contoh revisi ujian

57
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi dan rongga mulut merupakan salah satu alat vital yang harus mendapatkan perhatian khusus karena bagian ini dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Salah satu cara terbaik untuk mendukung sehatnya gigi dan rongga mulut adalah dengan melakukan perawatan sejak dini. Dengan cara ini kelainan dan gangguan gigi yang timbul dapat dihindari. Lebih lanjut lagi, gigi akan tampak sehat, teratur, rapi dan indah (Rina, 2000). Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain, kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan mengganggu aktifitas sehari-hari (Pratiwi, 2009). Kerusakan gigi seperti karies (gigi berlubang) pada anak Indonesia terutama anak Todller sangat memprihatinkan (Kusumaningsih, 1999). Menurut

Upload: ramzsya-ramz

Post on 10-Aug-2015

83 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

contoh

TRANSCRIPT

Page 1: contoh revisi ujian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gigi dan rongga mulut merupakan salah satu alat vital yang harus

mendapatkan perhatian khusus karena bagian ini dapat mempengaruhi kondisi

kesehatan seseorang. Salah satu cara terbaik untuk mendukung sehatnya gigi

dan rongga mulut adalah dengan melakukan perawatan sejak dini. Dengan

cara ini kelainan dan gangguan gigi yang timbul dapat dihindari. Lebih lanjut

lagi, gigi akan tampak sehat, teratur, rapi dan indah (Rina, 2000).

Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain,

kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya,

sehingga akan mengganggu aktifitas sehari-hari (Pratiwi, 2009). Kerusakan

gigi seperti karies (gigi berlubang) pada anak Indonesia terutama anak Todller

sangat memprihatinkan (Kusumaningsih, 1999). Menurut Depkes (2000)

hampir 9-10 anak menderita karies dengan 7 dari 20 gigi yang rusak pada

tahun 1999.

Salah satu faktor yang dapat merusak gigi adalah makanan dan

minuman, yang mana ada yang menyehatkan gigi dan ada pula yang merusak

gigi (Pratiwi, 2009). Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek

lingkungan, pengetahuan, pendidikan dan kesadaran masyarakat serta

penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Namun

sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan.

1

Page 2: contoh revisi ujian

Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting padahal manfaatnya sangat vital

dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007).

Mulut yang sehat sangat penting bagi kesejahteraan buah hati, senyum

cerah dan penuh percaya diri akan membantu disepanjang hidupnya.

Perawatan gigi tidak berarti hanya memperhatikan gigi sikecil saja tetapi juga

merawat gusi sama pentingnya, karena semuanya merupakan dasar gigi yang

kuat. Selain melakukan kunjungan teratur kedokter gigi dan pola makan

seimbang, cara terbaik untuk mendapatkan mulut sehat adalah dengan

menetapkan kegiatan kebersihan menyeluruh secara rutin sejak bayi (Walters,

2002).

Anak toddler adalah anak usia 1-3 tahun, usia toddler adalah masa

lucu-lucunya anak, tetapi sekaligus masa yang melelahkan bagi orang tua.

Banyak hal yang harus diketahui kita sebagai orang tua karena tingkah laku,

dalam upaya kesehatan gigi anak toddler perlu perawatan gigi yang baik,

supaya gigi tumbuh sehat (Supartini, 2004). Perawatan gigi pada anak sangat

sulit memerlukan waktu dan dana tidak sedikit, oleh sebab itu pencegahan

terhadap karies atau kerusakan gigi yang lama jauh lebih baik dari pada

merawat kerusakan gigi (Suwelo, 1995).

Menurut Handayani (2010) pencegahan kerusakan gigi dapat

dilakukan dengan menyikat gigi setiap habis makan, sehingga membantu

untuk mencegah terjadinya pewarnaan gigi. Berkumur-kumur dengan air

setelah minum-minuman seperti kopi, teh, atau cola ataupun meminumnya

dengan cara menggunakan sedotan sehingga minum-minuman tadi tidak

2

Page 3: contoh revisi ujian

mengenai permukaan gigi depan. Pembersihan gigi rutin, yaitu dengan skeling

dan pemolesan gigi juga bisa mencegah terjadinya pewarnaan pada permukaan

gigi. Pengatahuan pencegahan kerusakan gigi penting bagi ibu.

Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status

kesehatan gigi anaknya kelak (Notoatmodjo, 2003). Ibu memegang peranan

penting dalam keluarga, sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya. Figur

pertama yang dikenal anak begitu ia lahir adalah ibunya. Maka dari itu,

perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sang anak (Pratiwi, 2009).

Namun tahu saja tidak cukup, perlu diikuti dengan peduli dan bertindak.

Kadang anak yang masih berusia 1-3 tahun sangat sulit untuk disuruh

menyikat gigi sehingga peran ibu sangat penting bagi anak usia toddler

(Pratiwi, 2009). Sekadar perintah mungkin tidak mampu untuk membuat anak

mau menyikat gigi. Tapi kalau ibu mengajak si anak bersama-sama menyikat

gigi, maka anak dapat memperhatikan dan mencontoh kebiasaan ibu (Pratiwi,

2009).

