cover depan (file terpisah) · perempuan, istri dan ibu, ami sangat concern dengan lama tugas...

56
COVER DEPAN (FILE TERPISAH)

Upload: others

Post on 28-Jun-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

COVER DEPAN(FILE TERPISAH)

Page 2: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

2 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Dari RedaksiTIM REDAKSI BULETIN INFORWAS

PELINDUNGInspektur Jenderal

PENASEHATInspektur IInspektur IIInspektur IIIInspektur IVInspektur Investigasi

PENANGGUNG JAWABSekretaris Inspektorat Jenderal

REDAKTURPemimpin Redaksi

Kepala Bagian Program dan Informasi

Anggota Dewan RedaksiKepala Bagian TU, Hukum dan KepegawaianKepala Bagian APTLHPKepala Bagian Keuangan dan BMNKepala Sub Bagian Evaluasi, Informasi dan Humas

Penyunting/EditorKanser Arif Ardianto, SKMSri Susilorini, S.Sos, M.AkHeri Saputra, SKM, M.KesNona Ambrawati, S.ST, MM, CFEEka Widianti, SKM, MM, CFrALisa Angelia, SKM, MTDNova Hajar Lusianingrum, SEDeny Yudhistira, SKMDhany Assegaf, SERaden Rachmat Hadi, SHNurhayati, SE

Design Grafis

Ario Agung Bramanthi, S.KomAndri Rubiana, S.KomLenggo Geni, S.KomInti Rohdika, S.Kom

FotograferJuwita Puspita, S.I.KomLisa Yuliana, S.PdGita Lestari Ade Novindry, S.PdTitin Suprihatin, S.KomLailatus Syarifah, S.Kom

SekretariatAdhitya Andy Widyatmono, SE, AkWidyastuti, SEIta Oktavianti Gartiwa, SEHenriette Nuarni Sari, SKM, MKMAsep Rizkana, SKMRizki Agus Priana, SKM

Foto cover : Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati sebagai ilustrasi

Pembaca yang budiman, inspirasi bisa datang dari mana dan kapan saja. Pada Inforwas kali ini salah satu yang bisa dijadikan inspirasi adalah sosok dan perjalanan karir

Irjen Kemenkes yang baru, drg. Murti Utami, MPH. Melalui wawancara santai kami berhasil menggali sisi lain dari Ibu Ami, demikian panggilan akrabnya, yang kemudian kami tuangkan dalam rubik profil.

Apa yang menarik? “Jadi pegawai negeri itu sebetulnya tidak pernah jadi cita-cita saya. Ya, pokoknya ingin jadi dokter gigi aja” tegas Ami. Namun, karena pada saat itu harus mengikuti aturan pemerintah yang mengharuskan bagi setiap calon dokter yang ingin melakukan praktek diwajibkan ditempatkan di seluruh bagian Indonesia, maka Ami menjadi salah satu yang mendapatkan kesempatan untuk menjadi dokter gigi puskesmas di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Aturan dari negera, bagi para peserta yang telah melakukan penempatan praktek di daerah masing-masing, maka setelah melaksanakan wajib kerjannya langsung ditetapkan menjadi Pegawai Negeri Sipil.

Karakternya yang selalu do the best dan tak pernah lari dari tugas dan tanggung jawab menjadi pintu masuk bagi dirinya untuk meraih bintang. Bayangkan, pada usia 32 tahun Ia sudah mendapatkan kepercayaan menjabat eselon dua, sebuah jabatan yang ‘hampir tidak mungkin’ dicapai PNS seusianya. Disisi lain, dari profil beliau ada pesan yang menarik dan menggelitik, khususnya bagi para auditor. Sebagai seorang perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya. Apa dan bagaimana pesan tersebut? Silahkan simak kisahnya.

Pada Inforwas kali ini, sejumlah Artikel bagus untuk disimak. Salah satunya artikel berjudul Red Flags pada Sistem Pengendalian Intern yang ditulis oleh Nona Ambrawati, SST, MM, CFE setelah ia mengikuti Risk-Based Audit Training yang diselenggarakan oleh USAID pada akhir

Page 3: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

3INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Pedoman Umum & Etika Penulisan:

1. Naskah/artikel merupakan tulisan, gagasan pemikiran, opini, ulasan, pembahasan atau penjelasan atas peraturan, pengalaman di lapangan, dengan prioritas bidang pengawasan. Redaksi juga menerima tulisan selain bidang pengawasan yang berkaitan dengan program kesehatan, pengetahuan umum dan lainnya.

2. Naskah/artikel harus merupakan karya asli atau saduran. Bila mengambil atau mencuplik kalimat penulis lain, harus mencantumkan nama penulis atau sumbernya, yang kemudian diikuti dengan muatan analisis atau kajian dari penulis, sehingga tidak semata-mata hanya menyadur/menjiplak kalimat/tulisan orang lain saja tanpa ulasan penulis.

3. Naskah/artikel dikirim dalam format microsoft words, theme fonts arial 12, paragraph 1,5 line spasing, diberi judul singkat, jelas dan informatif, yang menggambarkan materi yang akan disampaikan, memuat juga foto-foto pendukung, tabel/grafik sesuai kebutuhan.

4. Sistematika penulisan naskah meliputi: judul, penulis, pendahuluan, sub-sub judul sesuai kebutuhan, analisis permasalahan dan pembahasan saran penulis, penutup atau kesimpulan, dan kepustakaan/rujukan/referensi.

5. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah substansi materi tulisan artikel.6. Penulisan kepustakaan/rujukan/referensi terdiri dari nama pengarang, tahun, judul, edisi,

penerbit.7. Naskah/artikel ditulis dalam bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa asing agar dicetak miring,

dan sedapat mungkin diberi makna/arti.8. Nama penulis sedapat mungkin ditulis lengkap termasuk gelar, jabatan, dan unit organisasi,

serta alamat/alamat email penulis, dan dapat disertai dengan electric file pasfoto penulis. Untuk satu naskah/artikel, penulisnya dibatasi maksimal 3 orang (dengan menyebutkan penulis utama dan penulis pembantu).

9. Setiap naskah/artikel yang dimuat akan diberikan honor sesuai dengan Standar Biaya yang berlaku, sedangkan naskah/artikel yang tidak dimuat akan diberikan tanggapan (dapat secara lisan atau tertulis) kepada penulis yang bersangkutan.

Untuk pengiriman/penyampaian naskah/artikel dapat disampaikan langsung ke tim redaksi atau dikirim ke: [email protected] dan ke [email protected]

tahun lalu. Menurutnya, predikat menuju WBK ataupun opini Laporan Keuangan WTP bukan jaminan tidak adanya korupsi. Point penting dari artikel tersebut adalah perlunya memiliki Daftar Risiko. Untuk selanjutnya perlu dilakukan minimalisir risiko agar tercapai tujuan Instansi Pemerintah secara efisien, efektif, ekonimis dan akuntabel.

Artikel lainnya yang cukup menarik adalah Menuju Tertib Administrasi Barang Milik Negara Melalaui Mekanisme Hibah yang ditulis oleh Hery Saputra. Menurutnya, Perlunya dilakukan penertiban atas Barang Milik Negara yang sangat menjadi perhatian oleh pemeriksa ekternal Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), minat tersebut

dikarenakan banyaknya barang milik negara yang belum tertib dalam pengelolaan, baik secara pencatatan maupun penguasaan. Ini menjadi sangat penting agar aparat tidak salah dalam menjalankan peran dan fungsinya.

Tentunya, masih banyak sajian lain pada Inforwas kali ini. Selamat menikmati. Kami sangat terbuka dan mengharap masukan, kritik dan saran dari pembaca.

Hormat Kami,

Rudi Supriatna Nata SaputraPemimpin Redaksi

Page 4: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

4 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Surat PembacaAssalamualaikum Wr.WBYth. Bapak/Ibu Tim Redaksi Majalah Inforwas

Saya sebagai pegawai Kemenkes yang bertugas di satuan kerja Dityankes Primer merasa konsistensi penerbitan Majalah Inforwas tidak sama di setiap tahunnya sedangkan kebutuhan informasi terkait pengawasan sangat kami perlukan, mohon agar e-majalah inforwasnya dapat tayang secara konsisten di website Inspektorat Jenderal Kemenkes. Terima kasih

Azizah Noormala Dewi (Adminkes Dit Yankes Primer)

Jawab:Bapak/Ibuyang kami hormati, pertama kami memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas perhatian Bapak/Ibu… dalam memantau terbitnya Majalah Inforwas di setiap edisinya,. Kami dari tim redaksi selalu berusaha untuk dapat menerbitkan setiap edisi Majalah Inforwas tepat waktu dan tepat jumlah, atas masukan Bapak/Ibu,.. sebetulnya kami memberikan kesempatan kepada para pembaca setia Majalah Inforwas agar dapat berkontribusi dalam memperkaya tulisan artikel yang ada di Majalah Inforwas selama tulisan tersebut berhubungan baik langsung ataupun tidak dalam hal bisnis proses pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan.

Assalamualaikum Wr.WBYth. Bapak/Ibu Tim Redaksi Majalah Inforwas

Saya mengucapkan selamat kepada Ibu drg. Murti Utami, MPH yang telah diberi amanat sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan yang baru, semoga dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai Instansi Pengawasan Internal di lingkungan Kementerian Kesehatan dapat berjalan lebih baik dan lebih professional untuk menjadikan Kementerian Kesehatan yang lebih baik di masa depan.

Iin Nurlinawati (Peneliti Pertama, Badan Litbangkes

Kemenkes)

Jawab:Bapak/Ibu,… yang kami hormati terima kasih kami ucapkan atas segala doa dan harapan untuk menjadikan Kementerian Kesehatan menjadi lebih baik, semoga Alloh SWT meridhoi langkah kita Bersama dalam mewujudkannya. Aamiin.

Assalamualaikum Wr.WBYth. Bapak/Ibu Tim Redaksi Majalah Inforwas

Saya adalah salah satu pengguna aplikasi e-puldatawas Itjen Kemenkes, mohon dapat disampaikan kepada penanggungjawab informasi hasil audit agar diupdate supaya kami dapat langsung menerima softfile LHP dan segera melakukan Tindak Lanjut sebelum fisik LHP kami terima fisik dari jasa antar Pos.

Andri Novianto (Kepala Sub Bagian Akuntansi II, Biro

Keuangan dan BMN Kemenkes)

Jawab:WaalaikumsalamBapa/Ibu yang kami hormati, terima kasih atas segala perhatiannya dalam pemanfaatan aplikasi e-puldatawas yang sudah dibangun oleh Inspektorat Jenderal, atas permasalahan di atas kami akan segera berkoordinasi dengan pihak yang bertanggungjawab di Inspektorat Jenderal dalam penyampaian Laporan Hasil Pengawasan kepada satuan kerja yang telah diaudit dalam bentuk softcopy untuk diupload di apliaksi e-puldatawas.

Kritik dan Saran dapat disampaikan kepada redaksi Inforwas melalui

alamat email [email protected]

Page 5: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

5INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

6 RED FLAGS PADA SISTEM PENGENDALIAN INTERN

10 TATA KELOLA BARANG PERSEDIAAN DI RUMAH SAKIT: PERMASALAHAN DAN SOLUSI

16 MENUJU TERTIB ADMINISTRASI BARANG MILIK NEGARA MELALAUI MEKANISME HIBAH

21 BEST PRACTISE PELAKSANAAN REVIU REVALUASI BARANG MILIK NEGARA TAHUN 2018

23 SEKELUMIT: PROFESIONALISME DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT

27 STUNTING BOM WAKTU KEBERLANGSUNGAN GENERASI MASA DEPAN

32IMUNISASI SEBAGAI PROGRAM PRIORITAS NASIONAL DARI PERSPEKTIF PENGAWASAN

41 MENJEJAKI KIPRAH TIM NUSANTARA SEHAT DI PUSKESMAS WAY DENTE KABUPATEN TULANGBAWANG PROVINSI LAMPUNG

52GALERI FOTO

44PROFIL

“Jika Kerja Dijiwai, Inovasi Timbul,

Prestasi pun Ikut Sendiri”

Page 6: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

6 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

artikel

Bukan hal yang mustahil korupsi terjadi pada Instansi Pemerintah dengan tingkat maturitas

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang tinggi atau dengan predikat menuju Wilayah Bebas Korupsi atau bahkan dengan opini Laporan Keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Meski kesemuanya itu merupakan atribut Good Corporate Governance. Dengan kata lain baik SPIP, predikat menuju WBK ataupun opini Laporan Keuangan WTP bukan jaminan tidak adanya korupsi. Kita ambil sebagai contoh SPIP yang telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dengan maksud agar diterapkan oleh setiap Instansi Pemerintah. SPIP merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh

pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai

atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Dalam penerapannya SPIP terdiri dari 5 (lima) unsur yaitu Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan Komunikasi dan Pemantauan. Lingkungan Pengendalian merupakan dasar dilakukannya

Red Flags pada SistemPengendalian Intern

INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Page 7: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

7INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

kendali intern. Lingkungan Pengendalian menyediakan aturan dan struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Mengacu pada Lingkungan Pengendalian, Instansi Pemerintah melakukan penilaian risiko yang mungkin terjadi dalam mencapai tujuan organisasi. Bila Instansi Pemerintahh telah memiliki Daftar Risiko maka disusun apa saja yang menjadi Kegiatan Pengendalian untuk merespon terhadap risiko tersebut. Selanjutnya untuk menjamin keterlaksanaan Kegiatan Pengendalian, dilakukan penyampaian Informasi dan Komunikasi kepada seluruh pelaksana kegiatan. Pemantauan terhadap kualitas kinerja dan efektifitas Kegiatan Pengendalian untuk selanjutnya dirumuskan perbaikan yang harus dilakukan dalam meminimalisir risiko dan tercapainya tujuan Instansi Pemerintah secara efisien, efektif, ekonimis dan akuntabel. Demikian disampaikan oleh Judy England-Joseph dalam Risk-Based Audit Training pada tanggal 5 Desember s.d 7 Desember 2018 yang diselenggarakan oleh USAID.

