contoh artikel bik

Upload: kiky-friendzhips

Post on 12-Jul-2015

212 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA ANAK DALAM NOVEL ANAK PINK CUPCAKE BERSAHABAT ITU MENYENANGKAN KARYA RAMYA HAYASRESTHA SUKARDI Anita Kurnia Rachman,Universitas Negeri malangABSTRAK: Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian tokoh utama anak dalam novel anak Pink Cupcake Bersahabat Itu Menyenangkan karya Ramya Hayasrestha Sukardi. Penelitian ini merupakan penelitian kajian pustaka dengan pendekatan psikologi sastra menggunakan psikoanalisis Sigmund Freud. Data diperoleh dari teks yang terdiri atas monolog, dialog, dan narasi yang mengambarkan sifat, tingkah laku, perbuatan, dan perkataan tokoh. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan (1) Struktur kepribadian Lilian terdiri atas id, ego, dan superego. Aspek yang paling dominan adalah id. Wujud id berhubungan dengan subyektifitas, yaitu perasaan senang, sedih, marah, dan iri. Proses primer berbentuk mimpi dalam wujud kondensasi dan figurasi. Terjadi tindakan refleks. Dalam ego terdapat proses sekunder, yaitu belajar, dan memori. Superego terwujud dari internalisasi yang berupa sopan-santun, benar atau salah, hukuman, dan pujian; (2) Dinamika kepribadian Lilian terdiri atas naluri, distribusi energi, dan kecemasan. Naluri kehidupan, keingginan makan, minum, dan bekerjasama. Naluri kematian berbuat kasar dan berbicara ketus. Distribusi penggunaan energi mampu mengingat dan berfikir. Kecemasan realistik akibat ketakutan terhadap dunia luar. Kecemasan neurotik disebabkan rasa takut; (3) Perkembangan kepribadian Lilian terdiri atas identifikasi dilakukan sebagai wujud kepatuhan dan untuk mengatasi rasa takut. Kedua, pemindahan objek dengan cara kondensasi, kompromi, sublimasi, kompensasi . Ketiga, mekanisme pertahanan ego dengan cara represi, proyeksi, reaksi, fiksasi dan regresi. Kata kunci: kepribadian tokoh, novel anak, psikoanalisis Sigmund Freud

Sastra tidak hanya untuk orang dewasa, tetapi sastra juga untuk anak-anak. Sastra anak tidak hanya ditulis oleh orang dewasa, namun juga ditulis oleh anak-anak. Karakteristik antara sastra untuk orang dewasa dan sastra untuk anak-anak memiliki kesamaan dalam hal pengungkapan dan penggunaan bahasa. Nurgiantoro (2005:2-3) menyatakan sastra selalu berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, tentang kehidupan

pada umumnya, yang semuanya diungkapnya dengan cara dan bahasa yang khas. Lukens (2003:9) menyatakan bahwa sastra anak menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Hal ini menunjukkan bahwa sastra berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan karena sastra menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca untuk memanjakan fantasi, membawa pembaca ke suatu alur kehidupan yang penuh daya suspense, sehingga membuat pembaca selalu ingin tahu dan merasa terikat oleh cerita tersebut. Huck (1987:5) menyebutkan bahwa isi kandungan sastra anak dibatasi oleh pengalaman dan pengetahuan dari anak, pengalaman dan pengetahuan yang dapat dijangkau dan dipahami oleh anak, pengalaman dan pengetahuan anak yang sesuai dengan dunia anak, perkembangan emosi dan kejiwaannya. Keterbatasan sastra anak terdapat dalam hal bahasa dan cara pengisahan cerita. Anak belum dapat menjangkau kosakata dan kalimat yang kompleks, sehingga bahasa yang digunakan memiliki karakteristik sederhana dalam hal kosakata, struktur, dan ungkapan. Anak belum dapat memahami ungkapan-ungkapan yang baru, orisinil,dan tidak lazim seperti dalam sastra dewasa. Bahasa sastra anak lebih lugas, apa adanya, dan tidak berbelit. Karakter tokoh lebih menunjuk pada karakter yang sederhana dan familiar, sehingga anak juga merasa dekat dan sudah mengenali.

