chapter ii 2
DESCRIPTION
landscapeTRANSCRIPT
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 1/30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perancangan Lansekap
2.1.1 Definisi Lansekap
Sebuah rancangan arsitektur haruslah memperhatikan kondisi alam sekitar,
elemen-elemen alam seperti topografi, vegetasi dan margasatwa, iklim, tanah dan
air haruslah di perhatikan dalam perencanaan sebuah tapak (Katanesse,1980
dalam Susanti, 2000). Pengertian lansekap yang banyak di persepsikan oleh para
ahli perancang dan para ahli kebun ialah kenampakan asli dan aspek estektika
(Naveh, 1984). Kier (1979) mengartikan lansekap sebagai hubungan antara
komponen biotik dan abiotik, termasuk komponen yang berpengaruh terhadap
manusia, yang terdapat di dalam suatu sistem yang menyeluruh dan membutuhkan
analisa dan konsep yang terpadu. Neef (1967) (dalam Klink, et. al. 2002) memberi
pengertian lanskap adalah keharmonisan stuktur dan proses yang di tandai dari
sifat karakter sebagian permukaan bumi
Menurut Suharto (dalam Susanti, 2000) lansekap mencakup semua elemen
pada wajak/karakter tapak, baik elemen alami (natural landscape), elemen buatan
(artificial landscape) dan penghuni atau makhluk hidup yang ada di dalamnya
(termasuk manusia). Berarti juga sebidang lahan berpagar yang di gunakan untuk
mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Dari pengertian –
pengertian beberapa ahli diatas dapat di katakan bahwa lansekap merupakan suatu
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 2/30
perencanaan antara manusia dan lingkungan yang mencakup semua elemen alam,
baik yang buatan maupun yang alamiah, dengan memperhatikan aspek estetika
untuk mendapatkan kesenangan dan kenyamanan.
2.1.2 Elemen Lansekap
Dalam merancang sebuah taman agar dapat berfungsi secara maksimal dan
estetis, perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail terhadap elemen-
elemennya (Arifin, 2006). Menurut Sulistyantara (2002) elemen taman, atau di
sebut juga unsur taman, adalah apa saja yang berkaitan dengan taman. Elemen
taman dapat dibedakan berdasarkan karakter menjadi :
1) Material Lunak (soft material)
Terdiri dari tanaman dan satwa yang ada di lahan maupun yang diadakan
pada taman. Manusia juga dapat dipandang sebagai elemen lunak yaitu
yang berkepentingan langsung (pemilik) maupun yang tidak langsung.
Dalam merencanakan taman, unsur manusia (sosial) sangat perlu di
perhatikan.
2) Material Keras (hard material)
Kelompok ini mencakup semua elemen taman yang sifat/karakternya keras
dan tidak hidup seperti : tanah, batuan, pekerasan/paving, jalan setapak,
pagar, bangunan taman, dan bangunan rumah. Elemen ini juga
memunculkan karakter yang kaku, keras, gersang dan sebagainya.
Ashihara (dalam Susanti, 2000) di dalam bukunya membagi elemen
lansekap ke dalam tiga bagian :
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 3/30
1) Hard Material : perkerasan, beton, jalan, paving block, gazebo, pagar, dan
pergola
2)
Soft Material : tanaman dengan berbagai sifat dan karakternya
3) Street Furniture : elemen pelengkap dalam tapak, seperti bangku taman,
lampu taman, kolam, dan sebagainya
Menurut Hakim (1993) pembagian elemen lansekap didasari oleh unsur
tata hijau dalamnya, yaitu :
A.
Elemen Keras (hard material) yang berupa perkerasan, bangunan dan
sebagainya. Dalam pembentukan perkerasan, dua hal yang perlu di perhatikan
adalah fungsi dan estetika (Hakim & Utomo 2003).
1. Fungsi, yaitu kegunaan dan pemanfaatan serta waktu pemakaian pada
siang atau malam hari
2. Estetika, yaitu bentuk desain, ukuran/patokan umum, material (bentuk,
tekstur, dan warna), keamanan konstruksi, pola ( pattern)
B. Elemen Lunak (soft material) yang berupa tanaman. Pemilihan jenis tanaman
didasari oleh fungsi dan peletakan tanaman. Adapun fungsi tanaman terbagi
sebagai berikut :
a. Pengendali Pandangan
-
Menahan silau yang berasal dari matahari, lampu, pantulan sinar
dari perkerasan
-
Membatasi Ruang, sebagai dinding (border ), atap (canopy dari
bentuk pohon dan pergola) dan lantai (rumput dan ground cover )
- Membentuk kesan “ privacy”
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 4/30
- Menghalangi pandangan dari hal – hal yang tidak menyenangkan
seperti sampah, galian, pembangunan, dan sebagainya.
b.
Pembatas Fisik
- Mengendalikan pergerakan manusia dan hewan, sebagai
penghalang dan mengarahkan pergerakan manusia dan hewan
c.
Pengendali Iklim
-
Menyerap panas dari sinar matahari dan memantulkannya sehingga
menghasilkan suhu yang lebih rendah
- Menahan, menyerap, dan mengalirkan angin dengan
memperhatikan tinggi, bentuk, jenis, dan kepadatan/lebar.
- Mengendalikan kelembaban
d. Pengendali Suara
- Menyerap kebisingan bagi daerah yang memerlukan ketenangan.
Kombinasi lebih dari satu jenis tanaman akan lebih efektif
menyerap kebisingan.
e. Penyaring Bau dan Debu
f. Pemberi Udara Segar
g. Pencegah Erosi
-
Mengikat tanah sehingga memperkokoh tanah dan tahan terhadap
aliran air di dalam tanah dan tiupan angin.
-
Menahan air hujan agar tidak langsung ke atas tanah
h. Habitat Hewan
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 5/30
- Membantu kelestarian hewan sebagai sumber makanan bagi hewan
dan sebagai tempat perlindungan hewan
i.
Nilai Estetis
- Menambah kualitas lingkungan dari segi warna, bentuk, tekstur, dan
skala
-
Meningkatkan nilai estetis taman dengan kombinasi beberapa tanaman
dan juga elemen lansekap lainnya
- Menciptakan pola ( pattern) bayangan pada dinding, lantai dan
sebagainya yang dapat berubah-ubah akibat dipengaruhi angin dan
waktu.
- Menciptakan suatu pemandangan yang menarik dari pola bayangan
tanaman dan refleksi dari air yang ada di kolam
- Mempertinggi kualitas lingkungan dengan memilih dan menempatkan
beberapa jenis tanaman saja dan mengelompokkannya
2.2 Teori Perkembangan Anak
Dalam penelitian tesis Weaver (2000) perkembangan anak dibagi ke dalam
empat aspek. Rumusan tahapan perkembangan anak usia 7 – 12 tahun adalah
sebagai berikut :
1)
Perkembangan Fisik
- Pertumbuhan perlahan dan terus – menerus.
- Keterampilan motorik lebih halus dan terkoordinasi.
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 6/30
- Mampu olah raga fisik dan atletik berupa bersepeda, berenang, skating,
bermain baseball, tenis, basket, dan lain - lain.
-
Pengendalian yang lebih atas tubuh, memungkinkan anak untuk duduk dan
memperhatikan dalam beberapa waktu.
-
Menguasai keterampilan motorik halus, seperti mengikat tali sepatu,
mengancing baju, menulis huruf kursif (tegak bersambung), dan mengetik.
- Bisa menggunakan tangan secara mandiri/bebas.
- Dapat bekerja pada detail kerajinan halus dan memainkan alat musik.
2) Perkambangan Bahasa
- Memori dan logika lebih baik.
- Kosa kata, sintaks, dan tata bahasa terus meningkat.
- Lebih terampil dalam belajar membaca dan menulis.
3) Perkembangan Kognitif
-
Dapat menerapkan cara/tindakan logis untuk masalah yang berhubungan
dengan dunia nyata secara pribadi
- Memahami konservasi (pemeliharaan atau perlindungan), kemampuan
mempertimbangkan, dan perubahan
- Dapat mengurutkan dan mengelompokkan
-
Memiliki pemahaman yang baik tentang angka
-
Dapat mempelajari aturan dalam sebuah permainan, tetapi hanya dapat
menggunakan satu langkah pada satu waktu (tidak bisa melihat
kemungkinan langkah ke depan)
4) Perkembangan Sosial/Psikologi
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 7/30
- Harga diri yang meningkat
- Rasa percaya diri yang berkembang
-
Teman sebaya menjadi sangat penting
- Pola pertemanan mulai muncul
2.2.1 Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Pada umumnya anak dengan usia antara 6 – 12 tahun menjalani tahapan
awal dalam pendidikan yaitu menjadi siswa sekolah dasar. Siswa sekolah dasar
memiliki karakteristik tersendiri. Karakter menurut KBBI adalah watak, tabiat
atau sifat-sifat kejiwaan. Poedjawijatna (2003) mengatakan karakter atau watak
adalah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Karakteristik siswa
adalah merupakan semua watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan
siswa dalah kehidupannya setiap saat. Perbuatan manusia tidak akan lepas dari
kondrat, dan sifat, serta bentuknya yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa
dipungkiri bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda (Hanurawan, 2007).
Karakteristik anak usia sekolah dasar menurut Sumantri dan Sukmadinata
(dalam Wardani, 2012), yaitu: (1) senang bermain; (2) senang bergerak; (3)
senang bekerja dalam kelompok; dan (4) senang merasakan atau melakukan
sesuatu secara langsung
1. Senang bermain.
Karakteristik ini mengharuskan pihak yang melaksanakan kegiatan
pendidikan menggunakan kegiatan pembelajaran yang sarat dengan unsur
permainan didalamnya, terutama untuk siswa kelas rendah (1 – 3). Pembelajaran
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 8/30
sebaiknya menggunakan metode yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal
belajar sebaiknya di susun dengan bergantian antara pelajaran yang serius seperti
matematika, agama, dengan pelajaran yang sarat dengan unsur permainan seperti
olah raga, keterampilan dan seni budaya.
2. Senang bergerak.
Berdasarkan perkembangan fisik menurut Weaver (2000) anak hanya
dapat duduk diam dan memperhatikan beberapa waktu saja, oleh karena itu
sebaiknya merancang metode belajar yang memungkinkan anak untuk berpindah
atau bergerak. Anak–anak yang disuruh untuk duduk diam untuk waktu yang lama
akan merasakannya sebagai siksaan. Rata-rata anak menghabiskan 40 menit/hari
di halaman sekolah untuk melakukan aktifitas fisik (Dessing, et.al, 2013).
Sebagian besar permainan anak–anak membutuhkan pergerakan yang signifikan,
seperti berkejar-kejaran, menangkap bola, dan sebagainya.
3. Anak senang bekerja dalam kelompok.
Masa pencapaian perkembangan anak 6 – 12 tahun juga ditandai dengan
teman sebaya menjadi sangat penting. Dalam pertemanannya dengan teman–
teman sebaya, anak belajar proses sosialisasi. Aktifitas–aktifitas yang
berkelompok juga mulai sering muncul dalam kegiatan sehari–harinya seperti
dalam hal belajar dan bermain.
4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara
langsung.
Dilihat dari teori perkembangan kognitif, dari apa yang dipelajari di
sekolah, anak dapat menghubungkan logika/konsep baru dengan logika/konsep
lama. Berdasarkan hal ini, anak akan memahami pemeliharaan atau perlimdungan,
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 9/30
mampu mempertimbangkan dan dapat membentuk konsep – konsep mengenai
angka, ruang, waktu, dan sebagainya. Bagi anak penjelasan/teori mengenai
sesuatu akan lebih dimengerti jika dilakukan sendiri atau mempraktekannya.
2.3 Kompetensi Pendidikan Sekolah Dasar
Pendidikan di sekolah dasar harus melayani kebutuhan pendidikan anak
agar dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal. Dalam
menyelenggarakan pendidikan, sekolah dasar memiliki indikator atau tolak ukur
yang dinilai dari kompetensi dasar peserta didik untuk mencapai standar
kompetensi yang telah di tentukan. Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi
kelulusan mencakup aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.
Benyamin Bloom pada tahun 1956 mengemukakan tiga tujuan pendidikan,
yang disebut Taksonomi Bloom, tersebut yaitu afektif sebagai ranah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai, kognitif sebagai ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak) atau pengetahuan, dan psikomotorik sebagai ranah yang berkaitan
dengan keterampilan dan berhubungan dengan aktifitas fisik.
Table 2.1 Karateristik Penilaian Kelompok Mata Pelajaran
NoKelompok
Mata PelajaranMata Pelajaran Aspek yang Dinilai
1 Agama dan Akhlak Mulia Pendidikan Agama Afektif dan Kognitif
2Kewarganegaraan dan
Kepribadian
Pendidikan
KewarganegaraanAfektif dan Kognitif
3Jasmani Olahraga dan
KesehatanPenjas Orkes
Psikomotorik, Afektif, dan
Kognitif
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 10/30
4 Estetika Seni Budaya Afektif dan Psikomotorik
5Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Matematika
IPA, IPS, Bahasa ,TIK
Afektif, Kognitif, dan/atau
Psikomotorik
(Sumber : Depdiknas, 2009)
Dari segi sarana dan prasarana sekolah, Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 24 Tahun 2007 mengenai sarana dan prasarana untuk sekolah dasar
mensyaratkan adanya tempat bermain/berolahraga. Tempat tersebut, yang
berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara dan
kegiatan ekstrakurikuler, berupa ruang terbuka yang sebagian di tanami pohon
penghijau. Termpat tersebut juga dilengkapi dengan sarana, seperti tiang bendera
beserta benderanya, peralatan bola voli, peralatan senam, peralatan atletik,
perlengkapan seni budaya, peralatan keterampilan, pengeras suara dan tape
recorder.
2.4. Hubungan Desain Lansekap dengan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Dasar
Tingkat aktifitas fisik anak – anak di halaman sekolah lebih tinggi dari
pada aktifitas di bagian sekolah yang lain dalam satu hari (Dessing, et. al, 2013).
Lansekap memiliki kesempatan untuk menyediakan lingkungan yang mendukung
cara – cara belajar anak. Weaver (2000) merumuskan aspek dari perancangan
lansekap pendidikan apa saja yang dapat di terapkan untuk mengakomodasi
bermain anak dalam mendukung perkembangan anak (lihat tabel 2.1). Usia 7 – 12
tahun merupakan usia sekolah dasar yang sesuai untuk evaluasi di pemukiman
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 11/30
Jamestown. Dari tabel 2.1, aspek - aspek yang dapat di akomodasi oleh desain
lansekap adalah :
1)
Aksesibiliti, bagi anak aksesibilitas berarti aman di lalui dan bebas
penghalang/rintangan, membuatnya menjadi mudah di mengerti oleh anak.
(Gambar 2.1)
Gambar 2.1 Aksesibiliti
(Sumber : Weaver, 2000)
2) Gambar dan penanda, dapat melampaui kata–kata yang tertulis, seperti
gambar yang menceritakan sebuah cerita, kata–kata sederhana ataupun detail.
(Gambar 2.2)
Gambar 2.2 Gambar dan Penanda
(Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)
3)
Kemampuan Memanipulasi, beberapa aspek lansekap harus memungkinkan
anak – anak untuk mengubah secara manual apa yg ingin mereka ciptakan
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 12/30
seperti bak pasir, tumbuhan, mainan kecil dan peralatan lainnya. (Gambar
2.3)
Gambar 2.3 Kemampuan Memanipulasi
(Sumber : Let The Children Play, 2011)
4)
Stimulasi Panca Indra, anak – anak belajar dengan baik ketika mereka
menikmati dalam menyelidiki dunia dengan panca indra mereka sendiri
(Fowler, 1993 dalam Weaver, 2000). Juga berinteraksi dengan elemen -
elemen yang mereka nyaman terhadapnya. (Gambar 2.4)
Gambar 2.4 Stimulasi Panca Indra
(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 13/30
Perkembangan Fisik Perkembangan Kognitif Perkembangan Sosial/Psikologi
M o t o r i k K a s a r
M o t o r i k H a l u s
K e t e r a m p i l a n
B a h a s a
P e r m a i n a n
P r a k t e k y a n g
F u n g s i o n a l
P e m a i n a n y a n g
k o n s t u k t i f
P e r m a i n a n y a n g
D r a m a t i k / S i m b o
- l i k
B e r m a i n d e n g a n
A t u r a n
B e r m a i n
S e n d i r i / P a s a n g -
a n
B e r m a i n P a r a l e l
B e r m a i n d e n g a n
B e r k e l o m p o k
P e m e c a h a n
M a s a l a h
H a r g a D i r i &
I d e n t i t a s
Berbagai Skala (untuk
item dibangun) • • • • • •
Lingkungan Alam • • • • • • • •
Ruang yang TidakTerdefinisi • • • • • • •
Retret dan Poin yang
Dipisah • • •
Berbagai Ukuran Sosial • • • • •
Interaksi Sosial • • • • • • •
Keanekaragaman
Lansekap • • • • • • • • • • • •
Landmark yang
permanen • •
Kelanjutan dari
Pengalaman • • • • • • • • • •
Bukti Penyelesaian • • • • • • • •
Misteri & Rasa Ingin
Tahu • • • • • • •
Pengalaman Ruang • • • •
Tantangan yang
Meluluskan • • • • • • • • • •
Tantangan yang Aman • • • • • • • • • •
Stimulasi Panca Indra • • • • • • • Kemampuan
Memanipulasi • • • • • • •
Gambar dan Penanda • • • • • •
Aksesibiliti • • • • • • • • • • • •
Tabel 2.2 Potensi Hubungan antara Pertimbangan Desain, Konsep Perkembangan dan Bermain
(Sumber : Waever, 2000)Keterangan: • = Berhubungan
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 14/30
5) Tantangan yang Aman, tantangan adalah resiko yang dapat dilihat oleh
anak dan memilih untuk dilakukan atau tidak. Anak – anak harus mengambil
resiko untuk menantang keterampilan dan keberanian mereka. (Play For All
Guidelines, 1992 dalam Weaver, 2000). (Gambar 2.5)
Gambar 2.5 Tantangan yang Aman
(Sumber : Physical Education, 2009)
6)
Tantangan yang Meluluskan, tantangan yang aman harus ideal bagi anak
dan memiliki beberapa level kesulitan untuk setiap kegiatannya seperti
balok/papan keseimbangan dan jaring kargo dengan berbagi ketinggian.
(Gambar 2.6)
Gambar 2.6 Tantangan yang Meluluskan
(Sumber : Physical Education, 2009)
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 15/30
7) Pengalaman Ruang, lansekap harus menyediakan bagian yang melatih anak
mengenai tempat, seperti diatas/dibawah, didalam/diluar, ke atas/ke bawah,
kanan/kiri, kedalaman, dan arah. Jenis elemen ruang adalah tempat yang
tinggi untuk melihat berbagai kegiatan, ruang dengan ukuran yang berbeda
untuk merangkak, naik, turun, melewati sesuatu, tempat untuk jatuh,
melompat dan mendarat dengan aman dan serangkaian pengalaman mendaki.
(Gambar 2.7)
Gambar 2.7 Pengalaman Ruang
(Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)
8) Mistery & Rasa Ingin Tahu, membiarkan anak – anak bertanya – tanya apa
yang ada di depan atau di sudut untuk menambah pengalamannya. (Gambar
2.8)
Gambar 2.8 Misteri dan Rasa Ingin Tahu
(Sumber : Acar, 2013)
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 16/30
9) Bukti Penyelesaian, penyelesaian yang dapat dibuktikan secara visual seperti
memanjat sesuatu yang tinggi, dapat dilihat semua orang, suatu tanda pada
titik penyelesaian seperti bell atau lonceng, atau dapat melihat sesuatu yang
hanya bisa dilihat dari ketinggian (Play For All Guidelines, 1992 dalam
Weaver 2000). (Gambar 2.9)
Gambar 2.9 Bukti Penyelesaian
(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)
10)
Kelanjutan Pengalaman, memberikan kesempatan bagi anak untuk
melanjutkan pengalamannya dari rumah ke sekolah, seperti permainan
puzzle, buku mewarnai harus tersedia. (Gambar 2.10)
Gambar 2.10 Kelanjutan Pengalaman
(Sumber : Physical Education, 2009)
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 17/30
11) Landmark yang Permanen, memberikan keakraban, keamanan dan identitas.
Menjadi focal point dan sebagai orienatasi atau penanda arah bagi anak –
anak. (Gambar 2.11)
Gambar 2.11 Landmark yang Permanen
(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)
12) Keanekaragaman dalam Lanskap, karena kebutuhan seiring perkembangan
anak selalu berubah – ubah, lansekap harus dapat mengakomodasinya.
Menyusun ulang, memutar atau memindakan elemen – elemen taman adalah
salah satu cara agar lanskap menjadi tetap “baru” bagi anak – anak. (Gambar
2.12)
Gambar 2.12 Keanekaragaman dalam Lanskap
(Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)
13) Interaksi Sosial, elemen lansekap yang mendorong interaksi sosial untuk
kelompok yang berbeda ukuran harus disediakan. Contohnya meliputi bangku
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 18/30
yang berkelompok, daerah duduk yang tertutup, dan tempat kecil yang
terlindungi. (Gambar 2.13)
Gambar 2.13 Interaksi Sosial
(Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)
14) Berbagai Ukuran Ruang Sosial, merekomendasikan ruang dalam lansekap
dengan furniture ukuran anak – anak, serta area privat, semi-privat, dan
publik bagi anak – anak untuk berinteraksi. (Gambar 2.14)
2.14 Berbagai Ukuran Ruang Sosial
(Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)
15) Retret dan Titik Pemisah, memberikan tempat bagi anak – anak untuk,
memikirikan mimpi mereka, menjauh dari tekanan luar, atau menonton
sebuah kelompok bermain dari kejauhan, jika mereka memilih untuk tidak
ikut – ikutan. (Gambar 2.15)
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 19/30
Gambar 2.15 Retret dan Titik Pemisah
(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)
16) Ruang yang Tidak Terdefinisi, bidang yang tidak memiliki tujuan tertentu
dapat menjadi apa pun yang diinginkan anak, sehingga mendorong
imajinasinya dalam bermain. Ruang terbuka harus cukup besar, bahkan untuk
menampung permainan yang paling enerjik sekalipun.
17) Lingkungan Alam, anak – anak sebaiknya harus dapat berdekatan dengan
berbagai vegetasi dan satwa liar di habitatnya. (Gambar 2.16)
Gambar 2.16 Lingkungan Alam
(Sumber : Acar, 2013)
18)
Berbagai Skala (untuk item buatan), unsur pendukung lansekap harus
menggunakan item dengan skala anak – anak. Contohnya tempat duduk dan
pancuran air minum. Di lingkungan sekolah penting bahwa segala furnitur
dapat di akses oleh anak – anak dari segala ketinggian.
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 20/30
2.5 Kriteria Desain Lanskap Sekolah Dasar
Sebuah organisasi yang memperhatikan fasilitas pada ruang luar sekolah
dasar umum tahun 2010 di Columbia, 21st
Century School Fund ,
mengidentifikasikan elemen kunci dari halaman sekolah yang sehat, aman dan
kaya akan ilmu. Kualitas halaman sekolah merupakan tempat yang sangat penting
bagi sekolah dasar karena aktifitas di ruang luar sangat penting untuk
pertumbuhan, kesehatan, pendidikan dan kesenangan anak-anak (21st Century
School Fund, 2011) (Gambar 2.17). Halaman sekolah yang baik di dukung oleh
beberapa hal, yaitu perkembangan anak yang sehat, pembelajaran yang
berkualitas, pemenuhan kebutuhan komunitas dan lingkungan yang berkelanjutan.
Gambar 2.17 Pelajar di Halaman Sekolah yang Baik
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
2.5.1
Perkembangan Anak yang Sehat
Area luar ruangan yang menarik mendukung pertumbuhan yang sehat
dengan menyediakan berbagai cara untuk mendorong anak-anak untuk terlibat
dalam permainan yang berhubungan dengan panca indra, permainan sosial,
permainan yang berhubungan dengan khayalan, gerakan yang aktif dan
menjelajahi lingkungan alami.
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 21/30
a. Permainan yang Berhubungan dengan Panca Indra
Anak-anak menikmati ketika mereka menggunakan sentuhan,
penglihatan, penciuman, rasa dan pendengaran saat mereka bermain dengan
aktif. Berbagai peralatan bermain yang berbeda, tekstur permukaan, pohon,
semak dan tanaman mengajak anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan
mereka dan sesuai dengan kemampuan mereka. (Gambar 2.18)
Gambar 2.18 Area Bak Pasir
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
b.
Permainan Sosial
Permainan sosial yang tidak serius sangat penting untuk perkembangan
yang sehat. Permainan kreatif dengan “aturan-anak” yang dinegosiasikan dan
bentuk kerja sama yang sama pentingnya dengan olahraga tim yang
teroganisir. (Gambar 2.19)
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 22/30
Gambar 2.19 Waktu Bermain yang Bebas
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
c. Permainan yang Berhubungan dengan Khayalan
Tempat yang mengajak anak-anak dalam permainan fantasy dapat
meningkatkan keterampilan seperti kreaktivitas, komunikasi dan pemecahan
masalah. Halaman sekolah dapat menciptakan permainan imajiner dengan
fitur yang dapat memunculkan imajinasi tetapi tidak terlalu di rancang,
meninggalkan banyak ruang dan material untuk improvisasi. (Gambar 2.20)
Gambar 2.20 Fitur-fitur untuk Memanjat atau Tempat Duduk(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
d. Gerakan yang Aktif
Akibat tingkat obesitas di kalangan anak-anak semakin meningkat, waktu
bermain dengan aktif menjadi sangat penting. Guru akan lebih sering
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 23/30
membawa anak-anak ke luar ruangan ketika halaman sekolah menarik untuk
dikunjungi. Selain jenis permukaan yang kasar untuk kegiatan lompat tali dan
basket, penting untuk memiliki daerah berumput untuk olah raga lapangan
yang terorganisir atau hanya permainan yang tidak serius. (Gambar 2.21)
Gambar 2.21 Permainan Ayunan
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
e. Menjelajahi Lingkungan Alami
Setiap anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai jenis
rumput, semak, tanaman, serangga, pohon dan bahan-bahan alami yang
ditanam dengan sebaik-baiknya di halaman sekolah. (Gambar 2.22)
Gambar 2.22 Kebun Bunga Liar dan Rak-rak Tanaman
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 24/30
2.5.2 Pembelajaran yang Berkualitas
Kegiatan di luar ruangan dapat memperluas pengalaman belajar dan
mendorong permainan yang tidak terstruktur dan interaksi sosial. Ruang luar
harus di gunakan secara teratur untuk kegiatan-kegiatan kelas di ruang luar,
pendekatan ilmu lingkungan, kebun sekolah dan pembelajaran mengenai gizi dan
pendidikan jasmani. Kegiatan di luar ruangan juga berkontribusi terhadap
pembelajaran dangan meningkatkan fokus dan perhatian anak-anak setelah
mereka kembali ke dalam ruangan.
a. Pembelajaran di Luar Ruang
Ruang kelas di luar dibutuhkan untuk berbagai kegiatan yang dibimbing
oleh guru yang membutuhkan ruangan lebar dan tidak sesuai untuk di dalam
ruangan, seperti percobaan sains, proyek seni atau pembelajaran langsung
ilmu lingkungan. Siswa juga menikmatin memiliki tempat yang tenang untuk
membaca dengan bebas, menulis atau menggambar. Ruang di luar dapat juga
menampung kegiatan acara theater dan drama yang tidak terencana. (Gambar
2.23)
Gambar 2.23 Ruang Kelas di Luar
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 25/30
b. Ilmu Lingkungan
Pengajaran ilmu lingkungan yang efektif sering berisi tentang
pengalaman ruang luar yang rumit. Hanya ada beberapa contoh yang
mempelajari perkembangan tanaman atau pengamatan serangga atau
pembelajaran tentang erosi. (Gambar 2.24)
Gambar 2.24 Pelajaran Pembiakan Lebah
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
c. Pendidikan Fisik
Ruang atletik yang baik merupakan komponen penting sekolah.
Berpartisipasi dalam olahraga yang teroganisir dapat menguntungkan bagi
anak-anak karena dapat membangun pondasi yang menyehatkan untuk
hidupnya kelak. Permainan dengan tim yang teroganisir memberikan nilai
lebih yang dapat digunakan anak di tempat bekerjanya saat mereka dewasa.
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 26/30
Gambar 2.25 Jalur Lari Kecil dan Lapangan Voly
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
d. Kebun Sayur Sekolah
Kebun sekolah adalah cara yang menyenangkan untuk anak-anak dan
keluarga untuk menghargai bagaimana makanan tumbuh. Ketika anak
memiliki kesempatan untuk menanam dan memanen buah-buahan dan
sayuran, mereka mendapatkan pembelajaran langsung mengenai gizi dan
mulai memahami pentingnya pertanian. (Gambar 2.26)
Gambar 2.26 Memelihara Rak-rak Kebun dengan Gang yang Lebar
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
e.
Desain Tempat Bermain untuk Semua Kalangan
Berbagai kegiatan di halaman sekolah sangat penting bagi semua anak,
termasuk anak-anak dengan cacat fisik. Area bermain dan ruang kelas di luar
ruangan yang di rancang dengan jalur lebar, ayunan khusus dan pelataran
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 27/30
dengan perbedaan jarak yang rendah dapat menampung semua anak. (Gambar
2.27)
Gambar 2.27 Area Bermain yang Mudah di Akses
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
2.5.3
Pemenuhan Kebutuhan Komunitas
Halaman sekolah yang berkualitas tinggi dapat berkontribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan komunitas masyarakat. Halaman tersebut dapat
menyediakan ruang hijau, matahari, keteduhan dan habitat alami yang
menyenangkan bagi masyarakat sekitar yang dekat dengan sekolah. Sekolah
penting sebagai dengan taman masyarakat, kebun masyarakat dan tempat
pertemuan masyarakat sekitar. (Gambar 2.28)
Halaman sekolah dasar adalah sebuah cerminan dari sebagian besar
lingkungan sekitar. Tempat tersebut sering berfungsi sebagai pusat untuk kegiatan
masyarakat dengan menggunakannya setelah pulang sekolah atau akhir pekan,
menyediakan ruang terbuka publik untuk anak-anak, remaja dan masyarakat dari
segala usia.
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 28/30
Gambar 2.28 Latihan Baseball di Minggu Sore
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
Halaman sekolah yang terawat dapat menarik pengguna yang bertanggung
jawab dalam membantu memastikan keselamatan publik. Sekolah dengan daerah
bermain di luar yang terlihat dari jalan secara tidak langsung dapat diawasi oleh
lingkungan sekitar dan menjadi tempat yang aman. (Gambar 2.29)
Gambar 2.29 Pohon Peneduh Tempat Bermain
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
Halaman sekolah adalah komponen inti yang penting dalam infrastruktur
sebuah kota. Hal tersebut di sebabkan tersedianya ruang terbuka publik di daerah
perkotaan yang padat perkembangannya, seperti meningkatkan kualitas udara,
menyediakan kesempatan untuk berekreasi dan hingga dapat meningkatkan taraf
hidup. (Gambar 2.30)
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 29/30
Gambar 2.30 Deretan Rumah, Jalan dan Area Parkir di Sekitar Sekolah
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
2.5.4
Lingkungan yang Berkelanjutan
Masyarakat bisa meningkatkan halaman sekolah dengan merancang proses
untuk menciptakan dan memelihara halaman sekolah yang berkualitas. Halaman
sekolah yang berkualitas tinggi muncul bersamaan ketika orang tua, guru dan
anggota masyarakat menanamkan niat untuk meningkatkan sekolah beserta
lingkungannya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan menilai sekolah yang ada,
membayangkan kualitas halaman sekolah yang ingin di capai, mengembangkan
dan merencanakan halaman sekolah yang berkualitas dengan master plan,
melaksanakannya, dan memelihara halaman sekolah yang telah di bangun
bersama-sama. Pemeliharaan yang terorganisir dapat di lakukan oleh masyarakat
itu sendiri atau dengan bantuan relawan yang telah dikoordinasi. (Gambar 2.31)
Universitas Sumatera Utara
7/21/2019 Chapter II 2
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 30/30
Gambar 2.31 Menanam Pohon di Tempat Baru
(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
2.6 Kesimpulan
Dari kajian literatur di dapat bahwa beberapa kualitas elemen lansekap
yang dapat mengakomodasi akifitas anak di sekolah dasar untuk mendukung
perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan sosial anak dapat dilihat dari
jenis material keras dan lunak yang ada di lingkungan sekolahnya, seperti gambar
dan penanda, elemen yang digunakan untuk bermain, elemen yang menambah
kreatifitas dan elemen yang mendorong interaksi sosial, seperti jenis
perabot/ruang luar yang digunakan untuk beraktifitas, ukuran perabot/ruang luar,
letak dan bentuk perabot.