chapter ii 26

28
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Usia Muda 2.1.1 Pengertian Menurut Monks (1999) dalam Nasution (2007) batasan usia secara global berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun dengan pembagian 12-15 tahun masa muda awal, 15-18 tahun masa muda pertengahan, 18-21 tahun masa muda akhir. Menurut Hurlock (2003) menyatakan secara tradisional masa muda dianggap sebagai “badai dan tekanan” yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin, lamanya 280 hari (40 mgg atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Manuaba, IBG. 2010). Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi dari reproduksi sehat (Manuaba, IBG. 2010) . Kehamilan yang terjadi diusia muda merupakan salah satu resiko seks pranikah atau sesk bebas (kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Menurut Kartono (1996) kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja Universitas Sumatera Utara

Upload: kania-adhytia

Post on 17-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter II 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan Usia Muda

2.1.1 Pengertian

Menurut Monks (1999) dalam Nasution (2007) batasan usia secara global

berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun dengan pembagian 12-15 tahun masa muda

awal, 15-18 tahun masa muda pertengahan, 18-21 tahun masa muda akhir.

Menurut Hurlock (2003) menyatakan secara tradisional masa muda dianggap

sebagai “badai dan tekanan” yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi

sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.

Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin, lamanya 280

hari (40 mgg atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Manuaba,

IBG. 2010).

Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika

terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko

akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi dari reproduksi sehat

(Manuaba, IBG. 2010) .

Kehamilan yang terjadi diusia muda merupakan salah satu resiko seks

pranikah atau sesk bebas (kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Menurut Kartono

(1996) kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak

direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II 26

yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sangsi sosial dari masyarakat

terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Lesnapurnawan.

2009).

2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Perkawinan Usia Muda

Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 Pasal 7 bahwa

perkawinan diizinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun.

Namun Pemerintah mempunyai kebijakan tentang prilaku reproduksi manusia yang

ditegaskan dalam UU No.10 tahun1992 yang menyebutkan bahwa Pemerintah

menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyak resiko

kehamilan yang akan dihadapi pada usia muda, untuk perkawinan diizinkan pada usia

21 tahun bagi laki-laki dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia

muda adalah perkawinan yang dilakukan pada laki-laki yang berusia kurang dari 21

tahun dan perempuan berusia kurang 19 tahun (Widyastuti, dkk.2009).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk menikah di usia muda,

yang selanjutnya akan hamil dan melahirkan diusia muda antara lain :

a. Tingkat Pendidikan

Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya perkawinan

usia muda (Romauli, S.dkk.2011).

b. Ekonomi

Apabila anak perempuan telah menikah, berarti orang tua bebas dari tanggung

jawab sehingga secara ekonomi mengurangi beban dengan kata lain sebagai

jalan keluar dari berbagai kesulitan (Romauli, S.dkk.2009). Kemiskinan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II 26

mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita untuk

melakukan hubungan seksual pra nikah. Karena kemiskinan ini , remaja putri

terpaksa bekerja. Namun sering kali mereka tereksploitasi, bekerja lebih dari

12 jam sehari, bekerja di perumahan tanpa di bayar hanya diberi makan dan

pakaian, bahkan beberapa mengalami kekerasan seksual (Aryani, R. 2010).

c. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan

reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja

tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai

hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi dianggap tabu dibicarakan

dengan anak (remaja). Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan

reproduksi menjadi sangat kurang (Manuaba, IBG.dkk.2009 dan Aryani, R.2010).

d. Hukum atau Peraturan

Dalam agama Islam, menikah diisyaratkan oleh beberapa pemeluknya

dianggap sesuatu yang harus disegerakan agar terhindar dari hal-hal yang

tidak diinginkan yaitu wanita umur 16 tahu dan pria umur 19 tahun. Dari segi

lain makin mudah orang bercerai dalam suatu masyarakat makin banyak

perkawinan usia muda (UU. Pernikahan tahun1974).

e. Adat Istiadat atau Pandangan Masyarakat

Adanya anggapan lingkungan dan adat istiadat jika anak gadis belum menikah di

anggap sebagai aib keluarga. Banyak di daerah ditemukan pandangan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II 26

kepercayaan yang salah, kedewasaan seseorang dinilai dari status perkawinan,

status janda lebih baik daripada perawan tua (Romauli, S.2011).

f. Dorongan Biologis

Adanya dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan

insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon.

Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya dengan

membaca buku atau melihat film/ majalah yang menanpilkan gambar–gambar

yang membangkitkan erotisme. Di era teknologi informasi yang tinggi

sekarang ini, remaja sangat mudah mengakses gambar tersebut melalui

telepon genggam dan akan selalu di bawa dalam setiap langkah remaja

(Aryani, R. 2009 dan Manuaba, IBG.2010).

g. Kepatuhan Terhadap Orang Tua

Perkawinan dapat berlangsung karena adanya kepatuhan remaja terhadap

orang tua atau sifat menentang ( Romauli, S. 2011).

h. Ketidakmampuan Mengendalikan Dorongan Biologis

Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai–nilai

moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak

akan melakukan seks pra nikah, karena mengingat ini adalah dosa besar yang

harus dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Namun

keimanan ini dapat sirna tanpa tersisa bila remaja dipengaruhi obat–obatan

misalnya psikotropika. Obat ini akan mempengarui pikiran remaja sehingga

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II 26

pelanggaran terhadap nilai–nilai agama dan moral dinikmati dengan tanpa

rasa bersalah (Aryani, R.2009)

i. Adanya Kesempatan Melakukan Hubungan Seks Pra Nikah

Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pra nikah sangat penting untuk

dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu

maka hubungan seks pra nikah tidak akan terjadi. Terbukanya kesempatan

pada remaja untuk melakukan hubungan seks didukung oleh kesibukan orang

tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada remaja. Tuntutan kebutuhan

hidup sering menjadi alasan suami istri bekerja di luar rumah dan

menghabiskan hari–harinya dengan kesibukan masing – masing sehingga

perhatian terhadap anak remajanya terabaikan.

Selain itu pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara

berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja

untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel/ motel atau ke night club

sampai larut malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan

seksual pra nikah (Aryani, R. 2009).

j. Pandangan terhadap Konsep Cinta

Menyalahartikan atau kebingungan dalam mengartikan konsep cinta,

keintiman, dan tingkah laku seksual sehingga remaja awal cenderung berfikir

bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan, sedangkan remaja akhir

cenderung melakukan tingkah laku seksual jika telah ada ikatan dan saling

pengertian dengan pasangan. Seks sering dijadikan sarana untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II 26

berkomunikasi dengan pasangan (Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati,

2005).

2.1.3 Kerugian Remaja Melakukan Seks Pra Nikah

Kerugian remaja bila melakukan hubungan seksual pra nikah adalah sebagai

berikut :

a. Resiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonorhoe, sifilis, HIV/

AIDS. Herpes simplek, herpes genitalis dan lain sebagainya.

b. Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini

terjadi, maka beresiko terhadap tindakan aborsi yang tidak aman dan resiko

infeksi atau kematian perdarahan, Bila kehamilan diteruskan, maka beresiko

melahirkan bayi yang kurang/ tidak sehat.

c. Trauma kejiwaan (depresi,rasa rendah diri, dan rasa berdosa karena berzina).

d. Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan.

2.1.4 Gejala Awal Kehamilan

Menurut Dianawati (2002) gejala-gejala awal yang terjadi pada proses

kehamilan diantaranya ditandai dengan (Lesnapurnawan, 2009) :

a. Tidak Datangnya Menstruasi

Seseorang yang telah melakukan hubungan seksual wajib memeriksakan diri ke

dokter jika dalam waktu satu minggu atau lebih tidak mendapatkan menstruasi

dari jadwal yang seharusnya. Kemungkinan besar dia telah hamil.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II 26

b. Perubahan pada Payudara

Biasanya, menjelang menstruasi, payudara perempuan akan terasa kencang dan

padat. Penyebabnya, jumlah hormon estrogen dalam tubuh meningkat. Kondisi

seperti itu akan hilang dengan sendirinya bersamaan dengan berakhirnya masa

menstruasi. Lain lagi jika terjadinya kehamilan, memadat dan mengencangnya

payudara akan berlangsung lama dan akan semakin membesar disertai dengan

rasa kesemutan. Semua perubahan ini terjadi karena pengaruh hormon estrogen

dan progeteron, yang sudah berfungsi untuk memproduksi air susu. Selain itu,

saluran-saluran jaringan payudara telah dialiri darah.

c. Sering Buang Air Kecil

Hal ini biasanya terjadinya pada awal kehamilan. Penyebabnya adalah ginjal

bekerja terlalu berlebihan sehingga kantung kencing pun akan cepat terisi.

d. Mual-mual dan Muntah

Gejala ini biasanya terjadi pada pagi hari. Dari gejala ini dapat diketahui bahwa

ia hamil, setelah lebih dari 1 minggu menstruasinya tidak datang. Gejala ini akan

hilang setelah memasuki 12 minggu sejak masa hamilan. Tidak setiap perempuan

mengalami gejala ini. Faktor yang menjadi penyebab timbulnya gejala ini masih

tidak jelas kemungkinan faktor emosi dan kecemasan.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II 26

