chapter ii.pdf

22
 BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Antar Pribadi II.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan  balik yang bersifat langsung.  Orang memerlukan hubungan antar pribadi terutama untuk dua hal yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan yang bersifat emosional intensif, sementara ketergantungan mengacu pada instrumen antar pribadi seperti mencari kedekatan, membutuhkan bantuan, serta kebutuhan berteman dengan orang lain, yang  juga dibutuhkan u ntuk kepentingan mempertahankan hidup. Salah satu karakteristik penting dar i hubungan antar pribadi yaitu hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan untuk diakhiri  berdasarkan kemauan atau kesadaran kita. Komunikasi antar pribadi sering disebut dengan dyadic communication maksudnya yaitu “komunikasi antara dua orang”, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (  face to f ace) ataupun bisa juga melalui media seperti telepon. Ciri khas dari komunikasi antar pribadi adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (two ways communication). Namun, komunikasi antar pri badi melalui tatap muka mempunyai satu keuntungan dimana melibatkan perilaku nonverbal, ekspresi fasial,  jarak fisik, perilaku paralinguistik yang sangat menentukan jarak sosial da n keakraban (Liliweri, 1991:67). Universitas Sumatera Utara

Upload: asifani

Post on 02-Nov-2015

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    URAIAN TEORITIS

    II.1 Komunikasi Antar Pribadi

    II.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

    Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang

    yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh DeVito

    dalam (Liliweri, 1991:13) komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari

    seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan

    balik yang bersifat langsung.

    Orang memerlukan hubungan antar pribadi terutama untuk dua hal yaitu perasaan

    (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan yang bersifat

    emosional intensif, sementara ketergantungan mengacu pada instrumen antar pribadi seperti

    mencari kedekatan, membutuhkan bantuan, serta kebutuhan berteman dengan orang lain, yang

    juga dibutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup. Salah satu karakteristik penting dari

    hubungan antar pribadi yaitu hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan untuk diakhiri

    berdasarkan kemauan atau kesadaran kita.

    Komunikasi antar pribadi sering disebut dengan dyadic communication maksudnya yaitu komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) ataupun bisa juga melalui media seperti telepon. Ciri khas dari komunikasi antar pribadi adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (two ways communication). Namun, komunikasi antar pribadi melalui tatap muka mempunyai satu keuntungan dimana melibatkan perilaku nonverbal, ekspresi fasial, jarak fisik, perilaku paralinguistik yang sangat menentukan jarak sosial dan keakraban (Liliweri, 1991:67).

    Universitas Sumatera Utara

  • Bentuk utama dari komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka, dimana

    komunikasi ini biasanya merupakan suatu rangkaian pertukaran pesan antara dua individu dalam

    proses komunikasi, serta diantara individu tersebut berhasil menjalin suatu kontak. Kontak itu

    berhasil karena antara individu yang melakukan komunikasi tersebut saling mempertukarkan

    pesan secara bergantian dan berbalas-balasan. Keberadaan interaksi antar individu inilah yang

    menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi menghasilkan suatu umpan balik pada tingkat

    keterpengaruhan tertentu. Aksi dan reaksi secara langsung terlihat karena jarak fisik partisipan

    yang dekat sekali. Interaksi dalam komunikasi antar pribadi, dapat menghasilkan berupa suatu

    perubahan pendapat, sikap, perilaku dan tindakan tertentu.

    Cassagrande dalam (Liliweri, 1991:48) berpendapat seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain karena :

    1) Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan.

    2) Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat. 3) Interaksi hari ini merupakan spectrum pengalaman masa lalu dan menjadikan orang

    mengatisipasi masa depan. 4) Hubungan yang diciptakan jika berhasil merupakan pengalaman yang baru.

    Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cassagrade, dapat disimpulkan bahwa

    keinginan berkomuniakasi secara pribadi disebabkan oleh dorongan pemenuhan kebutuhan yang

    belum dan tidak dimiliki seseorang sebelumnya.

    II.1.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi

    Fungsi dan tujuan komunikasi antar pribadi yaitu berusaha meningkatkan hubungan

    insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi

    ketidakpastian serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2004:33).

    Komunikasi antar pribadi juga dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak

    yang melakukan komunikasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • II.1.3 Ciri Komunikasi Antarpribadi

    Ada beberpa ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang dikemukakan oleh para ahli,

    diantaranya DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) menurutnya ada 5 ciri-ciri komunikasi

    antarpribadi yang umum yaitu sebagai berikut:

    1) Keterbukaan (Openess) Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas dan terbuka tanpa ada rasa malu. Keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

    2) Empati (Emphaty) Komunikator dan komunikan merasakan situasi dan kondisi yang dialami mereka tanpa berpura-pura dan keduanya menanggapi apa-apa saja yang di komunikasikan dengan penuh perhatian. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Apabila komunikator atau komuniakan mempunyai kemampuan untuk melakukan empati satu sama lain, kemungkinan besar akan terjadi komunikasi yang efektif.

    3) Dukungan (Supportiveness) Setiap pendapat atau ide serta gagasan yang disampaikan akan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak yang berkomuniaksi. Dukungan membantu seseseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diharapkan.

    4) Rasa Positif (Possitivenes) Apabila pembicaraan antara komunikator dan komunikan mendapat tanggapan positif dari kedua belah pihak, maka percakapan selanjutnya akan lebih mudah dan lancar. Rasa positif menjadikan orang-orang yang berkomunikasi tidak berprasangka atau curiga yang dapat menganggu jalinan komunikasi.

    5) Kesamaan (Equality) Komunikasi akan lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi semakin kuat apabila memiliki kesamaan tertentu antara komunikator dan komunikan dalam hal pandangan, sikap, kesamaan ideologi dan lain sebagainya.

    Selain kelima ciri yang dipaparkan DeVito diatas, ada beberapa ciri lagi yang identik

    dengan komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi antar pribadi dilaksanakan oleh seorang

    individu karena didorong berbagai faktor. Komunikasi antar pribadi juga berakibat sesuatu yang

    disengaja maupun yang tidak disengaja, dan kerap kali bentuk komunikasinya berbalas-balasan

    dengan suasana yang penuh keakraban, bebas, bervariasi serta menggunakan berbagai lambang-

    lambang yang bermakna bagi individu yang melakukan komunikasi antar pribadi tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • II.1.4 Proses Komunikasi Antar Pribadi

    Berkomunikasi secara efektif memiliki arti bahwa komunikator dan komunikan memiliki

    pengertian yang sama tentang isi suatu pesan. Komunikasi antar pribadi dikatakan efektif apabila

    pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses

    tersebut tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya dapat

    diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap pesan yang

    dipertukarkan. Selain itu, Menurut Steward L. Tubs dan Sylva Moss dalam (Rakhmat, 2001:133)

    menambahkan bahwa tanda-tanda komunikasi yang efektif setidaknya menimbulkan hal sebagai

    berikut :

    a) Saling pengertian

    b) Memberikan kesenangan

    c) Mempengaruhi sikap

    Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media dan

    tatap muka. Meskipun demikian, yang dianggap paling sukses adalah komunikasi antar pribadi

    secara tatap muka, sebab dalam komunikasi antar pribadi yang dilakukan melalui tatap muka

    pengiriman pesan dan umpan baliknya dapat diamati secara langsung dengan melihat,

    mendengar, mencium, meraba dan merasa. Proses komunikasi antar pribadi meggunakan

    lambang-lambang sebagai media penyampaian pesan. Adapun lambang yaitu :

    a) Lambang Verbal

    Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk baahasa. Oleh karena itu, dengan bahasa

    seorang komunikator dapat mengunggkapkan pikirannya mengenai hal atau peristiwa, baik yang

    kongkrit maupun yang abstrak yang terjadi pada masa lalu, masa kini dan masa depan kepada

    komunikannya

    Universitas Sumatera Utara

  • b) Lambang Non Verbal

    Lambang Non Verbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi yang

    berbentuk isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti kepala, mata, jari, dan lainnya.

    Batasan komunikasi non verbal secara garis besar sebenarnya sebagai arah dari suatu

    gejala seperti setiap bentuk penampilan wajah dan gerak gerik tubuh seseorang sebagai suatu

    cara dan simbol dari statusnya. Contohnya tarian, drama sampai ke musik. Jadi, pada dasarnya

    dengan isyarat non verbal seorang individu dapat memahami orang lain ketika orang lain

    terserbut berbicara atau menulis bahasanya untuk menyatakan sesuatu tentang dirinya.

    Kesamaan dan ketidaksamaan derajat antara komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi, memunculkan istilah homophily dan heterophily sehingga bisa memperjelas hubungan antara komunikator dengan komunikan dalam proses komunikasi antarpribadi. Homophily adalah sebuah istilah dimana orang-orang yang berinteraksi memiliki kesamaan sifat dan atribut diantara mereka seperti nilai, pendidikan dan status. Sedangkan Heterophily didefinisikan sebagai derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berada pada dalam sifat-sifat tertentu. Pada sistem yang lebih tradisional ditandai oleh derajat homophily yang lebih tinggi, dalam komunikasi antarpribadi dan norma-norma di desa menjadi lebih modern sehingga menjadi lebih heterophily.6

    1.5 Sifat Komunikasi Antar Pribadi

    Komunikasi antar pribadi sama halnya dengan ilmu-ilmu lain yang pasti memiliki

    sifatnya tersendiri sehingga menjadi suatu ciri khas pada ilmu tersebut. Beberapa sifat yang dapat

    menunjukan komunikasi antara dua orang, yang mengarah pada komunikasi antar pribadi yaitu

    didalamnya melibatkan perilaku verbal maupun nonverbal, yang dapat menunjukan seberapa

    jauh hubungan antara pihak yang terlibat di dalamanya. Berikut adalah beberapa sifat yang

    dimiliki oleh komunikasi antarpribadi (Liliweri, 1991:29):

    6. http://id.wikipedia.org/wiki/komunikasi_interpersonal. Diakses pada 9 September 2011 pukul 22.18.

    Universitas Sumatera Utara

  • a) Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, perilaku ini timbul karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi.

    b) Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik agar mempunyai interaksi dan koherensi, artinya suatu komuikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik serta adanya interaksi yang melibatkan suatu perubahan di dalam sikap, perasaan, perilaku dan pendapat tertentu.

    c) Komunikasi antar pribadi biasanya bersifat intrintik dan ekstrinsik. Intrinstik merupakan suatu standar perilaku yang dikembang oleh seseorang sebagai panduan melaksanakan komunikasi, sedangkan ekstrinsik yaitu aturan lain yang ditimbulkan karena pengaruh kondisi sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah harus berakhir.

    d) Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik.

    e) Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik.

