celengan haji

Upload: zia

Post on 07-Aug-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Celengan Haji

    1/3

    Linda Agustina Effendi

    J3A211192

    B1

    CELENGAN HAJI

    Sore itu cuaca begitu indah. Semilir angin menerbangkan anak-anak rambutku, membuat

    mataku sedikit menutup untuk menikmati semilirnya., tak kusadari aku merentangkan tangankuseperti akan terbang. Pegal pada kakiku akibat berjalan kaki menjadi tidak terasa dan berganti

    menjadi rasa tenang dengan oksigen yang memenuhi paru-paruku. Awan berwarna jingga

    menambah keseruan perjalananku menuju rumah. Hal yang begitu sederhana namun, mampu

    membuatku tersenyum dan bahagia. Saking menikmatinya tidak terasa aku hamper sampai di

    rumah, ku buka gerbang rumahku dan kuucapkan salam. Setelah mencium tangan kedua

    orangtuaku,langsung aku bergegas mengganti baju dan mencuci tangan. Perutku terasa lapar 

    sekali, pantas saja sudah pukul 5 sore lebih 1 menit, kegiatan shalat sudah dilakukan di sekolah

    tadi. Selesai makan aku segera mencuci piring yang sudah kugunakan tadi. !iba-tiba dari pagar 

    rumahku terdengar suara riuh memanggil namaku. "ulongokkan kepalaku dari jendela dapur 

    yang berada di lantai dua rumahku untuk melihat siapa yang ada di luar. #endengar suara di luar 

    Ayah langsung menghampiri mereka untuk menyapa sekaligus bertanya ada keperluan apa.

    Suara Ayah memanggilku, $teh%teh% ada temannya tuh&' segera kujawab, $iyaaa%yah&'

    (alam keadaan tangan yang masih basah aku bergegas turun dan menghampiri temanku diluar.

    !ernyata ada )ta, !yas, (ea #, dan (ea A menungguku. Aku bertanya,' ada apa *' #ereka

     berkata bahwa mereka akan menjenguk Sani yang sedang sakit. Aku ingat-ingat lagi Sani yang

    mana yaa karena, ada dua Sani di kompleks perumahan kami. Ada Sani yang kurus kakaknya

    +indy dan Sani yang lebih muda tahun dari kami. !anpa berpikir panjang lagi aku segera

    mengiyakan ajakan mereka dan segeera masuk ke dalam untuk beerganti pakaian dan meminta

    iin orang tuaku.(i perjalanan menuju rumah Sani yang berjarak 1 blok dari rumahku, pikiranku masih

     beertanya-tanya, Sani yang mana * Aku sengaja tidak bertanya pada teman-temanku karena aku

    ingin menyaksikan sendiri. !ak terasa langkah kami terhenti tepat di pagar hitam rumah Sani.

    "ami serempak mengucapkan salam dan dijawab oleh seorang ibu muda, ibunya Sani. Sorot

    matanya tampak letih, gurat-gurat halus di wajahnya membuatnya tampak lebih tua dari usianya

    yang sekitar -an, berkerudung cokelat muda, berkulit putih pucat namun, ramah menyambut

    kami. Setelah dipersilahkan kami pun segera masuk, tampak beberapa A/ua gelas berserakan di

    sudut ruangan, plastik bekas sedotan, serta beberapa buah apel dan jeruk, sepertinya baru saja

    mengadakan selamatan dengan para tetangga untuk mendo0akan kesembuhan Sani. "ami duduk 

    lesehan di karpet dan bersandar pada tembok dinding yang berukuran sekitar meter yangdicat hijau muda. )bu Sani masuk ke dapur dan membawa tampah berisi minuman dan kue. "ami

    membantunya dengan membagikan minuman dan kue secara gotong royong. "emudian )bu sani

     bercerita tentang Sani, dengan suara lirih dan menahan tangis ia bercerita bahwa Sani terkena

    kanker paru-paru selama hampir 2 tahun lamanya. "ami yang mendengarnya langsung kaget dan

    iba, anak sekecil itu bisa menderita penyakit yang serius. Sani yang kami kenal adalah anak laki-

    laki yang sehat, ceria, suka sekali bermain bola dan anak pintar di sekolah maupun di pengajian.

  • 8/19/2019 Celengan Haji

    2/3

    Linda Agustina Effendi

    J3A211192

    B1

    (engan terbata )bu Sani bercerita bahwa Sani sering sekali mimisan dan apabila mimisan darah

    yang keluar dari hidungnya seringkali sulit untuk dihentikan. 3rang tuanya menganggap bahwa

    mimisan adalah gejala yang wajar mengingat Sani suka sekali berada di bawah terik matahari,

     bahkan pada suatu hari Sani sempat di bawa pulang ke rumah karena pingsan setelah bermain

     bola. 3rang tuanya semakin khawatir dan membawa Sani ke dokter untuk di periksa, pemeriksaan pertama dokter mengatakan bahwa sel darah putihnya lebih banyak daripada sel

    darah merahnya. 4ormalnya kadar darah putih lebih sedikit dari darah merah karena darah putih

     berungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit yang menyerang tubuh manusia. )tulah yang

    menyebabkan Sani mudah pingsan dan mimisan selama ini. (okter menyarankan untuk 

    membawa Sani ke 6umah Sakit yang lebih besar dan dokter yang lebih ahli untuk pemeriksaan

    lebih lanjut. "emudian, orang tua Sani membawa Sani ke 6S.7iptomangunkusumo 8akarta dan

    dokter mengatakan bahwa Sani terkena kanker stadium dan kondisinya sudah parah. Saat

    menceritakan ini )bu Sani tidak kuasa menahan air matanya, ia menyeka air matanya dengan

     punggung tangannya, kami yang melihatnya langsung diam menunduk, tidak berkata apa-apa .

