologi Penyimpanan Gabah dan Benih

Teknologi penyimpanan gabah dan benih yang sederhana dan secara efektif dapat

meningkatkan lama simpan, mengurangi tingkat serangan hama gudang dan sekaligus

meningkatkan kualitas dan rendemen beras giling telah diuji coba di beberapa negara.

Penelitian yang dilaksanakan oleh IRRI dan Balai Besar Pasca Panen telah merekomendasi

beberapa cara penyimpanan sederhana antara lain dengan metode hermetic storage.

Metode pada penyimpanan ini adalah dengan cara mengurangi kandungan oksigen di dalam

Page 112: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

97

tempat penyimpanan < 2%, kadar oksigen yang sangat rendah menyebabkan serangga atau

kutu tidak dapat hidup.

Penggunaan bahan yang selektif dapat menciptakan suasana hermetic (vakum) di dalam

tempat penyimpanan. Beberapa jenis alat atau bahan yang dapat digunakan antara lain

penggunaan superbag atau "kantong semar". Untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman tentang manajemen penanganan pasca panen untuk meningkatkan kualitas

gabah dan benih bagi petani, operator RMU, petugas lapang, dan peneliti/penyuluh maka

dilaksanakan ujicoba teknologi penyimpanan gabah dan benih dengan system hermetis

menggunakan “IRRI Superbag” dan “Kantong Semar”, serta pelatihan managemen pasca

panen.

Kegiatan Pelatihan Pasca Panen dan Ujicoba Penyimpanan ini bertujuan;

1. Menjelaskan standar mutu dari gabah dan benih,

2. Menetapkan standar mutu dari gabah dan benih menggunakan IRRI quality kit,

3. Merakit dan menyiapkan sistem penyimpanan hermetis untuk menyimpan gabah

dan benih, dan

4. Melaksanakan percobaan dan demonstrasi penyimpanan gabah dan benih dengan

sistem hermetis

Hasil yang didapat:

1. Pelatihan managemen pasca panen padi yang telah diselengarakan pada tanggal

27-28 Februari 2006 bekerjasama dengan IRRI dan Balitpa Sukamandi dan

diikuti oleh 34 orang peserta.

2. Beberapa hasil dari ujicoba penggunaan IRRI Superbag dan Kantong Semar yang

dilakukan pada laboratorium lapangan BPTP Sumsel dan petani disajikan pada

beberapa Tabel berikut:

Tabel 5. Data Pengamatan Kadar Air Benih Awal (%) Ujicoba Hermetic Storage di Lab

Pasca Panen Desa Mulyasari 17-04-2006

Ulangan kePerlakuan

I II III IV V

CSm 12,6 10,3 9,9 11,7 8,7

CSb 9,6 9,8 9,4 10,0 9,5

LSm 10,6 10,3 10,2 11,5 11,7

LSb 11,0 11,6 11,9 10,7 11,3

Drum Palstik 8.9 - - - -

Derigen Plastik 8,8 8,8 - - -

Page 113: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

98

Tabel 6. Data Pengamatan Berat Benih Awal (Kg) Ujicoba Hermetic Storage di Lab Pasca

Panen Desa Mulyasari 17-04-2006

Ulangan kePerlakuan

I II III IV V

CSm 50 50 50 50 50

CSb 51 57 55 53 53

LSm 54 56 55 55 53

LSb 64 54 55 59 60

Drum Palstik 72 - - - -

Derigen Plastik 16,5 18,6 - - -

Tabel 7. Data Pengamatan Daya Tumbuh Awal (%) Ujicoba Hermetic Storage di Lab

Pasca Panen Desa Mulyasari

UlanganPerlakuan

1 2 3 4 5

CSm 94 95 95 72 97

CSb 93 89 95 95 96

LSm 91 91 92 93 95

LSb 60 81 49 47 89

Drum 94

Gerigen 88 94

Keterangan :

(1) CSm = Benih varietas Ciherang disimpan menggunakan Kantong Semar

(2) CSb = Benih varietas Ciherang disimpan menggunakan IRRI Superbag

(3) LSm = Benih varietas IR-42 Manggar disimpan menggunakan Kantong Semar

(4) LSb = Benih varietas IR-42 Manggar disimpan menggunakan IRRI Superbag

Tabel. 8 Pengamatan Kadar Air dan Berat Gabah pada Ujicoba Penyimpanan Benih dengan

Sistem Hermetis setelah 3 (Tiga) Bulan Waktu Penyimpanan.

No Perlakuan Kadar Air (%) Berat (kg) Tanggal

Pengamatan

1. CSm (I) 9,4 50 01-08-2006

2. CSb (I) 9,3 51 01-08-2006

3. LSm (I) 10,5 54 01-08-2006

4. LSb (II) 12,5 54,3 01-08-2006

Page 114: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

99

Tabel 9. Data Ujicoba Penyimpanan gabah dan benih milik petani menggunakan IRRI

Superbag di Desa Upang, Kec Makarti Jaya.

No Ulangan Kadar air

rata-rata

(%)

Pemilik Varietas Tanggal Keteranga

n

1. I 13 Shobirin IR-42 Manggar 16-3-2006 Benih

2. II 13 Shobirin IR-42 Manggar 16-3-2006 Benih

3. III 14,6 Shobirin IR-42 Manggar 16-3-2006 Benih

4. IV 14,6 Shobirin IR-42 Manggar 16-3-2006 Benih

5. V 10,8 Sumaji IR-42 Manggar 16-3-2006 Konsumsi

Tabel 10. Data Ujicoba Penyimpanan gabah dan benih milik petani menggunakan Kantong

Semar di Desa Telang Sari, Kec Muara Telang

No Berat awal

(kg)

Kadar air

rata-rata

(%)

Pemilik Varietas Tanggal Keteranga

n

1. 49 12 Mursidi 14-6-2006 Benih

2. 54,5 12,5 Mursidi 14-6-2006 Benih

3. 55,5 12,6 Mursidi 14-6-2006 Benih

4. 54 12,5 Mursidi 14-6-2006 Benih

5. 54,5 12,3 Mursidi 14-6-2006 Benih

6. 54 12,8 Mursidi 14-6-2006 Benih

7. 55,5 12,7 Mursidi 14-6-2006 Benih

8. 55 12,2 Mursidi 14-6-2006 Benih

9. 53 11,8 Mursidi 14-6-2006 Benih

10 53 11,8 Mursidi 14-6-2006 Benih

Page 115: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

100

Tabel 11. Data Ujicoba Penyimpanan gabah dan benih milik petani menggunakan Kantong

Semar di Desa Mulya Sari, Kec Muara Telang

No Berat awal

(kg)

Kadar air

rata-rata

(%)

Pemilik Varietas Tanggal Keteranga

n

1. 12,1 Suwarno IR-42 Manggar 15-6-2006 Benih

2. 12,4 Suwarno IR-42 Manggar 15-6-2006 Benih

3. 12,4 Suwarno IR-42 Manggar 15-6-2006 Benih

4. 11,1 Suwarno Ciherang 15-6-2006 Benih

5. 11,3 Suwarno Ciherang 15-6-2006 Benih

DAFTAR PUSTAKA

Raharjo B, Yanter Hutapea, Edward Canto dan Subowo. 2005a. Pemberdayaan

Masyarakat Dengan Sistem Usahatani Berbasis Padi Dan Pengembangan Alat Dan Mesin

Pertanian (Alsintan) Untuk Meningkatkat Pendapatan Masyarakat. Makalah Prosiding

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP dan BPTP Sumsel. Palembang.

Raharjo B, Sutrisno dan Yanter Hutapea. 2005b. Introduksi Mesin Pengering Padi Tipe

Box Bahan Bakar Sekam Di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. Prosiding Seminar

Teknologi Tepat Guna Tingkat Daerah. Palembang.

