chapter ii.pdf

24
BAB II DASAR TEORI 2.1. Generator Sinkron Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan alternator adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mengkonversi energi mekanik (gerak) menjadi energi listrik (elektrik) dengan perantara induksi medan magnet. Perubahan energi ini terjadi karena adanya perubahan medan magnet pada kumparan jangkar (tempat terbangkitnya tegangan pada generator). Dikatakan generator sinkron karena jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah putaran medan magnet pada stator. Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub magnet yang berputar dengan kecepatan yang sama dengan medan putar pada stator. Kumparan medan pada generator sinkron terletak pada rotornya sedangkan kumparan jangkarnya terletak pada stator. Gambar 2.1 Generator Sinkron[3] 2.2. Konstruksi Generator Sinkron Secara umum konstruksi generator sinkron terdiri dari stator (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang berbentuk simetris dan silindris. Selain itu generator sinkron

Upload: kevin-adit

Post on 15-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    DASAR TEORI

    2.1. Generator Sinkron

    Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan alternator adalah

    suatu peralatan yang berfungsi untuk mengkonversi energi mekanik (gerak)

    menjadi energi listrik (elektrik) dengan perantara induksi medan magnet.

    Perubahan energi ini terjadi karena adanya perubahan medan magnet pada

    kumparan jangkar (tempat terbangkitnya tegangan pada generator).

    Dikatakan generator sinkron karena jumlah putaran rotornya sama dengan

    jumlah putaran medan magnet pada stator. Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari

    kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub magnet yang berputar dengan

    kecepatan yang sama dengan medan putar pada stator. Kumparan medan pada

    generator sinkron terletak pada rotornya sedangkan kumparan jangkarnya terletak

    pada stator.

    Gambar 2.1 Generator Sinkron[3]

    2.2. Konstruksi Generator Sinkron

    Secara umum konstruksi generator sinkron terdiri dari stator (bagian yang

    diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Keduanya merupakan rangkaian

    magnetik yang berbentuk simetris dan silindris. Selain itu generator sinkron

  • memiliki celah udara ruang antara stator dan rotor yang berfungsi sebagai tempat

    terjadinya fluksi atau induksi energi listrik dari rotor ke stator.

    Adapun konstruksi generator AC adalah sebagai berikut:

    1. Rangka stator terbuat dari besi tuang, yang merupakan rumah stator

    tersebut.

    2. Stator, Stator adalah bagian yang diam. Memiliki alur-alur sebagai tempat

    meletakkan lilitan stator. Lilitan stator berfungsi sebagai tempat GGL

    (Gaya Gerak Listrik) induksi.

    3. Rotor, Rotor adalah bagian yang berputar, pada bagian ini terdapat kutub-

    kutub magnet dengan lilitannya yang dialiri arus searah, melewati cincin

    geser dan sikat-sikat.

    4. Cincin geser, terbuat dari bahan kuningan atau tembaga yang dipasang

    pada poros dengan memakai bahan isolasi. Slip ring ini berputar bersama-

    sama dengan poros dan rotor.

    5. Generator penguat, Generator penguat merupakan generator arus searah

    yang dipakai sebagai sumber arus.

    Gambar 2.2 Kontruksi generator sinkron

    Stator [2]

    Stator merupakan bagian yang diam (statis) dan merupakan gulungan

    kawat penghantar yang disusun sedemikian rupa dan ditempatkan pada alur-alur

  • inti besi yang disebut dengan belitan jangkar. Pada penghantar tersebut adalah

    tempat terbentuknya GGL induksi yang diakibatkan dari medan magnet putar dari

    rotor yang memotong kumparan penghantar stator.

    Gambar 2.3 Inti Stator dan Alur Pada Stator [2]

    Rotor [4]

    Rotor merupakan bagian yang bergerak (dinamis). Rotor berfungsi untuk

    membangkitkan medan magnet sehingga menghasilkan tegangan kemudian akan

    diinduksikan ke stator. Rotor pada generator juga berfungsi sebagai tempat

    belitan medan (eksitasi). Dimana Kumparan medan magnet disusun pada alur-alur

    inti besi rotor, sehingga apabila pada kumparan tersebut dialirkan arus searah

    (DC) maka akan membentuk kutub-kutub magnet Utara dan Selatan pada inti

    rotor.

