chapter ii.pdf

15
6 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kunjungan K-4 2.1.1. Definisi Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya ataupun di posyandu (Depkes RI, 2005). Kunjungan K-4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak sebagai berikut : minimal 1 kali pada triwulan I, minimal 1 kali pada triwulan II, dan minimal 2 kali pada triwulan III (Depkes RI, 1995). 2.1.2. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K-4) Dengan indikator cakupan pelayanan ibu hamil (K-4) dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping menggambarkan Universitas Sumatera Utara

Upload: marlianis

Post on 21-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Kunjungan K-4

2.1.1. Definisi

Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan

petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan

pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa

selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga

sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya

ataupun di posyandu (Depkes RI, 2005).

Kunjungan K-4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih

dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan,

dengan distribusi kontak sebagai berikut : minimal 1 kali pada triwulan I,

minimal 1 kali pada triwulan II, dan minimal 2 kali pada triwulan III

(Depkes RI, 1995).

2.1.2. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K-4)

Dengan indikator cakupan pelayanan ibu hamil (K-4) dapat diketahui

cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan

dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat

perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping menggambarkan

Universitas Sumatera Utara

7

kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA (Depkes RI,

1995).

Rumusnya adalah sebagai berikut :

Jumlah kunjungan ibu hamil keempat (K4) ------------------------------------------------------- x 100%

Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

2.1.3. Pelaksanaan Pelayanan Antenatal

Pelaksanaan pelayanan antenatal hingga ibu hamil mencapai

kunjungan K4 dilakukan sesuai pedoman pemeriksaan antenatal yaitu

standar Antenatal Care 7T. untuk memperluas cakupan pelayanan antenatal

di masyarakat, kegiatan pemeriksaan dapat diintegrasikan dan

dikoordinasikan dengan kegiatan lain, misalnya : kegiatan puskesmas

keliling, kegiatan tim KB keliling, kegiatan perawatan kesehatan

masyarakat, kegiatan posyandu, dan lain-lain.

Tempat pemberian pelayanan antenatal dapat bersifat statis (tetap)

dan aktif (mobile), yaitu puskesmas, puskesmas pembantu, pondok bersalin

desa, posyandu, rumah penduduk, rumah sakit pemerintah / swasta, rumah

sakit bersalin, rumah sakit ibu dan anak, dan tempat praktek swasta (bidan,

dokter) (Depkes RI, 2005).

2.2. Standar ANC 7T

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan

Universitas Sumatera Utara

8

antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal

bagi Petugas Puskesmas. Walaupun pelayanan antenatal selengkapnya

mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum

dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta intervensi

dasar dan khusus (sesuai risiko yang ada), namun dalam penerapan

operasionalnya dikenal standar minimal “7T” untuk pelayanan antenatal

yang terdiri atas : Timbang berat badan, ukur tinggi badan, (ukur) Tekanan

darah, (pemberian imunisasi) Tetanus Toksoid (TT) lengkap, (ukur) Tinggi

fundus uteri, (pemberian) Tablet zat besi minimal 90 tablet selama

kehamilan, Tes Penyakit Menular Seksual (PMS), Tanya jawab

(Pusdiknakes, 2003, Depkes RI, 2005).

2.2.1. Timbang Berat Badan

Ibu hamil yang melakukan kunjungan harus ditimbang berat

badannya. Penimbangan berat badan dilakukan tanpa sepatu dan memakai

pakaian yang seringan-ringannya. Selain menimbang berat badan, tinggi

badan ibu hamil juga harus diukur. Pengukuran dilakukan dengan meteran

dengan satuan cm, tanpa sepatu. Tinggi yang kurang dari 145 cm, ada

kemungkinan dapat mempengaruhi proses persalinan CPD (Cephalo Pelvic

disproportion) (Burns, 2000).

Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi

badan adalah menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus berat

badan dibagi tinggi badan pangkat 2. Contoh, wanita dengan BB sebelum

hamil 51 kg dan tinggi badan 157 meter. Maka IMTnya 51/(1,57)2 = 20,7.

Universitas Sumatera Utara

9

Nilai IMT mempunyai rentang : <19,8 (underweight), 19,8-26,6 (normal),

26,6-29,0 (overweight), dan >29,0 (obese).

Penambahan berat badan per trimester lebih penting daripada

penambahan berat badan keseluruhan. Pada trimester pertama peningkatan

berat badan hanya sedikit, 0,7 – 1,4 kg. Pada trimester berikutnya akan

terjadi peningkatan berat badan yang dapat dikatakan teratur, yaitu 0,35-0,4

kg per minggu (Salmah, 2006).

2.2.2. Tekanan Darah

Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai

dasar selama masa kehamilan. Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan

nilai tinggi palsu pada sistolik adalah ketika ibu merasa cemas atau kandung

kemih penuh. Tekanan darah diukur harus dalam keadaan rileks (Salmah,

2006).

Tekanan darah normal untuk ibu hamil adalah 110/80 – 130/90

mmHg. Bila lebih dari ukuran tersebut, kemungkinan dapat menyebabkan

preeklampsia. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian ibu

dan bayi dengan gejala tekanan darah meningkat, bengkak di kaki dan di

tungkai atau seluruh tubuh ibu hamil jika gangguannya lebih berat (Solihah,

2005).

Tekanan darah yang adekuat diperlukan untuk mempertahankan

fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolik 90

mmHg pada saat awal pemeriksaan mengindikasikan potensi hipertensi dan

membutuhkan pemantauan ketat selama kehamilan (Salmah, 2006).

Universitas Sumatera Utara

10

2.2.3. Tetanus Toxoid (TT) Lengkap

Pada saat pemeriksaan kehamilan ini ibu hamil diberi suntikan

tetanus toxoid (TT). Pemberian vaksin (toxoid) melalui suntikan, diperlukan

untuk melindungi ibu hamil saat bersama bayinya terhadap tetanus

neonatorum (tetanus saat nifas). Sosialisasi dan pengertian tentang

pemberian TT diperlukan untuk menghindari fitnah yang luas beredar

seolah-olah TT merupakan suntikan Keluarga Berencana (KB), sehingga ibu

hamil menjadi tidak subur lagi setelah melahirkan (Achsin, 2003).

Ibu hamil yang belum pernah mendapat imunisasi TT pada

kehamilan sebelumnya atau pada waktu akan menjadi pengantin, maka

perlu mendapat dua kali suntikan TT dengan jarak minimal satu bulan.

Imunisasi TT yang pertama diberikan pada kunjungan antenatal yang

pertama. Bila sudah pernah, maka cukup diberikan sekali selama kehamilan.

Suntikan TT melindungi ibu dan bayinya dari penyakit tetanus neonatorum

(Salmah, 2006).

Setiap ibu hamil harus mengetahui dan memahami manfaat

pemberian TT ini, khususnya bila mereka tiba-tiba harus bersalin di luar

jangkauan rumah sakit / rumah sakit bersalin, dokter atau bidan dan

terpaksa ditolong dukun bersalin. Meskipun saat ini dukun bersalin

umumnya telah terlatih untuk menolong persalinan normal secara steril

sehingga tetanus dapat dicegah, tetapi di lain pihak, rasa kekuatiran

pertolongan secara tradisional harus tetap diperhitungkan. Pemberian TT

pada ibu hamil dimaksudkan untuk memberi kekebalan terhadap tetanus

untuk dirinya dan janin dalam kandungannya (Achsin, 2003).

Universitas Sumatera Utara

11

2.2.4. Tinggi Fundus Uteri

Pemeriksaan lain adalah mengukur tinggi fundus uteri dengan

perabaan. Cara pemeriksaan ini menurut Leopold dibagi dalam 4 tahap yaitu

Leopold I, II, III dan IV. Maksud pemeriksaan Leopold I untuk menentukan

tinggi fundus uteri untuk mengetahui tuanya kehamilan. Tua kehamilan

disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Selain itu, dapat pula

ditentukan bagian janin mana yang terletak pada fundus uteri. Bila kepala,

akan teraba benda bulat dan keras, sedangkan bokong tidak bulat dan lunak.

Pada Leopold II ditentukan batas samping uterus dan dapat ditentukan letak

punggung janin yang membujur dari atas ke bawah menghubungkan bokong

dengan kepala. Pada letak lintang dapat ditentukan kepala. Pada letak

lintang dapat ditentukan kepala janin. Pada Leopold III dapat ditentukan

bagian apa yang terletak di sebelah bawah. Sedangkan Leopold IV, selain

menentukan bagian janin mana yang terletak di sebelah bawah, juga dapat

menentukan berapa bagian dari kepala telah masuk ke dalam pintu atas

panggul (Wiknjosastro, 2005).

2.2.5. Tablet Zat Besi

Zat besi penting untuk mengompensasi peningkatan volume darah

yang terjadi selama kehamilan, dan untuk memastikan pertumbuhan dan

perkembangan janin yang adekuat. Kebutuhan akan zat besi meningkat

selama kehamilan, seiring dengan pertumbuhan janin. Ibu hamil dapat

memenuhi kebutuhan zat besinya yang meningkat selama kehamilan dengan

meminum tablet tambah darah, dan dengan memastikan bahwa ia makan

dengan cukup dan seimbang. Makanan yang mengandung banyak zat besi

Universitas Sumatera Utara

12

antara lain daging, terutama hati dan jeroan, telur, polong kering, kacang

tanah, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau seperti bayam, sawi

hijau, dan lain-lain (Pusdiknakes, 2003).

Tanpa persediaan zat besi yang cukup, ibu dapat mengalami anemia.

Ibu yang anemia akan cenderung mengalami kelahiran prematur, jatuh sakit

(karena pertahanan yang lemah terhadap infeksi), melahirkan bayi dengan

berat badan lahir rendah perdarahan pasca salin, dan meninggal. Banyak

ibu-ibu yang sudah mengalami anemia saat ia hamil. Jarak kehamilan

terlalu dekat, malaria, cacing tambang, dan infeksi yang sering dan kronis,

adalah beberapa penyebab anemia (Achsin, 2003).

Untuk meningkatkan persediaan zat besi selama kehamilan, semua

ibu harus minum tablet tambah darah. Berikan setiap ibu paling sedikit 90

tablet. Ibu harus meminum satu tablet tambah darah setiap hari selama

kehamilannya. Salah satu efek samping dari penggunaan zat besi adalah

sembelit. Bidan seharusnya memberikan konseling kepada ibu bahwa

mereka akan mengalami sembelit. Untuk mencegah atau mengurangi

sembelit, sebaiknya bidan mengajarkan ibu untuk mengkonsumsi makanan

berserat, banyak minum air putih, dan melakukan senam (exercise) setiap

hari. (Pusdiknakes, 2003).

2.2.6. Test PMS

Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang ditularkan dari

satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. Apapun bentuk

hubungan seksual tersebut bisa menyebabkan PMS. Kadang-kadang PMS

juga bisa terjadi hanya karena saling menyentuh genitalia yang terinfeksi

Universitas Sumatera Utara

13

PMS. PMS bisa ditularkan dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya

sebelum dilahirkan atau sewaktu melahirkan. Pemeriksaan PMS dilakukan

pada ibu yang mengeluh pada fungsi organ seksualnya, seperti terjadinya

keputihan, gatal pada daerah kelamin, dan pencegahan terhadap penyakit

infeksi menular seksual yang berbahaya seperti HIV/AIDS.

Terdapat beberapa jenis tes / pemeriksaan yang bisa memperlihatkan

apakah seorang wanita terkena infeksi jenis PMS tertentu. Tetapi tes-tes

tersebut hanya tersedia di tempat terbatas, dan kadang-kadang tes tersebut

tidak memberikan hasil yang akurat atau tidak mendeteksi semua jenis

PMS, disamping itu juga mahal (Burns, 2000).

2.2.7. Tanya Jawab

Seorang bidan, akan bertanya tentang riwayat kehamilan dan

persalinan sebelumnya, termasuk berbagai masalah kesehatan lain seperti

perdarahan atau bayi yang telah meninggal. Keterangan ini akan membantu

untuk mempersiapkan masalah yang sama pada kehamilan kali ini. Dengan

tanya jawab ini, bidan dapat membantu memastikan ibu untuk makan

dengan baik dan memberi nasehat makanan bergizi; Memberikan tablet zat

besi dan asam folat, untuk mencegah anemia; Memeriksa ibu, untuk

memastikan kesehatan ibu dan bahwa bayi berkembang dengan baik;

Memberi vaksinasi anti tetanus; memberikan obat pencegah malaria, dan

memberikan pemeriksaan laboratorium HIV/AIDS, dan shypilis (Burns,

2000).

Universitas Sumatera Utara

14

2.3. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

Tanda bahaya selama hamil trimester III adalah sebagai berikut :

1. Ibu mengeluarkan darah dari kemaluan sebelum ada tanda-tanda akan

melahirkan, timbul setelah kehamilan berumur 28 minggu. Jika tanda

tersebut disertai dengan rasa nyeri perut, kemungkinan terjadi kelainan

ari-ari ibu yang terlepas dari perlekatannya pada dinding rahim.

2. Ibu mengeluarkan cairan ketuban dari kemaluan, timbul sebelum terasa

mulas-mulas tanda dari awal persalinan. Cairan ketuban berwarna putih

keruh mirip air kelapa, atau mungkin juga sudah berwarna kehijau-

hijauan. Tanda-tanda tersebut menandakan ibu mengalami ketuban

pecah dini. Selaput ketuban sudah pecah lebih dahulu sebelum

persalinan dimulai.