2.1.5 Dampak yang Terjadi Pada Kehamilan Usia Muda

Perkawinan dan kehamilan yang dilangsungkan pada usia muda (remaja)

umumnya akan menimbulkan masalah–masalah sebagai berikut : (Lesnapurnawan,

2009. Manuaba, IBG.2010. Romauli, S. 2011).

a. Masalah Kesehatan Reproduksi

Remaja yang akan menikah kelak akan menjadi orang tua sebaiknya

mempunyai kesehatan reproduksi yang sehat sehingga dapat menurunkan generasi

penerus yang sehat. Untuk itu memerlukan perhatian karena belum siapnya alat

reproduksi untuk menerima kehamilan yang akhirnya akan menimbulkan berbagai

bentuk komplikasi. Selain itu kematian maternal pada wanita hamil dan

melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2–5 kali lebih tinggi dari pada

kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.

b. Masalah Psikologis

Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum

matang, sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul dalam

perkawinan. Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena kawin cerai

biasanya terjadi pada pasangan yang umurnya pada waktu kawin relatif masih

muda. Tetapi untuk remaja yang hamil di luar nikah menghadapi masalah

psikologi seperti rasa takut, kecewa, menyesal, rendah diri dan lain-lain, terlebih

lagi masyarakat belum dapat menerima anak yang orang tuanya belum jelas.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II 26

c. Masalah Sosial Ekonomi

Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan

dalam bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya dengan

bertambahnya umur akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai

penopang. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress

(tekanan batin).

Dampak kebidanan yang terjadi pada kehamilan usia muda adalah

(Asfriyanti, 2009 dan Manuba, IBG. 2010) :

a. Abortus (Keguguran)

Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan

remaja yang tidak dikehendaki. Abortus yang dilakukan oleh tenaga non-

profesional dapat menimbulkan tingginya angka kematian dan infeksi alat

reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.

b. Persalinan Prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Kelainan Bawaan

Kekurangan berbagai zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan

tingginya prematur, BBLR dan cacat bawaan.

c. Mudah Terinfeksi

Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan stres

memudahkan terjadinya infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.

d. Anemia Kehamilan

e. Keracunan Kehamilan (Gestosis)

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II 26

Merupakan kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia

makin meningkatkan terjadinya keracunan saat hamil dalam bemtuk eklampsi dan

pre eklampsi sehingga dapat menimbulkan kematian. Dimana keracunan

kehamilan merupakan penyebab kematian ibu yang terbesar ketiga.

f. Kematian Ibu yang Tinggi

Remaja yang stres pada kehamilannya sering mengambil jalan yang pintas untuk

melakukan abortus oleh tenaga non-profesional. Angka kematian abortus yang

dilakukan oleh dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian

ibu terutama karena perdarahan dan infeksi. Penyebab kematian ibu dikenal

dengan trias klasik yaitu perdarahan, infeksi dan gestosis.

2.1.6 Penanggulangan

Manuaba, IBG. dkk. 2010 penanggulangan masalah kehamilan usia muda atau

remaja sangat sukar dan kompleks yang menyangkut berbagai segi kehidupan

masyarakat diantaranya :

a. Pengaruh Globalisasi

Dengan derasnya arus informasi yang mendorong remaja mempunyai prilaku

seks yang bebas dan jumlah anak dalam suatu keluarga tidak terbatas sehingga

kualitas pendidikan rohani kurang mendapat perhatian. Untuk itu perlu

ditanamkan nilai-nilai moral dan etika agama yang baik mulai dari masa anak-

anak, karena semua agama berpendapat bahwa kehamilan dan anak harus

bersumber dari perkawinan yang syah menurut adat agama dan bahkan hukum

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II 26

yang disaksikan masyarakat. Untuk itu diperlukan sikap dan prilaku orang tua

yang dapat dijadikan panutan dan suri tauladan bagi remaja.

b. Pendidikan Seks

Pendidikan seks pada remaja sangat berguna untuk memberikan pengetahuan

tentang seks dan penyakit hubungan seks. Program pendidikan seks ini lebih

besar kemungkinannya berhasil apabila terdapat pendekatan terpadu antara

sekolah dan layanan kesehatan. Staf layanan kesehatan dapat dilibatkan dalam

penyampaian pendidikan seks, dan sekolah dapat mengatur kunjungan kelompok

ke klinik sebagai pengenalan dan untuk meningkatkan rasa percaya diri dari para

remaja yang mungkin ingin mendapatkan layanan klinik tersebut.