Namun demikian dijelaskan juga oleh Judy, dalam penerapannya, Sistem Pengendalian Intern dapat menunjukkan adanya tanda peringatan atau Red Flags. Tanda peringatan ini merupakan petunjuk adanya kelemahan dalam penerapan pengendalian intern. Red Flags adalah suatu kondisi yang janggal atau berbeda dengan keadaan normal yang juga merupakan suatu petunjuk atau indikasi akan adanya

sesuatu yang tidak biasa. Ada beberapa peringatan yang dapat dijadikan adanya indikasi kelemahan dalam pengendalian intern, seperti: 1. Lingkungan Pengendalian

a. Pegawai tidak memahami prilaku yang sejalan atau tidak sejalan dengan ketentuan, sebagai contoh seorang Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran biaya perjalanan dinas yang tidak sesuai dengan Satuan Biaya Masukan yang berlaku.

b. Pimpinan mengabaikan tindakan yang menyalahi aturan yang dibuat oleh entitas di bawahnya, sebagai contoh Pejabat Eselon 2 menerbitkan edaran yang memperkenankan tidak dilakukannya pemotongan Tunjangan Kinerja bagi pegawai yang terlambat hadir di kantor namun hal ini tidak dikoreksi oleh Pejabat Eselon I, sebagai atasannya .

c. Adanya kesulitan dalam menentukan entitas atau individu yang memiliki tanggungjawab atas program atau kegiatan tertentu.

d. Struktur organisasi tidak efisien atau tidak berfungsi dengan baik.

e. Kurangnya kepedulian pihak manajemen terhadap kendali internal dan tidak responsif

Page 8: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

8 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

artikel

terhadap penyimpangan pengendalian intern.

2. Penilaian Risikoa. Belum ada penilaian risiko

terhadap perubahan besar yang baru terjadi, seperti adanya tanggung jawab baru. Tanggung jawab baru tentunya memerlukan penilaian risiko tersendiri untuk menjamin tercapainya suatu kegiatan.

b. Sasaran yang tidak terdefinisi dengan baik. Sasaran yang terdefinisi dengan baik akan menjadi arah pelaksanaan kegiatan.

c. Ukuran kinerja yang tidak SMART. Hasil pengukuran kinerja adalah prestasi pencapaian tujuan organisasi

d. Tidak disadarinya kendala yang mungkin timbul dalam pelaksanaan suatu kegiatan.

3. Kegiatan Pengendaliana. Pegawai melakukan pekerjaan

“seperti yang dilakukan tahun lalu” atau seperti yang dilakukan pendahulunya”. Pegawai tidak memahami kebijakan dan prosedur yang seharusnya.

b. Kebijakan atau prosedur kerja yang belum dikembangkan atau tidak “update”.

c. Pencatatan atau data terkait hal-hal yang penting tidak tersedia.

d. Tidak dilakukannya langkah kerja atau tahap kerja “kunci”/krusial tidak dilakukan.

Page 9: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

9INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Penulis:Nona Ambrawati, S.ST, MM, CFrA (Auditor Ahli Madya)

4. Informasi dan Komunikasia. Informasi tidak siap tersedia,

sehingga bila dibutuhkan baru disiapkan secara tergesa-gesa.

b. Dalam mengambil keputusan, pimpinan masih menggunakan data yang kurang berkualitas (tidak akurat dan tidak update).

c. Staf mengalami kesulitan dalam mendapatkan/mengumpulkan informasi/data.

d. Pimpinan tidak yakin atas informasi yang ada.

e. Staf tidak dapat memahami jalur penyampaian informasi yang bersifat rahasia.

5. Pemantauana. Pimpinan tidak melakukan

evaluasi selagi program masih berjalan.

b. Tidak disadarinya masalah-masalah kecil yang potensial menjadi masalah besar.

c. Terdapat masalah-masalah dalam komponen lain (Lingkungan pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian serta Informasi dan Komunikasi) yang belum diselesaikan.

d. Ada temuan audit/inspeksi yang berulang atau tidak diselesaikan secara tepat waktu.

Menyadari adanya kemungkinan ketidaktahuan, kelalaian dan kesengajaan atas tindakan yang dapat diindikasikan sebagai red flags penerapan sistem pengendalian intern, sudah sepatutnya dilakukan analisa lebih

lanjut. Dalam analisa ini dapat dilakukan dengan mencermati 5 unsur manajemen yaitu man, money, material, method and machine atau juga dapat digunakan metode PDCA (planning, do, check, action). Alternatif lain dalam melakukan analisa dapat juga digunakan model logika yang merupakan cara terstruktur dalam mendeskripsikan kegiatan yang lebih baik dengan mengindentifikasikan ketidakefisienan, struktur pelaksanaan kegiatan, kepatuhan terhadap aturan. Dari tulisan ini diharapkan agar atribut Good Corporate Governance tidak membuat suatu instansi terlena, lengah terhadap tindak pidana korupsi yang gejalanya dapat terdeteksi dari awal. Salam Anti Korupsi.....

Daftar Pustaka:1. Peraturan Pemerintah Nomor

60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

2. Materi Risk-Based Audit Training pada tanggal 5 Desember s.d 7 Desember 2018 yang diselenggarakan oleh USAID.

*) Auditor Madya pada Inspektorat III Itjen Kemenkes RI**) Anggota ACFE Indonesia Chapter

Page 10: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

10 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

artikel

Institusi kesehatan, utamanya yang bergelut langsung dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, diwajibkan untuk memenuhi standar pelayanan yang sangat ketat.

Kegagalan dalam memenuhi standar pelayanan berakibat pada menurunnya tingkat kepercayaan konsumen, bahkan lebih buruk lagi, dapat mengakibatkan tutupnya pelayanan dan memberikan kerugian finansial yang amat besar. Salah satu aspek dalam standar pelayanan kesehatan yang wajib dipenuhi adalah obat, instrumen kesehatan, dan bahan medis habis pakai, yang kesemuanya masuk ke dalam kategori barang persediaan.

Obat dan bahan medis habis pakai yang kadarluarsa juga instrumen alat kesehatan yang malfungsi akan berkaitan erat dengan nyawa pasien. Oleh karenanya, bagi institusi pelayanan kesehatan, tata kelola barang persediaan yang efektif merupakan hal utama. Perputaran barang persediaan dalam

satu institusi pelayanan kesehatan, utamanya rumah sakit amat besar dan kompleks. Dalam satu tahun anggaran, kurang lebih 40% dari porsi anggaran rumah sakit dipergunakan untuk alokasi obat dan bahan medis habis pakai, belum lagi ditambah dengan bahan persediaan non-medis (Sheetharaman et al., 2010). Berdasarkan hasil audit dari Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) maupun Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, beberapa kendala teknis yang dihadapi rumah sakit dalam tata kelola persediaan dan alternatif pemecahannya antara lain:

Manajemen data yang lemahMasalah utama pada kebanyakan

rumah sakit terkait pengelolaan barang persediaan adalah akurasi pencatatan. Padahal, kebijakan perencanaan dan pembelian barang persediaan yang tepat untuk menghasilkan manajemen persediaan yang lebih efektif, efisien, dan ekonomis, sangat dipengaruhi oleh

Tata Kelola Barang Persediaan di Rumah Sakit: Permasalahan dan Solusi

Page 11: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

11INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

pencatatan yang akurat. Berdasarkan kebijakan akuntansi Kementerian Kesehatan RI, pencatatan persediaan pada seluruh satuan kerja menggunakan metode perpetual, dimana pencatatan atas transaksi persediaan baik terhadap mutasi pemasukan maupun pengeluaran dilaksanakan setiap waktu. Namun demikian, pada sebagian satuan kerja, metode tersebut tidak berjalan secara optimal. Banyak petugas yang tidak tertib dalam melakukan pencatatan mutasi keluar dan masuk barang, baik dengan menggunakan kartu persediaan maupun melalui aplikasi. Terlebih lagi di rumah sakit, dimana petugas di gudang induk maupun di depo harus memberikan pelayanan farmasi, sekaligus melakukan pencatatan pada kartu persediaan dan aplikasi.

Hampir seluruh rumah sakit utamanya yang berbentuk Badan Layanan Umum (BLU) memiliki aplikasi persediaan internal yang sudah secara otomatis terhubung dengan billing system. Namun demikian, rumah sakit tersebut tetap harus melakukan pencatatan barang persediaan ke dalam Aplikasi Persediaan Kementerian Keuangan. Hal tersebut lah yang banyak menyebabkan beberapa rumah sakit melakukan pencatatan persediaan secara gelondongan, sehingga pada saat penyusunan laporan keuangan, beban persediaan menjadi tidak dapat diyakini kewajarannya.

Selain belum optimalnya bridging aplikasi persediaan, permasalahan lainnya adalah perbedaan nomenklatur pencatatan nama barang untuk satu item barang yang sama oleh petugas pencatat. Sebagai contoh, obat Paracetamol 500 mg dengan merek dagang Panadol oleh satu petugas dicatat dengan nama generiknya,

namun petugas yang lain mencatat dengan merek dagangnya. Begitu juga dengan nomenklatur volume, untuk satu jenis obat yang sama, ada petugas yang mencatat dengan satuan kardus dan ada yang mencatat dengan satuan botol, padahal dalam satu kardus bisa berisi lebih dari satu botol. Hal tersebut menimbulkan banyaknya duplikasi nomenklatur obat yang sama dalam aplikasi persediaan.

Pengakuan transaksi dalam mutasi barang persediaan yang tidak sinkron dengan kebijakan yang telah ditetapkan juga menjadi kelemahan dalam manajemen data persediaan. Sebagai contoh, adanya barang persediaan yang baru didistribusi dari gudang induk ke depo maupun ke tempat pelayanan sudah dianggap sebagai pemakaian, walaupun oleh gudang induk masih tersimpan dan belum digunakan untuk pelayanan. Demikian juga pada beberapa pelayanan tertentu seperti di ruang operasi, barang persediaan yang dipakai belum dapat dihitung jumlah dan jenisnya sampai dengan prosedur pelayanan selesai, dengan demikian, tidak seluruh barang persediaan yang telah disediakan pada saat operasi terpakai. Akan tetapi, umumnya barang persediaan tersebut telah tercatat seluruhnya sebagai pemakaian.

Permasalahan berikutnya pada manajemen data persediaan adalah beberapa jenis transaksi, seperti retur, diskon, bonus, residu, hibah, maupun konsinyasi belum seluruhnya tercatat. Padahal, tidak tercatatnya transaksi-transaksi tersebut sangat berpotensi pada penyalahgunaan barang yang berujung pada kerugian negara.

Pada akhirnya, manajemen data persediaan yang tidak akurat membuat

Page 12: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

12 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

artikelpara pemangku kebijakan tidak mengetahui jumlah riil dan kondisi dari barang persediaan yang dimiliki. Dengan demikian, pembelian barang bisa jadi membengkak karena rumah sakit takut barang persediaan yang dimiliki sudah habis, padahal ternyata barang tersebut masih banyak tersimpan di gudang, dan bahkan sebagian sudah menjadi usang. Atau sebaliknya, karena merasa persediaan barang masih banyak tersimpan maka rumah sakit tidak melakukan pembelian barang sehingga barang tersebut menjadi tidak tersedia untuk pelayanan. Barang yang berlebih dan usang menjadi pemborosan yang luar biasa bagi beban operasional rumah sakit, sementara kekosongan barang menjadi citra yang buruk bagi pelayanan.

Lalu solusi apa yang paling relevan untuk kondisi saat ini? Hal yang terpenting adalah melakukan reviu secara periodik atas jumlah dan kondisi barang persediaan. Pastikan bahwa seluruh petugas gudang, setiap selesai bertugas, selalu mengisi kartu persediaan dengan tepat sesuai dengan transaksi barang yang telah dilakukan. Tentunya update kartu persediaan tersebut harus secara berkala di supervisi oleh penanggungjawab gudang atau ruangan setiap hari pada akhir periode pelayanan. Saat ini rumah sakit menggunakan sistem remunerasi, dimana kinerja pegawai juga dinilai dari kualitas pekerjaannya. Kepatuhan dan ketepatan petugas farmasi dalam mengisi kartu persediaan atau melaporkan transaksi persediaan yang dilakukan, dapat menjadi salah satu kriteria penilaian kinerja pegawai, untuk memotivasi pegawai melakukan pelaporan persediaan secara berkala dengan akurat. Barang persediaan pada suatu rumah sakit tentunya bisa

mencapai ribuan item, karenanya perlu dibuat prioritas dalam melakukan reviu persediaan secara berkala. Barang dengan nilai ekonomi tinggi, zat/obat/bahan terlarang, dan obat yang cepat perputarannya tentunya menjadi prioritas untuk direviu kondisinya secara berkala.

Disamping reviu berkala, Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS) memiliki peran yang sangat penting karena dapat meminimalkan kesalahan, mempercepat pengumpulan data, dan menyederhanakan semua proses manajemen persediaan. Setiap unit yang melakukan transaksi barang persediaan harus memiliki akses data persediaan ke SIMRS sesuai dengan kewenangannya. Sebagai contoh; unit penyimpan seperti gudang logistik dan gudang medik memiliki kewenangan untuk melakukan transaksi penambahan barang persediaan dan pengeluaran barang melalui distribusi; unit pengusul kebutuhan barang seperti bagian pengadaan memiliki wewenang untuk memantau transaksi pemakaian, pembelian, dan saldo yang ada pada setiap gudang, sehingga pengusulan kebutuhan dapat akurat; dan unit pengawas data seperti instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) memiliki wewenang melakukan pemantauan atas pengisian data dan ketepatan sistem dalam mengolah data, serta melakukan cleaning data apabila ditemukan transaksi yang tidak logis atau tidak tepat. Menu dari aplikasi persediaan SIMRS juga diharapkan terus berkembang, sehingga nantinya sistem dapat melakukan perencanaan pengadaan, analisa kebutuhan, dan analisa lainnya yang dibutuhkan dalam penyusunan kebijakan di rumah sakit secara otomatis. Namun, dalam waktu dekat ini, yang terpenting

Page 13: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

13INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

adalah rumah sakit diharapkan mampu membuat sistem bridging aplikasi persediaan dengan SIMRS, sehingga laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dapat menyajikan kondisi riil persediaan di rumah sakit.

Sulitnya menyusun pola perencanaan yang tepat

Perencanaan dan proyeksi yang matang diperlukan agar stok tidak mengalami kekosongan atau juga terjadi kelebihan stok pada gudang. Permasalahan yang sering terjadi adalah usulan kebutuhan dari user atau unit yang memerlukan barang, tidak disertai dengan perhitungan yang tepat. Hal tersebut disebabkan karena; unit pengusul tidak memiliki data trend pemakaian dan kondisi riil persediaan yang akurat; tidak dilakukannya klasifikasi persediaan berdasarkan tingkat penggunaannya (fast moving dan slow moving) maupun berdasarkan kepentingan klinisnya (vital, essensial, non-essensial); perhitungan Lead Time (LT) tidak tepat atau belum diperhitungkan sama sekali. LT saat ini cenderung lebih lama karena pengadaan melalui e-catalogue melayani pemesanan untuk seluruh wilayah di Indonesia, sehingga antrian pesanan obat semakin panjang. Ditambah lagi apabila status pesanan menjadi “locked” karena keterlambatan pembayaran sebelumnya; kurangnya kepatuhan tenaga kesehatan dalam peresepan sesuai formularium nasional dan rumah sakit sehingga kebutuhan obat jadi sulit diprediksi; dan kompetensi pegawai pada masing-masing unit yang memerlukan barang dalam melakukan perhitungan kebutuhan tidak sama.

