cemas
DESCRIPTION
CEMASTRANSCRIPT
Kecemasan
Pengertian dan Faktor PenyebabnyaKecemasan (Anxiety) sebetulnya merupakan reaksi normal terhadap situasi yang menekan. Namun dalam beberapa kasus, menjadi berlebihan dan dapat menyebabkan seseorang ketakutan yang tidak rasional terhadap sesuatu hal. Kecemasan berbeda dengan phobia (fobia), karena tidak spesifik untuk situasi tertentu. Kecemasan dapat menyerang siapa saja, setiap saat, dengan atau tanpa alasan apapun.Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan. Beberapa ahli yang mencoba untuk mengemukakan definisi kecemasan, antara lain :
Maramis (1995) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
Lazarus (1991) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan merupakan gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada.
Saranson dan Spielberger (dalam Darmawanti 1998) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu dirasakan sebagai ancaman. Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan rasa cemas tersebut.
Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan bahwa kecemasan atau anxietas adalah efek atau perasaan yang tidak menyenangkan berupa ketegangan, rasa tidak aman dan nketakutan yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang mengecewakan tetapi sumbernya sebagian besar tidak disadari oleh yang bersangkutan.
Lebih lanjut, menurut Suryabrata (1986) apabila kecemasan timbul, maka akan mendorong orang untuk melakukan suatu usaha untuk mengurangi kecemasan itu atau mencegah impuls-impuls yang berbahaya.
Faktor Penyebab Timbulnya Kecemasan
Penyebab terjadinya kecemasan sukar untuk diperkiraan dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat subyekif dari kecemasan, yaitu : Bahwa kejadian yang sama belum tentu dirasakan sama pula oleh setiap orang. Dengan kata lain suatu rangsangan atau kejadian dengan kualitas den kuantitas yang sama dapat diinterprestasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.
Teori kkognitif menyatakan bahwa reaksi kecemasan timbul karena kesalahan mental. Kesalahan mental ini karena kesalahan menginterpetasikan suatu situasi yang bagi individu merupakan sesuatu yang mengancam. Melalui teori belajar sosial kognitif, Bandura menyatakan bahwa takut dan kecemasan di hasilkan dari harapan diri yang negatif karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat mengatasi dari situasi yang secara potensial mengancam bagi mereka.
Sedangkan berdasarkan sumber timbulnya kecemasan, Freud (Dalam Calvin S. Hall, 1993) membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu : a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius, frustasi, serta ketegangan-ketegangan batin; b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama; c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular berbisa.Menurut Miramis (1985), kecemasan akan timbul. Frustasi akan timbul bila adanya hambatan atau halangan antara individu dengan tujuan dan maksudnya. Konfliknya terjadi bilamana individu tidak dapat memilih antara dua atau lebih kebutuhan atau tujuannya. Tekanan bierkan kecil tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stress. Dan krisis adalah suatu keadaan yang mendadak yang menimpa individu dan dapat menimbulkan kecemasan yang hebat.
Secara sederhana kecemasan dapat disebabkan karena individu mempunyai rasa takut yang tidak realistis, karena mereka keliru dalam menilai suatu bahaya yang dihubungkan dengan situasi tertentu, atau cenderung menaksir secara berlebihan suatu peristiwa yang membahayakan. Kecemasan juga dapat di sebabkan karena penilaian diri yang salah, dimana individu merasa bahwa dirinya tidak mampu mengatasi apa yang terjadi atau apa yang dapat dilakukan untuk menolong diri sendiri. Secara umum Kecemasan merupakan suatu keadaan yang normal pada setiap individu, namun jika tidak dihadapi secara tepat maka akan menimbulkan gangguan psikologis yang lebih jauh. Pada artikel berikutnya dunia psikologi akan menghadirkan gejala-gejala, tips mengatasi dan treatment terhadap kecemasan (anxiety).