c. Keluarga Berencana untuk Remaja

Kenyataannya prilaku seks remaja menjurus kearah liberal, tidak dapat

dibendung, dan hanya mungkin mengendalikannya sehingga penyebaran

penyakit hubungan seks dan kehamilan dikalangan remaja dapat dibatasi. Untuk

itu perlu dicanangkan program keluarga berencana dikalangan remaja sehingga

pengendalian prilaku seks dapat tercapai.

d. Pelayanan Gugur Kandungan

Pelayanan gugur kandungan pada remaja banyak dilakukan oleh lembaga tertentu

atau dilakukan secara perorangan untuk menghilangkan keadaan dalam

persimpangan jalan pada remaja. Melakukan gugur kandungan merupakan

tindakan yang paling rasional untuk menyelesaikan masalah hamil remaja dengan

keuntungan :

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II 26

(1). Bebas dari stres hamil yang tidak dikehendaki

(2). Bebas dari tekanan stres dan masyarakat

(3). Masih dapat melanjutkan sekolah atau bekerja

(4). Bila dilakukan secara legalitas penyulit sangat minimal dan tidak

mengganggu fungsi reproduksi

(5). Biaya ringan, dibandingkan bila kehamilan diteruskan.

Walaupun pelaksanaan gugur kandungan merupakan tindakan yang paling

rasional dan menguntungkan kedua belah pihak tetapi bukanlah dapat dilakukan

begitu saja karena undang-undang kesehatan telah menetapkan petunjuk

pelaksanaannya dan disertai sangsi hukum. Dengan demikian melakukan gugur

kandungan bukan berarti bebas dari tuntutan hukum dan tuntutan moral pelaku

dan yang meminta dilakukannya.

Penanggulangan kehamilan pra nikah adalah (Asfriyanti, 2010) :

a. Pencegahan

Pencegahan hubungan seksual pra nikah memerlukan waktu yang sangat lama

dan bertahap. Dengan memperhatikan faktor–faktor yang dapat menyebabkan

timbulnya hubungan seksual pra nikah maka langkah–langkah yang perlu

dilakukan adalah :

(1). Melakukan pendidikan seksual pada anak dan remaja

Penyampaian materi pendidikan seksual dapat dilakukan di rumah

maupun di sekolah. Di sini peranan orang tua dan masyarakat sangat

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II 26

diharapkan, terutama untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan

para remaja mengenai kesehatan reproduksinya dan juga apa saja yang

harus dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Sebelum usia

10 tahun pendidikan seksual bisa diberikan secara bergantian tetapi ibu

umumnya lebih berperan, menjelang akil baligh, saat sudah terjadi proses

diferensiasi jenis kelamin dan muncul rasa malu, sebaiknya ibu

memberikan penjelasan kepada anak perempuan dan ayah kepada anak

laki–laki.

Menurut dr.Paat dan dr.Yulia pendidikan seks di sekolah

hendaknya tidak terpisah dari pendidikan pada umumnya dan bersifat

terpadu. Bisa dimasukkan pada pelajaran Biologi, Kesehatan, Moral dan

Etika secara bertahap dan terus–menerus. Sekali waktu penyuluhan

seksual perlu diadakan misalnya tentang menghadapi masa haid dan

mimpi basah yang diberikan pada murid kelas VI.

(2). Meningkatkan pengetahuan agama bagi remaja.

Penegakan norma agama dan norma sosial lainnya juga harus

diupayakan secara maksimal untuk mencegah para remaja untuk

melakukan hubungan yang terlalu bebas yang dapat menyebabkan

kehamilan. Pemberian pengetahuan agama pada anak sejak usia dini

sampai akil baligh akan sangat besar pengaruhnya dalam mencegah

terjadinya hubungan seksual pra nikah.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II 26

(3). Meningkatkan perhatian kedua orang tua terhadap anak–anaknya.

Pada saat ini hubungan antara orang tua dan anak mulai kurang

karena keduanya sibuk bekerja dari pagi hingga sore, sehingga sedikit

sekali waktu yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan anak.

Untuk orang tua diharapkan khususnya yang bekerja agar bisa

menyisihkan waktunya dalam membina anak–anaknya, minimal pada

waktu makan malam bersama dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi.

(4). Menunda hubungan seks bagi remaja yang terlibat pacaran.