Salah satu alternatif perbaikan yang dapat mengatasi permasalahan pada perencanaan adalah dengan membangun sistem IT yang mengintegrasikan data pelayanan kepada pasien dengan kebutuhan barang persediaan, atau yang dalam literasi disebut sebagai sistem berbasis nilai. Dengan demikian, rumah sakit dapat mengukur apakah persediaan yang dibeli kembali, berimbang dengan persediaan yang telah dikeluarkan dalam pemberian pelayanan.

Alternatif perbaikan berikutnya adalah dengan menetapkan tanggung jawab tim secara jelas. Setiap orang yang terlibat dalam manajemen persediaan rumah sakit, mulai dari unit perencanaan, pelayanan, pembelian, dan penyimpanan, harus memiliki pemahaman yang kuat dan seragam tentang peran nya dalam tim dan apa kontribusi yang dapat mereka berikan terhadap manajemen inventaris yang sukses. Penguatan kompetensi dan sosialisasi juga terus diperlukan agar setiap petugas yang terlibat dalam manajemen persediaan bisa memiliki kompetensi yang serupa. Untuk petugas kesehatan, pengawasan oleh komite medik terhadap kepatuhan peresepan sesuai dengan formularium nasional dan formularium rumah sakit harus terus dievaluasi. Apabila formularium yang sudah tersedia dinilai tidak sesuai lagi, maka segera lakukan revisi formularium agar dapat memudahkan petugas perencana.

Alternatif solusi selanjutnya adalah dengan menganalisis penggunaan Vs. frekuensi pemesanan sesering mungkin. Rasio ini sangat membantu untuk menciptakan manajemen inventaris rumah sakit yang efisien. Rumah sakit

Page 14: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

14 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

artikelharus yakin bahwa mereka tahu berapa banyak barang tertentu yang dipesan per minggu, bulan, atau kuartal dibandingkan dengan berapa banyak barang yang telah digunakan dalam jangka waktu yang sama. Jika angka tidak cocok, rumah sakit dapat memiliki situasi di mana mereka memiliki produk terlalu sedikit atau terlalu banyak. Membuat penyesuaian berkala pada pola pemesanan berdasarkan hasil analisis ini adalah praktik terbaik.

Pembelian persediaan yang tidak terpusat

Fungsi pembelian dalam institusi layanan kesehatan seperti rumah sakit tentunya telah melekat pada unit tertentu, seperti Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan pejabat pengadaan, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan rumah sakit. Akan tetapi, karena layanan kesehatan adalah unik, dimana sangat berpengaruh pada nyawa manusia, maka ada beberapa pengadaan yang harus dipenuhi dengan segera. Permasalahannya, pengadaan langsung yang bersifat cito tersebut tidak melalui pejabat pengadaan, namun dipesan sendiri oleh unit yang membutuhkan. Biasanya, setelah administrasi penagihan lengkap unit tersebut baru menagihkan kepada keuangan dan melaporkan kepada pejabat pengadaan. Akibatnya barang persediaan tersebut datang langsung ke unit yang memesan dan transaksi penambahan barang dari pembelian tidak tercatat ke dalam SIMRS. Ada kalanya pembelian barang tersebut baru dilaporkan setelah barang habis terpakai, sehingga laporan keuangan dan laporan barang menjadi tidak balance. Kondisi tersebut terjadi terus-menerus dan terakumulasi, sehingga banyak

transaksi persediaan yang sudah menjadi beban belum tercatat sebagai utang dan agar laporan keuangan balance maka dilakukan pencatatan pada koreksi lain-lain.

Supervisi dari atasan langsung atau biasa disebut dengan pengawasan melekat adalah kunci utama mengatasi permasalahan ini. Kebijakan internal dan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk pengadaan tentunya telah disusun, baik itu untuk pengadaan langsung, lelang, maupun penunjukkan langsung. Selanjutnya tinggal bagaimana atasan langsung dari masing-masing unit dibantu oleh Satuan Pengawas Intern (SPI) memastikan bahwa pelaksanaan pembelian barang persediaan telah berjalan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku. Akan lebih baik lagi, apabila dalam SIMRS sistem persediaan telah terintegrasi dengan sistem pengadaan barang. Sehingga, unit yang membutuhkan persediaan hanya bisa melakukan pemesanan barang lewat SIMRS dan approval diberikan oleh pejabat pengadaan dan PPK setelah dilakukan analisa kebutuhan riil persediaan melalui SIMRS.

Tatakelola penyimpanan Gudang yang kurang memadai

Tujuan dari tatakelola gudang adalah agar barang yang tersimpan tetap dalam keadaan baik dan distribusi barang dapat dilakukan secara tepat waktu dan tepat jumlah. Permasalahan yang terjadi, kebanyakan gudang penyimpanan belum layak. Di beberapa tempat bahkan gudang penyimpanan obat ada yang bocor, lembab, tidak didukung sirkulasi udara yang memadai, diletakkan langsung di lantai (tanpa pallet), tidak pernah diukur suhunya, aksesnya

Page 15: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

15INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

terbuka, dan pengelompokan barangnya tidak tertata. Dengan demikian, banyak barang yang berpotensi rusak, hilang, dan kadarluarsa. Selain itu, kebanyakan gudang yang ada, belum dilengkapi dengan pemadam kebakaran yang memadai dan alarm yang dapat memberitahukan adanya awal kebakaran.

Hal utama yang menjadi kunci penyelesaian masalah tersebut adalah komitmen pimpinan untuk menyediakan tempat penyimpanan permanen yang layak (luas dan design bangunan memadai). Selanjutnya Alternatif perbaikan yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memperbaiki pengaturan tata ruang dan penyusunan stok. Tata ruang yang baik tentunya memberikan kemudahan petugas untuk bergerak dengan mempertimbangkan arah arus penerimaan dan pengeluaran barang, memiliki sirkulasi udara yang baik, mudah dibersihkan, terbebas dari banjir, terbebas dari hama maupun binatang pengganggu, didukung penempatan rak dan pallet yang tepat, memiliki akses terbatas (hanya orang yang memiliki wewenang mencatat keluar masuk barang persediaan yang bisa memasuki ruangan penyimpanan), serta dilengkapi dengan pencegah kebakaran. Sementara, penyusunan stok yang baik telah memperhatikan penempatan stok dengan prinsip First In First Out, penggunaan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan persediaan yang mahal, menyusun persediaan dengan penanganan khusus (mudah dipengaruhi cahaya, temperatur, kontaminasi bakteri) pada tempat yang sesuai, menyusun persediaan dalam rak yang telah diberikan nomor kode, dan melakukan rotasi stok untuk menghindari

kadarluarsa. Setelah memperbaiki pengaturan tata ruang dan penyusunan stok, pemantauan dan evaluasi atas kepatuhan petugas gudang dalam menjaga kebersihan serta keamanan gudang menjadi faktor penting yang harus diperhatikan.

Industri pelayanan kesehatan saat ini menghadapi tekanan yang konstan dan tanpa henti untuk memenuhi tujuan yang saling bertentangan seperti mengeluarkan biaya yang rendah sambil mempertahankan dan meningkatkan kualitas layanan. Perbaikan atas manajemen persediaan adalah satu solusi tercepat untuk mengatasi tantangan tersebut. Saat ini pilihan ada pada kita, memperbaiki sistem tata kelola atau terus merugi?

Referensi1. Biro Keuangan dan Barang Milik

Negara Sekretariat Jenderal Kemenkes RI, 2016. Petunjuk Teknis Bridging Aplikasi Persediaan Kementerian Kesehatan.

2. World Health Organization, 2011. Introduction to Medical Equipment Inventory Management. Medical Device Technical Series.

3. A. Sheetharaman, John Rudolph R., A.S. Saravanan, 2010. The Changing Role of Accounting in the Health Care Industry. Research Journal of Business Management. 4 (2): 91-102.

4. Maurice D. Cavitt, 2010. Evaluating Obselete Inventory Policies in a Hospital’s Supply Chain. Digital Commons@University of Nebraska-Lincoln.

Penulis:1. Dede Sunardi, SH, MM (Auditor Ahli Madya)2. Lisa Angelia, SKM, MTD (Auditor Ahli Muda)

Page 16: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

16 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

artikel

Pada Akhir-akhir ini kementerian kesehatan sedang giat melakukan penertiban atas Barang Milik Negara yang sangat menjadi perhatian oleh

pemeriksa ekternal Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), minat tersebut dikarenakan banyaknya barang milik negara yang belum tertib dalam pengelolaan, baik secara pencatatan maupun penguasaan. Barang milik negara yang tercatat di kementerian kesehatan tersebar dari Sabang sampai Merauke tersebar di 34 Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia, baik di satuan kerja Dekonsentrasi, satuan kerja kantor daerah maupun unit pelaksana teknis baik di pusat maupun di daerah.

Definisi Barang Milik NegaraPengertian Barang Milik

Negara (BMN) Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 27 tahun 2014, Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Berdasarkkan definisi tersebut secara gamblang bahwa semua barang yang diperoleh dari penggunaan uang negara maupun perolehan lainnya seperti hibah adalah menjadi Hak Negara dan harus

Menuju Tertib Administrasi Barang Milik Negara Melalui Mekanisme Hibah

di kelola secara baik dan memadai. Dalam pengelolaan aset negara tersebut tidak banyak proses administrasi semata, tetapi juga harus dipikirkan bagaimana cara meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam mengelola aset tersebut salah satu caranya yaitu dengan melakukan hibah.

Page 17: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

17INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Hibah Kata “Hibah” bila dilihat dari segi bahasa berasal dari kata dalam Bahasa Arab yang sudah diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia. Kata hibah secara etimologis berarti melewatkan atau menyalurkan. Hibah mempunyai 2 (dua) pengertian, secara umum hibah dapat diartikan memindahkan kepemilikan barang kepada orang lain ketika masih hidup. Arti hibah secara khusus adalah pemindahan kepemilikan suatu benda yang bukan suatu kewajiban pada orang lain ketika masih hidup dengan ijab dan qabul tanpa mengharapkan pahala atau kerena menghormati dan juga bukan karena menutupi kebutuhan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017 Hibah adalah

pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, antar Pemerintah Daerah, atau dari Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah kepada Pihak Lain, tanpa memperoleh penggantian.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Pasal 68 ayat (1) Hibah Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial, budaya, keagamaan, kemanusiaan, pendidikan yang bersifat non komersial, dan penyelenggaraan pemerintahan negara/ daerah. Ayat (2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat: a. bukan merupakan barang rahasia negara; b. bukan merupakan barang

Page 18: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

18 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

artikelyang menguasai hajat hidup orang banyak; dan c. tidak diperlukan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi dan penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah. ayat (3) Ketentuan mengenai kriteria kepentingan sosial, budaya, keagamaan, kemanusiaan, pendidikan yang bersifat non komersial, dan penyelenggaraan pemerintahan negara/ daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pada Pasal 69 ayat (1) Hibah dapat berupa: a. tanah dan/atau bangunan: 1. yang berada pada Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; 2. yang telah diserahkan kepada Gubernur/Bupati/ Walikota, untuk Barang Milik Daerah; b. tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang; atau c. selain tanah dan/atau bangunan. Ayat (2) Penetapan Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh: a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah, sesuai batas kewenangannya. Ayat (3) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh: a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau b. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah. Ayat (4) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh: a. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah. Ayat (5) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c dilaksanakan oleh: a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang; b. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang; atau c. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Ketentuan dalam Pelaksanaan HibahPersyaratan Barang Milik Negara

untuk dapat dihibahkan : a. Barang Milik Negara yang dari awal perencanaan pengadaannya dimaksudkan untuk dihibahkan sebagaimana tercantum dalam dokumen penganggaran; b. bukan merupakan barang rahasia negara, bukan merupakan barang yangmenguasai hajat hidup orang banyak, dan tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang, serta tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara; c. Barang Milik Negara berasal dari hasil perolehan lain yang sah, dalam hal ini berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan,ditentukan untuk dihibahkan; d. Sebagian tanah pada pengguna dapat dihibahkan sepanjangdipergunakan untuk pembangunan fasilitas umum yang tidak mendapatkan penggantian kerugian sesuai ketentuan perundangundangan,fasilitas social dan keagamaan.

Secara Garis Besar Proses atau tahapan pelaksanaan kegiatan Hibah untuk yang berasal dari dana Dekon Maupun Tugas Pembantuan (TP) sebagai berikut:

Page 19: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

19INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

No Tahapan Pelaksana Kegiatan Dokumen

1 Persiapan SKPD 1. Penelitian administratif

2. Penelitian Fisik

Dituangkan dalam Laporan Hasil Penelitian (BA Pemeriksaan / Penelitian)

2 Permohonan SKPD Mengajukan permohonan Hibah BMN kepada Eselon I

1. BA Pemeriksaan / Penelitian

2. Surat Pernyataan Bersedia Menerima Hibah (Materai)

3. Data Calon Penerima Hibah

4. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (Materai)

5. Fotokopi bukti kepemilikan (Sertifikat, IMB, STNK & BPKB) atau dokumen yang setara

6. Softcopy Daftar BMN yang akan dihibahkan

3 Permohonan Eselon I Mengajukan permohonan Hibah BMN kepada Sekretaris Jenderal

1. Surat Usulan2. Dokumen dari Eselon

II3. Surat Pernyataan

Bersedia Memberikan Hibah

4 Persetujuan Pengguna Barang

1. Penelitian kelayakan pertimbangan dan alasan permohonan.

2. Penelitian data dan kelengkapan dokumen.

Surat persetujuan Hibah BMN (dalam hal disetujui)

5 BAST dan Naskah Hibah

Eselon I dan SKPD

Tandatangan BAST dan Naskah Hibah

1. BAST2. Naskah Hibah

Tabel Tahapan Penghapusan BMN

Page 20: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

20 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Penulis:Heri Saputra, SKM, M.Kes, CFrA (Auditor Ahli Madya)

artikel6 Pelaksanaan

PenghapusanEselon I Eselon I

menerbitkan Keputusan Penghapusan BMN

1. Keputusan Penghapusan BMN

2. Menyampaikan laporan pelaksaan hibah DK/TAPI kepada

Data Barang Milik Negara Kementerian Kesehatan pada Satuan Kerja Dekonsentarasi dan Tugas Pembantuan berdasarkan laporan keuangan Tahun 2017 yang belum hibahkan.

E1ASET TETAP ASET TAK BERWUJUD JUMLAH

∑ Satker Rp ∑ Satker Rp ∑ Satker Rp

Setjen 28 345.211.674.915     28 345.211.674.915

Ditjen Kesmas

59 573.035.385.462 4 668.160.282 63 573.703.545.744

Ditjen Yankes

923 16.526.125.166.545 9 2.915.002.100 932 16.529.040.168.645

Ditjen P2P 178 187.357.793.752 1 6.765.000 179 187.364.558.752

Ditjen Farmalkes

3 1.462.322.000     3 1.462.322.000

BPPSDMK 18 16.050.538.310 1 1.000.000 19 16.051.538.310

Total 1.209 17.649.242.880.984 15 3.590.927.382 1.224 17.652.833.808.366

Pada dasarnya Barang Milik Negara digunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga/ Terkait dengan hal tersebut, maka undang-undang menetapkan bahwa menteri/pimpinan lembaga adalah pengguna barang bagi kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Sebagai konsekuensi dari prinsip tersebut di atas, maka tanah dan/atau bangunan milik negara/daerah yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan wajib diserahkan pemanfaatannya kepada Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota

untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pemerintahan negara/daerah ataupun sebaliknya dengan mekanisme Hibah Barang Milik Negara.

Bahan bacaan :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

2. Proses penyelesaian Hibah Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tahun 2019 (paparan kemenkeu).

3. Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara, Artikel : Sulitnya Mengelola Kekayaan Negara

4. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Hibah Kepada Daerah.

Page 21: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

21INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Apa itu revaluasi? Dan kenapa perlu dilakukan revaluasi ? Revaluasi adalah penilaian kembali terhadap aset atau barang milik negara.

Berdasarkan PP no.75 tahun 2017 revaluasi dilaksanakan terhadapa barang milik negara berupa aset tetap pada seluruh Kementerian/ Lembaga.Dalam kegiatan penilaian kembali kita harus mempersipakan antara lain; penyediaan data awal; inventarisasi yang mana harus ada SK Tim Inventarisasi, ; penilaian yang akan di lakukan oleh pihak DJKN ; setelah ada penilaian ,kemungkinan ada saran harus di tindak lanjut hasil penilaian; kemudin setelah itu akan ada monitoring dan evaluasi.Objek Penilaian Kembali adalah tanah, gedung dan bangunan, jalan dan jembatan serta bangunan air termasuk aset tetap yang sedang dilakukan pemanfaatan nya. Selain itu tujuan laksanakan ervaluasi d antaranya untuk : 1. Memperoleh nilai aset tetap yang

updated dalam laporan keuangan sesuai dengan nilai wajarnya;

2. Membangun database BMN yang lebih baik untuk kepentingan pengelolaan BMN di kemudianhari;dan

3. Mengidentifikasi BMN idle.

Dalam pelaksanakan kegiatan revalausi BMN, tanggung jawab pengguna barang adalah melakukan :1. Sosialisasi pelaksanaan Inventarisasi

dan Penilaian Kembali BMN sampai jenjang KPB;

2. Koordinasi penunjukan pejabat/staf atau pembentukan tim Inventarisasi

KPB;3. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan

Inventarisasi BMN termasuk koreksi/penyesuaian nilai asset tetap hasil Inventarisasi Penilaian Kembali BMN dalam rangka penyusunan Laporan Barang Pengguna;

4. Menyusun laporan pelaksanaan Inventarisasi dan Penilaian Kembali BMN.

Sedangkan tanggung jawab satuan kerja di antaranya :1. Membentuk tim Inventarisasi KPB;2. Menyiapkan dan menyampaikan

dokumen yang diperlukan dalam rangka Revaluasi kepada KPKNL;

3. Melakukan verifikasi dan klarifikasi atas data awal BMN yang disampaikan oleh KPKNL;

4. MelakukanInventarisasi BMN; 5. Melakukan pendampingan/koordinasi

pada saat penilaian oleh Tim Pelaksana KPKNL;

6. Melakukan pemutakhiran atau penyesuaian data hasil revaluasi dan nilai BMN pada SIMAK BMN;

7. Melakukan rekonsiliasi  data BMN hasil Inventarisasi dan Penilaian Kembali BMN dengan KPKNL;

8. Menyusun laporan pelaksanaan Inventarisasi BMN dan tindaklanjut hasil Inventarisasi dan Penilaian Kembali BMN pada KPB dan menyampaikannya kepada Pengguna Barang secara berjenjang.

Selain itu terdapat hal – hal penting terkait dengan penilaian BMN :1. Satker mengisi form pendataan obyek

revaluasi dengan benar dan lengkap

BEST PRACTISE PELAKSANAAN REVIU REVALUASI BARANG MILIK NEGARA

TAHUN 2018

Page 22: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

22 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

dan mengupdate data pada aplikasi SIMAN.

2. Satker mendampingi tim KPKNL dalam pelaksanaan survey atas tanah

3. Satker memastikan bahwa semua obyek revaluasi telah dilakukan inventarisasi dan penilaian.

4. Satker memastikan bahwa hasil penilaian kembali telah dikoreksi di SIMAK BMN

5. Satker memastikan bahwa telah dilaksanakan rekonsiliasi tindak lanjut hasil penilaian dengan KPKNL.

6. Mengarsipkan dokumen hasil penilaian kembali dengan baik.

7. Pengguna Barang melakukan monitoring pelaksanaan penilaian kembali di lingkungannya;

8. Pengguna Barang memastikan seluruh satker telah dilakukan penilaian kembali

9. Pengguna Barang memonitor dan memastikan bahwa seluruh hasil penilaian kembali telah dikoreksi ke dalam SIMAK BMN

Mengapa perlu di lakukan reviu revaluasi? Hal ini dilakukan karena adanya :1. Rekomendasi BPK kepada Menteri/

Pimpinan Lembaga sebagai pengguna barang untuk memperbaiki data hasil inventarisasi dan tindak lanjut hasil penilaian kembali BMN

2. Surat Dirjen Kekayaan Negara Nomor S-44/KN/2019 tanggal 29 Januari 2019 hal Tindak Lanjut Rekomendasi BPK RI dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas Penilaian Kembali Barang Milik Negara Tahun 2017-2018, angka 5: Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada masing-masing Kementerian/Lembaga melakukan reviu atas perbaikan inventarisasi dan memonitor pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi BPK.

3. Panduan Reviu atas Penilaian Kembali BMN bagi APIP K/L yang diterbitkan oleh Itjen Kemenkeu (Februari 2019)

Hasil pelaksanaan reviu terhadap revalausi BMN yang telah di lakukan, diketahui terdapat beberapa permasalan, diantaranya adalah terdapat:1. BMN yang tidak ditemukan, karena

memang BMN-nya tidak ada (sudah dirubuhkan) , sehingga perlu dilakukan audit/verifikasi/reviu untuk menetapkan status TGR-nya

2. BMN berlebih belum dicatat kedalam SIMAK-BMN

3. Hasil uji petik di lapangan :a. Kondisi BMN yang tercatat dalam

dokumen tidak sesuai, sehingga perlu dilakukan koreksi .

b. Pemanfaatan BMN tidak sesuai dengan peruntukan nya. cont. ditempati oleh orang yg tidak berwenang.

c. Luas tanah tidak sesuai dengan dokumen yang ada.

4. Terdapat BMN yang telah dihibahkan, tetap menjadi objek revaluasi oleh Kemenkeu.

Diharapakan untuk satuan kerja yang telah dilakukan reviu revaluasi BMN, di wajibkan untuk segera menindaklanjuti rekomendasi yang telah di sampaikan. Hal ini sangat berkaitan dengan jadwal yang ditetapakan oleh Kementerian Keuangan melalui Inspektorat Jenderal Keuangan, yang mana setelah dilakukan reviu oleh itjen Kementerian/Lembaga, akan di lihat kembali oleh KPKNL setempat terhadap tindak lanjut yang di berikan yang kemudian akan di lakukan penilaian oleh KPKNL setempat. Yang selanjutnya akan dilakukan pemriksaan kembali oleh Itjen Kemenkeu sebelum di lakukan reviu kembali oleh auditor BPK pada bulan November s.d Desembeer 2019. Hasil ini reviu revaluasi BMN ini harus tertuang di dalam Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga tahun 2019 yang kemudian akan di audit oleh BPK.

Penulis:Sri Susilorini, S.Sos, M.Ak (Auditor Ahli Madya)

artikel

Page 23: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

23INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Sesuai dengan peranan APIP sebagai auditor internal yang memberi jaminan (Assurance Activities) dan layanan konsultatif (Consulting

Activities) untuk membantu mitra kerja/satuan kerja (manajemen) dalam meningkatkan tata kelola dan membangun manajemen risiko serta pengendalian intern agar dalam melaksanakan tugas, pokok dan fungsi berjalan secara efisien, efektif, transparan serta akuntabel, perlu dilakukan penguatan dalam perubahan paradigma APIP yang semula lebih banyak berperan sebagai watchdog kini bergeser menjadi lebih banyak berperan sebagai pemberi layanan konsultatif (Consulting Activities).

Audit internal berperan sebagai fungsi penilaian independen yang terdapat di dalam suatu organisasi dengan tujuan memeriksa dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan mitra kerja/satuan kerja yang telah dilaksanakan. Tujuan utamanya adalah membantu anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk mencapai

tujuan tersebut, auditor internal akan melakukan analisa, penilaian, serta memberikan rekomendasi dan saran, baik terhadap laporan keuangan organisasi, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah serta ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam standar, norma dan pedoman yang berlaku.

Profesi auditor dituntut akan kemampuannya dalam memberikan jasa yang terbaik sesuai dengan yang dibutuhkan dan diperintahkan oleh pucuk pimpinan. Peningkatan pengawasan internal di dalam suatu organisasi tentunya menuntut terlaksananya audit internal yang baik, agar terciptanya suatu proses pengawasan internal yang baik pula. Dengan adanya audit internal, maka akan diperoleh hasil audit yang lazimnya berupa temuan audit. Temuan audit ini dihasilkan dari proses perbandingan antara “apa yang seharusnya terdapat” dan “apa yang ternyata didapat“. Singkatnya, temuan audit adalan penyimpangan dari norma atau standar

Sekelumit: Profesionalisme dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Hasil Audit

Page 24: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

24 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

yang telah ditetapkan. Karena sering terdapat penyimpangan inilah, maka pengawasan harus dilakukan secara jeli dan teliti. Selain itu, seorang auditor juga harus mempunyai pengalaman serta daya analitis kritis yang tinggi, sehingga penyimpangan yang dilakukan dapat terdeteksi dan dapat diungkapkan dalam temuan audit. Oleh karena itu, profesi auditor internal adalah profesi yang sangat unik dan menantang serta membutuhkan kejelian dan ketelitian dalam memeriksa.

Syarat pengauditan pada Standar Auditing meliputi tiga hal, yaitu: pertama, Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup; kedua, Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor; ketiga, Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya (kompetensinya) dengan cermat dan seksama.

Untuk meningkatkan kualitas peran auditor internal pada seluruh satuan organisasi atau satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam mengungkapkan hasil temuan audit, maka auditor internal perlu memiliki kemampuan profesional yaitu kemampuan individu dalam melaksanakan tugas, yang berarti kualifikasi personalia sesuai dengan bidang tugas audit internal dan berkaitan dengan kemampuan profesionalnya dalam bidang audit serta penguasaan atas bidang operasional terkait dengan kegiatan organisasi. Profesionalisme merupakan suatu kredibilitas yang harus dimiliki oleh

auditor. Selain itu, profesionalisme merupakan salah satu kunci sukses dalam menjalankan sebuah organisasi. Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit memang harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya. Penerapan pengetahuan yang maksimal tentunya akan sejalan dengan semakin bertambahnya pengalaman yang dimiliki.

Profesionalisme akan meningkat dengan sendirinya seiring dengan perkembangan sikap mental auditor internal itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kegiatan audit bertujuan untuk menilai layak dipercaya atau tidaknya suatu laporan pertanggungjawaban manajemen terhadap tanggung jawab yang diemban oleh organisasi. Penilaian yang baik adalah yang dilakukan secara objektif dan selektif oleh seorang auditor yang ahli dan berkompeten serta cermat dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menjamin objektivitas penilaian, pelaku audit (auditor) baik secara pribadi maupun institusi harus independen terhadap pihak yang diaudit (auditi), dan untuk menjamin kompetensinya, seorang auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai bidang yang akan diauditnya. Sedangkan kecermatan dalam melaksanakan tugas ditunjukkan dengan perencanaan yang baik, pelaksanaan kegiatan sesuai standar dan kode etik, supervisi yang diseelnggarakan secara aktif terhadap tenaga yang digunakan dalam penugasan, dan sebagainya.

Kompetensi seorang auditor di

artikel

Page 25: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

25INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

bidang auditing ditunjukkan oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi Pendidikan, idealnya seorang auditor memiliki latar belakang Pendidikan (Pendidikan formal dan diklat JFA) di bidang auditing. Sedangkan pengalaman, lazimnya ditunjukkan oleh lamanya yang bersangkutan bekerja di bidang audit atau intensitasnya dalam melakukan audit. Jika inspektur menugaskan auditor yang kurang atau belum berpengalaman, maka auditor tersebut harus dibimbing oleh auditor senior yang berpengalaman. Jadi semakin lama seorang auditor bekerja maka akan semakin banyak pengalaman yang dimiliki sehingga kemampuannya dalam mengaudit semakin terasah.

Kompetensi auditor mengenai bidang yang diauditnya juga ditunjukkan oleh latar belakang Pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Auditor yang mengaudit bidang keuangan sebaiknya memiliki latar belakang Pendidikan terkait keuangan dan memahami dengan baik proses penyusunan laporan keuangan dan standar akuntasi yang berlaku. Demikian pula dengan auditor yang melakukan audit dibidang Tugas Pokok dan Fungsi (Tusi), Barang Milik Negara (BMN), Keuangan, Kepegawaian, dan Sarana Prasarana, auditor harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya, baik cara melaksanakannya, maupun kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian. Jika auditor kurang mampu atau tidak memiliki kemampuan tersebut, maka dia (auditor) wajib menggunakan tenaga ahli yang sesuai.