Sutrisno, Astanto, dan E. Eko Ananto. 1999. Kinerja alat dan mesin pengering gabah tipe

“ABC” berbahan bakar sekam suhu rendah. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman

Pangan IV. Bogor, 22-24 November 1999.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Sutrisno dan E, Eko Ananto. 2000. Strategi Pengembangan Mesin Pengering Flat Bed

Dryer di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. Pros. Lokakarya /Seminar Hasil

Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Sumatera Selatan. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian

Sutrisno, M. Wahyudin, dan E.Eko Ananto. 2001. The Technical and Economical

Performance of The “ABC” Type Paddy Dryer. Indonesian Journal of Agricultural

Science. Vol.2, No.2, Oktober 2001. Agency for Agricultural Research and Development

Sutrisno, 2004. Substitusi tungku sekam tunggal model ABC pada box dryer untuk

meningkatkan efisiensi pengeringan. Prosiding Temu Ilmiah Mekanisasi Pertanian. Bogor,

16 Desember 2003. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian.

Page 116: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

101

Dampak pengembangan Alat Pengering Gabah dengan Bahan Bakar

Sekam di Kecamatan Makarti Jaya

H Sumanto – Kepala Cabang Dinas Pertanian , Kec Makarti Jaya

I. PENDAHULUAN

Kendala dalam pengolahan pasca panen padi di lahan pasang surut bisa mengakibatkan

beras yang dihasilkan petani rendah mutunya.berbagai permasalahan yang terjadi di

lapangan antara lain :

1. Kurangnya tenaga kerja

Umumnya luasan areal garapan setiap rumah tangga diatas 2 Ha

2. Waktu panen

Waktu panen umumnya serempak dan jatuh pada musim penghujan sehingga

apabila penanganan panen terlambat bisa berpengaruh kepada kualitas beras.

3. Terbatasnya tempat penjemuran padi

Di bidang pasca panen, proses pengeringan memegang peranan penting untuk

mencapai tujuan tersebut. Proses pengeringan melalui penjemuran di pasang surut

menemui hambatan – hambatan antra lain bertepatan dengan musim penghujan,

kondisi lingkungan yang lambat dan terbatasnya fasilitas – fasilitas lain di petani.

Apabila proses penjemuran padi tertunda cukup lama bisa mengakibatkan

rendahnya mutu beras yang dihasilkan oleh para petani.

Untuk membantu mengatasi sebagian permasalahan tersebut dapat digunakan mesin

pengering gabah. Ada beberapa alat pengering yang sudah diujicobakan oleh pemerintah

yaitu alat/mesin pengering gabah dengan bahan bakar minyak tanah, tetapi

penggunaannya belum maksimal yang disebabkan oleh operator maupun bahan baku yang

mahal dan kadang – kadang sulit di dapat.

Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut South Sumatra Forest Fire

Management Project (SSFFMP) bekerjasama dengan pemerintah mencari alternatif

untuk mencoba membuat alat pengering gabah berbahan bakar sekam.

II. PERKEMBANGAN ALAT PENGERING BAHAN BAKAR SEKAM

Uji coba perdana alat ini dilakukan oleh Bapak Andi Nasir dengan lokasi di Upang,

Kecamatan Makarti Jaya, Kabupaten Banyuasin pada musim tanam 2004/2005.

Tabel 1 menyajikan beberapa keuntungan dan kelemahan dengan cara penjemuran biasa

dan menggunakan alat pengering bahan bakar sekam.

Page 117: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

102

Tabel 1 Keuntungan dan Kelemahan Penjemuran Biasa dan Penggunaan Alat Pengering

No. Penjemuran Biasa Alat Pengering Bahan Bakar Sekam

1. Mudah dan murah Biaya lebih tinggi

2. Tergantung dengan cuaca Waktunya pasti 1x 24 jam bisa selesai

sesuai dengan kapasitasnya

3. Mutu dan rendemen tidak stabil Mutu dan rendemen beras relatif lebih

baik dan stabil

4. Harga beras tidak stabil Harga beras lebih stabil karena mutu

5. Daya saing beras di pasaran

tidak stabil

Daya saing di pasar lebih stabil

6. Penghujan

Ada beberapa ciri kalau teknologi baru itu bisa diserap petani :

a. menguntungkan secara ekonomi

b. mudah dioperasikan atau diaplikasikan

c. petani terjangkau pengadaannya

d. cocok untuk di wilayah tertentu

e. mudah untuk mendapatkannya

2.1. PERKEMBANGAN MUSIM 2005/2006

Beberapa petani juga mau mencoba dengan biaya sendiri, khususnya petani di sekitar uji

coba alat pengering gabah tersebut diatas, yaitu : Harsono (Sri Mulyo), Daeng Matemu

(Upang Ceria), H. Kupek (Upang Ceria), H.Mandiolok (Upang Ceria), dengan kapasitas rata

– rata lebih besar dari yang diuji coba pada alat pengering yang pertama.

Kapasitas alat pengering gabah yang berkembang tahun 2005 sangat bervariasi

karena kapasitas sangat ditentukan oleh luasnya permukaan bangunan yang biasanya

disesuaikan dengan keinginan pemiliknya.tetapi secara umum kapasitas setiap 1 m2 dari

luas bangunan alat pengering bisa mmenampung antar 140 – 160 kg dengan ketinggian

antara 35 – 45 cm.

2.2. SASARAN

Sasaran pengembangan untuk tahap awal antara lain :

1. Pengusaha jasa RMU

Umumnya pengusaha RMU juga pedagang beras sehingga sangat berkepentingan

untuk mendapatkan mutu beras yang baik sekaligus mendapatkan jasa/upah

giling

2. Ketua kelompok/ketua parit

Page 118: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

103

3. Petani dengan areal garapan lebih dari 15 Ha

4. Petani yang sudah yakin dan tahu manfaat alat pengering ini

2.3. PERMASALAHAN

Permasalahan dalam pengembangan alat pengering bahan bakar sekam diantaranya

adalah permodalan sebab untuk pembuatan alat satu unit membutuhkan dana antara 15 –

20 juta.

III. KESIMPULAN

Teknologi baru bisa berkembang dan bisa diserap petani apabila :

1. Menguntungkan secara ekonomi

2. Mudah digunakan petani

3. Harga terjangkau dengan daya beli petani

Untuk memasyarakatkan dan mengembangkan alat pengering gabah berbahan bakar

sekam ini perlu terobosan – terobosan dan perhatian kita semua. Ada beberapa pihak

yang diharapkan bisa membantu dan terlibat langsung dalam usaha ini. Pihak – pihak

tersebut antara lain :

1. Masyarakat (petani)

2. Pemerintah dan aparatnya

3. Pihak swasta (dolok)

IV. SARAN

Dari beberapa komponen yang disebutkan diatas dapat melakukan kerja sama dalam

mencapai satu tujuan yaitu mengurangi sebagian permasalahan petani khususnya di bidang

pengeringan gabah serta perbaikan mutu beras yang selanjutnya juga berarti dapat

meningkatkan pendapatan petani kita.

Sebagai contoh bentuk kerja sama yang dapat dilakukan adalah :

1. Petani menyiapkan tempat dan bangunannnya

2. Pemerintah/pihak swasta memberikan bantuan ataupun kredit untuk tungku dan

blowernya.

Page 119: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

104

Pengalaman pengoperasian alat pengering gabah berbahan bakar

sekam di desa upang

Oleh M Andi Nasir, Kelompok Tani Maju bersama, desa Upang,

disampaikan oleh : Andi Humrah

Bersama ini saya dari kelompok Tani Jaya Bersama mengucapkan terima kasih banyak

karena proyek ditempatkan di kelompok Jaya Bersama, yaitu berupa :

Oven berbahan bakar sekam

Hollar double pass

Pengukur kadar air

Pengukur suhu

Karena adanya oven ini sangat membantu petani sehingga mutu berasnya sangat bagus.

Dari 40% bisa naik sampai 95%. Pengalaman saya yang pertama agak bingung karena

berasnya hancur. Lama-lam di pelajari jadi saya mengusulkan kepada Bapak Budi/Bapak

Joko untuk memberikan alat pengukur kadar air. Semenjak ada alat tersebut, kadar air

mulai bagus.