3. Ibu hamil tampak pucat, mata berwarna merah dadu, bibir dan telapak

tangan kurang merah. Ini menandakan ibu mengalami kekurangan darah

(anemia). Tanda-tanda ini disertai pening, lesu, lemas, dan mudah lelah.

Jika sudah berat, dapat timbul keluhan sesak nafas, jantung berdebar-

debar.

4. Ibu mengalami kejang-kejang. Keadaan kejang berarti ada penyakit yang

berat seperti infeksi. Hal tersebut dapat membahayakan ibu sendiri

maupun janin yang dikandungnya. Keadaan ini kemungkinan ibu

mengalami keracunan kehamilan (Nadesul, 2005).

5. Nyeri perut bagian bawah

Hal ini dapat disebabkan oleh robekan plasenta dari dinding rahim. Ini

sangat berbahaya dan mengancam jiwa bila tidak segera mendapatkan

pertolongan. Nyeri yang hebat dirasakan sekitar bulan ke-7 atau 8

Universitas Sumatera Utara

15

kehamilan bisa berarti akan mengalami persalinan yang lebih cepat. Hal

ini dapat disebabkan oleh bayi salah letak.

6. Perdarahan dari liang vagina

Perdarahan yang terjadi pada trimester III kehamilan, hal ini disebabkan

oleh gangguan plasenta. Hal ini membahayakan jiwa ibu dan bayinya.

7. Demam

Demam tinggi, terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa sakit

seluruh tubuh, sangat pusing, bisa disebabkan oleh malaria.

8. Odema (pembengkakan)

Pembengkakan ringan pada kaki dan tumit sering merupakan hal yang

biasa pada kehamilan. Tetapi pembengkakan di tangan dan muka bisa

merupakan tanda bahaya toksemia (keracunan kehamilan) terutama bila

disertai rasa pusing-pusing, pandangan kabur, atau nyeri perut.

Toksemia bisa menyebabkan kejang-kejang, dan membahayakan

keselamatan jiwa ibu dan bayi (Burns, 2000).

9. Bayi kurang bergerak seperti biasa

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6 dan

akan meningkatkan ketika kehamilan sudah memasuki trimester III. Jika

bayi tidur, gerakannya akan melemah. Gerakan bayi akan lebih mudah

terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum

dengan baik (Pusdiknakes, 2003).

Universitas Sumatera Utara

16

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan K-4

Green (1980) menyebut tiga faktor yang mempengaruhi orang atau

kelompok dalam perubahan perilaku, sebagai berikut :

1. Faktor yang mempermudah (predisposing factor) yang mencakup

pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan unsur lain yang terdapat dalam diri

individu maupun masyarakat.

2. Faktor pendukung (enabling factor) yaitu jarak fasilitas kesehatan,

keterpaparan media.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat

perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan dorongan orang lain

seperti dukungan dari suami/keluarga, dan petugas kesehatan (Istiarti,

2000).

2.5.1. Faktor Predisposisi (Faktor Ibu)

1. Pengetahuan

Pengetahuan seorang ibu tentang kehamilan sangat diperlukan untuk

menjalani proses kehamilannya. Banyak sumber informasi yang dapat

diperoleh ibu untuk meningkatkan pengetahuan tentang kehamilannya,

seperti dari petugas kesehatan (bidan, dokter) saat menjalani pemeriksaan

dengan melakukan tanya jawab (konseling), maupun dari media massa yaitu

informasi yang diperoleh dari media elektronik (televisi) maupun media

cetak (majalah, koran, tabloid, poster, dan lain-lain). Pada umumnya, jika

Universitas Sumatera Utara

17

pengetahuan ibu sudah baik maka akan memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan.

Akan tetapi seseorang yang mempunyai latar belakang pengetahuan

yang baik dan bertempat tinggal dekat dengan sarana kesehatan, bisa saja

belum pernah memanfaatkan sarana kesehatan. Ada juga ibu yang tidak mau

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan karena kurang pengetahuan yang

baik tentang fasilitas kesehatan yang ada, tetapi karena sesuatu hal maka ibu

tersebut akan menggunakan fasilitas kesehatan tersebut. Misalnya ketika

seorang ibu hamil terpaksa minta bantuan dokter / bidan karena mengalami

perdarahan yang pada awalnya melakukan pemeriksaan di dukun bayi, tetapi

karena pelayanan yang diberikan dokter (bidan) cukup baik maka ibu hamil

tersebut akan memanfaatkan sarana kesehatan yang sudah ada (Istiarti, 2000).

2. Sikap

Menurut Thurstone yang dikutip Ahmadi (2002) menyatakan sikap

sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang

berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi di sini meliputi :

simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Orang

dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu obyek psikologi apabila ia

suka atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan

memiliki sikap yang negatif terhadap obyek psikologi bila ia tidak suka atau

sikap unfavorable terhadap obyek psikologi.

Sedangkan menurut Walgito (2003), sikap merupakan organisasi

pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg,

Universitas Sumatera Utara

18

yang disertai dengan adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada

orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang

tertentu yang dipilihnya.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat /

pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).

Keikutsertaan seseorang di dalam suatu aktivitas tertentu sangat erat

hubungannya dengan pengetahuan, sikap, niat, dan perilakunya. Sebagai

contoh, keikutsertaan ibu hamil dalam pemeriksaan antenatal, adanya

pengetahuan terhadap manfaat pelayanan antenatal selama kehamilan akan

menyebabkan orang mempunyai sikap yang positif terhadap hal tersebut.

Selanjutnya sifat yang positif ini akan mempengaruhi niat untuk ikut serta

dalam kegiatan yang berkaitan dengan pemeriksaan antenatal. Niat untuk ikut

serta dalam suatu kegiatan sangat tergantung pada seseorang mempunyai

sikap positif atau tidak terhadap kegiatan pemeriksaan antenatal. Adanya niat

untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya sangat menentukan apakah

kegiatan akhirnya dilakukan (Istiarti, 2000).

2.5.2. Faktor Pendukung Dalam Kunjungan K-4

1. Jarak Fasilitas Kesehatan

Faktor yang mendukung dalam kunjungan K-4 adalah jarak fasilitas

kesehatan yang meliputi 1) sarana dan prasarana kesehatan dan 2)Kemudahan

dalam mencapai sarana kesehatan tersebut. Sarana dan prasarana kesehatan

meliputi seberapa banyak fasilitas-fasilitas kesehatan, konseling maupun

Universitas Sumatera Utara

19

pusat-pusat informasi bagi individu/masyarakat. Kemudahan bagaimana

kemudahan untuk mencapai sarana kesehatan tersebut termasuk biaya, jarak,

waktu/ lama pengobatan, dan juga hambatan budaya seperti malu mengalami

penyakit tertentu jika diketahui masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

2. Keterpaparan Media

Keterpaparan media dapat dinyatakan dengan media sebagai sumber

informasi tentang kunjungan K-4 yang diterima oleh masyarakat khususnya

ibu hamil. Sumber informasi merupakan asal atau sumber pesan yang

disampaikan tentang sesuatu. Sumber informasi yang diperoleh ibu

sehubungan dengan informasi tentang kunjungan K-4 berasal dari petugas

kesehatan maupun melalui media massa. Informasi yang diperoleh melalui

petugas kesehatan dapat berupa penyuluhan-penyuluhan kesehatan tentang

kunjungan K-4 maupun melalui interaksi ibu dengan petugas kesehatan.

Sedangkan informasi yang diperoleh dari media berasal dari media elektronik

(radio, televisi, VCD), sedangkan media cetak berupa brosur-brosur, buku-

buku, majalah, koran, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2003).

2.5.3. Faktor Pendorong Dalam Kunjungan K-4

1. Dukungan Suami / Keluarga

Faktor pendorong dalam kunjungan K-4 selain dari petugas puskesmas

adalah dukungan suami dan keluarga. Dukungan suami dan keluarga

merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perubahan perilaku ibu

Universitas Sumatera Utara

20

hamil. Contohnya suami / keluarga perlu memberikan penjelasan dan

mengajarkan pada ibu untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali selama

kehamilan. Dukungan seperti itu memberi kontribusi yang besar dalam

tercapainya kunjungan K-4 dan meminimalkan risiko yang terjadi selama

kehamilan dan persalinan (Notoatmodjo, 2003).

2. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan dari petugas puskesmas merupakan salah satu faktor

penting dalam perilaku kesehatan. Contoh dalam kasus kunjungan K-4,

apabila seorang ibu telah mendapat penjelasan tentang memeriksa kehamilan

yang benar dari petugas puskesmas dan mencoba menerapkannya, akan tetapi

karena lingkungannya belum ada yang menerapkan, maka ibu tersebut

menjadi asing dan bukan tidak mungkin ibu tidak mau melakukan kunjungan

ke petugas kesehatan untuk memeriksa kehamilannya (Notoatmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara