chapter 1shiningrosemedia.co.id/sample/candid-preview.pdf · nakal namun begitu bersemangat. ......

9
1 SAMPLE Morimura Tamaki meniup debu yang menutupi kamera rangefinder favoritnya dengan blower hingga bersih, lalu dengan perlahan mengangkatnya tepat ke depan wajahnya. Kamera yang membuat pemandangan ruang kelasnya yang sudah ia tempati selama 2 minggu se- menjak kehidupan SMA-nya dimulai, terlihat sempit. Kelas barunya yang awalnya terasa tidak nyaman, tetapi akhir- nya menjadi bagian dari keseharian. Tepat saat ia akan menekan tombol shutter.... “Eh, dengar deh, Tama-chin.” Kaget. Wajah seorang gadis tiba-tiba muncul di depan kamera. Membuat Tamaki mengubah fokus kameranya agar si gadis terlihat jelas. Gadis bermata besar yang berwarna tembaga, selalu bergerak layaknya kucing, dengan bulu mata yang panjang dan kelopak yang berlipat. Rambut sebahu dengan ikatan kecil pada salah satu sisi kepalanya, membuat dia terlihat nakal namun begitu bersemangat. Rambutnya begitu lembut bagaikan bulu kucing dan bersinar di bawah sinar matahari. Gadis yang cantik, andai saja dia mau diam. Namanya, Hinatsu Otowa. “Jangan mengintip ke layar kameraku tiba-tiba dong! Lalu, jangan panggil aku Tama-chin.” Chapter 1 Gadis Objek Snapshot

Upload: hadung

Post on 17-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter 1shiningrosemedia.co.id/sample/candid-preview.pdf · nakal namun begitu bersemangat. ... anak ini. Dia ini cuma orang mesum yang bodoh. ... “Ooh. Keren, bagai dalam drama

1

SAMPLEMorimura Tamaki meniup debu yang menutupi

kamera rangefinder favoritnya dengan blower hingga bersih, lalu dengan perlahan mengangkatnya tepat ke depan wajahnya. Kamera yang membuat pemandangan ruang kelasnya yang sudah ia tempati selama 2 minggu se- menjak kehidupan SMA-nya dimulai, terlihat sempit. Kelas barunya yang awalnya terasa tidak nyaman, tetapi akhir- nya menjadi bagian dari keseharian.

Tepat saat ia akan menekan tombol shutter....“Eh, dengar deh, Tama-chin.”Kaget. Wajah seorang gadis tiba-tiba muncul di depan

kamera. Membuat Tamaki mengubah fokus kameranya agar si gadis terlihat jelas.

Gadis bermata besar yang berwarna tembaga, selalu bergerak layaknya kucing, dengan bulu mata yang panjang dan kelopak yang berlipat. Rambut sebahu dengan ikatan kecil pada salah satu sisi kepalanya, membuat dia terlihat nakal namun begitu bersemangat. Rambutnya begitu lembut bagaikan bulu kucing dan bersinar di bawah sinar matahari. Gadis yang cantik, andai saja dia mau diam. Namanya, Hinatsu Otowa.

“Jangan mengintip ke layar kameraku tiba-tiba dong! Lalu, jangan panggil aku Tama-chin.”

Chapter 1Gadis ・Objek ・Snapshot

Page 2: Chapter 1shiningrosemedia.co.id/sample/candid-preview.pdf · nakal namun begitu bersemangat. ... anak ini. Dia ini cuma orang mesum yang bodoh. ... “Ooh. Keren, bagai dalam drama

2

CANDID

SAMPLE“Sori sori. Jadi, ya, Tama-chin, yang aku mau cerita

itu— “Tidak didengarkan. Perempuan ini, pada dasarnya

tak pernah mendengar perkataan orang. Dan juga, hampir tidak pernah diam.

Tamaki menghela nafas, berharap teman sekelas yang terlihat dari dalam bingkai kameranya ini segera ber- bicara.

Tapi Otowa malah terdiam tak bergerak. Terlihat dari dalam bingkai kamera, Otowa menaruh satu jarinya ke bibirnya yang lembut, dan melihat ke arah Tamaki sambil sedikit tertunduk. Sama sekali tidak bergerak. Membuat Tamaki menjadi tidak sabar.

“Bukannya kamu ingin ngomong sesuatu?”“Sebelum itu, ayo ambil fotonya. Aku sudah susah

payah tampil imut nih.”“Eh? Huh.”Tamaki dengan setengah hati menekan tombol release

kameranya. Clothshutter milik kamera SLR (Single-lens Reflex) yang ia genggam mengeluarkan suara “cekrik” pelan.

Puas dengan posenya ketika dipotret, Otowa lalu menaruh sikunya ke atas meja, lalu menatap tajam Tamaki dengan kameranya.

“Kameramu, tampak berkelas dan keren, ya.”“Masak? Makasih.”Tamaki tanpa sadar tersenyum lebar. Ia sedikit senang

kalau kameranya dipuji. Kamera itu sudah ada jauh se- belum Tamaki lahir. Bagi dirinya, kamera itu adalah mesin yang sangat indah.

Page 3: Chapter 1shiningrosemedia.co.id/sample/candid-preview.pdf · nakal namun begitu bersemangat. ... anak ini. Dia ini cuma orang mesum yang bodoh. ... “Ooh. Keren, bagai dalam drama

3

SAMPLE“Sebelumnya kamu nggak punya barang seperti itu,

kan? Memang dulu kamu tertarik?”“Iya, waktu SMP aku agak tertarik, ya kira-kira sejak

itu lah.”“Oh, begitu. Padahal Tama-chin dulu nggak terlalu

pandai soal kesenian. Tama-chin ternyata sudah tumbuh besar ya~.”

Otowa tampak sombong dan mengangguk-angguk sendiri. Tamaki yang merasa diejek, menjawab ketus.

“Kamu tuh, dari dulu nggak pernah berubah, ya....”“Nggak juga kok! Aku juga sudah banyak berkembang!

Makin lama makin cantik, kan? Nih lihat, dadaku lebih berbentuk dibanding dulu.”

Otowa memegang dadanya dari luar seragam. Tamaki melihatnya bagai sedang melihat seseorang yang menye-dihkan.

“Sikapmu yang bodoh itu dari dulu nggak pernah berubah ya.”

“Eh!”Gadis yang duduk di samping Tamaki, sambil tertawa,

ikut masuk ke dalam pembicaraan.“Eh, kalian sudah saling mengenal sejak dulu ya?”Fujiyoshi Kiyoka. Salah seorang murid di kelas ini

yang paling dekat dengan Tamaki. Rambut pendeknya membuatnya tampak seperti murid yang baik dan rapi. Teman-temannya memanggilnya “Toukichi”.

Otowa mengangguk dengan semangat, bahkan lebih cepat dari Tamaki.

“Iya, kita teman sekelas waktu SD kelas 5 dan 6. SMP kita berbeda sih.”

Page 4: Chapter 1shiningrosemedia.co.id/sample/candid-preview.pdf · nakal namun begitu bersemangat. ... anak ini. Dia ini cuma orang mesum yang bodoh. ... “Ooh. Keren, bagai dalam drama

4

CANDID

SAMPLE

Page 5: Chapter 1shiningrosemedia.co.id/sample/candid-preview.pdf · nakal namun begitu bersemangat. ... anak ini. Dia ini cuma orang mesum yang bodoh. ... “Ooh. Keren, bagai dalam drama

5

SAMPLE“Kalian sudah berteman baik dari waktu itu?”“Begitu deh. Hubungan kita erat bagai sejiwa dan

seraga, begitu.”“Hubungan apa itu!”Akhirnya Tamaki memotong pembicaraan. Dia cubit

pipi Otowa sekuat tenaga.“Kita cuma beberapa kali pergi berenang atau mandi

bersama, kok. Jangan terlalu menganggap serius omongan anak ini. Dia ini cuma orang mesum yang bodoh.”

“Oh, begitu.”Toukichi mengangguk. Otowa yang pipinya masih

dicubit merengek lemah.“Aduh, sakit, cubitanmu terlalu keras, Tama-chin.

Tubuh dan hati Otowa hancur berkeping-keping.”“Sudah kubilang, jangan panggil aku Tama-chin! Kita

sudah bukan anak SD lagi.”Tamaki memperkuat cubitannya. Otowa memprotes

sambil menangis.“Kenapa sih, kan, lucu. Tama-chin. Kedengaran imut

dan bersemangat gitu.”“Di dunia ini gak ada cewek SMA yang senang dipang-

gil Tama-chin.”“Hiiiy.”Toukichi lalu membawa balik pembicaraan yang telah

membelok jauh.“Jadi, SMP kalian berbeda.Padahal kalian tampak

sangat akrab.”Kali ini Tamaki yang menjelaskan.“Iya. Anak ini pindah ke luar negeri karena urusan

keluarganya.”

Page 6: Chapter 1shiningrosemedia.co.id/sample/candid-preview.pdf · nakal namun begitu bersemangat. ... anak ini. Dia ini cuma orang mesum yang bodoh. ... “Ooh. Keren, bagai dalam drama

6

CANDID

SAMPLE“Ooh. Keren, bagai dalam drama.”Terlepas dari penderitaannya, Otowa berkata sambil

mengelus pipinya yang merah.“Nggak sebaik yang kamu pikir kok, ayahku itu se-

orang petualang.”“Petualang?!”Toukichi memandang Otowa dengan mata melotot.

Tamaki langsung memperbaiki penjelasannya.“Jangan bicara bagaikan pekerjaan orang tuamu itu

mencurigakan begitu. Ayah Otowa bekerja sebagai teknisi pertambangan. Karena itu ia sering pergi ke luar negeri untuk bekerja. Waktu itu, Filipina ya, kalau tidak salah?”

“Bukan, Indonesia. 3 tahun waktu aku SMP.”“Awalnya kita banyak saling berkirim surat dan telpon,

tapi lama-lama jadi jarang.”Sambil tertawa kecil, Toukichi berkata.“Biasanya memang begitu ya.”“Begitu sadar, sudah nggak ada kabar.”“Iya ya.”“Padahal aku pikir dia sudah jadi satu dengan bumi di

negeri nun jauh di sana....”“Jangan bunuh aku sembarangan dong.”Otowa memprotes perkataan Tamaki.“Jadi Otowa ini, akhirnya kembali ke Nippon mulai

tahun ini!”“Jangan tiba-tiba sok luar negeri begitu, dong”“Nippon itu negeri yang OK ya, Mr. President!”“Siapa itu yang presiden.”“Jadi, waktu masuk ke Sekolah Perempuan Ouhou ini,

aku kebetulan bertemu lagi dengan Tama-chin, begitu.”

Page 7: Chapter 1shiningrosemedia.co.id/sample/candid-preview.pdf · nakal namun begitu bersemangat. ... anak ini. Dia ini cuma orang mesum yang bodoh. ... “Ooh. Keren, bagai dalam drama

7

SAMPLE“Dan juga entah bagaimana, kita satu kelas.”“Ooh. Itu kedengeran agak dramatis ya.”Toukichi tampak terkagum-kagum. Sambil menyan-

darkan lengannya di kepala Otowa, Tamaki mulai meng- ejek.

“Seperti yang kamu lihat, setelah tinggal di luar negeri selama tiga tahun, kebodohan dia makin menjadi.”

“Tapi dadaku berkembang dengan baik, jadi bisa kita anggap adil?”

Merasa kasihan, Toukichi mulai berbicara.“Jadi kamu nggak apa-apa dipanggil bodoh ya....”“Oh, iya! Kamu jahat Tama-chin, tajam banget

omongannya”“Reaksimu telat! Daripada itu, tadi kamu mau ngo-

mong apa sama aku. Cuma datang buat pamer dada?”“Ah, bukan bukan! Soal foto ini, yang tadi aku dapat

dari Tama-chin.”Otowa mengeluarkan sebuah foto ukuran 3R dari

dalam kantongnya.“Pembicaraan kita bertele-tele banget sebelum sampai

ke inti permasalahan ya.”Sambil berkata demikian, Tamaki mengambil foto itu.

Otowa melotot ke arah si gadis tinggi di sampingnya.“Habisnya Toukichi berkata hal yang tidak-tidak.”“Terus, ada apa dengan foto ini? Ada yang kamu tidak

suka?”Foto yang dimaksud adalah foto close up Otowa yang

diambil oleh Tamaki saat istirahat siang di ruang kelas be- berapa hari yang lalu. Foto gadis kurang rapih yang duduk di meja sambil tertawa lepas. Foto yang menurut-

Page 8: Chapter 1shiningrosemedia.co.id/sample/candid-preview.pdf · nakal namun begitu bersemangat. ... anak ini. Dia ini cuma orang mesum yang bodoh. ... “Ooh. Keren, bagai dalam drama

8

CANDID

SAMPLEnya tidak jelek, timing-nya pas dan pencahayaannya juga sempurna.

Sejak masuk sekolah, Tamaki banyak mengambil foto seperti ini. Semua modelnya adalah teman sekelasnya. Mengajak orang untuk menjadi model fotonya adalah salah satu caranya untuk berteman dengan anak baru di kelasnya. Lagipula itu adalah sekolah perempuan. Tidak banyak perempuan yang tidak suka fotonya diambil.

Otowa lalu berkata dengan suara besar.“Aku bukannya nggak suka! Malahan aku tersentuh!

Kenapa ya, kok tampaknya beda dari foto yang biasa kuambil dengan kamera telepon genggamku.”

“Hmm, film atau lensa atau fokus kamera, banyak sih yang berbeda.”

“Dan juga, cewek yang bawa kamera itu, kesannya agak keren.”

“Apa iya.”“Jadi intinya, saya, Hinatsu Otowa, mulai hari ini mau

menjadi fotografer cewek juga.”“Tiba-tiba sekali.”“Barusan, aku kepikiran. Baru aja.”“Oh, begitu. Baru kepikiran ya.”Tamaki menjawab ringan bagai berhadapan dengan

anak kecil. Dengan penuh semangat, Otowa mengangkat tinjunya.

“Begitu tahun depan tiba, aku sudah menjadi camera- woman terkenal, dan cukup besar untuk membuat museum pribadi di Paris, Berlin, dan New York.”

“Besar! Mimpimu besar! Tapi terlalu lebay!”“Karena itu, aku mau Tanya nih Tama-chin, kamera

Page 9: Chapter 1shiningrosemedia.co.id/sample/candid-preview.pdf · nakal namun begitu bersemangat. ... anak ini. Dia ini cuma orang mesum yang bodoh. ... “Ooh. Keren, bagai dalam drama

9

SAMPLEkamu itu mahal nggak?”

“Bagaimana ya... kamera ini aku dapat dari pamanku.”“Barang gratisan? Kalau gitu kasih aku dong.”Otowa membuka tangannya lebar-lebar. Tamaki

langsung memeluk erat kameranya.“Nggak boleh! Ini kamera yang penting!”“Pelit~. Tama-chin si jendral super pelit.”“Coba ngomong sekali lagi letnan privat bodoh.”Tamaki menjepit bibir Otowa dengan kedua jarinya,

lalu memelintirnya sekuat tenaga. Otowa merintih sakit sambil menepuk meja.

“Sakit, sakit. Maafkan aku. Aku nggak bakal ngomong begitu lagi.”

“... kalian itu benar-benar akrab ya.”Toukichi yang dari tadi mengikuti percakapan kedua

orang ini lalu tertawa sambil bangkit berdiri.“Aku pulang duluan deh. Sampai jumpa~.”Tamaki juga melihat ke arah jam. Sudah jam pulang

sekolah. Ia terbawa suasana setelah berbicara dengan Otowa padahal sudah tidak ada urusan di sekolah.

“Aku juga pulang, ah.”Melempar tas dan kameranya ke bahunya, Tamaki

menuju ke arah pintu. Otowa juga terburu-buru memberes- kan barangnya.

“Aah~ Tunggu aku Tama-chi~n!”Tamaki menghentikan kakinya. Tapi bukan untuk

menunggu Otowa.Matanya tertuju ke arah seorang murid lain.