    Generator sinkron memiliki dua tipe rotor, yaitu :

    1. Rotor Kutub Sepatu Atau Menonjol (Salient Pole Rotor)

    Pada rotor kutub menonjol ini mempunyai kutub yang jumlahnya banyak.

    Pada Kumparannya dibelitkan pada tangkai kutub, dimana kutub-kutub diberi

    laminasi untuk mengurangi panas yang ditimbulkan oleh arus Eddy. Pada belitan-

  • belitan medannya dihubung seri, sehingga ketika belitan medan ini disuplai oleh

    eksiter, maka kutub yang berdekatan akan membentuk kutub yang berlawanan.

    Rotor kutub menonjol umumnya digunakan pada generator sinkron dengan

    kecepatan putaran rendah dan sedang (120-400 rpm) sehingga kutub menonjol

    akan mengalami rugi-rugi yang besar dan mengeluarkan suara bising jika diputar

    dengan kecepatan tinggi. Bentuk kutub menonjol dapat di lihat pada gambar

    berikut:

    Gambar 2.4 Rotor Kutub Menonjol [4]

    2. Rotor Kutub Silindris (Non Salient Pole Rotor)

    Rotor kutub tak menonjol ini dibuat dari plat baja berbentuk silinder yang

    mempunyai sejumlah slot sebagai tempat kumparan. Karena adanya slot-slot dan

    juga kumparan medan pada rotor maka mengakibatkan jumlah kutub pun sedikit

    terbentuk. Konstruksi ini memberikan keseimbangan mekanis yang lebih baik

    karena rugi-rugi anginnya lebih kecil dibandingkan rotor kutub menonjol.

    Rotor silinder umumnya digunakan pada generator sinkron dengan

    kecepatan putaran tinggi (1500 atau 3000 rpm) karena distribusi disekeliling rotor

    mendekati bentuk gelombang sinus sehingga lebih baik dari kutub menonjol dan

    juga konstruksinya memiliki kekuatan mekanik pada kecepatan putar tinggi.

  • Gambar bentuk kutub silinder generator sinkron tampak seperti pada Gambar

    berikut:

    Gambar 2.5 Rotor Kutub Silinder

    2.3. Prinsip Kerja Generator Sinkron

    Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber

    eksitasi yang akan disuplai oleh arus searah sehingga menimbulkan fluks yang

    besarnya tetap terhadap waktu. Kemudian penggerak mula (Prime Mover) yang

    sudah terkopel dengan rotor segera dioperasikan sehingga rotor akan berputar

    pada kecepatan nominalnya sesuai dengan persamaan:

    p

    fn

    .120 .....................................................................(2.1)

    dimana: n = Kecepatan putar rotor (rpm)

    p = Jumlah kutub rotor

    f = frekuensi (Hz)

    Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang

    dihasilkan oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor akan

    menginduksikan tegangan tiga fasa pada kumparan jangkar sehingga akan

    menimbulkan medan putar pada stator. Perputaran tersebut menghasilkan fluks

    magnetik yang berubah-ubah besarnya terhadap waktu. Adanya perubahan fluks

  • magnetik yang melingkupi suatu kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada

    ujung-ujung kumparan tersebut.

    GGL induksi (Ea) pada alternator akan terinduksi pada kumparan jangkar

    alternator bila rotor diputar di sekitar stator. Besarnya kuat medan pada rotor

    dapat diatur dengan cara mengatur arus medan (If) yang diberikan pada rotor.

    Besarnya GGL induksi (Ea) rata-rata yang dihasilkan kumparan jangkar alternator

    ini dapat dilihat dalam persamaan sebagai berikut: [2]

    TfE 44,4 ...............................................................(2.2)

    Jika 120

    npf , maka:

    Tnp

    E 120

    44,4

    120

    4,44 TnpE

    Bila 120

    4,44 pTC , maka:

    CnE .........................................................................(2.3)

    dimana : E = ggl induksi (Volt p = Jumlah kutub

    n = Putaran (rpm) = Fluks magnetik (weber)

    T = banyaknya lilitan /fase =1/2 Z = banyak sisi kumparan

    2.4. Generator Berbeban [1]

    Pada keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan

    terjadinya reaksi jangkar. Raektansi jangkar bersifat reaktif dan disebut juga

    sebagai reaktansi permanen (Xm). Reaktansi permanen ini bersama-sama dengan

    reaktansi fluks bocor (Xa) sebagai reaktansi sinkron (Xs).

    amS XXX ....................................................................(2.4)

  • Berikut ini merupakan rangkaian ekuivalen generator berbeban.