Seorang auditor harus bebas dari pengaruh (independen), baik

manajemen yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun para pengguna laporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari pengaruh subjektivitas para pihak yang terkait, sehingga pelaksanaan dan hasil auditnya dapat diselenggarakan secara objektif. Independensi yang dimaksud meliputi independensi dalam kenyataan dan dalam penampilan. Independensi dalam kenyataan lebih cenderung ditunjukkan oleh sikap mental yang tidak terpengaruh oleh pihak mana pun yang akan melakukan intervensi. Sedangkan independensi dalam penampilan ditunjukkan oleh keadaan tampak luar yang dapat mempengaruhi pendapat orang lain terhadap independensi auditor. Independensinya tidak hanya dari sisi kelembagaan, tetapi juga dari sisi pekerjaan. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang auditor harus menggunakan keahliannya dengan cermat, direncanakan dengan baik, menggunakan pendekatan yang sesuai, serta memberikan pendapat berdasarkan bukti yang cukup dan ditelaah secara mendalam serta mendetail. Di samping itu, institusi audit harus melakukan pengendalian mutu yang memadai, antara lain berupa: penataan organisasi yang dengan baik, keikutsertaan dalam pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan, supervisi pelaksanaan kegiatan dengan baik, dan mereview hasil pekerjaan secara detail. Kecermatan merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam pelaksanaan tugasnya di lingkungan Kementerian Kesehatan. Dengan kecermatan, diharapkan kualitas auditor dapat ditingkatkan. Karena hasil audit yang

Page 26: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

26 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

dilakukannya (auditor) akan menjadi acuan sebagai pertimbangan keputusan. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan bahwa suatu saat dia akan mempertanggungjawabkan hasil auditnya, termasuk apabila dia tidak dapat menemukan kesalahan yang sebenarnya telah terjadi dalam laporan yang diauditnya, namun tidak berhasil diungkapnya.

Profesi auditor sering kali dihadapkan pada situasi dilematis, yang dapat melemahkan independensi seorang auditor. Indepedensi merupakan aspek terpenting bagi profesionalisme. Sikap profesionalisme yang tinggi diyakini akan dapat memberikan kontribusi positif yang dapat dipercayai oleh para pengambil keputusan. Lemahnya independensi dan profesionalisme pada akhirnya berujung pada rendahnya kualitas audit yang dihasilkan. Hubungan antara sikap profesionalisme dan independensi pernah diteliti oleh Elfarini (2007), Widhi (2006), dan Harhinto (2004), yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Profesionalisme yang berpengaruh terhadap kualitas audit menunjukkan suatu fenomena bahwa suatu sikap auditor yang profesional dalam melaksanakan tugasnya akan mampu memberikan nilai tambah dalam meningkatkan kualitas audit. Selain profesional dan independen, seorang auditor juga harus mematuhi kode etik profesi. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku professional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya.

Dengan adanya sikap

profesionalisme yang handal, seorang auditor diharapkan dapat mengambil langkah untuk mengantisipasi setiap tindakan menyimpang yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dan mengungkapkannya dalam temuan audit. Saran dan koreksi dari auditor akan sangat membantu mencegah berulangnya kejadian penyimpangan dan menjadi bahan penindakan bagi pegawai atau karyawan yang melakukan penyimpangan. Selain itu, para auditor, baik senior maupun junior, diharapkan untuk terus belajar dan belajar dalam rangka meningkatkan kualitas profesionalitas sebagai auditor, sehingga mempunyai kecakapan profesional yang memadai. Apalagi tugas auditor sekarang bukan hanya sebagai watchdog, akan tetapi sebagai konsultan dan katalis yang menjadikan auditi sebagai mitra kerja untuk menuju tata kelola organisasi yang lebih baik sehingga terbebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Daftar Pustaka1. Siagian, Sondang. 2005. Fungsi-

fungsi Manajemen. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

2. Mahardeni. 2012. Makalah: Kualitas Audit Cerminan Penerapan Standar.

3. Subandi. 2013. Makalah; Pengantar Manajemen Kontrol.

4. Ine Ventyrina. 2018. Makalah: Hukum Pengawasab Aparatur Negara.

5. Pusat Diklat dan Pelatihan Pengawasan BPKP. 2016. Modul Diklat Penjenjangan Auditor Ahli Pertama. Kode Etik dan Standar Audit.

Penulis:

Dede Sunardi, SH, MM (Auditor Ahli Madya)

artikel

Page 27: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

27INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Awal mula kasus Stunting merebak setelah tereksposnya kasus baduta Stunting

oleh narahubung para pakar dari UI diantaranya ahli gizi Fasli Jalal, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Sri Enny Hartati, Direktur Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stunting (PKGBM) MCA-Indonesia Iing Mursalin, dan Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho.

Menurut Fasli Jalal, tahun 2013 Indonesia menduduki peringkat kelima dunia setelah Tiongkok, India, Nigeria, dan Pakistan atau sebanyak 8,8 Juta (37,3%) anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia dengan kondisi stunting atau tinggi badannya berada di bawah rata-rata. Selain itu dari hasil Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi balita stunting sebesar 37,2% sedangkan trend hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) pada dua tahun terakhir (2016 sd 2017) menunjukkan peningkatan prevalensi

stunting pada balita semula sebesar 27,5%, meningkat menjadi sebesar 29,6 %. Kondisi tersebut tidak baik karena telah melampau batas ambang masalah kesehatan yang seharusnya yaitu harus dibawah 20%.

Mensikapi angka kejadian dan prevalensi stunting yang tinggi tersebut, Presiden Jokowi telah menginstruksikan

STUNTING BOM WAKTU KEBERLANGSUNGAN GENERASI

MASA DEPAN

Page 28: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

28 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

artikelkepada seluruh jajaran kementerian terkait saling bahu membahu memprioritaskan penurunan angka kejadian stunting dan menargetkan prevalensi stunting tahun 2019 menjadi 28%. Hal ini sejalan dengan sasaran umum dan arah kebijakan prioritas pembangunan kesehatan Indonesia yang dituangkan dalam Hal ini sejalan dengan sasaran umum dan arah kebijakan prioritas pembangunan kesehatan yang dituangkan dalam Perpres No. 79 Tahun 2017 tentang RKP Tahun 2018 yang mencantumkan sejumlah indikator keberhasilan pada beberapa prioritas bidang, salah satunya adalah program perbaikan gizi masyarakat. Terhadap Instruksi Presiden tersebut selama periode 2017-2018 oleh Kementerian //Lembaga telah ditindak lanjuti dengan mensinergikan dan meningkatkan kerjasama berbagai program/kegiatan lintas Kementerian/Lembaga Pemerintah dalam rangka percepatan penurunan stunting. Alhasil berdasarkan hasil Penelitian Badan Litbang dan Kesehatan Kemenkes RI (Riskesdas 2018) menunjukan angka kejadian balita stunting telah mengalami penurunan mencapai 30,8% dan baduta stunting mencapai 29,9%. Selain itu Indonesia tahun 2017 mengalami penurunan kasus stunting dengan menduduki peringkat keempat dunia setelah India, Pakistan, Nigeria, dengan jumlah anak sebanyak 8,8 Juta (36%) dalam kondisi stunting, namun demikian masih lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada dibawah rata-rata.

DEFINISI STUNTING Banyak polemik pro dan kontra

muncul di kalangan masyarakat tentang definisi Stunting itu

sendiri. Ada beberapa referensi mendefinisikan tentang apakah itu Stunting?

Stunting adalah suatu keadaan pada bayi dibawah dua tahun (baduta) berpostur tubuh pendek yang disebabkan oleh kekurangan gizi/malnutrisi yang kronis. Pada umumnya tinggi badan baduta tersebut lebih pendek jika dibandingkan dengan tinggi baduta normal lainnya. Kekurangan gizi ini terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir. Kondisi stunting sendiri baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.

Lebih lanjut Stunting didefinisikan sebagai suatu masalah gizi kronis pada anak yang dipengaruhi oleh kondisi ibu/calon ibu, keadaan janin, kondisi bayi/baduta, termasuk penyakit yang dideritanya. Dampak buruk yang ditimbulkan oleh masalah gizi tersebut antara lain dalam jangka pendek dapat mengganggu perkembangan otak, kecerdasan gangguan pertumbuhan fisik dan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang dampaknya dapat menyebabkan menurunnya kapasitas belajar dan peningkatan resiko obesitas dan berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung. Selanjutnya, hal ini berdampak pada produktivitas dan kualitas sumberdaya di masa depan.

Dapat dibayangkan kalau generasi muda kita sangat lambat berpikir, gagal tumbuh, tentunya akan kalah bersaing dengan SDM dari negara lain, serta akan menjadi beban bagi perekonomian Indonesia dimasa datang. Apabila kondisi diatas tidak segera dilakukan langkah-langkah pencegahan secara kongkrit maka bisa dipastikan stunting bagaikan bom waktu bagi

Page 29: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

29INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

keberlangsungan generasi masa depan yang akan menghambat pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemiskinan dan memperlebar kesenjangan sosial ekonomi masyarakat.

PENYEBAB STUNTINGStunting disebabkan oleh banyak

faktor dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak baduta. Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting antara lain:a. Praktek pengasuhan yang

kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif yaitu selama 6 bulan pertama usia bayi hanya diberi ASI saja. dan selain itu terdapat 2 dari 3 anak usia 0-23 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang memadai.

b. Adanya layanan kesehatan yang

kurang berkualitas termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) dan Post Natal Care (pelayanan kesehatan pasca melahirkan). Berdasarkan data Sirkesnas 2016, persentase ibu hamil yang mendapat layanan ANC 7 T sebesar 7,7%, sedangkan yang mendapat layanan ANC 10 T hanya sebesar 2,7%. Fakta lainnya adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai.

c. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi. Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal. Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SUSENAS 2016), ternyata komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia. Kondisi tersebut sangat ironis mengingat Indonesia sejak dulu terkenal sebagai negara agraris dan subur namun ternyata belum dapat memenuhi kebutuhan makanan bergizi dengan harga terjangkau untuk seluruh masyarakat. Masih ingat dalam benak kita pepatah jawa “Indonesia adalah negara gemah ripah loh jinawi” yang artinya Indonesia adalah negara yang tanahnya subur dan kekayaan alamnya melimpah.

d. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.

PENCEGAHAN DAN INTERVENSI PENURUNAN STUNTING

Atas fakta-fakta tersebut diatas, Kementerian Kesehatan sebagai salah satu Lembaga Pemerintah sejak tahun 2018 sampai dengan 2019 telah mendorong percepatan peningkatan

Page 30: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

30 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

artikelstatus gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui program “Nutrisi 1000 Hari Pertama Kehidupan” dimulai sejak calon bayi dalam kandungan (270 hari selama kehamilan) hingga anak berusia dua tahun (730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkan). Fase 1000 hari pertama kehidupan ini sering disebut “periode emas”, periode dimana terjadi pertumbuhan otak yang harus didukung dengan gizi yang cukup. Oleh karena itu menjadi penting bagi orangtua khususnya ibu untuk memperhatikan gizi anak pada 1000 HPK. Dengan pemberian gizi yang optimal selama 1000 HPK akan dapat mencegah terjadinya stunting.

Untuk memenuhi kecukupan gizi bagi bayi, balita, anak usia sekolah, wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu nifas maka perlu diberikan suplementasi gizi. Suplementasi gizi sebagaimana dimaksud merupakan penambahan makanan atau zat gizi yang diberikan dalam bentuk a) makanan tambahan; b) tablet tambah darah; c) kapsul vitamin A; dan d) bubuk tabur gizi.

Keberhasilan program pencegahan dalam rangka penurunan prevalensi stunting tidak terpaku pada satu Kementerian/Lembaga melainkan melibatkan seluruh kementerian/lembaga pemerintah dan swasta yang harus bersinergi melaksanakan program lintas sektor tersebut secara bersama-sama.

Pertanyaan penting lainnya yang masyarakat umum sangat ingin mengetahuinya yaitu apakah anak yang sudah stunting dapat diperbaiki Tinggi Badannya?

Beberapa pakar kesehatan menjelaskan bahwa upaya terbaik untuk memperbaiki pertumbuhan tinggi badan anak yang sudah

stunting adalah dengan membiasakan anak stunting rutin berolahraga, tidur cukup, dan kebutuhan zat gizi harus terpenuhi secara maksimal dengan pola makan diberikan harus bervariasi. Bahan makanan sumber protein seperti daging, unggas, ikan, telur sebaiknya diberikan setiap hari, karena protein berperan penting untuk pertumbuhan anak. Salah satu bahan makanan yang mengandung kalsium tinggi disarankan mengingat kalsium merupakan zat yang dapat membantu pertumbuhan tulang sehingga tulang bertambah lebih panjang. Buah dan sayur kaya akan vitamin A juga harus dimakan setiap hari, untuk meningkatkan imunitas anak. MP ASI menjadi salah satu cara dalam mendukung pertumbuhan perkembangan anak. Apabila kebutuhan nutrisi anak stunting tercukupi dengan baik maka anak-anak tidak akan mudah terserang sakit sehingga perkembangan dan pertumbuhannya menjadi maksimal.

Pola asuh dan pola makan yang sehat harus dilaksanakan terus menerus terlebih menjelang usia 9 tahun dimana pada usia 9 tahun anak mengalami loncatan pertumbuhan yang paling pesat. Selain itu bila ditinjau dari sudut pandang pencegahan terjadinya bayi stunting yaitu program pemberian nutrisi yang cukup pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), maka orangtua juga harus mengetahui bahwa masa pertumbuhan dalam rangka memperbaiki pertumbuhan tinggi badan pada anak perempuan akan berhenti pada usia 16 tahun dan laki-laki pada usia 18 tahun.

