cover depan (file terpisah) - kemkes.go.id

52

Upload: others

Post on 14-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

COVER DEPAN(FILE TERPISAH)

Page 2: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

2 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Dari Redaksi

SEKETIKA dunia berubah. Tidak ada yang menduga kesehatan telah mengubah dunia dengan dahsyat. Covid-19 dianggap sebagai ‘biang keladinya’. Sebagai catatan, dalam satu dekade terakhir, umat manusia berhadapan dengan setidaknya enam pandemi. Mulai H1N1 (flu babi) pada 2009 hingga Covid-19 di tahun 2020 ini. Dibandingkan pandemi lain, Covid-19 telah menimbulkan dampak yang luar biasa bagi peradaban manusia. WHO menyebut pandemi virus corona (Covid-19) merupakan kondisi darurat kesehatan global terparah yang pernah dihadapi di dunia.

Covid-19 telah mengubah peradaban, baik secara negatif dan positif sekaligus. Secara negatif, Covid-19 memaksa umat manusia untuk merenggangkan relasi dan interaksi sosial. Umat manusia terpaksa menghindari kerumunan. Aktivitas beribadah, bekerja serta belajar dari rumah. Covid-19 juga mengganggu supply-chain, menghambat produksi sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia. Positifnya, ‘kesadaran’ dan ‘kepedulian’ akan pentingnya kesehatan mulai tumbuh. Namun, sebagian menilai unsur negatif lebih mendominasi dibandingkan sisi positifnya.

Indonesia, khususnya Kementerian Kesehatan dan lebih khusus lagi Inspektorat Jenderal juga ‘menanggung’ ikut akibat Covid-19. Semua upaya, tenaga, keringat, pikiran, dikerahkan agar tetap survive menghadapi cobaan yang super dahsyat ini. Inforwas edisi kali ini mengangkat tema tentang Peran Itjen Kemkes dalam menghadapi Covid-19 dalam berbagai tinjauan. Diantaranya memberikan informasi dan tips yang diharapkan bisa menjadi pengetahuan dan panduan bagi pembaca.

Ada banyak ‘kejutan’ informasi yang

TIM REDAKSI BULETIN INFORWAS

PELINDUNGInspektur Jenderal

PENASEHATInspektur IInspektur IIInspektur IIIInspektur IVInspektur Investigasi

PENANGGUNG JAWABSekretaris Inspektorat Jenderal

REDAKTURPemimpin Redaksi

Kepala Bagian Program dan Informasi

Anggota Dewan RedaksiKepala Bagian TU, Hukum dan KepegawaianKepala Bagian APTLHPKepala Bagian Keuangan dan BMNKepala Sub Bagian Evaluasi, Informasi dan Humas

Penyunting/EditorKanser Arif Ardianto, SKMdr. Doli Wilfried H.S, M.Kes, CFrAWarseno, S.Kom, MM, QRMAAchmad Rofik, SKM, MMHadi Gusnaidi, SKM, MMYelma, S.Kom, MMDr.drg. Ossie Sosondoro W.W., MPH, QRMABondan Wicaksono Adhi, SE, MBAMohamad Taufiq Nugroho, SEdr. Dian RamadhaniNurhayati, SE

Design Grafis

Ario Agung Bramanthi, S.KomAndri Rubiana, S.KomLenggo Geni, S.KomInti Rohdika, S.Kom

FotograferJuwita Puspita, S.I.KomLisa Yuliana, S.PdGita Lestari Ade Novindry, S.PdTitin Suprihatin, S.KomLailatus Syarifah, S.Kom

SekretariatAdhitya Andy Widyatmono, SE, AkWidyastuti, SEIta Oktavianti Gartiwa, SEAsep Rizkana, SKMRizki Agus Priana, SKM

Page 3: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

3INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Pedoman Umum & Etika Penulisan:

1. Naskah/artikel merupakan tulisan, gagasan pemikiran, opini, ulasan, pembahasan atau penjelasan atas peraturan, pengalaman di lapangan, dengan prioritas bidang pengawasan. Redaksi juga menerima tulisan selain bidang pengawasan yang berkaitan dengan program kesehatan, pengetahuan umum dan lainnya.

2. Naskah/artikel harus merupakan karya asli atau saduran. Bila mengambil atau mencuplik kalimat penulis lain, harus mencantumkan nama penulis atau sumbernya, yang kemudian diikuti dengan muatan analisis atau kajian dari penulis, sehingga tidak semata-mata hanya menyadur/menjiplak kalimat/tulisan orang lain saja tanpa ulasan penulis.

3. Naskah/artikel dikirim dalam format microsoft words, theme fonts arial 12, paragraph 1,5 line spasing, diberi judul singkat, jelas dan informatif, yang menggambarkan materi yang akan disampaikan, memuat juga foto-foto pendukung, tabel/grafik sesuai kebutuhan.

4. Sistematika penulisan naskah meliputi: judul, penulis, pendahuluan, sub-sub judul sesuai kebutuhan, analisis permasalahan dan pembahasan saran penulis, penutup atau kesimpulan, dan kepustakaan/rujukan/referensi.

5. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah substansi materi tulisan artikel.6. Penulisan kepustakaan/rujukan/referensi terdiri dari nama pengarang, tahun, judul, edisi, penerbit.7. Naskah/artikel ditulis dalam bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa asing agar dicetak miring, dan

sedapat mungkin diberi makna/arti.8. Nama penulis sedapat mungkin ditulis lengkap termasuk gelar, jabatan, dan unit organisasi, serta alamat/

alamat email penulis, dan dapat disertai dengan electric file pasfoto penulis. Untuk satu naskah/artikel, penulisnya dibatasi maksimal 3 orang (dengan menyebutkan penulis utama dan penulis pembantu).

9. Setiap naskah/artikel yang dimuat akan diberikan honor sesuai dengan Standar Biaya yang berlaku, sedangkan naskah/artikel yang tidak dimuat akan diberikan tanggapan (dapat secara lisan atau tertulis) kepada penulis yang bersangkutan.

Untuk pengiriman/penyampaian naskah/artikel dapat disampaikan langsung ke tim redaksi atau dikirim ke: [email protected] dan ke [email protected]

tidak kami duga sebelumnya terkait dengan tema ini. Misalnya tentang peran filantropi, yang mungkin sebelumnya hanya menjadi bagian sumbangsih sesaat. Namun pada masa pandemi Covid-19, peran ini menjadi sangat penting dan perlu perhatian khusus.

Dan tentunya, masih banyak artikel lainnya, yang kami harapkan pembaca yang budiman, mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari Inforwas edisi kali ini.

Hormat Kami, Rudi Supriatna Nata Saputra, S.Kp, M.Kep, QRMAPemimpin Redaksi

Page 4: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

4 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

LAPORAN UTAMA

DAFTAR ISI INFORWAS

EDISI I . TAHUN 2020

Itjen & Penanganan Pandemi Covid-19Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan telah melaksanakan berbagai langkah untuk mendukung percepatan penanganan Pandemi Covid-19 melalui kegiatan pendampingan dan pengawasan.

Itjen Tetap Menjadi Trusted Advisordi Tengah Pandemi Covid-19 Inspektorat Jenderal sebagai salah satu bagian Unit Utama Kementerian Kesehatan turut andil mendukung upaya pemerintah dengan melaksanakan tugas pengawasan intern dalam penanganan COVID 19.

6

13

18 Disiplin Protokol Kesehatan, Mampu Tekan Penyebaran COVID-19

Page 5: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

5INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

ARTIKEL

Hati-Hati Dana FilantropiRawan Korupsi!Rasanya semua orang tidak pernah menyangka bahwa krisis kesehatan yang awalnya dipicu oleh coronavirus deases (Covid-19) dan akhirnya membuat krisis ekonomi, telah memporakporandakan perekonomian global.

Disinfektan Buatan Sendiri, Aman Nggak Ya?Beberapa hari setelah Pemerintah resmi mengungkapkan pandemi corona virus (Covid-19) merebak di Indonesia, tidak hanya masker dan hand sanitizer yang ramai diburu masyarakat, namun juga cairan disinfektan tak luput menjadi daftar teratas pencarian warga sebagai salah satu bentuk usaha dalam mencegah atau meminimalisir penyebaran virus yang kian meluas.

Problema Audit di Tengah PandemiUntuk memutus mata rantai penyebaran virus corona (Covid-19) yang makin meluas, memang membutuhkan peran serta semua pihak untuk turut berkontribusi dalam penanganannya. Meski begitu, keberadaan tenaga kesehatan (nakes) menjadi faktor penting dan menentukan keberhasilan upaya tersebut.

Cara Hindari Jerat Hukum Dalam PBJ di Masa Darurat

Tak Ada Penghalang Perbaiki Organisasi

Data & Fakta

Galeri Foto

20

31

34

38

48

50

44

Page 6: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

6 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Itjen & Penanganan Pandemi Covid-19

INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN TELAH MELAKSANAKAN BERBAGAI LANGKAH UNTUK MENDUKUNG PERCEPATAN PENANGANAN PANDEMI COVID-19 MELALUI

KEGIATAN PENDAMPINGAN DAN PENGAWASAN.

laporan utama

Page 7: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

7INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Presiden Joko Widodo telah menerbitkan Inpres 4 tahun 2020 tentang Refocusing Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta PBJ (Pengadaan Barang dan Jasa)

dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19. Instruksi Presiden ini untuk melawan semakin meluasnya penyebaran pageblug Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), yang seorang pun belum tahu kapan akan berakhir.

Inpres Nomor 4 tahun 2020 tentang Refocusing Kegiatan, Realokasi Anggaran,

serta Pengadaan Barang dan Jasa dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19 tersebut diterbitkan pada tanggal 20 Maret 2020 dan mulai berlaku pada hari itu juga.

Menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020 tentang refocusing kegiatan, realokasi anggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) tersebut, Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan memandang perlu pendampingan dan pengawasan agar

pelaksanaannya transparan dan akuntabel.Inspektorat Jenderal telah melaksanakan

berbagai langkah untuk mendukung percepatan penanganan Covid-19 melalui kegiatan pendampingan dan pengawasan. Dalam Keputusan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Covid-19 Nomor 16 Tahun 2020, tentang Uraian Tugas, Struktur Organisasi, Sekretariat dan Tata Kerja Pelaksana, Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan berkedudukan sebagai Wakil Koordinator II Bidang Pengawasan Akuntabilitas.

Agar pelaksanaan kegiatan

pendampingan dan pengawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan lebih efektif, Inspektur Jenderal telah menetapkan Tim Penyusunan Pedoman Pengawasan Atas Revisi Anggaran dan Pengawasan Intern Atas Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 di Lingkungan Kementerian Kesehatan dan Tim Pendampingan Administrasi Klaim, Pembayaran Insentif Tenaga Kesehatan dan Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

kum

para

n.co

m

PRESIDEN JOKO WIDODO. Inpres 4 Tahun 2020 bertujuan untuk Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta PBJ dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19

Page 8: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

8 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Kegiatan pendampingan dan pengawasan pada unit utama Kemenkes terdiri dari; Inspektorat I melaksanakan kegiatan pendampingan dan pengawasan pada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, yaitu kegiatan reviu usulan anggaran pencegahan dan pengendalian Covid-19 bersumber Dana Siap Pakai (DSP) di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan TA 2020, pendampingan pengadaan alat kesehatan RS rujukan Covid-19 Tahun 2020, dan penyusunan pedoman pendampingan dan evaluasi pembayaran klaim pembiayaan pelayanan pasien Covid-19.

Inspektorat II melaksanakan kegiatan pendampingan dan pengawasan pada Pusat Krisis Kesehatan Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat yaitu pendampingan/konsultasi terkait pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) pada

Pusat Krisis Kesehatan, penyusunan pedoman pendampingan reviu refocusing dan pendampingan pengadaan barang dan jasa dalam rangka penanggulangan Covid-19.

Inspektorat III melaksanakan kegiatan pendampingan dan pengawasan pada Badan Litbang Kesehatan dan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) yaitu pendampingan dan reviu refocusing pada Badan Litbang Kesehatan dan Ditjen P2P dalam rangka penanggulangan Covid-19.

Inspektorat IV melaksanakan kegiatan pendampingan dan pengawasan pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan serta Badan PPSDM Kesehatan yang terdiri dari pendampingan/konsultasi pada Direktorat Tata Kelola Obat Publik terkait pengadaan barang dan jasa untuk kebutuhan penanganan Covid-19.

Sedangkan pada Badan PPSDM Kesehatan, Inspektorat Jenderal

piki

ran-

raky

at.c

om

APD. Barang yang sempat langkah, pengadaannya harus tetap mengikuti prosedur yang tidak melanggar aturan.

laporan utama

Page 9: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

9INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Gedung KPK. Itjen Berkoordinasi dan konsultasi terkait pengadaan barang dan jasa pada saat pandemi Covid-19.

hallo

.id

melaksanakan kegiatan pendampingan dan pengawasan yang terdiri dari penyusunan pedoman pemberian insentif dan santunan kematian bagi SDM Kesehatan dalam penanganan Covid-19, reviu refocusing anggaran pada Badan PPSDM Kesehatan, reviu atas tagihan kebutuhan anggaran worskhop surveilans, pendayagunaan tenaga kesehatan Nusantara Sehat dan isolasi dan karantina terbatas untuk dibiayai dari dana DSP, serta pendampingan terkait pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan.

