chapter ii(2)

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Postpartum 1. Pengertian Postpartum Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting, Mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis menghadapi keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul masalah atau penyulit, yang bila tidak ditangani segera dengan efektif akan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu, sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan (Syafrudin & Fratidhini, 2009). 2. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam masa postpartum Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu, dan Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga. Universitas Sumatera Utara

Upload: sitho-cynk-km

Post on 17-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

maternitas

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Postpartum

    1. Pengertian Postpartum

    Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

    lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali

    organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti

    perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).

    Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting, Mulai

    dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis menghadapi

    keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan

    kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan

    ibu, kemungkinan timbul masalah atau penyulit, yang bila tidak ditangani segera

    dengan efektif akan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian

    bagi ibu, sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan (Syafrudin

    & Fratidhini, 2009).

    2. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam masa postpartum

    Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang

    terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu, dan

    Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Tahapan Masa Postpartum

    Adapun tahapan-tahapan masa postpartum adalah : (1). Puerperium dini :

    Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan.(2).

    Puerperium intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-

    kira 6-8 minggu.(3). Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan

    sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai

    komplikasi (Suherni, 2009).

    4. Kebijakan Program Nasional Nifas

    Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus

    melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan

    untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

    Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada

    beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu

    masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan perkembangannya.

    Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan): Mencegah perdarahan masa nifas

    karena atonia uteri; Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk bila

    perdarahan berlanjut; Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

    keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri;

    Pemberian ASI awal; Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; Menjaga

    bayi tetap sehatdengan cara mencegah hipotermi; Jika petugas kesehatan menolong

    persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir 2 jam pertama setelah

    kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

    Universitas Sumatera Utara

  • Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan): Memastikan involusi uterus

    berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada

    perdarahan abnormal, tidak ada bau; Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

    perdarahan abnormal; Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan

    istirahat; Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda

    penyulit; Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

    menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

    Kunjunan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), sama seperti kunjungan hari

    keenam. dan Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan): Menanyakan pada ibu

    tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami; Memberikan konseling untuk KB

    secara dini (Suherni, 2011).

    B. Kebutuhan Dasar Perawatan Postpartum

    Nutrisi dan cairan Pada masa postpartum masalah diet perlu mendapat

    perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat

    penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan

    harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung

    cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi seperti

    mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk

    mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup, dan minum sedikitnya 3 liter

    air setiap hari.

    Universitas Sumatera Utara

  • Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin

    bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing

    ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu

    postpartum telentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu

    postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam

    postpartum.

    Eliminasi Dalam 6 jam ibu post partum harus sudah bisa BAK spontan. Jika

    dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih tau sekali berkemih belum melebihi

    100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih

    penuh, tidak perlu 8 jam untuk kateterisasi.

    Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar setelah hari kedua

    postpartum. Bila lebih dari tiga hari belum BAB bisaa diberikan obat laksantia.

    Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB. Asupan cairan

    yang adekuat dan diit tinggi serat sangat dianjurkan.

    Personal higiene sangat penting dilakukan Pada masa post partum, seorang

    ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting

    untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan

    lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).

    Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk

    memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan

    Universitas Sumatera Utara

  • kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk

    menyusui bayinya nanti (Jannah, 2011).

    Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah

    berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa

    nyeri. Banyaknya budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan

    seksual sampai masa waktu 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan

    tersebut tergantung pada pasangan yang bersangkutan (Jannah, 2011).

    Senam nifas dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari

    kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat

    pemulihan keadaan ibu. Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah,

    memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperkuat otot

    panggul dan membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan (Suherni,

    2009).

    C. Perubahan Fisiologis Masa Postpartum

    1. Perubahan Sistem Reproduksi

    Perubahan Uterus Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi

    keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasental site)

    sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami nekrosis

    dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi

    Universitas Sumatera Utara

  • sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada

    ukuran sebelum hamil).

    Perubahan vagina dan perineum Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan

    timbul rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan

    perineum pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada

    persalinan berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi

    (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi)

    lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni, 2009).

    2. Perubahan pada Sistem Pencernaan

    Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini umumnya karena

    makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang wanita dapat merasa

    lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium sangat

    penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi

    penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada

    ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu

    dalam masa laktasi (Saleha, 2009).

    3. Perubahan Perkemihan

    Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada (1)

    Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus kala II dilalui (3) besarnya

    tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari hasil

    pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema

    dan hyperemia diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi

    Universitas Sumatera Utara

  • (extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam

    badan) kemukosa. (Suherni, 2009).

    4. Perubahan dalam Sistem Endokrin

    Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem

    endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.

    Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang. Selama tahap

    ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan

    mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat

    merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus

    kembali ke bentuk normal.

    Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada

    permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang

    tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah

    persalinan, sehingga merangsang kelenjer bawah depan otak yang mengontrol

    ovarium kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal,

    pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.

    Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya

    secara penuh belum dimengerti. Di samping itu, progesteron mempengaruhi otot

    halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini

    sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,

    perineum dan vulva, serta vagina.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Perubahan Tanda- tanda Vital

    Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38C, sebagai akibat

    meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi peningkatan

    suhu 38C yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan

    adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran

    kemih, endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-

    lain.

    Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya

    bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat

    berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi,

    bila terjadi berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan

    yang lama.

    Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi

    orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera setelah

    berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah

    seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg

    dan penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan

    penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi

    lebih lanjut.

    Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan

    ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).

    Universitas Sumatera Utara

  • D. Adaptasi Psikologi Ibu Postpartum

    Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu, masa

    nifas juga merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan

    antara ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin

    mendorong wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat

    gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa

    kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui, mengganti

    popok saja tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang

    sehingga kasih sayang ibu dapat terus terjaga.

    Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase

    sebagai berikut :(1). Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini

    berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini,

    ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali

    menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.(2). Fase

    taking hold yaitu periode yang berlangsung antara3-10 hari setelah melahirkan. Pada

    fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung

    jawabnyadalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga

    mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi

    dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri

    ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk

    memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu

    nifas.(3). Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.

    Universitas Sumatera Utara

  • Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri

    dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga

    siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan

    bayinya sudah meningkat bpada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam menjalani peran

    barunya.

    E. Tanda-Tanda Bahaya dan Komplikasi Pada Masa Postpartum

    Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

    persalinan. Oleh karena itu, penting bagi bidan/perawat untuk memberikan informasi

    dan bimbingan pada ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas

    yang harus diperhatikan. Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa

    nifas ini adalah : (1). Demam tinggi hingga melebihi 38C. (2). Perdarahan vagina

    yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau

    bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam), disertai

    gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.(3). Nyeri perut hebat/rasa sakit

    dibagian bawah abdomen atau punggung, serta nyeri ulu hati. (4). Payudara

    membengkak, kemerahan, lunak disertai demam dan lain-lainya.

    Komplikasi Yang Mungkin Terjadi Pada Masa Postpartum, Infeksi

    postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman

    kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.Sementara itu yang dimaksud

    dengan Febris Puerperalis adalah demam sampai 38C atau lebih selama 2 hari dalam

    10 hari pertama pasca pesalinan, kecuali pada hari pertama. Tempat-tempat umum

    Universitas Sumatera Utara

  • terjadinya infeksi yaitu rongga pelvik: daerah asal yang paling umum terjadi infeksi,

    Payudara, Saluran kemih, Sistem vena.

    Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml

    setelah bersalin. Perdarahan nifas dibagi menjadi dua yaitu :(1).Perdarahan dini, yaitu

    perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dan dalam 24 jam pertama persalinan.

    Disebabkan oleh : atonia uteri, traumdan laserasi, hematoma.(2). Perdarahan

    lambat/lanjut, yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam. Faktor resiko : sisa

    plasenta, infeksi, sub-involusi.

    F. Konsep Budaya Dalam Perawatan Post Partum

    1. Konsep Budaya

    Budaya berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari

    buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang

    bersangkutan dengan akal. Ada juga ahli yang mengatakan bahwa budaya berasal dari

    kata budi-daya yang berarti daya dari budi. Jadi, kata budaya atau daya dari budi itu

    berarti cipta, karsa, dan rasa (Mulyadi, 2000).

    Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

    kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-

    kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan

    manusia sebagai mahkluk Bio-Psiko-Sosial-Spritual yang utuh dan unik. Teori

    kebutuhan manusia, memandang manusia sebagai keterpaduan, keseluruhan yang

    terorganisir karena pengetahuan sosial budaya penting sekali dikuasai oleh profesi

    Universitas Sumatera Utara

  • bidan dalam menjalankan tugasnya karena bidan dalam menjalankan tugasnya katena

    bidan akan berhadapan dengan berbagai macam kelompok sosial dengan beragam

    latar belakang agama, status pendidikan dan sebagainya.

    Sosial budaya sangat berkaitan dengan cara pendekatan dalam melakukan

    perubahan prilaku masyarakat yang erat kaitannya dengan masalah-masalah

    kependudukan karena proses perkawinan dapat mengakibatkan kelahiran dan

    kelahiran itu merupakan resiko yang tinggi bagi ibu-ibu di seluruh dunia (Syafrudin,

    2009).

    Penyebaran orang minangkabau jauh dari daerah asalnya ini disebabkan oleh

    adanya dorongan pada diri mereka yang merantau, yang disebabkan oleh dua hal.

    Pertama, ialah keinginan mereka untuk mendapatkan kekayaan tanpa

    mempergunakan tanah-tanah yang telah ada. Ini dapat dihubungkan sebenarnya

    dengan keadaan bahwa seorang laki-laki tidak mempunyai hak menggunakan tanah

    warisan bagi kepentingan diri sendiri. Kedua, ialah perselisihan-perselisihan yang

    menyebabkan bahwa orang yang merasa dikalahkan akan meninggalkan kampung

    dan keluarga untuk menetap di tempat lain. Keadaan ini kemudian ditambah dengan

    keadaan yang diciptakan oleh perkembangan yang berlaku pada masa akhir-akhir ini.

    Pendukung kebudayaan Minangkabau dianggap sebagai suatu masyarakat

    dengan sistem kekeluargaan yang ganjil di antara suku-suku bangsa yang lebih

    dahulu maju di Indonesia, yaitu sistem kekeluargaan yang matrilineal. Inilah biasanya

    dianggap sebagai salah satu unsur yang memberi identitas kepada kebudayaan

    Universitas Sumatera Utara

  • Minangkabau, yang terutama dipopulerkan oleh roman-roman Balai Pustaka, pada

    bagian pertama dari abad ke-20 (Koentjaraningrat, 2007)

    2. Konsep Budaya Minang Tentang Perawatan Postpartum

    Terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar

    dalam kelangsungan hidup manusia, namun berbagai kelompok masyarakat dengan

    kebudayaannya di seluruh dunia memiliki aneka persepsi, interprestasi dan respons

    perilaku dalam menghadapinya, dengan berbagai implikasinya terhadap kesehatan.

    Fisiologis kelahiran secara universal adalah sama, namun proses kelahiran ditanggapi

    dengan cara-cara yang berbeda oleh aneka kelompok masyarakat, karena itu hal-hal

    yang bekenaan dengan proses pembentukan janin hingga kelahiran bayi serta

    pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan ibunya perlu dilihat dari aspek

    biososiokulturalnya sebagai suatu kesatuan.

    Menurut pendekatan biososiokulturalnya dalam kajian antropologi ini,

    kehamilan dan kelahiran bukan hanya dilihat semata-mata dari aspek biologis dan

    fisiologisnya saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai suatu proses

    yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal, seperti pandangan budaya

    mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam

    pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara-cara pencegahan

    bahaya, penggunaan ramu-ramuan atau obat-obatan dalam proses kelahiran, cara-cara

    menolong persalinan, dan pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai

    pertolongan serta peraeatan bayi dan ibunya (Swasono, 2011).

