chapter ii 2

30
7/21/2019 Chapter II 2 http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 1/30  BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perancangan Lansekap 2.1.1 Definisi Lansekap Sebuah rancangan arsitektur haruslah memperhatikan kondisi alam sekitar, elemen-elemen alam seperti topografi, vegetasi dan margasatwa, iklim, tanah dan air haruslah di perhatikan dalam perencanaan sebuah tapak (Katanesse,1980 dalam Susanti, 2000). Pengertian lansekap yang banyak di persepsikan oleh para ahli perancang dan para ahli kebun ialah kenampakan asli dan aspek estektika (Naveh, 1984). Kier (1979) mengartikan lansekap sebagai hubungan antara komponen biotik dan abiotik, termasuk komponen yang berpengaruh terhadap manusia, yang terdapat di dalam suatu sistem yang menyeluruh dan membutuhkan analisa dan konsep yang terpadu. Neef (1967) (dalam Klink, et. al. 2002) memberi  pengertian lanskap adalah keharmonisan stuktur dan proses yang di tandai dari sifat karakter sebagian permukaan bumi Menurut Suharto (dalam Susanti, 2000) lansekap mencakup semua elemen  pada wajak/karakter tapak, baik elemen alami ( natural landscape), elemen buatan (artificial landscape) dan penghuni atau makhluk hidup yang ada di dalamnya (termasuk manusia). Berarti juga sebidang lahan berpagar yang di gunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Dari pengertian –  pengertian beberapa ahli diatas dapat di katakan bahwa lansekap merupakan suatu Universitas Sumatera Utara

Upload: rahmatking

Post on 05-Mar-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

landscape

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 1/30

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perancangan Lansekap

2.1.1 Definisi Lansekap

Sebuah rancangan arsitektur haruslah memperhatikan kondisi alam sekitar,

elemen-elemen alam seperti topografi, vegetasi dan margasatwa, iklim, tanah dan

air haruslah di perhatikan dalam perencanaan sebuah tapak (Katanesse,1980

dalam Susanti, 2000). Pengertian lansekap yang banyak di persepsikan oleh para

ahli perancang dan para ahli kebun ialah kenampakan asli dan aspek estektika

(Naveh, 1984). Kier (1979) mengartikan lansekap sebagai hubungan antara

komponen biotik dan abiotik, termasuk komponen yang berpengaruh terhadap

manusia, yang terdapat di dalam suatu sistem yang menyeluruh dan membutuhkan

analisa dan konsep yang terpadu. Neef (1967) (dalam Klink, et. al. 2002) memberi

 pengertian lanskap adalah keharmonisan stuktur dan proses yang di tandai dari

sifat karakter sebagian permukaan bumi

Menurut Suharto (dalam Susanti, 2000) lansekap mencakup semua elemen

 pada wajak/karakter tapak, baik elemen alami (natural landscape), elemen buatan

(artificial landscape) dan penghuni atau makhluk hidup yang ada di dalamnya

(termasuk manusia). Berarti juga sebidang lahan berpagar yang di gunakan untuk

mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Dari pengertian –

 pengertian beberapa ahli diatas dapat di katakan bahwa lansekap merupakan suatu

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 2/30

 perencanaan antara manusia dan lingkungan yang mencakup semua elemen alam,

 baik yang buatan maupun yang alamiah, dengan memperhatikan aspek estetika

untuk mendapatkan kesenangan dan kenyamanan.

2.1.2 Elemen Lansekap

Dalam merancang sebuah taman agar dapat berfungsi secara maksimal dan

estetis, perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail terhadap elemen-

elemennya (Arifin, 2006). Menurut Sulistyantara (2002) elemen taman, atau di

sebut juga unsur taman, adalah apa saja yang berkaitan dengan taman. Elemen

taman dapat dibedakan berdasarkan karakter menjadi :

1) Material Lunak (soft material)

Terdiri dari tanaman dan satwa yang ada di lahan maupun yang diadakan

 pada taman. Manusia juga dapat dipandang sebagai elemen lunak yaitu

yang berkepentingan langsung (pemilik) maupun yang tidak langsung.

Dalam merencanakan taman, unsur manusia (sosial) sangat perlu di

 perhatikan.

2) Material Keras (hard material)

Kelompok ini mencakup semua elemen taman yang sifat/karakternya keras

dan tidak hidup seperti : tanah, batuan, pekerasan/paving, jalan setapak,

 pagar, bangunan taman, dan bangunan rumah. Elemen ini juga

memunculkan karakter yang kaku, keras, gersang dan sebagainya.

