celengan haji
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Celengan Haji
1/3
Linda Agustina Effendi
J3A211192
B1
CELENGAN HAJI
Sore itu cuaca begitu indah. Semilir angin menerbangkan anak-anak rambutku, membuat
mataku sedikit menutup untuk menikmati semilirnya., tak kusadari aku merentangkan tangankuseperti akan terbang. Pegal pada kakiku akibat berjalan kaki menjadi tidak terasa dan berganti
menjadi rasa tenang dengan oksigen yang memenuhi paru-paruku. Awan berwarna jingga
menambah keseruan perjalananku menuju rumah. Hal yang begitu sederhana namun, mampu
membuatku tersenyum dan bahagia. Saking menikmatinya tidak terasa aku hamper sampai di
rumah, ku buka gerbang rumahku dan kuucapkan salam. Setelah mencium tangan kedua
orangtuaku,langsung aku bergegas mengganti baju dan mencuci tangan. Perutku terasa lapar
sekali, pantas saja sudah pukul 5 sore lebih 1 menit, kegiatan shalat sudah dilakukan di sekolah
tadi. Selesai makan aku segera mencuci piring yang sudah kugunakan tadi. !iba-tiba dari pagar
rumahku terdengar suara riuh memanggil namaku. "ulongokkan kepalaku dari jendela dapur
yang berada di lantai dua rumahku untuk melihat siapa yang ada di luar. #endengar suara di luar
Ayah langsung menghampiri mereka untuk menyapa sekaligus bertanya ada keperluan apa.
Suara Ayah memanggilku, $teh%teh% ada temannya tuh&' segera kujawab, $iyaaa%yah&'
(alam keadaan tangan yang masih basah aku bergegas turun dan menghampiri temanku diluar.
!ernyata ada )ta, !yas, (ea #, dan (ea A menungguku. Aku bertanya,' ada apa *' #ereka
berkata bahwa mereka akan menjenguk Sani yang sedang sakit. Aku ingat-ingat lagi Sani yang
mana yaa karena, ada dua Sani di kompleks perumahan kami. Ada Sani yang kurus kakaknya
+indy dan Sani yang lebih muda tahun dari kami. !anpa berpikir panjang lagi aku segera
mengiyakan ajakan mereka dan segeera masuk ke dalam untuk beerganti pakaian dan meminta
iin orang tuaku.(i perjalanan menuju rumah Sani yang berjarak 1 blok dari rumahku, pikiranku masih
beertanya-tanya, Sani yang mana * Aku sengaja tidak bertanya pada teman-temanku karena aku
ingin menyaksikan sendiri. !ak terasa langkah kami terhenti tepat di pagar hitam rumah Sani.
"ami serempak mengucapkan salam dan dijawab oleh seorang ibu muda, ibunya Sani. Sorot
matanya tampak letih, gurat-gurat halus di wajahnya membuatnya tampak lebih tua dari usianya
yang sekitar -an, berkerudung cokelat muda, berkulit putih pucat namun, ramah menyambut
kami. Setelah dipersilahkan kami pun segera masuk, tampak beberapa A/ua gelas berserakan di
sudut ruangan, plastik bekas sedotan, serta beberapa buah apel dan jeruk, sepertinya baru saja
mengadakan selamatan dengan para tetangga untuk mendo0akan kesembuhan Sani. "ami duduk
lesehan di karpet dan bersandar pada tembok dinding yang berukuran sekitar meter yangdicat hijau muda. )bu Sani masuk ke dapur dan membawa tampah berisi minuman dan kue. "ami
membantunya dengan membagikan minuman dan kue secara gotong royong. "emudian )bu sani
bercerita tentang Sani, dengan suara lirih dan menahan tangis ia bercerita bahwa Sani terkena
kanker paru-paru selama hampir 2 tahun lamanya. "ami yang mendengarnya langsung kaget dan
iba, anak sekecil itu bisa menderita penyakit yang serius. Sani yang kami kenal adalah anak laki-
laki yang sehat, ceria, suka sekali bermain bola dan anak pintar di sekolah maupun di pengajian.
-
8/19/2019 Celengan Haji
2/3
Linda Agustina Effendi
J3A211192
B1
(engan terbata )bu Sani bercerita bahwa Sani sering sekali mimisan dan apabila mimisan darah
yang keluar dari hidungnya seringkali sulit untuk dihentikan. 3rang tuanya menganggap bahwa
mimisan adalah gejala yang wajar mengingat Sani suka sekali berada di bawah terik matahari,
bahkan pada suatu hari Sani sempat di bawa pulang ke rumah karena pingsan setelah bermain
bola. 3rang tuanya semakin khawatir dan membawa Sani ke dokter untuk di periksa, pemeriksaan pertama dokter mengatakan bahwa sel darah putihnya lebih banyak daripada sel
darah merahnya. 4ormalnya kadar darah putih lebih sedikit dari darah merah karena darah putih
berungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit yang menyerang tubuh manusia. )tulah yang
menyebabkan Sani mudah pingsan dan mimisan selama ini. (okter menyarankan untuk
membawa Sani ke 6umah Sakit yang lebih besar dan dokter yang lebih ahli untuk pemeriksaan
lebih lanjut. "emudian, orang tua Sani membawa Sani ke 6S.7iptomangunkusumo 8akarta dan
dokter mengatakan bahwa Sani terkena kanker stadium dan kondisinya sudah parah. Saat
menceritakan ini )bu Sani tidak kuasa menahan air matanya, ia menyeka air matanya dengan
punggung tangannya, kami yang melihatnya langsung diam menunduk, tidak berkata apa-apa .
)ta bertanya, $lalu setelah itu bagaimana keadaan Sani, bu *' )bu Sani menjawab dengan suaraterbata bahwa keadaan Sani terus memburuk, orang tuanya bolak-balik ke 6umah Sakit
mengecek keadaannya, menguatkan Sani untuk tetap sabar dan tawakal menghadapi penyakit
yang dideritanya. !ak jarang dalam diam )bu Sani terisak melihat Sani yang kesakitan akibat
kemoterapi yang dijalaninya namun, ia berusaha tetap tegar di hadapan Sani apalagi ia harus
mengurus 2 adik Sani yang lain.
Ayah Sani tiba-tiba datang, wajahnya juga tidak kalah letih, ia baru saja menggadaikan
motornya untuk biaya pengobatan Sani. )a tersenyum dan berjabatan tangan dengan kami lalu
ikut bergabung dengan kami, ikut bercerita tentang Sani. )a berkata bahwa, ia sudah kesana-
kemari mencari dana untuk pengobatan Sani yang tidak sedikit. Sani sempat dirawat selama 2
bulan di 6S. 7iptomangunkusumo 8akarta agar dapat dipantau keadaannya oleh dokter. )bu Sani
masuk ke dalam dan keluar membawa hasil rontgen paru-paru Sani. )a menjelaskan empat baris
dada Sani tidak ada, digerogoti sel kanker, memang pada rontgen itu tulang rusuk dadanya
tampak tidak normal, tidak putih secara utuh. Seketika kami terenyak dan menghela naas,
bagaimana Sani bisa hidup tanpa ada tulang rusuk yang menopang organ 9italnya seperti jantung
dan paru-paru dan pencernaannya. (i hasil rontgen yang lain tulang rusuk dada Sani hanya
tersisa 2 baris saja dan )bu Sani menjelaskan bahwa kankernya sudah memasuki stadium .
"emudian, aku bertanya, $bagaimana Sani bisa terkena kanker *' )bu Sani menjelaskan bahwa
kakak iparnya mengidap kanker rahim jadi mungkin saja itu penyakit genetik atau penyakit
bawaan dari keluarganya dan nenek dari Ayah Sani juga mengidap penyakit kanker. Akumengangguk tanda mengerti. #ataku menatap ke sekeliling ruangan, tampak buah celengan
ayam berjejer dengan rapi, melihatku memandangi celengan itu dengan penasaran )bu Sani
menjelaskan bahwa itu adalah celengan Sani, itu adalah uang jajan Sani yang ia sisihkan sejak
kelas 1 S( untuk memberangkatkan orang tuanya pergi berhaji ke tanah suci #ekkah dan selama
ia sakit ia masih menyisihkan uangnya tersebut. Sungguh mulia cita-citanya,dalam keadaan sakit
parah dia masih sempat memikirkan orang tuanya. Aku jadi sadar bahwa aku malu, aku belum
-
8/19/2019 Celengan Haji
3/3
Linda Agustina Effendi
J3A211192
B1
melakukan apapun untuk orang tuaku padahal keadaanku sehat, tidak kurang suatu apapun.
!erkadang aku merasa uang jajanku tidak cukup untuk kebutuhanku sendiri tapi Sani di
keadaannya yang seperti itu tidak egois danmasih memikirkan orang tuanya. Aku malu akan
sikapku karena, sering cemberut saat orang tuaku tidak member uang lebih dan menyuruhku
menabung sebagian untuk kebutuhanku sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. Aku malukarena,orang tuaku benar untuk mengajarkan bahwa di luar sana masih ada orang yang tidak
seberuntung kita dan sesehat kita.
Sebelum kami pulang, kami dipersilahkan untuk melihat Sani. Sani tampak begitu lemah,
kepalanya pelontos, kurus, dan kulitnya tampak seperti menempel dengan tulangnya, dagingnya
begitu tipis dan hampir tidak terlihat. Sel kanker memang benar-benar menggerogotti tubuhnya.
)a memanggil pelan )bunya dan berkata sesuatu, tak lama ibunya membawa satu cup es krim.
)bunya berkata bahwa saat ia merasa kesakitan maka Sani akan meminta es krim untuk menahan
rasa sakit sel kanker yang menggerogotinya bahkan, ia akan meminta ibunya untuk memelintir
tangannya apabila sel kanker secara perlahan menggerogoti area tangannya. (ari kejauhan
terdengar sayup-sayup adan maghrib berkumandang, itu artinya kami harus segera pulang.Sebelum kami pulang, kami berdo0a bersama untuk kesembuhan Sani dan kesabaran
keluarganya. Ayah dan )bu Sani mengantar kami sampai ke gerbang dan menjawab salam kami.
(i perjalanan pulang, kami masih membicarakan Sani serta akan mendo0akannya lagi, di rumah.
(i tengah perjalanan kami berpisah dan kembali kerumah masing-masing.
2 bulan kemudian kami mendengar pengumuman dari mesjid bahwa Sani telah
meninggal dunia. Saat mendengarnya aku menundukndan berdo0a agar Sani tenang disana dan
diberikan tempat yang paling tinggi di sisi-4ya. "utatap langit sore itu, matahari tampak akan
membenamkan wajahnya, awan-awan mulai berwarna orange kemerahan menciptakan siluet
warna yang cantik, angin semilir juga menerpa wajahku. (alam hati aku berkata seraya melihat
ke langit, Sani mungkin telah tiada namun, dia dan celengan hajinya memberiku inspirasi dan
pelajaran untuk membuat langkah kecil dihidupku.