copy of sangkuriang gagal naik haji

9
SANGKURIANG GAGAL NAIK HAJI Pada zaman dahulu hiduplah seorang perempuan yang sangat cantik. dari keluarga yang sangat dihormati, banyak laki-laki yang tertarik padanya akan tetapi tidak ada satupun yang membuat Dayang Sumbi jatuh hati hingga akhirnya terjadi suatu peristiwa dengan Tumang yang kini ia mempunyai seorang putra bernama Sangkuriang. Dari sinilah semuanya berasal. 9 tahun kemudian .... Matahari mulai terbit menyingkirkan malam yang dingin. Burung-burung berkicau seperti nyanyian yang merdu. Di sebuah rumah yang cukup mewah dengan berbagai hiasan di dinding dan disekeliling ruangan, kursi yang terbuat dari bambu yang unik tertata rapi di ruangan itu, secangkir air dan teko air berada di samping bunga-bunga berserakan di meja, terlihat 2 orang perempuan yang sedang merangkai bunga. Dayang Sumbi : “tolong masukan yang ini ke dalam vas ya.” Kata dayang sumbi dengan menyodorkan rangkaian bunga yang sudah jadi. Siti : “baik nyonya.” Menerima rangkaian bunga dan memasukan ke dalam vas dengan santun. Masuklah seorang laki-laki (sangkuriang) dengan rambut yang berantakan, baju yang kucel berjalan sempoyongan dengan mulut yang menguap lebar menghampiri Dayang Sumbi. Sangkuriang : “ibu lapar.” Rengek sangkuriang dengan menarik narik baju ibunya. Dayang Sumbi: “ia sebentar lagi ya.” Jawab Dayang Sumbi sambil mengelus rambut anaknya dengan kasihnya dan melanjutkan merangkai bunga. Sangkuriang : “ibu lapar!” teriak sangkuriang dengan menggaruk garuk kepalanya.

Upload: giyonx

Post on 03-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Copy of Sangkuriang Gagal Naik Haji

SANGKURIANG GAGAL NAIK HAJI

Pada zaman dahulu hiduplah seorang perempuan yang sangat cantik. dari keluarga yang sangat dihormati, banyak laki-laki yang tertarik padanya akan tetapi tidak ada satupun yang membuat Dayang Sumbi jatuh hati hingga akhirnya terjadi suatu peristiwa dengan Tumang yang kini ia mempunyai seorang putra bernama Sangkuriang. Dari sinilah semuanya berasal.

9 tahun kemudian ....

Matahari mulai terbit menyingkirkan malam yang dingin. Burung-burung berkicau seperti nyanyian yang merdu. Di sebuah rumah yang cukup mewah dengan berbagai hiasan di dinding dan disekeliling ruangan, kursi yang terbuat dari bambu yang unik tertata rapi di ruangan itu, secangkir air dan teko air berada di samping bunga-bunga berserakan di meja, terlihat 2 orang perempuan yang sedang merangkai bunga.

Dayang Sumbi : “tolong masukan yang ini ke dalam vas ya.” Kata dayang sumbi dengan menyodorkan rangkaian bunga yang sudah jadi.

Siti : “baik nyonya.” Menerima rangkaian bunga dan memasukan ke dalam vas dengan santun.

Masuklah seorang laki-laki (sangkuriang) dengan rambut yang berantakan, baju yang kucel berjalan sempoyongan dengan mulut yang menguap lebar menghampiri Dayang Sumbi.

Sangkuriang : “ibu lapar.” Rengek sangkuriang dengan menarik narik baju ibunya.

Dayang Sumbi: “ia sebentar lagi ya.” Jawab Dayang Sumbi sambil mengelus rambut anaknya dengan kasihnya dan melanjutkan merangkai bunga.

Sangkuriang : “ibu lapar!” teriak sangkuriang dengan menggaruk garuk kepalanya.

Dayang Sumbi: (menghela nafas) “ia, ibu akan masak dulu ya. Tolong selesaikan ini” Jawab Dayang sumbi dan memerintahkan palayannya lalu ia menuju ke dapur.

Sesampainya didapur ia langsung mencari-cari bahan makanan dari meja hingga almari namun yang ia temukan hanyalah padi yang belum ditumbuk dan sedikit beras.

Dayang Sumbi: “inem!” teriak Dayang Sumbi mencari pelayannya.

Inem : “iya nyonya.” Jawabnya dengan sedikit berlari dengan tangan yang penuh busa.

Dayang Sumbi: “kamu belum pergi kepasar?” tanyanya.

Inem : “maaf nyonya, belum sempat.” Dengan kepala menunduk.

Dayang Sumbi: “inikan tugas kamu, apa yang sedang kau lakukan sih?” tanya Dayang Sumbi sedikit membentak.

Page 2: Copy of Sangkuriang Gagal Naik Haji

Inem : “mencuci baju.” Dengan terbata bata.

Flashback

Banyak pakaian yang berserakan, terlihat inem yang bermalas-malasan.

Inem : “ih, males banget deh, masa tangan yang selembut ini disuruh kerja kasar kaya begituan.” Gerutu inem, akhirnya ia hanya mencelupkan baju lalu angkat dan jemur. Terdengar suara yang memanggilnya.

Inem : “sial nyonya memanggil, iya!” jawab inem lalu mencelupkan tangannya ke wadah yang penuh sabun yang agar dikira bekerja dengan keras.

Flashback end.

Sangkuriang : “bu sudah matang belum?” tanya sangkuriang dengan cemberut.

Dayang Sumbi : “belum, sabar sebentar, ini inem mau pergi kepasar.” Jawab dayang sumbi.

Sangkuriang : “ah lama, biar aku berburu aja sama Tumang, sekalian melatih keterampilanku dalam memanah.” Jawab Sangkuriang dengan antusias dan meragakan bagaimana ia memanah.

Dayang Sumbi : “baiklah, hati-hati ya.” Jawab Dayang Sumbi dengan sedikit berteriak karena Sangkuriang sudah lari duluan. Ia tersenyum.

Ditengah hutan yang tidak begitu rindang, tetesan embun masih tersisa, udara sudah semakin hangat. Daun berjatuhan diterpa seglintrir angin tertabrak oleh laki-laki (Sangkuriang) yang tengah berlari mengejar buruannya. Ia mengangkat busurnya dan bersiap untuk memanah namun karena gonggongan si Tumang buruannya kabur dan anak panahpun meleset.

Sangkuriang : “kenapa kau menggonggong sih, lihat dia jadi kaburkan.” Sangkuriang marah-marah dibuatnya. Tumang hanya terdiam.

Beberapa saat kemudian

Matahari sudah meninggi, namun satu tangkapanpun belum ia dapatkan. Karena lelah ia bersandar dipohon. Tiba-tiba ia melihat buruannya yang gagal ia tangkap, ia menyuruh Tumang untuk menangkapnya. Tumang berlari untuk menangkap hewan itu, akan tetapi satelah jarak yang kurang dari 1 m ia berhenti, membuat Sangkuriang kesal.

Sangkuriang : “ayo Tumang tangkap dia!” teriak sangkuriang.

Karena Tumang hanya terdiam Sangkuriang akhirnya mengangkat busurnya bersiap memanah, Tumang menggonggong membuat ia kabur lagi, panahpun meleset.

Sangkuriang : “kenapa kau hanya bisa menggonggong, tanpa bisa menangkapnya. pergi sana! Pergi......!” amuk sangkuriang.

Walaupun berat, akhirnya Tumang pergi dan berlari.

Hari sudah berganti malam, namun Sangkuriang belum pulang juga. Dayang Sumbi mondar mandir dengan kekhawatir terlihat jelas diwajahnya.

Page 3: Copy of Sangkuriang Gagal Naik Haji

Dayang Sumbi : “Sangkuriang kamu dimana?” kata Dayang Sumbi khawatir.

Pulanglah Sangkuriang dengan kepala yang menunduk.

Dayang Sumbi : “kamu dari mana saja? Kenapa jam segini baru pulang?” tanya dayang tanpa spasi.

Sangkuriang hanya diam menunduk. Sunyi.

Dayang Sumbi : “kamu darimana? Mana hasil buruanmu?” tanya Dayang Sumbi lembut.

Sangkuriang hanya diam tanpa sepatah katapun terucap. Dayang Sumbi yang melihat sangkuriang pulang hanya dengan tangan kosong, ia pun iba.

Dayang Sumbi : “tidak apa-apa, besok bisa berlatih kembali bersama Tumang, oh ya dimana Tumang?” tanyanya penasran.

Masih tak ada jawaban.

Dayang Sumbi : “Tumang mana?” tanyanya lagi.

Sangkuriang : “ehh anu, anu .....” jawabnya takut takut.

Dayang Sumbi : “dimana?” menaikan suaranya.

Sangkuriang : “sebenarnya....., sebenarnya..., sebenarnya itu...., itu Tumang sudah ku usir, karena selalu mengacau setiap ada buruan yang datang” Masih menunduk.

Dayang Sumbi : “apa?!” jawabnya kaget dan menjatuhkan bungkusan itu.

“Dasar anak tidak tahu diri!” murka Dayang Sumbi (mengambil gayung dan memukul kepala Sangkuriang).

Reflek Sangkuriang lari ketengah hutan, dengan memegangi kepalanya karena terkena pukulan Dayang Sumbi. Dayang Sumbi menangis tersedu-sedu sambil memegangi gayung. Walaupun begitu Dayang Sumbi menyesali perbuatanya.

11 tahun kemudian...

di dalam keramaian pasar, terliha Dayang Sumbi yang masih muda dan cantik jellita tak menua sedang membeli benang untuk merajut. Sangkuriang yang kini sudah menjadi laki-laki yang gagah sedang memilih busur panah di pasar yang sama, tanpa sengaja ia melihat Dayang Sumbi yang sibuk mencari benang ia pun terpesona akan kecantikan Dayang Sumbi. Karena ia penasaran dengan Dayang Sumbi ia mengikuti hingga ke rumahnnya. Ketika Dayang sumbi akan masuk kerumah, ia memberanikan diri menyapanya.

Sangkuriang : “maaf, nona, bolehkah saya mengetahui siapa nona ini.” Dengan nada yang gagah.

Dayang Sumbi : “aku Sumbi, siapa anda?”

Sangkuriang : “aku Latif.” Nama samarannya

1 minggu kemdian .....

Page 4: Copy of Sangkuriang Gagal Naik Haji

Dipinggir sungai dengan pohon-pohon yang agak rindang.

Sangkuriang : “maukah kau menikah denganku?” tanya Sangkuriang dengan berjongkok dihadapan Dayang sumbi.

Dayang Sumbi : “ iya, aku mau.”

Dikediaman Sangkuriang.

Sangkuriang : “hai bro, tau ga. Tadi dipasar aku ngliat ada perempuan cantikk pisan. Namanya Sumbi.” Senyum-senyum sendiri bagaikan orang gila.

Gio : “ah masa? Apa dia mau sama orang kaya kamu ini, jarang mandi, jarang gosok gigi, kluyuran terus, jarang pulang apa dia mau?” dengan lebay.

Sangkuriang : “jangan begitulah bro, dukung dong. Berikan dong motivasi.”

Gio : memberikan tadi memotong leher.

3 hari menjelang pernikahan

Di depan rumah dayang Sumbi tengah serius merajut yang sudah hampir selesai. Datanglah Sangkuriang dengan membawa seekor rusa yang besar hasil buruannya.

Sangkuriang : “sumbi lihat apa yang aku bawa.” Dengan sombongnya.

Dayang Sumbi : “wauuu, hebat.” Tersenyum.

Sangkuriang : “apa yang sedang kau lakukan?” tanyanya penasaran

Dayang Sumbi : “oh ini aku buatkan kau shal untukmu.”

Datanglah inem dengan membawa nampan yang beriskan 2 cangkir air.

Inem : “ini ndoro airnya.” Tersenyum manis pada Sangkuriang dan pergi dengan centilnya.

“itu seharusnya menjadi pasanganku, bukannya si Sumbi itu.” Dengan tatapan sinisnya.

Dayang Sumbi : “ini pakailah.” Menyodorkan shalnya.

Sangkuriang memakainya, Dayang sumbi mengelus kepala Sangkuriang dan ia terbelalak kaget setelah melihat bekas luka di keplanya yang sama persis dengan luka yang ia buat tempo dulu.

Dayang Sumbi : “Sangkuriang?!” tanyanya kaget.

Sangkuriang : “kenapa kau bisa tahu nama masa kecilku?”

Dayang sumbi : “aku... aku Dayang Sumbi, ibumu!” jawab Dayang sumbi.

Sangkuriang : “apa?!” bagaikan tersambar petir.

Page 5: Copy of Sangkuriang Gagal Naik Haji

“tidak, tidak mungkin, kalau kau Dayang Sumbi pasti kau sudah menua, kriput, tidak sperti ini.” Meremehkan pernyataan Dayang Sumbi.

“jangan seperti ini Sumbi, 3 hari lagi kita menikah, ayolah.”

Dayang Sumbi : “tidakkkk...! tidak akan pernah.” Bantah Dayang Sumbi.

Sangkuriang : “kau harus mau menikah denganku, walaupun kau ibuku sekalipun. Undangan sudah tersebar, mau ditaruh dimana wajahku ini (teringat gio waktu memberikan tanda memotong leher).” Dengan suara yang merengak.

Dayang Sumbi : “baiklah, aku mau menikah denganmu asalkan kau bisa menunaikan ibadah haji tahun ini juga.” Dengan tegas.

Sangkuriang : “apa....?!” terngiang-ngiang perkataan gio (jarang mandi, jarang gosok gigi, kluyuran terus, jarang pulang apa dia mau?”).

“Itukan 2 minggu lagi. Baiklah aku terima persyaratan kamu. Kau tidak boleh ingkar janji.” Pergi dengan ekspresi kecewa, malu, bingung, gusar.

Dikediaman Sangkuriang.

Sangkuriang : “bro mati aku, mati aku. Si Sumbi memberi syarat naik haji tahun ini juga. Melihat keadaanku seperti ini, apa aku mampu?” merengek hampir menangis.

Gio : “satu kalimat untukmu kawan, kasian deh elo.”

Sangkuriang : “kau kejam sekali, kupecat lo jadi temen.” Pergi dengan suasana hati yang buruk.

Ditempat agen haji.

Kalimat yang tertera di layar adalah, maaf tutup.

Sangkuriang : “tidakkkkkkk....” frustasi.

“mba maaf, bisa mendaftarhaji tahun ini?”

Agen : “maaf mas sudah tutup, besok lagi aja ya, datang kesini lagi.”

Sangkuriang : “mba, please.” Tatapan memelas.

Agen : “yayaya, ini isi dulu folmilinya ya, ini persyaratannya. 2 minggu lagi berangkat, jangan telat, kalau telat maaf saja.” Jawabnya pedas.

Sangkuriang mlongo waktu banyaknya persyratan.

Malam hari menjelang keberangkatan naik haji......

Kediaman Sangkuriang.

Page 6: Copy of Sangkuriang Gagal Naik Haji

Sangkuriang : “mantan teman lihat nih (memperlihatkan karcis haji)” sambil kipas-kipas.

Gio : “oh.” Jawabnya singkat.

Kediaman Dayang sumbi.

Inem : “ndoro itu Sangkuriang sudah berhasil dapat tiketnya, besok mau naik haji.”

Dayang Sumbi : “apa?! Tidakkkkkk. Kita harus gagalkan.”

Inem : “sipa ndoro” antusias.

Kediaman Sangkuriang.

Inem : “sssstttttttt” memanggil gio.

Gio : “apa?” dengan wajah malas.

Inem : “kalau sangkuriang pulang suruh dia minum ini, bilang ja ini dari Sumbi biar semangat besok naik hajinya.”

Gio : “ok.”

Beberapa saat kemudian....

Sangkuriang : “assalamu’alaikum wr.wb aku pulang bro.” Dengan suara lantang.

Gio : “tumben ngucapin salam, biasanya ngloyor. Oh itu ada titipan dari Sumbi, katanya biar semngat besok bwaktu haji.” Lanjut sibuk sendiri.

Sangkuriang : “oh Sumbi, besok aku naik haji.” Dengan menandang gelas yang berisikan air sambil tersenyum dan tanpa curiga meminum habis air itu.

Hari keberangkatan, namun.....

Kediaman sangkuriang

Gio : “bro, kau ga bangun-bangun? Kapal sudah melaju jauh.”

Sangkuriang : “apa?!” terbelalak, langsung lari dengan rambut yang awut-awutan krn sudah 1 haru penuh tidur terus berkat obat tidur yang manjur.

Tempat agen haji.

Sangkuriang : “mba agen, ini gimana, aku baru bangun, masih bisa naik haji kan?” ngos ngosan.

Agen : “maaf mas, tidak bisa. Sudah berangkat 10 jam yang lalu.”

Sangkuriang : “jadi aku gatot naik haji ini.”

Agen : “maaf mas, iya. 2 minggu yang lalu saya sudah beritahukan kan, jangan terlambat.

Page 7: Copy of Sangkuriang Gagal Naik Haji

Sangkuriang : “tidakkkkkkkk.”

Sangkuriang yang frustasi, dengan loyo berjalan ditepian sungai. Dwajahnya terlihat gusar dan marah. Ia melihat perahu kecil ditepian tanpa pikir panjang ia langsung menendang kapal itu jauh hingga dibalik bukit. Di atas terlihat Dayang Sumbi tertawa dan tersenyum menang, yang tak kalah inem juga tersenyum sangatttttttt lebar.

Perahu itu kemudian menjadi gunung, yang sekarang menjadi gunung tangkuban perahu.

Selesai.....