Untuk kadar air lapisan atas 12%

Lapisan bawah 9 -10 %

Dan hasilnya

Berasnya bagus/ utuh-utuh

Nasinya tidak mudah basi

Cara pengolahan :

1 . Padi ditumpahkan didalam bak

2. Di ratakan

3. Sekam dimasukan kedalam tungku pembakaran, hidupkan blower setenah jam, kemudian

kumpulkan sekam banyak-banyak, sesudah itu hidupkan api.

a. Kalau tebal 50 cm bisa masak – 15 jam baru kering

b. Kalau tebal 30 cm bisa masak – 12 jam baru kering

c. Kalau tebal 20 cm bisa masak – 8 jam baru kering

Dan di tahun ke II 2005 sudah ada yang mencontoh, bengkel 5 buah oven, bertempat :

1. Didesa Uapang Cariah

2. Didesa Upang Bengkel

3. Di tempat Pak Mamat 3 buah

4. Didesa Saleh Agung jalur 8 saleh Purwanto 2 unit

5. Dan masih banyak lagi yang mau membuat

Page 120: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

105

Saran dalam bertani terpadu di pasang surut di desa Upang Kecamatan Makarti

Jaya Banyuasin

Saran pengalaman saya

1. Pertama-tama pengairan saluran iar diperbaiki dan dibersihkan dengan di

dalam 1,25 meter dan lebar 2 ½ meter dan pasang irigasi. Tanpa irigasi kita

tidak dapat mengatur air denganbaik, dan jika adanya irigasi kita dapat

menanam palwija, jagung dan lain-lain.

2. Pasang irigasi ada dua tempat, yaitu satu dimuara dam satu ditangh. Sesudah

itu pada kekuarangan air bisa dibantu dengan pompa air, sesudah air kita bisa

mengatur air, kita mulai dengan surjan atau tombok sawah. Dari surjan itu

harus didalami 30 centimeter, dan lebarnya satu meter keliling sawah.

Pada saat kita menghambur padi, air dikurangi di sawah dan di parit. Pada 20 hari

kemudian kita mengadakan pengemprotan rumput dan pemupukan. Dua hari kemudian kita

melakukan pemupukan, sesudah itu kita menyebarkan bibit ikan, selanjutnya sampai kita

penyemprotan hama pada sampai panen, sesuda panen padi kita menyingkal atau kita

mulai kembali bertani dua kali setahun.

Tujuan menghindari kebakaran lahan seharusnya lebih awal kita lakukan penyemprotan

rumput pada lahan. Seharusnya penyemprotan rumput sebelum besar jadi tidak

membakar lahan lagi, bahkan bisa menjadi pupuk rumput tersebut.

Keluhan masyarakat petani

Keluhan para masyarakat petani adalah :

1. Kurang mampu untuk membuat dua irigasi

2. Kekurangan modal untuk membuat irigasi

Kelompok Tani Jaya Bersama

Kendala

1. Kurangnya alat Hand Tracktor

2. Pupuk selalu bergantung kepada tengkulak dan seringnya terlambat dan harga

tinggi

3. Benih masih pada pola lama seperti bibit padi lokal

4. Pengairan Tata Air Mikro belum ada didesa kami atau belum adanya irigasi

untuk mengatur air.

Keluhan

Harga beras tidak stabil atau naik turun karena belum ada yang menangani secara

serisu

Page 121: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

106

Kendala

Kendala yang merugikan petani adalah kurangnya mutu beras tapi adanya oven

berbahan bakar dari sekam padi bisa diatasi.

Pemasaran Beras

Pemasaran beras langsung ke konsumen tapi harus memakai karung yang berukuran

yang berukuran 20 Kg.

Keluhan Petani

Adanya kekurangan modal untuk melakukan pemasaran beras

Saran

1. Menanggulangi kebakaran harus diarahkan penyemprotan lebih awal, rumput

jangan terlalu besar soalnya kalau terlalu besar akan mengganggu pada waktu

nyingkal dan harus pasang peringatan/sangsing

2. ukuran air di desa kami jarak 100 meter dari pinggir laut, tinggi 60 cm, jarak 200

m ukuran 40 cm, jarak dari 300 m pingir mencapai 30 m.

3. Program pemerintah kalau petani dapat pinjaman lunak kepada petani seharusnya

masih tetap berbunga dan bunga uang tersebut untuk kas kelompok. Untuk

menyatuhkan/bersatu dan tujuan untuk kelompok tersebut bisa mempunyai modal

dan tidak selalu bergantung kepada tengkulak atau lebih bisa mandiri.

4. Menurut pengalaman kami dan analisa saya kepada petani umumnya sudah terbiasa

meminjam dengan uang berbunga dengan bunga tetapi pola itu sudah meninggalkan

kebiasaan itu atau merubahnya.

5. Bahkan kalau ada pinajamn lunak dari pemerintah kadang-kadang tidak

dikembalikan.

Page 122: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

107

TOPIK 3:

PENGOLAHAN KELAPA TERPADU DI DESA TALANG LUBUK,

KECAMATAN MUARA TELANG

1. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengolahan sabut kelapa

dan arang di Desa Talang Lubuk, Kecamatan Muara Telang.

Ir Kgs A Kodir, MSi – BPTP Sumatra Selatan

2. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengolahan kelapa terpadu

di Sumatra -Selatan

Ir Nasir Saari – Dinas Perkebunan Propinsi Sumatra Selatan

3. Peran dan fungsi Dis Koperindag, UKM & PM dalam mendukung

pengolahan kelapa terpadu.

Suyanto, SIP, MM – Dinas Koperindag, UKM & PM, Kabupaten Banyuasin

4. Pengalaman Ketua rumah dagang dalam pengolahan kelapa terpadu di

Desa Talang Lubuk

Sofyan Sohibul, Motivator Desa, Desa Talang Lubuk

Page 123: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

108

Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengolahan sabut

kelapa dan arang di Desa Talang Lubuk

Ir Kgs A Kodir, MSi – BPTP Sumatra Selatan

Page 124: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

109

Page 125: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

110

Page 126: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

111

Page 127: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

112

Page 128: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

113

Page 129: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

114

Page 130: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

115

Page 131: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

116

Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengolahan kelapa

terpadu di Sumatra Selatan

Ir Nasir Saari – Dinas Perkebunan Propinsi Sumatra Selatan

L o k a k a r y a P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t u n t u k K a b u p a t e n B a n y u a s i nL o k a k a r y a P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t u n t u k K a b u p a t e n B a n y u a s i n

P e n i n g k a t a n P e n d a p a t a n M a s y a r a k a tP e n i n g k a t a n P e n d a p a t a n M a s y a r a k a tm e l a l u im e l a l u i

P e n g o l a h a n K e l a p a T e r p a d uP e n g o l a h a n K e l a p a T e r p a d u

d i S u m a t e r a S e l a t a nd i S u m a t e r a S e l a t a nD in a s P e r k e b u n a n P r o v i n s i S u m a t e r a S e l a t a nD i n a s P e r k e b u n a n P r o v in s i S u m a t e r a S e la t a n

K E B E R L A N J U T A N P E N I N G K A T A N P E N D A P A T A N M A S Y A R A K A TK E B E R L A N J U T A N P E N I N G K A T A N P E N D A P A T A N M A S Y A R A K A TY A N G B E R W A W A S A N G E N D E R S E B A G A I B A G I A N D A R IY A N G B E R W A W A S A N G E N D E R S E B A G A I B A G I A N D A R I

P E N C E G A H A N K E B A K A R A N H U T A N D A N L A H A N D IP E N C E G A H A N K E B A K A R A N H U T A N D A N L A H A N D IK A B U P A T E N B A N Y U A S I NK A B U P A T E N B A N Y U A S I N

Data tahun 2005 :Data tahun 2005 :

Luas tanaman kelapa di Sumatera SelatanLuas tanaman kelapa di Sumatera Selatan57.854,05 Ha, tersebar di 13 kabupaten/kota57.854,05 Ha, tersebar di 13 kabupaten/kotadi Sumatera Selatandi Sumatera Selatan

Areal terluas di Kabupaten Banyu Asin,Areal terluas di Kabupaten Banyu Asin,seluas 33.994 Ha atau 58,76% dari luasseluas 33.994 Ha atau 58,76% dari luaskebun kelapa di Sumatera Selatan dengankebun kelapa di Sumatera Selatan denganproduksi 46.882 ton atau 65,77% dari totalproduksi 46.882 ton atau 65,77% dari totalproduksi Sumatera Selatanproduksi Sumatera Selatan

Page 132: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

117

Luas areal dan produksi komoditi kelapaLuas areal dan produksi komoditi kelapakabupaten/kota di Sumatera Selatankabupaten/kota di Sumatera Selatan

No Kabupaten/ Jumlah

Kota TBM TM TT Jumlah Total Rata - rata KK

1 Lahat 267.00 1,151.00 300.00 1,718.00 1,929.00 1.68 15,973.00

2 Kota Pagar Alam 30.00 104.00 - 134.00 183.00 1.76 190.00

3 Musi Banyuasin 688.00 2,313.00 313.00 3,314.00 3,073.00 1.33 17,142.00

4 Banyuasin 8,004.00 23,770.00 2,220.00 33,994.00 46,882.60 1.97

5 Musi Rawas 436.00 3,573.00 647.00 4,656.00 4,639.00 1.30 6,239.00

6 Kota Lubuk Linggau 18.40 224.30 181.00 423.70 392.00 1.75 3,306.00

7 Ogan Ilir 263.00 302.00 126.00 691.00 533.00 1.76 1,581.00

8 OKI 1,301.00 4,883.00 884.00 7,068.00 9,143.35 1.87 21,555.00

9 OKU 160.05 651.00 47.00 858.05 888.00 1.36 1,784.00

10 OKUTimur 2,112.90 886.90 67.75 3,067.55 1,626.00 1.83 40,216.00

11 OKUSelatan 289.50 42.75 5.50 337.75 56.00 1.31 1,373.00

12 Muara Enim 113.00 968.00 352.00 1,433.00 1,739.00 1.80 14,692.00

13 Kota Prabumulih 34.00 119.00 6.00 159.00 196.00 1.65 3,637.00

Jumlah 13,716.85 38,987.95 5,149.25 57,854.05 71,279.95 1.83 127,688.00

Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

Data Dinas Perkebunan Prov. Sumsel tahun 2005

Tempurung(15% )

Air kelapa(22% )

Sabut (33% )

Daging (30% )

KOMPONENKELAPA

Page 133: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

118

Petani kelapa umumnya menjualkelapa dalam bentuk butiran,beberapa petani mengolah buahkelapa menjadi kopra untukdibuat m inyak goreng.

Harga kelapa sangat berfluktuasi,akibat : pendapatan petanirendah

Permasalahan

HasilH asil pentingpenting pengolahanpengolahankelapakelapa segarsegar

D esicatedD esicated C oconut (D C)Coconut (D C)

C oconut Cream (CC)C oconut C ream (C C)

C oconut M ilk (CM )C oconut M ilk (CM )

C rude C oconut O il (C C O )C rude C oconut O il (C C O )

Virg in Coconut O il (VC O )V irg in C oconut O il (VCO )

Page 134: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

119

Pohon industri kelapa

Kelapa

Buah

N ata de C oco

Batang

Dagingkelapa

Air kelapa

T em purung

Sabut

Kecap kelapa

Daun

Coco vinegar

Minum andari kelapa

D aging kelapaparut

Kulit ari dagingkelapa

Kopra

Arang

C orflex

Sabut berkaret

Matras

Furnitur

Coco cake

Low fat des icc atedc oc onut

Sem i Virgin O il

cocomix

Bahan Bangunan

Barang kera jinan

Min yak kelapa

Bungkil kopra

T epung arang

C oncentrated cocom ix

Skim m ilk

Karbon a ktif

Is i jok/kursi

Bahanbangunan

Virgin oil

Skim m ilk

Minyak goreng

C oco chem ical

C oco shake

kosm etik

Makanan ternak

Produk olahan dari pohon kelapa yang dapat diusahakan ditingkat petani

Daun

Kayu

Sabut

Air

Tempurung

Gula kelapa

Arang tempurung

Kopra

Kelapa butirBuah

NiraBunga

Pohonkelapa

Minyak

Minyak

Nata de coco

Sabut

Kelapa parut kering

Barang kerajinan

Debu sabut

Mebel, brg kerajinan

Sapu lidi

Page 135: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

120

Penutup

DiharapkanDiharapkan petanipetani tidaktidak hanyahanyamemanfaatkanmemanfaatkan dagingdaging buahbuah kelapakelapasajasaja,, tapitapi jugajuga memanfaatkanmemanfaatkanbagianbagian lainlain daridari pohonpohon kelapakelapa, agar, agarpendapatanpendapatan petanipetani meningkatmeningkat..

Page 136: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

121

Pengalaman Ketua rumah dagang dalam pengolahan kelapa terpadu

di Desa Talang Lubuk

Sofyan Sahibul, Motivator Desa

I. Kegiatan – Kegiatan Ssffmp Uni Eropa Di Desa Talang Lubuk Kecamatan Muara

Telang

POKJA I. TRAINING DAN AWAREMESS

Penyuluhan Karhulah dan lingkungan

Kunjungan ke Sekolah untuk pendidikan lingkungan

Pendampingan penerapan Buku desa Ilalang di Sekolah

POKJA II FIRE MANAGEMENT

Pembentukan regu pemadam kebakaran

Pelatihan regu pemadam kebakaran

Bantuan lat pemadam kebakaran

POKJA III COMMUNITY DEVELOPMENT

PEMBENTUKAN USAHA EKONOMI RUMAH TANGGA YANG

BERWAWASAN GENDER

Pengolahan sabut kelapa

Pengolahan tempurunga

Bantuan gudang untuk pengolahan sabut kelapa

Bantuan alat transportasi satu unit ketek

Bantuan satu buah mesin genset

Pendampingan kelompok, dan pelatihan dinamika kelompok

Khusus Kegiatan CD bekerjasama dengan BPTP Propinsi Sumatera

Selatan

GENDER SPESIALIST

Terbentuknya Motivator Desa

Pengolahan Virgin Coconut Oil (VCO)

Terbentuknya Rumah Dagang (RD)

Pelatihan Ekonomi Rumah Tangga (ERT)

POKJA IV LAND USE PLANING (LUP)

Adanya perencanaan partisifatif penggunaan lahan desa (P3LD)

Terbentuknya Komite Desa dan Tim tehnis

Terbentuknya Perdes tentang Karhutlah

Pemetaan Batas Wilayah Desa Talang Lubuk dengan desa-desa

sepadan.

Page 137: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

122

II. LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA RUMAH DAGANG

Dengan adanya kegiatan – kegiatan proyek SSFFMP yang bertujuan untuk meningkatkan

Usaha Ekonomi Rumah tangga yang berwawasan Gender, dalam hal pengolahan kelapa

terpadu. Untuk dapat mengurangi kebakaran hutan dan lahan..

Adapun tujuan terbentuknya Rumah Dagang tersebtu, untuk dapat menampung produk

dari kelompok supaya dapat dipasarkan.

Kegiatan-Kegiatan yang dilakukan oleh pengelola Rumah Dagang.

Mengikuti pameran-pameran

Mencari peluang pasar

Memfasilitasi pertemuan kelompok

Mengikuti kegiatan-kegiatan pendampingan kelompok

Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang karhutlah

Mengikuti pertemuan dengan mitra usaha

Mengikuti piagam bintang satu keamanan pangan

Membuat proposal mengajukan pinjaman dana kepada dinas terkait.

Permasalahan – Permasalahan

A. Lokasi Rumah Dagang

Tempat kurang memadai (plapon, dinding belum memenuhi standart)

B.Virgin Coconut Oil (Vco)

Kualitas rendah (mudah tengik)

Peralatan kurang memadai (alat penampung dan alat penyaringan)

Kurang tersedianya air bersih

Belum adanya pemasaran produk

Belum adanya pelatihan higienis terhadap pengurus rumah dagang dan anggota

kelompok

Tempat pembuatan VCO oleh anggota kelompok belum memadai.

Alat pembuatan VCO belum standart

Modal kurang VCO belum berproduksi

C. Sabut Kelapa

Alat pengurai sabut tidak memadai, tapi bisa diperbaiki

Alat press sabut kurang memadai

Pengolahan kelapa belum secara terpadu

Jaringan pemasaran belum ada

D. Tempurung Kelapa

Pelatihan pembuatan arang tempurung belum dikuasai secara maksimal

Belum adanya alat press briket

Belum adanya keterpaduan dalam pengolahan kelapa

Page 138: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

123

E. Fire Management

Alat pemadam kebakaran belum memadai

Belum adanya posko kebakaran didesa

III. PERAN RUMAH DAGANG KEDEPAN

Konsolidasi

Internal ( membenahi sistem management kelompok, dll)

Eksternal ( koordinasi dengan pihak-pihak terkait)

Menyusun program kelompok

Pelatihan untuk meningkatkan kapasitas pengurus rumah dagang dan

kelompok

Penambahan alat – alat produksi yang lebih memadai

Menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait

Mencari peluang pasar, sehingga produk dari kelompok terjual

Memantau dan memberikan motivasi terhadap kegiatan-kegiatan kelompok,

agar kelompok-kelompok dapat memproduksi kembali.

