chintya hera azuzta - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/bab 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$%...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Educational, Scientific dan Cultural Organization atau di kenal dengan UNESCO telah menetapkan batik sebagai warisan dunia milik Indonesia pada 2 Oktober 2009 dan juga diperingati sebagai Hari Batik Nasional yang mana sejak ditetapkannya tanggal tersebut, sebagian besar wilayah di Indonesia berkompetisi untuk mengembangkan kreasi batiknya melalui produk dengan corak batik yang bervariasi di mulai dari berbentuk kain, pakaian hingga suatu barang yang dapat digunakan seperti tas, dompet, maupun proses yang ada di dalam pembuatan batik itu sendiri. Melihat banyaknya peluang yang terjadi di dalam industri batik, hal tersebut tentu membawa dampak positif bagi industri maupun usaha kecil yang bergerak dalam lingkup bidang tekstil, baik yang berskala mikro maupun makro. Sebagai kota yang tengah berkembang dan terus melakukan perbaikan dalam segi ekonomi maupun infrastuktur, Probolinggo adalah salah satu kota di Jawa Timur yang turut berpartisipasi dalam menciptakan beberapa karya seni batik dengan ciri khas yang dimiliki oleh kotanya sendiri. Hal ini dibuktikan oleh penulis pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Batik Tulis Putri Randu Pangger yang hadir di tengah banyaknya UMKM sebagai salah satu sentral perdagangan tekstil berupa pakaian maupun kain dengan produk unggulan bernama batik Bayuangga. Hadirnya UMKM ini juga menjadi salah satu ikon dan peramai dalam perdagangan tekstil industri batik, yang mana UMKM ini telah menghasilkan

Upload: others

Post on 11-Aug-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

United Nations Educational, Scientific dan Cultural Organization atau di kenal

dengan UNESCO telah menetapkan batik sebagai warisan dunia milik Indonesia

pada 2 Oktober 2009 dan juga diperingati sebagai Hari Batik Nasional yang mana

sejak ditetapkannya tanggal tersebut, sebagian besar wilayah di Indonesia

berkompetisi untuk mengembangkan kreasi batiknya melalui produk dengan corak

batik yang bervariasi di mulai dari berbentuk kain, pakaian hingga suatu barang

yang dapat digunakan seperti tas, dompet, maupun proses yang ada di dalam

pembuatan batik itu sendiri. Melihat banyaknya peluang yang terjadi di dalam

industri batik, hal tersebut tentu membawa dampak positif bagi industri maupun

usaha kecil yang bergerak dalam lingkup bidang tekstil, baik yang berskala mikro

maupun makro.

Sebagai kota yang tengah berkembang dan terus melakukan perbaikan dalam

segi ekonomi maupun infrastuktur, Probolinggo adalah salah satu kota di Jawa

Timur yang turut berpartisipasi dalam menciptakan beberapa karya seni batik

dengan ciri khas yang dimiliki oleh kotanya sendiri. Hal ini dibuktikan oleh penulis

pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Batik Tulis Putri Randu Pangger

yang hadir di tengah banyaknya UMKM sebagai salah satu sentral perdagangan

tekstil berupa pakaian maupun kain dengan produk unggulan bernama batik

Bayuangga. Hadirnya UMKM ini juga menjadi salah satu ikon dan peramai dalam

perdagangan tekstil industri batik, yang mana UMKM ini telah menghasilkan

Page 2: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

2

banyak kain-kain batik dengan tak hanya memiliki nilai jual tinggi namun juga

interpretasi nilai seni, sebab dibuat berdasarkan banyak filosofi yang di adaptasi

dari pengalaman hidup pemiliknya.

Batik Bayuangga adalah sebuah mahakarya yang di miliki kota Probolinggo di

mana buah mangga dan anggur menjadi identitas utama bagi pembatik di kota yang

terkenal dengan sebutan Bayuangga (Bayu (angin), Anggur dan Mangga) ini.