    II.2 Down Syndrome

    II.2.1 Pengertian Down Syndrome

    Istilah Down syndrome digunakan untuk menyebut anak-anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi serta ketidakcakapan dalam interaksi sosial, yang diakibatkan oleh adanya kelainan pada kromosom. Jumlah kromosom yang dimiliki penderita down syndrome tidak terdiri dari dua kromosom sebagaimana mestinya melainkan kromosomnya berjumlah tiga, sehingga mengakibatkan anak mengalami penyimpangan fisik. Down syndrome merupakan bagian dari ketunagrahitaan yaitu kelainan yang terjadi pada mental dan kognitif yang dialami oleh penderitanya.7

    Anak berkebutuhan khusus seperti anak down syndrome ini sangat memerlukan

    perhatian ektra dari orang disekitarnya terutama orangtua dan keluarga. Tidak mudah untuk

    menghadapi dan menerima kondisi yang dialami anak down syndrome, karena selain bentuk fisik

    dan kemampuan kognitif yang berbeda dari anak lainnya, pada umumnya anak down syndrome

    juga bermasalah dengan perilaku hiperaktif, serta emosi yang cendrung labil.

    7. http://www.adin-lib-unair.ac.id/. Diakses pada 7 September 2011 pukul 23.52.

    Universitas Sumatera Utara

  • Setiap anak yang terlahir ke dunia ini merupakan makhluk yang unik, karena itu

    pendekatan pada masing-masing anak juga harus berbeda, begitu pula pada anak yang terlahir

    dengan keterbatasan yang terpenting adalah bagaimana upaya meningkatkan quality of life dari

    anak berkebutuhan khusus ini.

    Anak down syndrome biasanya banyak dilahirkan oleh ibu yang sudah berumur di atas 30 tahunan. Namun, tidak menutup kemungkinan ibu yang masih berumur di bawah 30 tahun juga dapat melahirkan anak yang mengalami down syndrome. Hal ini terjadi biasanya akibat dari sel telur wanita yang telah dibentuk pada saat wanita tersebut masih dalam kandungan dan akan dimatangkan satu per satu setiap bulan pada saat wanita tersebut akil balik, sehingga pada saat wanita menjadi tua, kondisi sel telur tersebut kadang-kadang menjadi kurang baik dan pada waktu dibuahi oleh sel telur laki-laki, sel benih ini mengalami pembelahan yang kurang sempurna. Oleh karena itu, Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi apakah ada kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan fisik kromoson dengan ultrasonography dan Pemeriksaan darah. Hal ini dianggap paling ekeftif karena sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini.8

    Kebanyakan penderita down syndrome di kehidupan sehari-harinya mengalami

    kesulitan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bina diri. Selain itu, kebanyakan

    penderita down syndrome juga mengalami gangguan yang disebut attention defisit hyperactivity

    disorder (ADHD) yang berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Gangguan

    ADHD memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang mencakup disfungsi otak

    (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006:2).

    8. http://suaramedia.com/03/07/2011/. Diakses 7 September 2011 pukul 22.55.

    Universitas Sumatera Utara

  • Penderita gangguan ADHD mengalami kesulitan dalam mengendalikan implus yang

    terdapat dalam otaknya. Selain itu, gangguan ini juga menghambat perilaku dan keadaan

    penderitanya serta tidak mendukung rentang perhatian mereka. Gangguan ini dapat mempunyai

    pengaruh negatif terhadap kondisi anak baik di sekolah, di rumah dan di lingkungannya yang

    mengakibatkan anak menjadi sangat aktif, kesulitan dalam belajar, kesulitan berperilaku,

    kesulitan sosial, dan lain sebagainya. Perilaku anak yang mengalami ADHD sangat

    membingungkan dan sangat kontradiktif, namun mereka dapat melakukan sesuatu dengan lebih

    giat dan tekun dibandingkan anak normal jika orangtua atau guru menerapkan aturan yang lebih

    ketat. Oleh karena itu, perhatian dan dukungan yang diberikan orangtua sangat dibutuhkan oleh

    anak yang mengalami ADHD kerena hal ini sangat berpengaruh pada kekuatan, kemampuan, dan

    perasaan anak.

    Selain itu, penderita down syndrome biasanya lahir dengan berbagai gangguan medis,

    seperti gangguan jantung, leukemia, katarak, gangguan pendengaran dan gangguan bicara.

    Penderita down syndrome biasanya juga mengalami kesulitan dalam hal yang berhubungan

    dengan kegiatan belajar karena kemampuan daya ingat yang lambat dibandingkan dengan anak

    normal. Masalah ini disebabkan karena lemahnya kemampuan persepsi dan menilai. Namun,

    sistem pengajaran dengan menggunakan gambar dianggap merupakan metode bagus untuk

    mengajarkan anak down syndrome belajar, berbicara, dan berinteraksi.

    II.2.2 Karakteristik Down Syndrome

    Down syndrome merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasan mengalami

    hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa

    karakteristik umum down syndrome yaitu (Somantri, 2007:105):

    Universitas Sumatera Utara

  • 1) Keterbatasan Intelegensi Intelegensi merupakan fungsi kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah serta situasi kehidupan yang baru. Kapasitas belajar anak down syndrome lebih bersifat abstrak seperti berhitung dan belajarnya tanpa pengertian.

    2) Keterbatasan Sosial Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak down syndrome juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat. Anak down syndrome cendrung tidak mampu memikul tanggungjawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka selalu harus dibimbing dan diawasi. Mereka juga melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.