    Universitas Sumatera Utara

  • Manusia hidup bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Masing-masing suku dan

    bangsa itu memiliki lingkungan sosial budayanya sendiri, yang satu dengan yang

    lainnya. Perbedaan itu ada yang amat besar, cukup besar, ada yang tidak begitu besar,

    ada yang agak kecil, dan ada yang cukup halus (Prayitno, 2004).

    Salah satu contoh pengaruh sosial budaya yang masih melekat adalah

    enggannya ibu hamil untuk memeriksakan kesehatan ke sarana kesehatan yg sudah

    tersedia. Mereka masih ada yang lebih memilih melahirkan di rumah yg di tolong

    oleh dukun, ada pula yang percaya saat melahirkan bayinya lebih senang pergi ke

    ladang untuk melahirkan disana, serta pantangan-pantangan makanan bagi ibu hamil

    dan bayinya. Hal kepercayaan mereka terhadap budaya yang seperti ini

    mengakibatkan tingginya angka kematian ibu saat melahirkan karena komplikasi

    serta angka kematian bayi dan balita akibat kurangnya asupan giji melalui ibu

    dikarenakan banyaknya pantangan-pantangan makanan yang tidak boleh dikonsumsi

    saat hamil (Syafrudin, 2010).

    Orang Minangkabau merupakan suatu contoh dari masyarakat yang

    mementingkan aspek sosial dari kelahiran. Bayi perempuan dianggap sebagai

    pelanjut dari parurik atau kaum. (klen matrilineal) sedangkan bayi laki-laki kelak

    diharapkan untuk menjadi penjujung nama kerabat separuiknya, dan menjadi

    pembela kaum wanita dan klennya. Masayarakat Minang juga percaya bahwa ketika

    seorang wanita sedang hamil 7 bulan, keluarga suaminya (bako sang calon bayi)

    datang berkunjung sambil membawa berbagai macam makanan berupa nasi lengkap

    dengan lauk-pauk, ditambah dengan beberapa jenis kue. Tujuannya adalah untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • menunjukkan hati tulus dan muka jernih terhadap kelahiran bayi. Menurut norma

    yang ideal dalam kebudayaan minangkabau, hubungan antara kerabat kedua orangtua

    sang bayi diperkuat melalui kebersamaan mereka dalam upacara menyambut

    kelahirannya, masing-masing dalam porsi kewajibannya sendiri terhadap si bayi.

    Selain itu pada suku Minang sekitar seminggu menjelang bayi lahir, para bako

    kembali datang membawa beras segantang dan dua butir kelapa. Dimana, sebutir

    kelapa diserahkan untuk menambah bahan pembuat lauk rendang daging, sedangkan

    yang lainnya ditujukan untuk di tanam di kebun sang ibu. Hal ini melambangkan

    harapan para bako anak yang lahir nanti, yang mereka sebut sebagai anak pisang,

    akan menjadi seorang yang muka dan hatinya bagai air kelapa itu. Singkatnya, ia di

    harapkan akan berguna bagai masyarakat, seperti pohon kelapa yang dari akarnya

    hingga pucuk daunnya bermanfaat bagi kehidupan manusia (Swasono, 2011).

    G. Fenomenologi

    Penelitian fenomenologi bersifat induktif, pendekatan yang dipakai adalah

    deskriptif yang dikembangkan dari filsafat fenomenologi. Fokus filsafat

    fenomenologi adalah pemahaman tentang respons kehadiran atau keberadaan

    manusia, bukan sekedar pemahaman bagian-bagian yang spesifik atau perilaku

    khusus. Tujuan penelitian fenomenologi adalah menjelaskan pengalaman apa yang

    dialami oleh orang dalam kehidupan ini, termasuk interaksi dengan orang lain.

    Contoh penelitian fenomenologi adalah studi mengenai daur hidup masyarakat

    tradisional dilihat dari perspektif kebiasaan hidup sehat, misalnya menggunakan air

    Universitas Sumatera Utara

  • bersih, menu makanan, kepedulian terhadap usaha pengobatan anggota keluarga yang

    sakit, dan lain-lain. Penelahaan masalah dilakukan dengan multiperspektif atau multi

    sudut pandang (Emzir, 2011).

    Universitas Sumatera Utara