Terdapat banyak faktor yang memengaruhi perjalanan batik Bayuangga, salah

satunya yaitu tingkatan daya beli masyarakat yang cenderung berfluktuasi, namun

tidak memundurkan kegiatan UMKM yang bergerak di bidang ini pupus harapan

dan terus bertahan dengan tetap memberikan mutu kualitas produk yang terus

ditingkatkan guna memberikan kepuasan terhadap konsumen.

Salah satu pemilik UMKM batik Bayuangga dengan merek dagang Batik Tulis

Putri Randu Pangger, yakni Bapak Sumariyono atau dikenal dengan sapaan akrab

beliau Pak Yon, seseorang dengan latar belakang sebagai seniman kreatif yang ahli

dalam bidang melukis, grafitti, dan desain taman menjadikan beliau sebagai sosok

pembatik yang dikenal dengan karyanya yang bernilai tinggi serta memiliki cerita

disetiap karya batikya. Selain itu, sejak diawal berkarir nya sebagai seorang

pembatik, desain yang dimiliki oleh Bapak Sumariyono telah berhasil menembus

pasar Internasional diantaranya Malaysia, Jepang, dan Amerika.

Dibalik keberhasilan UMKM yang di miliki oleh Bapak Sumariyono tentunya

terjalin hubungan modal sosial yang terakumulasi dalam siklus hidup (gotong

royong), adanya keterikatan yang didasari oleh asas kepercayaan (mutual trust)

antar satu dengan lainnya, yang kemudian terjalin hubungan kerja sama yang

Page 3: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

3

dibentuk melalui jaringan, yang memberikan keuntungan serta didalamnya

ditopang oleh adanya nilai, kejujuran, dan tolong menolong.

Secara umum modal sosial adalah seperangkat kepercayaan, norma, maupun

jaringan, yang menjadi faktor terjadinya hubungan sosial di antara para pelaku

yang terlibat. Kehidupan dalam UMKM tersebut terbangun modal sosial antara

pemilik, karyawan, dan masyarakat di mana modal sosial ini ada dan tumbuh

didalam UMKM baik disadari maupun tidak. Jika disimpulkan, dengan adanya

modal sosial ini individu mapun jaringan yang terlibat di dalamnya mampu

mengakses kerja sama dengan elemen-elemen keberlangsungan UMKM.

Berbicara mengenai modal sosial juga tidak terlepas dari tiga komponen

pembentuk utama didalamnya, yaitu kepercayaan, norma dan jaringan. Begitu pula

dengan modal sosial yang ada pada UMKM Batik Tulis Putri Randu Pangger.

Seperti yang disebutkan oleh Robert D. Putman tentang modal sosial yang

menjelaskan hubungan antar jaringan, norma, dan kepercayaan yang merupakan

komponen kehidupan sosial masyarakat. Keberadaan modal sosial dalam suatu

usaha maupun industri memiliki peran penting sebagai penguat, dan kepercayaan

adalah salah satu cara untuk melakukan kerj asama dengan sikap saling

mempercayai yang memungkinkan masyarakat tersebut akan saling bersatu dan

terbentuklah sebuah kerja sama. Dari komponen modal sosial yang ada, tentu setiap

masyarakat dalam lingkungannya memiliki persediaan modal sosial yang berbeda-

beda seperti contoh dari segi kepercayaan, yaitu seberapa jauh jangkauan norma-

norma moral kerja sama, seperti kejujuran pemenuhan kewajiban, solidaritas, dan

rasa keadilan itu berlaku. Apakah nantinya kepercayaan antar satu terhadap lainnya

Page 4: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

4

berlaku untuk keluarga atau kelompoknya saja, atau berlaku juga bagi kelompok

yang lebih luas.

