cbt pada insomnia

19
I. PENDAHULUAN Insomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan sulitnya masuk tidur, mempertahankan tidur (sering terbangun tengah malam), atau tidak adanya rasa segar ketika bangun tidur. Prevalensi insomnia meningkat dengan bertambahnya umur. 1 Survei populasi menunjukkan angka prevalensi insomnia dalam satu tahun berkisar antara 35 – 45% pada orang dewasa. 2 Sekitar 5%-35% populasi di Amerika melaporkan adanya masalah gangguan tidur pada satu waktu dalam kehidupannya, dan sekitar 10% menderita karena insomnia persisten. 3 Penelitian di Inggris menunjukkan terdapat 37% dari 2363 responden menderita insomnia. Dari semua yang menderita sekitar 15% mengalami insomnia dalam 12 bulan terakhir dan berasosiasi dengan kecemasan, depresi, dan nyeri. Dari semua penderita insomnia, 69% yang menderita insomnia dalam 12 bulan terakhir merupakan penderita usia lanjut. 4 Insomnia kronik memiliki kecenderungan yang buruk, membutuhkan banyak biaya, menimbulkan kerugian dan membahayakan. 5 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan insomnia kronik dibandingkan dengan seorang yang kadang menderita insomnia ataupun orang normal, memiliki penurunan fungsi kognitif, penurunan kemampuan untuk menghadapi gangguan, kurang menikmati kehidupan keluarga atau sosial, dan hubungan yang memburuk dengan pasangan hidup, menurunnya produktivitas dan kinerja, dan meningkatnya angka kecelakaan dan absensi kerja. 6 Insomnia dapat pula mempengaruhi berbagai sistem fisiologi yang berdampak terhadap kesehatan secara menyeluruh. 1

Upload: julianthy-suento

Post on 31-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

GG

TRANSCRIPT

Page 1: Cbt Pada Insomnia

I. PENDAHULUAN

Insomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan sulitnya masuk tidur,

mempertahankan tidur (sering terbangun tengah malam), atau tidak adanya rasa segar ketika

bangun tidur. Prevalensi insomnia meningkat dengan bertambahnya umur.1 Survei populasi

menunjukkan angka prevalensi insomnia dalam satu tahun berkisar antara 35 – 45% pada

orang dewasa.2Sekitar 5%-35% populasi di Amerika melaporkan adanya masalah gangguan

tidur pada satu waktu dalam kehidupannya, dan sekitar 10% menderita karena insomnia

persisten.3Penelitian di Inggris menunjukkan terdapat 37% dari 2363 responden menderita

insomnia. Dari semua yang menderita sekitar 15% mengalami insomnia dalam 12 bulan

terakhir dan berasosiasi dengan kecemasan, depresi, dan nyeri. Dari semua penderita

insomnia, 69% yang menderita insomnia dalam 12 bulan terakhir merupakan penderita usia

lanjut.4

Insomnia kronik memiliki kecenderungan yang buruk, membutuhkan banyak biaya,

menimbulkan kerugian dan membahayakan.5Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

seseorang dengan insomnia kronik dibandingkan dengan seorang yang kadang menderita

insomnia ataupun orang normal, memiliki penurunan fungsi kognitif, penurunan kemampuan

untuk menghadapi gangguan, kurang menikmati kehidupan keluarga atau sosial, dan

hubungan yang memburuk dengan pasangan hidup, menurunnya produktivitas dan kinerja,

dan meningkatnya angka kecelakaan dan absensi kerja.6

Insomnia dapat pula mempengaruhi berbagai sistem fisiologi yang berdampak

terhadap kesehatan secara menyeluruh. Ia mempengaruhi proses dasar biologik, misalnya

sistem endokrin. Gangguan sistem endokrin mempengaruhi metabolisme. Pengaturan nafsu

makan oleh endokrin juga terganggu. Terjadi peningkatan nafsu makan yang akhirnya

menyebabkan obesitas. Obesitas dapat pula mencetuskan resistensi insulin sehingga terjadi

diabetes tipe 2.1,9

Hiperaktifitas sistem saraf simpatis dan peningkatan kortisol dapat pula terjadi pada

insomnia. Hiperkortisolemia dapat pula memecah glikogen menjadi glukosa sehingga

berkontribusi pula dalam terjadinya diabetes. Kelelahan adrenal dapat pula terjadi akibat

kerja kerasnya untuk selalu memompakan kortisol guna memenuhi tuntutan metabolisme.