Referensi Buku : Miramis, W.F. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press Calvin S. Hall. 1999. A Primer of Freudian Psychology. Plume Publisher Lazarus, Richard S. 1991. Progress on a cognitive-motivational-relational theory of
Emotion. American Psychologist
Tjakrawerdaya, D. 1987. Rasa Bersalah Sebagai Motif Mekanisme Difensi Pada Gangguan Cemas Secara Menyeluruh. Majalah Psikiatri Jiwa. Jakarta : Yayasan Kesehatan Jiwa Dharmawangsa
Suryabrata, Sumadi, 1986. Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV. Rajawali
Pengertian KecemasanKecemasan adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh
adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman. (Rawling, 1984). Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang seperti rasa kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit kepala, rasa mau buang air kecil dan buang air besar. Perasaan ini disertai perasaaan ingin bergerak untuk lari menghindari hal yang dicemaskan (Stuart and Sundeen, 1998). Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik dan aktivitas saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Carpenito, 2000)
Fisiologi Kecemasan Reaksi takut dapat terjadi melalui perangsangan hipotalamus dan nuclei amigdaloid. Sebaliknya amigdala dirusak, reaksi takut beserta manisfestasi otonom dan endokrinnya tidak terjadi pada keadaan- keadaan normalnya menimbulkan reaksi dan manisfestasi tersebut, terdapat banyak bukti bahwa nuclei amigdaloid bekerja menekan memori- memori yang memutuskan rasa takut masuknya sensorik aferent yang memicu respon takut terkondisi berjalan langsung dengan peningkatan aliran darah bilateral ke berbagai bagian ujung anterior kedua sisi lobus temporalis. Sistem saraf otonom yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh. Pada saat pikiran dijangkiti rasa takut, sistem saraf otonom menyebabkan tubuh bereaksi secara mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi dan nafas bergerak meningkat, biji mata membesar, proses pencernaan dan yang berhubungan dengan usus berhenti, pembuluh darah mengerut, tekanan darah meningkat, kelenjar adrenal melepas adrenalin ke dalam darah. Akhirnya, darah di alirkan ke seluruh tubuh sehingga menjadi tegang dan selanjunya mengakibatkan tidak bisa tidur (Ganong, 1998).
Faktor- faktor yang mempengaruhi respon kecemasan1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart and Sundeen (1998), teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab kecemasan adalah
1) Teori psikoanalitikMenurut Freud struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu id, ego, dan super
ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
2) Teori interpersonalKecemasan terjadi dari ketakutan akan pola penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa perkembangan atau pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat (Stuart&Sundeen, 1998).
3) Teori perilakuKecemasan merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya (Smeltzer&Bare, 2001).
4) Teori keluargaIntensitas cemas yang dialami oleh individu kemungkinan memiliki dasar genetik.
Orang tua yang memiliki gangguan cemas tampaknya memiliki resiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang bisa ditemui dalam suatu keluarga.
5) Kajian biologisKajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) dan endorfin juga memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan.
2.Faktor presipitasiKecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia
dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi :
1) Faktor eksternala. Ancaman integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap
terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, jenis pembedahan yang akan dilakukan).b. Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan
hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran (Stuart and Sundeen, 1998).
2) Faktor internal :Menurut Stuart and Sundeen (1998) kemampuan individu dalam merespon terhadap
penyebab kecemasan ditemukan oleh :a. Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer&Bare, 2001).
b. MaturitasIndividu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat
kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan (Hambly, 1995).
c. Pendidikan dan status ekonomiTingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah akan menyebabkan orang tersebut
mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru (Stuart&Sundeen, 1998).
d. Keadaan fisikSeseorang yang akan mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah
mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik mudah mengalami kecemasan (Oswari, 1998).
e. Tipe kepribadianOrang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan
daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri- ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot- otot mudah tegang. Sedang orang dengan tipe kepribadian B mempunyai ciri- ciri berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena tipe keribadian B adalah orang yang penyabar, teliti, dan rutinitas (Stuart&Sundeen, 1998).
f. Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati (Hambly, 1995).
g. UmurSeseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Varcoralis, 2000).
h. Jenis kelaminGangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang
spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita daripada pria (Varcoralis, 2000).