Remaja juga harus dituntut untuk mengisi kegiatan sehari–harinya

dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olah raga, kesenian dan juga

belajar. Selama pacaran remaja harus dihindarkan untuk bercumbu secara

berlebihan, karena hal itu juga akan memancing mereka untuk melakukan

tindakan yang lebih jauh lagi dan akhirnya melakukan persenggamaan.

b. Pengobatan

Kehamilan yang dialami remaja adalah kehamilan yang beresiko tinggi.

Karena itu remaja yang hamil harus memeriksakan kehamilannya secara

intensif. Dengan demikian kelainan dan hal–hal yang menyulitkan nantinya

dapat segera dicegah dan diobati, sehingga proses kehamilan dan persalinan

dapat dilalui dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II 26

2.2 Analisis Faktor

2.2.1 Pengertian

Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas

prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel

yang banyak menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah

menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar

informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variabel) (Supranto, 2010).

Selain itu analisis faktor dapat juga berfungsi sebagai alat uji validasi internal dari

alat ukur yang dipergunakan (Ridwan, 2002).

Analisis faktor merupakan salah satu tekhnik analisis statistik multivariat,

dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara seksama bersama pada

semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dan variabel bebas atau

disebut sebagai metode antar ketergantungan (interdependence methode) tersebut.

Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar variabel yang saling

interdependen tersebut, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan varibel

yang lebih sedikit jumlah varibel awal sehingga memudahkan analisis statistik

selanjutnya (Wibowo, A. 2006).

Tujuan yang penting dari analisis faktor adalah menyederhanakan hubungan

yang beragam dan kompleks pada beberapa variabel yang diamati dengan

menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan pada suatu struktur data

baru yang mempunyai beberapa faktor yang lebih kecil (Wibisono, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II 26

Analisis faktor yang dipergunakan di dalam situasi sebagai berikut (Supranto,2010) :

a. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying

dimensions) atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.

b. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak

berkorelasi (independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan

suatu set variabel asli yang saling berkorelasi di dalam analisis multivariate

selanjutnya, misalnya analisis regresi berganda dan analisis diskriminan.

c. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set varibel yang penting dari suatu set

variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis

multivariate selanjutnya.

2.2.2. Model Analisis Faktor dan Statistik yang Relevan

Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan regresi linier berganda,

yaitu setiap variabel dinyatakan sebagai suatu kombinasi linear dari faktor yang

mendasari (underlying factors) (Supranto, 2010).

Jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu varabel dengan variabel yang

lainnya tercakup dalam analisis disebut communality. Hubungan antara variabel yang

dinyatakan dalam suatu common factors yang sedikit jumlahnya ditambah dengan

faktor yang unik untuk setiap variabel. Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan

sesama faktor unik dan juga tidak berkorelasi dengan common faktor.

Common factor dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel

yang terlihat/ terobservasi (the observed variabels) hasil penelitian lapangan atau

hubungan yang tidak berkorelasi dengan faktor unik. Faktor unik biasanya juga

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II 26

dianggap saling tidak berkorelasi, akan tetapi mungkin atau tidak mungkin

berkorelasi satu sama lain. Masing-masing faktor dapat diekspresikan dengan

persamaan sebagai berikut :

F1 = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + …..+ WikX

Dimana : F

k

1

Wi adalah : timbangan atau koefisien nilai faktor ke i

adalah : perkiraan faktor ke i (didasarkan pada nilai variabel X dengan

koefisiennya Wi)

k adalah : banyaknya variabel

Semakin besar bobot Wi suatu variabel terhadap faktor, maka pengaruh

variabel terhadap faktor tersebut semakin erat, yang berarti perubahan variabel

memberikan kontribusi yang semakin besar pada nilai faktor. Hal ini berlaku untuk

keadaan sebaliknya (Supranto, 2010).

Statistik kunci yang relevan dengan analisis dengan analisis faktor adalah :

Bartlett’s tes of sphericity yaitu suatu uji statistik yang digunakan untuk menguji

hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi (uncorrelated) dalam populasi.

2.2.3. Model Matematik dalam Analisis Faktor

Di dalam model analisis faktor, komponen hipotesis diturunkan dari hubungan

antara variabel terobservasi. Model analisis faktor mensyaratkan bahwa hubungan

antar variabel terobservasi harus linier dan nilai koefisien korelasi tak boleh nol,

artinya benar-benar harus ada hubungan. Komponen hipotesis yang diturunkan harus

memiliki sifat sebagai berikut :

a. Komponen hipotesis tersebut diberi nama faktor.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II 26

b. Variabel komponen hipotesis yang disebut faktor bisa dikelompokkan

menjadi dua yaitu common faktor dan unique faktor. Dua komponen ini bisa

dibedakan kalau dinyatakan dalam timbangan di dalam persamaan linier, yang

menurunkan variabel terobservasi dari variabel komponen hipotesis. Common

factor mempunyai lebih dari satu variabel dengan timbangan yang bukan nol

nilainya. Suatu faktor unik hanya mempunyai satu variabel dengan timbangan

yang tidak nol terikat dengan faktor. Jadi hanya satu variabel yang tergantung

pada satu faktor unik.

c. Common faktor selalu dianggap tidak berkorelasi dengan faktor unik.

Faktor unik biasanya juga dianggap saling tidak berkorelasi satu sama

lainnya.

d. Umumnya dianggap bahwa jumlah common factor lebih sedikit dari jumlah

variabel asli, akan tetapi banyaknya faktor unik biasanya dianggap sama

dengan banyaknya variabel asli (Supranto, 2010)

2.2.4. Langkah-Langkah Analisis Faktor

Menurut Supranto (2010), langkah-langkah yang diperlukan dalam analis

faktor adalah :

a. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah faktor analisis dan mengidentifikasi/ mengenali

variabel-variabel asli yang akan dianalisis faktor.

Merumuskan masalah meliputi beberapa hal :

(1). Tujuan analisis faktor harus diidentifikasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II 26

(2). Variabel yang akan dipergunakn di dalam analisis faktor harus

dispesifikasi berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan pertimbangan

dari peneliti.

(3). Pengukuran variabel berdasarkan skala interval atau ratio.

(4). Banyaknya elemen sampel (n) harus cukup/ memadai sebagai petunjuk

kasar, kalau k sebagai banyaknya jenis variabel (atribut) maka n=4 atau 5

kali k. Artinya kalau variabel 5, banyaknya responden minimal 20 atau

25 orang sebagai sampel acak.

b. Membentuk Matriks Korelasi

Proses analisis di dasarkan pada suatu matriks korelasi agar variabel

pendalaman yang berguna bisa diperoleh dari penelitian matriks ini. Agar

analisis faktor bisa tepat dipergunakan, varaiabel-variabel yang akan dianalisis

harus berkorelasi. Apabila koefisien korelasi antar-variabel terlalu kecil,

hubungan lemah, analisis faktor tidak tepat.

Prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-asumsi

akan terkait dengan metode statistik korelasi yaitu :

(1) Besar korelasi atau korelasi independen variabel yang cukup kuat,

misalnya > 0,5 atau bila dilihat tingkat signifikansinya adalah < dari 0,5.

(2) Besar korelasi partial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap

variabel dengan mengganggap variabel lain adalah tetap (konstan) harus

kecil. Pada SPSS deteksi korelasi parsial diberikan pada Anti Image

Correlation.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter II 26

Statistik formal tersedia untuk menguji ketepatan model faktor yaitu

Barlett’s Test of Sphericity bisa digunakan untuk menguji hipotesis bahwa

variabel tak berkorelasi di dalam populasi. Nilai yang besar untuk uji statistik,

berarti hipotesis nol harus ditolak (berarti ada korelasi yang signifikan

diantara beberapa variabel). Kalau hipotesis nol terima, ketepatan analisis

faktor harus dipertanyakan.

Statistik lainnya yang berguna adalah KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)

mengukur kecukupan sampling (sampling adequancy). Indeks ini

membandingkan besarnya koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya

koefisien korelasi parsial. Nilai KMO yang kecil menunjukkan korelasi antar

pasangan variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lain dan analisis faktor

mungkin tidak tepat.

(1). Harga KMO sebesar 0,9 adalah sangat memuaskan

(2). Harga KMO sebesar 0,8 adalah memuaskan

(3). Harga KMO sebesar 0,7 adalah harga menengah

(4). Harga KMO sebesar 0,6 adalah cukup

(5). Harga KMO sebesar 0,5 adalah kurang memuaskan

(6). Harga KMO sebesar 0,4 adalah tidak dapat diterima

Measure of Sampling Adequacy (MSA) ukuran dihitung untuk seluruh

matriks korelasi dan setiap variabel yang layak untuk diaplikasikan pada

analisis faktor. Nilai MSA yang rendah merupakan pertimbangan untuk

membuang variabel tersebut pada tahap analisis selanjutnya (Wibisono,

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter II 26

2003). Angka MSA berkisar 0-1 menunjukkan apakah sampel bisa dianalisis

lebih lanjut (Wibowo, 2006).

(1) MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel

lain.

(2) MSA > 0,5 variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih

lanjut.

(3) MSA < 0,5 variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih

lanjut.

c. Menentukan Metode Analisis Faktor

Segera setelah ditetapkan bahwa analisis faktor merupakan tekhnik

yang tepat untuk menganalisis data yang sudah dikumpulkan, kemudian

ditentukan atau dipilih metode yang tepat untuk analisis faktor. Ada dua cara

metode yang bisa digunakan dalam analisis faktor, khususnya untuk

menghitung timbangan atau koefisien skor faktor, yaitu principal components

analysis dan common factor analysis.

Di dalam principal component analysis, jumlah varian dalam data

dipertimbangkan. principal component analysis direkomendasikan kalau hal

yang pokok ialah menentukan bahwa banyaknya faktor minimum yang harus

memperhitungkan faktor maksimum tersebut dinamakan principal

components.

Di dalam common factor analysis, faktor diestimasi didasarkan pada

common variance, communalities dimasukkan di dalam matriks korelasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter II 26

Metode ini dianggap tidak tepat kalau tujuan utamanya ialah mengenali/

mengidentifikasi dimensi yang mendasari dan common variance yang

menarik perhatian. Metode ini juga dikenal sebagai principal axis factoring

(Supranto,2010).

Communalities ialah jumlah varian yang sumbangkan oleh suatu

variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut

proporsi atau bagian varian yang dijelaskan common factor , atau besarnya

sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel. Semakin besar

communalities sebuah variabel, berarti semakin kuat hubungannya dengan

faktor yang dibentuknya.

Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap

faktor. Eigenvalue akan menunjukkan kepentingan relatif masing-masing

faktor dalam menghitung varian yang dianalisis (Wibowo, 2006).

d. Rotasi Faktor-Faktor

Suatu hasil atau out put yang penting dari analisis faktor ialah apa

yang disebut matriks faktor pola (faktor pattern matrix). Matriks faktor berisi

koefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan

dinyatakan dalam faktor. Koefisien ini disebut muatan faktor, mewakili

korelasi antar-variabel dan faktor.

Di dalam melakukan rotasi faktor, kita menginginkan agar setiap

faktor mempunyai muatan atau koefisien yang tidak nol atau yang signif ikan

untuk beberapa variabel saja. Guna rotasi ini adalah untuk mengontrol/

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter II 26

memeriksa variabel yang belum layak dimasukkan menjadi layak dimasukkan

dalam buat penamaan. Demikian halnya kita juga menginginkan agar setiap

variabel mempunyai muatan yang tidak nol atau signifikan dengan beberapa

saja, kalau mungkin dengan satu faktor saja. Kalau terjadi beberapa faktor

mempunyai muatan tinggi dengan variabel yang sama, sangat sulit untuk

membuat interpretasi tentang seluruh varian (dari seluruh variabel asli)

mengalami perubahan.

e. Interpretasi Faktor

Interpretasi faktor dipermudah dengan mengidentifikasi variabel yang

muatannya besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa

diinterpretasikan, dinyatakan dalam variabel yang mempunyai muatan tinggi

padanya. Variabel yang tidak dengan sumbu salah satu faktorberarti

berkorelasi dengan kedua faktor tersebut .

f. Menghitung Skor dan Nilai Faktor

Nilai faktor adalah ukuran yang mengatakan representasi suatu

variabel oleh masing masing faktor. Nilai faktor menunjukkan bahwa suatu

data mewakili karakteristik khusus yang dipresentasikan oleh faktor. Nilai

faktor ini selanjutnya digunakan untuk analisis lanjutan. Sebenarnya analisis

faktor tidak harus dilanjutkan dengan menghitung skor atau nlai faktor, sebab

tanpa menghitungpun hasil analisis faktor sudah bermanfaat yaitu mereduksi

variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel

aslinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter II 26

g. Memilih Surrogate Variabels

Surrogate variabel adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih

untuk digunakan di dalam analisis selanjutnya.

h. Proses Analisis Faktor

Secara garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut

Supranto (2010) dan Riyanto,A.(2011) :

(1). Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor.

(2). Menguji variabel yang ditentukan, menggunakan metode Barlett Test of

Sphericity Sera pengukuran MSA (Measure Sampling Adequacy).

(3). Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan “ekstraksi” variabel

tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor.

(4). Faktor yang terbentuk pada banyak kasus kurang menggambarkan

perbedaan diantara faktor-faktor yang ada. Hal tersebut akan

mengganggu analisis, karena justru sebuah faktor harus berbeda secara

nyata dengan faktor lain.

(5). Kemudian interpretasikan hasil penemuan (artinya faktor-faktor tersebut

mewakili variabel yang mana saja), dan memberi nama atas faktor yang

terbentuk.

(6). Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk

telah valid. Validitas dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti :

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Chapter II 26

a. Membagi sampel awal menjadi dua bagian kemudian membandingkan

hasil faktor sampel satu dengan sampel dua. Jika hasil tidak banyak

perbedaan, bisa dikatakan faktor yang terbentuk telah valid.

b. Dengan melakukan metode Comfirmatory Faktor Analysis (CFA)

dengan cara Structural Equation Modelling (SEM). Proses ini bisa

dibantu dengan Software khusus, seperti Lisrel atau Amos.

2.3. Landasan Teori

Menurut BKKBN usia yang ideal untuk hamil dan melahirkan yaitu 20-30

tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Dengan kata lain disebut

reproduksi yang sehat untuk wanita saat hamil dan melahirkan, karena pada masa

hamil banyak terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologi untuk

itu diperlukan persiapan dalam menghadapi masa kehamilan tersebut. Persiapan

tersebut ada tiga hal yaitu persiapan phisik, persiapan mental/ emosi/ psikologi dan

persiapan sosial/ ekonomi (Manuaba, IBG. 2010).

Pada umumnya proses kehamilan menjadi hal yang bahagia bagi

pasangan yang terikat oleh jalinan perkawinan namun sebaliknya proses kehamilan

itu akan menjadi malapetaka bagi pasangan yang belum terikat perkawinan yang sah

atau bisa di sebut hubungan seksual pranikah. Istilah “hubungan seksual pranikah”

sudah merupakan hal yang tidak asing lagi, baik di kalangan masyarakat ilmuan

maupun di kalangan masyarakat awam. Yang dimaksud dengan hubungan seksual

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Chapter II 26

pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh sepasang insan sebelum

mereka diikat oleh tali perkawinan (Lesnapurnawan, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan usia muda ≤ 20 tahun dapat

menggunakan pendekatan faktor prilaku pada kerangka kerja. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi prilaku menurut Lawrence Green ( 1980 ) dalam Notoatmojo

(2007) ada 3 faktor utama yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factor) di dalamnya termasuk pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi, nilai–nilai, tingkat sosial ekonomi dan lain

sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan phisik,

sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.

c. Faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan prilaku

petugas kesehatan, maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa

menjadi kelompok referensi dari prilaku masyarakat termasuk juga undang-

undang, peraturan-peraturan.

Dari faktor–faktor di atas dapat disimpulkan bahwa prilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan (kehamilan usia muda) ditentukan oleh pengetahuan,

sikap, kepercayaan, tradisi dari orang yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan

fasilitas kesehatan dan prilaku petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat

terbentuknya prilaku. Berarti secara umum prilaku tergantung faktor intern (dari

dalam individu) dan faktor ekstern (dari luar individu) yang saling memperkuat. Jadi

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Chapter II 26

kalau kita ingin merubah prilaku kita harus memperhatikan faktor–faktor tersebut di

atas.

Dengan demikian landasan teori dari faktor-faktor yang memengaruhi

kehamilan usia muda tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati, 2005

Gambar 2.1. Landasan Teori Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kehamilan Usia Muda ≤ 20 Tahun . Modifikasi dari Romauli, S. 2011, Aryani, R. 2009, Manuaba, IBG.2010 Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati, 2005, Lawrence Green dalam Notoatmojo, 2007)

Faktor Predisposisi : − Tingkat pendidikan − Ekonomi − Kurangnya pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi (tabu) − Adat istiadat atau pandangan

masyarakat − Pandangan terhadap konsep cinta

Kehamilan di Usia Muda ≤ 20 Tahun

Faktor Pemungkin : − Dorongan biologis (melakukan

hubungan seksual karena pengaruh buku, film, majalah yang menampilkan gambar–gambar erotis yang mudah diakses melalui telepon genggam atau internet)

− Kesempatan (kesibukan orang tua, kurang perhatian terhadap anak, fasilitas yang berlebih/ uang)

Faktor Penguat : − Keimanan dan etika moral yang

dimiliki remaja − Kepatuhan terhadap orang tua − Hukum dan peraturan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Chapter II 26

2.4. Kerangka konsep

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan arah dari alur penelitian ini

adalah seperti tergambar dalam kerangka konsep di bawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor yang memengaruhi : 1. Tingkat pendidikan 2. Ekonomi 3. Dorongan biologis 4. Pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi 5. Kesempatan 6. Kepatuhan terhadap orang tua 7. Adat istiadat atau pandangan

masyarakat 8. Hukum dan peraturan 9. Pandangan terhadap konsep cinta

Kehamilan Usia Muda

≤ 20 tahun

Universitas Sumatera Utara