Page 139: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

124

TOPIK 4.

PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

1. Peningkatan Managemen dan Dinamika Kelompok Tani

Nurnajati -Yayasan Kemasda

2. Pendampingan reguler/bulanan Kelompok Tani oleh LSM pada 4 desa di Kab

Banyuasin

Dian M – LSM OWA

3. Pendampingan Reguler Program Pemberdayaan Masyarakat Proyek

SSFFMP, Di Desa Muara Telang Kec. Muara Telang Dan Desa Upang Kec.

Makarti Jaya, Kab. Banyuasin

Chandra –LSM LPH-PEM

4. Pengalaman, permasalahan dan harapan Motivator Desa Upang

Tamrin Arisondi - Motivator Desa Upang

Page 140: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

125

Peningkatan Manajemen Dan Dinamika Kelompok Tani Di Sumatera

Selatan.

Nurnajati ZA, Yayasan Kemasda.

I. PENDAHULUAN

Dalam Upaya Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat guna mengurangi

terjadinya pembakaran hutan dan lahan oleh masyarakat di lahan pertanian, untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, Maka SSFFMP telah bekerjasama dengan Dinas

Kehutanan dan Dinas-Dinas terkait baik di Propinsi Sumatera Selatan maupun di 3 (tiga)

Kabupaten Prioritas (OKI,Muba dan Banyuasin) dengan memberikan bantuan sarana dan

prasarana produksi pertanian, peternakan, kerajinan dan lain-lain sesuai dengan

kebutuhan dengan melihat sumberdaya dan potensi yang dimiliki masyarakat dampingan,

Maka dalam upaya meningkatkat kapasitas dan penguatan kelembagaan dalam mengelola

organisasi atau kelompok menuju kemandirian dan keberlanjutan yang berkeadilan gender

Perlu pendampingan yang intensif dari NGO dengan tujuan :

Agar anggota dan pengurus dapat mengelola organisasinya dengan baik dan

benar.

Anggota dan pengurus mampu melakukan tertib adiministrasi organisasi dan

adiministrasi keuangan yang terbuka.

Anggota dan pengurus dapat menggali permodalan usaha, baik dari dalam

kelompok maupun dari pihak luar.

Kelompok dapat mengelola dan mengembangkan usaha produktif.

Kelompok dapat membangun hubungan kerjasama antar anggota dan pengurus

maupun dengan pihak lain yang dapat mendukung programnya.

Kelompok melibatkan perempuan dalam akses dan kontrol baik dalam kegiatan –

kegiatan kelompok maupun desanya.

II. ASPEK YANG DIKEMBANGKAN PADA PENDAMPINGAN

Ada 5 (lima) Aspek atau Bidang Hasil Pokok yang dikembangkan dalam pendampingan

Manajemen Organisasi agar mereka mampu mengelola Kelompoknya, berkelanjutan,

secara dinamis, menuju kemandirian dan berkeadilan gender.

1. Aspek Kelembagaan atau Organisasi.

Alasan mengapa mereka berkelompok.

Pengertian Kelompok Swadaya Masyarakat.

Tujuan Berkelompok.

Keanggotaan dan Kepengurusan.

Page 141: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

126

Prinsip atau Pedoman Pokok Kelompok Swadaya Masyarakat.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

Penyelenggaraan Rapat Anggota dan Pengurus.

Penggalian masalah dan alternatif pemecahan masalah-masalah yang dihadapi.

Manfaat – manfaat berkjelompok.

Faktor pendorong dan faktor penghambat dalam berkelompok.

Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Monitoring dampak.

2. Aspek Administrasi yang meliputi :

Administrasi Organisasi.

Administrasi Keuangan.

3. Aspek Permodalan.

Penggalian modal Swadaya kelompok sangat penting sebagai ikatan yang

memperkuat untuk saling membantu antar anggota dan pengurus, dengan

dihimpun dari tabungan pokok, tabungan wajib, tabungan sukarela dan lain-lain.

Tabungan ini akan menjadi syarat syahnya menjadi anggota.

Disamping itu modal usaha kelompok dapat digali dari pihak luar yang dapat

mendukung keberlanjutan usaha, misalnya bantuan hibah, dana bergulir,

pinjaman yang tidak mengikat.

4. Aspek Usaha Produktif.

Untuk mendukung keberlanjutan kelompok agar mereka mandiri, kelompok

harus mempunyai usaha – usaha produktif yang dikelola bersama, misalnya

Usaha Simpan Pinjam atau Kredit Mikro, Usaha produksi bersama, usaaha

pemasaran bersama, Demo plot pertanian, penggilingan padi, perternakan,

Warung Saprodi, penyediaan bahan baku, kerajinan dan lain-lain.

Agar anggota dan kelompok semakin solid, juga punya posisi tawar yang kuat

Baik dari segi ekonomi, sosial, budaya bahkan politik.

5. Aspek Akseptasi atau Pengakaran.

Pada aspek ini, bagaimana kelompok dapat melihat bukan saja pada perkembangan

organisasinya saja, tapi lebih dari itu :

Kelompok menjadi contoh dan tauladan yang baik dimasyarakat.

Kelompok diterima oleh semua pihak.

Kelompok dapat membangun jaringan kerjasama yang sinergis dan kemitraan

dengan pihak luar ( Pemerintah, NGO, Pengusaha, Donor, BUMN) dan lain-lain

demi keberlanjutan menuju kemandiriannya.

Page 142: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

127

Dan Materi pendukung adalah Peran dan Fungsi Stakeholder :

Peran dan fungsi SSFFMP.

Peran dan fungsi Dinas-Dinas terkait.

Peran dan fungsi NGO dan Motivator desa.

Peran dan fungsi kelompok ditengan-tengah masyarakat dalam membagun

desanya.

METODE YANG DISAMPAIKAN DALAM PENDAMPINGAN ADALAH :

Berbagi pengalaman.

Diskusi Kelompok.

Tanya jawab.

Diskusi Pleno.

Simulasi atau permainan-permainan.

Konsultasi dan Asistensi.

Pelatihan Manajemen Organisasi dan Dinamika Kelompok.

Dengan prinsip bahwa masyaraakat dan kelompok adalah sebagai subjek dan

nara sumber dalam upaya pemberdayaan dan pengembangan masyarakat.

III. HASIL YANG DICAPAI DARI PENGALAMAN PROSES PENDAMPINGAN DI

KELOMPOK, DARI AGUSTUS 2005 SAMPAI DENGAN SAAT INI :

1. Aspek Kelembagaan atau Organisasi, paling tidak masing-masing Kelompok

mempunyaai visi :

“ Meningkatnya pendapatan dan kesejaahteraan anggota , dan kelompok punya posisi

tawar yang kuat baik dari segi ekonomi, sosiual, budaya maupun politik , mandiri,

berkelanjutan dan berkeadilan gender”.

Maka untuk mencapai cita-cita diatas, kelompok sudah mempunyai :

Anggota dan pengurus yang mantap.

Sudah ada pertemuan Rutin setiap sebulan sekali.

Sudah ada AD/ART.

Sudah Ada Struktur Organisasi yang jelas.

Sudah ada tujuan yang jelas.

Sudah ada perencanaan, pembagian tugas, dan monitoring dampak dari

kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Dan lain-lain.

2. Aspek Administrasi.

Untuk Administrasi Organisasi, maka masing –masing kelompok sudah

melaksanakan Tertib Administrasi Organisasi(Buku Tamu, Buku Daftar Hadir,

Buku Daftar anggota dan pengurus, Notulen Rapat, bukun inventaris, dan dll)

Page 143: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

128

Untuk Administrasi Keuangan , maka pengurus juga telah melaksanakan

pembukuan keuangan yang sangat sederhana sesuai dengan perkembangan

kelompok

Yang meliputi Buku Tabungan, Buku Bantu, Buku Kas Harian dan Kas Bulanan.

3. Aspek Permodalan Usaha

Masing-masing kelompok yang didampingi sudah mulai menghimpun modal

swadaya terdiri dari Tabungan Pokok sebesar Rp. 10.000,- dan Tabungan

Wajib sebesar Rp.2.000,- perbulan, yang dihimpun dari anggotanya.