Akibatnya, produksi dihydroepiandrosterone (DHEA) dapat pula berkurang. Hormon DHEA

merupakan prekursor hormon estrogen, progesterone, dan testosterone. Selain itu, hormon ini

juga bekerja untuk menjaga keseimbangan hormon lainnya dalam tubuh. Berkurangnya

DHEA dikaitkan pula dengan kelelahan, hilangnya massa tulang dan otot, nyeri sendi,

1

Page 2: Cbt Pada Insomnia

penyakit jantung koroner, hipertensi, penurunan gairah seksual, ganggua sistem imun, dan

depresi.1,9

Tatalaksana yang sering dilakukan pada insomnia adalah pemberian obat – obatan,

akan tetapi hal ini tidak memberikan hasil yang maksimal. Pemberian obat – obatan dengan

dengan terapi nonfarmakologi seperti higiene tidur dan Cognitive-behavioral therapy akan

memberikan efek yang lebih baik dibandingkan hanya memberikan obat –obatan.1,9

Beberapa bukti yang jelas menunjukkan bahwa Cognitive-Behavioral Therapy (CBT)

efektif dalam mengatasi insomnia dan perbaikan klinis yang terjadi ini lebih baik

dibandingkan dengan terapi hipnosis. Suatu penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa

terapi perilaku menunjukkan hasil yang sangat bagus untuk mengatasi kasus insomnia kronik.

Studi meta-analisis lainnya menunjukkan adanya perbaikan tidur sebanyak 30%-40% ketika

menggunakan terapi perilaku, latensi tidur berkurang 39%-43%, jumlah terbangun saat

malam hari berkurang 30%-73%, lama terbangun berkurang 46%, dan total jumlah jam tidur

bertambah 8%-9,4%. Perhitungan angka sebenarnya pada rata-rata pasien merasakan

mengantuk 20 menit lebih cepat, memiliki 0,5-1,2 kali terbangun lebih sedikit pada malam

hari, dan tidur 30 menit lebih lama pada malam hari.7

2

Page 3: Cbt Pada Insomnia

II. CBT PADA INSOMNIA

Terapi kognitif perilaku adalah metode psikoterapi yang membantu

seseorang mengatasi masalah yang terkait dengan emosi, perilaku, dan

kognisi melalui metode-metode dan berorientasi pada tujuan. Banyak

teknik yang digunakan dalam terapi kognitif perilaku yang dasarnya sama

seperti teori belajar perilaku dan kognitif psikologi. Banyak masalah non

klinis seperti gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, gangguan

kepribadian, gangguan psikotik, gangguan makan, dan gangguan

penyalahgunaan zat dapat diobati secara efektif dengan menggunakan

terapi kognitif perilaku.8

Subjek yang hanya mendapat cognitive-behavioral therapy (CBT) dan gabungan

antara CBT dengan farmakoterapi memperlihatkan pengurangan bermakna pada Latency to

persistent sleep bila dibandingkan dengan subjek yang hanya mendapat farmakoterapi atau

placebo. Hal ini disebabkan karena CBT memperbaiki pengertian pasien terhadap insomnia

dan meningkatkan kepatuhan berobat. Walaupun demikian CBT juga memiliki keterbatasan

seperti waktu yang agak lama, pasien harus memiliki motivasi, dan efek terapeutik

memerlukan waktu sampai terlihat hasilnya. Oleh karena itu, kombinasi anatara

farmakoterapi dengan nonfarmakoterapi lebih baik.5,10

Terapi yang berorientasi kognitif berkonsentrasi pada identifikasi

dan pemantauan pikiran, keyakinan, asumsi dan perilaku yang mengarah

ke emosi negatif. Selain itu, pasien diajarkan untuk mengidentifikasi

pikiran-pikiran, keyakinan, asumsi dan perilaku yang disfungsi dan tidak

menolong dan kemudian menggantinya dengan konsep yang lebih

bermanfaat. Terapi ini telah terbukti sangat bermanfaat bagi orang yang

menderita insomnia, post-traumatic stress disorder (PTSD), gangguan

obsesif kompulsif (OCD), bulimia nervosa, dan gangguan depresi.8

Ditinjau dari sudut terapi perilaku, umumnya terdapat tiga jenis

terapi utama yang dapat diterapkan untuk menangani masalah insomnia

kronik, yaitu stimulus control therapy, sleep restriction, dan sleep hygiene

therapy. Ketiga terapi ini merupakan terapi standar untuk insomnia.5,11

Yang termasuk ke dalam terapi ini antara lain :

a. Stimulus Control Therapy

3

Page 4: Cbt Pada Insomnia

Stimulus Control Therapy merupakan lini pertama untuk menangani

insomnia primer yang kronik, oleh karena itu seharusnya diprioritaskan

sesuai kondisi pasien. Terapi jenis ini bertujuan untuk menciptakan

keadaan yang saling berhubungan antara lingkungan tidur dengan rasa

kantuk. Terapi ini membatasi jumlah waktu yang dihabiskan pasien

untuk terjaga dari tempat tidur atau kamar tidur dan dirancang untuk

membangkitkan rasa kantuk kembali.

Instruksi pada terapi ini meliputi

- Pertahankan waktu bangun tidur yang reguler setiap hari selama

seminggu, terlepas dari berapa banyak tidur yang didapatkan

saat malam hari

- Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur atau aktivitas seksual

- Tidurlah hanya di tempat tidur

- Tinggalkan kamar tidur saat anda terbangun selama kurang

lebih 15-20 menit, dianjurkan untuk melakukan aktivitas ringan

seperti membaca

- Kembalilah ke tempat tidur hanya saat anda mengantuk

Kombinasi dari instruksi ini menetapkan kembali tempat tidur

dan kamar tidur sebagai isyarat yang kuat untuk tidur dan

memasuki siklus sirkadian tidur-bangun ke tahap yang

diinginkan.

b. Sleep Restriction

Merupakan terapi yang meningkatkan durasi keadaan sadar dan

keinginan untuk tidur guna memfasilitasi kemampuan untuk

tidur.8Pada terapi ini diperlukan catatan yang berisi data-data untuk

menentukan waktu tidur yang sebenarnya, waktu saat pergi tidur, dan

efisiensi waktu tidur ([waktu tidur : waktu pergi tidur] x 100). Instruksi

pada terapi ini :11

- Tentukan waktu yang diperbolehkan di tempat tidur

Mulailah dengan tinggal di tempat tidur hanya sejumlah rata-rata

waktu anda benar-benar tidur. Ini dapat dihitung dengan

menggunakan catatan tidur selama dua minggu. Jumlahkan rata-

4

Page 5: Cbt Pada Insomnia

rata jumlah jam tidur setiap malam dan tambahkan 30 menit,

disebut TIB (Time In Bed). Ini mungkin berarti bahwa anda hanya

diperkenankan untuk tinggal di tempat tidur selama 5 jam pada

malam hari.

- Tetapkan waktu untuk bangun tidur

Bangunlah di waktu yang sama setiap pagi seberapapun anda tidur

pada malam harinya.

- Tetapkan waktu tidur

Waktu tidur ditentukan dengan menghitung kembali waktu bangun

tidur dan TIB seperti pada langkah pertama diatas. Contoh, jika TIB

6 jam dan anda menetapkan waktu bangun jam 6 pagi, maka waktu

tidur anda adalah jam 12 tengah malam. Anda tidak boleh pergi ke

tempat tidur sebelum tengah malam meskipun anda mengantuk

dan berpikir bisa tidur.