Selain, Inspektorat Jenderal juga telah melakukan koordinasi dan konsultasi diantaranya dengan KPK yaitu terkait pengadaan barang dan jasa pada saat pandemi Covid-19. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga telah membantu memberikan daftar pertanyaan untuk self assessment sebagai upaya early warning system agar dapat mengantisipasi serta mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan di masa yang akan datang. n

Penulis:Lisa Yuliana, S.pd, Pranata Humas (JFU) Sekretariat ItjenKemenkes RI

Page 10: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

10 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Sehubungan semakin luasnya penyebaran wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh World Health

Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020, maka diperlukan langkah-langkah cepat, tepat, fokus, terpadu, dan sinergi antarKementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melakukan refocussing kegiatan, realokasi anggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19.

Untuk itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2020 tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran, Serta Pengadaan Barang dan Jasa.

Secara umum dalam Inpres ini, Presiden menginstruksikan kepada Para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Sekretaris Kabinet, Kepala Staf Kepresidenan, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara; Para Gubernur seluruh Indonesia; dan Para Bupati/Wali Kota seluruh Indonesia.

Menurut Inpres Nomor 4 Tahun 2020, seluruh institusi tersebut diinstruksikan untuk melakukan:

KESATU: Mengutamakan penggunaan alokasi anggaran yang telah ada untuk kegiatan-kegiatan yang mempercepat

penanganan Covid-19 (Refocussing kegiatan, dan realokasi anggaran) dengan mengacu kepada protokol penanganan Covid-19 di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dan rencana operasional percepatan penanganan Covid-19 yang ditetapkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

KEDUA: Mempercepat refocussing kegiatan dan realokasi anggaran melalui mekanisme revisi anggaran dan segera mengajukan usulan revisi anggaran kepada Menteri Keuangan sesuai dengan kewenangannya.

KETIGA: Mempercepat pelaksanaan pengadaan barang dan jasa untuk mendukung percepatan penanganan Covid-19 dengan mempermudah dan memperluas akses sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, dan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Dalam Keadaan Tertentu.

KEEMPAT: Melakukan pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 dengan melibatkan

Presiden Teken Inpres ‘Refocusing’ Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta Pengadaan Barang dan Jasa

10 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

laporan utama

Page 11: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

11INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

KELIMA: Melakukan pengadaan barang dan jasa alat kesehatan dan alat

kedokteran untuk penanganan Covid-19 dengan memperhatikan barang dan jasa sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

KEENAM, Khusus kepada:

11INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Page 12: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

12 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

1. Menteri Keuangan untuk memfasilitasi proses revisi anggaran secara cepat, sederhana, dan akuntabel.

2. Menteri Dalam Negeri untuk mengambil langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka percepatan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan}.atau perubahan peraturan kepala Daerah tentang penjabaran APBD untuk percepatan penanganan Covid-19 kepada Gubernur/Bupati/Wali Kota.

3. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk melakukan percepatan penyiapan dan pembangunan infrastruktur yang diperlukan dalam rangka penanganan Covid-19.

4. Menteri Kesehatan untuk mempercepat pemberian registrasi alat kesehatan dan alat kedokteran untuk penanganan Covid-19 yang belum memiliki nomor registrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan untuk melakukan pendampingan dan pengawasan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terhadap akuntabilitas keuangan negara untuk percepatan penanganan Covid-19.

6. Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah untuk melakukan pendampingan pelaksanaan pengadaan Barang dan Jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19.

‘’Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan,” bunyi Diktum KETUJUH Inpres yang dikeluarkan pada tanggal 20 Maret 2020. n Sumber: https://setkab.go.id/presiden-teken-inpres-refocussing-kegiatan-realokasi-anggaran-serta-pengadaan-barang-dan-jasa/

anal

isad

aily

.com

Presiden Joko Widodo

12 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Penulis:Lisa Yuliana, S.pd, Pranata Humas (JFU) Sekretariat ItjenKemenkes RI

laporan utama

Page 13: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

13INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Sejak dinyatakan wabah pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) sebagai Bencana Nasional oleh Presiden RI Joko Widodo, pemerintah membuat ketetapan

untuk menyerukan masyarakat Indonesia untuk menghentikan aktifitas di luar rumah menjadi aktifitas yang dapat dilakukan di rumah saja lewat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai medio Maret 2020. Hal ini dilakukan pemerintah untuk menghentikan laju penyebaran Covid-19 ke seluruh Indonesia.

Itjen Tetap Menjadi Trusted Advisor di Tengah Pandemi Covid-19INSPEKTORAT JENDERAL SEBAGAI SALAH SATU BAGIAN UNIT UTAMA KEMENTERIAN KESEHATAN TURUT ANDIL MENDUKUNG UPAYA PEMERINTAH DENGAN MELAKSANAKAN TUGAS PENGAWASAN INTERN DALAM PENANGANAN COVID 19.

Sejak saat itu pemerintah terus melakukan langkah-langkah nyata guna menekan penyebaran COVID 19 hingga saat ini, mulai dari tes masal melalui rapid test, Polymerase Chain Reaction (PCR) massal. Kemudian membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, menguatkan kebijakan physical distancing, serta menerapkan berbagai strategi yang dianggap mampu mencegah penyebaran Covid 19.

Menurut Dirjen P2P Kementerian Kesehatan Ahmad Yurianto, setidaknya ada

Page 14: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

14 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

4 strategi yang telah dilakukan pemerintah. Pertama, memakai masker saat berada di ruang publik atau di luar rumah. Kedua, penelusuran kontak (tracing) dari kasus positif yang dirawat dengan menggunakan rapid test atau tes cepat. Ketiga, edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri pada sebagian hasil tracing yang menunjukan hasil tes positif dari rapid tes atau negatif dengan gejala untuk melakukan isolasi mandiri. Keempat, melakukan Isolasi Rumah Sakit kala isolasi mandiri tidak mungkin dilakukan, misalnya karena ada tanda klinis yang butuh layanan definitif di Rumah Sakit.

“Setelah menerapkan kebijakan untuk dirumah saja, pemerintah merubah kebijakan dirumah saja menjadi, adaptasi kebiasaan baru, dimana dengan ini masyarakat sudah dapat melakukan aktivitas

di luar rumah seperti biasa namun harus menerapkan protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah dan melakukan sosial distancing,” jelas Ahmad Yurianto, yang sebelumnya menjadi Juru Bicara Satgas Nasional Penanggulangan COVID-19.

Sejalan dengan kebijakan presiden tersebut, Kementerian Kesehatan RI pun kembali melaksanakan aktifitas kantor dengan mengharuskan semua pegawai

PSBB diterapkan sebagai bagian dari upaya pencegahan penyebaran virus corona makin meluas.

liputan6.com

untuk selalu mematuhi protokol kesehatan sesuai dengan pedoman adaptasi kebiasaan baru di lingkungan kerja.

Inspektorat Jenderal sebagai salah satu bagian Unit Utama Kementerian Kesehatan turut andil mendukung upaya pemerintah dengan melaksanakan tugas pengawasan intern dalam penanganan COVID 19, diantaranya dengan lima hal.

Pertama, mengidentifikasi titik risiko (risk point) pada setiap tahapan proses penanganan bencana dengan cepat, selanjutnya memastikan kecukupan dan efektivitas pengendalian yang ada.

Kedua, pelaksanaan assurance, disarankan melalui kegiatan monitoring, dan harus senantiasa menjaga keseimbangan antara Kepatuhan vs Efektivitas.

Ketiga, meningkatkan peran Advice dan Insight dalam pelaksanaan pengawasan intern.

Keempat, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) harus tetap menjaga keseimbangan antara Kepatuhan vs Efektivitas.

Kelima, memanfaatkan teknologi informasi dalam pelaksanaan pengawasan intern melalui Continous Audit Continous Monitoring (CACM).

Sejalan dengan hal tersebut, APIP dituntut untuk tetap menjalankan tugasnya secara maksimal dan tetap menjaga dirinya agar terhindar dari paparan COVID 19.

Professional & Akuntabel Inspektur Jenderal Kementerian

Kesehatan, drg, Murti Utami, MPH, QGIA mengatakan, dana yang diberikan pemerintah melalui Kemenkes untuk menangani COVID 19 ini justru membuat Kementerian Kesehatan RI, terutama APIP agar tetap bekerja secara profesional dan akuntabel dalam menangani tugasnya di lapangan. Besarnya anggaran yang

laporan utama

Page 15: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

15INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

digelontorkan pemerintah membuat APIP, harus mawas diri dalam melakukan pengawasan atas penggunaan dana tersebut.

“Kita bukan hanya sekedar mengawasi, tetapi kita juga harus mendampingi supaya tidak terjadi apa-apa di kemudian hari, karena tugas Itjen harus dapat menjadi trusted advisor”, ungkap Irjen.

Hal serupa juga disampaikan Inspektur I, Edward Harefa, SE, MM, QCRO. Menurutnya, dana besar yang diberikan Pemerintah dalam rangka penanganan COVID menjadikan Inspektorat I, sebagai inspektorat pembina dalam urusan pelayanan kesehatan menjadi sedikit tesengah-sengah dalam melaksanakan tugas pengawasan tersebut.

Selain melaksanakan tugas pengawasan rutin di Kemenkes, Inspektorat I juga mendapatkan tugas lebih, yaitu mengawasi klaim pasien Covid 19 yang mendapatkan anggaran besar sekali dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN). Selain

menangani klaim pasien Covid-19 tugas lainnya adalah mendampingi pengadaan Alat Kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit Rujukan Pemerintah.

“Dalam menangani hal tersebut kami juga telah bekerja sama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) guna melakukan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan penggunaan anggaran tersebut”, papar Inspektur I.

Pada pelaksanaannya pun dirasakan sangat berbeda antara kegiatan pengawasan yang dilakukan pada masa pandemi maupun sebelum pandemi. Ada beberapa tantangan besar yang harus dihadapi oleh Itjen dalam melaksanakan kegiatan pengawasan saat ini.

Pertama, adanya proses Pengadaan Barang dan Jasa dalam Penanganan Keadaan Darurat menyebabkan meningkatnya risiko kepatuhan (compliance risk).

Kedua, penerapan Manajemen Risiko belum optimal, terutama identifikasi Risiko Bencana (Disaster Risk) dan mitigasinya dalam

Irjen Kementerian Kesehatan, drg, Murti Utami, MPH, QGIA. APIP agar tetap bekerja secara profesional dan akuntabel dalam menangani tugasnya di lapangan

Page 16: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

16 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

rangka mengurangi risiko (Disaster Risk Reduction) menyebabkan APIP harus dengan cepat melakukan identifikasi risiko.

Ketiga, belum optimalnya peran SPI/SKI satker sebagai 2nd Line of Defense dalam tata kelola anggaran belanja Covid-19 menyebabkan APIP harus “terlibat” dalam proses manajemen.

Keempat, APIP harus tetap menjaga keseimbangan antara Kepatuhan vs Efektivitas.

Selain melaksanakan pengawasan terhadap klaim pasien covid, Inspektur II, drg. Moh. Nur Nasirudin, M.Kes, mengungkapkan

Itjen juga mendapat mandat untuk melakukan pengawasan pengadaan Alat Pelindung Diri yang harus diamati proses pengadaanya. Pasalnya pada masa pamdemi ini, harga APD tersebut mengalami kenaikan yang signifikan.

“Untuk itu kita benar-benar mendampingi Satker dalam pelaksanaan pengadaan tersebut. Kita ikuti dan jalani prinsip 3 E (Efektif, Efisien dan Ekonomis) dengan melaksanakan prinsip tersebut, maka kita dapat melindungi uang negara yang sangat besar yang telah digelontorkan untuk penanganan Covid ini. Dengan dilakukannya pendampingan ini, kita (Itjen) justru telah dianggap benar-benar teman oleh Satker. Hal tersebut dikemukakan secara

langsung dan tidak langsung oleh Satker itu sendiri kepada kita,” papar Inspektur II.

Selain program pengawasan yang dilakukan pada masa pandemi Covid, upaya internal yang dilakukan Itjen dalam melindungi pegawai Itjen dari penyebaran Virus Covid 19 adalah dengan membentuk Satgas Penanganan Covid-19 di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI; Memeriksaan kondisi auditor/pegawai yang akan melaksanakan tugas kedinasan diluar kota dengan melakukan rapid test atau PCR sebelum dan sesudah berdinas; Menegaskan kepada seluruh pegawai baik yang Work From Office (WFO) atau dinas luar kota untuk selalu menerapkan protokol kesehatan; Membagikan Masker dan face shield kepada seluruh pegawai Itjen; Memberikan multivitamin daya tahan tubuh, meletakan sanitizer di setiap sudut ruang Itjen, menerapkan komposisi WfO-Work from Home (WfH) 50% dari pegawai tiap harinya; Penyemprotan disinfektan di seluruh ruang kerja Itjen.

