contoh icra 2015
DESCRIPTION
ppiTRANSCRIPT
ICRA Infection Control Risk Assesment
2015
PENILAIAN RISIKO INFEKSI RUMAH SAKIT
Salah satu tugas dari TIM PPI adalah mengidentifikasi praktik-praktik pengontrolan
infeksi yang tidak aman dan berisiko, serta membuat rekomendasi tindakan pencegahan yang
efektif biaya dan membantu fasilitas kesehatan untuk membuat prioritas. Tujuan ini dapat
tercapai dengan menerapkan konsep manajemen risiko.
Risiko adalah kemungkinan untuk terjadinya kesalahan atau kehilangan. Manajemen
risiko merupakan pendekatan proaktif yang bertujuan untuk mencegah atau meminimalisasi
terjadinya kerusakan. Masalah yang potensial diidentifikasi dan potensinya untuk menimbulkan
kerusakan dinilai. Kemudian dibuat rencana tindakan (aksi) untuk menurunkan kecenderungan
masalah menjadi meningkat atau membatasi kerusakan yang diakibatkan. Dalam PPI risiko dapat
berupa suatu agen biological yang berpotensi menyebabkan infeksi atau suatu mekanisme yang
membuat transmisi agen infeksius terjadi.
Manajemen risiko dapat dibagi menjadi 4 tahap penting yaitu:
1. Identifikasi risiko
2. Analisis risiko
3. Pengontrolan risiko
4. Monitoring risiko
Setelah risiko diidentifikasi, kecenderungan akibat terhadap pasien harus diperkirakan.
Hal ini dapat diperoleh dengan menganalisis 4 pertanyaan kunci, yaitu:
1. Mengapa infeksi terjadi?
2. Seberapa sering infeksi terjadi? (tabel 1)
3. Apakah kecenderungan akibat yang terjadi jika tindakan yang sesuai tidak diambil? (tabel
2)
4. Berapakah biaya untuk mencegahnya?
Tabel 1: Probabilitas risiko
Rating Probabilitas Keterangan
4 1 : 10 hampir pasti atau sangat mungkin terjadi
3 1 : 100 Kemungkinan besar akan terjadi (highly probable)
2 1 : 1000 Mungkin untuk kadang-kadang terjadi (possible)
1 ≥ 1 : 10000 Jarang dan tidak diperkirakan terjadi (rare)
Tabel 2: Severity Rating
Rating Deskripsi Keterangan
20 – 30 High atau major Efek besar terhadap pasien yang dapat menyebabkan
kematian atau konsekuensi jangka panjang
10 – 19 Moderate Efek sedang yang dapat menyebabkan konsekuensi
jangka pendek
1 – 9 Low risk atau minor Efek minimal dengan tanpa atau konsekuensi minimal
Setelah semua informasi mengenai severity, frekuensi dan biaya pencegahan didapatkan,
prioritas aksi dapat dibuat dengan menghitung rating risiko dengan cara berikut:
Risk rating = Severity x Frekuensi (probabilitas) x Biaya pencegahan
Rating risiko dengan skor yang paling tinggi menjadi perhatian segera. Menghitung rating
risiko membantu TIM PPI mengerti konsekuensi sebenarnya dari insiden yang tidak diharapkan
dan membantu TIM PPI menentukan prioritas dengan cara paling efektif (gambar 1).
Berdasarkan hal ini TIM PPI RS Hosana Medica Cikarang Baru membuat Manajemen Risiko
seperti pada tabel 3 di bawah ini.
Gambar 1. Membuat Prioritas
A. PLEBITIS
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa TIM PPI menetapkan masalah phlebitis menjadi prioritas
utama yang akan menjadi fokus program. Berdasarkan data surveilans tahun 2015, Rata-rata
angka phlebitis adalah 7,12‰, melebihi standar yaitu ≤ 3‰. Batas atas dan bawah 3 sigma
adalah 12,05‰ dan 2,18‰. Bila dilihat data per bulan, setiap bulan selalu melebihi standar
kecuali bulan Maret dan pada bulan Januari melebihi 3 sigma. Pada bulan Maret angka
phlebitis berada di bawah standard dan di bawah 3 sigma, namun angka phlebitis kembali
naik pada bulan-bulan berikutnya. Karena rata-rata angka phlebitis adalah 7,12‰ atau 7,12 :
1000 atau 1 : 140, maka berdasarkan tabel 1 yaitu probabilitas risiko frekuensi phlebitis berada
pada rating 3 (1 : 100) atau highly probable.
Plebitis tidak menimbulkan dampak yang berat atau membahayakan jiwa. Infeksi ini
bersifat lokal, namun dapat menjadi pintu masuk terjadinya sepsis atau IADP terkait pemasangan
kateter intravaskuler yang mengancam jiwa. Selain itu phlebitis dirasakan nyeri oleh pasien dan
menyebabkan pasien harus dipasang infus di tempat lain, sehingga dapat berdampak buruk
terhadap kepuasan pasien. Oleh karena itu, berdasarkan tabel 2 severity rating, dampak phlebitis
dimasukkan dalam kategori moderate yaitu efek sedang yang dapat menyebabkan konsekuensi
jangka pendek, dengan nilai 15.