    )ta bertanya, $lalu setelah itu bagaimana keadaan Sani, bu *' )bu Sani menjawab dengan suaraterbata bahwa keadaan Sani terus memburuk, orang tuanya bolak-balik ke 6umah Sakit

    mengecek keadaannya, menguatkan Sani untuk tetap sabar dan tawakal menghadapi penyakit

    yang dideritanya. !ak jarang dalam diam )bu Sani terisak melihat Sani yang kesakitan akibat

    kemoterapi yang dijalaninya namun, ia berusaha tetap tegar di hadapan Sani apalagi ia harus

    mengurus 2 adik Sani yang lain.

    Ayah Sani tiba-tiba datang, wajahnya juga tidak kalah letih, ia baru saja menggadaikan

    motornya untuk biaya pengobatan Sani. )a tersenyum dan berjabatan tangan dengan kami lalu

    ikut bergabung dengan kami, ikut bercerita tentang Sani. )a berkata bahwa, ia sudah kesana-

    kemari mencari dana untuk pengobatan Sani yang tidak sedikit. Sani sempat dirawat selama 2

     bulan di 6S. 7iptomangunkusumo 8akarta agar dapat dipantau keadaannya oleh dokter. )bu Sani

    masuk ke dalam dan keluar membawa hasil rontgen paru-paru Sani. )a menjelaskan empat baris

    dada Sani tidak ada, digerogoti sel kanker, memang pada rontgen  itu tulang rusuk dadanya

    tampak tidak normal, tidak putih secara utuh. Seketika kami terenyak dan menghela naas,

     bagaimana Sani bisa hidup tanpa ada tulang rusuk yang menopang organ 9italnya seperti jantung

    dan paru-paru dan pencernaannya. (i hasil rontgen yang lain tulang rusuk dada Sani hanya

    tersisa 2 baris saja dan )bu Sani menjelaskan bahwa kankernya sudah memasuki stadium .

    "emudian, aku bertanya, $bagaimana Sani bisa terkena kanker *' )bu Sani menjelaskan bahwa

    kakak iparnya mengidap kanker rahim jadi mungkin saja itu penyakit genetik atau penyakit

     bawaan dari keluarganya dan nenek dari Ayah Sani juga mengidap penyakit kanker. Akumengangguk tanda mengerti. #ataku menatap ke sekeliling ruangan, tampak buah celengan

    ayam berjejer dengan rapi, melihatku memandangi celengan itu dengan penasaran )bu Sani

    menjelaskan bahwa itu adalah celengan Sani, itu adalah uang jajan Sani yang ia sisihkan sejak 

    kelas 1 S( untuk memberangkatkan orang tuanya pergi berhaji ke tanah suci #ekkah dan selama

    ia sakit ia masih menyisihkan uangnya tersebut. Sungguh mulia cita-citanya,dalam keadaan sakit

     parah dia masih sempat memikirkan orang tuanya. Aku jadi sadar bahwa aku malu, aku belum

  • 8/19/2019 Celengan Haji

    3/3

    Linda Agustina Effendi

    J3A211192

    B1

    melakukan apapun untuk orang tuaku padahal keadaanku sehat, tidak kurang suatu apapun.

    !erkadang aku merasa uang jajanku tidak cukup untuk kebutuhanku sendiri tapi Sani di

    keadaannya yang seperti itu tidak egois danmasih memikirkan orang tuanya. Aku malu akan

    sikapku karena, sering cemberut saat orang tuaku tidak member uang lebih dan menyuruhku

    menabung sebagian untuk kebutuhanku sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. Aku malukarena,orang tuaku benar untuk mengajarkan bahwa di luar sana masih ada orang yang tidak 

    seberuntung kita dan sesehat kita.

    Sebelum kami pulang, kami dipersilahkan untuk melihat Sani. Sani tampak begitu lemah,

    kepalanya pelontos, kurus, dan kulitnya tampak seperti menempel dengan tulangnya, dagingnya

     begitu tipis dan hampir tidak terlihat. Sel kanker memang benar-benar menggerogotti tubuhnya.

    )a memanggil pelan )bunya dan berkata sesuatu, tak lama ibunya membawa satu cup es krim.

    )bunya berkata bahwa saat ia merasa kesakitan maka Sani akan meminta es krim untuk menahan

    rasa sakit sel kanker yang menggerogotinya bahkan, ia akan meminta ibunya untuk memelintir 

    tangannya apabila sel kanker secara perlahan menggerogoti area tangannya. (ari kejauhan

    terdengar sayup-sayup adan maghrib berkumandang, itu artinya kami harus segera pulang.Sebelum kami pulang, kami berdo0a bersama untuk kesembuhan Sani dan kesabaran

    keluarganya. Ayah dan )bu Sani mengantar kami sampai ke gerbang dan menjawab salam kami.

    (i perjalanan pulang, kami masih membicarakan Sani serta akan mendo0akannya lagi, di rumah.

    (i tengah perjalanan kami berpisah dan kembali kerumah masing-masing.

    2 bulan kemudian kami mendengar pengumuman dari mesjid bahwa Sani telah

    meninggal dunia. Saat mendengarnya aku menundukndan berdo0a agar Sani tenang disana dan

    diberikan tempat yang paling tinggi di sisi-4ya. "utatap langit sore itu, matahari tampak akan

    membenamkan wajahnya, awan-awan mulai berwarna orange kemerahan menciptakan siluet

    warna yang cantik, angin semilir juga menerpa wajahku. (alam hati aku berkata seraya melihat

    ke langit, Sani mungkin telah tiada namun, dia dan celengan hajinya memberiku inspirasi dan

     pelajaran untuk membuat langkah kecil dihidupku.