Irjen Murti Utami berharap dan berdoa agar semua upaya yang telah dilakukan tersebut setidaknya mampu menekan penyebaran Covid-19 dan semoga pandemi ini segera berakhir. n

Inspektur II Kemenkes RI, drg.Moh Nur Nasirudin, M.Kes

Inspektur I Kemenkes RI, Edward Harefa, SE, MM, QRMA

Penulis:Juwita Puspita, S.I.KomPranata Humas Ahli Pertama Sekretariat Itjen Kemenkes RI

laporan utama

Page 17: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

17INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan drg. Murti Utami, MPH, QGIA menjadi salah satu narasumber dalam Seminar Nasional Sinergi Pengawasan APIP-SPI-APH bertema”Sinergi Mengawal Negeri,

Menuju Indonesia Maju” yang dilaksanakan secara virtual melalui aplikasi zoom dan kanal youtube yang diadakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.

Peserta seminar adalah ASN di lingkungan Kepolisian RI, Kejaksaan RI, KPK, BPK, BPKP, APIP di lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, SPI BUMN, SPI BLU, K/L dan Pemda pelaksana program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN).

Irjen Murti Utami memberikan paparan dengan tema Pengawasan Intern Mendukung Percepatan Penanganan Covid-19 di Kementerian Kesehatan. Dalam paparannya, Irjen menjelaskan tentang gambaran umum penanganan covid-19 dan implementasi pengawasan intern dalam strategi percepatan penanganan kesehatan dalam pandemi covid-19.

Menurutnya, Itjen Kementerian Kesehatan melakukan pengawasan atas akuntabilitas pembayaran insentif tenaga kesehatan dan santunan kematian melalui joint audit dengan BPKP, dimana Itjen akan melakukan pengawasan pendanaan yang bersumber dari DIPA Kemenkes TA 2020 dan melakukan pengawasan terhadap tahapan pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga

kesehatan yang menangani covid-19 yang dilaksanakan oleh Badan PPSDM Kesehatan.

Sedangkan BPKP melakukan pengawasan pendanaan bersumber dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan melakukan pengawasan terhadap tahapan pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang menangani covid-19 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

Dalam paparannya, Irjen Kemenkes menyampaikan tiga poin penting. Yakni, pertama, APIP berperan sebagai strategic partner, dalam mendampingi langkah-langkah kedaruratan agar akuntabilitas terjaga, dengan mencegah terjadinya moral hazard dan tidak mentolerir mens rea.

Kedua, sinergi pengawasan akan meningkatkan kualitas pengawalan penanganan covid-19 agar dilaksanakan dengan cepat, tepat sasaran dan akuntabel

Ketiga, kapasitas mendeteksi masalah dan kapasitas menemukan solusi untuk penanganan covid-19 yang cepat akan semakin baik. n

Sumber: 1. Itjen.kemkes.go.id. (29/9/2020). “Pengawasan

Intern dalam Mendukung Percepatan Penanganan Covid-19 di Kementerian Kesehatan”.

2. https://itjen.kemkes.go.id/berita/detail/pengawasan_intern_dalam_mendukung_percepatan_penanganan_covid-19_di_kementerian_kesehatan (diakses 6/11/2020)

Peran APIP KemenkesDi Masa Pandemi

17INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Penulis:Juwita Puspita, S.I.KomPranata Humas Ahli Pertama Sekretariat Itjen Kemenkes RI

Page 18: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

18 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Corona Virus Disease 2019 atau yang akrab disebut COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV2. Virus ini dapat menimbulkan gejala seperti

demam, nyeri kepala, nyeri otot, gangguan penciuman, penurunan pengecapan, nyeri teggorokan, gangguan pernapasan, mual/muntah/nyeri perut, gejala lain sesuai organ yang terinfeksi.

Sejak WHO menyatakan penyebaran virus COVID-19 sebagai pandemi global, masyarakat mulai khawatir akan

kehadirannya. Terlebih saat ini pemerintah sudah menerapkan ‘new normal’ bagi masyarakat yang ingin melakukan aktivitas namun dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan.

Semenjak diberlakukannya new normal, terdapat beberapa sektor yang menjadi tempat yang berisiko terjadi penularan COVID-19 akibat banyaknya kerumunan atau interaksi orang. Sebut saja salah satunya di cluster perkantoran. Dengan ditetapkannya cluster perkantoran menjadi salah satu cluster penyebaran virus COVID-19,

Disiplin Protokol Kesehatan, Mampu Tekan

Penyebaran COVID-19

istim

ewa

laporan utama

Page 19: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

19INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

tentunya masing-masing perkantoran telah menerapkan kebijakan demi mengurangi penyebaran virus tersebut. Diantaranya dengan selalu menerapkan protokol kesehatan pada saat bekerja.

Menurut data Kemenkes, sampai tanggal 7 November 2020 , total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia sebanyak 433,866 kasus dan 14,540 kasus dinyatakan sembuh serta 364,417 meninggal dunia.

Untuk mengurangi rasa kegelisahan pegawai Inspektorat jenderal Kemenkes atas penyebaran COVID-19 pada cluster perkantoran, pada hari Sabtu, 12 September 2020 lalu, Itjen Kemenkes mengadakan sosialisasi upaya pencegahan penyebaran COVID-19 secara virtual. Gelaran ini diikuti oleh 140 peserta, dengan narasumber DR. Dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P. Sosialisasinya sendiri dipimpin langsung oleh Sekretaris Itjen Kemenkes, drg. Rarit Gempari, MARS, QIA.

Dalam paparannya, dr. Erlina menjelaskan bahwa virus Covid-19 memiliki masa inkubasi di dalam tubuh selama 5-6 hari atau rentang terlama adalah 14 hari. Inkubasi adalah waktu yang dibutuhkan sejak virus masuk ke tubuh, menginfeksi, sampai timbul gejala.

Cara penyebarannya pun sangat cepat yaitu secara langsung melalui Droplet (percikan secara langsung); Droplet Secara Tidak Langsung, yakni tumpah ke permukaan benda dan benda tersebut tersentuh tangan atau wajah (mata, hidung, dan mulut); dan secara Airborne, yang kemungkinan transmisi secara airborne pada kondisi ruang tertutup dengan ventilasi yang kurang baik

Setidaknya ada tiga cara yang bisa dilakukan guna mencegah penyebaran virus yang awalnya berasal dari Wuhan, China ini. Pertama, mencegah penularan dengan

“Diharapkan dengan diadakannya sosialisasi ini mampu memberikan pengetahuan mendalam mengenai virus COVID-19 dan dapat menjadi acuan pegawai di lingkungan Itjen Kemenkes RI dalam berperilaku yang aman di masa pandemi ini.”

meningkatkan daya tahan (imun) tubuh. Kedua, memperbaiki pola hidup sehat dalam bersosialisasi di tengah pandemi. Ketiga, selau menerapkan protokol Kesehatan dimanapun kita berada.

Diharapkan dengan diadakannya sosialisasi ini mampu memberikan pengetahuan mendalam mengenai virus COVID-19 dan dapat menjadi acuan pegawai di lingkungan Itjen Kemenkes RI dalam berperilaku yang aman di masa pandemi ini.

Selain dengan dilaksakannya sosialisasi ini, upaya itjen dalam pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan Itjen adalah dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 dan penyemprotan ruangan dengan disinfektan secara berkala. n

Penulis:Juwita Puspita, S.I.KomPranata Humas Ahli Pertama Sekretariat Itjen Kemenkes RI

Page 20: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

20 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

artikel

Rasanya semua orang tidak pernah menyangka bahwa krisis kesehatan yang awalnya dipicu oleh coronavirus deases (Covid-19) dan akhirnya membuat

krisis ekonomi, telah memporakporandakan perekonomian global. Bukan hanya menghajar negara maju, tapi juga

menggulung negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Banyak negara yang gagap menghadapi krisis, utamanya karena kurangnya kapasitas infrastruktur kesehatan.

Syukurlah, pemerintah Indonesia memberikan respons yang cepat. Berbagai stimulus diluncurkan. Anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) senilai Rp695,2

Hati-Hati Dana Filantropi Rawan Korupsi!

Menkes Terawan Agus Putranto menerima sumbangan penanganan covid dari pengusaha

Page 21: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

21INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

triliun pun digelontorkan untuk dana kesehatan, jaring pengaman sosial, bantuan untuk dunia usaha, serta dana pemulihan ekonomi.

Akan tetapi, pembiayaan kesehatan tidak dapat mengandalkan satu sumber yang teralokasi dari anggaran negara saja. Bantuan sumbangan dari masyarakat maupun para pelaku usaha non-pemerintah dalam suatu “Gerakan Filantropi” juga diperlukan. Usaha mulia yang dilakukan oleh para pelaku filantropi ini diharapkan dapat menggugah

semua elemen di dalam masyarakat untuk menyumbangkan dana, waktu, ide, maupun tenaga. Khususnya di kala pandemi Covid-19 melanda.

Kementerian Kesehatan sendiri telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, yang dapat membuka peluang untuk meningkatkan dukungan maupun peran aktif kelompok filantropi dalam pembangunan kesehatan.

Apa sih makna filantropi? Makna dari

picu

ki.c

om

Page 22: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

22 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

filantropi adalah kedermawanan, suatu perbuatan sukarela untuk kemaslahatan. Istilah dan konsep ini sendiri berasal dari bahasa Yunani, Philos (Cinta), dan Anthropos (Manusia), sehingga secara harfiah filantropi adalah konseptualisasi dari praktek memberi (giving), pelayanan (services) dan asosiasi (association) secara sukarela untuk membantu pihak lain yang membutuhkan sebagai ekspresi rasa cinta.

Sedangkan dari sifatnya terbagi dua, yakni filantropi tradisional dan filantropi

modern. Filantropi tradisional adalah filantropi yang berbasis charity (belas kasihan), yang umumnya berbentuk pemberian untuk kepentingan pelayanan sosial, seperti pemberian para dermawan kepada kaum miskin untuk membantu kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain lain. Sementara filantropi modern, yang lazim disebut Filantropi untuk Pembangunan Sosial dan Keadilan Sosial, dimaksudkan untuk menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin. Jembatan

stfu

inja

kart

a.or

g

artikel

Page 23: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

23INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

tersebut diwujudkan dalam upaya mobilisasi sumber daya untuk mendukung kegiatan yang menggugat ketidakadilan struktur yang menjadi penyebab kemiskinan dan ketidakadilan.

Sedangkan ditinjau dari peranannya, pelaku filantropi terbagi menjadi grantmaking/grantor (pemberi donasi), intermediary (pengumpul donasi), dan implementer (penyelenggara pelayanan).

Filantropi Di Masa PandemiDiakui atau tidak, gerakan filantropi

memiliki peran dan kontribusi yang signifikan dalam penggalangan dana pada sektor kesehatan di Indonesia, apalagi pada masa pandemi COVID-19 saat ini. Saat ini, gerakan filantropi yang paling memungkinan untuk dilaksanakan adalah filantropi berbasis charity. Hal ini disebabkan pada saat pemerintah mengumumkan kasus COVID-19 secara terbuka mengakibatkan krisis yang relatif besar pada berbagai aspek kehidupan.

Salah satu dampak akibat krisis tersebut adalah melejitnya harga alat pelindung diri, handsanitizer dan beberapa alat-alat kesehatan lainnya yang diperlukan oleh para tenaga kesehatan. Bahkan, beberapa barang tersebut tiba-tiba menjadi langka di pasaran.

Kondisi tersebut menciptakan gerakan filantropi di masyarakat dan pelaku usaha. Mereka beramai-ramai melakukan penggalangan dana dan memberikan sumbangan kepada instansi pelayanan kesehatan sebagai bentuk sebuah dukungan dan solidaritas. Selain untuk pelayanan kesehatan, dana filantropi juga disalurkan kepada masyarakat dan aspek-aspek vital lain yang terdampak pandemi COVID-19.

Beberapa contoh gerakan filantropi yang berperan sebagai grantmaking adalah sumbangan dari para pengusaha dibawah naungan KADIN bersama Yayasan Budha Tzu Chi yang memberikan bantuan 400

buah Coveral Safety (baju isolasi) untuk Kementerian Kesehatan RI. Bantuan tersebut diterima langsung oleh Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Terawan Agus Putranto di Kantor Pusat Kemenkes (18/3/2020). Ada pula produsen sepatu Bocorocco yang menyerahkan donasi dalam bentuk alat rapid test COVID-19 senilai Rp1 miliar kepada Satuan Gugus Tugas COVID-19 Kementerian Kesehatan.

Untuk sumbangan Intermediary (pooling) yakni mengumpulkan sumbangan dari masyarakat, misalnya dilakukan oleh KAGAMADOK, UNICEF, Kitabisa.com dan Rumah Zakat. Hasil dari pengumpulan dana ini kemudian diserahkan kepada instansi, tenaga kesehatan dan masyarakat yang membutuhkan.

Sedangkan filantropi yang dilakukan langsung oleh instansi yang memerlukan bantuan (Implementing) misalnya penggalangan dana dalam penanganan COVID-19 yang dilakukan oleh RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dan RS Panti Rapih Yogyakarta.

Rawan KorupsiDana Filantropi yang telah terkumpul

sudah seharusnya disampaikan kepada instansi atau masyarakat yang berhak menerima. Penyaluran bantuan yang dilakukan pun harus tepat sasaran. Jangan sampai terdapat oknum yang melakukan manipulasi dengan memanfaatkan situasi.

Nah, agar tidak terjadi ketimpangan dalam hal pendistribusian seperti bantuan berlebih di suatu tempat, namun di tempat lain ternyata kekurangan, maka distribusi bantuan harus diawasi ketat. Mekanisme dan prosedurnya pun harus jelas dan transparan. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pengumpulan dan penyaluran sumbangan terkait Pandemi COVID-19 kudu berkoordinasi dengan Badan

Page 24: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

24 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau Bandan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), sehingga penggunaannya tepat guna dan tepat sasaran.

Dalam penyaluran dana filantropi, pemerintah sebenarnya bisa mendorong peran serta masyarakat untuk ikut mengawasinya. Untuk itu, Kementerian/Lembaga dan Pemda harus menyediakan sarana layanan pengaduan masyarakat yang mudah, murah dan dapat segera ditindaklanjuti.

Pengawasan diperlukan karena dana filantropi di masa pendemi bisa menjadi salah satu titik rawan korupsi. Potensi kerawanan tersebut misalnya dalam pencatatan penerimaan, penyaluran bantuan, dan penyelewengan bantuan.

Menyikapi hal ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sejatinya telah mengeluarkan Surat Nomor B/1939/GAH.00/01-10/04/2020 tentang Penerimaan Sumbangan atau Hibah dari Masyarakat yang ditujukan kepada seluruh gugus tugas dan Kementerian/Lembaga/Pemda. Dengan adanya surat edaran ini pemberian donasi pada instansi pemerintah tidak dianggap sebagai gratifikasi, baik berupa uang, barang habis pakai, maupun barang modal.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 12B Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, sumbangan bantuan bencana alam dalam berbagai bentuk sepanjang ditujukan kepada Kementerian, lembaga, Pemda maupun institusi pemerintah lainnya, bukan termasuk gratifikasi. Sehingga pemberian bantuan dari para donatur tetap dapat berlaku.

Sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas pemerintah, instansi penerima dana bantuan dapat memanfaatkan website resmi yang dikelola oleh masing-masing instansi untuk mempublikasi kepada masyarakat terkait penerimaan

dan penggunaan bantuan yang diterima. Melalui website tersebut, instansi disarankan melakukan pemutakhiran data setiap hari.

Meski begitu, penanganan bantuan COVID-19 tetap membutuhkan pengawalan ketat dari APIP selaku pengawas internal pemerintah baik di pusat maupun di daerah. APIP diharapkan terus mengawal pelaksanaan penanganan COVID-19 serta berkolaborasi, berinovasi dan saling membantu demi terciptanya akuntabilitas penanganan COVID-19. Koordinasi dan pengawasan perlu dilakukan oleh APIP untuk mencegah terjadinya inefisiensi dan juga korupsi di dana wabah pemerintah atau masyarakat.

Perlu diketahui bahwa korupsi dana pada masa pandemi, baik yang berasal dari pemerintah maupun masyarakat akan dijatuhi hukuman mati. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 bahwa tindak pidana korupsi atau penyalahgunaan anggaran yang dilakukan dalam keadaan tertentu, termasuk pandemi COVID-19 dapat dijatuhi hukuman mati. n

forumzakat.org

artikel

Page 25: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

25INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Referensi:• Abidin, Hamid, Ninik, dkk. 2017. Kajian

Diagnostik Pemetaan Lembaga Filantropi Pendukung Riset. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas.

• Bahjatullah, Qi M. 2016. Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Kegiatan Filantropi. Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol.10, No.2, Desember 2016. IAIN Salatiga. Tersedia di https://inferensi.iainsalatiga.ac.id/index.php/inferensi/article/view/730

• Filantropi. 13 Mei 2020. Menyoal Etika dan Akuntabilitas Bantuan COVID-19. Diakses pada tanggal 14 Mei 2020 dari https://Filantropi.or.id/kabar/kabar-nasional/menyoal-etika-dan-akuntablitas-bantuan-covid-19

• Filantropi Kesehatan. Tanggal 24 Februari 2020. Reportase Potensi Filantropi Untuk Pembangunan Kesehatan Di Indonesia. Diakses pada tanggal 13 Mei 2020 dari https://Filantropikesehatan.net/web/2020/02/24/reportase-potensi-Filantropi-untuk-pembangunan-kesehatan-di-indonesia/

• Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. 28 April 2020. APIP Harus Siap Kawal COVID-19. Diakses pada tanggal 14 Mei 2020 dari http://www.itjen.kemenkeu.go.id/baca/679

• Komisi Pemberantasan Korupsi. 15 April 2020. KPK Dorong Instansi Transparan Kelola Dana Bantuan. Diakses pada tanggal 13 Mei 2020 dari https://www.kpk.go.id/id/berita/berita-kpk/1588-kpk-dorong-instansi-transparan-kelola-dana-bantuan.

• Latief, Hilman. 2013. Politik Filantropi Islam di Indonesia. Negara, Pasar dan Masyarakat Sipil. Yogyakarta: Ombak

• Radar Bangsa. 29 April 2020. Ketua KPK Ingatkan Koruptor Dana Covid-19

Terancam Hukuman Mati. Diakses pada tanggal 13 Mei 2020 dari https://www.radarbangsa.com/news/24186/ketua-kpk-ingatkan-koruptor-dana-covid-19-terancam-hukuman-mati.

• Republika. 29 April 2020. Empat Area Rawan Korupsi Implementasi Anggaran Covid-19. Diakses pada tanggal 13 Mei 2020 dari https://republika.co.id/berita/q9jief409/empat-area-rawan-korupsi-implementasi-anggaran-covid19

• Republika. 29 April 2020. KPK Lakukan Enam Langkah Kawal Dana Covid-19. Diakses pada tanggal 13 Mei 2020 dari https://republika.co.id/berita/q9jbc2377/kpk-lakukan-enam-langkah-kawal-dana-covid19

• Pusat Analisis Determinan Kesehatan. 2019. Analisis Kebijakan Peran Filantropi dalam Pembangunan Kesehatan. Diakses pada tanggal 8 Mei 2020 dari http://www.padk.kemkes.go.id/uploads/download/Analisis_Filantropi.pdf

• Surat Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor B/1939/GAH.00/01-10/04/2020 tentang Penerimaan Sumbangan atau Hibah dari Masyarakat.

• Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

• Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pindana Korupsi.

• Yayasan Buddha Tzu-Chi Indonesia. 20 Maret 2020. Perangi COVID-19 Pengusaha di Bawah Naungan KADIN bersama Tzu Chi Galang Dana Rp 500 Miliar. Diakses pada tanggal 14 Mei 2020 dari http://www.tzuchi.or.id/read-berita/perangi-covid-19-pengusaha-di-bawah-naungan-kadin-bersama-tzu-chi-galang-dana-rp-500-miliar/8892

Penulis:Wahyu Wulandari, SKMAuditor Ahli Pertama Inspektorat InvestigasiKemenkes RI

Page 26: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

26 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

“Filantropi sejatinya bukan semata kerja sosial. Filantropis juga bukan sekadar orang yang menyisihkan sebagian

harta hasil usahanya untuk aksi sosial. Lebih dari itu, filantropi melibatkan komitmen terhadap hati nurani,” begitu kata Dato Sri Tahir tentang makna filantropi.

Salah satu konglomerat Indonesia dan pemilik Mayapada Group ini bukanlah nama asing di dunia filantropi. Melalui Tahir Foundation yang didirikannya, Tahir malang melintang mandanai kerja-kerja sosial, baik di dalam negeri maupun bekerja sama dengan lembaga-lembaga donor internasional.

Menggandeng Bill & Melinda Gates Foundation, Tahir Foundation pada awal Oktober 2019 lalu misalnya meluncurkan aksi bantuan untuk penderita HIV/AIDS, malaria, dan tuberkolosis lewat Global Fund.

Selain kerja sama tersebut, Dato Tahir merogoh kocek untuk menggelontorkan dana senilai US$30 juta atau sekitar Rp420 miliar ke Global Fund untuk memerangi HIV/AID, TBC dan malaria. Besar sumbangan itu menjadikan Tahir Foundation yayasan terbesar kedua setelah Bill & Melinda Gates Foundation.

Tahir mengatakan bahwa dunia filantropi di Indonesia masih belum maksimum untuk memenuhi kebutuhan yang demikian besar. Masih banyak pengusaha yang perlu diedukasi mengenai kedermawanan yang tidak hanya sekadar pemenuhan program corporate social responsibility (CSR).

Selain menggelontorkan dana puluhan miliar rupiah untuk kegiatan sosial, Dato Tahir juga tak ragu untuk terjun langsung ke lokasi penerima bantuan. Dia bercerita, kebiasaan menyapa langsung para penerima manfaat seperti memberi ‘nutrisi’ bagi jiwanya yang telah hidup dilingkupi banyak kenyamanan.

“Supaya saya tidak lost, saya perlu ke tempat-tempat itu, untuk mengingatkan kembali bahwa ada sama-sama manusia tapi nasibnya beda selangit,” katanya.

Dia berharap pemerintah bisa melihat peluang pengembangan filantropi di Indonesia untuk mengatasi permasalahan sosial. Salah satu langkah yang bisa diambil yakni mengedukasi para pengusaha.

Sementara itu, kolega bisnis Tahir di Bill & Melinda Gates Foundation, salah seorang terkaya dunia, Bill Gates juga dikenal sebagai filatropis paling royal sedunia di bidang kesehatan. Pendiri Microsoft ini telah membidik berbagai negara berkembang untuk meningkatkan ketahanan warganya dalam menghadapi wabah ancaman penyakit menular, seperti pandemi virus corona (Covid-19), sesuatu yang kerap ia ucapkan sepanjang 2017-2019 lalu.

Menurut Gates, dunia harus bersiap terhadap wabah seperti ini lagi. Pasalnya, ia pikir pandemi Covid-19 tidak hanya akan terjadi satu kali saja. Bahkan, ia menyebut kejadian pandemi seperti ini bisa dengan mudah terulang tiap beberapa tahun sekali.

Melansir Mirror, jutawan berumur 64 tahun tersebut dengan serius peringatkan kepada seluruh dunia. Dunia akan hadapi pandemi global tiap 20 tahun sekali kecuali

Orang Kaya JadiFilantropis Kesehatan

26 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

artikel

Page 27: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

27INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

ada galangan dana untuk melawan penyakit pandemi itu sendiri.

Menurutnya semakin mudahnya kita berpindah tempat dan dengan revolusi industri yang semakin menggilas alam berarti ancaman pandemi virus lebih tinggi jauh dibandingkan sebelum-sebelumnya.

Berbicara dalam wawancara video dengan The Financial Times, ia mengatakan: “ini adalah kejadian terbesar yang akan dialami orang-orang di hidup mereka.

“Akan ada kemungkinan berarti, yang disebabkan oleh mudahnya orang-orang berpindah seperti saat ini, yaitu satu dari hal-hal ini akan datang tiap 20 tahun dan warga mengharapkan pemerintah membuatnya sebagai prioritas.”

Ia juga mengatakan negara maju harus membantu negara berkembang melawan virus ini.”Dampak uang dalam membantu hal-hal ini tidak sepenuhnya dibesar-besarkan, membantu menjaga keamanan, membantu mempercepat pembuatan

vaksin, kurasa dalam hal itu uang sangat membantu.”

Bill Gates yang membuat penggalangan dana bersama istrinya Melinda Gates bernama Bill and Melinda Foundation bertujuan melawan isu-isu seperti kesehatan dan ketimpangan sosial.

Ia mengatakan jika ia yakin ada pelajaran yang bisa diambil dari krisis ini. “Tidak ada keraguan lagi, mungkin kita harus membayar triliyunan dolar lebih daripada yang kita punya jika kita ingin benar-benar siap, orang-orang harus membayarnya.”

Dia melanjutkan, “Karena itu sangat berdampak di negara maju...kita sudah benar-benar dibuat lelah.Kali ini walau kita lelah kita sudah tahu ada ilmuwan yang sedang mempersiapkan yang terbaik, negara-negara akan bertindak.” n

(dari berbagai sumber)

inc.com

27INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Penulis:dr. Dora, M.K.MKepala Sub Bagian Evaluasi, Informasi dan HumasSekretariat Itjen Kemenkes RI

Page 28: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

28 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 202028 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Dalam beberapa tahun terakhir, filantropi diketahui memiliki peran besar dalam pembangunan di berbagai sektor, termasuk kesehatan. Oleh karena itu, Pusat

Analisis Determinan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengadakan forum dialog terkait filantropi khususnya dalam bidang kesehatan, pada 2 - 4 September 2019 di Hotel Ibis Jakarta Cawang.