Menurut Frued dalam Stuart and Sundeen (1998), ada 2 tipe kecemasan yaitu:a. Kecemasan primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimuli tiba- tiba dan trauma pada saat kelahiran, kemudian berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor internal.b. Kecemasan sub sekunder
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia. Frued melihat ada jenis kecemasan lain akibat konflik emosi diantara 2 elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan super ego berada pada kondisi bahaya.
Sedangkan menurut Rasmun (2004), kemampuan individu dalam merespon kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain:
1) Sifat stressor dapat berubah secara tiba- tiba atau berangsur- angsur dan dapat mempengaruhi seseorang dalam menanggapi kecemasan, tergantung mekanisme koping seseorang.
2) Jumlah stressor yang bersamaanPada waktu yang sama terdapat sejumlah stressor yang harus dihadapi bersama. Semakin banyak stressor yang dialami seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga jika terjadi stressor yang kecil dapat mengakibatkan reaksi yang berlebihan.
3) Lama stressorMemanjangnya stressor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi stres, karena individu telah berada pada fase kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga untuk menghadapi stressor tersebut.
4) Pengalaman masa laluPengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi stressor yang sama karena karena individu memiliki kemampuan beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik, sehingga tingkat kecemasan pun akan berbeda dan dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih ringan.
5) Tingkat perkembanganTingkat perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stressor. Pada tiap tingkat perkembangan terdapat sifat stressor yang berbeda sehingga resiko terjadi stres dan kecemasan akan berbeda pula. Rentang respon kecemasan
Respon rentang kecemasan yaitu respon tentang sehat- sakit yang dapat dipakai untuk menggambarkan respon adaptif maladaptif pada kecemasan.
DEFINISI GANGGUAN ANXIETASAnxiety Disorders /Gangguan Cemas adalah gangguan yang paling umum, atau sering
terjadi berupa gangguan mental, dimana dalam hal ini meliputi suatu kelompok kondisi-kondisi yang terbagi antara gangguan cemas yang ekstrim atau patologis sebagai gangguan yang mengenai suasana hati atau tekanan emosional. Kecemasan, yang dipahami sebagai lawan dari ketakutan normal, adalah jelmaan oleh gangguan suasana hati, seperti halnya berpikir, perilaku, dan aktivitas fisiologis.
A. Serangan panik dan Gangguan Panik Serangan Panik adalah periode terpisah dari rasa takut yang sangat atau rasa tidak
nyaman yang berhubungan dengan sejumlah symptom somatic dan kognitif ( DSM-IV).Kumpulan gejala ini meliputi palpitasi ,berkeringat, gemetar, nafas tersengal ,rasa seperti tercekik,sakit dada (sesak),mual dan gangguan saluran cerna ,pusing atau kepala berputar-putar , kesemutan,rasa panas yang menjalar di muka.Serangan ini biasanya terjadi tiba-tiba , dengan lama serangan berkisar 10 sampai dengan 15 menit.
B. Fobia Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun
peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya.
a. Fobia SpesifikKetakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb.
b. Fobia SosialKetakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.
C. Obsesif-komplusif (OCD)
Obsesi adalah pikiran,impuls,dan citra yang menganggu dan berulang yang muncul dengan sendiriannya serta tidak dapat dikendalikan, walaupun demikian biasanya tidak terlalu tampak irasional bagi individu yang mengalaminya.
Komplusi adalah perilaku atau tindakan mental repetitife yang mana seseorang merasa didorong untuk melakukannya dengan tujuan untuk mengurangi ketengangan yang disebabkan pikiran-pikiran obsesif atau untuk mencegah terjadinya suatu bencana.
D. Gangguan Anxiety menyeluruhGangguan Anxiety menyeluruh yaitu terus menerus merasa cemas, sering kali tentang
hal-hal kecil. Orang yang mengalami Anxiety menyeluruh memiliki kekhawatiran kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher dan bahu, pelupuk mata berkedip terus, bcrgetar, mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh. Cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan.serangan jantung, cemas akan mati. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi.
E. Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/ Gangguan Stress Pasca Trauma)
PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam. PTSD biasanya muncul beberapa tahun setelah kejadian dan biasanya diawali dengan ASD, jika lebih dari 6 bulan maka orang tersebut dapat mengembangkan PTSD.
2. ETIOLOGI ANXIETY DISORDER
A. Gangguan FobiaAda beberapa teori yang mengemukakan tentang penyebab fobia, diantaranya :
1. Teori PsikodinamikaMenurut Freud, yang merupakan tokoh psikodinamika mengatakan bahwa fobia
merupakan suatu sinyal bahaya bahwa impuls-impuls yang mengancam yang bersifat seksual atau agresi mendekat ke taraf kesadaran . Kecemasan ini dialihkan dari impuls id yang ditakuti dan di pindahkan ke suatu objek atau situasi yang memiliki koneksi simbolik dengannya. Untuk menghalau impuls-impuls yang mengancam ini, ego mencoba untuk menghalangi atau mengalihkannnya melalui mechanism defense. Misalnya pada fobia yang difungsikan adalah proyeksi. Suatu reaksi fobik melbatkan proyeksi dari impul-impuls yang mengancam yang berasal dari indivdu tersebut kemudian dipindahkan ke objek fobia.
2. Teori BehavioralTeori ini berfokus pada peran pembelajaran sebagai cara berkembangnya fobia. Beberapa
tipe pembelajaran tersebut diantaranya :a. Avoidance conditioning
Avoidance conditioning dilandasi oleh teori dua faktor yang di ajukan oleh Mowter (Davidson dkk, 2004) menyatakan bahwa fobia berkembang dari dua pembelajaran yang saling berkaitan, yaitu :
1. Melalui classical conditioning seseorang dapat belajar untuk pada suatu stimulus netral jika stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian yang secara intrinstik menyakitkan atau menakutkan
2. Seseorang dapat belajar mengurangi rasa takut yang dikondisikan tersebut dengan melarikan diri atau menghindari CS. Jenis pembelajaran ini diasumsikan sebagai operant conditioning.
b. ModelingKetakutan dapat dipelajari dengan meniru perilaku orang lain. Dengan perilaku fobia
dapat dipelajari melaui modeling bukan melalui pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap objek atau situasi yang ditakuti. Pembelajaran terhadap rasa takut dengan mengamati perilaku orang lain disebut sebagai vicarious learning . ini juga terjadi melalui instruksi verbal, yaitu deskripsi yang diberikan oleh orang lain tentang apa yang mungkin terjadi selain melalui observasi terhadap ketakutan orang lain.
3. TEORI KOGNITIFTeori ini secara khusus mengatakan bahwa proses berfikir manusia dapat berperan sebagai diathesis dan bagaimana pikiran dapat membuat fobia menetap. Menurut teori kognisi terjadi karena adanya distorsi pemikiranB. Gangguan panik
Ada 2 teori yang menjelaskan tentang penyebab gangguan panic, yaitu :1. Teori biologis
Menurut teori ini penyebab seseorang mengalami gangguan kepanikan diantaranya sensasi fisik yang disebabakan oleh suatu penyakit serta sifat-sifat biologis dapat meningkatkan timbulnya gangguan panik.
Penyebab gangguan panik lain menurut teori biologi adalah karena adanya aktivitas yang berlebihan dalam system noradegrenergik (neuron yang menggunakan norephinefrin sebagai neurotransmiter) yang disebabkan oleh suatu masalah dalam neuron gamma-aminobutyric (GABA) yang secara umum menghambat aktivitas noradegrenik.