Penelitian ini dilakukan di UMKM Batik Tulis Putri Randu Pangger yang

dimiliki oleh Bapak Sumariyono sebab, selain sebagai pembatik sekaligus pemilik

dari usaha batik yang tidak hanya menjadikan batik Bayuangga sebagai tambahan

corak dan koleksi batik Indonesia, namun dengan adanya UMKM yang di bangun

oleh Bapak Sumariyono juga memberikan dampak bagi perekonomian masyarakat

disekitar tempat tinggalnya serta mengasah kemampuan sumber daya manusia di

lingkungan tersebut. Bermula dari usaha yang pada awalnya menggunakan modal

pribadi lalu digunakan untuk memberikan pelatihan secara gratis hingga berevolusi

menjadi usaha kecil menengah dan dikelola bersama-sama oleh masyarakat yang

telah diberdayakan tersebut, latar belakang Bapak Sumariyono sebagai pengusaha

UMKM batik Bayuangga dikenal memiliki etos enterpreneurship di mana harapan

dari beliau membangun usaha batik Bayuangga selain memenuhi target pasar juga

agar warga di sekitar lingkungan tempat tinggalnya memiliki kehidupan yang lebih

maju serta meneruskan budaya warisan berupa batik tersebut.

Dari tujuan tersebut, tentunya akan memberikan dampak baik bagi masyarakat

Probolinggo mengingat tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakatnya masih

terbilang relatif rendah dengan terbatasnya keahlian dibidang pekerjaan yang

dimiliki, maka hasil dari pemberian pelatihan yang diselenggarakan oleh Bapak

Sumariyono diharapkan dapat memberikan manfaat pada mereka agar memiliki

modal berupa skill yang dapat digunakan ketika ingin membuka usaha baik secara

independent maupun beberapa diantaranya juga telah direkrut dan telah bergabung

sebagai tim pembatik oleh Bapak Sumariyono. Selain itu, keberlangsungan UMKM

Page 5: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

5

Batik Tulis Putri Randu Pangger ditengah kompetisi batik Nasional yang lain juga

dimulai dari adanya faktor sumber daya manusia (SDM), permodalan, proses

produksi, hingga pemasaran yang tidak terlepas dari adanya rangkaian modal sosial

dalam kehidupan.

Latar belakang Bapak Sumariyono sebagai pengusaha serta pemilik dari

UMKM dan didukung dengan kondisi ekonomi yang terjadi saat ini mendorong

peneliti untuk manganalisis lebih jauh tentang optimalisasi modal sosial yang ada

dalam UMKM Batik Tulis Putri Randu Pangger di mana keterkaitan antara modal

sosial dengan keberlangsungan usaha tersebut bertumpu pada tindakan ekonomi

pengusaha yang didasarkan oleh modal sosial yang ada pada lingkungan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan oleh penulis, maka dapat

diambil rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana optimalisasi modal

sosial dalam keberlangsungan UMKM Batik Tulis Putri Randu Pangger?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui serta mendeskripsikan bagaimana optimalisasi modal sosial

dalam keberlangsungan UMKM Batik Tulis Putri Randu Pangger.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya sosiologi dalam memahami teori

modal sosial serta dapat menjadi perbandingan bagi peneliti lain apabila dilakukan

penelitian yang sama di masa mendatang.

Page 6: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

6

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan nantinya akan diterapkan oleh

pihak-pihak yang memiliki keterlibatan dalam ruang lingkup terkait dengan

penelitian ini, adapun pihak-pihak tersebut antara lain:

a. Bagi Mahasiswa

Sebagai salah satu sarana untuk mengaplikasikan teori-teori serta

pengalaman yang diterima selama perkuliahan khususnya dalam mengkaji

modal sosial.

b. Bagi Studi Sosiologi

Hasil penelitian ini dapat menjadikan sumber tambahan literatur baru bagi

mahasiswa sosiologi terkait kajian modal sosial.

c. Bagi UMKM Batik Tulis Putri Randu Pangger

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara

tidak langsung berupa saran pada pihak UMKM Batik Tulis Putri Randu

Pangger untuk terus meningkatkan mutu kualitas UMKM.

1.5 Definisi Konsep

Definisi konsep adalah bentuk deskripsi dari variabel yang perlu dianalisis

dalam penelitian dengan memberikan pemahaman dari istilah yang diambil

sehingga mengurangi risiko terjadinya kesalahpahaman dalam memahami sebuah

judul.