    3) Keterbatasan fungsi mental lainnya Anak down syndrome memiliki waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya dan ada umumnya anak down syndrome memiliki keterbatasn dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi tetapi pusat pengelolaan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya.

    Selain hal diatas, terdapat juga beberapa karakteristik fisik dari anak down syndrome

    yang bisa di amati secara langsung yaitu 9:

    a) Bagian belakang kepala rata (Flattening of the back of the head). b) Mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata. c) Alis mata miring (slanting of the eyelids). d) Telinga lebih kecil, sehingga mudah terserang infeksi. e) Mulut yang mungil, lidah tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal. Di samping

    itu, otot mulut mereka juga kerap lemah, sehingga menghambat kemampuan bicara. Pertumbuhan gigi geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang berantakan ini juga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.

    f) Otot lunak. g) Persendian longgar (loose ligament). h) Jari Tangan mungil. i) Di telapak tangan terdapat garis melintang yang disebut simian crease. j) Kaki yang mungil, simian crease juga terdapat di kaki yaitu telunjuk dan ibu jari yang

    cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. k) Hidung cenderung lebih kecil dan datar. Hal ini di ikuti pula dengan saluran pernafasan

    yang kecil, sehingga para penderita sering kesulitan untuk bernafas. l) Rambut lemas, tipis dan jarang

    9. http://www.wikipedia.org/wiki/down-syndrome. Diakses pada 9 September 2011 pukul 22.40

    Universitas Sumatera Utara

  • II.2.3 Penyebab Down Syndrome

    Down Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom, khusunya kromosom 21.

    Pada umumnya manusia memiliki 23 pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome,

    kromosom 21 tidak sepasang melainkan tiga kromosom. Jadi, dengan kata lain down syndrome

    merupakan gangguan genetik, akibatnya terjadi gangguan di dalam sel. Selain itu, umur ibu pada

    saat melahirkan kemungkinan besar juga akan ikut mempengaruhi terjadinya down syndrome

    pada anak.

    II.2.4 Klasifikasi Down Syndrome Down syndrome dapat di kategorikan dalam beberapa kategori berdasarkan hal yang

    mempengaruhi diantaranya tingkat intelegensi dan kemampuan yang terdapat pada diri anak down syndrome, berikut uraian kategorinya 10: II.2.4.1 Down syndrome Berdasarkan Tingkat Intelegensi

    Down syndrome Ringan Para penderita down syndrome pada kelompok ini, tidak terlalu parah mereka masih dapat diajarkan belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Pada umumnya kelompok ini tidak terlihat mengalami gangguan fisik.

    Down syndrome Sedang Para penderita down syndrome pada kelompok ini termasuk anak keterbelakang mental yang perkembangan Mental Age (MA) relatif lama, bisa sampai 7 tahun. Kelompok ini hanya bisa untuk di didik mengurus diri sendiri seperti mandi, makan, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, kelompok ini membutuhkan pengawasan dari orang sekitar.

    Down syndrome Berat Kelompok ini sering disebut Idiot dan kelompok ini dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu anak down syndrome berat dan sangat berat. Down syndrome berat memiliki IQ antara 32-20, sedangkan down syndrome sangat berat memili IQ di bawah 19. Kelompok ini memerlukan bantuan perawatan secara total.

    II.2.4.2 Down syndrome Berdasarkan Kemampuan yang dimiliki Anak

    Down syndrome Mampu Latih Para penderita down syndrome pada kelompok ini adalah merupakan anak down syndrome yang memiliki kemampuan yang cukup baik untuk dilatih dalam melakukan sesuatu hal seperti menyulam, menjahit, olahraga.

    Down syndrome Mampu Didik

    Universitas Sumatera Utara

  • Para penderita down syndrome pada kelompok ini adalah merupakan kategori anak down syndrome yang cukup bisa diberikan pendidikan akademis dan biasanya kemampuan intelegensi pada down syndrome kategori ini cukup baik.

    Down syndrome Mampu Latih dan Mampu didik Para penderita down syndrome pada kategori ini merupakan kategori anak down syndrome yang memiliki kemampuan yang lumayan baik dalam menerima pendidikan akademis serta juga memiliki kemampuan yang lumayan baik untuk bisa dilatih. Dengan kata lain anak down syndrome kategori ini merupakan gabungan dari dua kategori down syndrome sebelumnya.

    II.2.5 Teknik Penanganan Down Syndrome

    Terapi diperlukan untuk membangun kondisi anak berkebutuhan khusus menjadi lebih baik, hal ini harus rutin dilakukan agar apa yang menjadi kekurangan anak bisa diatasi dan akan lebih ekektif dilakukan sejak usia dini sebab perkembangan otak pada anak umumnya terjadi sekitar umur 2-3 tahun. Terapi yang cukup efektif untuk anak penderita down syndrome yaitu 11:

    a) Terapi Wicara Terapi ini diperlukan bagi penderita down syndrome yang bermasalah dengan

    keterlambatan bicara, deteksi dini diperlukan sebagai dasar untuk memberikan pelayanan terapi wicara pada anak.

    b) Terapi Okupasi Terapi ini diberikan untuk dasar anak dalam hal kemandirian atau pemahamannya dan kemampuan sensorik dan motoriknya. Jenis terapi ini membantu anak dalam mengembangkan kekuatan dan kordinasi dengan atau tanpa menggunakan alat.

    c) Terapi Kognitif Terapi ini diberikan pada anak yang mengalami gangguan kognisi dan perceptual. Salah satu bentuk terapi kognitif yaitu senam otak, adalah sejenis kegiatan terapi berbentuk senam yang ditujukan untuk memberikan kondisi relaksasi pada otak.

    d) Terapi Remedial Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan akademis dan skill, jadi bahan dari sekolah bisa dijadikan bahan acuan program terapi.

    e) Terapi Sensori Integrasi Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan pengintegrasian sensori, misalnya, pengintegrasian antara otak kanan dan otak kiri.

    f) Terapi Snoefzelen Terapi ini diberikan pada anak yang mengalami gangguan perkembangan motorik. anak di ajarkan berprilaku umum dengan pemberian sistem penghargaan pada anak tersebut.

    10. http://varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down-syndrom-pada-anak. Diakses pada tanggal 7 September 2011 pukul 00.24.

    11 http://www.priyes-buahhati.blogspot.com/2010/10/artikelanakketerbelakanganmental.html. Diakses pada tanggal 16 januari 2011 pukul 22.20.

    Universitas Sumatera Utara

  • II.3 Teori Interaksi Simbolik (George Herbert Mead)

    George Herbert Mead merupakan ilmuan yang pertama kali mencetuskan teori interaksi

    simbolik, Mead sangat mengagumi kemampuan manusia untuk menggunakan simbol. Ia

    menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul di dalam sebuah

    situasi tertentu, karena makna diciptakan dari interaksi pada sebuah realitas.

    Teori interaksi simbolik ini menekankan hubungan antara simbol dan interaksi. Ralph

    Larossa dan Donald C. Reitzes dalam buku pengantar teori komunikasi analisis dan aplikasi, mengatakan bahwa interaksi simbolik adalah sebuah kerangka refensi untuk memahami bagaimana manusia bersama dengan orang lainnya menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini sebaliknya menciptakan manusia bersama orang lainnya, sehingga dapat membentuk perilaku manusia. Pernyataan ini jelas menggambarkan mengenai bagaimana saling ketergantunganan atara individu dan masyarakat (West dan Turner, 2008:96).

    Teori interaksi simbolik lahir pada dua universitas yang berbeda yaitu University of

    Iowa dan University Of Chicago. Pada awal perkembangannya kelompok Iowa mengembangkan

    bebarapa cara pandang yang baru mengenai konsep diri, tetapi pendekatan yang dilakukan

    dianggap sebagai pendekatan yang tidak biasa. Oleh karena itu, Herbert Blumer melanjutkan

    penelitian yang dilakukan George Herbert Mead, ia meyakini bahwa studi manusia tidak dapat

    diselenggarakan di dalam cara yang sama dengan studi tentang benda mati. Peneliti perlu

    mencoba empati dengan pokok materi, masuk pengalamannya dan usaha untuk memahami nilai

    dari tiap orang.

    Blumer dan pengikutnya menghindari kuantitatif dan pendekatan ilmiah, melainkan

    lebih menekankan pada riwayat hidup, autobiografi, studi kasus, buku harian, surat dan

    nondirective interviews. Blumer terutama sekali menekankan pentingnya pengamatan peserta di

    dalam studi komuniakasi. Lebih lanjut, tradisi Chicago ini melihat orang-orang sebagai individu

    yang kreatif, inovatif, dalam situasi yang tidak dapat diramalkan. Masyarakat dan diri dipandang

    Universitas Sumatera Utara

  • dari proses, yang bukan struktur untuk membekukan proses tersebut yang akhirnya akan

    menghilangkan intisari dari hubungan sosial.

    Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes juga mencatat tujuh asumsi yang mendasari teori

    interaksi simbolik, yang memperlihatkan tiga tema besar yaitu (West dan Turner, 2008:96),

    (1) Pentingnya makna bagi perilaku manusia,

    a. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka.

    b. Makna yang diciptakan dalam interaksi antar manusia.

    c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.

    (2) Pentingnya konsep mengenal diri,

    a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.

    b. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.

    (3) Hubungan antara individu dan masyarakat

    a. Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial.

    b. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

    Karya Mead yang paling terkenal, berjudul Mind, Self, and Society menggaris bawahi

    tiga konsep kritis yang dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori interaksionisme

    simbolik. Tiga konsep itu saling mempengaruhi satu sama lain dalam term interaksionisme

    simbolik. Pikiran manusia (mind) dan interaksi sosial (self dengan orang lain) digunakan untuk

    menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (society) (Elvinaro, 2007:136). Untuk lebih jelas

    ketiga konsep tersebut dijabarkan sebagai berikut :

    a) Pikiran (Mind)

    Pikiran merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna

    sosial yang sama dan itu dikembangkan melalui interaksi dengan orang lain. Manusia memiliki

    Universitas Sumatera Utara

  • konsep pemikiran yang dinyatakan sebagai percakapan di dalam diri sendiri. Salah satu hal

    penting yang diselesaikan individu melalui pemikiran adalah pengambilan peran atau

    kemampuan secara simbolik menempatkan dirinya sendiri dalam diri khayalan orang lain (West

    dan Turner, 2008:104-105).

    Seorang individu dapat mengembangkan apa yang disebut dengan pikiran melalui

    bahasa dan ini membuat individu tersebut mampu menciptakan setting interior bagi masyarakat

    yang dilihatnya dan beroperasi di luar diri individu tersebut. Bahasa tergantung pada simbol

    signifikan atau simbol-simbol yang memunculkan makna yang sama bagi orang banyak.

    b) Diri (Self)

    Diri merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang

    lain. Individu mempunyai kemampuan untuk menjadi subjek dan objek bagi dirinya sendiri

    dengan menggunakan bahasa. Subjek atau diri yang bertindak sebagai I dan objek atau diri yang

    mengalami sebagai Me. Dimana I bersifat spontan, impulsif, dan kreatif sedangkan Me lebih

    reflektif dan peka secara sosial (West dan Turner, 2008:107).

    c) Masyarakat (society)

    Cara manusia untuk mengartikan dunia dan diri sendiri yang berhubungan erat dengan

    masyarakatnya. Ada dua bagian penting masyarakat yang mempengaruhi pikiran dan diri

    seorang individu yaitu particular others (orang lain secara khusus) merujuk pada individu yang

    signifikan bagi individu lain seperti orangtua serta keluarga dan generalized others (orang lain

    secara umum) yang merujuk pada cara pandang dari sebuah kelompok sosial sebagai suatu

    keseluruhan (West dan Turner, 2008:108).

    Universitas Sumatera Utara

  • Sebelum bertindak manusia menggunakan arti-arti tertentu kepada dunianya sesuai

    dengan skema-skema interpretasi yang telah disampaikan kepadanya melalui proses sosial.

    Sehubungan dengan proses tersebut yang mengawali perilaku manusia, konsep pengambilan

    peran (role taking) sangat mempengaruhi dan penting. Sebelum diri seseorang bertindak, ia

    membanyangkan dirinya dalam posisi orang lain dan mencoba untuk memahami apa yang

    diharapkan oleh pihak lainnya.

    Komunikasi adalah proses interaksi simbolik dalam bahasa tertentu dengan cara berpikir

    tertentu untuk mencapai pemaknaan tertentu pula, dimana kesemuanya terkonstruksi secara

    sosial. Interaksi simbolik merupakan salah satu model penelitian budaya yang berusaha

    mengungkap realitas perilaku manusia. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami

    budaya melalui perilaku manusia yang terpantul dalam komuniaksi. Interaksi simbolik lebih

    menekankan pada makna interaksi budaya sebuah komunitas. Pada saat berkomunikasi jelas

    banyak penampilan simbol yang bermakna, yang hanya dimengerti oleh orang-orang yang

    melakukan komunikasi tersebut.

    II.4 Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga

    Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan

    interpersonal barangkali yang paling penting. Sehingga dapat dinyatakan bahwa makin baik

    hubungan interpersonal, maka makin terbuka seorang individu untuk mengungkapkan dirinya,

    makin cermat pula persepsinya tentang orang lain dan dirinya, sehingga makin efektif

    komunikasi yang berlangsung. Komunikasi interpersonal yang efektif salah satunya dapat

    tercermin pada keluarga, karena keluarga merupakan unit sosial yang paling kecil dalam

    masyarakat yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial (Singgih, 2004:185).

    Universitas Sumatera Utara

  • Melalui keluarga seseorang individu memulai yang namanya belajar, membentuk

    karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan pada dirinya melalui suatu pola

    tertentu. Komunikasi interpersonal yang terjadi diantara anggota keluarga dengan sendirinya

    akan membentuk hubungan interpersonal diantara anggota keluarga tersebut. Proses komunikasi

    dalam keluarga menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga hubungan interpersonal tiap

    anggota keluarga. Meskipun semua kondisi budaya dan sosial berubah, tetapi bagaimanapun

    komunikasi tetap harus memainkan peranan penting dalam kehidupan keluarga. Bahkan,

    perubahan ini seharus dapat mendorong seorang individu untuk memahami bagaimana

    komunikasi dapat mengurangi ketidakpastian. Hal ini pula yang nantinya akan menjadi suatu

    peran dan tanggung jawab baru bagi setiap anggota keluarga.

    Sebuah kelompok sosial dalam masyarakat memiliki peran dan status yang ditentukan.

    Misalnya, suami, istri, ayah, ibu serta anak dengan sebuah ikatan darah, perkawinan, ataupun

    adopsi yang biasanya berbagi tempat tinggal umum dan bekerjasama secara ekonomi. Namun,

    seiring perkembang zaman definisi keluarga mulai berubah, tidak lagi menekankan pada peran

    tradisional ibu, ayah dan anak tetapi lebih menekankan pada hubungan interpersonal dan

    komitmen pribadi. Selain itu, terdapat juga definisi keluarga yang lain yaitu sebagai suatu unit

    yang terdiri dari sejumlah orang yang tinggal secara bersama dan memiliki hubungan satu sama

    lain dari waktu ke waktu dan biasanya berada dalam ruang hidup yang umum, tetapi tidak selalu

    bersatu baik dalam bentuk pernikahan maupun kekeluargaan.

    Berdasarkan perkembangan zaman dan perubahan sosial budaya dalam masyarakat,

    terdapat empat jenis keluarga yaitu keluarga alami , campuran, orangtua tunggal dan keluarga

    yang diperpanjang. Keluarga tradisional yang terdiri atas ayah, ibu dan anak biologis mereka

    sering dianggap sebagai keluarga alami atau keluarga inti, tetapi seiring perubahan dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • budaya, nilai, ekonomi, serta faktor lainnya membuat tipe keluarga ini menjadi tidak lagi khas.

    Tipe keluarga yang paling khas saat ini adalah tipe keluarga campuran, yaitu keluarga yang

    terdiri dari dua orang dewasa dan anak-anak mereka tetapi karena perceraian, perpisahan,

    kematian ataupun adopsi, sehingga anak-anak mungkin menjadi salah satu produk dari orangtua

    biologis atau hanya salah satu orangtua yang membesarkan mereka.

    Keluarga besar yang biasanya termasuk paman, bibi, sepupu, kakek, nenek dan lain

    sebaginya juga mempengaruhi komunikasi dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat dimana

    sesorang dibesarkan, tidak peduli apa jenisnya itulah yang dinamakan keluarga asal, dari sini

    sesorang diajarkan aturan dan keterampilan tentang komunikasi interpersonal dan cara

    mengembangkan asumsi dasar tentang sebuah hubungan.

    Para peneliti komunikasi interpersonal telah mengembangkan empat pendekatan yang

    berbeda untuk mempelajari komunikasi interpersonal dalam keluarga yaitu 12 :

    Pendekatan Sosial Deskriptif, pendekatan ini berpandangan bahwa keluarga berfungsi

    untuk menyelidiki aturan, peran, pola, tradisi dan norma-norma kehidupan keluarga.

    Pendekatan keterampilan komunikasi dan perspektif penggayaan, pendekatan ini

    menekankan pada prinsip dan keterampilan yang dirancang unuk membantu agar

    keluarga berfungsi dengan baik dan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi

    diantara anggota keluarga.

    Pendekatan Terapi, pendekatan ini membantu keluarga disfungsional agar dapat

    mengidentifikasi dan mengelola isu-isu komunikasi yang bermasalah dalam keluarga.

    Terapi ini lebih banyak berhasil jika semua anggota keluarga terlibat di dalamnya.

    12. http://id.wikipedia.org/wiki/komunikasi_interpersonal. Diakses pada tanggal 9 September 2011 pukul 22.18.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pendekatan Sistem, pendekatan ini memeriksa hubungan saling ketergantungan antara

    anggota keluarga dari perspektif holistik.

    Oleh karena itu, apapun yang terjadi pada salah satu anggota keluarga dapat

    mempengaruhi keseluruahan sisitem keluarga. Sehingga mencoba untuk mengisolasi perilaku

    tertentu yang tidak akan memberikan pemahaman lengkap tentang bagaimana keluarga

    beroperasi. Sering kali konflik dalam keluarga terjadi karena anggota keluarga menekankan

    suatu peristiwa dari perspektif yang berbeda. Sistem keluarga, sama seperti semua sistem sosial

    lainnya yaitu sebuah sistem organisasional yang kompleks, terbuka, adaptif, informatif dan

    memerlukan pengelolaan.

    Konflik yang terjadi diantara anggota keluarga sebenarnya dapat di minimalisir

    melalui sebuah sistem keluarga yang diterapkan pada keluarga yang disfungsional tersebut. Jadi,

    sitem keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sebuah keluarga. Ada beberapa jenis

    sistem keluarga yang dapat menjadi solusi dalam keluarga yang disfungsional yaitu :

    1. Sistem keluarga yang lebih dari jumlah anggota perorangan

    Setiap keluarga pasti terjadi dinamika di dalamnya, namun untuk memahami dan

    mengatasi hal tersebut, sesorang anggota keluarga yang menjadi panutan dalam keluarga tersebut

    harus mempertimbangkan sesuatu yang lebih dari anggota keluarga yang lainnya. Hal ini

    mengarah pada sebuah prinsip utama berfikir sistem yaitu keseluruahan lebih besar daripada

    jumlah bagian-bagian. Keluarga mengasumsikan identitas kolektif yang menggabungkan tujuan

    individu, kebutuhan dan kepribadian anggotanya. Ini bertujuan agar setiap anggota keluarga

    benar-benar memahami bahwa pentingnya hubungan keluarga.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Sitem Keluarga yang saling ketergantungan

    Sebuah sistem yang saling bergantung adalah satu di antara bagian-bagian yang

    berhubungan dengan bagian lainnya serta dipengaruhi oleh bagian lain pula dari sebuah sistem

    tersebut. Begitu pula dengan anggota keluarga, pastinya dalam berinteraksi selalu dipengaruhi

    oleh beberapa hal seperti perilaku dan sikap anggota keluarga yang satu dengan anggota keluarga

    yang lainnya.

    3. Sistem Keluarga merupakan sistem yang Kompleks

    Kompleksitas kehidupan keluarga dapat menyebabkan kesalahpahaman tentang arti

    peran, fungsi dan jenis pesan yang dimunculkan oleh anggota keluarga dengan tindakannya.

    Banyak faktor yang mempengaruhi sistem keluarga, karena itu kebanyakan anggota keluarga

    menekankan perilaku serta peristiwa dalam cara yang berbeda. Hal ini menjadi tantangan untuk

    menentukan pernyataan ataupun perilaku yang terisolasi dari seorang anggota keluarga.

    Sehingga hal ini dapat diartikan dalam beberapa cara yang digunakan anggota keluarga akan

    tetapi memiliki penyebab atau efek dalam penerapannya.

    4. Sistem keluarga terbuka

    Sebagai sebuah sistem terbuka, keluarga bayak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

    diantaranya dipengaruhi oleh ekonomi, lingkungan sekitar, agama, pekerjaan dan pengaruh

    eksternal lainnya.

    5. Sistem keluarga adaptif

    Keluarga beradaptasi terhadap perubahan, beberapa keluarga melakuakan hal ini lebih

    baik daripada yang lain. Kemampuan untuk mengontrol dan menyesuaikan diri terhadap

    perubahan, akan tetapi tetap saja tergantung pada seberapa baik keluarga berkomunikasi.

    Anggota keluarga harus mengumpulkan serta menggunakan informasi agar berfungsi secara

    Universitas Sumatera Utara

  • efektif dalam suatu sistem keluarga. Selain memperoleh informasi pribadi diantara mereka

    sendiri, keluarga juga harus mengumpulkan dan memproses informasi dari sumber luar.

    Sehingga keluarga siap untuk menerima segala perubahan yang terjadi.

    Selain sistem keluarga, terdapat satu cara lagi untuk memgatasi konflik yang terjadi di

    dalam keluarga yaitu melalui model interaksi keluarga circumplex. Cara ini dipandag paling

    eketif untuk mengatasi konflik diantara anggota keluarga sebab berkaitan dengan model interaksi

    yang digunakan keluarga sehingga dapat mempengaruhi komunikasi.

    Para terapis keluarga berpandangan bahwa orang tidak bahagia datang dari keluarga dimana ada banyak orang lain yang bahagia. Mereka mencoba untuk mengidentifikasi penyebab masalah dalam sebuah keluarga disfungsional dan para terapis keluarga ini menemukan bahwa sumber utamanya adalah masalah keluarga yang bersumber pada sistem keluarga yang diterapkan. Namun, masalah ini dapat diatasi dengan model interaksi keluarga circumplex, yang mana model ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa sebuah dinamika dalam keluarga dapat berfungsi efektif serta dapat pula disfungsi dalam sebuah sistem keluarga.13

    Model interaksi circumplex memiliki tiga model dimensi dasar yang berfokus pada

    kemampuan adaptasi, kohesi, dan komunikasi. Kemampuan beradaptasi ini ditampilkan oleh

    model circumplex mulai dari bersifat kacau sampai bersifat kaku yang mengacu pada

    kemampuan keluarga untuk memodifikasi dan merespon suatu perubahan dalam struktur

    kekuasaan. Bagi beberapa keluarga, sebuah tradisi, stabilitas, dan perspektif historis penting

    untuk menimbulkan rasa nyaman dan kesejahteraan. Akan tetapi, keluarga lain yang tidak terikat

    tradisi dianggap lebih mampu beradaptasi dengan keadaan baru.

    13. http://id.wikipedia.org/wiki/komunikasi_interpersonal. Diakses pada tanggal 9 September 2011 pukul 22.18.

    Universitas Sumatera Utara

  • Kohesi mengacu pada ikatan emosional dan perasaan kebersamaan yang menjadi

    pengalaman bersama keluarga. Pada model interaksi circumplex hal ini dimulai dari sebuah

    ikatan keluarga yang bersifat sangat ketat, sampai pada ikatan terlibat atau memilih untuk tidak

    terlibat. Sebuah sistem keluarga yang dinamis, faktor kohesi yang terdapat dalam keluarga

    biasanya bergerak naik dan turun, mulai dari yang bersifat terlepas sampai pada kisaran yang

    bersifat untuk terlibat didalamnya.

    Elemen kunci yang ketiga dalam model circumplex adalah komunikasi, melalui

    komunikasi sebuah keluarga mampu beradaptasi dengan perubahan dan mempertahankan

    hubungan baik diantara anggota keluarga. Hal ini dimulai dari hubungan yang bersifat terlibat

    sampai pada hubungan yang bersifat terlepas. Komunikasi menjaga sebuah keluarga agar tetap

    berperan sebagai suatu sistem yang saling mempengaruhi.

    Model circumplex ini membantu seorang individu dalam memahami hubungan antara

    kekompakan keluarga, adaptasi dan komunikasi keluarga, pada tahap perkembangan keluarga

    yang berbeda. Sebuah keluarga yang seimbang memiliki jumlah moderat kohesi dan kemampuan

    beradaptasi yang lebih. Keluarga yang seimbang biasanya juga lebih mampu beradaptasi dengan

    keadaan yang berubah-ubah. Maka tidak mengherankan, apabila keluarga yang seimbang

    biasanya memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.

    Keterampilan komunikasi yang efektif memainkan peranan penting dalam membantu

    sebuah keluarga mengubah tingkat kohesifitas atau adaptasi. Keterampilan ini meliputi mengenai

    hal mendengarkan secara aktif, pemecahan masalah, empati dan dukungan. Keluarga yang

    mengalami disfungsional merupakan keluarga yang tidak mampu beradaptasi atau mengubah

    tingkat kohesi dalam keluarganya dan selalu menampilkan keterampilan komunikasi yang buruk.

    Universitas Sumatera Utara

  • Biasanya keluarga disfungsional, kebanyakan para anggota keluarganya menyalahkan orang lain

    atas masalah yang dialami keluarga mereka, anggota keluarga saling mengkritik satu sama lain,

    dan di antara anggota keluarga tidak ada yang menjadi pendengar yang baik. Maka disinilah

    model circumplex sangat berpengaruh besar dalam merubah sistem keluarga dalam keluarga

    yang disfungsional agar dapat mengatasi konflik yang terjadi.

    Universitas Sumatera Utara