Latar belakang analisis ini adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan yang membuka peluang kepada masyarakat

Mengenal FilantropiBidang Kesehatan

FILANTROPI UMUMNYA MELAKUKAN DONASI

PADA SAAT KEBUTUHAN EMERGENSI DAN UNTUK

SURVIVAL, BUKAN UNTUK SUSTAINABILITAS.

SELAIN ITU, TIMBUL KEKHAWATIRAN DARI

PARA PENYUMBANG AKAN RISIKO ADANYA AUDIT BAGI

LEMBAGANYA KARENA KECURIGAAN MONEY

LAUNDERING.

Gedung Dompet Dhuafa. Potensi zakat di Indonesia sebesar Rp 233 T

tabu

ngw

akaf

.com

artikel

Page 29: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

29INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020 29INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

untuk berkontribusi secara aktif terhadap pembangunan kesehatan.

Dalam salah satu paparan diacara tersebut dijelaskan filantropi pada dasarnya didorong oleh motivasi intrinsik untuk “memberi”, sehingga tanpa adanya ikatan regulasipun, para filantropis akan tetap memberi bantuan. Hal ini berbeda dengan konsep Corporate Social Responsibility (CSR) yang umumnya dikoordinasikan oleh Direktorat Promosi Kesehatan dan memang diatur oleh Undang-Undang. Namun, pemerintah beserta pemangku kepentingan terkait perlu memikirkan regulasi yang memudahkan kelompok filantropi agar lebih mudah dalam memberi khususnya untuk mengatasi kekurangan pendanaan yang terjadi di rumah sakit (misalnya pasien yang membutuhkan tindakan dengan biaya sangat tinggi namun mungkin tidak dijamin sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan).

Menurut peneliti, Prof. dr. Laksono

Trisnantoro, M.Sc., PhD filantropi diperlukan karena situasi ekonomi yaitu Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang meningkat tinggi tiap tahunnya, namun pendapatan dari pajak masih relatif kecil

(tax ratio rendah). Padahal sebagian besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia bertumpu pada pajak (hampir 80%). Dengan kata lain, kemampuan APBN Indonesia terbatas. ironisnya sektor kesehatan hampir sepenuhnya bertumpu pada APBN. Dengan rendahnya proporsi belanja kesehatan dari APBN yaitu hanya 3.2% yang berarti sektor kesehatan belum mendapat banyak manfaat dari pertumbuhan GDP. 

Menurut Prof. Laksono   terdapat dua kelompok filantropis, yaitu kelompok

A yang menyumbang dalam nominal besar, tetapi jumlah pemberinya sedikit (Kementerian Luar Negeri mencatat sumbangan internasional, tetapi belum ada pencatatan data sumbangan domestik, termasuk CSR); dan  kelompok B yang menyumbang dalam nominal relatif kecil,

CSR Filantropi

Diperhitungkan sebelum profit Diperhitungkan setelah profit

Terprogram, dapat berkelanjutan Bersifat sporadis, temporer, dan tematik

Berkaitan dengan core business perusahaan Tidak berkaitan dengan core business perusahaan

Page 30: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

30 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 202030 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

tetapi jumlah pemberi banyak (seperti Dompet Dhuafa).

Menanggapi antusiasnya filantropi kelompok B yang berimplikasi pada pesatnya pertumbuhan crowdfunding digital, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai membuat regulasi terkait crowdfunding.

Potensinya Sangat BesarSalah satu peserta yang memberikan

testimoni di acara tersebut diantaranya dari Rumah Sakit Umum (RSU) Kudus yang menyatakan potensi filantropi harus dimaksimalkan karena cukup mudah menggugah masyarakat untuk menyumbang. Sementara, perwakilan Dompet Dhuafa menambahkan bahwa Lembaga Filantropi Indonesia akan membentuk klaster kesehatan. Dompet Dhuafa mengestimasi potensi zakat di Indonesia sebesar Rp 233 T yang dibagi dalam: Program promotif preventif (11 cabang di beberapa propinsi termasuk Papua, NTB, dan NTT), program kuratif (layanan klinik pratama sebanyak 19 klinik), program pemberdayaan masyarakat (sebagian besar berbasis di masjid). Promosi kesehatan menjadi fokus dari Dompet Dhuafa dan Filantropi Indonesia karena mereka merasa bahwa panggilan mereka adalah mengisi gap (isu yang kurang diperhatikan pemerintah). Dompet Dhuafa menegaskan bahwa pihaknya tidak menyalurkan dana ke supply side, melainkan ke demandside.

Point penting lain yang disampaikan dan perlu menjadi perhatian adalah filantropi umumnya melakukan donasi pada saat kebutuhan emergensi dan untuk survival, bukan untuk sustainabilitas. Selain itu, timbul kekhawatiran dari para penyumbang akan risiko adanya audit bagi lembaganya karena kecurigaan money laundering.

Sementara narasumber dari Kemenkes dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes, yang saat acara itu berlangsung menjabat sebagai

Pejabat Fungsional Analis Kebijakan Ahli Utama Kemenkes RI memaparan terkait pengalaman Indonesia dalam bidang CSR yang berbeda dengan filantropi, sehingga perlakuannya juga harus berbeda.

Untung menegaskan perlunya integrasi, akuntabilitas, dan transparansi. Pemberi sumbangan juga membutuhkan kepastian bahwa sumbangannya dimanfaatkan secara benar. Selain itu, di Indonesia masih ada berbagai aturan untuk menerima sumbangan (seperti harus adanya kuitansi, pencatatan, dan sebagainya), sementara mungkin ada filantropis yang memberi tanpa mau adanya kuitansi atau pencatatan. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah boleh rumah sakit pemerintah menerima sumbangan pribadi dan sumbangan alat? n

Sumber: Diolah dari : http://www.padk.kemkes.go.id/news/read/2020/02/10/349/filantropi-kesehatan.html

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., PhD. Ada dua kelompok filantropis, yaitu kelompok A yang menyumbang dalam nominal besar

hpm

.fk.u

gm.a

c.id

Penulis:dr. Dora, M.K.MKepala Sub Bagian Evaluasi, Informasi dan HumasSekretariat Itjen Kemenkes RI

artikel

Page 31: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

31INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Beberapa hari setelah Pemerintah resmi mengungkapkan pandemi corona virus (Covid-19) merebak di Indonesia, tidak hanya masker dan handsanitizer yang ramai

diburu masyarakat, namun juga cairan disinfektan tak luput menjadi daftar teratas pencarian warga sebagai salah satu bentuk usaha dalam mencegah atau meminimalisir penyebaran virus yang kian meluas. Bahkan, alkohol sebagai salah satu komponen desinfektan yang paling dikenal pun sudah mulai sulit didapatkan di apotek, drugstore dan toko alat kesehatan. Tak hilang akal, masyarakat mulai mencoba membuat sendiri disinfektan dari beberapa produk home care seperti cairan pemutih baju maupun cairan pembersih lantai.

Seperti diketahui, beberapa bahan kimia yang dapat difungsikan sebagai disinfektan

antara lain alkohol, klorin, sodium hipoklorit, formaldehid, hidrogen peroksida, iodophor. Bahan-bahan tersebut terdapat pada beberapa produk perawatan rumah tangga yang digunakan sehari-hari.

Pertanyaannya kemudian, perlukah disinfektan ini? Seberapa efektifkah disinfektan dalam menghentikan penyebaran virus SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-19?

Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), disinfeksi adalah suatu proses penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat membunuh kuman/mikroba (bakteri, fungi dan virus) yang terdapat pada permukaan benda mati/non biologis seperti pakaian, lantai dan dinding.

Sedangkan menurut United States Environmental Protection Agency (EPA), efektivitas dari disinfektan dievaluasi

Disinfektan Buatan Sendiri, Aman Nggak Ya?

Page 32: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

32 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

berdasarkan waktu kontak, yakni waktu yang dibutuhkan oleh disinfektan tersebut untuk tetap berada dalam bentuk cair/basah pada permukaan dan memberikan efek “membunuh” kuman. Waktu kontak disinfektan pada umumnya berada pada kisaran 15 detik hingga 10 menit. Informasi media menyebut, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa virus penyebab COVID-19 ini dapat bertahan beberapa lama di beberapa benda mati.

Apakah efek “membunuh” ini juga berlaku apabila disinfeksi dilakukan pada tubuh misal dengan penyemprotan? Harus

diingat bahwa bahan aktif yang terdapat pada cairan disinfektan adalah bahan kimia yang dapat bereaksi dengan komponen tubuh kita yang bukan merupakan benda mati.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri tidak menyarankan penggunaan alkohol dan klorin ke seluruh permukaan tubuh karena akan membahayakan apabila terkena pakaian dan membran mukosa tubuh seperti mata dan mulut.

Alkohol merupakan bahan kimia yang mudah terbakar, dapat mengiritasi kulit. Apabila terhirup dapat menyebabkan

artikel

Page 33: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

33INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

iritasi pada saluran pernapasan dan mempengaruhi saraf. Sedangkan klorin yang terhirup dapat mengakibatkan iritasi parah pada saluran pernapasan.

Beberapa bahan lain yang terdapat pada disinfektan juga dapat membahayakan tubuh apabila tidak tepat konsentrasi maupun pemakaiannya. Dengan kata lain, disinfektan dapat membahayakan apabila terkena pada benda hidup baik melalui kulit maupun saluran pernapasan.

Jadi, penggunaan disinfektan akan efektif apabila digunakan dengan tepat, yaitu pada permukaan benda mati seperti lantai, meja,

gagang pintu rumah, keran dan wastafel.Disinfeksi ini tetap diperlukan karena

tangan kita tanpa sadar sering memegang benda-benda yang kemungkinan dapat menjadi media kontaminasi virus.

Dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, sangat diperlukan ketenangan dan kehati-hatian sehingga tidak serta merta semua hal diujicobakan. Jangan sampai ketika pandemi ini berakhir, muncul masalah baru yang ditimbulkan akibat over disinfection.

Jadi, mari kita tetap utamakan perilaku hidup sehat dengan gerakan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun)! n

Referensi:• id.wikipedia.org. “Disinfektan.” https://

id.wikipedia.org/wiki/Disinfektan• Mongabay.co.id (31 maret 2020).

“Penggunaan Tepat, Disinfektan Alami Ampuh Tangkal Virus Corona”. https://www.mongabay.co.id/2020/03/31/penggunaan-tepat-disinfektan-alami-ampuh-tangkal-virus-corona/

• Kompas.com (26 Maret 2020). “Mengenal Perbedaan Antiseptik dan Disinfektan untuk Mencegah Covid-19”. https://lifestyle.kompas.com/read/2020/03/26/101459920/mengenal-perbedaan-antiseptik-dan-disinfektan-untuk-mencegah-covid-19?page=all.

• www.who.int (15 Mei 2020). “Pembersihan dan disinfeksi permukaan lingkungan dalam konteks COVID-19” . https://www.who.int/docs/default source/searo/indonesia/covid19/pembersihan-dan-disinfeksi-permukaan-lingkungan-dalam-konteks-covid-19.pdf?sfvrsn=2842894b_2

Penulis:Yasrizal, S.KomAuditor Ahli Pertama Inspektorat Investigasi Kemenkes RI

Page 34: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

34 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona (Covid-19) yang makin meluas, memang membutuhkan peran serta semua pihak untuk turut

berkontribusi dalam penanganannya. Meski begitu, keberadaan tenaga kesehatan (nakes) menjadi faktor penting dan menentukan keberhasilan upaya tersebut.

Sebagai garda terdepan penanganan dan penanggulangan Covid-19, nakes terbilang paling rawan (berisiko) terpapar virus yang awalnya muncul di Wuhan, China ini. Itu sebabnya, pemerintah perlu memberi apresiasi dan penghargaan yang bersifat finansial maupun non finansial. Penghargaan bersifat finansial yang diberikan berupa (1) Insentif dengan nominal tertentu yang didasarkan pada risiko keterpaparan dan beban kerja; dan (2) Santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang meninggal dikarenakan paparan COVID-19 saat bertugas.

Sasaran pemberian insentif dan santunan kematian adalah nakes yang berstatus ASN, Non-ASN dan relawan COVID-19 termasuk nakes yang mengikuti penugasan khusus (Residen, Internsip, Pendayagunaan Dokter Spesialis, dan Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Nusantara Sehat) yang terlibat dalam penanganan COVID-19 yang diusulkan oleh Kepala Satuan Kerja (Satker) tempat penugasan.