Menulis sastra khususnya menciptakan tokoh tidak terlepas dari karakterkarakter yang berhubungan dengan psikologi. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari kejiwaan manusia tidak terkecuali kejiwaan anak. Roekhan dalam

(Aminudin, 1990:91) menyebutkan bahwa psikologi sastra memandang bahwa sastra merupakan hasil kreatifitas penggarang yang menggunakan media bahasa, yang diabdikan untuk kepentingan estetis. Endraswara (2003:96) yang menyebutkan bahwa psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Dengan kata lain, karya sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan pengarang yang berarti didalamnya ternuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun suasana rasa (emosi). Dengan demikian, karya sastra (teks sastra) dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologi. Sastra anak yang ditulis oleh anak adalah Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK). KKPK merupakan wadah yang menampung berbagai karya anak dalam bentuk kumpulan cerpen maupun novel. Tema-tema yang terdapat dalam KKPK merupakan tema-tema yang tidak jauh dari kehidupan anak. Setting yang digunakan pun setting yang sederhana, mulai dari setting yang dekat dengan lingkungan anak sampai pada penggunaan setting yang berasal dari imajinasi anak. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa-bahasa yang sederhana, lugas, dan apa adanya yang sering digunakan pada dunia anak. Pengambaran tokoh dalam KKPK juga sederhana, mulai dari tokoh-tokoh yang sudah dikenal anak, seperti orang tua, saudara, teman-teman, guru, pembantu, dan lain-lain hingga tokoh-tokoh yang hanya ada dalam imajinasi anak, seperti peri, putri, pangeran, raja, ratu maupun para pengawal, dan dayang yang

hanya ada di istana. Pengambaran karakter para tokoh digambarkan sesuai dengan kenyataan disekitar anak, namun ada juga yang diberi karakter sesuai dengan imajinasi anak, misalnya kehidupan yang ada di istana.

Cerita ini sangat menarik karena didalamnya terdapat imajinasi pengarang, yaitu kehadiran peri persahabatan. Peri yang menyamar menjadi manusia bernama Lavender dan menjalin persahabatn dengan Lilian seorang anak yang tidak memiliki teman dan tidak mudah bergaul. Novel ini mengambarkan keadaan psikologi seorang anak yang manja dan harus beradaptasi di sekolahnya yang baru. Rasa emosi dan tidak dihiraukan orang lain juga merupakan gambaran psikologi tokoh utama anak dalam cerita ini. Munculnya tokoh lain yang membawa sifat/keadaan psikologi yang lebih baik, sedikit demi sedikit mampu mengubah psikologi tokoh utama. Gambaran psikologi tokoh dalam cerita digambarkan dengan baik oleh pengarang sehingga membuat pembaca merasa ada di dunia anak dan merimajinasi bahwa dunia ini sebenarnya sederhana. HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Kepribadian Tokoh Anak Struktur kepribadian Lilian terdiri dari tiga aspek, yaitu id, ego dan superego. Pada saat di TK, Lilian tidak memiliki banyak teman. Hal ini membuat hari pertama di SD tidak menyenangkan. Olla yang merupakan teman sekolah TK Lilian pun ternyata tidak mengenalinya dan membuat Lilian jengkel. Lilian berkenalan dengan seorang anak yang bernama Lavender. Munculnya Lavender membuat Lilian mulai dapat bergaul, banyak bercerita dan mulai menjadi anak yang tidak kuper lagi. Namun, berbagai kejadian aneh muncul, guru dan teman-temannya seolah-olah tidak pernah memperdulikan Lavender sahabatnya.

Pada saat tertentu kepribadian Lilian cenderung didominasi idnya, sedangkan ego dan superego melemah, atau sebaliknya. Struktur kepribadian yang didominasi oleh idnya merupakan dunia batin yang bekerja berdasarkan prinsip kesenangan. Ini merupakan sumber keinginan murni dan dilakukan untuk meredakan ketegangan. Alwisol (2004:19) menyebutkan bahwa id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya. Ketika Lilian merasa lapar dan belum dapat memenuhinya, Lilian dapat membayangan makanan. Id berhubungan dengan subyektifitas individu berupa perasaan, pikiran persepsi, gambaran, ingatan, gagasan, atau halusianasi (Suryabrata 1982:145). Perasaan yang dirasakan Lilian adalah rasa iri ketika melihat tas bergambar sepatu balet yang bagus milik Lavender. Ketika mama terlambat menjemput Lilian di hari pertama masuk sekolah, Lilian merasa jengkel, dan marah kepada mama. Kemarahan seorang anak terkadang tidak berlasung lama, apalagi jika diberi hadiah atau ada kabar yang menyenangkan. Berita kepulangan ayah dan pesta membuat Lilian melupakan kekesalannya kepada mama. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Harlock (1978:216) ciri emosi anak bersifat sementara. Peralihan yang cepat pada anak-anak dari tertawa kemudian menangis, atau dari marah ke senyum, atau dari cemburu ke rasa sayang merupakan akibat dari tiga faktor, yaitu membersihkan sistem emosi yang terpendam dengan ekspresi terus terang, kekurangsempurnaan pemahaman terhadap situasi, dan rentang perhatian yang pendek sehingga mudah dialihkan.

Endraswara (2008:200) menyebutkan bahwa mimpi yang sering dinyatakan sebagai kembang wong turu, artinya sekadar bunga-bunga orang tidur, dalam konsep Freud dianggap lain. Mimpi memiliki peranan khusus dalam studi psikologi sastra. Keinginan Lilian untuk segera bercerita kepada Laveneder. Wujud mimpi Lilian dalam wujud figurasi, yaitu transformasi pikiran ke dalam gambar. Hal ini terjadi ketika Lilian sebelumnya pernah mengalami mimpi menghadiri pesta ulang tahun temannya. Fudyartanta (2005:105) dalam mereduksi dan menyeimbangkan tegangan, id dapat menempuh tindakan refleks dan proses primer. Kegiatan refleks terjadi pada Lilian adalah terkejut akibat ada seseorang yang menyapa dan menepuk pundak dari belakang. Dalam meredakan ketegangan dan untuk mencapai kepuasan pada id dapat dilakukan dengan cara, fantasi, halusinasi, dan imajinasi. Lilian tidak sabar ingin bertemu dengan Lavender sahabatnya untuk bercerita, sehingga sebelum tidur dia berimajinasi membayangkan kejadian tersebut sambil tersenyum sendiri. Ego merupakan aspek psikologi dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia kenyataan (Suryabrata, 1982:147). Ego merupakan pelaksanaan dari kepribadian yang mengontrol dan memerintah id serta superego. Tindakan nyata yang dilakukan Lilian untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti ketika lapar langsung mencari makan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Rasa kesal kepada Olla membuat Lilian lapar dan langsung mencari permen di tasnya. Rasa lapar juga dirasakan ketika istirahat, sehingga tokoh Lilian langsung membuka dan makan bekal yang disiapkan mamanya.

Keinginan untuk dekat dan berhubungan baik dengan Lavender membuat tokoh Lilian mengikuti saran mama untuk mengikuti les balet yang juga diikuti oleh Lavender. Baldwin (dalam Gunarsa, 1997:95) menyebutkan fungsi ego mengarahkan suatu perbuatan agar mencapai tujuan yang dapat diterima, adanya perencanaan sebelum melakukan tindakan, dan diarahkan untuk mencapai tujuan. Keingginan mengikuti les balet karena ada tuntutan dari lingkungan luar, yaitu keinginan dekat dengan orang lain. Lehman (dalam Hawadi dan Akbar, 2001:27) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas, yaitu lingkungan, tekanan keuangan, dan kurangnya waktu bebas. Lilian memiliki superego yang terbentuk akibat interaksi dengan lingkungan sekitar, seperti orang tua, teman-teman di sekolah, guru, maupun orang-orang yang dekat dengan tokoh. Fudyartanta (2005:114) superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan oleh orang tua kepada anak-anak. Lilian berusaha menjalankan fungsi sosial dengan mengormati sesamanya. Hal ini ditunjukkan dengan kesantuan Lilian ketika menyapa Olla, menghormati orang yang lebih tua apalagi pada orang yang baru dikenalnya, menghormati gurunya. Gunarsa (1997:96) menyebutkan bahwa superego sering dihubungkan dengan nurani dan sistem nilai, meliputi nilai sosial dan nilai moral. Lilian berusaha mematuhi apa yang diucapkan oleh mamanya, mendengarkan, mematuhi perintah, dan nasihat yang telah disampaikan oleh mamanya. Lilian juga mematuhi perintah ayahnya, meskipun sebenarnya Lilian merasa kesal kepada ayahnya tersebut. Lilian juga mematuhi perintah Mbak Yuni pembantunya. Lilian

juga memaafkan berbuatan Olla yang telah menyakitinya dan berbuat tidak adil padanya. Menurut Freud (dalam Roth, 2003:19) menyebutkan bahwa tataran sosial beserta moralitas didasarkan pada rasa takut. Meskipun Freud sering menekankan fakta, bahwa orang tua tidak hanya ditakuti, namun juga dicintai. Superego Lilian juga mengekpresikan rasa malu karena pujian. Pujian diberikan oleh Lavender dan ayahnya karena telah memberikan kartu ucapan kepada ayahnya.

Hubungan Psikologi dengan Karya Sastra Karya sastra yang merupakan ungkapan pemuasan motif konflik/desakan keinginan dan nafsu yang ditampilkan para tokoh untuk mencari kepuasan imajinatif yang diikuti dengan upaya menyembunyikan dan menekan perasaan yang terdapat dalam hati (Minderop, 2010:57). Menurut Freud, hasrat taksadar selalu aktif dan selalu siap muncul. Hasrat yang timbul dari alam taksadar yang direpresi selalu aktif dan tidak pernah mati. Hasrat ini sangat kuat dan berasal dari masa kanak-kanak. Milner (1992:25-27) menjelaskan bahwa mimpi berhubungan dengan seni dan wujudnya berupa kondensasi, pemindahan, simbolisasi, dan figurasi. Hubungan antara sastra dengan psikoanalisa, pertama ada kesamaan antara hasrat-hasrat yang tersembunyi pada setiap manusia yang menyebabkan kehadiran karya sastra yang mampu menyentuh perasaan, karena karya sastra memberikan jalan keluar terhadap hasrat rahasia tersebut. Kedua, ada kesejajaran antara mimpi dan sastra, dalam hal ini menghubungkan elaborasi karya sastra dengan proses elaborasi mimpi.

Karya sastra yang dihasilkan mengambarkan bentuk-bentuk nilai yang diwujudkan pengarang melalui tingkah laku tokoh yang terkadang memberi gambaran kepada pembaca tentang kehidupan yang terdapat pada masyarakat. Suatu karya sastra mengandung keindahan dan bermutu bila karya tersebut mampu mencerminkan ajaran moral. Seorang pengarang menampilkan karya melalui temperamen, tingkah laku, kebiasaan, pola pikir, dan gelora perasaa yang terkadang tersamar namun tetap terlihat. Minderop (2010:63) menyatakan sejatinya menyampaikan ajaran tentang kebaikan, dalam penyampaian kisah diperlukan berbagai karakter tokoh yang juga dapat menampilkan tingkah laku yang tidak selalu dapat diambil contoh. Lilian merupakan tokoh anak yang mengalami perkembangan kepribadian setelah hadirnya peri persahabatn yang menyamar menjadi Lavender. Lilian dan Lavender memiliki hobi yang sama, yaitu makan pink cupcake dan balet. Kehadiran Lavender membuat Lilian merasa senang berada di sekolah dan tempat les balet. Sebenarnya Lilian sempat merasa binggung ketika guru dan teman-temannya seperti tidak melihat Lavender. Namun, Lilian akhirnya terbiasa dengan hal itu. Lilian yang awalnya merupakan gadis yang sulit bergaul dan tidak memiliki rasa percaya diri, akhirnya berubah menjadi gadis yang ramah, mudah bergaul, dan memiliki rasa perya diri.

Dinamika Kepribadian Tokoh Anak Dinamika kepribadian Lilian terdiri dari (1) naluri yang meliputi naluri kehidupan dan naluri kematian; (2) distribusi penggunaan energi; dan (3) kecemasan yang meliputi kecemasan realistik, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral (rasa bersalah). Naluri menurut Frued dalam Koeswara (1991: 38-40) dibagi menjadi dua. Pertama, naluri kehidupan yang ditujukan pada pemeliharaan ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Kedua, naluri kematian yang bersifat merusak apa yang ada. Naluri kehidupan yang terdapat dalam diri Lilian berupa naluri sosial. Naluri sosial ini nampak pada diri Lilian dalam wujud tidak ingin menyinggung perasaan , keinginan minum dan sarapan pagi, dan kerjasama dengan orang lain. Naluri kematian yang muncul pada Lilian adalah menyakiti orang lain dengan cara berbuat kasar dan berbicara dengan ketus. Mekanisme atau proses pengalihan energi dari id ke ego atau id ke superego yang membuat Lilian mampu mengingat dengan baik temannya pada waktu TK. Distribudi penggunaan energi juga terjadi ketika proses berfikir. Lilian berusaha berpikir untuk membuatkan kartu ucapan untuk ayahnya dan melalui proses belajar. Perpindahan energi psikis dari id ke ego dan superego tampak pada id tokoh yang mengharapkan sesuatu yang diidealkan berdasarkan superegonya, yaitu apabila manusia mengalami masalah akan lari ke dunia religiusnya. Hal ini diwujudkan dengan berdoa.

Peranan atau pengaruh lingkungan terhadap kepribadian individu disamping dapat memuaskan individu juga dapat membuat frustasi. Hal ini dipengaruhi oleh stimulus yang akhirnya memberi rasa takut. Freud dalam Fudyartanta (2005:137) mengemukakan tiga jenis kecemasan, yaitu kecemasan realistik, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral (rasa bersalah). Manfaat kecemasan sebagai peringatan atau sinyal kepada individu akan adanya bahaya. Lilian mengalami kecemasan realistik terhadap dunia luar. Kecemasan neurotik pada Lilian, yaitu ketakutan kepada ayahnya yang akan memberi hukuman jika ia marah lagiKecemasan juga muncul pada anak-anak yang mengalami ketakutan berpisah dengan orang tuanya. Lilian takut berpisah dengan ayahnya yang akan dinas ke Jepang selama dua minggu. Keceman moral terjadi akibat rasa bersalah atau perasaan berdosa. Pada Lilian, kecemasan moral terjadi karena merasa bersalah kepada mama dan Lavender. Kecemasan dapat terjadi karena rasa cemburu. Harlock (1978:223) menyebutkan bahwa rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata. Pada anak-anak, perasaan cemburu muncul karena takut kehilangan kasih sayang dari orangtua atau dari orang-orang yang dekat dengan anak. Rasa cemas akibat cemburu yang terjadi pada Lilian diarahkan kepada adiknya yang baru lahir. Rasa cemas dan khawatir dapat muncul akibat melihat penderitaan orang yang disayang.

Hubungan Psikologi dengan Karya Sastra Hubungan psikoanalisis dengan kesusasteraan yang erat sekali melalui naluri. Pengarang memunculkan naluri kehidupan dalam wujud karya sastra. Tujuan setiap pengarang menciptakan karya sastra adalah untuk menyalurkan energi yang ada pada diri pengarang, kecemasan yang dirasakan terhadap lingkungan sekitar juga dapat diwujudkan dalam karya sastra, sehingga hasrat yang ada pada pengarang diwujudkan melalui sebuah karya, baik puisi, novel, dan drama. karya sastra ini diharapkan dapat berguna bagi dirinya dan masyarakat. Hubungan psikoanalisis dan kesusastraan juga muncul dalam proses berfikir. Dalam pencitaan karya sastra seorang pengarang harus berfikir terhadap pencitraan yang akan dihadirkan pada tokohnya. Minderop (2010:58) menyebutkan bahwa proses pencitraan berhubungan dengan pikiran dan perasaan pengarang yang dapat ditelusuri bukan hanya melalui kisahnya tetapi juga dari pencitraan dan perbandingan yang digali dari berbagai sudut dengan berbagai pilihan gaya bahasa yang membuat karya tersebut menjadi indah. Tingkatan jiwa manusia di dalam karya sastra dapat muncul bila pengarang mampu menampilkan suasana batin seperti: hasrat, nafsu, harapan, cita-cita, ataupun berupa perenungan moral, pertimbangan dengan berbagai cara dalam bentuk susunan kalimat atau gaya bahasa dan sebagainya. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN TOKOH ANAK Perkembangan kepribadian Lilian terdiri dari (1) identifikasi; (2) pemindahan objek; (3) mekanisme pertahanan ego; dan (4) fase perkembangan seksual. Identifikasi yang dilakukan oleh Lilian dipakai untuk mengatasi rasa takut.

Diwujudkan dalam bentuk mengidentifikasi larangan-larangan orang tuanya agar terhindar dari hukuman. Pemindahan objek merupakan proses penyaluran energi dari objek satu ke objek lain. Dalam pemindahan objek ini digunakan empat istilah , yaitu kondensasi, kompromi, sublimasi, dan kompensasi. Hall (1980:108-116) menyebutkan, kondensasi merupakan penyatuan naluri-naluri dan penentuan terhadap objek bergerak. Kompromi merupakan penerimaan suatu objek yang sebenarnya kurang memuaskan kebutuhan, akan tetapi objek tersebut masih dapat diterima meskipun bertentangan dengan id dan superego. Sublimasi merupakan pemilihan objek baru ke arah tujuan lebih tinggi yang dapat meningkatkan perkembangan kebudayaan seperti pekerjaan kemanusian, agama, dan seni. Kompensasi dilakukan Lilian diwujudkan dalam bentuk meminta maaf kepada Lavender sahabatnya dengan cara memeluk Lavender dan berjanji akan menjaga persahabatan mereka. Bentuk lain, yaitu kebiasaan Lilian ketika merasa sedih, yaitu membasuh muka sehingga bisa menggurangi ketegangan yang dirasakan. Wujud sublimasi yang dilakukan Lilian, yaitu sikap yang dilakukan Lilian untuk menghilangkan rasa rindu kepada Lavender sahabatnya. Rasa rindu itu dihilangkan dengan cara melihat foto mereka berdua ketika menghadiri pesta ulang tahun Olla dan mendengarkan kotak musik baleria pemberian Lavender. Wujud lain dengan cara menunjukkan pemilihan objek untuk mengurangi ketegangan dengan cara berdoa kepada Tuhan atas keselamatan mama yang akan melahirkan. Kompensasi yang dilakukan Lilian adalah mencari objek penganti ketika lelah menunggu kabar tentang mamanya yang melahirkan di rumah sakit. Merasa tidak betah menunggu selama satu setengah jam, akhirnya Lilian memutuskan untuk tidur.

Perkembangan kepribadian yang ketiga adalah mekanisme pertahanan ego. Ego bertugas menghadapi ancaman dan bahaya yang menimpa seseorang dan menimbulkan kecemasan. Cara-cara yang dapat dilakukan oleh ego, yaitu represi, proyeksi, reaksi, fiksasi, dan regresi. Wujud dari represi adalah cara Lilian merepresi rentetan kenangan-kenangan yang terjadi ketika guru di sekolah tidak memperdulikan kehadiran Lavender dengan cara menekan pikiran yang dianggap membahayakan dengan tujuan menghapuskan ancaman dari luar atau dari dalam terhadapa keselamatan ego. Lilian meletakkan foto mereka berdua ke dalam kotak kenangan. Proyeksi yang dilakukan oleh Lilian dengan menyobek kertas ucapan selamat datang dan membanting pintu kamar. Pembentukan reaksi Lilian mempergunakan energi untuk tujuan-tujuan yang menipu dan berpura-pura. Hal ini ditunjukkan dengan sikap Lilian dengan pura-pura tersenyum. Regresi sangat erat kaitannya dengan fiksasi. Fiksasi itu terjadi akibat pertemuan Lilian dengan peri persahabatan yang tiba-tiba muncul di dalam kamar dan menjelaskan siapa sebenarnya Lavender. Regresi yang terjadi pada Lilian, yaitu penyusutan suatu taraf terdahulu dalam perkembangan karena ketakutan/pelarian dari cara berfikir. Lilian merasa takut ketika pertama kali Daniella datang ke kamarnya. Fase perkembangan pada Lilian adalah kelanjutan dari fase anal, yaitu kepuasan melalui anus. Lilian melepaskan ketengan dengan cara buang air kecil. Tahap latent muncul pada anak usia 6 sampai 12 tahun (masa sekolah dasar). Yusuf dan Nurihsan (2008:63) menyebutkan tahap ini merupakan masa tenang seksual, karena segala sesuatu yang terkait dengan seks dihambat. Anak mengembangkan

kemampuannya bersublimasi (seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olag raga, dan kegiatan lainnya), dan mulai menaruh perhatian untuk berteman. Hubungan Psikologi dengan Karya Sastra Hubungan psikoanalisis dengan kesusastraan muncul melalui proses sublimasi, proses ini dapat menghasilkan budaya baru, pengarang dengan proses sublimasi dengan menulis karya sastra maupun menghasilkan karya lain yang dapat meningkatkan perkembangan kebudayaan. Tokoh anak yang bernama Lilian dalam novel ini awalnya merupakan tokoh yang tidak mudah bergaul, sehingga tidak memiliki teman sejak TK. Perubahan itu terjadi ketika Lilian bertemu dengan peri persahabatan yang bernama Lavender. Bersahabatn Lilian dan Lavender hanya berlangsung selama lima tahun. Selama lima tahun itu, banyak hal yang berubah pada Lilian yang awalnya tidak memiliki teman berubah menjadi gadis yang pandai bergaul dan dapat menari balet. Persahabatan antara Lilian dan Lavender pun berakhir ketika Lavender mengatakan siapa dirinya sebenarnya. Awalnya Lilian terkejut dan tidak mempercayainya. Tetapi, setelah peri persahabatan menjelaskan semua, Lilian percaya bahwa peri persahabatn itu adalah Lavender. Lilian berjanji pada peri persahabatn dan Lavender akan menjadi kakak yang baik bagi adiknya, mencari sahabat yang banyak, dan tetap berlatih balet. Lilian juga berjanji akan terus menjaga persahabatannya dengan Lavender meskipun ia tidak akan bertemu dengan Lavender lagi.

PENUTUP Simpulan Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tokoh utama anak dalam novel anak Pink Cupcake Bersahabat itu Menyenangkan karya Ramya Hayasrestha Sukardi mengalami perkembangan kepribadian berdasarkan teori Psikoanalisis Sigmund Frued. Hasil yang ditemukan dapat dijabarkan sebagai berikut. 1) Struktur kepribadian Lilian terdiri atas tiga aspek, yaitu id, ego, dan superego. Aspek yang paling dominan pada Lilian adalah id yang selalu ingin mengejar kesenangan dan menghindari rasa sakit. Aspek ego dan superego dipengaruhi oleh id. Perubahan kepribadian Lilian terjadi akibat kehadiran peri persahabatan yang menyamar menjadi seorang gadis yang bernama Lavender dan menjadi sahabat Lilian, sehingga membuat Lilian menjadi seorang gadis yang mampu beradaptasi dan memiliki rasa percaya diri.2) Dinamika kepribadian Lilian terdiri atas tiga aspek, yaitu naluri, distribusi

penggunaan energi, dan kecemasan. Lilian dan Lavender mamiliki hobi dan kegemaran yang sama, yaitu makan cupcake dan les balet. Hal ini membuat mereka semakin dekat dan akrab. Kesalahpahaman juga terjadi antara mereka dan hal itu membuat mereka menjadi bertengkar. Namun, pertengkaran antara anak kecil tidak berlangsung lama dan persahabatan pun terjalin kembali. Ketika mama Lilian akan melahirkan adiknya, Lilian merasa cemas karena mamanya mengalami kesakitan, sehingga Lilian berdoa agar mamanya selamat ketika melahirkan adiknya.

3) Perkembangan kepribadian Lilian terdiri atas atas empat aspek, yaitu identifikasi, pemindahan objek, dan fase perkembangan seksual. Lilian berusaha mematuhi seluruh nasihat orang tuanya, meskipun terkadang hatinya merasa jengkel. Hal itu dilakukan agar Lilian tidak mendapatkan hukuman dari ayahnya. Persahabatan Lilian dan Lavender tidak berlangsung lama. Lavender akhirnya berubah menjad peri persahabatan karena Lilian telah berubah menjadi gadis yang mampu beradaptasi dan memiliki rasa percaya diri. Lilian merasa kelihalangan Lavender. Namun, Lilian berjanji akan terus menjaga persahabatan mereka. Ketika Lilian merasa rindu kepada Lavender selalu melihat foto mereka ketika menghadiri ulang tahun Olla dan mengingat semua kenangan yang terjadi. Saran Berkenaan dengan hasil penelitian, dapat diberikan saran kepada beberapa pihak yang terkait. Pertama, kepada guru, disarankan juga menggunakan sastra anak dalam pembelajaran apresiasi sastra, khususnya dalam memahami keadaan perubahan psikologi anak yang meliputi struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian. Novel anak ini cocok untuk sarana perkembangan anak karena didalamnya terjadi perubahan kepribadian tokoh anak. Kedua, kepada pembaca, penelitian ini memberi gambaran tentang perbedaan novel ini dengan novel anak lainnya. Novel ini memberi gambaran perubahan kepribadian tokoh anak yang berubah setelah muncul peri persahabatan. Ketiga, kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan lebih lanjut tentang perubahan-perubahan kepribadian tokoh dalam novel menggunakan ilmu psikologi yang sesuai.

DAFTAR RUJUKAN Akbar, Reni dan Hawadi, 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo. Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Aminudin. 1990. Sekitar Masalah Sastra. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh. Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra (Teori, Langkah, dan Penerapannya). Yogyakarta: Media Presindo. Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Sastra (Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Fudyartanta. 2005. Psikologi Kepribadian Freudianisme. Yogyakarta: Zenith Publisher. Freud, Sigmund . Tanpa tahun. Terjemahan K. Bertens. 1983. Sekelumit Sejarah Psikoanalisa. Jakarta: PT Gramedia. Freud, Sigmund. Tanpa tahun. Memperkenalkan Psikoanalisa. Terjemahan K. Bertens. 1984. Jakarta: PT Gramedia. Gunarsa, Singgih D. 1997. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Hall, Calvin Stanly. 1980. Suatu Pengantar ke dalam Ilmu Jiwa. Terjemahan S. Tasrif. Jakarta: PT Pembangunan. Huck, Charlotte S, Susan Hepler, dan Janet Hickman. 1987. Childrens Literature in The Elementary School. New York: Holt, Rinehart and Winston. Hurlock, Elizabeth. 1978. Psikologi Perkembangan. Terjemahan Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih. Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Terjemahan Soedjarwo dan Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga. Koeswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian: Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik. Bandung: PT. Eresco.

Lukens, Rebecca J. 2003. A Critical Handbook of Childrens Literature. New York: Longman. Milner, Max. 1992. Freud dan Interpretasi Sastra. Jakarta: Intermassa. Minderop, Albertime. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Nurgiantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak (Pengantar Pemahaman Dunia Anak). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Roth, Priscilla. 2001. Superego.Terjemahan Basuki Heri Winarno. 2003. Yogyakarta: Pohon Sukma. Santrock, John W. 2007. Child Development. Terjemahan Mita Rachmawati dan Anna Kuswanti. Bandung: PT Gelora Aksara Pratama. Siswanto, Wahyudi. 1993. Psikologi Sastra. Malang: IKIP Malang. Suryabrata, Sumadi. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: CV. Rajawali. Toha dan Sarumpaet. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Yusuf, Syamsu LN, Nurihsan, A Juntika. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.