Terlepas dari persoalan sebab dan akibat terjadinya stunting, lalu bagaimana posisi Inspektorat Jenderal ? Dengan terjadinya kasus stunting yang telah menjadi permasalahan

Page 31: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

31INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

kesehatan nasional maka disinilah peran Inspektorat Jenderal dipertaruhkan apakah dapat menjalankan fungsinya sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Kementerian Kesehatan yang handal dan terpercaya. Tuntutan dan kewajiban melakukan pengawalan untuk memastikan bahwa semua program perbaikan gizi masyarakat yang dilaksanakan pengelola program telah berjalan sesuai arah yang telah ditetapkan, transparan, akuntabel dan berhasil guna harus disikapi dengan cepat dan tepat. Salah satu cara pengawalan tersebut diantaranya melakukan audit kinerja program prioritas pencegahan dan intervensi penurunan stunting terhadap satuan kerja kantor pusat (KP) di lingkungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, pengelola program kesehatan masyarakat tingkat provinsi (Dekonsentrasi-03), tingkat kabupaten/kota, dan unit kerja pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas) sampai dengan jejaringnya, dengan harapan mampu memberikan rekomendasi strategis kepada Kementerian Kesehatan, khususnya terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah pusat dan dalam rangka memperbaiki dan atau meningkatkan kinerja pada pelaksana tugas pemerintah daerah dalam pelayanan kesehatan dasar bagi kelompok sasaran bayi, baduta, balita, remaja putri, dan ibu hamil.

Referensi :1. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun

2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK);

2. Peraturan Presiden Nomor 2 Penulis :

Retno Budiarti, S.ST, MM (Auditor Ahli Madya)

Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 (target Penurunan Prevalensi Stunting menjadi 28% pada 2019);

3. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016 tentang RKP Tahun 2017

4. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2017 tentang RKP Tahun 2018

5. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi;

6. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 51 Tahun 2016 tentang Produk Suplemen Gizi;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1995/Menkes/SK/ XII/2010 mengenai Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak

8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019;

9. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan

10. Hasil Pemantauan Status Gizi, Direktorat Gizi Masyarakat Tahun 2016

11. Hasil Survei Indikator Kesehatan Nasional (SIRKESNAS), Tahun 2016 Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan

12. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2016

13. Infodatin 2016, Situasi Balita Pendek14. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun

2018, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan

15. https://www.kaskus.co.id

Page 32: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

32 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Pada bulan Januari 2018 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak di Kabupaten Asmat Provinsi Papua. Menteri Kesehatan RI merespon cepat

masalah tersebut dengan mengirimkan Tim Flying Health Care (FHC) untuk mendukung Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat dalam penanggulangan dan pengendalian KLB tersebut. Hal tersebut sekaligus menimbulkan pertanyaan:

“Apakah program Imunisasi telah dilaksanakan sesuai ketentuan dan seberapa efektifkah program imunisasi

dalam menekan angka kesakitan dan kematian penyakit PD3I (Penyakit yang dapat disembuhkan dengan imunisasi?)”

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak.

IMUNISASI SEBAGAI PROGRAM PRIORITAS NASIONAL DARI PERSPEKTIF PENGAWASAN

artikel

Page 33: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

33INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Sekilas tentang Imunisasi

a. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

b. Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan menjadi:1) Imunisasi Program

Imunisasi Program adalah Imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi Program harus diberikan sesuai dengan jenis vaksin, jadwal atau waktu pemberian yang ditetapkan dalam pedoman penyelenggaraan imunisasi. Imunisasi Program terdiri atas: a) Imunisasi rutin

Imunisasi rutin adalah Imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Imunisasi rutin terdiri atas Imunisasi dasar dan lanjutan. (1) Imunisasi dasar terdiri

atas Imunisasi terhadap penyakit : (a) hepatitis B(b) poliomyelitis(c) tuberkulosis(d) difteri(e) pertusis(f) tetanus

(g) pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh:

Hemophilus. Influenza tipe b (Hib).(h) campak.

(2) Imunisasi Lanjutan merupakan ulangan Imunisasi Dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar. Imunisasi lanjutan diberikan pada:(a) Anak usia bawah dua

tahun (baduta)(b) Anak usia SD(c) Wanita usia subur (WUS)

b) Imunisasi tambahan Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu.

c) Imunisasi khususImunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu, berupa Imunisasi terhadap meningitis meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies, dan poliomyelitis. Misalnya persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh dan lain-lain.

2) Imunisasi Pilihan adalah

Page 34: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

34 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit tertentu misalnya Imunisasi terhadap penyakit pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus, cacar air (varisela) dan lain-lain.

Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977 kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu

Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.

Cakupan Imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata di seluruh wilayah. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya daerah kantong yang akan mempermudah terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Untuk mendeteksi dini terjadinya peningkatan kasus penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, Imunisasi perlu didukung oleh upaya surveilans epidemiologi.

Cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada tahun 2015 hingga 2017 mengalami peningkatan. Data Ditjen P2P Kemenkes RI memperlihatkan bahwa pada tahun 2015 cakupan imunisasi secara nasional mencapai

FGD (Focus Group Discussion) Tim Itjen bersama Petugas Puskesmas Agats kepada masyarakat penerima layanan Imunisasi di Kampung Dolog Kabupaten Asmat Provinsi Papua, Desember 2018.

artikel

Page 35: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

35INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

86,5 %, tahun 2016 mencapai 91,6 % dan tahun 2017 mencapai 92,4 %. Akan tetapi, Kejadian Luar Biasa difteri dan campak yang terjadi mendorong pemerintah untuk menganalisa kembali cakupan dan kualitas pelayanan imunisasi serta penguatan kinerja surveilans PD3I di berbagai daerah. Hal ini diperkuat dalam Rakerkesnas Kementerian Kesehatan RI Maret 2018 yang mengangkat tema Sinergisme Pusat dan Daerah dalam mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) melalui percepatan eliminasi TB, penurunan stunting dan peningkatan cakupan serta mutu imunisasi. Hal ini menunjukkan bahwa program imunisasi telah menjadi salah satu program prioritas Kemenkes. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kegiatan pengawasan program-program tersebut.

Inspektorat Jenderal Kemenkes RI mulai tahun 2018 diberikan mandat untuk mengawal program Imunisasi lewat Audit Kinerja Program Prioritas Imunisasi. Adapun tujuan audit ini adalah untuk Memastikan ketaatan program imunisasi telah sesuai dengan ketentuan, Menilai efektivitas program imunisasi dan Memberi masukan untuk perbaikan program. Audit dilaksanakan di Pusat (Direktorat Surveillans dan Karantina Kesehatan (SKK)), Dinkes Prov dan Dinkes Kabupaten. Selain itu juga dilakukan uji petik ke puskesmas dan posyandu sebagai pelaksana layanan imunisasi. Ruang lingkup audit dibatasi atas 3 hal penentu keberhasilan program imunisasi yaitu :1. Apakah pelayanan imunisasi

telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan?

2. Apakah kompetensi sumber daya manusia yang bertanggung jawab

atas program imunisasi telah sesuai dengan standar?

3. Apakah kondisi vaksin yang diberikan pada saat pelayanan imunisasi masih dalam kondisi baik?

Hasil audit program imunisasi yang dilakukan pada tahun 2018 di beberapa provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa penyelenggaraan program imunisasi belum sepenuhnya efektif. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Pelayanan Imunisasi- Imunisasi harus dilaksanakan secara

rutin sesuai dengan perencanaan dan jadwal yang telah ditetapkan oleh Dinkes Kabupaten dan Puskesmas. Pelayanan dilaksanakan secara berkala di Posyandu dan Faskes yang lain seperti Rumah Sakit, Polindes, Pustu ataupun Bidan Desa. IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) adalah Imunisasi yang wajib diberikan kepada bayi umur 0-9 bulan. UCI (Universal Child Immunization) adalah prosentase minimal 80% bayi yang mendapat IDL di suatu desa/kelurahan.

- Sampling pada beberapa provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa masih terdapat capaian imunisasi (UCI dan IDL) yang masih di bawah target. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi. Kita ambil contoh di Kabupaten Asmat. Dari hasil penelusuran Tim Itjen di Kabupaten Asmat, didapatkan data sebagai berikut:

Page 36: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

36 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Dari tabel diatas diketahui bahwa capaian UCI Kabupaten Asmat pada tahun 2017 hanya sekitar 19 %. Artinya, dari 224 desa/kampung, hanya 24 desa/kampung yang minimal 80 % bayi di daerah tersebut mendapatkan imunisasi dasar lengkap (IDL). Dan jika selama tiga tahun berturut-turut UCI tidak dapat diraih, hal tersebut dapat terakumulasi seperti fenomena gunung es, yang dapat meledak sewaktu-waktu. Dan benar saja, pada bulan Januari 2018, di Kabupaten Asmat dinyatakan terjadi KLB campak dan gizi buruk. Penyebab utama dari rendahnya capaian imunisasi di Kabupaten Asmat adalah karena masih banyaknya masyarakat yang mempunyai

Tabel Capaian UCI Kabupaten Asmat tahun 2017

NO PUSKESMASJUMLAH

KAMPUNG

JUMLAH KAMPUNG

UCI%

1 Agats 14 2 14

2 Akat 18 1 6

3 Atsj 16 0 0

4 Basim 21 0 0

5 Binam 18 1 6

6 Kamur 24 1 4

7 Kolbrasa 21 2 10

8 Mumugu 2 2 100

9 Primapun 18 1 6

10 Sawaerma 12 1 8

11 Suru suru 12 5 42

12 Tomor 13 1 8

13 Unirsiraw 7 5 71

14 Nakai 12 0 0

14 Comoro 6 1 17

15 Yaosakor 10 1 10

  Jumlah 224 24 19

Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat

mata pencaharian sebagai peramu atau pencari sagu di hutan. Mereka membawa serta keluarganya dan tinggal selama beberapa hari bahkan berbulan-bulan di hutan. Bahkan banyak yang sampai melahirkan di hutan sehingga tidak sedikit bayi yang meninggal ketika dilahirkan atau kalaupun hidup, tidak mendapatkan imunisasi awal (HB-0) yang seharusnya didapatkan oleh bayi yang baru lahir. Hal tersebut dapat membuat bayi menjadi rentan terhadap penyakit hepatitis B dan mudah terpapar dengan virus yang lain. Hal tersebut menjadi kendala yang agak sulit ditangani oleh pemerintah dalam hal ini adalah Dinkes Kabupaten dan Puskesmas. Upaya

artikel

Page 37: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

37INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

sweeping imunisasi yang dilakukan tidak dapat memberikan hasil yang optimal karena selain biayanya besar (transportasi menggunakan speedboat), lokasi dari masyarakat yang menetap di hutan itu sendiri tidak dapat diketahui.

2. Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)

- Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam keberhasilan program imunisasi. Perencanaan jadwal imunisasi, pelaksanaan pelayanan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi dapat terlaksana dengan baik jika dilakukan oleh SDM yang kompeten. Menurut Permenkes Nomor 12 tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Imunisasi, Tenaga pengelola untuk penyelenggaraan Imunisasi terdiri atas pengelola program dan pengelola logistik. Tenaga Pengelola tersebut harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi tertentu yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi yang diatur dan ditetapkan oleh Menteri. Pengelola program Imunisasi bertugas merencanakan, melaksanakan, melakukan monitoring evaluasi program Imunisasi dan monitoring KIPI serta pencatatan pelaporan. Sedangkan Pengelola logistik Imunisasi bertugas untuk menyimpan, mengelola, mendistribusikan, memelihara dan melaporkan vaksin, alat suntik, dan peralatan cold chain serta logistik lainnya yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Imunisasi.

- Realitas yang ada saat ini dari hasil penelusuran Tim Itjen di beberapa

kabupaten ditemukan bahwa tenaga pengelola program dan tenaga pengelola logistik masih ada yang belum mendapatkan pelatihan yang memadai sesuai dengan kompetensinya. Di Kabupaten Asmat yang terdiri dari 16 Puskesmas, Tenaga pengelola progam imunisasi dan pengelola logistik belum pernah mengikuti pelatihan yang bersertifikat. Di tingkat Puskesmas, Tenaga pengelola program merangkap sebagai tenaga pengelola vaksin dan juga sebagai jurim (juru imunisasi) yang melakukan pelayanan vaksinasi kepada masyarakat. Dari 16 Puskesmas tersebut, belum ada satupun petugas yang sudah mendapatkan pelatihan yang bersertifikat dan memadai. Hal ini dapat berakibat pelayanan yang diberikan belum sesuai dengan standar pelayanan imunisasi.

Alat Monitoring Suhu

Page 38: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

38 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Pada uji petik di Provinsi Sulawesi Utara, tenaga pengelola program kabupaten rata-rata belum pernah mengikuti pelatihan bersertifikat. Selain itu, tidak ada kegiatan microplanning, perhitungan wastage rate dan belum menerapkan EVM (Effective Vaccine Management).

- Dari sisi pengelolaan vaksin, pelatihan untuk tenaga pengelola logistik juga sangat penting. Mulai dari penatausahaan distribusi vaksin dari Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas. Monitoring suhu harus selalu dilakukan oleh pengelola logistik vaksin agar kualitas vaksin dapat tetap terjaga kondisinya. Selain itu, petugas pengelola logitisk juga harus memastikan bahwa kebutuhan vaksin selalu tercukupi sehingga tidak terjadi kekosongan vaksin.

3. Kualitas Vaksin- Hal yang juga tidak kalah pentingnya

dari dua hal diatas adalah kualitas vaksin. Vaksin merupakan bahan biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan pada suhu tertentu (pada suhu 2 s/d 8 ºC untuk vaksin

sensitif beku atau pada suhu -15 s/d -25 ºC untuk vaksin yang sensitif panas). Vaksin yang diberikan ketika kondisinya sudah tidak baik atau rusak tidak akan menimbulkan efek kebal kepada bayi yang akibatnya bayi dapat terpapar dari penyakit.

- Sesuai dengan tingkat administrasi, maka sarana cold chain yang dibutuhkan adalah: Provinsi : Coldroom, freeze room, Vaccine Refrigerator dan freezer Kabupaten/kota : Coldroom, Vaccine Refrigerator dan freezer

Puskesmas : Vaccine Refrigerator- Dari hasil uji fisik Tim Itjen pada

gudang penyimpanan vaksin di salah satu Provinsi, ditemukan bahwa terdapat vaksin yang rusak (beku) dikarenakan pemadaman PLN. Jika vaksin rusak, maka selain tidak dapat digunakan juga harus secepatnya dilakukan pemusnahan sesuai dengan ketentuan. Selain itu, ditemukan juga bahwa pada Vaccine Refrigerator tidak alat monitoring suhu.

- Untuk mengetahui kondisi vaksin, ada parameter yang dapat digunakan yaitu dengan Vaccine

Keterangan:

Segi empat lebih terang dari lingkaran

Gunakan vaksin bila belum kadaluarsa

Segi empat berubah gelap tapi lebih terang dari lingkaran

Gunakan vaksin lebih dahulu bila belum kadaluarsa

Batas untuk tidak digunakan lagi : Segi empat berwarna sama dengan lingkaran

JANGAN GUNAKAN VAKSIN

Melewati Batas Buang : Segi empat lebih gelap dari lingkaran

JANGAN GUNAKAN VAKSIN

artikel

Page 39: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

39INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Vial Monitor (VVM). Tingkatan VVM adalah A, B, C dan D. Berikut gambar Indikator VVM pada vaksin:

- Vaksin yang telah mendapatkan paparan panas lebih banyak (yang dinyatakan dengan perubahan kondisi Vaccine Vial Monitor (VVM) A ke kondisi B) harus digunakan terlebih dahulu meskipun masa kadaluwarsanya masih lebih panjang. Vaksin dengan kondisi VVM C dan D tidak boleh digunakan.

- Pada salah satu Puskesmas yang dilakukan uji petik dari Tim Itjen, ditemukan bahwa terdapat vaksin yang sudah berada dalam kondisi C dan D yang masih berada dalam Vaccine Refrigerator. Bedasarkan keterangan yang diperoleh dari petugas pengelola vaksin, dia tidak mengetahui bahwa vaksin sudah berada dalam kondisi yang tidak layak. Kondisi rusak tersebut dikarenakan listrik di Puskesmas tersebut tidak stabil sehingga sering padam. Genset sendiri tidak bekerja sepenuhnya sehingga kondisi vaksin tidak dapat selalu terjaga.

Atas ketiga hal tersebut diatas, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten diantaranya:1) Melakukan monitoring dan supervisi

atas pencapaian target program Imunisasi secara berkala (triwulanan).

2) Penguatan PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) dengan memetakan wilayah berdasarkan cakupan dan analisa masalah untuk menyusun kegiatan dalam rangka mengatasi permasalahan setempat.

3) Pemberdayaan masyarakat melalui Tokoh Agama (TOGA), Tokoh

Masyarakat (TOMA), aparat desa dan kader sehingga masyarakat mau dan mampu menjangkau pelayanan Imunisasi.

4) Merencanakan dan mengusulkan pelatihan kepada petugas yang belum mendapatkan pelatihan sesuai dengan kompetensinya secara berkala baik petugas pengelola program imunisasi, petugas pengelola logistik dan petugas pelayanan imunisasi atau jurim (juru imunisasi).

5) Monitoring yang ketat dari petugas pengelola logistik imunisasi atas penatausahaan cold chain, cold room dan freeze room dan menjaga suhunya agar kualitas vaksin dapat selalu sesuai dengan standar.

6) Monitoring yang ketat dari petugas pengelola logistik imunisasi atas kualitas vaksin yang akan di pakai untuk imunisasi, dengan

Contoh vaksin yang rusak (kondisi VVM D)

Page 40: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

40 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

memperhatikan parameter warna dalam vial vaksin.

Demikian beberapa gambaran atau potret dari audit program imunisasi yang telah dilakukan oleh Tim Itjen Kemenkes RI. Keberhasilan dari program imunisasi membutuhkan keterlibatan banyak pihak. Dukungan penuh dari pemerintah daerah setempat yang bekerjasama dengan pastor, kepala distrik, kepala kampung, dan pihak lain juga akan sangat membantu keberhasilan program imunisasi terutama di daerah yang rawan KLB seperti di Kabupaten Asmat Provinsi Papua.

Referensi:1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan.2. Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

3. Pedoman Audit Kinerja Program Imunisasi tahun 2018 dari Inspektorat III.

4. Hasil Coaching Clinic Program Imunisasi dengan USAID bulan November 2018.

5. Laporan hasil uji petik Program Imunisasi di Provinsi Sulawesi Utara April 2018.

6. Laporan hasil uji petik Program Imunisasi di Kabupaten Asmat Provinsi Papua Desember 2018.

Penulis :

1. Dhany Assegaf, SE (Auditor Ahli Pertama)

2. drg. Emilda Hutahaean, MM (Auditor Ahli Madya)

artikel

Page 41: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

41INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Penguatan Yankes Primer merupakan salah satu prioritas kebijakan dari Kementerian Kesehatan RI untuk periode tahun 2015 sampai dengan

2019.Hal tersebut didasari karena

permasalahan kesehatan diantaranya angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi, angka gizi buruk dan angka harapan hidup

Trobosan untuk menanggulangi permasalahan tersebut, dengan pencanangan Program Nusantara oleh Kemenkes , yang bertujuan mendukung beberapa program lainnya yang berketerkaitan yaitu program Jaminan Kesehatan Nasional dan Kartu Indonesia Sehat, dimana berjalannya fungsi pelayanan yang mengedepankan upaya preventif, promotif dan rehabilitatif

Penguatan layanan kesehatan Primer melalui peningkatan jumlah, sebaran, komposisi dan mutu kesehatan dengan berbasis tim dengan keterlibatan tenaga kesehatan, yaitu dokter umum, dokter gigi, perawat, ahli kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, bidan,

kefarmasian, ahli gizi analis, dengan proses perekrutan, pendidikan dan pelatihan, serta penempatan disejumlah daerah tertinggal , perbatasan dan kepulauan.

Peran Inspektorat Jenderal diantaranya adalah melakukan pengawasan, pendampingan dan pembinaan, dalam upaya mendorong program yang telah direncanakan tersebut telah sesuai dengan yang direncanakan dan mencapai tujuan secara maksimal, yaitu menjamin terlaksananya program Nusantara Sehat secara efektif, efisien, ekonomis dan ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku.

Kegiatan uji petik yang dilakukan tim itjen (penulis) ke Way dente Kabupaten Tulang bawang Provinsi Lampung, merupakan tahapan lanjutan kegiatan evaluasi program yang telah dilakukan sebelumnya ditingkat Pusat ( PPSDM Kesehatan, Pusrengun, Pusdiknakes, dan Biro Umum Kemenkes RI)

Adapun pelaksanaan uji petik meliputi :a. Pencapaian Program Puskesmas

MENJEJAKI KIPRAH TIM NUSANTARA SEHAT DI PUSKESMAS WAY DENTE

KABUPATEN TULANGBAWANG PROVINSI LAMPUNG

Page 42: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

42 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014

b. Sarana dan Prasaranac. Dukungan Pemerintah Daerah dan

Masyarakat Setempatd. Identifikasi kegiatan inovasie. Hambatan dan Masalahf. Pemecahan masalah

Penempatan Tim Nusantara Sehat (NS) Batch V di Puskesmas Way Dente terdiri dari 6 tenaga kesehatan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/613/2016 tanggal 23 November 2016 tentang Pengangkatan Tenaga Kesehatan dalam penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim (Tim Based) dalam mendukung program Nusantara Sehat di Kabupaten Tulang Bawang terdiri dari 5 orang tenaga kesehatan yaitu S1 Kesehatan Kesehatan Masyarakat, D- III Kesehatan Lingkungan, D-III Gizi, D-III Kebidanan

dan D-III Keperawatan.Masa Tugas Tim Nusantara sehat di

Puskesmas Way Dente selama 2 tahun, dengan TMT berdasarkan Surat Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Nomor :800/1797C/II.6/TB/XII/2016 tanggal 01 Desember 2016

Perjalanan dari Bandarlampung menuju Kabupaten Tulangbawang dan diterima oleh Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan Jajarannya yang antusias, menyiratkan betapa daerah sangat menghargai dan terbantu dengan adanya program Nusantara sehat yang telah mengisi kekosongan tenaga kesehatan terutama di Puskesmas Way dente yang selama ini hanya mempunyai tenaga sangat minim dan kurang maksimal melaksanakan seluruh program Puskesmas.

Tim harus menunggu hari agak terang dulu, sehingga jalan yang berupa tanah merah yang licin akibat tersiram hujan sedikit mengering untuk bisa

artikel

Page 43: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

43INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

dilalui kendaraan roda empat.Sepanjang jalan hanya terlihat

pekebunan tebu, belukar dan jalan licin berlubang menganga, bahkan di beberapa bahu jalan terlihat mobil truk dengan posisi terbalik, butuh waktu 8 jam untuk sampai di Puskesmas waydente,

Tidak terasa capai karena sambutan dari Kepala Puskesmas, staf dan terutama Tim Nusantara Sehat yang sumringah menyambut tim dengan peluk cium hangat, duh... melihat mata bahagia layaknya menyambut ibunya yang datang menjenguk ditempat pengabdianya, ada haru, bahagia dan bangga.

Berbincang sejenak, jauh dari formalitas Tim NS memaparkan laporan hasil kegiatannya, terlihat sangat antusias dengan tim yang solit dalam melakukan semua tahap kegiatan dari perencanaan sampai evaluasinya

Disini Tim Nusantara Sehat bukan sekedar mengisi kekosongan tenaga, bahkan menjadi motor penggerak dan menjadi tenaga inti di Puskesmas, bahkan akreditasi Puskesmas baru selesai dilakukan dengan dukungan dari tenaga NS.

Beberapa kegiatan inovasi, yang dicetuskan diantaranya Pembuatan SEHAT MAS ( Sarana Edukasi Kesehatan Masyarakat)

Pembuatan papan informasi kesehatan dan contact person yang menarik dan diperbarui informasinya setiap dua minggu atau sebulan sekali yang ditempatkan dijalan strategis. dapat menambah wawasan dibidang kesehatan serta merupakan wadah konsultasi masyarakat tentang masalah kesehatan.

Kegiatan dilanjutkan dengan melihat fasilitas pelayanan dan pemukiman tempat tinggal Tim Nusantara Sehat, disini tergambar dukungan Pemerintah daerah dengan tersedianya Dukungan Pemerintah Daerah (Pemda) dan Masyarakat setempat

Pemda Kabupaten Tulang Bawang sangat mendukung keberadaan tim based dengan tengan telah terealisasinya dana Alokasi Khusus (DAK) berupa : a. Pembangunan gedung baru dengan

adanya peningkatan fungsi dari Puskesmas menjadi Puskesmas rawat inap.

b. Pembangunan rumah dinas untuk tim NS yang memadai lengkap dengan perabotnya.

c. Kendaraan bermotor 2 buah sebagai pendukung operasional pelayanan kesehatan.

d. Melibatkan Tim Nusantara Kesehatan di semua kegiatan dilingkungan Pemerintah Daerah.

Menjelang malam tim kembali ke ibu kota Kabupaten.

Semangat Tim Nusantara Sehat, salut dengan cerianya dan kesigapannya.

Mobil terus bergerak menembus malam, menunggu esok hari tim melanjutkan uji petik di kabupaten lainnya. Melihat dari dekat kiprah Tim Nusantara Sehat yang mengabdi ditempat lainnya.

Berharap menemukan kondisi yang sama, bahkan lebih baik, atau apapun untuk peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat Indonesia, semoga..

Penulis:Sulikah, SKM, MM (Auditor Ahli Muda)

Page 44: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

44 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

profil

Tegas, muda dan berprestasi. Tiga kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Murti Utami yang saat ini menjabat sebagai Inspektur Jenderal

Kementeria Kesehatan RI. Ami, begitu ia disapa, resmi dilantik oleh Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek pada 1 Februari 2019 sebagai Inspektur Jenderal yang sebelumnya diduduki oleh Oscar Primadi. Tidak pernah terfikirkan sebelumnya oleh Ami bahwa Ia akan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang kini telah berganti Nomenklatur menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).

“Jadi pegawai negeri itu sebetulnya tidak pernah jadi cita-cita saya. Ya pokoknya ingin jadi dokter gigi aja” tegas Ami. Namun, karena pada saat itu harus mengikuti aturan pemerintah yang mengharuskan bagi setiap calon dokter yang ingin melakukan

“Jika Kerja Dijiwai, Inovasi Timbul, Prestasi pun Ikut Sendiri”

Page 45: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

45INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

praktek diwajibkan ditempatkan di seluruh bagian Indonesia, maka Ami menjadi salah satu yang mendapatkan kesempatan untuk menjadi dokter gigi puskesmas di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Aturan dari negera, bagi para peserta yang telah melakukan penempatan praktek di daerah masing-masing, maka setelah melaksanakan wajib kerjannya langsung ditetapkan menjadi Pegawai Negeri Sipil.

Mengawali karirnya di Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat sebagai Kepala Sub Bagian Keuangan, lalu menjadi Kepala Sub Bagian Tata Usaha di Direktorat Kesehatan Khusus, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, menjadi Ami harus membuat perencanaan yang baik. Seiring dengan berjalannya waktu dan kinerja yang ditorehkan, Ami, setidaknya mendapatkan kepercayaan untuk

tiga jabatan strategis di lingkungan Kementerian Kesehatan RI; menjadi Kepala Biro Umum pada tahun 2009, Kepala Pusat Komunikasi Publik pada 2011- 2016, dan terakhir menjadi Kepala Biro Kepegawaian pada tahun 2016 – 2019.

Perjalanan karir yang sangat cemerlang di Kementerian Kesehatan ternyata mendapatkan banyak apresiasi, baik dari internal Kemenkes maupun dari eksternal Kemenkes. Tercatat ada tiga penghargaan besar yang telah dia raih. Diantaranya, pertama, Tanda Penghargaan Pegawai Berprestasi Dan Berdedikasi yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Tahun 2014. Kedua, Sebagai Pimpinan Inspirasional Bagi Reputasi Dan Kejayaan Bangsa Dengan Kategori Tokoh PR Inspirasional. Diberikan oleh Serikat Perusahaan Pers Tahun 2015. Dan ketiga, Sebagai Salah Satu Dari 50

Page 46: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

46 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

profilTerbaik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Teladan Tahun 2018 Oleh Kementerian PAN RB.

“Prestasi tidak pernah saya cari. Kerja itu harus dijiwai. Dengan seperti itu, Saya yakin inovasi bisa timbul dengan sendirinya. Prestasi pun akan ikut sendiri. Prinsipnya, setiap jabatan yang saya jalani harus benar-benar saya pertanggungjawabkan”, ujar Ami.

Pengalamannya menjadi Kepala Biro Kepegawaian dan Kepala Pusat Komunikasi Publik menjadi modal bagi ibu dua anak ini, untuk maju sebagai Inspektrur Jenderal, dan bercita-cita menjadikan Itjen sebagai unit yang lebih konsultif dengan cara

meningkatkan peran Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) yang bukan hanya sebagai fungsi pengawasan yang berfokus pada hasil temuan, tetapi juga APIP harus dapat memastikan permasalahan yang ada mendapatkan asistensi dan pelayanan konsultasi yang memadai.