Adapun anggaran yang dialokasian pemerintah untuk pemberian insentif dan santunan kematian masing-masing sebesar Rp5,9 triliun dan Rp300 milyar. Rencananya alokasi anggaran tersebut untuk memenuhi kebutuhan sejak periode Maret sampai dengan akhir Desember 2020. Jumlah tersebut menyumbang porsi yang cukup besar bila dikaitkan dengan biaya penanganan COVID-19 pemerintah yang secara total mencapai Rp695,2 triliun.

Namun, pemberian insentif dan santunan kematian bagi nakes tersebut, perlu

Problema Auditdi Tengah Pandemi

artikel

Page 35: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

35INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

dilakukan audit. Pelaksanaan audit dilakukan secara bersamaan atau segera setelah proses pemberian/penyaluran insentif dan santunan kematian bagi nakes yang menangani COVID-19 terjadi (real time).

Bagi auditor, melakukan audit secara real time menjadi tantangan tersendiri, apalagi di tengah kondisi pandemi saat ini yang mengharuskan setiap auditor melaksanakan protokol kesehatan secara ketat dalam tugasnya.

Tantangan pertama datang dari mekanisme pelaksanaan kegiatan itu sendiri. Pedoman dan ketentuan-ketentuan terkait lainnya yang digunakan sebagai acuan dasar dalam pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang menangani Covid-19, seringkali berubah seiring dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi di lapangan.

Tantangan berikutnya datang dari kondisi pandemi yang belum selesai. Audit tak bisa dilakukan secara langsung. Pelaksanaan audit sedapat mungkin dilakukan dengan menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi, misalnya melalui video, aplikasi messaging, dan surat elektronik. Tatap muka dan kunjungan lapangan secara fisik memang dapat dilakukan,

tapi dalam kondisi yang sangat diperlukan. Dalam memastikan kualitas audit,

auditor perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, komunikasi, dilakukan secara tertulis dengan menggunakan surat elektronik (surel) melalui alamat surel resmi instansi atau menggunakan video yang didokumentasikan dan dibuatkan notulen.

Kedua, jika diperlukan dokumen asli, Klien Pengawasan dapat mengirimkan dokumen tersebut menggunakan jasa pengiriman yang diasuransikan.

Ketiga, jika diperlukan observasi dan pemeriksaan fisik, dilakukan komunikasi melalui video yang didokumentasikan dan dibuatkan notula/berita acara. Bisa juga dilakukan kunjungan lapangan secara fisik dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.

Tantangan terakhir datang dari hambatan

GGaammbbaarr 11.. BBiiaayyaa PPeennaannggaannaann CCOOVVIIDD--1199

Sumber: Kementerian Keuangan RI

Pelaksanaan audit dilakukan secara bersamaan atau segera setelah proses

pemberian/penyaluran insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang

menangani COVID-19 terjadi (real time). Melakukan audit secara real time menjadi

tantangan tersendiri bagi auditor ditambah lagi kondisi pandemi yang mengharuskan

setiap auditor yang bertugas untuk melaksanakan protokol kesehatan secara ketat.

Tantangan pertama datang dari mekanisme pelaksanaan kegiatan itu sendiri. Pedoman

dan ketentuan-ketentuan terkait lainnya yang digunakan sebagai acuan dasar dalam

pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang menangani

COVID-19 seringkali berubah seiring dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi

di lapangan.

Page 36: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

36 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

dan akses tim audit. Satuan kerja atau objek pemeriksaan berasal dari berbagai jenis dan kewenangan. Sebagai contoh, fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima insentif dan santunan kematian dapat berasal dari rumah sakit, kantor kesehatan pelabuhan, balai besar teknik kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, balai teknik kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, pusat kesehatan masyarakat, laboratorium, balai besar kesehatan paru masyarakat.

Sebagai tambahan informasi, untuk rumah sakit sendiri dapat berasal dari unit vertikal Kementerian Kesehatan RI, milik swasta, milik Kepolisian Negara Republik Indonesia, milik Tentara Nasional Indonesia, dan juga rumah sakit lapangan antara lain Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Rumah Sakit Darurat Pulau Galang, dan lain sebagainya.

Begitu beragamnya satuan kerja yang diaudit menuntut tim audit dan pimpinan untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi lintas instansi. Tanpa adanya koordinasi dan komunikasi yang baik, resistensi kepada tim audit akan sangat tinggi dan berpotensi menggagalkan tercapainya tujuan audit.

Pelaksanaan audit bertujuan untuk

meyakinkan bahwa pelaksanaan pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang menangani Covid-19 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, transparan dan akuntabel. Selain itu, pelaksanaan audit juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi atas permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan pemberian insentif dan santunan kematian bagi nakes yang menangani Covid-19.

Simpul-Simpul RisikoRuang lingkup pengawasan adalah

pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang menangani Covid-19 bersumber dari dana APBN Kementerian Kesehatan RI.

Audit terbatas pada kelengkapan administrasi dan ketepatan sasaran penerima insentif serta santunan sesuai ketentuan pada tahap usulan, verifikasi, dan pemberian/penyaluran insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang menangani Covid-19.

Pada tahap perencanaan audit, tim auditor telah menyusun simpul-simpul risiko yang berpotensi pada pelaksanaan pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang menangani Covid-19, mulai dari tahap pengusulan,

GGaammbbaarr 22.. TTiimmeeffrraammee RReegguullaassii ddaann KKeetteennttuuaann

Tantangan berikutnya datang dari kondisi pandemi yang belum selesai.

Pelaksanaan audit sedapat mungkin dilakukan dengan menggunakan media teknologi

informasi dan komunikasi, antara lain seperti melalui video, aplikasi messaging, dan surat

elektronik. Tatap muka dan kunjungan lapangan secara fisik dapat dilakukan dalam hal

sangat diperlukan. Dalam memastikan kualitas audit, auditor perlu memperhatikan hal-

hal berikut:

1. Komunikasi, secara tertulis dengan menggunakan surat elektronik (surel) melalui

alamat surel resmi instansi; video yang didokumentasikan dan dibuatkan notulen;

2. Dalam hal diperlukan dokumen asli, Klien Pengawasan dapat mengirimkan dokumen

tersebut menggunakan jasa pengiriman yang diasuransikan

3. Jika diperlukan observasi dan pemeriksaan fisik, dilakukan komunikasi melalui video

yang didokumentasikan dan dibuatkan notula/berita acara; atau kunjungan lapangan

secara fisik dengan tetap memperhatikan ketentuan pembatasan kontak dan social

distancing.

Tantangan terakhir datang dari hambatan dan akses tim audit. Satuan kerja atau

objek pemeriksaan berasal dari berbagai jenis dan kewenangan. Sebagai contoh, fasilitas

pelayanan kesehatan yang menerima insentif dan santunan kematian dapat berasal dari

rumah sakit, kantor kesehatan pelabuhan, balai besar teknik kesehatan lingkungan dan

pengendalian penyakit, balai teknik kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit,

dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, pusat kesehatan masyarakat,

laboratorium, balai besar kesehatan paru masyarakat. Sebagai tambahan, untuk rumah

sakit sendiri dapat berasal dari unit vertikal Kementerian Kesehatan RI, milik swasta, miliki

Kepolisian Negara Republik Indonesia, milik Tentara Nasional Indonesia, dan juga rumah

artikel

Page 37: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

37INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

verifikasi, tahap pencairan insentif sampai santunan kematian. Tahapan tersebut jugalah yang dijadikan fokus utama dalam pelaksanaan audit ini.

Pelaksanaan audit ini nantinya akan terus dilakukan, berdasarkan pandangan dan prediksi dari segenap pihak terkait, pelaksanaan kegiatan pemberian insentif dan santunan kematian ini berpotensi akan berlanjut di tahun depan.

Dalam perencanaan kegiatan di tahun 2021, pelaksanaan audit ini termasuk fokus utama dari Inspektorat IV Itjen Kementerian Kesehatan RI sebagai upaya dalam mengawal pelaksanaan pemberian insentif dan santuan kematian bagi tenaga kesehatan yang menangani Covid-19.

Referensi:1. Surat Kementerian Keuangan Republik

Indonesia Nomor: S-239/MK.02/2020 tertanggal 24 Maret tahun 2020 tentang Insentif bulanan dan Santunan Kematian bagi Tenaga Kesehatan yang Menangani COVID-19.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/278/2020 Tentang Pemberian Insentif Dan Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

3. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/347/2020 tentang Pelaksanaan Pemberian Insentif dan Santunan Kematian bagi Tenaga Kesehatan yang Menangani Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/392/2020 Tentang Pemberian Insentif Dan Santunan Kematian Bagi TenagaKesehatan Yang Menangani Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor HK.01.07/MENKES/447/2020 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/392/2020 Tentang Pemberian Insentif Dan Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

6. Pedoman Audit Pemberian Insentif dan Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI tahun 2020. n

Penulis:Bondan Wicaksono Adhi, SE, MBAAuditor Ahli Pertama Inspektorat IVItjen Kemenkes RI.

sakit lapangan antara lain Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet, Rumah Sakit

Darurat Pulau Galang, dan lain sebagainya. Begitu beragamnya satuan kerja yang diaudit

menuntut tim audit dan pimpinan untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi lintas

instansi. Tanpa adanya koordinasi dan komunikasi yang baik, resistensi kepada tim audit

akan sangat tinggi dan berpotensi menggagalkan tercapainya tujuan audit.

Pelaksanaan audit bertujuan untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan pemberian

insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang menangani COVID-19

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, transparan dan akuntabel. Selain itu,

pelaksanaan audit juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi atas permasalahan

yang terjadi dalam pelaksanaan pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga

kesehatan yang menangani COVID-19.

Ruang lingkup pengawasan adalah Pemberian Insentif Dan Santunan Kematian

Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

bersumber pada Dana APBN Kementerian Kesehatan RI.

Audit terbatas pada kelengkapan administrasi dan ketepatan sasaran penerima

insentif serta santunan sesuai ketentuan pada tahap usulan, verifikasi, dan

pemberian/penyaluran insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang

menangani COVID-19.

Pada tahap perencanaan audit, tim auditor telah menyusun simpul-simpul risiko

yang berpotensi pada pelaksanaan pemberian insentif dan santunan kematian bagi

tenaga kesehatan yang menangani COVID-19 mulai dari tahap pengusulan, verifikasi,

dan juga tahap pencairan insentif dan santunan kematian. Ketiga tahap tersebut jugalah

yang dijadikan fokus utama dalam pelaksanaan audit ini.

GGaammbbaarr 33.. SSiimmppuull--ssiimmppuull RRiissiikkoo

Page 38: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

38 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) sebagai pandemi global, Presiden Joko Widodo akhirnya menetapkan

penyebaran wabah mematikan itu sebagai bencana nasional. Status darurat ini mulai berlaku per 13 April 2020.

Penetapan penyebaran Covid-19 sebagai bencana tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional. Bencana Non-Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Pasca penetapan keadaan darurat tersebut, para Menteri, pimpinan lembaga

dan kepala daerah segera mengambil langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka percepatan Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) penanganan darurat dalam rangka penanganan Covid-2019.

Bentuk penanganan keadaan darurat sudah pasti memerlukan barang/jasa yang bersifat mendesak, dimana pemenuhannya mensyaratkan kecepatan dan ketepatan. Dalam kondisi darurat pandemi Covid-19 saat ini, pengadaan tersebut membantu pemenuhan kebutuhan kesehatan, seperti Alat Pelindung Diri (APD), masker, hand sanitizer, obat-obatan, dan peralatan mendesak lainnya.

Dari sisi jenis, jumlah dan waktu, pemenuhan kebutuhan barang/jasa yang tidak direncanakan sebelumnya, tidak bisa ditunda karena keadaan darurat membutuhkan penanganan yang cepat,

Cara Hindari Jerat Hukum Dalam PBJ di Masa Darurat bo

robu

durn

ews.

com

artikel

Page 39: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

39INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

khususnya dalam PBJ untuk kebutuhan penanganan Covid-19 bagi tenaga medis maupun masyarakat dan berbagai barang dan jasa kesehatan lainnya, serta pemenuhan kebutuhan komoditas pangan.

Kondisi darurat tersebut memberikan kewenangan kepada Pemerintah untuk melakukan proses PBJ melalui mekanisme dalam keadaan darurat.

Namun dalam pelaksanaannya, aparatur pemerintah yang menjalankan PBJ tersebut khawatir terjerat kasus hukum. Ada alasan sosiologis dan psikologis tersendiri saat menjalankan kegiatan PBJ. Maklumlah, sebagian besar kasus hukum yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan terkait korupsi adalah pada kegiatan PBJ.

Bagi pejabat pengadaan, kasus hukum yang muncul dalam PBJ bisa memicu efek psikis lantaran sejumlah putusan hakim tentang kasus korupsi pada kegiatan PBJ, sering ditemukan kelemahan dalam konstruksi hukum dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara korupsi PBJ.