Ashihara (dalam Susanti, 2000) di dalam bukunya membagi elemen

lansekap ke dalam tiga bagian :

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 3/30

1)   Hard Material : perkerasan, beton, jalan, paving block, gazebo, pagar, dan

 pergola

2) 

Soft Material : tanaman dengan berbagai sifat dan karakternya

3)  Street Furniture  : elemen pelengkap dalam tapak, seperti bangku taman,

lampu taman, kolam, dan sebagainya

Menurut Hakim (1993) pembagian elemen lansekap didasari oleh unsur

tata hijau dalamnya, yaitu :

A. 

Elemen Keras (hard material) yang berupa perkerasan, bangunan dan

sebagainya. Dalam pembentukan perkerasan, dua hal yang perlu di perhatikan

adalah fungsi dan estetika (Hakim & Utomo 2003).

1.  Fungsi, yaitu kegunaan dan pemanfaatan serta waktu pemakaian pada

siang atau malam hari

2.  Estetika, yaitu bentuk desain, ukuran/patokan umum, material (bentuk,

tekstur, dan warna), keamanan konstruksi, pola ( pattern)

B.  Elemen Lunak (soft material) yang berupa tanaman. Pemilihan jenis tanaman

didasari oleh fungsi dan peletakan tanaman. Adapun fungsi tanaman terbagi

sebagai berikut :

a.  Pengendali Pandangan

Menahan silau yang berasal dari matahari, lampu, pantulan sinar

dari perkerasan

Membatasi Ruang, sebagai dinding (border ), atap (canopy  dari

 bentuk pohon dan pergola) dan lantai (rumput dan ground cover )

-  Membentuk kesan “ privacy”

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 4/30

-  Menghalangi pandangan dari hal – hal yang tidak menyenangkan

seperti sampah, galian, pembangunan, dan sebagainya.

 b. 

Pembatas Fisik

-  Mengendalikan pergerakan manusia dan hewan, sebagai

 penghalang dan mengarahkan pergerakan manusia dan hewan

c. 

Pengendali Iklim

Menyerap panas dari sinar matahari dan memantulkannya sehingga

menghasilkan suhu yang lebih rendah

-  Menahan, menyerap, dan mengalirkan angin dengan

memperhatikan tinggi, bentuk, jenis, dan kepadatan/lebar.

-  Mengendalikan kelembaban

d.  Pengendali Suara

-  Menyerap kebisingan bagi daerah yang memerlukan ketenangan.

Kombinasi lebih dari satu jenis tanaman akan lebih efektif

menyerap kebisingan.

e.  Penyaring Bau dan Debu

f.  Pemberi Udara Segar

g.  Pencegah Erosi

Mengikat tanah sehingga memperkokoh tanah dan tahan terhadap

aliran air di dalam tanah dan tiupan angin.

Menahan air hujan agar tidak langsung ke atas tanah

h.  Habitat Hewan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 5/30

-  Membantu kelestarian hewan sebagai sumber makanan bagi hewan

dan sebagai tempat perlindungan hewan

i. 

 Nilai Estetis

-  Menambah kualitas lingkungan dari segi warna, bentuk, tekstur, dan

skala

Meningkatkan nilai estetis taman dengan kombinasi beberapa tanaman

dan juga elemen lansekap lainnya

-  Menciptakan pola ( pattern) bayangan pada dinding, lantai dan

sebagainya yang dapat berubah-ubah akibat dipengaruhi angin dan

waktu.

-  Menciptakan suatu pemandangan yang menarik dari pola bayangan

tanaman dan refleksi dari air yang ada di kolam

-  Mempertinggi kualitas lingkungan dengan memilih dan menempatkan

 beberapa jenis tanaman saja dan mengelompokkannya

2.2 Teori Perkembangan Anak

Dalam penelitian tesis Weaver (2000) perkembangan anak dibagi ke dalam

empat aspek. Rumusan tahapan perkembangan anak usia 7 – 12 tahun adalah

sebagai berikut :

1) 

Perkembangan Fisik

-  Pertumbuhan perlahan dan terus – menerus.

-  Keterampilan motorik lebih halus dan terkoordinasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 6/30

-  Mampu olah raga fisik dan atletik berupa bersepeda, berenang, skating,

 bermain baseball, tenis, basket, dan lain - lain.

Pengendalian yang lebih atas tubuh, memungkinkan anak untuk duduk dan

memperhatikan dalam beberapa waktu.

Menguasai keterampilan motorik halus, seperti mengikat tali sepatu,

mengancing baju, menulis huruf kursif (tegak bersambung), dan mengetik.

-  Bisa menggunakan tangan secara mandiri/bebas.

-  Dapat bekerja pada detail kerajinan halus dan memainkan alat musik.

2)  Perkambangan Bahasa

-  Memori dan logika lebih baik.

-  Kosa kata, sintaks, dan tata bahasa terus meningkat.

-  Lebih terampil dalam belajar membaca dan menulis.

3)  Perkembangan Kognitif

Dapat menerapkan cara/tindakan logis untuk masalah yang berhubungan

dengan dunia nyata secara pribadi

-  Memahami konservasi (pemeliharaan atau perlindungan), kemampuan

mempertimbangkan, dan perubahan

-  Dapat mengurutkan dan mengelompokkan

Memiliki pemahaman yang baik tentang angka

Dapat mempelajari aturan dalam sebuah permainan, tetapi hanya dapat

menggunakan satu langkah pada satu waktu (tidak bisa melihat

kemungkinan langkah ke depan)

4)  Perkembangan Sosial/Psikologi

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 7/30

-  Harga diri yang meningkat

-  Rasa percaya diri yang berkembang

Teman sebaya menjadi sangat penting

-  Pola pertemanan mulai muncul

2.2.1 Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Pada umumnya anak dengan usia antara 6 – 12 tahun menjalani tahapan

awal dalam pendidikan yaitu menjadi siswa sekolah dasar. Siswa sekolah dasar

memiliki karakteristik tersendiri. Karakter menurut KBBI adalah watak, tabiat

atau sifat-sifat kejiwaan. Poedjawijatna (2003) mengatakan karakter atau watak

adalah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Karakteristik siswa

adalah merupakan semua watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan

siswa dalah kehidupannya setiap saat. Perbuatan manusia tidak akan lepas dari

kondrat, dan sifat, serta bentuknya yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa

dipungkiri bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda (Hanurawan, 2007).

Karakteristik anak usia sekolah dasar menurut Sumantri dan Sukmadinata

(dalam Wardani, 2012), yaitu: (1) senang bermain; (2) senang bergerak; (3)

senang bekerja dalam kelompok; dan (4) senang merasakan atau melakukan

sesuatu secara langsung

1.  Senang bermain.

Karakteristik ini mengharuskan pihak yang melaksanakan kegiatan

 pendidikan menggunakan kegiatan pembelajaran yang sarat dengan unsur

 permainan didalamnya, terutama untuk siswa kelas rendah (1 – 3). Pembelajaran

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 8/30

sebaiknya menggunakan metode yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal

 belajar sebaiknya di susun dengan bergantian antara pelajaran yang serius seperti

matematika, agama, dengan pelajaran yang sarat dengan unsur permainan seperti

olah raga, keterampilan dan seni budaya.

2.  Senang bergerak.

Berdasarkan perkembangan fisik menurut Weaver (2000) anak hanya

dapat duduk diam dan memperhatikan beberapa waktu saja, oleh karena itu

sebaiknya merancang metode belajar yang memungkinkan anak untuk berpindah

atau bergerak. Anak–anak yang disuruh untuk duduk diam untuk waktu yang lama

akan merasakannya sebagai siksaan. Rata-rata anak menghabiskan 40 menit/hari

di halaman sekolah untuk melakukan aktifitas fisik (Dessing, et.al, 2013).

Sebagian besar permainan anak–anak membutuhkan pergerakan yang signifikan,

seperti berkejar-kejaran, menangkap bola, dan sebagainya.

3. Anak senang bekerja dalam kelompok.

Masa pencapaian perkembangan anak 6 – 12 tahun juga ditandai dengan

teman sebaya menjadi sangat penting. Dalam pertemanannya dengan teman– 

teman sebaya, anak belajar proses sosialisasi. Aktifitas–aktifitas yang

 berkelompok juga mulai sering muncul dalam kegiatan sehari–harinya seperti

dalam hal belajar dan bermain.

4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara

langsung.

Dilihat dari teori perkembangan kognitif, dari apa yang dipelajari di

sekolah, anak dapat menghubungkan logika/konsep baru dengan logika/konsep

lama. Berdasarkan hal ini, anak akan memahami pemeliharaan atau perlimdungan,

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 9/30

mampu mempertimbangkan dan dapat membentuk konsep – konsep mengenai

angka, ruang, waktu, dan sebagainya. Bagi anak penjelasan/teori mengenai

sesuatu akan lebih dimengerti jika dilakukan sendiri atau mempraktekannya.

2.3 Kompetensi Pendidikan Sekolah Dasar

Pendidikan di sekolah dasar harus melayani kebutuhan pendidikan anak

agar dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal. Dalam

menyelenggarakan pendidikan, sekolah dasar memiliki indikator atau tolak ukur

yang dinilai dari kompetensi dasar peserta didik untuk mencapai standar

kompetensi yang telah di tentukan. Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi

kelulusan mencakup aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.

Benyamin Bloom pada tahun 1956 mengemukakan tiga tujuan pendidikan,

yang disebut Taksonomi Bloom, tersebut yaitu afektif sebagai ranah yang

 berkaitan dengan sikap dan nilai, kognitif sebagai ranah yang mencakup kegiatan

mental (otak) atau pengetahuan, dan psikomotorik sebagai ranah yang berkaitan

dengan keterampilan dan berhubungan dengan aktifitas fisik.

Table 2.1 Karateristik Penilaian Kelompok Mata Pelajaran 

NoKelompok

Mata PelajaranMata Pelajaran Aspek yang Dinilai

1 Agama dan Akhlak Mulia Pendidikan Agama Afektif dan Kognitif

2Kewarganegaraan dan

Kepribadian

Pendidikan

KewarganegaraanAfektif dan Kognitif

3Jasmani Olahraga dan

KesehatanPenjas Orkes

Psikomotorik, Afektif, dan

Kognitif

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 10/30

4 Estetika Seni Budaya Afektif dan Psikomotorik

5Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi

Matematika

IPA, IPS, Bahasa ,TIK

Afektif, Kognitif, dan/atau

Psikomotorik

(Sumber : Depdiknas, 2009)

Dari segi sarana dan prasarana sekolah, Peraturan Menteri Pendidikan

 Nasional No. 24 Tahun 2007 mengenai sarana dan prasarana untuk sekolah dasar

mensyaratkan adanya tempat bermain/berolahraga. Tempat tersebut, yang

 berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara dan

kegiatan ekstrakurikuler, berupa ruang terbuka yang sebagian di tanami pohon

 penghijau. Termpat tersebut juga dilengkapi dengan sarana, seperti tiang bendera

 beserta benderanya, peralatan bola voli, peralatan senam, peralatan atletik,

 perlengkapan seni budaya, peralatan keterampilan, pengeras suara dan tape

recorder.

2.4. Hubungan Desain Lansekap dengan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Dasar

Tingkat aktifitas fisik anak – anak di halaman sekolah lebih tinggi dari

 pada aktifitas di bagian sekolah yang lain dalam satu hari (Dessing, et. al, 2013).

Lansekap memiliki kesempatan untuk menyediakan lingkungan yang mendukung

cara – cara belajar anak. Weaver (2000) merumuskan aspek dari perancangan

lansekap pendidikan apa saja yang dapat di terapkan untuk mengakomodasi

 bermain anak dalam mendukung perkembangan anak (lihat tabel 2.1). Usia 7 – 12

tahun merupakan usia sekolah dasar yang sesuai untuk evaluasi di pemukiman

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 11/30

Jamestown. Dari tabel 2.1, aspek - aspek yang dapat di akomodasi oleh desain

lansekap adalah :

1) 

Aksesibiliti, bagi anak aksesibilitas berarti aman di lalui dan bebas

 penghalang/rintangan, membuatnya menjadi mudah di mengerti oleh anak.

(Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Aksesibiliti

(Sumber : Weaver, 2000)

2)  Gambar dan penanda, dapat melampaui kata–kata yang tertulis, seperti

gambar yang menceritakan sebuah cerita, kata–kata sederhana ataupun detail.

(Gambar 2.2)

Gambar 2.2 Gambar dan Penanda

(Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

3) 

Kemampuan Memanipulasi, beberapa aspek lansekap harus memungkinkan

anak – anak untuk mengubah secara manual apa yg ingin mereka ciptakan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 12/30

seperti bak pasir, tumbuhan, mainan kecil dan peralatan lainnya. (Gambar

2.3)

Gambar 2.3 Kemampuan Memanipulasi

(Sumber : Let The Children Play, 2011)

4) 

Stimulasi Panca Indra, anak – anak belajar dengan baik ketika mereka

menikmati dalam menyelidiki dunia dengan panca indra mereka sendiri

(Fowler, 1993 dalam Weaver, 2000). Juga berinteraksi dengan elemen -

elemen yang mereka nyaman terhadapnya. (Gambar 2.4)

Gambar 2.4 Stimulasi Panca Indra

(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 13/30

 

Perkembangan Fisik Perkembangan Kognitif Perkembangan Sosial/Psikologi

   M  o   t  o  r   i   k   K  a  s  a  r

   M  o   t  o  r   i   k   H  a   l  u  s

   K  e   t  e  r  a  m  p   i   l  a  n

   B  a   h  a  s  a

   P  e  r  m  a   i  n  a  n

   P  r  a   k   t  e   k  y  a  n  g

   F  u  n  g  s   i  o  n  a   l

   P  e  m  a   i  n  a  n  y  a  n  g

   k  o  n  s   t  u   k   t   i   f

   P  e  r  m  a   i  n  a  n  y  a  n  g

   D  r  a  m  a   t   i   k   /   S   i  m   b  o

  -   l   i   k

   B  e  r  m  a   i  n   d  e  n  g  a  n

   A   t  u  r  a  n

   B  e  r  m  a   i  n

   S  e  n   d   i  r   i   /   P  a  s  a  n  g  -

  a  n

   B  e  r  m  a   i  n   P  a  r  a   l  e   l

   B  e  r  m  a   i  n   d  e  n  g  a  n

   B  e  r   k  e   l  o  m  p  o   k

   P  e  m  e  c  a   h  a  n

   M  a  s  a   l  a   h

   H  a  r  g  a   D   i  r   i   &

   I   d  e  n   t   i   t  a  s

Berbagai Skala (untuk

item dibangun)  •  •  •  •  •  • 

Lingkungan Alam  •  •  •  •  •  •  •  • 

Ruang yang TidakTerdefinisi  •  •  •  •  •  •  • 

Retret dan Poin yang

Dipisah  •  •  • 

Berbagai Ukuran Sosial  •  •  •  •  • 

Interaksi Sosial  •  •  •  •  •  •  • 

Keanekaragaman

Lansekap  •  •  •  •  •  •  •  •  •  •  •  • 

Landmark yang

 permanen  •  • 

Kelanjutan dari

Pengalaman  •  •  •  •  •  •  •  •  •  • 

Bukti Penyelesaian  •  •  •  •  •  •  •  • 

Misteri & Rasa Ingin

Tahu  •  •  •  •  •  •  • 

Pengalaman Ruang  •  •  •  • 

Tantangan yang

Meluluskan  •  •  •  •  •  •  •  •  •  • 

Tantangan yang Aman  •  •  •  •  •  •  •  •  •  • 

Stimulasi Panca Indra  •  •  •  •  •  •  • Kemampuan

Memanipulasi  •  •  •  •  •  •  • 

Gambar dan Penanda  •  •  •  •  •  • 

Aksesibiliti  •  •  •  •  •  •  •  •  •  •  •  • 

Tabel 2.2 Potensi Hubungan antara Pertimbangan Desain, Konsep Perkembangan dan Bermain 

(Sumber : Waever, 2000)Keterangan: • = Berhubungan 

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 14/30

5)  Tantangan yang Aman, tantangan adalah resiko yang dapat dilihat oleh

anak dan memilih untuk dilakukan atau tidak. Anak – anak harus mengambil

resiko untuk menantang keterampilan dan keberanian mereka. (Play For All

Guidelines, 1992 dalam Weaver, 2000). (Gambar 2.5)

Gambar 2.5 Tantangan yang Aman

(Sumber : Physical Education, 2009)

6) 

Tantangan yang Meluluskan, tantangan yang aman harus ideal bagi anak

dan memiliki beberapa level kesulitan untuk setiap kegiatannya seperti

 balok/papan keseimbangan dan jaring kargo dengan berbagi ketinggian.

(Gambar 2.6)

Gambar 2.6 Tantangan yang Meluluskan

(Sumber : Physical Education, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 15/30

7)  Pengalaman Ruang, lansekap harus menyediakan bagian yang melatih anak

mengenai tempat, seperti diatas/dibawah, didalam/diluar, ke atas/ke bawah,

kanan/kiri, kedalaman, dan arah. Jenis elemen ruang adalah tempat yang

tinggi untuk melihat berbagai kegiatan, ruang dengan ukuran yang berbeda

untuk merangkak, naik, turun, melewati sesuatu, tempat untuk jatuh,

melompat dan mendarat dengan aman dan serangkaian pengalaman mendaki.

(Gambar 2.7)

Gambar 2.7 Pengalaman Ruang

(Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

8)  Mistery & Rasa Ingin Tahu, membiarkan anak – anak bertanya – tanya apa

yang ada di depan atau di sudut untuk menambah pengalamannya. (Gambar

2.8)

Gambar 2.8 Misteri dan Rasa Ingin Tahu

(Sumber : Acar, 2013)

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 16/30

9)  Bukti Penyelesaian, penyelesaian yang dapat dibuktikan secara visual seperti

memanjat sesuatu yang tinggi, dapat dilihat semua orang, suatu tanda pada

titik penyelesaian seperti bell atau lonceng, atau dapat melihat sesuatu yang

hanya bisa dilihat dari ketinggian (Play For All Guidelines, 1992 dalam

Weaver 2000). (Gambar 2.9)

Gambar 2.9 Bukti Penyelesaian

(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)

10) 

Kelanjutan Pengalaman, memberikan kesempatan bagi anak untuk

melanjutkan pengalamannya dari rumah ke sekolah, seperti permainan

 puzzle, buku mewarnai harus tersedia. (Gambar 2.10)

Gambar 2.10 Kelanjutan Pengalaman

(Sumber : Physical Education, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 17/30

11)  Landmark yang Permanen, memberikan keakraban, keamanan dan identitas.

Menjadi  focal point   dan sebagai orienatasi atau penanda arah bagi anak –

anak. (Gambar 2.11)

Gambar 2.11 Landmark yang Permanen

(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)

12) Keanekaragaman dalam Lanskap, karena kebutuhan seiring perkembangan

anak selalu berubah – ubah, lansekap harus dapat mengakomodasinya.

Menyusun ulang, memutar atau memindakan elemen – elemen taman adalah

salah satu cara agar lanskap menjadi tetap “baru” bagi anak – anak. (Gambar

2.12)

Gambar 2.12 Keanekaragaman dalam Lanskap

(Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

13) Interaksi Sosial, elemen lansekap yang mendorong interaksi sosial untuk

kelompok yang berbeda ukuran harus disediakan. Contohnya meliputi bangku

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 18/30

yang berkelompok, daerah duduk yang tertutup, dan tempat kecil yang

terlindungi. (Gambar 2.13)

Gambar 2.13 Interaksi Sosial

(Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

14) Berbagai Ukuran Ruang Sosial, merekomendasikan ruang dalam lansekap

dengan furniture ukuran anak – anak, serta area privat, semi-privat, dan

 publik bagi anak – anak untuk berinteraksi. (Gambar 2.14)

2.14 Berbagai Ukuran Ruang Sosial

(Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

15) Retret dan Titik Pemisah, memberikan tempat bagi anak – anak untuk,

memikirikan mimpi mereka, menjauh dari tekanan luar, atau menonton

sebuah kelompok bermain dari kejauhan, jika mereka memilih untuk tidak

ikut – ikutan. (Gambar 2.15)

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 19/30

 Gambar 2.15 Retret dan Titik Pemisah

(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)

16) Ruang yang Tidak Terdefinisi, bidang yang tidak memiliki tujuan tertentu

dapat menjadi apa pun yang diinginkan anak, sehingga mendorong

imajinasinya dalam bermain. Ruang terbuka harus cukup besar, bahkan untuk

menampung permainan yang paling enerjik sekalipun.

17) Lingkungan Alam, anak – anak sebaiknya harus dapat berdekatan dengan

 berbagai vegetasi dan satwa liar di habitatnya. (Gambar 2.16)

Gambar 2.16 Lingkungan Alam

(Sumber : Acar, 2013)

18) 

Berbagai Skala (untuk item buatan), unsur pendukung lansekap harus

menggunakan item dengan skala anak – anak. Contohnya tempat duduk dan

 pancuran air minum. Di lingkungan sekolah penting bahwa segala furnitur

dapat di akses oleh anak – anak dari segala ketinggian.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 20/30

2.5 Kriteria Desain Lanskap Sekolah Dasar

Sebuah organisasi yang memperhatikan fasilitas pada ruang luar sekolah

dasar umum tahun 2010 di Columbia, 21st 

  Century School Fund ,

mengidentifikasikan elemen kunci dari halaman sekolah yang sehat, aman dan

kaya akan ilmu. Kualitas halaman sekolah merupakan tempat yang sangat penting

 bagi sekolah dasar karena aktifitas di ruang luar sangat penting untuk

 pertumbuhan, kesehatan, pendidikan dan kesenangan anak-anak (21st  Century

School Fund, 2011) (Gambar 2.17). Halaman sekolah yang baik di dukung oleh

 beberapa hal, yaitu perkembangan anak yang sehat, pembelajaran yang

 berkualitas, pemenuhan kebutuhan komunitas dan lingkungan yang berkelanjutan.

Gambar 2.17 Pelajar di Halaman Sekolah yang Baik

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

2.5.1 

Perkembangan Anak yang Sehat

Area luar ruangan yang menarik mendukung pertumbuhan yang sehat

dengan menyediakan berbagai cara untuk mendorong anak-anak untuk terlibat

dalam permainan yang berhubungan dengan panca indra, permainan sosial,

 permainan yang berhubungan dengan khayalan, gerakan yang aktif dan

menjelajahi lingkungan alami.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 21/30

a.  Permainan yang Berhubungan dengan Panca Indra

Anak-anak menikmati ketika mereka menggunakan sentuhan,

 penglihatan, penciuman, rasa dan pendengaran saat mereka bermain dengan

aktif. Berbagai peralatan bermain yang berbeda, tekstur permukaan, pohon,

semak dan tanaman mengajak anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan

mereka dan sesuai dengan kemampuan mereka. (Gambar 2.18)

Gambar 2.18 Area Bak Pasir

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

 b. 

Permainan Sosial

Permainan sosial yang tidak serius sangat penting untuk perkembangan

yang sehat. Permainan kreatif dengan “aturan-anak” yang dinegosiasikan dan

 bentuk kerja sama yang sama pentingnya dengan olahraga tim yang

teroganisir. (Gambar 2.19)

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 22/30

 Gambar 2.19 Waktu Bermain yang Bebas

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

c.  Permainan yang Berhubungan dengan Khayalan

Tempat yang mengajak anak-anak dalam permainan fantasy dapat

meningkatkan keterampilan seperti kreaktivitas, komunikasi dan pemecahan

masalah. Halaman sekolah dapat menciptakan permainan imajiner dengan

fitur yang dapat memunculkan imajinasi tetapi tidak terlalu di rancang,

meninggalkan banyak ruang dan material untuk improvisasi. (Gambar 2.20)

Gambar 2.20 Fitur-fitur untuk Memanjat atau Tempat Duduk(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

d.  Gerakan yang Aktif

Akibat tingkat obesitas di kalangan anak-anak semakin meningkat, waktu

 bermain dengan aktif menjadi sangat penting. Guru akan lebih sering

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 23/30

membawa anak-anak ke luar ruangan ketika halaman sekolah menarik untuk

dikunjungi. Selain jenis permukaan yang kasar untuk kegiatan lompat tali dan

 basket, penting untuk memiliki daerah berumput untuk olah raga lapangan

yang terorganisir atau hanya permainan yang tidak serius. (Gambar 2.21)

Gambar 2.21 Permainan Ayunan

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

e.  Menjelajahi Lingkungan Alami

Setiap anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai jenis

rumput, semak, tanaman, serangga, pohon dan bahan-bahan alami yang

ditanam dengan sebaik-baiknya di halaman sekolah. (Gambar 2.22)

Gambar 2.22 Kebun Bunga Liar dan Rak-rak Tanaman

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 24/30

2.5.2 Pembelajaran yang Berkualitas

Kegiatan di luar ruangan dapat memperluas pengalaman belajar dan

mendorong permainan yang tidak terstruktur dan interaksi sosial. Ruang luar

harus di gunakan secara teratur untuk kegiatan-kegiatan kelas di ruang luar,

 pendekatan ilmu lingkungan, kebun sekolah dan pembelajaran mengenai gizi dan

 pendidikan jasmani. Kegiatan di luar ruangan juga berkontribusi terhadap

 pembelajaran dangan meningkatkan fokus dan perhatian anak-anak setelah

mereka kembali ke dalam ruangan.

a.  Pembelajaran di Luar Ruang

Ruang kelas di luar dibutuhkan untuk berbagai kegiatan yang dibimbing

oleh guru yang membutuhkan ruangan lebar dan tidak sesuai untuk di dalam

ruangan, seperti percobaan sains, proyek seni atau pembelajaran langsung

ilmu lingkungan. Siswa juga menikmatin memiliki tempat yang tenang untuk

membaca dengan bebas, menulis atau menggambar. Ruang di luar dapat juga

menampung kegiatan acara theater dan drama yang tidak terencana. (Gambar

2.23)

Gambar 2.23 Ruang Kelas di Luar

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 25/30

 b.  Ilmu Lingkungan

Pengajaran ilmu lingkungan yang efektif sering berisi tentang

 pengalaman ruang luar yang rumit. Hanya ada beberapa contoh yang

mempelajari perkembangan tanaman atau pengamatan serangga atau

 pembelajaran tentang erosi. (Gambar 2.24)

Gambar 2.24 Pelajaran Pembiakan Lebah

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

c.  Pendidikan Fisik

Ruang atletik yang baik merupakan komponen penting sekolah.