- Cocokkan waktu tidur anda sedekat mungkin dengan jadwal yang

dibuat minimal 2 minggu

Jika anda relatif bisa tidur dengan baik pada malam hari dan merasa

dalam kondisi yang baik, maka pertahankan jadwal tersebut. Jika

anda merasa lelah sepanjang hari, tambahkan 15 menit pada TIB

per minggu sampai anda merasa tidur lebih baik dan merasa kondisi

yang baik sepanjang hari. Peningkatan waktu ini dilakukan ketika

efisiensi tidur mencapai sekurang-kurangnya 90%.

- Gunakan cahaya terang pada pagi hari dan redupkan lampu pada

malam hari

Menggunakan cahaya akan membantu menormalkan siklus bangun

tidur, dan mencoba terapi Sleep Restriction kurang berhasil jika

dilakukan tanpa menggunakan cahaya ini.

- Hindari tidur siang

Hal ini akan mengurangi dorongan untuk tidur pada malam hari.

- Praktekkan sleep hygiene yang baik

Terapi ini efektif karena dua alasan, pertama, terapi ini mencegah

pasien mengatasi insomnianya dengan memperluas kesempatan untuk

5

Page 6: Cbt Pada Insomnia

tidur. Pada strategi ini meskipun meningkatkan kesempatan untuk

tidur, namun akan menghasilkan bentuk tidur yang dangkal dan

sedikit-sedikit. Kedua, kerugian saat tidur awal yang terjadi pada terapi

ini diperkirakan akan meningkatkan tekanan untuk tidur, yang pada

akhirnya akan menghasilkan latensi tidur yang lebih cepat,

berkurangnya waktu terbangun saat tidur, dan meningkatkan tidur

yang efisien.5,11

c. Sleep Hygiene

Terapi ini mengharuskan dokter dan pasien untuk melakukan

pengkajian ulang terhadap satu set instruksi yang diarahkan untuk

membantu pasien memelihara kebiasaan tidur yang baik. Strategi ini

lebih baik diterapkan bersama dengan strategi yang lain, dalam terapi

yang bersifat mendidik, dan disesuaikan dengan kondisi pasien

masing-masing. Pada terapi ini dilakukan tindakan-tindakan yang

dapat membantu pasien agar dapat tidur serta menghilangkan hal-hal

yang dapat mengganggu tidur pasien. Instruksi sleep hygiene dapat

dilihat di bawah ini :5

1. Tidurlah hanya ketika anda butuh merasa segar setelah

beraktivitas seharian. Batasilah waktu di tempat tidur supaya

anda mudah mendapatkan tidur yang dalam. Menghabiskan

waktu berlebihan di tempat tidur hanya akan membuat anda tidur

dangkal dan sedikit. Bangunlah pada waktu yang teratur saat hari

berikutnya, tidak peduli seberapa lama anda tidur.

2. Bangunlah pada waktu yang sama setiap hari selama

seminggu. Bangun tidur pagi hari pada waktu yang teratur akan

membuat onset tidur yang teratur juga dan membantu untuk

mengatur jam biologis kita.

3. Berolahragalah teratur.Olahraga yang terjadwal dan tidak

dilakukan 3 jam sebelum anda berniat untuk tidur. Olahraga akan

membuat anda gampang tertidur dan memperdalam tidur anda.

4. Pastikan tempat tidur anda nyaman dan bebas dari cahaya

serta kebisingan. Lingkungan yang nyaman, bebas bising akan

6

Page 7: Cbt Pada Insomnia

mengurangi kecenderungan terbangun malam hari. Kebisingan

yang tidak membangunkan anda, mungkin akan mengurangi

kualitas tidur. Permadani, tirai pembatas, dan pintu yang tertutup

mungkin akan membantu.

5. Pastikan kamar tidur anda memiliki suhu yang nyaman

sepanjang malam. Lingkungan yang terlalu panas atau terlalu

dingin akan mengganggu tidur anda.

6. Makan teratur dan jangan pergi ke tempat tidur saat

lapar. Rasa lapar akan mengganggu tidur. Makan makanan

ringan akan membantu, tapi hindari makanan berat dan

berminyak,

7. Hindari minum berlebihan pada sore hari. Mengurangi

minum akan meminimalkan kebutuhan ke kamar mandi saat

malam hari.

8. Kurangi makanan dan minuman yang mengandung kafein.

Makanan dan minuman berkafein bisa menyebabkan kesulitan

tidur, terbangun saat malam, dan tidur yang dangkal. Bahkan

kafein saat pagi hari dapat mengganggu waktu tidur anda.

9. Hindari alkohol, terutama sore hari. Meskipun alkohol

memiliki kecenderungan untuk membuat seseorang gampang

tertidur, namun akan membuat kita mudah terbangun saat

malam.

10. Merokok akan mengganggu tidur. Nikotin merupakan

stimulan. Cobalah untuk tidak merokok saat malam ketika anda

memiliki masalah tidur.

11. Jangan membawa masalah ke tempat tidur. Rencanakan

pemecahan masalah atas persoalan yang anda hadapi saat sore

hari atau rencanakan apa yang akan anda lakukan untuk

keesokan hari. Rasa khawatir akan mempengaruhi tidur dan

menghasilkan tidur yang dangkal.

12. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur dan aktivitas

seksual. Jangan membaca, menonton TV, dan makan di tempat

tidur.

7

Page 8: Cbt Pada Insomnia

13. Janganlah mencoba untuk tertidur. Hal ini hanya akan

memperburuk masalah saja. Nyalakan lampu, tinggalkan kamar

tidur, dan lakukan sesuatu yang berbeda seperti membaca.

Jangan terlibat dalam kegiatan aktif lainnya. Kembalilah ke

tempat tidur hanya ketika anda mengantuk,

14. Letakkan jam di bawah tempat tidur anda atau

putarlah sehingga anda tidak dapat melihatnya. Melihat jam

akan membuat kita frustasi, marah, dan rasa khawatir yang akan

mempengaruhi tidur.

15. Hindari tidur siang. Tetap terjaga selama siang hari akan

membantu kita ganpang tidur saat malam.

Instruksi diatas bukan hanya terapi sleep hygiene, namun termasuk

juga stimulus control therapy (2,12,13) dan sleep restriction therapy

(1,2,15) dan terapi relaksasi (11,13)

Delapan sesi standar intervensi perilaku5

Intervensi perilaku pada insomnia disusun secara terstruktur dalam

sesi mingguan yang dilakukan selama kurang lebih 6-8 minggu. Beberapa

alasan yang baik untuk menerapkan banyak sesi pada terapi ini antara

lain : pertama, hal ini memberikan kesempatan dokter untuk berurusan

dengan ketidakpatuhan awal saat terapi, dimana klien dapat ditemukan

dalam kondisi yang lebih berat. Kedua, sleep restriction theraphy dapat

mengurangi waktu di tempat tidur. Ketiga, delapan sesi terapi terstruktur

memungkinkan pasien dan dokter untuk memantau kemajuan terapi,

mempertahankan kepatuhan selama interval tertentu, dan diakhir sesi

terapi pasien dapat mencapai level yang diinginkan dari total keseluruhan

waktu tidur.

Delapan sesi terapi itu adalah :

- Sesi pertama (evaluasi klinis dan 2 minggu awal)

Dokter yang bertanggung jawab dalam sesi ini, mewawancara dan

meninjau kembali pasien tentang keluhan tidurnya dan pasien

diinstruksikan untuk membuat catatan tidurnya selama 2 minggu

pertama. Semua pasien diberitahukan bagaimana cara mengisi

8

Page 9: Cbt Pada Insomnia

catatan ini. Catatan ini bisa dimulai bersamaan dengan terapi untuk

kondisi yang lain atau bersamaan dengan farmakoterapi untuk

insomnianya. Yang perlu diperhatikan bahwa sesi 2 dimulai 2

minggu setelah sesi pertama selesai, semua sesi dijadwalkan

dengan interval 1 minggu.

- Sesi kedua (sleep restriction dan stimulus control therapy)

Dokter melakukan pengkajian atas catatan tidur yang dibuat pasien.

Informasi ini mengatur parameter untuk sleep restriction therapy

dan membimbing pasien untuk menjalani terapi berikutnya. Dalam

sesi ini kita menggunakan pendekatan interaktif atau pendekatan

yang bersifat mendidik. Dokter dan pasien melakukan evaluasi data

bersama. Setelah evaluasi dan menentukan asumsi dasar, biasanya

pada kebanyakan pasien akan mudah menyimpulkan strategi apa

yang akan dilakukan. Asumsi primer pasien biasanya kita namakan

korelasi positif yang keliru : semakin banyak waktu di tempat tidur

maka akan semakin banyak tidur yang akan dicapai. Ketika pasien

telah mengidentifikasi satu atau lebih komponen terapi, maka

dokter harus menjelaskan secara rinci dan rasional tahapan untuk

sleep restriction dan stimulus control therapy.

- Sesi ketiga (sleep hygiene dan pengaturan sleep restriction therapy)

Setelah dilakukan pengkajian data catatan tidur pasien, maka

proses terapi dimulai. Instruksi sleep hygiene dikaji ulang dengan

memberikan kesempatan pada pasien untuk membaca banyak

perintah dan dasar pemikiran yang sesuai. Setelah dokter dan

pasien mengidentifikasi masalah yang sesuai, dokter melakukan

pengkajian ulang terhadap konsep dasar dan penelitian yang terkait

secara rinci. Hal ini berhubungan dengan seberapa banyak

informasi serta cara penyampaiannya sesuai dengan kepentingan

pasien.

- Sesi keempat – ketujuh (pengaturan sleep restriction therapy)

Pengkajian ulang data catatan tidur pasien dan perencanaan

selanjutnya.

9

Page 10: Cbt Pada Insomnia

- Sesi kedelapan (pencegahan relaps)

Pada sesi terakhir ini sebagian besar adalah psikoedukasional.

Dokter memaparkan kembali, 1) bagaimana insomnia bisa terjadi

dan strategi yang memperburuk tidur, 2) strategi yang cenderung

untuk mengatasi dan memperpanjang episode insomnia

Terapi tambahan atau multikomponen CBT5

Selain terapi intevensi perilaku, terdapat beberapa terapi tambahan

yang terbukti membantu pasien dan dapat dimasukkan ke dalam rencana

terapi. Terapi tambahan tersebut antara lain : latihan relaksasi, fototerapi,

dan terapi kognitif. Multikomponen terapi adalah terapi perilaku yang

ditambahkan dengan salah satu atau semua terapi tambahan tersebut.

Hal ini bisa dimasukkan kedalam delapan sesi terapi tanpa

memperpanjang jumlah sesi.

Latihan relaksasi

Terapi ini merupakan teknik terapi yang bertujuan menurunkan

dorongan untuk terbangun dan memfasilitasi tidur di malam hari

berdasarkan konsep bahwa ketegangan otot dan bangkitan kognitif pada

saat tidur akan menurun. Teknik relaksasi yang berbeda akan berdampak

pada sistem fisiologis yang berbeda pula. Relaksasi otot secara progresif

digunakan untuk mengurangi ketegangan otot. Pernapasan diafragma

digunakan untuk membuat napas lambat dan dangkal serta menyerupai

bentuk pernapasan yang secara alami terjadi pada onset tidur. Teknik

relaksasi dapat juga berupa hipnosis dan terapi mindfulness untuk

mengurangi stres. Kebanyakan dokter memilih teknik relaksasi yang

optimal berdasarkan kemudahan pasien untuk belajar, dan yang paling

sesuai dengan keinginan pasien, serta teknik yang bukan kontraindikasi

dari kondisi medis pasien.

Fototerapi

10

Page 11: Cbt Pada Insomnia

Terdapat bukti empiris substansial bahwa cahaya terang memiliki

efek antidepresan dan mempromosikan efek tidur. Efek promosi tidur

terjadi melalui beberapa mekanisme, termasuk merubah sistem sirkadian,

memperkuat amplitudo sirkadian, membuat terjaga pada siang hari dan

tidur pada malam hari, atau secara tidak langsung melalui efek

antidepresan. Dalam prakteknya, cahaya terang digunakan untuk

memperpanjang atau memperpendek fase diurnal harian pasien. Pada

kasus pasien yang mengalami penundaan tidur (pasien lebih suka tidur

telat dan bangun telat pagi hari), bangun lebih cepat pagi hari dengan

alarm dan dipaparkan dengan cahaya terang pada pagi hari selama

beberapa waktu dapat menyebabkan timbulnya rasa mengantuk lebih

awal pada malam hari. Pada kasus pasien yang mengalami tidur cepat

(pasien lebih suka pergi ke tempat tidur lebih awal dan bangun lebih awal

juga), pemaparan cahaya terang pada sore hari dapat menyebabkan

pasien tetap terjaga lebih lama dan bangun tidur lebih lambat.

Terapi kognitif

Pada terapi ini dilakukan edukasi untuk mengubah keyakinan dan

kepercayaan pasien mengenai tidur. Pendekatan yang dilakukan

berdasarkan observasi bahwa pasien insomnia memiliki pikiran dan

keyakinan yang negatif tentang kondisi yang dialaminya dan dampak

kondisi tersebut. Membantu pasien untuk menantang kebenaran dan

kegunaan dari keyakinannya, diperkirakan akan menurunkan ansietas dan

gairah yang berhubungan dengan insomnia. Contoh : meyakinkan pada

pasien bahwa tidur selama 8 jam sehari diperlukan untuk kesehatan,

keyakinan bahwa nanti malam ia bisa tidur (bukan malah mencemaskan

atau memikirkan nanti malam ia tidak dapat tidur).

Teknik untuk menangani ketidakpatuhan pasien5

Teknik CBT dapat menjadi tantangan baik bagi pasien ataupun

dokternya. Hal ini mungkin terjadi pada awal terapi dimana pasien diminta

untuk menerima perubahan perilaku yang sulit dan seiring dengan

berkurangnya tidur pasien. Kekurangan tidur sendiri menguji kesabaran

11

Page 12: Cbt Pada Insomnia

pasien dan membuat kepatuhan terhadap semua modalitas terapi

merupakan masalah. Berikut ini beberapa teknik yang dapat dilakukan :

- Good salesmanship (pendekatan motivasi pada terapi)

Tidak ada yang lebih penting dari suatu metode dibandingkan contoh

yang baik mengenai terapi tidur dan prinsip-prinsip dibalik terapi

perilaku. Pasien akan sering bertanya selama terapi. Keterangan

yang jelas dan menarik akan menimbulkan kepercayaan dan

kepatuhan pasien. Berbagi informasi tentang efektifitas dan efisiensi

terapi dapat membantu meningkatkan kepatuhan pasien.

- Pendekatan socratic versus pedantic pada pendidikan pasien

Sangatlah penting untuk mengedukasi dan berkolaborasi dengan

pasien selama proses terapi. Berikan pasien kesempatan untuk

menceritakan tentang kemajuan mereka, bukan hanya diperintah

untuk melakukan sesuatu dan alasan kenapa mereka harus

melakukannya.

- Membuat tujuan yang realistis

Terapis harus mengerti tujuan apa yang ingin dicapai oleh pasien dan

menentukan apa serta bagaimana tujuan itu tercapai dengan

realistis. Evaluasi pasien juga termasuk kondisi kehidupannya,

sangatlah tidak bijaksana memulai terapi saat kepatuhan terapi

merupakan masalah bagi pasien. Sampaikan pada pasien bahwa sesi

awal terapi CBT akan sulit dan gejala insomnia akan memburuk

sebelum akhirnya membaik.

- Pendekatan ilmu pengetahuan pada terapi

Sangatlah penting untuk menunjukkan grafik kemajuan pasien

selama terapi. Hal ini akan membuktikan pada pasien bahwa

terapinya bekerja, dan mereka dapat mengontrol masalahnya serta

berhasil dalam terapi.

III.SIMPULAN

12

Page 13: Cbt Pada Insomnia

Insomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan sulitnya

masuk tidur, mempertahankan tidur (sering terbangun tengah malam),

atau tidak adanya rasa segar ketika bangun tidur.

Tatalaksana yang sering dilakukan pada insomnia adalah pemberian obat – obatan,

akan tetapi hal ini tidak memberikan hasil yang maksimal. Pemberian obat – obatan dengan

dengan terapi nonfarmakologi seperti higiene tidur dan Cognitive-behavioral therapy akan

memberikan efek yang lebih baik dibandingkan hanya memberikan obat –obatan. Beberapa

bukti yang jelas menunjukkan bahwa Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) efektif dalam

mengatasi insomnia dan perbaikan klinis yang terjadi ini lebih baik dibandingkan dengan

terapi hipnosis

CBT yang dilakukan pada insomnia memiliki delapan sesi standar

yang bisa kita terapkan pada pasien sesuai dengan kondisi masing-

masing pasien. Di dalam sesi terapi tersebut sudah mencakup tiga jenis

terapi yang termasuk terapi perilaku, yaitu stimulus control therapy, sleep

restriction, dan sleep hygiene therapy. Pelaksanaan terapi ini

membutuhkan waktu yang agak lama dan kerjasama yang baik antara

dokter dan pasien.

13

Page 14: Cbt Pada Insomnia

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. 2010.Defisit Kognitif pada Perempuan Usia Lanjut dengan Insomnia Kronik dalam

Jiwa. Majalah Psikiatri. No 2.

2. Sadock, BJ Sadock V A.2007. Sleep Disorders. The Comprehensif Text book of Psichiatry.

10th ed. Baltimore. Lippincot Wiliams & Wilkins

3. Ancoli-Israel & Roth, T.1999. Characteristic of insomnia in the United States : Result of the

1991 National Sleep Foundation Survey I. Sleep,22.

4. Puri BK.,Laking PJ.,Treasaden IH.2011.Gangguan tidur dalam Buku Ajar Psikiatri edisi 2.

EGC. Jakarta.

5. Pigeon WR, Perlis ML.2009.Cognitive Behavioral Treatment of Insomnia.Cognitive

Behavior Theraphy, Applying Empirically Supported Techniques in Your Practice

6. Leger D, Bader G, Levy E, Pailard M. 2002. Medical and Socio-proffesional Impact of

Insomnia. Sleep, 25.

7. Smith MT, Perlis ML, Park A, et al. 2002. Comparative Meta-analysis of Pharmacotherapy

and Behaviot Theraphy for Persisten Insomnia. American Journal Psychiatry, 159.

8. Rahayu D.2010. Terapi Kognitif Perilaku pada Insomnia. Jiwa, Majalah Psikiatri. No 2.

Jakarta

9. Suwito A.2010. Insomnia : dari Epidemiologi hingga Penatalaksanaannya. Jiwa, Majalah

Psikiatri. No.2. Jakarta

10. Wilson S, Nutt D. 2007. Management of insomnia: Treatments and Mechanism. British

Journal of Psychiatry.191-197

11. Edinger JD, Means MK.2005. Cognitive- Behavioral Therapy for Primary Insomnia. Clinical

Psychology Review.25

14