Notoatmodjo cit Fankari (2004), menjelaskan bahwa penyebab

timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya

adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal

tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan

gigi dan mulut. Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal

menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak

mengenai kesehatan gigi dibanding orang dewasa. Anak usia antara 6-12

tahun atau anak usia sekolah masih kurang mengetahui dan mengerti

3

Page 4: contoh revisi ujian

memelihara kebersihan gigi dan mulut, terbukti pada angka nasional untuk

karies gigi usia 12 tahun mencapai 76,62% dengan indeks DMF-T (Decay

Missing Filled-Teeth) rata-rata 2,21 (Depkes, 1999).

Holt RD, dkk melakukan penelitian tentang efek pendidikan kesehatan

gigi yang diberikan ibu kepada anaknya yang berusia 5 tahun di London tahun

2001. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 69% dari anak-anak

yang ibunya memberikan oral health education di rumah memperlihatkan

bebas karies, dan angka gingivitis (radang gusi) yang lebih rendah daripada

anak-anak yang tidak dididik tentang kesehatan gigi dan mulut oleh ibunya

sehingga gigi menjadi sehat dan kuat. Dengan demikian penelitian ini

membuktikan peran ibu sangat penting dalam mencegah kerusakan gigi.

Hasil survey kesehatan rumah tangga survey kesehatan nasional

(SKRT-Surkesnas) tahun 2001, penyakit gigi dikeluhkan oleh 60% penduduk

indonesia. Dimana 40% penyakit gigi diderita anak-anak (Anonim, 2005).

Astuti (2001) menyatakan bahwa penyakit gigi dan mulut yang paling banyak

dijumpai pada anak-anak adalah karies serta masalah gusi. 90% anak

mengalami gigi berlubang dan 80% penyakit gusi. Penelitian yang dilakukan

pada 1000 orang anak balita di Jakarta yang bebas karies sebesar 14,1%

sedangkan anak yang memiliki karies lebih dari 85,9%.

Perawatan gigi pada anak sangat sulit memerlukan waktu dan dana

tidak sedikit, oleh karena itu diharapkan ibu mampu mengajarkan kebersihan

gigi pada anaknya supaya gigi anak tumbuh sehat dan kuat. Berdasarkan

temuan dan uraian diatas, penulis tertarik mengambil judul hubungan

4

Page 5: contoh revisi ujian

pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan gigi pada anak usia toddler

di desa Surodadi Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11-13

Oktober 2011 terdapat gangguan pertumbuhan gigi pada anak seperti

impacteo, caries gigi, calculus dan deposit, penyakit pulpa dan penyakit gusi

dan setiap bulan nya terdapat 45-47 pasien yang datang ke puskesmas.

Pengetahuan ibu tentang perawatan gigi pada anak toddler kurang sehingga

pertumbuhan gigi pada anak kurang pas dan kadang tejadi penyakit pada

giginya seperti caries gigi.

B. Rumusan Masalah

Masalah kesehatan gigi pada anak toddler merupakan masalah

kesehatan yang serius dimana ibu mempunyai peran penting untuk perawatan

gigi sehingga tidak terjadi kerusakan gigi pada anak seperti impacteo, caries

gigi, calculus dan deposit, penyakit pulpa dan penyakit gusi.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11-13

Oktober 2011 terdapat gangguan pertumbuhan gigi pada anak seperti

impacteo, caries gigi, calculus dan deposit, penyakit pulpa dan penyakit gusi

dan setiap bulan nya terdapat 45-47 ibu yang datang ke puskesmas untuk

memeriksakan gigi anaknya. Pengetahuan ibu tentang cara merawat gigi pada

anak toddler kurang sehingga terjadi penyakit pada gigi anak usia 1-3 tahun

seperti caries gigi.

5

Page 6: contoh revisi ujian

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah hubungan

pengetahuan dengan sikap ibu tentang perawatan gigi pada anak usia toddler

di Desa Surodadi Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang

perawatan gigi pada anak usia toddler di Desa Sorodadi Kecamatan

Gringsing Kabupaten Batang.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang perawatan gigi pada anak

usia toddler.

b. Mengidentifikasi sikap ibu tentang perawatan gigi pada anak usia

toddler.

c. Menganalisa hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang

perawatan gigi pada anak usia toddler di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang

D. Manfaat Penelitian

1. Puskesmas

Membantu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya

dalam bidang kesehatan gigi dan mulut sehingga pelayanan dipuskesmas

lebih optimal.

6

Page 7: contoh revisi ujian

2. Ibu (Orang Tua)

Memberikan masukan atau informasi kepada ibu (orang tua)

mengenai kesehatan gigi dan mulut serta sikap yang seperti apa yang

seharusnya dilakukan perawatan gigi dan mulut pada anak usia todller,

sehingga perawatan gigi anak usia todler dapat maksimal.

3. Peneliti

Dapat menambah pengetahuan peneliti sehingga peneliti tahu cara

merawat gigi pada anak usia toddler dan menambah pengalaman tentang

perawatan gigi pada anak usia toddler.