Digitalisasi PengaduanDengan segudang prestasi yang

dikantonginya, wanita kelahiran Jakarta 8 Mei 1966 ini melihat posisi Itjen yang saat ini telah berubah paradigma yang semula watch dog , menjadi katalisator dan unit yang lebih konsultif, sehingga Satuan kerja di lingkungan Kementerian

Pada saat pelantikan sebagai Inspektur Jenderal pada 1 Februari

2019 lalu di Kantor Kementerian Kesehatan, Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek berharap dengan dilantiknya drg. Murti Utami, MPH, Inspektorat Jenderal (Itjen) dapat berperan lebih strategis dalam menciptakan birokrasi yang bersih dan accountable. ‘’Saya harap Itjen dapat berperan lebih strategis dalam menciptakan birokrasi yang bersih dan accountable dan juga harus menjadi unit terdepan dalam mengawal pelaksanaan

Pesan Menkes:Ciptakan Birokrasi yang Bersih dan Accountable

pengawasan internal di lingkungan Kementerian Kesehatan,’’ kata Menkes.

Salah satu upaya yang harus dilakukan, kata Menkes, yaitu dengan meningkatkan peran aparat pengawas internal pemerintah (APIP) yang

Page 47: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

47INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

tidak hanya melaksanakan fungsi pengawasan yang berfokus pada hasil temuan, tetapi harus lebih memastikan bahwa permasalahan yang ada harus mendapatkan asistensi yang memadai. Selain itu juga melakukan pelayanan konsultasi terhadap masalah yang dihadapi oleh unit kerja di lingkungan Kemenkes.

‘’Upaya preventif juga harus dilakukan dalam mewujudkanan birokrasi yang akuntabel di lingkungan Kementerian Kesehatan,’’ ucap Menkes kepada wanita kelahiran Jakarta 50 tahun silam ini. Peraih gelar Master of Public Health dari Southern Cross University of Australia ini sebelum dilantik sebagai Irjen pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Komunikasi Publik Setjen Kemenkes pada tahun 2011 dan Kepala Biro

Kepegawaian Setjen Kemenkes pada tahun 2016.

Di samping itu, Menkes juga mengingatkan Itjen bahwa ada tugas yang tidak kalah pentingnya, yakni mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam pelaporan keuangan Kemenkes. Sebagaimana diketahui, beberapa tahun terakhir Kementerian Kesehatan memperoleh opini WTP 5 kali berturut-turut.

Menkes minta Murti Utami beserta seluruh jajarannya untuk melakukan pengawasan dan pendampingan atas peningkatan kinerja Kementerian Kesehatan. Saat ini sudah memasuki tahun anggaran 2019, Menkes mengingatkan bahwa ada tugas berat terbentang yang harus diselesaikan dengan cerdas.

Kesehatan meras lebih terrangkul.Ami juga mendeklarasikan akan

terus membangun Zona Integritas di lingkungan Kementerian Kesehatan dengan salah satu upayanya adalah meningkatkan jumlah satuan kerja Kemenkes yang layak mendapatkan opini WBK dari Menteri Kesehatan. “Integritas sangat penting karena dengan seperti itu tidak akan menjadi dusta”, tegas Ami.

Selain akan meningkatkan Zona Integritas, peningkatan sistem komunikasi yang baik dan manejemen SDM di lingkungan Inspektorat Jenderal akan meningkatkan kompetensi dan sertifikasi bagi para auditor.

Pengaduan masyarakat juga menjadi

perhatian Ami. Menurutnya, digitalisasi pengaduan masyarakat di Satker Kemenkes terfokus melalui Whistle Blowing System (pelaporan pelanggaran) sangat tepat guna memberikan kemampuan kepada auditor dalam membaca peta risiko. Cara tersebut, menurutnya berkolerasi dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan APIP Kemenkes di Level 3.

Ami berharap itjen dapat berperan lebih strategis dalam menciptakan birokrasi yang bersih dan akuntabel karena menjadi unit terdepan dalam mengawal pelakasanaan pengawasan internal di lingkungan Kemenkes.

Page 48: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

48 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Setelah ‘kecemplung’ tak sengaja menjadi pegawai negeri, Ami harus all out bekerja menjalankan amanah yang diberikan oleh atasannya.

Usai melakukan pengabdian di Lombok selama tiga tahun, Ami diminta ke kantor pusat Kemenkes di Jakarta. “Ya..., mulai dari sebagai staf. Karena saya tipe orang yang aktif, tak bisa diam, saya berusaha bekerja sebaaik-baiknya,” ujarnya mengenang.

Saat itu, kebetulan ada project besar bantuan dari pemerintah Jepang, Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) Japan. Mereka memberikan bantuan berupa alat, sistem, dan lain sebagainya. Harus diakui saat itu tidak terlalu banyak staf yang jago komputer dan bahasa Inggris. Padahal, project tersebut tidak bisa dilepaskan dengan dua hal itu.

“Saya bersama sejumlah temen diminta membantu, mulai mengetik, membuat surat, menemani kalau ada tamu asing. Saya lakukan dengan sebaik-baiknya. Menurut atasan, saya dianggap mampu. Pasalnya, setiap ada tamu asing, beberapa teman justru lari. Sementara saya bisa mendampingi dan ikut menangkap pesan yang disampaikan,” tambah Ami. Akhirnya,

tak sampai setahun dari penugasan di Lombok, Ia dijadikan administrator project di OECF. Ini memberi konsekuensi terhadap apa yang Ami terima. “Belum setahun saya dapat mobil dinas baru, Ini karena saya harus mobile ke Bappenas, Kedutaan Jepang, ke kantor donor, dan sejumlah tempat lainnya,” kenangnya.

Dari sana Ami mulai merasakan passion sebagai PNS, suatu hal yang sempat dia ‘tolak’. Karirnya pun mulus, setelah melaksanakan project OECF, termasuk membuat laporan tahunan, dan segala macamnya, untuk usia yang relatif muda, Ami dipercaya menjabat sebagai Eselon IV sebagai Kasubag Keuangan.

Haus akan ilmu menjadikan Ami tertarik untuk menempuh pendidikan lanjutan. Apalagi di lingkungan dia banyak yang sudah S2 dan S3. Ami pun mengajukan untuk sekolah S2 di dalam negeri. Pemilihan kampus di dalam negeri karena dia ingin tetap berkarir di Kemenkes dan tak ingin jauh dengan keluarga, apalagi saat itu anak-anaknya masih relatif kecil. “Tapi atasan saya minta saya studi di luar negeri karena bahasa Inggris dan bekal pengetahuan saya mencukupi. Australia menjadi pilihan karena

Bahasa Inggris Bagus, Karir pun Mulus

profil

Page 49: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

49INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

termasuk yang menawarkan scholarship. Tidak hanya soal public health, tapi juga tentang leadership, strategic, dan lain sebagainya. Pas banget dengan passion saya. Alhamdulillah sekolah bisa ditempuh dalam masa dua tahun dengan nilai yang bagus,” ujarnya mengenang.

Kembali dari Negeri Kanguru, Ami mendapat tantangan baru. Pasalnya, saat itu sang atasan mengatakan bahwa Ibu Menteri (saat Itu Fadilah Supari) sedang mencari Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) Pimpinan. “Nanti kamu kerja di lantai dua”, ujar Ami meniru ucapan sang atasan. Informasi yang selama ini didengar di kalangan PNS Kemenkes, lingkungan di lantai dua killer, alias mengerikan karena harus perfect. Harus jago bahasa Inggris, latar belakang pendidikan yang high level, dan lain sebagainya.

Setelah melalui proses interview

dimana salah satu point-nya adalah tugas yang diberikan menuntut dirinya harus sering melakukan perjalanan dinas, baik di dalam maupun luar negeri. Sebagai seorang istri, Ami pun meminta restu sang suami yang berkarir di Garuda Airline yang notabene juga mobile sekali.

“Alhamdulillah suami memberikan restu. Menurutnya kesempata ini tidak datang dua kali,” kenang Ami. Berkecimpung dengan tugas menteri menuntut dirinya untuk sempurna. Tidak boleh ada yang salah, termasuk kesalahan typo dalam menulis. Tidak boleh bercanda. Harus bisa membuat prioritas di tengah semua agenda penting. Belum lagi mengatur banyaknya tamu menteri. Bekal ilmu dari Australia tentang strategic, dan lain sebagainya menjadikan Ami dapat menjalankan tugas dengan baik.

Page 50: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

50 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Demikian ungkapan yang tak pernah Ami lupakan, ketika Menteri Kesehatan saat itu, Endang Rahayu Sedyaningsih memintanya

menjabat posisi tersebut. Sebagai abdi negara, Ami tak punya pilihan untuk menolak. Karakter dirinya yang all out saat mendapat tugas atasan menjadikan ia harus menjawab dengan satu kata; SIAP.

Walupun demikian gemuruh di luar cukup keras. ‘penentangan’, pertanyaan, keraguan, dan lainnya akan kemampuan Ami menjalankan tugas sebagai eselon dua tersebut begitu bermunculan.

Apalagi saat itu, usianya relatif muda, 42 tahun. Padahal, hukum tak tertulis, posisi Eselon Dua di usia 45 keatas.

Gemuruh tersebut bukan tidak didengar oleh Menteri Endang (Almarhum, beliau wafat pada 2 Mei 2012). “I can trust you”, demikian kata Menteri Endang pada Ami menanggapi pertanyaan dan gemuruh tersebut. Ami pun tetap dilantik. “Saya inget betul Ibu almarhum di dalam rakorpim dengan eselon 1-2, beliau mengatakan kepada audien yang ada. Saya ingin memudakan, meremajakan Kementerian Kesehatan, sehingga saya akan mengangkat pejabat anak muda”,

Usia 42 Tahun Menjadi Eselon Dua“Mi, sini. Kamu jadi kepala biro umum ya...”

Naluri sebagai wanita, sebagai istri dan sebagai pendamping suami akan memberikan warna tersendiri bagi Itjen

Kemenkes dibawah kepemimpinan drg. Murti Utami, MPH. Menurutnya, dalam obrolan santai bersama ibu-ibu atau dharmawanita Itjen, sebagian ‘mengeluh’ karena tugas tugas bagi para auditor bisa mencapai 14 hari. Artinya, selama masa itu keluarga ditinggalkan. Bahkan kadang, pulang sebentar, hanya 3-4 hari surat tugas datang, untuk bertugas selama 14 hari lagi.

“Kalau demikian, kapan dia ketemu

istrinya? Padahal saat saya di biro kepegawaian, salah satu tugasnya membaca urusan yang minta cerai. Saya baca kronologisnya. Kenapa sampai demikian? Apalagi saat ini anak-anak muda kelahiran 1980-an banyak juga yang minta cerai. Ternyata, setelah saya baca, karena istrinya tidak pernah memperhatikan suaminya,” ujar Ami.

Atas dasar itulah, Ami akan membuat protap yang ikut menjaga agar kelangsungan keluarga tidak rusak karena pekerjaan. “Nanti saya juga ngajari ibu-ibu, jangan WA kalau malam, tapi video call. Biar tahu suaminya kerja apa?”, tambahnya memberikan tips.

Auditor Jangan Lama-Lama Tinggalkan Istri

profil

Page 51: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

51INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

kenang Ami. Belum setahun, sekitar 11 bulan

menjabat, Ami dipanggil oleh Bu Sekjen. “Mi, kamu disuruh pindah sama Ibu Menteri. Hah, kemana? Salah apa saya Bu, di Biro Umum? Tidak ada yang salah. Bu Menteri melihat, kamu kerjanya cepet, kamu diminta ke Puskom” kenang Ami menceritakan dialog dengan Bu Sekjen saat itu, Ratna Rosita.

Menjabat sebagai Kepala Puskom

relatif lama, lima tahun. Karena ada aturan yang menyatakan tidak boleh menjabat selama lima tahun, maka seiring dengan habisnya masa jabatan, Ami pindah dari Puskom ke biro Kepegawaian. Berbagai inovasi pun coba Ami lakukan selama mendapatkan amanah jabatan. Dan setelah berkarir sekian tahun, Ami pun diberi amanah sebagai irjen.

(sumber: Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI)

Penulis :

1. Juwita Puspita, S.Ikom (Pranata Humas Ahli Pertama)

2. Gita Lestari Ade Novindry, S.Pd (Pranata Humas Ahli JFU)

Page 52: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

52 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Galeri Foto

52 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Rapat Koordinasi Pengawasan Inspektorat Jenderal Kemenkes tahun 2019

(31 Januari 2019)

Kunjungan Supervisi Irjen Kemenkes pada Reviu Laporan Keuangan

Kementerian Kesehatan TA 2018

Pelantikan Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan RI(1 Februari 2019)

Rapat Kerja Pengawasan Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2019 (26 Februari s.d 1 Maret 2019)

Page 53: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

53INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019 53INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Pertemuan PMPRB Panel I Kementerian Kesehatan Tahun 2019

(4 Maret 2019)

Pertemuan PMPRB Panel II Kementerian Kesehatan RI Tahun 2019

(19 Maret 2019)

Kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM Inspektorat Jenderal Kemenkes (12-15 Maret 2019)

Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2019 (21 Maret 2019)

Evaluasi Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP) Kementerian Kesehatan Tahun 2019 (22-26 April 2019)

Galeri Foto

Page 54: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

54 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Galeri Foto

54 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Pelantikan Pejabat Pengawas dan Fungsional Ahli Pertama di Lingkungan

Inspektorat Jenderal (8 Mei 2019)

Pertemuan Komunikasi Akhir (Exit Meeting) Pemeriksaan Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran 2018 (20 Mei 2019)

Inspektur Jenderal melakukan Submit Online PMPRB Tahun 2019

(24 Mei 2019)

Itjen Kemenkes melakukan Webinar dengan UGM dan KPK dalam rangka Sosialisasi Regulasi Baru tentang Pencegahan Kecurangan JKN (30 April 2019)

Page 55: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

55INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Collecting by 1. Lisa Yuliana S.Pd (Pranata Humas Ahli JFU)2. Juwita Puspita, S.Ikom (Pranata Humas Ahli Pertama)

55INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2019

Mudik Bersama Lebaran Tahun 2019 Kementerian Kesehatan

(31 Mei 2019)

Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran 2018 (24 Juni 2019)

Rekonsiliasi Pemutakhiran Data Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Itjen, BPK dan BPKP (18-21 Juni 2019)

Rapat Koordinasi Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun 2019 (2-5 Juli 2019)

Public Hearing Revisi Pedoman Telaah Sejawat (23 Juli 2019)

Galeri Foto

Page 56: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) · perempuan, istri dan ibu, Ami sangat concern dengan lama tugas auditor di luar kota sehingga (dikhawatirkan) berdampak terhadap kehidupan rumah tangganya

COVER BELAKANG(FILE TERPISAH)