    Eo V

    Xs

    Rf

    Lf

    Vdc

    Ra

    BEBAN

    if

    Gambar 2.6 Rangkaian ekuivalen generator berbeban [1]

    Secara umum sifat beban yang dipikul oleh alternator dapat bersifat

    resistif, induktif dan kapasitif. Bentuk hubungan beban ini akan mempengaruhi

    arus yang mengalir pada alternator. Arus ini bisa menjadi sefasa, tertinggal, atau

    mendahului dari tegangan, tergantung dari jenis beban yang diberikan pada

    terminal alternator. Adapun diagram fasor alternator pada faktor daya satu,

    terbelakang dan mendahului adalah sebagai berikut:

    Ia Vph

    Ea

    IaRa

    jXsIa

    (a)

    IaIaRa

    Ea

    jXsIa

    Vph

    (b)

    Ia

    Ea

    jXsIa

    IaRa

    Vph

    (c)

    Gambar 2.7 Hubungan berbagai kondisi beban terhadap arus dan tegangan

    yang terjadi pada alternator: [1]

    a) Beban resistif (sefasa)

    b) Bebab induktif (terbelakang)

    c) Beban kapasitif (mendahului)

    Dengan memisalkan alternator dihubungkan ke sistem besar (busbar),

    pada gambar (a) yang merupakan diagram vektor dari alternator dengan faktor

  • daya satu (sefasa) dapat terlihat jatuh tegangan IA RA sefasa dengan IA dan IA XS

    mendahului IA . Seperti persamaan sebagai berikut:

    SAAASA XjIRIZI ................................................................(2.5)

    SAA ZIVE .....................................................................(2.6)

    Dimana : V = Tegangan konstan sistem

    IA = arus alternator

    RA = Tahanan alternator

    ZS = Impedansi sistem

    Jika arus penguatan alternator dinaikkan dari penguatan normal pada

    faktor daya satu (sefasa), maka EA akan bertambah sedangkan jumlah vektor

    antara V dan IA ZS tetap tidak berubah (EA V + IA ZS). Perbedaan ini timbul

    akibat arus reaktif terbelakang dimana daya keluaran pada alternator tidak

    berpengaruh sehingga menimbulkan jatuh tegangan IR ZS

    dari IA ZS.

    Pada gambar (b) terdapat diagram vektor, dimana bila diberi penguatan

    yang lebih (over excited) maka alternator bekerja pada faktor daya terbelakang

    (lagging) sehingga menyebabkan arus akan terbelakang dari tegangan yang

    mengakibatkan generator sinkron membangkitkan daya reaktif induktif. Namun

    bila arus penguatan dikurangi (under excited), EA tentu akan menjadi kecil,

    sehingga terdapat perbedaan jumlah vektor V dan IA ZS tetap tidak berubah.

    Perbedaan ini timbul akibat arus reaktif terbelakang sehingga menimbulkan jatuh

    tegangan IR ZS dari IA ZS.

    Pada gambar (c) terdapat diagram vektor, dimana bila arus penguatan

    dikurangi, maka alternator bekerja pada faktor daya mendahului (leading)

  • sehingga menyebabkan arus akan mendahului dari tegangan yang mengakibatkan

    daya reaktif kapasitif. Pada alternator dengan daya keluaran konstan, maka jatuh

    tegangan IA ZS akan konstan pula. Jika arus penguatannya dibuat bervariasi, maka

    IA tetap tidak akan berubah, tetapi IR dan IR ZS akan berubah nilainya.

    2.5. Sistem Eksitasi Pada Generator Sinkron [5]

    Eksitasi atau biasa disebut sistem penguatan adalah suatu perangkat yang

    memberikan arus penguat (If) kepada kumparan medan generator arus bolak-balik

    (alternating current) yang dijalankan dengan cara membangkitkan medan

    magnetnya dengan bantuan arus searah. Arus eksitasi adalah pemberian arus

    listrik pada kutub magnetik. Dengan mengatur besar kecilnya arus listrik tersebut

    kita dapat mengatur besar tegangan output generator atau dapat juga mengatur

    besar daya reaktif yang diinginkan pada generator yang sedang paralel dengan

    sistem jaringan besar ( Infinite bus).

    Sistem eksitasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem eksitasi

    dengan menggunakan sikat dan sistem eksitasi tanpa sikat.

    2.5.1. Sistem Eksitasi Menggunakan Sikat

    Sistem eksitasi dengan menggunakan sikat terdiri dari:

    a) Sistem eksitasi statis

    b) Sistem eksitasi dinamik

    2.5.1.1. Sistem Eksitasi Statis [3]

    Sistem eksitasi statik adalah sistem eksitasi generator dengan

    menggunakan peralatan eksitasi yang tidak bergerak, yang berarti bahwa peralatan

    eksitasi tidak ikut berputar bersama rotor generator sinkron. Sistem eksitasi ini

    disebut juga dengan self excitation merupakan sistem eksitasi yang tidak

  • memerlukan generator tambahan sebagai sumber eksitasi generator sinkron dan

    sebagai gantinya sumber eksitasi berasal dari keluaran generator sinkron itu

    sendiri yang disearahkan terlebih dahulu dengan menggunakan rectifiier.

    Awalnya pada rotor ada sedikit magnet yang tersisa, magnet yang sisa ini

    akan menimbulkan tegangan pada stator, tegangan ini kemudian masuk dalam

    penyearah dan dimasukkan kembali pada rotor, akibatnya medan magnet yang

    dihasilkan makin besar dan tegangan AC naik demikian seterusnya sampai dicapai

    tegangan nominal dari generator AC tersebut. Biasanya penyearah itu mempunyai

    pengatur sehingga tegangan generator dapat diatur konstan menggunakan AVR.

    AVR

    G

    Sistem Tiga Fasa

    Transformator eksitasi

    PT

    CT

    Konverter

    Generator Sinkron

    Gambar 2.8 Sistem Eksitasi Statik [3]

    2.5.1.2. Sistem Eksitasi Dinamik

    Sistem Eksitasi dinamik adalah sistem eksitasi generator tersebut disuplai

    dari eksiter yang merupakan mesin bergerak. Sebagai eksiternya menggunakan

    generator DC atau dapat juga menggunakan generator AC yang kemudian

    disearahkan menggunakan rectifier. Slip ring digunakan untuk menyalurkan arus

    dari generator penguat pertama ke medan penguat generator penguat kedua.

  • Pilot Exciter

    N

    S

    N

    Idc

    Komutator

    Iex

    Slip ringSikat

    Alternator 3 phasa

    Rotor

    Lilitan penguat

    Kumparan stator 3 phasa

    Kutub

    Senjang

    udara

    Main exciter

    S

    A

    CB Terminal alternator

    Gambar 2.9 sistem Eksitasi Dinamik

    2.5.2. Sistem Eksitasi Tanpa Sikat (Brushless Excitation) [5]

    Sistem eksitasi tanpa sikat sama sekali tidak bergantung pada sumber

    listrik eksternal, melainkan dengan menggunakan pilot exciter dan sistem

    penyaluran arus eksitasi ke rotor generator utama, maupun untuk eksitasi eksiter

    tanpa melalui media sikat arang. Pilot exciter terdiri dari sebuah generator arus

    bolak-balik dengan magnet permanen yang terpasang pada poros rotor dan

    kumparan tiga phasa pada stator. Adapun diagram prinsip kerjanya adalah sebagai

    berikut:

    Pilot Exciter

    N

    Stator

    S

    N

    Idc

    Iex

    Alternator 3 phasa

    Rotor

    Lilitan penguat

    Kumparan stator 3 phasa

    Kutub

    Senjang

    udara

    Main exciter

    S

    A

    CB Terminal alternator

    Penyearah

    3 phasa

    +

    -

    Medan magnet

    permanen

    Gambar 2.10 Brushless Excitation

    2.6. Paralel Generator Sinkron [6]

    Bila suatu generator bekerja dan mendapatkan pembebanan yang melebihi

    dari kapasitasnya, maka dapat mengakibatkan generator tersebut tidak dapat

    bekerja atau bahkan akan mengalami kerusakan. Sehingga dalam hal ini dapat

  • diatasi dengan menjalankan generator lain yang kemudian dioperasikan secara

    paralel dengan generator utama yang telah bekerja sebelumnya pada satu jaringan

    listrik yang sama. Keuntungan dari dilakukannya paralel alternator ialah :

    1. Mendapatkan daya yang lebih besar.

    2. Untuk memudahkan penentuan kapasitas generator.

    3. Untuk menjamin kotinuitas ketersediaan daya listrik.

    4. Untuk melayani beban yang berkembang.

    2.6.1. Persyaratan Paralel Generator [7]

    Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan penyinkronan

    alternator ini ialah :

    1. Tegangan kedua alternator harus sama

    Dimana tegangan generator (yang akan diparalel) dengan tegangan sistem

    jaringan harus sama besarnya (nilainya). Pengaturan tegangan generator tersebut

    harus diatur dengan mengatur arus eksitasinya. Pada saat generator bekerja

    paralel, perubahan arus eksitasi akan merubah faktor daya,

    2. Frekuensi kedua alternator harus sama

    Frekuensi generator dan frekuensi sistem harus sama. Untuk

    menyamakannya, maka putaran generator harus diatur, yaitu dengan cara

    mengatur katup governor (aliran uap masuk turbin).

    3. Mempunyai urutan dan sudut fasa yang sama

    Urutan fasa dan sudut fasa generator sinkron yang akan di paralelkan

    harus sama, sebab jika adanya perbedaan fasa maka akan tidak dapat dilakukan

  • penyinkronan. Mempunyai sudut fasa yang sama bisa diartikan, kedua fasa dari 2

    Generator mempunyai sudut fasa yang berhimpit sama atau 0 derajat. Dengan kata

    lain urutan fasa dari generator yang diparalelkan harus sama dengan fasa pada

    sistem (busbar).

    2.6.2. Metode Paralel Antar Dua Generator Sinkron

    Dalam memparalelkan generator, metode yang sering digunakan untuk

    melihat apakah telah terjadi sinkronisasi ialah dengan metode lampu sinkronisasi,

    dimana fungsi lampu ini sebagai indikator bahwa kedua generator dapat

    diparalelkan dengan sistem infinite bus.

    Ada beberapa metode lampu sinkronisasi yang dapat digunakan untuk

    mengetahui keadaan telah sinkron pada pengoperasian paralel antar generator

    sinkron yaitu: [1]

    Metode Lampu Sinkronisasi Hubungan Terang

    BEBANGENERATOR 1

    GENERATOR 2

    S2

    S3

    S1

    L1

    L3

    L2

    U

    R

    V

    S

    W

    T

    Gambar 2.11 Metode lampu sinkronisasi hubungan terang [1]

    Dalam metode ini, prinsipnya ialah menghubungkan antara ketiga fasa,

    yaitu R dengan V, S dengan W, T dengan U seperti yang terlihat pada gambar

    diatas. Jika antara fasa terdapat beda tegangan maka ketiga lampu akan menyala

    sama terang dan generator siap untuk diparalel.

  • Metode Lampu Sinkronisasi Hubungan Gelap

    BEBANGENERATOR 1

    GENERATOR 2

    S2

    S3

    S1

    L1

    L3

    L2

    U

    R

    V

    S

    W

    T

    Gambar 2.12 Metode lampu sinkronisasi hubungan gelap [1]

    Dalam metode ini, prinsipnya ialah menghubungkan antara ketiga fasa,

    yaitu R dengan U, S dengan V, T dengan W seperti yang terlihat pada gambar

    diatas. Jika rangkaian paralel benar (urutan fasa nya sama) maka lampu L1 ,L2 dan

    L3 akan gelap secara bersamaan. Pada saat lampu nyala terang maka beda

    phasanya besar, dan jika lampunya redup maka beda phasanya kecil.

    Metode Lampu Sinkronisasi Hubungan Gelap Terang

    BEBANGENERATOR 1

    GENERATOR 2

    S2

    S3

    S1

    L1

    L3

    L2

    U

    R

    V

    S

    W

    T

    Gambar 2.13 Metode lampu sinkronisasi hubungan gelap terang [1]

    Dalam metode ini, Prinsipnya ialah dengan menghubungkan satu fasa

    sama dan dua fasa yang berlainan, yaitu fasa R dengan U, fasa S dengan W dan

    fasa T dengan V seperti satu lampu gelap dan dua lampu lainnya terang. Dengan

    kata lain, jika rangkaian paralel benar (urutan fasa nya sama), maka lampu L1, L2

    dan L3 akan terang gelap dengan frekuensi FG1-FG2. Apabila ketiga lampu sudah

  • tidak berkedip lagi (L2 dan L3 terang) dan lampu L1 padam berarti FG1=FG2 dan

    E1=E2.

    Dalam metode penyinkronan pada kedua generator ini menggunakan

    lampu sinkronisasi, bila keadaan tegangan dan putaran tiap generator dengan

    urutan fasa jaringan busbar dengan generator belum sama, maka kondisi lampu L1,

    L2 dan L3 akan berputar cepat yang menandakan fasa tiap generator belum sama

    seperti pada gambar 2.14.a. Namun jika frekuensi dan tegangan masing-masing

    generator telah sama maka kondisi lampu akan semakin lambat berputar dan

    kondisi L1 padam dan kondisi L2 dan L3 terang karena semua urutan fasa jaringan

    dengan urutan fasa generator telah saling berhimpit sehingga dikatakan telah

    sinkron seperti pada gambar 2.14.b. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

    R

    L1

    L2L3

    U

    S

    V

    T

    W

    L1

    L2

    L3

    UR

    S

    V

    T

    W

    (a) (b)

    Gambar 2.14 Kondisi lampu sinkronisasi pada urutan fasa

    2.7. Pembagian Beban Pada Generator Sinkron Yang Bekerja Paralel [6]

    Seperti kita ketahui bahwa generator sinkron bila dibebani akan

    memberikan sifat yang berbeda, tergantung jenis beban yang diberikan, misalkan

    beban resistif, induktif dan kapasitif atau kombinasi dari jenis-jenis beban

    tersebut.

    Dua alternator identik terhubung secara paralel seperti yang ditunjukkan

    pada gambar berikut:

  • Isy

    I1

    E1 E2

    I2

    I

    VLOAD Z

    Z2Z1

    Gambar 2.15 Rangkaian generator paralel yang berbeban [6]

    Bila kedua generator yang bekerja paralel, maka tegangan terminal V adalah:

    222111 ZIEZIEV ....................................................(2.7)

    ZIV .............................................................................(2.8)

    21 III B ................................................................................(2.9)

    Sehingga:

    1

    11

    Z

    VEI

    ..............................................................................(2.10)

    2

    22

    Z

    VEI

    ......................................................................(2.11)

    2

    21 EEV

    ....................................................................(2.12)

    Dimana:

    V = tegangan I = Arus beban

    Z = Impedansi I12= Arus generator

    2.8. Sistem Kerja Paralel Generator Sinkron [7]

    Apabila generator dihubungkan dengan sistem jaringan yang

    kapasitasnnya besar (infinite bus), maka dengan mengatur putaran (n) dan arus

    eksitasi (If) maka tidak akan mempengaruhi frekuensi sitem jaringan tersebut.

  • Pada kondisi tersebut pengaturan putaran adalah hanya mengatur pembebanan

    daya aktif sedangkan pengaturan arus eksitasi hanya mengatur aliran daya reaktif

    atau faktor daya generator tersebut.

    Dalam hal ini dapat lebih diperjelas melalui diagram rumah (house

    diagram) berikut. [1]

    V (volt)

    Vbp

    Vbn

    Qbp(Kvar)

    +-

    F (Hertz)

    Fbn

    Fbp

    Pbp(Kw)0

    0

    (a)(b)

    Gambar 2.16 Karakteristik alternator pada saat bekerja paralel [1]

    Untuk menyuplai beban yang ada pada kedua generator yang bekerja

    paralel, maka jumlah daya aktif dan reaktif yang disuplai generator tersebut harus

    sama dengan daya aktif dan reaktif yang ada pada beban.

    Adapun rumus daya aktif dan reaktif yang harus disuplai oleh kedua generator

    adalah: [7]

    21 GGLoad PPP ............................................................................(2.13)

    21 GGLoad QQQ ..........................................................................(2.14)

    Dibawah ini merupakan gambar diagram daya reaktif dan tegangan yang

    menunjukkan dua alternator yang bekerja adalah sebagai berikut:

  • If 1 If 2

    V (volt)

    G1

    G2

    QG2 KVarQG1KVar

    Qtotal = Q beban

    Gambar 2.17 Diagram daya reaktif dan tegangan [7]

    2.9. Efek Pengaturan Arus Eksitasi [8]

    Dalam pengaturan arus eksitasi tersebut maka besar nilai dari fluks

    magnetik () akan berubah seiring dengan perubahan arus eksitasi.

    Dalam hal ini dapat diperjelas pada rumus berikut:

    CnE .......................................................................................................(2.15)

    dimana: E = ggl induksi (Volt n = Putaran (rpm)

    = Fluks magnetik (weber)

    Jika alternator beroperasi secara paralel, dimana dengan diaturnya arus

    eksitasi sedangkan nilai putaran (n) tetap, maka akan mengakibatkan kenaikan

    nilai dari fluks magnetik sehingga mengubah daya reaktif yang dibutuhkan namun

    besar daya aktifnya tidak akan berubah sehingga akan merubah nilai faktor daya.

    Jika generator G1 dan G2 bekerja paralel maka masing-masing alternator

    akan memasok beban setengah dari daya aktif dan setengah dari daya reaktif.

    Masing-masing alternator memasok arus sebesar I, sehingga arus beban yang di

    pasok sebesar 2I.

    Bila penguatan eksitasi G1 dinaikkan maka besarnya E1 akan lebih dari

    besaran awalnya sehingga 1 > 2. Hal ini menyebabkan adanya arus sirkulasi.

    Dimana arus sirkulasi: [8]

  • 21

    21

    ZZ

    EEIs

    ........................................................................................(2.16)

    Dimana :

    Is = Arus sirkulasi

    E12 = Tegangan induksi generator

    Z12 = Impedansi generator

    Arus Isy ini akan mempengaruhi arus beban pada G1 dan G2 secara vektoris,

    sehingga besarnya arus pada G1 sebesar I1 dengan Cos 1 dan arus pada G2 sebesar

    I2 dengan Cos2. Perubahan ini hampir tidak mempengaruhi pada besarnya daya

    aktif beban, tapi berpengaruh pada perubahan daya reaktif yang di pikul oleh

    alternator. Berikut ini adalah gambar segitiga daya akibat perubahan eksitasi pada

    alternator yang bekerja secara paralel:

    G1

    G2

    1

    2

    Q Beban

    S

    P1

    P2

    a) Kondisi 1

    G1

    G2

    2

    Q Beban

    S

    P1

    P2

    1

    Q2

    Q1

    P Beban

    b) Kondisi 2

    Gambar 2.18 Segitiga daya alternator yang terhubung pararel akibat

    efek pengubahan penguatan [2]

  • Pada kondisi 1, beban yang di pikul G1 dan G2 sama besarnya, sehingga

    beban daya aktif dan daya reaktif di bagi rata memberikan segitiga daya aktif yang

    sama tetapi jika penguatan G1 dinaikkan, dan arus penguatan G2 maka akan

    merubah pembagian daya reaktif pada masing-masing alternator sehingga

    berpengaruh terhadap faktor daya pada masing-masing alternator. Hal ini dapat di

    lihat pada kondisi 2.

    Pengaruh perubahan eksitasi pada kinerja alternator dapat dijelaskan

    dengan bantuan diagram fasor yang ditunjukkan pada gambar berikut:

    2

    2

    1

    1

    Isy

    +Isy-IsyI2'I1'

    I1 = 12

    I = 2I1 = 2I2

    V

    jl2Xs

    jl1Xs=jl2Xsjl1Xs

    ESin

    E1'

    E2'

    E1 = E2

    Gambar 2.19 Diagram fasor akibat efek pengubahan penguatan [5]

    Pada gambar dapat dilihat dua alternator yang bekerja secara paralel, Jika

    arus eksitasi G1 meningkat sehingga ggl induksi E1 meningkat menjadi E1' yang

    akan mencoba untuk meningkatkan tegangan terminal V. Tapi tegangan terminal

    V dapat dijaga konstan dengan mengurangi arus eksitasi G2. Peningkatan E1 dan

    E2 penurunan disesuaikan sedemikian rupa bahwa E sin tetap konstan.

    Perbedaan antara E'1 dan E'2 menimbulkan arus sirkulasi ISY. Arus ini harus

  • ditambahkan ke I1 dan dikurangi dari I2 yang akan memberikan arus jangkar baru

    I'1 dan I'2.

    Pada kondisi perubahan penguatan masing-masing generator, maka

    tegangan terminal tidak berubah. Jika generator dengan arus eksitasi diperbesar

    (over excited), berarti mencatu arus tertinggal ke sistem (lagging), yang berarti

    generator menarik arus mendahului dari sistem atau istilahnya mengirim daya

    reaktif ke sistem. Demikian pula jika arus eksitasi dikurangi (under excited) maka

    generator dinyatakan mencatu arus mendahului sistem (leading) atau dinyatakan

    menarik arus tertinggal dari sistem atau istilahnya menarik daya reaktif dari

    sistem. Hal tersebut dapat dilihat pada diagram rumah (house diagram) daya

    reaktif berikut.

    Qgen QsysmQ1Q3 Q2

    If dinaikkan

    IA1

    IA3

    IA2

    EA1 EA3EA2

    V jXsIa

    Lead

    Lag

    P

    Q

    Vt

    Gambar 2.20 Diagram rumah jika arus eksitasi dinaikkan [7]

    Vt

    QgenQsysmQ1 Q2

    If diturunkan

    IA1

    IA2

    EA1 EA2

    V

    jXsIaLead

    Lag

    P

    Q

    Gambar 2.21 Diagram rumah jika arus eksitasi diturunkan [7]

  • Dapat dilihat bahwa peningkatan arus medan mengakibatkan Q (I1 sin)

    akan meningkat. Atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa, peningkatan

    arus medan pada generator sinkron yang bekerja paralel terhadap infinite bus akan

    meningkatkan daya reaktif keluaran generator [5]. Maka dalam pernyataan ini

    didapat persamaan ekuivalen generator berbeban yaitu:

    SXjIVE '11 ..................................................................................(2.17)

    SXjIVE '22 ................................................................................(2.18)

    Hal ini dapat dilihat bahwa ada peningkatan besarnya I1 tetapi komponen

    aktif I1 cos1 tidak berubah. Demikian juga I2 yang besarannya menurun tetapi

    komponen aktif I2 cos2 tidak terpengaruh. Dengan demikian arus beban,

    tegangan terminal dan faktor daya beban tidak berubah. Namun arus jangkar, ggl

    induksi dan faktor daya untuk masing-masing alternator berubah.

    1.10. Faktor daya

    Faktor daya yang sering disebut sebagai cos didefinisikan sebagai

    perbandingan daya aktif (kW) dan daya semu (kVA). Atau sebagai perbandingan

    antara arus yang dapat menghasilkan kerja didalam suatu rangkaian terhadap arus

    total yang masuk kedalam rangkaian. Adanya nilai faktor daya pada sistem

    tegangan AC disebabkan adanya beban yang mengalir dan nilainya bergantung

    oleh karakteristik beban tersebut.

    Faktor daya = Cos = )(

    )(

    VAS

    WP ...........................................................(2.19)

    Dimana : P = Daya aktif ( Watt )

    S = Daya semu (Volt Ampere )

  • P

    Q

    S

    Gambar 2.22 Segitiga daya

    Faktor daya mempunyai pengertian sebagai besaran yang menunjukkan

    seberapa efisien jaringan yang dimiliki dalam menyalurkan daya yang bisa

    dimanfaatkan. Faktor daya rendah juga merugikan karena mengakibatkan arus

    beban akan menjadi lebih tinggi.

    Daya reaktif yang tinggi mengakibatkan meningkatnya sudut segitiga daya

    sehingga menghasilkan faktor daya rendah, begitu juga sebaliknya.

    1.10.1. Pengertian Daya

    Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang

    digunakan untuk melakukan usaha. Untuk penggunaan sistem arus AC tiga fasa,

    dikenal 3 daya yaitu:

    1.10.1.1. Daya semu (apparent power)

    Daya semu dikatakan daya total dari kapasitas daya maksimal generator

    atau dapat diartikan sebagai penjumlahan daya aktif dan daya reaktif.

    )(VAIVS ..........................................................................................(2.20)

    22 QPS .....................................................................................(2.21)

    1.10.1.2. Daya aktif (Active Power)

    Daya aktif disebut juga daya nyata memiliki satuan Watt yang mempunyai

    pengertian merupakan daya yang terpakai untuk melakukan energi sebenarnya.

  • Daya ini sering digunakan secara umum oleh konsumen dan sebagai satuan yang

    digunakan untuk daya listrik dan dikonversikan dalam bentuk kerja.

    Dimana dalam perhitungan phasa :

    )1( FasaCosIVP ................................................................................(2.22)

    )3(3 FasaCosIVP ...............................................................(2.23)

    1.10.1.3. Daya Reaktif (reactive power)

    Daya reaktif dengan satuan VAR, memiliki pengertian daya yang di suplay

    oleh komponen reaktif, atau disebut juga jumlah daya yang diperlukan untuk

    pembentukan medan magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan

    terbentuk fluks medan magnet.

    Dimana dalam perhitungan phasa :

    )1( FasaSinIVQ ...............................................................................(2.24)

    )3(3 FasaSinIVQ ...........................................................(2.25)