Kekhawatiran itu makin bertambah tatkala KPK dan elemen masyarakat antikorupsi selalu memberikan peringatan tegas bahwa pelaku korupsi di tengah situasi pandemi Covid-19 yang telah ditetapkan sebagai darurat bencana non alam dan berskala nasional, dapat dijatuhi hukuman mati berdasarkan pada Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Bukan tak mungkin, kondisi darurat sekarang ini bisa digunakan oleh sekelompok orang untuk melakukan kejahatan korupsi, khususnya korupsi pada PBJ pemerintah. Ada beberapa kejadian masa lalu yang dapat dijadikan contoh bagaimana pada saat kondisi darurat bencana pejabat pengguna

anggaran (PA), kuasa pengguna anggaran (KPA), atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) terjebak dalam jeratan kasus korupsi meskipun secara kontekstual ilmu hukum masih dapat diperdebatkan apakah murni para pelaku melakukan tindak pidana atau kesalahan administrasi atau hanya peristiwa wanprestasi kontrak keperdataan.

Masalah PBJ & PenyelesainnyaDari uraian di atas, terdapat beberapa

permasalahan yang dihadapi oleh aparat pemerintah khususnya para pelaku pengadaan di pemerintahan untuk melaksanakan PBJ dalam penanganan Covid-19. (1) Mekanisme untuk dengan cepat memenuhi kebutuhan pengadaan barang/jasa dalam kondisi darurat. (2) Kemampuan keuangan Negara untuk menyediakan barang/jasa segera dan dalam jumlah yang mencukupi. (3) Perlindungan hukum Pelaku Pengadaan pada pengadaan Barang/Jasa dalam kondisi darurat.

Untuk dapat menjawab ketiga permasalahan tersebut, penulis melakukan analisa permasalahan dengan memperhatikan peraturan dan ketentuan yang mengatur tentang Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19.

(1) Mekanisme untuk dengan cepat memenuhi kebutuhan pengadaan barang/jasa dalam kondisi darurat. Pengadaan barang/jasa pada waktu kondisi darurat telah diatur sedemikian rupa pada Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Perpres PBJ). Istilah “keadaan darurat” yang digunakan dalam Perpres PBJ menggunakan istilah “keadaan tertentu” dimana proses pelaksanaan PBJ dilakukan melalui Penunjukan Langsung.

Peraturan teknis selanjutnya terkait PBJ dalam keadaan darurat secara lengkap

Page 40: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

40 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

diuraikan dalam Peraturan Kepala (Perka) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 13 Tahun 2018 (Perka LKPP No. 13/2018). Terdapat perbedaan dengan proses PBJ dalam kondisi normal, yaitu pada penunjukan langsung dilakukan dalam waktu relatif lebih cepat, tidak perlu mengumumkan pada website LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik), tidak perlu ada proses evaluasi harga, dan pejabat yang melaksanakan adalah langsung PA, KPA, dan PPK), tidak perlu membentuk Kelompok Kerja Pengadaan.

PA, KPA, atau PPK langsung dapat mengidentifikasi kebutuhan, menganalisis ketersediaan, menunjuk penyedia, menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ), menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), membuat dan menandatangani kontrak, pelaksanaan pekerjaan, serta serah terima pekerjaan.

Lalu, bagaimana tahapan PBJ dalam Keadaan darurat? Bencana wabah Covid-19 sendiri termasuk dalam kriteria keadaan darurat. Hal ini diatur dalam pasal 5 Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Dalam Penanganan Keadaan Darurat.

Dalam peraturan tersebut, diatur tahapan PBJ dalam penanganan keadaan darurat yang meliputi: perencanaan pengadaan, pelaksanaan pengadaan yang dapat dilakukan dengan penyedia maupun swakelola, dan penyelesaian pembayaran.

Perencanaan pengadaan meliputi identifikasi kebutuhan barang/jasa, analisis ketersediaan sumber daya, dan penetapan cara PBJ. Pengguna Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melakukan identifikasi kebutuhan berdasarkan hasil pengkajian cepat di lapangan.

Selanjutnya, PA atau KPA menetapkan kebutuhan barang/jasa dalam rangka penanganan darurat untuk penanganan Covid-19 dan memerintahkan PPK untuk melaksanakan PBJ. Kebutuhan barang/jasa dapat diidentifikasi dari kegiatan penanganan darurat.

Pada tahap pelaksanaan dan akhir PBJ, PPK menempuh langkah-langkah berikut:a. Menunjuk penyedia yang antara lain

pernah menyediakan barang/jasa sejenis di instansi pemerintah atau sebagai penyedia dalam Katalog Elektronik. Penunjukan penyedia dilakukan walaupun harga perkiraannya belum dapat ditentukan. Untuk pengadaan barang, jasa lainnya dan pekerjaan konstruksi diutamakan menggunakan jenis Kontrak Harga Satuan.

b. Untuk pengadaan barang, PPK menerbitkan surat pesanan yang disetujui oleh penyedia, meminta penyedia menyiapkan bukti kewajaran harga barang, dan melakukan pembayaran berdasarkan barang yang diterima. Pembayaran dapat dilakukan dengan uang muka atau setelah barang diterima (termin atau seluruhnya).

c. Untuk pengadaan pekerjaan konstruksi/jasa lainnya/jasa konsultansi, PPK menerbitkan Surat Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) dan Surat Perintah MulaiKerja (SPMK), PPK juga harus meminta penyedia menyiapkan bukti kewajaran harga, dan menandatangani kontrak dengan penyedia berdasarkan Berita Acara Perhitungan Bersama dan Berita Acara SerahTerima Hasil Pekerjaan, serta melakukan pembayaran berdasarkan SPPBJ. Pembayaran dapat dilakukan dengan uang muka atau setelah pekerjaan selesai (termin atau seluruhnya).

artikel

Page 41: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

41INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

d. Pada pekerjaan konstruksi, setelah ditetapkan bentuk pekerjaan penanganan keadaan darurat yang akan dilaksanakan berdasarkan hasil pemeriksaan bersama, yaitu dapat berupa pekerjaan konstruksi darurat dan konstruksi permanen.

e. Penggunaan konstruksi permanen diperbolehkan jika penyerahan pekerjaan diperkirakan masih dalam kurun waktu keadaan darurat atau penanganan keadaan darurat hanya dapat diatasi dengan konstruksi permanen untuk menghindari kerugian negara/masyarakat yang lebih besar lagi.

f. Pada prinsipnya, penanganan keadaan darurat mengggunakan konstruksi darurat. Hal ini disebabkan sifat pekerjaan harus segera dilaksanakan dan diselesaikan dengan segera karena menyangkut keamanan dan keselamatan masyarakat, menghindari kerugian negara/masyarakat yang lebih besar, dan/atau terhentinya kegiatan public service.

g. PBJ dapat ditempuh dengan cara swakelola yang dilaksanakan dengan tahapan: (1) Mengoordinasikan pihak lain yang akan terlibat dalam penanganan darurat; (2) Pemeriksaan bersama dan rapat persiapan; (3 ) Pelaksanaan pekerjaan; dan (4) Serah terima hasil pekerjaan.

h. Untuk memastikan kewajaran harga setelah dilakukan pembayaran, PPK dapat meminta audit oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) atau Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

(1) Monitoring, Evaluasi, dan PelaporanMonitoring, evaluasi, dan pelaporan

dilakukan oleh KPA/PPK terhadap tahapan kegiatan pengadaan dalam penanganan

darurat. Monitoring dilakukan oleh KPA/PPK dan dapat dibantu oleh pihak lain yang independen dan/atau pengguna/penerima akhir terhadap pelaksanaan PBJ dalam penanganan keadaan darurat dengan pemantauan lapangan atau laporan yang diberikan oleh penyedia.

Monitoring dilakukan terhadap kesesuaian kebutuhan pengadaan dengan hasil identifikasi kebutuhan dan analisis ketersediaan sumber daya dan kesesuaian antara kebutuhan pengadaan dengan hasilpekerjaan yang sedang/telah dilakukan.

Evaluasi dilakukan oleh KPA/PPK untuk menganalisis kendala yang dihadapi dan menyusun rencana tindak lanjut untuk memitigasi atau memprediksi kejadian/kondisi yang berpotensi menghambat pelaksanaan pekerjaan. Setelah selesainya pekerjaan, KPA/PPK menyusun laporan penyelesaian pekerjaan dan diserahkan kepada Pengguna Anggaran.(2) Kemampuan keuangan Negara untuk menyediakan barang/jasa segera dan dalam jumlah yang mencukupi.

Presiden Joko Widodo telah menandatangani Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2020 tentang Refocusing Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan CoronaVirusDisease 2019 (COVID-19).Setelah Presiden mengesahkan Inpres itu, Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah diminta segera merevisi anggaran dan mengajukannya kepada Menteri Keuangan.

Selain itu, Inpres ini juga mengatur agar K/L mempercepat pelaksanaan pengadaan barang dan jasa untuk penanggulangan Covid-19 dengan memperluas serta mempermudah akses sesuai UU Penanggulangan Bencana dan aturan turunannya.

Page 42: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

42 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Menteri Keuangan telah mengidentifikasi anggaran belanja kementerian dan lembaga APBN 2020 senilai Rp 62,3 triliun, yang bisa direalokasi untuk dana penanganan penyebaran COVID-19.(3) Perlindungan hukum Pelaku Pengadaan pada pengadaanBarang/Jasa dalam kondisi darurat.

Dalam mendukung penanganan keadaan darurat, peran pelaku pengadaan sangat vital untuk penanganan Covid-19. Oleh karena itu, pelaku pengadaan harus mempelajari regulasi terkait pengadaan barang/jasa, terutama dalam keadaan darurat, sehingga

WAKIL Ketua KPK Nurul Ghufron mengharapkan pelaksana pengadaan barang dan jasa dapat secara cepat dan responsif memenuhi kebutuhan tanggap darurat wabah Covid-19. Dia juga menegaskan bahwa dalam kondisi darurat seperti saat ini, pengadaan barang dan jasa mengikuti Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (LKPP) nomor 13 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa, yaitu tahapannya mulai perencanaan, pelaksanaan pengadaan dan pembayaran.

“Sebagaimana diatur di pasal 6 mekanismenya dapat dilakukan dengan penunjukan langsung. Pelaksana pengadaan barang dan jasa tidak perlu khawatir sepanjang pengadaan barang dan jasa itu dilakukan dengan itikad baik untuk mengatasi virus Covid-19 dan tidak mengambil kesempatan dalam kondisi darurat Corona ini, untuk tujuan dan kepentingan lain selain untuk menolong masyarakat dan mengantisipasi segala kondisi dalam tanggap darurat corona ini,” kata Nurul.

Sebelumnya, Ketua KPK Firli Bahuri

mengatakan, pihaknya tak segan untuk menindak penyelenggara negara yang memanfaatkan wabah virus Covid-19 untuk mencuri uang negara. Bahkan, pelaku korupsi saat bencana seperti wabah Covid-19 dapat diancam dijatuhi pidana mati seperti yang tercantum dalam UU nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor).

Sebagai informasi, Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam Bab VIII menjelaskan tentang penanganan keadaan darurat sebagaimana pasal 59 ayat (5) menyebutkan “Untuk penanganan keadaan darurat, PPK menunjuk Penyedia terdekat yang sedang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa sejenis atau Pelaku Usaha lain yang dinilai mampu dan memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan Pengadaan”.

Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Dalam Penanganan Keadaan Darurat dalam BAB III menyebutkan Tata Cara Pengadaan Barang/

dapat mengurangi kecemasan sebagai pelaku pengadaan.

Selanjutnya mengimplementasikan regulasi tersebut sebagai pedoman sebagai pemenuhan administrasi negara berkaitan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang merupakan rangkaian manajemen, prosedur-prosedur yang harus ditempuh.

Pengadaan barang/jasa merupakan bagian dari ilmu administrasi negara, diatur dalam hukum administrasi negara yang mengacu pada administrasi pemerintahan, maka kalau ingin terhindar dari permasalahan hukum, modal utamanya adalah tertib administrasi.

Ancaman Hukuman Mati

artikel

Page 43: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

43INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Jasa yang diuraikan pada Pasal 6 ayat 1-6, yang secara tersurat dan tersirat menyebutkan “dapat melakukan penunjukan langsung dengan melalui tahapan perencanaan pengadaan, pelaksanaan pengadaan, dan penyelesaian pembayaran”.

Sedangkan pada pasal 7 ayat (1) dan (2) menyebutkan peran APIP mengawasi dan memberikan pendampingan untuk kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dalam Penanganan Keadaan Darurat sejak proses perencanaan sampai dengan pembayaran dan melakukan audit dan atas laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat mengenai penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang dalam Pengadaan Barang/Jasa Penanganan Keadaan Darurat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaku Pengadaan kecuali Penyedia dilindungi dengan mendapatkan pelayanan hukum berupa pemberian bantuan hukum sejak proses penyelidikan hingga tahap putusan pengadilan terkait pelaksanaan tugas dalam bidang Pengadaan Barang/Jasa sepanjang tidak tertangkap tangan seseuai pasal 8.

Tertib administrasi dengan melakukan dokumentasi atas semua kegiatan dilakukan, sehingga terhindar dari permasalahan hukum.

Terakhir, pelaku pengadaan agar membulatkan tekad, menguatkan prinsip, dan keteguhan hati, dalam mengelola keuangan Negara. Hindari pengaruh intervensi dari siapapun dan jangan terpengaruh godaan sesaat. Niatkan ini sebagai ibadah.

PBJ dalam penanganan keadaan bencana seperti saat ini, merupakan seni. Ia menggabungkan ilmu, strategi dan taktik untuk mencapai tujuan pengadaan melalui upaya terbaik dengan mengoptimalkan

mitigasi resiko, tetap memperhatikan prinsip dan etika pengadaan, serta regulasi sebagai panglima.

Untuk pengadaan barang/jasa dalam kondisi pandemi Covid -19, sudah waktunya kita bergerak cepat dan tepat untuk mengatasinya karena telah ada aturan dan ketentuan yang jelas. Sepanjang pelaku pengadaan tidak memiliki niat untuk mengambil kesempatan mengorbankan kepentingan masyarakat untuk kepentingan pribadi, pengadaan dapat melaksanakan tugasnya dengan tenang.

Akhir kata, marilah kita semua berbuat dan berdoa yang terbaik, Semoga kondisi darurat pandemi Covid- 19 ini segera berakhir. n

Referensi:1. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun

2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang PenetapanBencana Non-Alam Penyebaran CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.

3. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Dalam Penanganan Keadaan Darurat

4. Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran serta Pengadaan Barang dan Jasa dalam rangka Percepatan Penanganan Virus Corona atau Covid-19

5. https://www.tribunnews.com/nasional/2020/03/23/kpk-sebut-pengadaan-barang-dan-jasaterkait-corona-bisa-dilakukan-penunjukan-langsung.

Penulis:dr. Abdul JamaludinAuditor Ahli Pertama Inspektorat Investigasi Kemenkes RI

Page 44: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

44 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

“Anjing Menggonggong Kafilah Tetap Berlalu”. Perumpamaan ini nampaknya cocok dengan situasi yang dihadapi

para Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), khususnya di lingkungan Kementerian Kesehatan. Meski pandemi masih melanda dan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah masih diberlakukan, namun tugas sebagai pengawas tata kelola di pemerintahan tetap harus dilaksanakan. Tentu saja dengan tetap memakai protokol kesehatan.

Tugas tersebut tak bisa ditunda lantaran penyelesaian tindak lanjut atas Laporan

Hasil Pengawasan (LHP) APIP dan BPK wajib dilaksanakan oleh satuan kerja pemerintahan khususnya di lingkungan Kementerian Kesehatan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2019 tentang Tata Kelola Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Kesehatan Pasal 10 yang menyatakan bahwa satuan kerja memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tindak lanjut baik hasil pemeriksaan BPK, maupun hasil pengawasan APIP (Inspektorat Jenderal dan BPKP).

Tak Ada PenghalangPerbaiki Organisasi

med

iain

done

sia.

com

artikel

Page 45: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

45INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Merujuk pada Laporan Ikhtisar Hasil Pengawasan Semester I Tahun 2020, saldo terhadap LHP Inspektorat Jenderal sampai tanggal 30 Juni 2020 adalah sebanyak 668 LHP, 1.742 temuan, 4.180 rekomendasi dengan Nilai Temuan sebesar Rp63.218.488.034,113. Sedangkan saldo kerugian negara terhadap LHP BPK Tahun 2008-2019 sesuai dokumen tindak lanjut yang diterima oleh Inspektorat Jenderal sampai dengan posisi 30 Juni 2020 adalah sebesar Rp50.597.078.336,43 yang belum selesai ditindaklanjuti.

Hal ini menunjukkan masih terdapat satuan kerja yang belum berkomitmen penuh dalam menyelesaikan rekomendasi LHP BPK dan APIP. Belum lagi ditambah adanya kebijakan Work From Home (WFH) sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19, menyebabkan satuan kerja kesulitan untuk bertemu untuk memberikan dokumen tindak lanjut yang sudah disiapkan dan menjelaskannya kepada tim Inspektorat Jenderal Kemenkes. Alhasil, tindak lanjut yang dilakukan terlihat tidak bergerak secara signifikan.

Apa dampak bila rekomendasi atas LHP tidak ditindaklanjuti? Pada dasarnya, rekomendasi atas temuan di dalam LHP dibuat untuk perbaikan pada satuan kerja di masa mendatang. Maka, bila tidak dilaksanakan, perbaikan tersebut tidak akan terwujud.

Dalam lingkup satuan kerja sendiri,

pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi dalam LHP tersebut merupakan salah satu syarat untuk dapat mengajukan menjadi satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)/ Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Syarat tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah yang menyatakan bahwa persentase TLHP minimal 100% temuan hasil pemeriksaan (internal dan eksternal) telah ditindaklanjuti untuk menuju WBK dan WBBM.

Selain itu, penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi khususnya untuk LHP BPK juga menjadi salah satu dasar BPK memberikan Opini atas Laporan Keuangan Pemerintah untuk Kemenkes dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Pandemi Tak Menjadi AlasanMengingat pentingnya tindak lanjut

atas rekomendasi LHP APIP dan BPK tersebut, maka tidak ada alasan untuk tidak melaksanakannya meskipun kondisi pandemi COVID-19 dan WFH seperti saat ini. Tindak Lanjut atas LHP tersebut harus tetap

jaba

tanf

ungs

iona

laud

itor.fi

les.

wor

dpre

ss.c

om

Page 46: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

46 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

dilaksanakan sesuai dengan Permenkes Nomor 84 Tahun 2019, walaupun tanpa tatap muka.

Pelaksanaan tindak lanjut LHP untuk temuan Itjen dilakukan paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak LHP diterima, dan untuk LHP BPK paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak LHP diterima.

Kemudahan teknologi dapat membantu satuan kerja dalam menindaklanjuti rekomendasi di dalam LHP tersebut tanpa tatap muka. Dokumen tindak lanjut dapat diubah dalam bentuk digital dan dikirimkan secara online ke tim Pemantauan Tindak Lanjut di Itjen.

Begitu pula pelaksanaan Monitoring Evaluasi dan pembahasan penyelesaian rekomendasi LHP untuk tindak lanjut sendiri dapat dilaksanakan secara daring dengan memanfaatkan aplikasi yang ada.

Hal yang menjadi kekhawatiran pemerintah pada masa pandemi Covid-19 ini selain risiko kesehatan dan kematian yang tinggi akibat Covid-19 adalah

pemulihan ekonomi. Pemerintah pun telah menganggarkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp695,20 triliun, angka yang sangat tinggi yang tentu berisiko dalam hal tata kelola dan akuntabilitas.

Pada sisi lain, serapan anggarannya juga masih rendah sebesar Rp254,4 triliun atau 36,6% (detikfinance, 18/9/2020). Terbitnya PP No. 43 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau Menghadapi Ancaman yang

APIP Pengawal PEN

Tidak ada penghalang yang dapat menghambat kita dalam memperbaiki organisasi menjadi lebih baik. Selama kita berkomitmen di dalamnya, maka pelaksanaan perbaikan itu dapat dikerjakan dalam kondisi apapun. n

Referensi:1. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2019 tentang Tata Kelola Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

3. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

4. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun

Membahayakan Perekonomian Nasional dan /atau Stabilitas Sistem Keuangan, serta Penyelamatan Ekonomi Nasional, bertujuan untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.

Mengingat kondisi masih status darurat bencana dan anggaran penanganan Covid-19 sangat tinggi, tentu ada risiko melekat dalam pengelolaan anggaran negara. Beberapa hal yang berpotensi risiko yang dapat menghambat pemulihan ekonomi nasional di antaranya (1) Kerumitan administrasi sehingga birokrat terlalu berhati-hati dalam menyerap anggaran agar tidak terjerat potensi korupsi, (2) Prosedur penyerapan dan penggunaan dana anggaran yang ketat dan rentan bersinggungan dengan tuduhan tindak pidana korupsi, (3)

artikel

Page 47: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

47INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

memperkuat peran APIP. Untuk efektivitas pencapaian

pengawasan dalam mengawal Program PEN, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh APIP, yaitu (1). Sinergi dengan APH, yang meliputi koordinasi pencegahan tindak pidana korupsi dan deteksi indikasi penyimpangan/fraud dengan bertukar informasi dan data; mengedepankan peran APIP dalam melakukan investigasi sebelum ditindaklanjuti oleh APH; dan menyampaikan hasil investigasi APIP kepada APH apabila ditemukan unsur tindak pidana korupsi. (2). Sinergi dengan BPK, yang meliputi APIP memberikan pendampingan saat melakukan pengumpulan data dalam pelaksanaan pemeriksaan oleh BPK; APIP menyedian data hasil pengawasan Program PEN kepada BPK, dan APIP mengkoordinasikan tindak lanjut rekomendasi BPK.(sumber: https://www.suaramerdeka.com/news/

opini/242377-peran-apip-dalam-pemulihan-ekonomi).

Teknis penyerapan yang belum tentu ada niat jahat (mens rea), tapi bisa dipidana, dan (4) Belum adanya aturan untuk menghindari dipidanakan pemerintah daerah berkaitan penyerapan anggaran, sebelum ada audit dan temuan kerugian negara.

Selain beberapa faktor penghambat implementasi program PEN terdapat beberapa potensi risiko fraud , yaitu (1) Perencanaan dan pergeseran anggaran tidak sesuai kebutuhan, (2) Realisasi belanja dan pembiayaan tidak tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat kualitas, (3) Pertanggungjawaban tidak benar, dan (4) Penurunan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Karena itu, untuk mencapai tujuan Program PEN baik di tingkat pusat maupun daerah diperlukan pengawalan kebijakan tersebut, jangan sampai terjadi tindakan korupsi/kecurangan (fraud). Salah satu upaya untuk mengawal Program PEN adalah

2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

6. Peraturan Menteri KesehatanNomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

7. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 45 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Bagi Aparatur Sipil Negara Pada Instansi Pemerintah yang Berada di Wilayah Dengan

Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar.

8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsidan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah.

9. Laporan Ikhtisar Hasil Pengawasan Semester I Tahun 2020 Kementerian Kesehatan RI.

Penulis:Gustian Yondi Pramudita, SKM, CIAP Auditor Ahli Pertama Inspektorat Investigasi Kemenken RI

Page 48: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

48 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Upaya pemerintah dalam pengendalian COVID-19 sebagai antisipasi lonjakan pasien COVID-19 sudah memadai baik dari SDM kesehatan maupun ketersediaan tempatisolasi pasien. Pemerintah terus bekerja keras untuk meningkatkan angka kesembuhan pasien COVID-19.

Kemenkes selalu menghimbau untuk selalu patuh pada protokol kesehatan dan partisipasi dari semua pihak terutama peran dari masyarakat dan semua sektor untuk disiplin memakai masker, jaga jarak dan rajin cuci tangan pakai sabun.

Upaya Kemenkes dalam pengendalian COVID-19

48 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

data & fakta

Page 49: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

49INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Menempatkan SDM kesehatan di seluruh Rumah Sakit dan Lab/

Sarana Kesehatan.

*termasuk di dalamnya dokter spesialis paru, anestesi, penyakit dalam, dokter umum, dokter internship, Tim Nusantara Sehat,

perawat serta tenaga kesehatan lain.

Menyiapkan 132 Rumah Sakit Rujukan COVID-19 di seluruh Indonesia.

*berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/169/2020 ada 132 rumah sakit rujukan COVID-19

Terbitkan Surat Edaran Menteri Kesehatan tentang Kesiapsiagaan

Menghadapi Novel Coronavirus.

Memberikan bantuan APD kepada tenaga kesehatan dan masyarakat.

Memberikan sosialisasi dan edukasi dalam rangka

pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) melalui

media sosial

49INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

Page 50: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

50 INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

1 ADTT RSUP Hoesni Palembang

2 Kunjungan Polda ke investigasi dalam rangka TL kasus Poltekkes Mataram

3 Uji petik audit insentif dan santunan kematian tenaga kesehatan yang menangani COVID-19 di RSPAD Gatot Soebroto

4 Klarifikasi ke RSUP Sanglah

5 SPIP ke RS M Djamil

galeri foto

1

2

3

4 5

50

Page 51: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

51INFORWAS • EDISI I • TAHUN 2020

6 Uji fisik ke Puskesmas Sanggau

7 Upetik audit insentif dan santunan kematian tenaga kesehatan yang menangani COVID-19 di RSUP dr. Sardjito DIY

8 Foto bersama pada kegiatan uji petik audit insentif dan santunan kematian tenaga kesehatan yang menangani COVID-19 di RSUP dr. Sardjito DIY

9 Uji fisik PKKN ke Polda NTB dalam rangka ADTT Poltekkes Mataram

Collected by: Juwita Puspita

6

7

8

9

Page 52: COVER DEPAN (FILE TERPISAH) - kemkes.go.id

COVER BELAKANG(FILE TERPISAH)