chapter ii 2

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan dan Objek Wisata 2.1.1. Teori Pembangunan Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang mengenai proses pembangunan yang dilakukan akan menyulitkan kepada kita tentang seberapa maju proses pembangunan yang dilakukan di sebuah negara atau daerah. Perbedaan pengertian pembangunan tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan dua pandangan yang berbeda, yaitu pertama, pandangan pembangunan lama atau sering dikenal dengan pembangunan tradisional. Pembangunan dalam pandangan ini diartikan sebagai berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional atau Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) di tingkat daerah. Penggunaan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) ini terkait dengan kemampuan indikator ini dalam mencerminkan tingkat kemakmuran bangsa. Dengan kata lain, indikator ini memungkinkan kita untuk mengetahui tingkat output yang diproduksi di sebuah negara untuk dikonsumsi oleh penduduknya atau digunakan untuk melakukan investasi. Selain penggunaan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai tolok ukur pertumbuhan di sebuah negara, beberapa ahli ekonomi pembangunan lain menggunakan indikator produksi dan penyerapan tenaga kerja (employment) di negara tersebut. Universitas Sumatera Utara

Upload: lhia-twister

Post on 05-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sjbjdbjdfbkj

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan dan Objek Wisata

2.1.1. Teori Pembangunan

Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari

sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang

mengenai proses pembangunan yang dilakukan akan menyulitkan kepada kita tentang

seberapa maju proses pembangunan yang dilakukan di sebuah negara atau daerah.

Perbedaan pengertian pembangunan tersebut dapat dijelaskan dengan

menggunakan dua pandangan yang berbeda, yaitu pertama, pandangan pembangunan

lama atau sering dikenal dengan pembangunan tradisional. Pembangunan dalam

pandangan ini diartikan sebagai berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional atau Produk Dometik

Regional Bruto (PDRB) di tingkat daerah. Penggunaan indikator Produk Domestik

Bruto (PDB) ini terkait dengan kemampuan indikator ini dalam mencerminkan

tingkat kemakmuran bangsa. Dengan kata lain, indikator ini memungkinkan kita

untuk mengetahui tingkat output yang diproduksi di sebuah negara untuk dikonsumsi

oleh penduduknya atau digunakan untuk melakukan investasi. Selain penggunaan

indikator Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai tolok ukur pertumbuhan di sebuah

negara, beberapa ahli ekonomi pembangunan lain menggunakan indikator produksi

dan penyerapan tenaga kerja (employment) di negara tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Disisi lain dalam pandangan pembangunan ekonomi wilayah (Tarigan, 2006),

menyatakan bahwa pembangunan merupakan pertambahan pendapatan masyarakat

secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai

tambah (added value) yang terjadi.

Pembangunan bukan semata-mata merupakan fenomena ekonomi. Dalam

pengertian yang paling mendasar, pembangunan haruslah mencakup masalah materi

dan finansial dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu pembangunan seharusnya

diselidiki sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan reorganisasi dan

reorientasi dari semua sistem ekonomi dan sosial (Todaro, 2000)

Pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang

belum ada, yang dilakukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan tersebut dapat merupakan pembangunan fisik dan dapat merupakan

pembangunan sosial ekonomi. Sedang pembangunan regional meliputi suatu wilayah

dan mempunyai tekanan utama pada perekonomian dan tekanan berikutnya pada

keadaan fisik, sehingga merupakan gabungan dari kedua hal tersebut diatas.

Pembangunan meliputi tiga kegiatan yang saling berhubungan (Jayadinata, 1999),

yaitu: Pertama, menimbulkan peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan

serta kesejahteraan sebagai tujuan, dengan tekanan perhatian pada lapisan terbesar

(dengan pendapatan terkecil) dalam masyarakat. Kedua, memilih metode yang sesuai

untuk mencapai tujuan tersebut. Ketiga, menyusun kembali (restructuring)

masyarakat dengan maksud supaya timbul pertumbuhan sosial ekonomi yang kuat.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan skalanya, pembangunan dapat mempunyai skala nasional,

regional atau lokal. Pembangunan nasional meliputi seluruh negara dengan tekanan

pada perekonomian. Pembangunan lokal meliputi kawasan kecil dengan tekanan pada

keadaan fisik. Sedang pembangunan regional meliputi suatu wilayah dan mempunyai

tekanan utama pada perekonomian dan tekanan kedua pada keadaan fisik, sehingga

merupakan dari kedua hal diatas (Jayadinata, 1999).

Todaro (2000) dalam konteks pembangunan nasional maupun daerah,

pembangunan yang dilakukan sebagai suatu pembangunan ekonomi, hal tersebut

dapat dibenarkan karena pembangunan bukan hanya berarti penekanan pada

akselerasi dan peningkatan dalam pertumbuhan perkapita sebagai indeks dari

pembangunan, tetapi pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang

meliputi pula reorganisasi dan pembaharuan seluruh sistem dan aktifitas ekonomi dan

sosial dalam mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa pembangunan

adalah suatu proses yang luas yang menyangkut dimensi sosial, ekonomi, fisik,

politik, budaya dan sebagainya. Namun dari dimensi-dimensi tersebut yang paling

berpengaruh adalah dimensi ekonomi. Kemajuan ekonomi adalah suatu komponen

yang esensial dari pembangunan, walaupun bukan satu-satunya. Oleh karena itu

pembangunan biasanya diartikan sebagai pembangunan ekonomi, yang didefinisikan

sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat

dalam jangka panjang (Sukirno, 2005). Demikian pula pembangunan di Indonesia

baik nasional maupun pembangunan di tingkat propinsi dan kabupaten/kota, diartikan

Universitas Sumatera Utara

pula sebagai pembangunan perekonomiannya, sedangkan pembangunan sektor selain

ekonomi dianggap sebagai dampak pembangunan ekonomi baik langsung maupun

secara tidak langsung.

2.1.2. Objek Wisata

Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan karena

mempunyai sumberdaya tarik, baik alamiah, maupun buatan manusia, seperti

keindahan alam atau pegunungan, pantai flora dan fauna, kebun binatang, bangunan

kuno bersejarah, monument-monumen, candi-candi, tari-tarian, atraksi dan

kebudayaan khas lainnya (Adisasmita, 2010).

Menurut Fandeli (2000), objek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan

manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam

yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan objek wisata

alam adalah objek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan sumber daya

alam dan tata lingkungannya.

Suatu objek wisata menurut Yoeti ( 1992) harus memenuhi tiga persyaratan,

yaitu:

a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see”

(sesuatu untuk dilihat). Artinya, di tempat tersebut harus ada objek wisata dan

atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain

(pemandangan alam, upacara adat, kesenian) yang dapat dilihat oleh wisatawan.

Universitas Sumatera Utara

b. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to

do” (sesuatu untuk dikerjakan). Artinya, di tempat tersebut tersedia fasilitas

rekreasi yang membuat mereka betah untuk tinggal lebih lama di tempat itu

(penginapan/hotel yang memadai, kolam renang, sepeda air) sehingga mereka

dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan di rumah ataupun di tempat

wisata lainnya.

c. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to

buy” (sesuatu untuk dibeli). Artinya, di tempat tersebut harus tersedia fasilitas

untuk berbelanja (shopping), terutama souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-

oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.

Dilihat dari perspektif kehidupan masyarakat, objek wisata perdesaan

merupakan suatu bentuk pariwisata dengan objek dan daya tarik berupa kehidupan

desa yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya, panorama alamnya dan

budayanya khususnya wisatawan asing. Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah

desa sebagai objek sekaligus sekaligus juga sebagai subyek dari kepariwisataan,

sebagai suatu objek maksudnya adalah bahwa kehidupan pedesaaan merupakan

tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai subyek adalah bahwa desa dengan

segala aktivitas sosial budayanya merupakan penyelenggara sendiri dari berbagai

aktivitas kepariwisataan dan apa yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan

dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung. Oleh karena itu, peran aktif dari

masyarakat sangat menentukan kelangsungan kegiatan objek wisata perdesaan.

Universitas Sumatera Utara

Penggolongan jenis objek wisata akan terlihat dari ciri-ciri khas yang

ditonjolkan oleh tiap-tiap objek wisata. Dalam UU No. 9 Tahun 1990 Tentang

Kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata terdiri dari :

a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud

keadaan alam, serta flora dan fauna.

b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,

peninggalan sejarah, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan

alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Sujali (1989) mengemukakan bahwa bahan dasar yang perlu dimiliki oleh

industri pariwisata dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :

a. Objek wisata alam (natural resources): Bentuk dari objek ini berupa

pemandangan alam seperti pegunungan, pantai, flora dan fauna atau bentuk yang

lain. Contohnya adalah pantai Parangtritis, Purwahamba Indah, gunung Merbabu

dan lain-lain.

b. Objek wisata budaya atau manusia (human resources): objek ini lebih banyak

dipengaruhi oleh lingkungan/kehidupan manusia seperti museum, candi,

kesenian, upacara keagamaan, upacara adat, upacara pemakaman atau bentuk

yang lain. Contohnya adalah candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, upacara

sedekah bumi.

c. Objek wisata buatan manusia (man made resources): objek ini sangat dipengaruhi

oleh aktivitas manusia sehingga bentuknya tergantung pada kreativitas

manusianya seperti tempat ibadah, alat musik, museum, kawasan wisata yang

Universitas Sumatera Utara

dibangun seperti Taman Mini Indonesia Indah, Monumen Yogya Kembali,

Taman Ria Safari.

2.2. Pengembangan Objek Wisata Perdesaan

Basis pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya keragaman

budaya, seni, dan alam (pesona alam). Pengembangan sumber daya tersebut dikelola

melalui pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya secara terpadu antara

pengembangan produk pariwisata dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui

pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka pengembangan pariwisata.

Tujuan program ini adalah mengembangkan dan memperluas diversifikasi

produk dan kualitas pariwisata nasional yang berbasis pada pemberdayaan

masyarakat, kesenian, dan kebudayaan, dan sumber daya alam (pesona alam) lokal

dengan tetap memperhatikan kelestarian seni dan budaya tradisional serta kelestarian

lingkungan hidup setempat, mengembangkan dan memperluas pasar pariwisata

terutama pasar luar negeri.

Berdasarkan hal diatas maka pembangunan kepariwisataan memiliki 3 fungsi

atau tri-fungsi, yaitu :

1. Menggalakkan kegiatan ekonomi.

2. Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan

3. Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa semangat, dan

nilai-nilai luhur bangsa dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional.

Universitas Sumatera Utara

Tercapainya tri-fungsi tersebut diatas maka harus ditempuh 3 macam upaya

atau tri-fungsinya, yaitu :

1. Pengembangan objek dan daya tarik wisata.

2. Meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran, dan

3. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan.

Indonesia memiliki peluang yang besar dalam pengembangan pariwisata. Hal

ini dapat dirinci sebagai berikut :

1. Meskipun pernah terjadi krisis minyak dan resesi ekonomi yang berkepanjangan

ternyata wisatawan terus meningkat jumlahnya tidak banyak berpengaruh,

2. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, anggaran untuk berlibur

cenderung meningkat,

3. Tersedianya waktu berlibur yang cukup panjang di negara-negara sumber

wisatawan,

4. Kemajuan teknologi dibidang transportasi dan komunikasi mendorong orang

untuk bepergian jauh,

5. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Asia Pasifik memberikan peluang bagi

Indonesia untuk dikunjungi,

6. Diversifikasi produk wisata akan memperluas lingkup pilihan untuk berlibur ke

Indonesia,

7. Tingkat sadar wisata masyarakat semakin meningkat. Hal ini akan dapat

memberikan dukungan yang lebih nyata bagi pengembangan pariwisata,

Universitas Sumatera Utara

8. Aksesibilitas ke Indonesia semakin bertambah luas akan mendorong arus

kunjungan wisatawan mancanegara,

9. Semakin mantapnya pengaturan dan kelembagaan di bidang pariwisata akan

mendukung pelaksanaan hal-hal yang berkaitan kerjasama lintas sektoral baik

disektor pemerintah maupun swasta. (Wagito, 2001).

Pengembangan wisata perdesaan pada dasarnya dilakukan dengan berbasis

pada potensi yang dimiliki masyarakat perdesaan. Pola pengembangan objek wisata

perdesaan ini diharapkan akan mampu mendorong tumbuhnya berbagai sektor

ekonomi kerakyatan seperti industri kerajinan rakyat, industri jasa-perdagangan,

agro-industri maupun industri rumah tangga. Aktivitas semacam ini diharapkan

menjadi faktor daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke desa.

Melihat kenyataan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih bergelut

dengan sektor pertanian, dan kaya akan berbagai tradisi adat budaya, maka arah

pengembangan objek wisata perdesaan seharusnya lebih diarahkan pada

pengembangan ekowisata, agro-wisata ataupun agro-industri.

Pengembangan ekowisata bertumpu pada upaya pelestarian sumber daya alam

atau budaya sebagai objek wisata yang dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi

berkelanjutan. Unsur penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan

ekowisata adalah (1) kondisi alam, (2) kondisi flora dan fauna, (3) kondisi fenomena

alam dan (4) kondisi adat dan budaya. Selain itu, kegiatan petualangan, pendidikan

dan penelitian juga menjadi daya tarik dalam pengembangan ekowisata ini.

Pengembangan ekowisata ini, dapat dilakukan misalnya dengan penggalian nilai-nilai

Universitas Sumatera Utara

budaya dalam masyarakat. Desa-desa yang memiliki potensi keindahan alam, budaya

seperti kerajinan dan perdesaan ziarah, sebenarnya dapat diangkat sebagai objek

wisata perdesaan percontohan yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi besar

terhadap perkembangan ekonomi daerah (Suyatna, 2005).

Pengembangan agro-wisata berkaitan dengan upaya untuk mengangkat hasil-

hasil pertanian, seperti buah-buahan dan sayuran sebagai daya tarik bagi wisatawan

agar berkinjung di daerahnya. Pengembangan agro-wisata dengan komoditi buah-

buahan dan bunga di beberapa desa di Kabupaten Simalungun, merupakan salah satu

contoh yang dapat ditiru oleh desa-desa lainnya.

Sementara pengembangan agro-industri terkait dengan upaya meningkatkan

hasil pertanian, perikanan, peternakan maupun perkebunan menjadi produk yang

memiliki nilai tambah. Upaya mengembangkan beberapa industri rumah tangga

seperti belut goreng, kerupuk udang, bakso ikan (perikanan), selai pisang

(perkebunan), susu cream dari kambing atau sapi perah (peternakan) dapat menjadi

suatu contoh kongkret dari model pengembangan objek wisata perdesaan ini. Upaya

pengembangan objek wisata perdesaan ini, memerlukan sinergi dan kerjasama dari

berbagai stake holder, yakni dari masyarakat, birokrat, dan pengusaha.

Pariwisata dikatakan sebagai katalisator dalam pembangunan, karena dampak

yang diberikannya terhadap kehidupan perekonomian di negara yang dikunjungi

wisatawan. Kedatangan wisatawan mancanegara (foreign tourists) pada suatu Daerah

Tujuan Wisata (DTW) telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi

penduduk setempat, di mana pariwisata itu dikembangkan (Yoeti, 2008)..

Universitas Sumatera Utara

Menurut Yoeti (2008), dilihat dari kacamata ekonomi makro, jelas pariwisata

memberikan dampak positif, karena sebagai suatu industri :

1. Dapat menciptakan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan, perlu

pelayanan untuk menyediakan kebutuhan (need), keinginan (want) dan harapan

(expectation) wisatawan yang terdiri berbagai kebangsaan dan tingkah lakunya.

2. Dapat meningkatkan kesempatan kerja (employments). Bayangkan saja, bila

sebuah hotel dibangun dengan kamar sebanyak 400 kamar, paling sedikit

diperlukan karyawan 600 orang dengan ratio 1: 1,5.

3. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan

masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran

wisatawan yang relatif cukup besar itu.

4. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah. Seperti

kita ketahui tiap wisatawan berbelanja selalu dikenakan pajak sebesar 10 persen

sesuai Peraturan Pemerintah yang berlaku.

5. Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDB).

6. Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor

ekonomi lainnya.

2.3. Tingkat Kesejahteraan Masayarakat

Menurut Todaro (2000), ada tiga komponen yang dapat diukur dari hakekat

pembangunan. Ketiga komponen itu adalah kecukupan (sustenance), jati diri (self-

esteem) serta kebebasan (freedom). Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok

Universitas Sumatera Utara

yang harus dicapai oleh setiap orang dan masyarakat dalam proses pembangunan.

Ketiganya berkaitan secara langsung dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang

mendasar, yang terwujud dalam berbagai macam manifestasi (bentuk) di hampir

semua masyarakat dan budaya sepanjang zaman.

Selain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

pembangunan juga berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk

mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Salah satu akibat dari pembangunan yang

hanya menerapkan paradigma pertumbuhan semata, adalah munculnya kesenjangan

antara kaya dan miskin, serta pengangguran yang merajalela.

Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki kehidupan.

Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang

tinggi. Namun kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran kesejahteran.

Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus diperjuangkan, mulai dari

pendidikan, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan,

perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan

individual dan penyegaran kehidupan budaya.

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai komponen yang

dapat menggambarkan apakah masyarakat tersebut sudah berada pada kehidupan

yang sejahtera atau belum. Komponen yang dapat dilihat antara lain keadaan

perumahan di mana mereka tinggal, tingkat pendidikan, dan kesehatan. Badan Pusat

Statistik (2000) menyatakan bahwa komponen kesejahteraan yang dapat dipakai

sebagai indikator kesejahteraan masyarakat adalah kependudukan, tingkat kesehatan

Universitas Sumatera Utara

dan gizi masyarakat, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi

masyarakat, keadaan perumahan dan lingkungan, dan keadaan sosial budaya.

Di samping komponen yang dikemukakan di atas, ada komponen lain yang

mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat misalnya luas kepemilikan lahan

(Djohar, 1999). Hal ini dimungkinkan karena dilihat dari segi ekonomi, lahan/tanah

merupakan earning asset yang dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan,

sedangkan dilihat dari segi sosial, lahan/tanah dapat menentukan status sosial

seseorang terutama di daerah perdesaan.

2.4. Pengembangan Wilayah

Menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang, wilayah

adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang

batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek

fungsional. Sirojuzilam dan Mahalli (2010) wilayah adalah sekelompok daerah yang

letaknya berdekatan dan didiami sejumlah penduduk di atas territorial atau ruang

tertentu. Secara ringkas konsep mengenai ruang atau wilayah ditandai dengan lokasi

absolut dan distribusi areal dari gambaran tertentu di permukaan bumi.

Secara umum wilayah dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Wilayah homogen, merupakan wilayah dimana kegiatan ekonomi berlaku

dipelbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama antara lain ditinjau dari segi

pendapatan perkapita penduduk dan dari segi struktur ekonominya.

Universitas Sumatera Utara

b. Wilayah nodal, merupakan wilayah sebagai suatu ruang ekonomi yang dikuasai

oleh beberapa pelaku ekonomi.

c. Wilayah administrasi, merupakan wilayah yang didasarkan atas pembagian

administrasi pemerintahan (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam

melakukan pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusunan

wilayah tersebut yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi dari

masing-masing komponen sehingga tercipta suatu strategi pembangunan dan

pengembangan wilayah yang baik dan terarah.

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah,

meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di

Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar

pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk

penerapannya yang bersifat dinamis (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Nasution (2009) pengembangan wilayah merupakan proses pemberdayaan

masyarakat dengan segala potensinya dan meliputi seluruh aktivitas masyarakat di

dalam suatu wilayah, baik aspek ekonomi, sosial dan budaya, maupun aspek-aspek

lainnya. Sedangkan Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya

mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah

tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan

masyarakat yang rata-rata banyak sarana atau prasarana, barang atau jasa yang

Universitas Sumatera Utara

tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis,

intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Dalam pengembangan wilayah sering menghadapi kenyataan bahwa dana

yang tersedia adalah terbatas sedangkan usulan dari masing-masing sektor cukup

banyak (Tarigan, 2006). Di sisi lain pembangunan yang berkesinambungan harus

dapat memberi tekanan pada mekanisme ekonomi, sosial, politik, dan kelembagaan,

baik dari sektor swsasta maupun pemerintah, demi terciptanya suatu perbaikan

standar hidup masyarakat secara cepat (Mahalli, 2005).

2. 5. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian yang telah dilakukan mengenai pengembangan objek

wisata dan pengembagan wilayah sebelumnya antara lain :

1. Arifin (2005) “Pengaruh Kegiatan Pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat

di Kawasan Bukit Cinta Rawa Pening Kabupaten Semarang” dengan pendekatan

studi dilakukan dengan melakukan analisis kualitatif (melakukan analisis secara

deskriptif, menggunakan metode komparatif dan pembobotan). Selain melakukan

pendekatan secara kualitatif, pada studi ini juga menggunakan pendekatan

kuantitatif (menggunakan teknik The Employment and population Multiplier

Model dan Average Propensity to Consume) menyimpulkan bahwa pada aspek

sosial, di kawasan wisata Bukit Cinta selama 10 tahun dari tahun 1994-2004

ternyata mengalami perubahan sosial seperti sistem kemasyarakatan

(kegotongroyongan dan kekeluargaan serta kebersamaan yang mulai luntur dan

berkurang), jenis pekerjaan masyarakat mempunyai variasi yang lebih banyak,

Universitas Sumatera Utara

tingkat pendidikan masyarakat juga mengalami perkembangan, hal ini disebabkan

karena akibat adanya aktivitas pariwisata di dalam kawasan, ada sebagian

masyarakat yang mempunyai tambahan penghasilan sehingga mereka mempunyai

kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tingggi. Akibat

adanya manfaat aktivitas pariwisata terhadap kehidupan eknomi ternyata dapat

meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kawasan

wisata Bukit Cinta. Pada aspek ekonomi, adanya perkembangan aktivitas

pariwisata di dalam kawasan mengakibatkan perubahan pada tingkat pendapatan

masyarakat yang cukup signifikan Pada kesempatan kerja dan berusaha juga

mengalami peningkatan, hal ini karena salah dampak dari kegiatan pariwisata

adalah mampu menyediakan lapangan pekerjaan baru. Meskipun besarnya nilai

tersebut belum sesuai dengan target yang seharusnya dicapai oleh masyarakat di

dalam kawasan.

2. Subari (2007) dalam tesisnya “Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Objek Wisata

Candi Borobudur terhadap Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya” dengan analisis

kualitatif dan kuantitatif, menyimpulkan bahwa secara makro kegiatan pariwisata

di lingkungan objek wisata candi Borobudur memberikan kontribusi yang besar

terhadap pertumbuhan ekonomi Kecamatan Borobudur yaitu 12,77% dan

pendapatan bagi Kabupaten Magelang rata-rata 15 milyar setahun, namun secara

mikro belum diikuti oleh tingkat kesejahteraan masyarakatnya, angka kemiskinan

di Kecamatan Borobudur mencapai 61,78%.

Universitas Sumatera Utara

3. Bantuan Purba (2006) dalam tesisnya “Pengembangan Pariwisata Terhadap

Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan Pengembangan Wilayah Kabupaten

Karo”, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengembangan pariwisata

dengan peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat di Kabupaten

Karo.

4. OK Henry (2008) dalam tesisnya “Dampak Lokasi Wisata Theme Park Terhadap

Pendapatan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah Kecamatan Pantai Cermin”,

menyimpulkan bahwa pendapatan masyarakat masih belum memadai secara

signifikan dengan indikasi bahwa lapangan pekerjaan, hiburan, dalam

melaksanakan pekerjaan utamanya, perhatian dari pemerintah daerah,

pengetahuan, pendidikan keluarga, kegiatan organisasi masyarakat, pemenuhan

kebutuhan pangan, papan, menabung masih belum meningkat.

Universitas Sumatera Utara

2.6. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini, digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Pengembangan Objek Wisata Perdesaan

Pengembangan Wilayah

Penerimaan PAD Kesejahteraan Masyarakat

Kontribusi

Universitas Sumatera Utara