contoh toponimi pogung dan rembang

23
Legenda Pogung, satu lagi kisah kasih tak sampai Saat itu belum ada Keraton Mataram di Ngajogdjakarta Hadiningrat ini, hanya sebuah kerajaan kecil di dekat pantai selatan Djogdja yang berpusat di tepi muara sungai Code. Sejak dulu sungai tersebut sudah bernama “Code”, sedangkan kerajaannya menamakan dirinya kerajaan “Laut Kidul” yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan menjadi “Laut Selatan”. Kerajaan tersebut diperintah oleh seorang raja yang sangat menggemari gamelan. Dia bersahabat dengan seorang ahli gamelan yang fasih memainkan ketipung dan gong serta pandai bercerita menggunakan tembang- tembang Jawa. Mereka sahabat sejak kecil, dan saat sang Pangeran Kecil diangkat menjadi raja, si ahli gamelan yang waktu itu juga beranjak dewasa diangkat menjadi punggawa kerajaan dengan gelar “Ki Dalang”. Gelar tersebut diberikan karena talentanya membuat sebuah cerita biasa menjadi luar biasa dan memainkan emosi pendengarnya, apalagi sering dibarengi dengan kemampuannya mengolah perasaan pendengar dengan permainan ketipung dan gong. Ki Dalang sangat dicintai warga kerajaan. Hingga suatu saat ada sebuah kapal berbendera Ular Naga, syahdan dari Negara Campa, merapat di tepi pantai Kerajaan Laut Kidul. Karena keterbatasan bahasa, mereka hanya berkomunikasi lewat bahasa tarzan. Saat itu dilakukan perdagangan dengan cara yang unik, hasil bumi dari Kerajaan Laut Kidul ditukar dengan keramik dan gerabah yang menawan. Mereka bersandar hanya kurang dari seumur jagung dan berlayar lagi entah kemana. Hanya tinggal

Upload: rizkakurniahardanti

Post on 19-Jan-2016

118 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Arti nama dan Asal usul daerah Pgung Yogyakarta dan Rembang, Jawa Tengah

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

Legenda Pogung, satu lagi kisah kasih tak sampai

Saat itu belum ada Keraton Mataram di Ngajogdjakarta Hadiningrat ini, hanya sebuah kerajaan kecil di dekat pantai selatan Djogdja yang berpusat di tepi muara sungai Code. Sejak dulu sungai tersebut sudah bernama “Code”, sedangkan kerajaannya menamakan dirinya kerajaan “Laut Kidul” yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan menjadi “Laut Selatan”. Kerajaan tersebut diperintah oleh seorang raja yang sangat menggemari gamelan. Dia bersahabat dengan seorang ahli gamelan yang fasih memainkan ketipung dan gong serta pandai bercerita menggunakan tembang-tembang Jawa. Mereka sahabat sejak kecil, dan saat sang Pangeran Kecil diangkat menjadi raja, si ahli gamelan yang waktu itu juga beranjak dewasa diangkat menjadi punggawa kerajaan dengan gelar “Ki Dalang”. Gelar tersebut diberikan karena talentanya membuat sebuah cerita biasa menjadi luar biasa dan memainkan emosi pendengarnya, apalagi sering dibarengi dengan kemampuannya mengolah perasaan pendengar dengan permainan ketipung dan gong. Ki Dalang sangat dicintai warga kerajaan.

Hingga suatu saat ada sebuah kapal berbendera Ular Naga, syahdan dari Negara Campa, merapat di tepi pantai Kerajaan Laut Kidul. Karena keterbatasan bahasa, mereka hanya berkomunikasi lewat bahasa tarzan. Saat itu dilakukan perdagangan dengan cara yang unik, hasil bumi dari Kerajaan Laut Kidul ditukar dengan keramik dan gerabah yang menawan. Mereka bersandar hanya kurang dari seumur jagung dan berlayar lagi entah kemana. Hanya tinggal seorang tabib beserta seorang putrinya yang cantik jelita. Si tabib ini ingin mempelajari kearifan lokal Kerajaan Laut Kidul dalam mengobati penyakit yang diderita. Seiring perjalanan waktu, kemolekan putri campa melampaui indahnya cahaya rembulan, Sang Raja dan Ki Dalang jatuh cinta pada putri tersebut. Cinta adalah bahasa tanpa kata dan sejak saat itu Ki Dalang selalu memainkan dan menggubah lagu cinta yang saat ini dikenal sebagai Asmarandana. Karena setia terhadap persahabatan, Ki Dalang memilih untuk memendam perasaannya.

Waktu bergulir dan Sang Raja ingin menyatakan cinta pada si Putri Campa, namun aturan kerajaan melarang dia menikah dengan orang asing, sementara cinta Ki Dalang semakin menjadi-jadi. Adalah suatu dilema bagi Ki Dalang untuk mencintai seseorang yang dicintai sahabatnya. Suatu saat, Sang Raja minta bantuan kepada Ki Dalang untuk menggubah lagu untuk si Putri Campa, dan cinta Sang Raja tidak bertepuk sebelah tangan. Pada kesempatan itu pula

Page 2: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

akhirnya terbukalah cinta terlarang ini kepada rakyat Kerajaan Laut Kidul. Rakyat dan segenap prajurit murka dan menuduh si Tabib dan Putri Campa telah meneluh Sang Raja. Dengan beringas mereka membunuh si Tabib dan mengusir Putri Campa. Sang Raja dengan berat hati untuk menghindari amuk massa mengabulkan permintaan rakyat untuk mengusir Putri Campa. Dia meminta tolong Ki Dalang untuk ‘mengamankan” Putri Campa dengan menemani kepergian si Putri Campa. Ki Dalang dengan restu Sang Raja membawa Putri Campa ke arah gunung Merapi dan dia meminta izin untuk membawa ketipung dan gong kesayangannya.

Karena begitu berat penderitaan Sang Raja kehilangan sahabat dan kekasih yang sangat dicintainya, Sang Raja jatuh sakit dan tidak bisa pulih seperti sedia kala. Rakyat juga berduka dan rakyat akhirnya menyadari kesalahannya. Dua tahun telah berlalu, dan Sang Raja sudah sangat kritis, hanya bisa mengigau menyebutkan nama si Putri Campa, Ki Dalang, Ketipung, Gong dan Utara. Lalu rakyat dengan swadaya membentuk pasukan pencari kemana si Putri Campa pergi supaya bisa mempertemukan dengan Sang Raja. Berdasar igauan Sang Raja, pasukan tersebut bergerak ke arah utara. Pasukan yang mengikuti aliran sungai Code tiba di sebuah hutan lebat dan sayup-sayup mendengar suara ‘Pong-Gung’ berulang-ulang seperti suara ketipung dan gong yang dipukul bergantian. Mereka mencari sumber bunyi tersebut dan mendapati seorang wanita yang sangat cantik sedang menyuapi anak kecil yang baru berjalan berjalan. Dan tidak jauh dari tempat itu mereka mendapati Ki Dalang sedang memukul gong dan ketipung bergantian sembari menggumamkan kata-kata yang tidak jelas. Kepala pasukan kemudian menghadap Ki Dalang dan memohon untuk sudi mengizinkan Putri Campa yang sekarang menjadi istri Ki Dalang menemui Sang raja yang sudah sakit keras.

Lalu Ki Dalang, Putri Campa dan anak mereka diringi oleh pasukan pencari kembali ke Kerajaan Laut Kidul dan menemui Sang Raja. Setelah bersua dengan Sang Raja, Putri Campa menggamit tangan Sang Raja dan Sang Raja dengan sangat lemah membuka matanya. Senyum Sang Raja kemudian menghiasi raut mukanya ketika melihat Putri Campa disisinya. Ketika Sang Raja memandang ke sekeliling dia mendapati Ki Dalang sedang menggendong anak kecil dengan raut wajah sangat mirip dengan Putri Campa. Seketika senyumnya hilang dan menatap tajam ke mata Putri Campa. Namun Putri Campa dengan lembut membalas tatapan tersebut dihiasi dengan senyum tipis yang memang tidak pernah hilang dari wajahnya. Tatapan Putri Campa seperti isyarat yang mengatakan, “Kanda, bahagiakah Kanda melihat aku bahagia.”. Kemudian Sang Raja terdiam sesaat dan seperti mengerti arti isyarat dalam tatap mata itu, Sang Raja menjawab, “Ya, Kanda bahagia melihat engkau bahagia”. Dalam hati Sang Raja ada tambahannya, “Dan aku akan lebih bahagia andai kau bahagia karena aku dan bersama-sama dengan aku.” Lalu Sang Raja memandang kesekeliling sekali lagi dan menutup mata selama-lamanya.

Page 3: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

Melihat hal itu sebagian besar rakyat sedih dan murka dan sebagian lagi bisa menyadari kesalahan mereka dahulu yang menghalangi cinta antara dua insan. Rakyat yang marah lalu membuat kerusuhan dan ingin membunuh Putri Campa. Sang Putri Campa yang sedang sedih melarikan diri ke laut dan ditelan ombak yang kemudian mengganas menyapu semua orang yang mengejar berusaha membunuhnya. Ombak tersebut bergulung-gulung membabat habis Kerajaan Laut Kidul dan hanya sedikit yang tersisa dan selamat secara ajaib. Salah satunya adalah Ki Dalang dan anaknya. Ki Dalang sangat sedih nestapa melihat kejadian ini. Dalam waktu sekejap dia kehilangan hampir semua miliknya. Hanya tersisa anak mungil yang merupakan buah cintanya dengan Putri Campa, dan sepasang Ketipung dan Gong. Namun dia sadar, bahwa dia tidak boleh larut dalam kesedihan, karena dia tahu bahwa Putri Campa akan bersedih melihat dia menderita. Dia harus bangkit untuk masa depan yang lebih baik.

Ki Dalang pun mengajak semua orang yang tersisa ke tempat dimana dia dan Putri Campa memadu cinta setelah diusir dua tahun silam. Di tempat itu masih tersisa perkakas dan perlengkapan untuk bertahan dan membangun kehidupan. Sesampainya di tempat itu mereka bahu-membahu membangun sebuah desa. Sejak matahari terbit mereka bergotong-royong sementara Ki Dalang bermeditasi sambil memukul ketipung dan gong secara bergantian. Mereka bekerja dengan semangat diiring suara ‘Pong-Gung’ yang berulang-ulang. Di malam hari mereka beristirahat sambil bersenda gurau ditemani oleh hiburan cerita-cerita lucu yang disampaikan Ki Dalang. Hingga pada hari yang ke-40, telah berdiri sebuah desa sederhana seluas suara ‘Pong-Gung’ berkumandang. Mereka menamai desa tersebut desa “Pogung” berasal dari suara Pong-Gung’ yang berulang-ulang yang mempertahankan semangat saat mereka membangun desa. Kemudian untuk mempermudah pengelolaan desa baru tersebut, Ki Dalang membagi desa tersebut menjadi empat dusun dan mereka sepakat memberi dusun nama tempat tinggal Ki Dalang: Pogung Dalangan, berasal dari kata Dalang. Kemudian dusun di tepi Kali Code, daerah paling subur dengan nama Pogung Rejo. Rejo merupakan bahasa Jawa dari kata makmur. Dusun di sebelah selatan Pogung Dalangan diberi nama Pogung Kidul berasal dari kata Kidul yang artinya selatan, sedangkan dusun di sebelah utara diberi nama Pogung Lor, berasal dari kata Lor atau utara dalam bahasa Jawa. Setelah pemberian nama disepakati, mereka berpuasa prihatin selama tujuh hari tujuh malam. Dan pada hari ketujuh mereka melihat keajaiban: Sang Raja dan Putri Campa bergandengan tangan menampakkan diri sambil bernubuat, ‘Nek ono rejaning jaman, panggonan iki bakal dadi papan kanggo wong kang ngangsu kawruh. Saka bangsamu dewe lan saka bangsa manca,’ yang artinya kurang lebih demikian, ‘Kalau zaman sudah makmur, tempat ini bakal menjadi tempat orang yang datang untuk belajar. Baik dari bangsa sendiri maupun dari bangsa lain’.

Begitulah kisah legenda Pogung.

Page 4: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

Ilustrasi Putri Campa di laut selatan diambil dari sini.

ASAL USUL KOTA REMBANG

Dahulu kala ada seorang saudagar kaya yang bernama Dampo Awang. Dia berasal dari Negara Cina. Dia ingin pergi kesuatu tempat untuk mengajarkan ajaran Kong Hu Cu dengan cara mengarungi samudera bersama para pengawal setianya. Suatu hari dia sampai di tanah jawa bagian timur. Dampo Awang sangat senang akan daerah itu sehingga dia bermaksud untuk berlabuh disana dan menetap sambil mengembangkan ajaran yang dibawanya. Suatu saat Dampo Awang bertemu dengan Sunan Bonang, Sunan Bonang adalah salah satu dari 9 wali yang menyebarkan agama islam di tanah jawa. Pada saat pertemuan pertama kali itu, Dampo Awang sudah memperlihatkan sikap kurang baik pada Sunan Bonang. Dampo Awang takut jika ajaran yang selama ini dia ajarkan akan hilang dan digantikan dengan ajaran agama islam. Perlu diketahui bahwa Dampo Awang sudah terbiasa dengan orang awam di jawa sehingga dia dapat berbahasa dengan baik.Saat Sunan Bonang mau mendirikan Salat Ashar. Dampo Awang berfikir untuk mecelekai Sunan Bonang. Dia menyuruh pengawalnya untuk menaruh racun ke air putih dalam kendi yang berada diatas meja. Setelah selesai shalat Sunan Bonang menuju ke meja makan. Dampo Awang mengira bahwa Sunan Bonang akan meminum air dalam kendi tersebut. Tetapi dugaan Dampo Awang keliru, sebenarnya Sunan Bonang mau mengaji. Hari demi hari telah berlalu, setiap waktu shalat Sunan Bonang mengumandangkan adzan dan shalat, setelah shalat Sunan Bonang mengaji diteras rumahnya. Setiap orang – orang yang lewat di depan rumahnya dan mendengar suara Sunan Bonang saat mengaji dan adzan menjadi kagum akan ayat – ayat alllah. Kemudian banyak penduduk menjadi pemeluk agama islam. Lama – kelamaan pengikut sunan semakin banyak. Tidak lama kemudian Dampo Awang mendengar peristiwa tersebut dia sangat marah karena pengikutnya semakin berkurang lalu Dampo Awang mengirim pengawalnya untuk menjemput Sunan Bonang . Mula – mula Sunan Bonang menolak tetapi karena dia merasa kasihan akan pengawal – pengawal Dampo Awang, jika Sunan Bonang tidak ikut mereka akan dihukum pancung. Akhirnya Sunan Bonang bersedia untuk datang ke kediaman Dampo Awang. Saat Sunan Bonang tiba di kediaman Dampo Awang, Dampo Awang menyambutnya dengan ramah. Namun dibelakang dari keramahan tersebut Dampo Awang telah merencanakan sesuatu. Dampo Awang menyuguhi Sunan Bonang dengan buah – buahan segar, makanan enak, minuman lezat, dll. Sunan Bonang tidak menaruh curiga sedikitpun kepada Dampo Awang, padahal Dampo Awang berniat mencelakainya. Saat ditengah perjamuan, tiba – tiba Dampo Awang meminta agar Sunan Bonang meninggalkan daerah itu. Tetapi Sunan Bonang menolak karena dia sudah berniat untuk mengajarkan agama islam di daerah itu. Dampo Awang sangat marah mendengar ucapan Sunan Bonang yang baru saja diucapkannya tadi. Lalu Dampo

Page 5: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

Awang menyuruh pengawalnya untuk menyerang Sunan Bonang tetapi dengan waktu yang sangat singkat Sunan Bonang dapat mengalahkan pengawal – pengawal Dampo Awang. Dampo Awang tidak terima akan kekalahannya. Dia kembali ke negaranya untuk menyusun stategi dan kekuataan baru.Setelah beberapa tahun Dampo Awang kembali lagi ke tanah jawa sambil membawa pasukan yang lebih banyak dari sebelumnya. Pada saat sampai di tanah jawa dia sangat kaget sekali karena semua penduduk didaerah itu sudah menganut agama islam. Dampo Awang marah lalu mencari Sunan Bonang. Dampo Awang tidak bisa menahan amarahnya ketika dia sudah bertemu dengan Sunan Bonang sehingga dia langsung menyerang Sunan Bonang lebih dulu tetapi dengan singkat Sunan bisa mengalahkan Dampo Awang dan pengawalnya. Kemudian Dampo Awang diikat didalam kapalnya setelah itu Sunan Bonang menendang kapalnya sehingga seluruh bagian kapal tersebar kemana – mana. Setelah itu sebagian kapal terapung di laut. Dampo Awang menyebutnya “ Kerem ( Tenggelam ) “ sedangkan Sunan Bonang menyebutnya “ Kemambang ( Terapung ) “. Kemudian lama – kelamaan masyarakat mengucapkan Rembang yang berasal dari kata Kerem dan Kemambang. Akhirnya di daerah itu dinamakan Rembang yang sekarang menjadi salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Tengah.Jangkarnya sekarang ada di Taman Kartini sedangkan Layar kapal berada dibatu atau biasanya sering disebut “ Watu Layar “ dan kapalnya dikabarkan menjadi Gunung Bugel yang ada di kecamatan Pancur karena bentuknya menyerupai sebuah kapal besar dan diatas Gunung ada sebuah makam konon disana merupakan makam Dampo Awang.

ASAL USUL KABUPATEN REMBANG

Jawa sebagai pusat perdagangan pada abad 13-15 mempunyai beberapa pelabuhan besar diantaranya, Pelabuhan Sunda Kelapa, Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Semarang, Pelabuhan Lasem, Pelabuhan Tuban, serta Pelabuhan Surabaya. Pelabuhan-pelabuhan tersebut sudah banyak dikenal oleh orang asing maka tak mengherankan banyak bersandar kapal-kapal dagang asing yang igin memasarkan hasil dari negaranya atau berlabuh untuk menjalin kerjasama dengan beberapa kerajaan besar di tanah Jawa. Beberapa kapal asing itu antara lain kapal dari Tiongkok, Arab, Persia, Gujarat, dan sebagainya.

Jawa sebagai pusat penyebaran agama Islam di tanah air terutama pada daerah pesisirnya menjadi pusat adalah Wali Songo (Wali Sembilan) yang berjasa besar dalam menyebarkan agama Islam Secara damai sehingga mudah diterima oleh penduduk Jawa Yang saat itu mayoritas beragama Hindu-Budha atau Aliran Kepercayaan. Akibat kepiawainnya megakulturasikan kebudayaan lokal dengan kebudayaan Islam, Islam sangat cepat berkembang dengan Demak sebagai pusat Kraton Islamnya bahkan Islam yang berkembang saat itu dituding menjadi penyebab utama dari kemunduran Kerajaan Majapahit, bahkan salah satu Raja terkenal Majapahit yaitu Raja Brawijaya V diyakini sudah beragama Islam, ahir abad 14 Kerajaan Besar Majapahit musnah yang ditandai dengan Chandra Sengkala (tahun Jawa kuno) “Sirno Ilang Kertaning Bhumi” atau tahun 1400M.

Page 6: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

Setelah kemunduran Majapahit itulah mencul kerajaan Islam pertama di Jawa yaitu kerajaan Demak yang di dukung oleh para wali. Beberapa peninggalan Majapahitpun diangkut ke Demak salah satunya Pendopo depan Majapahit yang kini di pakai di Masjid Agung Demak. Pusat Islam di Jawa meliputi wilayah Cirebon, Lasem, Tuban, Gresik dan hampir seluruh pesisir utara Jawa.

Al Kisah

Sunan Bonang dan Dampo Awang Beserta Jangkar Kapal Dampo Awang

Sejak dulu Tiongkok atau Cina dikenal sebagai pedagang dan pelaut yang ulung para utusan kerajaan maupun para pedagangnya menyebar ke seluruh dunia. Termasuk ke Nusantara terutama untuk mencari rempah-rempah sseta memasarkan hasil kerajinannya diantaranya Emas, Kain Sutera, Keramik, Lukisan dan sebagainya.

Dahulu kala datanglah seorang pelaut dan pedagan yang sangat tersohor yang bernama Laksamana Cheng Ho atau lebih dikenal dengan nama Zeng He namun berbeda untuk masyarakat Rembang yang menyebut dia dengan nama Dampo Awang pada tahun 1405M beserta kapal-kapal pengawalnya yang berisi prajurit kerajaan. Awalnya ia hanya seorang kasim biasa namun karena kepandaiannya ia diangkat oleh raja Zhu Di menjadi utusan kerajaan, pelaut sekaligus, seorang pedagang yang ulung. Dalam sebuah memulai kegiatan perniagaan di Rembang utamanya di sekitar Pelabuhan Lasem yang sekarang terletak di Desa Ndasun, di Lasem sendiri terdapat sungai yang cukup besar yaitu sungai Babagan yang dulu digunakan senagai jalur transportasi maka tak mengherankan di sekitar sungai Babagan berdiri perkampungan Pecinan dan Klenteng-klenteng. Cheng Ho sebagai orang asing yang melakukan kegiatan perniagaan dan tinggal sementara di Lasem boleh dibilang ia hampir menguasai perdagangan di Pesisir Rembang si kisahkan ia mempunyai kediaman sementara yang cukup besar yang di jaga ketat oleh pasukan gagah yang ia bawa dari negeri Tiongkok, awalnya masyarakat menerima Dampo Awang dengan baik karena keramahannya tapi setelah ia merasa kaya dan sukses dalam berdagang ia mennjadi sombong dan Congkak bahkan terkesan semena-mena kepada rakyat setempat.

Berita inipun sampai ke Sunan Bonang selaku sesepuh di Lasem dan sekitarnya, Lasem yang saat itu sudah dikenal sebagai kota yang religius dengan Sunan Bonang sebagai orang yang dituakan. Karena banyak mendengarkan keluhan dari banyak warga dan santrinya Sunan Bonang pun mengunnjungi kediaman Dampo Awang yang tidak jauh dari Pelabuhan Lasem bermaksud menayakan tentang hal ini.

Beliau datang dengan dua orang santrinya, beliau seperti biasa menggunakan sorban putih dan berpenampilan sederhana namun terlihat sangat berwibawa. Setelah menempuh perjalana dari Pondoknya di Desa Bonang ahirnya Sunan Bonang Sampailah di kediaman Dampo Awang yang sangat megah di kelilingi tembok yang tebal dan tinggi, di depan gerbang rumahnya berdiri dua penjaga yang sangat gagah tinggi besar dan terlihat membawa tameng dan tombak yang runcing.

Page 7: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

Penjaga: “Hai siapa kalian, berani-beraninya datang ke kediaman Lakmana Agung dari Tiongkok!”

Santri: “Kami dari Bonang saya dan Sunan (Bonang) ingin bertemu sebentar dengan Tuanmu Dampo Awang”

Penjaga: “Hahahaha... seenaknya kalian ingin bertemu dengan Tuanku, kalian hanya rakyat jelata kalian tidak kami ijinkan!”

Santri: “hei jaga bicaramu penjaga...kalian tidak tau kalau beliau ini adalah Kyai dan Ulama’ Besar di Lasem ini..

Sunan Bonang: “sudah..sudah cukup tidak usah berseteru lagi..penjaga kalau kami tidak diijinkan masuk baiklah sampaikan sekarang juga pada Tuanmu, Sunan Bonang ingin bertemu”

Penjaga: “Baiklah..”

Kemudian salah satu penjaga menemui Dampo Awang yang nampak sibuk menghitung dan mendata beberapa hasil perniagaannya

Penjaga: “Ampun Tuanku, Ada 3 Orang ingin bertemu Tuan...salah satu nama mereka adalah Sunan Bonang”

Dampo Awang: “Sunan Bonang? (Dampo Awang terkejut) baiklah suruh mereka masuk”

Bergegas sang penjaga kembali ke gerbang rumah Dampo Awang dan mempersilahkan mereka masuk.

Dampo Awang: “Selamat datang saudaraku, lama tidak bercengkarama denganmu..silakan duduk..silahkan..dan nikmati hidangan yang ada di meja...”

Sunan Bonang: “Terimakasih Dampo Awang...bagaimana kegiatan perniagaanmu?”

Dampo Awang: “hahaha...angin barat tahun ini agaknya sedikit menghambat kegiatanku berlayar dan berdagang”

Sunan Bonag; “Tak apalah Dampo Awang kiranya Laksamana Sebesar anda sudah terbiasa dengan kondisi alam seperti ini”

Dampo Awang: “hahaha...emm sebenarnya ada apa gerangan Sunan dan santri sunan bersedia berkunjung ke kediamanku, sepertinya ada hal penting?”

Sunan Bonang: “ Saudaraku...sebelumnya saya minta maaf atas kedatanganku ini..bukan bermaksud apa-apa Cuma saya mendapat banyak keluhan dari warga Lasem tentang anda,ya tentang sikap anda kepada pedagang kecil dan penduduk sekitar”

Page 8: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

Dampo Awang: “sikapku yang mana Sunan?”

Sunan Bonang: “Mohon maaf sekali lagi, bukan maksud saya memfitnah anda..mereka bercerita tentang sikap sombong anda serta kesewang-wenangan anda kepada pedagang kecil di sekitar Pelabuhan Lasem”

Mendengar ucapan Sunan Bonang itu Dampo Awang mulai naik pitam...ia marah dan tersinggung dengan ucapan Sunan Bonang dan Berkata

Dampo Awang: “ Sunan Bonang...aku teringgung dengan ucapanmu itu..pengawal usir mereka dari sini...”

Santri: “Dampo Awang kamu telah bersikap tidak sopan dengan sesepuh Lasem..keterlaluan kamu...ingatlah kamu hanya seorang pendatang kami bisa saja mengusirmu dari Lasem!!”

Mendengar ucapan itu Dampo Awang semakin marah besar kemudian ia berkata

Dampo Awang: “ Baiklah kalau begitu aku juga tidak pernah takut dengan kalian...hei Sunan Bonang..besok pagi datanglah bersama santri-santrimu hadapi aku dan pasukanku siapa yang paling hebat disini dan siapa yang berhak di usir dari Tanah Lasem ini!!...”

Sunan Bonang: “Aku tidak pernah menginginkan semua ini diselasaikan dengan kekerasan..tapi kalau itu maumu baiklah...”

Kemudian Sunan Bonang pulang, sore harinya ia memberitahukan kepada santri-santrinya tentang ucapan Dampa Awang, semua santri bersedia ikut berperang mengusir kesombongan Dampo Awang dan para pasukannya. (Pondok pesantren Sunan Bonang di yakini berada di sekitar Pasujudan Sunan Bonang yang sampai sekarang banyak dikunjungi peziarah).

Di pagi yang buta tampak kapal-kapal besar dampo Awang sudah terlihat berlabuh di Pantai Bonang dekat Pondok Sunan Bonang. Ia bersama pasukan yang bersenjatakan tameng tombak dan pedang. Di pinggir pantai Sunan Bonang yang berdiri paling depan beserta santrinyapun sudah siap mengahdapi pasukan Dampo Awang. Sunan Bonang dan santrinya mengenakan pakaian putih dan mengenakan sorban putih sambil memegang tasbih seraya berdzikir kepada Tuhan.

Dampo Awang langsung menabuh genderang perang, dan perang besarpun dimulai. Pasukan Dampo Awang dari atas kapal menembakkan peluru-peluru meriam membuat santri Sunan Bonang banyak yang meninggal. Santri-santri ahirnya berhasil naik ke atas kapal dan terjadi peperangan yang memakan banyak korban di kedua belah pihak. Di sisi lain Dampo Awang dan Sunan Bonang berhadapan saling mengandalkan ilmu kanoragannya. Pepearangan di udara antara mereka terlihat imbang karena sama-sama sakti mandra guna, Dampo Awang kembali kembali turun ke kapal besarnya sedangkan Sunan Bonang justru terbang ke atas bukit Bonang,

Page 9: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

dari atas bukit ia mengeluarkan aji-aji kanoragannya tepat mengenai kapal Dampo Awang dan hancurlah kapal yang sangat besar itu beserta isinya berhamburan terpental jauh skitar 15 km hingga ke Rembang, layarnya membatu kini menjadi Bukit Layar di desa Bonang Kecamatan Lasem, Jangkarnya yang besar terpental sampai di Pantai Kartini Rembang, tiang kapalnya menancap dekat pasujudan Sunan Bonang di desa Bonang, lambung kapalnya tengkurap yang kini menjadi Gunung Bugel (lereng Gunung Lasem) antara Lasem dan kecamatan Pancur.

Karena dalam pertarungan itu tidak ada yang kalah dan menang ahirnya Sunan Bonang menghenntikan duel udara itu yang hingga sampai di pesisir desa Pandean Rembang itu.

Sunan Bonang: “Dampo Awang ilmu kita sepertinya imbang, bagaimana kalau kita bertarung dengan cara lain..”

Dampo Awang: “hahahaha..Sunan Bonang mau melawan aku dengan cara apa lagi kamu?!”

Sunan Bonag: “Lihatlah Jangkar kapalmu itu, tebaklah apakah jangkar itu akan Kerem (tenggelam) atau Kemambang (terapung)?”

Dampo Awang: “hei kalau Cuma menebak seperti itu anak kecil juga bisa..jelas jangkar besi itu akan Kerem (tenggelam)”

Sunan Bonang: “kamu salah Dampo Awang jangkar itu akan Kemambang (terapung)”

Karena mereka sama-sama sakti ketika mereka mengucap Kerem jangkar itu akan tenggelam dan Kemambang jangkar itu akan terapung

Kedua Kata KEREM dan KEMAMBANG saling terucap dari mereka dan jangkarpun menjadi tenggelam dan terapung (Kerem dan Kemambang).

Ahirnya Jangkar besi besar itu Kemambang dengan demikian Sunan Bonang memenangkan pertarungan itu, maka Dampo Awang beserta pasukannya bersedia pergi dari Lasem dan pindah ke Semarang. Dalam Hati Sunan Bonang Berkata dalam Bahasa Jawa “Wewengkon kang jembar pinggir segoro nangin isih kebak alas iki tak wenehi aran REMBANG supoyo ing reja-rejaning jaman wong biso reti lan iling ono prastawa kang gedhe ing jamanku iki”. (wilayah yang luas pinggir laut namun masih berhutan lebat ini saya beri nama REMBANG agar saat peradaban mulai ramai orang bisa tau dan ingat pernah ada peristiwa yang besar di jamanku ini).

Asal Usul Kota Rembang Beserta Budayanya

1.Pengantar

Page 10: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

Pada mulanya asal nama Kabupaten Rembang berasal dari penuturan cerita secara turun menurun dan ditulis oleh “Mbah Guru” disebut bahwa nama Rembang berasal dari Ngrembang yang berarti membabat tebu. Dari kata Ngrembang inilah dijadikan nama kota Rembang hingga saat ini.

Munculnya Pemerintahan Kabupaten Rembang pada masa Kolonial Belanda berkaitan erat sebagai akibat dari perang Pacinan. Terjadinya perang Pacinan pada waktu itu akibat dari peraturan dan tindakan sewenang - wenang dari orang Belanda (VOC) di Batavia pada tahun 1741 yang kemudian meluas hampir keseluruh Jawa termasuk Jawa Tengah.

Pada tahun 1741 pertempuran meletus di Rembang di bawah pimpinan Pajang. Pada waktu itu kota Rembang dikepung selama satu bulan dan Garnisun kompeni yang ada di kota Rembang tidak mampu menghadapi pemberontak . Rakyat Rembang di bawah pemerintahan Anggajaya dengan semboyan perang suci dengan perlawanan luar biasa akhirnya dapat menghancurkan Garnisun Kompeni.

Sehingga pada tanggal 27 Juli 1741 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Rembang. Dengan Suryo Sengkala "Sudiro Akaryo Kaswareng Jagad”" atau disebut “Keberanian Membuat Termasyur di Dunia”.

2.Isi/Pembahasan

Wisata

Ada beberapa lokasi wisata yang terdapat di Kabupaten Rembang, letaknya tersebar di berbagai lokasi dan dapat dinikmati sesuai dengan minat pengunjung :

a) Wisata Peninggalan Pra Sejarah : Situs Plawangan, Megalitikum Terjan

b) Wisata Kartini : Museum Kartini, Makam Kartini

c) Wisata Pantai & Pulau : Pantai Kartini, Pantai Binangun, Pantai Pasir Putih, Pantai Soka Pulau Gede & Pulau Marongan

d) Wisata Agama : Masjid Agung Rembang, Makam Sunan Bonang Petilasan Sunan Bonang Klentheng Tjoe Hwei Kiong Klentheng Dasun Vihara Ratanavana Arama

Page 11: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

e) Wisata Hutan & Gua : Gua Pasucen Embung "Banyu Kuwung" , Hutan Wisata Sumber Semen Hutan Wisata Mantingan.

Budaya

Masyarakat di Kabupaten Rembang memiliki beraneka ragam budaya daerah, mulai dari budaya daerah yang bernuansa keagamaan hingga budaya daerah yang bernuansa adat-istiadat, Budaya masyarakat banyak dipengaruhi nuansa keagamaan / kepercayaan dan adat-istiadat setempat. Event-event budaya di Kabupaten Rembang, antara lain:

a) Acara Syawalan / Lomban

Diselenggarakan setiap tanggal 5,6,7 dan 8 Syawal bertempat dilokasi Obyek Wisata Taman Rekreasi Pantai Kartini. Acara kegiatan ini dimeriahkan dengan hiburan orkes melayu, hiburan anak-anak, dan kesenian tradisional.

b) Penjamasan Bende Becak

Benda pusaka Sunan Bonang berupa "bende" yang diberi nama "Bende Becak" berukuran garis tengah 10 cm. Zaman dahulu bende ini berfungsi sebagai alat mengumpulkan para wali atau sebagai tanda pemberitahuan akan terjadinya sesuatu peperangan/musibah. Setiap tanggal 10 Dzulhijjah (Hari Raya Idul Adha) pukul 09.00 WIB diadakan upacara penjamasan di rumah juru kunci makam Sunan Bonang. Pada upaca ini dibagi-bagikan ketan kuning serta memperebutkan air bekas penjamasan Bende Becak.

Kesenian Daerah

Page 12: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

Kesenian daerah dapat meramaikan dan memperkaya hiburan dalam wujud seni tari, seni musik, seni bela diri dan seni olah raga lainnya.

Thong-Thongklek : Thong-Thongklek merupakan musik pengantar makan sahur, yang dilaksanakan dengan berkeliling kampung. Menjelang akhir bulan Puasa diadakan lomba Thong-Thongklek yang diikuti olehi berbagai group di Kabupaten Rembang dengan klasifikasi tradisonal dan elektrik. Lomba dilaksanakan melalui dua tahap penilaian, yaitu show secara berkeliling dengan rute yang telah ditetapkan, dan show di atas pentas.

Selain kesenian diatas masih banyak lagi kesenian daerah yang terdapat di Rembang antara lain: Ketoprak, Emprak, Orek-orek, Pathol, Barongan, Tayub, dan masih banyak lagi.

Makanan khas

Rembang mempunyai berbagai makanan khas, secara umum bahan bakunya berasal dari hasil produksi lingkungan alam setempat, dibawah ini beberapa contoh makanan khas dari Rembang :

a) Sate Sarepeh

sate ayam kampung yang diolah dengan bumbu yang terdiri dari cabe merah, gula merah, santan dan garam. merupakan lauk pauk yang biasanya dirangkai dengan lontong.

b) Mangut

Ikan laut segar yang dipanggang dengan bumbu-bumbu cabe hijau, bawang merah, bawang putih, garam dan santan kental. Sebagai lauk untuk makan siang atau malam dalam menu sehari-hari

c) Sayur Merica

bahan dasarnya ikan laut segar dengan bumbu cabe, merica, bawang merah, bawang putih, kunyit, garam dan air.

Page 13: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

d) Lontong Tuyuhan

lontong dengan opor ayam kampung pedas khas desa Tuyuhan (Kecamatan Pancur),biasanya sekitar jam 15.00 WIB sudah dijual dilokasi desa Tuyuhan di sepanjang pinggir jalan.

e) Dumbeg

dibuat dari tepung beras, gula pasir atau gula aren dan ditambahkan garam, air pohon nira (legen), dan kalau suka ditaburi buah nangka atau kelapa muda yang dipotong sebesar dadu. Kemudian tempatnya dari daun lontar (pohon nira) berbentuk kerucut dengan bau yang khas.

f) Kaoya Dudul

terbuat dari beras ketan, kacang hijau, gula aren atau gula pasir dan garam. Tempatnya dari daun lontar berlubang bulat kecil. Rasanya sangat manis dan gurih.

g) Gula Semut

terbuat dari pohon nira (legen) dengan proses pemanasan, sehingga hasilnya seperti gula pasir atau gula halus yang berwarna coklat.

Adat Istiadat dan Keunikannya

a) Sedekah Bumi dan Sedekah Laut

Merupakan budaya yang unik, kemungkinan hanya ada di Jawa Tengah yang diantaranya ada di daaerah Rembang. Sedekah bumi diadakan didaerah-daerah yang penduduknya hidup bergantung dari pertanian dan sedekah laut diadakan dibeberapa daerah pesisir yang penduduknya menggantungkan diri dari hasil laut.

Keunikan dari sedekah bumi ini karena diadakan setiap tahun, sudah merupakan tradisi. Para penduduk desa rela bergotong royong iuran untuk menghadirkan beberapa tontonan gratis bagi masyarakat sekitar. Bahkan pernah ada sebuah desa yang selama tiga hari berturut-turut membiayai tontonan-tontonan menarik, seperti dangdut, tontonan budaya khas Jawa Ketoprak dan Wayang Kulit. Suasana desa sangat ramai selama tiga hari siang dan malam, penuh dengan bakul dan pengunjung hiburan.

Selain itu disiang hari banyak perlombaan, ada perlombaan naik Jambe (sebatang pohong bambu yang tinggi yang diberi oli dengan hadiah-hadiah menarik diatasnya) disetiap RT, lomba

Page 14: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

tarik tambang, balap karung, bawa di mulut kelereng dengan sendok dan makan krupuk. Bisa dibayangkan meriahnya acara sedekan bumi ini selama tiga hari tiga malam penuh dengan acara.

Sedekah bumi dan sedekah laut sebenarnya mempuyai sejarah, pada awalnya merupakan pesta tasyakuran masyarakat atas kerja mereka dari hasil bumi dan hasil laut selama setahun. Kemudian mereka mengadakan kondangan (makan bersama), mereka juga menjamu setiap tamu yang hadir dari luar desa dengan makanan dan tontonan budaya. Sebagian besar Desa di daerah Rembang masih mempunyai tradisi sedekah bumi dan sedekah laut.

Selain suguhan tontonan para penduduk juga menjamu para tamu dari daerah luar desanya yang mampir ke rumahnya. Tamu yang mampir pasti akan disuguhi dengan makanan berlauk ikan laut. Tradisi menjamu tamu seperti suatu kehormatan dan kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Para pengunjung juga dapat menikmati keindahan laut dengan berlayar, bahkan biasanya pemilik kapal (juragan) memenuhi kapalnya dengan berbagai makanan untuk dinikmati pengunjung, semua gratis tanpa dipungut biaya. Tradisi sedekah bumi dan sedekah laut memang seperti pemborosan, tetapi tradisi ini sudah menjadi acara tahunan yang tidak pernah ditinggalkan oleh masyarakat Rembang.

Tradisi sedekah laut dan sedekah bumi tidak hanya di Rembang, di sebagian besar daerah laut utara dan selatan juga ada tradiri tersebut. Walau zaman terus berubah sedekah bumi dan sedekah laut masih dipertahankan oleh masyarakat Jawa sebagai tradisi warisan nenek moyang.

b) tradisi ngalungi panen raya

Tradisi ngalungi setelah panen raya dilakukan Sebagai wujud rasa syukur petani khususnya pemilik ternak menghormati keberadaan sapi yang telah berjasa membantu petani mengolah lahan pertanian, khususnya dalam membajak sawah dan memanfaatkan kotorannya sebagai pupuk. Tradisi ini sebagai perwujudan rasa syukur kepada sang pencipta. Tradisi ngalungi dilakukan dengan mborehi atau mengusap sapi dengan bunga. Dilanjutkan tradisi ngalungi di rumah dengan membagi-bagikan makanan seperti kupat serta lepet kepada tetangga.

c) Larung Sesaji

Pawai budaya dan larung sesaji berisi kepala kambing yang mewarnai tradisi Kupatan dan sedekah laut di Perairan Rembang. Pawai budaya dimulai dari depan tempat pelelangan ikan Desa Tasikagung, Kecamatan Rembang kota pukul 08.30 WIB, sedangkan larung sesaji sekitar pukul 10.00 WIB setelah pawai tersebut.

Usai pawai budaya, sesaji yang berisi antara lain kepala kambing, tumpeng, kembang tiga rupa, dan rantang makanan, dilarung ke laut. Kepala kambing yang dilarung harus dari kambing jantan. Dipilihnya kambing untuk larung sesaji, karena hewan tersebut merupakan simbol cita-cita dari nelayan setempat agar mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Masyarakat setempat meyakini bahwa usai larung sesaji hasil tangkapan ikan akan melimpah.

Page 15: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

Budaya membatik

Selain itu, di daerah rembang sebelah timur yakni Lasem menyimpan ragam jenis kerajinan rakyat, salah satunya kerajinan batik tulis khas pesisiran. Sampai-sampai orang luar negeri, terutama dari Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika terpikat kepada batik lasem. Biasanya batik identik dengan Solo dan Pekalongan. Padahal, selain kedua daerah tersebut masih ada daerah lain yang juga menghasilkan batik tulis yang tidak kalah indahnya, yaitu Lasem. Kota kecamatan di Kabupaten Rembang sekitar 12 kilometer arah timur kota Rembang ini luasnya 45,04 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sekitar 44.879 orang (Litbang Kompas, 2003). Konon para pedagang Tionghoa perantauan yang berdatangan ke Lasem memberi pengaruh besar terhadap corak batik di daerah ini. Banyak yang kemudian menjadi pengusaha batik di kota ini.

Batik produksi Lasem bercorak khas, terutama warna merahnya yang menyerupai warna merah darah ayam, yang konon tidak dapat ditiru oleh pembatik dari daerah lain. Kekhasan lain terletak pada coraknya yang merupakan gabungan pengaruh budaya Tionghoa, budaya lokal masyarakat pesisir utara, dan budaya keraton (Surakarta dan Yogyakarta). Ketika membuat desain untuk motif batik produksi mereka, para pengusaha pembatikan Lasem dipengaruhi budaya leluhur mereka seperti kepercayaan dan legendanya. Ragam hias burung hong dan binatang legendaris kilin (semacam singa) dan sebagainya mereka masukkan dalam motif batik produksi mereka. Bahkan, cerita percintaan klasik Tiongkok seperti Sam Pek Eng Tay pernah menjadi motif batik di daerah ini. Tidak mengherankan bila kemudian batik produksi Lasem sering disebut sebagai batik “Encim”. “Encim” adalah sebutan kaum Tionghoa peranakan untuk wanita yang usianya telah lanjut.S elain itu pengaruh budaya keraton Surakarta dan Yogyakarta juga terlihat pada motif batik lasem, antara lain pada ornamen kawung, parang dan sebagainya. Sementara pengaruh budaya pesisir terlihat pada warnanya yang cerah seperti warna merah, biru, kuning dan hijau.

Sekali melihat batik lasem, pasti hati akan tertarik. Sebab, batik itu dibuat melalui proses yang cukup rumit, tanpa menggunakan mesin atau kecanggihan teknologi. Semuanya dikerjakan dengan tangan, sehingga memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Proses pembuatannya melalui sembilan tahap. pertama, memotong kain yang disesuaikan dengan ukurannya. setelah itu, diberi pola (gambar), kemudian nerusi (penyempurnaan gambar), nembok (menutupi gambar dengan lilin), mewarnai, nglorot (membersihkan lilin), dan dijemur. setelah kering, kain batik itu dipress kemudia dikemas dan siap dijual.

Page 16: Contoh Toponimi Pogung Dan Rembang

Kesimpulan / saran

Rembang adalah salah satu kota yang memiliki berbagai macam kebudayaan unik. ciri khasnya yang asli mampu menarik perhatian banyak orang termasuk kaum wisatawan, baik domestik maupun luar negeri. mulai dari wisata, budaya, kesenian daerah, makanan khas, adat istiadat, sampai dengan kerajinan batiknya yang khas mampu menjadikan kota Rembang yang merupakan kota kecil menjadi kaya akan budaya & tradisi.

oleh karena itu kita sebagai orang indonesia dan orang Rembang khususnya, harus mau menjaga budaya & tradisi milik kita sendiri. adalah tugas kita sebagai generasi penerus untuk selalu mempertahankan & menjaga warisan budaya di negeri kita.