4. Institusi pendidikan

Menambah referensi tentang perawatan gigi dan dapat digunakan

sebagai rujukan, referensi atau tambahan informasi untuk penelitian yang

sama yaitu perawatan gigi pada anak usia todler.

5. Tenaga kesehatan/perawat

Memberikan penyuluhan kesehatan tentang kesehatan gigi dan cara

merawat gigi pada anak usia toddler kepada orang tua sehingga tidak jadi

kerusakan gigi pada buah hatinya.

7

Page 8: contoh revisi ujian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimiliki. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkat Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003)

Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja yang mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi

materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan, menyabutkan contoh,

8

8

Page 9: contoh revisi ujian

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

d. Analisis (analisys)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

didalam suatu stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikais atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang sudah ada.

9

Page 10: contoh revisi ujian

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain menuru

Notoatmodjo (2003)

a. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal-hal

yang baru dan mudah menyesuaikan dengan hal-hal baru tersebut.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai informasi yang lebih banyak akan

memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira

sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan

individu, maksudnya pendidikan yang tinggi, pengalaman akan lebih

luas.

10

Page 11: contoh revisi ujian

4. Cara Memperoleh Pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2003), cara memperoleh pengetahuan dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Dengan cara tradisional atau non ilmiah.

1) Cara coba salah (trial and error).

Adalah cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan

oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil, maka akan

dilakukan seterusnya sampai masalah itu dapat terpecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas.

Sumber pengetahuan dapat berupa pimpinan-pimpinan

masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang

pemerintahan, dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan

diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,

otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli

pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi.

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

11

Page 12: contoh revisi ujian

4) Melalui jalan pikiran.

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuan. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.

b. Cara modern atau cara ilmiah.

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “Metode

Penelitian Ilmiah (Research Methodology)”, cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626).

5. Cara Pengukuran Pengetahuan

Cara pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara

wawancara atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin diketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan cara diatas (Notoatmodjo, 2003).

B.Sikap

1. Definisi Sikap dari beberapa ahli.

a. Menurut Allport (1935) mengemukakan bahwa sikap adalah

keadaan mental dan dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman

yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons

12

Page 13: contoh revisi ujian

individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya

(Sears, 2007)

b. Menurut Notoatmojo (2005) Sikap adalah respon tertutup

seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan

faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2005)

c. Menurut Camplell (1950) suatu sindroma atau kumpulan gejala

dalam merespons stimulus atau objek sehingga sikap itu melibatkan

pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Sears,

2007)

d. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, seperti halnya

pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmojo,

2003)

2. Komponen Sikap.

Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok

yaitu:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya

bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap

objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya

bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek.

13

Page 14: contoh revisi ujian

c. Kecenderungan untuk bertindak. Artinya sikap merupakan komponen

yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka (Notoatmojo, 2003)

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan dan emosi memegang peran penting. Seperti halnya

pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan–tingkatan berdasarkan

intensitasnya :

a. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai

yang positif terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya

dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau

menganjurkan orang lain merespons.

d. Bertanggungjawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatanya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang telah diyakininya (Notoatmodjo, 2005).

14

Page 15: contoh revisi ujian

C.Perawatan Gigi Pada Anak Toddler

1. Masalah kesehatan gigi pada anak toddler

Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10

besar penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat Indonesia.

Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan

mulut masih buruk. Ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan

penyakit mulut di Indonesia yang cenderung meningkat pada anak usia

toddle (Pratiwi, 2009).

Sementara ada dua penyakit mulut yang sering dialami masyarakat

yaitu karies gigi dan periodental, karies gigi adalah sebuah penyakit

infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi

berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri,

penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan

mematikan. Penyakit Periodental itu sendiri merupakan penyakit infeksi

yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi didalam calculus (karang

gigi) yang biasanya terdapat pada leher gigi. Penyakit periodontal ini dapat

ringan seperti gingivitis (peradangan hanya pada gusi), biasanya gigi

bewarna merah dan mudah berdarah. Pada keadaan yang lebih berat dapat

terjadi kerusakan tulang pendukung gigi dan juga abses periodontal.

Penyakit (Pratiwi, 2009).

2. Penyebab masalah kesehatan gigi pada anak usia toddler

15

Page 16: contoh revisi ujian

Penyebab masalah kesehatan gigi karies gigi dan periodontal

konsumsi makanan yang manis dan lengket, malas atau salah dalam

menyikat gigi, kurangnya memperhatikan kesehatan gigi dan mulut atau

bahkan tidak pernah sama sekali memeriksakan kesehatan gigi (Pratiwi,

2009).

Hal yang sangat mempengaruhi masalah tersebut yaitu faktor

pendidikan merupakan faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi

yang mempengaruhi terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang

untuk hidup sehat, sehingga diharapkan seseorang yang mempunyai

tingkat pendidikan yang lebih tinggi mampu memiliki pengetahuan dan

sikap yang baik tentang kesehatan. Dan alangkah baiknya berbagi dengan

masyarakat yang tingkat pendidikanya rendah, dan membutuhkan lebih

banyak lagi informasi.

3. Cara merawat gigi pada anak menurut Suwelo (1996)

Kesehatan gigi dan anak perlu diperhatikan sedini mungkin.

Pembentukan gigi pada anak sudah dimulai sejak ia masih dalam

kandungan (Pratiwi, 2009). Faktor gizi ibu hamil sangat menentukan

pertumbuhan dan perkembangan janin, tidak terkecuali bagian gigi dan

mulutnya (Rina, 2000). Kalsium, fluor dan fosfor adalah elemen penting

dalam pembentukan gigi janin. Begitu juga vitamin C dan D (Rina, 2000).

Karies gigi dapat terjadi sangat dini. Begitu gigi sudah tumbuh dan

terekspos ke lingkungan mulut maka ia berpotensi untuk mengalami karies

(Rina, 2000). Ibu dapat membantu membersihkan gigi anaknya yang

16

Page 17: contoh revisi ujian

masih batita dengan menggunakan kasa atau kapas bersih yang disapukan

ke permukaan gigi (Rina, 2000). Untuk mengetahui apakah masih terdapat

plak di permukaan gigi, dapat dioleskan disclosing solution yang akan

memberi warna merah pada bagian permukaan yang ditutupi plak (Rina,

2000). Jadi bisa ketahuan apakah gigi memang sudah benar-benar bersih

atau belum.

Anak yang masih berusia di bawah 5 tahun sangat sulit untuk

disuruh menyikat gigi sehingga peran ibu sangat penting bagi anak usia

toddler (Pratiwi, 2009). Sekedar perintah mungkin tidak mampu untuk

membuat anak mau menyikat gigi. Tapi kalau ibu mengajak si anak

bersama-sama menyikat gigi, saat mandi misalnya, maka anak dapat

memperhatikan dan mencontoh kebiasaan ibu (Pratiwi, 2009).

a. Kurangi minuman manis

Anak-anak memang lebih suka menghisap atau meminum

minuman yang ada rasanya di banding air putih, tetapi orang tua harus

bisa membatasinya. Karena minuman manis tidak baik buat gigi dan

gula yang ada di dalam darah.

b. Minum dengan gelas

Minuman yang mengandung gula jika diberikan melalui botol,

akan menetes pada gigi secara konstan dan dalam waktu yang panjang.

Berbeda dengan jika diminum menggunakan sendok atau gelas yang

akan terteguk dan tertelan langsung. Juga jangan berikan susu dari

botol sambil ia beranjak tidur karena di malam hari, produksi saliva

17

Page 18: contoh revisi ujian

berkurang sehingga tidak bisa melindungi gigi dari produksi asam.

Sebaiknya, selesaikan acara minum susu, lalu sikat gigi sebelum tidur.

c. Buat jadwal makan

Buat jadwal makan lima kali sehari yang meliputi sarapan,

cemilan pagi, makan siang, cemilan sore, dan makan malam.

d. Beri cemilan sehat

Kadang orang tua memberkan apa saja yang anak suka makan

dengan pemikiran "mumpung ia mau makan" atau "dari pada rewel"

tanpa menghitung kandungan gula dalam cemilannya itu. Misalnya

biskuit dengan filling atau topping gula atau cup cake dengan whipped

cream icing. Lebih baik beri ia keripik singkong, cracker keju atau

buah segar potong. Jika ingin memberi cemilan manis sesekali, pilih

cokelat dari pada permen. Dalam memberi makan, pastikan ia

mengunyah cepat dan langsung menelannya (tidak diemut).

e. Sikat gigi dua kali sehari

Ajari anak menyikat gigi nya, cara menyikat gigi yang baik

adalah dengan menaruh sedikit pasta gigi pada sikat. Sikat dengan

gerakan memutar dengan fokus satu bagian baru ke bagian berikutnya.

Sikat bagian belakang dan gigi sampai batas gusi. Ajari si kecil

meludah dan berkumur setelah selesai menggosok gigi.

f. Kunjungi dokter gigi

Sejak si kecil berumur satu tahun, mulailah membuat janji ke

dokter gigi setiap enam bulan sekali. Dengan pemeriksaan rutin,

18

Page 19: contoh revisi ujian

masalah-masalah gigi dapat ditangani sejak dini agar ia bisa memiliki

gigi yang sehat seumur hidup

D.Toddler

1. Pengertian

Toddler adalah anak usia 1 – 3 tahun (Supartini, 2004).

Usia todler adalah masa lucu-lucunya anak, tetapi sekaligus masa

yang melelahkan bagi orang tua, banyak hal yang harus diketahui kita

sebagai orang tua karena tingkah laku “Todler” sangat beragam – seperti;

agresif, menarik rambut, banyak kemauan, berbohong, dan lain-lain, yang

bila kita salah menyikapinya maka akan berdampak tidak baik bagi anak

kita dalam perkembangan selanjutnya. Untuk itu kita perlu membuka

wawasan tentang bagaimana menyikapi “Todler” kita (Supartini, 2004)

Bagi anak usia todler, sakit adalah sesuatu yang menakutkan. Selain

itu, perawatan di rumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak

merasa kehilangan lingkungan yang dirasakanya aman, penuh kasih

sayang, dan menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan lingkungan

rumah yang dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya (Supartini,

2004).

2. Pengertian perkembangan sosial usia todler

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial dan dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk

menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi,

19

Page 20: contoh revisi ujian

meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan

bekerjasama (Yusuf Syamsu, 2005).

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan

atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai

aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta

mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana

menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Yusuf

Syamsu, 2005).

3. Karakteristik perkembangan sosial anak usia toddler

Pada masa usia 1-3 tahun merupakan masa tahap perkembangan

yang benar-benar harus di bawah pengawasan orang tua, dimana

perkembangan itu nantinya akan sangat penting untuk perkembangan

tahap selanjutnya.

Pada umur 1 tahun anak tahu dan dapat membedakan apakah orang

lain benar-benar marah atau tidak. Bayi mengerjakan sesuatu bila terdapat

seseorang didekatnya. Tindakan ini dilakukan karena pengalaman dan

naluri. Anak akan bertindak ramah terhadap orang yang sudah lama

dikenalnya dan malu terhadap orang yang baru dikenal. Hubungan dengan

orang-orang yang selalu dilingkungannya lain daripada dengan orang yang

baru dijumpai. Terhadap golongan ini bayi pada umur setengah tahun

bertindak sama adil, tidak mencurigai, karena ia memerlukan mereka

untuk bermain. Anak berumur 2 tahun mengharapkan agar ia ditemani

terutama pada waktu bermain. Umur 3 tahun hubungan anak dengan orang

20

Page 21: contoh revisi ujian

tua berubah. Perubahan ini mempunyai hubungan erat dengan

perkembangan kemauan (Soetjiningsih, 2005).

Pada anak berumur 1 tahun dapat bermain bersama-sama, namun

mereka tidak akan dapat bermain dalam waktu yang cukup lama, karena

mereka cepat bermain sendiri kembali. Saat umur 2 tahun mereka mulai

dapat bermain lama. Anak berumur 1-2 tahun hanya dapat mengikuti

rombongan yang terdiri dari 2 anak. Pada akhir 2 tahun ia mulai mengikuti

rombongan yang terdiri dari 3 orang selainitu anakmulai belajar mengenal

pekerjaan yang dilakukan dirumah. (Soetjiningsih, 2005).

4. Tingkah Laku Anak Usia Todler

a. Agresif – suka memukul, menggigit, dan tingkah agresif lainnya

b. Bandel (tidak punya perhatian) atau Hyperaktif

c. Suka Berteriak.

d. Persaingan Saudara (Sibling Rivalry) (Soetjiningsih, 2005).

5. Mengasuh Dan Membimbing Anak Usia Todler (1 – 3 Tahun) Yusuf

Syamsu (2005) adalah :

a. Ciri dan tuntutan perkembangan

Anak akan bergerak dan berbuat sesuatu sesuai dengan

kemauannya sendiri, sehingga ia seolah-olah ingin mencoba apa yang

dapat dilakukannya. Tak henti-hentinya ia berjalan kian kemari dengan

perasaan senang dan puas, tangannya pun akan meraih segala sesuatu

yang terjangkau olehnya.

Anak pun dapat menuntut atau menolak apa yang ia kehendaki

21

Page 22: contoh revisi ujian

atau tidak ia kehendaki. Akan tertanam perasaan otonomi diri, yaitu

rasa kemampuan mengatur badannya dan lingkungannya sendiri. Hal

ini menjadi dasar terbentuknya rasa yakin pada diri dan harga diri di

kemudian hari.

b. Sikap orangtua

1) Doronglah agar anak dapat bergerak bebas dan berlatih melakukan

hal-hal yang diperkirakan mampu ia kerjakan, sehingga akan

menumbuhkan rasa kemampuan diri. Namun harus bersikap tegas

untuk melindungi dari bahaya, karena dorongan anak berbuat

belum diimbangi oleh kemampuan untuk melaksanakannya secara

wajar dan rasional.

2) Usahakan agar anak mau bermain dengan anak lainnya. Dengan

demikian ia akan belajar bagaimana mengikuti aturan permainan.

Namun jangan lupa bahwa dalam bermain atau berhubungan

dengan orang lain, anak masih bersifat egoistis, yaitu

mementingkan diri sendiri dan memperlakukan orang lain sebagai

obyek atau benda sesuai dengan kemauannya sendiri.

3) Banyaklah berbicara kepada anak dalam kalimat pendek yang

mudah dimengerti

4) Bacakan buku cerita atau dongeng kepada anak setiap hari, dan

doronglah agar ia mau menceritakan kepada anda apa yang ia lihat

atau dengar

5) Ajak anak ke taman, toko, kebun binatang, lapangan, atau tempat

22

Page 23: contoh revisi ujian

lainnya

6) Usahakan agar anak membereskan mainannya setelah bermain,

membantu kegiatan rumah tangga yang ringan dan menanggalkan

pakaiannya tanpa dibantu. Hal ini akan melatih anak untuk

bertanggung jawab.

7) Latihlah anak dalam hal kebersihan diri, yaitu buang air kecil dan

buang air besar pada tempatnya, namun jangan terlalu ketat

8) Latihlah anak untuk makan sendiri memakai sendok dan garpu, dan

ajaklah ia makan bersama keluarga

9) Berilah alat permainan yang sederhana, dan doronglah agar anak

mau bermain balok-balok atau menggambar

10) Jangan terlalu banyak memberikan larangan. Namun orangtua pun

jangan terbiasa menuruti segala permintaan anak. Bujuk dan

tenangkanlah anak ketika ia kecewa dengan cara memeluknya dan

mengajaknya berbicara.

11) Gangguan dalam mencapai rasa otonomi diri akan berakibat

bahwa anak dikuasai oleh rasa malu dan keragu-raguan serta

pengekangan diri yang berlebihan. Sebaliknya, dapat juga terjadi

sikap melawan dan memberontak.

6. Gangguan atau penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini

a) Kesulitan makan, terutama bila ibu memaksa makan

b) Suka mengadat (ngambek atau tempertantrum)

c) Tingkah laku kejam

23

Page 24: contoh revisi ujian

d) Tingkah laku menentang dan keras kepala

e) Gangguan dalam berhubungan dengan orang lain yang diwarnai oleh

sikap menyerang.

7. Pertumbuhan dan perkembangan psikososial anak

Merupakan perkembangan anak yang ditinjau dari aspek

psikososial, perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson bahwa anak

dalam perkembanganya selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan

untuk mencapai kematangan kepribadian anak perkembangan psikososial

anak dapat meliputi :

a. Tahap percaya dan tidak percaya pada usia 0-1

tahun (bayi).

b. Tahap kemandirian, rasa malu, dan ragu terjadi

pada usia 1-3 tahun (todler).

c. Tahap inisiatif, rasa bersalah terjadi pada usia 4-6

tahun (pra sekolah).

d. Tahap rajin dan rendah diri terjadi pada usia 6-12

tahun (sekolah).

e. Tahap identitas dan kebingunguan peran terjadi

pada masa adolescence.

f. Tahap keintiman dan pemisahaan terjadi pada masa

dewasa muda.

g. Tahap generasi dan penghentian terjadi pada masa

pertengahaan.

24

Page 25: contoh revisi ujian

h. Tahap integritas dan keputusan terjadi pada masa

usia lanjut

i. Periode penggunaan lingkungan (Nursalam, 2005).

Anak Toddler adalah anak usia 1-3 tahun, tingkah laku Toddler sangat

beragam seperti, agresif, menarik rambut, banyak kemauan, dan kadang

berbohong. Anak usia toddler membutuhkan perhatian yang khusus seperti

menyikat gigi supaya menyikat gigi dengan baik dan benar.

Orang tua mempunyai peran yang penting untuk kesehatan gigi anak

toddler karena penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut adalah

faktor perilaku atau sikap orang tua yang mengabaikan kebersihan gigi dan

mulut pada anaknya. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan orang

tua tentang perawatan gigi anak toddler dalam pentingnya memelihara gigi

dan mulut. Karena anak masih tergantung pada orang tua dalam hal menjaga

kesehatan giginya.

Ibu harus mengajari anak toddler sikap gigi setiap mandi dan malam

sebelum tidur, mengurangi minuman yang manis, memberikan cemilan yang

sehat dan biasakan untuk mengajak anak periksa kedokter gigi minimal enam

bulan sekali supaya gigi anak tumbuh sehat dan kuat.

25

Page 26: contoh revisi ujian

E.Kerangka Teori

Gambar 2.1 kerangka teori menurut Notoatmodjo, 2005 dan Suwelo, 1996

26

Yang mempengaruhi Pengetahuan - Pendidikan- Informasi- Budaya- Pengalaman

Sikap - menerima- menanggapi- menghargai- bertanggung

jawab

Pengetahuan ibu tentang perawatan gigi anak toddler:- masalah

kesehatan gigi pada anak

- penyebab masalah kesehatan gigi

- cara merawat gigi

Page 27: contoh revisi ujian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian (Nursalam, 2009). Berdasarkan rumusan masalah yang telah

diuraikan dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut:

27

Pengetahuan ibuSikap ibu terhadap

perawatan gigi anak todler

Page 28: contoh revisi ujian

“Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan gigi

pada anak usia toddler“

C. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional atau

penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok

subyek. Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional

yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (Notoatmodjo, 2005).

Dikatakan penelitian korelasional karena dalam penelitian ini bertujuan

untuk mencari hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap

perawatan gigi pada anak usia toddler.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek dan objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Alimul, 2003). Populasi dalam penelitian ini

adalah ibu-ibu yang mempunyai anak usia toddler yang berada di Desa

Surodadi dan balita yang jumlah 45 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel

28

22

27

Page 29: contoh revisi ujian

dilakukan dengan menggunakan sampel jenuh (Sugiono, 2005). Jumlah

sampel dalam penelitian ini sebanyak 45 orang.

Penelitian ini kriteria sampel dapat meliputi kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya

sampel yang akan digunakan (Alimul, 2003). Sampel dalam penelitian ini

adalah ibu yang mempunyai anak usia toddler yang berada di desa

Surodadi di wilayah Puskesmas Kecamatan Gringsing yang memenuhi

kriteria inklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang mempunyai syarat-syarat menjadi

sampel (Alimul, 2003).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Ibu yang mempunyai anak usia toddler yang berada

di desa Surodadi di wilayah Puskesmas Kecamatan Gringsing.

b. Ibu yang bersedia menjadi responden.

c. Ibu yang berpendidikan minimal SD

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian, seperti adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau

suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian

(Riwidigdo, 2008).

Kriteria eksklusi dalam penelitian

29

Page 30: contoh revisi ujian

a. Ibu yang mempunyai anak usia toddler yang berada di desa Surodadi

di wilayah Puskesmas Kecamatan Gringsing saat penelitian tidak ada

b. Ibu yang mempunyai anak usia toddler yang berada di desa Surodadi

di wilayah Puskesmas Kecamatan Gringsing saat penelitian sedang

sakit.

c. Ibu yang mempunyai anak usia toddler yang berada di desa Surodadi

di wilayah Puskesmas Kecamatan Gringsing yang tidak bisa membaca

dan menulis

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian akan dilakukan di desa Surodadi di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan mulai bulan Oktober sampai Maret 2012.

Adapun jadwal kegiatan penelitian terlampir

F. Definisi Operasional, Variabel Penelitian dan skala Pengukuran

VariabelDefinisi

OperasionalAlat ukur Hasil Ukur Skala

30

26

Page 31: contoh revisi ujian

Variabel IndependenPengetahuan ibu tentang perawatan gigi

Sesuatu yang diketahui ibu tentang perawatan gigipada anak toddler, meliputi -masalah kesehatan pada gigi- penyebab masalah kesehatan pada gigi- cara merawat gigi

Kuesioner terdiri dari 15 pernyataan, dengan jawaban benar dan salah, favourabel jawaban ya= 1 salah = 0, sedangkan unfavourabel jawaban ya = 0 salah = 1

Data akan diuji normaliatas, baru dikategorkan apabila :Data normal:Baik > meanTdk Baik < meanData tdk normal :Baik > medianTdk Baik < median

Ordinal

Variabel TerikatSikap ibu dalam perawatan gigi

Perintah atau respon yang akan dilakukan ibu dalam merawat gigi anak, meliputi:- cara merawat gigi yang baik-mengajari menyikat gigi

Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak, favourabel jawaban ya= 1 salah = 0, sedangkan unfavourabel jawaban ya = 0 salah = 1

Data akan diuji normaliatas, baru dikategorkan apabila :Data normal:Baik > meanTdk Baik < meanData tdk normal :Baik > medianTdk Baik < median

Ordinal

G. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Dalam pengumpulan data terdapat 2 jenis data yaitu:

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh melalui pengisian kuesioner atau angket

oleh responden. Yaitu data tentang jawaban dari responden yang

31

Page 32: contoh revisi ujian

meliputi pengetahuan dan sikap ibu dalam merawat gigi anak usia

toddler.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari literatur yang relevan serta sumber-

sumber yang menunjang. Dalam penelitian ini data sekunder yaitu

jumlah ibu yang mempunyai anak usia todller didapat dari data dari

Puskesmas.

2. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, dimana

responden diminta untuk mengisi kuesioner yang dibagikan dengan

memilih jawaban yang tersedia.

Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu

a. Kuesioner A pengetahuan, jumlah kuesioner ada 15 soal

menggunakan skala Guttman dengan jawaban benar dan salah.

b. Kuesioner B sikap ibu dalam merawat gigi anak usia toddler, jumlah

kuesioner 10 soal menggunakan skala Guttman dengan jawaban ya dan

tidak.

Kisi-kisi kuesioner

No

Parameter Favourabel Unfauvorabel No urut

1 Pengetahuan ibu tentang cara merawat gigi pada anak toddler

1,2,3,5,7,9,10,11,12,13,

4,6,8,14,15 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,

32

Page 33: contoh revisi ujian

14,152 Sikap ibu dalam

merawat gigi pada anak toddler

1,2,5,8,9,10 3,4,6,7, 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

3. Uji Instrumen Penelitian

Untuk menguji apakah instrumen ini dapat dipertanggung jawabkan

atau tidak terlebih dahulu di uji validitas dan reliabilitasnya. Agar

diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka

instrument akan diuji cobakan (Notoatmodjo, 2005).

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument

dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,

2002).

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan dua cara. Pertama

dengan uji validitas konstruksi (construct validity) yaitu meminta

pendapat dari ahli (judgement experts) yang dibidangnya sesuai

dengan lingkup yang diteliti tentang instrument yang telah disusun

berdasarkan teori variabel yang diteliti. Uji expert akan dilakukan oleh

tenaga ahli sesuai dengan keilmuannya. Instrumen yang peneliti buat

akan di konsultasikan kepada perawat spesialis gigi, perawat spesialis

anak dan dokter gigi. Instrumen mungkin dapat digunakan tanpa

perbaikan, ada perbaikan atau dirombak total, dan jika itemnya

33

Page 34: contoh revisi ujian

dinyatakan gugur atau tidak valid oleh expert maka item dalam lembar

kuesioner tidak akan diikutkan dalam penelitian. Instrumen setelah

disetujui oleh ahli kemudian dilakukan uji coba instrumen pada

sampel dimana uji validitas akan dilakukan untuk mencari suatu

instrumen yang valid. Uji validitas yang kedua dengan menggunakan

uji validitas isi (content validity) yaitu membandingkan antara isi

instrumen dengan isi teori setiap variabel yang diteliti (Sugiyono,

2007).

Uji validitas isi akan dilakukan di desa Banyuputih wilayah kerja

Puskesmas Kabupaten Batang pada bulan Desember kepada ibu yang

mempunyai anak usia toddler dengan jumlah responden untuk uji coba

20 responden.

Untuk mengetahui validitas instrumen dilakukan dengan cara

melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor

totalnya. Suatu variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan

skor totalnya (Arikunto, 2002).

Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi Person

Product Moment, yaitu :

Rxy =

Keterangan :

N : jumlah responden

x : pertanyaan ke-n

y : skor total

34

Page 35: contoh revisi ujian

xy : skor pertanyaan ke-n dikali skor total

Keputusan uji :

Item pertanyaan dikatakan valid apabila r hitung lebih besar

dari r tabel.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menyatakan sejauh mana alat ukur

dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2005). Uji reliabilitas

dalam penelitian ini menggunakan teknik alpha menggunakan rumus

(Arikunto, 2002).

r11 =

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= Jumlah varian butir

= Varian total

Keputusan uji :

Instrumen dikatakan reliabel bila nilai r alpha > 0,600 atau

mendekati 1

H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan

35

Page 36: contoh revisi ujian

Data yang telah dikumpulkan (data mentah) kemudian diolah.

Pengolahan data dimaksudkan sebagai suatu proses untuk memperoleh

data ringkasan dari data mentah dengan menggunakan cara atau rumus

tertentu. Data tersebut bisa berupa jumlah (total), rata-rata (average),

persentase (percentage), dan sebagainya (Hasan, I, 2002)

Dalam melakukan pengolahan data meliputi langkah-langkah

sebagai berikut

a. Pemeriksaan Data (Editing)

Bertujuan memeriksa kembali data yang dikumpulkan baik

berupa daftar pertanyaan. Apakah lembar kuesioner sudah lengkap.

Editing segera dilakukan di lapangan sehingga apabila ada kekeliruan

segera cepat dilengkapi.

b. Pemberian kode (Coding)

Untuk memudahkan analisa, maka data tersebut perlu diberi

kode angka. Pemberian kode pada data sangat penting jika

pengolahan data dilakukan dengan komputer.

c. Pemberian nilai (scoring)

Setelah pemberian angka selesai kemudian dilakukan scoring

sesuai dengan kriteria yang dibuat peneliti dengan memberikan nilai

pada hasil kuesioner yang telah diisi oleh peneliti.

d. Penyusunan data (tabulating)

Membuat tabulasi dalam kerja memproses data, membuat

tabulasi tidak lain adalah memasukkan data ke tabel-tabel dan

36

Page 37: contoh revisi ujian

mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung, jumlah kasus dalam

berbagai kategori (Arikunto, 2002)

2. Analisa Data

Analisis data menggunakan alat bantu data yang diperoleh kemudian

dianalisa dengan analisis univariate dan analisis bivariate sebagai berikut :

a. Analisis Univariate

Analisis yang digunakan untuk mendiskripsikan masing-masing

variabel, analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari

tiap variabel (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini analisa univariat

dilakukan pada variabel pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan,

sikap ibu dalam merawat gigi anak usia toddler.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel

yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini menggunakan

analisis bivariat untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel

yaitu: pengetahuan dengan sikap ibu dalam merawat gigi anak usia

toddler.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan dan menguji

hipotesis antara dua variabel atau lebih, maka untuk menguji hipotesis

digunakan pengujian statistik dengan menggunakan chi-square atau

chi Kuadrat, yaitu :

X2 =

37

Page 38: contoh revisi ujian

Dimana :

X2 : chi square (chi kuadrat)

fo : frekuensi yang diobservasi

fh : frekuensi yang diharapkan

I. Etika Penelitian

1. Informed consent (persetujuan)

Persetujuan ini diberikan kepada responden yang diteliti dan telah

memenuhi kriteria. Subyek yang menolak menjadi responden maka

peneliti tidak bisa memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden dan hanya diberi kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Notoatmodjo,

2005)

J. Jadual Penelitian

Terlampir

38