Page 7: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

7

1.5.1 Optimalisasi

Menurut Mize and Cock dalam Masyhuri dan Zainudin ( 2008 : 219 ) dalam

buku metodologinya mengemukakan bahwa “optimalisasi merupakan proses

penemuan nilai maksimal dari suatu fungsi”. Artinya, dengan melakukan

optimalisasi terhadap suatu subjek hal yang dicapai ialah memaksimalkan

keuntungan, dengan tidak selalu berpusat pada penggunaan biaya seminimum

mungkin. Optimalisasi juga dapat dikatakan sebagai usaha memaksimalkan suatu

kegiatan sehingga tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencapai manfaat maupun

keuntungan yang dikehendaki.

Hotniar Siringoringo ( 2008 : 04 ) mengatakan bahwa ada tiga elemen untuk

masalah optimalisasi yang harus di identifikasi yaitu tujuan, alternatif keputusan,

dan sumber daya yang dibatasi:

1. Tujuan

Penentuan tujuan harus memerhatikan apa yang diminimumkan atau

maksimumkan. Tujuan bisa berbentuk maksimisasi jika tujuan

pengoptimalan terkait dengan keuntungan, penerimaan, dan sejenisnya.

Sedangkan bentuk minimisasi jika tujuan pengoptimalan terkait dengan

biaya, waktu, jarak dan sejenisnya.

2. Alternatif Keputusan

Alternatif keputusan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai

tujuan yang mana tindakan ini dihadapkan pada adanya beberapa opsi

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Page 8: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

8

3. Sumber Daya Dibatasi

Sumber daya yang dibatasi adalah tindakan yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keterlibatan ini yang memicu

diperlukannya proses optimalisasi.

Jika disimpulkan optimalisasi adalah sebuah rangkaian kegiatan dalam

menggunakan sumber daya untuk mencapai kondisi terbaik, yang dianggap paling

menguntungkan dalam batas dan kriteria tertentu.

1.5.2 Modal Sosial

Modal sosial adalah salah satu elemen yang ada dalam masyarakat,

berbentuk nilai-nilai dan norma yang dapat dipercayai dan diimplementasikan oleh

sebagian besar anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang secara

langsung maupun tidak langsung memengaruhi kualitas hidup individu dan

keberlangsungan komunitas masyarakat.

Pada konsep yang dimilikinya, Robert D. Putnam menggunakan modal

sosial untuk lebih banyak menerangkan perbedaan-perbedaan dalam keterlibatan

yang dilakukan warga. Ia baru mendefinisikan istilah ini setelah menyajikan diskusi

terperinci tentang bukti kerja institusional relatif dan level-level keterlibatan warga:

“Dalam hal ini modal sosial merujuk pada bagian dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan, yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan terkoordinasi” ( Field, 2011 : 49 ).

Definisi Putnam tentang modal sosial sedikit berubah pada tahun 1990-an.

Pada tahun 1996, ia menyatakan bahwa:

“yang saya maksud dengan ‘modal sosial’ adalah bagian dari kehidupan sosial-jaringan, norma dan kepercayaan-yang mendorong partisipan

Page 9: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

9

bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama” ( Field, 2011 : 51 ).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Putnam

mendefinisikan modal sosial sebagai keadaan kehidupan seperti kepercayaan

(trust), norma (norms) dan jaringan (network) yang mana mewajibkan setiap

individu untuk bertindak bersama guna mencapai tujuan bersama. Putnam

menjelaskan bahwa modal sosial dapat memfasilitasi koordinasi dan kerjasama

untuk menfaat bersama.

Bourdieu mendefinisikan modal sosial adalah jumlah sumber daya, aktual

atau maya, yang berkumpul pada seorang individu atau kelompok karena memiliki

jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang

sedikit banyak terinstitusionalkan ( Field, 2011 : 23 ).

Menurut Coleman, modal sosial dipresentasikan sebagai sumber daya

karena hal ini melibatkan harapan akan resiprositas, dan melampaui individu mana

pun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas yang hubungan-hubungannya

diatur oleh tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai bersama ( Field, 2011 :

37). Sedangkan Putnam dalam menggunakan konsep modal sosial untuk lebih

banyak menerangkan perbedaan-perbedaan dalam keterlibatan yang dilakukan

warga. Ia baru mendefinisikan istilah ini setelah menyajikan diskusi terperinci

tentang bukti kinerja institusional relatif dan level-level keterlibatan warga:

“Dalam hal ini modal sosial merujuk pada bagian dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan, yang dapat meningkatakan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan terkoordinasi ( Field, 2011 : 49 ).

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep modal sosial

merujuk pada hubungan sosial yang di dalamnya terdapat nilai, norma sosial,

Page 10: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

10

kepercayaan, serta jaringan yang memiliki dampak positif terhadap ruang lingkup

kehidupan bermasyarakat.

1.5.3 Keberlangsungan

Pengertian sustainability development menurut Bruntland Report ( 1987 )

dalam Firmansari ( 2015 : 3 ):

"Sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs".

Bila diterjemahkan, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang

dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa harus mengorbankan kemampuan

generasi masa depan. Keberlangsungan dalam suatu usaha juga dapat diartikan

sebagai suatu keadaan maupun kegiatan, baik yang sedang berlangsung, terus-

menerus serta berlanjut di mana rangkaian tersebut bertujuan pada suatu eksistensi

yang disebut sebagai ketahanan pada suatu keadaan.

Metode yang ada dalam keberlangsungan suatu usaha di perlukan untuk

mempertahankan, mengembangkan, serta melindungi sumber daya yang ada untuk

terus digunakan dalam memenuhi kebutuhan yang ada di dalam industri

1.5.4 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

UMKM dijelaskan sebagai: “Sebuah perusahaan yang digolongkan sebagai

UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau

dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan

tertentu” ( LPPI, 2015 : 13 ).

Page 11: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

11

Tabel 1.1 Kriteria UMKM & Usaha Besar Berdasarkan Aset & Omset

(Sumber: Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia tahun 2015)

Selanjutnya, LPPI ( 2015 : 15 ) juga mengkategorikan UMKM berdasarkan

aspek komoditas yang dihasilkan, sebagai berikut:

a. Kualitas produk yang belum mencapai standar maksimum. Sebab

sebagian besar UMKM belum seluruhnya memiliki teknologi yang

memadai sehingga produk yang dihasilkan masih dalam bentuk

handmade sehingga standar kualitasnya beragam.

b. Desain produk yang terbatas. Hal ini dipicu oleh adanya keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman mengenai produk yang dihasilkan

sehingga UMKM seringkali menghasilkan produk hanya sesuai pesanan.

c. Penetapan kapasitas dan daftar harga produk tak jarang mempersulit

UMKM serta konsumen.

d. Bahan baku yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda sehingga

UMKM masih belum memiliki bahan baku yang terstandar.

Walau demikian, melihat kontribusi pada perekonomian yang semakin

penting, UMKM seharusnya mendapat perhatian yang semakin besar dari pembuat

Ukuran Usaha

Kriteria

Aset Omset

Usaha Mikro Maksimal Rp 50 juta Maksimal Rp 300 juta

Usaha Menengah > Rp50 juta – Rp500

juta >Rp300 juta –Rp2,5

miliar

Usaha Kecil >Rp500 juta – Rp10

miliar >Rp2,5 miliar– Rp50

miliar

Usaha Besar >Rp10 miliar >Rp50 miliar

Page 12: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

12

kebijakan. Secara khusus, lembaga pemerintah bertanggung jawab atas

perkembangan UMKM.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu yang diperoleh melalui beberapa kegiatan

yang disusun secara sistematis.

1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Menurut Ahmadi ( 2014 : 20 ) mengatakan bahwa data kualitatif tidak bisa

dipisahkan dengan latar (konteks) tempat penelitian itu dilakukan, dan hasilnya pun

lebih cocok untuk diberlakukan di latar tersebut, atau latar lain yang memiliki

karakteristik yang sama dengan latar penelitian.

Pendekatan ini dipilih oleh peneliti, dengan meneliti objek secara langsung

yang bertujuan untuk menganalisis secara lebih mendalam tentang bagaimana

optimalisasi modal sosial dalam keberlangsungan usaha UMKM Batik Tulis Putri

Randu Pangger di lingkungan tersebut.

Selanjutnya, penelitian ini menggunakan analisa secara deskriptif yang

sebagian besar berasal dari wawancara dan catatan pengamatan, catatan dianalisis

untuk mendapatkan tema dan pola-pola yang dideskripsikan dan diilustrasikan

dengan contoh-contoh dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.

1.6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian “Optimalisasi Modal Sosial Dalam Keberlangsungan UMKM

Batik Tulis Putri Randu Pangger” mengambil lokasi di kediaman Bapak

Sumariyono di jalan Panglima Sudirman Gg. Aladdin 39A, Kelurahan Sukorharjo,

Page 13: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

13

Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo dimulai pukul 09.00 WIB – selesai

dengan pertemuan yang sebelumnya telah disepakati dengan subjek penelitian.

Pengambilan lokasi ini dipilih dengan alasan bahwa tempat dihasilkannya

batik dari UMKM Batik Bayuangga sebab:

a. UMKM tersebut dirintis sejak awal oleh Bapak Sumariyono, berawal

dari seorang seniman dengan banyak menghasilkan kreasi berupa seni

yang saat ini mampu mempekerjakan dan meningkatkan taraf hidup

masyarakat disekitar lingkungannya dalam produksinya.

b. Batik yang diproduksi oleh UMKM ini adalah batik yang memiliki

interpretasi nilai seni yang berasal dari Kota Probolinggo yang

memiliki nilai dan makna bagi si pemakai (seperti Udan Mas, Liris

Mahkota Mangga, Pucuk Rebung) serta beberapa motif yang

didapatkan dari hasil modifikasi.

1.6.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.

Menurut Sugiyono ( 2013 ) dalam Tanujaya ( 2017 : 93 ) subjek penelitian

merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang

mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulan. Pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah Bapak Sumariyono

sebagai pemilik UMKM Batik Tulis Putri Randu Pangger, tim pembatik, serta

pihak-pihak yang dirasa dapat memberikan informasi mengenai penelitian ini.

Page 14: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

14

1.6.4 Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Teknik penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling, dimana peneliti menentukan kuota dan kriteria-kriteria tertentu kepada

subjek yang akan diwawancara. Menurut Ahmadi ( 2014 : 24 ) teknik purposive

sampling dapat diperoleh dengan memaksimalkan kemampuan peneliti untuk

mempertimbangkan kondisi serta nilai lokal yang digunakan untuk merencanakan

teori mendasar dalam proses penelitian.

Selamjutnya menurut Arikunto ( 2010 : 183 ) pemiliham sampel secara

purposive sampling pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-syarat yang

harus dipenuhi sebagai berikut:

a. Pengambilan sampel penelitian yang didasarkan atas karakteristik

tertentu

b. Subjek yang dipilih benar-benar merupakan subjek yang paling banyak

memiliki karakteristik tertentu (key subjectis)

c. Penentuan karakteristik maupun populasi dilakukan dengan teliti di

dalam studi pendahuluan

Subjek penelitian dipilih peneliti berdasarkan karakteristik tertentu, yaitu:

a. Pemilik atau pengelola UMKM Batik Tulis Putri Randu Pangger

b. Tim pembatik dari UMKM Batik Tulis Putri Randu Pangger dengan

minimal kerja 1 tahun

Seperti yang telah disebutkan bahwa pemilihan informan merupakan hal

yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara cermat, sebab penelitian ini

mengkaji tentang optimalisasi modal sosial dalam keberlangsungan UMKM Batik

Page 15: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

15

Tulis Putri Randu Pangger, yang mana menjadikan subjek sebagai key subject yang

paling tepat adalah pemilik dari UMKM itu sendiri. Kemudian selanjutnya adalah

memilih informan yang sekiranya dapat memberikan data yang dibutuhkan oleh

peneliti, seperti karyawan, masyarakat dan pihak lain yang dirasa dapat membantu

memberikan informasi.

1.6.5 Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dari mana sumber

data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua klasifikasi,

yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan

secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat

dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang berkenaan dengan

variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari responden secara langsung (

Arikunto, 2010 : 22 ). Pada penelitian ini data primer diperoleh peneliti dari

hasil wawancara mendalam dengan pemilik serta tim pembatik UMKM Batik

Tulis Putri Randu Pangger.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data

yang menunjang data primer. Pada penelitian ini diperoleh dari hasil observasi

yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat dikatakan data

sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis seperti tabel, catatan,

foto dan lain-lain ( Arikunto, 2010 : 22 ).

Page 16: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

16

1.6.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar

untuk memperoleh data ( Tanzeh dan Suyitno, 2006 : 30 ). Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data dengan kredibilitas

baik yang pengumpulannya dilakukan dengan beberapa teknik pengumpulan data.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 3 teknik yaitu observasi,

wawancara dan dokumentasi guna mendapatkan data yang mendalam, jelas serta

spesifik.

a. Observasi

Menurut Ahmadi, ( 2014 : 161 ) observasi merupakan salah satu teknik

pengumpulan data dalam penelitian apapun, termasuk penelitian kualitatif, dan

digunakan untuk memperoleh informasi atau data sebagaimana tujuan

penelitian. Adapun jenis observasi terbagi kedalam 3 bagian yaitu observasi

terstruktur, tak terstruktur, partisipan, dan non-partisipan.

Teknik yang digunakan di dalam penelitian ini adalah observasi partisipan.

Metode observasi ini dipilih oleh karena peneliti mengetahui secara langsung

kegiatan pada UMKM Batik Tulis Putri Randu Pangger serta bisa melihat lebih

dekat bagaimana proses pembatikan itu berlangsung dimana peneliti ikut

bergabung ke dalam kegiatan yang berada dalam UMKM meliputi proses

pembuatan batik. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan turut serta

berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan dalam UMKM yaitu kegiatan

membatik yang dibimbing secara langsung oleh Bapak Sumariyono.

Page 17: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

17

b. Wawancara

Menurut Yusuf, ( 2014 : 372 ) wawancara merupakan salah satu teknik yang

dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses

interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang

yang diwawancarai (interviewe) melalui komunikasi langsung.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik wawancara secara

mendalam (in depth interview) yang berarti kegiatan tersebut dilakukan secara

spontanitas dengan tujuan supaya wawancara tersebut dapat mengalir apa

adanya diselingi dengan melakukan kegiatan dalam UMKM juga sekaligus

membangun kesan antar peneliti dengan sebjek maupun informan dengan tidak

ada jarak atau berkedudukan sama.

Pada penelitian ini wawancara dilakukan bersama subjek penelitian yang

telah ditetapkan sebelumnya yakni pemilik atau pengelola UMKM Batik Tulis

Putri Randu Pangger serta beberapa informan lain baik yang bekerja maupun

warga sekitar yang bertempat tinggal disekitar kediaman subjek. Wawancara

kepada subjek dilakukan oleh peneliti terhitung mulai akhir bulan Januari –

awal Februari 2019 dengan mewawancarai Bapak Sumariyono, dua tim

pembatik, dan dua warga yang berstatus sebagai tetangga beliau.

Pada proses ini, wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu membuat

janji kepada subjek maupun informan untuk menentukan dan melakukan proses

wawancara dimana wawancara tersebut dilakukan di kediaman Bapak

Sumariyono sembari melakukan proses pembuatan batik. Untuk wawancara

Page 18: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

18

kepada tetangga sekitar dilakukan dari akhir februari demgan waktu dan tempat

yang telah ditentukan.

Pada proses wawancara ini baik peneliti maupun subjek beserta informan

tidak mengalami kendala yang berarti. Kegiatan wawancara yang dilakukan

penulis memiliki durasi kurang lebih satu hingga dua jam dan hasil dari

wawancara tersebut sudah mampu menampilkan data terkait modal sosial dalam

keberlangsungan UMKM tersebut.

c. Dokumentasi

Peneliti mengambil dokumentasi berupa foto bersama subjek ketika

menjalani proses observasi dan wawancara melalui kegiatan selama proses

membatik. Metode ini digunakan untuk menambah kelengkapan data, dan untuk

menunjukkan keaslian data. Dokumen menurut Yusuf ( 2014 : 391 ) dokumen

itu dapat berbentuk teks tertulis, gambar, maupun foto.

Selanjutnya, dokumen menurut Sugiyono ( 2009 : 240 ) merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi berupa foto digunakan sebagai

sumber data tambahan dan digunakan sebagai bukti autentik mengenai masalah

yang tengah diteliti. Foto yang digunakan dalam penelitian ini berhubungan

dengan aktifitas seperti proses kegiatan pembuatan batik Bayuangga. Selain itu,

metode dokumentasi ini dipilih juga untuk kearsipan materi serta data-data

informan.

Page 19: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

19

1.6.7 Teknik Analisis Data

Menurut Miles, Huberman dan Saldana ( 2014 ) dalam Misna ( 2015 : 527-

528 ) didalam analisis data kualitatif terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan yaitu:.

1. Kondensasi Data

Merujuk pada kegiatan meneyederhanakan, memiliah hal-hal pokok,

mencari tema serta pola yang terlibat didalamnya, yang didapatkan dari

catatan lapangan, wawancara maupun dokumen pendukung.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah penyatuan dari infomasi yang memungkinkan

diambilnya suatu penyimpulan maupun aksi. Selain dalam bentuk naratif,

penyajian data juga dapat berupa data dalam bentuk grafis dan matriks.

3. Penarikan Kesimpulan

Kegiatan ketiga dalam menganalisis yakni menarik kesimpulan dan

verifikasi. Dari pengumpulan data, mencatat keteraturan penjelasan,

menyusun alur sebab-akibat, dan proposisi yang sebelumnya telah

didapatkan dalam data penelitian yang telah diperoleh.

Secara lebih terperinci, langkah-langkah sesuai teori Miles, Huberman dan

Saldana akan diterapkan sebagaimana berikut:

Page 20: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

20

Bagan Analisis Data Miles, Huberman dan Saldana (2014)

1.6.8 Uji Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian dilakukan untuk membuktikan serta

melakukan pengecekan didalamnya untuk mengurangi kesalahan dalam proses

memperoleh data penelitian yang tentunya berefek kepada kevalidan hasil akhir

pada suatu penelitian. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan

data yang nantinya dapat dipertanggungjawabkan dan dipercaya secara ilmiah.

Adapun pengecekan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada:

Pengumpulan data

Kondensasi data Kesimpulan-kesimpulan

penarikan/verifika

Penyajian data

Page 21: CHINTYA HERA AZUZTA - 201410310311042eprints.umm.ac.id/59739/2/BAB 1.pdf · 2020. 2. 18. · í %$% , 3(1'$+8/8$1 /dwdu %hodndqj 8qlwhg 1dwlrqv (gxfdwlrqdo 6flhqwlilfgdq &xowxudo

21

1. Triangulasi Sumber Data, berarti membandingkan dan mengecek

data dari beragam sumber yang berbeda dengan menggunakan

metode yang sama.

2. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data, yaitu dengan jalan

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan

pengecekan atau pembanding pada data. Hal ini diperlukan agar

dapat membantu mengurangi kesalahan data.

Teknik triangulasi dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber

data. Triangulasi ini digunakan untuk menguji kredibilitas data penelitian

dengan cara melakukan pengecekan terhadap data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber. Peneliti menggunakan sumber yang berbeda yakni pemilik

sekaligus pengelola serta pihak-pihak yang telibat dalam UMKM Batik Tulis

Putri Randu Pangger.

b. Menggunakan Sumber Literatur

Literatur digunakan sebagai media pendukung untuk membuktikan data

yang telah ditemukan oleh peneliti. Pada penelitian ini diperoleh data dari hasil

wawancara, foto, maupun rekaman wawancara sebagai bukti orisinil dari data

penelitian.