Berpartisipasi dalam olahraga yang teroganisir dapat menguntungkan bagi

anak-anak karena dapat membangun pondasi yang menyehatkan untuk

hidupnya kelak. Permainan dengan tim yang teroganisir memberikan nilai

lebih yang dapat digunakan anak di tempat bekerjanya saat mereka dewasa.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 26/30

 Gambar 2.25 Jalur Lari Kecil dan Lapangan Voly

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

d.  Kebun Sayur Sekolah

Kebun sekolah adalah cara yang menyenangkan untuk anak-anak dan

keluarga untuk menghargai bagaimana makanan tumbuh. Ketika anak

memiliki kesempatan untuk menanam dan memanen buah-buahan dan

sayuran, mereka mendapatkan pembelajaran langsung mengenai gizi dan

mulai memahami pentingnya pertanian. (Gambar 2.26)

Gambar 2.26 Memelihara Rak-rak Kebun dengan Gang yang Lebar

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

e. 

Desain Tempat Bermain untuk Semua Kalangan

Berbagai kegiatan di halaman sekolah sangat penting bagi semua anak,

termasuk anak-anak dengan cacat fisik. Area bermain dan ruang kelas di luar

ruangan yang di rancang dengan jalur lebar, ayunan khusus dan pelataran

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 27/30

dengan perbedaan jarak yang rendah dapat menampung semua anak. (Gambar

2.27)

Gambar 2.27 Area Bermain yang Mudah di Akses

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

2.5.3 

Pemenuhan Kebutuhan Komunitas

Halaman sekolah yang berkualitas tinggi dapat berkontribusi terhadap

 pemenuhan kebutuhan komunitas masyarakat. Halaman tersebut dapat

menyediakan ruang hijau, matahari, keteduhan dan habitat alami yang

menyenangkan bagi masyarakat sekitar yang dekat dengan sekolah. Sekolah

 penting sebagai dengan taman masyarakat, kebun masyarakat dan tempat

 pertemuan masyarakat sekitar. (Gambar 2.28)

Halaman sekolah dasar adalah sebuah cerminan dari sebagian besar

lingkungan sekitar. Tempat tersebut sering berfungsi sebagai pusat untuk kegiatan

masyarakat dengan menggunakannya setelah pulang sekolah atau akhir pekan,

menyediakan ruang terbuka publik untuk anak-anak, remaja dan masyarakat dari

segala usia.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 28/30

 Gambar 2.28 Latihan Baseball di Minggu Sore

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

Halaman sekolah yang terawat dapat menarik pengguna yang bertanggung

 jawab dalam membantu memastikan keselamatan publik. Sekolah dengan daerah

 bermain di luar yang terlihat dari jalan secara tidak langsung dapat diawasi oleh

lingkungan sekitar dan menjadi tempat yang aman. (Gambar 2.29)

Gambar 2.29 Pohon Peneduh Tempat Bermain

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

Halaman sekolah adalah komponen inti yang penting dalam infrastruktur

sebuah kota. Hal tersebut di sebabkan tersedianya ruang terbuka publik di daerah

 perkotaan yang padat perkembangannya, seperti meningkatkan kualitas udara,

menyediakan kesempatan untuk berekreasi dan hingga dapat meningkatkan taraf

hidup. (Gambar 2.30)

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 29/30

 Gambar 2.30 Deretan Rumah, Jalan dan Area Parkir di Sekitar Sekolah

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

2.5.4 

Lingkungan yang Berkelanjutan

Masyarakat bisa meningkatkan halaman sekolah dengan merancang proses

untuk menciptakan dan memelihara halaman sekolah yang berkualitas. Halaman

sekolah yang berkualitas tinggi muncul bersamaan ketika orang tua, guru dan

anggota masyarakat menanamkan niat untuk meningkatkan sekolah beserta

lingkungannya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan menilai sekolah yang ada,

membayangkan kualitas halaman sekolah yang ingin di capai, mengembangkan

dan merencanakan halaman sekolah yang berkualitas dengan master plan,

melaksanakannya, dan memelihara halaman sekolah yang telah di bangun

 bersama-sama. Pemeliharaan yang terorganisir dapat di lakukan oleh masyarakat

itu sendiri atau dengan bantuan relawan yang telah dikoordinasi. (Gambar 2.31)

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Chapter II 2

7/21/2019 Chapter II 2

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-56d9d7ad2d9df 30/30

 Gambar 2.31 Menanam Pohon di Tempat Baru

(Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

2.6 Kesimpulan

Dari kajian literatur di dapat bahwa beberapa kualitas elemen lansekap

yang dapat mengakomodasi akifitas anak di sekolah dasar untuk mendukung

 perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan sosial anak dapat dilihat dari

 jenis material keras dan lunak yang ada di lingkungan sekolahnya, seperti gambar

dan penanda, elemen yang digunakan untuk bermain, elemen yang menambah

kreatifitas dan elemen yang mendorong interaksi sosial, seperti jenis

 perabot/ruang luar yang digunakan untuk beraktifitas, ukuran perabot/ruang luar,

letak dan bentuk perabot.