Kelompok sudah mendapat bantuan modal bergulir untuk pengembangan usaha

simpan pinjam dari SSFFMP sebesar Rp.8.000.000,- ( Kelompok Tani Karya

Bakti ). Desa Ulak Kemang OKI.

Kelompok Tani Karya Bakti telah mengajukan modal bergulir kepada SSFFMP

untuk pengembangan Usaha Produksi Pakan Ikan, yang saat ini masih menunggu

penyelesaian bangunan untuk gudang tempat usaha.

Kelompok Wanita Tani Tunas Harapan desa Ulak Kemang OKI, telah mendapat

bantuan modal dari SSFFMP, dan Program PPK , Sebesar Rp.10.000.000,-

untuk pengembangan usaha kerajinan purun.

4. Aspek Usaha Produktif Kelompok.

Masing-masing kelompok telah mengembangkan usaha produktifnya yang antara lain :

Usaha Simpan Pinjam atau Kredit Mikro.

Usaha Produksi Pakan Ikan.

Usaha Ternak Kerbau, ternak sapi, ternak kambing.

Usaha produksi kerajinan purun.

Usaha pengembangan ternak ikan paten dan ikan toman dalam kerambah.

Usaha warung Saprodi.

Usaha Jasa Alsintan, Penggilingan padi, alat pengering gabah.

Dan lain-lain.

5. Aspek Akseptasi atau Pengakaraan.

Dalam aspek ini dalam perkembangannya kelompok :

Anggota sudah ada rasa memiliki terhadap kelompoknya, karena disadari

bahwa tumbuh dan berkembang kelompok dengan prinsip dari, oleh dan untuk

anggota. Pihak lain sebagai pendukung didalam perkembangan usaha, dan

peningkatan kapasitas anggota dan kelompoknya.

Kelompok Semakin dinamis , kritis, dan mulai terbuka terhadap masalah-

masalah yang dihadapi.

Perempuan sudah mulai dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kelompok ,baik

sebagai anggota resmi, berani, kritis, juga dalam akses dan kontrol.

Page 144: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

129

Sudah ada jaringan kerja kemitraan ( Pemerintah, NGO, SSFFMP,pengusaha,

dan BUMN).

Kelompok adalah otonom.

IV. HAMBATAN – HAMBATAN DAN MASALAH DALAM PENDAMPINGAN.

Pendidikan anggota yang tidak tamat SD, sangat sulit dalam pelaksanaan adm

keuangan di kelompok ( Kelompok Tani Wanita Tunas Harapan ).

Motivator yang mendominasi kegiatan kelompok, akan menumbuhkan

kecemburuan sosial, kecurigaan, dan ketidak percayaan terhadap kelompok. (

Tunas Harapan ).

Terbatasnya waktu yang ada dalam pendampingan.

Ada Motivator laki-laki bagi desa yang belum.

Masih rendahnya kepasitas pengurus, motivator dalam memfasilitasi kegiatan-

kegiatan kelompok.

V. SARAN-SARAN.

1. Bahwa kelompok-kelompok ini masih perlu didampingi secara intensif.

2. Kelompok berfungsi :

Sebagai wahana belajar bersama bagi anggota, membahas masalah-masalah

yang ada, juga bagaimana alternatif pemecahannya.

Wahana informasi dan mobilisasi sumberdaya dari anggota maupun

dari pihak luar.

Forum pengambil keputusan, untuk dapat menentukan starategi –strategi

yang akan dilakukan.

3. Bantuan yang diberikan atas nama kelompok, jangan atas nama desa.( Traktor,

RMU, Pengering gabah, dll ), maupun dana bergulir.

4. NGO dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, Monotoring dampak dari

pendampingan.

5. Memfungsikan perngurus dalam kegiatan-kegiatan proyek yang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

6. Membentuk dan mendampingi kelompok-kelompok yang direncanakan akan

menerima perguliran dari usaha-usaha kelompok.

7. Pelatihan Manajemen Organisasi dan Dinamika Kelompok sangat membantu

dalam proses pendampingan dalam meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam pengelolaan kelompok, oleh sebab itu agar setiap

kelompok yang didampingi akan mendapat pelatihan yang sama.

8. Perlu adanya pelatihan pembukuan keuangan yang sederhana yang dapat

dipahami oleh semua pihak bagi pengurus kelompok, Motivator dan pendamping.

9. Perlu adanya Pelatihan Training of Trainers (ToT) untuk Pengurus dan

motivator kelompok.

Page 145: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

130

Pendampingan Reguler/Bulanan Kelompok Tani yang Berwawasan

Gender Di Desa Prajen Jaya Dan Desa Talang Lubuk

Kabupaten Banyuasin, Bulan April – Juli 2006

Dian Maulina, LSM OWA

I. Latar belakang dan Tujuan

South Sumatera Forest Fire Management Project (SSFFMP) melalui program Community

Development telah mengembangkan kelompok usaha ekonomi produktif pada desa

prioritas di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin dan Banyuasin. Pada beberapa

kelompok usaha produktif tersebut telah dilaksanakan fasilitasi dan pendampingan oleh

Lembaga Swadaya Masyarakat dan Motivator Desa. Pendampingan kelompok tersebut

diperlukan karena pada umumnya mereka mengalami keterbatasan kemampuan sumber

daya manusia dalam mengelolah potensi sumber daya alam yang ada di daerahnya.

Pendampingan kelompok dilakukan dengan prinsip Partisipatif, prinsip pemberdayaan

masyarakat dengan selalu memperhatikan kaedah konservasi lingkungan hidup dan

pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, menumbuhkan rasa memiliki

kelompok terhadap usaha – usaha yang mereka kembangkan dalam jangka panjang

(sustainnability) dan diupayakan agar tercapainya kesetaraan berperan antara laki – laki

dan perempuan dengan memberikan peluang dan kesempatan yang sama dalam

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan sesuai dengan kemampuan

masing – masing tanpa adanya rasa keterpaksaan dan tekanan dari kedua belah pihak.

Pendampingan kelompok di desa Prajen Jaya dan Desa Talang Lubuk pada tahap I

dilaksanakan bulan April berakhir Juli 2006. dengan berakhirnya fasilitasi dan

pendampingan tahap I, maka pendamping telah menyusun hasil – hasil pertemuan

pendampingan dan menghasilkan beberapa rekomendasi yang telah disepakati bersama

oleh kelompok dapat ditindak lanjuti oleh proyek SSFFMP, khususnya bagian

pemberdayaan masyarakat (community Development) dan dinas instansi terkait.

Tujuan Pendampingan

1. Menumbuhkan rasa kebersamaan anggota kelompok sasaran dalam pengelolaan potensi

sumberdaya alam untuk pengembangan usaha ekonomi produktif mereka.

2. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian kelompok sasaran dalam mengembangkan

usaha ekonomi rumah tangga.

3. Meningkatkan peran serta perempuan dan laki-laki dalam pengembangan usaha

ekonomi produktif untuk memnuhi kebutuhan keluara mereka.

Page 146: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

131

4. Meningkatkan peranan dan tangung jawab kelompok dalam mengembangkan usaha

ekonomi dan pelestarian smberdaya alam.

II. Materi Pendampingan

A. Materi Pokok Pendampingan

Ada 6 aspek pokok pendampingan menuju kemandirian kelompok

1. Aspek Kelembagaan/organisasi yang meliputi : Visi dan Misi Kelompok, Tujuan

Kelompok, Keanggotaan dan pengurus, AD/ART, Pertemuan Rutin (pengurus

dan anggota), Prinsip-prinsip/aspek dasar kelompok, Perencanaan, pelaksanaan

dan monitoring dampak.

2. Aspek Administrasi yang meliputi : Administrasi Organisasi dan Administrasi

Keuangan.

3. Aspek Permodalan

Penggalian modal kelompok sangat penting sebagai ikatan yang memperkuat

untuk saling membantu antar anggota, penggalian modal usaha kelompok dapat

digali dari tabungan pokok, tabungan wajib, tabungan sukarela, tabungan

musiman dan lain-lain. Disamping itu juga dapat digali dari bantuan hibah,

pinjaman dari pihak luar yang tidak mengikat.

4. Aspek Usaha Produktif Kelompok

Kelompok harus ada usaha-usha yang dikelola bersama misalnya : Usaha simpan

pinjam, usaha produksi bersama maupun usaha pemasaran bersama, agar

kelompok semakin solid, semakin kuat, juga kelompok punya posisi tawar yang

kuat.

5. Aspek Pengakaran : Kelompok menjadi contoh tauladan di masyarakat,

kelompok diterima oleh semua pihak, kelompok mempunyai jaringan kerja.

6. Aspek Gender

Partisipasi dan jumlah peserta perempuan dan laki-laki yang ikut dalam

pertemuan kelompok menjadi sangat penting, karena dalam perencanaan kerja,

pelaksanaan, monitoring perlu keterlibatan langsung keduanya agar tujuan

meningkatnya pengembangan usaha ekonomi produktif dan tercapainya

kesetaraan berperan antara perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga dapat

meningkatkan taraf hidup dan pendapatan mereka lebih baik

B. Materi Pendukung

Sistem pengguliran usaha, pembahasan Surat Perjanjian Kerjasama, Jaringan Kerja,

peran dan fungsi stakeholder, dan lain-lain yang di perlukan.

III. Hasil – hasil yang telah dicapai.

Pencapaian hasil pendampingan kelompok yang dilakukan semenjak bulan April-Juli 2006

pada dua desa yaitu Desa Prajen Jaya dan desa Talang Lubuk sebagai berikut:

Page 147: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

132

1. Pendampingan pada Desa Prajen Jaya

Untuk aspek pendampingan kelompok; telah adanya peningkatan motivasi dan

kemauan kelompok dalam bekerjasama antar anggota. Hal ini dapat dilihat melalui

mereka melakukan penguatan kelembagaan ; yaitu mempunyai tujuan, keanggotaan

dan pengurus, tertib administrasi organisasi dan administrasi keuangan, melakukan

rapat bulanan setiap bulan, menabung setiap bulan, membuat aturan/mekanisme

kerja dan menyusun rencana kerja.

Sedangkan untuk pengembangan usaha; telah berkembang usaha – usaha ekonomi

produktif yang sesuai dengan potensi yang tersedia, meningkatkany kemampuan

dan keterampilan kelompok, meningkatnya motivasi dan kemauan untuk melakukan

perbaikan ekonomi rumah tangga mereka, meningkatnya pengelolaan terhadap

usaha-usaha yang dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil panen mereka yang

cukup baik, adanya keinginan kelompok untuk menanam padi 2 kali setahun,

membangun gudang untuk penampungan hasil panen dan pemeliharaan alat-alat

produksi pertanian mereka dengan baik.

Partisipasi dan jumlah peserta perempuan dalam setiap pertemuan rutin

pendampingan masih sangat rendah. Hal ini disebabkan semua anggota yang

terlibat dalam kegiatan kelompok adalah laki-laki dan pertemuan lebih banyak

dilakukan malam hari. Perempuan terlibat dalam pelaksanan kegiatan pertanian,

seperti saat penyiapan lahan, pemecahan bibit, menyemai bibit, penanaman,

pemeliharaan, dan panen. Dikelompok Kurnia Abadi yang menjadi salah satu

pengurus perempuan sebagai bendahara.

B. Pendampingan pada Desa Talang Lubuk

Untuk aspek pendampingan kelompok motivasi dan kerjasama kelompok masih

rendah. Hal ini dapat dari hasil – hasil pertemuan pendampingan. Kelompok baru

mengetahui dan paham mengapa mereka harus berkelompok; mereka telah

menetapkan tanggal rapat anggota setiap bulan, menentukan jumlah tabungan

setiap bulan dan pemantapan keanggotaan dan pengurus kelompok. Untuk Rumah

Dagang ; telah ada tertib administrasi dan keuangan, aturan dasar/aturan rumah

tangga

Sedangkan untuk perkembangan usaha-usaha produktif mereka belum berkembang

di karenakan adanya permasalahan yang belum bisa mereka pecahkan sendiri.

Hanya usaha pembuatan VCO dan rumah dagang yang sedikit berkembang

Partisipasi dan jumlah perempuan yang terlibat dalam pertemuan kelompok baik.

Hal ini disebabkan 3 kelompok yang memproduksi VCO, sabut dan tempurung

adalah hampir semuanya perempuan hanya bagian operator alat produksi laki-laki.

Sedangkan di kelompok rumah dagang peran laki-laki dan perempuan cukup baik,

Page 148: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

133

karena perempuan sudah ikut mulai terlibat dari perencanaan, pelaksanaan dan

monitoring kegiatan.

IV. Rekomendasi Hasil Pendampingan

Desa Prajen Jaya

1. Pendampingan rutin masih diperlukan karena tertib administrasi pembukuan

keuangan belum baik, pemahaman tentang Aturan Dasar/Atuan Rumah Tangga

belum tercapai. Kemandirian kelompok belum tercapai dan masih banyak materi

yang belum dibahas dikelompok sesuai dengan matrik perencanaan kegiatan

pendampingan yang telah disepakati

2. Kelompok masih mengalami kesulitan permodalan untuk pengembangan usaha-usaha

produktif mereka.

3. Kelompok memerlukan alat-alat untuk perbaikan mutu produksi beras

4. Kelompok perlu meningkatkan partisipasi dan jumlah perempuan dalam setiap

pertemuan

Desa Talang Lubuk

1. Pendampingan rutin di kelompok masih sangat diperlukan karena penguatan

kelembagaan belum ada, perlu adanya motivasi yang kuat untuk membangun sebuah

kelompok usaha produktif bagi kelompok dan masih banyak materi yang belum

disampaikan dan dipahami oleh kelompok sesuai dengan matrik rencana kegiatan

pendampingan yangtelah disepakati bersama

2. Usaha-usaha ekonomi produktif kelompok masih belum berkembang, karena saat

ini kelompok tidak melakukan kegiatan usaha-usaha produktif mereka

3. Kelompok masih mengalami kesulitan permodalan dan pemasaran hasil-hasil

produksi

4. Kelompok memerlukan perbaikan alat-alat dan mutu produksi

5. Kelompok perlu meningkatkan partisipasi dan jumlah laki-laki dalam setiap

pertemuan

Page 149: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

134

Pendampingan Reguler Program Pemberdayaan Masyarakat Proyek

SSFFMP, di Desa Muara Telang Kec. Muara Telang dan Desa

Upang Kec. Makarti Jaya, Kabupaten Banyuasin

Chandra, LSM-LPH-PEM

Untuk pendampingan kepada Kelompok Tani dan Upja secara Reguler Pendampingan

terlebih dahulu memberikan Pengertian mengenai Peran dan Fungsi Pendamping LSM dan

Motivator Desa, Pengertian yang diberikan sebagai berikut :

Memfasilitasi asistensi dalam pengembangan organisasi, administrasi, permodalan

usaha dan jaringan ;

Memberikan dorongan dan semangat demi kemerhasilan dalam kemandirian

kelompok ;

Memberikan konsultasi terhadap masalah – masalah yang dihadapi dan memberikan

alternatif pemecahan masalah yang ada ;

Menjadi penghubung antara kelompok/masyarakat baik ke dinas – dinas terkait,

maupun lembaga donor ;

Menjadi penengah yang netral ;

Menjadi pembela terhadap kepentingan dan hak – hak kelompok/masyarakat.

Dengan memberikan pengertian Peran dan Fungsi Pendamping LSM dan Motivator Desa

kepada para anggota kelompok dan pengurus diharapkan ada kerjasama yang harmonis

antara Pendamping/Motivator Desa dengan kelompok yang didampingi.

Desa Dampingan

1. Desa Muara Telang Kecamatan Muara Telang Kab. Banyuasin

Untuk saat ini Desa Muara Telang Kecamatan Muara Telang Kabupaten

Banyuasin telah ada 6 kelompok Tani dan satu Kelompok Pengelola Upja yang

berawal dari 2 kelompok Tani dan Upja yang difasilitasi SSFFMP. Kelompok

Tani Desa Muara Telang telah didampingi mulai 2003 sampai sekarang.

2. Desa Upang Kecamatan Makarti Jaya kab. Banyuasin

Kelompok Tani desa Upang yang difasilitasi SSFFMP baru didampingi mulai

bulan April 2006 yang pada saat ini baru satu kelompok yang intens didampingi.

Materi Dampingan

Materi pokok yang disampaikan kepada anggota kelompok dampingan untuk Desa

Muara Telang dan Desa Upang adalah sama untuk tiap-tiap kelompok yang meliputi

5 (lima) aspek: 1). Aspek Kelembagaan / Organisasi, 2). Aspek Administrasi, 3).

Aspek Permodalan, 4). Aspek Usaha Produktif, 5). Aspek Pengakaran.

Kondisi Kelompok

Page 150: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

135

Seluruh kelompok tani dan Kelompok UPJA baik yang di Desa Muara Telang maupun desa

Upang saat ini telah memiliki AD/ART kelompok, yang dalam penyusunannya di fasilitasi

pendamping, dan ada juga kelompok yang memfasilitasi kelompoknya sendiri dalam

menyusun AD/ART hal ini memungkinkan karena kelompok-kelompok telah mendapat

pelatihan-pelatihan serta study banding ke beberapa daerah

Keanggotaan

Keanggotaan kelompok-kelompok tani maupun UPJA adalah orang-orang yang memiliki

optimisme dan kemauan yang kuat untuk maju, walaupun keanggotaan masih didominasi

oleh kamu laki-laki namun wanitanya pun banyak yang beperan sebagai pengurus kelompok.

Pihak – pihak yang terlibat dalam pendampingan

Dalam melaksanakan kegiatan pendampingan banyak pihak – pihak yang berperan aktif

yang ikut berusaha memajukan kelompok antara lain :

1. Kades, yang membantu memberikan pemahaman kepada anggota kelompok,

memberlkan petunjuk dan kemudahan administrasi birokrasi, memberikan

referensi ;

2. PPL, membantu memberikan pengetahuan tentang tehnis pertanian dan mencarikan

solusi masalah – masalah pertanian, serta membangun jaringan kerja;

3. Tokoh masyarakat, memberikan dorongan serta tauladan yang baik, baik dalam

kegiatan pertanian maupun dinamika kelompok ;

4. Motivator Desa, dengan kemampuan yang dimilikinya mampu memfasilitasi

kegiatan kelompok serta membantu kegiatan administrasi kelompok ;

5. Tokoh Pemuda, dengan semangat yang mereka miliki mampu membuka wawasan

yang baru bagi anggota kelompok dan menjadi ujung tombak dalam kegiatan

kelompok.

Kendala-kendala

Kendala yang ditemui dalam melakukan pendampingan :

1. Kendala yang sangat klasik yaitu dana/ modal

2. Tingkat pengetahuan anggota kelompok yang masih rendah

3. Orientasi pemikiran awal para anggota tentang keberadaan kelompok

4. Perkembangan keanggotaan kelompok belum sebanding dengan fasilitas yang

dimiliki kelompok.

Solusi

1. Membuat usaha – usaha kelompok, jasa simpan pinjam, pemasaran bersama

2. Melakukan peltihan mangement usaha

3. Memberikan pemahaman bahwa harus mendahulukan kewajiban dari pada hak

melalui pendampingan rutin

4. Melakukan kerjasama dengan lembaga lessing untuk pengadaan alat pertanian dan

5. Mengadakan Pelatihan administrasi keuangan kelompok bagi pengurus

Page 151: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

136

Tabel 1: Matrik Kemajuan pendampingan di desa Muara Telang dan Desa Upang

Bulan Desa Muara Telang Desa Upang

April Pengkajian perkembangan

kelompok

Implemetasi hasil

kesepakatan AD/ART

Penggalian kebutuhan

kelompok dalam menunjang

keberhasilan pertanian

Pemantapan tingkat keberhasilan

UPJA

Fasilitasi perkembangan

kelompok

Penggalian masalah dan potensi

kelompok

Pehamanan peran dan fungsi

anggota / pengurus

Mei Review aturan kelompok

Review tingkat keberhasilan

UPJA

Penyusunan rencana kerja

pasca panen

Fasilitasi penyusunan

/pembahasan AR/ART

Juni Dinamika kelompok

Tujuan berkelompok

Prinsip-prinsip menuju

kemandirian kelompok

Fasilitasi pemantapan kinerja

pengurus

Review sisitem pengelolaan UPJA

Juli Pemantapan sistem

administrasi kelompok

Pemantapan sistem administrasi

kelompok

Agustus Pelatihan Administrasi dan

keuangan kelompok

Pelatihan Administrasi dan

keuangan kelompok

September Review perkembangan

kelompok

Penggalian sumber-sumber

dana alternatif

Review perkembangan kelompok

Penggalian sumber-sumber dana

alternatif

Oktober Dinamika kelompok

Membangun jaringan kerja

Keterbukaan dan

kebersamaan

Fungsi kelompok dalam

masyarakat desa

Dinamika kelompok

Membangun jaringan kerja

Keterbukaan dan kebersamaan

Fungsi kelompok dalam

masyarakat desa

Nopember Evaluasi dampak Evaluasi dampak

Desember Fasilitasi rapat bulanan

Rencana kerja kelompok

Fasilitasi rapat bulanan

Rencana kerja kelompok 2007

Page 152: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

137

Pengalaman, Permasalahan Dan Harapan Motivator Desa Upang

Thamrin Arisondi, Motivator Desa Upang.

Berbicara tentang pengalaman, kiranya tidak berlebihan kalau kami mengatakan apa yang

kami dapat dari proyek merupakan pangalaman yang sangat berharga. Konsep yang

diterapkan oleh SSFFMP bagi desa prioritas, adalah konsep kerakyatan, karena mulai

dari perencanaan digali dari dan mendapat sambuatn masyarakat, walaupun tidak begitu

banyak usulan atau keinginan masyarakat yang dapat dikabulkan oleh SSFFMP. Bukan

hanya bantuan peralatan yang hanya kami dapat. Tetapi, yang membuat bantuan itu

bernilai, adlah seiring dengan bantuan peralatan biasanya disertai dengan pelatihan

pengoperasian dan pelatihan-pelatihan lainnya. Adapun yang kami maksud dengan

pelatihan lainnya, adalah nerkaitan dengan usaha pertanian, penyadartahuan masyarakat,

baik itu masalah karhutlah, managemen kelompok, pembukuan keuangan, dan yang tak

kalah pentingnya adalah kesadaran gender.

Dari segi keberhasilan, desa kami termasuk berhasil. Minimal alat yang dibantu masih

ada, meskipun dari segi kemajuan masih pasif dan belum berkembang pesat. Bagi kami

inilah kenyataan yang ada. Dalam pengamatan kami, bantuan alat pengering gabah pada

UPJA Jaya Bersama masih minimnya ilmu tentang perawatan alat. Cadangan dana untuk

perbaikan pun juga masih belum tersedia oleh kelompok. Masih sulit dipisahkan antara

pendapatan kelompok dan pendapatan pribadi pengurus kelompok. Tentu butuh waktu

lama untuk meluruskan masalah ini.

Ada kabar gembira dalam hal ini, meskipun di Upang kurang berhasil, tetapi daerah

penyebaran yang mencontoh alat tersebut, malah lebih berhasil, karena menggunakan

modal sendiri.

Inilah sekedar gambaran yang terjadi dalam hal ini jelas ada kekurangan dan

kelebihannya. Secara umum masih bisa diperbaiki seiring dengan waktu dan kami menilai

faktor keberhasilan lebih banyak daripada faktor ketidak berhasilan. Antara lain :

Comparative Study ke berbagai daerah, difasilitasi SSFFMP

Pelatihan ERT (Ekonomi Rumah Tanga)

Pengkaderan, sebagaimana perencanaan para motivator.

Dari ketiga point ini, secara lamban namun pasti, jelas akan merubah pola pikir ke arah

yang lebih baik.

Harapan-harapan

Page 153: Cover Kab Banyuasin

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin

”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender

Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”

Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006

138

Agar proyek ini ditambah beberapa tahun lagi, supaya kelompok lebih mandiri dan

masyarakat lebih merasakan manfaat adanya proyek di Desa Upang. Kepada pihak-pihak

terkait, antara lain dinas dan instansi yang kompeten dalam hal ini, kami minta untuk

dapat memberi pembinaan yang intensif. Siapa yang akan meneruskan pembinaan ini ?.

Mengingat proyek SSFFMP akan berakhir.

Demikianlah akhirnya, paparan ini saya buat berdasarkan pengalaman yang kami dapat,

selanjutnya dengan berjalannya waktu, segalanya bisa berubah.

Page 154: Cover Kab Banyuasin

: