contoh portofolio terkini
DESCRIPTION
rincian portofolio kasus kasus dirumah sakitTRANSCRIPT
PORTOFOLIO
SUBDURAL HEMATOMA
Disusun Oleh :
dr. Rosalina
Pendamping :
dr. Arrahamah Haroen
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
RUMAH SAKIT ISLAM PONDOK KOPI JAKARTA
PERIODE 12 FEBUARI 2015 - 12 FEBUARI 2016
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Nama : dr. Rosalina
Judul/Topik : Subdural Hematoma
Nama Pendamping : dr. Arrahmah Haroen
Nama Wahana : Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya
Dokter Pendamping
dr. Arrahmah Haroen
Topik : Subdural Hematoma
Tanggal Kasus : 7 Maret 2015 Presenter : dr. Rosalina
Tanggal Presentasi : Mei 2015 Pendamping : dr. Arrahmah Haroen
Tempat Presentasi :
Ruang RF RS Islam Pondok Kopi
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumi
l
Deskripsi : Wanita, 24 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Islam Pondok Kopi
dengan keluhan nyeri kepala belakang, mual, muntah. Pasien post
kecelakaan lalu lintas 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien sempat
tidak sadarkan diri.
Tujuan : Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan subdural hematoma dalam
kompetensi dokter umum.
Bahan
Bahasan :
Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara
Membahas :
Diskusi Presentasi dan
Diskusi
Email Pos
Data Pasien : Nama : Nn. NJ Nomor Registrasi :
Nama Klinik :
Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta
Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Subdural hematoma. Pada tanggal 5 Maret 2015, pasien datang ke IGD dengan
keluhan kecelakaan jatuh dari motor. Kepala pasien terbentur aspal, pasien tidak ingat
bagian kepala mana yang terbentur. Saat datang ke IGD pasien dalam keadaan sadar,
mengaku tidak ingat kejadian saat jatuh. Menurut yang mengantar, pasien sempat pingsan
kurang lebih selama 10 menit. Pasien mengalami luka robek di pelipis kanan, dan luka
lecet di pinggang kiri, siku kanan kiri, lutut kanan kiri, dan bibir bagian atas. Pasien
mengeluh sakit kepala. Pada tanggal 7 Maret 2015, pasien kembali datang ke IGD dengan
keluhan tidak mau makan sejak 2 hari yang lalu disertai lemas. Pasien juga mengeluh nyeri
kepala bagian belakang. Nyeri kepala timbul terus menerus dan semakin memberat. Tidak
ada kejang ataupun pingsan. Pasien merasa mual saat makan, dan muntah sebanyak satu
kali. Dilakukan pemeriksaan fisik, neurologi yang didapati dalam batas normal, dilakukan
pemeriksaan Ct-Scan kepala, didapati hasil berupa gambaran subdural hematoma region
temporoparietal sinistra.
2. Riwayat Pengobatan :
Tidak ada riwayat pengobatan apapun sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Tidak ada riwayat penyakit apapun
Riwayat alergi obat disangkal
4. Riwayat keluarga :
Riwayat tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, asma, alergi obat disangkal
Riwayat mengalami keluhan/sakit yang sama disangkal
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai pegawai swasta
6. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1. Ilyas, KK. 2011. Trauma Kapitis Chapter II. USU Institutional Repository:
Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25734/3/Chapter%20II.pdf
2. Nasution, ES. 2010. Cedera Kepala. USU Institutional Repository: Universitas Sumatera Utara.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21501/4/Chapter%20II.pdf
3. Usmanto, A. 2004. Subdural Hematoma Akut. Universitas Diponegoro Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/12370/1/2004PPDS3600.pdf
4. Ayu, IM. 2010. Subdural Hematoma. Chapter II. USU Institutional Repository:
Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21258/.../Chapter%20II.pdf
5. Tom, S, dkk. Subdural Hematoma in Emergency Medicine, Medscape Reference,
2011
Hasil Pembelajaran :
1. Mendiagnosis subdural hematom sesuai kompetensi sebagai dokter umum
2. Mewasapadai pasien dengan keluhan cedera kepala
3. Tatalaksana kegawatdaruratan pada pasien yang datang dengan keluhan cedera kepala
4. Mediagnosis cedera kepala riangan, sedang, maupun berat
5. Mewaspadai adanya peningkatan tekanan intrakranial dalam kasus cedera kepala
6. Mekanisme/patofisiologi subdural hematoma
7. Tatalaksana subdural hematoma dalam kompetensi dokter umum
8. Edukasi tentang penyakit yang diderita pasien dan motivasi pasien beserta keluarga
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subyektif
Pasien datang ke IGD dengan keluhan tidak mau makan sejak 2 hari yang lalu disertai
lemas. Pasien juga mengeluh nyeri kepala bagian belakang. Nyeri kepala timbul terus
menerus dan semakin memberat. Tidak ada kejang ataupun pingsan. Pasien merasa mual saat
makan, dan muntah sebanyak satu kali. Pasien post KLL 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
mengalami benturan kepala dan sempat pingsan selama 10 menit.
2. Objektif
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Nafas : 20x/menit tipe torakoabdominal
Suhu : 36,6ºC
Pemeriksaan Fisik :
Kepala, leher : Normocephali, hematoma region occipital, luka post hecting pada region
parietalis sinistra, vulnus eksoriatum pada region labialis superior, pupil isokor 3mm/3mm,
reflex cahaya langsung/tidak langsung +/+, konjunctiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, otorea
-/-, rinorhea -/-
Thorax : Tidak ada deformitas ataupun jejas. Simetri kanan dan kiri
Jantung : BJ I/II regular, gallop (-), murmur (-)
Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/- ,wheezing -/-
Abdomen : Supel (+), bising usus 4x/menit, timpani (+), organomegali (-), nyeri tekan (+)
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas (+), edema keempat pada ekstremitas
(-), vulnus eksoriatum pada siku kanan dan kiri, region genue dan malleolus dextra sinistra
(+)
Status Neurologi : dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium 7 Maret 2015 :
Darah Rutin Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 11,7 (L) 12,5 – 15,5
Leukosit 12,7 (H) 5,0 – 10,0
Hematokrit 14 (L) 37 - 47
Trombosit 415 (H) 150 - 400
Elektrolit
Natrium 142 132 - 145
Kalium 3,73 3,50 – 5,50
Chloride 111 (H) 98 - 110
Glukosa
GDS 122 70 -200
Ro Thorax /Ct-Scan 5 Maret 2015 :
Kesan: SDH didaerah frontoparietal kiriParenkim otak masih dalam batas normal, tak tampak lesi ICHCerebellum dan batang otak masih baikTak tampak fraktur tulang schedel
3. “Assessment” (penalaran klinis)
Diagnosis subdural hematoma pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa Ct-Scan kepala polos. Hematoma
subdural adalah penimbunan darah di dalam rongga subdural (di antara duramater dan
arakhnoid). Perdarahan ini sering terjadi akibat robeknya vena-vena jembatan (bridging
veins) yang terletak antara kortek cerebri dan sinus venous tempat vena tadi bermuara, namun
dapat terjadi juga akibat laserasi pembuluh arteri pada permukaan otak. Perdarahan subdural
paling sering terjadi pada permukaan lateral hemisfer dan sebagian di daerah temporal, sesuai
dengan distribusi bridging veins. Perdarahan subdural ini dibagi menjadi tiga, yaitu fase akut,
subakut dan kronik. Melalui anamnesis dan gambaran Ct-Scan kepala pada pasien ini
disimpulkan bahwa pasien kemungkinan mengalami hematoma subrual tipe subakut. Dimana
gambaran klinisnya berupa awalnya pasien mengalami periode tidak sadar lalu mengalami
perbaikan status neurologi yang bertahap.1 Namun, setelah jangka waktu tertentu penderita
memperlihatkan tanda-tanda status neurologis yang memburuk. Hal ini sesuai dengan kondisi
pasien yang sempat tidaksadarkan diri setelah kecelakaan, lalu kesadaran membaik, namun
setelah 3 hari pasien mengalami nyeri kepala berat bahkan kejang dan penurunan kesadaran
selama diruang perawatan (tercantun di follow up)
Gambaran klinis ditentukan oleh dua faktor yaitu beratnya cedera otak yang terjadi
pada saat benturan trauma dan kecepatan pertambahan volume darah. Pada penderita dengan
benturan trauma yang ringan tidak akan kehilangan kesadaran pada waktu terjadinya trauma.
Hematoma dan lesi massa intrakranial lainnya yang dapat membesar hendaklah dicurigai bila
ditemukan penurunan kesadaran setelah kejadian trauma. Gejala – gejala klinis terjadi akibat
cedera otak primer dan tekanan oleh massa hematoma. Pupil yang anisokor dan defisit
motorik adalah gejala – gejala klinik yang paling sering ditemukan. Lesi paska trauma baik
hematoma atau lesi parenkhim otak biasanya terletak ipsilateral terhadap pupil yang melebar
dan kontralateral terhadap defisit motorik. Manifestasi klinis lain yang dapat ditemukan
diantaranya; penurunan kesadaran, nyeri kepala (menetap, temporer, berubah-ubah), muntah,
paralisis, penurunan atau gangguan penglihatan, gangguan bicara, atau penurunan memori.
Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan primer (primary survey) yang mencakup
jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan tekanan darah atau nadi (circulation) yang
dilanjutkan dengan resusitasi. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan perfusi dan
oksigenasi jaringan tubuh. Secara bersamaan juga diperiksa nadi dan tekanan darah untuk
memantau apakah terjadi hipotensi, syok atau terjadinya peningkatan tekanan intrakranial.
Jika terjadi hipotensi atau syok harus segera dilakukan pemberian cairan untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang. Terjadinya peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan
refleks Cushing yaitu peningkatan tekanan darah, bradikardia dan bradipnea. Pemeriksaan
neurologi pada penderita cedera kepala hendaklah ditekankan pada pemeriksaan neurologi
yang meliputkan kesadaran penderita dengan menggunakan Skala Koma Glasgow, diameter
kedua pupil ,defisit motorik dan tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan antara lain; pemeriksaan laboratorium, foto
tengkorak untuk melihat adanya fraktur, pemeriksaan CT scan yang merupakan modalitas
pilihan utama bila dicurigai terdapat suatu lesi pasca-trauma, karena prosesnya cepat, mampu
melihat seluruh jaringan otak dan secara akurat membedakan sifat dan keberadaan lesi intra-
aksial dan ekstra-aksial dan magnetic resonance imaging (MRI) sangat berguna untuk
mengidentifikasi perdarahan ekstraserebral.
4. “Plan”
Diagnosis :
Klinis : Penurunan kesadaran
Topis : Frontoparietalis sinistra
Etiologi : Subdural hematom
Pengobatan : Prinsip-prinsip umum penatalaksanaan trauma kepala adalah:
- Tatalaksana ABC (Airway, Breathing & Circulation) dan resusitasi
- Hindari hipotensi dan pertahankan tekanan darah sistolik lebih dari 90 mmHg.
- Pertahankan oksigenasi yang adekuat. - Pertahankan posisi kepada dan leher
sedemikan rupa untuk mencegah kompresi pada vena jugularis, sehingga drainase
vena otak menjadi lancer.
- Pertahankan elevasi kepala 30º-45º - Pertahankan PaCO2 35-40 mmHg.
- Hindari cairan yang hanya mengandung dekstrose, kecuali bila pasien
mengalami hipoglikemia. Demikan pula halnya dengan cairan hipotonik.
- Atasi demam dan pertahankan suhu tubuh normal
- Sedasi mungkin diperlukan untuk mencegah efek buruk agitasi
- Pertahankan hemostasis elektrolit dan gula darah
- Nilai dan perbaiki gangguan koagulasi
- Nutrisi yang adekuat
- Profilaksis kejang, namun hal ini tidak diindikasikan untuk mencegah kejang
pascatrauma fase lanjut.
- Manitol (0,25-1 g/kg IV) harus diberikan bila ada tanda-tanda herniasi atau jika
terjadi gangguan neurologik yang bukan disebabkan faktor lain.
- Steroid dikontraindikasikan pada pasien cedera kepala.
- Monitor tekanan intrakranial dilakukan pada:
GCS 3-8 setelah resusitasi dan ada kelainan pada CT scan otak.
CT scan otak normal tetapi terdapat minimal 2 faktor berikut: Usia >40
tahun, tekanan darah sistolik < 90 mmHg, deselebrasi atau dekortikasi
unilateral atau bilateral.
Medikamentosa
IVFD Tutofusin/12 jam
Inj Citicolin 2x500 mg
Inj Cendantron 2x4 mg
Non Flamin tab 2x1
Betahistine tab 2x24 mg
Asam Mefenamat tab 3x500 mg
Sirdalud tab2x1
Celebrex tab 1x200 mg
Inj Pantozol 1x1
Penitoin tab 3x100 mg
As.Folat tab 2x1
IVFD Asering 1000cc/24 jam
NaCl3% 500cc/24 jam
NaCl kaps 3x1
Inj Neulin 2x500 mg
Inj Terpacef 1x2 gr
Non Medikamentosa
Rawat ICU Penurunan kesadaran post kejang
Monitor
O2
NGT
DC
Elevasi kepala 30º-45º
Pendidikan : Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita
pasien, serta perjalanan penyakit. Edukasi tentang tatalaksana, risiko terbaik dan
terburuk dalam penanganan pasien.
Konsultasi : Dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan spesialis saraf
untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut.