conceptual

Upload: onlyme-aloned

Post on 07-Mar-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

akt

TRANSCRIPT

CONCEPTUAL FRAMEWORKS

(Mata Kuliah Pelaporan dan Akuntansi Keuangan)

Disusun oleh:

Diana Febrianti 932012018Misdin Simarmata 932012019

Dwi Iga Luhsasi 932013009FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2013/2014PERANAN KERANGKA KERJA KONSEPTUAL Suatu kerangka kerja konseptual pasti memiliki peranan. Berikut adalah tabel 1.1 Peran Kerangka Kerja Konseptual :

Peran Keterangan

Menyediakan struktur dari teori akuntansi Kerangka konseptual dianggap sebagai teori akuntansi yang terstuktur, karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur akuntansi yang didasarkan pada proses logis. Dalam FASB diharapkan dengan konseptual fremework ini dapat menghasilkan standar-standar yang konsisiten dan memberi pedoman tentang jenis, fungsi, serta keterbatasan akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan.

Level paling dasar / fundamental, menyatakan lingkup dan tujuan dari pelaporan keuangan

Mengidentifikasikan dan mendefinisikan karakteristik kualitiatif dari informasi keuangan (apa itu relevan, tepat waktu, komparabilitas, dapat dipahami, dsb) dan elemen dasar dari akuntansi (aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban)

Pada level operasional, mencakup prinsip dan aturan mengenai pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan

Adanya suatu kerangka kerja konseptual yang diaplikasikan dapat menimbulkan pro dan kontra di masyarakat luas. Sebagian pihak dapat menerima dan sebagian lain tidak dapat menerima. Maka dari itu timbul beberapa pertanyaan yang menjadi isu di masyarakat luas. Berikut adalah tabel 1.2 Isu tentang Kerangka Kerja Konseptual :Isu-isuKeteangan

Apakah kita memerlukan general theory dalam akuntansi?

Ada anggapan bahwa konseptual framework yang mengatur mengenai akuntansi secara global tidak dibutuhkan karena beberapa pihak menganggap perusahaan, negara atau lembaga keuangan memiliki karakteristiknya sendiri sehingga tidak perlu digeneralisasi.

Apakah praktik akuntansi saat ini terlalu memperbolehkan?Ada anggapan bahwa regulasi yang dibuat kurang mengikat dan terkesan memperbolehkan misal dalam kita metentukan suatu metode kita diperbolehkan untuk mengembangkan konseptial framework asal terdapat experience, alasan, kegunaan dan terdapat keuntuntungan dalam penerapannya.

Apakah praktik akuntansi saat ini terlalu tidak konsisten?Apakah memang regulasi yang ada sekarang sangat tidak konsisten sehingga membutuhkan konseptual framework

Apakah banyak intervensi dari politik yang mempengaruhi netralitas dari pelaporan keuanganTerdapat anggapan bahwa pembuatan konseptual framework didasari kepentingan beberapa pihak.

Di sisi lain, kerangka kerja konseptual memiliki beberapa manfaat. Manfaat ini dirangkum dalam tabel 1.3 Manfaat Konseptual Framework : ManfaatKeterangan

Konsisten sebagai persyaratan pelaporan Dengan adanya konseptual framework persyaratan pelaporan menjadi konsisten dan tidak berubah-ubah walaupun dipengarui batas negara dan waktu.

Mempertinggi komparabilitas Adanya konseptual framework dapat membantu memudahkan proses membandingan suatu laporan keuangan dengan laporan keuangan lain.

Sebagai acuan untuk menyelesaikan pertanyaan sebelum ada standar yang mengatur Melalui Konseptual Framework fenomena-fenomena akuntansi yang belum ada standarnya dapat terselesaikan dengan baik.

Menentukan batasan pertimbangan dan meningkatkan keterpemahaman dalam penyusunan laporan keuangan.Melalui Konseptual Framework dijelaskan pertimbangan-pertimbangan dan pemahaman dalam proses penyusunan laporan keuangan

TUJUAN KERANGKA KERJA KONSEPTUAL

Setiap entitas bisnis melakukan berbagai proses dan tahap untuk mencapai tujuan, salah satunya adalah tujuan mendasar dari pelaporan keuangan pada pihak eksternal. Menurut FASB pada pernyataannya Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 paragraf 34 berikut adalah tujuan dasar entitas bisnis membuat pelaporan keuangan kepada pihak eksternal :

Pelaporan keuangan seharusnya menyediakan informasi yang berguna bagi investor saat ini atau potensial investor, dan kreditor, serta pengguna lainnya untuk membuat keputusan yang rasional.

Kerangka kerja IASB dan FASB sama-sama setuju dengan tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah untuk menginformasikan laporan keuangan pada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi tersebut digunakan untuk membuat keputusan sesuai kepentingannya masing-masing dan informasi tersebut harus memiliki kriteria berikut ini :

Berguna untuk membuat keputusan ekonomi Berguna untuk memperkirakan prospek arus kas kedepan Mengenai sumber daya perusahaan, klaim atas sumber daya, dan perubahannya.Para entitas bisnis harus memastikan apakah informasi tersebut dapat diakses dan dianalisis dengan mudah. Apakah para pemangku kepentingan dapat mengerti informasi yang diberikan dan informasi tersebut tidak bias. Untuk memastikan informasi tersebut dapat dimengerti dan tidak bias, maka harus diperhatikan karakteristik kualitatif informasi akuntansi. Berikut adalah Bagan 2.1 Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi :

Setiap keputusan yang dibuat oleh pengambil keputusan sangat bervariasi, begitu juga metode pengambilan keputuan, informasi yang dimiliki, dan kemampuan untuk memproses informasi. Sebelum informasi tersebut diberikan kepada para pemakai, para entitas bisnis harus mempertimbangkan dan menghitung antara biaya dan manfaat yang didapat dari pemberian informasi tersebut. Karena itu, ada hubungan biaya-manfaat (cost-benefit relationship). Pada pihak pemakai, agar informasi dapat bermanfaat, harus ada kaitan antara para pemakai ini dengan keputusan yang mereka buat. Dengan kata lain,para pemakai informasi harus memiliki kemampuan memahami (understandability).Dalam membuat informasi akuntansi yang berguna untuk pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kualitas primer informasi tersebut. Kualitas primer terdiri dari relevance (mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan) dan reliability (dianggap handal). Agar relevan, informasi akuntansi harus mampu :

1. Membantu pemakai membuat prediksi (predictive value) tentang masa lalu; masa kini; dan masa depan ,

2. Membantu pemakai menjustifikasi atau mengoreksi ekspektasi atau harapan masa lalu, yaitu memiliki nilai umpan balik (feedback value) ,

3. Tersedia kepada pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil, yaitu memiliki ketepatan waktu (timeliness).

Supaya informasi dikatakan reliable, maka informasi tersebut harus memiliki :

1. Daya-uji (verifiability) ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.

2. Ketepatan penyajian (representational faithfulness), bahwa angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi.

3. Netralitas (neutrality), bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu.

Selain mempertimbangkan kualitas primer, pengambil keputusan juga harus mempertimbangkan kualitas sekunder. Kualitas sekunder informasi terdiri dari komparabilitas (comparability) dan konsistensi (consistency). Informasi tentang sebuah entitas bisnis akan lebih berguna jika bias diperbandingkan dengan informasi serupa menyangkut entitas bisnis lain (komparabilitas) dan dengan informasi serupa dari entitas bisnis yang sama pada periode waktu yang berbeda (konsistensi).

Kendala materialitas (materiality) juga dapat mengurangi manfaat informasi suatu entitas bisnis. Materialitas berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan.

PENGEMBANGAN KERANGKA KONSEPTUALDalam mengembangkan kerangka konseptual, dipengaruhi oleh 2 isu penting:

Pendekatan principles base dengan rule base (Berbasis prinsip vs Bebasis aturan) Informasi untuk pembuatan keputusan dan pendekatan teori keputusan Standar principles-based and rule-based : Tujuan dari IASB menyediakan standar yang principles base, dan melihat kerangka konseptual sebagai panduan. Standar rule-base dapat meningkatkan komparabilitas dan mengurangi manajemen laba. Standar dari FASB lebih kepada rule base (detail, aturannya harus diikuti) Program konvergensi dari IASB dan FASB untuk mengurangi perbedaan standar versi FASB dengan IASB Rule-based akuntan dapat memperoleh petunjuk implementasi secara detail sehingga mengurangi ketidakpastian dan menghasilkan aplikasi aturan-aturan spesifik dalam standar secara mekanis. Sementara principles-based system, akuntan akan membuat sejumlah estimasi yang harus dia pertanggungjawabkan dan mensyaratkan semakin banyak judgment professional Rule base, akuntan akan menjalankan keputusan sesuai dengan aturan, sedangkan dengan principal base, akuntan akan diberi kewenangan untuk menentukan suatu proses akuntansi dan disinilah letak profesional judgement dibutuhkan. Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan maupun auditor untuk memiliki pemahaman mengenai kerangka konseptual informasi keuangan agar dapat mengaplikasikan secara tepat dalam pembuatan keputusan. Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kejadian maupun transaksi bisnis dan ekonomi perusahaan secara fundamental sebelum membuat pertimbangan.Informasi akuntansi yang digunakan untuk pembuatan keputusan dan proses teori pengambilan keputusan. Laporan keuangan sangat penting guna meningkatkan pelayanan perusahaan dan berguna untuk pengambilan keputusan.

Peta Teori pengambilan keputusan yang diproses menggunakan hasil dari sistem akuntansi akan menyediakan input bagi pengguna untuk mengambil sebuah keputusan. Pengembangan oleh Pihak Internasional : Kerangka Konseptual IASB dan FASB Mengembangkan dan meningkatkan, kerangka konseptual yang berterima umum

Mengembangkan standar dengan principles-based, yang secara internasional konsisten dan konvergen Draf awal diproduksi pada Juni 2009 Penundaan pertimbangan mengenai isu organisasi nirlaba ED (Exposure Draft) memiliki beberapa hal yang diperdebatkan diantaranya : Antara sudut pandang entitas bisnis dan kepemilikan perspektif dapat menghasilkan pendekatan keuangan yang berbeda. Pada kelompok pengguna utama, para dewan mengusulkan sasaran umum pembuatan laporan keuangan untuk investor modal, kreditor dan pemberi pinjaman lain. Kegunaan keputusan dan kepengurusan membuat para dewan beranggapan bahwa laporan keuangan harus dapat menuntun pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan. Pada karakteristik kualitatif terdapat beberapa kualitas laporan keuangan yang harus dipenuhi diantaranya laporan keuangan harus relevan, menunjukan hal yang sebenarnya, dapat dibandingkan, memiliki daya-uji, tepat waktu dan dapat dipahami. Australia mengikuti sebuah pendekatan untuk menyikapi isu tentang perusahaan nirlaba dan perusahaan berbasis laba yang dipertimbangkan bersama. Standar yang ada digunakan untuk kedua sektor (sektor laba dan nirlaba) IFACs International Public Sector Accounting Standards Board memulai rencana untuk mengembangkan kerangka konseptual untuk perusahaan sektor publikDalam pembuatan kerangka kerja konseptual, FASB bekerjasama dengan IASB demi terbentuknya kerangka kerja konseptual yang dapat dipahami. Berikut adalah ilustrasi kerangka kerja konseptual untuk pelaporan keuangan :

KRITIK PADA PROYEK-PROYEK KERANGKA KERJA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual dikritik karena masih ada masalah pendefinisian dan pengukuran. Di dalam pengukuran masih ada hal yang tidak jelas seperti persediaan yang diukur berdasarkan beberapa metode, atau IFRS yang menyarankan pengukuran berdasarkan current cost bukan historical cost.

1. Masalah interpretasi: beberapa metode menghasilkan hasil yang berbeda beda.

2. Hanya tergantung pada pengamatan yang terjadi/tidak disusun secara terstruktur sehingga tidak memenuhi standar.

Deskripsi : dari hasil pengamatan lalu dijelaskan sampai pada kondisi tersebut.

Preskriptif: kebalikan dari deskripsi dijelaskan karena penyebabnya dijelaskan lebih dulu.

3. Kelemahan rule based antara lain:

a. Dipengaruhi kelompok dominan (sesuai dengan llingkungan dimana kelompok itu berada) sehingga standarnya tidak berlaku umum.

b. Kelemahan dalam pendefinisian yaitu pendefinisian elemenelemen tertentu yang sulit ditentukan kepastiannya.Dalam hal kerangka konseptual sebagai dokumen kebijakan, timbul pertanyaan apakah kerangka kerja dapat dianggap benar-benar model normatif untuk praktik akuntansi juga masalah. Karena praktek yang diterima sebagian besar telah ditentukan dengan mengadopsi prosedur yang ada yang kerangka mencoba untuk melegitimasi.

Hal ini menyebabkan perlunya suatu kerangka kerja konseptual? Melihat proyek kerangka konseptual sebagai pembentuk manuver strategis untuk membantu dalam membangun social munculnya pengetahuan dibedakan koheren dasar untuk standar akuntansi, sehingga melegitimasi standar dan kekuasaan, kewenangan dan pengaturan diri dari profesi akuntansi, dapat membantu dalam menjelaska mengapa proyek kerangka konseptual terus-menerus dilakukan oleh profesi.KERANGKA KERJA KONSEPTUAL UNTUK STANDAR AUDIT

Salah satu pemakai laporan keuangan adalah auditor. Yang perlu dilakukan auditor adalah memeriksa laporan keuangan dan memberi pendapat. Tujuannya untuk meyakinkan laporan keuangan disusun sesuai aturan yang berlaku.

Karena ada kritikan maka ada masalah yang ditimbulkan yaitu :Karena standarnya banyak terdapat kelemahan (padahal tugas auditor adalah memberi pendapat tentang kesesuaian laporan keuangan dengan standar) maka dengan pendapat wajar pun tidak dapat dijadikan pedoman utama. Pekerja auditor tidak cukup hanya memberi pendapat kewajaran sehingga akuntan publik harus melakukan hal hal berikut agar laporan audit masih dapat digunakan :1. Pengambil keputusansan mendapat informasi yang lengkap2. Harus mempertimbangkan atau melibatkan resiko bisnis klien

3. Menekankan kegiatan internal auditor yang bertujuan untuk lebih meyakinkan keabsah

Berikut ini adalah kilas balik bagaimana standar audit memiliki kerangka kerja konseptual :

Pada tahun 1961

Mautz dan Sharaf memperkenalkan teori komprehensif umum audit. Mereka melihat bahwa audit bukan sebagai subdivisi dari akuntansi, namun sebagai sebuah disiplin yang berdasarkan logika.

Pada tahun 1970-1980an

Periode pertumbuhan pesat dalam praktik audit, perluasan personil profesional , peningkatan teknologi, dan kebutuhan yang dirasakan untuk mengurangi biaya dalam proses audit.

Pada tahun 1990an

Tradisi audit dan upaya profesi untuk meresmikan proses audit yang mulai menghadapi oposisi dari kekuatan lain. Hal ini melibatkan pengurangan waktu yang dihabiskan untuk audit, dan penurunan dalam pengujian substantif dan ukuran sampel. Proses ini dikenal sebagai business risk auditing.

Pada tahun 1992

Persepsi profesi terhadap risiko mulai berubah secara dramatis dengan merilis laporan "Internal Control - Integrated Framework" oleh Committe of Sponsoring Organizations (COSO).

Pada tahun 1997-2006

Pengembangan model risiko bisnis pertama dilakukan di kantor akuntansi besar seperti KPMG.

Pada tahun 2007-2008

Kunci perubahan konseptual pada audit risiko bisnis yang dikonsultasikan dengan auditor adalah kebutuhan untuk berpikir melalui hubungan kausal dari model bisnis klien dan operasi rekening keuangan, bukan untuk berpikir dalam hal kesalahan akuntansi lebih dahulu.

Pada masa depan

Masa depan audit risiko bisnis bisa dibatasi, tetapi fokus pada pengendalian internal audit klien dalam undang-undang AS masih memberikan fokus yang jelas bagi auditor untuk mempertimbangkan risiko dalam proses klien dan lingkungan sebagai bagian dari audit laporan keuangan.