2. Teori psikologisTeori Classical conditioning, mengatakan bahwa kondisi panic menjadi terkondisi
secara klasikal pada sensasi fisik. Hal ini didukung oleh beberapa studi dimana orang-orang yang menderita gangguan panic mengatakan bahwa gangguan tersebut sebagai sesuatu yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat diprediksi.
c. Gangguan Anxietas Menyeluruh (generalized anxiety disorder )1. Perspektif psikoanalisis
Teori ini mengatakan bahwa sumber kecemasan secara menyeluruh disebabakan oleh konflik yang tidak disadari antara ego dan impuls-impuls id. Impus-impuls ini biasanya bersifat seksual atau agresif dan berusaha untuk mengekspresikan diri namun ego tidak membiarkannya karena tanpa disadari adanya ketakutan terhadap hukuman yang diterima
sehingga menyebabkan individu menekan impuls-impuls tersebut kealam bawah sadar. Dengan demikian, individu selalu mengalami kecemasan.
2. Perspektif kognitif-behavioralMenurut teori ini gangguan disebabkan oleh proses berpikir yang menyimpang. Orang
dengan gangguan anxietas menyeluruh seringkali mempersepsikan kejadian-kejadian biasa menjadi sesuatu yang mengancam dan kognisi mereka terfokus pada antisipasi bencana pada masa mendatang. Sensitivitas pasien gangguan anxietas menyeluruh yang sangat tinggi terhadap stimulus yang mengancam juga muncul walaupun stimulus tersebut tidak dapat diterima secara sadar.
D. Gangguan obsesif-kompulsif
1. Teori psikoanalisisDalam teori ini, obsesi dan kompulsif dipandang sebagai hal yang sama, yang
disebabkan oleh dorongan instingtual, seksual, atau agresif yang tidak dapat dikendalikan karena toilet training yang terlau keras yang kemudian terfiksasi pada tahap anal. Gejala-gejala yang muncul mencerminkan hasil perjuangan antara id dan mechanism defense, kadang insting agresif id yang mendominasi, dan kadang juga mechanism defense yang mendominasi.
2. Teori behavioral dan kognitifTeori ini menganggap kompulsi sebagai perilaku yang dipelajari yang dikuatkan oleh
reduksi rasa takut, misalnya mencuci tangan secara kompulsi respon dalam mengurangi kekhawatiran obsesional dan rasa takut terhadap kontaminasi kotoran atau kuman. Perilaku kompulsi serin g muncul karena stimuli yang menimbulkan kecemasan sulit disadari.
Pendapat lain dalam teori ini mengatakan bahwa kompulsi disebabkan oleh etiologi deficit memori. Ketidakmampuan untuk mengingat suatu tindakan secara kurat atau membedakan antara perilaku actual dengan perilaku yang dibayangkan dapat menyebabkan seseorang berulangkali melakukan pengecekan.
3. Faktor biologis
Dua area otak yang dapat berpengaruh terhadap gangguan obsesif-kompulsif, yaitu lobus frontalis dan ganglia basalis. Pada sebuah studi pemindai dengan PET menunjukkan peningkatan aktivitas lobus frontalis pada pasien OCD, yang mungkin mencerminkan kekhawatiran berlebihan terhadap pikiran mereka sendiri. Pada ganglia basalis , yaitu suatu system yang berhbungan dengan pengendalian perilaku motorik memiliki relevansi dengan kompulsi dan berhubungan dengan OCD.
3 KRITERIA DIAGNOSIS GANGGUAN KECEMASAN ( ANXIETY DISORDER)
NO GANGGUANKRITERIA
DSM IV-TR PPDGJ III1 Fobia a. Ketakutan yang
berlebihan, tidak beralasan, dan menetap yang dipicu oleeh objek atau situasi
b. Keterpaparan dengan pemicu menyebabkan kecemasan intens
c. Orang tersebut menyadari bahwa ketakutannya tidak realistis
d. Objek atau situasi terebut dihindari atau dihadapi dengan kecemasan intens.
a. Fobia social (F40.1) Gejala psikologis
perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dan anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu (out side the family cycrcle)
Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol
b. Fobia spesifik (F40.2) Gejala psikologik
otonomik yang tmbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bvukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
Anxietas harus terbatas pada objek atau situasi fobik tertentu
Situasi fobik tersebut sebisa mungkin dihndarinya
Panik (Panic Disorder/PD)
a. Serangan panic berulang tanpa terduga
b. Sekurang-kurangnya selama satu bulan terdapat kekhawatiran akan terjadinya serangan berikutnya atau kekhawatirn atas konsekuensi yang diterima ketika serangan terjadi atau perubahan perilaku karena serangan yang
a. Gangguan panic baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik
b. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berturut-turut dalam masa kira-kira sebulan
Pada keadaan-keadaan mana sebenarnyta secara obyektif tidak ada bahaya
Tidak terbatas pada
2 dialami situasi yang diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode antara serangan-serangan panik
3 Anxietas menyeluruh(General Anxiety Disorder/ GAD)
a. Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan
b. Kekhawatiran tersebut sulit untuk dikendalikan
c. Pasien mengalami tiga atau lebh diantara hal-hal berikut: ketidaksabaran, sangat mudah lelah, sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung, ketegangan otot, gangguan tidur.
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb),
b. Ketegangan motorik (gelisah, saki tkepala, gemetaran, tidak dapat santai, dan
c. Overaktivitas motorik (kepala ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
4. Obsesif-Kompulsif (obsessive-compulsive disorder/ OCD)
a. Obsesif, pikiran yang berulang dan menetap, impuls-impuls, atau dorongan-dorongan yang menyebabkan kecemasan
b. Kompulsif perilaku dan tindakan mental repetitive yang dilakuakn seseorang untuk menghilangkan ketegangan
a. Untuk mendiagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif,m atau kedua-duanya, harus ada hamper setiap hari selam setidaknya dua minggu berturut-turut.
b. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (*distress) atau mengganggu aktivitas penderita.
c. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut
Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas,
tidak dianggap sebagai kesenangan seperti yang dimaksud di atas)
Gagasan,bayangan, pikiran dan impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan
d. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi. Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresi dan sebaliknya penderita gangguan depresi dapat menunjukkan perilaku obsesif selama masa depresinya
5. Stres Pasca Trauma(Posttraumatic stress disorder/ PTTD)
a. Pemaparan pada suatu keadian tramatik menyebabkan ketakutan ekstrem
b. Kejadian tersebut dialami utang
c. Orang yang bersangkutan menghindari stmuli yang diasosiasikan dengan trauma dan memilki ketumpulan respontivitas
d. Simtom-simtom ketegangan berlebihan seperti respons tyerkejut yang berlebihan
e. Durasi simtom lebih dari satu bulan
Pasca trauma (F43.1)a. Diagnosis baru
ditegakkan apabila gangguan ini timul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatic berat. Kemungkinan diagnosis msih dapaty ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melwebihi 6y bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternative ategori gangguan lainnya.
b. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayangan-banyangan atau mimpi-mimpi dai kejadian-kejadian trsaumatk tersebut secara berulang-ulang kembali (flashback)
c. Gangguan otonomik, gangguan afek,k dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi khas.
d. Suatu ‘sequale’ menahun
yang terjadi lambat setelah stress yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi dalam kategori F63.0 (perbahan kepribadian yang berlangsung lama setelah katasfora)
DAFTAR PUSTAKA
Ardi Ardiani,Tristiadi . 2011. Psikologi Abnormal. Bandung : Penerbit Lubuk Agung .Davidson, Gerald C, John M. Neale, Ann M. Kring. 2004. Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajawali
Pers.Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK AtmajayaWiramihardja, Sutardjo A.. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama.
- See more at: http://utamitamii.blogspot.com/2012/10/anxiety-disorder-gangguan-kecemasan_9.html#sthash.3GCNlwf8.dpuf