Plebitis dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:
Tindakan yang tidak aseptis saat pemasangan
Tindakan yang tidak aseptis saat pemasukan obat-obatan melalaui intravaskuler line.
Iritasi saat penyuntikan obat misalnya karena pengenceran obat yang tidak benar, kecepatan
penyuntikan yang tidak sesuai., dll.
Ketidaksesuaian antara kateter iv dengan diameter pembuluh darah vena
Pergerakan yang berlebihan pada daerah insersi kateter iv
Berdasarkan Guidelines for the Prevention of Intravascular Catheter-Related Infections
tahun 2011 dari CDC salah satu cara untuk menurunkan infeksi terkait pemasangan kateter
intravaskular adalah dengan pembentukan IV team dan sosialisasi serta pengujian kompetensi
pemasangan kateter intravaskuler secara terus menerus. Oleh karena itu untuk mengontrol hal
tersebut TIM PPI membuat beberapa kegiatan yaitu:
Workshop infus
Diskusi panel mengenai phlebitis
Revisi SPO terkait
Dari segi biaya semua tindakan untuk mengontrol angka phlebitis membutuhkan biaya
yang rendah. Dibandingkan risiko yang lain phlebitis memiliki angka frequency x severity yang
tertinggi yaitu 3 x 15 = 45. Jadi sesuai dengan gambar 1 penentuan prioritas maka risiko phlebitis
adalah high priority.
NO
RISIKO FREQUENCY SEVERITY CONTROL Frequency X
Severity
COST PRIORITY
1 Plebitis Data: Jan-Des 2011 Rata-rata 7,12‰, melebihi
standar yaitu ≤ 3‰, Batas atas dan bawah 3
sigma adalah 12,05‰ dan 2,18‰
Setiap bulan selalu melebihi standar kecuali bulan Maret
Bulan Jan melebihi 3 sigma Bulan Maret di bawah
standard dan di bawah 3, namun angka phlebitis kembali naik pada bulan-bulan berikutnya.
(highly probable = 3)
Infeksi bersifat local, namun dapat menjadi pintu masuk terjadinya IADP
Dampak buruk terhadap kepuasan pasien).
(moderate = 15)
Pembentukan IV team
Revitalisasi tim phlebitis
Revisi SPO terkait
Sosialisasi ulang tindakan aseptik khususnya pemasangan infuse
3 x 15 = 45
Rendah High priority
2 VAP Data: Jan-Des 2011 Rata-rata 2,67‰, dibawah
standar yaitu ≤10‰ Batas atas dan bawah 3
sigma adalah 21,46‰ dan 2,67‰
Bulan Feb dan Mei melebihi standar 10‰,
Infeksi berat
(high atau major = 20)
Revisi SPO terkait
Sosialisasi ulang
2 x 20 = 40
Rendah Intermediate priority
namun dalam batas 3 sigma.
(Possible = 2)
3 ISK Data: Jan-Des 2011 Rata-rata 1,47‰, dibawah
standar yaitu ≤ 1,5‰ Batas atas dan bawah 3
sigma adalah 8,11‰ dan 0‰
Desember: melebihi standar ≤ 1,5‰ dan 3 sigma
(Possible = 2)
Infeksi sedang, dapat menjadi urosepsis
(moderate = 15)
Revisi SPO terkait
Sosialisasi ulang tindakan aseptik khususnya pemasangan kateter
2 x 15 = 30
Rendah Intermediate priority
4 Dekubitus
Data: Jan-Des 2011 Rata-rata 0,629%,
dibawah standar yaitu ≤ 1,5%
Batas atas dan bawah 3 sigma adalah 3,051% dan 0%
Bulan Agust melebihi standar
Bulan Okt melebihi standard an batas atas 3 sigma
Infeksi sedang
(moderate = 15)
Revisi SPO terkait
Sosialisasi ulang pencegahan dekubitus
2 x 15 = 30
Rendah Intermediate priority
(Possible = 2)
5 IADP Data: Jan-Des 2011 Rata-rata 0,15‰, dibawah
standar ≤ 3‰ Batas atas dan bawah 3
sigma adalah 0,869‰ dan 0‰
Setiap bulan selalu di bawah standar
Terdapat masing-masing satu kejadian di bulan Jan, April, Juni, Nov.
(Rare = 1)
Infeksi berat
(high atau major = 25)
Revisi SPO terkait
Sosialisasi ulang tindakan aseptic khususnya pemasangan infuse
1 x 25 = 25
Rendah Intermediate priority
6 ILO Data: Jan-Des 2011 Rata-rata 0,075%,
dibawah standar yaitu ≤ 1,5%
Batas atas dan bawah 3 sigma adalah 0,78 % dan 0%
Setiap bulan selalu di bawah standar dan dalam batas 3 sigma
(Rare = 1)
Infeksi berat
(high atau major = 20)
Sosialisasi ulang tindakan aseptik
1 x 20 = 20
Rendah Low priority